bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia ditakdirkan sebagai makhluk pribadi dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia berusaha mencukupi semua kebutuhannya untuk kelangsungan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhannya manusia tidak mampu berusaha sendiri, mereka membutuhkan orang lain. Itulah sebabnya manusia perlu berelasi atau berhubungan dengan orang lain sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial sudah pasti tidak dapat hidup sendiri dan tidak akan pernah lepas dari kebutuhan akan pasangan hidup. Dalam kehidupan bermasyarakat baik manusia sebagai individu, aktor, komunitas maupun organisasi sosial menjalin interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak mungkin ada kehidupan bersama 1 . Interaksi sosial yang terjalin menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan melalui proses pertukaran makna, simbol, bahasa dan perilaku/tindakan sosial individu. Pemaknaan dalam interaksi sosial tidak terlepas dari pemahaman, interpretasi/penafsiran yang mendalam dari individu tersebut, sehingga terbentuklah relasi sosial dalam kehidupannya 2 . Hubungan sosial atau relasi sosial saling mempengaruhi dan didasarkan pada kesadaran untuk saling menolong atau terdapat kesamaan dalam pencapaian tujuan, ketertarikan pada hal yang sama (Hobby), atau sebagai bentuk solidaritas antarindividu 3 . Dalam berinteraksi kaum homoseksual (gay) membangun relasi sosial antarsesama homoseksual sehingga terbentuklah suatu komunitas berdasarkan 1 Soerjono Soekanto. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm. 54. 2 Ibid, hal. 55. 3 Pengertian relasi sosial. Chapter II. Pdf. Diunduh pada tanggal 08 Oktober 2014 jam 14:36 WIB.

Upload: lyquynh

Post on 18-Mar-2018

218 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia ditakdirkan sebagai makhluk pribadi dan sekaligus sebagai makhluk

sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia berusaha mencukupi semua kebutuhannya

untuk kelangsungan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhannya manusia tidak mampu

berusaha sendiri, mereka membutuhkan orang lain. Itulah sebabnya manusia perlu

berelasi atau berhubungan dengan orang lain sebagai makhluk sosial. Manusia

sebagai makhluk sosial sudah pasti tidak dapat hidup sendiri dan tidak akan pernah

lepas dari kebutuhan akan pasangan hidup. Dalam kehidupan bermasyarakat baik

manusia sebagai individu, aktor, komunitas maupun organisasi sosial menjalin

interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena

tanpa interaksi sosial, tak mungkin ada kehidupan bersama1.

Interaksi sosial yang terjalin menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang

dinamis dan melalui proses pertukaran makna, simbol, bahasa dan perilaku/tindakan

sosial individu. Pemaknaan dalam interaksi sosial tidak terlepas dari pemahaman,

interpretasi/penafsiran yang mendalam dari individu tersebut, sehingga terbentuklah

relasi sosial dalam kehidupannya2.

Hubungan sosial atau relasi sosial saling mempengaruhi dan didasarkan pada

kesadaran untuk saling menolong atau terdapat kesamaan dalam pencapaian tujuan,

ketertarikan pada hal yang sama (Hobby), atau sebagai bentuk solidaritas

antarindividu3. Dalam berinteraksi kaum homoseksual (gay) membangun relasi sosial

antarsesama homoseksual sehingga terbentuklah suatu komunitas berdasarkan

1 Soerjono Soekanto. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm. 54. 2 Ibid, hal. 55. 3 Pengertian relasi sosial. Chapter II. Pdf. Diunduh pada tanggal 08 Oktober 2014 jam 14:36 WIB.

2

kesamaan visi, dan atas dasar tergeraknya hati nurani dalam menyetarakan HAM

(Hak Asasi Manusia) bagi kaum yang termajinalkan.

Fenomena homoseksual (Gay) bukanlah hal yang baru, seiring berjalannya

waktu homoseksual mulai menjadi permasalahan/fenomena yang menarik untuk

diteliti, menjadi pokok pembicaraan (Trending topic), dan pemberitaan di seluruh

penjuru dunia. Dampaknya, relasi sosial homoseksual yang awalnya dilakukan secara

sembunyi-sembunyi oleh kaum homoseksual (gay) mulai secara terang-terangan

(overt) mengungkap diri (identitas diri) dan pasangan mereka diranah publik.

Kemunculan istilah gay pertama kali pada awal tahun 1869 dan mulai eksis di kota-

kota besar. Hal ini didorong oleh faktor globalisasi yang muncul seperti media massa

dan majalah gay Barat yang diimpor ke Indonesia. Majalah dan media massa tersebut

mendorong masyarakat untuk lebih terbuka dan menyadari akan keberadaan kaum

homoseksual (gay).

Media massa mempunyai peran yang sangat penting dalam mempermudah

akses-akses maupun informasi tentang kaum homoseksual (gay), baik gaya hidupnya

(life style), komunitasnya (Community), web-web atau situs resmi kaum homoseksual,

dan informasi secara tertulis seperti buku, koran, novel, komik bahkan film yang

semakin menjamur di kehidupan masyarakat. Sehingga menggeser nilai-nilai atau

norma-norma yang selama ini dianut oleh masyarakat positivisme maupun

masyarakat fungsionalisme.

Semenjak diakui/disahkannya Hak Asasi Manusia (HAM) yang menjamin

hak-hak mendasar manusia baik sebagai individu yang bebas maupun sebagai warna

negara seperti hak untuk hidup, hak untuk bebas dari siksaan dan sebagainya, maka

keberadaan kaum gay mulai diterima dan diakui. Bahkan dibeberapa negara sudah

melegalkan pernikahan sesama jenis (homoseksual) baik pasangan lesbian maupun

3

gay seperti USA, Inggris, Belanda, Skandinavia, dan Denmark4. Baru-baru ini pun di

Amerika Serikat sudah melegalkan pernikahan sesama jenis dan menjamin hak-hak

serta kebebasan mereka dalam mengaktualisasikan diri.

Sebagai negara berkembang, Indonesia merupakan negara yang konservatif

terhadap budaya-budaya yang menyimpang “tabuh” atau keluar dari nilai dan norma

yang dianggap baik oleh masyarakat. Majemuknya masyarakat Indonesia bukan

hanya karena letak geografisnya, pertukaran kebudayaan/kontak dengan budaya luar

(asimilasi, akulturasi) melainkan juga karena munculnya kelompok-kelompok

sosial/komunitas baru dalam masyarakat. Baik kelompok sosial dalam ruang lingkup

agama, sosial, budaya maupun solidaritas seperti komunitas Homoseksual (gay).

Komunitas homoseksual atau dikenal dengan istilah LGBT (Lesbian, Gay,

Biseksual, dan Transgender) sudah tersebar diseluruh wilayah Indonesia sebagai

bentuk upaya penyetaraan Hak Asasi Manusia, media untuk mengaktualisasikan diri,

pemberdayaan kaum homoseksual, perlindungan untuk kaum homoseksual terhadap

aksi bully (tekanan/siksaan) yang diterima dilingkungan sosialnya dan pengakuan dari

masyarakat. Dalam melindungi hak-hak serta keadilan bagi kaum homoseksual (gay)

terbentuklah komunitas/kelompok sosial yang terlembaga dan terorganisir secara

hukum. Besarnya angka individu gay dan makin gencarnya kampanye tentang hak-

hak kaum gay secara sosiologis tentunya dapat menggeser nilai-nilai yang ada dalam

masyarakat. Itu artinya dengan keberadaan komunitas homoseksual yang tergolong

tinggi membuat komunitas ini berusaha sedikit demi sedikit melakukan pengungkapan

diri terhadap komunitas dan pasangan mereka5.

4 Puspitosari,Hesti dan Sugeng Pujileksono. 2005. Waria dan Tekanan Sosial. Malang : UMM Press.

Hal. 33. 5 Skripsi Berjudul ”Pola Komunikasi Antar Pribadi Kaum Homoseksual Terhadap Komunitasnya Di

Kota Serang”. Oleh: Ilham Akbar. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pdf. Diakses pada tanggal 19 Juli 2014 pkl 14:37 WIB.

4

Penelitian Glenn I. Roisman, Ph. D menunjukkan bahwa hubungan asmara

antara pasangan homoseksual (gay atau lesbi) ternyata memiliki kesamaan dengan

pasangan heteroseksual (pria-wanita) dalam hal keterikatan dan komitmen. Untuk

sampai pada kesimpulannya, para ahli melakukan riset dengan cara membandingkan

hubungan 30 pasangan gay, 30 pasangan lesbian, 50 pasangan bertunangan dan 40

pasangan menikah (heteroseksual) yang telah matang. Hasil dari analisis

memperlihatkan bahwa mereka yang terlibat hubungan homoseksual mengaku sama

puasnya dan sama terikatnya dengan mereka yang heteroseksual dalam jurnal

Developmental Psychology6.

Proses pengungkapan diri terhadap komunitas dan pasangan homoseksual

dalam kehidupan masyarakat melalui hubungan interaksional/interaksi-simbolis yang

menekankan kemampuan individu untuk berinteraksi dan menggunakan simbol-

simbol, serta mendefinisikan sesuatu dengan cara mereka sendiri dan bertindak sesuai

dengan situasi yang mereka buat. Dalam artian, kaum homoseksual tidak

sembarangan mengungkap jati diri dan pasangan mereka diranah publik, pemaknaan

kaum homoseksual disesuaikan dengan relationship (hubungan/relasi) yang mereka

jalin, baik dilingkungan lingkungan kerja, keluarga, sekolah/pendidikan, tempat

tinggal dan menyesuaikan tindakan apa yang akan dilakukan agar mereka diterima

oleh masyarakat.

Terkait fenomena di atas membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian

agar dapat memahami secara mendalam, dapat menjelaskan/mendeskripsikan

fenomena tersebut secara faktual, mengungkap dan melihat lebih jauh lagi tentang

komunitas kaum gay (homoseksual) terkait dengan relasi sosial homoseksual dan

pemaknaannya serta untuk memperoleh gambaran lebih jelas mengenai apa yang

6 Http///: Seputar IGAMA/ikatan gay malang _www.igama.or.id.htm. Diakses pada tanggal 09 September 2014 pukul 11:37 WIB

5

sedang terjadi dalam subyek penelitian. Maka, penulis melakukan penelitian dengan

judul “Pemaknaan Kaum Gay Tentang Relasi sosial Homoseksual”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah penelitian sebagai berikut : bagaimana pemaknaan kaum gay

tentang relasi sosial homoseksual?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana pemaknaan kaum gay

tentang relasi sosial homoseksual.

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk kalangan

akedemisi pada khususnya, dan untuk masyarakat pada umumnya, adapun manfaat

yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teoritis

a. Dapat mengembangkan kajian sosiologi serta dapat menganalisis dan

mengaplikasikan teori sosiologi modern khususnya teori interaksionis simbolis

dalam perspektif manusia dan makna.

b. Dapat dimanfaatkan bagi penelitian lainnya sebagai bahan referensi dalam

melakukan penelitian, khususnya penelitian yang bertemakan sama dengan

penelitian ini.

6

2. Praktis

a. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi komunitas Ikatan Gaya Arema

(IGAMA) Malang dalam memaknai, meneguhkan dan memperkuat partisipasi

masyarakat marginal terutama kaum gay dalam memecahkan masalah-masalah

yang dihadapi.

b. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan kepada pihak-pihak terkait khususnya

pemerintah kota Malang untuk memperhatikan hak-hak, keadilan dan

kemanusiaan serta potensi dari sebuah komunitas/kelompok sosial yang ada di

masyarakat.

c. Penelitian ini memberikan manfaat bagi masyarakat kota Malang dalam

menambah informasi pemaknaan kaum gay tentang relasi sosial homoseksual.

1.5 Definisi Konsep

Definisi konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari sudut

penelitian “suatu konsep sebenarnya adalah definisi singkat kelompok fakta atau

gejala itu”. Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk

menggambarkan gejala secara abstrak, contohnya seperti kejadian, keadaan, dan

kelompok7. Dengan demikian disimpulkan bahwa konsep merupakan definisi dari

apa yang perlu kita analisis dan memberikan pengambaran terhadap apa yang akan

kita lakukan untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas dari istilah judul.

Penulis akan memberikan penjelasan definisi konseptual terhadap variabel-variabel

yang terdapat dalam judul penelitian berikut :

1.5.1 Makna

Makna merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh

pemeran dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang

7 Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Erlangga. Hlm. 17.

7

dimiliki. Ujaran manusia itu mengandung makna yang utuh. Keutuhan makna

itu merupakan perpaduan dari empat aspek, yakni pengertian (sense), perasaan

(feeling), nada (tone), dan amanat (intension). Memahami aspek itu dalam

seluruh konteks adalah bagian dari usaha untuk memahami makna dalam

komunikasi8.

Makna bukanlah emanasi make-up sesuatu yang bersifat

intrinsik, juga makna bukan muncul dari elemen-elemen psikologis antar-

orang. Makna sesuatu bagi seseorang muncul dari bagaimana cara orang lain

memaknai hal tersebut. Jadi, dalam perspektif ini, makna merupakan produk

sosial yang terbentuk melalui aktivitas-aktivitas orang berinteraksi. Individu

dalam hal ini tidaklah pasif, tetapi dapat mempengaruhi individu lain. Bahkan

kelompok sosial. Dalam interaksi sosial, perilaku bersifat dinamis, selalu

terjadi refleksivitas diri dan negosiasi berbagai karakter yang ada pada

masing-masing individu9.

Makna berkaitan dengan bagaimana aktor menentukan aspek apa

yang penting dari kehidupan sosialnya. Makna mempunyai dua macam tipe,

yaitu makna subjektif dan makna objektif. Makna subjektif merupakan

konstruksi realitas tempat seseorang mendefinisikan komponen realitas

tertentu yang bermakna baginya. Makna objektif adalah seperangkat makna

yang ada dan hidup dalam kerangka budaya secara keseluruhan dipahami

bersama lebih dari idiosinkratik (Alfred Schutz)10.

Konsep tindakan sosial (social action) dari Weber bahwa hidup

manusia dan segala tindak-tanduknya sesungguhnya ditandai suatu upaya

8 www.wikipedia-definismakna.com. Diakses pada jam 12:05 WIB. 9 Haryanto, Sindung. 2012. Spektrum Teori Sosial: Dari Klasik Hingga Postmodern. Jogjakarta : Ar-

Ruzz Media. Hal. 69. 10 Ibid, 149.

8

pencarian makna. Aksi atau tindakan didefinisikan sebagai semua tingkah

laku manusia bila dan sepanjang yang bersangkutan melakukannya

berdasarkan makna subjektif yang diletakkan pada tindakan tersebut.

Tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai

makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan pada tindakan orang lain.

Tindakan sosial itu juga dapat berupa tindakan yang menginternal dan

bermakna, atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai

akibat dari pengaruh situasi yang menurutnya menguntungkan11. Jadi, pada

dasarnya pemaknaan merupakan suatu proses interpretasi atau pemahaman

individu terhadap setiap tindakan sosial yang dilakukannnya dalam

berinteraksi dengan individu lainnya, kelompok sosial/komunitas,

lingkungan maupun masyarakat.

1.5.2 Relasi sosial

Relasi sosial merupakan hubungan antar manusia, dimana relasi

tersebut menentukan struktur masyarakat. Hubungan antara individu satu

dengan individu yang lain dalam istilah sosiologi disebut relasi atau relation.

Relasi sosial juga disebut hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi

(rangkaian tingkah laku) yang sistematik antara dua orang atau lebih. Relasi

sosial merupakan hubungan timbal balik antar individu yang satu dengan

individu yang lain dan saling mempengaruhi. Suatu relasi sosial atau

hubungan sosial akan ada jika tiap-tiap orang dapat meramalkan secara tepat

macam tindakan yang akan datang dari pihak lain terhadap dirinya.

Hubungan sosial atau relasi sosial merupakan hubungan timbal balik

antar individu yang satu dengan individu yang lain, saling mempengaruhi dan

11 Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hal. 82-85.

9

didasarkan pada kesadaran untuk saling menolong. Relasi sosial merupakan

proses mempengaruhi diantara dua orang atau lebih. Relasi sosial dalam

masyarakat juga terdiri dari berbagai macam bentuk yaitu sebagai berikut:

1. Relasi atau hubungan sosial assosiatif adalah proses yang berbentuk kerja

sama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi serta proses interaksi yang

cenderung menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota

kelompok, misalnya kerja sama, kerukunan, asimilasi, akulturasi,

persaudaraan, kekerabatan, dan lainnya.

2. Relasi atau hubungan sosial dissosiatif adalah proses yang berbentuk

oposisi. Misalnya persaingan, pertentangan, perselisihan dan lainnya12.

Jadi, relasi sosial homoseksual merupakan suatu proses ketertarikan,

keterikatan, dan kebersamaan antara individu dengan individu lainnya dalam

membangun hubungan jangka panjang, memiliki orientasi seksual yang sama.

Orientasi seksual digambarkan sebagai objek impuls seksual seseorang:

heteroseksual (jenis kelamin berlawanan), homoseksual (jenis kelamin sama)

atau biseksual (kedua jenis kelamin)13. Homoseksualitas mengacu pada

interaksi seksual dan/atau romantis antar pribadi yang berjenis kelamin sama

serta orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai homoseksual.

1.5.3 Homoseksual ( Gay )

Homoseksual merupakan istilah yang diciptakan pada tahun 1869

oleh bidang ilmu psikiatri di Eropa, untuk mengacu pada suatu fenomena

yang berkonotasi klinis. Pengertian homoseksual tersebut pada awalnya dapat

dikategorikan sebagai perilaku menyimpang. Pengertian homoseksual

kemudian terbagi dalam dua istilah yaitu Gay dan Lesbi. Hawkin pada tahun

1997 menuliskan bahwa istilah Gay atau Lesbi dimaksudkan sebagai

12 Pengertian relasi sosial. Chapter II. Pdf. Diunduh pada tanggal 08 Oktober 2014 jam 14:36 WIB. 13 http///:-Jurnal-Pdf-Pengertian Homoseksual By psychologymania.htm. Diakses pada tanggal 12

September 2014 pkl 13:55 WIB.

10

kombinasi antara identitas diri sendiri dan identitas sosial yang

mencerminkan kenyataan bahwa orang memiliki perasaan menjadi dari

kelompok sosial yang memiliki label yang sama. Istilah gay biasanya

mengacu pada jenis kelamin laki-laki dan istilah lesbian mengacu pada jenis

kelamin perempuan14.

Homoseksual adalah perasaan tertarik, kasih sayang dan hubungan

emosional atau secara erotis terhadap orang yang berjenis kelamin sama,

dengan/tanpa hubungan fisik. Pada penggunaan mutakhir, kata sifat

homoseksual digunakan untuk hubungan intim atau hubungan seksual

diantara orang-orang berjenis kelamin yang sama, sehingga

mengidentifikasikan diri mereka sebagai gay atau lesbian. Gay adalah istilah

laki-laki yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama laki-laki atau

disebut juga laki-laki yang mencintai laki-laki secara fisik, seksual,

emosional, ataupun secara spiritual. Secara psikologis, gay adalah seorang

laki-laki yang penuh kasih. Mereka juga rata-rata mempedulikan penampilan,

dan sangat memperhatikan apa-apa saja yang terjadi pada pasangannya15.

1.5.4 Komunitas

Menurt George Jr. (1955) yang melakukan studi tentang komunitas

dalam psikologi rural, komunitas adalah hal yang dibangun dengan fisik atau

lokasi geografi (physical or geographical location) dan kesamaan dasar akan

kesukaan (interest) atau kebutuhan (needs).16.

Pada definisi lainnya, Florida mendefinisikan komunitas adalah

individu atau orang-orang yang mempunyai kesamaan karakteristik seperti

14 http///:-Chapter II.Gaya Hidup.Pdf. Diunduh pada tanggal 12 Januari 2014 jam 13:36 WIB. Hlm. 11. 15 Ibid, 14.

16 http///:-Bab 2_Pengertian Komunitas. Pdf . Diunduh pada tanggal 26 Desember 2013 Jam 18:30 WIB. Hal. 7.

11

kesamaan geografi, kultur, ras, agama, atau keadaan sosial ekonomi yang

setara. Komunitas dapat didefinisikan dari lokasi, ras etnik, pekerjaan, hobi,

ketertarikan pada suatu masalah-masalah atau hal lain yang mempunyai

kesamaan. Webster’s New World Dictionary mengatakan bahwa komunitas

adalah sekelompok orang yang tinggal bersama sebagai unit sosial yang

mempunyai ketertarikan antara satu dan yang lain17.

Dalam sosiologi komunitas lebih dikenal dengan istilah community

(masyarakat setempat) yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku,

atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok itu

besar maupun kecil yang hidup bersama sedemikian rupa sehingga

merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-

kepentingan hidup yang mendasar (basic needs). Dapat disimpulkan bahwa

komunitas atau masyarakat setempat (community) adalah suatu wilayah

kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial, dasar-

dasarnya adalah lokalitas dan perasaan komuniti (community sentiment)

seperti: seperasaan (solidaritas yang kuat), sepenanggungan, dan saling

memerlukan18.

Dalam istilah lainnya komunitas disebut juga sebagai kelompok

sosial. Kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan

manusia yang hidup bersama. Hubungan tersebut antara lain menyangkut

kaitan timbal balik yang saling pengaruh-mempengaruhi dan juga suatu

kesadaran untuk saling tolong menolong19. Adapun persyaratan agar

himpunan manusia dapat dikatakan sebagai kelompok sosial, antara lain :

17 Ibid, 8-10. 18 Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu pengantar. Jakarta : Rajawali Pers. Hal. 132-134. 19 R.M. MacIver dan Charles H. Page : Society, an Introductory Analysis (London:Macmillan & Co.

Ltd, 1961), hlm. 213.

12

a. Adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan

bagian dari kelompok yang bersangkutan.

b. Ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan yang lainnya.

c. Ada suatu suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antar

anggota bertambah erat, dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang

sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain.

d. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.

e. Bersistem dan berproses.

Hawley mendefinisikan komunitas sebagai struktur hubungan-

hubungan melalui masyarakat yang terlokalisasikan menghasilkan kebutuhan

sehari-hari. Komunitas dipandang sebagai sebuah struktur yang secara

fungsional terdeferensiasikan ke dalam strata, terdiri dari unit-unit komunal

terhubungkan yang membentuk fungsi-fungsi yang berkontribusi bagi

kelangsungan masyarakat dan adaptasinya terhadap lingkungan. Saling

ketergantungan (interdependensi) fungsional dipandang sebagai kekuatan

integratif dan basis bagi kohesi sosial dalam komunitas. Komunitas sebagai

sistem yang terstruktur secara sistematis berhubungan unit-unit sosial yang

membentuk fungsi-fungsi saling tergantung yang diperlukan untuk

memelihara kehidupan manusia dalam sebuah lingkungan teritori geografis

tertentu20.

1.6 Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan

suatu pekerjaan. Metode penelitian mempunyai peran penting dalam pengumpulan

20 Haryanto, Sindung. 2012. Spektrum Teori Sosial: Dari Klasik Hingga Postmodern. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Hal. 35-36.

13

data, merumuskan masalah, analisis dan interpretasi data. Adapun metode penelitian

yang digunakan meliputi :

1.6.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Proses pengumpulan data khususnya data tentang anggota-anggota komunitas

Gay dan pasangannya. Peneliti berusaha untuk menggambarkan, meringkas berbagai

kondisi, perilaku/tindakan sosial, serta proses interaksi kaum homoseksual. Peneliti

juga berusaha untuk mendekripsikan, memaknai dan memahami kata-kata, kalimat,

gambar, mimik (ekspresi muka), gerak tubuh, replika dari komunitas kaum

homoseksual. Fenomena kaum homoseksual menghendaki adanya pemaknaan dan

pendeskripsian data. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu berusaha

memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia

dalam situasi tertentu menurut peneliti sendiri. Metode penelitian kualitatif dilakukan

dalam situasi wajar (natural setting) dan mengutamakan penghayatan (verstehen)21.

Dalam artian peneliti berusaha memahami fenomena yang dirasakan subjek penelitian

(informan). Taylor dan Bogdan mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian

yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan

tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang telah diteliti22. Penelitian

kualitatif sangat terkait dengan makna-makna yang terkandung dalam proses sosial,

yang hanya dapat dipahami sesuai konteks budayanya. Makna-makna muncul ketika

ditemukan berbagai simbol, artefak, perilaku, sikap, ataupun bahasa-bahasa nonverbal

yang ada disekitar subjek (informan).

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif bertujuan

untuk menggambarkan secara mendalam, meringkas berbagai situasi, atau berbagai

21Usman, Husaini dan Akbar, Setiady Purnomo. 2011. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi

Aksara. Hal. 78. 22Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2008. Metode penelitian Sosial, Berbagi Alternatif Pendekatan. Jakarta :

Kencana. Hal. 236.

14

fenomena sosial/realitas sosial yang terjadi di lokasi penelitian, dan berupaya menarik

realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, ataupun tanda

dalam fenomena tersebut. Adapun alasan peneliti menggunakan pendekatan dan jenis

penelitian ini karena bermaksud untuk menggambarkan, menjelaskan, dan

mendeskripsikan realitas sosial yang ada di masyarakat khususnya tentang komunitas

homoseksual (Gay).

1.6.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berkedudukan di Jalan Simpang Sulfat Selatan

Pandanwangi, Kecamatan Blimbing. Alasan dipilihnya lokasi ini karena di sinilah

anggota-anggota komunitas IGAMA berkumpul dan melakukan kegiatan-kegiatan

komunitasnya. Selain itu, peneliti juga menyesuaikan lokasi penelitian dengan

kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan oleh kaum Gay, seperti tempat nongkrong

(tempat yang paling sering mereka datangi untuk berkumpul atau bertukar pikiran),

kegiatan-kegiatan diskusi, kegiatan amal dan kegiatan-kegiatan lainnya.

1.6.3 Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data langsung yang diperoleh dari sumber data

utama yang didapat langsung dari lapangan. Dalam hal ini yang dijadikan

sebagai sumber data primer adalah anggota komunitas IGAMA (Ikatan Gaya

Arema Malang) yang dalam hal ini ikut ambil bagian dalam proses pemaknaan

relasi sosial homoseksual dan berinteraksi langsung baik dengan sesama kaum

homoseksual (Gay) maupun dengan linkungan sekitarnya dalam bentuk hasil

observasi langsung dan wawancara secara mendalam berdasarkan

permasalahan (fokus penelitian) yang dihadapi dilapangan

.

15

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder ini diperoleh dari arsip-arsip atau dokumen,

hasil laporan, buku, literatur, Internet, Koran, majalah dan lain-lain yang

menunjang dalam penulisan skripsi ini.

1.6.4 Subjek Penelitian

Teknik penentuan subjek/informan menggunakan prosedur bola salju (snow

ball sampling). Snow ball sampling adalah prosedur “rantai rujukan atau juga

prosedur networking. Dalam prosedur ini, informan yang pertama kali bertemu

dengan peneliti (key informan) adalah penting untuk menggunakan jaringan sosial

informan pertama untuk merujuk peneliti kepada orang lain/orang-orang kunci (key

person) yang berpotensi berpartisipasi atau berkontribusi memberi informasi secara

mendalam kepada peneliti23. Prosedur snow ball sampling sering digunakan untuk

mencari dan merekrut “informan tersembunyi”, yaitu kelompok yang tidak mudah

diakses peneliti melalui strategi pengambilan informan lainnya. Metode ini digunakan

untuk memperluas subjek penelitian. Pada dasarnya kuantitas subjek (informan)

bukanlah hal utama sehingga peneliti juga mempertimbangkan/melakukan pemilihan

informan lebih didasari pada kualitas informasi yang terkait dengan tema penelitian

yang diajukan.

Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan di saat menggunakan prosedur

snow ball sampling, yaitu : apabila informan dengan karakter tertentu sulit ditemukan,

informan yang ditemui bersedia merujuk peneliti ke informan lain, memungkinkan

perkembangan mata rantai rujukan sampai pada snow ball yang memadai sebagai

informan penelitian yang dibutuhkan peneliti. Namun, peneliti akan memverivikasi

kelayakan setiap informan, untuk memastikan informasi yang diberikan adalah

23 Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hal. 108.

16

informasi yang akurat dan karena informan benar-benar memahami masalah-masalah

penelitian yang diperlukan peneliti. Dalam hal ini, peneliti menelusuri informan dari

contact person (kontak personal) yang tertera di alamat web-site resmi komunitas

IGAMA (Ikatan Gaya Arema Malang). Setelah melakukan percakapan/komunikasi

melalui telepon, peneliti bertemu dengan informan pertama (key informant) yaitu

ketua komunitas IGAMA, kemudian informan pertama merujuk peneliti kepada

beberapa anggota komunitas (anggota yang memiliki pasangan) yang lebih

memahami tema dari penelitian agar terpenuhinya informasi dan data yang diperlukan

sesuai dengan kebutuhan peneliti. Alasan peneliti memilih ketua komunitas IGAMA

sebagai informan pertama (key informant) adalah karena ketua komunitas inilah yang

sering bertemu dengan anggota-anggotanya dan mengorganisir kegiatan-kegiatan

yang akan dilakukan oleh komunitas tersebut.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai semua hal yang berkaitan

dengan tujuan penelitian. Informasi yang dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan

dengan hipotesis disebut data. Dalam penelitian kualitatif , data dapat diartikan

sebagai fakta atau informasi yang diperoleh dari aktor (subjek penelitian, informan,

pelaku), aktivitas, dan tempat yang menjadi subjek penelitian. Dalam

mempermudahkan peneliti memperoleh data, maka peneliti melakukan upaya

pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti

dengan cara mengamati secara langsung subjek penelitian, tempat penelitian,

kondisi, situasi maupun perilaku dari masyarakat. Menurut Kartini Kartono

observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial

17

dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan24. Observasi

dilakukan tanpa menggunakan guide observasi, peneliti harus mampu secara

pribadi mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu

objek25. Dengan kata lain peneliti datang ditempat subjek yang akan diamati,

peneliti melakukan pengamatan terlibat (observasi partisipatif), peneliti

melibatkan diri pada kegiatan atau aktivitas subjek penelitian, tanpa

mengakibatkan perubahan pada kegiatan/aktivitas yang bersangkutan dan

tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi diri selaku peneliti. Observasi

penelitian dilakukan oleh peneliti agar lebih mudah memahami,

mendeskripsikan/ menggambarkan, mengeksplorasi subjek penelitian, peneliti

dapat secara langsung mengamati segala tindakan-tindakan/perilaku dari

subjek penelitian ataupun situasi dan tempat penelitian. Observasi Penelitian

dilakukan oleh peneliti dengan mendatangi langsung lokasi penelitian, yaitu

komunitas Ikatan Gaya Arema (IGAMA) di Jalan Simpang Sulfat Selatan

Kecamatan Blimbing. Peneliti mencari dan mengeksplorasi informasi

kemudian mencocokkannya dengan tema penelitian dari berbagai kegiatan

komunitas IGAMA maupun kegiatan informan, kejadian ketika observasi

sedang berlangsung, dan temuan di lapangan.

b. Wawancara (interview)

Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam, metode

wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap

muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana

24 Kartono, Kartini. 1986. Pengantar Metodologi Riset Sosial.Bandung : Alumni. Hal.116. 25 Ibid, hlm. 118-120.

18

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya

dalam kehidupan wawancara26. Metode wawancara secara mendalam (in-

depth interview) sengaja dipilih oleh peneliti agar mendapatkan data secara

terperinci dari informan, baik secara lisan maupun tindakan/ perilaku informan

saat melakukan wawancara sehingga peneliti dapat mendeskripsikan secara

mendalam makna dari fenomena/objek dari kajian penelitian tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan aktivitas pencatatan/merekam kejadian yang

dianggap menarik/penting untuk dijadikan sebagai bahan analisa data, dalam

hal ini data yang dimaksud merupakan data yang bersifat mendukung latar

belakang tujuan penelitian. Baik dokumentasi dalam bentuk gambar, catatan,

data yang tersimpan di website, dan lain-lain.

1.6.6 Teknik Analisa Data

Analisa data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah

data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata yang menggambarkan dan

menjelaskan permasalahan secara terperinci dan bukan rangkaian angka. Teknik

analisa data merupakan cara untuk mengelolah data yang diperoleh dari lapangan

sehingga hasil analisis data merupakan jawaban dari permasalahan yang timbul atau

permasalahan yang ada.

Proses penelitian kualitatif akan melibatkan data verbal yang banyak, yang

harus ditranskripkan, objek-objek, situasi, ataupun peristiwa dengan aktor yang sama

atau bahkan sama sekali berbeda. Biasanya data atau informasi yang diterima oleh

peneliti belum siap untuk dianalisis sebab masih dalam bentuk kasar. Seperti catatan

26 Ibid, hlm. 111-113.

19

lapangan yang masih dalam coretan-coretan yang sulit dibaca orang lain, rekaman

yang belum ditranskrip (dibuat dalam naskah verbatim), foto-foto yang belum

dicetak, atau belum dikelompokkan. Kesemua itu perlu ditata, diedit, diperbaiki,

kemudian dicetak ulang. Jumlah data yang banyak itu perlu diperkecil dan

dikelompokkan dalam kategori yang ada. Mengingat proses analisisnya tidak

langsung dilakukan pada data tersebut, maka perlu dilakukan proses penyimpanan

dan data tersebut dapat dikonstruksikan dengan baik sesuai dengan tema yang

sedang dianalisis oleh peneliti.

Menurut Miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari empat jalur

kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: pengumpulan data, reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Ketiga kegiatan tersebut

merupakan kegiatan yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah

pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan umum yang

disebut analisis27. Dengan begitu, analisis ini merupakan sebuah proses yang

berulang dan berlanjut secara terus-menerus dan saling menyusul.

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data bukan hanya dari hasil wawancara/kata-kata informan

(subjek penelitian). Akan tetapi data dapat berupa catatan lapangan sebagai hasil

pengamatan, deskripsi wawancara, catatan harian/pribadi, jurnal, web site komunitas,

otobiografi, kliping, data di server dan flashdisk, simbol-simbol yang melekat dan

dimiliki, dan banyak hal lainnya sebagai hasil kerja dan pengamatan dari pancaindra.

Pada tahap ini peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan sejak awal. Proses

pengumpulan data harus melibatkan sisi aktor (informan/subjek penelitian), aktivitas,

27 Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.

Jakarta : Erlangga. Hal. 148.

20

latar, atau konteks terjadi peristiwa/kejadian pada saat penelitian. Adapun proses

pengambilan data dilakukan dengan cara partisipant observation (pengamatan

terlibat), yaitu dengan cara peneliti melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan

komunitas kaum gay (IGAMA), sejauh tidak mengganggu aktivitas keseharian

komunitas tersebut tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang

bersangkutan (informan) dan tidak menyembunyikan diri (pencitraan diri) selama

proses penelitian sedang berlangsung. Dengan harapan peneliti dapat menemukan

makna di balik fenomena yang disaksikan, baik tentang perilaku, ucapan, ataupun

simbol-simbol yang ada dalam proses interaksi sosial kaum homoseksual

(interaksionis simbolis).

b. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari

catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis

yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya

dapat ditarik dan diverifikasi28. Reduksi data dilakukan secara terus-menerus selama

penelitian dilakukan.

Tahapan reduksi data merupakan bagian kegiatan analisis sehingga pilihan-

pilihan peneliti tentang bagian data mana yang dikode, dibuang, pola-pola mana yang

meringkas sejumlah bagian tersebut, cerita-cerita apa yang berkembang, merupakan

pilihan-pilihan analitis. Dengan begitu, proses reduksi data dimaksudkan untuk lebih

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang bagian data yang tidak

28 Ibid, Hal.150.

21

diperlukan, serta mengorganisasi data sehingga memudahkan untuk dilakukan

penarikan kesimpulan yang kemudian akan dilanjutkan dengan proses verifikasi.

c. Penyajian Data

Sekumpulan data yang diorganisir sehingga dapat memberi deskripsi menuju

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data harus mempunyai

relevansi yang kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan dan disajikan

secara sistematis29. Dengan mencermati penyajian data ini, peneliti akan lebih

mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Artinya

apakah peneliti meneruskan analisinya atau mencoba untuk mengambil sebuah

tindakan dengan memperdalam temuan tersebut.

Kegiatan reduksi data dan proses penyajian data adalah aktivitas-aktivitas

yang terkait langsung dengan proses analisis data model interaktif. Dengan begitu,

kedua proses ini pun berlangsung selama proses penelitian berlangsung dan belum

berakhir sebelum laporan hasil akhir penelitian disusun.

Sekumpulan informasi yang tersusun memberikan kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan,

peneliti dapat melihat dan akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa

yang harus dilakukan, lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan

berdasarkan atas permasalahn yang didapat dari penyajian-penyajian data tersebut.

b. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari kegiatan

penelitian, karena merupakan kesimpulan/hasil akhir dari penelitian. Proses

penarikan kesimpulan ini dimaksudkan untuk menganalisis, mencari makna dari data

yang ada sehingga dapat ditemukan penarikan arti data yang telah ditampilkan.

29 Ibid, hal.151.

22

Penarikan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian pemaknaan kaum

gay tentang relasi sosial homoseksual, analisis data merupakan upaya yang berlanjut,

berulang-ulang dan terus menerus. Masalah pengumpulan data, reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi menjadi gambaran

keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul

menyusul dan senantiasa merupakan bagian dari lapangan (subjek

penelitian/informan). Namun, proses verifikasi hasil temuan ini dapat berlangsung

singkat dan dilakukan peneliti tersendiri, yaitu dengan mengingat hasil-hasil temuan

terdahulu dan melakukan cek silang (cross check) dengan temuan lainnya.

1.6.7 Validitas

Menurut Bailey, validitas mengandung dua bagian, pertama yaitu bahwa

instrumen pengukuran adalah mengukur secara aktual konsep dalam pertanyaan, dan

bukan beberapa konsep lain. Kedua yaitu bahwa konsep dapat diukur secara akurat

oleh sebab itu instrument pengukur dikatakan valid atau sahih apabila dapat

mengukur apa yang diteliti secara tepat30.

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan

ialah pemeriksaan melalui sumber lainya. Denzin (1978) membedakan empat macam

trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber

metode, penyidik dan teori31.

Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan

30 Ulber Silalahi. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika aditama. Hal. 244 31 Lexy J. Moleong.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. H. 330

23

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,

membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

Trianggulasi dengan metode, terdapat dua strategi yaitu pengecekan derajat

kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan

pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

Teknik trianggulasi dengan teori berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat

diperiksa derajat kepercayaanya dengan satu atau lebih teori.

Trianggulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan

konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan

data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Sehingga

dengan kata lain bahwa dengan trianggulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya

dengan jalan membandingkan dengan berbagai sumber, metode dan teori. Untuk itu

maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan:

1. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan.

2. Mengeceknya dengan berbagai sumber.

3. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat

dilakukan.

Penelitian ini menggunakan sumber yang mana peneliti akan

melihat/mengamati pemaknaan kaum gay tentang relasi sosial homoseksual serta

proses interaksi sosialnya (interaksi-simbolik) dengan pengamatan (observasi) dan

hasil wawancara, apakah hasil wawancara sesuai dengan hasil pengamatan di

lapangan atau adanya kesesuaian antara hasil penelitian (data lapangan) dengan

konsep atau tema penelitian (objek penelitian). Selain itu peneliti juga akan

mengajukan pertanyaan kepada informan dengan kesesuaian pada kerangka konsep

24

yang telah dibuat. Disini peneliti akan membuat pertanyaan sesuai dengan aspek-

aspek yang berkaitan dengan judul penelitian, dan jawaban dari pertanyaan ini

disesuaikan dengan kerangka konsep. Namun, tetap memperhatikan kebenaran yang

ada pada informan tanpa mengubah proses dan data (hasil penelitian) yang ditemukan

dilapangan. Dengan harapan, peneliti dapat menemukan makna dibalik fenomena

yang disaksikan, baik tentang perilaku,ucapan, ataupun simbol-simbol yang ada di

komunitas gay (subjek penelitian/informan).