bab i pendahuluan 1.1. latar belakang - repository usm
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tugas akhir merupakan hasil tertulis dari pelaksanan suatu laporan, yang
dibuat untuk pemecahan masalah tertentu dengan menggunkan kaidah-kaidah yang
berlaku dalam bidang ilmu tersebut. Universitas Semarang (USM) memberlakukan
tugas akhir kepada mahasiswa setingkat strata satu (S1) jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknis untuk memperoleh gelar sarjana. Laporan tugas akhir ini sebagai perwujudan
dari metode pembelajaran melalui bangku kuliah pada semester-semester sebelumnya
diharapkan mahsiswa dapat menerapkan untuk memecahkan suatu masalah
berdasarkan langkah-langkah berfikir sistematis, logis dan data yang akurat serta
analisis yang tepat. Sehingga laporan yang telah disetujui dapat dipertanggung
jawabkan kepada masyarakat dalam bidang perencanaan dan usaha jasa konstruksi.
Peran kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan lembaga negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum, serta memberikan perlindungan, pengeyoman, dan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam Negri. Kepolisaian daerah
(Polda) merupakan satuan pelaksana utama kewilayahan yang dibawah kekuasaan
kopolri. Polda bertugas menyelenggarakan tugas Polri pada tingkat kewilayahan
tingkat satu seperti Provinsi atau daerah istimewa. Polda dipimpin oleh kepala
kepolisian Negara Republik Indonesia daerah (Kapolda), sedangkan kapolda dibantu
oleh wakil Kapolda (wakapolda). Sebagai lembaga pemerintah daerah di Kota
Semarang perlu adanya perbaikan infrastruktur gedung untuk memudahkan akses
masyarakat terhadap kepolisian daerah. Perencanaan gedung perkantoran Mapolda
lima lantai bertujuan untuk penunjang kinerja Kepolisian Replublik indonesia serta
pelayanan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah, Semarang.
Perencanaan dalam susunan Laporan Tugas Akhir berisi pembahasan
perencanaan konstruksi gedung dengan ilmu penunjang yang dimulai dari tahap
pradesain, perencanaan, konstruksi (analisa dan perhitungan struktur), operasional
hingga memasuki tahap pembiayaan proyek yang siap untuk ditenderkan.
2
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas ,masalah-
maslah dapat dirumuskan seperti dibawah ini :
a. Bagaimana merencanakan suatu gedung yang dapat memenuhi standar yang
nantinya digunakan sebagai sarana kegiatan yang memadai ?
b. Apakah perencanaan konstruksi tersebut layak di pergunakan ?
1.3. Maksud dan Tujuan Perencanaan
Perencanaan Struktur Gedung Perkantoran Mapolda Lima Lantai Kota
Semarang ini bermaksud untuk mempermudah Kepolisian Republik Indonesia di Kota
Semarang dan mempermudah masyarakat untuk mengakses nya. Sehingga dengan
berdirinya gedung ini diharapkan keamanan dan ketertiban masyarakat dapat tercapai.
Sedangkan tujuan perencanaan Struktur Gedung Perkantoran Mapolda di Kota
Semarang adalah :
a. Dapat merencanakan Konstruksi Lima Lantai Perkantoran Mapolda Kota Semarang
sehingga dapat di pergunakan untuk mempermudah masyarkat dalam fasilitas
keamanan dan ketertiban di Kota Semarang.
b. Merencanakan konstruksi gedung dengan referensi / acuan Standar Nasional
Indonesia (SNI).
1.4. Lokasi Perencanaan Proyek
Perencanaan Pembangunan Gedung Lima Lantai Kantor Polda Jawa Tengah
berada di Jalan Purwosari Raya RT 05 RW 02 Kelurahan Rejosari Kecamatan
Semarang Timur.
3
Gambar 1.1. Lokasi Perencanaan
1.5. Sistematika Penulisan Laporan
Dalam menyusun Proposal Tugas Akhir, terdapat sistematika penyusunan yang
harus dipenuhi, antara lain :
BAB I Pendahuluan
Merupakan bab yang berisi latar belakang masalah, maksud dan
tujuan penulisan, pokok bahasan, dan batasan masalah, metodologi
penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Menguraikan teori dasar berdasarkan kajian pustaka tentang
Perencanaan Gedung Perkantoran Mapolda Lima Lantai tahap pradesain,
perencanaan, konstruksi (analisa dan perhitungan struktur), operasional
hingga memasuki tahap anggaran pembiayaan proyek.
BAB III Metodologi
Pada bab ini dijelaskan mengenai pendekatan metode yang
digunakan dalam analisis studi, dan metodologi yang digunakan dalam
mengerjakan tugas akhir. Metodologi yang digunakan meliputi
pengumpulan data dan metode analisis.
Lokasi
4
BAB IV Perhitungan Struktur
Pada bab ini menguraikan tentang perhitungan struktur bawah yaitu
pondasi serta struktur atas, meliputi : struktur kolom, balok dan pelat
dengan pehitungan gempa.
BAB V Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
Bab ini menguraikan tentang syarat-syarat umum, syarat-syarat
administrasi dan syarat-syarat teknis.
BAB VI Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Berisikan tentang anggaran biaya sesuai dengan daftar analisa
satuan pekerjaan, volume pekerjaan dan pembuatan time schedule
langkah kerja yang telah direncanakan.
BAB VII Penutup
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran yang bisa diberikan dari
hasil Perencanaan Struktur Gedung Lima Lantai Kantor Polda Jawa
Tengah
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau
didalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
usaha, kegiatan social, budaya, maupu kegiatan khusus (UU No.28/2002).
Dalam tahapan perencanaan struktur gedung lima lantai kantor Polda Jawa
Tengah ini perlu dilakukan pendekatan ilmu perencanaan dan konstruksi bangunan.
Dimana konstuksi tersebut harus memenuhi persyaratan – persyaratan yang telah
ditetapkan antara lain pesyaratan keamanan, bahaya kebakaran dan persyaratan
kesehatan. Dalam perencanaan juga harus di utamakan kekuatan struktur harus kuat
menahan beban yang ada di atasnya, beban horizontal seperti beban angin dan juga
dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis.
Pada bab ini akan dijelaskan langkah – langkah dalam perhitungan struktur
mulai dari perhitungan rangka atap, pelat, balok, kolom dan tangga sampai dengan
perhitungan struktur pondasi. Perhitungan ini diperlukan agar dalam pelaksanaan
pembangunannya tidak mengalami kegagalan konstruksi.
2.2. Pedoman Yang Dipakai
Dalam perencanaan struktur gedung bertingkat harus mengacu pada syarat –
syarat dan ketentuan yang berlaku dalam SNI perencanaan gedung. Adapun syarat –
syarat dan ketentuan serta rumus yang berlaku terdapat pada buku pedoman sebagai
berikut :
1. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1726-
2012).
2. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI T-15-03-
2002).
3. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-
2013).
1
6
4. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03 – 1729 –
2002)
5. Pedoman Perencanaan Pembangunan untuk Rumah dan Gedung (PPURG 1987).
2.3. Mutu Bahan
Dalam perencanaan Pembangunan Gedung Lima Lantai Kantor Polda Jateng,
digunakan bahan/ material dengan spesifikasi seperti dibawah ini :
Beton : (Fc) = 30 Mpa
: (Fc) = 35 Mpa
Baja : Fy = 240 Mpa (Tulangan Sengkang)
Ec = 4700 Fc
= 25742,96 Mpa
Es = 2,1 x 106 Kg/cm
2
= 2,1 x 105 Mpa
2.4. Konsep Perencanaan Struktur
Dalam perencanaan struktur konstruksi suatu bangunan, perlu diperhatikan
konsep desain untuk pemilihan elemen baik secara struktural maupun fungsional.
Dalam perencanaan kali ini ditinjau perencanaan struktur gedung berdasarkan beban
lateral dan beban gempa.
2.4.1. Desain Terhadap Beban Lateral
Hal penting pada struktur bangunan tinggi adalah stabilitas dan
kemampuannya untuk menahan gaya lateral, baik yang disebabkan oleh angin
maupun gempa bumi (Juwana, 2005). Beban angin lebih terkait pada dimensi
ketinggian bangunan, sedangkan beban gempa lebih terkait pada masa
bangunan. Kolom pada bangunan tinggi perlu diperkokoh dengan system
pengaku untuk dapat menahan gaya lateral, agar deformasi yang terjadi akibat
gaya horizontal tidak melampaui ketentuan yang disyaratkan. Pengaku gaya
lateral yang lazim digunakan adalah portal penahan momen, dinding geser atau
rangka pengaku.
1
7
Setiap struktur harus dianalisis untuk pengaruh gaya lateral static dan
gaya dinamis yang diaplikasikan secara independent di kedua arah orthogonal.
Pada setiap arah yang ditinjau, gaya lateral harus diaplikasikan secara simultan
di tiap lantai. Untuk tujuan analisis, gaya lateral tiap lantai dihitung sebagai
berikut (SNI 1726 : 2012) :
Fx = 0,01.Wx
Dimana :
Fx = gaya lateral rencana yang dipalikasikan pada lantai x
Wx = bagian beban mati total seluruh struktur yang bekerja pada lantai x.
2.4.2. Analisis Struktur Terhadap Gempa
Pada Perencanaan Struktur Gedung Lima Lantai Kantor Polda Jateng
menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Struktur
bangunan gedung harus diklasifikasikan sebagai beraturan atau tidak beraturan.
Struktur yang tidak memenuhi ketentuan di atas ditetapkan sebagai gedung
tidakberaturan horizontal dan vertikal bangunan gedung.
Untuk struktur gedung beraturan, pengaruh gempa rencana dapat ditinjau
sebagai pengaruh beban gempa ekuivalen, sehingga analisisnya dilakukan
berdasarkan analisis statik ekuivalen. Sedangkan untuk gedung yang tidak
memenuhi kriteria tersebut, ditetapkan sebagai gedung tidakberaturan dengan
pengaruh beban rencana ditinjau sebagai pengaruh pembebanan dinamik dan
analisisnya dilakukan berdasarkan analisis respons dinamik.
2.4.2.1. Perencanaan Struktur Gedung Simetris
Struktur gedung beraturan dapat direncakan terhadap
pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam
arah masing-masing sumbu utama denah tersebut.
Pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana
pada struktur gedung beraturan ditampilkan sebagai beban-beban
gempa nominal statik ekuivalen yang menagkap pada pusat masa
lantai-lantai bertingkat.
a. Beban Geser Dasar Nominal Statik Ekuivalen (V) yang terjadi
ditingkat dasar dapat dihitung menurut persamaan :
1
8
𝑽 = 𝑪 . 𝑰
𝑹𝑾𝒕
Dimana :
I = faktor keutamaan struktur (tabel 2.6).
C = nilai faktor respon gempa yang didapat dari respon
spektrum gempa rencana untuk waktu getar alami
fundamental T.
Wt = berat total gedung termasuk beban bidup yang sesuai.
b. Beban Geser Dasar Nominal V harus dibagikan sepanjang tinggi
struktur gedung menjadi beban gempa nominal statik ekuivalen (Fi)
yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-I, menurut
persamaan :
𝑭 = 𝑾𝒊 . 𝒁𝒊
(𝑾𝒊 . 𝒁𝒊𝒏𝒊=𝟏 )
𝑽𝒙
Dimana :
Wi = berat lantai tingkat ke-I, termasuk beban hidup yang
sesusai.
Zi = ketinggian lantai tingakt ke-I diukur dari taraf penjepitan
lateral
n = nomor lantai tingkat paling atas
c. Rasio perbandingan antara tinggi struktur gedung dan ukuran
denahnya dalam arah pembebanan gempa sama dengan atau
melebihi 3, maka nilai 0,1 V harus dianggap sebagai beban
horizontal terpusat yang meangkap pada pusat massa lantai tingkat
paling atas, sedangkan 0,9 V sisanya dibagikan sepanjang tinggi
struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik
ekuivalen.
d. Waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan dalam
arah masing-masing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus
Reyleigh sebagai berikut :
1
9
𝑻 = 𝟔, 𝟑 𝑾𝒊 . 𝒅𝒊
𝒏𝒊=𝟏 ²
𝒈 . 𝑭𝒊 . 𝒅𝒊𝒏𝒊=𝟏
Dimana :
di = simpangan horizontal lantai tingkat ke-I dinyatakan dalam
mm.
g = percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 9,81 mm/dt².
e. Apabila aktu getar alami fundamental Ti struktur gedung untuk
penentuan faktor respon gempa C ditentukan dengan rumus
empirik atau didapat dari hasil analisis fibrasi bebas 3 dimensi,
nilainya tidak boleh menyimpang melebihi 20% dari yang dihitung
menurut rumus Rayleigh.
2.4.2.2. Perencanaan Struktur Gedung Asimetris
Perencanaan struktur gedung tidak beraturan dianalisis dengan
analisis dinamik. Untuk analisis terhadap beban gempa dinamik,
lantai-lantai dari bangunan dianggap sebagai diafragma kaku. Dengan
model ini, massa-massa dari setiap bangunan dipusatkan pada titik
berat lantai (model massa terpusat / lumped mass model).
1. Ketidakberaturan Horizontal
Struktur bangunan gedung yang mempunyai satu atau lebih
tipe ketidakberaturan harus dianggap mempunyai ketidakberaturan
struktur horizontal.
1
10
Tabel 2.1. Ketidakberaturan Horizontal pada Struktur
Tipe dan penjelasan ketidakberaturan Pasal
referensi
Penerapan
kategori desain
seismik
1a.
Ketidakberaturan torsi didefinisikan ada jika simpangan antar
lantai tingkat maksimum, torsi yang dihitung termasuk tak
terduga, di sebuah ujung struktur melintang terhadap sumbu
lebih dari 1,2 kali simpangan antar lantai tingkat rata-rata
dikedua ujung struktur. Persyaratan ketidakberaturan torsi
dalam pasal-pasal referensi berlaku hanya untuk struktur
dimana diafragmanya kaku atau setengah kaku.
7.3.3.4
7.7.3
7.8.4.3
7.12.1
Tabel 13
12.2.2
D, E, dan F
B, C, D, E dan F
C, D, E, dan F
C, D, E, dan F
D, E, dan F
B, C, D, E, dan F
1b.
Ketidakberaturan torsi berlebihan didefinisikan ada jika
simpangan antar lantai tingkat maksimum, torsi yang dihitung
termasuk tak terduga, disebuah ujung struktur melintang
terhadap sumbu lebih dari 1,4 kali simpangan antar lantai
tingkat rata-rata dikedua ujung struktur. Persyaratan
ketidakberaturan torsi berlebihan dalam pasal-pasal referensi
berlaku hanya untuk struktur dimana diafragmanya kaku atau
setengah kaku
7.3.3.1
7.3.3.4
7.7.3
7.8.4.3
7.12.1
Tabel 13
12.2.2
E dan F
D
B, C, dan D
C dan D
C dan D
D
B, C, dan F
2.
Ketidakberaturan sudut dalam didefiniskan ada jika kedua
proyeksi denah struktur dari sudut dalam lebih besar dari 15
persen dimensi denah struktur dalam arah yang ditentukan
7.3.3.4
Tabel 13
D, E, dan F
D, E, dan F
3.
Ketidakberaturan diskontinuitas difragma didefinisikan ada
jika terdapat difragma dengan diskontinuitas atau variasi
kekakuan mendadak, termasuk yang mempunyai daerah
terpotong atau terbuka lebih besar dari 50 persen daerah
difragma bruto yang melingkupinya, atau perubahan
7.3.3.4
Tabel 13
D, E, dan F
D, E, dan F
1
11
kekakuan difragma efektif lebih dari 50 persen dari suatu
tingkat ke tingkat selanjutnya
4.
Ketidakberaturan pergeseran melintang terhadap bidang
didefinisikan ada jika terdapat diskontuinitas dalam lintasan
tahanan gaya lateral, seperti pergeseran melintang terhadap
bidang elemen vertical
7.3.3.3
7.3.3.4
7.7.3
Tabel 13
12.2.2
B, C, D, E, dan F
D, E, dan F
B, C, D, E, dan F
D, E, dan F
B, C, D, E, dan F
5.
Ketidakberaturan sistem nonparalel didefinisikan ada jika
elemen penahan gaya lateral vertikal tidak paralel atau
simetris terhadap sumbu-sumbu ortogonal utama sistem
penahan gaya gempa
7.5.3
7.7.3
Tabel 13
12.2.2
C, D, E, dan F
B, C, D, E, dan F
D, E, dan F
B, C, D, E, dan F
(Sumber : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung SNI 1726 : 2012 )
2. Ketidakberaturan Vertikal
Struktur bangunan bangunan gedung yang mempunyai satu
atau lebih tipe ketidakberaturan harus dianggap mempunyai
ketidakberaturan vertikal. Struktur dirancang untuk kategori desain
seismik.
Tabel 2.2. Ketidakberaturan Vertikal pada Struktur
Tipe dan penjelasan ketidakberaturan Pasal
referensi
Penerapan
kategori desain
seismik
1a.
Ketidakberaturan Kekakuan Tingkat Lunak
didefinisikan ada jika terdapat suatu tingkat
dimana kekakuan lateralnya kurang dari 70
persen kekakuan lateral tingkat di atasnya atau
Tabel 13 D, E, dan F
1
12
kurang dari 80 persen kekakuan rata-rata tifa
tingkat di atasnya
1b.
Ketidakberaturan Kekakuan Tingkat Lunak
Berlebihan didefinisikan ada jika terdapat suatu
tingkat dimana kekakuan lateralnya kurang dari
60 persen kekakuan lateral tingkat di atasnya
atau kurang dari 70 persen kekakuan rata-rata
tiga tingkat di atasnya
7.3.3.1
Tabel 13
E, dan F
D, E, dan F
2
Ketidakberaturan Berat (Massa) didefinisikan
ada jika massa efektif semua tingkat lebih dari
150 persen massa efektif tingkat didekatnya.
Atap yang lebih ringan dari lantai di bawahnya
tidak perlu ditinjau
Tabel 13 D,E, dan F
3
Ketidakberaturan Geometri Vertikal
didefinisikan ada jika dimensi horizontal sistem
penahan gaya gempa di semua tingkat lebih dari
130 persen dimensi horizontal sistem penahan
gaya gempa tingkat didekatnya
Tabel 13 D,E, dan F
(Sumber : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung SNI 1726 : 2012 )
2.5. Perencanaan Struktur Bangunan
2.5.1. Pembebanan
Secara umum, beban luar yang bekerja pada struktur dapat dibedakan
menjadi beban statis dan beban dinamis.
2.5.1.1. Beban Statis
Beban statis adalah beban yang bekerja secara terus – menerus
pada suatu struktur. Beban statis juga diasumsikan dengan beban –
beban yang secara perlahan – lahan timbul serta mempuyai variable
besaran yang bersifat tetap (steady states). Dengan demikian, jika
1
13
suatu beban mempunyai perubahan intensitas yang berjalan cukup
perlahan sedemikian rupa sehingga pengaruh waktu tidak dominan,
maka beban tersebut dapat dikelompokkan sebagai beban statik (static
load). Deformasi dari struktur akibat beban statik akan mencapai
puncaknya jika beban ini mencapai nilainya yang maksimum. Beban
statik pada umumnya dapat dibedakan menjadi beban mati dan beban
hidup.
1. Beban Mati
Berdasarkan SNI – 1727 – 2013, beban mati adalah berat
seluruh bahan konstruksi bangunan yang terpasang, termasuk
dinding, lantai, atap, plafond, tangga, dinding partisi tetap,
finishing, klading gedung dan komponen arsitektural dan struktal
lainnya serta perlatan layan yang terpasang termasuk berat keran..
Semua metode untuk menghitung beban mati sebuah elemen adalah
berdasarkan atas tinjauan berat satuan material yang terlihat dan
berdasarkan volume elemen tersebut.
Menurut Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah
dan Gedung tahun 1987 beban mati pada struktur terbagi menjadi
2, yaitu beban mati akibat bahan bangunan dan beban mati akibat
komponen gedung.
Tabel 2.3. Berat Sendiri Bahan Bangunan
Material Berat
Baja 7850 kg/m3
Beton Bertulang 2400 kg/m3
(Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk
Rumah dan Gedung 1987)
1
14
Tabel 2.4. Berat Sendiri Komponen Gedung
Material Berat
Adukan semen per cm tebal 21 kg/m2
Dinding pasangan bata merah
setengah batu
Langit-langit
Eternit, tebal maksimum 4mm
Penggantung langit-langit kayu
(max. 5 m)
250 kg/m2
11 kg/m2
7 kg/m2
Penutup lantai keramik 24 kg/m2
(Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung 1987)
2. Beban Hidup
beban hidup berdasarkan SNI – 1727 – 2013 adalah beban
yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni gedung atau
pekerja, peralatan lain yang tidak teramasuk beban konstruksi dan
beban lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa,
beban banjir atau beban mati.
Tabel 2.5. Beban Hidup pada Lantai Gedung
No. Penggunaan Berat Keterangan
1 lantai dan tangga rumah
tinggal
200 kg/m² (kecuali yang
disebut pada no.
2)
2 - lantai dan tangga rumah
tinggal sederhana
125 kg/m²
- gudang-gudang selain untuk
toko, pabrik, bengkel
3 - sekolah dan ruang kuliah 250 kg/m²
- Kantor
- toko, toserba
1
15
- Restoran
- hotel, asrama
- rumah sakit
4 ruang olahraga 400 kg/m²
5 ruang dansa 500 kg/m²
6 lantai dan balkon dalam dari
ruang pertemuan
400 kg/m² (masjid, gereja,
ruang
pagelaran/rapat,
bioskop dengan
tempat duduk
tetap)
7 panggung penonton 500 kg/m² (tempat duduk
tidak tetap /
penonton yang
berdiri)
8 tangga, bordes tangga dan
gang
300 kg/m² (no. 3)
9 tangga, bordes tangga dan
gang
500 kg/m² (no. 4, 5, 6, 7)
10 ruang pelengkap 250 kg/m² (no. 3, 4, 5, 6, 7)
11 - pabrik, bengkel, gudang 400 kg/m² (minimum)
- perpustakan, ruang arsip,
toko buku
- ruang alat dan mesin
12 gedung parkir bertingkat :
- lantai bawah 800 kg/m²
- lantai tingkat lainnya 400 kg/m²
13 balkon yang menjorok
bebas keluar
300 kg/m² (minimum)
(Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung 1987)
Tabel 2.6. Beban Hidup pada Atap Gedung
No. Bagian atap Berat Keterangan
1 atap / bagiannya yang
dapat dacapai orang,
termasuk kanopi
100 kg/m² (atap dak)
2 atap / bagiannya yang tak dapat dicapai orang (diambil minimum) :
- beban hujan (40 -
0,8 s
)
kg/m² (s = sudut atap, min. 20 kg/m2, tak
perlu ditinjau bila s > 50° )
- beban terpusat 100 kg/m²
3 balok / gording tepi
bagian kantilever
200 kg/m²
(Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987)
1
16
2.5.1.2. Beban Dinamis
Beban dinamis adalah beban yang bekerja secara tiba – tiba
pada struktur. Pada umumnya beban ini tidak bersifat tetap (unsteady-
state) serta mempunyai karakteristik besaran dan arah yang berubah
dengan cepat. Deforamsi pada struktur akibat beban dinamik ini uga
akan berubah – ubah secara cepat. Beban dinamis seperti beban akibat
getaran gempa atau angin.
1. Beban gempa
Gempa bumi adalah fenomena getaran yang dikatikan dengan
kejutan pada kerak bumi. Pada saat bangunan bergetar, maka
timbul gaya – gaya pada struktur bangunan karena adanya
kecendrungan massa bangunan untuk mempertahankan dirinya dari
gerakan. Gaya yang timbul disebut gaya inersia.
Menurut PPPURG 1987, beban gempa adalah semua beban
statik ekuivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang menirukan pengaruh dari getaran tanah akibat gempa itu.
Dalam hal pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan
berdasarkan suatu analisa dinamik, maka yang diartikan dengan
beban gempa disini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut
yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu.
Dalam menentukan factor respon gempa (C) dapat ditentukan
dari diagram spectrum gempa rencana sesuai dengan wilayah
gempa dan kondisi jenis tanahnya untuk waktu getar alami
fundamental.
a) Wilayah Gempa dan Spektrum Respon
Besar kecilnya beban gempa yang diterima suatu
strukturtergantung pada lokasi dimana struktur bangunan
tersebut akan dibangun seperti terlihat pada Gambar Peta
Wilayah Gempa berikut.
1
17
Gambar 2.1. Peta Wilayah Gempa Indonesia
Sumber : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk struktur Bangunan Gedung(SNI1726-2012)
Harga dari faktor respon gempa (C) dapat ditentukan dari
Diagram Spektrum Gempa Rencana, sesuai dengan wilayah
gempa dan kondisi jenis tanahnya untuk waktu getar alami
fundamental.
Gambar 2.2. Spektrum Respons
Sumber : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
struktur Bangunan Gedung(SNI 03-1726-2002)
1
18
Tabel 2.7.Spektrum Respons Gempa Rencana
Sumber : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
struktur Bangunan Gedung(SNI 03-1726-2002)
b) Faktor Keutamaan Gedung
Faktor keutamaan gedung adalah suatu koefisien yang
diadakan untuk memperpanjang waktu ulang dari kerusakan
struktur – struktur gedung yang relatif lebih utama, untuk
menanamkan modal yang relatif besar pada gedung itu. Waktu
ulang dari kerusakan struktur gedung akibat gempa akan
diperpanjang dengan pemakaian suatu faktor keutamaan. Faktor
keutamaan I menurut persamaan :
𝑰 = 𝑰𝟏 𝒙 𝑰𝟐
Dimana :
𝐼1 = faktor keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang
gempa berkaitan dengan penyesuaian probabilitas
terjadinya gempa selama umur gedung,
𝐼2 = faktor keutamaan untuk menyesuaikan umur gedung
tersebut.
Wilayah
Gempa
Tanah Keras
Tc = 0,5 det.
Tanah Sedang
Tc = 0,6 det.
Tanah Lunak
Tc = 1,0 det.
Am Ar Am Ar Am Ar
1
2
3
4
5
6
0,10
0,30
0,45
0,60
0,70
0,83
0,05
0,15
0,23
0,30
0,35
0,42
0,13
0,38
0,55
0,70
0,83
0,90
0,08
0,23
0,33
0,42
0,50
0,54
0,20
0,50
0,75
0,85
0,90
0,95
0,20
0,50
0,75
0,85
0,90
0,95
1
19
Tabel 2.8. Faktor Keutamaan untuk Berbagai Gedung dan
Bangunan
Kategori gedung
Faktor Keutamaan
I1 I2 I
Gedung umum seperti untuk
penghunian, perniagaan dan
perkantoran
1,0 1,0 1,0
Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6
Gedung penting pasca gempa seperti
rumah sakit, instalasi air bersih,
pembangkit tenaga listrik, pusat
penyelamatan dalam keadaan darurat,
fasilitas radio dan televise
1,4 1,0 1,4
Gedung untuk menyimpan bahan
berbahaya seperti gas, produk minyak
bumi, asam, bahan beracun
1,6 1,0 1,6
Cerobong, tangki di atas menara 1,5 1,0 1,5
Sumber : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung(SNI 03-1726-2002)
c) Daktilitas Struktur Gedung
Faktor daktilitas struktur gedung μ adalah rasio antara
simpangan maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa
rencana pada saat mencapai kondisi diambang keruntuhan δm
dan simpangan struktur gedung pada saat terjadinya pelelehan
pertama δy, yaitu :
𝟏, 𝟎 ≤ 𝝁 = 𝜹𝒎
𝜹𝒚 ≤ 𝝁𝒎
1
20
Dimana :
μ = 1,0 yaitu nilai faktor daktilitas untuk struktur bangunan
gedung yang berperilaku elastik penuh.
μm = nilai faktor daktilitas maksimum yang dapat dikerahkan
oleh sistem struktur bangunan gedung yang
bersangkutan.
Tabel 2.9. Parameter Daktilitas Struktur Gedung
Sistem dan subsistem struktur
gedung
Uraian sistem pemikul beban
gempa µm Rm
f
Pers.
(39)
1. Sistem dinding penumpu
(Sistem struktur yang tidak
memiliki rangka ruang pemikul
beban gravitasi secara
lengkap. Dinding penumpu
atau sistem bresing memikul
hampir semua beban gravitasi.
Beban lateral dipikul dinding
geser atau rangka bresing).
1. Dinding geser beton bertulang 2,7 4,5 2,8
2. Dinding penumpu dengan
rangka baja ringan dan bresing
tarik
1,8 2,8 2,2
3. Rangka bresing dimana
bresingnya memikul beban
gravitasi
a. Baja 2,8 4,4 2,2
b. Beton bertulang (tidak
untuk Wilayah 5 & 6)
1,8 2,8 2,2
2. Sistem rangka gedung
(Sistem struktur yang pada
dasarnya memiliki rangka
ruang pemikul beban gravitasi
secara lengkap. Beban lateral
dipikul dinding geser atau
rangka bresing).
1. Rangka bresing eksentris baja
(RBE)
4,3 7,0 2,8
2. Dinding geser beton bertulang 3,3 5,5 2,8
3. Rangka bresing biasa
a. Baja 3,6 5,6 2,2
b. Beton bertulang (tidak
untuk Wilayah 5 & 6)
3,6 5,6 2,2
1
21
4. Rangka bresing konsentrik
khusus
a. Baja 4,1 6,4 2,2
5. Dinding geser beton bertulang
berangkai daktail
4,0 6,5 2,8
6. Dinding geser beton bertulang
kantilever daktail penuh
3,6 6,0 2,8
7. Dinding geser beton bertulang
kantilever daktail parsial
3,3 5,5 2,8
3. Sistem rangka pemikul momen
(Sistem struktur yang pada
dasarnya memiliki rangka ruang
pemikul beban gravitasi secara
lengkap. Beban lateral dipikul
rangka pemikul momen terutama
melalui mekanisme lentur)
1. Rangka pemikul momen khusus
(SRPMK)
a. Baja 5,2 8,5 2,8
b. Beton bertulang 5,2 8,5 2,8
2. Rangka pemikul momen
menengah beton (SRPMM)
3,3 5,5 2,8
3. Rangka pemikul momen biasa
(SRPMB)
a. Baja 2,7 4,5 2,8
b. Beton bertulang 2,1 3,5 2,8
4. Rangka batang baja pemikul
momen khusus (SRPMK)
4,0 6,5 2,8
4. Sistem ganda
(Terdiri dari : 1) rangka ruang yang
memikul seluruh beban gravitasi;
2) pemikul beban lateral berupa
dinding geser atau rangka bresing
1. Dinding geser
a. Beton bertulang dengan
SRPMK beton bertulang
5,2 8,5 2,8
b. Beton bertulang 2,6 4,2 2,8
1
22
dengan rangka pemikul momen.
Rangka pemikul momen harus
direncanakan secara terpisah
mampu memikul sekurang-
kurangnya 25% dari seluruh beban
lateral; 3) kedua sistem harus
direncakan untuk memikul secara
bersama-sama seluruh beban
lateral dengan memperhatikan
interaksi/sistem ganda)
dengan SRPMB baja
c. Beton bertulang dengan
SRPMM beton bertulang
4,0 6,5 2,8
2. RBE baja
a. Dengan SRPMK baja 5,2 8,5 2,8
b. Dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8
3. Rangka bresing biasa
a. Baja dengan SRPMK
baja
4,0 6,5 2,8
b. Baja dengan SRPMB
baja
2,6 4,2 2,8
c. Beton bertulang dengan
SRPMK beton bertulang
(tidak untuk Wilayah 5 &
6)
4,0 6,5 2,8
d. Beton bertulang
dengan SRPMM beton
bertulang (tidak untuk
Wilayah 5 & 6)
2,6 4,2 2,8
4. Rangka bresing konsentrik
khusus
a. Baja dengan SRPMK
baja
4,6 7,5 2,8
b. Baja dengan SRPMB
baja
2,6 4,2 2,8
5. Sistem struktur gedung kolom
kantilever : (Sistem struktur yang
Sistem struktur kolom kantilever 1,4 2,2 2
1
23
memanfaatkan kolom kantilever
untuk memikul beban lateral
6. Sistem interaksi dinding geser
dengan rangka
Beton bertulang biasa (tidak untuk
Wilayah 5 & 6)
3,4 5,5 2,8
7. Subsistem tunggal
(Subsistem struktur bidang yang
membentuk struktur gedung
secara keseluruhan)
1. Rangka terbuka baja 5,2 8,5 2,8
2. Rangka terbuka beton
bertulang
5,2 8,5 2,8
3. Rangka terbuka beton
bertulang dengan balok beton
pratekan (tergantung pada indeks
baja total)
3,3 5,5 2,8
4. Dinding geser beton bertulang
berangkai daktail penuh
4,0 6,5 2,8
5. Dinding geser beton bertulang
kantilever parsial
3,3 5,5 2,8
Sumber : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
struktur Bangunan Gedung(SNI 03-1726-2002)
d) Pembatasang Waktu Getar
Untuk mencegah penggunaan struktur yang terlalu
fleksibel, nilai waktu getar struktur fundamental harus dibatasi.
Dalam SNI 03-1726-2002 Kota Semarang masuk dalam wilayah
gempa 2 diberikan batasan sebagai berikut :
𝑻 < 𝜉𝑛
Dimana :
T = waktu getar struktur fundamental
n = jumlah tingkat gedung
ξ = koefisien pembatas
1
24
Tabel 2.10.Koefisien Pembatas
Wilayah Gempa Koefisien Pembatas (ς)
1 0,20
2 0,19
3 0,18
4 0,17
5 0,16
6 0,15
Sumber : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
struktur Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002)
e) Jenis tanah
Pengaruh gempa rencana di muka tanah harus ditentukan
dari hasil analisis perambatan gelombang gempa dari kedalaman
batuan dasar ke muka tanah denganpercepatan puncak untuk
batuan dasar.
Gelombang gempa merambat melalui batuan dasar di
bawah permukaan tanah dari kedalaman batuan dasar ini
gelombang gempa merambat ke permukaan tanah sambil
mengalami pembesaran atau amplifikasi bergantung pada jenis
lapisan tanah yang berada jenis lapisan tanah yang berada di atas
batuan dasar tersebut. Ada 3 kriteria yang dipakai untuk
mendefinisikan batuan dasar yaitu standar penetrasi test (N),
kecepatan rambat gelombang dgeser (Vs) dan kekuatan geser
tanah (Su).
Jenis tanah ditetapkan sebagai tanah keras, tanah sedang
dan tanah lunak, apabila untuk lapisan setebal 30 m paling atas
dipenuhi syarat-syarat yang terdapat dalam tabel.
1
25
Tabel 2.11. Jenis-Jenis Tanah
Jenis tanah Vs (m/dt) N Su (Kpa)
Keras Vs ≥ 350 N ≥ 50 Su ≥ 100
Sedang 175 ≤ Vs < 350 15 ≤ N < 50 50 ≤ Su < 100
Lunak Vs < 175 N <15 Su < 50
Khusus Diperlukan evaluasi khusus ditiap lokasi
Sumber : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk struktur
Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002)
Perhitungan nilai hasil penetrasi standar rata-rata (N) :
𝑵 = 𝒕𝒊
𝒎𝒊=𝟏
𝒕𝒊𝑵𝒊
𝒎𝒊=𝟏
Dimana :
Ti = tebal lapisan tanah ke i
Ni = nilai hasil test penetrasi standar lapisan tanah ke – i
M = jumlah lapisan tanah yang ada di atas batuan dasa
2. Beban angin
beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung
atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan
udara (PPPURG 1987),. Beban angin yang berdasarkan PPPURG
1987 ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan
negatif yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau.
2.5.2. Perencanaan Pembebanan
Untuk keperluan desain perlu diperhitungkan kemungkinan terjadinya
kombinasi pembebanan (Load Combination) dan beberapa kasus beban yang
dapat bekerja secara bersamaan selama umur rencana. Kombinasi pembebanan
ini disebabkan oleh bekerjanya beban mati, beban hidup dan beban gempa.
Nilai-nilai tersebut dikalikan dengan suatu faktor beban, dengan tujuan agar
1
26
struktur dan komponennya memenuhi syarat kekuatan dan layak pakai
terhadap berbagai kombinasi pembebanan.
Untuk perencanaan beton bertulang, kombinasi pembebanan ditentukan
berdasarkan “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
“(SNI 03 – 2847 – 2002) sebagai berikut :
Kombinasi pembebanan :
U = 1,4 D
U = 1,2 D + 1,6 L
U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E
Dimana : D = beban mati
L = beban hidup
E = beban gempa
Dalam menentukan kuat recana suatu komponen struktur, maka kuat
minimalnya harus direduksi dengan factor reduksi keuatan sesuai dengan sifat
beban, hal ini dikarenakan adanya ketidakpastian kekuatan bahan terhadap
pembebanan.
2.5.3. Faktor Reduksi Kekuatan
Faktor reduksi kekuatan bahan adalah suatu bilangan yang bersifat
mereduksi kekuatan bahan, dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi paling
buruk jika pada saat pelaksanaan nanti terdapat perbedaan mutu bahan yang
ditetapkan sesuai standar bahan yang ditetapkan dalam perencanaan
sebelumnya. Besarnya faktor reduksi kekuatan bahan yang digunakan
tergantung dari pengaruh gaya yang bekerja pada suatu elemen struktur sesuai
SNI 03-2847-2002 pasal 11.3.2.
1
27
Tabel 2.12. Faktor Reduksi Kekuatan
Nomor Kondisi Pembebanan Faktor
Reduksi
1.
Beban lentur tanpa beban aksial 0,8
2.
Beban aksial, dan beban aksial dengan lentur :
a. Gaya aksial tarik, dan aksial tarik dengan lentur 0,8
b. Gaya aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur
Komponen struktur dengan tulangan spiral 0,7
Komponen struktur lainnya 0,65
3.
Geser dan torsi 0,75
a. Pada komponen struktur penahan gempa yang
kuat
0,55
b. Pada hubungan balok-kolom yang diberi tulangan
diagonal
0,8
4.
Tumpuan pada beton kecuali untuk daerah
pengangkuran pasca tarik
0,65
5. Daerah pengankuran pasca tarik 0,85
6.
Penampang lentur tanpa beban aksial pada
komponen struktur pratarik dimana panjang
penanaman strand-nya kurang dari panjang
penyaluran yang ditetapkan
0,75
Beban lentur, tekan, geser, dan tumpu pada beton
polos structural
0,55
Sumber : Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI
03-2847-2002 pasal 11.3
2.6. Struktur
2.6.1. Struktur Atas (Upper Structure)
2.6.1.1. Rangka Atap
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebgai
penutup seluruh ruangan yang ada dibawahnya terhadap pengaruh
panas, debu, hujan, angina tau untuk keperluang perlindungan.
Konstruksi rangka atap yang digunakan adalah rangka atap kuda –
kuda dan pelat atap. Rangka atap atau kuda – kuda adalah suatu
susunan rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap
termasuk juga berat sendiri dan sekaligus memberikan bentuk pada
atap.
1
28
Analisis beban atap diperhitungkan terhadap beban mati, beban
hidup, dan beban angin. Analisis pembebanan berdasarkan Pedoman
Perencanaan Pembebanan untuk Gedung. Sedangkan analisis gaya
batang kuda-kuda dengan analisis tak tentu menggunakan program
SAP2000.
1. Gording
Salah satu unsur dalam kuda – kuda adalah gording, gording
dianggap sebagai gelagar yang menumpu bebas di atas dua
tumpuan. Desain gording berdsasarkan peraturan SNI 03 -1729 –
2002 adalah sebagai berikut :
Gambar 2.3. Gording
a. Pembebanan gording :
Beban mati (D)
D = q = berat sendiri profil (qs) + berat atap (qa)
Beban mati (L) = beban pekerja (p)
Tekanan Angin (w)
b. Momen yang terjadi akibat pembebanan
Akibat beban mati
𝑴𝒙 = 𝟏
𝟖 𝒙 𝒒𝐬𝐢𝐧𝜶 𝒙 𝒍𝟐 dan 𝑴𝒚 =
𝟏
𝟖 𝒙 𝒒 𝐜𝐨𝐬𝜶 𝒙 𝒍𝟐
Akibat beban hidup
𝑴𝒙 = 𝟏
𝟒 𝒙 𝒑𝐬𝐢𝐧𝜶 𝒙 𝒍𝟐 dan 𝑴𝒚 =
𝟏
𝟒 𝒙 𝒑𝐜𝐨𝐬𝜶 𝒙 𝒍𝟐
Akibat beban angin
a) Angin tekan
1
29
𝑴𝒙 = 𝟏
𝟖 𝒙 𝒘 𝒙 𝒍 𝒙 (𝟎, 𝟎𝟐𝜶 − 𝟎, 𝟎𝟒)
b) Angin hisap
My = –0,4
c. Kontrol tegangan yang terjadi
Mu ≤ Mn
Keterangan :
Mu = Kombinasi beban momen terfaktor
= factor reduksi kekuatan
Mn = Kekuatan Momen Nominal
d. Kontrol lendutan
𝑓𝑥 = 5. 𝑞𝑥. 𝑙4
384. 𝐸. 𝐼𝑦+
𝑝𝑥. 𝑙3
48. 𝐸. 𝐼𝑦
𝑓𝑦 = 5. 𝑞𝑦. 𝑙4
384. 𝐸. 𝐼𝑥+
𝑝𝑦. 𝑙3
48. 𝐸. 𝐼𝑥
𝒇 = 𝒇𝒙𝟐 + 𝒇𝒚𝟐 < 𝑓 𝑖𝑗𝑖𝑛 (𝟏
𝟓𝟎𝟎𝒙 𝒍)
Keterangan notasi rumus kontrol tegangan dan lendutan
My = momen terhadap sumbu x-x
My = momen terhadap sumbu y-y
x = tegangan arah sumbu x-x
y = tegangan aah sumbu y-y
fx = lendutan arah sumbu x-x
fy = lendutan arah sumbu y-y
q = beban merata
l = bentang gording
E = modulus elastisitas baja
I = momen inersia profil
wx = momen tahanan arah sumbu x-x
wy = momen tahanan arah sumbu y-y
1
30
2. Batang Kuda – Kuda
Desain kuda – kuda didesain dengan memperhatikan
batasan – batasan sebagai berikut :
a. Untuk menghindari tekuk pada tahap pelaksanaan maupun
akibat gaya yang bekerja, kelangsingan maksimum batang harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a) Konstruksi utama tidak boleh lebih dari 150
b) Konstruksi sekunder tidak boleh lebih dari 200
c) Angka kelangsingan () = Lk / imin dimana :
Lk = panjang tekuk ((m)
imin = jari – jari kelembaman minimum batang (m)
imin = 1
12 𝑏3
b. Tegangan yang terjadi () tidak melebihi tegangan yang
diijinkan (ijin)
Batang tekan, = 𝑃 𝑥 𝜔
2𝐹
Batang tarik, = 𝑃
𝐹 𝑛𝑒𝑡𝑡𝑜
Dimana :
P = gaya batang
F = luas penampang
F netto = F - baut
3. Sambungan Baut
a. Perencanaan Baut
Suatu baut yang memikul gaya terfaktor , Ru harus memenuhi
Ru ≤ ∅ Rn
(Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung ,
SNI 03-1729-2002, hal 99)
b. Baut dalam geser
Kuat geser rencana dari satu baut dihitung sebagai berikut :
Vd = ∅ fVn= ∅fr1〖fu〗^b Ab
(Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung ,
SNI 03-1729-2002, hal 100)
1
31
c. Baut yang memikul gaya tarik
Kuat tarik rencana satu baut dihitung sebagai berikut :
Td = ∅ fTn= ∅f 0,75 〖fu〗^b Ab
(Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung ,
SNI 03-1729-2002, hal 100)
d. Kuat tumpu
Apabila jarak lubang tepi terdekat dengan sisi pelat dalam arah
kerja gaya > 1,5 kali diameter lubang, jarak antar lubang > 3 kali
diameter lubang, dan ada lebih dari satu baut dalam arah kerja
gaya, maka kuat rencana tumpu dapat dihitung sebagai berikut :
Rd = ∅ f Rn=2,4 ∅f.db.tp .fu
(Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung ,
SNI 03-1729-2002, hal 101)
e. Pelat pengisi pada sambungan yang tebal antara 6 mm-20 mm,
kuat geser nominal satu baut yang ditetapkan harus dikurangi
15%.
f. Sambungan tanpa slip
Pada sambungan tipe friksi yang menggunakan baut mutu tinggi
yang slip nya dibatasi , satu baut yang hanya memikul gaya
geser terfaktor , Vu dalam bidang permukaan friksi harus
memenuhi :
Vu = Vd (= ∅ Vn)
(Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung ,
SNI 03-1729-2002, hal 102)
g. Tata letak baut
Jarak antar pusat lubang pengencang tidak boleh kurang dari 3
kali diameter nominal pengencang. Jarak antara pusat
pengencang tidak boleh melebihi 15 tp.
(Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung ,
SNI 03-1729-2002, hal 102)
1
32
2.6.1.2. Pelat Lantai
Pelat beton bertulang dalam suatu struktur dipakai pada lantai
dan atap. Pelat lantai dirancang dapat menahan beban mati dan beban
hidup secara bersamaan sesuai kombinasi pembebanan yang bekerja
di atasnya.
1. Konsep Desain struktur Plat / Slab Beton
Jenis / tipe-tipe plat :
a. Plat Slab
- Plat dengan penebalan pada kepala kolom / capital
- Plat tanpa balok, beban ringan / tidak besar, bentangan
kecil
- Plat digunakan apartment, hotel dengan tebal 12 – 25 cm,
bentang 4,5 – 7 m
b. Flate Plate
- Plat ini tebal sama, tanpa drop panel, tanpa cavital, plat
sebagai plafon langsung untuk keperluan estetika.
- Tebal 12 – 15 cm, bentang 4,5 – 7 m
c. Plat Lantai Grid 2 Arah
- Plat ini dengan balok grid / bersilang rapat pada 2 arah
dengan plat tipis, mengurangi berat sendiri plat.
- Bentang 9 – 12 m.
d. Plat Sistem Lajur
- Plat jenis ini mengutamakan ketinggian lantai.
- Dengan sistem balok lajur (band beam) dengan balok lurus
menyambung pada klom dan balok dibuat lebih lebar ke
arah lebarnya ( b > h )
e. Plat Sistem Plat dan Balok
- Plat jenis ini, plat ditumpu pada balok ( monolit ) dengan
bentang balok 3 – 6 m.
- Tebal plat dihitung sesuai fungsi plat, sesuai
keamanannya.
1
33
- Plat ini banyak dipakai, kokoh, bawah plat bisa di plafon /
tidak di plafon.
- Beban lantai besar , bisa untuk plat beraturan dan tidak
beraturan, untuk fungsi estetika.
2. Desain Metode Pelat dan Balok ( tipe no. 5 )
Gambar 2.4 Metode Pelat dan Balok
- Beban luar ditahan momen arah x dan arah y,
- Tidak menghitung efek torsi / puntir,
- Defeksi pada titik silang lendutan sama,
Sehingga didapat dengan persamaan :
𝑎𝑟𝑎 𝑦 𝑙𝑒𝑛𝑑𝑢𝑡𝑎𝑛 = 5
384 𝑊𝑦 . 𝑙𝑦
4
𝐸 . 𝐼
𝑎𝑟𝑎 𝑥 𝑙𝑒𝑛𝑑𝑢𝑡𝑎𝑛 = 5
384 𝑙𝑥
4 . 𝑊𝑥
𝐸 . 𝐼
5
384 𝑙𝑥
4 . 𝑊𝑥
𝐸 . 𝐼 5
384 𝑊𝑦 . 𝑙𝑦
4
𝐸 . 𝐼
1
34
W= Wx+ Wy
Dimana:
x, y = arah bentang plat.
𝑊𝑥 , 𝑊𝑦 = beban luar plat / beban yang bekerja pada plat.
𝑙𝑥 , 𝑙𝑦 = bentang plat
Kesimpulan :
a. Bentang pendek ( lx ) menerima beban > bentang panjang (
ly ).
b. Sehingga tulangan plat dipasang lebih dulu pada bentang
pendek.
c. Gaya plat yang bekerja menentukan aksi 1 arah ( one slab
way ) dan dua arah ( two slab way ).
3. Rasio / Perbandingan Bentang Plat
yaitu dengan mengidentifikasi rasio bentang pelat :
rasio ly/lx>2 ( desain pelat 1 arah / one way slab )
rasio ly/lx= 1 s⁄d 2 ( desain pelat 2 arah / two way slab )
Dimana :
Ly : lebar sisi panjang pelat lantai (m)
Lx : lebar sisi pendek pelat lantai (m)
4. Desain satu arah (One Way Slab)
Suatu pelat dikatakan pelat satu arah apabila 𝐿𝑦
𝐿𝑥> 2 , dimana Ly
adalah sisi panjang dan Lx adalah panjang sisi pendek.
Gambar 2.5. Pelat yang ditumpu pada 2 sisinya
Ly
L
x
1
35
Dalam perencanaan struktur pelat satu arah , langkah-langkah nya
adalah sebagai berikut :
a. Penentuan tebal plat
Penentuan tebal plat terlentur satu arah tergantung pada
beban atau momen lentur yang bekerja, defleksi yang terjadi
dan kebutuhan kuat geser yang dituntut (Istimawan , 56).
Untuk pelat satu arah tanpa memperhitungkan lendutan dapat
menggunakan tabel 8 pada SNI 03-2847-2002 : 63)
Tabel 2.13. Minimum Pelat Satu Arah bila Lendutan Tidak
Dihitung
Sumber : (SNI 03-2847-2002 : 63)
1
36
b. Menghitung beban mati plat termasuk beban sendiri pelat dan
beban hidup serta menghitung Momen Rencana (Wu).
Wu = 1,2 WD+1,6 WL
𝑊𝐷 = Jumlah Beban Mati Pelat (KN/m)
𝑊𝐿 = Jumlah Beban Hidup Pelat (KN/m)
c. Menghitung Momen Rencana (Mu) baik dengan cara
Koefisien atau Analisis.
Metode pendekatan berikut ini dapat digunakan untuk
menentukan momen lentur dan gaya geser dalam
perencanaan balok menerus dan pelat satu arah , yaitu pelat
beton bertulang dimana tulangannya hanya direncanakan
untuk memikul gaya-gaya dalam satu arah, selama :
a) Jumlah minimum bentang yang ada haruslah minimum
dua.
b) Memiliki panjang bentang yang tidak terlalu berbeda,
dengan rasio panjang bentang terbesar terhadap panjang
bentang terpendek dari dua bentang yang bersebelahan
tidak lebih dari 1,2.
c) Beban yang bekerja merupakan beban terbagi rata.
d) Beban hidup per satuan panjang tidak melebihi tiga kali
beban mati per satuan panjang, dan
e) Komponen struktur adalah prismatis.
Koefisien momen menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 10.3.3
:52
1
37
Gambar 2.6. Koefisien Momen
d. Perkiraan Tinggi Efektif (d)
Tinggi efektif merupakan hasil pengurangan dari tinggi
total dikurang selimut beton dan dikurang setengah diameter
tulangan. Untuk beton bertulang, tebal selimut beton
minimum yang harus disediakan untuk tulangan harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1
38
Tabel 2.14. Selimut Minimum
(Sumber : SNI 03-2847-2002 : 41)
e. Menghitung 𝐾𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 (SNI 03-2847-2002 :61)
K = Mu/(∅ b d^2 )
K = koefisien tahanan (Mpa)
Mu = momen terfaktor pada penampang (kNm)
B = lebar penampang (mm) diambil 1 m
D = tinggi efektif pelat (mm)
-∅ = faktor reduksi kekuatan lentur tanpa beban aksial =
0,8
1
39
f. Menentukan rasio penulangan (𝜌) dari tabel. Dalam
penggunaan 𝜌 ada ketentuan yaitu 𝜌𝑚𝑖𝑛 <𝜌<𝜌𝑚𝑎𝑥
Jika 𝜌<𝜌𝑚𝑖𝑛 maka menggunakan 𝜌𝑚𝑖𝑛
Jika 𝜌>𝜌𝑚𝑎𝑥 maka pelat dibuat lebih tebal
g. Hitung As yang diperlukan
As = ρ b d
As = Luas tulangan (mm²)
𝜌 = rasio penulangan
D = tinggi efektif pelat (mm)
B = lebar efektif
h. Memilih tulangan pokok yang akan dipasang
i. Memilih tulangan susut dan suhu dengan menggunakan tabel.
Untuk tulangan susut dan suhu dihitung berdasarkan
peraturan SNI 03-2847-2002 : 48 yaitu :
a) Tulangan susut dan suhu harus paling sedikit memiliki
rasio luas tulangan terhadap luas bruto penampang beton
sebagai berikut , tetapi tidak kurang dari 0,0014 :
- Pelat yang menggunakan batang tulangan ulir mutu
300......0,0020
- Pelat yang menggunakan batang tulangan ulir atau
jaring kawat las ( polos atau ulir) mutu 400......0.0018
- Pelat yang menggunakan tulangan dengan tegangan
lebih melebihi 400 Mpa yang diukur pada regangan
leleh sebesar 0,35% ........ 0,0018 x 400/f
b) Tulangan susut dan suhu harus dipasang dengan jarak
tidak lebih dari lima kali tebal pelat, atau 450 mm.
1
40
j. Penggambaran
Gambar 2.7 Pelat Satu Arah
5. Desain dua arah (Two Way Slab)
a. Menentukan tebal pelat dimisalkan dengan suatu ketebalan
ln/36 (panel dalam) menurut SNI 03-2847-2002 : 66
b. Kontrol ketebalan plat dimisalkan dengan :
a) Untuk 𝛼𝑚 lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih besar dari
2,0 ketebalan plat minimum harus memenuhi
Tidak boleh kurang dari 120 mm
b) Untuk 𝛼𝑚 lebih besar dari 0,2 ketebalan plat minimum
harus memenuhi :
Tidak boleh kurang dari 90 mm.
1
41
c. Menghitung beban yang bekerja pada pelat (beban mati
dan beban hidup). Kemudian hasil perhitungan akibat
beban mati dan beban hidup dikali dengan faktor beban
untuk mendapatkan nilai beban terfaktor.
Wu = 1,2 DL + 1,6 LL
d. Mencari momen
Mencari momen yang bekerja pada arah x dan y , dengan
cara penyaluran “metode koefisien momen plat”.
e. Mencari tebal efektif pelat
Untuk menentukan tinggi efektif pelat ditinjau dari 2
arah yaitu :
Arah x → dx = h – p – ½ ∅ tul arah x
Arah y → dy = h – p - ∅x – ½ ∅ tul arah y
f. Mencari nilai koefisien tahanan (k)
Faktor reduksi ∅ = 0,80 ; K = 𝑴𝒖
∅ 𝒃 𝒅𝟐
g. Mencari rasio penulangan (𝜌)
Rasio penulangan ini didapat berdasarkan koefisien
tahanan (k) yang telah didapat sebelumnya. Dengan
menggunakan tabel A-11 (Dipohusodo I, Struktur Beton
Bertulang)
h. Mencari luas tulangan (As)
Sebelum menentukan luas tulangan terlebih dahulu
meninjau nilai 𝜌 yang didapat.
a) Jika 𝜌<𝜌min , maka menggunakan 𝜌𝑚𝑖𝑛 maka As
yang digunakan As min.
b) Jika 𝜌 > 𝜌𝑚𝑎𝑥 , maka pelat dibuat lebih tebal
sehingga dilakukan perhitungan ulang.
1
42
i. Mencari jarak antar tulangan (s)
S = 𝑳𝒖𝒂𝒔 𝟏 𝒃𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏
𝑳𝒖𝒂𝒔 𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒎𝒎
j. Mengontrol jarak tulangan
Berdasarkan SNI 03 – 2847 – 2002 : 155 hasil dari
perhitungan s perlu dikontrol kembali terhadap 𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 .
Tulangan yang dipasang jaraknya tidak memenuhi jarak
maksimum perlu dikontrol kembali.
𝑺𝒎𝒂𝒌𝒔 = 𝟑 𝒙 𝒕𝒆𝒃𝒂𝒍 𝒑𝒍𝒂𝒕
k. Pengendalian retak terhadap lentur
Terbentuknya retak pada beton sudah mengeras
dapat menyebabkan air merembes dan menjadi korosi
pada tulangan. Retak didalam beton biasanya disebabkan
oleh :
a) Perubahan bentuk akibat susut, rangkak akibat beban
tetap, tegangan akibat suhu dan perbedaan unsur
kimia antara bagian beton.
b) Tegangan langsung akibat penerusan, beban
bertukar, dan lendutan jangka panjang.
c) Tegangan akibat beban lentur.
2.6.1.3. Balok
Balok dapat didefinisikan sebagai salah satu dari elemen
struktur portal dengan bentang yang arahnya horizontal, sedangkan
portal merupakan kerangka utama dari struktur bangunan, khusunya
bangunan gedung (Asroni, 2010). Beban yang bekerja pada balok
biasanya berupa beban lentur beban geser dan torsi (momen puntir).
1. Konsep Desain Balok
a. Balok segi empat ring, sloof, balok anak
b. Balok T balok induk tengah
c. Balok L balok tepi gedung
1
43
2. Prinsip balok desain / perencanaan
a. Balok anak atau balok segi empat
Semua tulangan belum diketahui, sehingga isi tulangan
yang harus dihitung :
- Tulangan tarik ( + )
- Tulangan tekan ( - )
- Tulangan susut
- Tulangan sengkang / beugel
b. Balok induk tengah ( balok T )
Semua tulangan belum diketahui, sehingga isi tulangan
yang harus dihitung :
- Tulangan tarik (+)
- Tulangan tekan (-)
- Tulangan geser
- Tulangan puntir / torsi
c. Balok induk tepi / balok L
Isi tulangan yang harus dihitung sama balok T
- Tulangan tarik (+)
- Tulangan tekan (-)
- Tulangan geser
- Tulangan puntir / torsi
3. Prinsip desain balok segiempat tulangan rangkap
dd'
h
C
C
T
qn
Gambar 2.8 Tulangan Rangkap
1
44
a. Problem desain ( tulangan tengah dulu ) penentuan b, d,
As, mutu beton ( fc’ ), mutu baja ( fy ), momen ( Mn ).
b. Penampang hasil desain tidak kaku diikuti, tetapi ambil
pembulatan.
c. Perbandingan b dan d 𝑏
𝑑= 0,4 𝑠 𝑑 0,6
4. Desain balok segiempat tulangan tunggal
a. Data :
F’c = 30 MPa
Fy = 400 MPa
Mu = dari analisis struktur
b. 𝑀𝑛 = 𝜌 . 𝑓𝑦 . 𝑏 . 2 (1 − 0,59 𝜌 . 𝑓𝑢
𝑓𝑐′ )
𝑀𝑢 = 𝑀𝐷 = ∅ . 𝑀𝑛 → 𝑘𝑎𝑙𝑎𝑢 𝑀𝑢
𝑀𝑛 = 𝑀𝑢
∅=
𝑀𝐷
∅
c. 𝜌𝑏 = 0,85 𝑥 𝛽1 𝑥 𝑓′𝑐
𝑓𝑦 𝑥
600
600+𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75 𝑥 𝜌𝑏 → 𝜌𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = 0,5 . 𝜌𝑚𝑎𝑥
d. 𝑅𝑛 = 𝜌 . 𝑓𝑦 (1 − 0,59 𝜌 . 𝑓𝑢
𝑓𝑐′ )
𝑏 . 𝑑2 = 𝑀𝑛
𝑅𝑛→ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏 = 0,5 𝑑
→ 𝑐𝑎𝑟𝑖 𝑑 𝑘𝑎𝑙𝑎𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑆𝐴𝑃
0,5 𝑑 . 𝑑2 = 𝑀𝑛
𝑅𝑛
𝑑3 = 𝑀𝑛
𝑅𝑛 . 0,5= ⋯……
𝑑 = ………3
= ⋯……
1
45
e. 𝐴𝑠 = 𝜌 . 𝑏 . 𝑑 = ⋯…… 𝑚𝑚2 dengan tabel diperoleh
diameter tulangan.
𝑛 = 𝐴𝑠
𝐴𝑠 → 1 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
n = jumlah tulangan
𝜌 → 𝑐𝑒𝑘 → 𝜌 = 𝐴𝑠 → 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑏 . 𝑑 → 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔< 𝜌𝑏
𝑎 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦
∅ . 𝑓𝑐′ . 𝑏
Dimana :
As = dari jumlah tulangan yang dihitung
b = hasil hitungan
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 ( 𝑑 − 𝑎
2 )
𝑀𝑛 > 𝑀𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑀𝑢 > 𝑀𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛
𝑎𝑚𝑎𝑛
5. Desain balok segiempat tulangan rangkap yang biasa
digunakan
a. Sudah ditentukan dulu f’c, fy,
Sudah dihitung mu dan Mneg,
b. b, d didesain dengan syarat b : d = 0,4 s/d 0,6
c. hitung sebagai balok tulangan tunggal
𝜌𝑏 = 0,85 𝑥 𝑓 ′𝑐
𝑓𝑦 𝑥 𝛽1
600
600 + 𝑓𝑦→ 𝛽1 = 0,85
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75 . 𝜌𝑏 → 𝜌𝑚𝑖𝑛 = 1,4
𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 𝜌𝑏 → 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢𝑖 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝
1
46
𝐴𝑠 = 𝜌𝑏 . 𝑏 . 𝑑 = ⋯…… 𝑚𝑚2 → 𝑐𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
𝑎 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦
∅ . 𝑓𝑐′ . 𝑏
Dimana :
As = luas dari jumlah tulangan
b = hitungan desain
d. momen
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 ( 𝑑 − 𝑎
2 )
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝑀𝑢 = Φ . 𝑀𝑛
> 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛 + 𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟
𝑀𝑚𝑎𝑥 = Φ . 𝑀𝑛1 → 𝑀𝑛1 = 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓
→ 𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟
𝐴𝑠′ =
𝑀𝑚𝑎𝑥1
0,80 . 𝑓𝑦 . − 𝑑′ = ⋯…… 𝑚𝑚2
𝐴𝑠′ = tulangan tekan
e. As tarik direduksi sesuai rasio momen
menuhi M ( + ) pada tulangan tunggal
𝐴𝑠 = 𝑀 +
𝑀𝑚𝑎𝑥 . 𝐴𝑠= ⋯……… 𝑚𝑚2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝜌 = 𝐴𝑠 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙
𝑀𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 . 𝑑= ⋯………
𝜌′ = 𝐴𝑠1 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛
𝑀𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 . 𝑑= ⋯……
𝜌 − 𝜌′ > 𝜌𝑏 → 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛, 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑙𝑒.
f. Periksa kapasitas penampang ( kuat rencana )
𝐶𝑠 = 𝐴𝑠′ . 600 .𝑎 − 0,85 . 𝑑′
𝑎
𝐶𝑐 = 0,85 . 𝑓 ′𝑐 . 𝑎𝑏
Solusi :
𝑎1.2 = − 𝑏 ± 𝑏2 − 4𝑎𝑐
2𝑎
𝑎1 =
−𝑏 + 𝑏2 − 4𝑎𝑐
2𝑎
𝑎2 = −𝑏 − 𝑏2 − 4𝑎𝑐
2𝑎
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎 → 𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙 +
1
47
g. Regangan tulangan tarik
ℰ𝑠 = 0,003 .
510 . 𝑎
𝑎= ⋯……
ℇ𝑦 = 𝑓𝑦
ℇ𝑠= ⋯……
→ ℇ𝑠 > ℇ𝑦
h. Regangan tulangan tekan
ℇ𝑠′ = 0,003 .
𝑎 − 0,85 . 𝑑′
𝑎= ⋯…… < 𝑓𝑦
𝑓𝑠 = ℇ𝑠′ . ℇ𝑠 = ⋯……𝑀𝑃𝑎
Substitusi fs = fy dan fs’ ke persamaan Mn
𝑀𝑛 = 0,85 . 𝑓 ′𝑐 . 𝑎𝑏 𝑑 −
𝑎
2 + 𝐴𝑠
′ . 𝑓𝑠′ 𝑑 − 𝑑′
𝑀𝐷 = 𝑀𝑢 = Φ . 𝑀𝑛
i. Cek kesetimbangan
𝐶𝑠 + 𝐶𝑐 = 𝑇
𝑇 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦
6. Balok T dan L
bc = 6 h t + bw bc = 16 h t + bwhf
bw ln bw
L
Gambar 2.9. Lebar Flens Efektif Balok T dan L
(Sumber : L. Wahyudi, Struktur beton Bertulang, 1997)
Balok T lebar efektif
𝑏𝑒 ≤ 16 . 𝑓 + 𝑏𝑤
𝑏𝑒 < 𝑙𝑛 + 𝑏𝑤
𝑏𝑒 <1
4 . 𝐿
𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Dengan L = bentang balok
1
48
Balok L
𝑏𝑒 ≤ 6 𝑓 + 𝑏𝑤
𝑏𝑒 ≤ 0,5 𝑙𝑛 + 𝑏𝑤
𝑏𝑒 ≤ 1
12 𝐿 + 𝑏𝑤
𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
7. Desain balok T dan L
a. 𝑞𝑛 ≤ 𝑓 → 𝑑𝑖𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑤 = 𝑏𝑒
𝑎 ≤ 𝑓 𝑑𝑎𝑛 𝑐 ≤ 𝛽1 . 𝑓
bc
hf
bw
d
As
0,003
a
Es = Ey
C
T
(d
-a/2
)
Kesetimbangan gaya internal, c = T atau c – T = 0
𝑇 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦
𝑒 = 0,85 . 𝑓 ′𝑐 . 𝑎𝑏 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦
𝑎 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦
∅ . 𝑓𝑐′ . 𝑏𝑒
= 1,18 . 𝜔𝑑
𝜌 = 𝐴𝑠
𝑏𝑒 . 𝑑 𝑑𝑎𝑛 𝜔 = 𝜌
𝑓𝑦
𝑓 ′𝑐
Maka momen nominal penampang :
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 ( 𝑑 − 𝑎
2 )
Karena 𝑎 < 𝑓 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑠𝑒𝑔𝑖 𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡
𝑎 < 𝑎𝑏
𝜌 < 𝜌𝑏
𝜌𝑏 = 0,85 . 𝑓𝑐
′ . 𝛽1
𝐹𝑦 .
0,003 . 𝐸𝑠
0,003 . 𝐸𝑠 + 𝐹𝑦
b. qn pada badan balok didesain sebagai balok T dan L
𝑎 > 𝑓 𝑑𝑎𝑛 𝑐 > 𝛽1 . 𝑓
Gambar 2.10. Ukuran Penampang, Distribusi Regangan dan Gaya Internal
(Sumber : L. Wahyudi, Struktur beton Bertulang, 1997)
1
49
Gambar 2.11. Ukuran Penampang, Distribusi Regangan
dan Gaya Internal pada Balok T
(Sumber : L. Wahyudi, Struktur beton Bertulang, 1997)
Bagian flens :
𝑇1 = 𝐴𝑠𝑓 . 𝑓𝑦
𝐴𝑠𝑓 = luas tulangan kondisi leleh
𝐶𝑓 = 0,85 . 𝑓′𝑐 . 𝑓 ( 𝑏𝑒 − 𝑏𝑤 )
Keseimbangan internal :
𝑇1 = 𝐶𝑓
𝐴𝑠𝑓 = 0,85 . 𝑓 ′
𝑐 . 𝑓 𝑏𝑒 − 𝑏𝑤
𝑓𝑦
𝑀𝑛1 = 𝐴𝑠𝑓 . 𝑓𝑦 𝑑 − 1
2𝑓
Bagian web ( badan ) :
𝐴𝑠 − 𝐴𝑠𝑓 → 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑙𝑒𝑙𝑒
𝑇2 = 𝐴𝑠 − 𝐴𝑠𝑓 𝑓𝑦
𝐶𝑤 = 0,85 . 𝑓′𝑐 . 𝑏𝑤 . 𝑎
Keseimbangan internal :
𝑇2 = 𝐶𝑤
𝑎 = 𝐴𝑠 − 𝐴𝑠𝑓 𝑓𝑦
0,85 . 𝑓 ′𝑐 . 𝑏𝑤 . 𝑎
𝑀𝑛2 = 𝐴𝑠 − 𝐴𝑠𝑓 𝑓𝑦 . 𝑑 − 𝑎
2
𝑀𝑛 = 𝑀𝑛1 + 𝑀𝑛2
= 𝐴𝑠𝑓 . 𝑓𝑦 𝑑 − 1
2𝑓 + 𝐴𝑠 − 𝐴𝑠𝑓 𝑓𝑦 . 𝑑 −
𝑎
2
𝑀𝑢 = 0,8 . 𝑀𝑛
1
50
c. kondisi seimbang balok ( balance )
Gambar 2.11 Keseimbangan Gaya Internal pada Balok T
Sumber : L. Wahyudi, Struktur beton Bertulang, 1997
𝑐
𝑑=
휀𝑢
휀𝑢 + 휀𝑦
Keseimbangan horizontal
𝑇 = 𝑇1 + 𝑇2 = 𝑐𝑓 + 𝑐𝑤
𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 = 0,85 . 𝛽1 . 𝑓 ′𝑐 . 𝑏𝑤 . 𝑐 + 0,85 . 𝑓 ′
𝑐 𝑏 − 𝑏𝑤 𝑓
𝐴𝑠 . 𝑓𝑦 = 0,85 . 𝛽1 . 𝑓 ′𝑐 . 𝑏𝑤 . 𝑐 + 𝐴𝑠𝑓 . 𝑓𝑦
Definisi :
𝜌𝑤 = 𝐴𝑠
𝑏𝑤 . 𝑑
𝜌𝑓 = 𝐴𝑠 . 𝑓
𝑏𝑤 . 𝑑
𝜌𝑤𝑏 = 0,85 . 𝛽1 . 𝑓 ′
𝑐
𝑓𝑦
휀𝑢
휀𝑢 + 휀𝑦 + 𝜌𝑦
𝜌 𝑏 = 0,85 . 𝛽1 . 𝑓 ′
𝑐
𝑓𝑦
0,003 𝐸𝑠
0,003 𝐸𝑠 + 𝑓𝑦 + 𝜌𝑓
𝜌𝑤𝑏 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 𝜌 𝑏 + 𝜌𝑓
𝜌𝑤 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 𝜌𝑏 + 𝜌𝑓
→ 𝑎𝑔𝑎𝑟 𝑡𝑎𝑘 𝑟𝑢𝑛𝑡𝑢 ( 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑑𝑎𝑘 )
Catatan :
- 𝑎 ≤ 𝑓 → 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑔𝑖
- 𝜌 = 𝐴𝑠
𝑏𝑤 .𝑑 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝜌𝑚𝑖𝑛 =
1,4
𝑓𝑦 𝑀𝑃𝑎
1
51
8. Perencanaan Tulangan Geser Dan Puntir
langkah-langkah perencanaan penampang terhadap gaya
geser adalah :
a. hitung gaya geser terfaktor 𝑉𝑢 pada penampang-penampang
kritis di sepanjang batang / elemen.
b. Untuk suatu penampang kritis, hitung kekuatan geser beton
𝑉𝑐 .
c. Cara mendimensi :
- Bila 𝑉𝑢 − 𝜙 𝑉𝑐 > 0,67 . 𝑏𝑤 . 𝑑 𝑓′𝑐 , ukuran balok
diperbesar.
- Bila 𝑉𝑢 − 𝜙 𝑉𝑐 < 0,67 . 𝑏𝑤 . 𝑑 𝑓′𝑐 , tentukan
jumlah tulangan geser untuk menahan kelebihan tegangan.
- Bila 𝑉𝑢 > 0,5 . 𝜙 𝑉𝑐 , gunakan tulangan geser
minimum.
𝑉𝑢 = 𝜙 𝑉𝑛
Dengan :
Vu = gaya geser terfaktor yang bekerja pada penampang
yang ditinjau
Vn = kuat geser nominal yang dihitung dari :
𝑉𝑛 = 𝑉𝑐 + 𝑉𝑠
dengan:
Vc = kekuatan geser nominal yang diberikan oleh beton.
Vs = kekuatan geser nominal yang diberikan oleh
tulangan badan.
d. Harga 𝑉𝑐 dihitung berdasarkan kondisi sebagai berikut :
- Untuk kombinasi geser dan lentur :
𝑉𝑐 =1
7 𝑓′𝑐 + 120 . 𝜌𝜔
𝑉𝑢 . 𝑑
𝑀𝑢 𝑏𝜔 . 𝑑
Dengan 𝜌𝜔 = 𝐴𝑠
𝑏𝜔 .𝑑 ;
𝑉𝑢 . 𝑑
𝑀𝑢 tidak perlu > 1
Alternatifnya, sebagai penyederhanaan persamaan diatas,
sering digunakan persamaan :
1
52
𝑉𝑐 = 0,17 𝑓′𝑐 . 𝑏𝜔 . 𝑑 → 𝑀𝑃𝑎
- Untuk kombinasi geser dan aksial tekan :
𝑉𝑐 =1
7 𝑓′𝑐 + 120 . 𝜌𝜔
𝑉𝑢 . 𝑑
𝑀𝑀 𝑏𝜔 . 𝑑
Dengan : 𝑀𝑚 = 𝑀𝑢 − 1
8𝑁𝑢 4 − 𝑑
Atau melalui persamaan :
𝑉𝑐 = 1 +𝑁𝑢
14 . 𝐴𝑔
𝑓′𝑐6
𝑏𝜔 . 𝑑
Kedua nilai persamaan ≯ dari :
𝑉𝑐 = 0,3 𝑓′𝑐 . 𝑏𝜔 . 𝑑 1 +0,3 𝑁𝑢
𝐴𝑔 → 𝑀𝑃𝑎
- Untuk kombinasi geser dan aksial tarik :
𝑉𝑐 = 0,17 1 − 0,3𝑁𝑢
𝐴𝑔 𝑓′𝑐 . 𝑏𝜔 . 𝑑 → 𝑀𝑃𝑎
Dengan :
𝑁𝑢
𝐴𝑔 = MPa
Gaya tarik yang mempunyai harga 𝑉𝑐 = 0
e. Untuk kondisi tersebut diatas, berlaku ketentuan sebagai
berikut :
- Jika 𝑉𝑢 > 𝜙 𝑉𝑐 , perlu tulangan badan / sengkang dengan
gaya yang harus ditahan oleh sengkang sebesar :
𝑉𝑠 =𝑉𝑢
𝜙 − 𝑉𝑐
Untuk sengkang vertikal :
𝑉𝑠 =𝐴𝑣 . 𝑓𝑦 . 𝑑
𝑠
Untuk sengkang miring :
1
53
𝑉𝑠 =𝐴𝑣 . 𝑓𝑦 . 𝑑 sin 𝛼 + cos 𝛼
𝑠
Untuk tulangan miring :
𝑉𝑠 = 𝐴𝑣 . 𝑓𝑦 sin 𝛼
Khusus untuk tulangan miring, harga 𝑉𝑠 harus
<0,25 𝑓′𝑐 . 𝑏𝜔 . 𝑑
Dengan :
s = jarak sengkang
𝛼 = sudut kemiringan sengkang
Nilai 𝑉𝑠 dari ke-2 persamaan diatas, harus
<0,67 𝑓′𝑐 . 𝑏𝜔 . 𝑑
- Jika 𝑉𝑢 < 𝜙 𝑉𝑐 , dan jika 𝑉𝑢 ≥1
2 𝜙 𝑉𝑐 , secara teoritis tidak
perlu tulangan badan, tetapi hanya disarankan sengkang
minimum.
- Jika 𝑉𝑢 ≥1
2 𝜙 𝑉𝑐 , tidak memerlukan sengkang
9. Tulangan Geser Minimum
Bila pada suatu komponen beton bertulang bekerja gaya
geser yang nilainya lebih kecil dari kekuatan geser beton Vc,
tetapi > 0,5 Vc, maka harus dipasang tulangan minimum :
𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝐴𝑣 = 50 𝑏𝑤 . 𝑆
𝑓𝑦
ketentuan ini tidak berlaku untuk pelat pondasi setapak,
struktur beton rusak, dan untuk balok yang memiliki tinggi total
tidak lebih dari nilai terbesar antara 250mm, 2,5 x tebal flens, 0,5
x lebar badan.
1
54
10. Jarak Tulangan Geser
Berdasarkan SNI pasal 3.4.5(4), jarak tulangan geser yang
dipasang ⊥ terhadap sumbu aksial komponen struktur ≯ 1/2 d
atau smaks = 600 mm
2.6.1.4. Kolom
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas
utamanya menyangga beban aksial tekan vertical dengan bagian tinggi
yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Sedangkan komponen struktur yang menahan beban aksial vertikal,
dengan rasio bagian tinggi dan dimensi lateral terkecil kurang dari tiga
dinamakan pedestal (Dipohusodo, 1994).
1. Tulangan untuk kolom dibuat penulangan simetris berdasarkan
kombinasi Pu dan Mu. Untuk satu batang kolom dan dua
kombinasi pembebanan yaitu pada ujung atas dan ujung bawah
pada setiap freebody, masing-masing dihitung tulangannya dan
diambil yang terbesar.
2. Beban Desain Kolom Maksimum.
U = 1,2D + 1,6 L
3. Momen desain kolom maksimum untuk ujung atas dan ujung
bawah.
Mu = 1,2 MDL + 1,6 MLL
4. Nilai Kontribusi tetap terhadap deformasi (W.C Vis dan Gideon
Kusuma, 1993)
𝜷𝒅 = 𝟏, 𝟐 𝑫
𝟏, 𝟐 𝑫 + 𝟏, 𝟔 𝑳
5. Modulus elastisitas
𝑬𝒄 = 𝟒𝟕𝟎𝟎 𝒇𝒄′
𝑓𝑐′ = 𝑘𝑢𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛
6. Nilai Kekakuan Kolom dan Balok (W.C Vis dan Gideon Kusuma,
1993)
1
55
𝑰𝒌 = 𝟏
𝟏𝟐𝒃. 𝒉𝟑
𝑰𝒃 = 𝟏
𝟏𝟐𝒃. 𝒉𝟑
𝑬. 𝑰𝒌 = 𝑬𝒄 .𝑰𝒈
𝟐,𝟓 (𝟏+ 𝜷.𝒅) untuk kolom
𝑬. 𝑰𝒃 = 𝑬𝒄 .𝑰𝒈
𝟓 (𝟏+ 𝜷.𝒅) untuk balok
7. Faktor Panjang Efektif kolom
Gambar 2.12 Diagram Nomogram Tekuk Kolom
(Sumber : Grafik dan tabel Perhitungan Beton Bertulang , W.C Vis dan
Gideon Kusuma, hal 112)
Dari hasil grafik di atas, maka dapat kita cari panjang
efektifitas kolom dengan rumus :
klu = k x Lu
8. Nilai eksentrisitas (Istimawan Dipohusodo,1994)
𝒆 = 𝑴𝒖
𝑷𝒖
1
56
9. Menentukan A dan B (W.C Vis dan Gideon Kusuma, 1993)
=
𝑬. 𝑰𝒌
𝑰𝒌
𝑬. 𝑰𝒃
𝑰𝒃
10. Angka Kelangsingan Kolom
Untuk menghitung rasio kelangsingan kolom digunakan rumus
= 𝒌𝒍𝒖𝒓
Sedangkan ketentuan kolom langsing adalah sebagai berikut :
a. Rangka tanpa pengaku lateral < 22
b. Rangka dengan pengaku lateral < 34 -22 𝑀1−𝑏
𝑀2−𝑏 > 22
Menurut SNI 03-2847-2002, ayat 12.10.1 butir 5
a. Untuk semua komponen struktur tekan dengan < 100 harus
digunakan analisa pada tata cara perhitungan struktur beton
bertulang gedung.
b. Apabila < 34 -22 𝑀1−𝑏
𝑀2−𝑏 > 22 maka perencanaan harus
menggunakan metode perbesaran momen
11. Perbesaran Momen
𝑴𝒄 = 𝜹𝒃𝑴𝟐𝒃 + 𝜹𝒔𝑴𝟐𝒔
Untuk struktur rangka dengan berlaku, berlaku rumus :
𝑴𝒄 = 𝜹𝒃𝑴𝟐𝒃
𝜹𝒃 = 𝑪𝒎
𝟏 − 𝑷𝒖
𝑷𝒄
≥ 𝟏, 𝟎
𝑷𝒄 = 𝝅𝟐𝑬𝑰
(𝒌𝒍𝒖)𝟐
𝑪𝒎 = 𝟎, 𝟔 + 𝟎, 𝟒 𝒙 𝑴𝟏𝑩
𝑴𝟐𝑩 ≥ 𝟎, 𝟒 kolom dengan pengaku
𝑪𝒎 = 𝟏, 𝟎 kolom tanpa pengaku
Keterangan :
𝛿𝑏 = faktor pembesar momen pada struktur rangka dengan
pengaku.
1
57
𝛿𝑠 = faktor pembesar ekstra pada struktur rangka tanpa
pengaku.
𝑀2𝑏 = momen kolom terbesar pada struktur rangka dengan
pengaku.
𝑀2𝑠 = momen kolom terbesar akibat goyangan ke samping pada
struktur rangka tanpa pengaku
12. Desain Tulangan Utama Kolom
Dalam mendesain tulangan kolom, dapat menggunakan grafik
berikut ini
Gambar 2.13. Perhitungan Tulangan Utama Kolom Dengan
Grafik
(Sumber grafik dan tabel perhitungan beton bertulang, W.C Vis
dan Gideon Kusuma, 1993)
Untuk koefisien sumbu vertikal digunakan rumus :
𝑷𝒖
∅ 𝒙 𝑨𝒈 𝒙 𝟎, 𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄′
Untuk koefisien sumbu horizontal digunakan rumus :
𝑷𝒖
∅ 𝒙 𝑨𝒈 𝒙 𝟎, 𝟖𝟓 𝒙 𝒇𝒄′ 𝒙
𝒆𝒕
𝒉
1
58
Rasio tulangan pada penampang kolom digunakan rumus :
= r x
Untuk menghitung luas tulangan digunakan rumus :
Ast = x Ag
13. Desain Tulangan Geser Kolom
Berdasarkan tata cara perhitungan struktur beton untuk
bangunan gedung, perencanaan penampang terhadap geser harus
didasarkan pada :
Ø Vn ≥ Vu
Vn = Vc+ Vs
keterangan :
Vc = Gaya geser nominal yang disumbangkan olehbeton (N)
Vs = Gaya geser nominal yang disumbangkan olehtulangan
geser (N)
Vu = Gaya geser ultimate yang terjadi (N)
Vn = 𝑉𝑢
∅ , dimana Ø = 0,75
Kuat geser maksimum untuk komponen struktur (SNI 03-
2847-2002 pasal 13.3.2.2) yaitu:
Vc = 0,3. 𝒇′𝒄.b.d. 𝟏 +𝟎,𝟑𝐏𝐮
𝐀𝐠𝐫
Vs =𝟐
𝟑. 𝒇′𝒄.b.d.
dimana :
Vn = kuat geser nominal (N)
Ø = faktor reduksi
f’c = kuat tekan beton (MPa)
b = lebar penampang kolom (mm)
d = tinggi efektif penampang kolom (mm)
Nu = gaya aksial yang terjadi (N)
Agr = luas penampang kolom (mm2)
Jika :
(Vn – Vc) <Vs , maka penampang cukup
1
59
(Vn – Vc) ≥ Vs , maka penampang harus diperbesar
Vu < Ø Vc , maka tidak perlu tulangan geser
Vu ≥ Ø Vc , maka perlu tulangan geser
Jika tidak dibutuhkan tulangan geser, maka digunakan
tulangan geser minimum (Av) permeter. Luas tulangan geser
minimum untuk komponen struktur non prategang dihitung
dengan :
Av min =𝟕𝟓 𝐟′𝐜 .𝐛.𝐬
𝟏𝟐𝟎𝟎𝐟𝐲<Av =
𝟏
𝟑
𝒃.𝒔
𝒇𝒚
dengan demikian diambil Av terbesar, jarak sengkang
dibatasi sebesar 5
2.
2.6.1.5. Tangga
Struktur tangga digunakan untuk melayani aksebilitas antar
lantai pada gedung yang mempunyai tingkat lebih dari satu. Tangga
merupakan komponen yang harus ada pada bangunan yang berlantai
banyak. Walaupun sudah ada peralatan transportasi vertikal di gedung,
tangga tetap diperlukan karena tidak memerlukan tenaga mesin,
1. Antrede yaitu bagian anak tangga bidang horizontal yang
merupakan bidang pijak telapak kaki.
2. Optrede yaitu bagian anak tangga vertikal yang merupakan selisih
tinggi antara dua anak tangga yang berurut.
Syarat umum tangga :
1. Mudah dilewati
2. Kuat dan kaku
3. Ukuran tangga harus sesuai dengan sifat dan fungsinya
4. Aterial yang digunakan harus baik
5. Letak tangga harus strategis
6. Sudut kemiringan tidak boleh lebih dari 45º
Syarat khusus tangga :
1. Untuk bangunan rumah tinggal
1
60
- Antrede = 25 cm (minimum)
- Optrede = 20 cm (maksimum)
- Lebar tangga = 80-100 cm
2. Untuk perkantoran dan lain-lain
- Antrede = 25 cm (minimum)
- Optrede = 17 cm (maksimum)
- Lebar tangga = 120-200 cm
3. Syarat hordes
𝐿𝑏𝑜𝑟𝑑𝑒𝑠 = 𝐼𝑛 + (𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 2𝑎)
a = antrede
o = optrede
In = langkah normal diambil antara 57-65
In = a+2O
4. Lebar tangga dipengaruhi oleh fungsi tangga pada jenis bangunan
tertentu. Misalnya lebar tangga untuk gedung bioskop atau pasar
swalayan akan berbeda dengan lebar rumah tangga biasa. Lebar
tangga dibedakan menjadi dua yaitu :
a. lebar tangga efektif adalah lebar yang dihitung mulai dari sisi
dalam rimbat tangan (pegangan) yang satu sampai dengan
sisi dalam rimbat tangan yang lainnya.
b. lebar tangga total adalah lebar efektif tangga ditambah dua kali
tebal rimbat tangan (t), ditambah lagi dua kali pijakan (s)
diluar rimbat tangan.
Lebar tangan total = lebar efektif + 2t + 2s
Keterangan :
T = 4-6 cm
S = 5-10 cm
1
61
Tabel 2.15. Ukuran Lebar Tangga Ideal
NO Digunakan Untuk Lebar Efektif (cm) Lebar Total
1 1 orang ±65 ±85
2 1 orang + anak ±100 ±120
3 1 orang + bagasi ±85 ±105
4 2 orang 120-130 140-150
5 3 orang 180-190 200-210
6 > 3 orang >190 >210
Sumber: Konstruksi Bangunan Gedung : 17
c. Sudut kemiringan maksimum 45º
d. tinggi bebas diatas anak tangga 2,00 m
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tangga :
1. Menentukan ukuran antrede dan optrede setelah diketahui tinggi
ruangan yang akan dibuatkan tangga.
2. Menentukan jumlah antrede dan optrede.
3. Menentukan panjang tangga.
4. Menghitung pembebanan tangga :
a. Beban Mati
- Berat sendiri tangga
- Berat sendiri bordes
- Berat spesi dan ubin
- Beban sandaran
b. Beban Hidup
5. Merencanakan tulangan
a. Menentukan momen yang bekerja
b. Mencari tulangan yang diperlukan
c. Mengontrol tulangan
d. Menentukan jarak spasi
e. Merencanakan tulangan torsi dan geser
1
62
𝑲 = 𝑴𝒖
𝝓 𝒃 𝒅𝟐
As = 𝝆 𝒃 𝒅
(Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang, W.C Vis dan Gideon
Kusuma hal 45)
a) Tulangan pembagi
As = 0,25 b h
b) Tulangan geser :
V = 𝑽
𝒃.𝒅
Dengan V adalah gaya geser rencana pada penampang yang
ditinjau. (Tata cara perhitungan struktur beton bertulang
gedung, SNI 03-2847-2002 hal 245)
2.6.2. Struktur Bawah (Substructure)
2.6.2.1. Daya Dukung Tanah
Dalam merencanakan struktur pondasi haru memperhatikan
daya dukung tanah. Daya dukung (Bearing Capacity) adalah
kemampuan tanah untuk mendukung beban gedung dari struktur
pondasi maupun bangunan diatasnya tanpa terjadikeruntuhan geser.
Sedangkan daya dukung batas (Ultimate Bearing Capacity) adalah
daya dukung terbesar dari tanah, daya dukung ini merupakan
kemampuan tanah mendukung beban dan diasumsikan tanah mulai
terjadi keruntuhan, besarnya daya dukung dibagi dengan angka
keamanan. (Wesley, 1997). Untuk rumusnya adalah :
𝒒𝒂 = 𝒒𝒖
𝑭𝑲
Dimana :
qa = daya dukung yang diijinkan
1
63
qu = daya dukung terbesar dari tanah
FK = angka keamanan
Dengan menggunakan kelompok tiang pancang sehingga
digunakan rumus terzaghi untuk menghitung daya dukung tanah.
𝒒𝒖 = 𝟏, 𝟑𝑪. 𝑵𝒄 + 𝑫𝒇. 𝜸. 𝑵𝒒 + 𝟎, 𝟒. 𝜸. 𝑩. 𝑵𝜸
Dimana :
qu = daya dukung ultimit pondasi
C = kohesi tanah
Nc = faktor daya dukung terzaghi
Df = kedalaman dasar pondasi
= berat volume tanah
Nq = faktor daya dukung terzaghi
B = lebar pondasi dianggap 1,00 meter
N = faktor daya dukung terzaghi
2.6.2.2. Tegangan Kontak
Tegangan kontak yang bekerja di bawah pondasi akibat beban
struktur di atasnya (Upper Structure) diberi nama tegangan kontak
(Contact Pressure).
Gambar 2.14. Tegangan Kontak Akibat Beban Aksial
1
64
Untuk menghitung tegangan kontak digunakan rumus :
𝝇 = 𝑸
𝑨+
𝑴𝒙. 𝒙
𝑰𝒚+
𝑴𝒚. 𝒚
𝑰𝒙
apabila yang bekerja diatasnya adalah beban aksial saja dan
tepat pada titik beratnya maka digunakan rumus :
𝝇 = 𝑸
𝑨
Dimana :
= tegangan kontak (Kg/cm2)
Q = beban aksial total (ton)
A = luas bidang pondasi (m2)
Mx, My = Momen total sejajar respektif terhadap sumbu x dan
sumbu y (tm)
x,y = jarak dari titik berat pondasi ke titik dimana tegangan
kontak dihitung sepanjang respektif sumbu x an sumbu y
(m)
Ix, Iy = momen inersia respektif terhadap sumbu x dan sumbu y
(m4)
Tegangan kontak ini sangan berguna terutama didalam
perhitungan faktor keamanan. Kapasitas daya dukung dihitung
berdasarkan sifat – sifat tanah dan dimensi pondasi. Sedangkan
tegangan kontak dihitung berdasarkan beban struktur di atas pondasi.
Secara umum factor keamanan didefinisakan sebagai berikut :
𝑺𝑭 = 𝑲𝒂𝒑𝒂𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔
𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 =
𝑲𝒂𝒑𝒂𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒅𝒂𝒚𝒂 𝒅𝒖𝒌𝒖𝒏𝒈
𝑻𝒆𝒈𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑲𝒐𝒏𝒕𝒂𝒌
Hubungan antara kapasitas daya dukung dengan tegangan
kontak dalam bentuk faktor keamanan adalah
a. SF = 1, artinya tegangan kontak sama dengan kapasitas daya
dukung. Lapis tanah dalam keadaan seimbang menerima
beban.
b. SF > 1, artinya tegangan kontak lebih dari mobilisasi kapasitas
daya dukung. Lapis tanah dapat menerima beban.
1
65
c. Sf < 1, artinya tegangan kontak lebih besar dari mobilisasi
kapasitas daya dukung. Lapis tanah tidak dapat menerima
beban.
Kapasitas dukung yang digunakan biasanya kapasitas daya dukung
ultimate, tetapi apabila dikehendaki SF lebih konservatif, kapasitas
daya dukung yang digunakan aalah kapasitas daya dukung ijin.
2.6.2.3. Kapasitas Daya Dukung Pondasi Tiang
Kapasitas daya dukung pondasi tiang dapat dianalisis dengan
metode berdasarkan hasil sondir. Tes sondir atau cone penetration test
(CPT) pada dasarnya adalh untuk memperoleh tahanan ujung (q) dan
tahanan selimut (c) sepanjang tiang. Tes sondir ini biasanya dilakukan
pada tanah – tanah kohesif dan tidak dianjurkan pada tanah berkerikil
dan lemping keras (Wesley, 1997).
Berdasarkan faktor pendukungnya, daya dukung tiang pancang
dapat digolongkan sebagai berikut (Subianto, 1999) :
1. End Bearing Pile
End bearing pile adalah tiang pancang yang dihitung
berdasarkan tahanan ujung dan memindahkanbeban yang diterima
ke lapisan tanah keras. Rumus yang digunakan adalah :
𝑸𝒕𝒊𝒂𝒏𝒈 = 𝑨𝒕𝒊𝒂𝒏𝒈 𝒙 𝑷
𝟑
2. Friction Pile
Jika pemancangan tiang sampai pada lapisan tanah keras sulit
dilaksanakan karena letaknya sangat dalam, maka dapat digunakan
tiang pancang yang daya dukungnya berdasarkan perletakan antara
tiang dengan tanah. Rumus daya dukung yang diijinkan terhadap
tiang adalah :
𝑸𝒕𝒊𝒂𝒏𝒈 = ʘ 𝒙 𝑳𝒙 𝒄
𝟓
1
66
3. End Bearing Pile And Friction Pile
End Bearing Pile And Friction Pile adalah Perhitungan tiang
pancang didasarkan pada tahanan ujung dan hambatan pelekat.
Rumusnya daya dukung yang diijinkannya adalah sebagai berikut :
𝑸𝒕𝒊𝒂𝒏𝒈 = 𝑨𝒕𝒊𝒂𝒏𝒈 𝒙 𝑷
𝟑+
ʘ 𝒙 𝑳𝒙 𝒄
𝟓
2.6.2.4. Tiang Pancang Kelompok
Pada saat pelaksanaan jarang dijumpai pondasi yang hanya
terdiri dari satu tiang pancang saja, tetapi terdiri dari beberapa tiang.
Teori membuktikan daya dukung kelompok tiang pancang tidak sama
dengan daya dukung tiang secara individu dikalikan dengan jumlah
tiang kelompok, melainkan lebih kecil karena adanya faktor effisiensi.
(Sarjono, 1998).
Jarak antara tiang pancang dalam kelompok tiang sangat
mempengaruhi perhitungan kapasitas daya dukung dari grup tiang
pancang. Untuk bekerja sebagai grup tiang ini biasanya harus
mematuhi peraturan bangunan pada daerah masing – masing. Oleh
karenanya penentuan jarak antar tiang (pile spacing) dibedakan
berdasarkan :
a. Jarak, pada umumnya S bervariasi, diantaranya :
a) Jarak minimum, S = 2d
b) Jarak maksimum, S = 6d
b. Fungsi tiang, fungsi tiang juga dapat mempengaruhi penentuan
jarak antar tiang, antara lain :
a) Sebagai friction pile, minimum S = 3d
b) Sebagai end bearing pile, minimum S = 3d
c. Klasifikasi tanah, penentuan pile spacing berdasasrkan klasifikasi
tanah yaitu :
a) Jika terletak pada lapisan tanah liat keras, minimal S = 3,5d
b) Jika didaerah lapis padat, minim S = 2d
1
67
Perhitungan daya dukung tiang berdasarkan pada tekanan ujung,
sehingga kemampuan tiang dalam kelompok sama dengan
kemampuan tiang tunggal dikalikan banyaknya tiang.
𝑸𝒑𝒒 = 𝒏. 𝑸𝒔
Dimana :
Qpq = daya dukung kelompok tiang
n = banyaknya tiang pancang
Qs = daya dukung tian tunggal
Efisiensi daya dukung kelompok tiang dihitung berdasarkan clef
dan conus (Sarjono, 1998).. Rumus yang digunakan adalah :
𝑸𝒑𝒒 = 𝑬𝒇𝒇. 𝑸𝒕𝒊𝒂𝒏𝒈
𝑬𝒇𝒇 = 𝟏 − 𝜽
𝟗𝟎 𝒏 − 𝟏 𝒎 + 𝒎 − 𝟏 𝒏
(𝒎 + 𝒏)
Dimana :
Eff
= efisiensi daya dukung kelompok tiang
m = jumlah baris
n = jumlah tiang dalam 1 baris
= tan-1
( = d/s)
s = jarak antar tiang
𝑸𝒕𝒊𝒂𝒏𝒈 = 𝑨𝒕𝒊𝒂𝒏𝒈 𝑿 𝒑
𝟑+
ʘ 𝒙 𝑳 𝒙 𝒄
𝟓
Dimana :
Qtiang = daya dukung kesetimbangan tiang (Kg)
Atiang = luas permukaan tiang (m2)
p = nilai conus hasil sondir (KN/m2)
ʘ = keliling tiang pancang (m)
L = panjang tiang yang dimasukan ke dalam tanah (m)
C = harga cleep rata – rata (KN/m2)
3, 5 = faktor keamanan.
68
BAB III
METODOLOGI
3.1. Uraian Umum
Bab ini berisi uraian langkah-langkah sistematis yang dilakukan dalam
melaksanakan perencanaan tugas akhir. Pada dasarnya Metodologi adalah kerangka
dasar dari penyelesaian tugas akhir dengan menggunakan studi sistematis kualitatif
dan kuantitatif melalui beberapa metode sebagai tahapan dalam melakukan proses
analisa terhadap permasalahan tugas akhir.
Dalam mengerjakan tugas akhir, digunakan analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif yang bertujuan untuk saling melengkapi dan saling mengoreksi sejauh
mana ketepatan analisisnya. Metode analisis merupakan sebuah proses berkelanjutan
dalam menjalankan laporan perencanaan, dengan analisis awal menginformasikan data
yang kemudian dikumpulkan. Ketika perencana sudah selesai dalam mengumpulkan
data, maka langkah selanjutnya ialah menganalisis data yang telah diperoleh.
3.2. Pengumpulan Data
Data yang dijadikan bahan acuan penyusunan Laporan Tugas Akhir adalah data
sekunder.
3.2.1. Data Teknis
1. Data Mutu Material
a. Beton
Mutu beton = Fc 30 MPa (Kolom, Balok,
Plat, Tangga )
= Fc 35 MPa (Pondasi)
Modulus elastisitas beton (Ec) = 4700 𝑓𝑐 MPa
b. Baja
Mutu baja (fy) = 240 MPa
Modulus elastisitas baja (Es) = 2,1 x 105 Mpa
2. Data tanah
Data tanah yang diperoleh dari penelitian tanah Laboratorium
Mekanika Tanah UNDIP, antara lain :
a. Peta situasi titik sondir dan boring
69
b. Direct shear test (Geser langsung)
c. Consolidation test
d. Data sondir test
e. Data boring test
f. Graph of sonding
g. Data soil test
h. Grain size accumulation curve
i. Liquid limit and plastic limit test
Dari berbagai macam data tanah diatas dapat diketahui karakteristik
tanah bagi perencanaan desain struktur bagian bawah dari bangunan yang
direncanakan. Data yang digunakan dalam perhitungan pondasi tiang
pancang adalah graph of sonding untuk mengetahui kedalaman tanah
keras.
3. Data pembebanan
Spesifikasi Pembebanan adalah besarnya pembebanan sesuai
dengan ketentuan – ketentuan yang berlaku pada peraturan pembebanan
Indonesia untuk gedung 1983 untuk dijadikan acuan bagi perhitungan
selanjutnya.
a. Beban mati
Plafond = 11 Kg/m2
Berat beton = 2400 Kg/m3
Berat adukan (t = 2 cm) = 42 Kg/m2
Berat lantai keramik = 24 Kg/m2
Pasangan batu bata = 1700 Kg/m3
b. Beban hidup
Beban pekerja = 100 Kg
Beban lantai = 250 Kg/m2
Beban tangga = 300 Kg/m2
Beban hujan = (40 – 0,8 s) Kg/m2
c. Beban gempa
Lokasi wilayah gempa = wilayah 4
70
3.2.2. Data Non Teknis
Data non teknis berfungsi sebagai penunjang dalam perencanaan seperti
kondisi dan letak lokasi proyek
a. Fungsi bangunan : Gedung Lima Lantai Kantor Polda Jateng.
b. Jumlah lantai : 5 lantai
c. Lokasi : Jalan Imam Bonjol – Semarang
d. Penyelidika tanah : Laboratorium Mekanika Tanah Undip
3.3. Langkah – Langkah Perencanaan Struktur
3.3.1. Tahapan Perencanaan Atap
Tahapan dalam merencanakan struktur atap dapat dijelaskan seperti
berikut ini :
a. Tentukan denah dan konfigurasi atap beserta sistem strukturnya.
b. Estimesi dimensi elemen strukturnya.
c. Tentukan beban yang bekerja pada struktur.
d. Analisis struktur bangunan atap.
e. Desain elemen struktur termasuk detail jont dan perletakan serta alat
sambungnya.
3.3.2. Tahapan Perencanaan Struktur Portal (Pelat, Balok dan Kolom)
Tahapan dalam perhitungan perencanaan struktur yang terdiri dari pelat,
balok dan kolom adalah sebagai berikut ini :
1. Kumpulkan data perencanaan.
2. Kumpulkan data beban
3. Untuk perencanaan pelat digunakan perhitungan seperti berikut ini :
a. Tentukan tabel pelat (dengan bantuan syarat lendutan )
b. Hitung beban-beban
c. Tentukan momen yang menentukan
d. Hitung tulangan ρmin ≤ ρ ≤ ρmaks
e. Pilih tulangan
f. Periksa lebar retak secara memeriksa lebar jaringan S ≤ Smaks
g. Tebal plat dan tulangan memadai
71
4. Untuk perencanaan balok digunakan perhitungan seperti berikut ini :
a. Tentukan syarat-syarat batas
b. Tentukan panjang bentang
c. Tentukan ukuran balok
d. Hitung beban-beban
e. Tentukan momen-momen yang menentukan
f. Hitung tulangan yang dibutuhkan
g. Pilih tulangan dan hitung tulangan tekan
h. Periksa lebar retak dengan memeriksa Smaks
i. Tentukan Besarnya Gaya Lintang
j. Tentukan tulangan penahan gaya lintang
k. Pilih tulangan
l. Ukuran balok dan tulangan memadai
5. Untuk perencanaan kolom tanpa pengaku digunakan perhitungan seperti
berikut ini :
a. Pilih ukuran kolom dan balok
b. Tentukan Et dan hitung EIk dan EIb
c. Hitung distribusi gaya orde satu tanpa dan dengan goyangan
d. tentukan EIk
e. Hitung Ψ dengan rumus Ψ = Σ
𝐸𝐼𝑘
𝐼𝑘
Σ 𝐸𝐼𝑏
Ib
f. Tentukan K dengan diagram nomogram 2.12
g. Hitung Cm dengan rumus CM = 0,6+0,4 ( 𝑀₁𝑏
𝑀₂𝑏 ) ≥0,4
h. Tentukan rumus δb dengan rumus δb = 𝐶 m
1− 𝑝ᵤ
𝜙𝑃 ᵤ ≥ 1,0
i. Tentukan rumus δs dengan rumus δs = 𝐶 m
1− 𝛴 𝑝ᵤ
𝛴 𝜙𝑃 ᵤ ≥ 1,0
j. Hitung e’ dari
𝑀𝑐
𝑃ᵤ et ≥ ( 15 + 0,03h) mm
k. Tentukan tulangan kolom dengan grafik 2.13
72
3.3.3. Tahapan Perencanaan Tangga
Dalam merencanakan struktur tangga dapat dihitung melalui tahapan –
tahapan seperti dibawah ini:
a. Tentukan data perencanaan.
b. Tentukan beban yang bekerja pada struktur tangga.
c. Analisis struktur tangga.
d. Tentukan penulangan struktur tangga.
3.3.4. Tahapan Perencanaan Struktur Pondasi
Dalam menghitung perencanaan struktur pondasi suatu bangunan dapat
dilakukan dengan langkah – langkah seperti berikut ini :
a. Analisis dan penentuan parameter tanah.
b. Pemilihan jenis pondasi.
c. Analisis beban yang bekerja pada pondasi.
d. Estimasi daya dukung pondasi.
e. Desain pondasi
3.4. Rencana Teknis Pelaksanaan Studi
Penyusunan Tugas Akhir “Perencanaan Struktur Gedung Lima Lantai Kantor
Polda Jawa tengah.” dibatasi dalam waktu 6 bulan. Oleh karena itu, untuk dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya diperlukan perencanaan
kerja yang tepat.
3.4.1. Tahap Pelaksanaan Studi
3.4.1.1. Persiapan dan perijinan
Langkah awal yang dilakukan dalam penyusunan Laporan akhir
adalah dengan melakukan persiapan periinan pembuatan Tugas Akhir
menurut bidang ilmu masing – masing. Ppada langkah ini, hal yang
perlu dilakukan adalah permohonan soal tugas yang diberikan oleh
pembimbing utama.
73
3.4.1.2. Study literature
Study literature meliputi hal – hal yang berkaitan dengan
struktur bangunan gedung yang meliputi struktur pondasi, kolom,
balok, pelat dan atap.
3.4.1.3. Kompilasi data
Tahapan ini merupakan tahapan pengumpulan data yang
dibutuhkan untuk melengkapi laporan. Data tersebut adalah data yang
siap untuk dianalisis.
3.4.1.4. Analisis data
Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk
mengetahui apakah perencanaan bangunan tersebut telah sesuai atau
tidak.
3.4.1.5. Penyusunan laporan
Dalam tahapan ini data yang telah dianalisa kemudian
disimpulkan dan dibuat laporan tugas akhir.
3.4.2. Diagram Alir
Dalam pembuatan laporan diharapkan dapat memperoleh hasil yang
diinginkan dan selesai tepat pada waktunya. Secara sistematis rencana
penyusunannya dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini :
74
Gambar 3.1. Diagram Alir untuk Menghitung Atap
Gambar 3.2. Diagram Alir untuk Menghitung Tulangan pada Pelat
(sumber : Dasar – dasar perencanaan beton bertulang, W.C Vis dan Gideon Kusuma, Hal.
76)
75
Gambar 3.3. Diagram Alir untuk Perencanaan Balok
(sumber: Dasar – dasar perencanaan beton bertulang W.C Vis dan Gideon Kusuma, Hal.
133)
76
Gambar 3.4. Diagram Alir Perencanaan Kolom tanpa Penahan
Sumber : Grafik dan tabel Perhitungan Beton Bertulang , W.C Vis dan Gideon Kusuma.
Hal. 109)
77
Gambar 3.5. Diagram Alir untuk Menghitung Tangga
Gambar 3.6. Diagram Alir untuk Menghitung Pondasi
78
3.4.3. Time Schedule Penyusunan Tugas Akhir
Kegiatan ini akan dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan.
Tabel 3.1. Schedule Penyusunan Tugas Akhir
No Kegiatan Bulan ke -1 Bulan ke -2 Bulan ke -3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan denah gambar gedung
2. Pembuatan proposal TA
3. Perhitungan struktur
4. Gambar dan detail struktur
5. Pembuatan RKS
6. Pembuatan RAB
7. Penutupan
8. Penjilidan TA
79
BAB IV
PERHITUNGAN STRUKTUR
4.1. Perhitungan Atap
4.1.1. Data Teknis Perencanaan Atap
Dalam perhitungan atap, digunakan data teknis sebagai berikut :
Bentang kuda – kuda (L) : 13 m
Jarak antar kuda – kuda (I) : 4 m
Kemiringan atap () : 30
Penutup atap : Genteng (50 Kg/m2)
Sambungan konstrukti : Baut (BJ37)
Mutu baja profil siku : BJ 37
Tegangan leleh baja (fy) : 240 MPa
Tegangan Ultimit baja (fu) : 370 MPa
Tekanan Tiup Angin : 25 Kg/m2
Gambar 4.1. Denah Kuda – Kuda
80
Gambar 4.2. Perspektif Kuda - Kuda
Gambar 4.3. Kuda – kuda Tipe 1
Gambar 4.4. Kuda – kuda Tipe 2
81
4.1.2. Perhitungan Gording
Gambar 4.5. Gording CNP
Digunakan gording profil CNP16 (BJ37)
q = 18,8 Kg/m
Wx = 116 cm3
Wy = 18,3 cm3
Ix = 925 cm4
Iy = 85,3 cm4
1. Pembebanan
a. Beban mati
Beban penutup atap = 50 Kg/m2 x 2,89 = 144,50 Kg/m
Berat gording = 18,80 Kg/m +
q = D = 163,30 Kg/m
b. Beban hidup
P = 100 Kg
c. Beban angin
Tekanan tiup angin = 25 Kg/m2
Koefisien angin
Angin tekan = 0,02 – 0,4 = 0,02 x 30 – 0,4 = 0,2
Angin hisap = –0,40
Beban angin
Angin tekan = 0,2 x 2,89 x 25 = 14,45 Kg/m
Angin hisap = –0,40 x 2,89 x 25 = –28,90 Kg/m
d. Beban air hujan
82
b = (40 – 0,8) x 2,89
= (40 – 0,8x 30) x 2,89
= 46,24 Kg/m
2. Momen Akibat Pembebanan
a. Beban mati
q = D = 163,30 Kg/m
qx = q.sin = 163,30 x sin30 = 81,65 Kg/m
qy = q.cos = 163,30 x cos30 = 141,42 Kg/m
Mx1 = 1
8𝑞𝑦. 𝑙2 My1 =
1
8𝑞𝑥. 𝑙2
Mx1 = 1
8141,42. 42 My1 =
1
881,65. 42
Mx1 = 282,84 Kg.m My1 = 163,30 Kg.m
b. Beban hidup
P = L = 100 Kg
Px = P.sin = 100 x sin 30 = 50 Kg/m
Py = P.cos = 100 x cos 30 = 86,60 Kg/m
Mx2 = 1
4𝑃𝑦. 𝑙 My2 =
1
4𝑃𝑥. 𝑙
Mx2 = 1
486,60.4 My2 =
1
450.4
Mx2 = 86,60 Kg.m My2 = 50 Kg.m
c. Beban angin
Beban angin tekan (W1) = 14,45 Kg/m
Beban angin hisap (W2) = –28,90 Kg/m
Mx3 hisap = 1
8𝑊2. 𝑙2 My3 tekan =
1
8𝑊1. 𝑙2
Mx3 hisap = 1
8(–28,90) . 42 My3 tekan =
1
814,45 . 42
Mx3 hisap = –57,80 Kg.m My3 tekan = 28,90 Kg.m
d. Beban air hujan
b = 46,24 Kg/m
bx = b. sin = 46,24 x sin 30 = 23,12 Kg/m
by = b. cos = 46,24 x cos 30 = 40,05 Kg/m
Mx4 = 1
8𝑏𝑦. 𝑙2 My4 =
1
8𝑏𝑥. 𝑙2
83
Mx4 = 1
840,05. 42 My4 =
1
823,12. 42
Mx4 = 80,10 Kg.m My4 = 46,24 Kg.m
3. Kombinasi Pembebanan
a. Kombinasi primer
Mx = Mx1 + Mx4 My = My1 + My2
Mx = 182,84 + 80,10 My = 163,30 + 50
Mx = 362,93 Kg.m My = 213,30 Kg.m
b. Kombinasi sekunder
Mx = Mx1 + Mx3 + Mx4 My = My1 + My2 + My3 tekan
Mx = 182,84 + (–57,80 )+ 80,10 My = 163,30 + 50 + 28,90
Mx = 305,13 Kg.m My = 242,20 Kg.m
4. Kontrol Terhadap Tegangan
a. Kombinasi primer
f = 𝑀𝑥
𝑊𝑥+
𝑀𝑦
𝑊𝑦
= 36293
116+
21330
18,3
= 1478,45 Kg/cm2 < fy = 2400 Kg/cm
2 OK
b. Kombinasi sekunder
f = 𝑀𝑥
𝑊𝑥+
𝑀𝑦
𝑊𝑦
= 30513
116+
24220
18,3
= 1586,54 Kg/cm2 < fy = 2400 Kg/cm
2 OK
5. Kontrol Terhadap Lendutan
Gording diperhitungkan sebagai balok menerus di atas banyak tumpuan,
beban direduksi 75%.
qx = 75%.q.sin = 0,75 x 163,30 x sin30 = 61,24 Kg/m
qy = 75%.q.cos = 0,75 x 163,30 x cos30 = 106,07 Kg/m
Px = 75%.P.sin = 0,75 x 100 x sin 30 = 37,5 Kg/m
Py = 75%.P.cos = 0,75 x 100 x cos 30 = 64,95 Kg/m
fmax = 1
240 𝑥 𝑙 =
1
240 𝑥 400 = 1,60 cm
84
a. Penurunan terhadap sumbu x
fx = 5 𝑥 𝑞𝑥 𝑥 𝐿4
384𝑥 𝐸𝐼𝑦+
𝑃𝑥 𝑥 𝐿3
48 𝑥 𝐸𝐼𝑦
= 5 𝑥 0,6124 𝑥 4004
384𝑥 2 𝑥 106 𝑥 85,3+
0,375 𝑥 4003
48 𝑥 2 𝑥 106 𝑥 85,3
= 1,20 cm < fmax = 1,60 cm OK
b. Penurunan terhadap sumbu y
fy = 5 𝑥 𝑞𝑦 𝑥 𝐿4
384𝑥 𝐸𝐼𝑥+
𝑃𝑦 𝑥 𝐿3
48 𝑥 𝐸𝐼𝑥
= 5 𝑥 1,0607 𝑥 4004
384𝑥 2 𝑥 106 𝑥 925+
0,6495 𝑥 4003
48 𝑥 2 𝑥 106 𝑥 925
= 0,19 cm < fmax = 1,60 cm OK
c. Total lendutan yang terjadi
f = 𝑓𝑥2 + 𝑓𝑦2
= 1,20 2 + 0,192
= 1,21 cm < fmax = 1,60 cm OK
Jadi lendutan yang terjad lebih kecil dari lendutan yang di ijinkan,
sehingga gording aman dari bahaya lendutan.
4.1.3. Perencanaan Kuda - Kuda
Beban – beban yang terjadi pada atap diantaranya adalah beban mati,
beban hidup dan beban angin.
1. Beban mati
a. Beban Berat Kuda – kuda
Untuk perhitungan beban berat sendiri kuda – kuda diperhitungan
dengan menggunakan bantuan Software SAP2000.
b. Beban Penutup Atap
Patap = 50 x jarak kuda – kuda x jarak gording
= 50 x 4 x 2,89
= 578 Kg
c. Beban Gording
Untuk perhitungan beban gording diperhitungan dengan
menggunakan bantuan software SAP2000.
d. Beban Plafond
Pplafond = 18 x 2,89 x 4
85
= 208 Kg
e. Total Beban Mati
PD = Patap + Pplafond
= 578 + 208
= 786 Kg
Gambar 4.6. Input Beban Mati pada Kuda – kuda
2. Beban hidup
Beban hidup yang terjadi pada atap adalah beban dari pekerja.
PL = Ppekerja = 100 Kg
Gambar 4.7. Input Beban Hidup pada Kuda – kuda
3. Beban Angin
a. Angin Tekan
Perhitungan koefisien angin tekan
C = 0,02 - 0,4
= 0,02 x 30 – 0,4
= 0,2
86
Perhitungan beban angin tekan
W = C. (4 x 2,89 ) x P sin
= 0,2 (4 x 2,89) x 25 sin 30
= 28,90 Kg/m2 ()
W = C. (4 x 2,89 ) x P Cos
= 0,2 (4 x 2,89 ) x 25 x cos 30
= 50,06 Kg/m2 ()
b. Angin Hisap
Perhitungan koefisien angin hisap
C = - 0,4
Perhitungan beban angin hisap
W = C. (4 x 2,89 ) x P sin
= -0,4 (4 x 2,89) x 25 sin 30
= -57,80 Kg/m2 ()
W = C. (4 x 2,89 ) x P Cos
= -0,4 (4 x 2,89 ) x 25 x cos 30
= -100,11 Kg/m2 ()
Gambar 4.8. Input Beban Angin pada Kuda –kuda
4. Kombinasi Pembebanan
Dalam perhitungan struktur kuda – kuda digunakan kombinasi
sebagai berikut :
a. Comb 1 =1,4D
b. Comb 2 = 1,2 D + 1,6 La
87
c. Comb 3 = 1,2 D + 1,6 La + 0,8W
d. Comb 4 = 1,2 D + 1,3 W + 0,5 La
e. Comb 5 = 0,9 D 1,3 W
Gambar 4.9. Kombinasi Pembebanan pada Kuda – kuda
4.1.4. Perhitungan Profil Kuda – Kuda
1. Tegangan dan Lendutan pada Kuda – kuda
Dari hasil perhitungan SAP di dapat gaya batang maksimum dan lendutan
yang terjadi pada rangka kuda – kuda :
Tabel 4.1. Tegangan Kuda - Kuda
Frame DesignSect Ratio Frame DesignSect Ratio
Text Text Unitless Text Text Unitless
131 2L.60.60.6 0.91 145 2L.40.40.4 0.00
132 2L.60.60.6 0.74 146 2L.50.50.5 0.38
133 2L.40.40.4 0.24 147 2L.40.40.4 0.05
134 2L.60.60.6 0.05 148 2L.50.50.5 0.03
135 2L.60.60.6 0.05 149 2L.50.50.5 0.03
136 2L.40.40.4 0.24 151 2L.40.40.4 0.11
137 2L.60.60.6 0.73 152 2L.50.50.5 0.04
138 2L.60.60.6 0.91 153 2L.50.50.5 0.03
139 2L.40.40.4 0.51 154 2L.40.40.4 0.05
140 2L.40.40.4 0.50 155 2L.50.50.5 0.38
141 2L.40.40.4 0.38 156 2L.40.40.4 0.00
142 2L.40.40.4 0.39 325 2L.50.50.5 0.57
143 2L.40.40.4 0.50 326 2L.50.50.5 0.56
144 2L.40.40.4 0.50
88
Lendutan maksimum yang terjadi pada rangka kuda – kuda
Joint text = 80
U1 = 0,05 mm
U2 = 2,92 mm
U3 = 8,76 mm
Cek lendutan rangka
𝛿 = 𝐿
360=
13000
360 = 36,11 mm
= 𝑈12 + 𝑈2
2 + 𝑈32
= 0,05 2 + 2,922 + 8,762
= 9,23 mm < 𝛿 = 36,11 mm
4.1.5. Perhitungan Sambungan Baut
1. Tinjauan Kekuatan Baut
Pada sambungan baut digunakan :
(d) baut = diameter ½” (d = 12,70 mm) tipe A325.
Tebal plat = 10 mm
tahanan baut digunakan baut diameter ½” (d = 12,70 mm) tipe A325.
a. Tahanan geser
Rn = .r1.fub.Ab
= 0,75 . 0,5. 825. (1/4 .12,702)
= 39170,79 N
= 3,92 ton
b. Tahanan tumpu
Rn = .2,4.db.tp.fup
= 0,75 . 2,4 .12,7 . 10 . 370
= 8,458 ton
Maka tahanan baut yang digunakan adalah Rn = 3,92 ton
2. perhitungan jarak baut d ½” (12,70 mm)
a. Jarak antar baut
3db < S < 15tp atau 200 mm
89
3 . 12,70 < S < 15 . 10 atau 200 mm
38,1 < S < 150 atau 200 mm
S = 50 mm
b. Jarak baut ke tepi
1,5db < S < (4tp + 100 mm) atau 200 mm
1,5 . 12,70 < S < (4 . 10 + 100) atau 200 mm
19,05 < S < 140 atau 200 mm
S = 25 mm
3. Perhitungan Jumlah Baut
Untuk perhitungan jumlah baut yang harus digunakan, maka dapat
menggunakan rumus :
n = 𝑃
Rn
n = Jumlah baut
P = Gaya Aksial Maksimal pada batang (Kg)
Rn = Tahanan baut (Kg)
a. Perhitungan Baut Kuda – Kuda Tipe 1
Gambar 4.10. Gaya Aksial Kuda – kuda tipe 1
90
Tabel 4.2. Perhitungan jumlah baut kuda – kuda tipe 1
Frame P Maks (ton) tahanan
baut (ton)
Jumlah Baut
Perhitu-ngan
dipakai
131 -6.94 3.92 -1.77 2
132 -5.63 3.92 -1.44 2
133 -1.91 3.92 -0.49 2
134 -1.25 3.92 -0.32 2
135 -1.28 3.92 -0.33 2
136 -1.93 3.92 -0.49 2
137 -5.61 3.92 -1.43 2
138 -6.92 3.92 -1.77 2
139 5.98 3.92 1.53 2
140 5.98 3.92 1.53 2
141 4.88 3.92 1.24 2
142 4.89 3.92 1.25 2
143 6.05 3.92 1.54 2
144 6.05 3.92 1.54 2
145 0.03 3.92 0.01 2
146 -1.34 3.92 -0.34 2
147 0.70 3.92 0.18 2
148 0.04 3.92 0.01 2
149 0.07 3.92 0.02 2
151 1.05 3.92 0.27 2
152 -0.21 3.92 -0.05 2
153 0.26 3.92 0.07 2
154 0.70 3.92 0.18 2
155 -1.32 3.92 -0.34 2
156 0.02 3.92 0.01 2
325 -4.86 3.92 -1.24 2
326 -4.87 3.92 -1.24 2
91
b. Perhitungan baut kuda – kuda tipe 2
Gambar 4.11. Gaya Aksial Kuda – kuda 2
Tabel 4.3. Perhitungan Jumlah Baut Kuda – Kuda Tipe 2
Frame P Maks
(ton) tahanan
baut (ton)
Jumlah Baut
Perhitu-ngan
dipakai
17 1.36 3.92 0.35 2
254 5.14 3.92 1.31 2
255 3.88 3.92 0.99 2
256 1.11 3.92 0.28 2
257 1.11 3.92 0.28 2
258 0.03 3.92 0.01 2
259 1.29 3.92 0.33 2
4.1.6. Perhitungan Pelat Landasan dan Baut angkur
Tegangan tumpu pelat landasan
Mutu beton (fc’) = 30Mpa
Digunakan tebal pelat = 10 mm
P vertikal maks pada tumpuan
PV = 4,16 ton (Joint No. 14)
P horizontal maks pada tumpuan
PH = 3,41 ton (Joint No. 123)
Menghitung lebar pelat landasan efektif
92
Gambar 4.12. Pemodelan Pelat Landasan
Lebar efektif pelat landasan
𝑎 = 2𝑒 + 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝐿 = 44 𝑚𝑚
σ beton = σ pelat landasan
9 =𝑃𝑣
𝐿 𝑥 𝑎
𝐿 =41627 𝑁
5 𝑥 44
L = 189 mm
𝐷𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 𝐿 = 200 𝑚𝑚
Gambar 4.13. Tampak Atas Pelat Landasan
t
a
h t pelat Pelat landasan
b
L pelat
l pelat
a
L pelat
l pelat
93
Spesifikasi baut yang digunakan :
Tipe baut = A 327
Diameter = 12,7 mm
Fu = 825 Mpa
Periksa terhadap geser baut
Vd = .r1.fub.Ab
= 0,75 . 0,5. 825. (1/4 .12,702)
= 39170,79 N
= 3,92 ton
Jumlah baut
jumlah baut yang kebutuhan𝑁𝑢
𝜙 𝑉𝑑=
4,16
3,92= 1,06 𝑏𝑢𝑎
Jumlah Baut dipakai = 4 buah
4.2. Perhitungan Portal
4.2.1. Perhitungan Beban Angin
Gambar 4.14. Permodelan Luasan Beban Angin Per Titik Joint
1. Tekanan angin yang diperhitungkan
2. Koefisien angin dinding vertikal
Di pihak angi (angin tekan) = + 0,9
Di belakang angin (angin hisap) = -0,4
94
3. Perhitungan beban angin
Untuk perhitungan beban angin digunakan rumus
W = P. C. L
Dimana :
P = tekanan angin yang diperhitungkan
C = Koefisien angin
L = Luas dinding yang terkena angin
Tabel 4.4. Perhitungan Angin Tekan pada Portal
NoP
(Kg/m2)C L (m2) W (Kg)
1 25 0.9 6.19 139.19
2 25 0.9 12.37 278.38
3 25 0.9 13.26 298.27
4 25 0.9 10.56 237.63
5 25 0.9 21.12 475.26
6 25 0.9 22.63 509.20
7 25 0.9 4.38 98.44
8 25 0.9 8.75 196.88
9 25 0.9 9.38 210.94
10 25 0.9 3.50 78.75
11 25 0.9 14.00 315.00
12 25 0.9 15.00 337.50
Tabel 4.5. Perhitungan Angin Hisap pada Portal
NoP
(Kg/m2)C L (m2) W (Kg)
1 25 -0.4 6.19 -61.86
2 25 -0.4 12.37 -123.73
3 25 -0.4 13.26 -132.56
4 25 -0.4 10.56 -105.61
5 25 -0.4 21.12 -211.23
6 25 -0.4 22.63 -226.31
7 25 -0.4 4.38 -43.75
8 25 -0.4 8.75 -87.50
9 25 -0.4 9.38 -93.75
10 25 -0.4 3.50 -35.00
11 25 -0.4 14.00 -140.00
12 25 -0.4 15.00 -150.00
95
4.2.2. Perhitungan Beban Gempa
1. Lokasi Bangunan
Berdasarkan peta pada google maps, gedung kantor polda jawa tengah
terletak pada lintang -6.9802186 dan bujur 110.4105230.
Gambar 4.15. Koordinat Lokasi Gedung Kantor Polda Jawa Tengah
(sumber : Google Maps, 2017)
2. Menentukan Kategori Resiko Struktur Bangunan
Berdasarkan kategori resiko bangunna pada SNI 03-1726-2012. Gedung
lima lantai kantor polda jateng termasuk dalam kategori I dan II.
96
Tabel 4.6. Kategori Resiko Gedung Lima Lantai Kantor Polda Jateng
Pemanfaatan
Kategori
Resiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk, antara lain :
- Fasilitas pertanian, perkebunan, pertemuan, dan perikanan
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
I
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
kategori risiko I,II,II,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
- Gedung perkantoran
- Gedung apartemen / rumah susun
- Pusat perbelanjaan / mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
II
Gedung dan non gedung yang dimiliki risiko ini tinggi terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk :
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit
gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, yang tidak termasuk kedalam kategori
IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak eonomi
yang besar dan / atau gangguan massal terhadap kehidupan
masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi
tidak dibatasi untuk :
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori
risiko IV, ( termasuk tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas
manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan,
atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia
berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak)
yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah
III
97
kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh
instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi
masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukan sebagai fasilitas yang
penting, termasuk tetapi tidak dibatasi untuk :
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fassilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi,
serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan
tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasiltas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan
fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur
stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur
rumah atau struktur pendukung air mineral atau peralatan
pemadam kebakaran) yang disyaratkan untuk beroperasi
pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke
dalam kategori risiko IV.
IV
(Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI 1726:2012)
3. Menentukan Faktor Keutamaan Gempa (Ie)
Berdasarkan hasil dari kategori resiko struktur bangunan, diperoleh faktor
keutamaan gempa (Ie) sebesar 1,0
Tabel 4.7. Faktor Keutamaan Gempa (Ie)
Kategori resiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,5 (Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI
1726:2012)
4. Menentukan Kelas Situs (SA-SF)
Untuk menentukan klasifikasi kelas situs tanah local, maka dapat
dilakukan dengan menguji nilai penetrasi standar rata-rata. N profil tanah
yang mengandung beberapa lapisan tanah dan/atau batuan yang nyata
98
berbeda, harus dibagi menjadi lapisan – lapisan yang diberi nomor ke 1
sampai ke –n dari atas ke bawah, sehingga ada total N lapisan tanah yang
berbeda pada lapisan 40 m paling atas tersebut. Nilai N untuk lapisan
tanah 40 m paling atas ditentukan sesuai dengan perumusan berikut :
N = ti
ni
tiNi n
i=1
ti = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 40 meter;
Ni = tahanan penetrasi standar 60 persen energi (N60) yang terukur langsung
di lapangan tanpa koreksi.
Tabel 4.8. Nilai Tes Penetrasi Standar Rata – Rata (N) Log
No. BH.1
No. ti (m) Ni t/N
1 0,00 - 2,00 = -2,00 8 0,250
2 2,00 - 4,00 = -2,00 9 0,222
3 4,00 - 6,00 = -2,00 17 0,118
4 6,00 - 8,00 = -2,00 3 0,667
5 8,00 - 10,00 = -2,00 2 1,000
6 10,00 - 12,00 = -2,00 3 0,667
7 12,00 - 14,00 = -2,00 3 0,667
8 14,00 - 16,00 = -2,00 7 0,286
9 16,00 - 18,00 = -2,00 20 0,100
10 18,00 - 20,00 = -2,00 18 0,111
11 20,00 - 22,00 = -2,00 22 0,091
12 22,00 - 24,00 = -2,00 24 0,083
13 24,00 - 26,00 = -2,00 44 0,045
14 26,00 - 28,00 = -2,00 59 0,024
15 28,00 - 30,00 = -2,00 56 0,036
16 30,00 - 32,00 = -2,00 60 0,033
17 32,00 - 34,00 = -2,00 60 0,033
18 34,00 - 36,00 = -2,00 60 0,033
19 36,00 - 38,00 = -2,00 56 0,036
20 38,00 - 40,00 = -2,00 60 0,033
Σ -40,00 4,545
99
N =𝟒𝟎,𝟎𝟎𝟎
4,545
= 8,80
Tabel 4.9. Nilai Tes Penetrasi Standar Rata – Rata (N) Log
No. BH.2
No. ti (m) Ni t/N
1 0,00 - 2,00 = -2,00 10 0,200
2 2,00 - 4,00 = -2,00 8 0,250
3 4,00 - 6,00 = -2,00 18 0,111
4 6,00 - 8,00 = -2,00 2 1,000
5 8,00 - 10,00 = -2,00 2 1,000
6 10,00 - 12,00 = -2,00 3 0,667
7 12,00 - 14,00 = -2,00 2 1,000
8 14,00 - 16,00 = -2,00 22 0,091
9 16,00 - 18,00 = -2,00 24 0,083
10 18,00 - 20,00 = -2,00 21 0,095
11 20,00 - 22,00 = -2,00 18 0,111
12 22,00 - 24,00 = -2,00 28 0,071
13 24,00 - 26,00 = -2,00 55 0,036
14 26,00 - 28,00 = -2,00 60 0,033
15 28,00 - 30,00 = -2,00 60 0,033
16 30,00 - 32,00 = -2,00 57 0,035
17 32,00 - 34,00 = -2,00 60 0,033
18 34,00 - 36,00 = -2,00 60 0,033
19 36,00 - 38,00 = -2,00 60 0,033
20 38,00 - 40,00 = -2,00 60 0,033
Σ -40,00
4,951
N =𝟒𝟎,𝟎𝟎𝟎
4,951
= 8,079
100
Tabel 4.10. Klasifikasi Situs Gedung Kantor Polda Jawa Tengah
Kelas situs vs (m/detik) N Atau Nch su (kPa)
SA (Batuan Keras) >1500 N/A N/A
SB (Batuan) 750 – 1500 N/A N/A
SC (Tanah keras, sangat padat dan batuan lunak)
350 – 750 >50 >100
SD (Tanah sedang) 175 – 350 15 – 50 50 - 100
SE (tanah lunak) <175 <15 <50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah dengan karateristik sebagai berikut : 1. Indeks plastisitas, PI > 20, 2. Kadar air, w > 40% 3. Kuat geser niralir su < 25 kPa
SF (Tanah khusus, yang membutuhkan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons spesifik situs)
Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari karakteristik berikut: - Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat
beban gempa seperti mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah tersementasi lemah
- Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H > 3 m)
- Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H > 7,5 m dengan Indeks Plasitisitas PI > 75) Lapisan lempung lunak/setengah teguh dengan ketebalan H > 35 m dengan su < kPa
Berdasarkan klafisikasi situs diatas, untuk kedalaman 40 meter dengan
nilai test penetrasi standar rata – rata log no. BH.1 ( N ) = 8,80 dan log no.
BH.2 ( N ) = 8,079 berada pada nilai N = < 15, maka tanah dilokasi
tersebut termasuk kelas situs SE (Tanah Lunak).
5. Menentukan Parameter percepatan Gempa (SS Dan S1)
Berdasarkan kelas situs dan lokasi wilayah gedung kantor Polda
Jawa Tengah didapat nilai parameter Ss dan S1 dimana parameter SS
(prcepatan batuan dasar pada periode pendek) dan parameter S1
(Percepatan batuan dasar pada periode 1 detik) Ss= 0,998 g dan S1 =
0,334 g
101
Gambar 4.16. Respon spectra percepatan pendek 0,2 Detik
(Sumber: http://www.puskim.pu.go.id/desain_spektra_indonesia_2011)
Gambar 4.17. Respon spectra percepatan pendek 1 detik
(Sumber: http://www.puskim.pu.go.id/desain_spektra_indonesia_2011)
6. Menentukan Koefisien Situs
Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di permukaan
tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik
dan perioda 1 detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran
terkait percepatan pada getaran perioda pendek (01) dan faktor amplifikasi
terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik (02):
SMS = Fa SS
SM1 = Fv S1
Kemudian dengan didapat nilai SMS, SM1 langkah selanjutnya adalah
mencari harga SDS , SD1menggunakan rumus empiris sebagai berikut:
SDS = 2/3 SMS
102
SD1 = 2/3 SM1
Tabel 4.11. Koefisien Situs, Fa
Kelas Situs
Ss (Percepatan Respons Spektra Periode pendek,
T = 0,2 detik)
Ss < 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1 Ss > 1,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1 1 1 1 1
SC 1,2 1,2 1,1 1 1
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF SS
Tabel 4.12. Koefisien Situs, Fv
Kelas Situs
Ss (Percepatan Respons Spektra Periode pendek,
T = 1 detik)
S1 < 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 > 0,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1 1 1 1 1
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,6 2,4 2,4
SF SS (Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
SNI 1726:2012)
Maka untuk SS = 0,998 g dan S1 = 0,334 g, diperoleh nilai Fa dan Fv
(interpolasi):
Fa = 0.902
Fv = 2.532
Sehingga dapat dicari SMS dan SM1:
SMS = Fa SS
= 0.902 x 0,998 = 0.900 g
SM1 = Fv S1
= 2.532 x 0.334 = 0.846 g
Maka, selanjutnya menghitung SDS dan SD1:
SDS = 2/3 SMS
= 2/3 x 0.900 = 0.600 g
SD1 = 2/3 SM1
103
= 2/3 x 0.846 = 0.564 g
7. Menentukan Spektrum Respon Desain (Sa)
Bila sprektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan
prosedur gerak tanah dari spesifik situs tidak digunakan, maka kurva
sprektrum respons desain harus dikembangkan dengan mengacu pada
gambar sprektrum respon gempa desain dan ketentuan dibawah ini:
T0 = 0,2 SD1
SDS Ts =
SD1
SDS
= 0,2 0,564
0,600 =
0,564
0,600
= 0,188 detik = 0,939 detik
Dalam menentukan periode fundamental struktur T dapat diperoleh
dari hasil analisis struktur yang akan ditinjau. Namun SNI Gempa 2012
memberi persyaratan bahwa periode fundamental yang akan dipakai
sebagai perhitungan tidak boleh melebihi dari batas atas periode
fundamental pendekatan yang mana nilainya adalah perkalian dari
koefisien periode batas atas (Cu) dengan periode pendekatan (Ta). Untuk
memudahkan pelaksanaan, periode alami fundamental T ini boleh
langsung digunakan periode pendekatan Ta.
Periode pendekatan ditentukan berdasarkan Persamaan berikut ini:
Ta = Ct . hnx
Tabel 4.13. Koefisien Batas Atas Periode Kantor Polda Jawa tengah
SD1 Koefisien Cu
> 0.4 1.4
0.3 1.4
0.2 1.5
0.15 1.6
< 0.1 1.7 (Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
SNI 1726:2012)
104
Tabel 4.14. Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct Dan x Kantor
Polda Jawa Tengah
Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 persen gaya
gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan
komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika
dikenai gaya gempa:
Rangka baja pemikul momen 0.0724 0.8
Rangka beton pemikul momen 0.0466 0.9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0.0731 0.75
Rangka baja dengan bresing terkekang
terhadap tekuk 0.0731 0.75
Semua sistem struktur lainnya 0.0488 0.75 (Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI
1726:2012)
Ta = Ct . hnx
= 0,0466 x 18.000.9
= 0.628 detik
Dengan nilai SD1 = 0.561 g, maka didapat koefisien Cu = 1,4
T maks = Cu . Ta
= 1,4 x 0.628
= 0,8792 detik
Gambar 4.18. Spektrum Respon Desain
(Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI
1726:2012)
105
a. Untuk perioda yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan desain,
Sa harus diambil dari persamaan:
Sa = SDS (0,4 + 0,6 𝑇𝑇𝑂
)
b. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0; dan lebih kecil dari
atau sama dengan Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa, sama dengan
SDS
c. Untuk perioda lebih besar dari Ts. Maka, spektrum respons percepatan
desain, Sa , diambil berdasarkan persamaan:
Sa = 𝑆𝐷1𝑇
Tabel 4.15. Spektrum Respon Desain Kantor Polda Jawa Tengah
T T Sa T T Sa
(Detik) (Detik) (g) (Detik) (Detik) (g)
0 0 0.240 TS + 1.5 2.439 0.231157
T0 0.188 0.600 TS + 1.6 2.539 0.222053
Ts 0.939 0.600 TS + 1.7 2.639 0.213638
TS + 0.1 1.039 0.543 TS + 1.8 2.739 0.205839
TS + 0.2 1.139 0.495 TS + 1.9 2.839 0.198588
TS + 0.3 1.239 0.455 TS + 2.0 2.939 0.191831
TS + 0.4 1.339 0.421 TS + 2.1 3.039 0.185519
TS + 0.5 1.439 0.392 TS + 2.2 3.139 0.179609
TS + 0.6 1.539 0.366 TS + 2.3 3.239 0.174064
TS + 0.7 1.639 0.344 TS + 2.4 3.339 0.168851
TS + 0.8 1.739 0.324 TS + 2.5 3.439 0.163941
TS + 0.9 1.839 0.307 TS + 2.6 3.539 0.159308
TS + 1.0 1.939 0.291 TS + 2.7 3.639 0.15493
TS + 1.1 2.039 0.277 TS + 2.8 3.739 0.150787
TS + 1.2 2.139 0.264 TS + 2.9 3.839 0.146859
TS + 1.3 2.239 0.252 3 3.939 0.143131
TS + 1.4 2.339 0.241 4 4 0.140948
106
Gambar 4.19. Spektrum Respon Desain Gedung Polda Jawa tengah
(Sumber: http://www.puskim.pu.go.id/desain_spektra_indonesia_2011)
8. Menentukan Kategori Desain Seismik (A-D)
Struktur harus ditetapkan memiliki suatu Kategori Desain Seismik (KDS)
yang mengikuti ketentuan seperti berikut:
1. Struktur dengan kategori resiko I, II, atau III dengan nilai S1 > 0,75
harus ditetapkan sebagi struktur dengan Kategori Desain Seismik E.
2. Struktur dengan kategori resiko IV dengan nilai S1 > 0,75 harus
ditetapkan sebagi struktur dengan Kategori Desain Seismik F.
Struktur yang memiliki ketentuan diluar ketentuan tersebut, jenis
Kategori Desain Seismiknya ditetapkan berdasarkan hubungan nilai SDS
dan SD1 terhadap Kategori Resiko Gedung.
Tabel 4.16. Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter
Respons Percepatan pada Periode Pendek, Kantor Polda Jawa
Tengah
Nilai SDS Kategori Resiko
I II III IV
SDS < 0,167 A A A A
0,167< SDS < 0,33 B B B C
0,33 < SDS < 0,5 C C C D
SDS > 0,5 D D D D
107
(Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI
1726:2012)
Tabel 4.17. Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter
Respons Percepatan pada Periode 1 Detik Kantor
Polda Jawa Tengah
Nilai SD1 Kategori Resiko
I II III IV
SD1 < 0,067 A A A A
0,067< SD1 < 0,133 B B B C
0,133 < SD1 < 0,2 C C C D
SD1 > 0,2 D D D D (Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI
1726:2012)
SDS = 0.600 (SDS > 0,5) = Kategori Desain Seismik D (KDS D)
SD1 = 0.564 (SD1 > 0,2) = Kategori Desain Seismik D (KDS D)
9. Pemilihan Sistem struktur dan parameter sistem (R, Cd, 0)
Sistem penahan gaya gempa adalah Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK), dari parameter dan pemilihan sistem gedung didapat:
- R = 8
- Ω0 = 3
- Cd = 5,5
Tabel 4.18. Faktor R, Ω0, Dan Cd untuk Sistem Penahan Gaya
Gedung Kantor Polda Jawa Tengah
Sistem struktur beton
bertulang penahan
gaya gempa
R Ω0 Cd
Batasan sistem struktur
dan batasan tinggi
struktur (m)
B C D E F
A Sistem dinding penumpu
1 Dinding geser beton
bertulang khusus 5 2.5 5 TB TB 48 48 30
2 Dinding geser beton
bertulang biasa 4 2.5 4 TB TB TI TI TI
3 Dinding geser beton
polos didetail 2 2.5 2 TB TI TI TI TI
4 Dinding geser beton
polos biasa 1.5 2.5 1.5 TB TI TI TI TI
108
5 Dinding geser
pracetak menengah 4 2.5 4 TB TB 12 12 12
6 Dinding geser
pracetak biasa 3 2.5 3 TB TI TI TI TI
B Sistem Rangka
1 Dinding geser beton
bertulang khusus 6 2.5 5 TB TB 48 48 30
2 Dinding geser beton
bertulang biasa 5 2.5 4.5 TB TB TI TI TI
3 Dinding geser beton
polos detail 2 2.5 2 TB TI TI TI TI
4 Dinding geser beton
polos biasa 1.5 2.5 1.5 TB TI TI TI TI
5 Dinding geser
pracetak menengah 5 2.5 4.5 TB TB 12 12 12
6 Dinding geser
pracetak biasa 4 2.5 4 TB TI TI TI TI
C Sistem rangka pemikul momen
1
Rangka beton
bertulang pemikul
momen khusus
8 3 5.5 TB TB TB TB TB
2
Rangka beton
bertulang pemikul
momen menengah
5 3 4.5 TB TB TI TI TI
3
Rangka beton
bertulang pemikul
momen biasa
3 3 2.5 TB TI TI TI TI
D Sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus
1 Dinding geser beton
bertulang khusus 7 2.5 5.5 TB TB TB TB TB
2 Dinding geser beton
bertulang biasa 6 2.5 5 TB TB TI TI TI
E Sistem ganda dengan rangka pemikul momen menengah
1 Dinding geser beton
bertulang khusus 6.5 2.5 5 TB TB 48 30 30
2 Dinding geser beton
bertulang biasa 5.5 2.5 4.5 TB TB TI TI TI
F Sistem interaktif dinding geser rangka dengan rangka pemikul
momen beton bertulang biasa dan dinding geser beton bertulang biasa
4.5 2.5 4 TB TI TI TI TI
G Sistem kolom kantilever didetail untuk memenuhi persyaratan :
1
Rangka beton
bertulang pemikul
momen khusus
2.5 1.25 1.5 10 10 10 10 10
2
Rangka beton
bertulang pemikul
momen menengah
1.5 1.25 1.5 10 10 TI TI TI
3 Rangka beton 1 1.25 1 10 TI TI TI TI
109
bertulang pemikul
momen biasa (Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI
1726:2012)
10. Output Repon Spektum
Base Shear
Gaya geser dasar (Base Shear) dinamik yang diisyaratkan SI 1726 – 2012
yaitu sebesar 85% dari gaya geser static.
Gambar 4.20. Tabel Output Base Reaction Beban Mati dan Beban Hidup
Pada Kolom GlobalFZ menunjukan nilai :
W Beban Mati Total = 33843184,41 Kg
W beban Hidup Total = 584372,32 Kg
W Total = W mati total + 30% W hidup Total
= 33843184,41 + 0,3 x 584372,32
= 34018496,11 Kg
Periksa gaya geser dasar static ekuivalen, dihitung dengan rumus :
V = Cs x W
Dengan :
Cs = 𝑆𝐷𝑆 𝑥 𝐼𝑒
𝑅
SDS = 0,600 g
I = 1 (Faktor Keutamaan)
R = 8,0 (Faktor Reduksi Gemmpa)
Maka didapat
V = 𝑆𝐷𝑆 𝑥 𝐼𝑒
𝑅 x W
= 0,600 𝑥 1
8,0 x 34018496,11
= 2551387,208 Kg
110
Gambar 4.21. Tabel Output Bas Shear Respone Spektrum
Arah X
V Dinamik (Gempa X) = 4084738,92 Kg
85% V Statik = 0,85 x 2551387,208 = 2168679,127 Kg
4.2.3. Perhitungan Pelat
1. Perhitungan Tebal Pelat
Data teknis perhitungan elat
Fc = 30 Mpa
Fy = 240 Mpa
Tul. = 10 mm
Pelat S1 (pelat lantai Dimensi 250 x 500 cm)
Bentang pendek Lx = 2,50 m
Bentang panjang Ly = 5,00 m
β = 𝐿𝑦
𝐿𝑥 =
5,
2,50 = 2
h min = 𝐿𝑛 ( 0,8+(
𝑓𝑦
1500)
36+9𝛽
= 5000 ( 0,8+ (
240
1500)
36+9 .2
= 88,89 → 9 cm
h max = 𝐿𝑛 ( 0,8+(
𝑓𝑦
1500)
36
= 5000 ( 0,8+ (
240
1500)
36
= 133,33 → 13 cm
Maka digunakan tebal pelat 12 cm
111
2. Perhitungan Pembebanan
a. Beban Mati (WD)
Beban mati pada pelat atap
Berat sendiri pelat = 2400 x 0,10 = 240 Kg/m2
Berat Spesi = 21 Kg/m2 x 2 = 42 Kg/m
2
Berat Plafond + Penggantung = 18 Kg/m2 +
Total = 300 Kg /m2
Beban mati pada pelat lantai
Berat sendiri pelat = 2400 x 0,12 = 288 Kg/m2
Berat Spesi = 21 Kg/m2 x 2 = 42 Kg/m
2
Berat Keramik = 24 Kg/m2
Berat Plafond + Penggantung = 18 Kg/m2 +
Total = 372 Kg /m2
b. Beban Hidup (WL)
Beban hidup pada pelat atap = 100 Kg/m2
Beban hidup pada pelat lantai = 250 Kg/m2
c. Kombinasi Pembebanan (Wu)
Kombinasi Pembebanan pada pelat atap
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (300) + 1,6 (100)
= 520 Kg/m2 5,20 KN/m
2
Kombinasi pembebanan pada pelat lantai
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (372) + 1,6 (250)
= 846,4 Kg/m2 8,46 KN/m
2
112
3. Perhitungan Momen Pelat
Perhitungan momen pelat yang terjadi dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.19. Perhitungan Momen Pelat.
Pelat Lx Ly β Wu Perhitungan Momen (KNm)
(Cm) (Cm) (Ly/Lx) (KN/m2) x Mlx x Mly x Mtx x Mty
S1 250 500 2.00 8.46 58 3.07 15 0.79 82 -4.34 53 -2.80
S2 300 500 1.67 8.46 50 3.81 15 1.14 79 -6.02 54 -4.11
S3 300 400 1.33 8.46 39 2.97 19 1.45 69 -5.25 55 -4.19
S4 250 400 1.60 8.46 49 2.59 15 0.79 78 -4.12 54 -2.86
S5 200 400 2.00 5.20 58 1.21 15 0.31 82 -1.71 53 -1.10
S6 250 500 2.00 5.20 58 1.89 15 0.49 82 -2.67 53 -1.72
4. Perhitungan Tulangan
Tebal pelat atap (h) = 10 cm 100 mm
Tebal pelat lantai (h) = 12 cm 120 mm
Mutu Beton = 30 Mpa 300 Kg/cm2
Mutu Baja = 240 Mpa 2400 Kg/cm2
min = 1,4
𝑓𝑦 =
1,4
240 = 0,00583
Tebal selimut beton (p) = 20 mm
Diameter tul. x = 10
Diameter tul. y = 10
Tinggi efektif arah x
- Pelat atap
dx = h – p – ½x
= 100 – 20 – ½ 10
= 75 mm
- Pelat lantai
dx = h – p – ½x
= 120 – 20 – ½ 10
= 95 mm
Tinggi efektif arah y
- Pelat atap
dy = h – p – x – ½y
113
= 100 – 20 –10 – ½ 10
= 65 mm
- Pelat lantai
dy = h – p – x – ½y
= 120 – 20 –10 – ½ 10
= 85 mm
a. Perhitungan Tulangan Lapangan Arah X
MLX = 3,07 KN/m2
Mu
b d2 = 3,07
1 𝑥 0,0952 = 339,81 KN/m2
Dari tabel 5.1i
Mu
b d2 = 300 = 0,0013
Mu
b d2 = 400 = 0,0017
Mu
b d2 = 432 diinterpolasi
= 0,0013 + 39,81
100 (0,0017 – 0,0013)
= 0,0015
Syarat < min < max
Maka dipakai min = 1,4
𝑓𝑦 =
1,4
240 = 0,0058
As = x b x d
= 0,00583 x 1000 x 95
= 553,85 mm2
Dipakai tulangan Ø10 – 125 ( 628 mm2
)
Tabel 4.20. Perhitungan Tulangan Lapangan Arah X
Pelat dx MLx Mu/bd2 min digunakan
As
(mm2)
Dipakai
Ø
(mm)
Jarak
(mm)
As
(mm2)
S1 95 3.07 339.81 0.0058 0.0015 0.0058 553.85 10 125 628.00
S2 95 3.81 421.83 0.0058 0.0018 0.0058 553.85 10 125 628.00
S3 95 2.97 329.03 0.0058 0.0014 0.0058 553.85 10 125 628.00
S4 95 2.59 287.08 0.0058 0.0012 0.0058 553.85 10 125 628.00
S5 75 1.21 214.47 0.0058 0.0009 0.0058 437.25 10 150 523.33
S6 75 1.89 335.11 0.0058 0.0014 0.0058 437.25 10 150 523.33
114
b. Perhitungan Tulangan Lapangan Arah Y
MLY = 0,79 KN/m2
Mu
b d2 = 0,79
1 𝑥 0,0852 = 109 KN/m2
Dari tabel 5.1i
Mu
b d2 = 100 = 0,0004
Mu
b d2 = 200 = 0,0008
Mu
b d2 = 109 diinterpolasi
= 0,0004 + 9
100 (0,0008 – 0,0004)
= 0,0004
Syarat < min < max
Maka dipakai min = 1,4
𝑓𝑦 =
1,4
240 = 0,0058
As = x b x d
= 0,00583 x 1000 x 85
= 495,55m2
Dipakai tulangan Ø10 – 150 ( 523,33 mm2
)
Tabel 4.21. Perhitungan Tulangan Lapangan Arah Y
Pelat dy Mly Mu/bd2 min digunakan
As
(mm2)
Dipakai
Ø
(mm)
Jarak
(mm)
As
(mm2)
S1 85 0.79 109.78 0.0058 0.0004 0.0058 495.55 10 150 523.33
S2 85 1.14 158.08 0.0058 0.0006 0.0058 495.55 10 150 523.33
S3 85 1.45 200.23 0.0058 0.0008 0.0058 495.55 10 150 523.33
S4 85 0.79 109.78 0.0058 0.0004 0.0058 495.55 10 150 523.33
S6 65 0.31 73.85 0.0058 0.0004 0.0058 378.95 10 200 392.50
S7 65 0.49 115.38 0.0058 0.0005 0.0058 378.95 10 200 392.50
c. Perhitungan Tulangan Tumpuan Arah X
MTX = -4,34 KN/m2
Mu
b d2 = 4,34
1 𝑥 0,0952 = 489,42 KN/m2
115
Dari tabel 5.1i
Mu
b d2 = 400 = 0,0017
Mu
b d2 = 500 = 0,0021
Mu
b d2 = 489,42 diinterpolasi
= 0,0017 + 89,42
100 (0,0021 – 0,0017)
= 0,0020
Syarat < min < max
Maka dipakai min = 1,4
𝑓𝑦 =
1,4
240 = 0,0058
As = x b x d
= 0,00583 x 1000 x 95
= 553,85 mm2
Dipakai tulangan Ø10 – 125 ( 628 mm2
)
Tabel 4.22. Perhitungan Tulangan Tumpuan Arah X
Pelat dx Mtx Mu/bd2 min digunakan
As
(mm2)
Dipakai
Ø
(mm)
Jarak
(mm)
As
(mm2)
S1 95 -4.34 480.42 0.0058 0.0020 0.0058 553.85 10 125 628.00
S2 95 -6.02 666.49 0.0058 0.0028 0.0058 553.85 10 125 628.00
S3 95 -5.25 582.12 0.0058 0.0024 0.0058 553.85 10 125 628.00
S4 95 -4.12 456.98 0.0058 0.0019 0.0058 553.85 10 125 628.00
S5 75 -1.71 303.22 0.0058 0.0013 0.0058 437.25 10 150 523.33
S6 75 -2.67 473.78 0.0058 0.0020 0.0058 437.25 10 150 523.33
d. Perhitungan Tulangan Tumpuan Arah Y
F MLY = -2,80 KN/m2
Mu
b d2 = 2,80
1 𝑥 0,0852 = 387,87 KN/m2
Dari tabel 5.1i
Mu
b d2 = 300 = 0,0013
Mu
b d2 = 400 = 0,0017
Mu
b d2 = 387,87 diinterpolasi
116
= 0,0013 + 87,87
100 (0,0017 – 0,0012)
= 0,0017
Syarat < min < max
Maka dipakai min = 1,4
𝑓𝑦 =
1,4
240 = 0,0058
As = x b x d
= 0,00583 x 1000 x 85
= 495,55 mm2
Dipakai tulangan Ø10 – 150 ( 523,33 mm2
)
Tabel 4.23. Perhitungan Tulangan Tumpuan Arah Y
Pelat dy Mty Mu/bd^2 min digunakanAs
(mm2)
Dipakai
Ø
(mm)
Jarak
(mm)
As
(mm2)
S1 85 -2.80 387.87 0.0058 0.0017 0.0058 495.55 10 150 523.33
S2 85 -4.11 569.07 0.0058 0.0024 0.0058 495.55 10 150 523.33
S3 85 -4.19 579.61 0.0058 0.0024 0.0058 495.55 10 150 523.33
S4 85 -2.86 395.19 0.0058 0.0017 0.0058 495.55 10 150 523.33
S5 65 -1.10 260.92 0.0058 0.0011 0.0058 378.95 10 200 392.50
S6 65 -1.72 407.69 0.0058 0.0017 0.0058 378.95 10 200 392.50
e. Rekapitulasi Tulangan Pelat
Tabel 4.24. Rekapitulasi Tulangan Pelat
Pelat Tebal Pelat (Cm)
Lx Ly Lapangan Arah
X Lapangan Arah
Y Tumpuan Arah
X Tumpuan Arah
Y
(Cm) (Cm) Tul. Jarak (mm)
Tul. Jarak (mm)
Tul. Jarak (mm)
Tul. Jarak (mm)
S1 12 250 500 10 125 10 150 10 125 10 150
S2 12 300 500 10 125 10 150 10 125 10 150
S3 12 300 400 10 125 10 150 10 125 10 150
S4 12 250 400 10 125 10 150 10 125 10 150
S5 10 200 400 10 150 10 200 10 150 10 200
S6 10 250 500 10 150 10 200 10 150 10 200
117
4.2.4. Perhitungan Balok
1. Data Balok
Mutu Beton (Fc) = 30 Mpa
Mutu Baja (Fy) = 240 Mpa
Selimut beton (p) = 40 cm
1 = 0.85
min = 1,4
𝐹𝑦 =
1,4
240 = 0,00583
b = 0,85 𝐹𝑐 .𝛽1
𝑓𝑦
600
600+𝑓𝑦
= 0,85 30 x 0.85
240
600
600+240
= 0,0645
max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,0645
= 0,0484
Tul. Utama (p) = D16 mm
Tul. sengkang (s) = 10 mm
d = h – p – Øs - 1 2 Øp
= 600 – 40 – 10 – ½ x 16
= 542 mm
d' = p + Øs + 1 2 Øp
= 40 + 10 + ½ x 16
= 58 mm
118
Tabel 4.25. Perhitungan Tinggi Efektif Balok
Tipe Balok
b h p (s) p d d' d'/d
mm mm mm mm mm mm mm
B1 300 600 16 10 40 542 58 0.11
B2 300 500 16 10 40 442 58 0.13
B3 250 400 16 10 40 342 58 0.17
B4 200 300 16 10 40 242 58 0.24
B5 200 350 16 10 40 292 58 0.20
B6 200 300 16 10 40 242 58 0.24
Tabel 4.26. Analisa Gaya Struktur Balok
Tipe Balok b h Vu Tu Mut Mul
mm mm KN KNm KNm KNm
B1 300 600 59.57 1.63 78.16 37.21
B2 300 500 78.26 2.67 83.99 71.26
B3 250 400 31.84 2.89 28.55 10.05
B4 200 300 21.09 0.16 14.58 3.76
B5 200 350 3.62 0.22 3.29 1.93
B6 150 300 3.55 0.08 4.54 1.34
2. Perhitungan Tulangan Tumpuan
= 0,80
Mt = 78,16 KNm
Rn = 𝑀𝑡
∅ 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑2
= 78,16
0,80 𝑥 0,3 𝑥 0,5422
= 1108,58 KN/m2
= 0,85 𝐹𝑐
𝑓𝑦 1 − 1 −
2𝑅𝑛
0,85 𝑓𝑐
= 0,85 30
240 1 − 1 −
2 x 1108 ,58 x 10−3
0,85 30
= 0,00472
Karena < min, maka digunakan min
119
Tabel 4.27. Rasio Tulangan Tumpuan Balok
Tipe Balok
b d Mut Rn min
mm mm KNm KN/m2 perlu
B1 300 542 78.16 1,108.58 0.00472 0.00583 0.00583
B2 300 442 83.99 1,791.41 0.00775 0.00583 0.00775
B3 250 342 28.55 1,220.45 0.00521 0.00583 0.00583
B4 200 242 14.58 1,556.34 0.00670 0.00583 0.00670
B5 200 292 3.29 240.96 0.00101 0.00583 0.00583
B6 200 242 4.54 483.99 0.00204 0.00583 0.00583
Setelah diketahui rasio tulangan yang dibutuhkan, kemudian
dihitung luas tulangan perlu.
As = x b x d
= 0,00583 x 300 x 542
= 948,50 mm2
As’ = 0,5x As
= 0,5 x 948,50
= 474,25 mm2
Digunakan tulangan D16, maka dibutuhkan tulangan sebanyak
ntarik = 𝐴𝑠
0,25 𝜋 𝑑2
= 948,50
0,25 𝜋 162
= 4,72 5 buah
ntekan = 𝐴𝑠
0,25 𝜋 𝑑2
= 474,25
0,25 𝜋 162
= 2,36 3 buah
Untuk tulangan tarik digunakan 5D16 (As = 1004,8 mm2)
Untuk tulangan tekan digunakan 3D16 (As’ = 602,88 mm2)
120
Tabel 4.28. Tulangan Tumpuan Balok
Tipe
Balok
b d As Perlu (mm2) Tulangan Terpasang
mm mm perlu tarik tekan tarik tekan
B1 300 542 0.00583 948.50 474.25 4.72 ~ 5D16 (1004.8
mm2)
2.36 ~ 3D16 (602.88
mm2)
B2 300 442 0.00775 1,027.20 513.60 5.11 ~ 6D16 (1205.76
mm2)
2.56 ~ 3D16 (602.88
mm2)
B3 250 342 0.00583 498.75 249.38 2.48 ~ 3D16 (602.88
mm2)
1.24 ~ 2D16 (401.92
mm2)
B4 200 242 0.00670 324.07 162.04 1.61 ~ 2D16 (401.92
mm2)
0.81 ~ 2D16 (401.92
mm2)
B5 200 292 0.00583 340.67 170.33 1.70 ~ 2D16 (401.92
mm2)
0.85 ~ 2D16 (401.92
mm2)
B6 200 242 0.00583 282.33 141.17 1.40 ~ 2D16 (401.92
mm2)
0.70 ~ 2D16 (401.92
mm2)
3. Perhitungan Tulangan Lapangan
= 0,80
Ml = 37,21 KNm
Rn = 𝑀𝑙
∅ 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑2
= 37,21
0,80 𝑥 0,3 𝑥 0,5422
= 527,79 KN/m2
= 0,85 𝐹𝑐
𝑓𝑦 1 − 1 −
2𝑅𝑛
0,85 𝑓𝑐
= 0,85 30
240 1 − 1 −
2 x 527,79 x 10−3
0,85 30
= 0,00222
Karena < min, maka digunakan min
Tabel 4.29. Rasio Tulangan Lapangan Balok
Tipe Balok
b d Mul Rn min
mm mm KNm KN/m2 perlu
B1 300 542 37.21 527.79 0.00222 0.0058 0.00583
B2 300 442 71.26 1,519.80 0.00653 0.0058 0.00653
B3 250 342 10.05 429.67 0.00181 0.0058 0.00583
B4 200 242 3.76 401.49 0.00169 0.0058 0.00583
B5 200 292 1.93 141.54 0.00059 0.0058 0.00583
B6 200 242 1.34 143.22 0.00060 0.0058 0.00583
121
Setelah diketahui rasio tulangan yang dibutuhkan, kemudian
dihitung luas tulangan perlu.
As = x b x d
= 0,00583 x 300 x 542
= 948,50 mm2
As’ = 0,5x As
= 0,5 x 948,50
= 474,25 mm2
Digunakan tulangan D19, maka dibutuhkan tulangan sebanyak
ntarik = 𝐴𝑠
0,25 𝜋 𝑑2
= 948,50
0,25 𝜋 162
= 4,72 5buah
ntekan = 𝐴𝑠
0,25 𝜋 𝑑2
= 474,25
0,25 𝜋 162
= 2,36 2 buah
Untuk tulangan tarik digunakan 5D16 (As = 1004,80 mm2)
Untuk tulangan tekan digunakan 3D16 (As’ = 602,88 mm2)
Tabel 4.30. Tulangan Lapangan Balok
Tipe Balok
b d As Perlu (mm2) Tulangan Terpasang
mm mm perlu tarik tekan tarik tekan
B1 300 542 0.00583 948.50 474.25 4.72 5D16 (1004.8 mm2)
2.36 ~ 3D16 (602.88 mm2)
B2 300 442 0.00653 866.33 433.16 4.31 ~ 5D16 (1004.8 mm2)
2.16 ~ 3D16 (602.88 mm2)
B3 250 342 0.00583 498.75 249.38 2.48 ~ 3D16 (602.88 mm2)
1.24 ~ 2D16 (401.92 mm2)
B4 200 242 0.00583 282.33 141.17 1.40 ~ 2D16 (401.92 mm2)
0.70 ~ 2D16 (401.92 mm2)
B5 200 292 0.00583 340.67 170.33 1.70 ~ 2D16 (401.92 mm2)
0.85 ~ 2D16 (401.92 mm2)
B6 200 242 0.00583 282.33 141.17 1.40 ~ 2D16 (401.92 mm2)
0.70 ~ 2D16 (401.92 mm2)
122
4. Perhitungan Tulangan Sengkang
Vu = 59,57 KN
Kuat geser beton tanpa memperhitungkan momen
Vc = 1 6 𝑓𝑐 𝑏 .𝑑
= 1 6 30 300 .542
= 148430 N
= 148,43 KN
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 148,33
= 111,32 KN
0,5Vc = 0,5 x 111,32
= 55,66
Karena 0,5Vc < Vu < Vc, maka digunakan tulangan geser minimum.
Tabel 4.31. Perhitungan Kuat Geser Beton
Tipe Balok
b d Vu Vc Vc 0.5 x Vc (KN)
Keterangan mm mm KN KN KN
B1 300 542 59.57 148.43 111.32 55.66 Tul. Geser Minimum
B2 300 442 78.26 121.05 90.79 45.39 Tul. Geser Minimum
B3 250 342 31.84 78.05 58.54 29.27 Tul. Geser Minimum
B4 200 242 21.09 44.18 33.14 16.57 Tul. Geser Minimum
B5 200 292 3.62 53.31 39.98 19.99 Tidak Perlu Tul.
Geser
B6 200 242 3.55 44.18 33.14 16.57 Tidak Perlu Tul.
Geser
Av,u = 75 𝐹𝑐 .𝑏 .𝑆
1200.𝑓𝑦
= 75 30 x 300 x 1000
1200 x 240
= 427,91 mm2
Av,u = 𝑏 .𝑆
3.𝑓𝑦
= 300 x 1000
3 x 240
= 416,67 mm2
Dipilih begel dengan diameter 10 mm
Spasi Begel, s = 1
4 𝜋 .𝑑2 .𝑆
𝐴𝑣,𝑢
123
= 1
4 𝜋 x 102 x 1000
427,91
= 183,45 mm
s ≤ d/2 = 542/2 = 271 mm
s ≤ 600 mm
maka digunakan tulangan sengkang 10 – 150 (Av = 523mm2)
Tabel 4.32. Tulangan Geser Balok
Tipe Balok
b d Av,u s s d/2 (mm)
tulangan Terpasang Av
terpasang (mm2) mm mm 1 2 mm mm
B1 300 542 427.91 416.67 10 183.45 271.00 10 - 150 523
B2 300 442 427.91 416.67 10 183.45 221.00 10 - 150 523
B3 250 342 356.59 347.22 10 220.14 171.00 10 - 150 523
B4 200 242 285.27 277.78 10 275.18 121.00 10 - 120 654
Untuk Balok B5 dipakai tul. begel 6 mm
d/2 = 292/2
=146 mm
Maka digunakan tulangan geser 6 – 120 (Av = 236 mm2)
Untuk Balok B6 dipakai 6 mm
d/2 = 242/2
= 121 mm
Maka digunakan tulangan geser 6 – 120 (Av = 236 mm2)
5. Perhitungan Tulangan Torsi
Tu = 1625563,43 N.mm
Tn = 𝑇𝑢
=
1625563 ,43
0,75 = 2167417,91 Nmm
Acp = 300 x 600 = 180000 mm2
Pcp = 2 (300+600) = 1800 mm
Fc
12 𝐴𝑐𝑝
2
𝑃𝑐𝑝 =
0,75 30
12
180000 2
1800 = 6161878,77 Nmm
Tu < Fc
12 𝐴𝑐𝑝
2
𝑃𝑐𝑝 maka tidak diperlukan tulangan torsi.
124
Tabel 4.33. Cek Kebutuhan Tulangan Torsi
Tipe Balok
b h Tu Tn Acp Pcp Fc
12 𝐴𝑐𝑝
2
𝑃𝑐𝑝
Cek Tulangan
Torsi mm mm Nmm Nmm mm2 mm
B1 300 600 1,625,563.43 2,167,417.91 180000 1800 6,161,878.77 Tidak Perlu
Tul Torsi
B2 300 500 2,672,993.97 3,563,991.96 150000 1600 4,813,967.79 Tidak Perlu
Tul Torsi
B3 250 400 2,888,484.23 3,851,312.31 100000 1300 2,633,281.53 Perlu Tul
Torsi
B4 200 300 161,433.65 215,244.87 60000 1000 1,232,375.75 Tidak Perlu
Tul Torsi
Untuk balok B3 karena memerlukan tulangan torsi maka dihitung dengan
rumus :
A0h = (250 – 2 x 40) x (400 – 2 x 40)
= 54400 mm2
A0 = 0,85 A0h
= 0,85 x 54400
= 46240 mm2
Luas Begel Torsi
𝐴𝑣𝑡
𝑠 =
𝑇𝑛
2.𝐴0𝑓𝑦𝑣 .𝑐𝑜𝑡𝜃
= 3,851,312.31
2 𝑥 46240 x 240 x cot 45
= 0.174 mm2
Luas begel torsi permeter
Avt = = 𝑇𝑛 .𝑠
2.𝐴0𝑓𝑦𝑣 .𝑐𝑜𝑡𝜃
= 3,851,312.31 x 1000
2 𝑥 46240 x 240 x cot 45
= 174 mm2
Avs = 523 mm2
Kontrol luas begel geser dan torsi (Avs + Avt)
Luas total begel = Avs + Avt
= 523 + 174
= 697 mm2
75 𝑓𝑐
1200 𝑏 .𝑆
𝑓𝑦𝑣 =
75 30
1200 250 𝑥 1000
240
125
= 356,59 mm2
𝑏 .𝑆
3 𝑥 𝑓𝑦𝑣 =
250 𝑥 1000
3 𝑥 240
= 347,22 mm
Jadi Avs + Avt > 75 𝑓𝑐
1200 𝑏 .𝑆
𝑓𝑦𝑣 dan Avs + Avt >
𝑏 .𝑆
3 𝑥 𝑓𝑦𝑣 (OK)
Jarak begel total
s = 𝑛 𝑥 0,25𝑥 𝜋 𝑑2 𝑥 𝑆
Avs + Avt
= 2 𝑥 0,25𝑥 𝜋 102 𝑥 1000
698
= 224,93 mm
s = Ph/8
= 2 𝑥 ((250−2.40)+(400−2.40))
8
= 122,5 mm
s ≤ 300 mm
Maka digunakan begel 10 – 120 (Av = 654 mm2)
Tulangan Lentur torsi
At = 𝐴𝑣𝑡
𝑠 𝑥 𝑃
𝑓𝑦𝑣
𝑓𝑦𝑙 𝐶𝑜𝑡2𝜃
=0,174 𝑥 980 240
240 𝐶𝑜𝑡2452
= 170,52 mm2
Tulangan lentur
Ast = 3D16 + 3D16
= 6 x 0,25 x 3,14 x 162
= 1205,76 mm2
Kontrol luas tulangan longitudinal lentur dan torsi (At+ Ast)
At + Ast = 170,52 + 1205,76
= 1376,28 mm2
𝑏
6𝑓𝑦𝑣 =
250
6 𝑥 240
= 0,173 mm
𝐴𝑣𝑡
𝑠 = 0,174 >
𝑏
6𝑓𝑦𝑣 (OK)
5 𝑥 𝑓𝑐 .𝐴𝑐𝑝
12 𝑥 𝑓𝑦𝑙−
𝐴𝑣𝑡
𝑠 𝑃
𝑓𝑦𝑙
𝑓𝑦𝑙 =
5 𝑥 30 .100000
12 𝑥 240− 0,174 980
240
240
126
= 780,39 mm2
At + Ast > 5 𝑥 𝑓𝑐 .𝐴𝑐𝑝
12 𝑥 𝑓𝑦𝑙−
𝐴𝑣𝑡
𝑠 𝑃
𝑓𝑦𝑙
𝑓𝑦𝑙 (OK)
Jumlah tulangan longitudinal torsi
n = 𝐴𝑡
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2
= 170,52
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 162
= 0,85 2
Maka dipakai tulangan torsi 2D16.
4.2.5. Perhitungan Kolom
1. Kolom 50 x 50 Lantai 1
Pu = 1428,68 KN (Frame 191)
Vu = 2,50 KN (Frame 191)
Mu = 27,29 KNm (Frame 184)
Agr = 500 x 500
= 250000 mm2
Tulangan pokok (p) = D19
Tulangan sengkang (p)= 10
Selimut beton (p) = 40 mm
Mutu Beton (fc) = 30 Mpa
Mutu baja (fy) = 240 Mpa
min = 1,4
𝐹𝑦 =
1,4
240 = 0,00583
b = 0,85 𝐹𝑐 .𝛽1
𝑓𝑦
600
600+𝑓𝑦
= 0,85 30 x 0.85
240
600
600+240
= 0,0645
max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,0645
= 0,0484
d = h – p - s – ½ p
= 500 – 40 – 10 – ½ x 19
127
= 440,5 mm
d' = p + s + ½ p
= 40 + 10 + ½ x 19
= 59,5 mm
Perhitungan pengaruh tekuk
Ig kolom = 1/12 b h3
= 1/12 x 50 x 503
= 520833,33 cm4
Ig balok = 1/12 b h3
= 1/12 x 30 x 503
= 312500 cm4
Ec = 4700 𝑓𝑐
= 4700 30
= 25742,96 Mpa
= 257429,6 Kg/cm2
Dianggap d = 0,5
EI kolom =
Ec x Ig
2.5
1+ d
=
257429 ,6 x 520833 ,33
2.5
1+ 0,5
= 3,575 x 1010
Kgcm
EI balok =
Ec x Ig
5
1+ d
=
257429 ,6 x 312500
5
1+ 0,5
= 1,073 x 1010
Kgcm
A = 𝑬𝑰 𝒌𝒐𝒍𝒐𝒎
𝒍𝒖
𝑬𝑰 𝒃𝒂𝒍𝒐𝒌
𝒍𝒄
=
3,575 x 1010
400
1,073 x 1010
500
= 4,16
B = 0 (terjepit penuh)
128
Gambar 4.21. Nomogram Tekuk Kolom tanpa Pengaku pada
Kolom K1a
Berdasarkan nomogram di atas, didapatkan nilai k = 1,45
r = 0,5 x P sisi Kolom
= 0,5 x 50
= 25 cm
= 𝑘 .𝑙𝑢
𝑟 < 22
= 1,45 𝑥 400
25 < 22
= 23,2 > 22 (Kolom tidak langsing)
Menghitung kapasitas kolom
EI kolom = 3,575 x 1010
Kgcm
Pc = 𝜋2 .𝐸𝐼
𝑘 .𝑙𝑢 2 = 3.142 .3,575 𝑥 1010
1,45 x 400 2 = 1047802 Kg = 1047,80 ton
Menghitung momen yang diperbesar akibat goyangan
𝑀𝑐 = 𝛿𝑠.𝑀𝑠 =𝑀𝑠
1− 𝑃𝑢
0,75.𝑃𝑐
129
𝑀𝑐 =0,27
1−14,29
0,75.1047 ,80
= 0,275 ton.m
Persyaratan eksentrisitas minimal dari kolom
eamin = 15 + 0,03h
= 15 + 0,03 x 500
= 30 mm
Eksentrisitas beban
ea = 𝑀
𝑃
= 27,29
1428.68
= 0,019 m = 19 mm
Koefisien sumbu vertikal
𝑃
∅ 𝑥 𝐴 𝑥 0,85 𝑓𝑐 =
1428680
0,65 x 250000 x 0,85 x 30
= 0,35
Koefisien untuk sumbu horizontal
𝑃
∅ 𝑥 𝐴 𝑥 0,85 𝑓𝑐 +
𝑒𝑡
= 0,35 x
19
500
= 0,013
Tulangan simetris 4 sisi
Dipilih 𝑑′
=
59,5
500 = 0,15, untuk fc 30 digunakan = 1,2
Didapa r = 0
Sehingga rasio tulangan pada penampang :
= r x
= 0 x 1,2 = 0 < min (maka digunakan min)
Luas tulangan yang diperlukan
Ast = min x Ag
= 0,01 x 250000
= 2500 mm2
Digunakan tulangan D19, maka diperlukan tulangan sebanyak :
n = 𝐴𝑠𝑡
0,25𝜋𝑑2
= 2500
0,25 𝑥 3,14 𝑥 192
= 8,82 12
130
Maka tulangan utama dipasang 12D19 (3400 mm2)
Tulangan sengkang
Pu = 1428,68 KN (Frame 191)
Vu = 2,50 KN (Frame 191)
Vn = 𝑉𝑢
∅
= 2,5
0,8
= 3,125 KN
= 312,5 Kg
Tahanan Geser oleh Beton
𝑉𝑐 = 1 +𝑃𝑢
𝐴𝑔 .14 .
𝑓 ′𝑐
6. 𝑏. 𝑑
𝑉𝑐 = 1 +1428680
5002 .14 .
30
6 .500.440,5 = 283131,29 N = 283,13 KN
Faktor reduksi untuk geser dan puntir ϕ = 0,75
ϕ 𝑉𝑐 = 0,75 x 283,13 = 212,34 KN
𝑉𝑢 < ϕ 𝑉𝑐 → aman
Dipasang Tulangan Sengkang Minimal ø 10 -150 mm
2. Kolom 30 x 30 Lantai 1
Pu = 89,94 KN (Frame 952)
Vu = 0,95 KN (Frame 163)
Mu = 2,33 KNm (Frame 163)
Agr = 300 x 300
= 90000 mm2
Tulangan pokok (p) = D19
Tulangan sengkang (p)= 10
Selimut beton (p) = 40 mm
Mutu Beton (fc) = 30 Mpa
Mutu baja (fy) = 240 Mpa
min = 1,4
𝐹𝑦 =
1,4
240 = 0,00583
b = 0,85 𝐹𝑐 .𝛽1
𝑓𝑦
600
600+𝑓𝑦
131
= 0,85 30 x 0.85
240
600
600+240
= 0,0645
max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,0645
= 0,0484
d = h – p - s – ½ p
= 300 – 40 – 10 – ½ x 19
= 240,5 mm
d' = p + s + ½ p
= 40 + 10 + ½ x 19
= 59,5 mm
Perhitungan pengaruh tekuk
Ig kolom = 1/12 b h3
= 1/12 x 30 x 303
= 67500 cm4
Ig balok = 1/12 b h3
= 1/12 x 25 x 403
= 133333,33 cm4
Ec = 4700 𝑓𝑐
= 4700 30
= 25742,96 Mpa
= 257429,6 Kg/cm2
Dianggap d = 0,5
EI kolom =
Ec x Ig
2.5
1+ d
=
257429 ,6 x 67500
2.5
1+ 0,5
= 4,63 x 108 Kgcm
EI balok =
Ec x Ig
5
1+ d
=
257429 ,6 x 133333 ,33
5
1+ 0,5
132
= 4,58 x 108 Kgcm
A = 𝑬𝑰 𝒌𝒐𝒍𝒐𝒎
𝒍𝒖
𝑬𝑰 𝒃𝒂𝒍𝒐𝒌
𝒍𝒄
=
4,63 x 108
400
14,58 x 108
400
= 1,01
B = 0 (terjepit penuh)
Gambar 4.22. Nomogram Tekuk Kolom tanpa Pengaku pada Kolom K2
Berdasarkan nomogram Gideon 4, didapatkan nilai k = 1,15
r = 0,5 h
= 0,5 x 30
= 15 cm
= 𝑘 .𝑙𝑢
𝑟 < 22
= 1,15 𝑥 400
15 < 22
= 30,67 > 22 (Kolom tidak langsing)
133
Menghitung kapasitas kolom
EI kolom = 4,63 x 108 Kgcm
Pc = 𝜋2 .𝐸𝐼
𝑘 .𝑙𝑢 2 =
3.142 .4,63 𝑥 108
1,15 x 400 2 = 21573,70 Kg = 21,57 ton
Menghitung momen yang diperbesar akibat goyangan
𝑀𝑐 = 𝛿𝑠.𝑀𝑠 =𝑀𝑠
1− 𝑃𝑢
0,75.𝑃𝑐
𝑀𝑐 =0,023
1−0,90
0,75.21,57
= 0,024 ton.m
Persyaratan eksentrisitas minimal dari kolom
emin = 15 + 0,03h
= 15 + 0,03 x 300
= 24 mm
Eksentrisitas beban
et = 𝑀
𝑃
= 2,33
89,94
= 0,025 m = 25 mm
Koefisien sumbu vertikal
𝑃
∅ 𝑥 𝐴 𝑥 0,85 𝑓𝑐 =
89940
0,65 x 90000 x 0,85 x 30
= 0,06
Koefisien untuk sumbu horizontal
𝑃
∅ 𝑥 𝐴 𝑥 0,85 𝑓𝑐 +
𝑒𝑡
= 0,06 x
25
400
= 0,0375
Tulangan simetris 4 sisi
Dipilih 𝑑′
=
59,5
400 = 0,15, untuk fc 30 digunakan = 1,2
Didapa r = 0
Sehingga rasio tulangan pada penampang :
= r x
= 0 x 1,2 = 0 < min (maka digunakan min)
Luas tulangan yang diperlukan
Ast = min x Ag
134
= 0,01 x 90000
= 900 mm2
Digunakan tulangan D19, maka diperlukan tulangan sebanyak :
n = 𝐴𝑠𝑡
0,25𝜋𝑑2
= 900
0,25 𝑥 3,14 𝑥 192
= 3,1 4
Maka tulangan utama dipasang 4D19 (1133 mm2)
Tulangan sengkang
Pu = 89,94 KN (Frame 952)
Vu = 0,95 KN (Frame 163)
Vn = 𝑉𝑢
∅
= 0,95
0,8
= 1,1875 KN
= 118,75 Kg
Tahanan Geser oleh Beton
𝑉𝑐 = 1 +𝑃𝑢
𝐴𝑔 .14 .
𝑓 ′𝑐
6. 𝑏. 𝑑
𝑉𝑐 = 1 +89940
3002 .14 .
30
6 .300.240,5 = 70565,046 N = 70,57 KN
Faktor reduksi untuk geser dan puntir ϕ = 0,75
ϕ 𝑉𝑐 = 0,75 x 70,57 = 52,93 KN
𝑉𝑢 < ϕ 𝑉𝑐 → aman
Dipasang Tulangan Sengkang Minimal ø 10 -150 mm
3. Kolom 50 x 50 Lantai 2 - 5
Pu = 1098,83 KN (Frame 920)
Vu = 21,61 KN (Frame 927)
Mu = 37,75 KNm (Frame 903)
Agr = 500 x 500
= 250000 mm2
Tulangan pokok (p) = D19
135
Tulangan sengkang (p)= 10
Selimut beton (p) = 40 mm
Mutu Beton (fc) = 30 Mpa
Mutu baja (fy) = 240 Mpa
min = 1,4
𝐹𝑦 =
1,4
240 = 0,00583
b = 0,85 𝐹𝑐 .𝛽1
𝑓𝑦
600
600+𝑓𝑦
= 0,85 30 x 0.85
240
600
600+240
= 0,0645
max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,0645
= 0,0484
d = h – p - s – ½ p
= 500 – 40 – 10 – ½ x 19
= 440,5 mm
d' = p + s + ½ p
= 40 + 10 + ½ x 19
= 59,5 mm
Perhitungan pengaruh tekuk
Ig kolom = 1/12 b h3
= 1/12 x 50 x 503
= 520833,33 cm4
Ig balok = 1/12 b h3
= 1/12 x 30 x 503
= 312500 cm4
Ec = 4700 𝑓𝑐
= 4700 30
= 25742,96 Mpa
= 257429,6 Kg/cm2
Dianggap d = 0,5
136
EI kolom =
Ec x Ig
2.5
1+ d
=
257429 ,6 x 520833 ,33
2.5
1+ 0,5
= 3,575 x 1010
Kgcm
EI balok =
Ec x Ig
5
1+ d
=
257429 ,6 x 312500
5
1+ 0,5
= 1,073 x 1010
Kgcm
A = 𝑬𝑰 𝒌𝒐𝒍𝒐𝒎
𝒍𝒖
𝑬𝑰 𝒃𝒂𝒍𝒐𝒌
𝒍𝒄
=
3,575 x 1010
350
1,073 x 1010
500
= 4,75
B = 𝑬𝑰 𝒌𝒐𝒍𝒐𝒎
𝒍𝒖
𝑬𝑰 𝒃𝒂𝒍𝒐𝒌
𝒍𝒄
=
3,575 x 1010
350
1,073 x 1010
500
= 4,75
137
Gambar 4.23. Nomogram Tekuk Kolom tanpa Pengaku pada Kolom K1b
Berdasarkan nomogram Gideon 4, didapatkan nilai k = 2,15
r = 0,5h
= 0,5 x 50
= 25 cm
= 𝑘 .𝑙𝑢
𝑟 < 22
= 2,15𝑥350
25 < 22
= 30,1 > 22 (Kolom tidak langsing)
Menghitung kapasitas kolom
EI kolom = 3,575 x 1010
Kgcm
Pc = 𝜋2 .𝐸𝐼
𝑘 .𝑙𝑢 2 = 3.142 .3,575 𝑥 1010
2,15 x350 2 = 622475,60 Kg = 622,48 ton
Menghitung momen yang diperbesar akibat goyangan
𝑀𝑐 = 𝛿𝑠.𝑀𝑠 =𝑀𝑠
1− 𝑃𝑢
0,75.𝑃𝑐
𝑀𝑐 =0,38
1−10,99
0,75.622 ,48
138
= 0,389 ton.m
Persyaratan eksentrisitas minimal dari kolom
emin = 15 + 0,03h
= 15 + 0,03 x 500
= 30 mm
Eksentrisitas beban
et = 𝑀
𝑃
= 37,75
1098.83
= 0,034 m = 34 mm
Koefisien sumbu vertikal
𝑃
∅ 𝑥 𝐴 𝑥 0,85 𝑓𝑐 =
1098830
0,65 x 250000 x 0,85 x 30
= 0,27
Koefisien untuk sumbu horizontal
𝑃
∅ 𝑥 𝐴 𝑥 0,85 𝑓𝑐 +
𝑒𝑡
= 0,27 x
34
350
= 0,26
Tulangan simetris 4 sisi
Dipilih 𝑑′
=
59,5
500 = 0,15, untuk fc 30 digunakan = 1,2
Didapa r = 0
Sehingga rasio tulangan pada penampang :
= r x
= 0 x 1,2 = 0 < min (maka digunakan min)
Luas tulangan yang diperlukan
Ast = min x Ag
= 0,01 x 250000
= 2500 mm2
Digunakan tulangan D19, maka diperlukan tulangan sebanyak :
n = 𝐴𝑠𝑡
0,25𝜋𝑑2
= 2500
0,25 𝑥 3,14 𝑥 192
= 8,82 12
139
Maka tulangan utama dipasang 12D19 (3400 mm2)
Tulangan sengkang
Pu = 1098,83 KN (Frame 920)
Vu = 21,61 KN (Frame 927)
Vn = 𝑉𝑢
∅
= 21,61
0,8
= 27,01 KN
= 270,1 Kg
Tahanan Geser oleh Beton
𝑉𝑐 = 1 +𝑃𝑢
𝐴𝑔 .14 .
𝑓 ′𝑐
6. 𝑏. 𝑑
𝑉𝑐 = 1 +1098830
5002 .14 .
30
6 .500.440,5 = 264182,84 N = 264,18 KN
Faktor reduksi untuk geser dan puntir ϕ = 0,75
ϕ 𝑉𝑐 = 0,75 x 264,18 = 198,14 KN
𝑉𝑢 < ϕ 𝑉𝑐 → aman
Dipasang Tulangan Sengkang Minimal ø 10 -150 mm
4.3. Perhitungan Tangga
4.3.1. Tangga Lantai 1
1. Data Teknis
Tinggi antar lantai = 400 Cm
Lebar Tangga = 400 Cm
Lebar Bordes = 215 Cm
Lebar tangga 1 = 200 Cm
Lebar tangga 2 = 200 Cm
O = Optrede (langkah tegak) = 20 cm
A = Antrede (Langkah datar) = 28 cm
Pengecekan Kenyamanan :
2.19 + 28 = 68 OK
Sudut kemiringan tangga ( = 25 – 45 )
tan = O
A =
20
28 = 0,71
140
= 35 (25 < < 45 OK)
Gambar 4.24. Tangga Lantai 1
2. Perhitungan Pembebanan Tangga
a. Pembebanan Pelat Bordes
Beban mati :
Berat Keramik (t = 1 cm) = 0,01 x 2400 = 24 Kg/m2
Berat spesi (t = 2 cm) = 0,02 x 2100 = 42 Kg/m2
+
Total = 66 Kg/m2
Beban Hidup = 300 Kg/m2
b. Pembebanan Pelat Tangga
Beban mati :
Berat Keramik (t = 1 cm) = 0,01 x 2400 = 24 Kg/m2
Berat spesi (t = 2 cm) = 0,02 x 2100 = 42 Kg/m2
+
Total = 66 Kg/m2
Beban Hidup = 300 Kg/m2
3. Analisa Perhitungan Struktur Tangga
Dalam perhitungan analis struktur tangga, dilakukan dengan
menggunakan bantuan program SAP 2000. Beban yang dimasukan adalah
beban merata (Unifom Shell) dalam program SAP 2000. Kombinasi
pembebanan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1,2 DL + 1,6 LL
Dimana :
141
DL = Dead Load (beban mati)
LL = Live Load (beban hidup)
Tabel 4.34. Hasil Output Tangga Lantai 1
Jenis Pelat
Mmen Arah Sumbu X (M22)
Area
Text
M Tumpuan
(KN.m) AreaTex
M Lapangan
(KN.m)
Pelat Tangga 343 8,18 324 4,00
Pelat Bordes 254 9,79 251 2,71
Jenis Pelat
Mmen Arah Sumbu Y (M11)
Area
Text
M Tumpuan
(KN.m) AreaTex
M Lapangan
(KN.m)
Pelat Tangga 295 2,63 295 0,60
Pelat Bordes 290 7,72 269 2,28
4. Perhitungan Tulangan Pelat Tangga
Tebal pelat = 120 mm
Tebal penutup beton = 20 mm
a. Perhitungan tulangan tumpuan arah x
Mtx = 4,00 KNm
dx = h – p – ½
= 120 – 20 – ½ x 10
= 95 mm = 0,095 m
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 4,00
1.0,0952
= 906,37 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 900 = 0,0038
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 1000 = 0,0043
Interpolasi = 0,0038 + 6,37
100 x ( 0,0043 – 0,0038)
= 0,0038
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 1000 x 95
= 553,85 mm2
Maka digunakan tulangan 10 – 125 (As = 628 mm2)
142
b. Perhitungan tulangan lapangan arah x
Mlx = 4,00 KNm
dx = h – p – ½
= 120 – 20 – ½ x 10
= 95 mm = 0,095 m
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 =
4,00
1.0,0952
= 443,21 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 900 = 0,0017
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 1000 = 0,0021
Interpolasi = 0,0017 + 43,21
100 x ( 0,0021 – 0,0017)
= 0,0019
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 1000 x 95
= 553,85 mm2
Maka digunakan tulangan 10 – 125 (As = 628 mm2)
c. Perhitungan tulangan tumpuan arah y
Mty = 2,63 KNm
dx = h – p – ½ -
= 120 – 20 – ½ x 10 – 10
= 85 mm = 0,085 m
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 =
2,63
1.0,0852
= 364,01 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 300 = 0,0013
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 400 = 0,0017
Interpolasi = 0,0013 + 64,01
100 x ( 0,0017 – 0,0013)
= 0,0016
Karena < min, maka digunakan min
143
As = 0,00583 x 1000 x 85
= 495,55 mm2
Maka digunakan tulangan 10 – 150 (As = 524 mm2)
d. Perhitungan tulangan lapangan arah y
Mly = 0,60KNm
dx = h – p – ½ -
= 120 – 20 – ½ x 10 – 10
= 85 mm = 0,085 m
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 0,60
1.0,0852
= 83,04 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 300 = 0,0013
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 1000 x 85
= 495,55 mm2
Maka digunakan tulangan 10 – 150 (As = 524 mm2)
5. Perhitungan Tulangan Bordes
Tebal pelat = 150 mm
Tebal penutup beton = 20 mm
a. Perhitungan tulangan tumpuan arah x
Mtx = 9,79 KNm
dx = h – p – ½
= 150 – 20 – ½ x 10
= 125 mm = 0,125 m
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 =
9,79
1.0,1252
= 626,56 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 600 = 0,0025
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 700 = 0,0030
144
Interpolasi = 0,0025 + 26,56
100 x ( 0,0030 – 0,0025)
= 0,0026
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 1000 x 125
= 728,75 mm2
Maka digunakan tulangan 10 – 100 (As = 785 mm2)
b. Perhitungan tulangan lapangan arah x
Mlx = 2,71 KNm
dx = h – p – ½
= 150 – 20 – ½ x 10
= 125 mm = 0,125 m
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 2,71
1.0,1252
= 21,68 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 100 = 0,0004
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 1000 x 125
= 728,75 mm2
Maka digunakan tulangan 10 – 100 (As = 785 mm2)
c. Perhitungan tulangan tumpuan arah y
Mty = 7,72 KNm
dx = h – p – ½ -
= 150 – 20 – ½ x 10 – 10
= 115 mm = 0,115 m
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 7,72
1.0,1152
= 583,74 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 500 = 0,0021
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 600 = 0,0025
145
Interpolasi = 0,0021 + 83,74
100 x ( 0,0025 – 0,0021)
= 0,0013
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 1000 x 115
= 670,46 mm2
Maka digunakan tulangan 10 – 100 (As = 785 mm2)
d. Perhitungan tulangan lapangan arah y
Mly = 2,28 KNm
dx = h – p – ½ -
= 150 – 20 – ½ x 10 – 10
= 115 mm = 0,115 m
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 2,28
1.0,1152
= 172,40 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 100 = 0,0004
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 200 = 0,0008
Interpolasi = 0,0004 + 72,40
100 x ( 0,0008 – 0,0004)
= 0,0007
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 1000 x 115
= 670,45 mm2
Maka digunakan tulangan 10 – 100 (As = 785 mm2)
6. Perhitungan Balok Bordes
Mt = 8,96 KNm
Ml = 3,68 KNm
Vu = 5,54 KN
Tu = 1,16 KNm
d = h – p - s – ½ p
= 300 – 40 – 10 – ½ x 16
146
= 242 mm
a. Perhitungan Tulangan Tumpuan
Mu = 2,28 KNm
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 8,96
0,2.0,2422
= 764,98 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 700 = 0,0030
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 800 = 0,0034
Interpolasi = 0,0030 + 64,98
100 x ( 0,0034 – 0,0030)
= 0,0033
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 200 x 242
= 282,172 mm2
Maka digunakan tulangan 2D16 (As = 402 mm2)
b. Perhitungan Tulangan Lapangan
Mu = 3,68 KNm
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 3,68
0,2.0,2422
= 314,19 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 300 = 0,0013
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 400 = 0,0017
Interpolasi = 0,0013 + 14,19
100 x ( 0,0017 – 0,0012)
= 0,0014
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 200 x 242
= 282,172 mm2
Maka digunakan tulangan 2D16 (As = 402 mm2)
147
c. Perhitungan Tulangan Sengkang
Vu = 5,54 KN
Kuat geser beton tanpa memperhitungkan momen
Vc = 1 6 𝑓𝑐 𝑏 .𝑑
= 1 6 30 200 .242
= 44182,95 N
= 44,18 KN
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 44,18
= 33,14 KN
0,5Vc = 0,5 x 33,14
= 16,57 KN
Karena Vu < 0,5Vc maka digunakan tulangan geser 6
d/2 = 242/2
= 121
Maka digunakan tulangan geser 6 – 120 (Av = 234 mm2)
d. Perhitungan Tulangan Torsi
Tu = 1,16 KNm
= 1160000 N.mm
Tn = 𝑇𝑢
=
1160000
0,75 = 1546666,67 Nmm
Acp = 200 x 300 = 60000 mm2
Pcp = 2 (200+300) = 1000 mm
Fc
12 𝐴𝑐𝑝
2
𝑃𝑐𝑝 =
0,75 30
12
60000 2
1000 1232375 Nmm
Tu < Fc
12 𝐴𝑐𝑝
2
𝑃𝑐𝑝 maka tidak diperlukan tulangan torsi.
4.3.2. Tangga Lantai 2 – 4
1. Data Teknis
Tinggi antar lantai = 350 Cm
Lebar Tangga = 400 Cm
Lebar Bordes = 215
Lebar tangga 1 = 200 Cm
148
Lebar tangga 2 = 200 Cm
O = Optrede (langkah tegak) = 18 cm
A = Antrede (Langkah datar) = 28 cm
Pengecekan Kenyamanan :
2.19 + 28 = 64 OK
Sudut kemiringan tangga ( = 25 – 45 )
tan = O
A =
18
28 = 0,64
= 33 (25 < < 45 OK)
Gambar 4.25. Tangga Lantai 2 - 4
2. Perhitungan Pembebanan Tangga
a. Pembebanan Pelat Bordes
Beban mati :
Berat Keramik (t = 1 cm) = 0,01 x 2400 = 24 Kg/m2
Berat spesi (t = 2 cm) = 0,02 x 2100 = 42 Kg/m2
+
Total = 66 Kg/m2
Beban Hidup = 300 Kg/m2
b. Pembebanan Pelat Tangga
Beban mati :
Berat Keramik (t = 1 cm) = 0,01 x 2400 = 24 Kg/m2
Berat spesi (t = 2 cm) = 0,02 x 2100 = 42 Kg/m2
+
149
Total = 66 Kg/m2
Beban Hidup = 300 Kg/m2
3. Analisa Perhitungan Struktur Tangga
Dalam perhitungan analis struktur tangga, dilakukan dengan
menggunakan bantuan program SAP 2000. Beban yang dimasukan adalah
beban merata (Unifom Shell) dalam program SAP 2000. Kombinasi
pembebanan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1,2 DL + 1,6 LL
Dimana :
DL = Dead Load (beban mati)
LL = Live Load (beban hidup)
Tabel 4.35. Hasil Output Tangga Lantai 2 - 4
Jenis Pelat
Mmen Arah Sumbu X (M22)
Area
Text
M Tumpuan
(KN.m) AreaTex
M Lapangan
(KN.m)
Pelat Tangga 643 10,60 35 7,97
Pelat Bordes 109 10,08 133 2,72
Jenis Pelat
Mmen Arah Sumbu Y (M11)
Area
Text
M Tumpuan
(KN.m) AreaTex
M Lapangan
(KN.m)
Pelat Tangga 125 7,66 14 2,6
Pelat Bordes 109 7,76 115 2,32
4. Perhitungan Tulangan Pelat Tangga
Tebal pelat = 120 mm
Tebal penutup beton = 20 mm
a. Perhitungan tulangan tumpuan arah x
Mtx = 10.60 KNm
dx = h – p – ½
= 120 – 20 – ½ x 10
= 95 mm = 0,095 m
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 10.60
1.0,0952
= 1174,52 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
150
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 1100 = 0,0047
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 1200 = 0,0051
Interpolasi = 0,0047 + 74,52
100 x ( 0,0051 – 0,0047)
= 0,0050
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 1000 x 95
= 553,85 mm2
Maka digunakan tulangan 10 – 125 (As = 628 mm2)
b. Perhitungan tulangan lapangan arah x
Mlx = 7,92 KNm
dx = h – p – ½
= 120 – 20 – ½ x 10
= 95 mm = 0,095 m
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 7,97
1.0,0952
= 883,10 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 800 = 0,0034
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 900 = 0,0038
Interpolasi = 0,0034 + 83,10
100 x ( 0,0038 – 0,0034)
= 0,0037
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 1000 x 95
= 553,85 mm2
Maka digunakan tulangan 10 – 125 (As = 628 mm2)
c. Perhitungan tulangan tumpuan arah y
Mty = 7,66 KNm
dx = h – p – ½ -
= 120 – 20 – ½ x 10 – 10
= 85 mm = 0,085 m
151
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 =
7,66
1.0,0852
= 1060,21 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 1000 = 0,0043
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 1100 = 0,0047
Interpolasi = 0,0043 + 60,21
100 x ( 0,0047 – 0,0043)
= 0,0045
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 1000 x 85
= 495,55 mm2
Maka digunakan tulangan 10 – 150 (As = 524 mm2)
d. Perhitungan tulangan lapangan arah y
Mly = 2,63 KNm
dx = h – p – ½ -
= 120 – 20 – ½ x 10 – 10
= 85 mm = 0,085 m
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 2,63
1.0,0852
= 364,01 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 300 = 0,0013
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 400 = 0,0017
Interpolasi = 0,0013 + 64,01
100 x ( 0,0017 – 0,0013)
= 0,0016
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 1000 x 85
= 495,55 mm2
Maka digunakan tulangan 10 – 150 (As = 524 mm2)
152
7. Perhitungan Tulangan Bordes
Tebal pelat = 150 mm
Tebal penutup beton = 20 mm
a. Perhitungan tulangan tumpuan arah x
Mtx = 10,08 KNm
dx = h – p – ½
= 150 – 20 – ½ x 10
= 125 mm = 0,125 m
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 10,08
1.0,1252
= 645,12KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 600 = 0,0025
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 700 = 0,0030
Interpolasi = 0,0025 + 45,12
100 x ( 0,0030 – 0,0025)
= 0,0027
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 1000 x 125
= 728,75 mm2
Maka digunakan tulangan 10 – 100 (As = 785 mm2)
b. Perhitungan tulangan lapangan arah x
Mlx = 2,72 KNm
dx = h – p – ½
= 150 – 20 – ½ x 10
= 125 mm = 0,125 m
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 =
2,71
1.0,1252
= 174,08 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 100 = 0,0004
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 200 = 0,0008
Interpolasi = 0,0004 + 74,08
100 x ( 0,0008 – 0,0004)
153
= 0,0007
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 1000 x 125
= 728,75 mm2
Maka digunakan tulangan 10 – 100 (As = 785 mm2)
c. Perhitungan tulangan tumpuan arah y
Mty = 7,76 KNm
dy = h – p – ½ -
= 150 – 20 – ½ x 10 – 10
= 115 mm = 0,115 m
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 7,72
1.0,1152
= 586,77 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 500 = 0,0021
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 600 = 0,0025
Interpolasi = 0,0021 + 86,77
100 x ( 0,0025 – 0,0021)
= 0,0013
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 1000 x 115
= 670,46 mm2
Maka digunakan tulangan 10 – 100 (As = 785 mm2)
d. Perhitungan tulangan lapangan arah y
Mly = 2,32 KNm
dy = h – p – ½ -
= 150 – 20 – ½ x 10 – 10
= 115 mm = 0,115 m
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 2,32
1.0,1152
= 175,43 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
154
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 100 = 0,0004
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 200 = 0,0008
Interpolasi = 0,0004 + 75,43
100 x ( 0,0008 – 0,0004)
= 0,0007
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 1000 x 115
= 670,45 mm2
Maka digunakan tulangan 10 – 100 (As = 785 mm2)
8. Perhitungan Balok Bordes
Mt = 9,07 KNm
Ml = 3,71 KNm
Vu = 22,45 KN
Tu = 5,18 KNm
d = h – p - s – ½ p
= 300 – 40 – 10 – ½ x 16
= 242 mm
a. Perhitungan Tulangan Tumpuan
Mu = 9,07 KNm
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 =
9,07
0,2.0,2422
= 774,37 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 700 = 0,0030
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 800 = 0,0034
Interpolasi = 0,0030 + 74,37
100 x ( 0,0034 – 0,0030)
= 0,0033
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 200 x 242
= 282,172 mm2
Maka digunakan tulangan 2D16 (As = 402 mm2)
155
b. Perhitungan Tulangan Lapangan
Mu = 3,71 KNm
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 3,71
0,2.0,2422
= 316,74 KN/m2
Dari tabel 5.1.i Buku Gideon seri 4 di dapat :
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 300 = 0,0013
𝑀𝑢
𝑏 .𝑑2 = 400 = 0,0017
Interpolasi = 0,0013 + 16,74
100 x ( 0,0017 – 0,0013)
= 0,0014
Karena < min, maka digunakan min
As = 0,00583 x 200 x 242
= 282,172 mm2
Maka digunakan tulangan 2D16 (As = 402 mm2)
c. Perhitungan Tulangan Sengkang
Vu = 22,45 KN
Kuat geser beton tanpa memperhitungkan momen
Vc = 1 6 𝑓𝑐 𝑏 .𝑑
= 1 6 30 200 .242
= 44182,95 N
= 44,18 KN
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 44,18
= 33,14 KN
0,5Vc = 0,5 x 33,14
= 16,57 KN
Karena 0,5Vc < Vu < Vc maka digunakan tulangan geser
minimum
Av,u = 75 𝐹𝑐 .𝑏 .𝑆
1200.𝑓𝑦
156
= 75 30 x 200 x 1000
1200 x 240
= 285,27 mm2
Av,u = 𝑏 .𝑆
3.𝑓𝑦
= 200 x 1000
3 x 240
= 277,78 mm2
Dipilih begel dengan diameter 10 mm
Spasi Begel, s = 1
4 𝜋 .𝑑2 .𝑆
𝐴𝑣,𝑢
= 1
4 𝜋 x 102 x 1000
285,27
= 275,18 mm
s ≤ d/2 = 242/2 = 121 mm
s ≤ 600 mm
Maka digunakan tulangan geser 10 – 120 (Av = 654 mm2)
4.4. Perhitungan Pondasi
4.3.1. Perhitungan Pondasi PC1
1. Data Teknis
Beban yang bekerja pada pondasi
P(aksial) = 1428,622 KN
My = 14,058 KNm
Mx = 33,745 KNm
H = 17,165 KN
Kedalaman tiang pancang = 20 m
Nilai total friction (Tf) = 8,48 KN/cm
Nilai conus = 0,35 KN/cm2
Dimensi tiang pancang = 25cm x 25cm
2. Kapasitas Daya Dukung Pondasi
a. Kapasitas dukung ijin tiang pancang
Kapasitas dukung ijin tiang menggunakan combination bearing,
yaitu kombinasi antara friction bearing ( kekuatan lekatan terhadap
tanah ) dan conus point bearing (kuat dukung tanah dasar )
157
Total friction (Tf) merupakan jumlah daya dukung yang
memanfaatkan lekatan antara tanah dengan permukaan tiang pancang
.Conus bearing merupakan kapasitas dukung yang memanfaatkan
daya dukung tanah dasar (Qc) dikalikan dengan luas permukaan ujung
tiang.
Qu = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑂 𝑥 𝑄𝑐
3 +
𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑂 𝑥 𝑇𝑓
5
= 25 𝑥 25 𝑥 0,35
3 +
((2𝑥(25+25))𝑥 8,48
5
= 242,5156 KN
b. Jumlah tiang pancang yang dibutuhkan
n = 𝑝
𝑞𝑢
= 1428,622
242,516
= 5,891 ̴ maka digunakan 9 tiang pancang
c. Menghitung efisiensi grup tiang (E)
E = 1- arc tg 𝑛−1 𝑚+ 𝑚−1 𝑛
90.𝑚 .𝑛
Keterangan :
S = jarak antar pusat tiang pancang
m = jumlah baris tiang pancang
n = jumlah per 1 baris
E = 1- arc tg 3−1 3+ 3−1 3
90.3.3
= 0,73
d. Tambahan beban akibat berat pile cap (poer)
W = volume poer x BJ beton
= ( 1,8 x 1,8 x 0,8 ) x 2,4
= 6,221 KN
e. Resultan Beban yang bekerja pada pondasi
V = P + berat poer (W)
= 1428,622 + 6,221
= 1434,834 KN
f. Kapasitas daya dukung pondasi
= Qu x n x E
= 242,516 x 9 x 0,73
= 1586,546 KN
158
Chek syarat aman
Kapasitas dukung pondasi > resultan beban yang bekerja
1586,545 > 1434,843 ( pondasi aman )
3. Keamanan Tiang Terhadap Mutu Beton
Pi = 𝑣
𝑛 +
𝑀𝑦 .𝑋𝑖
Ʃ𝑋𝑖 +
𝑀𝑥 .𝑦𝐼
Ʃ𝑌𝑖
Keterangan
Pi = beban yang diterima tiang ke- i
Xi = jarak titik pusat tiang i sejajar sumbu y
Yi = jarak titik pusat tiang i sejajar sumbu x
Tabel 4.36. Beban Akibat Pengaruh Momen pada Pondasi PC1
Tiang
No Xi (m) Yi (m) Xi2 Yi2 Mx (KN) My (KN) V(KN) Pi (KN)
1 -0,6 0,6 0,36 0.36 33,74562 14,05819 159,427 164,8957
2 0 0,6 0 0.36 33,74562 14,05819 159,427 168,8008
3 0,6 0,6 0.36 0.36 33,74562 14,05819 159,427 172,7058
4 -0,6 0 0.36 0 33,74562 14,05819 159,427 155,5219
5 0 0 0 0 33,74562 14,05819 159,427 159,4270
6 0,6 0 0.36 0 33,74562 14,05819 159,427 163,3320
7 -0,6 -0,6 0.36 0.36 33,74562 14,05819 159,427 146,1481
8 0 -0,6 0 0.36 33,74562 14,05819 159,427 150,0532
9 0,6 -0,6 0.36 0.36 33,74562 14,05819 159,427 153,9582
Jumlah 2,16 2,16
Setelah terpengaruh momen X dan Y distribusi beban berubah menjadi :
Berat tiang = 0,252 x 20 x 24
= 30 KN
P = P maks + Berat tiang
= 172,7058 + 30
= 202,7058 KN
Cek keamanan tiang terhadap mutu beton
Mutu beton yang di pakai
Fc = 35 Mpa
Fc ijin = 0,45 x 35 = 15,75 Mpa
P ijin = Fc ijin x A
= 15,75 x (250 x 250)
159
= 984375 N ̴ P ijin 984,375 KN
Syarat aman Beban tiang < P ijin
202,7058 KN < 984,375 KN ( pondasi aman terhadap mutu beton )
4. Menghitung Tegangan Ijin Lateral
Menentukan jenis tiang panjang atau tiang pendek
𝐿
𝐷 < 12 tiang pendek
𝐿
𝐷 < 12 tiang panjang
20
0,25 = 80 < 12 tiang panjang
Menghitung tegangan ijin leteral
S = 𝑏2
6
S = 02,5𝑥0,252
6
S = 0,0026 m3
F = 0,60 x 𝑓𝑐 ′
F = 0,60 x 35
F = 3,55 Mpa
3550 KN/m2
Maka digunakan rumus
My = S x F
My = 0,0026 x 3550
My = 9,23 KNm
=𝑚𝑦
𝑐𝑢 𝑥 𝑑3 = 9,23
200 𝑥 0,253 = 2,953 ̴ 3
160
Gambar 4.26. Grafik Broms pada PC1
Dari grafik diperoleh nilai 𝑢
𝑐𝑢 𝑥 𝑑𝑢 2 = 3,7
=𝑢
𝑐𝑢 𝑥 𝑑𝑢 2 =3,7
=𝑢
200 𝑥 0,252 = 3,7
Hu = 46,25 KN
Dengan SF = 3 maka diperoleh
Ha = 𝐻𝑢
𝑆𝐹 =
46,25
3 = 15,41 KN
Beban horizontal yang diterima setiap tiang
= 𝐻
𝑛 =
17,165
9
= 1,91 KN
Syarat aman : kapasitas dukung horizontal harus lebih besar dari pada gaya
horizontal yang bekerja
𝐻
𝑛 = 1,91 KN <
𝐻𝑢
𝑠𝑓 = 15,41 KN
Sehingga tiang aman terhadap gaya horizontal
161
5. Perencanaan Pile Cap
a. Data Pile Cap
Tulangan pokok = D22
Selimut beton (p) = 60 mm
Ukuran poer = 1,8 x 1,8 m
Tinggi poer (h) = 0,8 m
Dimensi kolom = 50 x 50 cm
d’ = h - p + d tul + ½ d tul
= 800 - 60+22 + ½ x 22 = 93 mm
= 707 mm
Fc’ = 35 Mpa
Fy = 240 Mpa
P1 = Pmax = 172,7058 KN
Beban merata q akibat berat tanah diatas pile cap :
q = [h x γc + (ht – h) x γt ] x Lx
keterangan :
h = kedalaman pile cap
ht = kedalaman pile cap dari permukaan tanah
γc = berat jenis beton
γt = berat jenis tanah
q = [0,8 x 2,4 + (2 – 0,8 ) x 1,8 ] x 2,4
= 7,10 tonm
Berat sendiri 1 tiang pancang :
Qp =A x L x γc
= (0,25 x 0,25) x 20 x 2,4
= 3 ton
b. Tulangan pada pile cap arah Ly :
My = 14,058
Fc = 35 Mpa
Fy =240 Mpa
ρmin = 1,4
240 = 0,00583
ρbalance = 0,85 .35 𝑥 0,85
240
600
600+240
162
= 0,0752
ρmax = 0,75 x ρbalance
= 0,75 x 0,0752
= 0,0564
h = 0,80 m
dy = 800 -60 -22-12 .22
=707 mm = 0,707 m
= 𝑀𝑢
𝑏 𝑥 𝑑𝑦2=
14,058
1.(0,707)2= 28,124 KN.m
2
𝑀𝑢
𝑏 𝑥 𝑑𝑦2 = 28,124 ρ = 0,0004
Karena ρ < ρmin maka digunakan ρmin
As Ly = ρmin .by.dy
= 0,00583x 1000 x 707
= 4121,81
Digunakan D22 (Ast 380 mm2 )
A tul = 1
4 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2 =
1
4 .3,14 . 22
2 = 380 mm
2
n = 𝑎𝑠 𝑙𝑦
𝑎 𝑡𝑢𝑙
n = 4121,81
380=10,84 ̴ maka jumlah tulangan adalah 12 tulangan
jarak tulangan b
𝑛=
1800
12 = 150 maka jarak tulangan adalah yang
digunakan 150 mm
c. Tulangan pada pile cap arah Lx
Mx = 33,745 KNm
Fc =35 Mpa
Fy = 240 Mpa
ρmin =1,4
240 = 0,00583
ρbalance = 0,85 .35 𝑥 0,85
240
600
600+240
= 0,0752
ρmax = 0,75 x ρbalance
= 0,75 x 0,0752
= 0,0564
163
H = 0,80 m
dy = 800 -60 -12 .22
=729 mm = 0,729 m
𝑀𝑢
𝑏 𝑥 𝑑𝑦2=
33,745
1.(0,729)2= 63,49 KN.m
2
𝑀𝑢
𝑏 𝑥 𝑑𝑦2 = 63,49 ρ = 0,0004
Maka digunakan ρmin = 0,00583
As Ly = ρmin .by.dy
= 0,00583 x 1000 x 729
= 4250,07
Digunakan D
A tul = 1
4 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2 =
1
4 .3,14 . 22
2 = 380 mm
2
n = 𝑎𝑠 𝑙𝑦
𝑎 𝑡𝑢𝑙
n = 4250,07
380 = 11,18 ̴ 12 mm
jarak tulangan b
𝑛=
1800
12 = 150 maka jarak tulangan adalah yang
digunakan 150 mm
4.3.2. Perhitungan Pondasi PC2
1. Data Teknis
Beban yang bekerja pada pondasi
P(aksial) = 90,47 KN
My = 1,50 KNm
Mx = 5,20 KNm
H = 3,04 KN
Kedalaman tiang pancang = 20 m
Nilai total friction (Tf) = 8,48 KN/cm
Nilai conus = 0,35 KN/cm2
Dimensi tiang pancang = 25cm x 25cm
2. Kapasitas Daya Dukung Pondasi
a. Kapasitas dukung ijin tiang pancang
164
Kapasitas dukung ijin tiang menggunakan combination bearing,
yaitu kombinasi antara friction bearing ( kekuatan lekatan terhadap
tanah ) dan conus point bearing (kuat dukung tanah dasar )
Total friction (Tf) merupakan jumlah daya dukung yang
memanfaatkan lekatan antara tanah dengan permukaan tiang pancang
.Conus bearing merupakan kapasitas dukung yang memanfaatkan
daya dukung tanah dasar (Qc) dikalikan dengan luas permukaan ujung
tiang.
Qu = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑂 𝑥 𝑄𝑐
3 +
𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑂 𝑥 𝑇𝑓
5
= 25 𝑥 25 𝑥 0,35
3 +
((2𝑥(25+25))𝑥 8,48
5
= 242,5156 KN
b. Jumlah tiang pancang yang dibutuhkan
n = 𝑝
𝑞𝑢
= 90,47
242,516
= 0,37 maka digunakan 2 tiang pancang
c. Menghitung efisiensi grup tiang (E)
E = 1- arc tg 𝑛−1 𝑚+ 𝑚−1 𝑛
90.𝑚 .𝑛
Keterangan :
S = jarak antar pusat tiang pancang
m = jumlah baris tiang pancang
n = jumlah per 1 baris
E = 1- arc tg 3−1 3+ 3−1 3
90.3.3
= 0,90
d. Tambahan beban akibat berat pile cap (poer)
W = volume poer x BJ beton
= ( 0,60 x 1,20 x 0,8 ) x 2,4
= 1,38 KN
e. Resultan Beban yang bekerja pada pondasi
V = P + berat poer (W)
= 90,47 + 1,38
= 91,85 KN
f. Kapasitas daya dukung pondasi
165
= Qu x n x E
= 242,516 x 2 x 0,9
= 435,36 KN
Chek syarat aman
Kapasitas dukung pondasi > resultan beban yang bekerja
435,36 KN > 91,85 KN ( pondasi aman )
3. Keamanan Tiang Terhadap Mutu Beton
Pi = 𝑣
𝑛 +
𝑀𝑦 .𝑋𝑖
Ʃ𝑋𝑖 +
𝑀𝑥 .𝑦𝐼
Ʃ𝑌𝑖
Keterangan
Pi = beban yang diterima tiang ke- i
Xi = jarak titik pusat tiang i sejajar sumbu y
Yi = jarak titik pusat tiang i sejajar sumbu x
Tabel 4.37. Beban Akibat pengaruh momen pada pondasi PC2
Tiang No Xi Yi Xi2 Yi2 Mx
(KN)
My
(KN)
V/n
(KN) Pi (KN)
1 0 0.3 0 0.09 5.2 1.5 45.93 54.59
2 0 -0.3 0 0.09 5.2 1.5 45.93 37.26
jumlah
0 0.18
Setelah terpengaruh momen X dan Y distribusi beban berubah menjadi :
Berat tiang = 0,252 x 20 x 24
= 30 KN
P = P maks + Berat tiang
= 54,59 + 30
= 84,59 KN
Cek keamanan tiang terhadap mutu beton
Mutu beton yang di pakai
Fc = 35 Mpa
Fc ijin = 0,45 x 35 = 15,75 Mpa
P ijin = Fc ijin x A
= 15,75 x (250 x 250)
= 984375 N ̴ P ijin 984,375 KN
166
Syarat aman Beban tiang < P ijin
84,59 KN < 984,375 KN ( pondasi aman terhadap mutu beton )
4. Menghitung Tegangan Ijin Lateral
Menentukan jenis tiang panjang atau tiang pendek
𝐿
𝐷 < 12 tiang pendek
𝐿
𝐷 < 12 tiang panjang
20
0,25 = 80 > 12 tiang panjang
Menghitung tegangan ijin leteral
S = 𝑏2
6
S = 02,5𝑥0,252
6
S = 0,0026 m3
F = 0,60 x 𝑓𝑐 ′
F = 0,60 x 35
F = 3,55 Mpa
3550 KN/m2
Maka digunakan rumus
My = S x F
My = 0,0026 x 3550
My = 9,23 KNm
=𝑚𝑦
𝑐𝑢 𝑥 𝑑3 = 9,23
200 𝑥 0,253 = 2,953 ̴ 3
167
Gambar 4.27. Grafik Broms pada PC2
Dari grafik diperoleh nilai 𝑢
𝑐𝑢 𝑥 𝑑𝑢 2 = 3,7
=𝑢
𝑐𝑢 𝑥 𝑑𝑢 2 =3,7
=𝑢
200 𝑥 0,252 = 3,7
Hu = 46,25 KN
Dengan SF = 3 maka diperoleh
Ha = 𝐻𝑢
𝑆𝐹 =
46,25
3 = 15,41 KN
Beban horizontal yang diterima setiap tiang
= 𝐻
𝑛 =
3,04
2
= 1,52 KN
Syarat aman : kapasitas dukung horizontal harus lebih besar dari pada gaya
horizontal yang bekerja
𝐻
𝑛 = 1,52 KN <
𝐻𝑢
𝑠𝑓 = 15,41 KN
Sehingga tiang aman terhadap gaya horizontal
168
5. Perencanaan Pile Cap
a. Data Pile Cap
Tulangan pokok = D22
Selimut beton (p) = 60 mm
Ukuran poer = 0,6 x 1,2 m
Tinggi poer (h) = 0,8 m
Dimensi kolom = 30 x 30 cm
d’ = h - p + d tul + ½ d tul
= 800 - 60+22 + ½ x 22
= 707 mm
Fc’ = 35 Mpa
Fy = 240 Mpa
P1 = Pmax = 84,59 KN
Beban merata q akibat berat tanah diatas pile cap :
q = [h x γc + (ht – h) x γt ] x Lx
keterangan :
h = kedalaman pile cap
ht = kedalaman pile cap dari permukaan tanah
γc = berat jenis beton
γt = berat jenis tanah
q = [0,8 x 2,4 + (2 – 0,8 ) x 1,8 ] x 2,4
= 7,10 tonm
Berat sendiri 1 tiang pancang :
Qp =A x L x γc
= (0,25 x 0,25) x 20 x 2,4
= 3 ton
b. Tulangan pada pile cap arah Ly :
My = 1,5 KNm
Fc = 35 Mpa
Fy =240 Mpa
ρmin = 1,4
240 = 0,00583
169
ρbalance = 0,85 .35 𝑥 0,85
240
600
600+240
= 0,0752
ρmax = 0,75 x ρbalance
= 0,75 x 0,0752
= 0,0564
h = 0,80 m
dy = 800 - 60 -22-12 .22
=707 mm = 0,707 m
= 𝑀𝑢
𝑏 𝑥 𝑑𝑦2 =1,50
1.(0,707)2 = 3,00 KN.m 2
𝑀𝑢
𝑏 𝑥 𝑑𝑦2 = 3,00 ρ = 0,0004
Karena ρ < ρmin maka digunakan ρmin
As Ly = ρmin .by.dy
= 0,00583x 1000 x 707
= 4121,81
Digunakan D22 (Ast 380 mm2 )
A tul = 1
4 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2 =
1
4 .3,14 . 22
2 = 380 mm
2
n = 𝑎𝑠 𝑙𝑦
𝑎 𝑡𝑢𝑙
n = 4121,81
380=10,84 ̴ maka jumlah tulangan adalah 12 tulangan
jarak tulangan b
𝑛=
1800
12 = 150 maka jarak tulangan adalah yang
digunakan 150 mm
c. Tulangan pada pile cap arah Lx
Mx = 5,2 KNm
Fc =35 Mpa
Fy = 240 Mpa
ρmin =1,4
240 = 0,00583
ρbalance = 0,85 .35 𝑥 0,85
240
600
600+240
= 0,0752
ρmax = 0,75 x ρbalance
= 0,75 x 0,0752
170
= 0,0564
H = 0,80 m
dy = 800 -60 -12 .22
=729 mm = 0,729 m
𝑀𝑢
𝑏 𝑥 𝑑𝑦2 =5,20
1.(0,729)2 = 9,78 KN.m 2
𝑀𝑢
𝑏 𝑥 𝑑𝑦2 = 9,78 ρ = 0,0004
Maka digunakan ρmin = 0,00583
As Ly = ρmin .by.dy
= 0,00583 x 1000 x 729
= 4250,07
Digunakan D
A tul = 1
4 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2 =
1
4 .3,14 . 22
2 = 380 mm
2
n = 𝑎𝑠 𝑙𝑦
𝑎 𝑡𝑢𝑙
n = 4250,07
380 = 11,18 ̴ 12 mm
jarak tulangan b
𝑛=
1800
12 = 150 maka jarak tulangan adalah yang
digunakan 150 mm.
171
BAB V
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
PEKERJAAN : Gedung Lima Lantai Kantor Polda Jawa Tengah
LOKASI : Jl. Imam Bonjol - Semarang
TH. ANGGARAN : 2017-2018
5.1. SYARAT – SYARAT UMUM
Pasal 1
Peraturan Umum
Tatakala dalam penyelenggaraan bangunan ini dilaksanakan berdasarkan
peraturan-perturan sebagai berikut :
1. Sepanjang tidak ada ketentuan lain untuk melaksanakan pekerjaan
borongan bangunan di Indonesia, maka yang paling syah dan mengikat
adalah syarat-syarat umum ( disingkat SU )untuk melaksanakan pekerjaan
borongan bangunan di Indonesia ( AV ) yang disyahkan dengan surat
keputusan Pemerintah No. 9 tanggal : 28 Mei 1941 dan tambahan
Lembaran Negara No.14571.
2. UU RI No. 18 Tahun 1998 tentang Jasa Kontruksi.
3. Surat keputusan Presiden Replublik Indonesia No. 16 tahun 1994, yang
telah diubah denagn Kepres RI No. 6 tahun 1999 jo Kepres RI No. 17
tahun 2000 tentang pelaksanaan anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara. Kepres RI No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksaan
Pengadaan Barang / Jasa Instansi Pemerintah.
4. Kepmen Kimpraswil No. 332/KPTS/M/2002 tanggal 21 Agustus 2002
tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
5. Kepmen Kimpraswil No. 339/KPTS/M/2003 tanggal 31 Desember 2003
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Kontruksi oleh Instansi
Pemerintah.
172
Pasal 2
Pemberi Tugas Pekerjaan
Yang bertindak sebagai pemberi tugas adalah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
selaku Pemilik Proyek.
Pasal 3
Direksi/Pengelola Proyek
Yang bertindak sebagai Direksi adalah Tim Direksi dari Owner/Pemilik yang
diangkat oleh Pihak Owner (Pemerintah Provinsi Jawa Tengah) sendiri.
Pasal 4
Konsultan Perencana Teknis
1. Yang bertindak sebagai perencana ( pembuat desain ) adalah perencana
teknis yang berbadan hukum
2. Perencana berkewajiban mengadakan pengawasan berkala dalam bidang
struktur dan pelaksanaan pekerjaan.
3. Perencana tidak dibenarkan merubah ketentuan-ketentuan pelaksanaan
pekerjaan sebelum mendapatkan ijin secara tertulis dari Pimpinan Proyek /
Pengelola Proyek
4. Bilamana perencana menjumpai kejanggalan-kejanggalan dalam pelaksanaan
atau menyimpang dari bestek/RKS supaya memberitahukan secara tertulis
kepada Pimpinan Proyek/Pengelola Proyek.
5. Perencana terikat UU Jasa Konstruksi No. 80 tahun 2003 dan PP yang
berlaku.
6. Konsultan Perencana diwajibkan membuat buku Pedoman perawatan gedung
proyek ini ( disampaikan kepada Pimpro ).
Pasal 5
Pengawas Lapangan
173
1. Konsultan Pengawas Teknik Pembangunan akan ditentukan kemudian
oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
2. Tugas Konsultan Pengawas adalah mengawasi pekerjaan sesuai gambar
Bestek / RKS dan perubahan-perubahan dalam berita acara selama
pelaksanaan sampai dengan serah terima pekerjaan ke I dan masa
pemeliharaan sampain serah terima pekerjaan ke II.
3. Pengawas lapangan tidak dibenarkan merubah ketentuan-ketentuan
pelaksanaan pekerjaan sebelum mendapat ijin tertulis dari pimpinan
proyek / pengelola proyek.
4. Bilamana pengawas lapangan menjumpai kejanggalan-kejanggalan dalam
pelaksanaan / menyimpang dari bestek, supaya segera memberitahukan
secara tertulis kepada pemimpin proyek /pengeola proyek
5. Konsultan Pengawas diwajibkan menyusun rekaman pengawas selama
pelaksanaan berlangsung 0 % sampai dengan seah terima pekerjaan ke II
dan disampaikan kepada Pimpinan Proyek.
Pasal 6
Rekanan/Pemborong/Kontraktor
Kontraktor adalah perusahaan berstatus Badan Hukum yang usaha
pokoknya adalah melaksanakan pekerjaan pemborongan bangunan yang
memenuhi syarat-syarat bonafiditas dan kualitas menurut Panitia Pelelangan
yang ditunjuk oleh Pimpinan Proyek untuk melaksanakan pekerjaan
Pembangunan Struktur Gedung Lima Lantai Arsip Perkantoran dan
Perpustakaan Provinsi Jateng Kab. Semarangtersebutsetelah SKPP dan SPMK
diterbitkanolehPemimpinProyek.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi :
1. Perusahaan yang berstatus Badan Hukum yang usaha pokoknya adalah
melaksanakan pekerjaan pemborongan bangunan yang memenuhi syarat-
syarat bonafiditas dan kualitas menurut Panitia yang ditunjuk oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk melaksanakan pekerjaan
pembangunan gedung tersebut setelah memenangkan pelelangan ini.
174
2. Tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) yakni yang lulus dalam
prakualifikasi yang diadakan oleh Panitia Prakualifikasi tingkat Daerah
dengan klasifikasi A.
Pasal 7
Pemberian Penjelasan (Aanwijzing)
1. Pemberian Penjelasan (Aanwijzing) akan diadakan pada :
a. Hari :
b. Tanggal :
c. Waktu/ Jam :
d. Tempat :
2. Bagi mereka yang tidak dapat mengikuti Aanwijzing tidak
diperkenankan/tidak diperbolehkan mengikuti pelelangan.
Pasal 8
Pelelangan
1. Pelelangan dilakukan secara terbatas dengan undangan tertulis, kepada
pemborong atau rekanan yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu
menurut bidang usaha dan klasifikasinya. Para undangan mendapat gambar-
gambar Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) pada waktu yang telah
ditentukan.
Pemasukkan Surat Penawaran paling lambat pada :
a. Hari / tanggal :
b. Waktu :
c. Tempat :
2. Para pemborong/rekanan yang menerima undangan harus hadir pada waktu
dimulainya pemberian penjelasan.
3. Pada waktu pemberian penjelasan mengenai gambar, Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) serta keterangan perubahan-perubahan lainnya yang
menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan, dibuat berita Acara yang
175
ditandatangani oleh Panitia dan sekurang-kurangnya 2 orang wakil dari
peserta.
4. Berita Acara Penjelasan merupakan bagian dari dokumen pelelangan
ditetapkan satu minggu setelah hari pemberian penjelasan pada :
a. Hari / tanggal :
b. Waktu :
c. Tempat :
5. Bagi pemborong/rekanan yang berhalangan hadir sendiri dalam mengikuti
pelelangan dapat mewakilkan orang lain dengan menyerahkan Surat Kuasa
di atas maerai Rp. 6000,00 dan ditandangani kedua belah pihak.
Pasal 9
Sampul Surat Penawaran
1. Sampul surat penawaran ukuran (25 x 40) cm warna putih dan tidak tembus
baca.
2. Sampul surat penawaran yang sudah berisi surat lengkap dengan lampiran-
lampiran dilem dan dilak di lima tempat, dan tidak diberi kode cap cincin
atau kop perusahaan dan kode lainnya.
3. Pada sampul surat penawaran di sebelah kiri atas dan disebelah kanan
bawah supaya dapat ditulis langsung tidak boleh dengan tempelan.
Contoh Sampul Penawaran
Tampak Depan
SURAT PENAWARAN PEKERJAAN:
PEMBANGUNAN STRUKTUR GEDUNG LIMA LANTAI KANTOR MAPOLDA
PROVINSI JATENG KOTA SEMARANG Hari / Tanggal : Waktu :
Tempat :
KEPADA
PANITIA LELANG
PROYEK PEMBANGUNAN STRUKTUR GEDUNG
LIMA LANTAI KANTOR MAPOLDA JATENG KOTA
SEMARANG. Jalan Imam Bonjol, Semarang, Jawa Tengah
40
25
176
Tampak Belakang
Pasal 10
Persyaratan Penawaran
1. Penawaran yang diminta adalah penawaran yang lengkap menurut gambar,
ketentuan-ketentuan RKS serta berita Acara Aanwijzing.
2. Surat penawaran, Surat Pernyataan, Daftar RAB, Daftar Harga Satuan
Bahan dan Upah Kerja. Daftar Analisa Pekerjaan dan Daftar Harga Satuan
Pekerjaan halaman pertama dibuat di atas kertas kop nama perusahaan dan
harus ditandatangani oleh Direktur Pemborong yang bersangkutan dan di
bawah tanda tangan supaya disebutkan nama terang dan cap perusahaan.
3. Bilamana surat penawaran tidak ditandatangani oleh Direktur Pemborong
sendiri, maka harus dilampiri :
a. Surat Kuasa dari Direktur Pemborong yang bersangkutan dan diberi
materai Rp. 6.000,00.
b. Satu exemplar dari Statuten.
40
25
177
4. Surat penawaran dan lampiran-lampirannya lengkap supaya dibuat rangkap
lima dan surat penawaran yang asli diberi materai Rp. 6.000,00 lalu
dibubuhi tanda tangan dan cap perusahaan di atas materai tersebut.
5. Surat penawaran dan lampiran-lampirannya lengkap supaya dimasukkan ke
dalam satu amplop.
6. Lampiran-lampiran Surat Penawaran adalah :
a. Fotocopy Surat Undangan.
b. Surat Penawaran.
c. RAB dan Rekapitulasi.
d. Daftar Harga Satuan Bahan dan Upah Kerja.
e. Daftar Analisa Harga Satuan Pekerjaan.
f. Time Schedule/ Rencana Pelaksanaan Pekerjaan.
g. Fotocopy Akte Pendirian perusahaan + perubahannya.
h. Fotocopy SIUJK dari Kanwil Dep. PU Jateng.
i. Fotocopy Surat Keterangan Pengusaha Kena Pajak (PKP).
j. Fotocopy NPWP.
k. Fotocopy TDR yang masih berlaku sub Bidang Perumahan dan
Permukiman kualifikasi A yang dapat beroperasi di Propinsi Jawa
Tengah.
l. Fotocopy Tanda Anggota Gapensi dan Kadin yang berlaku.
m. Fotocopy Referensi Bank Khusus untuk pekerjaan tersebut.
n. Fotocopy Neraca Perusahaan yang dikeluarkan Akuntan Publik yang
terakhir.
o. Daftar Susunan Pemilikan Modal Perusahaan.
p. Daftar Pengurus Perusahaan.
q. Daftar personil yang digunakan untuk proyek ini.
r. Daftar peralatan yang digunakan untuk proyek ini.
s. Fotocopy Jaminan Tender dari Bank Pemerintah Lembaga Keuangan
lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berlaku tiga bulan.
t. Daftar referensi Pekerjaan disertai Fotocopy SPK-nya tiga tahun
terakhir.
u. Surat Kesanggupan bermaterai Rp. 6.000,00 untuk :
178
- Mengadakan voorfinanclering (bagi yang tidak mengambil uang
muka)
- Mengasuransikan tenaga kerja ke Perum Astek
- Tunduk dan taat pada Peraturan Pemerintah Daerah setempat
- Jaminan Penawaran 1 – 3 %
- Jaminan Pelaksanaan 1 – 5 %
- Kerja sama dengan Koperasi
7. Surat-surat yang memakai Kop Surat Asli Perusahaan, adalah :
a. Surat Penawaran.
b. Halaman pertama RAB + Rekapitulasi.
c. Halaman pertama daftar harga satuan bahan + upah.
d. Halaman pertama daftar analisa.
e. Halaman pertama daftar harga satuan pekerjaan.
f. Daftar susunan pemilik modal perusahaan.
g. Surat kesanggupan.
8. Surat-surat asli yang ditujukan pada saat pemasukan penawaran :
a. Akte pendirian perusahaan dan perubahan.
b. Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK).
c. NPWP dan PKP.
d. Tanda Daftar Rekanan (TDR) yang masih berlaku.
e. Tanda Anggota Gepensi yang masih berlaku.
f. Surat jaminan tender (yang asli diserahkan).
9. Bilamana pada saat bersamaan rekanan mengikuti tender pada instalasi lain,
surat-surat asli dapat ditunjukkan pada ketua/sekretaris panitia untuk
dimintakan pengesahannya.
10. Bagi Pemborong yang sudah memasukkan surat penawaran tidak dapat
mengundurkan diri dan terikat untuk melaksanakan dan menyelesaikan
pekerjaan tersebut bilamana pekerjaan diberikan kepadanya menurut
penawaran yang diajukan.
11. Bagi rekanan yang mengundurkan diri setelah ditunjuk dikenakan sanksi
ialah :
a. Tidak diikutsertakan dalam tender yang akan datang.
179
b. Dicatat dalam konduite.
c. Tender garansi dinyatakan hilang dan menjadi milikPemerintah Provinsi
Jawa Tengah
12. Bagi rekanan yang tidak mendapatkan pekerjaan, tender garansi dapat
diambil setelah ada pengumuman pemenang lelang.
13. Sistem Evaluasi menggunakan metode sistem gugur, dengan proses
penilaian adalah evaluasi administrasi, evaluasi teknik, evaluasi penawaran
harga.
Pasal 11
Jaminan Penawaran
Jaminan penawaran (tender garansi) berupa surat jaminan bank milik
pemerintah atau bank/lembaga keuangan lain yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, tanggal 24 Februari 1988, No. 205/KMK.013/1988.
Bagi Pemborong yang telah ditunjuk, jaminan dapat diambil setelah SPK
diterbitkan.
Bagi Pemborong yang ditetapkan untuk melaksanakan pekerjaan, jaminan
penawaran diberikan kembali pada saat jaminan pelaksanaan diterima oleh
Pemimpin Proyek sekaligus menandatangani Surat Perjanjian Pemborongan.
Pasal 12
Surat Penawaran Yang Tidak Sah
Surat penawaran yang tidak sah dan dinyatakan gugur, bilamana :
1. Surat penawaran yang tidak dimasukkan ke dalam sampul surat penawaran.
2. Surat penawaran, surat pernyataan dan RAB yang seharusnya dibuat di atas
kertas kop perusahaan, ternyata tidak dibuat di atas kertas kop nama dari
pemborong yang bersangkutan.
3. Surat penawaran tidak ditandatangani oleh penawar.
4. Surat penawaran asli tidak bermaterai Rp. 6000,00 / tidak diberi tanggal dan
tidak terkena tanda tangan penawar / tidak ada cap perusahaan.
180
5. Harga penawaran yang tertulis dengan angka tidak sesuai dengan yang
tertulis dengan huruf.
6. Tidak jelas besarnya jumlah penawaran baik yang tertulis dengan angka
maupun huruf.
7. Surat penawaran dari pemborong yang tidak diundang / mendaftar.
8. Terdapat salah satu lampiran yang tidak ditandatangani oleh penawar dan
tidak diberi cap dari pemborong (kecuali fotocopy).
Pasal 13
Waktu Pekerjaan
1. Pekerjaan harus sudah dimulai dengan nyata paling lambat tiga puluh hari
sesudah penunjukan pemenang pelelangan.
2. Waktu adalah jumlah dari kalender yang diperlukan untuk menyelesaikan
seluruh pekerjaan dengan sempurna dan diterima baik oleh Pemberi Tugas.
3. Tanggal permulaan pekerjaan adalah tanggal yang dipastikan dalam
pemberitahuan untuk memulai pekerjaan. Bila tidak ada pemberitahuan
untuk memulai pekerjaan, maka berlaku tanggal yang ditetapkan dalam
Surat Perjanjian Pekerjaan.
4. Pemborong harus menyerahkan pekerjaan hingga memenuhi persyaratan
paling lambat empat ratus hari kalender sesudah penunjukan pemenang
pelelangan.
Pasal 14
Penetapan Calon Pemenang Pelelangan
1. Apabila dalam harga penawaran telah dianggap wajar dan dalam batas
ketentuan mengenai harga satuan (harga standar) yang telah ditetapkan serta
telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada, maka Panitia menetapkan
tiga peserta yang telah memasukkan penawaran yang paling menguntungkan
bagi Owner dalam artian :
a. Penawaran secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
b. Perhitungan harga dapat dipertanggungjawabkan.
181
c. Penawaran tersebut adalah terendah diantara penawar-penawar lainnya
yang memenuhi syarat-syarat tersebut dalam sub ayat 1a & sub ayat 1b.
2. Keputusan tersebut diambil oleh Panitia dalam suatu rapat yang dihadiri
oleh lebih dari 2/3 jumlah anggota. Apabila rapat pertama tidak dicapai
kuorum, maka rapat berikutnya dapat diambil keputusan apabila dihadiri
oleh lebih dari setengah jumlah anggota.
3. Berita Acara hasil pelelangan tersebut ditandatangani oleh Ketua dan semua
anggota Panitia.
4. Setelah Berita Acara hasil pelelangan selesai, Panitia membuat laporan
kepada pejabat berwenang untuk mengambil keputusan penetapan
pemenang pelelangan dengan disertai usul berikut penjelasan-penjelasan
tambahan yang didasari penetapan calon pemenang pelelangan dan
keterangan-keterangan lainnya yang dianggap perlu sebagai bahan
pertimbangan untuk mengambil keputusan.
Pasal 15
Penetapan Pemenang Pelelangan
1. Pejabat yang berwenang mengambil keputusan mengenai penetapan
pemenang pelelangan adalah Owner dalam hal ini adalahPemerintah
Provinsi Jawa Tengah
2. Pemerintah Provinsi Jawa Tengahberwenang menetapkan pemenang
pelelangan dan cadangan pemenang atau pemenang utama dan pemenang
kedua diantara calon-calon yang diusulkan oleh Panitia.
Pasal 16
Pengumuman Pemenang Lelang
1. Keputusan Pemerintah Provinsi Jawa Tengahtentang penetapan pelelangan
diumumkan kepada para peserta dalam suatu pertemuan yang diadakan
untuk keperluan tersebut. Penetapan pemenang pelelangan selanjutnya
diumumkan secara luas. Kepada para peserta yang keberatan atas penetapan
pemenang pelelangan diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan
secara tertulis kepada pejabat yang berwenang menetapkan pemenang
182
selambat-lambatnya dalam enam hari kerja, setelah diterimanya keputusan
tersebut dalam ayat 1 pasal ini.
2. Jawaban atas sanggahan diberikan secara tertulis selambat-lambatnya enam
hari kerja setelah sanggahan tersebut.
3. Penunjukan pemenang belum dapat dilakukan selama jawaban atas
sanggahan tersebut belum diterima oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Pasal 17
Penunjukan Pemenang Lelang
1. Penunjukan Pemenang Lelang hanya dapat dilakukan setelah tidak ada
sanggahan atau telah ada sanggahan yang sudah diterima oleh Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah
2. Berdasarkan penetapan pemutusan pemenang pelelangan, Pemimpin Proyek
menunjuk pemenang pelelangan tersebut sebagai pelaksanaan pekerjaan.
3. Apabila ternyata peserta yang menang mengundurkan diri, dalam hal ini
hanya dapat dilakukan dengan alasan yang dapat diterima oleh Pemimpin
Proyek. Dalam hal yang demikian jaminan penawaran yang bersangkutan
menjadi milik Owner.
4. Dalam hal pemenang pertama pelelangan mengundurkan diri sebagaimana
tersebut dalam ayat 3 di atas, maka pemenang urutan kedua ditunjuk sebagai
pelaksana pemborong, apabila pemenang yang bersangkutan menerima
pelelangan ulang.
5. Apabila pemenang urutan kedua tidak bersedia menerima persyaratan
tersebut maka harus diadakan pelelangan ulang sesuai dengan pasal 14
peraturan ini.
6. Surat Keputusan untuk penunjukan harus dibuat paling cepat delapan hari
kerja selambat-lambatnya sepuluh hari kerja setelah habisnya masa sanggah.
Surat Keputusan penunjukan tersebut harus segera disampaikan kepada
Pemborong/rekanan.
7. Penunjukan hanya berlaku untuk satu kali, ialah untuk melaksanakan
pekerjaan yang telah ditentukan atau yang menjadi pelelangan. Untuk
183
melaksankan pekerjaan yang tidak termaktub dalam ayat-ayat atau tujuan
pelelangan semula sekalipun untuk pekerjaan yang sejenis harus diadakan
pelelangan sendiri.
8. Surat keputusan tersebut pada ayat 6 pasal ini berikut keputusan penetapan
pemenang, Berita Acara Hasil Pelelangan, Berita Acara Pembukaan Surat
Penawaran, Berita Acara Penjelasan serta Dokumen Pelelangan lainnya
merupakan dasar dari borongan yang akan diadakan.
Pasal 18
Pelelangan Ulang
Surat pelelangan mengalami kegagalan apabila :
1. Penawaran yang masuk kurang dari 5 (lima) pemborong dan yang sah
kurang.
2. Dilaluinya harga standar.
3. Harga-harga yang ditawarkan dianggap tidak wajar.
4. Apabila sanggahan dari rekanan ternyata tidak benar.
5. Berhubung dengan berbagai hal yang tidak memungkinkan mengadakan
pelelangan.
6. Dalam hal pelelangan gagal ataupun pemborong yang ditunjuk
mengundurkan diri atau pemenang urutan kedua tidak bersedia untuk
ditunjuk sebagai pelaksana, maka Panitia (Panitia Pelelangan yang baru)
atas permintaan Pemimpin Proyek yang bersangkutan mengadakan
Pelelangan baru/ulang.
Pasal 19
Penyelesaian Selanjutnya dengan Bea Materai
1. Surat keputusan penunjukan disertai Berita Acara pemberian penjelasan,
Berita Acara Pembukaan Surat Penawaran, Berita Acara Hasil Pelelangan,
Surat Keputusan Pemenang Lelang dan Surat Perjanjian Pemborong
disampaikan kepada :
a. Pemilik Proyek (Owner).
b. Pemborong / rekanan (Salinan autentik bermaterai)
c. Kantor Inspeksi Pajak
184
d. Instalasi lain yang bersangkutan dengan rekanan sebanding dengan
jumlah borongan masing-masing.
2. Bea materai tersebut dipungut oleh Bendaharawan pada saat pembayaran
uang muka atau pembayaran pertama.
Pasal 20
Pelaksanaan Pemborong
1. Bilamana akan mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, pihak Pemborong
supaya memberitahukan secara tertulis kepada Pimpinan Proyek / PTP.
2. Pemborong supaya menempatkan seorang kepala pelaksana yang ahli dan
diberi kuasa penuh oleh Direktur Pemborong untuk bertindak atas namanya.
3. Kepala pelaksana yang diberi kuasa penuh harus selalu berada di tempat
pekerjaan agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa
yang ditugaskan Direksi.
4. Penunjukan kepala pelaksana dan pembantu-pembantu agar disertai
referensi pekerjaan dan diberitahukan kepada Pimpinan Proyek.
Pasal 21
Syarat-syarat Pelaksanaan
Kontraktor sebelum memulai melaksanakan pekerjaan diharuskan mengadakan
penelitian antara lain :
1. Lapangan atau lahan yang akan didirikan untuk bangunan yang akan
dikerjakan.
2. Gambar-gambar dan perubahannya secara menyeluruh berikut RKS dan
perubahannya.
3. Penjelasan-penjelasan yang tertuang dalam Berita Acara Aanwijzing.
Pekerjaan harus dilaksanakan menurut :
1. RKS dan gambar-gambar detail untuk keperluan ini.
2. RKS dan segala perubahan-perubahan yang tercantum dalam Berita Acara
Aanwijzing.
3. Petunjuk-petunjuk dari Pimpinan Proyek / PTP dan tim pengawas.
185
Pasal 22
Penetapan Ukuran-ukuran dan Perubahan-perubahan.
1. Pemborong harus bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan menurut
ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar dan perubahan-perubahan.
2. Bilamana dalam pelasanaan pekerjaan diadakan perubahan-perubahan, maka
perencana harus memuat gambar perubahan (revisi) dengan tanda garis
berwarna di atas gambar aslinya, kesemuanya atas biaya perencana. Gambar
perubahan tersebut harus disetujui oleh Pimpinan Proyek / PTP secara
tertulis.
3. Di dalam melaksanakan pekerjaan pemborongan tidak boleh menyimpang
dari ketentuan-ketentuan yang termuat dalam RKS dan ukuran-ukuran
gambar kecuali seijin dan sepengetahuan Pimpinan Proyek / PTP secara
tertulis.
Pasal 23
Penetapan Ukuran-ukuran dan Perubahan-perubahan.
1. Pemborong harus mengurus penjagaan di dalam dan di luar jam kerja (siang
dan malam) dalam kompleks pekerjaan termasuk bangunan yang sedang
dikerjakan, gudang dan lain-lain.
2. Untuk kepentingan keaman dan penjagaan perlu diadakan penerangan
lampu-lampu pada tempat-tempat tertentu satu dan lain hal, atas kehendak
proyek.
3. Pemborong harus menjaga jangan sampai terjadi kebakaran atau sabotase si
tempat pekerjaan, alat-alat pemadam kebakaran atau alat-alat bantu yang
lain untuk keperluan yang sama harus selalu berada di tempat pekerjaan dan
masih berfungsi.
4. Segala resiko dan kemungkinan kebakaran yang menimbulkan kerugian di
dalam pelaksanaan pekerjaan dan bahan-bahan material judge gudang dan
lain-lain, sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong.
186
Pasal 24
Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja
1. Bilamana terjadi kebakaran, pemborong harus segera mengambil tindakan
dan segera membuat laporan tertulis kepada Pimpinan Proyek.
2. Pemborong harus menyediakan obat-obatan yang tersusun menurut syarat-
syarat Palang Merah dan setiap kali habis digunakan harus dilengkapi lagi.
3. Pemborong diwajibkan menaati undang-undang ketenagakerjaan setelah
SPK diterima, ASKES segera diurus.
Pasal 25
Penggunaan Bahan-bahan Bangunan
1. Semua bahan-bahan untuk pekerjaan ini sebelum digunakan harus mendapat
persetujuan dari Tim Pengawas / Pimpinan Proyek dan harus berkualitas
baik.
2. Semua bahan-bahan bangunan yang telah dinyatakan oleh Pimpinan Proyek
tidak dapat dipakai dan harus segera disingkirkan jauh-jauh dari tempat
pekerjaan dalam tempo 24 jam dan hal ini menjadi tanggung jawab
pemborong.
3. Bilamana Pimpinan Proyek / PTP sanksi akan mutu dan kualitas bangunan
yang akan digunakan, Pimpinan Proyek / PTP berhak meminta pemborong
untuk memeriksakan bahan-bahan bangunan tersebut di laboratorium bahan-
bahan bangunan yang akan ditentukan atas biaya pemborong.
4. Diutamakan penggunaan bahan produksi dalam negeri.
Pasal 26
Kenaikan Harga dan Force Mejeure
1. Semua kenaikan harga yang diakibatkan dan bersifat biasa, pemborong tidak
dapat mengajukan claim.
2. Semua kenaikan harga akiabat tindakan Pemerintah Republik Indonesia di
bidang moneter yang bersifat nasional, maka pemborong dapat mengajukan
187
claim sesuai dengan keputusan dan pedoman resmi Pemerintah Republik
Indonesia.
3. Semua kerugian akibat force mejeur berupa bencana alam (gempa bumi,
angin topan, hujan lebat, pemberontakan, perang dan lain-lain kejadian)
yang mana dapat dibenarkan oleh pemerintah bukan menjadi tanggung
jawab pemborong.
4. Apabila terjadi force mejeur, pihak pemborong harus segera
memberitahukan secara tertulis kepada Pimpinan Proyek paling lambat 24
jam sejak mulai, demikian pula bila force mejeurberakhir.
Pasal 27
Lain-lain
1. Hal-hal yang belum tercantum dalam RKS ini, akan dijelaskan
dalamAanwijzing dan atau akan diberikan petunjuk oleh Pimpinan Proyek,
bilamana terdapat pekerjaan yang sifatnya menunjang penjelasan fisik dan
belum dijelaskan dalam RKS maupun gambar serta penjelasan pekerjaan,
pemborong harus tetap melaksanakan atas biaya pemborong
2. Contoh RAB (Bill of Quantity) yang diberikan, volume tidak mengikat,
pemborong harus menghitung sendiri.
3. Pemborong dalam pekerjaan ini diwajibkan mengurus dan membayar ijin
Mendirikan Bangunan. Surat Permohonan Ijin Mendirikan Bangunan dari
Pimpinan Poroyek sedangkan seluruh pengurusannya menjadi tanggung
jawab pemborong.
4. Besarnya biaya ijin mendirikan bangunan ini, pemborong harus
menanyakannya. pada Pemda setempat.
5. Apabila pengurus ijin tersebut harus dapat menyelesaikan, maka pemborong
harus dapat menunjukkan bukti pembayaran besarnya IBM dari Pemda
setempat kepada Pimpinan Proyek dan kesanggupan membayar apabila
masih ada kekurangan.
188
5.2. SYARAT – SYARAT ADMINISTRASI
Pasal 1
Jaminan Lelang
1. Jaminan lelang (tender garansi) berupa Surat Jaminan Bank milik
Pemerintah atau Bank Umum/Lembaga Keuangan lain yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan tanggal 24 Februari 1988 Nomor : 205/KMK/013/1988.
2. Bagi Pemborong yang tidak ditetapkan sebagai pemenang pelelangan,
jaminan lelang dapat diambil setelah Panitia mengumumkan pengumuman
pemenang pelelangan.
3. Bagi Pemborong yang ditetapkan menjadi pemenang pelelangan, diberikan
kembali pada saat jaminan pelaksanaan diterima oleh Pemimpin Proyek
sekaligus menerima SPK.
Pasal 2
Jaminan Pelaksanaan
1. Jaminan Pelaksanaan ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak
2. Jaminan Pelaksanaan diterima oleh Pemimpin Proyek pada saat menerima
SPK.
3. Jaminan Pelaksanaan dapat dikembalikan apabila prestasi mencapai
penyelesaian 100% dan pekerjaan sudah diserahkan untuk yang pertama
kalinya dan diterima dengan baik oleh Proyek (disertai berita acara
Penyerahan ke I).
Jaminan Uang Muka :
1. Besarnya sesuai dengan peraturan yang masih berlaku sebesar 20% dari
kontrak.
2. Uang muka dibayarkan setelah Pemborong menyerahkan Jaminan Uang
Muka dan setelah Pemborong menandatangani kontrak.
3. Pengembalian uang muka secara berangsur-angsur diperhitungkan dalam
tahap pembayaran, yang akan diatur dalam kontrak.
189
4. Jaminan Uang Muka menjadi milik negara apabila terjadi pemutusan
perjanjian dan dapat dicairkan oleh Pemimpin Proyek secara langsung.
5. Jaminan Uang Muka harus dari Bank yang berdomisili di Semarang.
Pasal 3
Rencana Kerja (Time Schedule)
1. Pemborong harus membuat rencana kerja pelaksanaan pekerjaan yang
disetujui oleh Pemimpin Proyek selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah
SPK diterbitkan serta daftar nama pelaksanaan yang dikerahkan untuk
penyelesaian proyek ini.
2. Pemborong diwajibkan melaksanakan pekerjaan menurut rencana kerja
tersebut.
Pasal 4
Laporan Harian dan Mingguan
1. Konsultan pengawas tiap minggu diwajibkan mengirimkan laporan kepada
Pemimpin Proyek mengenai prestasi pekerjaan disertai laporan harian.
2. Penilaian persentase kerja atas dasar pekerjaan yang sudah dikerjakan, tidak
termasuk adanya bahan-bahan di tempat pekerjaan dan tidak atas dasar
besarnya pengeluaran uang oleh Pemborong.
3. Contoh blangko harian dan mingguan dapat berkonsultasi dengan Proyek.
4. Atas keterlambatan pembuatan laporan harian dan mingguan oleh Konsultan
pengawas akan diatur secara teratur oleh pihak proyek.
Pasal 5
Pembayaran (Pasal 50 dari A.V)
1. Pembayaran uang muka dapat dibayarkan setelah Surat Perjanjian
Pemborongan selesai ditandatangani oleh pihak pertama dan pihak kedua
telah menyerahkan jaminan uang muka dari Bank lainnya atau Lembaga
Keuangan lainnya sebagaimana diatur dalam Keppres 16/1994 Tentang
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara, Bab I Pedoman Pokok,
Bagian Ketiga Pengeluaran Anggaran Pasal 22 ayat (4a) yang berbunyi :
190
“Uang muka dapat diberikan sebesar 30% dari nilai surat perjanjian/kontrak
bagi golongan ekonomi lemah dan sebesar 20% dari nilai surat
perjanjian/kontrak bagi golongan bukan ekonomi lemah”. Dikarenakan
proyek diperuntukan bagi kontraktor yang bukan golongan ekonomi lemah
dan berdasar pada peraturan tersebut, maka uang muka diberikan sebesar
20% dari Nilai Kontrak serta dilakukan setelah selesainya penandatanganan
Surat Perjanjian Pemborongan ini oleh kedua belah pihak.
2. Pembayaran angsuran selanjutnya diatur sebagai berikut :
a. Angsuran pertama dibayarkan sebesar 30% dari nilai kontrak yang telah
dikurangi dengan 6% (30% dari uang muka) atau sebesar 24% dari Nilai
Kontrak, setelah pekerjaan mencapai prestasi 40% dan dinyatakan dalam
Berita Acara Pemeriksaan Kemajuan Prestasi Pekerjaan Pelaksanaan
yang diuat oleh pihak pertama dan diketahui pejabat yang berwenang.
b. Angsuran kedua dibayarkan sebesar 30% dari nilai kontrak yang telah
dikurangi dengan 6% (30% dari uang muka) atau sebesar 24% dari Nilai
Kontrak, setelah pekerjaan mencapai prestasi 70% dan dinyatakan daam
Berita Acara Pemeriksaan Kemajuan Prestasi Pekerjaaan Pelaksanaan
yang dibuat oleh pihak pertama dan diketahui pejabat yang berwenang.
c. Angsuran ketiga dibayarkan sebesar 30% dari nilai kontrak yang telah
dikurangi dengan 6% (30% dari uang muka) atau sebesar 24% dari Nilai
Kontrak, setelah pekerjaan mencapai prestasi 100% dan diserahkan
Pertama Kalinya (Serah Terima I) dinyatakan dengan Berita Acara yang
telah disetujui pihak pertama dan diketahui pejabat yang berwenang.
d. Angsuran keempat (terakhir) dibayarkan sebesar 10% dari nilai kontrak
yang telah dikurangi dengan 2% (10% dari uang muka) atau sebesar 8%
dari Nilai Kontrak, setelah pihak kedua menyelesaikan perbaikan-
perbaikan selama masa pemeliharaan dan pekerjaan diserahkan untuk
yang kedua kalinya (Serah Terima II) dinyatakan dengan Berita Acara
Serah Terima Kedua yangdisetujui pihak pertama dan diketahui pejabat
yang berwenang.
3. Tiap mengajukan pembayaran angsuran (termijn) harus disertai Berita Acara
Pemeriksaan, dilampiri daftar hasil kemajuan pekerjaan dan foto berwarna.
191
4. Pada penyerahan pekerjaan baik pada penyerahan pertama maupun
penyerahan kedua harus disertai Berita Acara Pemeriksaan, dilampiri daftar
hasil kemajuan pekerjaaan dan foto berwarna. Khusus untuk penyerahan
kedua ditambah dengan As Built Drawing.
Pasal 6
Surat Perjanjian Pemborongan (Kontrak)
1. Surat Perjanjian Pemborongan/Kontrak seluruhnya dibubuhi materai Rp
6000,00 atas biaya pemborong.
2. Surat Perjanjian Pemborongan/Kontrak dibuat rangkap 15 (lima belas) atas
biaya pemborong.
3. Konsep Kontrak dibuat oleh Pemimpin Proyek, sedangkan lampiran-
lampiran dan seluruh Kontrak disiapkan oleh pemborong, antara lain:
a. Bestek dan Voorwaarden/ RKS yang disahkan.
b. Berita Acara Aanwijzing yang disahkan.
c. Berita Acara Pembukaan Surat Penawaran.
d. Berita Acara Evaluasi.
e. Usulan Penetapan Pemenang.
f. Penetapan dan Pengumuman Pemenang.
g. SPK (Gunning) dan Surat Penawaran besarta lampiran-lampirannya.
h. Foto copy Jaminan Pelaksanaan dan Gambar Pelaksanaan.
Pasal 7
Permulaaan Pekerjaan
1. Selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) minggu terhitung dari SPK
(Gunning) dikeluarkan oleh Pemimpin Proyek, pekerjaan harus sudah
dimulai.
2. Bilamana ketentuan seperti tersebut pasal 7 di atas tidak dipenuhi, maka
jaminan pelaksanaan dinyatakan hilang dan menjadi milik pemerintah.
192
3. Pemborong wajib memberitahukan kepada Pemimpin Proyek bila akan
memulai pekerjaan dan Pemborong wajib melakukan pemotretan dari 0%
sampai 100% dan dicetak menurut petunjuk konsultan pengawas.
Pasal 8
Penyerahan Pekerjaan
1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama 150 hari kalender, termasuk
hari besar dan hari raya.
2. Pekerjaan dapat diserahkan uang pertama kalinya bilamana pekerjaan sudah
selesai 100% dan dapat diteriam dengan baik oleh Pemimpin Proyek dengan
disertai Berita Acara dan dilampiri daftar kemajuan pekerjaan.
3. Untuk memudahkan dalam suatu penelitian sewaktu diadakan pemeriksaan
teknis dalam rangka penyerahan ke I, maka surat permohonan pemeriksaaan
teknis yang diajukan kepada Pemimpin Proyek supaya dilampiri:
a. Daftar kemajuan pekerjaan
b. Empat album berisi foto berwarna yang menyatakan prestasi pekerjaan
4. Surat permohonan pemeriksaan teknis yang dikirim kepada pemimpin
proyek harus sudah dikirimkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum
batas waktu penyerahan pertama kalinya berakhir.
Pasal 9
Masa Pemeliharaan (Onderhoud Termijn)
1. Jangka waktu pemeliharaan adalah 30 (tiga puluh) hari kalender setelah
penyerahan pertama.
2. Bilamana dalam masa pemeliharaan (Onderhoud Termijn) terjadi kerusakan
akibat kurang sempurnanya dalam pelaksanaan atau kurang baiknya mutu
bahan-bahan yang dipergunakan, maka Pemborong harus segera
memperbaiki dan menyempurnakan.
3. Meskipun pekerjaan telah diserahkan yang kedua kalinya namun
Pemborong masih terikat pada pasal 9.
Pasal 10
193
Perpanjangan Waktu Penyerahan
1. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan petama yang diajukan
kepada Pemimpin Proyek harus sudah diterima selambat-lambatnya 15
(lima belas) hari sebelum batas waktu penyerahan pertaam kali berakhir dan
surat tersebut supaya dilampiri :
a. Data-data yang lengkap.
b. Time schedule baru yang sudah disesuaikan dengan sisa pekerjaan.
2. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan tanpa data yang lengkap
tidak akan dipertimbangkan.
3. Permintaan perpanjangan waktu penyerahan pekerjaan yang pertama kalinya
dapat diterima oleh Pemimpin Proyek bilamana :
a. Adanya pekerjaan tambahan atau pengurangan (meer of minderwork)
yang tidak dapat dielakkan lagi setelah atau sebelum kontrak yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak.
b. Adanya surat perintah tertulis dari Pemimpin Proyek tentang pekerjaan
tambahan untuk sementara waktu dihentikan.
c. Adanya force majeure (bencana alam, gangguan keamanan,
pemogokkan, perang) kejadian mana harus diteguhkan oleh yang
berwenang.
d. Adanya gangguan curah hujan terus menerus di tempat pekerjaan dan
secara langsung mengganggu pekerjaan yang dilaporkan oleh Konsultan
Pengawas dilegalisir oleh Unsur Teknis yang bersangkutan.
e. Pekerjaan tidak dapat dimulai tepat pada waktu yang telah ditentukan
karena lahan yang dipakai untuk bangunan masih ada masalah.
Pasal 11
Sanksi / Denda
1. Bilamana batas waktu penyerahan yang pertama kalinya dilampui (tidak
dipenuhi), maka pemborong dikenakan denda / diwajibkan membayar denda
1‰ (satu permil) tiap hari, maksimal 5% (lima persen).
2. Menyimpang dari pasal 49 A.V. terhadap segala kelalaian mengenai
peraturan atau tugas yang tercantum dalam bestek ini, maka sepanjang tidak
194
aad ketetapan denda lainnya, pemborong dapat dikenakan denda sebesar 1‰
(satu permil) tiap kali terjadi kelalaian dengan tidak diperlukan
pengecualian.
3. Bilamana ada perintah untuk mengerjakan pekerjaan tambahan dan tidak
disebutkan jangka waktu pelaksanaannya, maka jangka waktu pelaksaan
tersebut tidak akan diperpanjang.
4. Bilamana jangka waktu penyerahan kedua yang telah ditetapkan dilampui,
maka pemborong dikenakan sama dengan sub 1.
Pasal 12
Pekerjaan Tambahan dan Pengurangan
1. Harga untuk pekerjaan tambahan yang diperintahkan secara tertulis oleh
Pemimpin Proyek , pemborong dapat mengajukan pembayaran tambahan.
2. Sebelum pekerjaan tambahan dikerjakan, pemborong agar mengajukan
kepada Pemimpin Proyek untuk diperhitungkan pembayarannya.
3. Didalam mengajukan daftar RAB pekerjaan tersebut ditambah 10%
keuntungan Pemborong dari Bouwsoom dan Pajak Jasa 10% dari jumlah
(Bouwsoom + keuntungan pemborong). Untuk memperhitungkan pekerjaan
tambahan dan pengurangan menggunakan harga satuan yang telah
dimasukkan dalam Penawaran (Kontrak).
4. Bilamana harga satuan pekerjaan belum tercantum dalam surat penawaran
yang diajukan, maka akan disesuaikan secara musyawarah.
Pasal 13
Dokumentasi
1. Sebelum pekerjaan dimulai, keadaan lapangan atau tempat pekerjaan masih
0% supaya diadakan pemotretan di tempat yang dianggap penting menurut
pertimbangan Direksi dengan ukuran 9 × 14 cm sebanyak 4 (empat) stel.
2. Setiap permintaan pembayaran termijn (angsuran) dan penyerahan pertama
harus diadakan pemotretan yang masing-masing menurut pengajuan termijn
dengan ukuran 9 × 14 cm sebanyak 4 (empat) stel.
195
3. Sedangkan ukuran foto berwarna untuk penyerahan pekerjaan yang pertama
kalinya 10R sebanyak 4 (empat) stel, foto tersebut harus dimasukkan pigura.
Pasal 14
Pendaftaran Gedung
Konsultan Pengawas wajib membantu Pemimpin Proyek menyelesaikan
pendaftaran gedung untu mendapatkan himpunan daftar nomor (legger kart)
dari Direktorat Tata Bangunan di Jakarta, yang terdiri dari:
1. Gambar situasi sesuai dengan pelaksanaan, skala 1 : 500, sebanyak 8
(delapan) exemplar.
2. Gambar denah sesuai dengan pelaksanaan, skala 1 : 200, sebanyak 8
(delapan) exemplar.
3. Daftar perhitungan luas bangunan bagian luar dan bagian dalam.
4. Foto copy ijin bangunan sebanyak 8 (delapan) exemplar.
5. Akte/keterangan tanah sebanyak 8 (delapan) exemplar.
6. Kartu/legger sebanyak 8 (delapan) exemplar.
7. Foto copy pemasangan instalasi listrik dan penangkal petir sebanyak 8
(delapan) exemplar.
8. Surat penawaran dari instalatur, baik listrik maupun penangkal petir
(Depnaker) yang telah disetujui masing-masing instansi yang berwenang
bahwa pemasangan sudah 100% selesai sebanyak 8 (delapan) exemplar.
Pasal 15
Pencabutan Pekerjaan
1. Sesuai dengan Pasal 62 A.V. Sub 3b, Pemimpin Proyek berhak
membatalkan atau mencabut pekerjaan dari tangan Pemborong apabila
ternyata pihak pemborong telah menyerahkan pekerjaan keseluruhan atau
sebagian pekerjaan kepada pemborong lain, semata-mata mencari
keuntungan dari pekerjaan tersebut.
2. Pada pencabutan pekerjaan, Pemborong dapat dibayar hanya pekerjaan yang
telah selesai dan telah diperiksa serta disetujui oleh Pemimpin Proyek,
196
sedangkan harga bangunan yang berada di tempat menjadi resiko
pemborong sendiri.
3. Penyerahan bagian-bagian seluruh pekerjaan kepada pemborong lain (order
aanemer) tanpa seijin tertulis dari Pemimpin Proyek tidak diijinkan.
4. Bilamana terjadi pihak kedua menyerahkan seluruhnya maupun sebagian
pekerjaan kepada pihak ketiga tanpa seijin pihak pertama, maka akan
diperingatkan oleh pihak pertama secara tertulis.
5.3. SYARAT – SYARAT TEKNIS
Pasal 1
Pekerjaan Persiapan
Sarana Pekerjaan
1. Sebelum kegiatan pelaksanaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan
rencana mobilisasi kepada Direksi pekerjaan untuk disetujui.
2. Untuk perncanaan pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menyediakan
peralatan, material, tenaga kerja/tenaga ahli.
Daerah Kerja (Situasi)
1. Areal untuk daerah kerja disediakan oleh pemeri tugas.
2. Yang dimaksud daerah kerja adalah lokasi pekerjaan yang akan dikerjakan
atau diselesaikan oleh kontraktor.
3. Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan harus mempergunakan metode
kerja yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan sehingga tidak
mengganggu stabilitas maupun kekuatan bangunan yang telah terpasang.
4. Apabila terjadi kerusakan ataupun ketidakstabilan kekuatan bangunan yang
telah terpasang, kontraktor wajib memulihkan seperti kondisi semula dengan
biaya kontraktor.
Ruang Direksi dan Ruang Gudang
1. Kontraktor diwajibkan membuat gudang yang cukup luas di tempat
pekerjaan lengkap dengan kunci dan perabotan yang diperlukan sesuai
dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
2. Gudang harus dibuat kontraktor dengan konstruksi memenuhi syarat-syarat
teknis bangunan.
197
3. Penempatan material / peralatan kerja di luar gudang tidak boleh
mengganggu operasional dan penempatannya harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan
4. Kantor lapangan ini akan dipakai oleh manajer pelaksanan yang diberikan
kekuasaan untuk menerima instruksi dan lain-lain dari Direksi Pekerjaan.
Peralatan dan Sarana Kerja
1. Kontraktor harus menyediakan peralatan kerja yang baik dan siap pakai
yang diperlukan sesuai dengan macam dan volume pekerjaan.
2. Jika dipandang perlu selama pelaksanaan; kontraktor harus menambah
pekerja, kapasitas / kuantitas serta kualitas peralatan yang dipergunakan
bilamana ternyata terdapat kerusakan peralatan yang mengakibatkan
pelaksanaan pekerjaan terlambat dan kemajuan pekerjaan tidak seperti yang
diharapkan dalam time schedule.
3. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini pemberi tugas / Direksi Pekerjaan tidak
menyediakan / meminjamkan peralatan kerja.
4. Selama pelaksanaan pekerjaan apabila kontraktor akan memindahkan /
mengangkut peralatan ke luar dari daerah pekerjaan, harus seijin tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
5. Sarana kerja (air dan listrik) harus disediakan oleh kontraktor. Air yang
tersedia di lokasi tidak boleh digunakan untuk pekerjaan konstruksi.
Pembersihan Lapangan
1. Sebelum kontraktor memulai dengan pekejaan penggalian, penempatan
bahan urugan atau penimbunan bahan, semua bagian lapangan yang
dikerjakan atau ditempati, harus dibersihkan dari semua tumbuhan dan
sampah yang kemudian dibuang ke luar lokasi pekerjaan. Semua
pembiayaan dan tanggung jawab ditanggung kontraktor.
Pekerjaan Pengukuran dan Bouwplank
1. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus melakukan pengukuran serta
pendistribusian titik-titik kontrol sesuai ketelitian yang diperluakan. Hal ini
berguna untuk penentuan, antara lain: letak dan kedudukan bangunan,
elevasi galian, batas daerah kerja, elevasi titk pembantu dan elevasi titik
198
ikat. Masing-masing pengukuran harus disesuaikan dengan gambar rencana
dan dilaporkan pada Direksi Pekerjaan guna mendapatkan persetujuan.
2. Titik tetap (ikat). Sebelum pekerjaan dimulai kontraktor harus membuat BM
yang baru dari titik utama/BM yang terdekat. Pada tiap lokasi bangunan
ditempatkan sebuah titik kontrol yang diikatkan dengan titik tetap. Bahan
dari kedua titik tersebut dibuat dari beton masing-masing berukuran
(30×30×80)cm dan (20×20×80)cm yang ditanamkan cukup kuat menurut
petunjuk Direksi Pekerjaan.
3. Bouwplank dibuat dan dipasang di tempat yang tidak terganggu dan
kedudukanny harus selalu terkontrol atau tidak berubah. Bahan Bouwplank
ditentukan dari papan, dari kayu sekualitas kayu kamper.
Dasar Ukuran Tinggi dan Pengukuran
1. Kontraktor harus membuat peil pokok / patok utama untuk setiap unit
pekerjaan yang memerlukan bouwplank.
2. Peil pokok tersebut harus diikatkan ketinggiannya dengan peil yang sudah
ada atau terhadap tinggi peil setempat yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan
atas biaya kontraktor.
3. Kontraktor harus memberitahukan kepada Dewan Pekerjaan dalam waktu
tidak kurang dari 48 jam sebelum dimulai pemasangan patok-patok
bouwplank.
4. Jika pemasangan bouwplanksalah maka kotraktor harus membetulkan
sampai disetujui oleh Direksi Pekerjaan atas biaya kontraktor
Keamanan dan Ketertiban
1. Kontraktor harus dapat menangulangi keamanan dan ketertiban dalam
lingkungan proyek.bial terjadi kehilangan barang, peralatan dan bahan-
bahan material adalah tanggung jawab kontraktor.
Gambar Spesifikasi Teknik
1. Bila dalam gambar-gambar pelaksanaan terdapat kekurangan atau kurang
jelas, maka spesifikasi teknik digunakan dengan maksud tersebut selain
maksud-maksud penjelasan lainnya.
199
Pasal 2
Pekerjaan tanah
Umum
1. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, bahan perlengkapan, alat
pengangkut dan piranti lain yang diperlukan untuk pekerjaan tanah.
2. Semua penggalian dan cara pengurugan harus sesuai dengan ketentuan
spesifikasi dan disetujui Direksi pekerjaan.
3. Karena sifat tanah yang berbeda, ada kemungkinan terjadi perubahan
perancangan pada pelaksanaan pekerjaan untuk tanah dengan persetujuan
Direksi pekerjaan.
Pekerjaan Galian
1. Bahan galian daerah pembangunan dapat dipergunakan bila memadai untuk
urugan. Penggalian melebihi batas yang ditentukan harus diurug kembali
sehingga mencapai pile yang ditetapkan dengan bahan urugan yang
dipadatkan. Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian
adalah ± 50 mm terhadap keratakan pile yang ditentukan.
2. Galian tanah dimulai setelah pemasangan patok/ bouwplank disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
3. Galian tanah harus dilakukan menurut ukuran dalam, lebar yang sesuai
dengan pile-pile yang tercantum dalam gambar.
4. Kemiring pada galian harus pada sudut kemiringan (talud) yang aman.
5. Dasar galian harus bebas dari lumpur, humus dan air.
6. Apabila galian melebihi kedalaman yang ditentukan, kontraktor harus
mengisi/ mengurangi daerah tersebut dengan bahan-bahan yang sesuai
dengan syarat-syarat pengisian bahan pondasi yang sesuai dengan
spesifikasi pondasi.
7. Kontraktor harus menjaga agar lubang-lubang galian pondasi tersebut bebas
dari longsor tanah, bila perlu dilindungi oleh alat-alat penahan tanah dan
bebas dari genangan air sehingga pekerjaan pondasi dapat dilakukan dengan
baik sesuai dengan sepesifikasi.
8. Kontraktor hendaknya menyiapkan tempat yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan untuk menampung tanah hasil galian oleh kontraktor.
200
Pekerjaan Urugan
1. Bahan urugan harus dipadatkan sekurang-kurangnya mencapai kepadatan
95% AASHTO.
2. Urugan pasir dilakukan dibawah semua lantai dengan tebal sesuai gambar
termasuk lantai rabat.
3. Pada bekas galian pondasi sebelah dalam bangunan diurug dengan pasir.
4. Urugan pasir harus disiram air kemudian ditumbuk hingga padat dengan
ketebalan 10 cm.
5. Bahan urugan untuk pelaksanaan pengerasan harus disebarkan dalam
lapisan-lapisan yang rata dengan ketebalan tidak melebihi 30 cm pada
keadaan gembur.
6. Gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan tersebut harus
dicampur dengan cara menggaruk atau cara sejenisnya hingga diperoleh
lapisan yang kepadatannya sama.
7. Setiap lapisan harus diarahkan pada kepadatan yang dibutuhkan dan
diperiksa melalui pengujian lapangan sebelum dimulai dengan lapisan
berikutnya. Bila bahan tersebut tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki,
lapisan tersebut diulang kerjakan untuk mendapatkan kepadatan yang
dibutuhkan.
Penyangga penahan tanah
1. Kontraktor harus membuat untuk penyangga-penyangga penahan tanah yang
diperlukan selama pekerjaan dan galian tambahan atau bila urugan
diperlukan.
2. Kontraktor diharuskan untuk melaksanakan dan merawat semua tebing dan
galian yang termasuk dalam kontrak, memperbaiki longsoran-longsoran
tanah selama massa kontrak dan masa pemeliharaan.
Pekerjaan Dewatering
1. Penggalian tanah harus dikerjakan dalam keadaan kering.
2. Permukaan air tanah yang diturunkan harus dalam keadaan terkontrol penuh
setiap waktu untuk menghindari fluktuasi yang dapat mempengaruhi
kestabilan penggalian (longsor).
201
3. Untuk mencegah kehilangan butit-butir tanah akibat pemompaan maka
harus disediakan filter-filter secukupnya dan dipasang sekeliling sumur yang
dipompa.
4. Jumlah dan kapasitas pompa harus diadakan secukupnya.
5. Sistem pemompaan tidak boleh mengakibatkan penurunan dari jalan-jalan/
bangunanyang ada.
6. Setiap pipa-pipa dewatering yang tertinggal setelah pengecoran lantai harus
ditutup dari dalam dan luar untuk mencegah kebocoran plat.
Pasal 3
Pekerjaan Tiang Pancang
1. Pekerjaan tiang pancang meliputi penyediaan tenaga kerja dan bahan-bahan
material untuk pekerjaan tersebut dan perlengkapannya, serta mesin-mesin
yang diperlukan.
2. Sebelum dilaksanakan pekerjaan tiang pancang dilakukan pengukuran-
pengukuran untuk menentukan titik-titik dimana tiang akan dipancangkan
sesuai gambar yang telah disetujui oleh Direksi pekerjaan serta petunjuk
dari brosur-brosur peralatan yang akan ditempatkan pada pondasi tiang
pancang tersebut.
3. Metode pengangkatantiang pancang menggunakan dua macam yaitu:
a. Pengangkatan lurus dengan dua tumpuan yang setiap tumpuan berjarak
masing-masing 2.071 m dari kedua ujung tiang sehingga momen yang
terjadi pada tiang seimbang, metode ini digunakan untuk memindahkan
tiang pancang.
b. Pengangkatan membentuk sudut α dengan pengangkatan satu tumpuan
yang berjarak 2,929 dari pangkal tiang dan 17,071 dari ujung tiang
dengan metode pengangkatan ini momen lebih besar. Sehingga
perhitungan tulang dihitung dengan metode ini dan digunakan pada saat
pemancangan.
Pasal 4
Pekerjaan Pondasi
202
1. Pekerjaan pembuatan pondasi meliputi penyediaan tenaga kerja dan bahan-
bahan material untuk pekerjaan tersebut dan perlengkapannya, serta mesin-
mesin yang diperlukan.
2. Sebelum dilaksanakan pekerjaaan pondasi dilakukan pengukuran-
pengukuran untuk menentukan as-as pondasi dan lubang kedudukan serta
petunjuk dari brosur-brosur peralatan yang akan ditempatkan pada pondasi
tersebut.
3. Untuk menjaga kemungkinan adanya air dalam tanah galian baik pada saat
penggalian maupun pekerjaan pondasi dilakukan, pihak pemborong harus
menyediakan pompa yang dapat digunakan bila diperlukan.
4. Tanah asli sebagai dasar harus sudah padat dan selanjutnya diatasnya
dipadatkan lagi dengan pasir urug setalah itu dibuatkan lantai beton tumbuk
1Pc : 3Ps : 5Kr setebal sesuai gambar.
Pasal 5
Pekerjaan Lantai Kerja
1. Lantai kerja dengan bentuk dan tebal seperti gambar dibuat dengan
campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr harus dibuat dibawah setiap kontruksi beton
bertulang yang langsung terletak diatas tanah.
Pasal 6
Pekerjaan Pasangan Batu
1. Pekerjaan pasang dilaksanakan pada bagaian kontruksi yang ditunjukkan
dalam gambar kontrrak dan tempat lainnya yang ditunujuk Direksi
pekerjaan.
2. Batu yang dipakai untuk pasangan tidak boleh berbentuk bulat melainkan
batu belah. Kotoran yang melekat pada permukaan batuan harus dibersihkan
bebas jenis tidak humus serta cacat-cacat lain. Batu tersebut harus
mempunyai berat jenis tidak kurang dari 2,5 t/m3 dan sebelum dipasang
batu-batu itu harus dibasahi ada rongga antar batu.
3. Pemasangan batu harus tersusun rapi, seluruhnya terselimuti oleh adukan
dan tidak boleh ada rongga antar batu.
203
4. Semua pasangan batu yang tampak dari luar, permukaannya harus rata,
susunan batu antara yang satu dengan yang lainnya harus diatur (dengan
jarak 1 – 1,5 cm).
5. Batu harus dipasang dengan tangan sedemikian rupa sehingga setiap batu
terbungkus seluruhnya oleh adukan. Perbandingan campuran untuk semua
pekerjaan pasangan batu menggunakan campuran 1Pc : 3Pp, dan campuran
1Pc : 2 Pp kecuali ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
6. Bila pekerjaan dihentikan karena hujan lebat, maka pasangan yang masih
baru harus dilindungi dengan baik.
Pasal 7
Pekerjaan Pembesian
1. Baja tulangan harus memenuhi ketentuan fy = 240 MPa (Tegangan leleh
karakteristik 240 kg/cm2).
2. Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat bebas dari
kotoran, lapisan lemak, minyak, kasar dan tidak bercacat.
3. Sebelum besi dipasang, besi beton harus dalam keadaan bersih, dan
kebersihan ini harus tetap terjaga sampai proses pengecoran.
4. Pembengkokkan besi harus dilakukan tenaga ahli dengan menggunakan alat
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat, patah, retak-retak dan
sebagainya.
5. Sebelum penyetelan dan pemasangan kontraktor harus membuat rencana
kerja pemotongan dan pembengkokan baja tulangan yang sebelumnya
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
6. Besi beton harus dibentuk dengan teliti hingga tercapai bentuk dan dimensi
sesuai gambar rencana. Besi tulangan dengan kondisi yang tidak lurus atau
dibengkok dengan tidak sesuai dengan gambar tidak diperkenankan
dipasang.
7. Bila besi tulangan telah siap didudukan pada balok beton kecil yang
berfungsi sebagai selimut beton. Dalam segala selimut beton tidak boleh
kurang dari 3 cm.
204
8. Pada tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang pada tulangan bawah
oleh batang-batang penunjang atau ditunjang lansung pada cetakan bawah
atau lantai oleh blok-blok beton yang tinggi.
Pasal 8
Pengujian Adukan Beton
1. Mutu beton yang dipakai sesuai dengan petunjuk yang ada pada gambar
rencana. Untuk memperoleh beton yang diinginkan kontraktor harus
membuat adukan percobaan (mix design).
2. Pemborong sekurang-kurangnya empat minggu sebelum memulai pekerjaan
beton harus membuat adukan percobaan (trial mixes) dengan menggunakan
contoh bahan-bahan beton yang akan digunakan nantinya.
3. Agar supaya kualitas beton yang diigunakan dapat dikontrol dengan baik
harus dilakukan test-test oleh laboratotium (Slump test and Compression
test) yang mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
4. Jumlah benda uji dibuat sesuai ketentuan dalam SNI dan mutu beton harus
diperiksa untuk umum 3 hari, 7 hari dan 28 hari untuk setiap macam adukan
yang diambil contohnya.
5. Cetakan bendauji berbentuk silinder dan memenuhi syarat SNI, adapun
ukuran kubus coba adalah diameter alas 15 cm2 x tinggi 30 cm
2.
Pengambilan adukan beton harus dibawah pengawasan Direksi dan
prosedurnya harus memenuhi syarat-syarat dalm SNI.
6. Kubus coba harus diidentifikasi dengan suatu kode yang dapat menunjukkan
tanggal pengecoran pembuatan adukan dan lain-lain yang perlu dicatat.
7. Kontraktor diharuskan membuat percobaan pendahuluan (trial test) atas
kubus coba sejumlah 20 buah untuk setiap proporsi adukan yang
dikehendaki dan untuk masing-masing percobaan pada umur 3,7 dan 28
hari.
8. Laporan hasil percobaan harus segera diserahkan kepada Direksi utnuk
diperiksa dan disetujui dimana harus dicantumkan harga karakteristik,
deviasi, slump, tanggal pengecoran dan pengetesan yang dilakukan.
205
9. Tidak boleh lebih dari satu diantara 20 nilai hasil percobaan kubus coba
berturut-turut terjadi kurang dari kuat tekan karaktertistik rencana.
10. Semua biaya diatas mejadi tanggung jawab kontraktor.
Pasal 9
Pekerjaan Atap Baja Ringan
1. Pekerjaan struktur atap baja ringan ialah bagian-bagian yang dalam gambar
rencana dinyatakan sebagai konstruksi struktur baja ringan.
2. Baja ringan yang digunakan dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Mutu Baja profil siku : BJ 37
b. Tegangan Leleh Baja : Fy 240 Mpa
c. Tegangan Ultimate Baja : Fu 370 Mpa
d. Penutup Atap : Genteng ( ukuran 50 Kg/m2)
e. Menggunakan sambungan Baut (BJ 37) , dimana baut yang dipakai
harus memenuhi standart desaign
3. Pola pengukuran , pola yang dan peralatan yang dibutuhkan untuk menjamin
ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh kontraktor pabrikasi. Semua
pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan pita-pita baja yang tekah
disetujui.
Pasal 10
Pekerjaan Bekisting
1. Acuan dibuat dari kayu dan multipleks / tripleks dengan tebal minimum 9
mm serta harus memenuhi syarat-syarat kekuatan, daya tahan dan
mempunyai permukaaan yang baik untuk pekerjaan finishing.
2. Acuan harus dipasang sesuai dengan ukuran-ukuran jadi yang ada di dalam
gambar dan menjamin bahwa ukuran-ukuran tersebut tidak akan berubah
sebelum dan selama pengecoran.
3. Acuan harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi
kebocoran atau hilangnya air selama pengecoran, tetap lurus dan tidak
goyang.
206
4. Acuan harus dibersihkan dari segala kotoran yang melekat, seperti
potongan-potongan kayu, paku, tahi geraji, tanah dan sebagainya yang akan
dapat merusak beton yang sudah jadi pada waktu pembongkaran acuan.
5. Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk dan
ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan gambar.
6. Cetakan harus kokoh dan cukup rapat sehingga dapat dicegah kebocoran,
cetakan harus diberi ikatan-ikatan atau penyangga / penyongkong
secukupnya sehingga terjamin kedudukan dan bentuknya yang tetap.
7. Cetakan dan acuan harus dibuat dari bahan yang baik, tidak meresap air,
mudah dibongkar tanpa merusak konstruksi beton. Oleh karena itu cetakan
diolesi dengan pelumas.
Pasal 11
Pekerjaan Adukan Beton
Adukan beton yang dibuat setempat harus memenuhi syarat :
1. Pelaksanaan penakaran semen dan agregat harus dengan kotak-kotak
takaran yang volumenya sama sesuai hasil trial mix dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
2. Banyaknya air untuk campuran beton harus sesuai dengan aturan yang
berlaku sehingga tercapai sifat workability sesuai dengan penggunaanya.
3. Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengadaan mesin (batch
mixer), type dan kapasitasnya harus mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan.
4. Kecepatan pengadukan sesuai rekomendasi dari pembuat mesin tersebut.
5. Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk dari 2
menit.
6. Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada
dalam mesin pengaduk.
7. Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan
dahulu sebelum adukan beton yang baru dimulai.
Pasal 12
207
Pekerjaan Pengecoran Beton
1. Pengecoran tidak boleh dikerjakan sebelum pemasangan acuan telah benar-
benar sempurna.
2. Sebelum pekerjaan pengecoran dimulai, semua alat-alat, material dan
pekerjaan harus ada di tempat termasuk perlengkapan penerangan bilamana
pengecoran diperkirakan sampai malam.
3. Pengecoran dilakukan sebaiknya setelah pengadukan dan beton mulai
mengeras. Pekerjaan pengecoran beton harus diselesaikan dalam waktu
paling lama 20 menit sesudah keluar dari mixer.
4. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi 1,5 meter dan tidak
diperkenankan menimbun beton dalam jmlah yang banyak di satu tempat.
5. Untuk dinding beton, pengecoran dilakukan lapis demi lapis horisontal
setebal kurang dari 30 cm menurun.
6. Slump test harus dilakukan selama pelaksanaan pengecorn untuk menjamin
agar nilai air semen sesuai yang disyaratkan.
7. Beton dipadatkan dengan menggunakan vibrator selama pengecoran
berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan
maupun posisi tulangan.
208
BAB VI
RENCANA ANGGARAN DAN BIAYA
6.1. Pendahuluan
Untuk mengetahui dana Pelaksanaan fisik yang telah direncanakan, maka
diperlukan Rencana Anggaran Biaya. Rencana anggaran biaya ini meliputi biaya
langsung dan biaya oprasional yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan. Kondisi
dasar yang mempengaruhi perhitungan biaya pelaksanaan adalah :
1. Upah Tenaga Kerja
Upah tenaga kerja ini sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Mentri
Tenaga kerja dan departemen Tenaga Kerja Provinsi Jawa Tengah
2. Harga Dasar Bahan Bangunan
Harga dasar bahan bangunan diambil dari harga daftar harga dasar bahan bangunan
di lokasi pekerjaan (Semarang)
3. Harga Penggunaan Alat Berat
Harga pengunaan alat berat ini diperhitungkan terhadap tiga komponen, yaitu biaya
sewa, biaya oprasional, dan biaya perawatan dengan dasar sesuai dasar ketentuan
mentri pekerjaan umum tentang penggunaan peralatan tahun 1991.
Dari ketiga kondisi diatas, besaran harga satuan upah dan bahan untuk perhitungan
rencana anggaran biaya pembangunan Gedung Perkantoran Lima Lantai Polda Jateng ini
didasarkan pada harga satuan upah dan bahan bangunan dilokasi pekerjaan yang ditetapkan
oleh Pemerintah.
I PEKERJAAN PERSIAPAN 94.763.125,00Rp
II PEKERJAAN TANAH 19.424.947,20Rp
III PEKERJAAN PONDASI 2.031.542.892,80Rp
IV PEKERJAAN LANTAI 1 1.071.830.189,14Rp
V PEKERJAAN LANTAI 2 892.768.831,36Rp
VI PEKERJAAN LANTAI 3 907.480.756,54Rp
VII PEKERJAAN LANTAI 4 907.480.756,54Rp
VIII PEKERJAAN LANTAI 5 857.643.010,04Rp
IX PEKERJAAN ATAP 260.476.586,18Rp
JUMLAH 7.043.411.094,80Rp
PROFIT 10% 7.747.752.204,28Rp
PPN 10% 8.522.527.424,71Rp
DIBULATKAN 8.522.528.000,00Rp
TERBILANG : Delapan Milyar Lima Ratus Dua Puluh Dua Lima Ratus Dua Puluh Delapan
Ribu Rupiah
NO URAIAN PEKERJAAN JML HARGA (Rp)
REKAPITULASI RABPerencanaan Struktur Gedung Lima Lantai Kantor Polda Jateng
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
I
1 Pembersihan lapangan m2 17.043.000,00Rp 0,242 0,242 100%
2 Perataan / pemadatan tanah m2 58.995.000,00Rp 0,838 0,419 0,419
3 Pagar keamanan m' 18.454.800,00Rp 0,262 0,262
4 Pemasangan papan nama ls 270.325,00Rp 0,004 0,004
II
1 Galian PC 1 m3 16.358.760,00Rp 0,232 0,077 0,077 0,077
2 Galian PC 2 m3 330.480,00Rp 0,005 0,005
3 Galian septic tank m3 860.625,00Rp 0,012 0,012 90%
4 Galian peresapan m3 516.375,00Rp 0,007 0,007
5 Timbunan PC 1 m3 1.230.292,80Rp 0,017 0,017
6 Timbunan PC 2 m3 24.854,40Rp 0,000 0,000
7 Septictank m3 64.725,00Rp 0,001 0,001
8 Timbunan Peresapan m3 38.835,00Rp 0,001 0,001
III
1 Pondasi tiang pancang Titik 1.266.000.000,00Rp 17,974 3,595 3,595 3,595 3,595 3,595
2 PC 1 m3 496.286.189,67Rp 7,046 2,349 2,349 2,349 80%
3 PC 2 m3 10.358.360,41Rp 0,147 0,147
4 Pekerjaan sloof (30/50) m3 258.898.342,73Rp 3,676 1,838 1,838
IV
1 Pekerjaan Pelat Lantai m3 454.598.488,06Rp 6,454 2,151 2,151 2,151
2 Pekerjaan Pelat Atap m3 10.331.053,36Rp 0,147 0,147
3 Pekerjaan Kolom K1a m3 274.749.725,80Rp 3,901 1,950 1,950
4 Pekerjaan Kolom K2 m3 15.111.953,75Rp 0,215 0,107 0,107 70%
5 Pekerjaan Balok B1 m3 24.554.494,68Rp 0,349 0,174 0,174
6 Pekerjaan Balok B2 m3 171.565.290,76Rp 2,436 1,218 1,218
7 Pekerjaan Balok B3 m3 58.967.665,10Rp 0,837 0,419 0,419
8 Pekerjaan Balok B4 m3 11.800.897,51Rp 0,168 0,084 0,084
9 Pekerjaan Balok B5 m3 29.852.837,51Rp 0,424 0,212 0,212
10 Pekerjaan Balok B6 m3 8.649.740,47Rp 0,123 0,061 0,061
11 Pekerjaan Tangga m3 9.918.094,06Rp 0,141 0,141
12 Pekerjaan Balok Bordes m3 1.729.948,09Rp 0,025 0,025
60%
V
1 Pekerjaan Pelat Lantai m3 403.106.749,93Rp 5,723 2,862 2,862
2 Pekerjaan Kolom K1b m3 181.781.136,65Rp 2,581 1,290 1,290
3 Pekerjaan Balok B1 m3 24.554.494,68Rp 0,349 0,174 0,174
4 Pekerjaan Balok B2 m3 171.565.290,76Rp 2,436 1,218 1,218
5 Pekerjaan Balok B3 m3 50.122.515,34Rp 0,712 0,356 0,356
6 Pekerjaan Balok B4 m3 11.800.897,51Rp 0,168 0,084 0,084
7 Pekerjaan Balok B5 m3 29.852.837,51Rp 0,424 0,212 0,212 50%
8 Pekerjaan Balok B6 m3 8.649.740,47Rp 0,123 0,061 0,061
9 Pekerjaan Tangga m3 9.605.220,43Rp 0,136 0,136
10 Pekerjaan Balok Bordes m3 1.729.948,09Rp 0,025 0,025
VI
1 Pekerjaan Pelat Lantai m3 417.818.675,11Rp 5,932 2,966 2,966
2 Pekerjaan Kolom K1b m3 181.781.136,65Rp 2,581 1,290 1,290
3 Pekerjaan Balok B1 m3 24.554.494,68Rp 0,349 0,174 0,174
4 Pekerjaan Balok B2 m3 171.565.290,76Rp 2,436 1,218 1,218 40%
5 Pekerjaan Balok B3 m3 50.122.515,34Rp 0,712 0,356 0,356
6 Pekerjaan Balok B4 m3 11.800.897,51Rp 0,168 0,084 0,084
7 Pekerjaan Balok B5 m3 29.852.837,51Rp 0,424 0,212 0,212
8 Pekerjaan Balok B6 m3 8.649.740,47Rp 0,123 0,061 0,061
9 Pekerjaan Tangga m3 9.605.220,43Rp 0,136 0,136
10 Pekerjaan Balok Bordes m3 1.729.948,09Rp 0,025 0,025
VII 30%
1 Pekerjaan Pelat Lantai m3 417.818.675,11Rp 5,932 2,966 2,966
2 Pekerjaan Kolom K1b m3 181.781.136,65Rp 2,581 1,290 1,290
3 Pekerjaan Balok B1 m3 24.554.494,68Rp 0,349 0,174 0,174
4 Pekerjaan Balok B2 m3 171.565.290,76Rp 2,436 1,218 1,218
5 Pekerjaan Balok B3 m3 50.122.515,34Rp 0,712 0,356 0,356
6 Pekerjaan Balok B4 m3 11.800.897,51Rp 0,168 0,084 0,084
7 Pekerjaan Balok B5 m3 29.852.837,51Rp 0,424 0,212 0,212
8 Pekerjaan Balok B6 m3 8.649.740,47Rp 0,123 0,061 0,061
9 Pekerjaan Tangga m3 9.605.220,43Rp 0,136 0,136 20%
10 Pekerjaan Balok Bordes m3 1.729.948,09Rp 0,025 0,025
0,000
VIII 0,000
1 Pekerjaan Pelat Lantai m3 417.818.675,11Rp 5,932 2,966 2,966
2 Pekerjaan Kolom K1b m3 181.781.136,65Rp 2,581 1,290 1,290
3 Pekerjaan Balok B1 m3 24.554.494,68Rp 0,349 0,174 0,174
4 Pekerjaan Balok B2 m3 171.565.290,76Rp 2,436 1,218 1,218
5 Pekerjaan Balok B3 m3 50.122.515,34Rp 0,712 0,356 0,356 10%
6 Pekerjaan Balok B4 m3 11.800.897,51Rp 0,168 0,084 0,084
IX
1 Pekerjaan Kolom Atap m3 25.968.733,81Rp 0,369 0,369
2 Pekerjaan Pelat Atap m3 145.667.852,38Rp 2,068 2,068
3 Pekerjaan Kuda Kuda Kd1 Unit 49.000.000,00Rp 0,696 0,348 0,348
4 Pekerjaan Kuda Kuda Kd2 Unit 12.000.000,00Rp 0,170 0,085 0,085
5 Pekerjaan Gording CNP 16 m' 27.840.000,00Rp 0,395 0,198 0,198 0%
JUMLAH 7043411095 100,00
Rencana Mingguan 0,661 0,685 3,595 3,672 6,021 6,045 7,948 8,925 8,524 8,513 8,654 8,538 6,362 6,362 6,523 3,122 1,993 2,437 0,792 0,631
Kumulatif Rencana Mingguan 0,661 1,345 4,940 8,613 14,634 20,679 28,626 37,552 46,076 54,589 63,243 71,780 78,142 84,503 91,026 94,148 96,141 98,578 99,369 100,000
PEKERJAAN LANTAI 4
PEKERJAAN LANTAI 5
PEKERJAAN ATAP
Time SchedulePerencanaan Struktur Gedung Lima Lantai Kantor Polda Jateng
BULAN 3 BULAN 4 BULAN 5
PEKERJAAN PERSIAPAN
PEKERJAAN TANAH
BOBOT (%)BULAN 1 BULAN 2
PEKERJAAN PONDASI
PEKERJAAN LANTAI 1
PEKERJAAN LANTAI 2
PEKERJAAN LANTAI 3
NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN JML HARGA (Rp)
I 94.763.125,00Rp
1 Pembersihan lapangan m2 1.748,00 9.750,00Rp 17.043.000,00Rp
2 Perataan / pemadatan tanah m2 1.748,00 33.750,00Rp 58.995.000,00Rp
3 Pagar keamanan m' 168,00 109.850,00Rp 18.454.800,00Rp
4 Pemasangan papan nama ls 1,00 270.325,00Rp 270.325,00Rp
II 19.424.947,20Rp
1 Galian PC 1 m3 285,12 57.375,00Rp 16.358.760,00Rp
2 Galian PC 2 m3 5,76 57.375,00Rp 330.480,00Rp
3 Galian septic tank m3 15,00 57.375,00Rp 860.625,00Rp
4 Galian peresapan m3 9,00 57.375,00Rp 516.375,00Rp
5 Timbunan PC 1 m3 95,04 12.945,00Rp 1.230.292,80Rp
6 Timbunan PC 2 m3 1,92 12.945,00Rp 24.854,40Rp
7 Septictank m3 5,00 12.945,00Rp 64.725,00Rp
8 Timbunan Peresapan m3 3,00 12.945,00Rp 38.835,00Rp
III 2.031.542.892,80Rp
1 Pondasi tiang pancang Titik 422,00 3.000.000,00Rp 1.266.000.000,00Rp
2 PC 1 m3 114,05 4.351.555,39Rp 496.286.189,67Rp
3 PC 2 m3 2,30 4.495.816,15Rp 10.358.360,41Rp
4 Pekerjaan sloof (30/50) m3 54,45 4.754.790,50Rp 258.898.342,73Rp
IV 1.071.830.189,14Rp
1 Pekerjaan Pelat Lantai m3 74,16 6.129.968,83Rp 454.598.488,06Rp
2 Pekerjaan Pelat Atap m3 1,60 6.456.908,35Rp 10.331.053,36Rp
3 Pekerjaan Kolom K1a m3 44,00 6.244.311,95Rp 274.749.725,80Rp
4 Pekerjaan Kolom K2 m3 1,44 10.494.412,33Rp 15.111.953,75Rp
5 Pekerjaan Balok B1 m3 5,09 4.823.686,68Rp 24.554.494,68Rp
6 Pekerjaan Balok B2 m3 30,75 5.579.359,05Rp 171.565.290,76Rp
7 Pekerjaan Balok B3 m3 8,00 7.370.958,14Rp 58.967.665,10Rp
8 Pekerjaan Balok B4 m3 1,62 7.284.504,64Rp 11.800.897,51Rp
9 Pekerjaan Balok B5 m3 5,25 5.686.254,76Rp 29.852.837,51Rp
10 Pekerjaan Balok B6 m3 1,20 7.208.117,06Rp 8.649.740,47Rp
11 Pekerjaan Tangga m3 3,17 3.128.736,30Rp 9.918.094,06Rp
12 Pekerjaan Balok Bordes m3 0,24 7.208.117,06Rp 1.729.948,09Rp
V 892.768.831,36Rp
1 Pekerjaan Pelat Lantai m3 65,76 6.129.968,83Rp 403.106.749,93Rp
2 Pekerjaan Kolom K1b m3 38,50 4.721.587,97Rp 181.781.136,65Rp
3 Pekerjaan Balok B1 m3 5,09 4.823.686,68Rp 24.554.494,68Rp
4 Pekerjaan Balok B2 m3 30,75 5.579.359,05Rp 171.565.290,76Rp
5 Pekerjaan Balok B3 m3 6,80 7.370.958,14Rp 50.122.515,34Rp
6 Pekerjaan Balok B4 m3 1,62 7.284.504,64Rp 11.800.897,51Rp
7 Pekerjaan Balok B5 m3 5,25 5.686.254,76Rp 29.852.837,51Rp
8 Pekerjaan Balok B6 m3 1,20 7.208.117,06Rp 8.649.740,47Rp
9 Pekerjaan Tangga m3 3,07 3.128.736,30Rp 9.605.220,43Rp
10 Pekerjaan Balok Bordes m3 0,24 7.208.117,06Rp 1.729.948,09Rp
VI 907.480.756,54Rp
1 Pekerjaan Pelat Lantai m3 68,16 6.129.968,83Rp 417.818.675,11Rp
2 Pekerjaan Kolom K1b m3 38,50 4.721.587,97Rp 181.781.136,65Rp
3 Pekerjaan Balok B1 m3 5,09 4.823.686,68Rp 24.554.494,68Rp
4 Pekerjaan Balok B2 m3 30,75 5.579.359,05Rp 171.565.290,76Rp
PEKERJAAN LANTAI 1
PEKERJAAN PONDASI
PEKERJAAN TANAH
PEKERJAAN PERSIAPAN
Rencana Anggaran Biaya
JML HARGA (Rp) JUMLAHHARGA SAT (Rp)
Perencanaan Struktur Gedung Lima Lantai Kantor Polda Jateng
NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN VOLUME
PEKERJAAN LANTAI 3
PEKERJAAN LANTAI 2
5 Pekerjaan Balok B3 m3 6,80 7.370.958,14Rp 50.122.515,34Rp
6 Pekerjaan Balok B4 m3 1,62 7.284.504,64Rp 11.800.897,51Rp
7 Pekerjaan Balok B5 m3 5,25 5.686.254,76Rp 29.852.837,51Rp
8 Pekerjaan Balok B6 m3 1,20 7.208.117,06Rp 8.649.740,47Rp
9 Pekerjaan Tangga m3 3,07 3.128.736,30Rp 9.605.220,43Rp
10 Pekerjaan Balok Bordes m3 0,24 7.208.117,06Rp 1.729.948,09Rp
VII 907.480.756,54Rp
1 Pekerjaan Pelat Lantai m3 68,16 6.129.968,83Rp 417.818.675,11Rp
2 Pekerjaan Kolom K1b m3 38,50 4.721.587,97Rp 181.781.136,65Rp
3 Pekerjaan Balok B1 m3 5,09 4.823.686,68Rp 24.554.494,68Rp
4 Pekerjaan Balok B2 m3 30,75 5.579.359,05Rp 171.565.290,76Rp
5 Pekerjaan Balok B3 m3 6,80 7.370.958,14Rp 50.122.515,34Rp
6 Pekerjaan Balok B4 m3 1,62 7.284.504,64Rp 11.800.897,51Rp
7 Pekerjaan Balok B5 m3 5,25 5.686.254,76Rp 29.852.837,51Rp
8 Pekerjaan Balok B6 m3 1,20 7.208.117,06Rp 8.649.740,47Rp
9 Pekerjaan Tangga m3 3,07 3.128.736,30Rp 9.605.220,43Rp
10 Pekerjaan Balok Bordes m3 0,24 7.208.117,06Rp 1.729.948,09Rp
VIII 857.643.010,04Rp
1 Pekerjaan Pelat Lantai m3 68,16 6.129.968,83Rp 417.818.675,11Rp
2 Pekerjaan Kolom K1b m3 38,50 4.721.587,97Rp 181.781.136,65Rp
3 Pekerjaan Balok B1 m3 5,09 4.823.686,68Rp 24.554.494,68Rp
4 Pekerjaan Balok B2 m3 30,75 5.579.359,05Rp 171.565.290,76Rp
5 Pekerjaan Balok B3 m3 6,80 7.370.958,14Rp 50.122.515,34Rp
6 Pekerjaan Balok B4 m3 1,62 7.284.504,64Rp 11.800.897,51Rp
IX 260.476.586,18Rp
1 Pekerjaan Kolom Atap m3 5,50 4.721.587,97Rp 25.968.733,81Rp
2 Pekerjaan Pelat Atap m3 22,56 6.456.908,35Rp 145.667.852,38Rp
3 Pekerjaan Kuda Kuda Kd1 Unit 7,00 7.000.000,00Rp 49.000.000,00Rp
4 Pekerjaan Kuda Kuda Kd2 Unit 4,00 3.000.000,00Rp 12.000.000,00Rp
5 Pekerjaan Gording CNP 16 m' 348,00 80.000,00Rp 27.840.000,00Rp
JUMLAH 7.043.411.094,80Rp
PEKERJAAN ATAP
PEKERJAAN LANTAI 5
PEKERJAAN LANTAI 4
HARGA BAHAN JUMLAH
/ UPAH HARGA
Rp Rp
1 1 m³ PC1
Beton 1,000 m3 1.160.193,00Rp 1.160.193,00Rp
Begesting pilecap 2,222 m2 88.140,00Rp 195.847,08Rp
Besi 139,619 kg 21.455,00Rp 2.995.515,31Rp
4.351.555,39Rp
2 1 m³ PC2
Beton 1,000 m3 1.160.193,00Rp 1.160.193,00Rp
Begesting pilecap 5,000 m2 88.140,00Rp 440.700,00Rp
Besi 134,930 kg 21.455,00Rp 2.894.923,15Rp
4.495.816,15Rp
3 1 m³ Sloof 30 x 50
Beton 1,000 m3 1.160.193,00Rp 1.160.193,00Rp
Begesting Sloof 6,670 m2 88.140,00Rp 587.893,80Rp
Besi 140,140 kg 21.455,00Rp 3.006.703,70Rp
4.754.790,50Rp
4 1 m³ Kolom K1a
Beton 1,000 m3 1.107.525,00Rp 1.107.525,00Rp
Begesting Kolom 8,000 m2 161.265,00Rp 1.290.120,00Rp
Besi 179,290 kg 21.455,00Rp 3.846.666,95Rp
6.244.311,95Rp
5 1 m³ Kolom K1b
Beton 1,000 m3 1.107.525,00Rp 1.107.525,00Rp
Begesting Kolom 8,000 m2 39.492,00Rp 315.936,00Rp
Besi 153,723 kg 21.455,00Rp 3.298.126,97Rp
4.721.587,97Rp
6 1 m³ Kolom K2
Beton 1,000 m3 1.107.525,00Rp 1.107.525,00Rp
Begesting Kolom 13,333 m2 2.805,00Rp 37.399,07Rp
Besi 435,772 kg 21.455,00Rp 9.349.488,26Rp
10.494.412,33Rp
7 1 m³ Balok B1
Beton 1,000 m3 1.107.525,00Rp 1.107.525,00Rp
Begesting Balok 8,330 m2 169.047,00Rp 1.408.161,51Rp
Besi 107,574 kg 21.455,00Rp 2.308.000,17Rp
4.823.686,68Rp
8 1 m³ Balok B2
Beton 1,000 m3 1.107.525,00Rp 1.107.525,00Rp
Begesting Balok 8,667 m2 169.047,00Rp 1.465.130,35Rp
Besi 140,140 kg 21.455,00Rp 3.006.703,70Rp
5.579.359,05Rp
9 1 m³ Balok B3
ANALISA HARGA SATUAN BETON
No. URAIAN PEKERJAAN KOEF SAT.
Beton 1,000 m3 1.107.525,00Rp 1.107.525,00Rp
Begesting Balok 10,500 m2 169.047,00Rp 1.774.993,50Rp
Besi 209,203 kg 21.455,00Rp 4.488.439,64Rp
7.370.958,14Rp
10 1 m³ Balok B4
Beton 1,000 m3 1.107.525,00Rp 1.107.525,00Rp
Begesting Balok 13,330 m2 169.047,00Rp 2.253.396,51Rp
Besi 182,875 kg 21.455,00Rp 3.923.583,13Rp
7.284.504,64Rp
11 1 m³ Balok B5
Beton 1,000 m3 1.107.525,00Rp 1.107.525,00Rp
Begesting Balok 10,857 m2 169.047,00Rp 1.835.343,28Rp
Besi 127,867 kg 21.455,00Rp 2.743.386,49Rp
5.686.254,76Rp
12 1 m³ Balok B6
Beton 1,000 m3 1.107.525,00Rp 1.107.525,00Rp
Begesting Balok 13,333 m2 169.047,00Rp 2.253.903,65Rp
Besi 179,291 kg 21.455,00Rp 3.846.688,41Rp
7.208.117,06Rp
12 1 m³ Balok Bordes
Beton 1,000 m3 1.107.525,00Rp 1.107.525,00Rp
Begesting Balok 13,333 m2 169.047,00Rp 2.253.903,65Rp
Besi 179,291 kg 21.455,00Rp 3.846.688,41Rp
7.208.117,06Rp
13 1 m³ Plat Lantai
Beton 1,000 m3 1.107.525,00Rp 1.107.525,00Rp
Begesting Pelat 8,330 m2 214.465,00Rp 1.786.493,45Rp
Besi 150,825 kg 21.455,00Rp 3.235.950,38Rp
6.129.968,83Rp
14 1 m³ Plat Atap
Beton 1,000 m3 1.107.525,00Rp 1.107.525,00Rp
Begesting Pelat 10,000 m2 214.465,00Rp 2.144.650,00Rp
Besi 149,370 kg 21.455,00Rp 3.204.733,35Rp
6.456.908,35Rp
15 1 m³ Tangga Lantai
Beton 1,000 m3 1.107.525,00Rp 1.107.525,00Rp
Begesting Pelat 6,309 m2 214.465,00Rp 1.353.059,69Rp
Besi 31,142 kg 21.455,00Rp 668.151,61Rp
3.128.736,30Rp
Pekerjaan :
Lokasi :
Tahun :: 2017-2018
HARGA BAHAN JUMLAH
/ UPAH HARGA
Rp Rp
I PEKERJAAN PERSIAPAN
1 1 m² Membersihkan lapangan dan perataan
Tenaga
Pekerja 0,1 Oh 60.000,00Rp 6.000,00Rp
Mandor 0,05 Oh 75.000,00Rp 3.750,00Rp
Jumlah 9.750,00Rp
2 1 m² Perataan atau Pemadatan Tanah
Tenaga
Pekerja 0,5 Oh 60.000,00Rp 30.000,00Rp
Mandor 0,05 Oh 75.000,00Rp 3.750,00Rp
Jumlah 33.750,00Rp
3 1 m' Pagar Keamanan
Bahan
Kayu Dolken diameter 8-10 /400m 1,25 Btg
Portland Semen 2,5 Kg 1.272,00Rp 3.180,00Rp
Seng Gelombang 3"-5" 1,2 Lbr 29.000,00Rp 34.800,00Rp
Pasir Beton 0,005 m3 258.000,00Rp 1.290,00Rp
Koral Beton 0,009 m3 126.000,00Rp 1.134,00Rp
Kayu 5/7x4m Kayu Kruing 0,072 m3 13.000,00Rp 936,00Rp
Paku Biasa 2"-5" 0,06 Kg 16.000,00Rp 960,00Rp
Meni Besi 0,45 Kg 45.000,00Rp 20.250,00Rp
Tenaga
Tukang Kayu 0,4 OH 80.000,00Rp 32.000,00Rp
Pekerja 0,2 OH 60.000,00Rp 12.000,00Rp
Kepala Tukang 0,02 OH 90.000,00Rp 1.800,00Rp
Mandor 0,02 OH 75.000,00Rp 1.500,00Rp
Jumlah 109.850,00Rp
4 1 Unit Pemasangan papan nama Ls 270.325,00Rp
II PEKERJAAN TANAH
1 1 m³ Galian tanah biasa sedalam 2 meter
Tenaga
Pekerja 0,9 OH 60.000,00Rp 54.000,00Rp
Mandor 0,045 OH 75.000,00Rp 3.375,00Rp
Jumlah 57.375,00Rp
2 1 m³ Urugan kembali
Tenaga
Pekerja 0,192 OH 60.000,00Rp 11.520,00Rp
Mandor 0,019 OH 75.000,00Rp 1.425,00Rp
Jumlah 12.945,00Rp
DAFTAR ANALISA PEKERJAAN
URAIAN PEKERJAANNo. KOEF SAT.
: Pembangunan Gedung Lima Lantai Kantor Polda Jateng
: Jl. Imam Bonjol, Semarang
III PEKERJAAN STRUKTUR BETON
1 1 M³ Beton Fc 30 MPa
Bahan
Beton Ready Mix Fc 30 1,05 M³ 940.500,00Rp 987.525,00Rp
Alat Bantu 1 Ls 60.000,00Rp 60.000,00Rp
Tenaga
Pekerja 1 Oh 60.000,00Rp 60.000,00Rp
Jumlah 1.107.525,00Rp
1 1 M³ Beton Fc 35 MPa
Bahan
Beton Ready Mix Fc 35 1,05 M³ 990.660,00Rp 1.040.193,00Rp
Alat Bantu 1 Ls 60.000,00Rp 60.000,00Rp
Tenaga
Pekerja 1 Oh 60.000,00Rp 60.000,00Rp
Jumlah 1.160.193,00Rp
1 1 Titik Tiang pancang Square Pile 25cm x 25 cm Sedalam 20 mLs 3.000.000,00Rp
2 1 Kg Pembesian dengan Besi polos
Bahan
Besi beton polos 1,05 Kg 9.900,00Rp 10.395,00Rp
Kawat beton 0,015 Kg 22.000,00Rp 330,00Rp
Tenaga
Pekerja 0,07 Oh 60.000,00Rp 4.200,00Rp
Tukang besi 0,07 Oh 80.000,00Rp 5.600,00Rp
Kepala tukang 0,007 Oh 90.000,00Rp 630,00Rp
Mandor 0,004 Oh 75.000,00Rp 300,00Rp
Jumlah 21.455,00Rp
3 1 M² Pasang bekisting untuk sloof & pile cap
Bahan
Kayu sembarang 0,045 M³ 550.000,00Rp 24.750,00Rp
Paku biasa 2' - 5" 0,3 Kg 16.000,00Rp 4.800,00Rp
Minyak bekisting 0,1 Lt 23.000,00Rp 2.300,00Rp
Tenaga
Pekerja 0,52 Oh 60.000,00Rp 31.200,00Rp
Tukang kayu 0,26 Oh 80.000,00Rp 20.800,00Rp
Kepala tukang 0,026 Oh 90.000,00Rp 2.340,00Rp
Mandor 0,026 Oh 75.000,00Rp 1.950,00Rp
Jumlah 88.140,00Rp
4 1 M² Pasang bekisting untuk kolom
Bahan
Kayu sembarang 0,04 M³ 550.000,00Rp 22.000,00Rp
Paku biasa 2' - 5" 0,4 Kg 16.000,00Rp 6.400,00Rp
Minyak bekisting 0,2 Lt 23.000,00Rp 4.600,00Rp
Balok kayu sembarang 0,015 M³ 2.194.000,00Rp 32.910,00Rp
Plywood 0,35 Lbr 62.000,00Rp 21.700,00Rp
Kayu dolken/Laut Ø 3"-4"/4 m 2 Btg 13.000,00Rp 26.000,00Rp
Tenaga
Pekerja 0,3 Oh 60.000,00Rp 18.000,00Rp
Tukang batu 0,33 Oh 80.000,00Rp 26.400,00Rp
Kepala tukang 0,033 Oh 85.000,00Rp 2.805,00Rp
Mandor 0,006 Oh 75.000,00Rp 450,00Rp
Jumlah 161.265,00Rp
5 1 M² Pasang bekisting untuk balok
Kayu sembarang 0,04 M³ 550.000,00Rp 22.000,00Rp
Paku biasa 2' - 5" 0,4 Kg 16.000,00Rp 6.400,00Rp
Minyak bekisting 0,2 Lt 23.000,00Rp 4.600,00Rp
Balok kayu sembarang 0,018 M³ 2.194.000,00Rp 39.492,00Rp
Plywood 0,35 Lbr 62.000,00Rp 21.700,00Rp
Kayu dolken/Laut Ø 3"-4"/4 m 2 Btg 13.000,00Rp 26.000,00Rp
Tenaga
Pekerja 0,32 Oh 60.000,00Rp 19.200,00Rp
Tukang batu 0,33 Oh 80.000,00Rp 26.400,00Rp
Kepala tukang 0,033 Oh 85.000,00Rp 2.805,00Rp
Mandor 0,006 Oh 75.000,00Rp 450,00Rp
Jumlah 169.047,00Rp
6 1 M² Pasang bekisting untuk plat lantai
Kayu sembarang 0,04 M³ 550.000,00Rp 22.000,00Rp
Paku biasa 2' - 5" 0,4 Kg 16.000,00Rp 6.400,00Rp
Minyak bekisting 0,2 Lt 23.000,00Rp 4.600,00Rp
Kayu sembarang 0,015 M³ 2.194.000,00Rp 32.910,00Rp
Plywood 0,35 Lbr 62.000,00Rp 21.700,00Rp
Minyak bekisting 6 Btg 13.000,00Rp 78.000,00Rp
Tenaga
Pekerja 0,32 Oh 60.000,00Rp 19.200,00Rp
Tukang batu 0,33 Oh 80.000,00Rp 26.400,00Rp
Kepala tukang 0,033 Oh 85.000,00Rp 2.805,00Rp
Mandor 0,006 Oh 75.000,00Rp 450,00Rp
Jumlah 214.465,00Rp
7 1 M² Pasang bekisting untuk tangga
Bahan
Kayu sembarang 0,03 M³ 550.000,00Rp 16.500,00Rp
Paku biasa 2' - 5" 0,4 Kg 16.000,00Rp 6.400,00Rp
Minyak bekisting 0,15 Lt 23.000,00Rp 3.450,00Rp
Kayu sembarang 0,015 M³ 2.194.000,00Rp 32.910,00Rp
Plywood 0,35 Lbr 62.000,00Rp 21.700,00Rp
Minyak bekisting 2 Btg 13.000,00Rp 26.000,00Rp
Tenaga -Rp
Pekerja 0,32 Oh 60.000,00Rp 19.200,00Rp
Tukang batu 0,33 Oh 80.000,00Rp 26.400,00Rp
Kepala tukang 0,033 Oh 85.000,00Rp 2.805,00Rp
Mandor 0,006 Oh 75.000,00Rp 450,00Rp
Jumlah 155.815,00Rp
IV PEKERJAAN STRUKTUR BAJA
1 1 Unit Kuda - kuda Tipe 1 Ls 7.000.000,00Rp
2 1 Unit Kuda - kuda Tipe 2 Ls 3.000.000,00Rp
3 1 m' Gording CNP 16 Ls 80.000,00Rp
1 Pekerja OH 60.000,00Rp
2 Mandor OH 75.000,00Rp
3 tukang listrik OH 80.000,00Rp
4 tukang kayu OH 80.000,00Rp
5 kepala tukang kayu OH 90.000,00Rp
6 tukang batu OH 80.000,00Rp
7 kep. Tukang batu OH 85.000,00Rp
8 tukang besi OH 80.000,00Rp
9 kep. Tukang besi OH 90.000,00Rp
10 tukang cat OH 80.000,00Rp
11 kep. Tukang cat OH 85.000,00Rp
12 tukang plitur OH 80.000,00Rp
13 tukang gali OH 60.000,00Rp
14 tukang ledeng OH 80.000,00Rp
1 Pasir pasang M3 258.000,00
2 Pasir beton M3 276.000,00
3 Koral beton M3 126.000,00
4 Paku biasa 2" - 5" Kg 16.000,00
5 Batu Belah/Kali 15-20cm Kg 144.000,00
6 Kayu papan 3/20 M3 1.760.000,00
7 Kayu Albasia M3 550.000,00
8 Kayu 5-7 M3 13.000,00
9 Besi Strip Kg 9.900,00
10 Semen Portland Kg 1.272,00
11 Bata merah Bh 450,00
12 Seng plat M' 29.000,00
13 Pintu Jendela Aluminium Bh 64.000,00
14 Kaca polos 3 mm M2 60.000,00
15 Kunci 2 slaag royal Bh 39.000,00
16 Plywood 4 mm Lbr 62.000,00
17 Kayu Dolken 5-7 Btg 13.000,00
18 Seng gelombang bjls 20 - 7" Lbr 29.000,00
19 Pasir urug M³ 210.000,00
20 Besi beton polos Kg 9.900,00
21 Kawat beton Kg 22.000,00
22 Kayu sembarang M³ 550.000,00
23 Minyak bekisting Lt 23.000,00
24 Balok kayu Rasamala M³ 2.194.000,00
25 Plywood Lbr 242.000,00
DAFTAR UPAH PEKERJA
NO JENIS PEKERJA SATUAN HARGA
DAFTAR HARGA BAHAN
NO JENIS BAHAN SATUAN HARGA
26 Kayu dolken 5-7 Btg 13.000,00
27 Bata merah Bakar Kelas II Bh 450,00
28 Bondbeam 40 x 20 x 20 cm Bh 36.000,00
29 kayu borneo super M³ 3.850.000,00
30 Lem kayu Kg 36.000,00
31 Teakwood 4' x 8' x 4 mm Lbr 75.000,00
32 Besi profil WF Kg 13.200,00
33 Meni besi Kg 45.000,00
34 Seng plat 3' x 6' bjls 35 Lbr 29.900,00
35 Paku biasa ½" - 1" atau skrup Kg 16.000,00
36 kayu borneo super M³ 3.850.000,00
37 Flincote / meni besi Kg 45.000,00
38 Atap genteng beton Bh 54.000,00
39 Paku biasa 2" - 5" Kg 16.000,00
40 Nok atap genteng beton Bh 7.200,00
41 Semen warna Kg 6.000,00
42 Gypsum board (120 x 240 x 9) mm Lbr 62.000,00
43 Paku sekrup Kg 14.000,00
44 Atap genteng beton natural Bh 54.000,00
45 Nok atap genteng beton Bh 7.200,00
46 Kayu dolken/Laut Ø 3"-4"/4 m btg 13000
47 Beton Ready Mix Fc 30 M³ 940.500,00
48 Beton Ready Mix Fc 35 M³ 990.660,00