bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/55637/2/bab i.pdf · 2019. 11. 14. · bahwa...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia yang menganut sistem Demokrasi dengan semboyan dari rakyat,
untuk rakyat dan oleh rakyat. Semboyan seperti ini seharusnya ditanamkan dalam
benak Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di
Indonesia, sehingga permasalahan masyarakat bisa diatasi dengan baik dengan
mengeluarkan suatu kebijakan untuk menjawab permasalahan rakyat. Akan tetapi
praktik yang sesuai dengan semboyan diatas amat langka kita temui hari ini,
dikarenakan oknum-oknum anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah tidak mendalami dan memahami masalah sosial di
lingkungan Konstituennya.
Dewan Perwakilan Rakyat merupakan lembaga negara yang mewakili rakyat
dalam parlemen. yang bertugas untuk mengawasi kinerja dari eksekutif agar ada
cek and balance anatara DPRD dan Pemerintah, sehingga terciptanya
Pemerintahan yang baik atau Good Governance. Diera Demokrasi yang dihadapi
oleh Indonesia, Lembaga Legislatif merupakan salah satu lembaga yang
menjalankan pelaksanaan demokrasi yang mana rakyat ditempatkan
Dilihat dari penelitian terdahui tentang reses yang di ada di Kota Medan,
bahwa reses yang dilakukan oleh anggota DPRD Kota Medan dapil V sangat
efektif dikarenakan masyarakat sangat kesusahan untuk menyalurkan aspirasinya
2
melalui musyrembang, sehingga reses ini membawa anggin segar bagi kontituen
dapir V kota Medan untuk menyuarakan aspirasinya1, hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa reses yang dilakukan oleh anggota DPRD kota medan
berdasarkan responden sangat efektif dan berguna untuk masyarakat.
Sedangkan Reses yang ada di kota Malang dimana anggota DPRD melakukan
masa reses ke II pada bulan september, mekanisme pelaksanaannya anggota
DPRD Kota Malang melakukan sosialisasi kepada konstituennya seminggu atau
sehari sebelum pelaksanaan. Sosialisasi dilakukan menggunakan surat undangan
dan melampirkan kertas aspirasi supaya masyarakat yang datang ke reses
langsung menjelaskan permasalhannya ke pada anggota DPRD, ini sebagai
strategi anggota DPRD untuk menyerap dan menghimpun aspirasi melalui
lampiran kertas tersebut. Dalam melaksanakan rangkaian reses, oknum anggota
DPRD tidak membahas keluh kesah konstituen di dapilnya, akan tetapi DPRD
memberikan materi yang tidak sesuai dengan permasalahan di dapil tersebut.
Kemudian anggota DPRD melakukan kampaye-kampaye dirinya atau
memfamilialisasi ketua DPC atau bakal calon Walikota Malang. Pembahasan
tentang aspirasi tidak ditemukan oleh penulis, reses tersebut dibuat sebagai ajang
kempaye belaka dan hanya mengugurkan tugas sebagai anggota DPRD2.
Analisi jaring aspirasi melalui reses Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di
Kabupaten Lombok Timur pada Jurnal Ulung Pribadi dan hidayatullah, setelah
melakukan masa reses anggota DPRD harus merapatkan hasil reses dalam sidang
1 Ibnu Ubayd Dilla, M. Arif Nasution, Agus Suriadi, EFEKTIVITAS PROGRAM RESES DPRD
KOTA MEDAN DALAM MENYERAP ASPIRASI MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN
LABUHAN.
2 Hasil Laporan magang riset DPRD di Kota Malang pada tahun 2018
3
paripurana (rapat tertinggi DPRD), akan tetapi dalam sidang tersebut tidak ada
kejelasan hasil reses yang dilakukan. Ketidak jelasan hasir reses tersebut
menjadikan anggota DPRD, jalur yang berbeda untuk memenuhi aspirasi
konstituen dibuat oleh fraksi PDIP. Pada peraturan tata tertib DPRD kabupaten
Lombok Timur pasal 82 tentang rapat paripurna, rapat paripurna merupakan rapat
tertinggi anggota DPRD dalam mengambil kebijakan yang di pimpin oleh ketua
atau wakil ketua DPRD. Dalam reses ini jika dicermati pada peraturan fraksi
PDIP telah melanggar prosedural yang ada. Hasil reses tersebut semistinya di
rapat paripurnakan terlibih dahulu baru disampaikan pada SKPD. Akan tetapi
fraksi PDIP menyampaikan terlebih dahulu ke SKPD yang terkait dari pada di
rapatkan di Paripurna.
Fungsi anggota DPRD dalam undang-undang Nomor 23 tahun 2014 pasal
149 menyatakan bahwa DPRD memiliki fungsi sebagai Regulator, polity making,
budgeting,Regulator, mengatur seluruh kepenting daerah, baik yang termasuk
urusan rumah tangga daerah (otonomi) merupakan urusan pemerintah pusat yang
diserahkan pelaksanaannya ke daerah (tugas pembantuan). Polity making,
merumuskan kebijakan pembangunan dan perencanaan program-program
pembangunan di daerah. Budgeting, Perencanaan Anggaran Daerah (APBD)3.
Secara umum fungsi DPR/DPRD adalah sebagai representasi rakyat di
dapilnya, untuk mewakili dan memperjuangkan kepentingan konstituennya,
DPR/DPRD dalam undang-undang harus menampung dan menindak lanjuti
aspirasi melalui masa reses tersebut. Reses merupakan kegiatan yang dilakukan
3 Utang Rosidin, S.H.,M.H otonomi daerah dan desentralisasi. Hal. 93. Pustaka setia . Bandung
4
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dalam massa reses DPRD turun ke dapil
masing-masing untuk menyerap aspirasi dari konstituennya.
Secara normatif fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2009 Pasal 79 poin J dan K, menyatakan DPRD dalam
tugas dan fungsi bahwa DPRD menampung dan menindak lanjuti aspirasi
masyarakat dan memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politik kepada
konstituen di daerah pemilih4. Undang-undang tersebut di formulasikan lagi
dengan peraturan Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 161 Hurup I tentang Pemerintah
Daerah yang menyatakan bahwa salah satu kewajiban anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah kabupaten adalah menyerap dan menghimpun aspirasi kontituen
melalui kunjungan kerja bersekala.
Kemudian peraturan Tata-tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten
Lombok Tengah khususnya Pasal 65 ayat (6) yang menyatakan bahwa setiap
melaksanakan tugas reses anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah secara
perorangan atau kelompok wajib membuat laporan tertulis atas pelaksanaan
tugasnya yang disampaikan kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Lombok Tengah dalam Rapat Paripurna.5 Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dalam menafsirkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yang
menyatakan meyerap dan menghimpun aspirasi kontituen melalui kunjungan
kerja secara berkala. tafsiran diatas menjelaskan kewajiban anggota DPRD
4 Diakses melalui https://id.wikisource.org/wiki/Undang-
Undang_Republik_Indonesia_Nomor_27_Tahun_2009 pada tanggal 3 februari 2019, pukuln
20.00 wib 5Baca, risalah rapat paripurna Ke-2 DPRD Kabupaten Lombok Tengah masa persidangan 1 tahun
siding 2017 (penyampaian laporan hasil reses pertama tahun sidang 2017)
5
kabupaten/ Kota untuk bertemu dengan konstituennya secara rutin pada masa
reses6.
Di Kabupaten lombok tengah di bagi menjadi VI dapil, Dapil I yaitu
Kecamatan Praya dan Praya Tengah, Dapil II kecamatan Kopang-Janapria, Dapil
III Kecamatan Pujut-Praya Timur, Dapil IV kecamatan Praya Barat-Praya Barat
Daya, Dapil V kecamatan Jonggat-Pringgarata, dan Dapil VI kecamatan
Batukliang-Batukliang Utara.
Dalam tiga tahun belakangan ini permasalahan konstituen di Dapil I
kecamatan Praya-Praya Tengah tidak jauh berbeda. Di tahun 2016 hasil reses
yang didapatkan dari konstituen adalah permasalahan infratruktur dimana
masyarakat masih susah dalam mengakses dari desa satu ke desa sebelahnya.
Permasalahan kedua meliputi, perberdayaan pemuda (karangtaruna)yang masih
kurang, dimana pemuda menginginkan adanya pelatihan khusus untuk melatih
keterampilannya7.
Permasalahan secara umum dari 2016 sampai hari ini, konstituen
menginginkan pengelolaan retribusi daerah yang sampai saat ini masih belum
maksimal, karana banyak sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang
tidak di kelola dengan baik, sehingga kebocoran PAD Lombok Tengah cukup
tinggi8.
6Ibid 2017
7Diakses melalui http://dprd.lomboktengahkab.go.id/2016/10/25/dewan-sampaikan-hasil-resesnya-
pada-masa-sidang-ketiga-dprd/. pada 10 juli 2018 pukul 19.13 WIB 8Di akses melalui https://kicknews.today/2018/05/28/dprd-lombok-tengah-sampaikan-hasil-reses-
kedua-tahun-2018/. pada 10 juli 2018 pukul 19.30 WIB
6
Pengelolaan PAD maksudnya pemerintah Daerah seharusnya mampu
melayani masyarakat Lombok Tengah dalam menjawab permasalahan
pengelolaan sumber daya alam. Sumber daya alam yang menjadi pendapatan asli
daerah meliputi pertanian dan wisata, contoh kongkrit dalam aspek pertanian,
masyarakat menginginkan traktor (mesin pertanian) karena masyarakat lombok
tengah masih menyewan jasa untuk bertani. Padahal masyarakat lombok tengah
sangat menginginkan traktor tersebut untuk memperkecil biaya produksi di
pertanian9
Kabupaten Lombok Tengah merupakan kabupaten yang memiliki segudang
sumber daya alam yang melimpah dan diiringi dengan sumber daya manusia yang
melimpah, jumlah penduduk Kabupaten Lombok Tengah, Laki-laki 431815 jiwa,
sedangkan perempuan sebanyak 481054 jiwa, total jumlah penduduk Kabupaten
Lombok Tengah sebanyak 912879 jiwa10
.
Lombok Tengah yang diapit oleh beberapa kabupaten, sebelah timur ada
Kabupaten Lombok Timur, sebelah barat ada kabupaten lombok barat, dan
sebelah Utara ada kabupaten lombok utara dan kabupaten Lombok Timur11
. Letak
geografis yang baik sangat memungkinkan Lombok Tengah menjadi kabupaten
yang maju dan rakyat sejahtra jika diukur dari melimpahnya sumber daya alam
yang ada.
9 Wawancara dengan petani yang ada di desa lajut, Kabupaten Lombok Tengah
10Diakses melalui https://lomboktengahkab.bps.go.id/statictable/2016/11/22/107/jumlah-
penduduk-dan-rasio-jenis-kelamin-menurut-kecamatan-di-kabupaten-lombok-tengah-2015-.html.
pada 10 juli 2018 pukul 22.00 WIB 11
Diakses melalui https://lomboktengahkab.bps.go.id/statictable/2015/12/30/2/letak-geografis-kab-
lombok-tengah.html. pada 10 juli 2018 pukul 16.00 WIB
7
Melimpahnya sumber daya alam dan tidak diiringi dengan kurang
kompetennya sumber daya manusia menyebabkan sumber daya alam tidak
dimanfaatkan dengan baik. Fasilitas dan infrastruktur yang kurang mendukung
sehingga masyarakat Lombok Tengah sering mengeluhkan untuk mengakses ke
satu tempat ketempat yang lain. Minimnya peran Pemerintah dalam beberapa
bidang menyebabkan kabupaten lombok tengah berada dalam taraf kemiskinan
disebabkan lapangan kerja yang minim12
.
Pembangunan yang belum merata dikabupaten Lombok Tengah
menyebabkan permasalahan-permasalahan yang mendasar tentang kemiskinan
yang belum teratasi, kebanyakan masyarakat mengeluarkan aspirasinya untuk
pembenahan Air, entah air bersih atau air untuk petani. Karena pada tahun 2017
kemaren masyarakat banyak yang gagal panen karena kemarau contohnya petani
padi di daerah desa lajut kecamatan Praya Tengah.
Semua anggota DPRD Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk
menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen yang melalui kunjungan kerja
secara berkala, menampung dan wajib untuk menindaklanjuti aspirasi (pengaduan
masyarakat) serta memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis
kepada konstituen di daerah pemilihannya sesuai dengan Undang-Undang Nomor
17 Tahun 201413
. Kewajiban ini juga diatur dalam Undang-Undang No.23 Tahun
2014, yang mana Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau yang lebih disingkat
12
Data Bps. https://lomboktengahkab.bps.go.id/dynamictable/2017/01/19/44/tingkat-
pengangguran-terbuka-kabupaten-lombok-tengah-2011-2015.html 13
Diakses melalui http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2014_17.pdf. pada 10
desember. Pukul 22.11 wib
8
DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Berpartisipasi dalam pembangunan daerah adalah hak masyarakat untuk
hidup di Negara Demokrasi. Dalam pewujudnya penjaringan aspirasi kegiatan
Reses DPRD. Seperti yang telah diketahui, Mekanisme Reses ini sangat jarang
untuk dipublikasikan cenderung menyebabkan terjadi penyelewengan terkait
proses pelaksanaan yang dinilai tidak mengakomodir aspirasi masyarakat.
Sehingga menyebabkan masyarakat cenderung tidak mendapatkan manfaat hasil
kegiatan Reses.
Komunikasi dua arah antara konstituen dan anggota DPR/DPRD adalah
reses, dalam hal ini anggota legislatif memiliki kewajiban untuk kunjungan kerja
secara sistematis (bersekala) dimana konstituen menyalurkan aspirasi melalui
Perwakilan di dalam Parlemen. Sedangkan masa kegiatan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah diluar kegiatan formal di dalam gedung Paerlemen
atau melakukan kunjungan kerja di daerah pemilihan masing-masing (Dapil)
disebut dengan masa reses. Masa reses dalam satu tahun sebanyak tiga kali atau
kalau kita totalkan dalam satu periode berjumlah empat belas (14) kali 14
.
Masa reses anggota DPRD Kabupaten Lombok Tengah selama ini belum
efektif dalam menjawab permasalahan dari konstituen, dilihat dari beberapa masa
reses yang pernah dilakukan selama periode hanya dijalankan secara proseduran
sebagai DPRD, dengan adanya masa reses ini secara ideal anggota DPRD
14
Qory Kumala Putri dan M.Y. Tiyas TinovEFEKTIVITAS RESES ANGGOTA DEWAN
PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) KABUPATEN BENGKALIS PERIODE 2009-2014
(Studi Dapil I Kecamatan Bantan, Kecamatan Bengkalis, Kecamatan Rupat, dan Kecamatan
Rupat Utara)
9
seharusnya menjadikan masa reses sebagai kegiatan untuk melihat langsung
pemasalahan di dapil masing-masing. Fakta dilapangan berbanding terbalik
dengan tugas dan fungsi sebagai DPRD, dimana masa reses ini sebagai alat
kempaye atau pencitraan bahwa iya sebagai representasi dari dapilnya.
Pelaksanaan reses anggota DPRD yang pernah dilakukan oleh salah satu
anggota DPRD Nonik alam frantika dari dapil 1 Praya dan Praya Tengah, fraksi
Grindra yang pelaksaanaanya reses tidak dicantumkan. Hasil reses yang
dilakukan tersebut tidak di bawa atau diperjuangkan dalam masa sidang, sehingga
bisa dikatakan reses yang dilakukan oleh anggota DPRD tersebut dijadikan ajang
seremonial. Hal ini dapat dilihat dari hasil keputusan sidang reses tahun 201715
.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok Tengah memiliki
kewajiban untuk turun kebawah dalam agenda meyerap atau mendengarkan
aspirasi konstituen di dapilnya. Mekanise reses yang jarang di publikasikan
kepada publik cendurung melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam melakukan
mekanisme seperti anggaran dan follow up dalam menjalankan aspirasi
konstituen. Kegiatan reses banyak di tunggu oleh pengamat politik, stake holders,
maupun LSM, sebab kegiatan reses merupakan momen politik bagi anggota
dewan dimana kegiatan tersebut Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam
rangkaian agenda bisa jadi menjadi ajang kempanye dan pencitraan diri.
Masa reses anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah harus bisa
memanfaatkan masa reses ini sebaik mungkin supaya efiktivitas dan efisiensi
dalam menyaring aspirasi kontituen sesuai dengan kebutuhan. Permasalahan di
15
Risalah rapat paripurna Ke-2 DPRD Kabupaten Lombok Tengah masa persidangan 1 tahun
sidang 2017 (penyampaian laporan hasil reses pertama tahun sidang 2017)
10
Kabupaten Lombok Tengah memang sangat kompleks, dimana imprastruktur
yang masih kurang dirasakan oleh masyarakat.
Penelitian ini penulis membahas Bagaimana Akuntabilitas dari Proses Reses
serta hasil dari masa Reses yang selama ini dinilai hasilnya masih belum
sepenuhnya terealisasi dalam pelaksanaannya. Yang dikarenakan rendahnya
tingkat partisipasi masyarakat dan sulitnya akses masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pembangunan daerah merupakan suatu kondisi yang dinilai sangat ironis.
Dan disinilah partisipasi masyarakat dalam agenda Reses ini sangatlah terlihat dan
merupakan unsur terpenting dalam kegiatan reses, yang mana dari berbagai
aspirasi masyarakat dapat menentukan pembangunan di suatu daerah. Karena dari
beragam aspirasi inilah merupakan target suatu daerah dalam melaksanakan
pembangunan dalam jangka kedepan. Dalam hal ini tingkat partisipasi masyarakat
kabupaten Lombok Tengah masih dinilai sangat lemah, sehingga arah
pembangunan di Kabupaten Lombok Tengah masih belum sepenuhnya
mengakomodir kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang permasalahan diatas, maka peneliti
membuat rumusan masalah sebagai berikut: ”Bagaimana Akuntabilitas politik
reses yang dilakukan DPRD peride 2017 dalam menyerap aspirasi masyarakat
Lombok Tengah?”
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Akuntabilitas politik reses anggota DPRD dalam
menyerap aspirasi masyarakat Kabupaten Lombok Tengah pada periode 2017.
11
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi ilmiah
untuk kepentingan ilmu pengetahuan serta akademisi illmu Pemerintahan
Universitas Muhammadiyah Malang, yang kemudian mengetahui dan
memahami bagaimana Praktik kegiatan reses yang dilakukan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok Tengah.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Lombok Tengah menjadi sinergi dengan pemikiran
mahasiswa Ilmu Pemerintahan sehingga tercapai masyarakat yang
sejahtra. Penelitian ini menjadi oto kritik untuk Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah sehingga mampu menjalankan tupoksinya sebagai penyambung
lidah kontituen di dapilnya. Dengan adanya penelitian ini Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah mampu menjalankan kinerja dengan baik dan
sinergi dengan kebutuhan masyarakat Lombok Tengah.
2. Bagi konstituen
Dengan adanya penelitian ini masyarakat Lombok Tengah bisa
menyampaikan aspirasi sesuai dengan kebutuhan, serta penelitian ini bisa
jadi menjadi refrensi mayarakat untuk mengontrok Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dalam kegiatan massa reses, sebab masih banyak
permasalahan serupa yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia.
12
1.5 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
DPRD merupakan lembaga legislatif yang menjadi perpanjang lindah
masyarakat yang berada di Daerah dapilnya. DPRD dan konstituennya sejatinya
memiliki korelasi yang jelas, dimana DPRD sebagai wakil diparlemen saling
bersinergi untuk menjawab permasalahan yang ada didapilnya.
1.5.1 Akuntabilitas
Secara etimolgi akuntabilitas berasal dari bahasa Inggris accountability
yang berarti pertanggungjawabam atau keadaan untuk meminta
pertanggungjawaban, sedangkan secara terminologi akuntabilitas adalah
tranparasi atau keadilan dari individu atau kelompok yang sudah berikan amanah.
Akuntabilitas sangat diperlukan dalam lembaga legislatife untuk bisa mengantrol
kinerja DPRD Lombok Tengah, supaya tidak ada penyelewangan kerja atau
tumpang tindih terhadap pertanggungjwaban yang sudah diberikan.
1.5.2 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999, lalu direvisi dengan undang-
undang nomor 32 tahun 2004 dan undang-undang nomor 23 tahun 201416
.
Peraturan hukum ini dibuat sebagai angin seger pasca reformasi yang diharapkan
menjalankan otonomi seluas-luasnya. Dengan adanya undang-undang tersebut,
Pemerintah Daerah menjalankan otonomi daerah untuk mengurus rumah
tangganya. Dikarenakan yang mengetahui kondisi objektif di Daerah adalah
Pemerintah Daerah.
16
Utang Rosidin, S.H.,M.H otonomi daerah dan desentralisasi. Hal. 76. Pustaka setia . Bandung
13
Pembagian kekuasan menurut Montesquieu dalam Trias Politika yang
terbagi menjadi tiga yaitu. Eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dalam pembagian
kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah masuk dalam ranah Legislatif, yang
mana memiliki fungsi yaitu regulator, policy making. Menurut Prof. Mariam
Menurut Budiarjo, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah lembaga
yang legislate atau membuat peraturan perundang-undangan yang dibuatnya
mencerminkan kebijaksanaan-kebijaksanaan itu. Dapat dikatakan bahwa ia
merupakan badan yang membuat keputusan yang menyangkut kepentingan
umum17
. Menurut undang-undang No 17 tahun 2014 pasal 81, kewajiban
anggota DPR/DPRD menyatakan bahwa DPR/DPRD harus menyerap dan
menghimpun aspirasi konstitun secara bersekala dan menindak lanjuti aspirasi
konstituen18
. Jadi secara moral dan politis anggota DPR/DPRD memiliki
kewajiban untuk bertertanggungjawab kinerja dalam masa reses yang dilakukan.
1.5.3 Masa Reses
Masa reses adalah agenda rutin setiap tahun dilakasanakan untuk
melakukan turba(turun ke bawah) untuk bertemu dengan konstituen di dapilnya.
dalam hal ini dimana Anggota Dewan perwakilan Rakyat Daerah melakukan
kegiatan diluar gedung parlemen, masa reses yang dilakukan oleh anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah melalui peraturan tata tertib 3 kali dalam 1 tahun.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 12 Tahun 2018 tentang
Pedoman Penyusunan Tata Tertib Dewan Perwakilan Provinsi, Kabupaten dan
Kota. Reses dilaksanakan paling lama 6 hari dalam 1 kali reses yang tercantum
17
Marian Budiarjo. 1998 Dasar-dasar Imu Politik. Granmedia. Jakarta 18
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2014_17.pdf. diakses pada 10 desember. Pkl
22.11 wib
14
dalam pasal 88 ayat 119
. Waktu yang minim yang diberikan berdasarkan peraturan
pemerintah, Anggota DPRD harus selektif dalam memilih dan menjalankan reses
tersebut dan tidak main-main dalam menjalankan masa reses tersebut. Anggota
DPRD dalam menjalankan masa reses ini mampu memberikan formulasi kepada
konstituennya, dimana dalam reses terebut bukan hanya formalitas atau kempanye
belaka yang di depankan, akan tetapi anggota DPRD mampu memberikan
formulasi supaya bisa mampu menjawab permasalahan yang ada.
Kemudian setelah masa reses selesai anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah pada peraturan Tata Tertib Kabupaten Lombok Tengah pasal 65 ayat (6)
menyatakan setiap melaksanakan tugas reses angota DPRD secara perorangan
atau kelompok wajib membuat laporan tertulis atas pelaksanaan tugasnya yang
disampaikan kepada Pimpinan DPRD dalam Rapat Paripurna DPRD.
Menurut Wasistiono, masa reses dibagi menjadi empat tahap yaitu20
:
a. Persiapan
Dalam hal persiapan anggota DPRD harus menyiapkan konsepan yang
harus dibawa ketika bertemu dengan kontituennya. Dan selanjutkan
mempersiapkan hal-hal yang teknis berupa tempat diadakan reses,
undangan, dan yang terpenting masyarakat yang akan diundang tersebut
bener-bener bisa membawa kepentingan dari mayrakatnya secara umum.
b. Pelaksanaan
19
http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/175503/PP%20Nomor%2012%20Tahun%202018.pdf.
Diakses tgl 14 februari 2019. Pkl 10.00 WIB 20
Wahid Abdulahrahman. Desain Ulang reses DPRD
15
Pelaksana reses harus di organisir sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan dalam hal perencanaan. Dimama ketika bertemu dengan
kontituen harus bisa menampung aspirasinya dan membawa citra baik bagi
anggota DPRD.
c. Pelaporan
Pelaporan reses merupakan laporan yang dilakukan oleh anggota DPRD
atas kunjungan kerja dan tatap muka yang dilakukan, secara khusus
meliputi pertanggungjawaban secara tertulis atau secara administrasi
sebagai tugas dan fungsi anggota DPRD .
d. Tindak lanjut hasil reses
DPRD diharapkan untuk menindak lanjuti laporan DPRD terkait hasil
masa reses untuk mendistribusikan alat kelengkapan DPRD dibawa rapat
yang sesuai dengan persoalannya.
Pandangan Wasistiono tentang mekanisme yang seharusnya dijalankan
oleh anggota DPRD Kabupaten Lombok Tengah dalam menjalankan masa
reses. akan tetapi pada poin tersebut banyak melakukan keteledoran,
apalagi pada poin yang ke-empat (4) .
1.6 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah pendefinisian dari masing-masing konsep yang
digunakan dalam penelitian secara proporsional dan objektif. Definisi oprasional
merupakan identifikasi variabel-variabel dari konsep tersebut sehingga
mempermudah penulis untuk melakukan analisa dalam penelitian ini. Adapun
16
variabel yang akan didefinisikan secara operasional dalam penelitian ini adalah
sebagi berikut :
1.6.1 Akuntabilitas Politik Reses
a) Mekanisme Perencanaan
Perencanaan merupakan menejemen didalam suatu organisasi
kelembagaan untuk mensistematiskan kegiatan tersebut. Tahap perencanaan
merupakan awal penetapan dilakukan masa reses yang ditetapkan di rapat
Paripurna. Indikator ketercapaian dari perencanaan ini meliputi : anggota
DPRD Kabupaten Lombok Tengah menghadiri Rapat dan terlibat aktif dalam
perencanaan reses.
b) Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan Reses
Tempat Pelaksanaan Reses
Pembahsan/Masalah
Respon Masyarakat
Pelaksanaan reses adalah anggota DPRD melakukan kunjungan
kerja atau melakukan jejak pendapat untuk mencari permasalahan yang
nantinya akan diangkat menjadi aspirasi dari konstituen. Indikator dalam
tahap perencaan ini meliputi, jalannya reses secara hikmat dan dijalankan
sesuai dengan perencanaan.
17
1.6.2 Aspirasi
Laporan Hasil Reses
Tindak Lanjut Atas aspirasi Masyarakat
Tahapan terakhir ini, dimana hasil dari masa reses tersebut anggota DPRD
komitmen untuk memperjuankan aspirasi dari konstituennya. Indikator dari
pembahasan hasil reses adalah aspirasi konstituen bisa menjadi pogram
kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah.
1.7 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara atau upaya prosedural yang tersusun
rapi, ilmiah dan sistematis yang digunakan sebgai salah satu cara untuk
mendapatkan data yang objektif sehingga bisa menjadi alat ukur untuk
mengetahui akar permasalahan.Dengan ini peneliti bisa menganalisa dengan
data yang objektif dalam efektifitas kegiatan reses dalam menyerap aspirasi
masyarakat Lombok Tengah.
1.7.1 Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis
penelitian deskriptif. Kualitatif adalah didasarkan pada upaya membangun
pandangan mereka yang diteliti yang secara rinci dibentuk dengan kata-kata,
dan gambaran holistic21
. Pada penelitan ini akan mengungkap fakta-fakta
atau penomena sosial melalui pengamatan dilapangan. Jenis penelitian
deskriptif ialah penelitan yang mempelajari masalah-masalah serta tatacara
21
lexy j. moleong, M.A. 2012. Metodologi peneitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hal 6
18
yang berlaku didalam masyarakat dengan adanya ciri-ciri yang sesuai
dengan kondisi dan kejadian yang diteliti22
.
Sehingga penulis dalam mengungkap fenomena dengan menggunakan
jenis penelitian Kualitatif deskriptif akan menjabarkan sesara sistematis dan
komperesif untuk mencari permasalahan yang ada di dalam Akuntabilitas
hasil reses anggota DPRD Kabupaten Lombok Tengah.
1.7.2 Sumber Data
Sumber data adalah sumber-sumber yang menjadikan seorang peneliti
mendapatkan sejumlah informasi atau data-data yang dibutuhkan yang
berhubungan dalam penelitian. Sumber data dapatkan dibagi menjadi dua
sebagai berikut :
a. Data Primer adalah merupakan subjek atau informan yang diambil
dengan cara tertentu dari para pihak yang berkedudukan atau yang
dianggap kemampuannya dapat merepresentasikan masalah yang dijadikan
objek penelitian23
. Subjek penelitan dalam penelitian ini sebagai pihak
yang nantinya menjadi subjek yang akan di wawancarai. Pada penelitian
kualitatif ini, Purposive Samping dipilih oleh peneliti sebagai penentuan
subjek penelitian. Purposive samping merupakan penentuan sejumlah
subjek sebelum dilaksanakan penelitian dengan cara mendiskripsikan
secara jelas kriteria-kriteria menjadi dasar dalam menetapkan subjek yang
22
Moh. Nazir. 2014. Metode Penelitian Sosial Surabaya:Ghalia Indonesia. Hal 43 23
Ibid Hal 62
19
akan di teliti24
, maka peneliti akan melakukan wawancara dengan
menentukan kriteria sebagai berikut:
1. Anggota DPRD Kabupaten Lombok Tengah yang sesuai dengan
dapil.
2. Tokoh Masyarakat di masing-masing dapil yang mengikuti reses di
Kabupaten Lombok Tengah.
b. Data Sekunder merupakan data yang dibutuhkan atau data
pendukung untuk melengkapi penelitian. Data sekunder diperoleh melalui
buku, jurnal, penelitian terdahulu, data reses tahun 2017, perda dan
undang-undang yang diharapkan bisa mendukung dan melengkapi
penelitian.
1.7.3 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah salah satu metode untuk mendapakan data secara
langsung dari pengamatan sekitar. Menurut Muslimin Mahmud, obsevasi
merupakan pengamatan secara langsung oleh peneliti untuk mengambil
data-data berdasarkan kondisi tertentu sesuai dengan maksud penelitian25
.
Dalam hai ini observasi yang dilakukan oleh peneliti melihat hasil reses
yang dilakukan anggota DPRD di Kabupaten Lombok Tengah.
24
Muslimin Machmud. 2016. Tuntutan Penulisan Tugas Akhir Berdasarkan Prinsif Dasar
Penelitian Ilmiah. Malang : Tim Penerbit Selaras. Hal 62 25
ibid
20
b. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan wawacara yaitu pengumpulan data
dengan cara Tanya jawab dengan mengajukan beberapa pertanyaan ke
subjek atau informan. Wawancara yang dilakukan secara tidak tersruktur
yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak mewawancarai secara
tersusun dan sistematis, akan tetapi tetatap menggunakan garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan26
. Sehingga peneliti membuat draf
wawancara yang berfungsi untuk menggali informasi tentang bagaimana
efektivitas reses dalam kegiatan anggota DPRD di Kabupaten Lombok
Tengah.
c. Dokumentasi
Catatan peristiwa yang telah berlalu merupakan dokumentasi.
Dokumentasi berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumentasi berbentuk gambar adalah foto, gambar
hidup, skets, dan lain-lain27
. Peneliti akan mengumpulkan dokumentasi
dan data-data yng telah di peroleh dalam proses penelitian yang berkaitan
dengan bagaimana efektivitas reses dalam kegitan anggota DPRD di
Kabupaten Lombok Tengah.
1.7.4 Lokasi Penelitain
Lokasi penelitian merupaan lokasi untuk menemukan data-data yang
terkait sesuai dengan fenomena yang dilakukan peneliti, maka peneliti
26
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R &d. Bandung:alfabeta, cv. Hal
137 27
ibid
21
memilih tempat Kantor DPRD kabupaten Lombok Tengah,jalan Gajah Mada
No. 107, Praya, Lombok tengah Dan ditempat pelaksanaan kegiatan reses
anggota DPRD Kabupaten Lombok Tengah.
1.7.5 Teknik Analisa Data
Gambar 1.1
Analisis Interaktif
Sumber: Miles dan huberman dalam buku Sugiono, 2012:247
a. Pengumpulan Data
Ketika pengumpulan data berlangsung analisis data akan dilakukan
setelah pengumpulkan data dalam periode tertentu. Peneliti akan
melakukan wawancara kemudian melakukan analisis terhadap jawaban
yang diberikan oleh subjek. Menurut Sugiono, analisa data yang
bersifat induktif yang berartikan suatu data yang diperoleh
dikembangkan menjadi hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data
tersebut, kemudin mencari data secara berulang-ulang hingga dapat
disimpulkan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau tidak,
22
apabila data hipotesis dikumpulkan secara berulng-ulang sehingga
dapat diterima maka hipotesis dapat berkembng menjadi teori.
Peneliti telah melakukan analisis data terhadap data yang diperoleh
sampai mendapatkan data yang kredibel. Miles dan Huberman dalam
buku Sugiono, mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data
kualitatif akan terus dilakukan sampai tuntas dan data yang ditemukan
telah jenuh, aktifitas yang dimaksud adalah analisis data kualitatif yaitu
reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data atau kesimpulan.
b. Reduksi Data (pengurangan data)
Data yang diperoleh pada saat di lapangan akan memiliki jumlah
yang banyak karena penelitian kualitatif dilakukan secara terus sehingga
perlu mencatat scara teliti dan rinci oleh karenanya dilakukan analisis data
melalui reduksi data. Mereduksi data adalah kegiatan merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukn pengumpulan data dan selanjutnya jika diperlukan untuk
mencarinya28
. Dalam penelitian ini peneliti mereduksi data dan
memfokuskan terhadap bagaimana efektivitas reses dalam kegitan anggota
DPRD di Kabupaten Lombok Tengah.
28
ibid
23
c. Penyajian Data
Setelah mereduks data, maka Selanjutnya penyajian data yang
dilakukan dalam bentuk table, grafik, narasi, uraian singkat, dan
sejenisnya. Yang paling digunakan untuk menyajika data dalam
penelitian kualitatif adalah dngan teks yang bersifat naratif29
.
Fenomena sosial yang bersifat kompleks, dan dinamis merupakan
praktek dalam lapangan yang menggambarkan perkembangan data
sehingga peneliti yang berada dilapangan masih bersifat hipotetik
berkembang atau tidak, apabila dalam waktu yang lama turun
lapangan ternyata hipotesis selalu didukung oleh data, maka hipotesis
tersebut akan berkembang menjadi teori yang ditemukan secara
induktif, berdasarkan data-data yang ditemukan pada saat
dilapangan,dan diuji secara terus menerus. Pola-pola yang telah
didukung oleh data selama penelitian akan menjadi pola yang paten
sehingga tidak lagi berubah. Selanjutnya pola tersebut akan
didisplaykan pada laporan akhir penelitian.
d. Verifikasi Data
Penarikan kesimpulan dan verfikasi dikemukakan diwal masih
bersifat sementara dapat dilakukan perubahan jika tidak ditemukn bukti-
bukti kuat yag mendukung pada tahap berikutnya. Apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan kosisten saat penelitian kembali ke laangan mengumpulkan
29
Ibid Hal 249
24
data maka kesimpulan yang dikemuakan merupakan kesimpulan yang
kredibel hal tersebut disebutkan oleh Miles dan Huberman.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena
seperti telah ditemukan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam
penelitin kualitatif adalah bersifat masih sementara dan akan
berkembang setelah penelitian berada dilapangan30
.
30
Ibid hal 252-253