bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/44351/2/jiptummpp-gdl-danariyana-50751...tabel...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bea dan Cukai terdiri dari dua kata, yaitu kata “bea” dan “cukai”. Pegawai
Bea dan Cukai, khususnya Bea, menghitung bea masuk atas barang impor serta
menghitung barang ekspor. Sedangkan khususnya pegawai Pabean, dalam hal
ini segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang
yang masuk atau keluar daerah serta pemungutan bea masuk dan bea keluar.
Direktorat Jendral Bea dan Cukai (disingkat DJBC atau bea cukai) adalah nama
dari sebuah instansi pemerintah yang melayani masyarakat dibidang
kepabeanan dan cukai. Pada masa penjajahan Belanda bea dan cukai sering
disebut dengan istilah doune. Seiring dengan era globalisasi, bea dan cukai
sering menggunakan istilah customs.(Sasono,2012:33)
Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor-
impor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih
dari membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat
di negara-negara yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang
menyeberangi laut dan darat itu tidak jarang timbul berbagai masalah yang
komleks antara pengusaha-pengusaha yang mempunyai bahasa,
kebudayaan,adat istiadat dan cara yang berbeda-beda. (Hutrabat,1997:1)
Istilah ekspor-impor dalam mewujudkan peraturan perundang-undangan
yang berlandaskan pancasila dan undang- undang dasar 1945, yang di dalamnya
terkandung asas keadilan Terjadinya perdagangan dapat memberi pengaruh
positif dan pengaruh negatif, menjunjung tinggi hak setiap angota masyarakat
2
dan menempatkan kewajiban pabean sebagai kewajiban kewarganegaraan yang
mencerminkan peran serta anggota masyarakat dalam menghimpun dana, maka
peraturan perundang-undangan kepabeanan ini sebagai hukum fiskal yang
harus dapat menjamin perlindungan kepentingan masyarakat, kelancaran arus
barang, orang dan dokumen yang optimal, dan
menciptakan iklim usaha yang dapat lebih mendorong laju pembangunan
nasional. (Hutrabat,1997:12)
Dalam kaitannya dengan perdagangan internasional, Direktorat Jendral
Bea dan Cukai merupakan institusi yang berfungsi sebagai pintu gerbang lalu
lintas arus barang dalam perdagangan internasional, oleh karena itu Direktorat
Jendral Bea dan Cukai dituntut semaksimal mungkin dapat memberikan
pengaruh positif dan memaksimalkan pengaruh negatif dalam perdagangan di
Indonesia.
Instansi kepabeanan menyadari bahwa upaya penyimpangan, pemalsuan
(fraud) dan penyelundupan terjadi di belahan dunia manapun, termasuk negara
kita. Untuk itulah dalam meningkatkan efektifitas pengawasan dalam rangka
mengoptimalkan pencegahan dan penindakan penyelundupan, perlu peraturan
yang lebih jelas dalam pelaksanaaan kepabeanan. Dalam rangka mengatasi hal
tersebut ada tiga hal yang mendasari tugas dan peran kepabeanan, yaitu pertama
kedisiplinan dalam melaksanakan tugas pengawasan dan pelayanan terhadap
masyarakat. Kedua, adanya dasar hukum yang kuat untuk melaksanakan
otoritas dalam mengambil tindakan yang diperlukan terutama dalam
menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap instansi ini. Ketiga,
3
mengantisipasi perubahan sesuai dengan tuntutan dunia perdagangan
internasional.
Instansi kepabeanan menyadari bahwa upaya penyimpangan, pemalsuan
(fraud) dan penyelundupan terjadi di belahan dunia manapun, termasuk negara
kita. Untuk itulah dalam meningkatkan efektifitas pengawasan dalam rangka
mengoptimalkan pencegahan dan penindakan penyelundupan, perlu peraturan
yang lebih jelas dalam pelaksanaaan kepabeanan. Saat diindonesia yang masih
marak hingga saat ini mengenai barang elektronik terutama Handphone.
(Purwito,2007:112)
Mengingat telepon seluler merupakan sarana komunikasi multifungsi yang
selalu dibawa oleh penggunanya. Untuk menghindari dan mengatasi segala
kemungkinan dan resiko-resiko yang dapat mengurangi fungsi maupun nilai
dari telepon seluler tersebut, perlu adanya suatu pengalihan resiko. Telepon
seluler pada umumnya dijamin dengan garansi dari pabrik dan distributor
(garansi pabrik/jaminan terbatas pabrikan). Namun saat ini, perdagangan yang
melanggar hukum dan dilakukan di luar jalur resmi, dan tidak dilengkapi
perizinan untuk diperdagangkan, sehingga melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen menyebutkan “Perlindungan konsumen adalah segala
upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan
kepada konsumen”. Az. Nasution menyebutkan pengertian hukum
perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang
mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan
4
dan penggunaan produk (barang/jasa) konsumen antara penyedia dan
penggunanya, dalam kehidupan bermasyarakat. (Nasution,2012: 30)
Black Market adalah barang yang masuk kesuatu negara secara ilegal atau
tidak resmi atau tidak membayar pajak. Contoh yang diambil pada skripsi ini
adalah HP Black Market (BM). Handphone Black Market adalah Handphone
selundupan yang tidak ada stiker dirjen postel serta merugikan negara karena
tidak dikenakan pajak. Perbedaan antara Black Market dengan Super Copy (SC)
atau orang lebih mengenal dengan istilah Replika, perbedaan ini terletak pada
mesin Handphone sendiri kalau BM secara fisik isinya original sedangkan SC
merupakan HP tiruan yang mana fisik isinya tidak original dan dapat diperlihat
dari battrey, aplikasi, dan perlengkapan yang lain, adapun Replika tergantung
pada mesin yang telah dibuat dan dapat disebut dengan grade 2, 3, 4. Di antara
produk-produk asli, nyatanya juga ada produk palsu. Hal ini pun marak ditemui
dalam industri gadget, utamanya smartphone.
Beberapa merk smartphone yang kerap dipalsukan adalah Apple iPhone dan
Samsung. Belakangan, ada pula merk lainnya, seperti Xiaomi, yang ikut
dipalsukan. Selain itu, terdapat istilah HP refurbished, yaitu HP asli yang
direkondisi. Yang dimaksud dengan rekondisi di sini, HP tersebut pernah dipakai
sebelumnya, lalu mengalami kerusakan di kala masih dalam masa garansi resmi.
Umumnya, HP refurbished merupakan HP rusak yang dibawa oleh penggunanya
ke service center resmi namun tidak bisa diperbaiki (rata-rata dikarenakan
kerusakan yang terlalu fatal dan harus berganti jerohannya). Belakangan, HP
yang rusak ini diperbaiki kerusakannya oleh service center resmi.
5
Selanjutnya, HP yang sudah diperbaiki tersebut juga diperbarui dari sisi
fisik sehingga terlihat seperti HP baru. Pada akhirnya, HP ini kembali dijual
sebagai barang bekas tapi ‘baru’. Inilah yang disebut sebagai HP refurbished.
Biasanya, HP ini dijual dengan selisih harga hingga 50% lebih murah dari harga
normal. (Khairul, http://perbedaan hp-bmdanreplika.com)
Tabel 1.1 Daftar Harga HP Black Market tahun 2017
No
.
Black Market
Iphone All type Samsung Galaxy Sony Experia
1. Iphone 7 plus 32gb Black
Rp.4.800.000,00
Samsung Galaxy S7
EDGE 64gb
Rp.3.500.000,00
Sony Xperia Z 5 Rp.2.400.000,00
2. Iphone 6s plus 64gb
Rp.3.300.000,00
Samsung Galaxy S6
EDGE Plus 64gb
Rp.2.900.000,00
Sony Xperia Z3+ Rp.2.000.000,00
3. Iphone 5s 64gb
Rp.1.600.000,00
Samsung A9 new 2017
Rp.2.000.000,00
Sony Xperia Z Ultra
Rp.1.400.000,00
Sumber : bandungonline1.blogspot.com/2012/08/on-line.html
Tabel 1.2 Daftar Harga HP Original tahun 2017
Sumber : bandungonline1.blogspot.com/2012/08/on-line.html
Ada banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya Black Market didalam
sebuah wilayah atau negara, beberapa diantaranya seperti poin dibawah ini :
No
.
Original
Iphone All type Samsung Galaxy Sony Experia
1. Iphone 7 plus 32gb Black
Rp.13.499.00,00
Samsung Galaxy S7
EDGE 64gb
Rp.9.500.000,00
Sony Xperia Z 5 Rp.7.300.000,00
2. Iphone 6s plus 64gb
Rp.11.000.000,00
Samsung Galaxy S6
EDGE Plus 64gb
Rp.9.100.000,00
Sony Xperia Z3+ Rp.4.350.000,00
3. Iphone 5s 64gb
Rp.3.190.000,00
Samsung A9 new 2017
Rp.7.200.000,00
Sony Xperia Z Ultra
Rp.2.200.000,00
6
1. Barang-barang yang diperdagangkan adalah jenis barang-barang ilegal
yang peredarannya dilarang, oleh pemerintah. Contoh : senjata api, obat-
obatan terlarang dan berbagai macam barang kimia yang tidak
diperdagangkan secara bebas.
2. Barang-barang yang diperdagangkan adalah barang-barang hasil curian
dan tidak memiliki berbagai macam dokumen resmi yang harus
dilengkapi dalam sebuah transaksi jual beli.
3. Barang-barang resmi namun memiliki sejumlah ketentuan dan lisensi
khusus dari pemerintah, dimana pada umumnya barang ini
diperdagangkan didalam Black Market demi untuk menghindari
sejumlah pajak / cukai yang dipungut oleh pemerintah. Contohnya :
rokok, minuman berakohol, senjata api, dan berbagai macam barang
laiinya.
4. Adanya pembatasan / pelanggaran pedagangan terhadap barang-barang
tertentu yang mana hal ini biasanya tergantung pada kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintahan didalam sebuah negara / wilayah. (endah,
http:// Arti kata dan definisi menurut para ahli.com)
Tiga hal yang mendasari tugas dalam rangka mengatasi hal tersebut dan peran
kepabeanan, yaitu pertama kedisiplinan dalam melaksanakan tugas pengawasan
dan pelayanan terhadap masyarakat. Kedua, adanya dasar hukum yang kuat untuk
melaksanakan otoritas dalam mengambil tindakan yang diperlukan terutama dalam
menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap instansi ini. Ketiga,
mengantisipasi perubahan sesuai dengan tuntutan dunia perdagangan internasional.
7
Negara Indonesia sebagai negara hukum menghendaki terwujudnya sistem
hukum fleksibel yang mantap dan mengabdi kepada kepentingan nasioanal,
bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang didalamnya
terkandung asas Keadilan, menjunjung tinggi hak setiap anggota masyarakat dan
menempatkan kewajiban pabean sebagai kewajiban kewarganegaraan yang
mencerminkan peran serta anggota masyarakat dalam menghimpun dana, maka
Peraturan Perundang-undangan Kepabeanan ini sebagai hukum fiskal yang harus
dapat menjamin perlindungan kepentingan masyarakat, kelancaran arus barang,
orang dan dokumen yang optimal, dan menciptakan iklim usaha yang dapat lebih
mendorong laju pembangunan nasional. (Sasono,2012:64)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan
bahwa, rumusan permasalahannya adalah sebagai berikut : “ Bagaimana
Rasionalitas Penggunaan Barang Elektronik Handphone Paraller Impor (Black
Market) pada pegawai Bea Cukai Tg.Balai Karimun ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui,
mendeskripsikan dan mengindetifikasi tentang Rasionalitas Penggunaan Barang
Elektronik Handphone Paraller Impor (Black Market) pada Pegawai Bea Cukai
Tg.Balai Karimun.
8
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan Teori Sosiologi khususnya yang terkait dengan teori
pilihan Rasionalitas.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi akademisi, dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti yang
akan meneliti dengan tema yang sama, dan mampu menambah
wawasan bagi pembaca.
b. Pada pegawai Bea dan Cukai, mampu menggambarkan kondisi
lapangan bagaimana Rasionalitas penggunaan barang elektronik
Handphone paraller import (Black Market) pada pegawai Bea Cukai
Tg.Balai Karimun, sehingga nantinya akan menjadi bahan solusi
ataupun saran terhadap pihak terkait.
1.5 Definisi Konsep
1.5.1 Rasionalitas
Rasionalitas merupakan salah satu pemikiran dari James S.
Coleman. Orientasi pilihan Rasional Coleman jelas pada gagasan dasarnya
bahwa “Orang bertindak secara sengaja untuk mencapai suatu tujuan,
dengan tujuan (dan tindakan) yang dibangun oleh nilai atau preferensi”.
(Ritzer,2012:356) Namun kemudian Coleman mengatakan bahwa untuk
sebagian besar tujuan teoritis, ia akan memerlukan konseptualisasi yang
lebih tepat tentang aktor rasional yang berasal dari ilmu ekonomi, konsep
9
yang melihat aktor memilih tindakan-tindakan yang akan memaksimalkan
keuntungan, atau pemuasan kebutuhan dan keinginannya.
1.5.2 Paraller Impor (Black Market)
Pasar gelap merupakan pasar yang barang-barangnya merupakan
barang- barang ilegal yang biasanya di datangkan dari Negara-Negara diluar
Indonesia maupun dari Indonesia sendiri. Barang-barang yang digunakan
dalam keseharian seperti barang elektronik yang merupakan barang ilegal,
tapi masyarakat(konsumen) tidak mau peduli. Di sisi lain, produsen juga
tidak peduli akan barang-barang yang mereka jual ilegal atau legal, yang
menjadi fokus produsen adalah barangnya laku dan keuntungan yang besar.
Perlindungan terhadap pelaku usaha dan konsumen diharapkan mampu
memberikan acuan bagi kegiatan usaha perdagangan yang bertujuan
meningkatkan perlindungan, baik produsen maupun konsumen tidak
terkecuali pedagang skala usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),
tetap dilindungi agar senantiasa bertumbuh dan berkembang, sehingga
praktik- praktik perdagangan yang dikenal dengan Black Market dapat
ditekan atau diminimalisir. (Ranti, http:// Kementrian Perdagangan Republik
Indonesia.id)
1.5.3 Bea dan Cukai
Bea dan Cukai terdiri dari dua kata, yaitu kata “bea” dan “cukai”.
Pegawai Bea dan Cukai, khususnya Bea, menghitung bea masuk atas barang
impor serta menghitung barang ekspor. Sedangkan khususnya pegawai
cukai, dalam hal ini menghitung cukai produk-produk bernikotin khususnya
10
rokok serta produk-produk lain yang ilegal seperti barang elektronik
Handphone dan lain sebagainya.
Bea dan Cukai dalam istilah asing adalah CUSTOMS (instansi
kepabeanan), yang dimanapun didunia adalah suatu organisasi yang
keberadaannya amat esensial bagi suatu negara. Demikian pula dengan
Direktorat Jendral Bea dan Cukai (instansi kepabeanan Indonesia) adalah
suatu instansi yang memiliki peran yang cukup penting dari negara dalam
melakukan tugas dan fungsinya. (Sasono,2012:63)
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Pendekatan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan yang diangkat dalam penelitian tentang
Rasionalitas penggunaan barang elektronik Handphone paraller impor (Black
Market) pada pegawai Bea Cukai ini maka, Pendekatan penelitian yang digunakan
adalah metode Kualitatif. Pengertian Kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian
yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis.
(Bagong,2008:166) Metode kualitatif dapat didefinisikan sebagai metode yang
berlandaskan pada postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi. (Sugiyono,2012:43) Adapun jumlah
subjek yang peneliti tentukan terdiri dari :
1. Pegawai yang mengguna barang Elektronik Handphone Black
Market (3 orang).
11
2. Informan pegawai (6 orang)
3. Penjual barang Elektronik Handphone Black Market (6 orang).
1.6.2 Jenis Penelitian
Berdasarkan pada masalah yang diangkat dalam penelitian ini maka jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif dapat
diartikan sebagai prosedur pemecahan. Masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subjek / objek penelitian (seseorang, lembaga,
masyarakat, dll). Berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Pada tahap ini metode deskriptif tidak lebih dari pada penelitian yang bersifat
penemuan fakta-fakta seadanya (fact finding). Penemuan gejala-gejala itu berarti
juga tidak sekedar menunjukkan distribusinya, akan tetapi termasuk usaha
mengemukakan hubungannya satu dengan yang lainnya didalam aspek-aspek yang
diselidiki. (Hadari,1987:97)
1.6.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian akan difokuskan di Direktorat Jendral Bea dan Cukai
Kementrian Keuangan Replubik Indonesia khususnya kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Tg.Balai Karimun, yang beralamat
di Jl.Yos Sudarso No.5, Tg. Balai Karimun, Kecamatan Karimun, Kabupaten
Karimun Kepulauan Riau. Karena lokasi yang saya pilih tempatnya lebih strategis
dan mudah mendapatkan informasi mengenai elektronik black market.
1.6.4 Subjek Penelitian
Penentuan subjek penelitian, penelitian menggunakan teknik snowball
sampling. Teknik snowball sampling adalah suatu teknik yang multitahapan,
12
didasarkan pada analogi bola salju, yang dimulai dengan bola salju yang kecil
kemudian membesar secara bertahap karena ada penambahan salju ketika
digulingkan dalam hamparan salju. Ini dimulai dengan beberapa orang atau kasus,
kemudian meluas berdasarkan hubungan-hubungan terhadap responden. Penelitian
ini dimulai dari mewawancarai pengguna barang black market selaku petugas bea
dan cukai.
1.6.5 Sumber Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian atau melalui perantara. Data primer merupakan data dari sumber asli
yang dikumpulkan secara khusus untuk menjawab penelitian. Data primer yang
didapat dengan subyek penelitian, yaitu dari pegawai Bea dan Cukai Tanjung Balai
Karmun.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh oleh
peneliti yang bersifat tidak langsung atau melalui media perantara. Data sekunder
dapat berupa dokumentasi yang berkaitan dengan pegawai bea dan cukai, catatan-
catatan penunjang literatur, buku-buku perpustakaan dan jurnal.
1.6.6 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
13
Observasi ialah pengamatan dan pencacatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data
apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan, dan dicatat secara sistematis
(Husaini,2011:52). Observasi dalam penelitian ini ialah mengamati atau melihat
langsung kegiatan dalam bagaimana Rasionalitas penggunaan barang elektronik
Handphone paraller impor (Black Market) pada pegawai Bea Cukai Tg.Balai
Karimun.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh dari kutipan
langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat, perasaan, dan
pengetahuannya. (Sutinah,2008:52) Teknik wawancara yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in –
depth interfiew) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara wawancara dengan informan
atau orang yang diwawancarai tanpa buku pedoman wawancara, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
(Pupu,2009:8)
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-
dokumen. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dalam penelitian ini dokumentasi diperoleh dari hasil berupah foto
kegiatan Rasionalitas penggunaan barang elektronik Handphone paraller impor
(Black Market) pada pegawai Bea Cukai Tg.Balai Karimun.
14
1.6.7 Analisa Data
Analisa data merupakan proses terakhir sebelum menarik kesimpulan, untuk
itu teknik analisis data yang sangat diperlukan dalam penelitian untuk memperoleh
gambaran yang jelas dari data yang diperoleh. Dalam menganalisa data lebih
mengarah kepada analisa bersifat deskriptif. Dalam penelitian ini menggunakan
analisis metode diskriptif kualitatif model analisis interaktif yang dikemukakan
oleh Miles dan Heberman melalui 4 tahap yakni :
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilokasi penelitian dengan melakukan observasi,
wawancara, dan dokumentasi dengan menentukan strategi pengumpulan
data yang dipandang tepat dan untuk menentukan fokus serta pendalaman
data pada proses pengumpulan data berikutnya.
b. Reduksi Data
Sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan, transformasi data
kasar yang ada dilapangan langsung, dan diteruskan pada waktu
pengumpulan data. Dengan demikian reduksi data dimulai sejak peneliti
mefokuskan wilayah penelitian
c. Penyajian Data
15
Rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan penelitian
dilakukan. Penyajian data diperoleh diberbagai jenis, jaringan kerja,
keterkaitan kegiatan atau tabel.
d. Penarikan Kesimpulan
Yaitu dalam penarikan data, peneliti harus mengerti dan tanggap
terhadap sesuatu yang diteliti langsung dilapangan dengan menyusun pola-
pola pengarahan dan sebab akibat. Proses ini termasuk penting dari
kegiatan penelitian, karena merupakan hasil dari kesimpulan penelitian.
1.6.8 Uji Keabsahan Data
Validitas merupakan kekuatan lain dalam penelitian kualitatif,
validitas didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian sudah akurat
dari sudut pandang peneliti, partisipan, atau pembaca secara umum.
(John,2010:87) Peneliti menggunakan uji kredibilitas data dengan :
Pengumpulan Data Penyajian Data
Reduksi Data Penarikan
Kesimpulan
Gambar 1. Komponen-komponen dalam analisis data interaktif
Sumber : Miles dan Hebermas (Sugiono, 2012 : 247)
16
1. Perpanjangan pengamatan, berarti peneliti kembali kelapangan,
wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui atau
baru. Dengan perpanjangan pengamatan berarti hubungan
peneliti dengan narasumber semakin akrab dan terbuka sehingga
dapat saling mempercayai untuk berbagi informasi. Selain itu
lama dari perpanjangan tergantung pada kedalaman, keluasan dan
kepastian data.
2. Meningkatkan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat agar kepastian data dan urutan peristiwa dapat
didapatkan dengan pasti dan sistematis. Dan juga memperhatikan
dengan seksama agar mengetahui kemungkinan kejanggalan
dalam data yang didapatkan.
3. Triangulasi, membandingkan hasil data yang didapat dari
informan satu sama lain, serta membandingkan hasil data
sekunder dengan hasil literatur lain yang sebanding agar peneliti
dapat dengan yakin untuk memastikan jika data tersebut benar.
Peneliti ini menggunakan trianggulasi dalam menentukan
keabsahan data hasil penelitian. Adapun trianggulasi dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu :
a. Trianggulasi Sumber
Trianggulasi sumber untuk menguji kredibilitasi data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber.
17
b. Trianggulasi Waktu
Waktu sering mempengaruhi kredibilitas data. Untuk itu
dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan
dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu
atau situasi yang berbeda. Billa hasil uji menghasilkan data
yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang
sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.
(Sugiyono,2013:274)