bab i pendahuluan 1.1 latar...

43
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang bertujuan untuk memudahkan kehidupan manusia. Contohnya penggunaan sosial media membuat masyarakat tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga mobilitas mereka menjadi rendah yang awalnya harus berjalan atau bersepeda untuk menemui teman, sekarang sosial media mampu memberikan ruang baru untuk bertemu. Masyarakat lebih memilih duduk manis di kursinya dengan smart phone daripada berjalan kaki menemui kerabatnya. Hal tersebut terbukti dengan hasil riset yang dilakukan oleh Google, “Kali ini, Google menggandeng lembaga riset GfK dalam melakukan surveinya kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya untuk melihat seberapa besar behavior (kebiasaan) pengguna smartphone menggunakan perangkatnya untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Henky Prihatna, Country Industry Head Google Indonesia di dalam presentasi riset Google terbaru ini menjelaskan bahwa 61 persen masyarakat perkotaan indonesia rupanya `online` dengan menggunakan smartphone-nya dalam total waktu 5,5 jam per hari.Fakta berikutnya adalah sekiranya terdapat 16 aplikasi/situs berbeda yang digunakan sebanyak 46 kali per hari, dan bahkan mereka juga menggunakan aplikasi yang terinstal di smartphone-nya itu selama 26 hari di setiap bulannya.(tekno.liputan6.com, 2015) Maraknya para konsumen seluler di Indonesia juga dipengaruhi oleh pola perdagangan yang menyasar masyarakat sebagai objek juga berdampak besar pada terjadinya obesitas. Bila sebelumnya restoran cepat saji hanya berada di kota-kota

Upload: phamque

Post on 10-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi yang bertujuan untuk memudahkan kehidupan manusia.

Contohnya penggunaan sosial media membuat masyarakat tidak lagi dibatasi oleh

ruang dan waktu, sehingga mobilitas mereka menjadi rendah yang awalnya harus

berjalan atau bersepeda untuk menemui teman, sekarang sosial media mampu

memberikan ruang baru untuk bertemu. Masyarakat lebih memilih duduk manis di

kursinya dengan smart phone daripada berjalan kaki menemui kerabatnya. Hal tersebut

terbukti dengan hasil riset yang dilakukan oleh Google,

“Kali ini, Google menggandeng lembaga riset GfK dalam melakukan surveinya

kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan

Surabaya untuk melihat seberapa besar behavior (kebiasaan)

pengguna smartphone menggunakan perangkatnya untuk memenuhi kebutuhan

tertentu. Henky Prihatna, Country Industry Head Google Indonesia di dalam

presentasi riset Google terbaru ini menjelaskan bahwa 61 persen masyarakat

perkotaan indonesia rupanya `online` dengan menggunakan smartphone-nya

dalam total waktu 5,5 jam per hari.Fakta berikutnya adalah sekiranya terdapat

16 aplikasi/situs berbeda yang digunakan sebanyak 46 kali per hari, dan bahkan

mereka juga menggunakan aplikasi yang terinstal di smartphone-nya itu selama

26 hari di setiap bulannya.”

(tekno.liputan6.com, 2015)

Maraknya para konsumen seluler di Indonesia juga dipengaruhi oleh pola

perdagangan yang menyasar masyarakat sebagai objek juga berdampak besar pada

terjadinya obesitas. Bila sebelumnya restoran cepat saji hanya berada di kota-kota

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

2

besar, kini sudah menjangkau kota-kota kecil dan menjual produk dengan harga

terjangkau. Apabila dibeli dalam jumlah besar dan terus-menerus, akibatnya dapat

diduga yakni obesitas tidak hanya menjadi milik masyarakat pusat kota namun juga

pinggiran kota. Lebih lagi, bilamana sebelumnya kita harus datang ke rumah makan

untuk membeli makanan, sekarang sudah ada sistem delivery order yang membuat

masyarakat semakin berpotensi malas-malasan dan kurang bergerak.

Seiring berjalannya waktu dengan semakin mudahnya memenuhi kebutuhan,

masyarakat era modern justru semakin sulit untuk melakukan pola hidup sehat,

sehingga menyebabkan jumlah penyakit meningkat. Hal tersebut dapat terjadi karena

peningkatan pendapatan masyarakat. Berdasarkan data dari UNICEF, setelah pulih dari

krisis ekonomi tahun 1998, Indonesia berhasil menjadi negara berpenghasilan kelas

menengah dengan penghasilan per kapita sekitar US$ 4.000. Pengentasan kemiskinan

dikalangan 236,7 juta penduduk sangat signifikan. Proporsi penduduk yang hidup

kurang dari US$ 1 per hari, turun dari 20,6% di tahun 1990 menjadi 5,9% di tahun

20081. Peningkatan pendapatan tentu menyebabkan daya beli masyarakat semakin

tinggi karena harga barang yang terjangkau dan berbagai jenis kebutuhan masyarakat

sudah tersedia di pasaran serta mudah didapatkan. Hal tersebut membuat masyarakat

semakin “membabi buta” untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat menjadi

semakin konsumtif terutama untuk urusan perut.

1 www.unicef.org/.../UNICEF_Annual_Report.html pada tanggal 15 Mei 2015

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

3

Peningkatan pendapatan, kemudahan pemenuhan kebutuhan, dan peningkatan

daya beli masyarakat merupakan salah satu akibat yang muncul dari proses modernisasi

yang begitu cepat di Indonesia. Modernisasi menurut Michael Watts dalam bukunya

Reworking Modernity adalah suatu usaha untuk menghasilkan produk besar-besaran di

era abad 21. Peningkatan pendapatan per kapita dan daya beli masyarakat menjadi

prestasi yang baik bagi pemerintah dan masyarakat itu sendiri dalam bidang ekonomi,

namun sayangnya hal tersebut belum disertai oleh peningkatan pengetahuan

masyarakat tentang kesehatan. Akibatnya, masyarakat semakin mampu mengkonsumsi

apa saja yang diinginkannya dalam jumlah yang lebih banyak. Hal tersebut merupakan

hal yang baik secara ekonomi, namun belum tentu baik dalam bidang kesehatan.

Pada tahun 1978, PT. Fast Food Indonesia, Tbk berhasil mendirikan restoran

makanan cepat saji di Indonesia yakni Kentucky Fried Chicken (KFC), lalu disusul Mc.

Donalds (MCD) pada tahun 1991. Pada tahun 1997 KFC berhasil menjual 196.400.311

produknya, hingga tahun 2002 KFC berhasil mencapai angka penjualan produk sebesar

715.185.1072. Menurut Blacker dalam Teori Transisi Demografi, masyarakat yang

memasuki era global telah sampai pada tahap kelima transisi demografi yakni tahap

declining atau kemunduran. Pola hidup masyarakat tidak sehat, merokok, kurang

berolahraga dan mengkonsumsi junk food atau fast food menyebabkan terjadinya

degenerative diseases. Degenerative disease adalah penyakit yang menyebabkan

2 http://www.kerjanya.net/faq/6648-penyakit-degeneratif.html. Pada tanggal 15 Mei 2015

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

4

terjadinya kerusakan atau penghancuran terhadap jaringan atau organ tubuh3. Proses

kerusakan ini berjalan seiring dengan usia dan disebabkan oleh gaya hidup yang tidak

sehat.

Masyarakat mulai bersikap masa bodoh terhadap asupan gizi bagi tubuhnya.

Menurut Padmiari (2002), makanan yang tergolong fast food yakni donat, ayam

goreng, hot dog, hamburger, pizza, dan soft drink (Badjeber, 2012.) Makanan tersebut

membuat manusia mengalami kelebihan kalori sehingga menyebabkan obesitas atau

kegemukan (kelebihan berat badan). Obesitas dapat terjadi akibat peningkatan nafsu

makan dan masukkan makanan. Proporsi karbohidrat pada fast food terkategori baik,

proporsi protein terkategori rendah, dan proporsi lemak terkategori tinggi. Proporsi

lemak tinggi membuktikan bahwa fast food kaya akan lemak Menurut Maulana (1997)

dalam Jurnal Media Gizi Indonesia, penyebab penyakit degenerative adalah lemak3.

Berkaitan dengan pola hidup masyarakat yang tidak sehat, data dari riset dinas

kesehatan membuktikan bahwa status gizi pada kelompok dewasa berusia lebih dari 18

tahun didominasi dengan masalah obesitas. Prevalensi Status Gizi Penduduk Dewasa

(> 18 tahun), berdasarkan Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Provinsi Tahun

2013, sebesar 14,76% penduduk Indonesia mengalami kegemukan. Presentase

obesitas tertinggi terjadi di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 24,07%, sedangkan

presentase terendah yakni Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 6,23%. Data riset

3 CPPS, 1997 dalam Jurnal Media Gizi Indonesia Vol 9. html pada tanggal 15 Mei 2015

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

5

dinas kesehatan juga menunjukkan bahwa, prevalensi penduduk laki-laki dewasa

obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7% lebih tinggi dari tahun 2007. Pada tahun

2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa 32,9% naik 18,1% dari tahun 2007 yakni

13.9%. Pada semua kelompok umur penduduk dewasa, kelebihan berat badan terjadi

lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki terutama pada usia 35-39 tahun.

Pada usia tersebut, sepertiganya terjadi pada perempuan dan seperlimanya pada laki-

laki. Hal tersebut berkaitan dengan kondisi status gizi usia dewasa lebih dari 18 tahun

di Provinsi DIY. Bahkan, DIY masuk dalam 10 besar provinsi dengan prevalensi diatas

nasional bersama dengan Jawa Barat, Bali, Papua, Sumatera Utara, DKI Jakarta,

Maluku Utara, Kalimantan Timur, dan Kepulauan Riau. Hal tersebut ditunjukkan

dengan presentase penduduk dewasa obesitas di DIY yakni 15,76% sedangkan

presentase penduduk dewasa kurus yakni 15,15%4.

Berdasarkan keprihatinan tersebut, Luigi Cornaro dalam karyanya Discourses

on The Temperate Life (1558) menyatakan bahwa usia panjang merupakan hasil dari

kesederhanaan, olahraga, dan diet. (Turner, 2012 : 876). George Cheyne memiliki

pandangan serupa tentang hubungan antara diet, kehidupan yang sehat, dan keteraturan

tatanan sosial dalam karyanya The Natural Method of Cureing the Disease of the Body

(1742) bahwa diet dapat membantu perpanjangan usia (Turner, 2012 : 877). Oleh

karena itu, diet menjadi isu yang paling hits di kalangan masyarakat terutama anak

4 Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas. depkes.go.id. html pada 15 Mei 2015

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

6

muda (mahasiswa). Informasi tentang diet juga mudah ditemukan, mulai dari buku,

koran, koran online, web, hingga media sosial. Saya berfokus pada media online yang

seringkali memberikan tips dan info penurunan berat badan hingga menghilangkan

perut buncit. Tak jarang, dibalik tips dan info tentang diet diberikan, terdapat tujuan

lain yaitu menawarkan produk tertentu yang menjanjikan tubuh langsing bagi

konsumen. Selain penawaran produk, tips dan info tentang diet cenderung bersifat

instan dan mudah dilakukan. Info dan tips yang ditampilkan cenderung menunjukkan

cara-cara yang mudah dan cepat untuk memperoleh tubuh ideal. Selain itu, informasi

tentang diet juga dikemas lebih menarik dengan tampilan “role model” yakni pemilik

tubuh langsing, menu makanan diet sehat, dan produk atau suplemen diet semakin

menarik perhatian para konsumen terutama para kawula muda. Berikut adalah contoh

tips dan info tentang diet dari beberapa akun di media sosial, web dan koran online :

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

7

Gambar 2-7

Contoh Informasi dan Tips Diet di Media Online

Sumber : Official Line dan Kompas.com

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

8

Bagi kawula muda, diet dianggap paling solutif untuk mengatasi masalah

kesehatan dan membuat tubuh menjadi langsing. Namun, seringkali mereka melakukan

diet tanpa aturan yang jelas atau dalam istilah ilmu gizi dan kesehatan disebut Fad Diet.

Fad Diet merupakan salah satu fenomena diet yang mengharuskan pelakunya

menghilangkan satu dari komponen makanan harian, mendapat iming-iming turun

berat badan dalam waktu cepat, hanya mengasup 800 kkal per hari5. Astri Kurniati

mengungkapkan bahwa banyak orang tergerak melakukan diet karena sejumlah faktor,

baik karena khawatir akan obesitas, ingin segera langsing dan seksi agar bisa tampil

lebih menarik menggunakan busana favoritnya. Bahkan, ada juga orang yang

melakukan diet karena pengaruh lingkungan, dan pengaruh perkembangan teknologi.

Namun, banyak orang yang salah kaprah memahami konsep diet. Hal tersebut terbukti

dari hasil survey NASH (Non Alchocolic Steato Hepatitis) menemukan bahwa 18%

remaja putri (kelas 8-10) melewatkan sarapan pagi, 7% melewatkan makan siang, dan

1% melewatkan makan malam sepanjang minggu (Krummel, 1996). Penelitian Koff

dan Rierdan dalam Krowchuck (1998) yang dilakukan terhadap 206 remaja putri di

tingkat 6 menyebutkan bahwa 50% yang berdiet melewatkan waktu makan dan 20%

berpuasa6.

5 Kurniati.Asri. Manager Nutrition and Health Science dalam Kompas.com html pada tanggal 20 Mei

2015

6 https://us.sagepub.com/sites/default/files/upm-binaries/63872_Maguire_CH1.pdf.html pada tanggal

19 September 2015

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

9

Kemudahan-kemudahan yang dirasakan generasi muda saat ini terutama dalam

usahanya mencapai “penampilan” secara fisik yang lebih baik tentu sangat

menguntungkan. Menguntungkan, karena media, khususnya media online mampu

mempengaruhi cara generasi muda dalam mengkonsumsi gaya hidup, salah satunya

yakni diet. Oleh karena itu, saya ingin mengetahui tentang fenomena diet dikalangan

mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda. Saya ingin mengetahui apakah mereka

benar-benar berperan aktif dalam mengkonsumsi informasi online tentang tips-tips diet

atau mereka sebenarnya adalah korban dari jebakan informasi online itu. Selain itu,

saya juga ingin mengetahui apakah mereka benar-benar terjebak dalam informasi

online atau justru terjebak dalam persepsi orang-orang di sekitarnya bahwa fad diet

adalah hal yang paling solutif dalam mencapai tubuh ideal dan rasa percaya diri

sehingga persepsi itulah yang nantinya membawa seseorang pada motivasinya untuk

menurunkan berat badan agar tubuh langsing dapat terwujud.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

10

1.2 Masalah Penelitian

1.2.1 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan antara intensitas mengakses informasi secara online dengan

perilaku diet mahasiswa klaster sosio-humaniora UGM?

1.2.2 Hipotesa

Hipotesa Mayor

Tingginya intensitas responden mengakses informasi secara online diikuti dengan

tingginya motivasi untuk menurunkan berat badan, serta tingkat pemahaman

responden dalam mengakses informasi secara online akan mempengaruhi perilaku

responden dalam melakukan diet.

Hipotesa Minor

Terdapat hubungan antara pemahaman responden dalam memahami informasi

secara online dengan perilaku fad diet.

Terdapat hubungan antara intensitas mengakses informasi secara online dengan

tingkat persepsi melakukan diet.

Terdapat hubungan antara tingkat pemahaman responen dalam memahami

informasi secara online dengan tingkat persepsi melakukan diet.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

11

Terdapat hubungan antara tingkat motivasi melakukan penurunan berat badan

dengan ketat atau tidaknya (tingkat) perilaku fad diet

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian survei ini adalah untuk mengetahui bagaimana new

cultural intermediaries mampu mempengaruhi intensitas penerimaan informasi

tentang fad diet mahasiswa S1 kluster sosio-humaniora UGM angkatan 2012

sebagai variabel bebas yang juga dipengaruhi oleh tingkat pemahaman tentang

diet dan motivasi seseorang untuk melakukan penurunan berat badan terhadap

konsumsi jenis diet yang dilakukan (perilaku diet) oleh mahasiswa S1 kluster

sosio-humaniora UGM angkatan 2012.

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi peneliti: Sebagai media pembelajaran dan pengembangan wawasan dalam

penelitian ilmiah

Bagi Instansi Kepemudaan: Sebagai bahan masukan dan gambaran mengenai

gaya hidup generasi muda, sehingga dapat memberikan terobosan baru dalam

upaya menyeimbangkan gaya hidup generasi muda terutama dalm mengakses

informasi secara online dan pola hidup sehat

Bagi Masyarakat: Terutama bagi generasi muda, agar lebih memperhatikan

gaya hidup terutama dalam bidang kesehatan. Selain itu, diharapkan generasi

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

12

muda lebih bijaksana dalam menggunakan piranti dengan teknologi modern

untuk mengakses informasi.

1.5 Tinjauan Pustaka

Berkaitan dengan penelitian tentang konsumsi Fad Diet, yakni

penelitian yang dilakukan oleh Andrea Pedtke (2001). The Prevalence of Fad

diets on a College merupakan studi tentang fad diets di Ball State University

dengan 289 responden yang terdiri dari 76 responden pria dan 213 responden

wanita. Hasilnya, sepertiga subjek (n=93) yang terdiri dari 10 pria dan 83

wanita sudah pernah mencoba fad diet. Selanjutnya, Sundari Hana Respati

berjudul “Status Gizi, Harga Diri, dan Citra Tubuh dalam Perliaku Fad Diets

pada Remaja Putri SMA Negeri 6 Yogyakarta” Latar belakang penelitiannya

yakni masa remaja yang memasuki masa pubertas tentu mulai memperhatikan

tubuh mereka dan merasa bahwa daya tarik fisik sangat penting karena akan

mempengaruhi dukungan sosial dan popularitas di antara teman-temannya.

Penelitian yang dilakukan dengan sampel sebanyak 284 siswa SMA Negeri 6

Yogyakarta membuktikan bahwa sebanyak 75 siswi (26,4%) sedang

melakukan upaya penurunan berat badan dan seluruhnya melakukan fad diets.

Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat hubungan yamg signifikan antara

citra tubuh dengan perilaku fad diets (p-value=0,997), namun tidak terdapat

hubungan antara harga diri dengan perilaku fad diets (p-value=0,997).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

13

Kesimpulan dari hasil penelitian ini yakni, status gizi dan citra tubuh

berhubungan dengan perilaku fad diets, tetapi harga diri tidak berhubungan

dengan perilaku fad diets7.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Yulianti Kurnianingsih pada

tahun 2009 berjudul Pengaruh Faktor Lingkungan dan Faktor Individu

terhadap Perilaku Diet Remaja Putri SMA Negeri 4 Depok. Hasil penelitian

dengan menggunakan desain cross sectional menunjukkan sebanyak 37.4%

responden berdiet untuk menurunkan berat badan. Faktor status gizi, citra

tubuh, pengetahuan gizi, pengaruh keluarga, teman sebaya, media massa dan

tokoh idola menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan diet

penurunan berat badan8. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang

dilakukan adalah fokus penelitian, variabel penelitian, lokasi, dan jumlah

populasi.

1.6 Kerangka Teori

1.6.1 Informasi adalah iklan

Informasi adalah pesan yang disampaikan dari satu pihak ke pihak lain yang

bertujuan untuk menjelaskan sesuatu. Informasi dalam penelitian ini memiliki

7 etd.repository.ugm.ac.id. html pada tanggal 19 September 2015

8 http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=125356&lokasi=lokal. html pada tanggal 19

September 2015

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

14

fungsi yang bersifat dualitas seperti sebuah logam yang tidak bisa dipisahkan

kedua sisinya. Pada satu sisi, informasi bersifat memberikan pengetahuan

baru, di sisi lain, informasi bertujuan untuk mempengaruhi para konsumen

informasi. Informasi dalam penelitian ini merupakan sebuah pesan atau

anjuran yang berisfat mempengaruhi agar informasi tersebut segara diterima

dan dilakukan oleh para penikmat informasi. Informasi tentang diet

merupakan sebuah pesan yang bersifat “anjuran” bagi para calon konsumen

diet maupun konsumen diet itu sendiri. Iklan berkedok informasi biasanya

diawali dengan kata: ‘tips’ dan ‘fakta’. Misalnya: tips penurunan berat badan

dengan keju. Intinya, informasi diberikan bukan hanya untuk memberikan

pengetahuan baru yang belum tentu terbukti kebenarannya melainkan juga

sebuah iklan agar informasi tersebut diterima dan dilakukan oleh para calon

konsumen (pelaku fad diet).

1.6.2 Pengaruh informasi sebagai produk dari new cultural

intermediaries dalam pembentukkan fantasi tubuh ideal

Menurut Lacan, ego adalah konsep yang rumit dan mencakup gambaran

subjek tentang dirinya sendiri terutama tubuhnya (Hill, Philip, 2012:75).

Selain ego, Lacan juga berbicara tentang fantasi. Dalam hal ini, peneliti

membagi 3 komponen kunci yakni pemuda, media, dan konsumsi, serta satu

kunci penghubung yakni khayalan atau fantasi. Fad diet dilakukan agar

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

15

mereka lebih dekat dengan fantasi mereka yakni tubuh ideal atau tubuh

langsing. Dalam fenomena fad diet, pemuda bisa terjebak pada salah satu atau

dua status atau mungkin pada keduanya yaitu status sebagai produsen dan

konsumen. Peneliti lebih memilih sisi konsumerisme karena kegiatan

konsumsi lebih dominan dilakukan oleh para pelaku fad diet sebagai upaya

menjaga fantasi diri ideal. Berkaitan dengan fenomena tersebut, peran media

sangatlah kuat, Media membuka jalan bagi kapitalisme hingga mampu

menyentuh struktur emosional para pelaku fad diet. Individu seolah-olah

menjadi hamba media.

1.6.3 Hasil produksi dari new cultural intermediaries

Penelitian tentang Fad Diet berkaitan dengan apa yang diungkapkan

oleh Bordieu tentang new cultural intermediaries. New cultural intermediaries

adalah para perantara kebudayaan baru, karena melalui merekalah, batas-batas

area kebudayaan yang semula tertutup dapat diakses dan menjadi milik publik.

Cultural intermediaries merupakan sekelompok taste makers yang mampu

memproduksi masyarakat konsumer yang bukan hanya mengkonsumsi barang,

melainkan juga taste atau “rasa”. Dalam hal tersebut beroperasi prinsip yang

disebut Antonio Gramsci sebagai prinsip hegemoni, yaitu penguasaan lewat

dominasi kultural secara halus dan tak tampak (Peterson, dalam Piliang, 2011:

430) Dominasi kultural yang dimaksud adalah dominasi terhadap taste pada

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

16

konsumer fad diet. Sehingga, konsumer fad diet dapat dikatakan sebagai korban

hegemoni new cultural intermediaries.

“At a general level, this entails what Bourdieu calls the ‘ethical retooling’ of

consumer culture: the new class fractions pursue – and encourage others to

adopt – a ‘hedonistic morality of consumption, credit, spending and enjoyment’

in place of an ‘ascetic ethic of … abstinence, sobriety, saving and calculation.”

(Bordieu dalam Smith Maguire dan Matthew, 2014: 2).

1.6.4 Online Consumption

Komunikasi massa didefiniskan sebagai didefinisikan melalui

sistemisasi media teknik dan kode melalui sistemisasi pada tingkat media

teknik dan kode, melalu produksi sistematis pesan-pesan, bukan mulai dari

orang, tetapi berangkat dari medium itu sendiri. 9 Para perantara kebudayaan

baru berhasil menciptakan informasi tentang diet dan menggiringnya dalam

dunia realitas virtual. Paul Virilio di dalam Open Sky menggunakan istilah real

time untuk menjelaskan migrasi besar-besaran manuisa urban dari lingkungan

fisik urban ke dalam lingkungan virtual yaitu cyberspace10. Proses konsumsi

dalam dunia online mulai terjadi ketika mereka menyentuh handphone atau

9 Baudrillard, Jean P. 2009. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta : Kreasi Wacana. Hlm 157.

10 Piliang, Yasfraf Amir. 2011. Dunia yang Dilipat. Bandung : Matahari. Hlm 239

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

17

laptop nya dan melakukan koneksi dengan dunia maya. Proses konsumsi

selanjutnya bersifat lebih mendalam yaitu berkomunikasi di media sosial,

mencari informasi di google, belajar, hingga berbelanja (membeli barang secara

online).

Media online yang memiliki informasi yang beragam dan luas membuat

konsumen informasi memiliki kecenderungan untuk terlibat aktif dalam

penggunaan media dengan memilih dan menentukan sendiri informasi sesuai

dengan kebutuhannya. Melihat fenomena tersebut, peneliti menggunakan teori

penggunaan dan kepuasan atau uses and gratification theory sebagai salah satu

teori yang membicarakan tentang konsumsi informasi di media. Teori

penggunaan dan kepuasan menjelaskan bahwa konsumen atau dalam bahasa

lain audiens, menentukan sendiri media yang ingin digunakan. Terdapat motif

yang melandasi pemilihan media, motif tersebut berusaha dipenuhi untuk

mendapatkan kepuasan sesuai dengan harapan pengguna media. Uses

menjelaskan mengenai motif yang melandasi pemiihan informasi di media

online dan gratification menjelaskan pemenuhan akan motif tersebut. Jadi bila

disatukan diharapkan terdapat kesesuaian antara motif pemilihan informasi dari

media online dengan kebutuhan menjalankan fad diet dan keberhasilan

menurunkan berat badan.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

18

1.6.5 Masyarakat konsumer adalah para konsumen di era kapitalisme

akhir.

Para pelaku Fad Diet adalah para konsumen atau bagian dari

masyarakat konsumer. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan

Baudrillard tentang masyarakat konsumsi. Para konsumen dikatakan bisu

karena mereka cenderung bersikap pasif atau diam ketika mereka sedang

mengkonsumsi sesuatu. Konsumen sangat menikmati apa yang ia belanjakan,

membelanjakan berarti melakukan melakukan Fad Diet. Proses menikmati

berarti proses melakukan dengan baik, teratur, dan tidak mengeluh pada apa

yang sedang ia nikmati. Hal tersebut terjadi karena seseorang yang melakukan

fad diet tidak mendasarkan tindakannya pada pada logika kebutuhan melainkan

pada logika imajinasi dan logika hasrat. Menurut Gilles Deluze dan Felix

Guattari, di dalam Anti-Oedipus, hasrat tidak akan pernah terpenuhi, karena ia

selalu direproduksi dalam bentuk yang lebih tinggi oleh apa yang disebutnya

dengan mesin hasrat- istilah yang mereka gunakan untuk menjelaskan

reproduksi perasaan kekurangan di dalam diri secara terus-menerus (Piliang,

2011: 150). Konsumen akan terus menyandang gelar sebagai “masyarakat

konsumer” karena mereka terus-menerus melakukan konsumsi berdasarkan

pada hasrat yang pada akhirnya, hasrat tidak akan terpenuhi oleh sebuah objek

hasrat. Fad Diet yang dilakukan semakin tidak jelas maknanya, semakin tidak

mampu memenuhi hasrat sehingga apa yang mereka lakukan atau apa yang

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

19

mereka konsumsi adalah sesuatu tanpa makna dan pada akhirnya, mereka tetap

menikmati kehampaan makna tersebut. Akibatnya, mereka akan tetap disebut

sebagai masyarakat konsumer bisu. Menurut Baudrillad, kita tidak lagi

mengontrol objek, akan tetapi dikontrol oleh objek-objek. Ketimbang

menguasai simbol, status, prestise lewat objek-objek konsumsi, kita justru

terperangkap di dalam sistemnya (Piliang, 2011: 148).

1.6.6 Konsumsi Objek atau Konsumsi Tanda Paling Indah : Tubuh11

Teori Baudrillard tentang konsumsi yang terkenal adalah konsumsi

tanda. Kehidupan masyarakat modern tidak akan pernah lepas dari media yang

mampu menciptakan ledakan fantasi hingga mengalahkan realitas. Pada titik

inilah, kegiatan konsumsi tidak lagi dilihat manfaat atau nilai tukarnya,

melainkan makna atau tanda atau simbolnya. Berkaitan dengan keberadaan

“tubuh”, media melalui iklan menawarkan produk yang dikemas sebagai

“tanda” sehingga masyarakat juga akan menkonsumsi “tanda.” Hal tersebut

terbukti dari iklan yang selalu menampilkan: mode, diet, obsesi awet muda,

kecantikan, langsing, dan kejantanan/kefeminiman. Penelitian tentang fad diet

juga memandang tubuh sebagai objek yang dipaksa untuk mengkonsumsi

fantasi. Fantasi akan tubuh ideal dan pujian dari teman sepermainan. Bagi

masyarakat khususnya wanita, kecantikan dan tubuh langsing menjadi sesuatu

11 Baudrillard, Jean. Masyarakat Konsumsi, Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2009,hlm.165

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

20

yang mutlak harus terwujud. Tubuh dipaksa mengkonsumsi objek yakni

program diet berjenis fad. Jadi, tubuh berperan sebagai objek yang juga

mengkonsumsi objek. Pemilik tubuh dapat menentukan apa yang dikonsumsi

oleh tubuhnya sehingga tubuhnya mampu memberikan tanda bagi lingkungan

sekitarnya. Secara tidak sadar, pemilik tubuh menjual tubuhnya dengan

memberikan tanda bagi orang di sekitarnya. Tubuh dipaksa mengkonsumsi

program fad diet agar tanda bahwa ia adalah pribadi yang langsing dan ideal

dapat tersampaikan pada orang-orang di sekitarnya.

1.6.7 Konsumen Fad Diet sebagai korban hiperrealitas.

Baudrillad melihat komoditi sebagai fenomena hiperrealitas.

Masyarakat kita bergerak menuju kondisi hyper, masyarakat semakin tidak

mampu membedakan antara realitas dan halusinasi, antara fakta dan rekayasa.

Masyarakat kita disodorkan pada rekayasa dan fantasi tentang tubuh ideal oleh

para new cultural intermediaries. Masyarakat akan terus disodorkan pada

komoditi mulai dari gosip, skandal, kesehatan, kecantikan, penyakit, hingga

kematian. Akibatnya, masyarakat akan tetap berada pada kondisi hiper-

modernitas. Hiper-modernitas yaitu kondisi ketika segala sesuatu tumbuh

cepat, ketika tempo kehidupan menjadi semakin tinggi, ketika setiap wacana

(ekonomi, seni, seksual) bertumbuh ke arah ekstrim (Piliang, 2011:154).

Konsumer fad diet menjadi tidak mampu membedakan mana fantasi atau

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

21

angan-angan dan mana realitas atau kenyataan. Fantasi tubuh ideal akan tetap

menjadi fantasi karena diet yang dilakukannya tidak sesuai dengan realitas atau

“real diet”.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

22

Bagan 1

Kerangka Teori

Informasi Fad Diet

Pengetahuan Pengaruh atau pesan yang

bersifat memperngaruhi

Iklan sebagai New Culutral

Intermediaries

Ditolak Diterima

Calon Konsumen Fantasi

yakni pemilik tubuh

Produksi Tips Fad Diet

atau Crash Diet atau

Instant Diet Produksi Fantasi

Kecantikan Produksi Fantasi

Tubuh Indeal

Konsumsi Fantasi

(Fantasi sebagai objek)

Goal : Pemilik tubuh

memberi tanda bagi orang

disekitarnya Korban Hiperrealitas

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

23

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian sosiologi kuantitatif.

1.7.1 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilaksanakan.

Lokasi penelitian yang penulis pilih adalah Kluster Sosio Humaniora (Fakultas

Ilmu Budaya, Ekonomika dan Bisnis, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Hukum

Filsafat, dan Psikologi) Universitas Gadjah Mada. Alasan peneliti memilih

penelitian ini adalah keterjangkauan dalam proses penelitian karena peneliti

juga berada dalam lingkungan kampus yang berdekatan satu dengan yang lain.

1.7.2 Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang

ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun dan Soffan Effendi, 2008:152). Dalam

penelitian ini, yang menjadi populasi adalah keseluruhan mahasiswa S1

Kluster Sosio Humaniora (Fakultas Ilmu Budaya, Ekonomika dan Bisnis, Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Hukum Filsafat, dan Psikologi) Universitas Gadjah

Mada angkatan 2012. Berdasarkan data mahasiswa yang telah melakukan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

24

registrasi yang penulis peroleh dari twitter @info_SNMPTN pada tahun 2012,

maka jumlah populasi kira-kira berjumlah 1949 mahasiswa12.

Sampel

Dari 1949 mahasiswa tersebut, akan diambil 100 mahasiswa sebagai

responden. Pengambilan sampel dilakukan pada mahasiswa dari 6 fakultas

yang berbeda dengan teknik non probability sampling, dengan rumus sebagai

berikut:

𝑛 =𝑧2.𝑃.𝑄

𝑇2=

(1,96)2.50.50

10%

=3,84.50.50

10%= 96

Keterangan:

n : jumlah sampel

Q : jumlah populasi

Z2 : Kepastian benar yang diinginkan

P : Proposisi populasi

T : Persentase toleransi ketidaktelitian yang masih dapat ditolerir

12 http://akademik.ugm.ac.id/2012_lama/?menu=statistik&act=statistik_sarjana_2012

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

25

Saya juga menambahkan kurang lebih 20 responden dengan harapan,

penelitan ini lebih representatif sehingga benar-benar mampu menggambarkan

intensitas penerimaan informasi di media online dan perilaku diet mahasiswa

sosio humaniora 2012. Selain itu, saya juga menggunakan teknik sampling

random kedatangan, yaitu menjadikan siapa saja mahasiswa sosio humaniora

angkatan 2012 yang secara kebetulan dijumpai di area kampus. Saya

menanyakan angkatan berapa mereka dan berasal dari fakultas mana. Apabila

mereka masuk dalam kriteria sebagai responden, maka saya memberikan

kuesioner saat itu juga. Teknik tersebut penulis pilih karena populasi dalam

penelitian bersifat homogen yakni keseluruhan populasi adalah mahasiswa

dengan rentang usia yang sama yakni 20-25 tahun. Selain itu, lingkungan

kampus yang saling berdekatan membuat saya lebih mudah untuk menjumpai

mereka.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Strategi pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data

primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung dari lapangan penelitian

menggunakan instrumen penelitian kuesioner yang penulis susun sendiri (self-

administred questionaires) karena populasi cukup banyak, sehingga sulit bagi

peneliti untuk menggunakan wawancara dan observasi terstruktur sebagai

teknik pengumpulan data. Berdasarkan dimensi waktu dan ruang

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

26

pengumpulannya, data yang penulis kumpulkan termasuk dalam data antar

ruang (cross-sectional data). Data penulis kumpulkan dalam periode tertentu

yakni satu bulan untuk mengamati perilaku diet mahasiswa di beberapa

fakultas.

1.7.4 Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun dan Soffan Effendi,

2008:263). Analisa data dalam kajian ini menggunnakan analisa deskriptif

untuk memberikan informasi mengenai bagaimana hubungan antara frekuensi

penerimaan informasi diet dengan perilaku diet di kalangan mahasiswa.

Penelitian ini menggunakan statistik inferesial dengan uji korelasi bivariat dan

regresi untuk mengkaji hubungan 2 variabel yakni variabel x yaitu intensitas

penerimaan informasi fad diet dengan variabel y yaitu tingkat konsumsi fad

diet.

1.7.5. Variabel, Definisi Operasional, dan Indikator

Penulis memiliki 3 variabel, variabel pertama yakni intensitas

penerimaan infomasi fad diet (dari new cultural intermediaries) sebagai variabel

bebas, tingkat pemahaman akan diet yang benar (real diet) dan motivasi diet

sebagai variabel intervening dan konsumsi fad diet sebagai variabel terikat.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

27

Variabel independen:

a. Intensitas penerimaan informasi tentang fad diet, dapat diperoleh dengan:

Indikator:

1. Frekuensi penerimaan informasi tentang diet

2. Berfokus pada media online, situs atau media sosial apa yang sering diakses

3. Situs atau media sosial yang sering diakses untuk menemukan informasi diet

Skala: Nominal dan Ordinal

Variabel Intervening

b. Pemahaman

Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti pada apa yang

akan dilakukannya. Tingkat pemahaman informasi tentang diet berarti seberapa

besar kemampuan seseorang untuk mengerti dan mampu mencerna informasi

dengan baik sehingga dapat memilih diet seperti apa yang sebaiknya dilakukan.

Program diet yang dipilihnya merupakan hasil dari pemahaman seseorang dari

informasi yang dia peroleh. Tingkat pemahaman tentang diet yang benar dapat

diperoleh dengan:

Indikator:

1. Kemampuan mempertimbangkan informasi tentang diet yang diperoleh

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

28

2. Strategi atau diet jenis apa yang dilakukan (real diet atau fad diet)

Skala: Nominal

c. Motivasi

Motivasi merupakan sebuah dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan

sesuatu. Dorongan tersebut bukan hanya berasal dari diri sendiri melainkan juga dari

orang lain, iklan, dan juga lingkungan di sekitarnya. Motivasi merupakan sebuah

keinginan yang masih berada “di dalam” diri seseorang dan apabila motivasi itu kuat,

nantinya akan diwujudnyatakan dalam perilaku. Motivasi sesorang tentang diet ada

beragam, antara lain: ingin segera langsing, segera mendapatkan pasangan, ingin

menggunakan busana favorit, ingin lebih percaya diri dll. Tingkat motivasi

seseorang melakukan diet dapat diperoleh dengan:

Indikator:

1. Ukuran tubuh yang seberapa yang responden inginkan

2. Alasan mengapa responden ingin melakukan diet

3. Berasal dari mana munculnya keinginan responden melakukan diet (diri

sendiri, orang lain, atau media)

Skala: Nominal dan Ordinal

Variabel dependen:

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

29

d. Perilaku fad diet

Perilaku merupakan sesuatu yang terwujud secara nyata dan dapat diamati secara

empiris. Perilaku diet seseorang merupakan hasil dari perpaduan antara membaca

atau mencemati informasi yang diperoleh, lalu informasi tersebut dipahami, dan

ditambah dengan motivasi seseorang melakukan diet. Singkatnya, perilaku

bersumber dari informasi, pemahaman akan informasi, dan motivasi seseorang

untuk berperilaku. Perilaku tentang diet dalam penelitian ini dapat dikaji dengan:

Indikator:

1. Berhasil atau tidaknya program diet yang dilakukan

2. Jangka waktu program diet (instan atau tidak) : apakah berat badan turun secara

drastis atau tidak

3. Berapa kali melakukan diet

4. Berapa lama melakukan diet

Skala :

Nominal, yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu : Real Diet dan Fad Diet

Ordinal : tingkat fad diet

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

30

1.7.6 Matrik

Dari variabel dalam penelitian yang sudah penulis tentukan di atas dapat dibuat

matrik kausal sebagai berikut:

Variabel Independen

X1 X2 X3 X4

Variabel Dependen

X1 0 1 1 1

X2 0 0 1 1

X3 0 0 0 1

X4 0 0 0 0

∑ 0 1 2 3

X1 : Intensifitas penerimaan informasi tentang diet

X2 : Tingkat pemahaman informasi tentang diet

X3 : Motivasi melakukan diet

X4: Perilaku fad diet

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

31

Hubungan dari keempat variabel dapat dinyatakan sebagai berikut :

1.8 Kerangka Pemikiran

Berbagai informasi tentang kesehatan terutama tentang diet dapat dengan

mudah diperoleh dari berbagai media, khususnya media online. Banyaknya info

tersebut seharusnya mampu membuat masyarakat semakin paham tentang diet.

Pemahaman itulah yang mendorong seseorang untuk melakukan diet sesuai

dengan apa yang diinginkan. Perpaduan antara informasi, pemahaman pada

informasi, dan motivasi menyebabkan seseorang melakukan diet.

X1

X2

X4 X3

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

32

Bagan 2

Kerangka Pemikiran

1.8.1 Konsumsi Informasi di Media Online

Konsumsi adalah aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan dan

keinganannya, baik berupa barang maupun jasa. Konsumsi menurut Baudrillard

bukanlah sesuatu yang dilakukan individu untuk mendapat kenikmatan,

kebahagiaan, dan kepuasan, melainkan adalah suatu struktur (atau fakta sosial

Durkheiman) yang bersifat eksternal dan bersfat memaksa individu. Konsumsi

bukan hanya pada barang jasa melainkan semua hal lain. Menurut Baudrillard

segala hal bisa menjadi objek konsumen. Walhasil, konsumsi mencengkeram

Informasi diet dalam

media online ( tips

dan info)

Mendorong

Pemahaman

informasi

tentang diet

Mendorong

Munculnya

motivasi

menurunkan

berat badan

Perilaku

Diet

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

33

kehidupan manusia13. Maka, informasipun dapat menjadi objek konsumsi.

Piranti dan jaringan internet yang digunakan untuk mengakses informasi

merupakan perantara proses konsumsi informasi. Apa, bagaimana, dan dampak

informasi dari dunia virtual bagi masyarakat akan dibahas pada paragraf

selanjutnya.

Informasi berasal dari bahasa latin yaitu Informationem yang artinya

konsep, ide, atau garis besar. Menurut Raymond Mc.Leod, informasi adalah

data yang telah diolah menjadi bentuk yang memiliki arti penting bagi

penerimanya dan berguna untuk pengambilan keputusan, baik saat itu juga

maupun masa mendatang14. Informasi dalam penelitian ini merupakan

berbagai tips dan info tentang fad diet. Media online merupakan sekumpulan

karya jurnalistik (berita, informasi, artiekl, dsb) yang disajikan secara online.

Media online dalam penelitian ini berfokus pada media jejaring sosial. Media

jejaring sosial berfungsi memfasilitasi penggunanya untuk melakukan interaksi

sosial. Berikut adalah interaksi sosial yang bisa dilakukan di media jejaring

sosial: Berkirim pesan, berbagi informasi, berbagi video atau gambar,

berdiskusi, dan bertanya jawab.15 Berkaitan dengan intensitas konsumsi

13 Baudrillard, Jean P. 2009. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta : Kreasi Wacana (hlm:xxxv)

14 seputarpengetahuan.com html pada 19 September 2015

15 http://www.ardilas.com/.html pada tanggal 10 Oktober 2015

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

34

informasi di media online, Asosiasi Penyedia Jasa Internet (APJII) telah

melakukan riset bahwa pengguna internet di Indonesia pada tahun 2014 telah

mencapai angka 88,1 juta jiwa. Lebih rinci lagi dijelaskan bahwa akses internet

melalui smartphone mencapai 85%. Berdasarkan wilayah, DKI Jakarta menjadi

wilayah dengan persentase penetrasi paling tinggi dengan 65% pengguna

internet, disusul oleh Yogyakarta sebesar 63%.16 Berkaitan dengan konsumsi

informasi di media online, berikut adalah alasan masyarakat mengakses internet

:

Gambar 1

Alasan Mengakses Internet PC

16 http://tekno.liputan6.com/read/2197413/jumlah-pengguna-internet-indonesia-capai-881-juta

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

35

Sumber: Pusat Kajian Komunikasi Informasi Univeritas Indonesia, 14 April

2015

Gambar 1 tersebut menunjukkan bahwa sebesar 71,7% pengguna

mengakses internet untuk sarana komunikasi dan 65,3% pengguna mengakses

internet untuk memperoleh informasi. Hal tersebut membuktikan media online

memberikan pengaruh yang besar dalam proses konsumsi informasi dan sarana

bersosialisasi.

1.8.2 Motivasi dan Persepsi Melakukan Diet

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti sesuatu yang ada pada diri

individu yang menggerakkan atau membangkitkan, sehingga individu tersebut

berbuat sesuatu. Motivasi secara psikologis adalah suatu kesadaran untuk

melakukan sesuatu demi pencapaian tertentu. Motivasi dalam hal ini

merupakan sesuatu yang bersifat sangat positif yakni bagaiamana seseorang

melakukan perjuangan untuk mencapai tujuan tertentu.

. Intinya, dalam pengertian psikologi kontemporer postivistik, motivasi

selalu bermakna positif yakni bagaimana seseorang secara sadar, hendak

berjuang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, saya akan

menggunakan kata “motivasi” pada konteks tentang bagaimana konsumen

memiliki kesadaran dan keinginan untuk mewujukan tubuh ideal dan

menurunkan berat badan sesuai dengan fantasi atau tujuan yang bersifat

rasional yang akan dicapai yakni tubuh langsing dsb.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

36

Melihat hal tersebut, yang memandang bahwa motivasi bersifat sangat

positif, saya ingin mengkaji motivasi secara sosiologis. Menurut Max Weber,

motivasi adalah proses yang berkaitan dengan proses rasionalisasi. Motivasi

adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu melalui konstruksi

kesadaran secara subjektif untuk mencapai target yang bersifat rasional.

Kalimat kunci pengertian motivai terletak pada “mencapai target yang bersifat

rasional.” Padahal, rasional terkadang tidak rasional. Rasional menurut kita

belum tentu rasional bagi orang lain di sekitar kita. Tujuan yang bersifat

rasional sesuai dalam penelitian ini adalah sesuatu yang masih menjadi fantasi

yakni tubuh ideal, sehat, langsing, cantik, dan tinggi. Bagi mahasiswa, tubuh

ideal, langsing, cantik, dan tinggi adalah seuatu tujuan yang bersifat rasional.

Kalimat kunci kedua adalah “konstruksi kesadaran subjektif.” Motivasi

merupakan konstruksi kesadaran subjektif berarti konstuksi kesadaran dapat

berasal dari dirinya sendiri namun juga dari konstruksi orang lain yang pada

akhirnya diterima dan dikonstruksikan dalam dirinya sendiri sehingga

membentuk motivasi. Dengan kata lain, persepsi dari orang lain yang

dikonstruksikan tersebut, mereka konstruksikan secara subjektif sehingga

muncul-lah motivasi.

Persepsi

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

37

Motivasi berbeda dengan persepsi. Secara psikologis persepsi adalah

serangkaian langkah yang dimulai lewat rangsangan di dalam lingkungan, dan

bertujuan agar kita mampu menginterpretasikan rangsangan atau stimulus itu.

Itu adalah proses yang berlangsung secara tidak sadar dalam keseharian kita.

Dengan kata lain, persepsi adalah keadaan dimana kita memperoleh

rangsangan atau stimulus dari lingkungan (environment), mengkonstruksikan

rangsangan tersebut, lalu merespon stimulus atau rangsangan tersebut.

Pembedaan antara motivasi dan persepsi tersebut saya tekankan karena

dalam pemikiran psikologi postivistik (yang dominan saat ini), motivasi selalu

dikonstruksikan sebagai sesuatu yang positif. Padahal, pemahaman

hermenutik tentang motivasi yang berasal dari kata “motif” tidak selalu

bersifat positif, namun konstruksi yang berlangsung di masyarakat tentang

motivasi adalah hal yang positif. Oleh karena itu, saya harus kembali ke

pemahaman Weber tentang versetehen, bahwa posisi persepsi lebih netral

daripada motivasi karena motivasi adalah hasil dari konstruksi.

Motivasi adalah sebuah konstruksi dan persepsi adalah psikologikal

respon. Persepsi adalah unsur subjektivitas kita. Pengertian persepsi secara

psikologis maupun sosiologis sama yakni bagaimana kita merespon sesuatu

sesuai dengan pendapat kita sendiri tanpa adanya konstruksi dari manapun.

Namun, motivasi secara psikogis dan sosiologis berbeda. Motivasi secara

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

38

psikologis dipahami sebagai sesuatu yang sangat positif yakni terkait dengan

perjuangan untuk mencapai sesuatu yang bertujuan rasional. Padahal rasional

atau tidaknya sebuah tujuan bukanlah hal yang pasti. Tujuan yang ingin

dicapai seringkali dianggap rasional padahal belum tentu rasional. Motivasi

tubuh langsing selama 7 hari bagi orang kegemukan, akan menjadi tujuan yang

sangat tidak rasional sehingga motivasinya meurunkan berat badan bukan

untuk mencapai tujuan yang rasional.

Selain itu, persepsi lebih bersifat netral karena berasal dari unsur

subjektivitas kita dan bersifat “murni” karena berasal dari diri kita sendiri.

Sedangkan motivasi merupakan kesadaran subjektif yang sudah “tercemar”

oleh persepsi dari orang lain, bukan murni dari diri sendiri. Persepsi orang lain

merupakan polutan bagi terbentuknya motivasi seseorang untuk melakukan

usaha penurunan berat badan. Motivasi bersifat tidak netral karena

sesungguhnya, motivasi merupakan hasil perpaduan antara konstruksi persepsi

diri sendiri dengan konstruksi persepsi dari orang lain. Dalam kaitannya

dengan penelitian ini, motivasi menurunkan berat badan yakni mencapai tubuh

langsing, ideal, dan cantik. Motivasi tersebut bukan hanya berasal dari dirinya

sendiri tetapi merupakan hasil dari persepsi orang lain tentang pencapaian

tubuh ideal.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

39

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka saya akan tetap

menggunakan istilah “motivasi” dan “persepsi” dalam tulisan ini, namun

membedakan penggunaannya. Persepsi tertuju pada orang yang

mengkonsumsi sesuatu yakni mengkonsumsi informasi, tips, program diet,

produk diet dsb. Motivasi tertuju pada orang-orang yang hendak mencapai

tujuan dan target yang nampaknya rasional yakni menurunkan berat badan

agar memiliki tubuh langsing, tubuh sehat dsb.

1.8.3 Pemahaman

Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti tentang

apa yang ia terima dari lingkungan di sekitarnya atau dari apapun yang berada

di luar dirinya. Pemahaman yang baik tentu akan menghasilkan perilaku yang

baik pula. Pemahaman dalam penelitian yaitu pemahaman responden terhadap

informasi yang ia peroleh di media sosial tentang diet, real diet, dan gizi.

Apabila responden dapat memahami apa itu diet, bagaimana caranya, dan apa

saja yang harus dipenuhi agar diet dapat berhasil dan tujuan diet tersebut dapat

tercapai.

1.8.3 Perilaku Diet dan Konsumsi Fad Diet

Motivasi merupakan dorongan, hasrat, keinginan, dan penggerak dalam

diri individu yang memberikan arah dan tujuan pada perilakunya. Maka,

perilaku tidak akan ada apabila individu tidak memiliki kebutuhan dan

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

40

motivasi. Perilaku diet seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan individu untuk

mencapai keseimbangan karena ia merasa ada yang tak seimbang dalam

dirinya. Misalnya, individu tersebut termasuk dalam kategori obesitas, tentu ia

merasa ada yang tidak seimbang dengan dirinya, oleh karena itu, diet menjadi

kebutuhan. Berkaitan dengan motivasi, apakah ia berdiet karena ingin langsing

saja atau ingin langsing dan sehat, atau agar lebih percaya diri, tentu seseorang

memiliki banyak motif baik biogenetis mau sosiogenetis dan hal tersebut

mempengaruhi diet yang seperti apa yang akan mereka lakukan. Diet yang real

diet atau fad diet.

Diet berasal dari bahasa Yunani, yaitu diaita yang berarti cara hidup.

Definisi diet menurut tim kedokteran EGC tahun 1994 (Hartiantri, 1998)

adalah kebiasaan yang diperbolehkan dalam hal makanan dan minuman yang

dimakan oleh seseorang dari hari ke hari, terutama yang khusus dirancang

untuk mencapai tujuan dan memasukkan atau mengeluarkan bahan makanan

tertentu. Diet dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai usaha membatasi atau

mengatur jenis asupan makanan untuk: tujuan tertentu yakni penurunan berat

badan. Salah satu jenis diet untuk menurunkan berat badan adalah fad diet.

Fad Diet menurut Dokter Spesialis Gizi David Fajar Putra (Areamagz,

2011) adalah diet untuk menurunkan berat badan dan bersifat sementara dan

biasanya dalam waktu singkat juga akan ditinggalkan atau dilupakan. Fad diet

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

41

seringkali disebut sebagai diet instan, diet palsu, atau diet sembarangan karena

dilakukan dengan cara membatasi atau meniadakan asupan makanan tertentu

sehingga diet menjadi tidak seimbang dan dalam jangka panjang biasanya akan

gagal bahkan berpotensi mengganggu kesehatan. Diet termasuk dalam

golongan Fad Diet apabila anjuran diet mengandung unsur:

Tawaran solusi kilat

Menarik kesimpulan yang dangkal atau rekomendasi dari suatu penelitian

tunggal atau lembaga riset yang kurang jelas atau kurang relevan datanya

Menakut-nakuti atau menghilangkan bahan makanan tertentu karena dianggap

menjadi penyebab penyakit tertentu

Melebihkan asupan suatu bahan makanan karena dianggap dapat

menyembuhkan penyakit atau mencegah munculnya penyakit

Rekomendasi menjual produk suplemen

Selain itu Mulamawitri (dalam Kurnianingsih, 2009) mengungkapkan tentang

ciri-ciri perilaku seseorang melakuka diet yang salah atau sembarangan:

Membatasi frekuensi dan intake makanan, menghilangkan kebiasaan sarapan

atau tidak makan malam dengan tujuan untuk menurunkan berat badan

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

42

Tidak makan nasi dengan asumsi berat badan akan turun, padahal nantinya

individu tersebut akan lari ke makanan lain yang kalorinya lebih besar daripada

nasi, seperti mie atau kentang

Menganggap makanan yang bentuknya kecil atau ringan seperti keripik,

permen, dan makanan selingan lainnya memiliki kandungan kalori yang sedikit.

(Mulamawitri 2005 dalam Kurnianingsih 2009)

Diet penurunan berat badan yang sehat seharusnya dikonsultasikan

terlebih dahulu pada ahli gizi maupun dokter. Terdapat tiga komponen praktik

diet yang sehat yang harus dipenuhi yakni mengontrol asupan energi terutama

asupan lemak, meningkatkan penggunaan energi dengan aktivitas fisik atau

olahraga, dan mempertahankan kebiasaan tersebut agar berat badan tetap stabil.

Diet penurunan berat badan yang sehat harus memenuhi syarat sebagai berikut:

Asupan makan mengikuti pedoman piramida makanan, pemilihan makanan

yang rendah lemak atau non-fat dan kecukupan cairan (6-8 gelas per hari)

Frekuensi makan tetap 3 kali sehari dan hindari makan dalam jumlah banyak

dalam satu waktu (binge eating)

Penurunan berat badan tidak boleh terlalu cepat atau ekstrem, Penurunan berat

badan yang terjadi tidak boleh lebih dari 2 pon/ minggunya, karena akan

menimbulkan stress pada tubuh.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93801/potongan/S1-2016... · kepada 2.500 orang di wilayah Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya

43

Diet harus sesuai dengan kondisi tubuh masing-masing, hindari rasa lapar dan

lelah, kecukupan energi minimal 1200-1500 kkal/hari supaya tidak terjadi

defisiansi vitamin dan mineral.

Konsumsi makanan sehari-hari, hindari prosuk makanan yang menjanjian dapat

menurunkan berat badan dengan cepat

Melakukan olahraga yang intensif , istirahat yang cukup, dan mengurangi stress

Setelah penurunan berat badan tercapai, hendaknya tetap memeliharaa pola

makan dan latihan fisik supaya dapat meningkatkan kesehatan17

Real Diet merupakan perilaku diet yang masih memenuhi kebutuhan gizi

seseorang perharinya dan penurunan berat badan masih dalam batas normal.

Praktik diet yang sehat misalnya perubahan perilaku makanan dengan

mengurangi asupan lemak dan membatasi asupan energi, mengurangi makanan

cemilan dan meningatkan aktivitas fisik/berolahraga (Respati, 2014).

17 Sihizzer and Whitney 2006 dalam Kurnianingsih 2009