bab i pendahuluan 1.1 latar...

18
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya perekonomian memaksa para pelaku bisnis dan konsumen untuk dapat memiliki alternatif yang menggerakkan mereka dari sistem perekonomian lama. Seperti dalam hal sistem operasi bisnis dan penyampaian informasi penjualan guna peningkatan segmentasi khususnya geografis (Kotler, 2007). Salah satunya dengan menggunakan teknologi Internet. Pertumbuhan pengguna Internet di Indonesia kian tak terbendung pula. Seperti yang diinformasikan dalam Majalah Marketeers edisi November 2013, MarkPlus Insight Indonesia Internet Users Survey ini mengungkap jumlah pengguna Internet tumbuh signifikan hingga 22% dari 62 juta di tahun 2012 menjadi 74,57 juta di tahun 2013. Menurut lembaga riset MarkPlus Insight, angka jumlah pengguna Internet di Indonesia akan menembus 100 juta jiwa di tahun 2015 nanti. Pengguna Internet yang dikategorikan sehari-harinya menghabiskan waktu lebih dari tiga jam dalam dunia maya meningkat dari 24,2 juta di tahun 2012 menjadi 31,7 juta orang di tahun 2013. Gambar 1.1 Peningkatan Jumlah Netizen Indonesia 2010-2013 Sumber: Riset MarkPlus Insight 2013

Upload: ngothuan

Post on 08-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya perekonomian memaksa para pelaku bisnis dan

konsumen untuk dapat memiliki alternatif yang menggerakkan mereka dari sistem

perekonomian lama. Seperti dalam hal sistem operasi bisnis dan penyampaian

informasi penjualan guna peningkatan segmentasi khususnya geografis (Kotler,

2007). Salah satunya dengan menggunakan teknologi Internet.

Pertumbuhan pengguna Internet di Indonesia kian tak terbendung pula.

Seperti yang diinformasikan dalam Majalah Marketeers edisi November 2013,

MarkPlus Insight Indonesia Internet Users Survey ini mengungkap jumlah

pengguna Internet tumbuh signifikan hingga 22% dari 62 juta di tahun 2012

menjadi 74,57 juta di tahun 2013. Menurut lembaga riset MarkPlus Insight, angka

jumlah pengguna Internet di Indonesia akan menembus 100 juta jiwa di tahun

2015 nanti. Pengguna Internet yang dikategorikan sehari-harinya menghabiskan

waktu lebih dari tiga jam dalam dunia maya meningkat dari 24,2 juta di tahun

2012 menjadi 31,7 juta orang di tahun 2013.

Gambar 1.1

Peningkatan Jumlah Netizen Indonesia 2010-2013

Sumber: Riset MarkPlus Insight 2013

2

Survei Netizen dilakukan terhadap 2150 responden yang tinggal

di 10 kota besar di Indonesia pada bulan Agustus – September 2013, dengan

teknik Multistage Random Sampling. Responden dalam survei ini adalah

mereka yang berusia 15 – 64 tahun yang secara rutin mengakses Internet.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) juga membenarkan riset

tersebut secara resmi dan telah menyatakan bahwa pengguna Internet di Indonesia

tidak hanya berjumlah 63 juta orang saja namun terus bertumbuh hingga mencapai

120 juta orang (http://www.merdeka.com/teknologi/jumlah-pengguna-internet-di-

indonesia-capai-120-juta-orang.html).

Seiring kemajuan zaman dan teknologi, khususnya Internet, semua

keterbatasan jarak, waktu, dan biaya antara penjual dan pembeli dapat teratasi

dengan mudah. Seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna Internet pula di

Indonesia, masyarakat mulai mengembangkan bidang usahanya bukan hanya di

dunia nyata, namun juga di dunia maya. Dari berbagai banyaknya implementasi

teknologi dalam bisnis yang ada, salah satu yang semakin berkembang saat ini

yaitu dengan menggunakan electronic commerce (E-commerce) dalam proses jual

beli produk baik itu barang maupun jasa, baik dalam bentuk fisik maupun digital

(Spica, 2007).

Seperti dilansir dari situs the-marketeers.com dalam artikelnya yang

berjudul „4 Model Bisnis Paling Populer Saat Ini‟ (diakses pada 10 Januari 2014)

menyebutkan melalui konsep e-commerce, pasar bertransformasi tidak

hanya offline tetapi juga online.Terdapat setidaknya 4 model bisnis paling

poluler. Model tersebut meliputi iklan baris, toko online, pasar online atau

biasa disebut marketplace dan model keempat adalah mengadopsi dari

budaya Amerika Serikat (AS), yaitu model kupon diskon (http://www.the-

marketeers.com/archives/empat-model-bisnis-paling-populer-saat-

ini.html#.Us5G9_RdW0s).

E-Commerce adalah suatu proses membeli dan menjual produk-produk

secara elektronik oleh konsumen dan dari perusahaan ke perusahaan dengan

komputer sebagai perantara transaksi bisnis. Perdagangan elektronik merupakan

penerapan / penggunaan teknologi Internet dan web untuk keperluan transaksi

3

bisnis (Laudon dan Traver, 2012: 340). Bisnis ini memiliki potensi yang sangat

besar dan bahkan akan semakin besar keberadaannya beberapa tahun kedepan.

Majalah Marketing telah menerbitkan sebuah artikel dalam website nya pada 3

September 2013 yang membuktikan bahwa pertumbuhan e-commerce di

Indonesia merupakan yang tercepat di dunia.

Tahun ini, penjualan e-commerce secara global diperkirakan meningkat

17% menjadi US$ 1,2 triliun. Peningkatan tersebut dipimpin oleh pertumbuhan di

kawasan Asia-Pasifik. Menurut perkiraan eMarketer, Indonesia diperkirakan akan

mengalami pertumbuhan e-commerce yang lebih besar dibanding negara-negara

lainnya tahun ini. Penjualan secara online di Indonesia diperkirakan akan

meningkat sebesar 71,3 % hingga menjadi total sebesar US$ 1,8 miliar.

(http://www.marketing.co.id/pertumbuhan-e-commerce-indonesia-tercepat-di-

dunia/). Hal tersebut menunjukkan betapa suksesnya bisnis satu ini di tanah air

pada era sekarang dimana konsumen tidak perlu keluar rumah hanya untuk

berbelanja.

Tabel 1.1

Data Pertumbuhan Bisnis B2C Ecommerce Dunia 2011-2016

Sumber: http://www.emarketer.com/Article/B2C-Ecommerce-Climbs-Worldwide-

Emerging-Markets-Drive-Sales-Higher/1010004#wIFryXFmLtpUIXx7.99

Data tersebut menyebutkan bahwa total nilai belanja online tahunan di Indonesia

sendiri semakin meningkat dan dapat diprediksikan akan terus bertambah dari

4

tahun ke tahun. Hal itu juga membuktikan e-commerce merupakan bentuk

pemasaran yang cukup efektif digunakan di Indonesia mengingat pangsa pasar

yang terus meluas.

Tabel 1.2

Persentase Pertumbuhan Bisnis Ecommerce Dunia 2011-2017

Sumber: http://www.emarketer.com/Article/B2C-Ecommerce-Climbs-Worldwide-

Emerging-Markets-Drive-Sales-Higher/1010004#wIFryXFmLtpUIXx7.99

Persentase pertumbuhan bisnis online di Indonesia menempati peringkat teratas di

Asia-Pasifik bahkan seluruh dunia yang mencapai 71.3% pada tahun 2013 dan

diperkirakan akan bertambah lagi peningkatannya sebesar 45.1% pada tahun 2014

ini.

5

Gambar 1.2

Pangsa Pasar Bisnis Ecommerce Asia Pasifik 2010-2016

Sumber: http://www.emarketer.com/Article/B2C-Ecommerce-Climbs-Worldwide-

Emerging-Markets-Drive-Sales-Higher/1010004#wIFryXFmLtpUIXx7.99

Tak hanya itu saja, pangsa pasar dan pemain industri e-commerce di

Indonesia sudah mulai besar dan bertambah mencapai 1.9% dari seluruh pemain

di Asia-Pasifik. Betapa tingginya tingkat pertumbuhan bisnis tersebut sehingga

mampu menjadi 4 model bisnis yang paling populer dan mulai dimainkan para

pelaku bisnis di Indonesia.

Teknologi komunikasi yang semakin berubah dan mendunia, berdampak

pada munculnya alternatif bagi para pelaku bisnis yang lebih luas dan efisien.

Berbagai pemikiran telah berkembang dalam dunia bisnis dan penggunaan media

internet dalam menjangkau konsumen secara global merupakan kebijakan yang

berdampak pada perubahan aspek kehidupan termasuk dalam pengembangan

bisnis (Laohapensang, 2009). Sesungguhnya, transaksi via online di Indonesia

tidaklah sedikit. Data dari IDC (Internetindo Data Centra) Indonesia yang di

6

sampaikan oleh Lembaga Riset Telematika Sharing Vision dalam situs the-

marketeers.com 11 Desember 2010 menyebutkan bahwa transaksi online di

Indonesia tahun 2009 saja sudah mencapai Rp 35 Miliar. Hanya saja

transaksi sebesar itu belum bisa dinikmati pemain lokal lantaran sebagian

besar transaksi tersebut dilakukan oleh pemain asing (http://www.the-

marketeers.com/archives/belanja-online-antara-ya-dan-

tidak.html#.Us5HDfRdW0s).

Sebuah artikel yang dilansir sebuah situs pada 7 Februari 2013

menyebutkan Data lain versi riset DailySocial, nilai transaksi

online Indonesia tahun 2012 mencapai US$0,9 miliar atau sekitar Rp8,5

triliun. Diprediksi pada tahun 2015, nilainya akan melonjak sampai

menembus ke angka US$10 miliar atau Rp 95 triliun (http://www.the-

marketeers.com/archives/transaksi-online-indonesia-2015-diprediksi-rp95-

triliun-waktunya-brand-besar-geluti-e-commerce.html#.Us5So_RdW0s).

Online shopping atau yang sering disebut belanja via online sendiri

adalah suatu proses pembelian barang atau jasa dari mereka yang menjual barang

atau jasa melalui Internet dimana antara penjual dan pembeli tidak pernah

bertemu atau melakukan kontak secara fisik yang di mana barang yang diperjual

belikan ditawarkan melalui display dengan gambar yang ada di suatu website atau

toko maya. Ditengah kesuksesan bisnis online shopping ini, terdapat beberapa

kesenjangan antara hasil beberapa riset dengan fakta pertumbuhan bisnis e-

commerce ini. Dalam sebuah majalah MIX Marketing Communications edisi

Desember 2013 menyebutkan bahwa Konsumen di Indonesia paling tidak puas

dalam hal berbelanja online bila dibandingkan dengan negara lain.

Survei Smart Shopping yang dilakukan atas inisiatif Rakuten salah satu

perusahaan layanan Internet terbesar di dunia dan pemilik Rakuten Belanja Online

(RBO) oleh REDSHIFT RESEARCH pada Mei 2013 lalu menunjukkan bahwa 84%

Online Shopper Indonesia paling tidak puas dibandingkan pembelanja online

Malaysia dan Thailand dalm 12 bulan terakhir. Survei tersebut telah dilakukan

kepada 2.008 responden (Online Shopper) Indonesia, Malaysia, Taiwan dan

Thailand. Survey menyebutkan, “Alasan utama tidak puas terhadap barang yang

7

dibeli secara online: Product Quality 30%, produk tidak sesuai 10%, produk

terlalu lama di-deliver 9%, produk terlihat berbeda dari yang diarahkan untuk

dipercaya” (Majalah MIX Marketing Communications, edisi Desember 2013 Hal.

16)

Hal tersebut membuktikan bahwa sangat bertolak belakang dengan apa

yang sudah diraih bisnis online di Indonesia. Diantaranya, banyak pelaku bisnis

yang sukses, pertumbuhan e-commerce yang sangat pesat dari tahun ke tahun,

kenaikan jumlah transaksi yang signifikan dari waktu ke waktu. Pernyataan

tersebut juga dibenarkan oleh sebuah portal berita online pada 2 November 2013

mengenai hasil riset Rakuten yang menyebutkan, “di semua negara yang disurvei,

lebih dari tiga perempat, atau 78%, responden mengatakan bahwa mereka pernah

mengalami ketidakpuasan dengan pembelian online yang pernah mereka

lakukan dalam waktu 12 bulan terakhir”. Lebih spesifik lagi, konsumen di

Taiwan (86%) dan Indonesia (84%) adalah yang paling tidak puas dengan

pengalaman berbelanja online mereka. Sekitar 49% dari responden merasa tidak

puas karena produk yang mereka dapatkan berbeda dengan yang mereka

harapkan. (http://Wartaekonomi.Co.Id/Berita19006/Survei-84-Orang-Indonesia-

Tidak-Puas-Saat-Berbelanja-Online.Html)

Sebuah situs berita terkemuka bisnis.com dan okezone.com pada 1

November 2013 lalu juga menambahkan bahwa ada juga konsumen yang batal

bertransaksi karena merasa tidak yakin dengan keamanan di situs belanja online

yang mereka kunjungi. Jumlah mereka sebanyak 18%. Adapun sekitar 14%

konsumen lainnya mengaku enggan bertransaksi karena masih tidak yakin dengan

reliabilitas yang dimiliki oleh penjual yang bersangkutan tersebut

(http://m.bisnis.com/industri/read/20131101/105/184249/84-konsumen-tak-puas-

dengan-belanja-online,http://techno.okezone.com/read/2013/11/01/55/890569/84-

konsumen-indonesia-kecewa-dengan-belanja-online). Fenomena ini

memunculkan pertanyaan ada apa dengan ini semua dan apa yang membuat hal

ini bisa terjadi.

Menurut Pavlou dan Geffen (2002: 74) faktor yang sangat penting yang

bisa mempengaruhi minat pembelian online adalah faktor kepercayaan. Faktor

8

kepercayaan menjadi faktor kunci dalam setiap jual beli secara online. Hanya

pelanggan yang memiliki kepercayaan dan beranilah yang akan melakukan

transaksi melalui media Internet. Karena itu jika tidak ada landasan kepercayaan

antara penjual dan pembeli maka tidak akan terjadi transaksi dalam dunia e-

commerce, apalagi mengetahui jika produk yang dijual dan ditawarkan oleh

penjual merupakan produk yang semu, dalam artian produk yang dijual masih

berupa bayangan penjual saja.

Simon (2001) dan Yoon (2002) menjelaskan bahwa secara teoritis

terdapat hubungan antara loyalitas, kepercayaan dan SHPD (dalam Anderson,

2003: 131). Simon dan Yoon juga menyebutkan kepercayaan dan desain suatu

situs sangat mempengaruhi loyalitas konsumen akan situs itu sendiri. Termasuk

keamanan dan privasi yang secara jelas juga mempengaruhi kepercayaan

konsumen. Dalam loyalitas suatu website yang terpenting bukanlah harga,

melainkan kepercayaan dengan kata lain “Price does not rule the web, Trust does”

(Reichheld dan Schefter, 2000: 106).

Menurut Carlos Flavian dan Miguel Guinaliu (2006: 2) terdapat tiga

elemen dasar dari loyalitas pengguna terhadap website yakni kepercayaan,

keamanan dan kebijakan privacy dari pengguna. Ketiga faktor tersebut yang

sekiranya memberikan pengaruh terhadap perilaku beli konsumen termasuk dalam

hal loyalitas yang ditawarkan secara online, dimana ketiganya merupakan variabel

dari penelitian mengenai Online Shop yang telah dilakukan sebelumnya pada

2006 di Spain oleh Carlos Flavia´n dan Miguel Guinalı´u yang dapat dijadikan

sebagai variabel independen dengan melakukan beberapa penyesuaian untuk

setting penelitian mengenai loyalitas pengguna websites. Selain itu faktor

keamanan juga turut andil dalam bisnis ini. Seperti yang dilansir the-

marketeers.com pada 11 Desember 2010 yang menyebutkan “Jual-

beli online akan tumbuh pesat di Indonesia apabila dua syarat terpenuhi,

yaitu masalah pembayaran (kecepatan, ketepatan, dan keamanan) dan

masalah layanan perusahaan logistik harus semakin baik sesuai dengan apa

yang mereka janjikan” (http://www.the-marketeers.com/archives/belanja-

online-antara-ya-dan-tidak.html#.Us5HDfRdW0s)

9

Situs tersebut juga menambahkan bahwa menurut sebuah survei

Rakuten Smart Shopping Survey yang pertama, para online shopper lebih

mengutamakan keamanan ketika melakukan pembelian secara online.

Sekitar 77% dari responden menyebutkan bahwa keamanan menjadi

prioritas utama. Pilihan kedua baru mengenai harga, ada sekitar 63%

responden (http://www.the-marketeers.com/archives/konsumen-lebih-peduli-

keamanan-bertransaksi-online-dibanding-harga.html#.UtDRJPRdW0s).

Seiring dengan perkembangan dunia Internet yang sangat pesat maka

banyak bermunculan situs-situs online shopping, blog-blog online ataupun situs

komunitas yang tidak hanya sebagai situs pertemanan tetapi juga menawarkan

forum jual beli yang menyediakan segala pernak-pernik kebutuhan manusia. Di

Indoneisa sendiri telah berkembang berbagai penyedia e-commerce seperti Kaskus,

Lazada, Bhinneka, Tokopedia, Zalora, Berniaga, dan lain-lain.

Gambar 1.3

Gambaran Umum Beberapa Penyedia Ecommerce Indonesia

Sumber: http://sharingvision.com/2013/10/perkembangan-e-commerce-di-indonesia/

diakses pada 10 Januari 2014 pukul 13.14 WIB

Di Indonesia sendiri, penyedia layanan e-commerce tumbuh semakin

banyak. Sebagai contoh, seiring berjalannya waktu kini situs Zalora menjadi salah

satu penyedia e-Commerce fashion online terbesar di Indonesia dengan nilai

transaksi 48 juta euro. Begitu pula dengan Bhinneka yang nilai transaksinya

10

mencapai 300 milyar rupiah pada 2012. Seperti yang dilansir Zalora.co.id melalui

press release-nya yang diterbitkan 22 Juni 2012 lalu ZALORA adalah tujuan

belanja online terlengkap untuk fashion dan gaya hidup di Indonesia, yang

memberikan pengalaman belanja mudah dengan harga terjangkau, ditambah

dengan pelayanan yang terbaik di kelasnya bagi para pelanggan

(http://www.zalora.co.id/press/).

“Since its inception in 2012, ZALORA has grown to be Southeast Asia's

leading online fashion & beauty retailer offering more than 130,000 products and

over 500 international brands” (http://finance.yahoo.com/news/breaking-own-

sea-funding-record-093000014.html). ZALORA kini telah tumbuh menjadi

pemimpin online fashion and beauty retailer di Asia Tenggara. Begitu pula di

Indonesia yang pertumbuhan bisnis ini semakin cepat. ZALORA, website e-

commerce fashion terbesar di Indonesia telah diluncurkan. “Zalora, Asia's fastest-

growing online fashion and beauty products retailer, is planning to go public in

2014”. (http://finance.yahoo.com/news/breaking-own-sea-funding-record-

093000014.html). Zalora menjadi retailer produk fashion dan kecantikan terbesar

dan dengan pertumbuhan tercepat di Asia. Zalora menyediakan 400 brand lokal

dan internasional yang mencapai 10.000 produk.

Begitu pula dengan Bhinneka.com, Sudah hampir 13 tahun Bhinneka.com

menggairahkan bisnis e-commerce di Indonesia. Bhinneka.com telah meraih

berbagai penghargaan sejak tahun 1996 sampai sekarang. Tercatat sebanyak 47

lebih penghargaan yang sudah diraih Bhinneka.com. `Berdasarkan riset yang telah

dilakukan oleh SWA melalui survei pada November 2012 dengan metode survei

SWA Stratified Random sampling. Survei juga dilakukan MarkPlus Insight pada

Januari 2013 dengan menggunakan Metode riset Quantitative Approach (Online

and Phone Survey). Bhinneka.com masuk ke dalam Top 5 Top Brand Award

untuk kategori Online Shop selama 2 tahun berturut – turut.

11

Tabel 1.3

Top 4 Penghargaan Top Brand Award 2012 Kategori Online Shop

Sumber: SWA edisi September, 2012

Top Brand survey 2013 dilakukan pada fase Mei – Juni 2013 di 8 kota besar di

Indonesia (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makasar, Pekanbaru

dan Balikpapan). Survei melibatkan 5200 responden yang terdiri dari 3250

random samples, 1100 random retail samples dan 800 booster samples.

Tabel 1.4

Top 5 Penghargaan Top Brand Award 2013 Kategori Online Shop

Sumber: SWA edisi Desember, 2013

Zalora.co.id dan Bhinneka.com kembali menjadi 5 besar untuk kategori

Top Brand pada 2013. Hal itu membuktikan bahwa kelima situs jual beli ini

sangatlah digemari masyarakat. Peneliti mengambil studi pada Zalora dan

Bhinneka dikarenakan dari kelima situs peraih Top Brand tersebut hanya Zalora

dan Bhinneka yang termasuk kedalam kategori e-tailer. Dengan kata lain kedua

situs tersebut sangat mempertimbangkan masalah keamanan, privasi dan

kepercayaan konsumen dalam menjalankan bisnis online karena memang

menangani mulai dari pemesanan, pembayaran sampai pengiriman ke tangan

konsumen. Tidak seperti Tokobagus dan Berniaga yang hanya mempertemukan

12

pembeli dan penjual saja (Market Creator) sehingga tidak terlalu mementingkan

masalah keamanan, pembayaran dan privasi.

Berdasarkan pentingnya kepercayaan konsumen, keamanan dan

kebijakan privacy (Security in the Handling of Private Data) dalam

mempengaruhi keberlangsungan suatu bisnis e-commerce, serta munculnya

berbagai riset yang menyatakan pesatnya pertumbuhan bisnis e-commerce dan

tingginya pangsa pasar di Indonesia. Namun muncul pula riset yang menyatakan

konsumen di Indonesia paling tidak puas dalam berbelanja online. Kesenjangan

tersebut memunculkan pertanyaan apa yang sebenarnya terjadi. Maka dari itu

perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan antara ketiga faktor tersebut pada

pengguna website e-commerce. Dan penelitian ini mengambil judul: Analisis

Hubungan Antara Faktor Security in The Handling of Private Data (SHPD)

dan Trust dengan E-Commerce Website Loyalty (Studi Pada Zalora.co.id dan

Bhinneka.com)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka dalam

penelitian ini peneliti merumuskan masalah dan memfokuskannya hanya pada

hubungan antara faktor security in the handling of private data (SHPD), trust dan

e-commerce website loyalty pada kasus Zalora.co.id dan Bhinneka.com. Maka

dari itu penulis membuat identifikasi masalah dari penelitian ini kedalam 3 pokok

penting dan diformulasikan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan antara security in the handling of private data

dengan kepercayaan (Trust) pada situs jual beli online Zalora.co.id dan

Bhinneka.com?

2. Bagaimana hubungan antara kepercayaan (Trust) dengan loyalitas pada

situs jual beli online Zalora.co.id dan Bhinneka.com ?

3. Bagaimana hubungan antara security in the handling of private data

dengan loyalitas pada situs jual beli online Zalora.co.id dan

Bhinneka.com ?

13

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari

dimensi trust, perceived security dan privacy policy terhadap loyalitas para

pengguna website e-commerce di Indonesia. Secara lebih spesifiknya penelitian

ini bertujuan sebagai berikut :

1. Menguji keterkaitan hubungan antara security in the handling of private

data dengan kepercayaan (Trust) pada situs jual beli online Zalora.co.id

dan Bhinneka.com.

2. Menguji keterkaitan hubungan antara kepercayaan (Trust) dengan loyalitas

pada situs jual beli online Zalora.co.id dan Bhinneka.com.

3. Menguji keterkaitan hubungan antara security in the handling of private

data dengan loyalitas pada situs jual beli online Zalora.co.id dan

Bhinneka.com.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa

pihak yang berkepentingan. Dalam hal ini peneliti membagi manfaat penelitian

kedalam 2 aspek penting sebagai berikut:

1. Aspek Teoritis (Akademis)

a. Secara akademik, penelitian ini mempunyai kajian tentang bisnis e-

commerce / online shopping sebagai tools dalam Komunikasi

Pemasaran Terpadu yang merupakan model bisnis paling populer saat

ini dan semakin berkembang. Untuk itu, diharapkan penelitian ini

dapat menguraikan teori-teori bisnis e-commerce dan Computer

Mediated Communications yang nantinya akan berguna serta

memberikan kontribusi yang nyata bagi pengembangan penerapan teori

yang sudah ada dan berkaitan dengan persoalan tersebut.

b. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis

dalam menganalisis keterkaitan hubungan antara security in the

handling of private data (SHPD) dan trust dengan loyalitas pengguna

14

e-commerce website di Indonesia pada kasus Zalora.co.id dan

Bhinneka.com

c. Penelitian ini juga dapat menjadi bahan studi banding bagi mahasiswa

yang ingin mengadakan penelitian yang sama dimasa yang akan datang

/ studi lanjutan.

2. Aspek Praktis (Guna Laksana)

Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah:

a. Bagi masyarakat pada umumnya serta khususnya bagi perusahaan besar

maupun pelaku bisnis jual beli online baik berskala kecil dan menengah,

penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai keterkaitan antara

security in the handling of private data (SHPD), trust dan loyalitas

pengguna e-commerce website. Hal ini nantinya diharapkan dapat

menjadi bahan pertimbangan dan acuan dalam menjalani dan

mengembangkan bisnis jual beli online mengingat di Indonesia bisnis

ini memiliki prospek sangat baik dan tumbuh semakin pesat bahkan

tercepat diseluruh dunia.

b. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

masukan dan wacana pengetahuan atau referensi untuk penelitian / studi

lanjutan di masa yang akan datang.

1.5 Tahapan Penelitian

Setiap penelitian selalu berangkat dari masalah yang dibawa peneliti secara

jelas. Setelah masalah diidentifikasikan dan dibatasi maka selanjutnya masalah

tersebut dirumuskan. Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut maka peneliti

menggunakan berbagai teori untuk menjawab beberapa rumusan. Jawaban atas

rumusan masalah tersebut dinyatakan dalam Hipotesis. Sehingga hipotesis dapat

diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiyono, 2011: 30).

15

Gambar 1.4

Komponen dan Proses Penelitian Kuantitatif

Sumber: Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Sugiyono, 2011: 30)

Hipotesis selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya secara empiris/nyata.

Peneliti melakukan pengumpulan data yang dilakukan pada populasi yang

ditetapkan peneliti dan menggunakan instrumen penelitian. Agar instrumen dapat

dipercaya maka harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Setelah instrumen teruji,

maka dapat digunakan untuk mengukur variabel yang telah ditetapkan. Data yang

telah terkumpul selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan-rumusan masalah

dan hipotesis yang diajukan dengan menggunakan statistik. Data hasis analisis

selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan (Sugiyono, 2011: 31).

Pembahasan terhadap hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan

interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan.

Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat

disimpulkan. Karena peneliti melakukan penelitian bertujuan untuk memecahkan

Kesimpulan

dan Saran

Analisis

Data

Pengumpulan

Data

Perumusan

Hipotesis

Landasan

Teori

Rumusan

Masalah

Populasi

& Sampel

Pengujian

Instrumen

Pengembangan

Instrumen

16

masalah, maka peneliti berkewajiban untuk memberikan saran-saran. Melalui

saran tersebut diharapkan masalah dapat dipecahkan.

Secara lebih rinci, agar lebih sistematis sekaligus menghemat waktu,

peneliti membagi proses penelitian ini menjadi empat tahapan yakni :

a. Tahap Perencanaan

Tahap ini dilakukan dengan mulai dari mencari pertanyaan penelitian yang

menarik, penting, belum pernah dijawab orang, dan dapat dijawab melalui

penelitian sesuai situasi dan kondisi.

i. Menentukan masalah yang akan diteliti berdasarkan fenomena yang

terjadi.

ii. Melakukan studi kepustakaan termasuk pencarian data. Studi ini

dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan berkaitan

dengan variabel yang akan diteliti.

iii. Menyusun dan mengajukan proposal penelitian.

iv. Penyusunan instrumen penelitian.

v. Uji coba instrumen.

b. Tahap Penelitian

Tahapan ini terdiri dari tahapan pengumpulan data dan analisis. Tahap

pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner dan berbagai data

pendukung lainnya.

i. Verifikasi data dan Tabulasi data.

Verifikasi data dilakukan untuk mengecek kelengkapan jumlah

kuesioner yang terkumpul dan kelengkapan pengisian kuesioner

yang diisi oleh responden. Tabulasi data adalah proses dimana

peneliti merekap semua data yang telah diperoleh.

ii. Pengolahan data secara statistik.

iii. Menginterpretasikan hasil statistik yang dibahas berdasarkan teori

yang digunakan dan membuat kesimpulan dan rekomendasi / saran

untuk berbagai pihak terkait.

c. Tahap Penulisan Laporan Penelitian

d. Tahap Revisi Laporan

17

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara online terhadap para pengguna situs belanja

online Zalora.co.id dan Bhinneka.com di Indonesia. Periode penelitian ± 4 bulan

dilakukan terhitung mulai bulan Januari sampai April 2014.

Tabel 1.5

Tahapan Penelitian

No Tahapan

Periode (Bulan)

Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perencanaan

2 Penelitian

3 Penulisan Laporan

Penelitian

4 Revisi Laporan

Sumber: Olahan Penulis

18