bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/bab i.pdflangkah hukum, serta mengapa...

38
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini mengkaji mengenai kebijakan pemerintah lokal terhadap muncul dan berkembangnya Transportation Network Companies 1 di Kota Malang. Penulis ingin mengetahui seberapa jauh penerimaan maupun penolakan pemerintah Kota Malang terhadap masuknya industri TNCs yang dikategorikan sebagai bagian dari perkembangan globalisasi ekonomi pada sektor perusahaan transnasional. TNCs dapat diklasifikasikan sebagai produk-produk dari globalisasi ekonomi yang terus berkembang di era sekarang ini. Perusahaan pelopor berkembangnya industri TNCs adalah Uber, perusahaan ini didirikan oleh Travis Kalanick dan Garret Camp pada maret 2009, berpusat di San Francisco, California, AS. Seiring dengan berkembangnya waktu muncul perusahaan-perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama seperti Lyft, Sidecar, Wingz, dan lain sebagainya. Saat ini industri berbasis TNCs telah berekspansi hingga ke berbagai benua tidak terkecuali Asia. Di Asia sendiri perusahaan penyedia platform online didominasi oleh beberapa perusahaan, seperti Grab, Ola Cabs, Meru Cabs, serta Didi Kuaidi. Sasaran dari TNCs tersebut adalah kota-kota besar dengan masyarakat 1 Transportation Network Companies merupakan isu global baru dan sedang berkembang yang dapat pula disebut sebagai Ridehailing namun dalam penelitian ini Transportation Network Companies akan disebut sebagai TNCs guna membedakan dengan fenomena TNC yang selama ini ada yaitu Transnational Coorporation

Upload: others

Post on 17-Dec-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian ini mengkaji mengenai kebijakan pemerintah lokal terhadap

muncul dan berkembangnya Transportation Network Companies1 di Kota Malang.

Penulis ingin mengetahui seberapa jauh penerimaan maupun penolakan pemerintah

Kota Malang terhadap masuknya industri TNCs yang dikategorikan sebagai bagian

dari perkembangan globalisasi ekonomi pada sektor perusahaan transnasional.

TNCs dapat diklasifikasikan sebagai produk-produk dari globalisasi

ekonomi yang terus berkembang di era sekarang ini. Perusahaan pelopor

berkembangnya industri TNCs adalah Uber, perusahaan ini didirikan oleh Travis

Kalanick dan Garret Camp pada maret 2009, berpusat di San Francisco, California,

AS. Seiring dengan berkembangnya waktu muncul perusahaan-perusahaan lain

yang bergerak di bidang yang sama seperti Lyft, Sidecar, Wingz, dan lain

sebagainya.

Saat ini industri berbasis TNCs telah berekspansi hingga ke berbagai benua

tidak terkecuali Asia. Di Asia sendiri perusahaan penyedia platform online

didominasi oleh beberapa perusahaan, seperti Grab, Ola Cabs, Meru Cabs, serta

Didi Kuaidi. Sasaran dari TNCs tersebut adalah kota-kota besar dengan masyarakat

1 Transportation Network Companies merupakan isu global baru dan sedang berkembang yang dapat

pula disebut sebagai Ridehailing namun dalam penelitian ini Transportation Network Companies

akan disebut sebagai TNCs guna membedakan dengan fenomena TNC yang selama ini ada yaitu

Transnational Coorporation

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

2

yang memiliki tingkat mobilitas tinggi, termasuk kota-kota besar di Indonesia yang

menjadi salah satu pasar paling potensial di Asia.

Fenomena hadirnya TNCs menjadi salah satu alternatif penggunaaan moda

transportasi di Indonesia di mana sistem sistem transportasinya belum tertata

dengan baik.2 Perusahaan transportasi berbasis daring ini mengklaim bahwa

mereka memberikan keunggulan dalam bidang pelayanan. Namun di balik

keunggulan yang ditawarkan TNCs muncul pro dan kontra dari berbagai kalangan,

khususnya penyedia jasa transportasi yang masih bersifat konvensional. Banyak

penolakan muncul di kota-kota yang menjadi sasaran dari TNCs karena transportasi

berbasis daring ini dianggap mengusik kenyamanan, ketentraman, dan

kesejahteraan penyedia jasa transportasi konvensional.3

Penolakan terhadap keberadaan serta pengoperasian TNCs juga terjadi di

Kota Malang. Terhitung sejak awal munculnya moda transportasi online di kota

Malang pada Desember 2016, banyak aksi demo serta mogok kerja yang dilakukan

oleh pengemudi perusahaan transportasi konvensional, aksi tersebut muncul guna

menolak keberadaan TNCs dan menuntut pemerintah Kota Malang bertindak tegas

untuk segera melarang beroperasinya moda transportasi berbasis online. Namun

pemerintah Kota Malang sendiri terkesan “berdiri di atas dua kaki”, di satu sisi

2 Endang Wahyusetyawati, Dilema Pengaturan Transportasi Online, Jurnal RechtsVinding Online,

Mei 2017. Hal. 1. Diakses dalam

https://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/TRANSPORTASI%20ONLINE_ENDANG.pdf

(26/03/2018, 18.29 WIB) 3 Rohani Budi Prihatin, Dampak Sosial Transportasi Berbasis Online, Majalah Info Singkat

Kesejahteraan Sosial, Vol. VIII, No. 07/I/P3DI/April/2016, hal. 11. diakses dalam

http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VIII-7-I-P3DI-April-2016-31.pdf

(26/03/2018, 16.25 WIB)

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

3

berpihak kepada kepentingan perusahaan penyedia jasa transportasi konvensional

dan di sisi lain mendukung keberadaan TNCs

Kota Malang menjadi lokasi tepat sebagai kajian penelitian terkait TNCs

karena Malang menjadi kota terbesar kedua di Jawa Timur dengan jumlah

demografi luar biasa namun pada implementasi fasilitas publik pada bidang

transportasi Kota Malang belum memiliki sistem transportasi terintegrasi yang

difasilitasi oleh pemerintah daerah seperti kota-kota besar lain di Jawa, Kota

Malang hanya memiliki angkutan umum kota dengan 25 trayek untuk memobilisasi

masyarakat di seluruh Malang.4

Hal yang menjadi menarik dalam penelitian ini adalah pertanyaan apasaja

pertimbangan-pertimbangan yang dijadikan acuan pemerintah dalam mengambil

langkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam

menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini sudah menjadi moda transportasi

alternatif yang hadir di kota Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini bagaimana respons pemerintah kota malang terhadap

hadirnya industri transnasional sebagai penyedia jasa transportasi alternatif di Kota

Malang ?

4 Jalur Angkutan Kota Malang Mikrolet diakses dalam https://mediacenter.malangkota.go.id/info-

kota/transportasi/jalur-angkutan-kota-malang/#axzz4zGh4lbPl (19/01/2020, 16:43 WIB)

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan pemerintah Kota

Malang dalam menyoroti hadirnya TNCs yang kemudian memicu banyaknya

gesekan antara berbagai lapisan masyarakat, serta melihat bagaimana regulasi

pemerintah Kota Malang akan permasalahan ini.

1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat untuk melihat pengaruh

globalisasi ekonomi terhadap perkembangan TNCs, serta melihat bagaimana

implikasi industri ini bagi Indonesia khususnya Pemerintah Kota Malang,

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan

terhadap kajian Ilmu Hubungan Internasional.

b. Manfaat Praktis

Penulis juga berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri,

serta dapat lebih memahami mengenai dasar pertimbangan pengambilan kebijakan

tanpa merugikan pihak manapun, penelitian ini juga diharapkan bisa memiliki

manfaat bagi pembaca yang ingin menambah wawasan.

1.4 Penelitian Terdahulu

Guna menegaskan originalitas penelitian ini maka penulis menggunakan

beberapa penelitian untuk direview, penelitian terdahulu ini berfungsi sebagai

acuan bagi penulisan penelitian ini. Penulis akan membagi beberapa penelitian

terdahulu menjadi tiga kategori berdasarkan tema penelitian, pertama penelitian

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

5

serta literatur yang di dalamnya membahas mengenai globalisasi ekonomi serta

pertumbuhan Perusahaan Transnasional kedua penelitian serta literatur yang

membahas mengenai respons terhadap Respons regional terhadap TNCs, ketiga

adalah penelitian serta literatur yang membahas mengenai perubahan yang

diakibatkan oleh hadirnya TNCs

1.4.1 Globalisasi Ekonomi dan respons pertumbuhan Perusahaan

Transnasional

Penelitian terdahulu pertama yang digunakan penulis sebagai acuan

penelitian adalah artikel berjudul is there a McDonald’s in Bermuda? dihimpun

melalui situs independen Bermuda.5 Artikel tersebut menjelaskan pada tahun 1990

pemerintah Bermuda secara resmi melarang pengoperasian perusahaan raksasa

utama yang menjadi simbol kemajuan globalisasi budaya yaitu McDonalds.

Hal pelarangan tersebut mengacu pada pada pasal 38 Constitution of

Bermuda Island tahun 1977.6 Mengenai Prohibited Restaurants Act, undang-

undang ini secara tegas melarang pengoperasian sekaligus berdirinya waralaba

makanan cepat saji milik Asing di Bermuda, serta mengkategorikan sebagai tindak

kriminal bagi siapapun yang melanggarnya. McDonald’s sendiri mencoba

berekspansi di Bermuda pada tahun 1985, bertempat di basis militer angkatan udara

AS namun pada 1995 raksasa waralaba makanan cepat saji ini secara resmi ditutup

karena dianggap telah melanggar undang-undang Bermuda.7

5 Bermuda4u, is there a McDonald’s in Bermuda? diakses dalam

https://www.bermuda4u.com/faqs/mcdonalds-bermuda/ (25/06/2018, 19:25 WIB) 6 Constitution of Bermuda, The Prohibited Restaurant Act 1997, diakses dalam

http://bermudalaws.bm/laws/Annual%20Laws/1997/Acts/Prohibited%20Restaurant%20Act%2019

97.pdf (25/06/2018, 19:41 WIB) 7 Bermuda4u, Op.Cit.,

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

6

Artikel mengenai keberadaan McDonald’s di Bermuda ini memiliki

kesamaan dengan penelitian penulis ditinjau dari studi kajian yang digunakan, yaitu

respons pemerintah terhadap produk globalisasi yang memiliki dampak pada sistem

ekonomi, namun memiliki pengambilan objek yang berbeda dengan penulis dalam

penelitian ini.

Penelitian terdahulu kedua yang digunakan penulis sebagai acuan

penelitian adalah jurnal milik Cuban Study Group berjudul Empowering The

Cuban People Through Access To Technology.8 dalam penelitiannya Cuban Study

Group berpendapat bahwa teknologi informasi serta media social merupakan sarana

penting yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi serta memperluas peluang

pertukaran informasi bagi sistem edukasi suatu negara, namun Kuba menjadi salah

satu negara dengan tingkat akses sangat rendah terhadap sistem informasi berbasis

teknologi, hal ini diakibatkan oleh adanya embargo AS terhadap Kuba di berbagai

bidang, salah satunya berdampak pada layanan serta fasilitas telekomunikasi Kuba,

tertuang dalam Torricelli Act 1992, perjanjian tersebut hanya memperbolehkan

pertukaran informasi Kuba dengan Amerika Serikat.

Dibawah kepemimpinan Presiden Barack Obama pada April 2009 melalui

Departemen Keuangan dan Perdagangan, Amerika Serikat memberikan

pengurangan poin-poin embargo mengenai layanan serta fasilitas komunikasi di

Kuba yang tertera dalam Torricelli Act 1992. Namun faktor utama terhambatnya

layanan serta fasilitas telekomunikasi Kuba sendiri didukung oleh kebijakan

8 Cuban Study Group, Empowering The Cuban People Through Access To Technology, ASCEC

(Association for the Study of the Cuban Economy), Working paper July 2010 diakses dalam

https://ascecuba.org//c/wp-content/uploads/2014/09/v20-cubastudygroupit.pdf (30/06/2018, 21:26

WIB)

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

7

pemerintah Kuba yang menjadikan politik sebagai prioritas utama pembangunan

negaranya.

Jurnal milik Cuban Study Group ini memiliki kesamaan dengan penelitian

penulis ditinjau dari studi kajian yang digunakan, yaitu alasan yang

melatarbelakangi respons pemerintah terhadap produk globalisasi, namun bila

ditinjau melalui kajian perusahaan transnasional serta respons yang diberikan

Negara maka penelitian milik penulis jelas berbeda dengan jurnal milik Cuban

Study Group karena Indonesia tidak melarang segala jenis pertukaran inovasi

khususnya pada bidang teknologi yang masuk ke Indonesia

Penelitian terdahulu ketiga yang digunakan penulis sebagai acuan

penelitian adalah milik U.S. Bureau of Economic Analysis dengan judul penelitian

Globalization and Multinational Companies: What Are the Questions, and How

Well Are We Doing in Answering Them?.9 Penelitian ini menjelaskan bahwa

Globalisasi ini memanifestasikan diri masuk dalam pasar keuangan yang bersifat

interdependensi, meningkatnya peran perusahaan multinasional (MNC's), transfer

teknologi, meningkatnya ketergantungan pasar domestik pada perdagangan luar

negeri, dan saling ketergantungan yang diperlukan dari kebijakan moneter, fiskal,

dan peraturan.

Penelitian ini menjelaskan bahwa Perusahaan multinasional cenderung

memilih bergerak pada bidang yang bertujuan menjual barang dan jasa hal ini juga

bertujuan untuk mempermudah akses perusahaan dalam memilih tenaga kerja

9 J. Steven Landefeld and Ralph Kozlow , Globalization and Multinational Companies: What Are

the Questions, and How Well Are We Doing in Answering Them?, U.S. Bureau of Economic

Analysis, june 2003 Diakses dalam https://www.bea.gov/papers/pdf/Globalization.pdf (03/08/2018,

2.09 WIB)

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

8

berbiaya rendah dan sumber daya lain yang mudah ditemukan untuk menambah

jumlah produksi. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa pemerintah harus turut

andil dalam perjalanan semua perusahaan multinasional, guna memberikan kontrol

sekaligus meminimalisir dampak yang dihasilkan oleh MNC.

Penelitian milik J. Steven Landefeld and Ralph Kozlow ini memiliki

kesamaan dengan penelitian penulis ditinjau dari kajian pertumbuhan globalisasi

ekonomi melalui perusahaan multinasional serta bagaimana pemerintah dapat

memberikan kontrol terhadap industri ini. Namun perbedaan signifikan terdapat

pada penelitian milik J. Steven Landefeld and Ralph Kozlow yang tidak

menjelaskan secara keseluruhan bagaimana campur tangan pemerintah dalam

memberikan kontrol pengawasan terhadap MNC sepenuhnya

1.4.2 Respons regional bagi industri TNCs

Penelitian terdahulu keempat yang digunakan penulis sebagai acuan

penulisan adalah penelitian milik Patrick Gavin dengan judul penelitian Regional

Regulation of Transportation Network Companies.10 Dalam penelitian ini Patrick

Gavin menjelaskan bahwa di era modern saat ini semakin besar tuntutan bagi

industri penyedia jasa transportasi untuk menyediakan layanan yang sesuai. Inovasi

ini hadir untuk menjawab tantangan yang diberikan, tentu hal ini tidak menutup

kemungkinan bahwa TNCs akan menjadi pasar dengan tingkat peminat yang tinggi

serta menjadikan industri ini sebagai bisnis jangka panjang.

10 Patrick Gavin, Regional Regulation of Transportation Network Companies, Harverd Law &

Policy Review 2017 diakses dalam http://harvardlpr.com/wp-content/uploads/2017/02/HLP105.pdf

(23/11/2017, 12.25 WIB)

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

9

Dalam penelian ini Gavin melihat bahwa TNCs berkembang dengan pesat

tanpa adanya regulasi yang menaungi, hal ini secara tidak langsung memicu adanya

kesenjangan dengan penyedia moda jasa transportasi konvensional, maka dalam

penelitian ini Gavin melihat memberikan masukan bagi para pembuat kebijakan

baik tingkat pusat maupun regional untuk dapat mengintegrasikan kebijakan baru

agar berlaku secara adil serta efisien bagi seluruh sistem transportasi metropolitan

di Amerika Serikat.

Penelitian milik Patrick Gavin ini memiliki kesamaan dengan penelitian

penulis ditinjau dari bagaimana pemerintah mampu memberikan penyelesaian

mengenai regulasi antar penyedia moda jasa transportasi lama dan baru.

Penelitian terdahulu kelima yang digunakan penulis sebagai acuan adalah

Jurnal milik Fitriyah Nurhidayah dan Ficky Alkarim berjudul Domination of

Transportation Network Companies(TNCs) in Indonesia: At Indonesian Case.11

Penelitian ini menjelaskan bahwa munculnya industri TNCs di Indonesia, sedikit

demi sedikit merubah cara bertransportasi sebagian besar masyarakat, besarnya

antusiasme masyarakat mengenai industri ini menjadi ancaman bagi industri

transportasi konvensional. Hadirnya TNCs sebagai inovasi baru dari perkembangan

teknologi dirasa sebagai Disruptive Innovation oleh para penyedia serta mitra jasa

penyedia transportasi konvensional seperti taxi, angkot, opang, dsb.

Penelitian ini menjelaskan bahwa respons Indonesia khususnya oleh industri

transportasi konvensional tergolong cukup ekstrem, oleh dari itu pemerintah

11 Fitriyah Nurhidayah & Ficky Alkarim, Domination of Transportation Network Companies (TNCs)

in Indonesia: At Indonesian Case, International Journal of Bussiness, Economies, and Law, vol. 12,

Issue 3, (April 2017), hal. 11-20 diakses dalam http://ijbel.com/wp-

content/uploads/2017/05/ECON-306.pdf (17/03/2018, 15.35 WIB)

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

10

Indonesia dituntut untuk membuat regulasi yang bersifat adil bagi moda

transportasi baru dan lama, namun sampai selesai ditulisnya penelitian milik

Fitriyah Nurhidayah dan Ficky Alkarim pemerintah belum “menjawab” permintaan

dari kedua industri yang bergerak di bidang sama ini.

Penelitian milik Fitriyah Nurhidayah dan Ficky Alkarim ini memiliki

kesamaan penelitian dengan penulis ditinjau dari tema serta cakupan

permasalahnnya, namun yang membedakan disini adalah batasan waktu penelitian,

perkembangan regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia, serta

spesifikasi objek dan lokasi penelitian.

Penelitian terdahulu keenam yang digunakan penulis sebagai acuan adalah

penelitian milik jurnal milik University of California Transportation Center

(UCTC) dengan judul penelitian App-Based, On-Demand Ride

Services:Comparing Taxi and Ridesourcing Trips and User Characteristics in

San Francisco.12 penelitian ini menjelaskan bahwa ridesourcing muncul sebagai

salah satu moda transportasi alternatif di San Francisco. ridesourcing muncul

ditengah banyaknya permintaan akan adanya moda transportasi di masyarakat

urban khususnya di San Francisco.

Pada dasarnya perusahaan ridesourcing memiliki pelayanan yang sama

dengan taxi namun perbedaan yang signifikan adalah dalam hal waktu

penjemputan. Ditinjau berdasarkan studi lapangan, penelitian ini berpendapat

bahwa industri ridesourcing di San Francisco semakin mempermudah masyarakat

12 University of California Transportation Center (UCTC) App-Based, On-Demand Ride

Services:Comparing Taxi and Ridesourcing Trips and User Characteristics in San Francisco

diakses dalam https://www/its.dot.gov/itspac/dec2014/ridesourcingwhitepaper_nov2014.pdf

(19/03/2018, 11.32 WIB)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

11

dengan tingkat mobilitasnya yang tinggi, selain itu dengan adanya ridesourcing ini

dapat mengurangi kemacetan serta dapat secara signifikan mengurangi penggunaan

lahan parkir.

Penelitian terdahulu ketujuh yang digunakan penulis sebagai acuan adalah

jurnal milik Danuvasin Charoen berjudul “GRABTAXI: A Taxi Revolutioned in

Thailand”.13 Dalam penelitian ini Charoen menjelaskan bahwa Taxi dikategorikan

sebagai moda transportasi umum yang memiliki peran besar di Thailand. Besarnya

angka permintaan bagi penyediaan jasa layanan transportasi, menjadikan Thailand

sebagai salah satu pasar potensial bagi industri TNCs, khususnya Grab. Charoen

menjelaskan bahwa Thailand memberikan respons baik terhadap masuknya Grab

sebagai penyedia jasa transportasi baru.

Penelitian milik David Charoen ini berbeda dengan penulis pada fokus

penelitian, dimana Charoen pada penelitiannya melihat dari sudut pandang respons

Customers sedangkan penulis melihat dari segi respons pemerintah terhadap

hadirnya TNCs di Kota Malang serta spesifikasi objek penelitian yang digunakan.

1.4.3 Perubahan oleh hadirnya TNCs

Penelitian terdahulu kedelapan yang digunakan penulis sebagai acuan

adalah penelitian milik Song Hsi Ching dengan judul penelitian Disruptive

Technologies in the Land Transport Sector: A Case Study on Regulating Ride-

sharing Platforms.14 dalam penelitiannya Song His Ching menjelaskan bahwa

13 Danuvasin Charoen, GRABTAXI: A Taxi Revolutioned in Thailand, International Journal of

Management and Applied Science, Vol. 1 Issue –9, October 2015, Thailand, hal. 154 et Seqq. 14 Song His Ching, Disruptive Technologies in the Land Transport Sector: A Case Study on

Regulating Ride-sharing Platforms, Civil Service College Singapore, February 2017 Diakses dalam

https://www.cscollege.gov.sg/Knowledge/Documents/Website/Disruptive%20Technologies%20in

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

12

Singapura adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki mobilitas

sangat tinggi, hal itu berjalan beriringan dengan tingkat penggunaan moda

transportasi yang tinggi pula, khususnya pemilihan moda transportasi darat yaitu

taxi, namun semenjak hadirnya perusahaan ridesourcing sebagai salah satu

alternatif moda transportasi, sedikit demi sedikit memberikan kerugian bagi industri

taxi konvensional.

Harga yang ditawarkan oleh perusahaan penyedia platform online ini

terlampau jauh dari harga pokok yang ditetapkan oleh perusahaan jasa taxi

konvensional, hal ini membuat taxi konvensional kalah bersaing dengan industri

baru ini. Pemerintah singapura telah mengeluarkan enam kebijakan baru mengenai

pengaturan adanya industri Ridesourcing, kebijakan ini dikeluarkan guna untuk

menanggulangi adanya ketimpangan industri taxi di Singapura.

Penelitian milik Song Hsi Ching ini memiliki kesamaan penelitian dengan

penulis, karena pada penelitian ini Song Hsi Ching juga melihat bagaimana respons

yang diberikan pemerintah dalam menangani dampak dari munculnya industri

TNCs bagi industri Taxi. Namun yang menjadi pembeda penelitian milik Song Hsi

Ching dengan penelitian penulis adalah, Ching tidak memberikan spesifikasi

perusahaan TNCs apa yang digunakan serta membawa dampak yang paling kuat di

Singapura.

Penelitian terdahulu kesembilan yang digunakan penulis sebagai acuan

adalah working paper milik Victor Ngo berjudul Transportation Network

%20the%20Land%20Transport%20Sector%20Regulating%20Ridesharing%20Platforms%20%28

TFILED%29.pdf (19/03/2018, 13.01 WIB)

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

13

Companies and The Ridesourching Industry (A Review of Impacts and Emerging

Regulatory Frameworks for Uber).15 Penelitian ini terbagi menjadi beberapa

kategori ditinjau berdasarkan fokus penelitiannya, pertama menjelaskan bagaimana

respons yang diberikan oleh para pengamat serta literature apa yang digunakan

dalam menanggapi fenomena masuknya Uber di Vancouver, kedua Victor Ngo

mencoba menjelaskan apa saja dampak yang dihasilkan melalui masuknya

perusahaan Ridesourcing Uber bagi yuridiksi Amerika Utara serta bagaimana

industri ini mempengaruhi keberadaan industri taxi konvensional. Ketiga, Victor

Ngo mencoba menjabarkan apa saja dasar pertimbangan bagi pengambilan

kebijakan mengenai industri Ridesourcing Uber. Victor Ngo dalam penelitian ini

berpendapat bahwa transportasi adalah salah satu penunjang paling penting bagi

gaya hidup masyarakat Vancouver saat ini, maka semakin banyak moda

transportasi yang ditawarkan untuk menunjang “rasa haus” masyarakat akan

transportasi, salah satunya industri ridesourcing Uber.

Hadirnya industri ridesourcing memberikan dampak negatif bagi industri

Taxi berbasis konvensional, penurunan permintaan, laba, serta semakin pesatnya

pertumbuhan industri Ridesourcing di Vancouver memperkuat kesenjangan yang

ada. hal ini menuntut para pembuat kebijakan di Vancouver untuk segera

memberikan regulasi mengenai batasan-batasan yang dapat disepakati oleh industri

yang bergerak dalam bidang transportasi di Vancouver.

15 Victor Ngo, Transportation Network Companies And The Ridesourching Industry (a Review of

Impacts and Emerging Regulatory Frameworks for Uber), School of Community and Regional

Planning, October 2015, The University British Columbia.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

14

Penelitian milik Victor Ngo ini memiliki kesamaan penelitian dengan

penulis, karena pada penelitian ini Victor Ngo sama-sama melihat bagaimana

respons pemerintah dalam menangani dampak dari munculnya industri TNCs

khususnya Uber bagi industri taksi konvensional. Namun yang membedakan

penelitian milik Victor Ngo dengan penulis dilihat dari objek kajian serta spesifikasi

lokasi penelitian.

Penelitian terdahulu kesepuluh yang digunakan penulis sebagai acuan

adalah penelitian milik Alice Wang dengan judul penelitian The Economic Impact

of Transportation Network Companieson the Taxi Industry.16 dalam penelitian ini

Alice Wang menyebutkan bahwa sejak kemunculan TNCs perusahaan ini telah

masuk dan membawa perubahan yang signifikan dalam industri taxi karena TNCs

hadir dan masuk kedalam pasar persaingan tanpa batasan maupun regulasi seperti

yang ditetapkan di industri taxi, dengan hal itu dapat disimpulkan bahwa TNCs

memiliki kesempatan besar untuk memperbesar fluktuasi ekonomi terhadap

industri ekonomi.

Penelitian milik Alice Wang ini memiliki kesamaan penelitian dengan

penulis dalam penggunaan industri TNCs sebagai fokus kajian. Namun yang

membedakan terletak pada aspek spesifikasi objek kajian, penelitian milik Alice

Wang ini fokus terhadap bagaimana respons penerimaan masyarakat, serta dampak

yang ditimbulkan oleh hadirnya TNCs bagi industri Taxi, sedangkan penulis disini

mencoba melihat bagaimana respons pemerintah terhadap hadirnya industri ini.

16 Alice Wang, The Economic Impact of Transportation Network Companies on the Taxi Industry,

Tesis, California: Master of Arts, The Claremont Colleges Diakses dalam

http://scholarship.claremont.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1648&context=scripps_theses

(25/03/2018, 4.22 WIB)

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

15

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berbeda dengan

penelitian yang sudah ada sebelumnya, penelitian berjudul Kebijakan Pemerintah

Kota Malang Terhadap Eksistensi Transportation Network Companies milik

Latifah Firdaus ini hanya sebatas meninjau bagaimana respons pemerintah kota

terhadap perusahaan transnasional ini berkembang dan memasuki pasar Indonesia

khususnya di Kota Malang.

Tabel 1.1

Tabel Posisi Penelitian

No. Nama dan Judul

Penelitian

Jenis dan Alat Penelitian Hasil Penelitian

1. 1. Penelitian milik

Independent sites

of Bermuda

Is there a

McDonald’s in

Bermuda ?

Jenis Penelitian :

Deskriptif

Alat Analisa:

Decision Making Theory

berdasarkan pasal 38

Constitution of Bermuda

Island tahun 1977

mengenai Prohibited

Restaurants Act maka

industri waralaba

makanan cepat saji

dilarang keberadaannya

di Bermuda, termasuk

McDonald’s, pada

dasarnya McDonald’s

sendiri adalah simbol

dari kuatnya pergerakan

globalisasi budaya,

namun Bermuda tetap

konsisten untuk

menjalankan undang-

undang mengenai

Prohibited Restaurants

Act, hal ini bertujuan

salah satunya untuk

menstabilkan

perekonomian

masyarakat Bermuda.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

16

2. 2. Penelitian Milik

Cuba Study Group

Empowering The

Cuban People

Through Access To

Technology

Jenis Penelitian:

Eksplanatif

Alat Analisa:

Free Flow of Information

Selain Embargo AS

terhadap Kuba, faktor

lain yang menghambat

perkembangan

telekomunikasi di Kuba

adalah kebijakan

pemerintah Kuba yang

menjadikan politik

sebagai prioritas utama

pembangunan negaranya

diatas pembangunan

layanan serta fasilitas

telekomunikasi.

3. 3. Penelitian milik

J. Steven Landefeld

and Ralph Kozlow

Globalization and

Multinational

Companies: What

Are the Questions,

and How Well Are

We Doing in

Answering Them?.

Jenis Penelitian :

Deskriptif

Alat Analisa:

1. Economic globalization

2. Multinational

corporation

Perusahaan

multinasional adalah

hasil dari globalisasi

ekonomi dimana

perusahaan ini cenderung

memilih bergerak pada

bidang yang bertujuan

menjual barang dan jasa

hal ini juga bertujuan

untuk mempermudah

akses perusahaan dalam

memilih tenaga kerja

berbiaya rendah,

Selain itu pemerintah

juga harus turut andil

untuk memberikan

kontrol pada proses

produksi.

4. 4. Penelitian milik

Patrick Gavin

Regional

Regulation of

Transportation

Network

Companies

Jenis Penelitian:

Deskriptif

Alat Analisa:

The Rational Comprehensive

Decision Theory

Transportation Network

Companies terus

berkembang dan

menjadi pasar yang

memiliki banyak

peminat, dengan semakin

meningkatnya jumlah

permintaan akan moda

transportasi ini yang

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

17

beroperasi maka secara

tidak langsung

Transportation Network

Companies akan

merubah sistem moda

transportasi yang selama

ini telah banyak orang

gunakan. Namun

semakin berkembangnya

industri ini di Amerika

maka hal ini memaksa

para pembuat kebijakan

baik tingkat pusat

maupun regional untuk

membuat kebijakan yang

berlaku secara adil serta

efisien bagi sistem

transportasi metropolitan

di Amerika Serikat.

5. 5. Penelitian Milik

Fitriyah

Nurhidayah &

Ficky Alkarim

Domination of

Transportation

Network

Companies(TNCs)

in Indonesia: At

Indonesian Case

Jenis Penelitian:

Deskriptif

Alat Analisa:

Distruptive theory.

Industri Transportation

Network Companies di

Indonesia belum

memiliki payung hukum

yang dapat menaunginya,

sehingga ini memicu

terjadinya gesekan antara

industri Transportation

Network Companies

dengan industri penyedia

jasa transportasi di

Indonesia.

6. 6. Penelitian milik

University of

California

Transportation

Center (UCTC)

Jenis Penelitian:

Deskriptif

Alat Analisa:

1. The Rational

Comprehensive Decision Theory

Ridesourcing muncul

sebagai salah satu moda

transportasi alternatif

ditengah banyaknya

permintaan akan adanya

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

18

App-Based, On-

Demand Ride

Services:

Comparing Taxi

and Ridesourcing

Trips and User

Characteristics in

San Francisco

2. Sharing Economy moda transportasi di

masyarakat urban.

pada dasarnya

ridesourcing memiliki

pelayanan yang sama

dengan taxi konvensional

pada umumnya,

perbedaan itu hanya

terletak dalam sistem

kerja.

Industri ridesourcing ini

semakin mempermudah

masyarakat San

Fransisco dengan

mobilitasnya yang tinggi,

selain itu dengan adanya

ridesourcing ini dapat

mengurangi kemacetan

serta dapat secara

signifikan mengurangi

penggunaan lahan parkir.

7. 7. Penelitian Milik

Danuvasin

Charoen

GRABTAXI: A

Taxi Revolutioned

in Thailand,

Jenis Penelitian:

Deskriptif

Alat Analisa:

1. Expectancy Theory.

2. (TRA) Theory of

Reasoned Action.

3. Technology Acceptance

Model

4. Network Affect

Besarnya angka

permintaan bagi

penyediaan jasa layanan

transportasi, serta

didukung oleh pesatnya

perkembangan teknologi

menjadikan Thailand

sebagai salah satu pasar

yang potensial bagi

industri Transportation

Network Companies

khususnya Grab.

Penelitian ini

menjelaskan apa saja

alasan-alasan yang

melatarbelakangi

perubahan kebiasaan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

19

masyarakat Thailand

dalam segi transportasi,

karena dengan masuknya

Grab sebagai salah satu

moda alternatif di

Thailand, sedikit demi

sedikit masyarakat

Thailand tidak lagi

menjadikan Taxi sebagai

moda transportasi umum

utama yang menunjang

mobilitas masyarakat.

8. 8. Penelitian Milik

Song Hsi Ching

Disruptive

Technologies in the

Land Transport

Sector: A Case

Study on

Regulating Ride-

sharing Platforms

Jenis Penelitian:

Deskriptif

Alat Analisa:

Distruptive theory

The National Taxi

Association (NTA)

berpendapat bahwa

industri ridesourcing

yang ada di Singapura ini

sedikit demi sedikit

merugikan industi taxi

konvensional.

Pemerintah singapura

telah mengeluarkan 6

kebijakan baru mengenai

pengaturan adanya

industri Ridesourcing,

kebijakan ini dikeluarkan

guna untuk

menanggulangi adanya

ketimpangan industri taxi

di singapura.

9. 9. Penelitian milik

Victor Ngo

Transportation

Network

Companies and

The Ridesourching

Industry (A Review

of Impacts and

Emerging

Jenis Penelitian:

Eksplanatif

Alat Analisa:

1. Sharing Economy

2. Decision Making Process

Transportation Network

Companieshadir sebagai

alternatif moda

transportasi di berbagai

kota, tidak terkecuali

Vancouver.

Transportation Network

Companies memberikan

dampak cukup kuat bagi

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

20

Regulatory

Frameworks for

Uber)

industri transportasi

konvensional di

Vancouver,

permasalahan ini secara

tidak langsung menuntut

pemerintah untuk segera

menetapkan regulasi

untuk sekaligus

memberikan batasan

terhadap berkembangnya

industri ini di Vancouver.

10. 10. Thesis milik Alice

Wang

The Economic

Impact of

Transportation

Network

Companieson the

Taxi Industry

Jenis Penelitian:

Eksplanatif

Alat Analisa:

1. Sharing Economy

2. Disruptive Theory

Transportation Network

Companies sejak

kemunculannya

membawa perubahan

yang signifikan dalam

industri taxi karena

Transportation Network

Companies hadir dan

masuk kedalam pasar

persaingan tanpa batasan

maupun regulasi seperti

yang ditetapkan di

industri taxi

Transportation Network

Companies memperbesar

fluktuasi ekonomi

terhadap industri

ekonomi

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

21

3. 11. Penelitian milik

Latifah Firdaus

Kebijakan

Pemerintah Kota

Malang Terhadap

Eksistensi

Transportation

Network

Companies

Jenis Penelitian:

Deskriptif

Alat Analisa:

1. Globalisasi Ekonomi

2. Transnational

Corporation

3. The Rational

Comprehensive Decision Theory

Transportation Network

Companies merupakan

industri baru yang

dihasilkan melalui

inovasi teknologi

informasi dan

komunikasi, industri ini

dirasa sangat membantu

masyarakat dalam akses

terhadap moda

transportasi, namun

industri ini menimbulkan

banyak pro dan kontra

terutama dari penyedia

jasa transportasi

konvensional, maka

untuk memberikan

penyelesaian masalah,

pemerintah baik pusat

maupun kota dituntut

untuk turun tangan.

1.5 Landasan Teori dan Kerangka Konseptual

1.5.1 Perusahaan Transnasional

Transportation Network Companies atau TNCs seperti yang telah

disebutkan pada latar belakang penelitian, didefinisikan sebagai perusahaan yang

bergerak dalam bidang jasa, TNCs berfungsi untuk menyediakan jasa layanan

transportasi dengan memanfaatkan kemajuan globalisasi melalui kecanggihan

teknologi informasi dan komunikasi.

Saat ini industri TNCs telah berekspansi ke berbagai benua tidak terkecuali

Asia, selain itu bila ditinjau melalui praktik-praktik yang digunakan, maka ini

sekaligus mengelompokkan bahwa industri ini masuk kedalam lingkup Perusahaan

Transnasional.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

22

Perusahaan Transnasional sebagai salah satu hasil dari perkembangan

globalisasi ekonomi digambarkan sebagai perusahaan yang telah berekspansi serta

memiliki satu atau lebih wilayah untuk melakukan aktifitas bisnis perusahaan di

luar lintas batas negaranya.17 Praktik perusahaan transnasional sendiri telah ada

sejak zaman Yunani kuno dalam lingkup perdagangan guna memenuhi kebutuhan

sumber daya alam pada saat itu.18 Namun saat ini perusahaan transnasional

berkembang serta bertumbuh dengan pesat tidak hanya bergerak pada satu bidang

saja.

Saat ini industri transnasional telah memberikan dominasi yang kuat

terhadap lalu lintas perdagangan baik berupa barang maupun jasa.19 Tujuan utama

dari semakin luas dari ekspansi perusahaan transnasional ialah memperluas Pangsa

Pasar sekaligus memberikan keuntungan bagi para pemegang saham, namun

Perusahaan transnasional sendiri memberikan sumbangsih besar terhadap

pertumbuhan ekonomi dunia khususnya pada aspek perdagangan global yang

hampir mencapai angka 70 persen.20 Korelasi penelitian penulis dengan

penggunaan perusahaan transnasional sebagai salah satu kerangka konseptual

dikarenakan praktik kerja industri TNCs termasuk industri yang bergerak dalam

17 Richard W. Mansbach & Kirsten L. Rafferty, 2012, Pengantar Politik Global introduction to

Global Politics, (Terj). Bandung : Nusa media, hal. 641. 18 A. A. Lazarus, Multinational Corporations, 2001, Elsevier Science, International Encyclopedia

of the Social & Behavioral Sciences diakses dalam

https://www0.gsb.columbia.edu/faculty/bkogut/files/Chapter_in_smelser-Baltes_2001.pdf

(02/08/2018, 2.55 WIB) 19 Raymond Vernon, Transnational corporations; where are they coming from, where are they

headed?, Transnational Corporations Journal, vol.1 No.2, August 1992, United Nations conference

on trade and development, Hal. 2 diakses dalam

http://unctad.org/en/PublicationChapters/iteiitv1n2a2_en.pdf (02/08/2018, 14.55 WIB) 20 World Trade Organization, Trade Liberalization Statistics, http://www.gatt.org/ dalam Richard

W. Mansbach & Kirsten L. Rafferty, 2012, Pengantar Politik Global introduction to Global Politics,

(Terj). Bandung : Nusa media, hal. 641.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

23

perusahaan transnasional, sehingga penulis menggunakan perusahaan transnasional

sebagai salah satu kerangka konseptual agar dapat dijadikan landasan teoritis pada

objek yang peneliti gunakan sebagai kajian.

1.5.2 Globalisasi

Selain perusahaan transnasional, penelitian ini juga menggunakan

globalisasi sebagai salah satu landasan teoritis penelitian. Globalisasi sendiri

memiliki pengertian yang luas dan bersifat bias, terlebih pemaknaan globalisasi

pada abad ke-20, segala sesuatu yang terjadi sudah pasti dapat dikelompokkan

menjadi bagian dari globalisasi.

Thomas I Friedman membagi globalisasi berdasarkan masing-masing

dimensi menjadi tiga bagian21 pertama Globalisasi ditinjau berdasarkan dimensi

ideologi dimana didalamnya memiliki sifat dasar yang menjunjung tinggi nilai-nilai

individu, hak-hak individu, demokrasi, dsb. Namun fokus utama dari globalisasi

dalam segi ideologi ialah menjual nilai-nilai kapitalisme.

Dimensi kedua yang berkaitan erat dengan globalisasi ialah dimensi

ekonomi, dalam hal ini globalisasi ekonomi membuka “Pasar” seluas-luasnya

dimana dalam pasar bebas memungkinkan terjadinya aktivitas ekonomi baik berupa

barang maupun jasa yang terjadi hingga lintas batas negara masing-masing.

Ketiga globalisasi ditinjau berdasarkan dimensi teknologi, dalam hal ini

globalisasi membuka peluang kemudahan akses pertukaran informasi, globalisasi

dalam dimensi teknologi memiliki keterikatan yang sangat erat terlebih dewasa ini.

21 Thomas I Friedman, 2000, New York Times dalam Hendra, Halwani, 2005, Ekonomi

Internasional&Globalisasi Ekonomi. Ghalia Indonesia : Bogor Selatan, hal 195

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

24

Dimensi-dimensi tersebut membuktikan bahwa globalisasi saat ini bukan hanya

mampu “menghilangkan” batas negara saja melainkan globalisasi saat ini telah jauh

melampauinnya. Globalisasi mampu memberikan percepatan disegala dimensi,

kendatipun tidak menutup kemungkinan akan terjadi ketimpangan dalam

pelaksanaannya.22

Berdasarkan objek kajian yang digunakan penulis maka dalam hal ini

peneliti akan menggunakan globalisasi ekonomi menjadi salah satu landasan

teoritis. Pada dasarnya Globalisasi ekonomi sendiri dimaknai sebagai proses

penggabungan aktivitas ekonomi nasional ke dalam suatu sistem ekonomi yang

bersifat global.23 Adam Smith selaku pakar ekonomi modern mendefinisikan

globalisasi ekonomi sebagai tumbuhnya pemikiran individu-individu yang

memiliki respon secara alami terhadap segala bentuk aktivitas ekonomi dimana

aktivitas ini bertujuan untuk dapat membawa individu mencapai taraf hidup yang

lebih baik, sehingga aktivitas-aktivitas yang dihasilkan dapat bergerak secara bebas,

sehingga dapat memicu lahirnya perdagangan bebas baik bergerak secara individu,

antarkelompok, antardaerah, antarmasyarakat, hingga antaranegara, pergerakan-

pergerakan ini hadir tidak terlepas oleh adanya perkembangan ekonomi pasar.24

22 Hendra, Halwani, 2005, Ekonomi Internasional&Globalisasi Ekonomi. Ghalia Indonesia : Bogor Selatan, hal 195 23 Fakih, M, 2002, Runtuhnya teori pembangunan dan globalisasi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Dalam Lestari Agusalim dan Fanny Suzuda Pohan, Globalisasi Ekonomi Dan Pengaruhnya

Terhadap Kemiskinan Dan Ketimpangan Pendapatan di Indonesia, Jurnal MODUS & Ristekdikti,

Oktober 2017, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, hal. 104 diakses dalam

https://www.researchgate.net/publication/320626570_GLOBALISASI_EKONOMI_DAN_PENG

ARUHNYA_TERHADAP_KEMISKINAN_DAN_KETIMPANGAN_PENDAPATAN_DI_IND

ONESIA (02/08/2018, 21.08 WIB) 24 Adam, Smith, 1776, An Inquairy into The Wealth of Nation,William Strahan : Skotlandia dalam

Hendra, Halwani, 2005, Ekonomi Internasional&Globalisasi Ekonomi. Ghalia Indonesia : Bogor

Selatan, hal 193

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

25

Globalisasi ekonomi memiliki andil dalam menciptakan keadaan ekonomi

yang bersifat terintegrasi, serta percepatan adaptasi terhadap globalisasi segala hal

yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian, hal mengenai mudahnya

adaptasi tentu berkaitan erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Globalisasi ekonomi secara tidak langsung menciptakan ketergantungan

dalam pasar keuangan. Globalisasi ekonomi juga mendorong lahirnya liberalisasi

ekonomi, menurut Winarno dimaknai sebagai dominasi sektor finansial atas sektor

riil dalam tata ekonomi politik.25 Selain itu globalisasi ekonomi pun turut

melahirkan tingkat industrialisasi dan urbanisasi yang lebih besar.26

Dengan arti lain globalisasi ekonomi saat ini telah berkembang hampir di

seluruh kegiatan keuangan seperti, produksi, investasi, hingga perdagangan dimana

aktivitas perekonomian ini berdampak terhadap hubungan ekonomi antarbangsa.27

Korelasi penelitian penulis dengan penggunaan globalisasi ekonomi sebagai

landasan teoritis guna mempertegas bahwa keberadaan perusahaan transnasional

yang digunakan penulis pada penelitian ini tidak berdiri sendiri melainkan adalah

hasil dari perkembangan globalisasi dalam bidang ekonomi.

1.5.3 Good Governance

Penelitian mengenai respon pemerintah Kota Malang terhadap industri

TNCs yang diusung penulis diantara lain menggunakan dasar pemikiran mengenai

25 Winarno, Budi. 2010. Melawan Gurita Neoliberalisme. Penerbit Erlangga. Jakarta. dalam Hidsal

Jamil, 2015, Perangap Liberalisasi Ekonomi di Indonesia, Univesitas Brawijaya, hal. 5. Diakses

dalam

https://www.researchgate.net/publication/277667433_Perangkap_Liberalisasi_Ekonomi_di_Indon

esia (02/08/2018, 15.25 WIB)

27 Hendra, Halwani, 2005, Ekonomi Internasional&Globalisasi Ekonomi. Ghalia Indonesia : Bogor

Selatan, hal 193

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

26

sistem kepemerintahan yang baik atau yang sering disebut dengan Good

Governance Concept, secara garis besar konsep ini dapat dimaknai sebagai konsep

mendasar bagi keberlangsungan sistem pemerintahan di suatu negara, konsep ini

pada dasarnya bersifat normatif karena dilandasi oleh nilai-nilai maupun bentuk

perwujudan sistem ideal bagi suatu negara28, menurut Lembaga Administrasi

Negara pada tahun 2000 mendefinisikan Good Governance sebagai pokok

penyelenggaraan pemerintah negara yang solid dan bertanggung jawab, serta

efisien dan efektif, dengan menjaga “kesinergian” interaksi yang konstruktif

diantara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat.29

Gambar 1.1 Interaksi Aktor dalam Good Governance

Sumber : Good Governance (kepemerintahan yang baik)

Cara kerja dari tata kelola pemerintahan yang baik pun memiliki nilai-

nilai ideal dalam pelaksanaannya seperti memiliki tingkat efektifitas dan efisiensi

tinggi agar dapat tercipta kegiatan-kegiatan yang dapat dipertanggungjawabkan

kepada rakyat, nilai-nilai tersebut menjadi standar tolok ukur utama keberhasilan

28 Good Governance in Multethnic Communities, Centrul de Resurse Pentru Oversitate

Etnoculturala diakses dalam http://www.edrc.ro/docs/docs/11-17.pdf (16/08/2019, 12:03 WIB) 29 LAN-BPKP, 2000, Akuntabilitas dan Good Governance, Jakarta: LANRI dalam

Sedarmayanti,Dra., M.Pd., 2004, Good Governance (Kepemerintahan yang baik), Edisi Kedua

Membangun Sistem Manajemen Kinerja Guna Meningkatkan Produktivias Menuju Good

Governance, Bandung : Mandar Maju, hal. 4.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

27

negara dalam melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik.30 Aktor yang

berperan penting dalam pelaksanaannya ialah Badan-Badan dalam negara seperti

Parlemen maupun Badan Kementerian aktif yang berada di suatu negara, Badan

maupun Lembaga-lembaga memang memiliki peran penting sebagai roda

penggerak utama bagi pelaksanaan Good Governance dalam lingkup negara namun

terdapat aktor lain yang turut andil dalam keberlangsungan sistem pemerintahan

dengan tata kelola yang baik yaitu sektor swasta dan masyarakat madani.

Sektor swasta turut memiliki peran dalam keberlangsungan tata kelola

pemerintahan yang baik atau Good Governance dalam suatu negara karena sektor

swasta secara tidak langsung dapat membantu pemerintah memaksimalkan kinerja

sekaligus membantu mewujudkan sekaligus mengelola beberapa program

pemerintah yang tidak dapat dicapai secara mandiri. Sektor swasta yang dimaksud

meliputi perusahaan-perusahaan dalam berbagai bidang baik formal maupun

informal yang dirasa dapat turut andil dalam pencapaian program yang telah

ditetapkan oleh pemerintah.31

Aktor lain yang turut terlibat guna mencapai nilai dari penerapan sistem

tata kelola pemerintah yang baik adalah Masyarakat Madani dimana individu

maupun kelompok dalam masyarakat memiliki hak dan kewajiban untuk

berpartisipasi aktif dalam sistem pemerintahan, hal ini bertujuan agar tercipta

30 United Nations, Governance dalam Rachel M. Gisselquisr, Good Governance as a concept and

why this matters for Development policy, UNV-WIDER (World Institute for Development Economic

Research), Working Paper No. 30, March 2012, United Nation University. Hal. 6 31 Sedarmayanti,Dra., M.Pd., 2004, Good Governance (Kepemerintahan yang baik), Edisi Kedua

Membangun Sistem Manajemen Kinerja Guna Meningkatkan Produktivias Menuju Good

Governance, Bandung : Mandar Maju, hal. 4

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

28

interaksi sosial, politik maupun ekonomi sehingga dapat mewujudkan tata kelola

pemerintahan yang sesuai dengan kehendak masyarakat.32

Terdapat delapan karakteristik dari penerapan Good Governance yang

harus diterapkan di tiap-tiap negara yang ingin menggunakan praktik tata kelola

pemerintahan yang baik yaitu berorientasi consensus, partisipasi, mengikuti aturan

hukum yang telah ditetapkan, efektif serta efisien, akuntanbilitas, bersifat

transparan, responsif, serta adil.33

a. Concensus Oriented merujuk kepada tata kelola pemerintahan yang mampu

berperan sebagai mediator bagi pihak-pihak berkepentingan yang memiliki

pandangan berbeda akan suatu hal pemerintah pun memiliki wewenang

membuat suatu kebijakan berdasarkan pertimbangan yang telah ditetapkan.

b. Participatory merujuk kepada kebebasan individu dalam suatu negara baik

kelompok maupun perorangan untuk dapat mengungkapkan aspirasi yang

dimiliki baik secara langsung maupun melalui lembaga penyaluran suara

masyarakat selama sesuai dengan prosedur dan nilai-nilai demokrasi,

sehingga harapan serta keinginan masyarakat dapat memperoleh wadah

yang tepat.

32 Ibid., Hal. 10 33 What is Good Governance, United Nations Economics and Social Commission for Asia and the

Pacifi diakses dalam https://www.unescap.org/sites/default/files/good-governance.pdf (16/08/2019,

14.15 WIB)

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

29

Gambar 1.2 Karakteristik Pengaplikasian Good Governance

Sumber : United Nations Economics and Social Commission for Asia and the

Pacific

c. Rule of Law dalam pengaplikasian tata pemerintahan yang baik maka

hukum yang adil dan tidak memihak diperlukan adanya independensi

sehingga proses pengambilan atau pembuatan kebijakan tidak ditunggangi

oleh pihak manapun.

d. Effective and Efficient Konsep efisiensi dalam konteks pemerintahan yang

baik juga mencakup pemanfaatan berkelanjutan dari alam sumber daya dan

perlindungan lingkungan Hidup.

e. Acountable baik pemerintah maupun sektor swasta dalam mengambil suatu

keputusan harus memperhatikan serta memiliki tanggung jawab terhadap

masyarakat secara keseluruhan.

f. Transparent dalam tata kelola pemerintah yang baik maka transparansi atau

keterbukaan informasi sangat diperlukan sehingga seluruh masyarakat

mengetahui fungsi dan tujuan dari pembentukan satu keputusan.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

30

g. Responsive adanya institusi-institusi yang bertanggung jawab sehingga

mempermudah akses bagi pihak berkepentingan.

h. Equitable and Inclusive segala keputusan harus memiliki sifat adil supaya

seluruh elemen masyarakat dapat memiliki peluang untuk meningkatkan

kesejahteraan masing-masing.

Terselenggarannya tata kelola pemerintahan yang baik menjadi penting

dalam mencapai sistem pemerintah ideal selain dapat menjembatani aspirasi baik

kelompok masyarakat maupun individu-individu dalam masyarakat selain itu tata

kelola pemerintah ang berlandaskan good governance system membuka peluang

untuk mencapai nilai-nilai yang ada dalam tata perundang-undangan masing-

masing negara maupun wilayah. Konsep mengenai tata kelola pemerintahan yang

baik atau good governance dipilih penulis sebagai salah satu landasan teoritis bagi

penulisan penelitian ini karena dianggap tepat sebagai operasionalisasi, apabila

ditinjau melalui studi kasus yang dipilih penulis maka konsep ini memiliki peran

penting dalam pertimbangan pemerintah Kota Malang dalam pengambilan

kebijakan mengenai pro dan kontra mengenai keberadaan perusahaan-perusahaan

dalam cakupan industri TNCs di Kota Malang.

1.5.4 Pendekatan Domestik Model Pluralis

Penelitian terkait dengan keberadaan TNCs sebagai bagian dari perusahaan

transnasional yang berkembang merupakan fenomena global hinga menjadi

dinamika yang mewarnai Kota Malang merupakan kajian intermestik. Penelitian

ini menggunakan kajian intermestik dengan model pluralis sebagai metode acuan

konsep yang dapat mengkerangkai fenomena yang penulis angkat dalam penelitian

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

31

ini. Model Pluralis dalam kajian intermestik sendiri dimaknai oleh Anthony Birch

dengan memberi perspektif berupa pentingnya kekuatan sebuah kelompok untuk

mengambil alih sekaligus menekan aktor-aktor perumus kebijakan dalam tata

kelola kepemerintahan untuk mengambil sebuah keputusan dengan dasar pemikiran

yang telah diberikan oleh beberapa kelompok kepentingan tersebut, kelompok-

kelompok tersebut memiliki suatu hal yang diperjuangkan34, dalam kelompok-

kelompok tersebut memiliki kekuatan yang sama dalam hal legitimasi dalam sistem

politik.35

Kelompok-kelompok dalam model pluralism memiliki abilitas dalam

mendesripsikan adanya proses peralihan kebijakan sebagai sesuatu hal yang

memiliki dampak luar biasa besar bagi ekosistem suatu wilayah, metode pluralis

dalam dimensi pendekatan domestik turut ini mengabaikan peran ide dalam proses

kebijakan, karena yang menjadi penting pada pluralis ialah kepentingan yang

mendasari dari masing-masing kelompok.36 Sehingga secara tidak langsung

kelompok ini dapat dikategorikan sebagai kumpulan kelompok kepentingan yang

memiliki pengaruh kuat guna mengarahkan pergerakan perumusan kebijakan.

Teori pluralis dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan kerangka

terkait alasan pemerintah dalam menciptakan sebuah kebijakan domestik terkait

fenomena TNCs di Kota Malang dan guna memberikan penekanan bahwa memang

34 Anthony Harold Birch,2001, Concept and Theories of Modern Democracy, New York : Routledge

London dalam Agus Sutisna, Pluralisme dan Elitisme, hal. 4 diakses dalam

https://www.academia.edu/9587104/Pluralisme_dan_Elitisme (17/01/2020, 23:49 WIB) 35 Ibid., 36 Dyah Estu Kurniawati, 2012, Pendekatan Intermestik dalam Proses Perubahan Kebijakan :

Sebuah Review Metodologis, Jurnal Studi Hubungan Internasional, Vol. 2, No. 2 diakses dalam

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jshi/article/view/1519/1623

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

32

industi TNCs merupakan fenomena global yang sedang terjadi dan harus dihadapi

dengan alasan-alasan yang mendasari.

1.5.4 The-Rational Comprehensive Decision Theory

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori The Rational

Comprehensive Decision sebagai landasan untuk melihat kebijakan pemerintah

dalam pengambilan keputusan terkait eksistensi TNCs di Kota Malang, Teori

Rational Comprehensive Decision mengacu kepada rasionalitas pemerintah sebagai

aktor utama dalam pembuatan kebijakan bagi kepentingan publik.37 Pengambilan

kebijakan melalui teori rasionalitas ini harus bersifat membangun baik dari segi

ekonomi, pembangunan, budaya, dan lain sebagainya, serta pengambilan kebijakan

juga harus didasari nilai-nilai sosial, pengambilan kebijakan juga harus bersifat

normatif serta dibuat berdasarkan asas-asas yang ada di negara masing-masing,

Indonesia dalam hal pengambilan kebijakan mengacu kepada UUD Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar konstitusi serta sebagai peraturan

tertinggi negara dalam tata urutan Peraturan Perundang-undangan nasional.38 serta

memiliki tujuan untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Untuk

menerapkan kebijakan melalui penggunaan teori Rational Comprehensive Decision

para pengambil keputusan akan melalui beberapa tahapan.39

37 Andy Constantin Leoveanu, Rationalist Model In Public Decision Making, Journal of Public

Administration, Finance and Law, Issue 4, 2013, National University of Political Studies and Public

Administration, hal.43 diakses dalam

http://www.jopafl.com/uploads/issue4/RATIONALIST_MODEL_IN_PUBLIC_DECISION_MA

KING.pdf (02/08/2018, 16.57 WIB) 38 Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia, Bagian Hukum Sekretariat daerah

Kota Malang https://hukum.malangkota.go.id/tata-urutan-peraturan-perundang-undangan-di-

indonesia/ (02/08/2018, 16.42 WIB) 39 Mercier, J. (2008), L' administration publique - De l' École classique au nouveau management

public, Quebec, Les presses de l' Université Laval, 6e triage dalam Andy Constantin Leoveanu,

Rationalist Model In Public Decision Making, Journal of Public Administration, Finance and Law,

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

33

Gambar 1.3 Rational Comprehensive Decision Making Process Maping

Sumber : College of Information Sciences and Technology.

Operasionalisasi teori ini terlebih dahulu melewati tahap identifikasi

pokok permasalahan yang ada, kemudian tahapan selanjutnya pemerintah sebagai

aktor pengambil kebijakan akan menganalisis nilai-nilai yang ada dalam

permasalahan tersebut serta sekaligus melihat serta mempertimbangkan segala

alternatif penyelesaian masalah, memilah dan memilih semua alternatif berdasarkan

efisiensi serta efektifitas, kemudian memilih alternatif yang paling tepat guna

memberikan tindak lanjut bagi masalah yang ada, lalu mengimplementasikan

kebijakan sesuai dengan pertimbangan serta riset yang telah dilakukan.

Teori Rational Comprehensive Decision dipilih penulis sebagai landasan

teoritis bagi penulisan penelitian ini karena dianggap tepat, karena dalam kasus ini

Pemerintah kota malang telah melewati seluruh tahapan dalam Rational

Comprehensive Decision seperti halnya identifikasi masalah terkait perkembangan

Issue 4, 2013, National University of Political Studies and Public Administration, hal.44 diakses

dalam

http://www.jopafl.com/uploads/issue4/RATIONALIST_MODEL_IN_PUBLIC_DECISION_MA

KING.pdf (02/08/2018, 17.21 WIB)

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

34

konflik terhadap TNCs, kemudian memberikan evaluasi terhadap masalah, pemkot

melihat bahwa problematika yang terjadi oleh hadirnya TNCs di Malang apabila

tidak segera mendapatkan penanganan akan membuahkan konflik yang lebih besar,

sehingga pemerintah mencoba merumuskan beberapa alternatif penyelesaian

masalah melalui identifikasi serta pemilihan urgensi kebijakan berupa adanya buka

tutup aturan yang disesuaikan seiring dengan berjalannya konflik yang berlangsung

yang kemudian pada akhirnya menhasilkan respons terrtulis maupun tidak tertulis

guna menjembatani problematika yang ada melaui diberlakukannya aturan tariff

batas atas bawah yang telah disesuaikan dengan rumusan peraturan pusat yang

berlaku, upaya revitalisasi pelayann publik bidang transportasi, penerapan wilyh

zonasi operasi perusahaan TNCs di Malang Raya hingga himbauan jaminan kerja

yang juga diperuntukkan untuk kepentingan Kota Malang sendiri.

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat

deskriptif. Penelitian deskriptif sendiri di definisikan sebagai suatu metode yang

digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi

tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.40

1.6.2 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

deskriptif kualitatif berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi

40 Sugiono, 2005, Metode Penelitian Administrasi, Alpabeta, Bandung, hal. 21 diakses melalui

https://idtesis.com/metode-deskriptif/ (25/11/2017, 13.00 WIB)

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

35

terhadap fenomena yang diteliti. Guna untuk menghasilan argumenn yang tepat

maka data-data yang ada akan di analisis melalui fakta-fakta lapangan yang telah

dihimpun.41

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data

bersifat empiris, teknik empiris sendiri didefinisikan sebagai teknik penelitian

mengelaborasikan konsep maupun teori berdasarkan fakta lapangan.42 Sehingga

jenis data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data

sekunder, data primer dikumpulkan melalui penelitian lapang, observasi,

wawancara hingga dokumentasi, narasumber yang dipilih pada penelitian ini adalah

Walikota Malang sebagai pengambil kebijakan utama di Kota Malang, Dinas

Perhubungan Kota Malang sebagai pihak yang berfungsi untuk memberikan

perumusan kebijakan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, serta pemberi

pertimbangan yang berkaitan dengan pokok perhubungan di Kota Malang, serta

dinas-dinas yang berkaitan dengan hadirnya industri TNCs di Kota Malang.

Jenis data sekunder yang digunakan penulis dalam pengumpulan data, dengan

menggunakan berbagai macam literatur, berupa buku, jurnal, majalah, maupun

artikel yang diakses baik secara luring maupun daring.

41 Ulber silalahi, 2012, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT. Refika Aditama. Hal. 39 42 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2005, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, hal. 133.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

36

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian

a. Batasan Materi

Dalam penelitian ini penulis hanya berfokus terhadap apa respons apa saja

yang diberikan oleh Pemerintah kota Malang terhadap masuknya industri

Transportation Network Companies beserta fitur-fitur yang ditawarkan oleh

perusahaan dimana pada akhirnya menimbulkan pro-kontra baik di kalangan

masyarakat pengguna jasa transportasi maupun pengemudi atau perusahaan

penyedia jasa transportasi baik online maupun konvensional, kemudian

penulis juga akan berfokus terhadap bagaimana posisi pemerintah kota dalam

memberikan umpan balik terkait masuknya industri Transportation Network

Companies di Malang.

b. Batasan Waktu

Batasan watu yang diambil dalam penulisan ini mengambil batasan waktu

antara 2014 hingga 2019, batasan waktu ini diambil berdasarkan terhitung

masuknya perusahaan Transnasional ini di Indonesia hingga muncul dan

perusahaan di Kota Malang hingga menimbulkan pro dan kontra mengenai

keberadaannya.

1.7 Argumentasi Sementara

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dijabarkan, kebijakan

pemerintah kota Malang terhadap eksistensi TNCs dilakukan melalui tahapan

berupa pengidentifikasian masalah, dalam hal ini pemerintah Kota Malang

dihadapkan dengan permasalahan pro dan kontra terhadap hadirnya perusahaan

transnasional, kemudian pemerintah memproses permasalahan tersebut

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

37

berdasarkan nilai-nilai yang ada (keuntungan, dampak yang dihasilkan dengan

hadirnya TNCs sebagai perusahaan transnasional yang bergerak dibidang

transportasi), kemudian pemerintah Kota Malang memilih beberapa alternatif

penyelesaian masalah yang dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan,

berupa Pencabutan izin operasi bagi TNCs, Pemberian Izin operasi bagi TNCs di

Kota Malang hingga Pemberian izin Operasi TNCs dengan batasan zonasi.

Langkah selanjutnya pemerintah telah menempuh proses evaluasi dengan

mengaplikasikan ketiga alternatif yang tersedia, hingga pemerintah menetapkan

kebijakan yang akan digunakan, proses tersebut didasari nilai-nili keadilan dari

UUD 1945, yang pada akhirnya kebijakan mengenai hadirnya TNCs diputuskan

sementara melalui peraturan Permenhub No. 32 Tahun 2016.

Pemerintah Kota Malang dalam hal kebijakan didasari pada keputusan

Permenhub tidak sepenuhnya menolak inovasi dari kemajuan globalisasi ekonomi

melalui perusahaan transnasional karena dirasa mampu memberikan peluang kerja

hingga mempermudah akses terhadap moda transportasi bagi masyarakat Malang,

namun disisi lain pemerintah Kota Malang juga tidak sepenuhnya setuju akan

menjamurnya TNCs yang dapat merugikan penyedia jasa transportasi lain yang

masih bersifat konvensional.

1.8 Struktur Penulisan

Perihal sistematika penulisan dalam penelitian ini, akan penulis gambarkan

secara singkat sebagai berikut :

BAB I : Penulisan dalam bagian ini merupakan pendahuluan yang sekaligus

dijadikan kerangka penulisan penelitian ini mencakup, latar belakang, rumusan

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/BAB I.pdflangkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini

38

masalah, tujuan serta manfaat penelitian, penyertaan penelitian terdahulu, landasan

teoritis dan kerangka konsep, metodologi penelitian yang berisi jenis penelitian,

teknik analisa data, teknik pengumpulan beserta ruang lingkup penelitian, hingga

argumentasi sementara.

BAB II : pada bagian ini penulis akan menjelaskan secara umum terkait hadirnya

Transportation Network Companies (TNCs) dan perkembanganya khususnya di

Asia, terlebih penulis juga akan menggambarkan bagaimana peluang TNCs di

Indonesia dengan problematika yang mewarnai.

BAB III : bab ini, peneliti menggambarkan dinamika terkait dominasi

Transportation Network Companies (TNCs) di Kota Malang hingga permasalahan

yang menuntut adanya upaya pemerintah daerah guna menanggulangi masalah, dan

rumusan alternatif hingga kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah

dengan dasar-dasar pertimbangan isu sebagai acuan pemerintah, penulis juga

mengkomparasikan hasil-hasil kebijakan yang telah diformulasikan menggunakan

konsep good governance, pendekatan intermestik melalui kajian isu domestik

model pluralis, dan teori the rational comprehensive decision.

BAB IV : pada penulisan bagian ini penulis menarik sebuah kesimpulan

berdasarkan tinjauan lapangan serta pemberian saran penelitian guna berfungsi

mengembangkan lebih jauh serta mencari fakta yang dapat menghasilkan kajian

lain.