bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/40935/2/bab i.pdfdusun sade, desa rembitan...

22
2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata diposisikan sebagai salah satu sektor andalan dalam pembangunan nasional Indonesia. Saat ini pada masa-masa mendatang, pariwisata diharapkan dapat memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan devisa negara dalam upaya pemerintah mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Salah satu upaya yang dilakukan sektor pariwisata adalah memperkuat jejaring yang telah ada dan meningkatkan daa saing usaha pariwisata Indonesia (Astuti dalam Joko Try Haryanto jurnal Kawistara). Hal ini karena pertumubuhan pariwisata dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, baik untuk pemerintah, kalangan swasta, investor, maupun daerah wisata yang dikunjungi. Dengan adanya berkembangnya pariwisata dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat kecil, baik hanya untuk berjualan makanan, maupun menjadi juru parkir. Keberadaan pariwisata tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik secara individu maupun masyarakat serta kondisi alam, kehidupan sosial serta keindahan budaya yang dimiliki oleh setiap daerah. Berwisata merupakan tujuan dari setiap individu ataupun masyarakat untuk memenuhi hasrat atau keinginan melihat keunikan dari setiap daerah wisata yang dikunjungi, baik keindahan alam, kehidupan sosial, maupun keanekaragaman budaya. Keberadaan daerah wisata mampu menyedot perhatian wisatawan mancanegara maupun lokal dengan berbagai keindahan yang disajikan.

Upload: others

Post on 19-Jan-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pariwisata diposisikan sebagai salah satu sektor andalan dalam pembangunan

nasional Indonesia. Saat ini pada masa-masa mendatang, pariwisata diharapkan

dapat memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan devisa negara dalam

upaya pemerintah mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Salah satu

upaya yang dilakukan sektor pariwisata adalah memperkuat jejaring yang telah

ada dan meningkatkan daa saing usaha pariwisata Indonesia (Astuti dalam Joko

Try Haryanto jurnal Kawistara). Hal ini karena pertumubuhan pariwisata dapat

meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, baik untuk pemerintah, kalangan

swasta, investor, maupun daerah wisata yang dikunjungi. Dengan adanya

berkembangnya pariwisata dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi

masyarakat kecil, baik hanya untuk berjualan makanan, maupun menjadi juru

parkir.

Keberadaan pariwisata tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik

secara individu maupun masyarakat serta kondisi alam, kehidupan sosial serta

keindahan budaya yang dimiliki oleh setiap daerah. Berwisata merupakan tujuan

dari setiap individu ataupun masyarakat untuk memenuhi hasrat atau keinginan

melihat keunikan dari setiap daerah wisata yang dikunjungi, baik keindahan alam,

kehidupan sosial, maupun keanekaragaman budaya. Keberadaan daerah wisata

mampu menyedot perhatian wisatawan mancanegara maupun lokal dengan

berbagai keindahan yang disajikan.

3

Keberadaan pariwisata di Indonesia memunculkan berbagai dampak terhadap

berbagai perubahan baik infrastruktur, ekonomi, Ilmu Pengetahuan dan

sebagainya. Pariwisata ini yang kemudian dimanfaatkan oleh berbagai kalangan

terutaman masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan adanya

pariwisata ini masyarakat dituntut untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan.

Terutama bagi daerah tujuan wisata. Mereka dituntut untuk menguasai berbagai

bahasa internasional untuk memudahkan para wisatawan yang berkunjung untuk

memperkenalkan daerah wisata. Selain itu juga masyarakat dituntut untuk

menyediakan berbagai keperluan para wisatawan seperti makanan, minuman,

pakaian, penginapan dan sebagainya. Hal ini yang kemudian dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk membuka lapangan pekerjaan baru terutama bagi masyarakat

yang berada disekitaran daerah wisata seperti menjadi juru parkir, membuka

Home Stay, berdagang asesoris, Membuka warung kecil, rumah makan dan

sebagainya.

Pariwisata di Indonesia tidak hanya menjual keindahan alam namun juga

keragaman budaya yang sekarang ini sudah banyak diperjualbelikan. Dengan

adanya kenekaragaman budaya yang dimiliki mampu menyedot perhatian para

wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung. Dengan keunikan

budaya yang dimiliki oleh masing – masing daerah di Indonesia menjadi suatu

daya tarik yang memikat hati para wisatawan sehingga daerah wisata budaya

dituntut untuk memenuhi kebutuhan komersial pariwisata. Hal ini tentunya

menjadi tantangan bagi kebudayaan untuk tetap mempertahankan nilai asli yang

melekat.

4

Kebudayaan dalam era globalisasi tidak sekadar disikapi sebagai

keseluruhan pola perilaku, pengetahuan, dan pola pikir dalam merefleksikan

proses interaksi sosio-kultural masyarakat saat ini. Kebudayaan lokal yang selama

ini menjadi ekspresi masyarakat pendukung untuk menciptakan keserasian dan

keselarasan antara manusia dan lingkungan sosialnya, harus dituntut dan

dipaksakan bersaing dengan produk-produk budaya lain secara terbuka.

Kebudayaan lokal yang semula sebagai subjek pengetahuan, sikap, dan kearifan

lokal masyarakat pendukungnya, kemudian berubah menjadi objek berupa benda

yang harus diperjualbelikan melalui proses produksi budaya.

Berkenaan dengan hal tersebut, pakaian adat, ritual, festival, dan seni

rakyat tradisional telah menjadi bagian dari komoditas pariwisata, sebagaimana

mereka dipentaskan atau diproduksi semata-mata untuk konsumsi pariwisata.

Artinya, kebudayaan lokal secara dengan sengaja diubah dan diperlakukan

sebagai atraksi wisata sehingga dapat hancur karena kehilangan makna aslinya.

Dalam hal ini munculah istilah komodifikasi budaya. Komodifikasi yang

dimaksud yaitu merubah nilai guna menjadi nilai tukar.

Komodifikasi merupakan suatu proses transformasi barang dari nilai guna

menjadi nilai tukar. Menurut Barker (2014 : 14 ) komodifikasi adalah proses yang

diasosiasikan dengan kapitalis yaitu objek, tanda, dan kualitas berubah menjadi

komoditas. Menurut Pilliang (2011 : 23 ) Komodifikasi adalah proses menjadikan

sesuatu yang sebelumnya bukan komoditas sehingga kini menjadi komoditas.

Selanjutnya yang dimaksud komoditas adalah segala sesuatu yang diproduksi dan

dipertukarkan dengan sesuatu yang lain, seperti yang diuraikan Pilliang bahwa

benda – benda warisan budaya awalnya bukan komoditas. Perbedaannya terletak

5

pada bentuk produksi dan pada akhirnya berpengaruh terhadap distribusi dan

mengonsumsinya. (Anak Agung GD Raka : 2015 dalam disertasi).

Komodifikasi juga memasuki dunia wisata di pulau Lombok. Pulau Lombok

merupakan kampung halaman bagi masyarakat suku sasak yang terletak pada

segitiga emas destinasi pariwisata utama Indonesia yakni pulau Bali disebelah

barat, Tana Toraja dan Bunaken disebelah utara, dan Pulau Komodo di sebelah

timur. Lombok juga berada pada segitiga emas pelayaran lintas nasional dan

internasional yakni Surabaya disebelah barat, Makasar di utara dan Darwin

Australia di Timur. Bahasa yang digunakan oleh masyarakatnya sendiri adalah

bahasa sasak. Mayoritas penduduk Lombok beragamakan Islam lain diantaranya

adalah beragama Kristen, Hindu dan Budha (Akhmad Saufi, dkk. 2015 : 19).

Lombok menyugukan beraneka ragam tempat wisata yang kemudian menjadi

daya tarik untuk memikat para wisatawan untuk singgah. Mulai dari keindahan

alam yang yang sangat eksotis, pantai serta wisata buatan dan juga yang paling

menjadi daya tarik tersendiri adalah pelestarian kearifan lokal yang masih dijaga.

Perkembangan pariwisata di Lombok memang berkembang sangat pesat.

Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara

Barat jumlah wisatawan dari tahun 2013 hingga 2015 yaitu dapat dilihat pada

tabel dibawah berikut :

Tabel 1.1 Kunjungan wisatawan ke NTB

No. Tahun Jumlah Wisatawan

1. 2013 1.357.602 Jiwa

6

2. 2014 1.629.112 Jiwa

3. 2015 2.210.527 Jiwa

4. 2016 1.091.294 Per Januari- Juni

Sumber : http://www.disbudpar.ntbprov.go.id/angka-kunjungan-wisatawan-ke-ntb

Lombok memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah diantaranya pantai-

pantai, gunung Rinjani, Air terjun, serta kekayaan budaya seperti event Bau Nyale,

yang kemudian menjadi sasaran tujuan wisata bagi para wisatawan mancanegara.

Lombok juga telah menjadi kawasan destinasi wisata halal yang Berdasarkan

Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat No. 2 tahun 2016

tentang Pariwisata Halal. Lombok menyuguhkan beragam keindahan yang

disajikan untuk memanjakan para wisatawan yang datang. Mulai dari keindahan

alam, hingga keunikan budaya yang menjadi daya tarik tersendiri. Gili Trawangan

menjadi pusat kunjungan para wisatawan mancanegara, dikarenakan memiliki

pantai yang indah. Selain itu juga, Gili Trawangan menyugukan berbagai fasilitas

seperti Snorkeling, sand, sun,surfing dan fishing. tidak hanya gili Trawangan

namun pantai Kuta Lombok atau yang sekarang disebut sebagai Kuta Mandalika

juga menyugukan keindahan pantai yang menawan yang sekarang menjadi pusat

perhatian dalam pengembangan wisata di Lombok. Kuta Mandalika yang

sekarang ini sedang dibangun Mandalika Resort yang akan menjadi Kawasan

Ekonomi Khusus (KEK). Dengan berkembangnya pariwisata di Lombok tidak

memungkinkan terjadinya masuknya budaya baru yang dibawa oleh para

wisatwan mancanegara yang dapat meleburkan nilai-nilai sosial yang terdapat di

Lombok.

7

Perubahan era globalisasi sekarang ini tentunya memberikan tantangan

terhadap budaya lokal. Dimana suatu kebudayaan dapat mempertahankan nilai

sakral yang sudah melekat. Terutama tantangan dengan adanya industri pariwisata

yang dimana para kesenian tradisional ditantang untuk memenuhi kebutuhan

pasar. Dengan bertumbuh kembangnya industri pariwisata yang tidak terkendali

terjadilah pergeseran nilai budaya dari nulai guna menjadi nilai komersil sebagai

objek wisata. Hal ini kemudian merubah pola pikir masyarakat yang kemudian

menjadikan kebudayaan lokal menjadi objek wisata. Dusun Sade merupakan salah

satu dusun yang terletak didaerah Desa Rembitan Kecamatan Pujut Kabupaten

Lombok Tengah yang sampai sekarang ini masih mempertahankan adat ataupun

tradisi khas suku sasak.

Semenjak berkembangnya pariwisata di Lombok yakni pada tahun 1989,

melalui Program Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan

menerbitkan Peraturan Daerah No. 9 tahun 1989 Tentang Penetapan Lima Belas

Kawasan Wisata Potensial Nusa Tenggara Barat. Salah satunya adalah kawasan

dusun Sade, Desa Rembitan Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah yang

menjadi sasaran daerah wisata karena keunikan dan kentalnya tradisi yang masih

dilestarikan dan dipertahankan oleh masyarakat setempat. Hal ini merupakan

upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengoptimalkan keberadaan

pariwisata yang sudah ada. Dalam hal ini kebudayaan lokal masyarakat telah

dijadikan sebagai komoditas yang diperjualkan demi memenuhi tuntutan pasar

yang semakin berkembang. Budaya oleh kapitalis telah kehilangan eksistensi

kesakralan yang melekat yang menjadi nilai guna yang kemudian diubah menjadi

8

nilai tukar. Masyarakat hanya menjadi pelaku wisata dan seolah hanyut dalam

dominasi kekuasaan dan hegemoni kapitalis.

Budaya oleh para kapitalis telah dipaksa untuk memenuhi kebutuhan pasar,

tanpa memperhitungkan nilai keaslian dan makna budaya yang sudah melekat.

Budaya dijadikan sebagai ikon wisata yang tentunya menarik perhatian wisatawan

untuk berkunjunjung. Presean merupakan warisan budaya sasak sebagai simbol

ketangkasan, kejantanan, keperkasaan bagi laki-laki. Zaman dulu juga digunakan

sebagai tarian pemanggil hujan disaat musim kemarau tiba. para kapitalis telah

menjadikan Presean sebagai suatu komoditi yang kemudian dipertontonkan

dengan tidak berdasarkan pada keaslian budaya tersebut. Ada beberapa hal seperti

pembacaan mantra-mantra atau dalam istilah sasak dikenal dengan mentere,

pecahan botol yang ditaruh diatas penjalin atau tongkat para pepadu yang sengaja

dihilangkan. Hal ini tentunya mencerminkan hilangnya keaslian budaya tersebut.

Para kapitalis juga menjadikan kehidupan sosial masyarakat sebagai komoditi

yang kemudian diperjualkan kepada konsumen budaya melalui cerita-cerita

pemandu wisata. Sehingga masyarakat dipaksa untuk berada dalam situasi yang

semula tanpa adanya perubahan kearah yang lebih maju. Pola kehidupan

masyarakat yang sangat kental dengan kehidupan paguyuban kemudian dirubah

menjadi ruang pasar yang menimbulkan persaingan ekonomi diantara sesama

warga. Ruang-ruang pasar ini yang kemudian menjebak masyarakat untuk lebih

memprioritaskan ekonomi dibandingakn dengan sistem paguyuban masyarakat

setempat, sehingga menghilangkan beberapa nilai dalam kehidupan masyarakat.

Para gadis sudah enggan untuk belajar menenun lagi, mereka lebih disibukkan

dengan jualan mereka.

9

Masyarakat terjebak dengan manipulasi yang telah dibuat oleh kapitalisme

untuk mensejahterakan masyarkat. Namun pada dasarnya masyarakat sendiri tidak

mengalami perubahan dalam bidang kesejahteraan, melainkan mereka hanya

memberikan keuntungan kepada para kapitalis. Masyarakat yang tidak memiliki

kekuasaan telah menjadi alat kuasa yang dihegemoni oleh kapitalis untuk

memenuhi tuntutan dengan dalih mensejahterakan masyarakat namun pada

dasarnya dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan pasar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah “Bagaimana

Komodifikasi Budaya sebagai Pergeseran Nilai Masyarakat Dusun Sade ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan memahami Komodifikasi Budaya sebagai Pergeseran Nilai

Masyarakat Dusun Sade.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat dihasilkan dari penelitian ini dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian tersebut diharapkan memberi manfaat sebagai literatur

bagi para akademis yang akan melanjutkan penelitian.

10

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut :

1.4.2.1 Manfaat bagi Dinas Pariwisata

Hasil penelitian tentang Komodifikasi budaya sebagai pergeseran nilai

masyarakat Dusun Sade ini dapat dijadikan sebagai refrensi baru dalam

pengambilan kebijakan serta pengelolaan wisata budaya di Lombok

Tengah.

1.4.2.2 Manfaat bagi Civitas Akademika

Hasil dari penelitian tersebut diharapkan dapat menjadi refrensi baru

bagi mahasiswa maupun dosen sebagai penunjang keilmuan dan

mempertajam analisis terkait topik – topik yang diangkat dalam penelitian.

Terutama dalam tema komodifikasi budaya sebagai pergeseran nilai

masyarakat Dusun Sade.

1.4.2.3 Bagi Masyarakat Dusun Sade

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai Rencana Induk

Pengembangan Wisata Daerah (RIPPDA) bagi masyarakat dengan Peneliti

melakukan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok

Terarah guna membahas permasalahan serta memberikan masukan-

masukan bagi masyarakat dusun Sade guna menunjang pengembangan

pariwisata di Dusun Sade, Desa Rembitan Kecamatan Pujut, Lombok

Tengah.

11

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Komodifikasi

Komodifikasi adalah proses dimana sesuatu yang tidak memiliki

nilai ekonomis diberi nilai dan karenanya bagaimana nilai pasar

dapat menggantikan nilai sosial lainnya ( Karl Marx dalam Evans :

2004 : 16).

1.5.2 Budaya

Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti

cipta, karsa dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa

Sansekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari kata budhi yang

berarti budhi atau akal. Dalam bahasa inggris kata budaya berasal

dari kata culture, dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah

cultuur, dalam bahasa Latin berasal dari kata colera, yang berarti

mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah

(bertani). Budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang

meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan,

hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan

yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat (E.B taylor

dalam Suratman, dkk, 2010:31).

1.5.3 Pergeseran

Pergeseran merupakan proses terjadinya pergantian ataupun

perpindahan suatu kondisi ke bentuk lainnya yang menimbulkan

adanya perbedaan dari kondisi sebelumnya (Ivan dalam Jurnal).

12

1.5.4 Nilai

Nilai (Value) biasanya digunakan untuk menunjuk kata benda yang

abstrak yang dapat diartikan sebagai keberhargaan (worth) atau

kebaikan (goodness). Menilai berarti menimbang yakni suatu

kegiatan manusia untuk menghubugkan sesuatu dengan sesuatu

lainnya yang kemudian dilanjutkan dengan memberikan keputusan

(Dharma Diharji Dharji, Shidarta, 2006 : 233).

1.5.5 Masyarakat

Masyarakat dalam bahasa Inggris berarti Society yang berasal dari

kata socius yang berarti kawan. Masyarakat merupakan

sekelompok manusia yang bebas dan bersifat kekal, menempati

kawasan tertentu, memiliki kebudayaan serta terjalin hubungan

diantara anggota-anggotanya (Suratman, dkk, 2013 : 139).

1.6 Metode Penelitian

Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu

yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.

untuk dapat menghasilkan suatu penelitian yang baik, maka peneliti tidak hanya

mengetahui aturan permainan, tetapi juga harus mempunyai keterampilan-

keterampilan dalam melaksanakan penelitian.

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif yang juga disebut penelitian interpretif atau penelitian

13

lapangan adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti

sosiologi dan antropologi dan diadaptasi ke dalam setting pendidikan.

Penelitian kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat

percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan

(Lodico, Spaulding, dan Voegtle, dalam Emzir, 2010 : 2).

Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif relevan untuk

menggambarkan permasalahan yang diangkat mengenai Komodifikasi

Budaya sebagai Pergeseran Nilai Masyarakat Dusun Sade, Desa Rembitan,

Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah akan dapat dideskripsikan

dengan utuh apabila menggunakan pendekatan kualitatif sebagaimana

karakteristik penelitian kualitatif yang mampu menggambarkan sebuah

fenomena secara holistik (menyeluruh).

1.6.2 Jenis Penelitian

Jenis peneitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus

yaitu suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna,

menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang

mendalam dari individu, kelompok, atau situasi (Emzir, 2010 : 20).

Subjek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun

masyarakat. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara

mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas

dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas

atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum (Moh.Nazir, 2014 : 45).

14

Penelitian ini menggunakan studi kasus karena dapat menelaah mengenai

kandungan makna dalam suatu budaya yang dikomodifikasikan oleh

masyarakat setempat serta mengetahui proses dari komodifikasi budaya yang

menghilangkan nilai keaslian dari budaya tersebut.

1.6.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di dusun Sade, desa Rembitan, Kecamatan

Pujut, Lombok Tengah. Penulis memilih wilayah ini berdasarkan beberapa

pertimbangan yaitu lokasi yang berjarak tidak terlalu jauh dari tempat tinggal

peneliti, dan lokasi tersebut merupakan Salah satu dusun yang masih

mempertahankan kebudayaan yang ditinggalkan yang kemudian berkembang

menjadi desa wisata yang menjual kebudayaan.

1.6.4 Teknik Penentuan subjek penelitian

Penentuan subjek penelitian menjadi salah satu hal yang penting dalam

melakukan penelitian. Penentuan subjek penelitian yang tepat memungkinkan

diperolehnya data dan informasi yang valid serta akurat karena subjek

penelitian merupakan salah satu sumber data dalam penelitian kualitatif.

Teknik penentuan subjek dalam penenlitian ini adalah purposive sampling.

Purposive sampling yaitu memilih subjek penelitian atau informan dengan

kriteria tertentu yang dapat memberikan informasi kepada peneliti (Idrus,

Muhammad 2009 : 97).

Adapun kriteria yang ditujukan yaitu informan yang mengetahui tentang

sejarah dusun sade, Informan yang mengetahui tentang tradisi-tadisi serta

15

adat-adat yang terdapat di Dusun Sade, Informan yang mengetahui tentang

peninggalan-peninggalan budaya yang ada di dusun Sade, Informan yang

mengetahui tentangperkembangan pariwisata di Dusun sade. Subjek

penelitian yang nantinya akan dipilih dalam penelitian ini yaitu mereka yang

berada dalam ruang interaksi sosial di Dusun Sade seperti kepala dusun Sade,

kepala Desa Rembitan, pemangku adat, serta masyarakat yang menjadi

pemandu wisata di daerah tersebut, dan sejumlah orang tua.

1.6.5 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dapat dikelompokkan dalam dua

diklasifikasi yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung oleh

peneliti melalui perantara ataupun sumber lainnya. data primer didapatkan

dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan

sebelumnya oleh peneliti. Adapun data primer dalam penelitian ini

didapatkan melalui pengamatan atau observasi secara langsung terhadap

komodifikasi budaya sebagai dekonstruksi nilai dalam masyarakat dusun

Sade serta wawancara dengan subyek maupun informan yang telah

ditentukan sebelumnya.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoeh oleh peneliti secara tidak

langsung dari obyek penelitian ataupun merupakan data yang diperoleh

16

melalui perantara media tertentu maupun sumber lainnya. Data sekunder

dalam penelitian ini dapat berupa hasil penelitian terdahulu, jurnal, buku,

foto-foto dan juga dokumen resmi baik dari pemerintah maupun

masyarakat yang ada kaitannya dengan persoalan komodifikasi budaya

sebagai pergeseran nilai masyarakat Dusun Sade.

1.6.6 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan

fenomena yang dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat

dilakukan secara terlibat (Partisipatif) ataupun nonpartisipatif.

Maksudnya, pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang

melibatkan peneliti dalam kegiatan sasaran penelitian, tanpa

mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang

bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi

dirinya selaku peneliti (Muhamad Idrus : 2009 : 101).

Penelitian ini menggunakan observasi secara langsung dimana

peneliti berada bersama dengan obyek yang diteliti atau dalam suatu

peristiwa tertentu. Observasi dalam penelitian ini mengamati atau

melihat secara langsung budaya yang masih dilestraikan serta budaya

apa saja yang di komodifikasi oleh para pelaku di dusun Sade.

Observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung keadaan

sosial dan pariwisata, serta mengamati secara langsung bentuk budaya

yang dikomodifikasikan yang dijadikan sebagai komoditas pariwisata

yang terdapat di dusun Sade. Tujuan dari observasi ini adalah untuk

17

memperoleh data berkaitan dengan Komodifikasi Budaya Sebagai

Pergeseran Nilai Masyarakat Dusun Sade.

b. Wawancara

Wawancara dapat didefinisikan sebagai interaksi bahasa yang

berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah

seseorang yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau

ungkapan kepaada orang yang diteliti yang berputar disekitar pendapat dan

keyakinan (Hasan 1963 dalam Emzir 2010 :50).

Wawancara dilakukan secara tidak terstruktrur dengan tujuan agar

pertanyaan dapat mengalir sesuai pembicaraan yang dilakukan. Hal ini

juga untuk membangun kesan bahwa antara peneliti dengan informan tidak

ada jarak atau berstatus sama.

Metode wawancara dilakukan secara mendalam, dimana wawancara

mendalam adalah wawancara yang dilakukan secara informal. Biasanya

wawancara in digunakan bersamaan dengan metode observasi partisipasi.

Pada penggunaan metode ini biasanya pewawancara diharuskan hidup

bersama-sama dengan responden dalam waktu yang relatif lama. Oleh

karena itu, proses kehidupan keseharian responden diketahui dan bahkan

pewawancara ikut bersama responden terlibat dalam proses kehidupan dan

kebudayaan responden ( Burhan Bungin 2001 :136).

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

untuk mewawancarai narasumber penelitian yang telah ditentukan

sebelumnya. informan yang dimaksud adalah kepala Kepala Desa

18

Rembitan, kepala dusun Sade, Pemangku adat atau tokoh adat, Masyarakat

yang menjadi pemandu wisata, Orang tua di dusun Sade.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan ataupun data penting yang dapat dijadikan

sebagi bukti dalam melakukan penelitian yang dapat memperkuat hasil

penelitian. Data yang diperoleh dapat berupa foto, jurnal, buku, memo,

arsip, video. Penggunaan data dokumentasi dalam penelitian ini adalah

untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan data-data tentang

berbagai hal yang berhubungan dengan proses serta bentuk Komodifikasi

Budaya Sebagai Pergeseran Nilai Masyarakat Dusun Sade desa Rembitan.

Bentuk dokumentasi yang dilakukan adalah dengan mengambil foto,

video, terkait dengan suasana atau lingkungan yang terjadi di dusun sade.

Selain itu juga, rekaman suara hasil wawancara, serta mencatat hal-hal

penting dari data yang ditemukan dilapangan selama penelitian

berlangsung.

1.6.7 Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan

transkripsi wawancara, catatan lapangan, materi-materi lain yang telah

dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi

tersebut dan untuk memungkinkan menyajikan data yang telah ditemukan.

Anaisis melibatkan pekerjaan dengan data, penyusunan, dan pemecahan

terhadap unit-unit yang ditangani, perangkumannya, pencarian pola-pola,

19

dan penemuan apa yang penting dan apa yang perlu dipelajari (Emzir,

2010: 85).

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan model analisis

interaktif yang diperkenalkan oleh Huberman dan Miles yang terdiri dari

beberapa tahap analisis :

a. Tahap Pengumplan data

Proses analisis data interaktif ini kegiatan yang pertama adalah

proses pengumpulan data. Data dapat berupa foto-foto, kata-kata,

fenomena, sikap, dan perilaku keseharian yang diperoleh peneliti dari

hasil observasi mereka dengan menggunakan beberapa teknik seperti

observasi, wawancara, dokumentasi dan dengan menggunakan alat

bantu yang berupa kamera, video tape. Pada tahap ini peneliti

melakukan proses pengumpulan data dengan melibatkan sisi aktor atau

informan, aktivitas, latar, atau konteks terjadinya peristiwa.

b. Tahap Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transpormasi data

kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Reduksi

data berlangsung secara terus menerus sejalan dengan pelaksanaan

penelitian berlangsung. Tahapan reduksi data dimaksud untuk lebih

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang bagian data

yang tidak diperlukan, serta mengorganisasi data sehingga

20

memudahkan untuk dilakukan penarikan kesimpulan yang kemudian

akan dilanjutkan dengan proses verifikasi.

c. Penyajian Data

Penyajian data merupakan tahapan setelah reduksi data. Penyajian

data yang dimaknai oleh Miles dan Huberman (1992) sebagai

sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Proses ini

berlangsung selama proses penelitian berlangsung dan belum berakhir

sebelum laporan hasil akhir penelitian disusun.

d. Penarikan Kesimpulan

Tahap akhir dari proses ini adalah penarikan kesimpulan yang

dimaknai sebagai penarikan arti data yang ditampilkan. Beberapa cara

yang dapat dilakukan dalam dalam proses ini adalah dengan

melakukan pencatatan pola-pola dan tema yang sama, pengelompokan,

dan pencarian kasus-kasus negatif (kasus khas, berbeda, mungkin pula

menyimpang dari kebiasaan yang ada di masyarakat).

21

Gambar 1.1 Komponen analisi data model interaktif Huberman & Miles 1992

1.6.8 Uji Keabsahan Data

Validitas merupakan derajat ketetapan antara data yang terjadi pada

obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan

demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antar data yang

dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada

obyek penelitian. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat

dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan

peniliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.

Keabsahan data pada penelitian kualitatif dapat dibuktikan dengan uji

kredibilitas. Uji kredibilitas data dapat dilakukan dengan perpanjangan

pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi. Diskusi

dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan memberchek.

22

a. Perpanjang Pengamatan

Perpanjang pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah

ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti

hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk rapport,

semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai

sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.

b. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara

lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian

data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

Dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat melakukan

pengecekan kembali apakah data yang telah ditemui itu salah atau tidak.

Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat

memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang

diamati.

c. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai pengecekkan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat

triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi

waktu.

23

a) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Triangulasi ini dilakukan dengan cara menemui orang-orang yang telibat

langsung dalam proses komodifikasi budaya yang terjadi di Dusun Sade,

Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.

b) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda.

c) Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibiltas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat

narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan

data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Pengujian kredibilitas

data dapat dilakukan dengan cara pengecekkan dengan wawancara,

observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi berbeda. bila hasil

uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-

ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.