bab i pendahuluan 1.1. latar belakang masalahdigilib.unimed.ac.id/24499/4/8. nim. 8136172061 chapter...

15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pembelajaran di sekolah menurut kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi yang beriman dan produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkonstribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut NCTM 2000 (Van de walle, 2008 : 3) kurikulum lebih dari sekedar kumpulan aktivitas, kurikulum harus koheren, difokuskan pada matematika yang penting dan berkaitan dengan baik antar tingkat kelas. Matematika sebagai ratunya ilmu pengetahuan (queen of sciences) sangat dibutuhkan dalam era globalisasi, karena melalui matematika ilmu pengetahuan yang lain menjadi sempurna dalam menjawab berbagai masalah kehidupan sehari- hari. Melihat pentingnya peranan matematika dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta dalam kehidupan sehari-hari maka matematika perlu dipahami oleh peserta didik mulai dari tingkat pendidikan prasekolah hingga tingkat perguruan tinggi. Maka pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, salah satunya matematika. Pendidikan matematika dari hari ke hari semakin berkembang dan senantiasa menjadi penyokong dalam perkembangan teknologi, sains dan dalam dunia bisnis. Dengan perkembangan IPTEK yang semakin pesat diperlukan adanya sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam pendidikan matematika kita dituntut untuk

Upload: ngokien

Post on 31-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tujuan pembelajaran di sekolah menurut kurikulum 2013 adalah untuk

mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai

pribadi yang beriman dan produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu

berkonstribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut

NCTM 2000 (Van de walle, 2008 : 3) kurikulum lebih dari sekedar kumpulan

aktivitas, kurikulum harus koheren, difokuskan pada matematika yang penting dan

berkaitan dengan baik antar tingkat kelas.

Matematika sebagai ratunya ilmu pengetahuan (queen of sciences) sangat

dibutuhkan dalam era globalisasi, karena melalui matematika ilmu pengetahuan

yang lain menjadi sempurna dalam menjawab berbagai masalah kehidupan sehari-

hari. Melihat pentingnya peranan matematika dalam ilmu pengetahuan dan

teknologi serta dalam kehidupan sehari-hari maka matematika perlu dipahami

oleh peserta didik mulai dari tingkat pendidikan prasekolah hingga tingkat

perguruan tinggi.

Maka pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan dari tahun ke

tahun, salah satunya matematika. Pendidikan matematika dari hari ke hari

semakin berkembang dan senantiasa menjadi penyokong dalam perkembangan

teknologi, sains dan dalam dunia bisnis.

Dengan perkembangan IPTEK yang semakin pesat diperlukan adanya

sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Untuk

mencapai tujuan tersebut dalam pendidikan matematika kita dituntut untuk

2

mempersiapkan insan yang dapat berpartisipasi dalam meningkatkan pendidikan

matematika. Setidaknya seseorang itu bisa dalam matematika dasar dan untuk

lebih spesifiknya mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order

thinking). Akan tetapi pada kenyataannya, kita tidak dapat memungkiri bahwa

masih banyak guru matematika sekarang ini yang masih menganut paradigma

transfer of knowledge dalam hal mengambil keputusan di kelas, di mana interaksi

dalam pembelajaran hanya terjadi satu arah yaitu dari guru sebagai sumber

informasi dan siswa sebagai penerima informasi, dalam hal ini siswa tidak

diberikan banyak kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan

belajar mengajar (KBM) di kelas, dengan kata lain pembelajaran lebih berpusat

pada guru, bukan pada siswa. Pembelajaran matematika yang dilaksanakan

dewasa ini orientasinya lebih cenderung ditujukan pada pencapaian target materi

ataupun pencapaian hasil belajar.

Salah satu mata pelajaran yang merefleksikan tujuan dari kurikulum 2013

adalah matematika. Teknologi penting dalam belajar dan mengajar matematika,

teknologi mempengaruhi matematika yang diajarkan dan meningkatkan proses

belajar siswa (Van de walle, 2008: 3). Karena matematika merupakan ilmu yang

berkembang sesuai dengan perkembangan IPTEK menyebabkan matematika

dipandang sebagai ilmu yang terstruktur, hubungan cara berpikir dan memahami

dunia sekitar. Siswa diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajarai berbagai ilmu

lainnya yang penekanannya pada penataan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan

pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika.

Menurut Soedjadi bahwa pendidikan matematika memiliki dua tujuan besar yang

3

meliputi pertama tujuan yang bersifat formal, yang memberi tekanan pada

penataan nalar anak serta pembentukan pribadi anak kedua tujuan yang bersifat

material yang memberi tekanan pada penerapan matematika serta kemampuan

memecahkan masalah matematika. Hal ini di perkuat oleh NCTM (2000: 67) yang

merekomendasikan lima kompetensi standar matematika yaitu kemampuan

pemecahan masalah (Problem Solving), Komunikasi (Communication), Koneksi

(Connection),Penalaran(Reasoning), dan Representasi (Representation). Kelima

standar kompetensi yang dikenal sebagai keterampilan matematika (Doing Math )

ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik pada masa kini dan

masa datang melalui tugas matematika yang dapat mendukung tujuan di atas.

Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah

rendahnya penguasaan siswa tentang matematika.Hal ini dapat dilihat dari

rendahnya prestasi siswa di tingkat nasional maupun internasional. Berdasarkan

rangking TIMSS 2011 Indonesia jauh di bawah Internasional yaitu menempati

rangking ke 52 dari 56 negara yang berpartisipasi dalam kompetisi matematika

(http://nces.ed.gov/timss/tables11.asp) sedangkan dalam rangking PISA 2012

Indonesia menempati rangking 64 dari 65 negara

(http://www.kopertis12.or.id/2013/12/05/skor-pisa-posisi-indonesia-nyaris-jadi-

juru-kunci.html). Keberhasilan belajar siswa di pengaruhi oleh beberapa faktor,

ada yang berasal dari diri siswa itu sendiri dan ada juga faktor dari luar seperti

dalam pembelajaran.

Peneliti pernah bertanya kepada siswa SMP NURUL ISLAM INDONESIA

MEDAN tentang bagaimana tanggapan siswa terhadap pelajaran matematika.

Pada umumnya siswa mengatakan bahwa pelajaran matematika sulit dipahami,

4

karena itu siswa menjadi malas dan enggan untuk membuka pelajaran

matematika.Jadi pada akhirnya dari ketidaksukaan siswa dalam mempelajari

matematika, maka menurunlah prestasi belajar matematika siswa. Rata-rata nilai

yang diperoleh siswa disekolah hanya mencapai KKM yang ditentukan oleh

sekolah.Dimana nilai matematika yang diperoleh siswa masih banyak yang hanya

sebatas KKM sementara KKM yang ditentukan sekolah adalah 70. Hal ini dilihat

dari nilai rapor siswa dimana dari 30 siswa dalam kelas tersebut masih 40 % siswa

yang mendapatkan nilai di atas KKM.

Salah satu yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran matematika

adalah rendahnya koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa. Kurikulum

2013 tentang matematika SMP siswa dituntut memiliki kemampuan berpikir

tingkat tinggi. Menurut Fauzi (2011 : 1) pemahaman erat kaitannya dengan

koneksi matematis (mathematics conection), dikarenakan dalam pemahaman

siswa dituntut untuk memahami lebih dari satu konsep dan merelasikannya.

Dalam pembelajaran matematika siswa harus menguasai kemampuan koneksi

matematis yaitu siswa harus mampu mengaitkan antara ide-ide dan konsep yang

ada dalam pelajaran matematika.

Matematika sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematik mengandung arti

bahwa konsep dan prinsip dalam matematika adalah saling berkaitan antara satu

dengan lainnya.Dalam belajar matematika untuk mencapai pemahaman yang

bermakna siswa harus memiliki kemampuan koneksi matematis yang memadai.

Menurut NCTM (2000) berpikir matematis melibatkan mencari koneksi dan

membuat koneksi untuk membangun pemahaman matematik. Tanpa koneksi,

siswa harus belajar dan mengingat terlalu banyak konsep dan keterampilan.

5

Melalui koneksi matematis siswa juga bisa membangun pemahaman baru pada

pengetahuan sebelumnya.Agar siswa lebih berhasil dalam belajar matematika,

maka siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melihat keterkaitan

antara konsep-konsep yang satu dengan yang lainnya.

Menurut NCTM oleh Yulianti (Rendya, dkk, 2012 : 1) koneksi matematik

merupakan bagian penting yang harus mendapatkan penekanan disetiap jenjang

pendidikan. Sedangkan tujuan koneksi matematis menurut NCTM dalam Herdian

(Rendya, dkk, 2012 : 1) yang diberikan pada siswa di sekolah menengah adalah

agar siswa dapat: 1) Mengenali representasi yang ekuivalen dari suatu konsep

yang sama, 2) Mengenali hubungan prosedur satu representasi ke prosedur

representasi yang ekivalen, 3) Menggunakan dan menilai koneksi beberapa topik

matematika, 4) Menggunakan dan menilai koneksi antara matematika dan disiplin

ilmu yang lain

Kenyataan yang terjadi, kemampuan koneksi matematis siswa masih belum

baik. Hasil pekerjaan siswa masih tidak sesuai dengan prosedur penyelesaian yang

diajarkan, dimana siswa belum mampu mengaitkan konsep-konsep yang telah

mereka pelajari sebelumnya dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan

topik pelajaran. Salah satu hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kemampuan

koneksi matematis masih rendah adalah hasil penelitian Ruspiana (Nurul, ddk ,

2013 :151) yang menunjukkan nilai rata-rata kemampuan koneksi matematis

siswa sekolah menengah masih rendah yaitu kurang dari 60 pada skor 100 (22,2%

untuk koneksi matematis pada pokok bahasan lain, 44% untuk koneksi pada

bidang studi lain, dan 67,3% untuk koneksi matematika pada kehidupan sehari-

hari)

6

Dari hal di atas diperkuat oleh hasil penelitian awal yang dilakukan peneliti

dengan memberikan soal kepada siswa untuk melihat bagaimana siswa

menyelesaikan soal tersebut. Dari 30 orang siswa hanya 5 orang yang menjawab

benar dan lengakap. Jawaban siswa tentang soal yang diberikan sebagai berikut.

Pada tempat parkir yang luasnya 870 terdapat bus dan mobil dimana jumlah

bus dan mobil adalah 40 buah. Jika tiap bus membutuhkantampat 24 dan tiap

mobil membutuhkan tempat 6 . Maka banyak bus pada tempat parkir tersebut

adalah…(jika model semua parkir bus dan mobil sama).

Gambar: 1.1 Model penyelesaian yang dibuat oleh siswa dalam tes kemampuan

koneksi matematis

Dari jawaban soal siswa tersebut terlihat bahwa siswa mengalami kesulitan

untuk memahami maksud soal tersebut, mengidentifikasi unsur-unsur yang

diketahui dan unsur-unsur yang ditanya, merumuskan apa yang diketahui dari soal

7

tersebut, menentukan rumus yang digunakan, dan rencana penyelesaian siswa

tidak terarah dan strategi penyelesaian dari jawaban yang dibuat siswa tidak

benar. Kemampuan koneksi matematis siswa belum nampak dari penyelesaian

yang dibuat oleh siswa. Dimana siswa belum bisa menghubungkan

penyelesaiannya menggunakan sistem persamaan linear dua variabel dengan

kehidupan sehari-hari. Siswa juga belum mampu menguraikan langkah-langkah

dalam menggunakan strategi koneksi matematis serta belum bisa memberikan

argumentasi yang baik dalam pembuktian kebenaran pilihan jawaban yang

disajikan. Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan koneksi

matematis siswa masih kurang. Siswa menunjukkan kemampuan koneksi

matematis ketika mereka memberikan bukti bahwa mereka dapat memenuhi

indikator matematis menurut NCTM yaitu: 1) Mengenali dan menggunakan

hubungan antar ide-ide dalam matematika, 2) Memahami keterkaitan ide-ide

matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga mengahsilkan

suatu keterkaitan yang menyeluruh, 3) Mengenali dan mengaplikasikan

matematika ke dalam dan lingkungan di luar matematika.

Dengan koneksi matematis diharapkan siswa mampu memahami apa yang

menjadi akar persoalan dan mencari strategi yang tepat untuk persoalan yang

dimaksud, serta memiliki kemampuan untuk memeriksa kembali hasil yang

diperoleh. Oleh karenanya penelitian ini diharapkan akan mampu memperbaiki

proses pembelajaran. Selain dari koneksi matematis kemandirian belajar siswa

sangat dibutuhkan dalam penyelesaian masalah dan prestasi belajar siswa.

Dalam pembelajaran matematika kemandirian sangat penting karena

kemandirian merupakan sikap pribadi yang sangat diperlukan oleh setiap individu.

8

Kebanyakan siswa masih banyak yang belum mampu secara mandiri menemukan,

mengenal, merinci hal-hal yang berlawanan dan menyusun pertanyaan-pertanyan

yang timbul dari masalahnya. Dikarenakan siswa masih terfokus terhadap guru

dan masih tergantung kepada guru. Hal ini senada dengan Fauzi (2011)

pentingnya kemandirian belajar matematika karena dituntut kurikulum agara

siswa dapat menghadapi persoalan di dalam kelas maupun di luar kelas yang

semakin kompleks dan mengurangi ketergantungan siswa dengan orang lain

dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, peserta didik mengatur pembelajarannya sendiri

dengan mengaktifkan kognitif, afektif dan perilakunya yang ada pada dirinya

sehingga tercapai tujuan belajar yang diinginkan. Pada kemandirian belajarhal

yang paling penting adalah adanya inisiatif dan motivasi dalam diri siswa sendiri

sehingga pembelajaran akan lebih efektif. Ada beberapa indikator yang dapat

digunakan untuk mengukur kemandirian belajar yaitu: 1) inisiatif belajar, 2)

mendiagnosa kebutuhan belajar, 3) menetapkan target dan tujuan belajar, 4)

memonitor, mengatur dan mengontrol kemajuan belajar, 5) memandang kesulitan

sebagai tantangan, 6) memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, 7)

memilih dan menerapkan strategi belajar, 8) mengevaluasi proses dan hasil belajar

dan 9) memiliki self -concept atau konsep diri (Sumarmo:2010).

Perlunya pengembangan kemandirian belajar pada individu yang belajar

matematika juga didukung oleh beberapa hasil studi temuan antara lain adalah

individu yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi cenderung belajar lebih

baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif;

menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya, mengatur belajar dan waktu

9

secara efisien, dan memperoleh skor yang lebih tinggi dalam pelajaran sains

(Hargis dalam Sumarmo, 2010).

Guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar harus mampu

memilih metode yang sesuai dengan materi pelajaran. Kesulitan belajar yang di

rasakan oleh siswa bukan semata – mata sulitnya materi pelajaran matematika,

tetapi disebabkan juga oleh metode penyampaian guru dalam mengelola

pembelajaran matematika kurang efektif. Menurut Turmudi (2008 : 24)

pembelajaran matematika yang efektif memerlukan pemahaman apa yang siswa

ketahui dan perlukan untuk dipelajari, kemudian memberikan tantangan dan

dukungan kepada mereka agar siswa dapat belajar dengan baik.

Untuk mengoptimalkan kemampuan koneksi matematis siswa dan

kemandirian belajar siswa khususnya siswa kelas VIII SMP NURUL ISLAM

INDONESIA MEDAN dengan solusi memperbaiki strategi pembelajaran

matematikanya.Perbaikan yang dilakukan adalah mencari pendekatan

pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa

dan kemandirian belajar siswa yakni pendekatan yang lebih bermakna.Melalui

pendekatan tersebut siswa mampu menemukan sendiri pengetahuan dan

keterampilan yang dibutuhkanya.

Untuk menyikapi permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran

matematika, perlu dicari solusi pendekatan pembelajaran yang dapat

mengakomodasi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dan

minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika. Menyarankan perubahan

dalam pembelajaran matematika ke paradigma baru, dengan menciptakan suasana

10

siswa aktif belajar dalam pencarian pengetahuan dan belajar yang menyenangkan

yang akan mencegah kebosanan ketika belajar.

NCTM (Van de Walle, 2008) menyarankan reformasi pembelajaran

matematika:

“Mengubah kelas dari sekedar kumpulan siswa menjadi komunitas

matematika, menjauhkan otoritas guru untuk memutuskan suatu

kebenaran,mementingkan pemahaman daripada hanya mengingat prosedur.

Mementingkan membuat dugaan, penemuan, pemecahan masalah dan

menjauhkan dari tekanan pada penemuan jawaban secara mekanis,

mengaitkan matematika ide-ide dan aplikasinya dan tidak memperlakukan

matematika sebagai kumpulan konsep dan prosedur yang terasingkan”

Untuk merealisasikan reformasi pembelajaran matematika seperti yang

dikemukakan di atas, diperlukan suatu pengembangan materi pembelajaran

matematika yang dekat dengan kehidupan siswa, sesuai dengan tahap berpikir

siswa, serta metode evaluasi yang terintegrasi pada proses pembelajaran yang

tidak hanya berujung pada tes akhir.

Agar siswa lebih mudah memahami dan menghubungkan konsep-konsep

dalam belajar matematika digunakan pendekatan realistik. Pendekatan realistik,

ini dipilih karena di dalam pendekatan ini terkandung proses yang bersifat

membangun pemahaman konsep matematika siswa melalui pengetahuan informal

yang mereka miliki. Pendekatan matematika realistik adalah pendekatan dalam

pendidikan matematika yang berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah

aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap

konteks sehari-hari. De corte, dkk. (dalam Dar dan Fisher, 2004), mengemukakan

komponen-komponen pengajaran yang membantu perkembangan kemandirian,

yaitu: 1) Memberikan tugas-tugas realistik dan menantang. 2) Adanya variasi

dalam metode pengajaran, latihan terbimbing, bekerja dalam kelompok kecil dan

11

pengajaran klasikal. 3) Menciptakan ruang kelas yang membantu perkembangan

disposisi positif terhadap pembelajaran matematika.

Memberikan masalah yang kontekstual dan melihat keterkaitan antara

materi matematika dan bidang lainnya pada siswa yang merupakan karakteristik

dari PMR.Karakteristik dari PMR diduga dapat memberikan korelasiyang positif

dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan perkembangan

kemandirian belajar siswa.

Dalam pembelajaran dengan pendekatan realistik tidak hanya berhubungan

dengan dunia nyata saja, tetapi juga menekankan pada masalah nyata yang dapat

dibayangkan. Artinya penekanannya pada membuat sesuatu masalah itu menjadi

nyata dalam pikiran siswa. Dengan demikian konsep-konsep yang abstrak dapat

sesuai dan menjadi masalah siswa selama konsep itu nyata dan dapat diterima

pikiran siswa.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Dan

Kemandirian Belajar Siswa SMP Nurul Islam Indonesia Medan Melalui

Pendekatan Matematika Realistik”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dikemukakan beberapa

permasalahan yakni:

1. Hasil belajar matematika siswa SMP Nurul Islam Indonesia Medan masih

rendah

2. Kemampuan koneksi matematis siswa SMP Nurul Islam Indonesia Medan

tentang konsep masih rendah

12

3. Kurangnya kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran matematika

4. Pembelajaran di SMP Nurul Islam Indonesia Medan masih bersifat

konvensional

5. Pemilihan strategi dalam peningkatan kemampuan koneksi matematis kurang

efektif

6. Kurangnyainteraksi antara guru dengan siswa pada saat proses pembelajaran.

1.3. Batasan Masalah

Beberapa masalah yang sudah teridentifikasi di atas, peneliti perlu

membatasi penelitian ini supaya yang diteliti bisa terfokus pada permasalahan

yang mendasar dan member dampak yang luas terhadap hasil belajar apabila

permasalahan ini di teliti. Penelitian ini dibatasi pada permasalahan:

1. Kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa SMP Nurul

Islam Indonesia Medan

2. Pembelajaran matematika yang digunakan adalah pendekatan matematika

realistik.

3. Respon siswa terhadap pendekatan matematika realistik

4. Tidak nampaknya proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengoneksikan

masalah matematika

1.4. Rumusan masalah

Sesuai pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana efektivitas pembelajaran melalui pendekatan realistik dalam

meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa

pada sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel?

13

2. Bagaimana peningkatan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian

belajar siswa kelas VIII SMP Nurul Islam Indonesia Medan di pokok bahasan

sistem persamaan linear dua variabel pada pembelajaran dengan pendekatan

realistik?

3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

pendekatan matematik realistik?

4. Bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengoneksikan

matematika pada sub bahasan sistem persamaan linear dua variabel?

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui efektivitas pembelajaran menggunakan pendekatan realistik pada

sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel kelas VIII SMP

Nurul Islam Indonesia Medan.

2. Mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa setelah

mengikuti pembelajaran melalui pendekatan realistic mathematics education

3. Mengetahui peningkatan kemandirian belajar siswa setelah mengikuti

pembelajaran melalui pendekatan realistic mathematics education

4. Mendiskripsikan proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam

mengkoneksikan konsep-konsep dalam sistem persamaan linear dua variabel

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan koneksi

matematis dan kemandirian belajar serta memperoleh informasi cara belajar

dengan pendekatan realistik.

14

2. Guru diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran tentang upaya merancang

pembelajaran menggunakan pendekatan realistic mathematics education pada

materi lain yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat

tinggi pada siswa

3. Peneliti dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.7. Defenisi Operasional

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan

dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa istilah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan koneksi matematis siswa adalah keahlian siswa dalam

mengaitkat atau menghubungkan konsep-konsep matematika baik antar

konsep matematika sendiri, dengan konsep bidang lain maupun dengan

kehidupan sehari-hari.

2. Kemandirian belajar siswa adalah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

khususnya dalam bidang matematika.

3. Pendekatan realistik adalah salah satu pendekatan yang ada pada PMR yang

memiliki 5 karakteristik yaitu (1) menggunakan konteks dunia nyata, (2)

model-model, (3) produksi dan konstruksi, (4) interaktif, (5) keterkaitan

(intertwinment)

4. Respon siswa adalah tanggapan siswa tentang senang, tidak senang, baru,

tidak baru terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran,

berminat,tidakberminat mengikuti pembelajaran berikutnya dan pendapat

siswa terhadap lembar aktivitas siswa.

15

5. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengoneksikan matematika adalah

suatu rangkaian tahapan penyelesaian secara lebih rinci dan benar berdasarkan

indikator koneksi yaitu:

- Menyelesaikan masalah menggunakan grafik, hitungan numerik, ljabar

dan representasi verbal

- Menerapkan konsep dan prosedur yang telah diperoleh pada situasi baru

- Menyadari hubungan antar topik dalam matematika

- Memperluas ide-ide matematika