bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/59012/2/bab i.pdflangkah hukum, serta mengapa...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian ini mengkaji mengenai kebijakan pemerintah lokal terhadap
muncul dan berkembangnya Transportation Network Companies1 di Kota Malang.
Penulis ingin mengetahui seberapa jauh penerimaan maupun penolakan pemerintah
Kota Malang terhadap masuknya industri TNCs yang dikategorikan sebagai bagian
dari perkembangan globalisasi ekonomi pada sektor perusahaan transnasional.
TNCs dapat diklasifikasikan sebagai produk-produk dari globalisasi
ekonomi yang terus berkembang di era sekarang ini. Perusahaan pelopor
berkembangnya industri TNCs adalah Uber, perusahaan ini didirikan oleh Travis
Kalanick dan Garret Camp pada maret 2009, berpusat di San Francisco, California,
AS. Seiring dengan berkembangnya waktu muncul perusahaan-perusahaan lain
yang bergerak di bidang yang sama seperti Lyft, Sidecar, Wingz, dan lain
sebagainya.
Saat ini industri berbasis TNCs telah berekspansi hingga ke berbagai benua
tidak terkecuali Asia. Di Asia sendiri perusahaan penyedia platform online
didominasi oleh beberapa perusahaan, seperti Grab, Ola Cabs, Meru Cabs, serta
Didi Kuaidi. Sasaran dari TNCs tersebut adalah kota-kota besar dengan masyarakat
1 Transportation Network Companies merupakan isu global baru dan sedang berkembang yang dapat
pula disebut sebagai Ridehailing namun dalam penelitian ini Transportation Network Companies
akan disebut sebagai TNCs guna membedakan dengan fenomena TNC yang selama ini ada yaitu
Transnational Coorporation
2
yang memiliki tingkat mobilitas tinggi, termasuk kota-kota besar di Indonesia yang
menjadi salah satu pasar paling potensial di Asia.
Fenomena hadirnya TNCs menjadi salah satu alternatif penggunaaan moda
transportasi di Indonesia di mana sistem sistem transportasinya belum tertata
dengan baik.2 Perusahaan transportasi berbasis daring ini mengklaim bahwa
mereka memberikan keunggulan dalam bidang pelayanan. Namun di balik
keunggulan yang ditawarkan TNCs muncul pro dan kontra dari berbagai kalangan,
khususnya penyedia jasa transportasi yang masih bersifat konvensional. Banyak
penolakan muncul di kota-kota yang menjadi sasaran dari TNCs karena transportasi
berbasis daring ini dianggap mengusik kenyamanan, ketentraman, dan
kesejahteraan penyedia jasa transportasi konvensional.3
Penolakan terhadap keberadaan serta pengoperasian TNCs juga terjadi di
Kota Malang. Terhitung sejak awal munculnya moda transportasi online di kota
Malang pada Desember 2016, banyak aksi demo serta mogok kerja yang dilakukan
oleh pengemudi perusahaan transportasi konvensional, aksi tersebut muncul guna
menolak keberadaan TNCs dan menuntut pemerintah Kota Malang bertindak tegas
untuk segera melarang beroperasinya moda transportasi berbasis online. Namun
pemerintah Kota Malang sendiri terkesan “berdiri di atas dua kaki”, di satu sisi
2 Endang Wahyusetyawati, Dilema Pengaturan Transportasi Online, Jurnal RechtsVinding Online,
Mei 2017. Hal. 1. Diakses dalam
https://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/TRANSPORTASI%20ONLINE_ENDANG.pdf
(26/03/2018, 18.29 WIB) 3 Rohani Budi Prihatin, Dampak Sosial Transportasi Berbasis Online, Majalah Info Singkat
Kesejahteraan Sosial, Vol. VIII, No. 07/I/P3DI/April/2016, hal. 11. diakses dalam
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VIII-7-I-P3DI-April-2016-31.pdf
(26/03/2018, 16.25 WIB)
3
berpihak kepada kepentingan perusahaan penyedia jasa transportasi konvensional
dan di sisi lain mendukung keberadaan TNCs
Kota Malang menjadi lokasi tepat sebagai kajian penelitian terkait TNCs
karena Malang menjadi kota terbesar kedua di Jawa Timur dengan jumlah
demografi luar biasa namun pada implementasi fasilitas publik pada bidang
transportasi Kota Malang belum memiliki sistem transportasi terintegrasi yang
difasilitasi oleh pemerintah daerah seperti kota-kota besar lain di Jawa, Kota
Malang hanya memiliki angkutan umum kota dengan 25 trayek untuk memobilisasi
masyarakat di seluruh Malang.4
Hal yang menjadi menarik dalam penelitian ini adalah pertanyaan apasaja
pertimbangan-pertimbangan yang dijadikan acuan pemerintah dalam mengambil
langkah hukum, serta mengapa pemerintah terkesan begitu lamban dalam
menyikapi keberadaan TNCs yang saat ini sudah menjadi moda transportasi
alternatif yang hadir di kota Malang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini bagaimana respons pemerintah kota malang terhadap
hadirnya industri transnasional sebagai penyedia jasa transportasi alternatif di Kota
Malang ?
4 Jalur Angkutan Kota Malang Mikrolet diakses dalam https://mediacenter.malangkota.go.id/info-
kota/transportasi/jalur-angkutan-kota-malang/#axzz4zGh4lbPl (19/01/2020, 16:43 WIB)
4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan pemerintah Kota
Malang dalam menyoroti hadirnya TNCs yang kemudian memicu banyaknya
gesekan antara berbagai lapisan masyarakat, serta melihat bagaimana regulasi
pemerintah Kota Malang akan permasalahan ini.
1.3.2 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat untuk melihat pengaruh
globalisasi ekonomi terhadap perkembangan TNCs, serta melihat bagaimana
implikasi industri ini bagi Indonesia khususnya Pemerintah Kota Malang,
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan
terhadap kajian Ilmu Hubungan Internasional.
b. Manfaat Praktis
Penulis juga berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri,
serta dapat lebih memahami mengenai dasar pertimbangan pengambilan kebijakan
tanpa merugikan pihak manapun, penelitian ini juga diharapkan bisa memiliki
manfaat bagi pembaca yang ingin menambah wawasan.
1.4 Penelitian Terdahulu
Guna menegaskan originalitas penelitian ini maka penulis menggunakan
beberapa penelitian untuk direview, penelitian terdahulu ini berfungsi sebagai
acuan bagi penulisan penelitian ini. Penulis akan membagi beberapa penelitian
terdahulu menjadi tiga kategori berdasarkan tema penelitian, pertama penelitian
5
serta literatur yang di dalamnya membahas mengenai globalisasi ekonomi serta
pertumbuhan Perusahaan Transnasional kedua penelitian serta literatur yang
membahas mengenai respons terhadap Respons regional terhadap TNCs, ketiga
adalah penelitian serta literatur yang membahas mengenai perubahan yang
diakibatkan oleh hadirnya TNCs
1.4.1 Globalisasi Ekonomi dan respons pertumbuhan Perusahaan
Transnasional
Penelitian terdahulu pertama yang digunakan penulis sebagai acuan
penelitian adalah artikel berjudul is there a McDonald’s in Bermuda? dihimpun
melalui situs independen Bermuda.5 Artikel tersebut menjelaskan pada tahun 1990
pemerintah Bermuda secara resmi melarang pengoperasian perusahaan raksasa
utama yang menjadi simbol kemajuan globalisasi budaya yaitu McDonalds.
Hal pelarangan tersebut mengacu pada pada pasal 38 Constitution of
Bermuda Island tahun 1977.6 Mengenai Prohibited Restaurants Act, undang-
undang ini secara tegas melarang pengoperasian sekaligus berdirinya waralaba
makanan cepat saji milik Asing di Bermuda, serta mengkategorikan sebagai tindak
kriminal bagi siapapun yang melanggarnya. McDonald’s sendiri mencoba
berekspansi di Bermuda pada tahun 1985, bertempat di basis militer angkatan udara
AS namun pada 1995 raksasa waralaba makanan cepat saji ini secara resmi ditutup
karena dianggap telah melanggar undang-undang Bermuda.7
5 Bermuda4u, is there a McDonald’s in Bermuda? diakses dalam
https://www.bermuda4u.com/faqs/mcdonalds-bermuda/ (25/06/2018, 19:25 WIB) 6 Constitution of Bermuda, The Prohibited Restaurant Act 1997, diakses dalam
http://bermudalaws.bm/laws/Annual%20Laws/1997/Acts/Prohibited%20Restaurant%20Act%2019
97.pdf (25/06/2018, 19:41 WIB) 7 Bermuda4u, Op.Cit.,
6
Artikel mengenai keberadaan McDonald’s di Bermuda ini memiliki
kesamaan dengan penelitian penulis ditinjau dari studi kajian yang digunakan, yaitu
respons pemerintah terhadap produk globalisasi yang memiliki dampak pada sistem
ekonomi, namun memiliki pengambilan objek yang berbeda dengan penulis dalam
penelitian ini.
Penelitian terdahulu kedua yang digunakan penulis sebagai acuan
penelitian adalah jurnal milik Cuban Study Group berjudul Empowering The
Cuban People Through Access To Technology.8 dalam penelitiannya Cuban Study
Group berpendapat bahwa teknologi informasi serta media social merupakan sarana
penting yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi serta memperluas peluang
pertukaran informasi bagi sistem edukasi suatu negara, namun Kuba menjadi salah
satu negara dengan tingkat akses sangat rendah terhadap sistem informasi berbasis
teknologi, hal ini diakibatkan oleh adanya embargo AS terhadap Kuba di berbagai
bidang, salah satunya berdampak pada layanan serta fasilitas telekomunikasi Kuba,
tertuang dalam Torricelli Act 1992, perjanjian tersebut hanya memperbolehkan
pertukaran informasi Kuba dengan Amerika Serikat.
Dibawah kepemimpinan Presiden Barack Obama pada April 2009 melalui
Departemen Keuangan dan Perdagangan, Amerika Serikat memberikan
pengurangan poin-poin embargo mengenai layanan serta fasilitas komunikasi di
Kuba yang tertera dalam Torricelli Act 1992. Namun faktor utama terhambatnya
layanan serta fasilitas telekomunikasi Kuba sendiri didukung oleh kebijakan
8 Cuban Study Group, Empowering The Cuban People Through Access To Technology, ASCEC
(Association for the Study of the Cuban Economy), Working paper July 2010 diakses dalam
https://ascecuba.org//c/wp-content/uploads/2014/09/v20-cubastudygroupit.pdf (30/06/2018, 21:26
WIB)
7
pemerintah Kuba yang menjadikan politik sebagai prioritas utama pembangunan
negaranya.
Jurnal milik Cuban Study Group ini memiliki kesamaan dengan penelitian
penulis ditinjau dari studi kajian yang digunakan, yaitu alasan yang
melatarbelakangi respons pemerintah terhadap produk globalisasi, namun bila
ditinjau melalui kajian perusahaan transnasional serta respons yang diberikan
Negara maka penelitian milik penulis jelas berbeda dengan jurnal milik Cuban
Study Group karena Indonesia tidak melarang segala jenis pertukaran inovasi
khususnya pada bidang teknologi yang masuk ke Indonesia
Penelitian terdahulu ketiga yang digunakan penulis sebagai acuan
penelitian adalah milik U.S. Bureau of Economic Analysis dengan judul penelitian
Globalization and Multinational Companies: What Are the Questions, and How
Well Are We Doing in Answering Them?.9 Penelitian ini menjelaskan bahwa
Globalisasi ini memanifestasikan diri masuk dalam pasar keuangan yang bersifat
interdependensi, meningkatnya peran perusahaan multinasional (MNC's), transfer
teknologi, meningkatnya ketergantungan pasar domestik pada perdagangan luar
negeri, dan saling ketergantungan yang diperlukan dari kebijakan moneter, fiskal,
dan peraturan.
Penelitian ini menjelaskan bahwa Perusahaan multinasional cenderung
memilih bergerak pada bidang yang bertujuan menjual barang dan jasa hal ini juga
bertujuan untuk mempermudah akses perusahaan dalam memilih tenaga kerja
9 J. Steven Landefeld and Ralph Kozlow , Globalization and Multinational Companies: What Are
the Questions, and How Well Are We Doing in Answering Them?, U.S. Bureau of Economic
Analysis, june 2003 Diakses dalam https://www.bea.gov/papers/pdf/Globalization.pdf (03/08/2018,
2.09 WIB)
8
berbiaya rendah dan sumber daya lain yang mudah ditemukan untuk menambah
jumlah produksi. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa pemerintah harus turut
andil dalam perjalanan semua perusahaan multinasional, guna memberikan kontrol
sekaligus meminimalisir dampak yang dihasilkan oleh MNC.
Penelitian milik J. Steven Landefeld and Ralph Kozlow ini memiliki
kesamaan dengan penelitian penulis ditinjau dari kajian pertumbuhan globalisasi
ekonomi melalui perusahaan multinasional serta bagaimana pemerintah dapat
memberikan kontrol terhadap industri ini. Namun perbedaan signifikan terdapat
pada penelitian milik J. Steven Landefeld and Ralph Kozlow yang tidak
menjelaskan secara keseluruhan bagaimana campur tangan pemerintah dalam
memberikan kontrol pengawasan terhadap MNC sepenuhnya
1.4.2 Respons regional bagi industri TNCs
Penelitian terdahulu keempat yang digunakan penulis sebagai acuan
penulisan adalah penelitian milik Patrick Gavin dengan judul penelitian Regional
Regulation of Transportation Network Companies.10 Dalam penelitian ini Patrick
Gavin menjelaskan bahwa di era modern saat ini semakin besar tuntutan bagi
industri penyedia jasa transportasi untuk menyediakan layanan yang sesuai. Inovasi
ini hadir untuk menjawab tantangan yang diberikan, tentu hal ini tidak menutup
kemungkinan bahwa TNCs akan menjadi pasar dengan tingkat peminat yang tinggi
serta menjadikan industri ini sebagai bisnis jangka panjang.
10 Patrick Gavin, Regional Regulation of Transportation Network Companies, Harverd Law &
Policy Review 2017 diakses dalam http://harvardlpr.com/wp-content/uploads/2017/02/HLP105.pdf
(23/11/2017, 12.25 WIB)
9
Dalam penelian ini Gavin melihat bahwa TNCs berkembang dengan pesat
tanpa adanya regulasi yang menaungi, hal ini secara tidak langsung memicu adanya
kesenjangan dengan penyedia moda jasa transportasi konvensional, maka dalam
penelitian ini Gavin melihat memberikan masukan bagi para pembuat kebijakan
baik tingkat pusat maupun regional untuk dapat mengintegrasikan kebijakan baru
agar berlaku secara adil serta efisien bagi seluruh sistem transportasi metropolitan
di Amerika Serikat.
Penelitian milik Patrick Gavin ini memiliki kesamaan dengan penelitian
penulis ditinjau dari bagaimana pemerintah mampu memberikan penyelesaian
mengenai regulasi antar penyedia moda jasa transportasi lama dan baru.
Penelitian terdahulu kelima yang digunakan penulis sebagai acuan adalah
Jurnal milik Fitriyah Nurhidayah dan Ficky Alkarim berjudul Domination of
Transportation Network Companies(TNCs) in Indonesia: At Indonesian Case.11
Penelitian ini menjelaskan bahwa munculnya industri TNCs di Indonesia, sedikit
demi sedikit merubah cara bertransportasi sebagian besar masyarakat, besarnya
antusiasme masyarakat mengenai industri ini menjadi ancaman bagi industri
transportasi konvensional. Hadirnya TNCs sebagai inovasi baru dari perkembangan
teknologi dirasa sebagai Disruptive Innovation oleh para penyedia serta mitra jasa
penyedia transportasi konvensional seperti taxi, angkot, opang, dsb.
Penelitian ini menjelaskan bahwa respons Indonesia khususnya oleh industri
transportasi konvensional tergolong cukup ekstrem, oleh dari itu pemerintah
11 Fitriyah Nurhidayah & Ficky Alkarim, Domination of Transportation Network Companies (TNCs)
in Indonesia: At Indonesian Case, International Journal of Bussiness, Economies, and Law, vol. 12,
Issue 3, (April 2017), hal. 11-20 diakses dalam http://ijbel.com/wp-
content/uploads/2017/05/ECON-306.pdf (17/03/2018, 15.35 WIB)
10
Indonesia dituntut untuk membuat regulasi yang bersifat adil bagi moda
transportasi baru dan lama, namun sampai selesai ditulisnya penelitian milik
Fitriyah Nurhidayah dan Ficky Alkarim pemerintah belum “menjawab” permintaan
dari kedua industri yang bergerak di bidang sama ini.
Penelitian milik Fitriyah Nurhidayah dan Ficky Alkarim ini memiliki
kesamaan penelitian dengan penulis ditinjau dari tema serta cakupan
permasalahnnya, namun yang membedakan disini adalah batasan waktu penelitian,
perkembangan regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia, serta
spesifikasi objek dan lokasi penelitian.
Penelitian terdahulu keenam yang digunakan penulis sebagai acuan adalah
penelitian milik jurnal milik University of California Transportation Center
(UCTC) dengan judul penelitian App-Based, On-Demand Ride
Services:Comparing Taxi and Ridesourcing Trips and User Characteristics in
San Francisco.12 penelitian ini menjelaskan bahwa ridesourcing muncul sebagai
salah satu moda transportasi alternatif di San Francisco. ridesourcing muncul
ditengah banyaknya permintaan akan adanya moda transportasi di masyarakat
urban khususnya di San Francisco.
Pada dasarnya perusahaan ridesourcing memiliki pelayanan yang sama
dengan taxi namun perbedaan yang signifikan adalah dalam hal waktu
penjemputan. Ditinjau berdasarkan studi lapangan, penelitian ini berpendapat
bahwa industri ridesourcing di San Francisco semakin mempermudah masyarakat
12 University of California Transportation Center (UCTC) App-Based, On-Demand Ride
Services:Comparing Taxi and Ridesourcing Trips and User Characteristics in San Francisco
diakses dalam https://www/its.dot.gov/itspac/dec2014/ridesourcingwhitepaper_nov2014.pdf
(19/03/2018, 11.32 WIB)
11
dengan tingkat mobilitasnya yang tinggi, selain itu dengan adanya ridesourcing ini
dapat mengurangi kemacetan serta dapat secara signifikan mengurangi penggunaan
lahan parkir.
Penelitian terdahulu ketujuh yang digunakan penulis sebagai acuan adalah
jurnal milik Danuvasin Charoen berjudul “GRABTAXI: A Taxi Revolutioned in
Thailand”.13 Dalam penelitian ini Charoen menjelaskan bahwa Taxi dikategorikan
sebagai moda transportasi umum yang memiliki peran besar di Thailand. Besarnya
angka permintaan bagi penyediaan jasa layanan transportasi, menjadikan Thailand
sebagai salah satu pasar potensial bagi industri TNCs, khususnya Grab. Charoen
menjelaskan bahwa Thailand memberikan respons baik terhadap masuknya Grab
sebagai penyedia jasa transportasi baru.
Penelitian milik David Charoen ini berbeda dengan penulis pada fokus
penelitian, dimana Charoen pada penelitiannya melihat dari sudut pandang respons
Customers sedangkan penulis melihat dari segi respons pemerintah terhadap
hadirnya TNCs di Kota Malang serta spesifikasi objek penelitian yang digunakan.
1.4.3 Perubahan oleh hadirnya TNCs
Penelitian terdahulu kedelapan yang digunakan penulis sebagai acuan
adalah penelitian milik Song Hsi Ching dengan judul penelitian Disruptive
Technologies in the Land Transport Sector: A Case Study on Regulating Ride-
sharing Platforms.14 dalam penelitiannya Song His Ching menjelaskan bahwa
13 Danuvasin Charoen, GRABTAXI: A Taxi Revolutioned in Thailand, International Journal of
Management and Applied Science, Vol. 1 Issue –9, October 2015, Thailand, hal. 154 et Seqq. 14 Song His Ching, Disruptive Technologies in the Land Transport Sector: A Case Study on
Regulating Ride-sharing Platforms, Civil Service College Singapore, February 2017 Diakses dalam
https://www.cscollege.gov.sg/Knowledge/Documents/Website/Disruptive%20Technologies%20in
12
Singapura adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki mobilitas
sangat tinggi, hal itu berjalan beriringan dengan tingkat penggunaan moda
transportasi yang tinggi pula, khususnya pemilihan moda transportasi darat yaitu
taxi, namun semenjak hadirnya perusahaan ridesourcing sebagai salah satu
alternatif moda transportasi, sedikit demi sedikit memberikan kerugian bagi industri
taxi konvensional.
Harga yang ditawarkan oleh perusahaan penyedia platform online ini
terlampau jauh dari harga pokok yang ditetapkan oleh perusahaan jasa taxi
konvensional, hal ini membuat taxi konvensional kalah bersaing dengan industri
baru ini. Pemerintah singapura telah mengeluarkan enam kebijakan baru mengenai
pengaturan adanya industri Ridesourcing, kebijakan ini dikeluarkan guna untuk
menanggulangi adanya ketimpangan industri taxi di Singapura.
Penelitian milik Song Hsi Ching ini memiliki kesamaan penelitian dengan
penulis, karena pada penelitian ini Song Hsi Ching juga melihat bagaimana respons
yang diberikan pemerintah dalam menangani dampak dari munculnya industri
TNCs bagi industri Taxi. Namun yang menjadi pembeda penelitian milik Song Hsi
Ching dengan penelitian penulis adalah, Ching tidak memberikan spesifikasi
perusahaan TNCs apa yang digunakan serta membawa dampak yang paling kuat di
Singapura.
Penelitian terdahulu kesembilan yang digunakan penulis sebagai acuan
adalah working paper milik Victor Ngo berjudul Transportation Network
%20the%20Land%20Transport%20Sector%20Regulating%20Ridesharing%20Platforms%20%28
TFILED%29.pdf (19/03/2018, 13.01 WIB)
13
Companies and The Ridesourching Industry (A Review of Impacts and Emerging
Regulatory Frameworks for Uber).15 Penelitian ini terbagi menjadi beberapa
kategori ditinjau berdasarkan fokus penelitiannya, pertama menjelaskan bagaimana
respons yang diberikan oleh para pengamat serta literature apa yang digunakan
dalam menanggapi fenomena masuknya Uber di Vancouver, kedua Victor Ngo
mencoba menjelaskan apa saja dampak yang dihasilkan melalui masuknya
perusahaan Ridesourcing Uber bagi yuridiksi Amerika Utara serta bagaimana
industri ini mempengaruhi keberadaan industri taxi konvensional. Ketiga, Victor
Ngo mencoba menjabarkan apa saja dasar pertimbangan bagi pengambilan
kebijakan mengenai industri Ridesourcing Uber. Victor Ngo dalam penelitian ini
berpendapat bahwa transportasi adalah salah satu penunjang paling penting bagi
gaya hidup masyarakat Vancouver saat ini, maka semakin banyak moda
transportasi yang ditawarkan untuk menunjang “rasa haus” masyarakat akan
transportasi, salah satunya industri ridesourcing Uber.
Hadirnya industri ridesourcing memberikan dampak negatif bagi industri
Taxi berbasis konvensional, penurunan permintaan, laba, serta semakin pesatnya
pertumbuhan industri Ridesourcing di Vancouver memperkuat kesenjangan yang
ada. hal ini menuntut para pembuat kebijakan di Vancouver untuk segera
memberikan regulasi mengenai batasan-batasan yang dapat disepakati oleh industri
yang bergerak dalam bidang transportasi di Vancouver.
15 Victor Ngo, Transportation Network Companies And The Ridesourching Industry (a Review of
Impacts and Emerging Regulatory Frameworks for Uber), School of Community and Regional
Planning, October 2015, The University British Columbia.
14
Penelitian milik Victor Ngo ini memiliki kesamaan penelitian dengan
penulis, karena pada penelitian ini Victor Ngo sama-sama melihat bagaimana
respons pemerintah dalam menangani dampak dari munculnya industri TNCs
khususnya Uber bagi industri taksi konvensional. Namun yang membedakan
penelitian milik Victor Ngo dengan penulis dilihat dari objek kajian serta spesifikasi
lokasi penelitian.
Penelitian terdahulu kesepuluh yang digunakan penulis sebagai acuan
adalah penelitian milik Alice Wang dengan judul penelitian The Economic Impact
of Transportation Network Companieson the Taxi Industry.16 dalam penelitian ini
Alice Wang menyebutkan bahwa sejak kemunculan TNCs perusahaan ini telah
masuk dan membawa perubahan yang signifikan dalam industri taxi karena TNCs
hadir dan masuk kedalam pasar persaingan tanpa batasan maupun regulasi seperti
yang ditetapkan di industri taxi, dengan hal itu dapat disimpulkan bahwa TNCs
memiliki kesempatan besar untuk memperbesar fluktuasi ekonomi terhadap
industri ekonomi.
Penelitian milik Alice Wang ini memiliki kesamaan penelitian dengan
penulis dalam penggunaan industri TNCs sebagai fokus kajian. Namun yang
membedakan terletak pada aspek spesifikasi objek kajian, penelitian milik Alice
Wang ini fokus terhadap bagaimana respons penerimaan masyarakat, serta dampak
yang ditimbulkan oleh hadirnya TNCs bagi industri Taxi, sedangkan penulis disini
mencoba melihat bagaimana respons pemerintah terhadap hadirnya industri ini.
16 Alice Wang, The Economic Impact of Transportation Network Companies on the Taxi Industry,
Tesis, California: Master of Arts, The Claremont Colleges Diakses dalam
http://scholarship.claremont.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1648&context=scripps_theses
(25/03/2018, 4.22 WIB)
15
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang sudah ada sebelumnya, penelitian berjudul Kebijakan Pemerintah
Kota Malang Terhadap Eksistensi Transportation Network Companies milik
Latifah Firdaus ini hanya sebatas meninjau bagaimana respons pemerintah kota
terhadap perusahaan transnasional ini berkembang dan memasuki pasar Indonesia
khususnya di Kota Malang.
Tabel 1.1
Tabel Posisi Penelitian
No. Nama dan Judul
Penelitian
Jenis dan Alat Penelitian Hasil Penelitian
1. 1. Penelitian milik
Independent sites
of Bermuda
Is there a
McDonald’s in
Bermuda ?
Jenis Penelitian :
Deskriptif
Alat Analisa:
Decision Making Theory
berdasarkan pasal 38
Constitution of Bermuda
Island tahun 1977
mengenai Prohibited
Restaurants Act maka
industri waralaba
makanan cepat saji
dilarang keberadaannya
di Bermuda, termasuk
McDonald’s, pada
dasarnya McDonald’s
sendiri adalah simbol
dari kuatnya pergerakan
globalisasi budaya,
namun Bermuda tetap
konsisten untuk
menjalankan undang-
undang mengenai
Prohibited Restaurants
Act, hal ini bertujuan
salah satunya untuk
menstabilkan
perekonomian
masyarakat Bermuda.
16
2. 2. Penelitian Milik
Cuba Study Group
Empowering The
Cuban People
Through Access To
Technology
Jenis Penelitian:
Eksplanatif
Alat Analisa:
Free Flow of Information
Selain Embargo AS
terhadap Kuba, faktor
lain yang menghambat
perkembangan
telekomunikasi di Kuba
adalah kebijakan
pemerintah Kuba yang
menjadikan politik
sebagai prioritas utama
pembangunan negaranya
diatas pembangunan
layanan serta fasilitas
telekomunikasi.
3. 3. Penelitian milik
J. Steven Landefeld
and Ralph Kozlow
Globalization and
Multinational
Companies: What
Are the Questions,
and How Well Are
We Doing in
Answering Them?.
Jenis Penelitian :
Deskriptif
Alat Analisa:
1. Economic globalization
2. Multinational
corporation
Perusahaan
multinasional adalah
hasil dari globalisasi
ekonomi dimana
perusahaan ini cenderung
memilih bergerak pada
bidang yang bertujuan
menjual barang dan jasa
hal ini juga bertujuan
untuk mempermudah
akses perusahaan dalam
memilih tenaga kerja
berbiaya rendah,
Selain itu pemerintah
juga harus turut andil
untuk memberikan
kontrol pada proses
produksi.
4. 4. Penelitian milik
Patrick Gavin
Regional
Regulation of
Transportation
Network
Companies
Jenis Penelitian:
Deskriptif
Alat Analisa:
The Rational Comprehensive
Decision Theory
Transportation Network
Companies terus
berkembang dan
menjadi pasar yang
memiliki banyak
peminat, dengan semakin
meningkatnya jumlah
permintaan akan moda
transportasi ini yang
17
beroperasi maka secara
tidak langsung
Transportation Network
Companies akan
merubah sistem moda
transportasi yang selama
ini telah banyak orang
gunakan. Namun
semakin berkembangnya
industri ini di Amerika
maka hal ini memaksa
para pembuat kebijakan
baik tingkat pusat
maupun regional untuk
membuat kebijakan yang
berlaku secara adil serta
efisien bagi sistem
transportasi metropolitan
di Amerika Serikat.
5. 5. Penelitian Milik
Fitriyah
Nurhidayah &
Ficky Alkarim
Domination of
Transportation
Network
Companies(TNCs)
in Indonesia: At
Indonesian Case
Jenis Penelitian:
Deskriptif
Alat Analisa:
Distruptive theory.
Industri Transportation
Network Companies di
Indonesia belum
memiliki payung hukum
yang dapat menaunginya,
sehingga ini memicu
terjadinya gesekan antara
industri Transportation
Network Companies
dengan industri penyedia
jasa transportasi di
Indonesia.
6. 6. Penelitian milik
University of
California
Transportation
Center (UCTC)
Jenis Penelitian:
Deskriptif
Alat Analisa:
1. The Rational
Comprehensive Decision Theory
Ridesourcing muncul
sebagai salah satu moda
transportasi alternatif
ditengah banyaknya
permintaan akan adanya
18
App-Based, On-
Demand Ride
Services:
Comparing Taxi
and Ridesourcing
Trips and User
Characteristics in
San Francisco
2. Sharing Economy moda transportasi di
masyarakat urban.
pada dasarnya
ridesourcing memiliki
pelayanan yang sama
dengan taxi konvensional
pada umumnya,
perbedaan itu hanya
terletak dalam sistem
kerja.
Industri ridesourcing ini
semakin mempermudah
masyarakat San
Fransisco dengan
mobilitasnya yang tinggi,
selain itu dengan adanya
ridesourcing ini dapat
mengurangi kemacetan
serta dapat secara
signifikan mengurangi
penggunaan lahan parkir.
7. 7. Penelitian Milik
Danuvasin
Charoen
GRABTAXI: A
Taxi Revolutioned
in Thailand,
Jenis Penelitian:
Deskriptif
Alat Analisa:
1. Expectancy Theory.
2. (TRA) Theory of
Reasoned Action.
3. Technology Acceptance
Model
4. Network Affect
Besarnya angka
permintaan bagi
penyediaan jasa layanan
transportasi, serta
didukung oleh pesatnya
perkembangan teknologi
menjadikan Thailand
sebagai salah satu pasar
yang potensial bagi
industri Transportation
Network Companies
khususnya Grab.
Penelitian ini
menjelaskan apa saja
alasan-alasan yang
melatarbelakangi
perubahan kebiasaan
19
masyarakat Thailand
dalam segi transportasi,
karena dengan masuknya
Grab sebagai salah satu
moda alternatif di
Thailand, sedikit demi
sedikit masyarakat
Thailand tidak lagi
menjadikan Taxi sebagai
moda transportasi umum
utama yang menunjang
mobilitas masyarakat.
8. 8. Penelitian Milik
Song Hsi Ching
Disruptive
Technologies in the
Land Transport
Sector: A Case
Study on
Regulating Ride-
sharing Platforms
Jenis Penelitian:
Deskriptif
Alat Analisa:
Distruptive theory
The National Taxi
Association (NTA)
berpendapat bahwa
industri ridesourcing
yang ada di Singapura ini
sedikit demi sedikit
merugikan industi taxi
konvensional.
Pemerintah singapura
telah mengeluarkan 6
kebijakan baru mengenai
pengaturan adanya
industri Ridesourcing,
kebijakan ini dikeluarkan
guna untuk
menanggulangi adanya
ketimpangan industri taxi
di singapura.
9. 9. Penelitian milik
Victor Ngo
Transportation
Network
Companies and
The Ridesourching
Industry (A Review
of Impacts and
Emerging
Jenis Penelitian:
Eksplanatif
Alat Analisa:
1. Sharing Economy
2. Decision Making Process
Transportation Network
Companieshadir sebagai
alternatif moda
transportasi di berbagai
kota, tidak terkecuali
Vancouver.
Transportation Network
Companies memberikan
dampak cukup kuat bagi
20
Regulatory
Frameworks for
Uber)
industri transportasi
konvensional di
Vancouver,
permasalahan ini secara
tidak langsung menuntut
pemerintah untuk segera
menetapkan regulasi
untuk sekaligus
memberikan batasan
terhadap berkembangnya
industri ini di Vancouver.
10. 10. Thesis milik Alice
Wang
The Economic
Impact of
Transportation
Network
Companieson the
Taxi Industry
Jenis Penelitian:
Eksplanatif
Alat Analisa:
1. Sharing Economy
2. Disruptive Theory
Transportation Network
Companies sejak
kemunculannya
membawa perubahan
yang signifikan dalam
industri taxi karena
Transportation Network
Companies hadir dan
masuk kedalam pasar
persaingan tanpa batasan
maupun regulasi seperti
yang ditetapkan di
industri taxi
Transportation Network
Companies memperbesar
fluktuasi ekonomi
terhadap industri
ekonomi
21
3. 11. Penelitian milik
Latifah Firdaus
Kebijakan
Pemerintah Kota
Malang Terhadap
Eksistensi
Transportation
Network
Companies
Jenis Penelitian:
Deskriptif
Alat Analisa:
1. Globalisasi Ekonomi
2. Transnational
Corporation
3. The Rational
Comprehensive Decision Theory
Transportation Network
Companies merupakan
industri baru yang
dihasilkan melalui
inovasi teknologi
informasi dan
komunikasi, industri ini
dirasa sangat membantu
masyarakat dalam akses
terhadap moda
transportasi, namun
industri ini menimbulkan
banyak pro dan kontra
terutama dari penyedia
jasa transportasi
konvensional, maka
untuk memberikan
penyelesaian masalah,
pemerintah baik pusat
maupun kota dituntut
untuk turun tangan.
1.5 Landasan Teori dan Kerangka Konseptual
1.5.1 Perusahaan Transnasional
Transportation Network Companies atau TNCs seperti yang telah
disebutkan pada latar belakang penelitian, didefinisikan sebagai perusahaan yang
bergerak dalam bidang jasa, TNCs berfungsi untuk menyediakan jasa layanan
transportasi dengan memanfaatkan kemajuan globalisasi melalui kecanggihan
teknologi informasi dan komunikasi.
Saat ini industri TNCs telah berekspansi ke berbagai benua tidak terkecuali
Asia, selain itu bila ditinjau melalui praktik-praktik yang digunakan, maka ini
sekaligus mengelompokkan bahwa industri ini masuk kedalam lingkup Perusahaan
Transnasional.
22
Perusahaan Transnasional sebagai salah satu hasil dari perkembangan
globalisasi ekonomi digambarkan sebagai perusahaan yang telah berekspansi serta
memiliki satu atau lebih wilayah untuk melakukan aktifitas bisnis perusahaan di
luar lintas batas negaranya.17 Praktik perusahaan transnasional sendiri telah ada
sejak zaman Yunani kuno dalam lingkup perdagangan guna memenuhi kebutuhan
sumber daya alam pada saat itu.18 Namun saat ini perusahaan transnasional
berkembang serta bertumbuh dengan pesat tidak hanya bergerak pada satu bidang
saja.
Saat ini industri transnasional telah memberikan dominasi yang kuat
terhadap lalu lintas perdagangan baik berupa barang maupun jasa.19 Tujuan utama
dari semakin luas dari ekspansi perusahaan transnasional ialah memperluas Pangsa
Pasar sekaligus memberikan keuntungan bagi para pemegang saham, namun
Perusahaan transnasional sendiri memberikan sumbangsih besar terhadap
pertumbuhan ekonomi dunia khususnya pada aspek perdagangan global yang
hampir mencapai angka 70 persen.20 Korelasi penelitian penulis dengan
penggunaan perusahaan transnasional sebagai salah satu kerangka konseptual
dikarenakan praktik kerja industri TNCs termasuk industri yang bergerak dalam
17 Richard W. Mansbach & Kirsten L. Rafferty, 2012, Pengantar Politik Global introduction to
Global Politics, (Terj). Bandung : Nusa media, hal. 641. 18 A. A. Lazarus, Multinational Corporations, 2001, Elsevier Science, International Encyclopedia
of the Social & Behavioral Sciences diakses dalam
https://www0.gsb.columbia.edu/faculty/bkogut/files/Chapter_in_smelser-Baltes_2001.pdf
(02/08/2018, 2.55 WIB) 19 Raymond Vernon, Transnational corporations; where are they coming from, where are they
headed?, Transnational Corporations Journal, vol.1 No.2, August 1992, United Nations conference
on trade and development, Hal. 2 diakses dalam
http://unctad.org/en/PublicationChapters/iteiitv1n2a2_en.pdf (02/08/2018, 14.55 WIB) 20 World Trade Organization, Trade Liberalization Statistics, http://www.gatt.org/ dalam Richard
W. Mansbach & Kirsten L. Rafferty, 2012, Pengantar Politik Global introduction to Global Politics,
(Terj). Bandung : Nusa media, hal. 641.
23
perusahaan transnasional, sehingga penulis menggunakan perusahaan transnasional
sebagai salah satu kerangka konseptual agar dapat dijadikan landasan teoritis pada
objek yang peneliti gunakan sebagai kajian.
1.5.2 Globalisasi
Selain perusahaan transnasional, penelitian ini juga menggunakan
globalisasi sebagai salah satu landasan teoritis penelitian. Globalisasi sendiri
memiliki pengertian yang luas dan bersifat bias, terlebih pemaknaan globalisasi
pada abad ke-20, segala sesuatu yang terjadi sudah pasti dapat dikelompokkan
menjadi bagian dari globalisasi.
Thomas I Friedman membagi globalisasi berdasarkan masing-masing
dimensi menjadi tiga bagian21 pertama Globalisasi ditinjau berdasarkan dimensi
ideologi dimana didalamnya memiliki sifat dasar yang menjunjung tinggi nilai-nilai
individu, hak-hak individu, demokrasi, dsb. Namun fokus utama dari globalisasi
dalam segi ideologi ialah menjual nilai-nilai kapitalisme.
Dimensi kedua yang berkaitan erat dengan globalisasi ialah dimensi
ekonomi, dalam hal ini globalisasi ekonomi membuka “Pasar” seluas-luasnya
dimana dalam pasar bebas memungkinkan terjadinya aktivitas ekonomi baik berupa
barang maupun jasa yang terjadi hingga lintas batas negara masing-masing.
Ketiga globalisasi ditinjau berdasarkan dimensi teknologi, dalam hal ini
globalisasi membuka peluang kemudahan akses pertukaran informasi, globalisasi
dalam dimensi teknologi memiliki keterikatan yang sangat erat terlebih dewasa ini.
21 Thomas I Friedman, 2000, New York Times dalam Hendra, Halwani, 2005, Ekonomi
Internasional&Globalisasi Ekonomi. Ghalia Indonesia : Bogor Selatan, hal 195
24
Dimensi-dimensi tersebut membuktikan bahwa globalisasi saat ini bukan hanya
mampu “menghilangkan” batas negara saja melainkan globalisasi saat ini telah jauh
melampauinnya. Globalisasi mampu memberikan percepatan disegala dimensi,
kendatipun tidak menutup kemungkinan akan terjadi ketimpangan dalam
pelaksanaannya.22
Berdasarkan objek kajian yang digunakan penulis maka dalam hal ini
peneliti akan menggunakan globalisasi ekonomi menjadi salah satu landasan
teoritis. Pada dasarnya Globalisasi ekonomi sendiri dimaknai sebagai proses
penggabungan aktivitas ekonomi nasional ke dalam suatu sistem ekonomi yang
bersifat global.23 Adam Smith selaku pakar ekonomi modern mendefinisikan
globalisasi ekonomi sebagai tumbuhnya pemikiran individu-individu yang
memiliki respon secara alami terhadap segala bentuk aktivitas ekonomi dimana
aktivitas ini bertujuan untuk dapat membawa individu mencapai taraf hidup yang
lebih baik, sehingga aktivitas-aktivitas yang dihasilkan dapat bergerak secara bebas,
sehingga dapat memicu lahirnya perdagangan bebas baik bergerak secara individu,
antarkelompok, antardaerah, antarmasyarakat, hingga antaranegara, pergerakan-
pergerakan ini hadir tidak terlepas oleh adanya perkembangan ekonomi pasar.24
22 Hendra, Halwani, 2005, Ekonomi Internasional&Globalisasi Ekonomi. Ghalia Indonesia : Bogor Selatan, hal 195 23 Fakih, M, 2002, Runtuhnya teori pembangunan dan globalisasi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Dalam Lestari Agusalim dan Fanny Suzuda Pohan, Globalisasi Ekonomi Dan Pengaruhnya
Terhadap Kemiskinan Dan Ketimpangan Pendapatan di Indonesia, Jurnal MODUS & Ristekdikti,
Oktober 2017, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, hal. 104 diakses dalam
https://www.researchgate.net/publication/320626570_GLOBALISASI_EKONOMI_DAN_PENG
ARUHNYA_TERHADAP_KEMISKINAN_DAN_KETIMPANGAN_PENDAPATAN_DI_IND
ONESIA (02/08/2018, 21.08 WIB) 24 Adam, Smith, 1776, An Inquairy into The Wealth of Nation,William Strahan : Skotlandia dalam
Hendra, Halwani, 2005, Ekonomi Internasional&Globalisasi Ekonomi. Ghalia Indonesia : Bogor
Selatan, hal 193
25
Globalisasi ekonomi memiliki andil dalam menciptakan keadaan ekonomi
yang bersifat terintegrasi, serta percepatan adaptasi terhadap globalisasi segala hal
yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian, hal mengenai mudahnya
adaptasi tentu berkaitan erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Globalisasi ekonomi secara tidak langsung menciptakan ketergantungan
dalam pasar keuangan. Globalisasi ekonomi juga mendorong lahirnya liberalisasi
ekonomi, menurut Winarno dimaknai sebagai dominasi sektor finansial atas sektor
riil dalam tata ekonomi politik.25 Selain itu globalisasi ekonomi pun turut
melahirkan tingkat industrialisasi dan urbanisasi yang lebih besar.26
Dengan arti lain globalisasi ekonomi saat ini telah berkembang hampir di
seluruh kegiatan keuangan seperti, produksi, investasi, hingga perdagangan dimana
aktivitas perekonomian ini berdampak terhadap hubungan ekonomi antarbangsa.27
Korelasi penelitian penulis dengan penggunaan globalisasi ekonomi sebagai
landasan teoritis guna mempertegas bahwa keberadaan perusahaan transnasional
yang digunakan penulis pada penelitian ini tidak berdiri sendiri melainkan adalah
hasil dari perkembangan globalisasi dalam bidang ekonomi.
1.5.3 Good Governance
Penelitian mengenai respon pemerintah Kota Malang terhadap industri
TNCs yang diusung penulis diantara lain menggunakan dasar pemikiran mengenai
25 Winarno, Budi. 2010. Melawan Gurita Neoliberalisme. Penerbit Erlangga. Jakarta. dalam Hidsal
Jamil, 2015, Perangap Liberalisasi Ekonomi di Indonesia, Univesitas Brawijaya, hal. 5. Diakses
dalam
https://www.researchgate.net/publication/277667433_Perangkap_Liberalisasi_Ekonomi_di_Indon
esia (02/08/2018, 15.25 WIB)
27 Hendra, Halwani, 2005, Ekonomi Internasional&Globalisasi Ekonomi. Ghalia Indonesia : Bogor
Selatan, hal 193
26
sistem kepemerintahan yang baik atau yang sering disebut dengan Good
Governance Concept, secara garis besar konsep ini dapat dimaknai sebagai konsep
mendasar bagi keberlangsungan sistem pemerintahan di suatu negara, konsep ini
pada dasarnya bersifat normatif karena dilandasi oleh nilai-nilai maupun bentuk
perwujudan sistem ideal bagi suatu negara28, menurut Lembaga Administrasi
Negara pada tahun 2000 mendefinisikan Good Governance sebagai pokok
penyelenggaraan pemerintah negara yang solid dan bertanggung jawab, serta
efisien dan efektif, dengan menjaga “kesinergian” interaksi yang konstruktif
diantara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat.29
Gambar 1.1 Interaksi Aktor dalam Good Governance
Sumber : Good Governance (kepemerintahan yang baik)
Cara kerja dari tata kelola pemerintahan yang baik pun memiliki nilai-
nilai ideal dalam pelaksanaannya seperti memiliki tingkat efektifitas dan efisiensi
tinggi agar dapat tercipta kegiatan-kegiatan yang dapat dipertanggungjawabkan
kepada rakyat, nilai-nilai tersebut menjadi standar tolok ukur utama keberhasilan
28 Good Governance in Multethnic Communities, Centrul de Resurse Pentru Oversitate
Etnoculturala diakses dalam http://www.edrc.ro/docs/docs/11-17.pdf (16/08/2019, 12:03 WIB) 29 LAN-BPKP, 2000, Akuntabilitas dan Good Governance, Jakarta: LANRI dalam
Sedarmayanti,Dra., M.Pd., 2004, Good Governance (Kepemerintahan yang baik), Edisi Kedua
Membangun Sistem Manajemen Kinerja Guna Meningkatkan Produktivias Menuju Good
Governance, Bandung : Mandar Maju, hal. 4.
27
negara dalam melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik.30 Aktor yang
berperan penting dalam pelaksanaannya ialah Badan-Badan dalam negara seperti
Parlemen maupun Badan Kementerian aktif yang berada di suatu negara, Badan
maupun Lembaga-lembaga memang memiliki peran penting sebagai roda
penggerak utama bagi pelaksanaan Good Governance dalam lingkup negara namun
terdapat aktor lain yang turut andil dalam keberlangsungan sistem pemerintahan
dengan tata kelola yang baik yaitu sektor swasta dan masyarakat madani.
Sektor swasta turut memiliki peran dalam keberlangsungan tata kelola
pemerintahan yang baik atau Good Governance dalam suatu negara karena sektor
swasta secara tidak langsung dapat membantu pemerintah memaksimalkan kinerja
sekaligus membantu mewujudkan sekaligus mengelola beberapa program
pemerintah yang tidak dapat dicapai secara mandiri. Sektor swasta yang dimaksud
meliputi perusahaan-perusahaan dalam berbagai bidang baik formal maupun
informal yang dirasa dapat turut andil dalam pencapaian program yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.31
Aktor lain yang turut terlibat guna mencapai nilai dari penerapan sistem
tata kelola pemerintah yang baik adalah Masyarakat Madani dimana individu
maupun kelompok dalam masyarakat memiliki hak dan kewajiban untuk
berpartisipasi aktif dalam sistem pemerintahan, hal ini bertujuan agar tercipta
30 United Nations, Governance dalam Rachel M. Gisselquisr, Good Governance as a concept and
why this matters for Development policy, UNV-WIDER (World Institute for Development Economic
Research), Working Paper No. 30, March 2012, United Nation University. Hal. 6 31 Sedarmayanti,Dra., M.Pd., 2004, Good Governance (Kepemerintahan yang baik), Edisi Kedua
Membangun Sistem Manajemen Kinerja Guna Meningkatkan Produktivias Menuju Good
Governance, Bandung : Mandar Maju, hal. 4
28
interaksi sosial, politik maupun ekonomi sehingga dapat mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang sesuai dengan kehendak masyarakat.32
Terdapat delapan karakteristik dari penerapan Good Governance yang
harus diterapkan di tiap-tiap negara yang ingin menggunakan praktik tata kelola
pemerintahan yang baik yaitu berorientasi consensus, partisipasi, mengikuti aturan
hukum yang telah ditetapkan, efektif serta efisien, akuntanbilitas, bersifat
transparan, responsif, serta adil.33
a. Concensus Oriented merujuk kepada tata kelola pemerintahan yang mampu
berperan sebagai mediator bagi pihak-pihak berkepentingan yang memiliki
pandangan berbeda akan suatu hal pemerintah pun memiliki wewenang
membuat suatu kebijakan berdasarkan pertimbangan yang telah ditetapkan.
b. Participatory merujuk kepada kebebasan individu dalam suatu negara baik
kelompok maupun perorangan untuk dapat mengungkapkan aspirasi yang
dimiliki baik secara langsung maupun melalui lembaga penyaluran suara
masyarakat selama sesuai dengan prosedur dan nilai-nilai demokrasi,
sehingga harapan serta keinginan masyarakat dapat memperoleh wadah
yang tepat.
32 Ibid., Hal. 10 33 What is Good Governance, United Nations Economics and Social Commission for Asia and the
Pacifi diakses dalam https://www.unescap.org/sites/default/files/good-governance.pdf (16/08/2019,
14.15 WIB)
29
Gambar 1.2 Karakteristik Pengaplikasian Good Governance
Sumber : United Nations Economics and Social Commission for Asia and the
Pacific
c. Rule of Law dalam pengaplikasian tata pemerintahan yang baik maka
hukum yang adil dan tidak memihak diperlukan adanya independensi
sehingga proses pengambilan atau pembuatan kebijakan tidak ditunggangi
oleh pihak manapun.
d. Effective and Efficient Konsep efisiensi dalam konteks pemerintahan yang
baik juga mencakup pemanfaatan berkelanjutan dari alam sumber daya dan
perlindungan lingkungan Hidup.
e. Acountable baik pemerintah maupun sektor swasta dalam mengambil suatu
keputusan harus memperhatikan serta memiliki tanggung jawab terhadap
masyarakat secara keseluruhan.
f. Transparent dalam tata kelola pemerintah yang baik maka transparansi atau
keterbukaan informasi sangat diperlukan sehingga seluruh masyarakat
mengetahui fungsi dan tujuan dari pembentukan satu keputusan.
30
g. Responsive adanya institusi-institusi yang bertanggung jawab sehingga
mempermudah akses bagi pihak berkepentingan.
h. Equitable and Inclusive segala keputusan harus memiliki sifat adil supaya
seluruh elemen masyarakat dapat memiliki peluang untuk meningkatkan
kesejahteraan masing-masing.
Terselenggarannya tata kelola pemerintahan yang baik menjadi penting
dalam mencapai sistem pemerintah ideal selain dapat menjembatani aspirasi baik
kelompok masyarakat maupun individu-individu dalam masyarakat selain itu tata
kelola pemerintah ang berlandaskan good governance system membuka peluang
untuk mencapai nilai-nilai yang ada dalam tata perundang-undangan masing-
masing negara maupun wilayah. Konsep mengenai tata kelola pemerintahan yang
baik atau good governance dipilih penulis sebagai salah satu landasan teoritis bagi
penulisan penelitian ini karena dianggap tepat sebagai operasionalisasi, apabila
ditinjau melalui studi kasus yang dipilih penulis maka konsep ini memiliki peran
penting dalam pertimbangan pemerintah Kota Malang dalam pengambilan
kebijakan mengenai pro dan kontra mengenai keberadaan perusahaan-perusahaan
dalam cakupan industri TNCs di Kota Malang.
1.5.4 Pendekatan Domestik Model Pluralis
Penelitian terkait dengan keberadaan TNCs sebagai bagian dari perusahaan
transnasional yang berkembang merupakan fenomena global hinga menjadi
dinamika yang mewarnai Kota Malang merupakan kajian intermestik. Penelitian
ini menggunakan kajian intermestik dengan model pluralis sebagai metode acuan
konsep yang dapat mengkerangkai fenomena yang penulis angkat dalam penelitian
31
ini. Model Pluralis dalam kajian intermestik sendiri dimaknai oleh Anthony Birch
dengan memberi perspektif berupa pentingnya kekuatan sebuah kelompok untuk
mengambil alih sekaligus menekan aktor-aktor perumus kebijakan dalam tata
kelola kepemerintahan untuk mengambil sebuah keputusan dengan dasar pemikiran
yang telah diberikan oleh beberapa kelompok kepentingan tersebut, kelompok-
kelompok tersebut memiliki suatu hal yang diperjuangkan34, dalam kelompok-
kelompok tersebut memiliki kekuatan yang sama dalam hal legitimasi dalam sistem
politik.35
Kelompok-kelompok dalam model pluralism memiliki abilitas dalam
mendesripsikan adanya proses peralihan kebijakan sebagai sesuatu hal yang
memiliki dampak luar biasa besar bagi ekosistem suatu wilayah, metode pluralis
dalam dimensi pendekatan domestik turut ini mengabaikan peran ide dalam proses
kebijakan, karena yang menjadi penting pada pluralis ialah kepentingan yang
mendasari dari masing-masing kelompok.36 Sehingga secara tidak langsung
kelompok ini dapat dikategorikan sebagai kumpulan kelompok kepentingan yang
memiliki pengaruh kuat guna mengarahkan pergerakan perumusan kebijakan.
Teori pluralis dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan kerangka
terkait alasan pemerintah dalam menciptakan sebuah kebijakan domestik terkait
fenomena TNCs di Kota Malang dan guna memberikan penekanan bahwa memang
34 Anthony Harold Birch,2001, Concept and Theories of Modern Democracy, New York : Routledge
London dalam Agus Sutisna, Pluralisme dan Elitisme, hal. 4 diakses dalam
https://www.academia.edu/9587104/Pluralisme_dan_Elitisme (17/01/2020, 23:49 WIB) 35 Ibid., 36 Dyah Estu Kurniawati, 2012, Pendekatan Intermestik dalam Proses Perubahan Kebijakan :
Sebuah Review Metodologis, Jurnal Studi Hubungan Internasional, Vol. 2, No. 2 diakses dalam
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jshi/article/view/1519/1623
32
industi TNCs merupakan fenomena global yang sedang terjadi dan harus dihadapi
dengan alasan-alasan yang mendasari.
1.5.4 The-Rational Comprehensive Decision Theory
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori The Rational
Comprehensive Decision sebagai landasan untuk melihat kebijakan pemerintah
dalam pengambilan keputusan terkait eksistensi TNCs di Kota Malang, Teori
Rational Comprehensive Decision mengacu kepada rasionalitas pemerintah sebagai
aktor utama dalam pembuatan kebijakan bagi kepentingan publik.37 Pengambilan
kebijakan melalui teori rasionalitas ini harus bersifat membangun baik dari segi
ekonomi, pembangunan, budaya, dan lain sebagainya, serta pengambilan kebijakan
juga harus didasari nilai-nilai sosial, pengambilan kebijakan juga harus bersifat
normatif serta dibuat berdasarkan asas-asas yang ada di negara masing-masing,
Indonesia dalam hal pengambilan kebijakan mengacu kepada UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar konstitusi serta sebagai peraturan
tertinggi negara dalam tata urutan Peraturan Perundang-undangan nasional.38 serta
memiliki tujuan untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Untuk
menerapkan kebijakan melalui penggunaan teori Rational Comprehensive Decision
para pengambil keputusan akan melalui beberapa tahapan.39
37 Andy Constantin Leoveanu, Rationalist Model In Public Decision Making, Journal of Public
Administration, Finance and Law, Issue 4, 2013, National University of Political Studies and Public
Administration, hal.43 diakses dalam
http://www.jopafl.com/uploads/issue4/RATIONALIST_MODEL_IN_PUBLIC_DECISION_MA
KING.pdf (02/08/2018, 16.57 WIB) 38 Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia, Bagian Hukum Sekretariat daerah
Kota Malang https://hukum.malangkota.go.id/tata-urutan-peraturan-perundang-undangan-di-
indonesia/ (02/08/2018, 16.42 WIB) 39 Mercier, J. (2008), L' administration publique - De l' École classique au nouveau management
public, Quebec, Les presses de l' Université Laval, 6e triage dalam Andy Constantin Leoveanu,
Rationalist Model In Public Decision Making, Journal of Public Administration, Finance and Law,
33
Gambar 1.3 Rational Comprehensive Decision Making Process Maping
Sumber : College of Information Sciences and Technology.
Operasionalisasi teori ini terlebih dahulu melewati tahap identifikasi
pokok permasalahan yang ada, kemudian tahapan selanjutnya pemerintah sebagai
aktor pengambil kebijakan akan menganalisis nilai-nilai yang ada dalam
permasalahan tersebut serta sekaligus melihat serta mempertimbangkan segala
alternatif penyelesaian masalah, memilah dan memilih semua alternatif berdasarkan
efisiensi serta efektifitas, kemudian memilih alternatif yang paling tepat guna
memberikan tindak lanjut bagi masalah yang ada, lalu mengimplementasikan
kebijakan sesuai dengan pertimbangan serta riset yang telah dilakukan.
Teori Rational Comprehensive Decision dipilih penulis sebagai landasan
teoritis bagi penulisan penelitian ini karena dianggap tepat, karena dalam kasus ini
Pemerintah kota malang telah melewati seluruh tahapan dalam Rational
Comprehensive Decision seperti halnya identifikasi masalah terkait perkembangan
Issue 4, 2013, National University of Political Studies and Public Administration, hal.44 diakses
dalam
http://www.jopafl.com/uploads/issue4/RATIONALIST_MODEL_IN_PUBLIC_DECISION_MA
KING.pdf (02/08/2018, 17.21 WIB)
34
konflik terhadap TNCs, kemudian memberikan evaluasi terhadap masalah, pemkot
melihat bahwa problematika yang terjadi oleh hadirnya TNCs di Malang apabila
tidak segera mendapatkan penanganan akan membuahkan konflik yang lebih besar,
sehingga pemerintah mencoba merumuskan beberapa alternatif penyelesaian
masalah melalui identifikasi serta pemilihan urgensi kebijakan berupa adanya buka
tutup aturan yang disesuaikan seiring dengan berjalannya konflik yang berlangsung
yang kemudian pada akhirnya menhasilkan respons terrtulis maupun tidak tertulis
guna menjembatani problematika yang ada melaui diberlakukannya aturan tariff
batas atas bawah yang telah disesuaikan dengan rumusan peraturan pusat yang
berlaku, upaya revitalisasi pelayann publik bidang transportasi, penerapan wilyh
zonasi operasi perusahaan TNCs di Malang Raya hingga himbauan jaminan kerja
yang juga diperuntukkan untuk kepentingan Kota Malang sendiri.
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat
deskriptif. Penelitian deskriptif sendiri di definisikan sebagai suatu metode yang
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi
tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.40
1.6.2 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi
40 Sugiono, 2005, Metode Penelitian Administrasi, Alpabeta, Bandung, hal. 21 diakses melalui
https://idtesis.com/metode-deskriptif/ (25/11/2017, 13.00 WIB)
35
terhadap fenomena yang diteliti. Guna untuk menghasilan argumenn yang tepat
maka data-data yang ada akan di analisis melalui fakta-fakta lapangan yang telah
dihimpun.41
1.6.3 Teknik Pengumpulan Data
Penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
bersifat empiris, teknik empiris sendiri didefinisikan sebagai teknik penelitian
mengelaborasikan konsep maupun teori berdasarkan fakta lapangan.42 Sehingga
jenis data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder, data primer dikumpulkan melalui penelitian lapang, observasi,
wawancara hingga dokumentasi, narasumber yang dipilih pada penelitian ini adalah
Walikota Malang sebagai pengambil kebijakan utama di Kota Malang, Dinas
Perhubungan Kota Malang sebagai pihak yang berfungsi untuk memberikan
perumusan kebijakan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, serta pemberi
pertimbangan yang berkaitan dengan pokok perhubungan di Kota Malang, serta
dinas-dinas yang berkaitan dengan hadirnya industri TNCs di Kota Malang.
Jenis data sekunder yang digunakan penulis dalam pengumpulan data, dengan
menggunakan berbagai macam literatur, berupa buku, jurnal, majalah, maupun
artikel yang diakses baik secara luring maupun daring.
41 Ulber silalahi, 2012, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT. Refika Aditama. Hal. 39 42 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2005, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, hal. 133.
36
1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian
a. Batasan Materi
Dalam penelitian ini penulis hanya berfokus terhadap apa respons apa saja
yang diberikan oleh Pemerintah kota Malang terhadap masuknya industri
Transportation Network Companies beserta fitur-fitur yang ditawarkan oleh
perusahaan dimana pada akhirnya menimbulkan pro-kontra baik di kalangan
masyarakat pengguna jasa transportasi maupun pengemudi atau perusahaan
penyedia jasa transportasi baik online maupun konvensional, kemudian
penulis juga akan berfokus terhadap bagaimana posisi pemerintah kota dalam
memberikan umpan balik terkait masuknya industri Transportation Network
Companies di Malang.
b. Batasan Waktu
Batasan watu yang diambil dalam penulisan ini mengambil batasan waktu
antara 2014 hingga 2019, batasan waktu ini diambil berdasarkan terhitung
masuknya perusahaan Transnasional ini di Indonesia hingga muncul dan
perusahaan di Kota Malang hingga menimbulkan pro dan kontra mengenai
keberadaannya.
1.7 Argumentasi Sementara
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dijabarkan, kebijakan
pemerintah kota Malang terhadap eksistensi TNCs dilakukan melalui tahapan
berupa pengidentifikasian masalah, dalam hal ini pemerintah Kota Malang
dihadapkan dengan permasalahan pro dan kontra terhadap hadirnya perusahaan
transnasional, kemudian pemerintah memproses permasalahan tersebut
37
berdasarkan nilai-nilai yang ada (keuntungan, dampak yang dihasilkan dengan
hadirnya TNCs sebagai perusahaan transnasional yang bergerak dibidang
transportasi), kemudian pemerintah Kota Malang memilih beberapa alternatif
penyelesaian masalah yang dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan,
berupa Pencabutan izin operasi bagi TNCs, Pemberian Izin operasi bagi TNCs di
Kota Malang hingga Pemberian izin Operasi TNCs dengan batasan zonasi.
Langkah selanjutnya pemerintah telah menempuh proses evaluasi dengan
mengaplikasikan ketiga alternatif yang tersedia, hingga pemerintah menetapkan
kebijakan yang akan digunakan, proses tersebut didasari nilai-nili keadilan dari
UUD 1945, yang pada akhirnya kebijakan mengenai hadirnya TNCs diputuskan
sementara melalui peraturan Permenhub No. 32 Tahun 2016.
Pemerintah Kota Malang dalam hal kebijakan didasari pada keputusan
Permenhub tidak sepenuhnya menolak inovasi dari kemajuan globalisasi ekonomi
melalui perusahaan transnasional karena dirasa mampu memberikan peluang kerja
hingga mempermudah akses terhadap moda transportasi bagi masyarakat Malang,
namun disisi lain pemerintah Kota Malang juga tidak sepenuhnya setuju akan
menjamurnya TNCs yang dapat merugikan penyedia jasa transportasi lain yang
masih bersifat konvensional.
1.8 Struktur Penulisan
Perihal sistematika penulisan dalam penelitian ini, akan penulis gambarkan
secara singkat sebagai berikut :
BAB I : Penulisan dalam bagian ini merupakan pendahuluan yang sekaligus
dijadikan kerangka penulisan penelitian ini mencakup, latar belakang, rumusan
38
masalah, tujuan serta manfaat penelitian, penyertaan penelitian terdahulu, landasan
teoritis dan kerangka konsep, metodologi penelitian yang berisi jenis penelitian,
teknik analisa data, teknik pengumpulan beserta ruang lingkup penelitian, hingga
argumentasi sementara.
BAB II : pada bagian ini penulis akan menjelaskan secara umum terkait hadirnya
Transportation Network Companies (TNCs) dan perkembanganya khususnya di
Asia, terlebih penulis juga akan menggambarkan bagaimana peluang TNCs di
Indonesia dengan problematika yang mewarnai.
BAB III : bab ini, peneliti menggambarkan dinamika terkait dominasi
Transportation Network Companies (TNCs) di Kota Malang hingga permasalahan
yang menuntut adanya upaya pemerintah daerah guna menanggulangi masalah, dan
rumusan alternatif hingga kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
dengan dasar-dasar pertimbangan isu sebagai acuan pemerintah, penulis juga
mengkomparasikan hasil-hasil kebijakan yang telah diformulasikan menggunakan
konsep good governance, pendekatan intermestik melalui kajian isu domestik
model pluralis, dan teori the rational comprehensive decision.
BAB IV : pada penulisan bagian ini penulis menarik sebuah kesimpulan
berdasarkan tinjauan lapangan serta pemberian saran penelitian guna berfungsi
mengembangkan lebih jauh serta mencari fakta yang dapat menghasilkan kajian
lain.