bab i pendahuluan 1.1. latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/94962/potongan/s2... ·...

13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun dan pada tahun 2025 menjadi 321 juta jiwa. Menurut BPS pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2009- 2014 mencapai rata-rata 5,8% per tahun yang merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi. Angka ini juga menunjukkan bahwa di antara Negara anggota G-20 pada tahun 2012 dan 2013, Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua setelah Cina. Tabel dibawah ini memperlihatkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan setiap tahunnya terhadap PDB indonesia. Pertumbuhan PDB dan jumlah penduduk akan mempengaruhi perkembangan kebutuhan energi nasional. Sektor hulu minyak dan gas bumi yang umumnya disebut Kegitan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (KUH Migas) di Indonesia, sampai saat ini masih tetap menjadi pemegang peranan penting dalam menyumbang atau berkontribusi terhadap perekonomian Nasional dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), hal ini sebagaimana terlihat pada tabel 1.1, adapun rata-rata produk domestik bruto (PDB) pada industri migas 2014 yaitu 4,86%, meskipun secara kuantitas khususnya minyak tidak lagi sebesar pada era kejayaan yaitu pada tahun 1970-1980 serta mengacu pada grafik PDB dibawah ini bahwa adanya tren penurunan, namun dari

Upload: lamkhanh

Post on 30-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250

juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun dan pada tahun 2025

menjadi 321 juta jiwa. Menurut BPS pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2009-

2014 mencapai rata-rata 5,8% per tahun yang merupakan pertumbuhan ekonomi

tertinggi. Angka ini juga menunjukkan bahwa di antara Negara anggota G-20 pada

tahun 2012 dan 2013, Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi

tertinggi kedua setelah Cina. Tabel dibawah ini memperlihatkan bahwa sektor

pertambangan dan penggalian mengalami penurunan setiap tahunnya terhadap PDB

indonesia. Pertumbuhan PDB dan jumlah penduduk akan mempengaruhi

perkembangan kebutuhan energi nasional.

Sektor hulu minyak dan gas bumi yang umumnya disebut Kegitan Usaha

Hulu Minyak dan Gas Bumi (KUH Migas) di Indonesia, sampai saat ini masih tetap

menjadi pemegang peranan penting dalam menyumbang atau berkontribusi terhadap

perekonomian Nasional dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),

hal ini sebagaimana terlihat pada tabel 1.1, adapun rata-rata produk domestik bruto

(PDB) pada industri migas 2014 yaitu 4,86%, meskipun secara kuantitas khususnya

minyak tidak lagi sebesar pada era kejayaan yaitu pada tahun 1970-1980 serta

mengacu pada grafik PDB dibawah ini bahwa adanya tren penurunan, namun dari

2

hasil sumber daya mineral yang tak terbaharui ini masih berperan dalam

pembangunan negara dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Kumulatif Sektor Hulu dan Hilir Migas

LAPANGAN

USAHA (Quartal

IV)

2008 2009 2010 2011 2012 2013* 2014**

PERTAMBANGAN

DAN

PENGGALIAN

0.71 4.47 3.86 1.60 1.58 3.44 3.29

a. Minyak dan gas

bumi 0.44 0.07 0.96 -1.03 -3.64 -3.16 -2.60

b. Pertambangan

tanpa Migas. -1.00 10.86 7.30 3.41 6.58 5.30 0.19

c. Penggalian. 7.50 7.04 6.50 7.32 7.45 6.23 6.28

INDUSTRI

PENGOLAHAN 3.66 2.21 4.74 6.14 5.74 5.56 4.86

a. Industri M i g a s -0.34 -1.53 0.56 -0.94 -2.80 -1.76 -2.27

1). Pengilangan

Minyak Bumi 0.92 0.53 1.25 0.53 -1.93 1.14 1.32

2). Gas Alam Cair -1.30 -3.14 0.01 -2.15 -3.53 - 4.26 -5.53

b. Industri tanpa

Migas 4.05 2.56 5.12 6.74 6.42 6.10 5.34

PRODUK

DOMESTIK

BRUTO

6.01 4.63 6.22 6.49 6.26 5.73 5.06

PRODUK

DOMESTIK

BRUTO TANPA

MIGAS

6.47 5.00 6.60 6.98 6.85 6.20 5.44

* Angka sementara

** Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS (2015)

Saat ini produksi minyak di indonesia mengalami penurunan sementara

permintaan energi terus meningkat yang menyebabkan meningkatnya impor minyak

mentah dan produk olahan. Hal ini terlihat dengan adanya defisit minyak dengan

jumlah 3,5 miliar dolar pada tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor lain

seperti peningkatan konsumsi domestik terhadap BBM bersubsidi, kenaikan harga

3

minyak internasional dan penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

Serikat dan valuta asing lainnya. Peningkatan ekonomi akan mendorong pemanfaatan

BBM terutama pada sektor transportasi sebagai pengguna utama BBM. Hal ini perlu

didukung oleh adanya peningkatan penyediaan minyak mentah yang memadai.

Menurut BBPT (2012) dalam kurun waktu 2012-2035 kebutuhan minyak mentah

meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 2,4% per tahun, sedangkan kebutuhan akan

energi meningkat dengan laju pertumbuhan 3,2% per tahun. Untuk memenuhi

konsumsi minyak mentah tersebut diperkirakan akan terjadi penambahan kilang baru

dengan produksi sekitar 300 barel per hari yaitu pada tahun 2020 - 2025. BBPT

menyebutkan bahwa kebutuhan energi akan terus meningkat berbanding lurus dengan

kenaikan prekonomian di indonesia dan jumlah penduduk indonesia yang semakin

meningkat, pada tahun 2012 disebutkan bahwa kebutuhan energi BBM mencapai

1079 juta SBM.

Sejak tahun 2004 produksi minyak mentah dalam negeri tidak mencukupi

untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga Indonesia menjadi importir minyak

mentah. Hal ini terjadi karena belum ditemukannya cadangan minyak dalam jumlah

besar berakibat pada menurunnya jumlah cadangan minyak mentah. Selama periode

tersebut akumulasi impor minyak mentah mencapai sekitar 66% dari konsumsi

minyak mentah, Indonesia mengimpor minyak mentah antara 6.881- 7.541 juta barel.

Sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) No.2/2012 menargetkan pencapaian

produksi minyak bumi nasional rata-rata 1,01 juta BOEPD (barrels oil equvalent per

day) pada tahun 2015. Hal tersebut ditujukan agar bisa memenuhi kebutuhan bahan

baku industri dan bahan bakar nasional secara mandiri. Pada tahun 2014 target lifting

4

minyak yang ditetapkan pada APBN 2014 di bawah angka tersebut yaitu hanya 870

ribu barrel per hari.

Gambar 1.1 Perkiraan Total kebutuhan Energi Final Per Jenis Bahan

Bakar (dihitung mulai tahun 2000)

Sumber: BPPT (2015)

Salah satu perusahaan yang ikut mendukung target pemerintah di industri hulu

migas adalah PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) yang merupakan salah satu anak

perusahaan pertamina yang bergerak di bidang kegiatan usaha hulu minyak dan gas

bumi, yang meliputi eksplorasi, eksploitasi dan produksi di Wilayah Kerja

Pertambangan Blok Cepu. Menurut kementrian ESDM (2014) bahwa produksi

minyak mentah di Indonesia mengalami rata-rata penurunan setiap tahunnya dilihat

dari produksi pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada gambar

1.2. Sedangkan untuk Gambar 1.3 menunjukan produksi gas di indonesia yang

mengalami penurunan pada tahun 2003 di bandingkan tahun 2012.

5

Peningkatan pada harga minyak dunia menyebabkan peningkatan harga

minyak Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP). Hal ini mengakibatkan semakin

dituntutnya perusahaan untuk dapat bertahan didalam menghadapai kenaikan harga

bahan baku setiap tahunnya. Menurut kementrian ESDM (2014) Perkembangan rata-

rata harga minyak Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat

pada gambar 1.4. Pada tahun 2012 ini harga minyak Indonesia cenderung mengalami

peningkatan menjadi US $112.73 yang menjadi harga minyak paling tinggi

dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Setelah tahun 2012 harga minyak mengalami

penurunan yang drastis setiap tahunnya. Kestabilan harga minyak dapat dijaga

dengan meningkatkan produksi minyak. Akan tetapi produksi minyak setiap tahunnya

mengalami penurunan, sehingga untuk menstabilkan harga minyak di tahun-tahun

kedepan akan tidak mudah.

Gambar 1.2 Produksi minyak di Indonesia

Sumber : Kementrian ESDM (2014)

400,

55

4

386,

483

367,

049

348,

348

35

7,5

01

346,

313

344,

888

329,

265

314,

666

300,

830

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3

OIL PRODUCTION

Production ( Thousand BBL)

6

Gambar 1.3 Produksi Gas di Indonesia

Sumber : Kementrian ESDM (2014)

Gambar 1. 4 Harga minyak mentah di indonesia

Sumber : Kementrian ESDM (2014)

3,0

03

,94

5

2,98

5,34

1

2,95

3,99

7

2,8

05

,54

0

2,8

85

,32

8

3,0

60

,89

7

3,4

07

,59

2

3,2

56

,37

9

3,1

74

,63

9

2,9

67

,59

6

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3

GAS PRODUCTION

Production ( MMSCF)

36.39

53.66

64.27 72.31

96.13

61.58

79.4

111.55 112.73 105.84

96.51

0

20

40

60

80

100

120

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

$/Bareel

7

Wilayah Kerja Pertambangan Blok Cepu (WKP) mencakup 2 wilayah yaitu

Kabupaten Bojonegoro di Provinsi Jawa Timur serta Kabupaten Blora di Provinsi

Jawa Tengah. Wilayah Cepu sudah terkenal dengan adanya persediaan akumulasi

minyak dan gas bumi yang melimpah sejak zaman Belanda di mana kegiatan di

sektor migas saat itu dilakukan oleh Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM). Saat

ini, proyek pengembangan lapangan yang sedang dilakukan adalah project full field

Banyu Urip yang diprediksi mampu memproduksi minyak hingga 165 KBOPD.

Hingga saat ini, produksi dari lapangan Banyu Urip mencapai 85 KBOPD yang di

hasilkan dari empat sumur produksi dimana target produksi untuk 2014-2015 sebesar

165 KBOPD. Sehingga sebagai partner dalam pengelolaan Blok Cepu PEPC, MCL,

Ampolex, dan BUMD melakukan kontrak kerjasama (KKS) di Blok Cepu dengan

pemerintah (BP Migas) di mana PEPC memiliki Participating Interest (PI) sebesar

45%. Dalam pengelolaan Blok Cepu para kontraktor melakukan perjanjian untuk

mengoperasikan pelaksanaan pengembangan Blok Cepu yang tertuang dalam Joint

Operation Agreement (JOA) yang didalam perjanjian tersebut para Kontraktor

sepakat untuk menunjuk MCL sebagai Operator dalam pengelolaan Blok Cepu.

Pada dasarnya bisnis dalam bidang Migas, tidak ada kompetisi dalam hal

industri migas sebab situasi hingga saat ini demand lebih tinggi dari pada Supply.

Kompetisi hanya terjadi pada saat tender untuk mendapatkan hak pengelolaan

wilayah (Blok) kerja (KKS) dari Pemerintah. Sejumlah faktor kunci keberhasilan

bisnis minyak dan gas di sektor hulu adalah kemampuan berinteraksi dengan

Pemerintah untuk mendapatkan KKS, menemukan cadangan minyak, melakukan

produksi secara optimal dengan biaya yang efisien, dan distribusi minyak mentah

8

yang unggul (Tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah, tepat tujuan) dengan biaya yang

efisien. Menghadapai isu-isu krisis minyak yang terjadi karena persediaan dan

kebutuhan yang tidak seimbang dimana terdapat persediaan yang terlalu berlimpah.

Pada dasarnya perushaan minyak mempunyai sifat beresiko tinggi, membutuhkan

modal yang besar dan membutuhkan kemampuan pekerja yang profesional. PEPC

merupakan anak perusahaan pertamina yang menjadi operator pemroduksi minyak

mentah terbesar di indonesia dimana sekaran Blok Cepu menghasilkan 85 KBOPD

dan PEPC sedang menaikkan kapasitas produksi menjadi 165 KBOPD. Menyadari

akan tantangan tersebut, maka PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) butuh untuk

memiliki strategi dalam menghadapi krisis minyak global yang tepat untuk dapat

bertahan serta untuk keberlanjutan bisnis. Oleh karena itu pada penelitian ini akan

dianalisis mengenai strategi PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) dalam menghadapi

krisis minyak di industri migas.

1.2. Rumusan masalah

Sebagaimana yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa tantangan di industri

migas semakin berat dikarenakan cadangan minyak yang semakin terbatas cenderung

menurun, meningkatnya biaya operasi seiring ladang-ladang minyak yang masih

tersisa umumnya berada di area Offshore (lepas pantai), meningkatnya peraturan-

peraturan yang tidak mendukung kegiatan di Migas, serta minimnya calon investor

yang tertarik terhadap cadangan minyak di Indonesia akibat dari kondisi kestabilan

politik dan regulasi yang tumpang tindih satu sama lain. Hal lain yang menjadi

tantangan dari kegiatan usaha hulu migas yaitu menunjang target pemerintah dalam

9

peningkatan target produksi minyak sesuai ketentuan diatas. Mengacu pada kondisi

tersebut baik saat ini maupun yang akan datang, perlu adanya rumusan strategi yang

tepat dalam menunjang KUH Migas, seiring hal tersebut saat ini PT. Pertamina EP-

CEPU (PEPC) telah memiliki rencana strategi (renstra) guna mendukung tugas

pokok pengawasan dan pengendalian di kegiatan hulu migas kususnya di wilayah

JTB, serta menghadapi tantangan-tantangan dimaksud. Rencana strategi dilandasi

dari seluruh aspek-aspek atau faktor-faktor yang mempengaruhi di KUH Migas

antara lain misi dan visi.

Pada kesempatan ini penulis mengkaji dengan pendekatan manajemen

strategi, guna memberikan sudut pandang lain dalam rencana strategi atau sebagai

strategi alternatif bagi PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC), khususnya merancang

strategi pada lingkup yang lebih kecil yaitu mengacu pada aspek pencapaian visi PT.

Pertamina EP-CEPU (PEPC). Hal tersebut mengingat betapa pentingnya tercapai visi

PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) bagi kelangsungan bisnis perusahaan kedepannya,

dengan disertai adanya tantangan-tantangan di KUH Migas sebagaimana yang telah

disebutkan sebelumnya, sehingga perlu strategi yang tepat sasaran dan terus adanya

peningkatan yang berkesinambungan. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan

masalah pada penelitian ini yaitu:

“Bagaimana menganalisis strategi di PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) guna

mewujudkan visi organisasi yaitu sebagai partner, pengawas, pengelolaan

perusahaan dan operator dalam mengoptimalkan industri hulu minyak dan gas bumi

khususnya di WKP yng menjadi wewenangnya sehingga dapat bertahan didalam

industri ini?”

10

1.3. Pertanyaan Penelitian

Dengan latar belakang yang tersebut, persaingan bukan merupakan permasalahn

utama yang dihadapi oleh perusahaan, akan tetapi memiliki keunggulan kompetitif

perlu dimiliki agar menjaga eksistensi perusahaan agar dapat terus berkembang dan

bertahan dalam industri hulu migas maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah:

a. Faktor-faktor eksternal apa saja yang menjadi peluang dan ancaman PT.

Pertamina EP-CEPU (PEPC) dalam menghadapi krisis minyak dunia ?

b. Faktor-faktor internal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan PT.

Pertamina EP-CEPU (PEPC) dalam menghadapi krisis minyak dunia?

c. Apakah strategi bisnis PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) masih sesuai atau tidak

jika digunakan menghadapi bisnis di industri sektor hulu migas saat ini?

Pertanyan penelitian tersebut muncul dikarenakan lingkungan bisnis memiliki

pengaruh dan dampak bagi perusahaan dalam membuat keputusan-keputusan

strategis. Atas dasar tersebut baik lingkungan eksternal maupun lingkungan internal

perusahaan perlu diidentifikasi untuk mengetahui strategi yang sesuai bagi PT.

Pertamina EP-CEPU (PEPC).

11

1.4. Tujuan dan manfaat penelitian

Adapun tujuan dari penilitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis kondisi eksternal perusahaan untuk mengidentifikasikan faktor-

faktor kunci keberhasilan dalam bisnis KUH.

2. Menganalisis kondisi internal perusahaan untuk mengidentifikasikan

keunggulan yang dimiliki oleh PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC).

3. Mengevaluasi strategi bersaing PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) yang sedang

digunakan dalam bisnis hulu migas.

Menganalisis faktor-faktor yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan

kelemahan perlu dilakukan untuk dapat menganalisa strategi yang sesuai bagi

PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) dalam menghadapi krisis minyak. Respon

perusahaan dalam memanfaatkan peluang serta menghindari ancaman dengan

menggunakan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, merupakan bentuk strategi

yang dilakukan sebagai upaya dalam mewujudkan visi perusahaan.

1.5. Batasan masalah

Permasalahan pada penilitian ini dibatasi pada strategi bisnis yang dilakukan

PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) dalam menghadapi krisis minyak bisnis di sektor

hulu migas Indonesia. Ruang lingkup kajian terbatas pada faktor-faktor lingkungan

eksternal dan internal perusahaan.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu

12

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

batasan masalah, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diulas mengenai teori-teori dan praktik-praktik umum tentang

manajemen strategis, analisis lingkungan eksternal yang terdiri dari lingkungan

makro dan lingkungan industri (lima kekuatan porter) analisis lingkungan internal

yang terdiri dari analisis sumber daya dan Faktor sukses kunci perusahaan, serta

analisis SWOT.

BAB III METODA PENELITIAN DAN PROFIL PERUSAHAAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan yang terdiri

dari sumber data, metode pengumpulan data, kerangka penelitian, analisis data,

metode analisis data serta pemaparan profil perusahaan yang menjadi obyek

penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan hasil pengambilan data dan pengolahannya serta

pembahasan umum maupun yang spesifik hasil penelitian.

13

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disampaikan kesimpulan penelitian dan saran-saran dari hasil

penelitian yang dilakukan.