bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalaheprints.umm.ac.id/46249/2/bab i.pdf · hukum pidana...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan suatu Negara yang sedang berkembang.Dalam
perkembangannya Indonesia masih banyak dihadapi dengan permasalahan-
permasalahan sosial. Masalah sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi
ketidaksesuaian antara norma, hukum, nilai, budaya yang berlaku dengan perilaku
manusia ,sehingga dapat membahayakan kehidupan masyarakat. Masalah sosial
juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang tidak sesuai dengan harapan,
kondisi yang tidak dikehendaki, bersifat mengganggu dan dapat merusak
,membahayakan orang sehingga menghambat tujuan hidup bermasyarakat.1
Permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia sangatlah beragam jenisnya
.Mulai dari pencurian, perampokan, perjudian, terorisme,pembunuhan,perkosaan
dan lain sebagainya. Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 :
“Negara Indonesia adalah negara hukum.” Penjelasan pasal tersebut merupakan
landasan bahwa Indonesia adalah negara yang didasarkan atas hukum, hukum
ditempatkan sebagai satu-satunya aturan main dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (supremacy of law).Selain itu pernyataan bahwa Negara
Indonesia adalah negara hukum juga dapat dilihat dalam penjelasan UUD 1945
sebelum perubahan.2
Untuk menekan tingkat kejahatan, maka salah satu cara menanggulanginya
yakni dengan menerapkan hukum pidana. Dari hukum pidana ini nantinya
1Kartini Kartono,2005,” Patologi Sosia”l, Jakarta:Rajawali Press,.hal.1
2Marjanne Termorshuizen, 2004, “The Consept Rule of Law”, dalam “JENTERA Jurnal
Hukum”, Edisi 3 tahun II, Jakarta, Hal. 78
2
diharapkan bahwa hukum pidana dapat melindungi masyarakat terhadap bahaya
yang ditimbulkan oleh orang yang melakukan kejahatan.3 Hukum pidana sendiri
merupakan bagian dari hukum publik yang memuat ketentuan tentang :4
1. Aturan hukum pidana dan larangan melakukan perbuatan-perbuatan terntentu
yang disertai dengan ancaman sanksi berupa pidana bagi yang melanggar
peraturan.
2. Syarat tertentu yang harus dipenuhi atau harus ada bagi si pelanggar untuk
dapat dijatuhkan sanksi pidana yang diancam pada larangan perbuatan yang
dilanggarnya.
3. Tindakan dan upaya yang diperbolehkan untuk dilakukan Negara melalui alat-
alat perlengkapannya terhadap yang disangka dan didakwa sebagai pelanggar
hukum pidana dalam rangka usaha Negara menentukan, menjalankan, dan
melaksanakan sanksi pidana terhadap dirinya, serta tindakan dan upaya yang
boleh dan harus dilakukan oleh tersangka atau terdakwa pelanggar hukum
tersebut dalam usaha melindungi dan memepertahankan hak-haknya dari
tindakan Negara dalam upaya Negara menegakkan hukum pidana tersebut.
Secara umum hukum pidana mempunyai fungsi mengatur dan
menyelenggarakan kehidupan masyarakat agar tercipta dan terpeliharanya
ketertiban.5 Sehingga dengan demikian diharapkan semua tindak pidana yang
menimbulkan korban dapat dijatuhi sanksi bagi para pelakunya
3Ninik Widiyanti, 1987,”Kejahatan Dalam Masyarakat dan Penyegahannya”,Bina Aksara,
Jakarta, hal.29
4Adam Chazawi,2002 “Pelajaran Hukum Pidana bagian I”,PT. Raja Grafindo Persada, hal.2
5 Adami Chazawi, 1999,”Stelsel Pidana Indonesia,”Biro Konsultasi dan bantuan Hukum,
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, hal.15
3
Di Indonesia, dewasa ini menganut filsafah pembinaan yaitu apa yang
disebut dengan nama “pemasyarakatan” sedangkan istilah penjara dirubah
namanya menjadi “Lembaga Pemasyarakatan” yang digunakan sebagai tempat
untuk membina dan sekaligus mendidik narapidana. Pemasyarakatan yang
dimaksud disini harus diartikan dengan “memasyarakatkan” kembali terpidana
sehingga menjadi warga Negara yang baik dan berguna .6
Para pelaku kejahatan ini nantinya akan ditempatkan di Lembaga
Pemasyarakatan (LAPAS) , yaitu tempat untuk melaksanakan pembinaan
narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Berdasarkan pasal 1 angka 1 Undang-
undang no.12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan menyatakan bahwa
,pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan
pemasyarakatan bersadarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang
merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.
Untuk melaksanakan pembinaan di dalam LAPAS tersebut diperlukan adanya
suatu program agar proses pembinaan narapidana cepat terselesaikan.7
Narapidana yang telah menjalani pembinaan di LAPAS selama 2/3 dari
masa hukumannya atau sekurang-kurangnya 9 bulan akan memasuki pembinaan
tahap akhir. Pembinaan tahap akhir yaitu berupa kegiatan perencanaan dan
pelaksanaan program integrasi yang dimulai sejak berakhirnya tahap lanjutan
sampai dengan selesainya masa pidana. Dalam program integrasi dikembangkan
beberapa bentuk program pembinaann, diantaranya Pidana Bersyarat (PiB),
6Ramli Atmasasmita, 1983 ,”Kepenjaraan Dalam Suatu Rumpai”,Cet.1,Armico; Bandung,
hal.44
7Dirjen Pemasyarakatan, diakses 2 November 2018
4
Asimilasi, Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti Menjelang Bebas (CMB), dan Cuti
Bersyarat (CB).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1999 Pasal 10 ayat (3)
Pembinaan tahap akhir sebagaimana yang dimaksud Pasal 9 ayat (3) meliputi:
1. Perencanaan Program Integrasi
2. Pelaksanaan Program Integrasi
3. Pengakhiran pelaksanaan pembinaan akhir.
Integrasi adalah pemulihan kesatuan hubungan hidup, kehidupan
Narapidana dan anak didik Pemasyarakatan dengan masyarakat atau
memasyarakatkan kembali klien Pemasyarakatan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Pembinaan diluar LAPAS dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan (BAPAS)
..Berdasarkan pasal 1 ayat (8) Balai Pemasyarakatan adalah pranata untuk
melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan .Penjelasan Pasal 6 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan mengatakan
bahwa, pembimbingan oleh BAPAS dilakukan terhadap :
a. Terpidana bersyarat
b. Narapidana, Anak Pidana dan Anak Negara yang mendapat pembebasan
bersyarat atau cuti menjelang bebas
c. Anak Negara yang bedasarkan putusan pengadilan, pembinaanya diserahkan
kepada orang tua asuh atau badan sosial
5
d. Anak Negara yang berdasarkan Keputusan Menteri atau pejabat di lingkungan
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan yang ditunjuk, bimbingannya diserahkan
kepada orang tua asuh atau badan sosial
e. Anak yang berdasarkannpenetapan pengadilan, bimbingannya dikembalikan
kepada orang tua.
BAPAS merupakan lembaga pemerintah yang berada di bawah Departemen
Hukum dan Ham yang salah satu tugasnya melakukan pembimbingan terhadap
Klien Pemasayarakatan . Klien pemasyarakatan adalah narapidana yang masuk
dalam bimbingan BAPAS. Klien Pemasyarakatan yang dibimbing di BAPAS
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu, Klien Pemasyarakatan Dewasa dan Klien
Pemasyarakatan Anak. Penelitian ini nantinya akan menitikberatkan pada Klien
Pemasyarakatan Dewasa.
Salah satu program yang dilaksanakan oleh Balai Pemasyarakatan adalah
Reintegrasi sosial.Reintegrasi berasal dari kata Integrasi yang artinya
pembaharuan hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Reintegrasi menurut
Soerjono Soekanto yaitu suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai
baru untuk mantan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang telah selesai
menjalani masa hukuman di Lembaga Pemasyrakatan (Lapas), agar dapat
beradaptasi kembali dan serasi dengan norma dan aturan yang berlaku di
masyarakat.8Reintegrasi ini merupakan suatu proses mengembalikan secara sosial
dan psikologi agar tercapainya suatu perubahan. Istilah (re) integrasi ini dalam
bidang pencegahan tindak pidana dan peradilan pidana sering digunakan untuk
8Soerjono Soekanto,2013” Sosiologi Suatu Pengantar”, (Jakarta:PT Raja Grafindo,).Hal.293
6
berbagai intervensi dan program dalam mengupayakan perubahan seseorang
(klien) untuk tidak mengulang tindak kriminal.9
Reintegrasi ini penting karena berkaitan dengan mempersiapkan
kembalinya klien ke lingkungannya dan untuk mencegah terjadinya pengulangan
tindak pidana.10
Sebagaimana RKUHP point tiga kalimat terakhir di atas “memulihkan
keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat”,maka reintegrasi
ini bertujuan untuk memfasilitasi klien kembali ke masyarakat dan agar tidak
kembali melakukan tindak kriminal.11
Tahapan reintegrasi sosial difasilitasi oleh pembimbing kemasyarakatan
guna membentuk norma dan nilai yang baik bagi klien agar dapat menyesuaikan
diri dengan masyarakat atau sebaliknya. Reintegrasi sosial memfasilitasi
perubahan perilaku klien, disini jika salah satu pihak kurang mendukung dalam
reintegrasi klien, maka klien tersebut bisa kembali melakukan perilaku
menyimpang atau melanggar hukum.
Maka dari itu pentingnya reintegrasi sosial adalah untuk memperbaiki
perilaku klien, agar sesuai dengan norma sosial dan hukum sehingga klien dapat
kembali ke masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan, dan hidup
secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Dari latar belakang di atas maka penulis bermaksud untuk melakukan
penelitian dengan judul “PERAN BALAI PEMASYARAKATAN DALAM
9United Nations, 2012 Introductory Handbook on the prevention of recidivism and the social
reintegrasi of offenders, (New York : United Nation Office on Drug and Crime,).Hal.6
10Ibid, hal.5
11United Nations, Introductory Handbook,hal.12
7
PROSES REINTEGRASI SOSIAL TERHADAP KLIEN PEMASYARAKATAN
(Studi di Balai Pemasyarakatan Klas 1 Malang)”
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah Peran Balai Pemasyarakatan Klas 1 Malang dalam proses
reintegrasi sosial terhadap klien pemasyarakatan berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan warga
binaan pemasyarakatan?
2. Kendala apa sajakah yang dihadapi Balai Pemasyarakatan Klas 1 Malang
dalam melaksanakan proses reintegrasi sosial terhadap klien pemasyarakatan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan warga binaan pemasyarakatan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah sebagaimana tersebut di atas maka
tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Peran Balai Pemasyarakatan Klas 1 Malang dalam proses
reintegrasi sosial terhadap klien pemasyarakatan berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan warga
binaan pemasyarakatan.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi Balai Pemasyarakatan Klas 1
Malang dalam melaksanakan proses reintegrasi sosial terhadap klien
pemasyarakatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.31 tahun 1999 tentang
Pembinaan dan Pembimbingan warga binaan pemasyarakatan.
8
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai “Peran Balai Pemasyarakatan Klas 1 Malang dalam
proses reintegrasi terhadap kilen pemasyarakatan berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan warga
binaan pemasyarakatan” ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran
atau memberikan solusi dalam bidang hukum pidana terkait proses Reintegrasi
sosial terhadap klien pemasyarakatan di Balai Pemasyarakatan Klas 1 Malang.
1.5 Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian diharap dapat menambah bahan kajian serta kontribusi
keilmuan pada civitas akademik Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang khususnya dalam bidang Pemasyarakatan. Serta
dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai Peran Balai
Pemasyarakatan Klas 1 Malang dalam proses reintegrasi sosial terhadap
klien pemasyarakatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.31 tahun 1999
tentang Pembinaan dan Pembimbingan warga binaan pemasyarakatan.
b. Agar dapat dipergunakan sebagai referensi bagi pihak-pihak yang akan
membuat suatu karya ilmiah serta dapat menambah literatur di beberapa
perpustakaan.
2. Secara Praktis
a. Sebagai masukan bagi Balai Pemasyarakatan dalam melaksanakan perannya
sebagai lembaga dalam proses reintegrasi sosial terhadap klien
9
pemasyarakatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.31 tahun 1999
tentang Pembinaan dan Pembimbingan warga binaan pemasyarakatan.
b. Sebagai masukan bagi klien pemasyarakatan agar ia secara sadar mau
mengikuti semua proses reintegrasi sosial sehingga setelah bebas, ia dapat
mengaplikasikannya dengan baik
1.6 Metode Penulisan
Metode Penelitian adalah metode yang sekiranya akan diterapkan dalam
penelitian yang akan dilakukan.Metode yang digunakan dalam Penelitian ini
adalah Metode Pendekatan Yuridis Empiris adalah suatu metode penelitian hukum
yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana
bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat. Dikarenakan dalam penelitian ini
meneliti orang dalam hubungan hidup di masyarakat maka metode penelitian
hukum empiris dapat dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis.. Pendekatan
yuridis empiris dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi-informasi di
lapangan . Pendekatan tersebut dilakukan untuk memperoleh gambaran dan
pemahaman yang jelas dan benar terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian guna penulisan skripsi ini.
Untuk mendapatan hasil penelitian tersebut diperlukan informasi yang
akurat dan data-data yang mendukung .Sehubungan dengan hal tersebut ,metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1) Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian diharapkan peneliti dapat memperoleh
informasi dan data yang sedekat mungkin dengan proses Reintegrasi Sosial
10
terhadap klien pemasyarakatan di Balai Pemasyarakatan klas 1 Malang
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan warga binaan pemasyarakatan, sehingga pengguna hasil
penelitian dapat memanfaatkan hasil dengan baik.
2) Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
sosiologis, yaitu suatu pendekatan dengan melihat bagaimana praktik
reintegrasi sosial di Balai Pemasyarakatan Klas 1 Malang apakah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku manakala dihubungkan
dengan permasalahan pelaksanaan yang ditemui dalam lapangan.
3) Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Balai Pemasyarakatan klas 1 Malang yang ada
di Jl. Barito No.1, Bunulrejo, Malang, Jawa Timur 65123.
Berkaitan dengan pemilihan lokasi Penelitian dikarenakan pada saat
magang di Kejaksaan peneliti tertarik terhadap bagaimanakah proses
reintegrasi sosial bagi klien pemasyarakatan di Balai Pemasyarakatan Klas 1
Malang.
4) Sumber data
a. Data Primer
Data primer yaitu jenis data ,dokumen tertulis, file, informasi, pendapat
dan lain-lain yang diperoleh dari sumber yang utama atau pertama.
Untuk mendapatkan data primer metode yang digunakan adalah metode
yuridis empiris yaitu penelitian mengenai proses pelaksanaan reintegrasi
11
sosial terhadap klien pemasyarakatan di Balai Pemasyarakatan klas 1
Malang.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen tertulis, file ,
informasi, pendapat dan lain-lain yang diperoleh dari sumber kedua (Buku,
jurnal, hasil penelitian terdahulu, dan lain-lain).
c. Data Tersier
Data tersier yaitu data mengenai pengertian baku, istilah baku yang
diperoleh dari Enslikopedia, Kamus, Glossary dan lain-lain.
5) Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer
untuk keperluan penelitian.12Adapun teknik pengumpulan data meliputi empat
hal yaitu :
a. Studi Kepustakaan
Dalam mencari bahan pustaka, seorang peneliti perlu untuk mengetahui
seluk-beluk perpustakaan sebagai tempat terhimpunnya data
sekunder.Pengetahuan tentang seluk beluk perpustakaan akan membantu
seorang peneliti untuk menghemat waktu, tenaga, biaya.13 Maka di dalam
penelitian penulis akan melakukan inventarisasi terhadap bahan-bahan
hukum yang diperlukan sebagai bahan primer , sekunder dan bahan-bahan
lain yang terkait tentang reintegrasi sosial terhadap klien pemasyarakatan di
Balai Pemasyarakatan Klas 1 Malang.
12 Moh.Nazir,2013” Metode Penelitian”, Bogor: Ghalia Indonesia hal 174
13 Soejono,Soekanto,2006,”Peneltian Hukum Normatif ; Suatu Tinjauan Singkat ,
Jakarta ,Rajawali Pers, hal.41
12
b. Wawancara (Interview)
Wawancara digunakan dalam teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah responden sedikit/ kecil.14
Selama ini metode wawancara selalu dianggap sebagai metode yang paling
efektif dalam pengumpulan data di lapangan dengan dibantu menggunakan
alat perekam maupun alat tulis. Dianggap efektif karena wawancara dapat
dilakukan dengan bertatap muka secara langsung dengan narasumber , baik
dengan Kepala Balai Pemasyarakatan klas 1 Malang, Petugas Balai
Pemasyarakatan klas 1 Malang serta klien pemasyarakatan
c. Observasi
Pengumpulan data dengan observasi adalah cara pengambilan data
dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut. Dengan observasi dapat diperoleh gambaran yang lebih
jelas tentang pelaksanaan reintegrasi sosial terhadap klien pemasyarakatan
di Balai Pemasyarakatan klas 1 Malang berdasarkan Undang-undang No.12
Th 1995 tentang Pemasyarakatan,
d. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variable, yang berupa catatan, transkrip, buku ,surat kabar, majalah, prasasti,
14 Sugiyono, 2009,”Metode Peneltian Pendidikan :Pendekatan Kuantitatif ,Kualitatif,dan
R&D”,Bandung :alfabeta.hal 194
13
notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.15 Sifat utama data ini tak
terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti
untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.Secara detail
bahan dokumenter terbagi beberapa macam yaitu autobiografi,surat
pribadi,buku atau catatan harian, memorial ,klipping, dokumen pemerintah
atau swasta, data deserver, dan flashdisk dan data tersimpan di website.16 Di
dalam penelitian ini peneliti akan melakukan metode dokumentasi dengan
cara mempelajari dokumen-dokumen yang ada di Balai Pemasyarakatan
klas 1 Malang
6) Analisis Data
Keseluruhan data akan diuraikan secara deskriptif kualitatif di mulai
dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber yang telah
didapatkan, kemudian setelah dipelajari dan ditelaah, langkah selanjutnya
adalah menyusunnya kedalam satuan-satuan dan dikategorisasikan. Yang
terakhir adalah melakukan penafsiran data menjadi teori substantif
menggunakan beberapa metode tertentu.17
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa apa yang dimaksud
dengan metode deskriptif kualitatif adalah suatu cara penelitian yang
menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh
responden secara tertulis atau lisan, dipelajari dan diteliti sebagai sesuatu yang
utuh. Metode deskriptif kualitatif tidak hanya bertujuan mengungkap
15 Suharsimi Arikunto ,2010,”Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (edisi revisi)”
,yogyakarta :Rineka Cipta, hal.274
16 Juliansyah Noor,2011,” Metode penelitian : Skripsi ,tesis,disertasi, dan Karya Ilmiah Edisi
Pertama”, Jakarta :Kencana hal 141 17Laxy Moleong, Metode Penelitian Kalitatif, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, hal. 103
14
kebenaran tetapi juga memahami kebenaran tersebut dan latar belakang
terjadinya sutau peristiwa.18
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca memahami skripsi ini, maka skripsi ini
disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini memuat didalamnya 7 sub bab,diantaranya latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, kegunaan
penelitian, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi deskripsi atau uraian tentang bahan-bahan teori,
doktrin, atau pendapat sarjana, dan kajian yuridis berdasarkan ketentuan hukum
yang berlaku, kajian terdahulu terkait topik atau tema yang diteliti.Adapun yang
akan di bahas dalam bab ini adalah berkaitan dengan Tinjauan Umum tentang
Balai Pemasyarakatan dimana penjelasan tentang pengertian Balai
Pemsyarakatan, Tujuan sistem Pemasyarakatan, kemudian dilanjutkan dengan
Tinjauan Umum tentang Reintegrasi sosial dengan membahas tentang tujuan
daripada Reintegtrasi itu sendiri . Selanjutnya Tinjauan Umum tentang Klien
Pemasyarakatan, dan terakhir Tinjauan umum tentang Teori Pemidanaan
diantaranya : Teori absolute, teori relative, dan teori gabungan, Teori Integrasi,
Teori Labelling.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
18 Soerjono Soekamto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, hal. 250
15
Dalam bab ini berisi tentang pembahasan yang telah dikaji dan dianalisa
secara sistematis berdasarkan pada kajian pustaka sebagaimana dalam BabII.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab ini merupakan bab akhir dalam penulisan hukum dimana berisi
tentang kesimpulan dan saran penulis terkait dengan permasalahan yang diangkat.