bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/bab i.pdf · bebarengan dengan...

23
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional yang lahir dan tumbuh bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli (indegenous) di masyarakat Indonesia. (Ziemik, 1986:100). Pesantren merupakan lembaga yang turut serta dalam mengiringi dakwah islam di Indonesia. Masyarakat memiliki pandangan yang beragam tentang pesantren. Pesantren sebagai lembaga ritual, lembaga dakwah, lembaga pembinaan akhlak dan moral, sebagai institusi pendidikan Islam dan juga sebagai lembaga sosial yang telah mengalami berbagai tantangan kehidupan baik internal maupun eksternal. Pesantren berdiri didasarkan pada motivasiuntuk mengembangkan keilmuan agama. Pesantren memiliki tiga peran yaitu: sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu islam tradisional, sebagai pengajar dan pemelihara kelangsungan islam tradisional, sebagai pusat produksi ulama. Karakteristik pondok pesantren khususnya ketika dihadapkan pada tradisi pesantren dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pesantren salaf dan khalaf. Pesantren salaf merupakan pesantren yang masih mempertahankan kitab-kitab islam klasik sebagai inti dalam kegiatan pendidikannya dan tidak diajarkan pada pengetahuan umum. Pesantren khalaf menerima tata nilai baru yang dinilai sesuai dengan hukum islam. Pesantren khalaf biasanya menggunakan sistem

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional yang lahir dan tumbuh

bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan

lembaga pendidikan tertua dan asli (indegenous) di masyarakat Indonesia.

(Ziemik, 1986:100). Pesantren merupakan lembaga yang turut serta dalam

mengiringi dakwah islam di Indonesia. Masyarakat memiliki pandangan yang

beragam tentang pesantren. Pesantren sebagai lembaga ritual, lembaga dakwah,

lembaga pembinaan akhlak dan moral, sebagai institusi pendidikan Islam dan

juga sebagai lembaga sosial yang telah mengalami berbagai tantangan

kehidupan baik internal maupun eksternal.

Pesantren berdiri didasarkan pada motivasiuntuk mengembangkan

keilmuan agama. Pesantren memiliki tiga peran yaitu: sebagai pusat

berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu islam tradisional, sebagai pengajar dan

pemelihara kelangsungan islam tradisional, sebagai pusat produksi ulama.

Karakteristik pondok pesantren khususnya ketika dihadapkan pada tradisi

pesantren dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pesantren salaf dan khalaf.

Pesantren salaf merupakan pesantren yang masih mempertahankan kitab-kitab

islam klasik sebagai inti dalam kegiatan pendidikannya dan tidak diajarkan pada

pengetahuan umum. Pesantren khalaf menerima tata nilai baru yang dinilai

sesuai dengan hukum islam. Pesantren khalaf biasanya menggunakan sistem

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

2

klasikal yang memuat pelajaran agama dan juga ilmu-ilmu umum (Yasmidi,

2005:63).

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan memiliki satu ciri kekhasan

yang membedakan dengan lembaga pendidikan lain. Nilai-nilai kepesantrenan

yang membingkai kehidupan sosial antara kiai dan santri adalah ciri pembeda

yang dimaksud. Nilai-nilai dalam lingkungan pesantren ini yang mampu

menginternalisasi lalu menjadi ruh pendidikan pesantren itu sendiri. Tanpa

disadari nilai-nilai tersebut menjadi “tangan tak teraba” yang merangkul iklim

keilmuan pesantren. Iklim keilmuan inilah yang akan melahirkan sebuah proses

pendidikan yang sesuai dengan agama islam. Proses pendidikan yang sesuai

dengan agama islam diharapkan melahirkan generasi santri yang berkarakter

agamis.

Pondok pesantren sendiri biasanya berpanutan dengan nilai-nilai Salaf

yang didapat pada setiap kegiatan belajar di pondok mereka masing-masing.

Secara harfiah Salaf sendiri mempunyai arti apa yang telah berlalu dan

mendahului atau kelompok pendahulu. Makna salaf adalah orang yang

mendahului baik itu dalam silsilah maupun kekerabatan, dari sisi umur ataupun

perbuatan baik. Dalam perkembangan semantik, kata salaf mengalami

pergeseran makna konotasi masa lampau yang mempunyai kewenangan atau

otoritas. Dengan kata lain, ia adalah masa yang berdekatan dengan periode Nabi

dan secara logis dapat dipahami bahwa orang-orang yang hidup pada masa itu

mengetahui, mendengar, dan melihat dengan baik mengenai praktik-praktik

keagamaan terutama yang dilakukan Nabi (Madjid, 1992:375). Pesantren yang

berlandaskan nilai-nilai salaf adalah pesantren yang mewarisi dan memelihara

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

3

keberlangsungan tradisi islam yang dikembangkan dari masa ke masa tidak

terbatas pada periode tertentu saja yaitu periode sahabat Nabi Muhammad

SAWdan tabi’in. Pengajaran agama dengan pandangan dunia dan praktik islam

sebagai warisan sejarah dalam bidang syari’ah.

Hubungan antara Kiai dengan santri merupakanperasaan hormat dan

kepatuhan mutlak dari seorang murid kepada gurunya yang tidak boleh terputus,

berlakuseumur hidup seorang murid. Hal tersebut ditunjukkan para murid

dalam seluruh aspek kehidupannya, melupakan ikatandengan guru merupakan

kejelekan dan akan menghilangkan barakah guru danpada akhirnya ilmu yang

dimiliki oleh seorang murid tidak bermanfaat. Haltersebut dilakukan bukan

sebagai manifestasi dari penyerahan total kepadaguru yang dianggap memiliki

otoritas, tetapi karena keyakinan murid kepadakedudukan guru sebagai

perantara kemurahan Tuhan yang dilimpahkan kepadamurid-muridnya, baik di

dunia maupun di akhirat. Pola-pola hubungan yangunik antara Kiai dan santri

dipengaruhi oleh literatur pendidikan yang dipakaisebagai acuan di pesantren

salah satunya adalah kitab Ta’lim al Muta’alim(Dhofier, 1985: 55).

Keberadaan kiai dan santri layaknya sebuah jantung pada sebuah pondok

pesantren. Selain sebagai otoritas teringgi dalam pesantren kiai juga memiliki

kearifan yang tercermin melalui sikap dalam relasi antar kiai dan santri. Pola

hubungan yang terjalin antara Kiai dan santri di pesantren di pengaruhi oleh

faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri Kiai

yang memandang santri sebagai amanat yang harus dididik sebagaimana

anaknya sendiri. Faktor ekstern berasal dari tradisi orang tua santri yang

menyerahkan anaknya kepada Kiai secara langsung dan santri yang

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

4

menganggap Kiai sebagaimana orang tuanya sendiri di pesantren. Kiai berperan

sebagai bapak para santri-santri yang dijadikan tempat bertanya, tempat

mengadu, dan tempat berkeluh kesah. Kiai mempunyai hubungan dialektis

dengan para santri. Di satu sisi Kiai merupakan produk struktur sosial namun

disisilain kiai juga berperan dalam membentuk struktur sosial dalam pondok

pesantren berdasarkan niali-nilai salaf yang dipahami dan didapat oleh kiai

tersebut. Kiai mentransferkan nilai-nilai salaf kepada para muridnya. Nilai salaf

ini selain juga digunakan dalam sistem belajar mengajar juga sebagai kendali

moral yang mengontrol para santri yang selalu diawasi oleh kiai.

Kabupaten Jombang, tepatnya di Dusun Gebangmalang Desa Bandung

Kecamatan Diwek ada sebuah pondok pesantren yang bernama Pondok

Pesantren Tahfidz Quran Al-Ma’ruf yang masih menerapkan nilai-nilai salaf

dalam kehidupan pondok tersebut. Pondok pesantren ini dipimpin oleh Kiai

Abdun Nasyith sekaligus sebagai pendiri dan pengasuh pada pondok tersebut.

Pondok tersebut beridiri pada tahun 1998 dan sekarang memiliki jumlah santri

mukim 33 laki-laki dan 7 santri perempuan. Pondok ini pada dasarnya hanya

fokus pada hafalan Al-Quran. Berdasarkan data hasil wawancara dengan Kiai

Nasyid dalam kehidupan di pondok pesantrennya masih mempertahan nilai

salaf sebagai keyakinan yang dianut oleh ia dan para santri, yaitu pola

kehidupan dan pendidikan yang memang sudah diajarkan dan dilakukan oleh

orang terdahulu khususnya orang-orang sholih dan para ulama.Ia berkeyakikan

sebuah ilmu baik agama maupun umum adalah sebuah amanah yang diberikan

oleh Alloh SWT dan harus disampaikan kepada umat. Dalam proses

pengamalan ini harus secara mantap dari niat. Dalam pembangunan musholla

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

5

dan pondok pesantren ini semata-mata bukan untuk kepentingan mencari murid

serta keuntungan melainkan syiar islam dijalan Alloh SWT serta mendapat

barokah dan keridhoan dari Alloh SWT. Mencari ilmu adalah sebuah ibadah

begitu juga pengamalannya.

Pendidikan pada pondok tersebut khusus untuk mengahafal Al-Quran

namun juga diselingi dengan kegiatan memaknai kitab, tahlil, istighotsah

danngaji rutinan dengan harapan mendapatkan barokah dari Alloh SWT. Santri

alumni masih banyak berdatangan dan mengikuti setoran ngaji kepada ia

karena masih adanya keinginan mencari ilmu serta rasa tawadhu’ kepada guru,

meski mereka tidak terikat peraturan tertentu. Seorang pengajar kitab di sana

adalah alumni dari pondok tersebut yang diamanahi oleh Kiai Nasyid, ia berujar

jika dalam kegiatan belajar tidak ada bayaran tertentu dan dilakukan dengan rela

hati untuk pengabdian dan barokah dari Alloh SWT. Para santri ketika

melakukan kesalahan dihukum berupa membaca Al-Quran dengan berdiri

selama satu jam di depan musholla hal itu untuk mendisiplinkan dengan cara

yang halus, karena pada dasarnya proses belajar mengajar dan menghafal Al-

Quran pada pondok pesantren ini belajar dan ibadah yang untuk Alloh SWT.

Mencermati fenomena tersebutmaka skripsi ini mengkaji, memahami serta

menunjukan secara kualitatif tentang nilai-nilai salaf dan juga penerapannya

dalam hubungan kiai dan santri di pondok pesantren Tahfidz Quran Al-Ma’ruf

di Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Maka peneliti

mengangkat judul “Nilai-nilai Salaf Dalam Relasi Kiai Dan Santri di Pondok

Pesantren Tahfidz Quran Al-Ma’ruf”.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana implementasi nilai-nilai salaf dalam relasi kiai dan santri di

Pondok Pesantre Tahfidz Quran Al-Ma’ruf?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan serta menunjukan tentang

implementasi nilai-nilai salaf dalam relasi antara kiai dan santri di

Pondok Pesantren Tahfidz Quran Al-Ma’ruf

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dalam jangka

pendek maupun jangka panjang. Adapun manfaat yang dapat dihasilkan dari

penelitian ini dapat diklasifikasian menjadi dua yaitu teoritis dan praktis yang

dapat dijabarkan sebagai berikut :

1.4.1 Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi salah satu

informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya

tentang nilai-nilai dalam kehidupan sosial di pesantren yang ada

hubungannya dengan Program Studi Sosiologi khususnya pada

kajian nilai-nilai dalam masyarakat serta kajian tentang Religion

as a cultural system.

1.4.2 Praktis

Penelitian ini diharapakan dapat diterapkan oleh pihak-pihak

yang berkompeten dan memiliki wewenang seperti contohnya

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

7

pemerintah khususnya Departemen Agama Dalam rangka

memberikan solusi dan menyelesaikan permasalahan dalam dunia

pendidikan agama, maupun oleh kalangan akademisi sebagai

penunjang referensi keilmuan. Manfaat secara praktis tersebut dapat

peneliti jabarkan sebagai berikut:

a. Pemerintah dan Dinas Pendidikan

Hasil penelitian tentang nilai-nilai salaf dalam relasi kiai dan

santri di Pondok Pesantren Tahfidz Quran Al-ma’ruf dapat

dijadikan rujukan, pertimbangan, dan dasar bagi pemerintah

selaku pembuat kebijakan dalam menganalisis tentang

pendeketan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai agama

islam.

b. Perguruan tinggi dan civitas akademi

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan

referensi bagi civitas akademi perguruan tinggi, sehingga

mampu menunjang keilmuan dan mempertajam analisis terkait

tema yang diangkat dalam penelitian ini. Terutama dalam

kajiaan kehidupan sosial khususnya nilai-nilai salaf dalam relasi

kiai dan santri.

c. PP Tahfidz Quran Al-Ma’ruf

Hasil penelitian tentang nilai-nilai salaf apa saja dan

bagaiman prakteknya dalam relasi antara kiai dan santri di PP

Tahfidz Quran Al-Ma’ruf ini dapat dijadikan rujukan dan

pertimbangan bagi pengurus terkait praktek nilai-nilai salaf yang

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

8

dilakukan sehingga anggota bisa mengimplementasikan nilai-

nilai salaf yang luhur.

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Nilai

Nilai adalah suatu keyakinan atau kepercayaan yang dasar bagi

seseorang atau kelompok orang untuk memilih tindakannya atau

menilai suatu yang bermakna atau tidak bermakna bagi kehidupannya.

Dengan kata lain, perilaku manusia sehari-hari ditentukan, didorong

atau diarahkan oleh nilai-nilai budayanya (Ekosusilo, 2003:50).

1.5.2 Salaf

Salaf sendiri mempunyai arti bahasa adalah apa yang telah

berlalu dan mendahului atau kelompok pendahulu. Jadi, makna salaf

adalah orang yang mendahului baik itu dalam silsilah maupun

kekerabatan, dari sisi umur ataupun perbuatan baik. Dalam

perkembangan semantik, kata salaf mengandung konotasi masa

lampau yang mempunyai kewenangan atau otoritas. Dengan kata lain,

ia adalah masa yang berdekatan dengan periode Nabi dan secara logis

dapat dipahami bahwa orang-orang yang hidup pada masa itu

mengetahui, mendengar, dan melihat dengan baik mengenai praktik-

praktik keagamaan (terutama) yang dilakukan Nabi (Madjid,

1992:375).

1.5.3 Relasi

Menurut Spradley dan Mc.Curdy relasi sosial atau hubungan

sosial yang terjalin antara individu yang berlangsung dalam waktu

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

9

yang relatif lama akan membentuk suatu pola, pola hubungan ini juga

disebut sebagai pola relasi sosial (Ramadhan, 2009:11)

1.5.4 Kiai

Secara terminologi, Kiai adalah Pendiri atau pemimpin sebuah

pesantren, sebagai muslim "terpelajar" yang telah membaktikan

hidupnya "demi Allah" serta menyebarluaskan dan mendalami ajaran-

ajaran dan pandangan Islam melalui kegiatan pendidikan Islam.

Namun pada umumnya di masyarakat kata "kiai" disejajarkan

pengertiannya dengan ulama dalam khazanah Islam ( Hendro,

2010:02).

1.5.5 Santri

Santri berasal dari kata cantrik (agama Hindu) yang berarti

orang-orang yang ikut belajar dan mengembara dengan empu-empu

ternama. Namun, ketika diterapkan dalam agama islam kata cantrik

tersebut berubah menjadi santri yang berarti orang-orang yang

berlajar kepada para guru agama. Santri dapat diartikan sebagai

sebagai kelompok sosio-religius, yakni hubungan mendasar antara

masyarakat akan terdorong ke dalam perhimpunan tersebut (Nurcholis

Madjid. 1997:20)

1.5.6 Pondok Pesantren

Istilah pondok berasal daripengertian asrama-asrama para

santriyang disebut pondok atau tempat tinggalyang dibuat dari

bambooatau mungkin berasal dari bahasa Arab funduq, yangberarti

hotel atau asrama. Definisi singkat istilah “pondok” adalah tempat

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

10

sederhana yang merupdakantempat tinggal Kiai bersama para

santrinya (Hasbullah, 2001:142).

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan dan jenis penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan deskriptif kualitatif. Pada umumnya pendekatan ini

dilakukan dengan tujuan utama, yaitu untuk menggambarkan,

menunjukan dan mengungkapkan. Menurut Sugiyono (2008:33)

penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan apa yang dilihat,

didengar, dirasakan dan ditanyakan. Penelitian deskriptif memiliki

tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diteliti.

Atas dasar itu, penelitian ini bertujan untuk menguraikan dan

menunjukan secara mendalam tentang nilai-nilai salaf dalam relasi

kiai dan santri di pondok tahfidz quran al ma’ruf dari sudut pandang

yang utuh.Penelitian kualitatif selalu mengandaikan adanya suatu

kegiatan proses berfikir yang induktif untuk memahami suatu realitas,

peneliti yang terlibat langsung dalam situasi dan latar belakang

fenomena yang diteliti serta memusatkan perhatian pada suatu

peristiwa kehidupan sesuai dengan konteks penelitian. Bagi peneliti

kualitatif, satu-satunya realita adalah situasi yang diciptakan oleh

individu-individu yang terlibat dalam penelitian. Peneliti melaporkan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

11

secara realita dilapangan secara jujur dan mengandalkan pada suara

dan penafsiran informan.

1.6.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Tahfidz

Quran Al-Ma’ruf yang terletak di Dusun Gebangmalang, Desa

Bandung, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Pengurus dan

santri mempunyai pondok yang bersebelahan dengan rumah kiai.

Pondok dan langgar (musholla) tersebut digunakan sebagai sarana

belajar mengajar, menghafal Al-Quran serta sebagai sarana

internalisasi nilai-nilai salaf bagi santri dan pengurus pondok

pesantren untuk pembentukan karakter para santri. Peneliti akan

melakukan penelitian di tempat tersebut serta rumah kiai untuk

mengetahui langsung kegiatan sehari-hari mereka.

1.6.3 Teknik Penentuan Subjek Penelitian

Penentuan subjek penelitian merupakan hal penting dalam

sebuah penelitian. Penentuan subjek yang tepat dan kompeten,

sehingga memungkinkan diperolehnya data dan informasi yang valid

serta akurat karena subjek penelitian merupakan salah satu sumber

data dalam penelitian kualitatif.

Penentuan subjek penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling. Menurut Sugiyono (2008:299) purposive sampling adalah

Teknik dalam penentuan sample dengan pertimbangan tertentu.

Peneliti menetapkan informan berdasarkan pertimbangan dari peneliti

dan apa yang sudah peneliti tentukan. Subjek yang dimaksud adalah

kiai, istri kiai dan para santri yang mencari ilmu di ponpes tersebut.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

12

Subjek penelitian dalam penelitian yang akan membahas

tentang “ Nilai-nilai Salaf Dalam Relasi Kiai dan Santri di Pondok

Pesantren Tahfidz Quran Al-Ma’ruf” yakni sebagai berikut :

1) Pendiri sekaligus pengasuh Ponpes Tahfidz Quran Al-Ma’ruf

yaitu Kiai Abdun Nasyit ia juga selaku pengajar dalam

menghafal Al-Quran

2) Istri Kiai Abdun Nasyit selaku pembimbing untuk santri

perempuan

3) Guru Pak Mas’ud sebagai salah satu alumni yang sekarang

menjadi guru pengajar kitab kuning untuk para santri

4) Ketua pondok Mil’ul Umam selaku ketua organisasi yang berada

di PP Tahfidz Quran Al-Ma’ruf

5) Ali Maskur sebagai santri alumni yang masih sering

silaturahmni di PP Tahfidz Quran Al-Ma’ruf

6) Santri muqim laki-laki sebanyak tiga orang dan santri

perempuan sebanyak satu orang selaku murid dan juga orang

yang menghafal Al-Quran serta yang mendiami pondok

pesantren. Perlunya santri sebagai subyek penelitian guna

mengetahui pola relasi antara santri kepada kiai yang

berlandaskan nilai-nilai salaf.

1.6.4 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder

yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Data Primer

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

13

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

oleh peneliti tanpa melalui sumber atau pun perantara lainnya.

Data primer ini diperoleh dengan menggunakan teknik

pengumpulan data yang telah ditentukan oleh peneliti

sebelumnya. Data primer dalam penelitian ini didapatkan

melalui pengamatan atau observasi secara langsung dan

partisipatif terhadap pola relasi dan belajar mengajar di pondok

pesantren Tahfidz Quran Al-Ma’ruf dan juga di iringi dengan

wawancara dengan subyek penelitian yang sudah ditentukan

sebelumnya.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan peneliti secara

tidak langsung dari obyek penelitian ataupun merupakan data

yang diperoleh melalui perantara media tertentu ataupun sumber

lainnya. Dalam penelitian ini data sekunder berupa hasil

penelitian terdahulu, jurnal, buku, foto-foto dan juga dokumen

resmi baik dari pemerintah maupun pribadi yang ada kaitannya

dengan persoalan Nilai-nilai Salaf Dalam Relasi Kiai dan Santri

di Pondok Pesantren Tahfidz Quran Al-Ma’ruf di Desa

Bandung.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Menurut Marshall dalam Sugiyono (208:310) menyatakan

bahwa melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan

makna dari perilaku tersebut. Disini peneliti melakukan obervasi

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

14

partisipan yaitu peneliti turut ambil bagian atau berada dalam

keadaan obyek yang diobservasi (Supardi, 2006 : 91).

Obsevasi pertama dilakukan oleh peneliti pada hari Selasa.

Tanggal 6 Maret 2018, berangkat jam 10 pagi dari rumah peneliti

yang kira-kira berjarak 1-2 km dari lokasi atau sekitar 5-10 menit

perjalanan. Sebelum masuk kedalam Pondok Pesantren, peneliti

melihat deretan rumah yang berjejer yang berjumlah 3 unit dan

sebuah musholla yang digunakan untuk kegiatan belajar

mengajar dalam pondok pesantren. Observasi pertama ini

peneliti tidak langsung bertemu dengan kiai selaku pemimpin

dan pengasuh pondok pesantren melaikan dengan istri ia

dikarenakan sang kiai masih menghadiri undangan pengajian di

luar kota. Peneliti meminta izin kepada istri ia untuk melakukan

observasi pada pondok pesantrem ia. Setalah diberikan izin

peneliti masih mengobrol dengan istri ia tentang beberapa seluk

beluk pondok pesantren tersebut.

Peneliti pada saat selesai berbincang langsung meminta izin

untuk melihat kondisi dan bertemu dengan para santri yang ada

dipondok tersebut. Peneliti sempat bertemu dengan beberapa

santri yang berada pada pondok, pada waktu itu memang

sebagian besar santri masih berada pada sekolah masing-masing

dan juga belum waktu pulang sekolah. Peneliti sempat

berbincang denga santri tersebut tentang kehidupan didalam

pondok pesantren tersebut. setalah peneliti juga meminta izin

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

15

untuk mendokumentasikan bangunan pondok dan musholla.

Setelah itu peneliti meminta izin untuk pulang kepada ibu nyai

dan juga santri. Sebelum beranjak pulang peneliti diberi pesan

untuk datang kembali pada malam hari untuk bertemau dengan

kiai pemimpin dan pengasuh pondok. Beranjaknya peneliti juga

bertepatan dengan adzan dhuhur berkumandang.

Observasi kedua peneliti lakukan pada malam harinya. Pada

observasi kedua ini peneliti bertemu langsung dengan Kiai

Nasyit selaku pemimpin dan pengasuh pondok pesantren. Pada

kesempatan itu peneliti mengutarakan tujuan peneliti dan

meminta izin guna melaksakan penelitian di pondok pesantren

tersebut. Kiai dengan terbuka menyetujui tentang maksud

peneliti, disitulah terjadi perbincangan dengan ia tentang

berbagai kegiatan pada pondok tersebut. Setelah itu peneliti

meminta izin untuk melihat kegiatan santri pada malam hari

yaitu deres dan juga ngaji kitab kuning yang diajar oleh salah

satu alumni ia. Setelah itu peneliti melanjutkan perbincangan,

akhir dari perbincangan peneliti meminta restu guna

mengajukan skripsi tentang pondok pesantren ia. Setelah itu

peneliti tidak langsung pulang tapi masih melihat para santri

yang diperintahkan kiai untuk membersihkan halaman musholla

pondok pesantren tersebut.

Observasi ketiga peneliti lakukan pada hari Sabtu, tanggal 5

Mei 2018 pada pukul 11.00 WIB. Observasi kali ini peneliti

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

16

ditemani oleh Ibunda dikarenakan ibu dari peneliti ingin

menemui saudara yang berdekatan dengan lokasi pondok

pesantren tersebut. Singkat cerita peneliti bertemu dengan istri

ia dan berbincang tentang hasil seminar proposal peneliti yang

ajukan. Peneliti disini tidak bertemu dengan kiai dikarenakan ia

tidur siang. Obervasi peneliti lanjutkan dengan bertemu salah

satu masyarakat yang berada dekat dengan pondok pesantren

tersebut yaitu Ibu Nadhiroh. Peneliti dan juga ibu peneliti

bertamu dirumah Ibu Nadhiroh dilanjutkan dengan berbincang

tentang dampak pondok tersebut kepada masyarakat dan juga

interaksi para santri dengan masyarakat sekitar.

Observasi keempat peneliti lakukan pada hari Rabu, tanggal

16 Mei 2018 pada pukul 18.30 WIB. Observasi kali ini peneliti

mengikuti langsung kegiatan sholat terawih jamaah pertama

menyambut bulan suci Ramadhan. Peneliti mengikuti sholat

bebarengan dengan para santri dengan di imami langsung oleh

Kiai Nasyit dengan bilal dari santri ia sendiri. Sholat tarawih

pada pondok tersebut memiliki keunikan yaitu setiap kegiatan

sholat tarawih bacaan surat pendek diganti dengan potongan ayat

Al Quran sejumlah satu Juz dengan maksud satu bulan

Ramadhan menghatamkan 30 Juz. Setelah itu sholat dilanjutkan

dengan ceramah dari kiai tentang bulan puasa. Setelah kegiatan

ceramah dilanjutkan dengan tahlil lalu ditutup dengan ambengan

yaitu makan bersama diatas nampan. Bersamaan dengan para

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

17

santri yang makan bersama peneliti berbincang dengan kiai

untuk menyampaikan hasil seminar proposal penelitian peneliti

dan juga mengkonfirmasi data apa saja yang peneliti butuhkan.

Setelah perbincang selesai Kiai Nasyith memanggil para santri

alumni yang kebetulan datang guna berdiskusi tentang kondisi

Indonesia pada saat ini dan juga bercerita tentang pengalam

hidup ia. Akhir dari diskusi tersebut peneliti izin pamit karena

sudah malam dan juga Kiai Nasyith yang akan memimpin

kegiatan tadarrus.

Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

dan mengamati aktivitas kehidupan sehari-hari kiai dan santri

yang berada dilingkungan pondok pesantren serta mengikuti

aktivitas kiai dan para santri dalam proses belajar mengajar di

pondok pesantren. Observasi dilakukan dengan cara bertemu

langsung dengan kiai, istrinya, dan para santri. Tujuannya adalah

untuk memperolah data berkaitan dengan apa saja nilai-nilai

salaf dan bagaimana praktek nilai-nilai salaf dalam relasi kiai

dan santri di pondok pesantren tersebut.

b. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2008:317)

mendefinisikan wawancara adalah merupakan pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Wawancara di gunakan sebagai teknik pengumpulan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

18

data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus di teliti, tetapi juga

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang

lebih mendalam.

Wawancara dalam penelitian ini menggunkan In-depth

Interview).Pengertian wawancara mendalam (In-

depthInterview) adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuanpenelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antarapewawancara dengan responden atau orang yang

diwawncarai,dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)

wawancaradimana pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupansosial yang relatif lama (Sutopo 2006:

72).Cirikhusus/Kekhasan dari wawancara-mendalam ini adalah

keterlibatannya dalam kehidupan responden/informan.

Wawancara dalam penelitian ini akan menggunakan tipe

tidak tersetruktur dengan tujuan agar pertanyaan dapat mengalir

sesuai dengan pembicaraan yang dilakukan oleh peneliti dan

Kiai, istri kiai dan Santri di PP Tahfidz Quran Al Ma’ruf.

Sehingga, mempunyai kesan tidak ada sekat antara peneliti dan

para informan tersebut. Wawancara dilakukan secara mendalam

dengan proses tanya jawab secara langsung dan bertatap muka

antara peneliti dan informan dengan tanpa menggunakan

pedoman wawancara dan terlihat antara keduanya telah terlibat

dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

19

Wawancara peneliti lakukan setiap ada kesempatan bertatap

muka dengan para subyek penelitian seiring dengan

dilakukannya observasi. Wawancara dilakukan tidak secara

langsung menanyakan hal-hal terkait nilai-nilai salaf dalam

relasi dan santri, tetapi tahap awal dalam wawancara peneliti

berusaha membangun kepercayaan dari informan agar terbuka

dalam informasi yang diberikan dan dibutuhkan peneliti.

Hampir satu bulan, peneliti membangun hubungan dengan

para subyek penelitian yang akhirnya dianggap seperti sahabat.

Setelah memperoleh kepercayaan dan kedekatan hubungan,

peneliti juga mengusahakan untuk sering berkunjung dan

terkadang membawa bingkisan untuk menghargai para subyek

penelitian. Dengan begitu tidak ada sekat antara peneliti dan juga

subyek penelitian.

c. Dokumentasi

Menurut Lexy J Moleong (2002:16)dokumentasi adalah

setiap bahan tertulis atau film. Dokumen digunakan dalam

penelitian sebagi sumber data karena dalam banyak hal dokumen

sebgai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji,

menfasirkan bahkan meramalkan.

Data dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk

mendapatkan sebuah informasi yang berhubungan dengan data-

data tentang berbagai macam yang berhubungan tentang Nilai-

nilai salaf dalam relasi kiai dan santri di pondok pesantren

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

20

Tahfidz Quran Al-Ma’ruf. Foto-foto dokumenter tentang

penerapan nilai-nalai salaf dan juga kegiatan belajar mengajar

dalam pondok pesantren Tahfidz Quran Al-Ma’ruf. Teknik

dokumentasi ini juga digunakan sebagai alat untuk mendapatkan

informasi dan data-data yang bersifat sekunder dalam fokus

penelitian ini.

Peneliti selain melakukan wawancara dengan informan pada

saat observasi, peneliti juga berupaya untuk mendapatkan data-

data dokumentasi baik primer maupun sekunder yang berkaitan

dengan nilai-nilai salaf dalam relasi kiai dan santri . Peneliti pada

saat observasi disamping membawa peralatan wawancara, juga

membawa peralatan seperti smartphone dengan fitur kamera dan

juga perekam suara untuk alat merekam audio dan video, serta

gambar-gambar terkait nilai-nilai salaf dalam relasi kiai dan

santri.

1.6.6 Teknik Analisa Data

Tahap analisa data merupakan proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data

dalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, dan

membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh peneliti maupun

orang lain. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan model analisis interaktif yang diperkenalkan oleh Miles

dan Heuberman yang terdiri dari tahapan analisis yaitu:

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

21

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilah dan memilih

hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

yang berkaitan dengan tema dan membuang yang tidak

diperlukan. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan

memberikan garis besar dan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya dan mencari yang diperlukan kembali yang

berkaitan dengan fokus penelitian yaitu nilai-nilai salaf dalam

relasi kiai dan santri.

b. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan langkah kelanjutan dari tahap

reduksi data. Data yang telah direduksi kemudian disajikan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya. Dalam penelitian kualitatif, termasuk

penelitian ini, penyajian data difokuskan dengan teks-teks yang

bersifat naratif. Bentuk penyajia data lainnya hanya sebagai

data pendukung. Pada tahap reduksi juga dilakukan

pengelompokan data berkaitan nilai-nilai salaf dalam relasi kiai

dan santri sehingga memperoleh gambaran secara penuh.

c. Kesimpulan (Conclusion)/ Verifikasi

Tahap ketiga dalam analisis data adalah penarikan

kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

22

apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi

apabila kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan

yang kredibel (Sugiyono.2008:335-345). Penarikan

kesimpulan, akan dilakukan peneliti ketika sudah selesai pada

tahapan reduksi dan penyajian data sesuai denga konsern

penelitian. Secara deskriptif, data akan ditampilkan mengenai

nilai-nilai salaf dalam relasi kiai dan santri. Melalui tahapan

yang sudah dilakukan peneliti, akan muncul kesimpulan awal

yang bersifat sementar yang akan terus dielaborasikan dengan

data-data pendukung agar memunculkan kesimpulan mutlak.

1.6.7 Validitas Data

Validitas atau keabsahan merupakan keakuratan dan ketepatan

antara data yang terjadi pada obyek penelitian dan lapangan dengan

data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data valid

adalah data yang tidak berbeda antara data peneliti dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Dalam penelitian

kualitatif, data dapat dikatakan valid apabila tidak ada perbedaan

antara data peneliti dengan data lapangan atau obyek yang diteliti.

Validitas data penelitian kualitatif dapat dibuktikan dengan uji

kredibilitas data sebagaimana merujuk pada pendapat Sugiyono, dapat

dilakukan dengan melakukan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekukan, trianggulasi, analisis kasus negative dan member check.

Dalam penelitian ini menggunakan uji vailditas dengan

menggunankan triangulasi yang dapat di dejelaskan sebagai berikut :

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41814/2/BAB I.pdf · bebarengan dengan datangnya Islam ke tanah Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan asli

23

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini dapat diartikan

sebagai pengkajian data dari berbagai sumber, berbagai cara dan

berbagai waktu.

a) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berfungsi untuk menguji kredibilitas

data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh

melalui beberapa sumber.

b) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik berfungsi untuk menguji kredibilitas

data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda

c) Triangulasi Waktu

Untuk pengujian kredibilitas data dapat dilakukan

dengan wawancara, observasi dalam situasi atau waktu yang

berbeda. apabila menghasilkan data yang berbeda, maka perlu

dikaji dan dilakukan secara berulang hingga menemukan data

yang pasti.

Uji keabsahan data menggunakan teknik triangulasi.

Triangulasi yang lebih diutamakan adalah penggunaan

triangulasi waktu dan sumber. Kedua teknik ini didasarkan

pada pertimbangan bahwa waktu juga akan mempengaruhi

validitas data. Sehingga apabila ditemukan data yang tidak

valid maka penaliti akan kembali melakukan penggalian data

yang lebih valid pada waktu yang berbeda dan sumber yang

sama atau juga bisa sumber yang baru.