bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... ·...

19
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berembang yang memiliki angka statistik pernikahan usia dini secara nasional mencapai lebih dari seperempat. Berdasarkan data penelitian Pusat Kajian Gender dan Seksualitas Universitas Indonesia tahun 2015, terungkap angka perkawinan dini di Indonesia peringkat kedua teratas di kawasan Asia Tenggara. Sekitar 2 juta dari 7,3 perempuan Indonesia berusia di bawah 15 tahun sudah menikah dan putus sekolah. Jumlah itu nantinya akan diperkirakan naik menjadi 3 juta orang pada 2030. Sepertiga dari pernikahan yang terjadi di beberapa daerah adalah merupakan pernikahan dini tepatnya di Jawa Timur 39,43 %, Kalimantan Selatan 35,480 % , Jambi 30,63% dan Jawa Barat 36 %. Pada masyarakat pedesaan, pernikahan usia dini banyak terjadi terutama pada golongan ekonomi menengah kebawah juga adanya tradisi pada masyarakat desa seperti tidak diperbolehkan menolak lamaran karena khawatir jodohnya terhambat dan sebagainya. Sedangkan di masyarakat perkotaan dan masyarakat sub urban, pernikahan usia dini umumnya terjadi karena “kecelakaan” (married by accident) atau hamil diluar nikah akibat salah pergaulan oleh remaja. Pernikahan dini merupakan fenomena yang sudah sejak lama dam masih marak terjadi, hal itu menimbulkan dampak salah satunya perceraian dini karena berbagai faktor salah satunya kondisi sosial psikologis pasangan yang belum matang.

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berembang yang memiliki angka statistik

pernikahan usia dini secara nasional mencapai lebih dari seperempat. Berdasarkan

data penelitian Pusat Kajian Gender dan Seksualitas Universitas Indonesia tahun

2015, terungkap angka perkawinan dini di Indonesia peringkat kedua teratas di

kawasan Asia Tenggara. Sekitar 2 juta dari 7,3 perempuan Indonesia berusia di

bawah 15 tahun sudah menikah dan putus sekolah. Jumlah itu nantinya akan

diperkirakan naik menjadi 3 juta orang pada 2030.

Sepertiga dari pernikahan yang terjadi di beberapa daerah adalah merupakan

pernikahan dini tepatnya di Jawa Timur 39,43 %, Kalimantan Selatan 35,480 % ,

Jambi 30,63% dan Jawa Barat 36 %. Pada masyarakat pedesaan, pernikahan usia

dini banyak terjadi terutama pada golongan ekonomi menengah kebawah juga

adanya tradisi pada masyarakat desa seperti tidak diperbolehkan menolak lamaran

karena khawatir jodohnya terhambat dan sebagainya. Sedangkan di masyarakat

perkotaan dan masyarakat sub urban, pernikahan usia dini umumnya terjadi karena

“kecelakaan” (married by accident) atau hamil diluar nikah akibat salah pergaulan

oleh remaja. Pernikahan dini merupakan fenomena yang sudah sejak lama dam

masih marak terjadi, hal itu menimbulkan dampak salah satunya perceraian dini

karena berbagai faktor salah satunya kondisi sosial psikologis pasangan yang belum

matang.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

2

Angka perceraian di Kabupaten Malang masih yang tertinggi kedua setelah

Indramayu. Salah satu faktor penyebab perceraian meski bukan faktor utama,

karena tingginya pernikahan dini. Berdasarkan data di Pengadilan Agama (PA)

Kabupaten Malang, setiap tahunnya lebih dari 300 remaja yang mengajukan

Dispensasi Kawin (DK) (Malang Post, 2016 : 8). Pernikahan dini versi Badan

Keluarga Berencana (BKB) Kabupaten Malang, berbeda lagi. BKB mematok usia

di bawah 20 tahun untuk perempuan, sebagai pernikahan dini (Malang Post, 2016 :

8). Karena itulah, data yang dimiliki menjadi sangat tinggi. Pada 2014, pernikahan

dini versi BKB Kabupaten Malang mencapai 7.732, lalu 2015 naik menjadi 7.809

dan hingga Oktober 2016 mencapai 6.425. Jumlah ini hampir mendekati separuh

dari total angka pernikahan yang ada, sekitar 14 ribu dalam periode Januari sampai

Oktober 2016. Pernikahan usia dini memberi risiko yang lebih besar pada remaja

khususnya pada aspek kesehatan reproduksinya bagi perempuan dan pada aspek

sosiologis bagi keduanya (perempuan dan laki-laki). Selain itu, Pernikahan usia dini

juga akan berimplikasi pada keterbelakangan pengetahuan akibat terhambatnya

proses pendidikan disebabkan pernikahan yang dilakukan di usia dini tersebut.

Desa Ngenep merupakan salah satu Desa di Kabupaten Malang yang

memiliki angka pernikahan dini dengan usia pengantin dibawah 20 tahun cukup

tinggi. dari tahun 2014 hingga 2016 yakni pada tahun 2014 dari total 76 pasangan,

sebanyak 49 pasangan merupakan pasangan pernikahan dini, tahun 2015 dari total

72 pasangan yang menikah, sebanyak 46 pasangan merupakan pasangan

pernikahan dini, tahun 2016 dari total 79 pasangan sebanyak 42 pasangan yang

merupakan pasangan pernikahan dini. Pernikahan dini pada masyarakat Desa

Ngenep yang merupakan masyarakat sub urban, terjadi cukup banyak. Berbagai

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

3

faktor penyebab yang melatar belakangi hal tersebut bahkan dianggap sebagai

rahasia umum bagi masyarakat tersebut. Sehingga tak jarang, masyarakat akan

bersikap acuh pada faktor penyebabnya dan bersikap tidak peduli akibat kontrol

sosial yang lemah. Masih adanya pandangan masyarakat bahwa perempuan yang

menikah di usia muda atau usia dini itu “laku” sedangkan yang belum menikah

hingga usia 20 tahun ke atas dianggap “tidak laku” turut mempengaruhi pandangan

masyarakat mengenai makna pernikahan dini tersebut.

Aspek sosial budaya masyarakat memberi pengaruh terhadap pelaksanaan

pernikahan dan tidak terlepas pula pada pernikahan usia dini. Masalah lain yang

ditimbulkan dari pernikahan dini ialah kontribusi fenomena ini pada tingginya

kasus perceraian dini dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Kematangan diri

remaja yang belum tercapai mendorong terjadinya percekcokan antara suami-istri

yang berujung pada perceraian dini. Oleh sebab itu, tidak jarang ditemui gadis

remaja yang sudah menjanda pada usia yang masih muda.

Kontrol sosial berperan penting dalam kehidupan manusia. Apabila kontrol

sosial lemah maka pengaruh negatif pada diri manusia akan tinggi sedangkan

apabila kontrol sosial tinggi maka pengaruh negatif pun akan lemah. Pernikahan

dini yang tentunya berhubungan dengan remaja sebagai pelakunya, tentu berangkat

dari berbagai alasan sehingga akhirnya memutuskan untuk menikah pada usia dini.

Kontrol sosial pada masyarakat yang hubungannya dengan pergaulan remaja,

terjadi dalam berbagai bentuk peraturan-peraturan sebagai fungsi kontrol juga

penghakiman sosial atas perilaku yang tidak diharapkan oleh masyarakat sehingga

dengan adanya hal tersebut maka kontrol sosial akan berjalan.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

4

Kasus pernikahan dini dalam masyarakat sub urban yang memiliki ciri-ciri

masyarakat yang bertempat tinggal di desa tetapi memiliki aktivitas keseharian atau

pekerjaan di kota, lingkungan tentu memberikan pengaruh penting pada pergaulan

sehingga berimbas pada pola pikir dan tingkah laku individu pada masyarakat

tersebut. Selain itu, misalnya pada lokasi penelitian ini, adanya norma sosial dan

norma agama seperti tidak diperbolehkannya (secara tersirat) berhubungan seksual

sebelum menikah karena dapat mengakibatkan kasus hamil diluar nikah dan

imbasnya adanya hukuman secara sosial yang tersirat dari masyarakat seperti

dikucilkan dan sebagainya. Meski masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi

terjadinya pernikahan dini tersebut. Adapula ada kasus pernikahan dini yang

dilatarbelakangi married by accident. Adanya pandangan mengenai keabsahan dan

kewajiban peran pada pernikahan.

Pernikahan dini sering kali menjadi pilihan terakhir karena takut apabila

terjadi married by accident lalu anak lahir tanpa orangtua lengkap sehingga dampak

sosialnya dikucilkan. Jika anak tidak mempunyai ayah yang sah, atau ayah yang

“salah” kewajiban-kewajiban itu menjadi kacau atau tidak dijalankan, atau

bertentangan dengan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan. Anak yang orang

tuanya tidak menikah, tidak diakui oleh keluarga ayahnya, dan baik ayah maupun

keluarganya hanya mempunyai sedikit kewajiban hukum terhadap si anak.

Kedudukan si anak meragukan, dan pengalaman sosialisasinya tentu tidak lengkap

(Goode, 1995 : 41). Atas dasar itulah maka banyak pasangan yang melakukan

pernikahan dini. Juga salah satunya berkaitan dengan pandangan negatif

masyarakat apabila ada perempuan yang hamil diluar nikah.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

5

Selain kasus yang marak terjadi akibat pernikahan dini, secara sosiologis

dampak pernikahan dini mencangkup berbagai aspek sosial diantaranya, kurang

kuatnya pondasi dalam rumah tangga akibat masih adanya pola pikir kekanak-

kanakan pada pasangan pernikahan dini menyebabkan adanya peselisihan diantara

anggota keluarga sebagai sistem masyarakat terkecil, belum memiliki kematangan

mental sehingga ketahanan lembaga keluarga menjadi lemah, derajat celaan

masyarakat akibat pernikahan dini dengan alasan tertentu misalnya married by

accident, juga dampak perceraian di usia pernikahan yang masih dini perlu

diutarakan beberapa tambahan pada hubungan latar belakang sosial dan perceraian.

Salah satu ialah kecenderungan kuat untuk bercerai jika perkawinan itu terjadi pada

usia yang muda (15 sampai 19 tahun). Selain itu secara sosial psikologis, seseorang

yang berusia remaja menuju dewasa yakni 15 sampai 19 tahun belum memiliki

kematangan mental sehingga pada aspek sosiologis ketahanan lembaga keluarga

pun menjadi rentan.

Penanganan pernikahan dini sebenarnya sudah lama dilakukan oleh

pemerintah, salah satu diantaranya adalah melalui pembatasan usia pernikahan.

Batasan usia minimal seseorang untuk melangsungkan pernikahan telah diatur

dalam Undang-Undang Perkawinan tahun 1974 bab II pasal 7 ayat 1 dan ayat 2

yang berbunyi ;

“Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19

tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun (ayat 1). Dalam hal

penyimpangan terhadap ayat 1 pasal itu dapat meminta dispensasi kepada

pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orangtua pihak

maupun pihak wanita (ayat 2)”.

Pada pasal tersebut dijelaskan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria

mencapai umur 19 tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 tahun.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

6

Selebihnya perkawinan dilakukan dibawah batas minimal ini disebut pernikahan

dini. Namun, fakta di lapangan menunjukan bahwa kebijakan tersebut tidak

memberikan banyak pengaruh pada penekanan keberlangsungan pernikahan dini.

Kondisi masyarakat sub urban tentu rentan akan ketidakjelasan identitas

sosial. Hal ini dikarenakan, berbagai faktor seperti kondisi geografis yang secara

tidak langsung mempengaruhi kondisi sosial masyarakat desa yang

“terkontaminasi” oleh gaya hidup perkotaan. Pengaruh tersebut menjadikan pola

masyarakat desa yang “ke kota-kotaan”, mulai mengalami ketidakjelasan identitas.

Pergaulan sosial masyarakat desa bergeser pada pola pergaulan masyarakat kota

yang modern namun letaknya hanya ditengah-tengah tanpa ada kejelasan antara

masyarakat desa ataukah masyarakat kota. Hal ini menimbulkan berbagai dampak

negatif yang salah satunya adalah pergaulan bebas pada remaja yang berada pada

masyarakat sub urban. Pergaulan bebas tersebut yang dapat menimbulkan kasus-

kasus seperti married by accident yang pada akhirnya mengharuskan adanya

pernikahan dini, penyalahgunaan narkoba, putus sekolah dan sebagainya.

Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa keberadaan Undang-Undang

Perkawinan 1974 yang didalamnya mengandung pembatasan usia untuk melakukan

pernikahan secara umum masih belum berjalan efektif bagi remaja. Bahkan, Badan

Keluarga Berencana (BKB) membatasi usia yang disebut dengan pernikahan dini

yakni 20 tahun kebawah. Oleh sebab itu, masih banyak ditemui adanya praktik

pernikahan dini yang marak terjadi pada remaja Desa Ngenep. Pernikahan dini ini

pun disebut sebagai cara masyarakat dalam mengaktualisasikan dirinya dalam

status sosial dengan adanya stigma masyarakat mengenai “laku” dan “tidak laku”

pada remaja dengan usia-usia tertentu dengan mengesampingkan faktor penyebab

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

7

serta pandangan hidup kedepan. Meski hal ini dapat membawa dampak pada

kondisi sosiologis para pelaku pernikahan dini tersebut namun masyarakat Desa

Ngenep masih banyak yang menganggap bahwa pernikahan dini merupakan suatu

hal yang lumrah. Sehingga perlu diketahui bagaimana rasionalitas pernikahan dini

pada keluarga pasangan pernikahan dini di Desa Ngenep sebagai masyarakat sub

urban, serta apa saja hal-hal yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini pada

masyarakat Desa Ngenep sebagai masyarakat sub urban.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka batasan permasalahan dalam

penelitian ini adalah bagaimana rasionalitas pernikahan dini bagi pasangan

pernikahan dini di Desa Ngenep sebagai masyarakat sub urban?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rasionalitas seperti apa yang

mendasari terjadinya pernikahan dini bagi pasangan pernikahan dini pada

masyarakat Desa Ngenep sebagai masyarakat sub urban.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Mengembangkan Ilmu Pengetahuan Sosiologi khususnya dalam

kajian sosiologi keluarga. Khususnya terkait keluarga yang terbentuk

dengan latar belakang pernikahan dini serta rasionalitas subyek penelitian

yang ditemukan pada penelitian ini.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

8

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Jurusan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur bagi akademisi yang

ingin mengkaji lebih jauh mengenai rasionalitas pernikahan dini bagi

masyarakat sub urban

b. Bagi Badan Keluarga Berencana (BKB) Kecamatan Karangploso

Penelitian ini diharapkan dapat menambah rujukan dalam menganalisis

faktor-faktor pernikahan dini dilihat dari rasionalitas pasangan yang

menikah pada usia dini. Tujuannya untuk membuat kebijakan yang

tepat terkait penekanan jumlah pernikahan dini dalam rangka

meningkatkan jumlah keluarga sejahtera, dan meminimalisir tingkat

perceraian akibat pernikahan dini.

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Rasionalitas

Rasionalitas adalah pola pikir untuk bertindak sesuai dengan nalar

atau logika manusia. Rasionalitas merupakan konsep normatif yang

mengacu pada kesesuaian keyakinan seseorang dengan alasan seseorang

untuk percaya atau tindakan seseorang dengan alasan seseorang untuk

bertindak. (Ritzer, 2011 : 392)

1.5.2 Pernikahan Dini

Pernikahan dini menurut Badan Keluarga Berencana (BKB)

Kecamatan Karangploso adalah pengantin yang menikah dibawah usia 20

tahun (Malang Post, 2016 : 9). Sedangkan berdasarkan UU Perkawinan

tahun 1974 bab II pasal 7 yang berbunyi :

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

9

“Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah

mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai

umur 16 tahun (ayat 1). Dalam hal penyimpangan terhadap

ayat 1 pasal itu dapat meminta dispensasi kepada

pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua

orangtua pihak maupun pihak wanita (ayat 2)”.

Sehingga, pernikahan dibawah usia yang ditetapkan oleh undang-

undang perkawinan tesebut dikatakan sebagai pernikahan dibawah umur

atau pernikahan dini yang berlangsung dengan usia pengantin pria yang

belum mencapai umur 19 tahun dan pihak perempuan belum mencapai

umur 16 tahun. Atau perempuan yang berusia dibawah 16 tahun meskipun

pria berusia diatas 19 tahun dan atau perempuan berusia diatas 16 tahun

sedangkan pria berusia dibawah 19 tahun. Penelitian ini menggunakan

batasan usia yang dianggap pernikahan dini menurut BKB Kecamatan

Karangploso yakni 20 tahun baik bagi perempuan maupun laki-laki.

1.5.3 Masyarakat Sub Urban

Masyarakat sub urban adalah masyarakat yang mempunyai rumah

dan tinggal dipinggiran kota (bukan kota besar) namun mereka mencari

nafkah diwilayah kota besar. karakteristik atau ciri-ciri wilayah sub urban

ini adalah percampuran desa dan kota, beberapa daerah akan menunjukkan

bentuk kota tetapi disisi lain manunjukkan ciri khas pedesaan. Ini karena

awalnya wilayah ini adalah merupakan wilayah pedesaan yang mengalami

proses transisi menjadi daerah perkotaan (Voluntir, 2014 : 294).

1.6 Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan secara

sistematis, mempunyai tujuan tertentu dengan menggunakan metode yang

tepat, dimana data yang dikumpulkan harus ada relevansinya dengan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

10

masalah yang dihadapi. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk

mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis.

Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari

peraturan-peraturan suatu metode. Sehingga metodologi penelitian ialah

suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat

dalam penelitian. Ditinjau dari sudut filsafat, metodologi penelitian

merupakan epistimologi penelitian yaitu yang menyangkut bersama kita

mengadakan penelitian (Usman, 2004 : 42).

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

kualitatif. Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna

suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu

menurut perspektif peneliti sendiri. Penelitian kualitatif merupakan suatu

penelitian yang dilakukan untuk menghasilkan hipotesis dan analisisnya

bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif juga merupakan suatu penelitian

yang dicirikan oleh tujuan penelitian yang ingin memahami gejala-gejala

yang tidak memerlukan kuantifikasi atau gejala-gejala yang tidak

memungkinkan untuk diukur secara tepat atau kuantitatif (Usman, 2004 :

81).

1.6.2 Jenis Penelitian

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fenomenologi.

Penelitian dengan berlandaskan fenomenologi melihat objek penelitian

dalam satu konteks naturalnya (Idrus, 2009 : 59). Peneliti menggunakan

dasar fenomenologi dengan melihat fenomena tidak secara parsial, tidak

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

11

lepas dari konteks sosialnya karena satu fenomena yang sama dalam situasi

yang berbeda akan pula memiliki makna yang berbeda. untuk itu, dalam

mengobservasi data di lapangan, peneliti tidak dapat melepas konteks atau

situasi yang menyertainya yakni melihat pola pikir secara rasional pasangan

yang tergolong “pernikahan dini” dari suatu fenomena yang disebut sebagai

“pernikahan dini” dalam konteks masyarakat sub urban.

Terdapat ciri yang khas dalam studi fenomenologi yang didasari

pada ilmu humoria diantaranya:

a. Penekanan pada fenomena yang hendak dieksploitasi

berdasarkan sudut pandang konsep atau ide tunggal.

b. Eksplorasi fenomena pada kelompok individu yang semuanya

telah mengalami fenomena tersebut.

c. Pembahasan filosofis tentang ide dasar yang dilibatkan dalam

studi fenomenologi.

d. Pada sebagian bentuk fenomenologi, peneliti menggurung

dirinya diluar dari studi tersebut dengan membahas pengalaman

pribadi dengan fenomena tersebut.

e. Prosedur pengumpulan data secara khas melibatkan wawancara

terhadap individu yang telah mengalami fenomena tersebut.

f. Analisa data yang megikuti prosedur sistematika yang bergerak

dari satuan analisis yang sempit menuju satuan yang luas

kemudian menuju deskripsi yang detail merangkum unsur “apa”

yang dialami oleh individu dan bagaimana mereka

mengalaminya”.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

12

g. Fenomenologi diakhiri dengan bagian deskripsi yang membahas

esensi dari pengalaman yang dialami oleh individu tersebut

dengan melibatkan “apa” yang telah mereka alami dan

“bagaimana” mereka mengalaminya. Esensi atau intisari adalah

aspek puncak dari studi fenomenologi.

1.6.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Ngenep Kecamatan Karangploso

Kabupaten Malang. Desa Ngenep terdiri dari 7 (tujuh) Dusun yakni : Dusun

Ngenep, Dusun Baba’an, Dusun Curah Kembang, Dusun Genitri, Dusun

Tumpangrejo, Dusun Lowoksari, dan Dusun Mojosari. Desa Ngenep

merupakan salah satu desa yang secara geografis terletak diantara jalur

alternatif ke arah Kota Surabaya disebelah utara dan jalur alternatif dari

Surabaya menuju ke arah Kota Batu disebelah selatan. Namun demikian,

meski diapit oleh jalur menuju kota besar, Desa Ngenep masih merupakan

desa yang lokasinya di Kabupaten Malang yang tergolong pedesaan serta

mata pencaharian penduduk rata-rata adalah sebagai buruh pabrik di Kota

Malang, buruh tani dan atau petani. Sehingga, Desa Ngenep menjadi Desa

dengan masyarakat Sub Urban. Desa Ngenep juga merupakan desa yang

angka pernikahan dini tertinggi se Kecamatan Karangploso oleh sebab itu

peneliti tertarik untuk meneliti di Desa Ngenep.

1.6.4 Subyek Penelitian

Pemilihan subyek terfokus pada pasangan yang melakukan

pernikahan dini di Desa Ngenep yang tersebar dalam tujuh Dusun.

Pemilihan subyek atau pasangan yang melakukan pernikahan dini ini

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

13

dibatasi oleh data pada buku catatan kehendak nikah Desa Ngenep dari

tahun 2014 hingga tahun 2016. Selanjutnya penelitian ini menggunakan

teknik Purposif Sampling. Purposif sampling adalah teknik pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut

dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, atau mungkin sebagai

penguasa sehingga memudahkan untuk menjelajahi obyek atau situasi sosial

yang ingin diteliti (Sugiyono, 2010 : 210). Peneliti harus mengambil sampel

berdasarkan tujuan tertentu, dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi

sebagai berikut:

a) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat, karakteristik

tertentu.

b) Subjek yang dipilih harus sesuai dengan ciri-ciri.

Subjek penelitian yang dipilih adalah pasangan yang termasuk menikah dini

di Desa Ngenep. (yakni pada saat menikah, laki-laki atau perempuan berusia

20 tahun).

1. Pasangan yang menikah dini diantara tahun 2014 – 2016.

2. Masih dalam status perkawinan.

3. Berdomisili di Desa Ngenep.

4. Baik suami maupun istri adalah masyarakat Desa Ngenep.

Alasan peneliti mengambil kriteria subjek tersebut untuk

mendapatkan data terkait rasionalitas pernikahan dini menurut pasangan

yang menikah pada usia dibawah 20 tahun dan bekerja di kota untuk melihat

rasionalitasnya sebagai masyarakat sub urban.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

14

Berdasarkan kriteria pengambilan sampel penelitian diatas, peneliti

memperoleh enam pasangan pernikahan dini. Sehingga keenam pasangan

yakni terdiri dari enam orang laki-laki dan enam orang perempuan itu

menjadi subyek dalam penelitian ini.

1.6.5 Sumber Data

Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai semua hal yang

berkaitan dengan tujuan penelitian. Dengan demikian, tidak semua

informasi atau keterangan merupakan data penelitian. Data hanyalah

sebagian saja dari informasi, yakni hanya hal-hal yang berkaitan dengan

penelitian (Idrus, 2009 : 61). Peneliti pada penelitian ini menggunakan

sumber data (informasi) yang menjadi perhatian atau kunci informasi

untuk memperoleh data yang diperlukan, maka terdapat 2 sumber yakni :

a. Data Primer

Sumber data primer yang diperoleh secara langsung dari objek yang

diteliti dengan cara wawancara mendalam serta observasi di lokasi

penelitian. Data-data diperoleh dari keterangan informan atau

narasumber yakni pasangan yang tergolong pasangan pernikahan

dini di Desa Ngenep Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder diperoleh dari arsip-arsip atau dokumen

seperti catatan kehendak nikah dari mudin Desa Ngenep, data

pasangan yang menikah pada usia dibawah 20 tahun (selama tahun

2014 – 2016) dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan

Karangploso, Data pernikahan dini dari Badan Keluarga Berencana

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

15

(BKB) Kecamatan Karangploso. Selain itu, sumber-sumber data

sekunder didapatkan dengan mencari dan mengumpulkan data

melalui informasi secara tertulis atau gambar-gambar yang

berhubungan dengan fakta dan kondisi di lapangan.

1.6.6 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri

spesifik karena tidak terbatas hanya pada orang, namun obyek-obyek

alam yang lain juga. Observasi digunakan apabila, penelitian berkenaan

dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2012 : 145).

Obyek yang akan diobservasi nantinya adalah keluarga pasangan

pernikahan dini. Sehingga, data yang nantinya diperoleh dalam

observasi misalnya cara komunikasi sehari-hari dalam keluarga

tersebut, cara mengambil keputusan, cara bertindak dalam menghadapi

masalah, perilaku keseharian didalam rumah tangga seperi pola asuh

terhadap anak, bertetangga dan sebagainya.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. (Sugiyono,

2012 : 231) Peneliti menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur

yakni wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

16

pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap

untuk pengumpulan datanya. Peneliti melakukan wawancara mendalam

berkaitan dengan rasionalitas pernikahan dini yang dilakukan oleh

subyek penelitian misalnya terkait dengan apa yang membuatnya

memilih untuk menikah dini, bagaimana pernikahan dini dari sudut

pandangnya, bagaimana orangtua menyikapi pilihannya melakukan

pernikahan dini dan sebagainya.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berupa tulisan, gambar,

atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2012 : 240).

Dengan cara melakukan teknik pengumpulan data dokumentasi, peneliti

mendatangi lokasi penelitian untuk mengambil data-data berupa

dokumen tulisan atau foto-foto yang berhubungan dengan judul

penelitian.

1.6.7 Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Analisis telah mulai sejak merumuskan dan mejelaskan masalah, sebelum

terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian

(Sugiyono, 2012 : 245). Proses analisa data ini merupakan proses

penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan

diinterpretasikan. Kegiatan analisa data dalam penelitian ini menggunakan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

17

model analisa interaktif Miles dan Huberman melalui empat tahapan

(Sugiyono, 2012 : 247). Tahapan tersebut antara lain sebagai berikut :

Skema 1.1 Model analisa data oleh Miles dan Huberman (1992)

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke

lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit.

Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi

data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian

data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas

dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya dan

mencarinya bila diperlukan.

Pengumpulan

Data Penyajian

Data

Reduksi Data

Penarikan

Kesimpulan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

18

b. Penyajian Data

Pada penelitian Kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan

sejenisnya. Dalam hal ini menurut Miles dan Huberman, yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang bersifat naratif.

c. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel.

d. Validitas Data

Penelitian ini menggunakan validitas data triangulasi yang artinya

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan :

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

apa yang dikatakannya secara pribadi.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44225/2/jiptummpp-gdl-kusnulkoti-49849... · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang . Indonesia merupakan

19

c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang

pemerintahan. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu

dokumen yang berkaitan.

Peneliti menggunakan berbagai jenis sumber data dan bukti dari

situasi yang berbeda. Ada 3 sub jenis yaitu orang, waktu dan ruang.

Orang, data-data dikumpulkan dari orang-orang berbeda yang

melakukan aktivitas sama. Waktu, data-data dikumpulkan pada waktu

yang berbeda. Ruang, data-data dikumpulkan di tempat yang berbeda

(Sugiyono, 2012 : 273). Bentuk paling kompleks triangulasi data yaitu

menggabungkan beberapa sub-tipe atau semua level analisis. Jika data-

data konsisten, maka validitas ditegakkan.