bab i pendahuluan a. kata pengantar...bab i pendahuluan a. kata pengantar kedudukan konselor sebagai...

40
BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karier peserta didik. Selain itu, melalui pengembangan menu program bimbingan dan konseling, konselor memberikan layanan kepada peserta didik dalam perencanaan individual, pemberian pelayanan responsive dan pengembangan dukungan system. Semua fungsi tersebut harus dilandasi oleh pelaksanaan asesmen terhadap kondisi peserta didik maupun lingkungannya. Kompetensi asesmen yang harus dikuasi oleh konselor tertuang dalam Permen Diknas No. 27 Tahun 2008, sejalan dengan kompetensi evaluasi dalam American School Counselor Association. Konselor akan membutuhkan berbagai teknik dan metode dalam mencari informasi terkait dengan pengembangan program permasalahan peserta didik. Karena asumsi dasar demikian, maka kemampuan pengembangan instrumen merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh konselor dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Pengembangan instrumen dapat dilakukan untuk memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan karena tidak ada atau belum ada instrumen yang dapat mengukur aspek tersebut, atau, kalaupun sudah ada, dapat diadaptasi sesuai karakteristik responden dan wilayah administrative. Kemampuan ini diperlukan dalam proses pengumpulan data peserta didik maupun lingkungan. Informasi yang diperoleh ditujukan sebagai dasar dalam merencanakan program, dan menentukan layanan yang tepat bagi peserta didik. Dalam bimbingan konseling teknik pengumpulan data dapat berupa tes maupun nontes. Instrumen tes sangat terbatas pada penggunaannya. Dimana tes hanya bisa disusun oleh orang-orang ahli yang telah mempunyai kewenangan dan sertifikat pelatihan tes psikologi. Berbeda dengan nontes, yang lebih fleksibel terhadap siapa saja yang dapat membuatnya. Namun demikian, meski dirasa mudah tetapi ada banyak kekeliruan dalam pembuatan instrumen nontes. Jika kesalahan ini dibiarkan pastinya akan mempengaruhi pada proses analisa hasil datanya dan juga pada kesimpulan. Sebab itu, makalah ini akan

Upload: others

Post on 01-Mar-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

BAB I

PENDAHULUAN

a. Kata Pengantar

Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta

didik yaitu dengan mendukung perkembangan aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan

karier peserta didik. Selain itu, melalui pengembangan menu program bimbingan dan

konseling, konselor memberikan layanan kepada peserta didik dalam perencanaan

individual, pemberian pelayanan responsive dan pengembangan dukungan system.

Semua fungsi tersebut harus dilandasi oleh pelaksanaan asesmen terhadap kondisi peserta

didik maupun lingkungannya. Kompetensi asesmen yang harus dikuasi oleh konselor

tertuang dalam Permen Diknas No. 27 Tahun 2008, sejalan dengan kompetensi evaluasi

dalam American School Counselor Association. Konselor akan membutuhkan berbagai

teknik dan metode dalam mencari informasi terkait dengan pengembangan program

permasalahan peserta didik.

Karena asumsi dasar demikian, maka kemampuan pengembangan instrumen

merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh konselor dalam memberikan

layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Pengembangan instrumen dapat dilakukan

untuk memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan karena tidak ada atau belum ada

instrumen yang dapat mengukur aspek tersebut, atau, kalaupun sudah ada, dapat

diadaptasi sesuai karakteristik responden dan wilayah administrative. Kemampuan ini

diperlukan dalam proses pengumpulan data peserta didik maupun lingkungan. Informasi

yang diperoleh ditujukan sebagai dasar dalam merencanakan program, dan menentukan

layanan yang tepat bagi peserta didik.

Dalam bimbingan konseling teknik pengumpulan data dapat berupa tes maupun

nontes. Instrumen tes sangat terbatas pada penggunaannya. Dimana tes hanya bisa

disusun oleh orang-orang ahli yang telah mempunyai kewenangan dan sertifikat pelatihan

tes psikologi. Berbeda dengan nontes, yang lebih fleksibel terhadap siapa saja yang dapat

membuatnya. Namun demikian, meski dirasa mudah tetapi ada banyak kekeliruan dalam

pembuatan instrumen nontes. Jika kesalahan ini dibiarkan pastinya akan mempengaruhi

pada proses analisa hasil datanya dan juga pada kesimpulan. Sebab itu, makalah ini akan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

menjelaskan secara mendetail terkait pengembangannya meliputi angket, observasi, dan

interviu.

b. Rumusan Masalah

Makalah ini disusun berdasarkan kerangka:

a. Apa itu pengembangan instrumen non tes dalam bimbingan dan konseling?

b. Bagaimana konsep dasar, teknik dan pengolahan hasil data dari kuesioner, interviu,

dan observasi?

Page 3: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

BAB II

PEMBAHASAN

Langkah-langkah Pengembangan Instrumen

Dalam proses pengembangan instrumen, terdapat beberapa langkah yang harus dilalui, yaitu

sebagai berikut (Djaali dan Muljono, 2008):

1. Mengidentifikasi tujuan utama penggunaan instrumen.

Proses pengembangan instrumen yang sistematis seharusnya berdasarkan pertimbangan

tujuan penggunaan instrument yang mendasar. Tujuan utama pengembangan instrumen

tersebut ditentukan oleh konselor sebagai pengembang instrumen, antara lain untuk

diagnostic, penempatan, identifikasi, dan sebagainya. Missal, ingin mengetahui tingkat

kematangan karir siswa.

2. Mengidentifikasi tingkah laku yang mewakili konstruk tertentu.

Untuk mengembangkan instrumen, perlu ditentukan konsep sampel tingkah laku yang

dipercaya dapat mewakili konstruk teori yang akan diukur. Oleh karena itu, langkah

pertama dari penyusunan instrumen adalah perumusan sampel tingkah laku secara

operasional, sehingga tampak apa sebenarnya yang akan diukur oleh instrumen yang akan

disusun itu. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji

tentang suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, kemudian dirumuskan konstruk

dari variabel tersebut. Konstruk pada dasarnya adalah bangun pengertian dari suatu

konsep yang dirumuskan oleh pengembang instrumen.

Untuk melalukan verifikasi konstruk yang akan diukur, pengembang instrumen perlu

melakukan aktivitas sebagai berikut:

a. Content analysis, yaitu melakukan anlisis terhadap isi konstruk dengan mengajukan

pertanyaan terbuka terhadap konstruk.

b. Review of Research, merupakam telaah terhadap penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya mengenai konstruk teori yang akan diukur.

c. Critical Incidents, mengidentifikasi tingkah laku yang mengkarakteristikkan hal yang

ekstrem dalam suatu kontinum dari konstruk teori.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

d. Direct observation, pengemang instrumen mengidentifikasi tingkah laku yang akan

diukur melalui pengamatan langsung.

e. Expert judgment, meminta penilaian dan masukan dari orang yang ahli dibidang yang

akan diukur.

f. Instruction objectives, adalah meminta pertimbangan ahli mengenai spesifik konten

yang menjadi fokus.

3. Berdasarkan konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator variabel yang

sesungguhnya secara eksplisit telah tertuang pada rumusan konstruk variabel.

4. Mempersiapkan spesifikasi instrumen dan proporsi item yang menjadi fokus atau

membuat kisi-kisi.

Setelah mengidentifikasi sampel tingkah laku yang mewakili variabel, langkah

selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen setiap variabel yang dimaksud. Kisi-kisi

adalah rangkuman rancangan penyusunan butir-butir instrumen sesuai dengan bangun

konstruk teoritis setiap variabel yang akan diukur. Pengembangan instrumen

mempersiapkan spesifikasi instrumen dan proporsi item dari masing-masing indikator.

Proporsi item sebaiknya seimbang sehingga dapat menggambarkan proporsi konstruk

yang sesuai.

5. Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari

satu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya, tidak setuju ke setuju, negative ke

positif, tidak pernah ke selalu, dan sebagainya.

6. Mengkonstruksi sejumlah draf item.

Setelah mengetahui hal-hal khusus apa yang akan diukur, yaitu melalui kisi-kisi, maka

langkah selanjutnya adalah menulis butir-butir instrumen yang diperlukan. Butir

instrumen tersebut diusahakan sebanyak-banyaknya karena pada tahap selanjutnya butir-

butir tersebut akan diseleksi, mana yang paling baik. Kegiatan yang akan dilakukan untuk

mengkonstruksi sejumlah draft item adalah sebagai berikut:

a. Menyeleksi format item yang sesuai

b. Membuktikan bahwa format yang diajukan dapat dikerjakan dengan mudah

c. Menyeleksi dan melatih penulis item jika tidak dikerjakan sendiri oleh konselor

d. Menulis item

Page 5: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

e. Memonitor perkembangan penulisan item dan kualitas item

Pengembangan instrumen juga perlu menentukan format atau bentuk instrumen yang

akan dikembangkan, apakah bentuk benar-salah, pilihan ganda, skala penilaian, dan

sebagainya.

Formula kalimat dalam sebuah instrumen harus memperhatikan beberapa hal berikut:

a. Jangan menggunakan pernyataan yang factual

b. Hindari pernyataan yang memiliki dua atau lebih interpretasi

c. Buat item positif dan negative secara seimbang

d. Pernyataan singkat dan padat

e. Hindari pemakaian kata yang menunjukkan keseluruhan, seperti semua, selalu, tidak

ada, tidak pernah dan sebagainya karena akan menimbulkan ambiguitas

f. Hindari penggunaan kata hanya, masih, benar-benar, sedikit, kadang-kadang

g. Gunakan kalimat sederhana, hindari kalimat pengandaian

7. Mereview item dengan memperhatikan: akurasi, kesesuaian dan relevansi spesifikasi

instrumen, kekurangan konstruksi item yang bersifat teknis, tata bahasa, bias, dan

keterbacaan.

Butir-butir yang telah disusun itu kemudian dikaji ulang agar mutunya lebih baik. Kaji

ulang mula-mula dilakukan oleh pengembang instrumen. Setelah itu, sebaiknya diberikan

kepada beberapa orang yang merupakan ahli dalam bidang yang berkaitan dengan

variabel itu untuk dikaji ulang. Dengan demikian kaji ulang akan lebih objektif.

8. Melakukan uji coba awal.

Uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas dan ketepatan ukur (reliabilitas)

instrumen. Dalam hal ini diuji apakah instrumen itu mempunyai ketepatan atau

kemantapan jawaban apabila instrumen tersebut dikerjakan oleh orang yang sama dalam

waktu yang berlainan. Berdasarkan hasil uji coba, maka dilakukan perbaikan. Perbaikan

ini dilakukan terhadap petunjuk pengerjaan dan butir-butir yang ternyata tidak baik. Ada

kalanya butir-butir tertentu berdasarkan hasil uji coba memang tidak dapat digunakan.

Pelaksanaan uji coba instrumen dimaksudkan untuk:

Page 6: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

a. Mengetahui apakah instrumen tersebut dapat diadministrasikan dengan mudah, hal ini

dilakukan dengan pengamatan.

b. Mengetahui apakah setiap butir dapat dibaca dan dipahami oleh responden.

c. Mengetahui ketepatan ukur instrumen yang dimaksud (validitas). Validitas merujuk

kepada pengertian apakah hasil tes sesuai dengan kriteria yang telah dirumuskan, dan

hingga dimana hasil tes itu mengukurnya. Terdapat tiga kategori validitas, yaitu

validitas konten, validitas kriteria, dan validitas konstruk (Sukardi, 1997:193-194).

Untuk menguji validitas, dilakukan dua langkah, yaitu uji ketepatan ukur (validitas

butir, dengan jalan menganalisis butir), dan uji ketepatan ukur seluruh perangkat

instrument.

d. Mengetahui keajegan alat ukur atau reliabilitas, yaitu konsisten dari skor tes. Secara

praktis, reliabilitas adalah derajat kearah mana deviasi atau sebaran skor individu atas

z skor, apakah relative konsisten setelah dites berulang kali dengan menggunakan

instrumen yang sama (Crocker dan Algina, 1986)

9. Melakukan uji coba kepada sampel yang lebih besar.

Setelah melakukan uji coba awal, instrumen dapat diuji coba kembali kepada responden

yang lebih besar dan lebih bervariasi sesuai keluasan tujuan pengembangan instrument.

10. Melakukan analisis statistik yang sesuai dan mengeliminasi item yang tidak sesuai

dengan kriteria.

11. Mendesain dan melakukan penghitungan validitas dan reliabilitas instrumen.

12. Mengembangkan panduan untuk pengadministrasian, pemberian skor, dan interpretasi.

Perangkat akhir tersebut meliputi bagian-bagian pokok, yaitu (Crocker dan Algina:1986):

a. Petunjuk pengerjaan

b. Perangkat butir soal yang berupa daftar pertanyaan atau pernyataan

c. Cara penafsiran

Page 7: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

Kuesioner

Merupakan salah satu alat pengumpul data non tes, yang berupa serangkaian pertanyaan atau

pernyataan yang diajukan pada responden. Winkel mendefinisikan angket sebagai suatu daftar

atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga (Winkel, 1987:271).

Secara garis besar instrument ini terdiri dari tiga bagian, yaitu: (1) Judul angket, (2) Pengantar

yang berisi tujuan dan petunjuk pengisian angket, dan (3) Item-item pertanyaan, bisa juga opini

atau pendapat, dan fakta.

Kuesioner disusun dengan tujuan untuk menghimpun sejumlah informasi yang relevan dengan

keperluan bimbingan dan konseling. Data yang diperoleh, berfungsi untuk: (1) mengumpulkan

informasi sebagai bahan dasar dalam rangka penyusunan program, (2) untuk menjamin validitas

informasi yang diperoleh dengan metode lain, (3) evaluasi program BK, dan (4) untuk

mengambil sampling sikap atau pendapat dari responden.

Dilihat dari bentuknya kuesioner dan skala psikologis yang sama-sama tertulis, memang hampir

tidak ada perbedaan. Tetapi, jika dilihat dari segi aspek yang diungkap, atribut yang diukur, sifat

jawaban dan skoringnya bisa dipahami bahwa terdapa perbedaan yang mendasar antara

kuesioner dan skala psikologi. Secara lebih detail dijabarkan oleh Saifudin Azwar (2005:5)

sebagai berikut:

a. Data yang diungkap kuesioner berupa data factual atau yang dianggap fakta dan

kebenaran yang diketahui oleh subyek. Sedangkan data yang diungkap oleh skala

psikologis berupa konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek

kepribadian individu .

b. Pertanyaan dalam kuesioner berupa pertanyaan langsung yang terarah kepada informasi

mengenai data yang hendak diungkap, yaitu mengenai data atau opini berkenaan dengan

diri responden. Hal ini didasarkan asumsi bahwa, “responden adalah orang yang paling

mengetahui tentang dirinya sendiri”. Sedang pada skala, pertanyaan tertuju pada indikator

perilaku guna memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subyek

yang biasanya tidak disadari diri responden.

c. Responden pada kuesioner biasanya tahu persis apa yang ditanyakan dalam kuesioner

dan informasi apa yang dikehendaki. Sedang responden skala, meskipun ia memahami isi

Page 8: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

pertanyaannya, biasanya mereka tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan

simpulan apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan itu.

d. Jawaban terhadap kuesioner tidak bisa diberi skor melainkan diberi angka atau coding

sebagai identifikasi atau klarifikasi jawaban. Respon terhadap skala diberi skor melalui

proses penskalaan.

e. Satu kuesioner dapat menyimpan informasi mengenai banyak hal, sedang satu skala

hanya diperuntukkan guna mengungkap suatu atribut tunggal.

f. Data dari hasil kuesioner tidak perlu diuji lagi reliabilitasnya, hal ini mendasarkan pada

realitas bahwa pertanyaan kuesioner adalah pertanyaan langsung mengenai data yang

hendak diungkap dan jawabannya tidak bisa diberi skor, reliabilitas angket terletak pada

terpenuhinya asumsi bahwa responden akan menjawab dengan jujur apa adanya. Di sisi

lain, hasil ukur skala teruji secara psikolometris, karena relevansi isi dan konteks kalimat

yang digunakan sebgai stimulus.

g. Validitas kuesioner lebih ditentukan oleh kejelasan dan lingkup informasi yang hendak

diungkap, sedang validias skala psikologi lebih ditentukan oleh kejalasan konsep yang

hendak diukur oleh operasionalisasinya

Macam atau Jenis Kuesioner

Kuesioner dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1) berdasarkan bentuk pertanyaan atau

pernyataan, 2) berdasarkan respondennya, dan 3) berdasarkan strukturnya.

1. Berdasarkan bentuk pertanyaan atau pernyataan:

a. Kuesioner terbuka (open questionaire), merupakan bentuk kuesioner yang pertanyaan

atau pernyataannya memberi kebebasan kepada responden untuk memberi jawaban

dan pendpatnya sesuai dengan keinginan mereka.

Contoh: Apakah anda memiliki kebiasaan belajar setiap hari di rumah? Jelaskan

alasannya!

b. Kuesioner tertutup (closed questionaire), adalah kuesioner yang pertanyaan atau

pernyataannya tidak memberi kebebasan kepada responden untuk menjawabnya

sesuai pendapat dan keinginan mereka.

Contoh: Apakah anda memiliki kebiasaan belajar setiap hari di rumah?

Page 9: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

a. Ya b. Tidak

c. Kuesioner semi terbuka (semi open questionaire), yaitu bentuk kuesioner yang

pertanyaan atau pernyataannya berbentuk tertutup tetapi diikuti pertanyaan terbuka.

Contoh: Apakah anda memiliki kebiasaan belajar setiap hari di rumah?

a. Ya b. Tidak

Jika ya atau tidak berikan alasan anda

2. Dilihat dari sumber datanya, kuesioner dapat dibedakan:

a. Kuesioner langsung, yaitu bila kuesioner itu langsung diberikan kepada responden

yang ingin diselidiki. Jawaban diperoleh dari sumber pertama tanpa menggunakan

perantara.

b. Kuesioner tidak langsung, yaitu bila kuesioner disampaikan kepada orang lain yang

diminta pendapat tentang kondisi orang lain. Jawaban tersebut diperoleh dengan

melalui perantara, sehingga jawabannya tidak dari sumber pertama.

Contoh: Apakah putra Ibu/Bapak memiliki kebiasaan belajar setiap hari di rumah?

a. Ya b. Tidak

3. Dilihat dari strukturnya, kuesioner dapat dibedakan menjadi:

a. Kuesioner berstruktur, yaitu angket yang bersifat tegas, konkret dengan pertanyaan

atau pernyataan yang terbatas dan menghendaki jawaban yang tegas dan terbatas

pula.

b. Kuesioner tidak berstruktur, dipergunakan apabila konselor menginginkan uraian

lengkap dari subjek tentang suatu hal, dimana diminta uraian terbuka dan panjang

lebar. Disampaikan dengan mengajuka pertanyaan bebas.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

Tahap-tahap Penyusunan Item

Mc Millan (2001:258) menunjukkan tahap-tahap penyusunan kuesioner dalam diagram berikut:

1. Justification

Sebelum melangkah lebih jauh, peneliti perlu mempertimbangkan kelebihan dan

kelemahan teknik yang hendak digunakan, sebab tidak ada teknik pengumpulan data

yang paling sempurna, yang ada hanyalah sesuai atau tidak sesuai dengan variabel,

subjek, dan kondisi lingkungannya. Dalam keadaan tertentu bisa jadi peneliti

menggunakan instrumen yang telah ada. Namun demikian, perlu melakukan adaptasi,

karena bisa jadi seperangkat instrumen cocok untuk subjek tertentu ditempat tertentu, tapi

tidak cocok untuk subjek tertentu ditempat lain.

2. Menetapkan Tujuan

Pada tahap ini, peneliti menetapkan tujuan khusus yang ingin dicapai melalui kuesioner

tersebut. Tujuan tersebut hendaknya didasarkan pada problem riset atau pertanyaan-

pertanyaan yang hendak dijawab melalui penelitian. Dalam penetapan tujuan ini peneliti

seyogianya menentukan indikator-indikator yang lebih spesifik dari perilaku yang hendak

diukur.

3. Menulis Pertanyaan atau Pernyataan

Setelah peneliti menetapkan tujuan, hal yang segera dilakukan adalah menyusun

pertanyaan atau pernyataan. Agar peneliti bisa menyusun pertanyaan atau pernyataan

yang efektif, McMillan (2001:258) menunjukkan rambu-rambu yang perlu diperhatikan

berikut:

a. Tulislah item dengan jela; item dinilai jelas bila semua responden memiliki

interpretasi yang sama. Peneliti sebaiknya menghindari kalimat yang terlalu umum

Defining

Objective

Writer items Review item

Revision Pretest Construct

General Format

Justification

Page 11: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

sehingga mengakibatkan responden kesulitan dalam menginterpretasikan isinya.

Misal “Apa pendapat anda tentang kurikulum baru”. Pertanyaan seperti ini akan

menimnulkan pertanyaan balik “kurikulum yang mana?”

b. Hindari penggunaan pertanyaan atau pernyataan yang memiliki makna ganda

(double-barreled question) yaitu pertanyaan atau pernyataan yang memiliku dua

makna lebih yang disusun dengan konsep tunggal.

c. Responden harus mengetahui jawaban dan memiliki kewenangan untuk menjawab;

hal ini dipandang penting agar responden memberikan jawaban yang benar-benar

sesuai kemampuannya.

d. Pertanyaan harus relevan. Jika responden harus memberi respon terhadap pertanyaan

atau pernyataan yang tidak penting bagi mereka, atau tentang suatu pemikiran yang

tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan atau tugas mereka, maka merekan akan

menjawab dengan sembarangan dan hasilnya bisa menyesatkan.

e. Item yang pendek dan simple adalah yang terbaik. Item yang terlalu panjang dan

kompleks harus dihindari, sebab lebih sulit dipahami atau bisa jadi responden tidak

ingin mencoba memahaminya.

f. Hendaknya penggunaan istilah yang maknanya bias.

4. Melihat kembali item-item yang telah disusun

Setelah menyusun item sebaiknya dilihat kembali apakah susunan kalimatnya sudah

benar, bisa dipahami responden, dan cetakannya sudah benar atau belum. Pada tahap ini,

Mc Millan (2001;260) menyarankan agar bertanya kepada teman, kolegadan orang-orang

ahli untuk melihat kembali item-item yang telah disusun dan problem yang mungkun

muncul.

5. Menyusun Format Keseluruhan

Secara umum kuesioner pada umumnya terdiri dari (1) pengantar, (2) identitas responden

(3) petunjuk cara memberikan respon terhadap item-item yang tersedia, (4) beberapa

petunjuk teknis yang lain. Penjelasannya sebagai berikut:

a. Dalam menyusun pengantar sebaiknya dijelaskan tujuan kuesioner, respon yang

diharapkan, pemanfaatan data yang diperoleh, jaminan kerahasiaan dan tidak ada

pengaruh terhadap penilaian kinerja (bagi karyawan) dan nilai rapor (bagi siswa),

serta harapan agar responden memberikan respon sesuai keadaan sebenarnya.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

b. Jika dipandang perlu, identitas responden seperti nama, alamat rumah, pendidikan

terakhir, jenis kelamin boleh ditanyakan. Tetapi, jika dalam proses analisis beberapa

identitas diri tidak diperlukan, maka lebih baik tidak ditanyakan. Cara ini dilakukan

hanya semata-mata untuk menjaga agar responden bisa memberikan jawaban

sewajarnya lantaran tidak harus menunjukkan identitas secara keseluruhan.

c. Petunjuk cara memberikan respon terhadap item-item yang tersedia agar responden

bisa memberikan jawaban dengan benar sesuai harapan. Sebab kesalahan dalam

meberikan respon bisa jadi kesalahan dalam memberikan jawaban.

d. Beberapa petunjuk teknis disarankan oleh Mc Millan (2001:266) yaitu (a) gunakan

tata bahasa, ejaan dan tanda baca yang benar, (b) jelas dan mudah, (c) singkat dan

mudah dipahami.

6. Setelah semuai bagian tersusun dengan baik, sebelum kuesioner diberikan kepada

responden yang sesungguhnya, sebaiknya peneliti melakukan pretest atau tryout

preliminer. Dimaksudkan untuk (1) menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang

jelas maksudnya, (2) meniadakan kata-kata yang terlalu asing bagi responden, (3)

menghindari pertanyaan atau pernyataan yang biasa dilewati atau hanya menimbulkan

jawaban yang dangkal, (4) menambah item yang dipandang perlu atau menghilangkan

item yang kurang relevan dengan tujuan.

7. Atas hasil tryout kemudian dilakukan perbaikan-perbaikan (revisi), dan jika masih

dipandang perlu tryout ulang hingga mencapai bentuk final.

Langkah Pengadministrasian

1. Persiapan

a. Menentukan kelompok responden yang akan diukur, apakah peserta didik, orang tua,

atau masyarakat umum.

b. Mempersiapkan kuesioner sesuai tujuan

c. Membuat satuan layanan asesmen

2. Pelaksanaan

a. Memberikan verbal setting (menjelaskan tujuan, manfaat, dan kerahasiaan data)

b. Membagikan angket

Page 13: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

c. Menjelaskan kapan waktu pengisian angket

d. Mengumpulkan kembali angket setelah selesai diisi

3. Pengolahan dan Analisis Hasil

a. Memeriksa kelengkapan hasil kuesioner

b. Membuat tabulasi hasil dan melakukan analisis

Kelebihan dan kekurangan Kuesioner

Kuesioner memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan instrument non tes lainnya,

meliputi:

1. Angket merupakan metode yang prkatis karena dapat dipergunakan untuk mengumpulak

data kepada sejumalh responden dalam jumlah yang banyak dan waktu yang singkat

2. Merupakan metode yang ekonomis, dari segi tenaga yang dibutuhkan, antara lain tidak

memerlukan kehadiran konselor

3. Setiap responden menerima sejumlah pertanyaan yang sama

4. Pada kuesioner tertutup, memudahkan tabulasi hasil bagi konselor

5. Pada angket terbuka, responden mempunyai kebebasan untuk memberikan keterangan

6. Responden mempunyai waktu cukup untuk menjawab pertanyaan

7. Pengaruh subjektif dapat dihindarkan

8. Pengisisan kuesioner dapat dibuat sinonim, sehingga responden jujur dan tidak malu-

malu menjawab.

Kelebihan kuesioner dapat diterangkan:

1. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati

tidak dijawab, padahal sukar diulangi untuk diberikan kepada responden

2. Sulit untuk mendapat jaminan bahwa responden akan memberikan jawaban yang tepat.

3. Penggunaannya terbatas hanya pada responden yang bisa membaca dan menulis

4. Pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner dapat saja ditafsirkan salah oleh responden

5. Sulit mendapat jaminan bahwa semua responden akan mengembalikan angket yang

diberikan.

Macam-macam penskalaan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu

dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif.

Berbagai skala yang dapat digunakan adalah:

1. Skala Likert

Digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang variabel penelitian. Jawaban dari skala Likert mempunyai gradasi dari

sangat positif sampai sangat negative, yang dapat berupa kata-kata seperti:

a. Sangat Setuju a. Selalu

b. Setuju b. Sering

c. Ragu-ragu c. Kadang-kadang

d. Tidak setuju d. Tidak pernah

e. Sangat tidak setuju

2. Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas yaitu: “ya-tidak”;

“benar-salah”; “setuju-tidak setuju”

3. Semantic Differensial

Tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positif” terleta dibagian kanan

garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak dibagian kiri garis ataupun sebaliknya.

Beri nilai gaya mengajar dosen X

Disiplin 5 4 3 2 1 Tidak disiplin

Menyenangkan 5 4 3 2 1 Membosankan

4. Rating Scale

Bila jawaban pada model ketiga skala di atas adalah kualitatif, dalam rating scale

jawaban yang tersedia bersifat kuantitatif. Alternatif jawaban pada setiap item telah diberi

penilaian dalam bentuk angka.

Contoh:

4 bila tata ruang sangat baik

3 bila tata ruang cukup baik

2 bila tata ruang kurang baik

1 bila tata ruang sangat tidak baik

Item pertanyaannya adalah tentang tata ruang kelas pascasarjana

Page 15: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

Penataan meja dan kursi sesuai kebutuhan 4 3 2 1

Kebersihan ruangan 4 3 2 1

Fasilitas sarana dan prasana mendukung kegiatan kuliah 4 3 2 1

Pengujian Reliabilitas Instrumen

Merujuk pada konsistensi hasil perekaman data (pengukuran) kalau instrument itu

digunakan oleh orang atau sekelompok orang yang sama dalam waktu berlainan, atau

instrumen digunakan oleh orang yang berbeda dalam waktu sama. Karena hasilnya yang

konsisten itu maka instrumen dapat dipercaya (reliable) dan dapat diandalkan

(depandable).

Ada tiga cara untuk mengestimasi reliabilitas instrumen itu, yaitu:

1. Metode uji-ulang (test-retest method)

Pada metode uji-ulang seperangkat kuesioner diberikan kepada sekelompok subjek

dua kali, dengan selang waktu tertentu. Lalu skor pada perekaman data yang pertama

dan skor pada perekaman data yang kedua itu dikorelasikan. Angka korelasi itulah

yang merupakan koefisien reliabilitas rtt = rI II

2. Metode bentuk parallel (parallel-form method)

Pada metode ini disusun dua perangkat kuesioner yang paralel (kembar), akan tetapi

butir-butir indikatornya berbeda, misalnya kuesioner A dan kuesioner B. kedua

instrumen diberikan pada satu kelompok subjek dalam waktu berurutan. Skor pada

instrumen A dan B dikorelasikan. Koefisien korelasi itulah yang merupakan koefisien

reliabilitas rtt = rAB

3. Metode pengujian satu kali (single trial method)

Seperangkat kuesioner diberikan kepada sekelompok subjek satu kali, lalu dengan

cara tertentu diestimasi reliabilitas kuesioner tersebut. Dalam metode ini ada tujuh

macam cara, yaitu:

a. Metode belah dua (split-half method)

b. Metode Rulon

c. Flanangan

d. Metode KR20

Page 16: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

e. Metode KR20

f. Metode analisis variansi

g. Metode alpha

Pengujian Validitas Instrumen

Validitas didefinisikan sejauh mana kuesioner mengukur atau merekam apa yang menjadi

tujuan. Ada tiga landasan untuk melihat, yaitu (1) didasarkan pada isinya, (2) disesuaikan

pada kesesuaiannya dengan konstruknya, (3) disesuaikan dengan kriteria.

a. Validitas Isi

Digunakan pada langkah telaah dan revisi butir pertanyaan atau pernyataan

berdasarkan pendapat professional atau orang ahli.

b. Validitas Konstruk

Ialah derajat dari kuesioner dalam mengukur konstruk yang diduga yaitu perilaku

yang tidak bisa diamati tetapi kita menduga ada. Validitas konstruk dibagi dengan

teknik (1) divergent and discriminant validation, dan (2) analisis faktor. Dalam

divergent and discriminant validation dengan menyiapkan lebih dari satu kuesioner

untuk merekam atau mengukur lebih dari satu sifat. Dasar pikiran metode ini adalah

hal-hal yang secara teoritis berdekatan harus tinggi korelasinya begitu juga yang jauh

korelasinya rendah.

Teknik analisis faktor didasarkan pada pemikiran bahwa perilaku individu sangat

beragam, tetapi perilaku yang sangat beragam itu diteorikan oleh sejumlah kecil

faktor saja. Faktor-faktor ini yang sering disebut dimensi atau komponen yang sudah

tercermin dalam spesifikasi instrumen pada awal pengembangan instrumen.

c. Validitas Kriteria

Page 17: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

Observasi

Konsep Dasar

Seorang konselor, sebelum memberikan layanan bimbingan kepada konseli lazimnya melakukan

pengamatan terhadap individu yang hendak dibimbingnya. Mengenali secara baik dan tepat

terhadap individu adalah suatu tuntutan professional konselor. Dan salah satu cara untuk

memahami karakteristik individu adalah dengan observasi.

Hanna Djumahan (1983:202) memandang observasi sebagai metode ilmiah yang sampai saat ini

masih menduduki tempat utama dalam ilmu pengetahuan empiris. Demikian jua dalam psikologi,

Aiken (1997:279) memandang observasi sebagai salah satu metode pengukuran kepribadian dan

sekaligus metode riset. Khususnya bagi peneliti utamanya ilmuwan sosial. Termasuk didalamnya

adalah bimbingan dan konseling.

Gall dkk (2003:254) memandang observasi sebagai teknik pengumpulan data yang dilakukan

secara sistematis dan sengaja, melalui pengamatan dan gejala-gejala yang diselidiki. Sebagai

salah satu teknik nontes, pengamatan memiliki nilai: (a) memberikan infromasi yang tidak

mungkin didapatkan melalui teknik lain, (b) memberi tambahan informasi yang sudah didapat

melalui teknik lain, (c) dapat menjaring tingkah laku nyata bila sebelumnya tidak diketahui, (d)

pengamatan bersifat selektif, (e) pengamatan mendorong perkembangan subjek pengamatan.

Pengamatan untuk analisis individual, harus fokus pada satu orang. Bila kita secara intens

mengamati detail tingkah laku konseli mungkin agar berguna dalam konteks konseling. Dalam

melakukan pengamatan, konselor harus memiliki kriteria spesifik untuk melakukan observasi.

Kita melakukan observasi untuk suatu tujuan, oleh karena itu kita melihat karakteristik individu

untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini menjadi dasar untuk mengidentifikasi kriteria spesifik

yang akan mengarahkan pada kita apa yang akan diamati.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

Selain itu, pengamatan harus dilakukan pada beberapa periode waktu. Walaupun tidak ada

ketepatan waktu khusus pada pelaksanaan observasi, akan tetapi semakin lama dan semakin

sering dilakukan, akan memantapkan reliabilitas hasil observasi. Selain itu, teknik ini perlu

dilakukan pada situasi berbeda dan natural karena tingkah laku yang alami atau apa adanya akan

tampil pada situasi alami. Pengamatan pada situasi berbeda, akan membantu kita mengetahui

bahwa beberapa tingkah laku akan terhambat atau terkondisi oleh situasi atau lingkungan

tertentu. Observasi juga harus dilakukan dalam konteks situasi keseluruhan. Saat observasi, tidak

boleh hanya fokus pada konseli dengan mengabaikan berbagai kondisi interkasi dan faktor-faktor

lain yang mempengaruhi tingkah laku.

Data hasil observasi harus diintegrasikan dengan data lain. Hal yang penting saat menganalisis

adalah menyertakan semua data atau hal tentang konseli, karena kita harus melihat konselii

sebagai pribadi menyeluruh. Kegiatan observasi juga harus dilakukan pada kondisi baik.

Observer yang lelah, situasi yang tidak menguntungkan atau banyak gangguan akan

mempengaruhi hasil observasi. Termasuk perlu menghindari bias, karena jika individu

mengetahui bahwa ia sedang diamati, maka mungkin saja tingkah lakunya diatur.

Peran dan Fungsi Konselor

Pada saat proses pengamatan, konselor memiliki beberapa peran yang harus dilaksanakan,

sehingga proses observasi berlangsung lancara dalam suasana yang natural apa adanya sehingga

menghasilkan informasi yang lengkap, mendalam dan objektif. Beberapa peran diantaranya:

1. Persiapan, pada langkah ini konselor sebagai pengamat menetapkan tujuan observasi,

tingkah laku yang akan diamati, waktu dan tempat observasi, berapa kali observasi akan

dilakukan, dan mempersiapkan alat pencatat pengamatan yang akan digunakan. Pelibatan

beberapa pengamat dalam setiap pelaksanaan pengamatan dan banyaknya frekuensi

pelaksanaan observasi aka meningkatkan ketajaman, akurasi, dan objektifitas hasil

observasi. Untuk itu seluruh observer harus melakukan koordinasi dan diskusi agar setiap

observer memiliki kesamaan persepsi dan memperkecil bias hasil.

2. Pada saat pelaksanaan, perlu dipastikan kehadiran observer tidak diketahui subjek

pengamatan, agar natural, selain itu juga observer mampu memusatkan perhatian pada

Page 19: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

selama proses pengamatan dan mampu mencatat dengan segera dan teliti pada saat

tingkah laku muncul.

3. Pencatatan hasil pengamatan, langkah ini dilakukan selama pengamatan berlangsung.

Untuk meudahkan observer, maka digunakan alat pencatat dan perekam gambar. Untuk

menjaga validitas hasil pengamatan, konselor tidak memasukkan pendapat, pandangan

dan penilaian apapun terhadap situasi dan tingkah laku yang diamati. Hasil pengamatan

perlu didokumentasikan untuk menjaga kerahasiaan dan data hanya akan digunakan

untuk kepentingan proses membantu peserta didik.

4. Penutup, pada tahap ini, konselor mengakhiri proses pengamatan, kemudian dilanjutkan

dengan diskusi untuk menyatukan dan menyimpulkan hasilnya. Hal ini untuk

menghindari lupa dan objektifitas. Selanjutnya menyususn laporan untuk

didokumentasikan.

Bentuk-bentuk Obsevrasi

Ada beberapa bentuk observasi yang lazim dilakukan oleh konselor, yaitu:

1. Dilihat dari keterlibatan subjek terhadap objek yang sedang diobservasi. Dibedakan

menjadi tiga macam:

a. Observasi Partisipan, yaitu bila pihak yang melakukan observasi turut serta

berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang dilakukanoleh subyke yang sedang

diobservasi. Observasi partisipan ini memeliki kelebihan, yaitu observe bisa jadi

tidak mengetahui bahwa mereka sedang diobservasi, sehingga perilaku yang nampak

diharapkan wajar atau tidak dibuat-buat. Di sisi lain, kelemahan observasi partisipan

berkaitan dengan kecermatan dalam melakukan pengamatan dan pencatatan. Sebab

ketika observer terlibat langsung dalam aktifitas yang sedang dilakukan observee,

memungkinkan observer tidak bisa melakukan pengamatan secara detail.

b. Observasi non-partisipan, yaitu bila observer tidak terlibat secara langsung atau tidak

berpartisipasi dalam aktifitas yang sedang dilakukan oleh observe. Kelebihan

observasi non-partisipan bisa melakukan pengamatan secara mendetail dan cermat

terhadap segala aktifitas observee. Sedangkan kelemahannya bila observee

mengetahui mereka sedang diamati, maka perilaku yang nampak dibuat-buat atau

tidak natural. Akibatnya observer tidak mendapatkan data asli.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

c. Observasi kuasi-partisipan, yaitu bila observasi terlibat pada sebagian kegiatan yang

sedang dilakukan observee, sementara pada sebagian kegiatan yang lain observer

tidak melibatkan diri. Bentuk ini merupakan jalan tengah untuk mengatasi kelemahan

dan sekaligus memanfaatkan kelebihan dari kedua jenis observasi di atas.

2. Berdasarkan cara pengamatan dibagi menjadi:

a. Obervasi terstruktur, penelitian dilakukan dengan menggunakan kerangka rencana

terlebih dahulu, dimana sudah ditetapkan tujuan pengamatan, frekuensi, beserta

metode pengamatan. Pada pengamatan ini perilaku, gejala atau sifat-sifat oberservee

yang akan diamati telah ditentukan kategorinya, sehigga observer tinggal melakukan

pengecekan.

b. Observasi non sistematis, pada pengamatan ini tetap dilakukan perencanaan, hanya

saja materi atau fokus apa yang akan diamati belum dibatasi atau dikategorikan.

Sehingga gejala yang diamati geraknya lebih luas tidak terbatas pada hal-hal yang

dikategorikan. Jika pada observasi terstruktur pengamat tinggal memberika cek, pada

non istematis pengamat bisa mencatat hal-hal yang dianggap penting dan menonjol

selama proses observasi.

3. Berdasarkan pada situasi saat obervasi, yaitu:

a. Free situation, dilakukan pada situasi bebas, tidak dibatasi pada bagaimana jalannya

pengamatan dan dalam situas yang tidak terkontrol. Misalnya melakukan pengamatan

terhadap berbagai aktifitas peserta didik selama berada di sekolah.

b. Manipulated situation, pangamatan yang situasinya sengaja diadakan, memasukkan

berbagai faktor atau variabel kondisi yang diperlukan untuk memunculkan perilaku

yang diharapkan. Biasanya pengamatan ini lebih banyak dilakukan pada format

eksperimen.

c. Partially controlled situation observation, merupakan pencampuran antara free

situation dan manipulated situation. Sebagian situasi sengaja dikondisikan sehingga

sifatnya terkontrol dan sebagian lagi tetap dalam situasi bebas.

Alat Pencatat Observasi

Pada metode observasi, seroang pengamat dalam hal ini konselor memerlukan alat untuk

mencatat berbagai informasi hasil pengamatannya dengan cara yang tepat dan sistematis,

Page 21: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

sehingga hasil yang diperoleh merupakan gambaran apa adanya, objektif sesuai dengan situasi

dan kondisi saat dilakukan pengamatan. Pada observasi ada beberapa alat pencatatan yaitu:

1. Catatan Anekdot

Dapat digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan tingkah laku atau ucapan

yang didengar dari individu atau kelompok yang diamati pada suatu konteks kejadian

dalam situasi seperti apa adanya. Kelebihan dari anekdot ini adalah:

a. Diperoleh deskripsi tingkah laku observe dalam berbagai situasi akan membantu

konselor dalam memahami idividualitas dengan lebih baik

b. Deskripsi akurat tentang tingkah laku observe menghindari konselor untuk

melakukan justifikasi atau generalisasi tanpa fakta atau data

c. Dengan melakukan deskripsi hasil catatan anekdot membuat guru lebih memahami

karakteristik peribadi siswanya.

Oleh karena itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan catatan anekdot

adalah:

a. Hasil pengamatan harus secara jelas dideskripsikan sesuai konteks kejadiannya secara

objektif.

b. Saat mendeskripsikan kejadian, perhatian dipusatkan pada tingkah laku atau ucapan

individu yang diamati, reaksi orang lain disekitarnya, dan konteks kejadiannya lebih

dari sekedar mendeskripsikan situasi kejadian tersebut. Selain itu perlu hindarkan diri

dari prasangka dan pendapat subjektif pribadi.

c. Batasi deskripsi tingkah laku pada kejadian tertentu saja, dengan tetap

memperhatikan detail penting.

d. Lakukan interpretasi dengan memfokuskan pada hal yang mengandung arti

psikologis.

e. Rekomendasi dibuat sesuai dengan hasil pengamatan dan pengetahuan kita. Isi

rekomendasi mengenai bentuk tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk melihat

perkembangan tingkah laku pesrta didik yang diamati.

f. Cantumkan identitas pengamat dan subjek pengamatan

g. Pencatatan perlu dilakukan beberapa kali atau dilakukan beberapa pengamat pada

berbagai situasi dalam jangka waktu tertentu. Hal ini berguna bagi konselor untuk

Page 22: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

mendapatkan gambaran menyeluruh sebagai dasar membuat interpretasi yang valid

tentang tingkah laku yang diamati.

2. Daftar cek

Bentuk lain mencatat hasil observasi dengan menggunakan daftar cek. Daftar cek berisi

daftar aspek-aspek yang mungkin terdapat pada situasi, tingkah laku, maupun kegiatan

individu yang menjadi pusat perhatian. Penyusunan alat ini direncanakan dengan

sistematis, dan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Bentuknya berupa format yang

efisien dan efektif, dapat diperiksa validitas dan reliabilitasnya, bersifat kuantitatif, dan

hasilnya diolah sesuai tujuan. Pengamat memberikan tanda cek (V) pada pilihan tertentu

diruang yang disediakan.

Sutrisno Hadi (2004:152-152) memandang penggunaan skala penilaian sangat popular

karena penggunaannya sangat mudah, disisi lain pencatatannya lebih menunjukkan

keseragaman antara pencatat satu dengan lainnya, dan sangat sederhana untuk dianalisis

secara statistic. Hal ini sangat berbeda jika pencatatan itu dilakukan dengan pernyataan-

pernyataan deskriptif yang panjang, yang oleh observer kerapkali menggunakan gaya

penulisan yang amat beragam.

3. Skala penilaian

Merupakan metode yang mengandung penilaian dari observasi terhadap observe. Nilai

skala ini terletak pada kebermaknaan karakteristik-karakteristik yang akan dinilai.

Karakteristik tersebut dapat berupa tingkah laku maupun sikap yang ditunjukkan oleh

individu yang diamati. Penilaian yang diberikan dituangkan dalam bentuk penentuan

gradasi dari titik ekstrim paling tinggi. Sebelum melakukan pengamatan, konselor perlu

membuat terlebih dahulu format skala penilaian berisi dengan karakteristik tingkah laku

maupun sifat-sifat yang akan dinilai.

Penggunaan skala penilaian memiliki keuntungan, yaitu hasil pengamatan dapat

dikuantifikasi, beberapa observer dapat memberikan penilaian terhadap observee (peserta

Page 23: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

didik) sehingga diperoleh kumpulan penilaian yang dapat dijadikan dasar untuk membuat

interpretasi mengenai gambaran menyeluruh pribadi yang terandalkan.

Penggunaan skala penilaian juga memiliki beberapa kelemahan bila observer membuat

generalisasi mengenai tingkah laku maupun sifat individu yang diamati karena beberapa

kondisi yaitu: sering bergaul akrab, memiliki prsangka, memiliki hallo effect dimana

pengamat terpengaruh oleh kesan penampilan awal dari individu yang diamati,

ketidakpahaman observer terhadap butir pernyataan yang disediakan, ataupun karena

pengamat tidak berani memberikan penilaian secara tegas “sangat baik” atau “sangat

kurang” sehingga cenderung menilai “cukup”, beberapa kecenderungan ini akan

menyebabkan terjadinya bias pribadi.

Untuk menghindari bias, maka saat membuat dan menggunakan skala penilaian, perlu

memperhatikan beberapa hal berikut ini:

a. Karakteristik tingkah laku maupun sifat perlu ditetapkan secara jelas.

b. Karakteristik yang ditetapkan harus dapat diamati dan menggambarkan keseluruhan

karakteristik individu yang diamati.

c. Tingkat penilaian karakteristik harus ditetapkan dengan gradasi atau interval

kuantitatif maupun kualitatif yang jelas mulai dari yang paling rendah sampai yang

paling tinggi.

d. Mencantumkan pedoman pengisian dengan jelas

e. Penggunaan skala penilaian perlu bekerja sama dengan sejawat konselor maupun

guru mata pelajaran, agar hasil pengamatan dapat memiliki objektifitas dan

keterandalan yang baik.

f. Guru yang akan dilibatkan pada proses pengamatan perlu memiliki pemahaman yang

benar tentang tujuan, isi pernyataan, gradasi/interval penilaian dalam format skala dan

cara menggunakannya, serta memiliki keberanian untuk memberikan penilaian secara

tegas.

Format skala penilaian memiliki beberapa tipe, antara lain:

Page 24: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

a. Skala penilaian numeric, menggunakan gradasi skor angka mulai dari paling rendah

sampai yang paling tinggi. Skala angket yang digunakan dapat memiliki rentang lima

sampai tujuh, yang diikuti dengan penjelasan singkat tentang tingkatan penilaian

tingkah laku atau sifat yang akan diamati.

b. Skala penilaian grafis, merupakan format skala yang menggunakan suatu garis

kontinum. Dimana titik gradasi ditunjukkan pada garis dengan menyajikan rangkaian

deskripsi singkat di bawah garisnya. Observer memberi tanda silang (X) pada garis

yang sesuai dengan gradasi/interval yang dipilih.

Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dan selama melakukan observasi

Meng-observasi aktifitas manusia tidak sederhana mengobservasi benda-benda mati atau

binatang yang tidak memiliki pikiran dan perasaan. Hal ini sangat berbeda observasi

dengan manusia, sebab kondisi internal dan eksternal sangat berpengaruh terhadap

gejala-gejala (perilaku) yang muncul. Hanna Djumhana (1983:202) mengingatkan bahwa

mengadakan observasi yang cermat dan kemudian mengambil kesimpulan yang tepat

bukanlah hal yang mudah, sebab observer hanya mampu membaca perilaku yang

teramati, sedang apa yang dihayati dan dipikirkan seorang ketika melakukan aktivitas

tertentu tidak bisa diduga dan disimpulkan.

Mc.Millan dan Schumacher (2001:274) mengatakan agar sebelum dan selama observasi,

observer selalu memperhatikan hal-hal yang selanjutnya dikelompokkan menjadi:

1. Hal-hal yang berkaitan dengan tujuan dan variabel penelitian

a. Tujuan observasi, pahami lebih dahulu tujuan umum maupun tujuan khusus

observasi. Dengan memahami dan memperhatikan tujuan observasi diharapkan

observer tidak mudah tertarik kepada gejala-gejala yang sebenarnya tidak ada

kaitanyya dengan tujuan observasi.

b. Fokus (materi) observasi, apa sebenarnya yang hendak diobservasisebaiknya

sudah dikuasai dengan baik oleh observer sebelum melakukan observasi.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

c. Variabel-variabel observasi, variabel-variabel yang akan disusun adalah yang

merupakan bagian-bagian penting dan pasti ada pada hal-hal yang akan

diobservasi.

d. Sub variabel, terkadang suatu objek bukan hanya terdiri dari satu variabel saja,

tetapi terdiri dari sub-sub variabel. Oleh karena itu seorang observer yang baik

tentu tidak cukup bila hanya mengobservasi salah satu sub variabel kemudian

hasilnya disimpulkan seolah-olah seluruh variabel.

e. Indikator, dimaknai sebagai ciri-ciri atau karakteristik yang ada pada variabel atau

sub variabel.

2. Hal-hal yang berkaitan dengan teknik pelaksanaan

a. Penggunaan metode pelengkap, perlu diingat bahwa perilaku manusia bukan

sekedar apa yang bisa diamati, tetapi lebih dari itu adalah motiv-motiv yang

mendorong munculnya tingkah laku, sebab bisa jadi perilaku yang muncul sama

tetapi perilaku yang mendasarinya berbeda. Oleh karena itu, sebaiknya observasi

dilengkapi dengan teknik lain seperti wawancara, studi documenter dll.

b. Pengklasifikasian gejala, mengingat data yang diperoleh dari kegiatan observasi

sangat banyak, observer sebaiknya melakukan pengklasifikasian gejala guna

memudahkan analisis. Pengklasifikasian akan lebih baik jika mendasarkan pada

variabel dan atau sub variabel yang telah disusun.

c. Pemanfaat alat pencatat data

d. Menjaga hubungan baik dengan observee

e. Libatkan beberapa orang observer, untuk menjaga objektifitas hasil pengamatan

lebih baik pengamatan tidak hanya dilakukan satu orang.

Menyusun Pedoman Observasi

Agar observasi dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan sesuai aspek-aspek

yang hendak diungkap, maka observer seyogianya menyusun pedoman observasi yang dijadikan

pegangan.

Dilihat dari prosedurnya, penyusunan pedoman observasi bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu

(1) bertolak dari pemikiran rasional atau mendasarkan pengalaman, yaitu penyusunan pedoman

Page 26: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

observasi yang dilakukan dengan melihat aspek yang hendak diobservasi mendasarkan

pemikiran rasional, dan (2) bertolak dari konsep atau konstruk yang dipandang telah mapan.

Contoh penyusunan pedoman panduan observasi

Kelebihan dan kelemahan Observasi

PROSEDUR PENYUSUNAN PANDUAN OBSERVASI BERDASARKAN KONSEP

PENYUSUNAN KISI-KISI PANDUAN OBSERVASI BERDASARKAN PEMIKIRAN RASIONAL

ATAU PENGALAMAN

1. Tujuan Observasi : Mengetahui apa sebenarnya yang dilakukan oleh konselor sekolah dalam

melaksanakan tugas sehari-hari

2. Rasional-nya : Melaksanakan tugas sehari-hari berarti melaksanakan tugas sebagai

konselor sekolah sejak pukul 07.00 (bahkan sebelumnya) hingga pelajaran

usai (mungkin pukul 13.00 atau bahkan ada yang pukul 16.00)

3. Aplikasinya dalam observasi kurang lebih mencakup:

a. Kehadiran di sekolah (waktu dan tampilan)

b. Hal-hal yang dilakukan konselor pada waktu:

1. Sebelum pukul 07.00

2. Selama pelajaran berlangsung

3. Pada saat istirahat

4. Setelah pelajaran berakhir

c. Hal-hal yang dilakukan konselor ketika menghadapi:

1. Ketika ada siswa yang bermasalah guru

2. Ketika ada siswa yang melanggar tata tertib sekolah

3. Ketika ada siswa yang bermasalah sosial

4. Ketika ada siswa yang bermasalah dengan pelajaran

Pastikan pada

aspek yang hendak

diobservasi

Manfaatkan

pemahaman budaya &

nilai-nilai responden utk

anaiisis

Jabarkan menjadi

item-item

observasi

Cari penjelasan konsep,

variabel & sub variabel

atau indikator

Tentukan tujuan

observasi

Baca Literatur

Page 27: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

Kelebihan

Pedoman untuk analisis selama dan setelah observasi

Gibson (1995:263) menyarankan agar dalam melakukan analisis selama dan setelah observasi

memperhatika pada hal-hal berikut ini:

1. Mengamati satu klien dalam satu waktu. Observasi untuk analisis individu sebaiknya

difokuskan pada individu tersebut. Utamanya terhadap perilaku klien secara detail yang

mungkin berguna dalam konseling.

2. Ada kriteria yang spesifik untuk melakukan observasi. Konselor hendaknya selalu ingat

observasi yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh sebab itu, ketika

melakukan analisis hendaknya difokuskan pada elemen-elemen yang berkaitan dengan

tujuan.

3. Observasi seharusnya dilakukan tanpa batas waktu. Terlebih dalam bidang pendidikan,

observasi dalam rangka konseling sebaiknya tidak hanya dibatasi pada waktu tertentu

saja, tetapi dilakukan setiap saat selama masih bisa. Hal ini dapat memberikan manfaat

untuk validasi dan evaluasi.

4. Konseli seharusnya diamati dalam situasi yang natural dan berbeda. Sangat membantu

dalam penyimpulan apakah karakteristik tersebut konsisten atau tidak.

5. Mengamati konseli dalam konteks semua situasi atau situasi total. Sangatlah penting

menghindari pendekatan “tunnel vision”, dimana kita hany bermaksud mengamati klien

secara visual atau sebatas yang tampak mata. Tetapi observasi sebaiknya dengan melihat

faktor-faktor yang mendorong munculnya tingkah laku tersebut, sehingga bisa memberi

makna lebih.

6. Data dari observasi seharusnya digabungkan dengan data lain. Semua kesan yang

didapatkan dari observasi harus dipadukan dengan informasi dari pengumpalan data yang

lain.

7. Pbesrvasi seharusnya dilakukan dalam kondisi yang menyenangkan.

Kelebihan

1. Dapat memberikan informasi lebih tentang berbagai macam gejala atau tingkah laku

observee yang tidak didapatkan melalui teknik lain

Page 28: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

2. Pengamatan bersifat selektif

3. Bagi observer, teknik pengmatan lebih sedikit tuntutannya.

Kelemahan

1. Pengamatan tidak dapat dilakukan terhadap beberapa situasi atau beberapa peserta didik

secara sekaligus.

2. Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan ketepatan hasil, pengamatan perlu

dilakukan beberapa kali sehingga memerlukan waktu yang panjang

3. Observee bisa memunculkn respon yang dibuat-buat jika mengetahui bahwa dirinya

sedang diamati.

4. Ada kecenderungan pada manusia dalam menilai sesuatu hanya mendasarkan ciri-ciri

yang menonjol.

Wawancara

Konsep Dasar

Pemahaman konsep dasar wawancara meliputi pengertian, fungsi dan manfaat penggunaan

wawancara dalam bimbingan dan konseling. Pada pelayanan bimbingan dan konseling salah satu

metode yang paling banyak digunakan adalah wawancara, yang merupakan teknik pengumpulan

data dengan cara berkomunikasi, bertatap muka yang disengaja, terencana dan sistematis antara

pewawancara (interviewer) dengan individu yang diwawancarai (interviewee). Proses

wawancara pada awalnya hanya dapat dilakukan melalui tatap muka, tetapi sejalan dengan

perkembangan teknologi komunikasi, proses wawancara dapat dilakukan melalui jarak jauh,

seperti melalui tele-conference, telepon atau menggunakan telepon seluler. Proses wawancara

dalam pelayanan bimbingan dan konseling memiliki fungsi untuk memahmi berbagai potensi,

sikap, pikiran, perasaan, pengalaman, harapan dan masalah peserta didik, serta memahami

potensi dan kondisi lingkungannya baik lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan

kerjanya secara mendalam.

Penggunaan asesmen wawancara dalam pelayanan bimbingan dan konseling memiliki beberapa

manfaat, selain mampu memperoleh informasi secara mendalam, sekaligu dapat menciptakan

Page 29: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

rapport yang baik, meningkatkan intensitas hubungan antara konselor dan peserta didik,

mendorong pengembangan kemampuan peserta didik untuk membuka diri, meningkatkan

pemahaman antara konselor-peserta didik, mengembangkan kemampuan konselor dalam

menerima peserta didik, mengembangkan kepercayaan pada relasi konselor-peserta didik.

Melalui wawancara, konselor juga dapat melakukan asesmen lingkungan. Antara lain dapat

digunakan untuk mengidentifikasi struktur program bimbingan dan konseling, meliputi siapa saja

yang melaksanakan program; apakah konselor yang berserfitikat, guru mata pelajaran, orang tua

dan stake holder lainnya; apa kompetensi yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah

mendapat layanan bimbingan dan konseling; siapa saja target dari program; bagaimana program

tersebut diorganisasi.

Fungsi dan Peran Konselor

Pada saat proses wawancara mulai dari pembukaan, kegiatan inti wawancara sampai dengan

penutupan wawancara, konselor memiliki beberapa peran yang harus dilaksanakan,sehingga

proses wawancara berlangsung lancar dalam suasana yang berlangsung akrab, terbuka, penuh

kepercayaan, dan menyenangkan sehingga menghasilkan infromasi yang lengkap, mendalan, dan

objektif. Beberapa peran yang harus dimainkan konselor dapat dilihat pada paparan berikut:

1. Pembukaan, pada langkah ini konselor sebagai pewawancara menciptakan hubungan

yang baik dan menjelaskan tujuan dari kegiatan wawancara, berapa lama waktu

wawancara agar peserta didik sebagai interviewee bersedia bekerjasama.

2. Inti wawancara, pada bagian ini merupakan saat pewawancara mendapatkan informasi

sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Untuk itu, waktu wawancara berlangsung

sebaiknya konselor sebagai pewawancara menunjukkan sikap yang ramah, dan perhatian

yang cukup besar terhadap interviewee, serta menghindari ada waktu diam terlalu lama,

karena akan mematikan suasana wawancara. Dengan demikian, peserta didik sebagai

interviewee akan dengan bebas dan terbuka memberikan berbagai informasi. Pertanyaan

diajukan dengan hati-hati, teliti dan menggunakan kalimat yang jelas dengan

menggunakan bahasa yang dipahami interviewee. Selain itu, agar pembicaraan tetap

terarah pada tujuan yang ingin dicapai, maka pedoman wawancara harus telah disiapkan

Page 30: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

sebelumnya, walaupun demikian konselor harus tetap mampu memperluas dan

memperdalam pertanyaan yang saling berhubungan.

3. Pencatatan hasil wawancara, langkah ini dilakukan setelah wawancara berlangsung.

Untuk memudahkan pewawancara, maka dapat digunakan alat bantu perekam. Apabila

dicatat, maka pencatatan hasil wawancara harus lengkap dan detail. Sebaliknya sebelum

dilakukan perekaman atau pencatatan dikomunikasikan terlebih dahulu kepada peserta

didik bahwa seluruh hasil wawancara perlu didokumentasikan untuk menjaga validitas

informasi dan data hanya akan digunakan untuk kepentingan proses membantu peserta

didik.

4. Penutup, pada tahap ini, konselor sebagai pewawancara mengakhiri proses wawancara,

menyimpulkan hasil wawancar untuk kemudian dibuat laporan. Apabila masih diperlukan

wawancara berikutnya, konselor bersama peserta didik membuat kesepakatan tentang

waktu dan tempat wawancara yang akan datang.

Konselor apabila ingin menjadi pewawancara yang baik perlu menunjukkan beberapa

perilaku sebagai representasi memiliki ketrampilan komunikasi yang memadai, yaitu

memiliki pengetahuan yang luas tentang apa yang akan diwawancara, menunjukkan minat

sungguh-sungguh pada orang lain;berupaya untuk menunjukkan pengertian, simpati, dan

empati terhadap interviewee; melakukan kontak mata saat wawancara, bersikap terbuka,

ramah, penuh perhatian, tidak menghakimi, tidak menggurui; mampu menggali informasi

sesuai tujuan; mampu melakukan klarifikasi, mampu mengarahkan wawancara sesuai tujuan,

memiliki pengalaman hidup luas dan pengamatan yang tajam; cepat beradaptasi dengan

situasi atau lingkungan; serta mampu menciptakan situasi menyenangkan pada saar

wawancara berlangsung dan saat mengakhiri wawancara.

Kategori-Kategori Pernyataan

Dalam interviu, reaksi-reaksi interviewer baik berupa pernyataan, pertanyaan atau jawaban

interviewer digolongkan kedalam beberapa kategori berikut.

1. E-ex : eksplorasi di luar kader referensi subyek, yaitu interviewer menanyakan hal-hal

baru yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan apa yang dikatakan interviewee.

Interviewer bertanya tanpa memperhitungkan jalan pikiran interviewee.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

Contoh : Interviewee : “Saya sangat senang melihat film-film Kungfu”

Interviewee : “Siapa teman akrab anda di sekolah?”

2. E-in : Eksplorasi di dalam kader referensi subyek Interviewer menanyakan lebih lanjut

atau meminta interviewee untuk memberikan penjelasan tentang hal-hal yang kurang

jelas atau membingungkan.

Contoh : Interviewee : “Saya senang menonton film-film detektif”

Interviewer : “Bisa anda terangkan lebih lanjut?”

3. Ev (Evaluasi dan Penilaian)

Pernyataan interviewer bersifat menilai pendapat interviewee. Interviewer memberikan

penilaian terhadap tingkah laku, pernyataan atau situasi dari interviewee. Sikap penilaian

ini tampak dari keraguan terhadap kebenaran pendapat atau tingkah laku interviewee.

Contoh : Interviewee : “Film-film TV yang bagus hanya diputar pada malam hari”

Interviewer : “Benar begitu? Sore hari juga banyak yang bagus.”

4. A (Asumsi)

Pra anggapan atau pra duga dan pernyataan yang mendahului (antisipasi). Interviewer

menyimpulkan sesuatu tanpa membuktikan kebenarannya terlebih dahulu, dengan kata

lain interviewer terlalu cepat menarik kesimpulan.

Contoh : Interviewee : “Saya senang makan buah-buahan yang lunak”

Interviewer : “Jadi, papaya yang paling sering anda makan”

5. O (Ordering)

Perangkuman atau pengaturan bahan-bahan yang dikemukakan dalam wawancara.

Interviewer mengatur atau menyimpulkan bahan-bahan yang dikemukakan oleh

interviewee. Ada 3 macam respon interviewer yang bisa diskor dengan 0:

a. Echo Response

Interviewer mengulang apa yang dikatakan oleh interviewee dengan kata-kata yang

kurang lebih sama, dengan demikian tidak ditambahkan aksen baru.

b. Content Response

Interviewer menerangkan atau menyimpulkan dengan kata-kata baru apa yang

dikemukakan oleh interviewee. Disini terdapat aksen baru tetapi tidak mencakup

Page 32: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

unsur perasaan di balik perkataan-perkataan interviewee. Content-response lebih

menyangkut unsur inti pernyataan.

c. Feeling Response

Interviewer mengekspresikan perasaan-perasaan interviewee yang tidak disebut

secara eksplisit tetapi tercermin dalam kata-kata atau kelakuan klien.

Contoh:

Intverviewee : “Di toko-toko serba ada barang-barang ditempatkan begitu

menarik sehingga mau tak mau saya harus membelinya”

Interviewer1 : “Menurut anda toko-toko serba ada menempatkan barang-

barangnya begitu menarik sehingga mau tak mau anda harus

membelinya” (Echo response)

Interviewer 2 : “Toko serba ada mengatur barang-barangnya secara baik”

(Content-response)

Interviewer 3 : Anda mempunyai perasaan seolah-olah terpaksa membeli barang

di toko serba ada” (Feeling response)

Supaya ordering dapat berfungsi sebagai penguat (reinforser) maka sebaiknya perangkuman

diberikan dengan menggunakan kata-kata baru (fresh words) dan pada akhir perangkuman suara

harus naik ke atas (evokatif).

O (perangkuman) yang baik akan sangat memberikan hasil karena ini merupakan bukti bahwa

interviewer memberikan informasi yang dikemukakan interviewee dan bahwa interviewer

menaruh perhatian pada interviewee. Hal ini akan mengakibatkan bertambahnya produksi verbal

pada interviewee.

6. I (informasi)

Interviewer memberikan informasi kepada interviewee, hal ini bisa terjadi karena

interviewer ingin supaya subyek memperhatikan suatu hal tertentu, atau mungkin sebagai

jawaban atas pertanyaan interviewee. Informasi hanya adekuat bila diberikan dalam

introduksi.

7. S (sisipan)

Reaksi interviewer berupa “sisipan” dalam pembicaraan interviewee. Misalnya: “Hmm”

“Ya”

Page 33: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

8. F (formal)

Pernyataan-pernyataan formal yang diucapkan oleh interviewer. Misalnya: “Selamat

pagi” “Terima kasih”

9. Adv (Advis)

Interviewer memberikan nasihat kepada interviewee, dengan kata lain interviewer

bersikap direktif dan menentukan apa yang harus dilakukan interviewee.

Contoh :

Interviewer: “Anda harus pindah dari rumah anda, tidak mungkin anda lebih lama tinggal

disitu”

10. M (menenteramkan) G (Geruststellen)

Ucapan-ucapan interviewer yang dimaksudkan untuk menenteramkan interviewee.

Contoh :

Interviewer : “Mempunyai perasaan erotic semacam itu memang sangat normal. Anda

tak

usah malu karena anda tertarik dengan lawan jenis”

Model-model Interviu

Murad, J (1983:81) menunjukkan ada beberapa model interviu, yaitu:

1. Interviu sikap bebas adalah suatu cara untuk mendapatkan infromasi mengenai

pendapat seseorang dengan cara non-direktif. Dalam penggunaan model ini

interviewer membatasi diri hanya pada memberikan perangkuman (samenatting) dan

kata-kata sisipan, ia hanya menanyakan lebih lanjut bila ada informasi yang

dipandang kurang jelas.

Dalam model ini, interviewee yang memilih topic pembicaraan dan menentukan

jalannya interviu. Dalam interviu sikap (attitude interview), yang ingin diketahui

adalah pendapat / sikap interviewee. Interviewee mempunyai kebebasan untuk

menentukan jalannya interviu. Reaksi-reaksi interviewer sesudah pertanyaan mula

hanya berupa perangkuman, menanyakan lebih jauh, atau mengucapkan kata-kata

sisipan.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

Murad (1983:80) mencatat bahwa interviu bebas ini muncul tahun 1929 di

lingkungan psikologi perusahaan ketika Hawthorne menggunakan metode ini dalam

penelitiannya. Karena sifat pertanyaannya yang seringkali sugestif, tidak banyak

informasi yang didapatkan dengan cara ini. Meskipun demikian, pada tahun 1941

Rogers mengangkat kembali metode ini, menurut Rogers perasaan yang ada dibalik

pernyataan responden (interviewee) itu perlu diverbalisir.

Cara Memulai Interviu Sikap Bebas

Interviu dimulai dengan cara “Mengenalkan jati diri interviewer, darimana dia

berasal, dan informasi apa yang diharapkan dari interviewee” misal:

“Saya datang dari lembaga….., kami sedang melakukan penelitian berkenaan dengan

pendapat guru…., tentang sertifikasi guru yang akhir-akhir ini digalakkan oleh

pemerintah. Bagaimana pendapt saudara tentang masalah tersebut”

Pembukaan seperti yang dicontohkan di atas, diharapkan bisa mencegah terjadinya

bias. Pertanyaan pertama haruslah mempunyai satu arti (mono-interpretation), tidak

ada interpretasi lain. Di bawah ini adalah contoh pertanyaan yang bisa mengundang

banyak interpretasi:

“Saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan tentang….”

2. Interviu (Percakapan) konseling

Interviu konseling lazim digunakan manakala seorang konseli minta bantuan kepada

konselor dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapinya. Secara garis besar

terdapat dua bentuk interviu konseling, yaitu model direktif (diagnosis-resep) dan

model non-direktif. Kedua model tersebut dijelaskan berikut:

a. Model Direktif (Diagnosis-Resep)

Pada model ini, interviewer menanyakan segala sesuatu yang diduga menjadi

sumber masalah yang dihadapi konseli. Berdasarkan hasil wawancara itu

kemudian konselor membuat diagnosis yaitu berupa penetapan penyebab masalah

yang dihadapi konseli. Mendasarkan diagnosis itu kemudian konselor memberi

resep berupa nasihat yang perlu dilakukan konseli agar masalah yang dihadapinya

Page 35: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

bisa terselesaikan dengan baik. Pada model ini, intervewer bersifat aktif

memimpin percakapan atau lebih bersifat direktif. Karean konselor yang justru

lebih aktif sementara konseli pasif, akibatnya konseli justru menjadi lebih

tergantung pada konselor. Padahal seharusnya konseli sendiri yang seharusnya

lebih banyak mengambil inisiatif, sedang konselor lebih banyak memberikan

alternative-alternatif, dukungan dan atau penguatan terhadap langkah-langkah

positif yang dipilih konseli.

Meskipun terdapat kelemahan pada interviu model ini yaitu konseli menjadi

tergantung, dan kadang nasihat konselor tidak dilaksanakan; tetapi bagi konseli

usia anak-anak atau individu yang kurang cerdas, interviu konseling model ini

masih bisa digunakan.

b. Model non-direktif

Interviu model ini didasarkan pada asumsi bahwa individu memiliki potensi untuk

menyelesaikan masalahnya sendiri, dan ia sendiri yang harus menyelesaikan

masalah yang sedang dihadapi. Fungsi interviewer, sekedar membantu

interviewee mengeksplorasikan perasaan-perasaan dan motiv-motiv yang

sementara masih terpendam, kemudian membantu interviewee menemukan jalan

keluar dari persolan yang sedang dihadapinya.

Dalam model non-direktif ini, kategori pernyataan yang banyak digunakan adalah

oredering dalam bentuk refleksi perasaan dan evaluasi. Refeleksi bukanlah

pernyataan absolut, tetapi merupakan ungkapan yang menggambarkan bahwa

interviewer memahami interviewee.

Syarat-syarat Interviewer yang baik

Murad (1983) dan Gall, M.D (2003:245) menunjukkan beberapa syarat interviewer yang baik,

dijelaskan sebagai berikut:

1. Mampu menjaga hubungan baik dengan interviewee

2. Hendaknya ia mempunyai minat yang sungguh-sungguh terhadap orang lain.

3. Mempunyai pengertian, simpati dan empati terhadap interviewee.

4. Mempunyai pengalaman hidup dan daya observasi yang taja, seyogianya ia tidak

terkurung hanya dalam satu lingkungan saja.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

5. Mudah menyesuaikan diri dengan situasi sosial.

6. Memahami dan mampu menggunakan pedoman wawancara dengan baik.

7. Memahami tujuan akhir yang hendak dicapai melalui interviu.

8. Mampu memanfaatkan alat-alat bantu (tape recorder dan alat-alat pencatat data dengan

baik)

Sumber-sumber kesalahan dalam melaporkan hasil Interviu

Sutrisno Hadi (2004, II:212) menunjukkan beberapa sumber kesalahan dalam melaporkan hasil

interviu, yaitu:

1. Eror of recognition, yaitu kesalahan yang bersumber dari ingatan interviewer yang tidak

dapat bekerja sebagaimana mestinya. Akibatnya, interviewer tidak mampu mengingat

kembali informasi yang disampaikan oleh interviewee. Hal ini bisa terjadi karena (a)

jangka waktu antara pelaksanaan interviewee dengan pencatatan terlalu lama, (b)

interviewer memandang kurang penting terhadap informasi-informasi yang semestinya

penting, dan (c) terlalu dikuasi oleh keinginan. Untuk mengatasi masalah ini, disarankan

interviewer memanfaatkan alat-alat bantu seperti tape recorder, camera video, atau

memanfaatkan handphone.

2. Error of omission, yaitu kesalahan yang bersumber dari kelalaian tidak mencantumkan

atau melaporkan sesuatu yang seharusnya dilaporkan. Sutrisno Hadi (2004, II:212)

menunjukkan bahwa hampir semua laporan interviu mengalami error ini, paling sedikit

terjadi pada interviu yang dicatat dengan alat-alat elektronik, lebih banyak kesalahan

terjadi pada pencatatan dengan kode-kode, lebih banyak lagi pada interviu yang dicatat

manual.

3. Error of addition, yaitu kesalahan yang terjadi karena penulisan laporan melebih-lebihkan

jawaban interviewee.

4. Error of substitution, yaitu kesalahan yang bersumber dari penggantian, kesalahan ini

terjadi karena pelapor tidak bisa mengingat-ingat dengan benar apa yang dikatakanoleh

interviewee kemudian dia mengganti dengan kata-kata lain yang maknanya berbeda

dengan apa yang dimaksud oleh interviewee.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

5. Error of transpotition, yaitu kesalahan yang terjadi karena interviewer tidak mampu

memproduksi sistematika atau urutan kejadian menurut waktu dan atau hubungan antar

fakta seperti apa adanya.

Langkah Pengadministrasian

Sutrisno Hadi (2004, II:201) memandanga bahwa pedoman wawancara kadang-kadang perlu

dihapal di luar kepala, meskipun dalam beberapa hal peneliti bisa saja melihat pedoman itu

setiap saat. Pedoman wawancara ini lazimnya berisi catatan dalam bentuk garis besar dan singkat

tentang apa-apa yang ditanyakan. Sedang materi pernyataan sangat tergantung pada fungsi

interviu itu digunakan, sebagai metode primer, metode pelengkap, atau sebagai kriterium.

Dalam kedudukannya sebagai metode primer, pedoman wawancara tentu berisi semua

permasalahan pokok yang hendak dicari informasinya. Jika posisinya sebagai metode pelengkap,

maka pedoman itu tentu disesuaikan dengan rencana keseluruhan, data-data mana yang akan

digali dengan metode lain dan metode interviu. Sedang jika posisinya sebagai kriterium yaitu

menguji kebenaran dan kemantapan data yang telah diperoleh dengan cara lain maka pedoman

wawancara biasanya berisi hal-hal atau data-data yang masih diragukan atau perlu digali lebih

dalam.

Adapun secara umum langkah dalam pengadministrasian interviu meliputi penyusunan pedoman

interviu, pelaksanaan, dan melakukan hasil analisis interviu.

a. Penyusunan Pedoman Interviu

Sebelum melakukan wawancara, guru BK atau konselor perlu merancangan pedoman

agar proses wawancara tetap terarah dan data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai. Langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan tujuan wawancara

2. Menetapkan bentuk pernyataan sesuai tujuan

3. Merumuskan butir pertanyaan dengan bahasa yang dipahami interviewee

4. Pertanyaan harus fokus, sehingga interviewee akan menjawab sesuai dengan yang

dibutuhkan

5. Rumusan pertanyaan jangan memiliki makna ganda

Page 38: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

6. Rumusan pertanyaan harus netral, tidak mengandung stereotip, SARA, sugestif, atau

menghakimi interviewee

b. Langkah-langkah pelaksanaan wawancara

Pada saat konselor akan melakukan wawancara, perlu memperhatikan beberapa hal

berikut

1. Menetapkan interviewee yang memiliki informasi

2. Menetapkan jadwal dan tempat wawancara

3. Menetapkan jumlah individu yang akan diwawancara

4. Menghubungi interviewee

5. Melaksanakan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah

dibuat sebelumnya

6. Melakukan verbal setting diawal wawancara berisi penyampaian tujuan,

menyampaikan informasi apa yang dibutuhkan, berapa lama wawancara akan

berlangsung, dan jaminan akan kerahasiaan.

7. Selama proses wawancara, konselor harus melakukan attending skill, mampu

bertanya dengan baik, mampu mendengar aktif dan mampu mencatat hasil

wawancara dengan lengkap.

8. Menutup wawancara dengan membuat kesimpulan hasil wawancara dan

mengakhirinya dengan situasi menyenangkan.

c. Analisis hasil wawancara

1. Hasil pencatatan atau perekaman proses wawancara, diketik dalam bentuk verbatim

(dialog tanya jawab antara konselor-peserta didik sebagaimana adanya)

2. Mengidentifikasi dan mengelompokkan jawaban sesuai dengan pokok pikiran pada

pedoman wawancara dan pencapaian tujuan yang ditetapkan

3. Menganalisis dan menyintesis hasil jawaban sesuai dengan tujuan wawancara

4. Menarik kesimpulan berdasarkan hasli sintesis dari berbagai jawaban

Page 39: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Instrumen non tes yang telah dijelaskan merupakan instrumen yang sering digunakan

oleh guru bimbingan dan konseling. Pelaksanaan dan pengembangan yang dilakukan bervariasi

tergantung pada guru bimbingan dan konseling. Untuk menghindari kesalahan dalam

pengembangan instrumen non tes alangkah lebih baiknya guru bimbingan dan konseling maupun

konselor memperhatikan setiap langkah, jenis, ketentuan, syarat dalam melakukan

pengembangan instrumen, agar mendapatkan data atau informasi sesuai dengan yang diharapkan

sehingga bermanfaat bagi semua pihak.

Setiap instrumen non tes baik observasi, wawancara, dan angket memiliki kelebihan dan

kelemahan tersendiri. Untuk mendapatkan informasi yang komprehensif guna memenuhi

kebutuhan konseli, tidak ada salahnya bagi guru bimbingan dan konseling ataupun konselor

menggunakan kesemua instrumen non tes agar saling mendukung dan meengkapi setiap

informasi yang dibutuhkan.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar...BAB I PENDAHULUAN a. Kata Pengantar Kedudukan konselor sebagai salah satu komponen pelayanan pendukung peserta didik yaitu dengan mendukung perkembangan