bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalaheprints.umm.ac.id/46249/2/bab i.pdf · hukum pidana...

15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu Negara yang sedang berkembang.Dalam perkembangannya Indonesia masih banyak dihadapi dengan permasalahan- permasalahan sosial. Masalah sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketidaksesuaian antara norma, hukum, nilai, budaya yang berlaku dengan perilaku manusia ,sehingga dapat membahayakan kehidupan masyarakat. Masalah sosial juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang tidak sesuai dengan harapan, kondisi yang tidak dikehendaki, bersifat mengganggu dan dapat merusak ,membahayakan orang sehingga menghambat tujuan hidup bermasyarakat. 1 Permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia sangatlah beragam jenisnya .Mulai dari pencurian, perampokan, perjudian, terorisme,pembunuhan,perkosaan dan lain sebagainya. Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 : “Negara Indonesia adalah negara hukum.” Penjelasan pasal tersebut merupakan landasan bahwa Indonesia adalah negara yang didasarkan atas hukum, hukum ditempatkan sebagai satu-satunya aturan main dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (supremacy of law).Selain itu pernyataan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum juga dapat dilihat dalam penjelasan UUD 1945 sebelum perubahan. 2 Untuk menekan tingkat kejahatan, maka salah satu cara menanggulanginya yakni dengan menerapkan hukum pidana. Dari hukum pidana ini nantinya 1 Kartini Kartono,2005,” Patologi Sosia”l, Jakarta:Rajawali Press,.hal.1 2 Marjanne Termorshuizen, 2004, “The Consept Rule of Law, dalam “JENTERA Jurnal Hukum”, Edisi 3 tahun II, Jakarta, Hal. 78

Upload: others

Post on 29-May-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan suatu Negara yang sedang berkembang.Dalam

perkembangannya Indonesia masih banyak dihadapi dengan permasalahan-

permasalahan sosial. Masalah sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi

ketidaksesuaian antara norma, hukum, nilai, budaya yang berlaku dengan perilaku

manusia ,sehingga dapat membahayakan kehidupan masyarakat. Masalah sosial

juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang tidak sesuai dengan harapan,

kondisi yang tidak dikehendaki, bersifat mengganggu dan dapat merusak

,membahayakan orang sehingga menghambat tujuan hidup bermasyarakat.1

Permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia sangatlah beragam jenisnya

.Mulai dari pencurian, perampokan, perjudian, terorisme,pembunuhan,perkosaan

dan lain sebagainya. Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 :

“Negara Indonesia adalah negara hukum.” Penjelasan pasal tersebut merupakan

landasan bahwa Indonesia adalah negara yang didasarkan atas hukum, hukum

ditempatkan sebagai satu-satunya aturan main dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara (supremacy of law).Selain itu pernyataan bahwa Negara

Indonesia adalah negara hukum juga dapat dilihat dalam penjelasan UUD 1945

sebelum perubahan.2

Untuk menekan tingkat kejahatan, maka salah satu cara menanggulanginya

yakni dengan menerapkan hukum pidana. Dari hukum pidana ini nantinya

1Kartini Kartono,2005,” Patologi Sosia”l, Jakarta:Rajawali Press,.hal.1

2Marjanne Termorshuizen, 2004, “The Consept Rule of Law”, dalam “JENTERA Jurnal

Hukum”, Edisi 3 tahun II, Jakarta, Hal. 78

2

diharapkan bahwa hukum pidana dapat melindungi masyarakat terhadap bahaya

yang ditimbulkan oleh orang yang melakukan kejahatan.3 Hukum pidana sendiri

merupakan bagian dari hukum publik yang memuat ketentuan tentang :4

1. Aturan hukum pidana dan larangan melakukan perbuatan-perbuatan terntentu

yang disertai dengan ancaman sanksi berupa pidana bagi yang melanggar

peraturan.

2. Syarat tertentu yang harus dipenuhi atau harus ada bagi si pelanggar untuk

dapat dijatuhkan sanksi pidana yang diancam pada larangan perbuatan yang

dilanggarnya.

3. Tindakan dan upaya yang diperbolehkan untuk dilakukan Negara melalui alat-

alat perlengkapannya terhadap yang disangka dan didakwa sebagai pelanggar

hukum pidana dalam rangka usaha Negara menentukan, menjalankan, dan

melaksanakan sanksi pidana terhadap dirinya, serta tindakan dan upaya yang

boleh dan harus dilakukan oleh tersangka atau terdakwa pelanggar hukum

tersebut dalam usaha melindungi dan memepertahankan hak-haknya dari

tindakan Negara dalam upaya Negara menegakkan hukum pidana tersebut.

Secara umum hukum pidana mempunyai fungsi mengatur dan

menyelenggarakan kehidupan masyarakat agar tercipta dan terpeliharanya

ketertiban.5 Sehingga dengan demikian diharapkan semua tindak pidana yang

menimbulkan korban dapat dijatuhi sanksi bagi para pelakunya

3Ninik Widiyanti, 1987,”Kejahatan Dalam Masyarakat dan Penyegahannya”,Bina Aksara,

Jakarta, hal.29

4Adam Chazawi,2002 “Pelajaran Hukum Pidana bagian I”,PT. Raja Grafindo Persada, hal.2

5 Adami Chazawi, 1999,”Stelsel Pidana Indonesia,”Biro Konsultasi dan bantuan Hukum,

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, hal.15

3

Di Indonesia, dewasa ini menganut filsafah pembinaan yaitu apa yang

disebut dengan nama “pemasyarakatan” sedangkan istilah penjara dirubah

namanya menjadi “Lembaga Pemasyarakatan” yang digunakan sebagai tempat

untuk membina dan sekaligus mendidik narapidana. Pemasyarakatan yang

dimaksud disini harus diartikan dengan “memasyarakatkan” kembali terpidana

sehingga menjadi warga Negara yang baik dan berguna .6

Para pelaku kejahatan ini nantinya akan ditempatkan di Lembaga

Pemasyarakatan (LAPAS) , yaitu tempat untuk melaksanakan pembinaan

narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Berdasarkan pasal 1 angka 1 Undang-

undang no.12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan menyatakan bahwa

,pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan

pemasyarakatan bersadarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang

merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.

Untuk melaksanakan pembinaan di dalam LAPAS tersebut diperlukan adanya

suatu program agar proses pembinaan narapidana cepat terselesaikan.7

Narapidana yang telah menjalani pembinaan di LAPAS selama 2/3 dari

masa hukumannya atau sekurang-kurangnya 9 bulan akan memasuki pembinaan

tahap akhir. Pembinaan tahap akhir yaitu berupa kegiatan perencanaan dan

pelaksanaan program integrasi yang dimulai sejak berakhirnya tahap lanjutan

sampai dengan selesainya masa pidana. Dalam program integrasi dikembangkan

beberapa bentuk program pembinaann, diantaranya Pidana Bersyarat (PiB),

6Ramli Atmasasmita, 1983 ,”Kepenjaraan Dalam Suatu Rumpai”,Cet.1,Armico; Bandung,

hal.44

7Dirjen Pemasyarakatan, diakses 2 November 2018

4

Asimilasi, Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti Menjelang Bebas (CMB), dan Cuti

Bersyarat (CB).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1999 Pasal 10 ayat (3)

Pembinaan tahap akhir sebagaimana yang dimaksud Pasal 9 ayat (3) meliputi:

1. Perencanaan Program Integrasi

2. Pelaksanaan Program Integrasi

3. Pengakhiran pelaksanaan pembinaan akhir.

Integrasi adalah pemulihan kesatuan hubungan hidup, kehidupan

Narapidana dan anak didik Pemasyarakatan dengan masyarakat atau

memasyarakatkan kembali klien Pemasyarakatan dalam kehidupan

bermasyarakat.

Pembinaan diluar LAPAS dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan (BAPAS)

..Berdasarkan pasal 1 ayat (8) Balai Pemasyarakatan adalah pranata untuk

melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan .Penjelasan Pasal 6 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan mengatakan

bahwa, pembimbingan oleh BAPAS dilakukan terhadap :

a. Terpidana bersyarat

b. Narapidana, Anak Pidana dan Anak Negara yang mendapat pembebasan

bersyarat atau cuti menjelang bebas

c. Anak Negara yang bedasarkan putusan pengadilan, pembinaanya diserahkan

kepada orang tua asuh atau badan sosial

5

d. Anak Negara yang berdasarkan Keputusan Menteri atau pejabat di lingkungan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan yang ditunjuk, bimbingannya diserahkan

kepada orang tua asuh atau badan sosial

e. Anak yang berdasarkannpenetapan pengadilan, bimbingannya dikembalikan

kepada orang tua.

BAPAS merupakan lembaga pemerintah yang berada di bawah Departemen

Hukum dan Ham yang salah satu tugasnya melakukan pembimbingan terhadap

Klien Pemasayarakatan . Klien pemasyarakatan adalah narapidana yang masuk

dalam bimbingan BAPAS. Klien Pemasyarakatan yang dibimbing di BAPAS

dibagi menjadi 2 (dua) yaitu, Klien Pemasyarakatan Dewasa dan Klien

Pemasyarakatan Anak. Penelitian ini nantinya akan menitikberatkan pada Klien

Pemasyarakatan Dewasa.

Salah satu program yang dilaksanakan oleh Balai Pemasyarakatan adalah

Reintegrasi sosial.Reintegrasi berasal dari kata Integrasi yang artinya

pembaharuan hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Reintegrasi menurut

Soerjono Soekanto yaitu suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai

baru untuk mantan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang telah selesai

menjalani masa hukuman di Lembaga Pemasyrakatan (Lapas), agar dapat

beradaptasi kembali dan serasi dengan norma dan aturan yang berlaku di

masyarakat.8Reintegrasi ini merupakan suatu proses mengembalikan secara sosial

dan psikologi agar tercapainya suatu perubahan. Istilah (re) integrasi ini dalam

bidang pencegahan tindak pidana dan peradilan pidana sering digunakan untuk

8Soerjono Soekanto,2013” Sosiologi Suatu Pengantar”, (Jakarta:PT Raja Grafindo,).Hal.293

6

berbagai intervensi dan program dalam mengupayakan perubahan seseorang

(klien) untuk tidak mengulang tindak kriminal.9

Reintegrasi ini penting karena berkaitan dengan mempersiapkan

kembalinya klien ke lingkungannya dan untuk mencegah terjadinya pengulangan

tindak pidana.10

Sebagaimana RKUHP point tiga kalimat terakhir di atas “memulihkan

keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat”,maka reintegrasi

ini bertujuan untuk memfasilitasi klien kembali ke masyarakat dan agar tidak

kembali melakukan tindak kriminal.11

Tahapan reintegrasi sosial difasilitasi oleh pembimbing kemasyarakatan

guna membentuk norma dan nilai yang baik bagi klien agar dapat menyesuaikan

diri dengan masyarakat atau sebaliknya. Reintegrasi sosial memfasilitasi

perubahan perilaku klien, disini jika salah satu pihak kurang mendukung dalam

reintegrasi klien, maka klien tersebut bisa kembali melakukan perilaku

menyimpang atau melanggar hukum.

Maka dari itu pentingnya reintegrasi sosial adalah untuk memperbaiki

perilaku klien, agar sesuai dengan norma sosial dan hukum sehingga klien dapat

kembali ke masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan, dan hidup

secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

Dari latar belakang di atas maka penulis bermaksud untuk melakukan

penelitian dengan judul “PERAN BALAI PEMASYARAKATAN DALAM

9United Nations, 2012 Introductory Handbook on the prevention of recidivism and the social

reintegrasi of offenders, (New York : United Nation Office on Drug and Crime,).Hal.6

10Ibid, hal.5

11United Nations, Introductory Handbook,hal.12

7

PROSES REINTEGRASI SOSIAL TERHADAP KLIEN PEMASYARAKATAN

(Studi di Balai Pemasyarakatan Klas 1 Malang)”

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah Peran Balai Pemasyarakatan Klas 1 Malang dalam proses

reintegrasi sosial terhadap klien pemasyarakatan berdasarkan Peraturan

Pemerintah No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan warga

binaan pemasyarakatan?

2. Kendala apa sajakah yang dihadapi Balai Pemasyarakatan Klas 1 Malang

dalam melaksanakan proses reintegrasi sosial terhadap klien pemasyarakatan

berdasarkan Peraturan Pemerintah No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan

Pembimbingan warga binaan pemasyarakatan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah sebagaimana tersebut di atas maka

tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Peran Balai Pemasyarakatan Klas 1 Malang dalam proses

reintegrasi sosial terhadap klien pemasyarakatan berdasarkan Peraturan

Pemerintah No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan warga

binaan pemasyarakatan.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi Balai Pemasyarakatan Klas 1

Malang dalam melaksanakan proses reintegrasi sosial terhadap klien

pemasyarakatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.31 tahun 1999 tentang

Pembinaan dan Pembimbingan warga binaan pemasyarakatan.

8

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai “Peran Balai Pemasyarakatan Klas 1 Malang dalam

proses reintegrasi terhadap kilen pemasyarakatan berdasarkan Peraturan

Pemerintah No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan warga

binaan pemasyarakatan” ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran

atau memberikan solusi dalam bidang hukum pidana terkait proses Reintegrasi

sosial terhadap klien pemasyarakatan di Balai Pemasyarakatan Klas 1 Malang.

1.5 Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian diharap dapat menambah bahan kajian serta kontribusi

keilmuan pada civitas akademik Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang khususnya dalam bidang Pemasyarakatan. Serta

dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai Peran Balai

Pemasyarakatan Klas 1 Malang dalam proses reintegrasi sosial terhadap

klien pemasyarakatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.31 tahun 1999

tentang Pembinaan dan Pembimbingan warga binaan pemasyarakatan.

b. Agar dapat dipergunakan sebagai referensi bagi pihak-pihak yang akan

membuat suatu karya ilmiah serta dapat menambah literatur di beberapa

perpustakaan.

2. Secara Praktis

a. Sebagai masukan bagi Balai Pemasyarakatan dalam melaksanakan perannya

sebagai lembaga dalam proses reintegrasi sosial terhadap klien

9

pemasyarakatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.31 tahun 1999

tentang Pembinaan dan Pembimbingan warga binaan pemasyarakatan.

b. Sebagai masukan bagi klien pemasyarakatan agar ia secara sadar mau

mengikuti semua proses reintegrasi sosial sehingga setelah bebas, ia dapat

mengaplikasikannya dengan baik

1.6 Metode Penulisan

Metode Penelitian adalah metode yang sekiranya akan diterapkan dalam

penelitian yang akan dilakukan.Metode yang digunakan dalam Penelitian ini

adalah Metode Pendekatan Yuridis Empiris adalah suatu metode penelitian hukum

yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana

bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat. Dikarenakan dalam penelitian ini

meneliti orang dalam hubungan hidup di masyarakat maka metode penelitian

hukum empiris dapat dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis.. Pendekatan

yuridis empiris dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi-informasi di

lapangan . Pendekatan tersebut dilakukan untuk memperoleh gambaran dan

pemahaman yang jelas dan benar terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian guna penulisan skripsi ini.

Untuk mendapatan hasil penelitian tersebut diperlukan informasi yang

akurat dan data-data yang mendukung .Sehubungan dengan hal tersebut ,metode

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1) Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian diharapkan peneliti dapat memperoleh

informasi dan data yang sedekat mungkin dengan proses Reintegrasi Sosial

10

terhadap klien pemasyarakatan di Balai Pemasyarakatan klas 1 Malang

berdasarkan Peraturan Pemerintah No.31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan

Pembimbingan warga binaan pemasyarakatan, sehingga pengguna hasil

penelitian dapat memanfaatkan hasil dengan baik.

2) Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

sosiologis, yaitu suatu pendekatan dengan melihat bagaimana praktik

reintegrasi sosial di Balai Pemasyarakatan Klas 1 Malang apakah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku manakala dihubungkan

dengan permasalahan pelaksanaan yang ditemui dalam lapangan.

3) Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Pemasyarakatan klas 1 Malang yang ada

di Jl. Barito No.1, Bunulrejo, Malang, Jawa Timur 65123.

Berkaitan dengan pemilihan lokasi Penelitian dikarenakan pada saat

magang di Kejaksaan peneliti tertarik terhadap bagaimanakah proses

reintegrasi sosial bagi klien pemasyarakatan di Balai Pemasyarakatan Klas 1

Malang.

4) Sumber data

a. Data Primer

Data primer yaitu jenis data ,dokumen tertulis, file, informasi, pendapat

dan lain-lain yang diperoleh dari sumber yang utama atau pertama.

Untuk mendapatkan data primer metode yang digunakan adalah metode

yuridis empiris yaitu penelitian mengenai proses pelaksanaan reintegrasi

11

sosial terhadap klien pemasyarakatan di Balai Pemasyarakatan klas 1

Malang.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen tertulis, file ,

informasi, pendapat dan lain-lain yang diperoleh dari sumber kedua (Buku,

jurnal, hasil penelitian terdahulu, dan lain-lain).

c. Data Tersier

Data tersier yaitu data mengenai pengertian baku, istilah baku yang

diperoleh dari Enslikopedia, Kamus, Glossary dan lain-lain.

5) Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer

untuk keperluan penelitian.12Adapun teknik pengumpulan data meliputi empat

hal yaitu :

a. Studi Kepustakaan

Dalam mencari bahan pustaka, seorang peneliti perlu untuk mengetahui

seluk-beluk perpustakaan sebagai tempat terhimpunnya data

sekunder.Pengetahuan tentang seluk beluk perpustakaan akan membantu

seorang peneliti untuk menghemat waktu, tenaga, biaya.13 Maka di dalam

penelitian penulis akan melakukan inventarisasi terhadap bahan-bahan

hukum yang diperlukan sebagai bahan primer , sekunder dan bahan-bahan

lain yang terkait tentang reintegrasi sosial terhadap klien pemasyarakatan di

Balai Pemasyarakatan Klas 1 Malang.

12 Moh.Nazir,2013” Metode Penelitian”, Bogor: Ghalia Indonesia hal 174

13 Soejono,Soekanto,2006,”Peneltian Hukum Normatif ; Suatu Tinjauan Singkat ,

Jakarta ,Rajawali Pers, hal.41

12

b. Wawancara (Interview)

Wawancara digunakan dalam teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah responden sedikit/ kecil.14

Selama ini metode wawancara selalu dianggap sebagai metode yang paling

efektif dalam pengumpulan data di lapangan dengan dibantu menggunakan

alat perekam maupun alat tulis. Dianggap efektif karena wawancara dapat

dilakukan dengan bertatap muka secara langsung dengan narasumber , baik

dengan Kepala Balai Pemasyarakatan klas 1 Malang, Petugas Balai

Pemasyarakatan klas 1 Malang serta klien pemasyarakatan

c. Observasi

Pengumpulan data dengan observasi adalah cara pengambilan data

dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk

keperluan tersebut. Dengan observasi dapat diperoleh gambaran yang lebih

jelas tentang pelaksanaan reintegrasi sosial terhadap klien pemasyarakatan

di Balai Pemasyarakatan klas 1 Malang berdasarkan Undang-undang No.12

Th 1995 tentang Pemasyarakatan,

d. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variable, yang berupa catatan, transkrip, buku ,surat kabar, majalah, prasasti,

14 Sugiyono, 2009,”Metode Peneltian Pendidikan :Pendekatan Kuantitatif ,Kualitatif,dan

R&D”,Bandung :alfabeta.hal 194

13

notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.15 Sifat utama data ini tak

terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti

untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.Secara detail

bahan dokumenter terbagi beberapa macam yaitu autobiografi,surat

pribadi,buku atau catatan harian, memorial ,klipping, dokumen pemerintah

atau swasta, data deserver, dan flashdisk dan data tersimpan di website.16 Di

dalam penelitian ini peneliti akan melakukan metode dokumentasi dengan

cara mempelajari dokumen-dokumen yang ada di Balai Pemasyarakatan

klas 1 Malang

6) Analisis Data

Keseluruhan data akan diuraikan secara deskriptif kualitatif di mulai

dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber yang telah

didapatkan, kemudian setelah dipelajari dan ditelaah, langkah selanjutnya

adalah menyusunnya kedalam satuan-satuan dan dikategorisasikan. Yang

terakhir adalah melakukan penafsiran data menjadi teori substantif

menggunakan beberapa metode tertentu.17

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa apa yang dimaksud

dengan metode deskriptif kualitatif adalah suatu cara penelitian yang

menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh

responden secara tertulis atau lisan, dipelajari dan diteliti sebagai sesuatu yang

utuh. Metode deskriptif kualitatif tidak hanya bertujuan mengungkap

15 Suharsimi Arikunto ,2010,”Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (edisi revisi)”

,yogyakarta :Rineka Cipta, hal.274

16 Juliansyah Noor,2011,” Metode penelitian : Skripsi ,tesis,disertasi, dan Karya Ilmiah Edisi

Pertama”, Jakarta :Kencana hal 141 17Laxy Moleong, Metode Penelitian Kalitatif, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, hal. 103

14

kebenaran tetapi juga memahami kebenaran tersebut dan latar belakang

terjadinya sutau peristiwa.18

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca memahami skripsi ini, maka skripsi ini

disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini memuat didalamnya 7 sub bab,diantaranya latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, kegunaan

penelitian, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi deskripsi atau uraian tentang bahan-bahan teori,

doktrin, atau pendapat sarjana, dan kajian yuridis berdasarkan ketentuan hukum

yang berlaku, kajian terdahulu terkait topik atau tema yang diteliti.Adapun yang

akan di bahas dalam bab ini adalah berkaitan dengan Tinjauan Umum tentang

Balai Pemasyarakatan dimana penjelasan tentang pengertian Balai

Pemsyarakatan, Tujuan sistem Pemasyarakatan, kemudian dilanjutkan dengan

Tinjauan Umum tentang Reintegrasi sosial dengan membahas tentang tujuan

daripada Reintegtrasi itu sendiri . Selanjutnya Tinjauan Umum tentang Klien

Pemasyarakatan, dan terakhir Tinjauan umum tentang Teori Pemidanaan

diantaranya : Teori absolute, teori relative, dan teori gabungan, Teori Integrasi,

Teori Labelling.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

18 Soerjono Soekamto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, hal. 250

15

Dalam bab ini berisi tentang pembahasan yang telah dikaji dan dianalisa

secara sistematis berdasarkan pada kajian pustaka sebagaimana dalam BabII.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini merupakan bab akhir dalam penulisan hukum dimana berisi

tentang kesimpulan dan saran penulis terkait dengan permasalahan yang diangkat.