bab i pendahuluan 1 -...

14
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang wilayahnya terbentang dari sabang sampai merauke dengan beragam suku dan ras sehingga menghasilkan kebudayaan yang beraneka ragam. Salah satu kebudayaan dan tradisi yang beraneka ragam itu masih bisa kita saksikan hingga saat ini. Berbicara tentang tradisi yang ada di Indonesia, tidak terlepas dari pengaruh budaya leluhurnya. Sebelum islam datang ke Nusantara, masyarakat Indonesia sudah mengenal agama Hindu dan Budha, bahkan sebelum kedua agama itu datang masyarakat sudah mengenal kepercayaan Animisme dan Dinamisme, tetapi setelah ajaran islam masuk ke Indonesia terjadi akulturasi atau percampuran antara tradisi masyarakat setempat dengan ajaran islam. Seiring perkembagan zaman, dalam masyarakat yang serba praktis dan singkat, banyak tradisi masyarakat yang tidak bertahan sampai sekarang. Meskipun demikian, masih banyak juga tradisi yang masih mampu bertahan di era yang modern ini salah satunya adalah tradisi ritual selamatan orang Bugis saat menyambut bulan suci Ramadhan, yang biasa disebut dengan ritual Sokko. Ritual Sokok atau biasa dikenal dengan sebutan ritual selamatan yang dilakukan dan biasa dilaksanakan saat meyambut bulan suci Ramadhan ini sudah ada sejak Tahun 1958 hingga sekarang dan masyarakat sebagian sudah menganggap teradisi selamatan saat meyambut lebaran adalah sebuah hal yang sakral di laksanakan saat menyambut datangnya bulan suci Ramadhan terutam masyarakat suku Bugis yang bertempat tinggal di Nunukan. Masuknya tradisi tersebut ke Pulau Nunukan tidak terlepas dari budaya Bugis yang mayoritas menduduki Kota Nunukan sehingga Pola pikir masyarakat Nunukan yang mayoritas 70% adalah suku Bugis sudah sangat mempengaruhi masyarakat suku asli Nunukan yaitu suku

Upload: others

Post on 24-Dec-2019

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44199/2/jiptummpp-gdl-muhammadro-48860-2-bab1.pdf · kemenyan) dan semua keluarga berkumpul bersama mebaca doa selamat yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kepulauan yang wilayahnya terbentang dari sabang sampai

merauke dengan beragam suku dan ras sehingga menghasilkan kebudayaan yang beraneka

ragam. Salah satu kebudayaan dan tradisi yang beraneka ragam itu masih bisa kita saksikan

hingga saat ini. Berbicara tentang tradisi yang ada di Indonesia, tidak terlepas dari pengaruh

budaya leluhurnya. Sebelum islam datang ke Nusantara, masyarakat Indonesia sudah

mengenal agama Hindu dan Budha, bahkan sebelum kedua agama itu datang masyarakat

sudah mengenal kepercayaan Animisme dan Dinamisme, tetapi setelah ajaran islam masuk ke

Indonesia terjadi akulturasi atau percampuran antara tradisi masyarakat setempat dengan

ajaran islam.

Seiring perkembagan zaman, dalam masyarakat yang serba praktis dan singkat, banyak

tradisi masyarakat yang tidak bertahan sampai sekarang. Meskipun demikian, masih banyak

juga tradisi yang masih mampu bertahan di era yang modern ini salah satunya adalah tradisi

ritual selamatan orang Bugis saat menyambut bulan suci Ramadhan, yang biasa disebut

dengan ritual Sokko.

Ritual Sokok atau biasa dikenal dengan sebutan ritual selamatan yang dilakukan dan

biasa dilaksanakan saat meyambut bulan suci Ramadhan ini sudah ada sejak Tahun 1958

hingga sekarang dan masyarakat sebagian sudah menganggap teradisi selamatan saat

meyambut lebaran adalah sebuah hal yang sakral di laksanakan saat menyambut datangnya

bulan suci Ramadhan terutam masyarakat suku Bugis yang bertempat tinggal di Nunukan.

Masuknya tradisi tersebut ke Pulau Nunukan tidak terlepas dari budaya Bugis yang mayoritas

menduduki Kota Nunukan sehingga Pola pikir masyarakat Nunukan yang mayoritas 70%

adalah suku Bugis sudah sangat mempengaruhi masyarakat suku asli Nunukan yaitu suku

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44199/2/jiptummpp-gdl-muhammadro-48860-2-bab1.pdf · kemenyan) dan semua keluarga berkumpul bersama mebaca doa selamat yang

2

Tidung karena banyak juga suku asli Tidung yang menikah dan mempunyai keluarga suku

Bugis sehingga terpengaruh tradisi selamat adat Bugis. Ritual ini sudah menjamur

dimasyarakat yang ada di pulau Nunukan, ritual ini adalah proses selamatan yang dilakukan

oleh suku Bugis dan umumnya sudah terjadi di semua masyarakat yang ada di Nunukan tidak

hanya untuk selamatan sebuah keluarga namun teradisi ini juga ikut ambil mendoakan

keluarga yang sudah meninggal biasanya sesajian yang untuk orang meninggal biasa

dinamakan tolak balah karena masyarakat percaya dengan sesajian yang dinamakan tolak

balah akan mampu memberi keselamatan bagi orang yang telah meninggal. Sesajian yang

bernama tolak balah tidak boleh di makan oleh pihak keluarga karena sudah dipisahkan

sendiri dan dipercaya bahwa tolak balah hanya untuk orang yang sudah meninggal. Maka

nilai-nilai budaya yang ada dalam ritual ini sangat kental dengan adat istiadat yang ada di

Nunukan ini yang mebuat tradisi ini terus ada hingga sekarang karena budaya yang kental

dari suku Bugis yang masuk di kalimantan sudah melekat pada masyarakat Nunukan.

Proses ritual ini terjadi saat sehari sebelum bulan suci Ramadhan atau sehari sebelum

lebaran masyarakat yang masih memegang teguh tradisi tersebut, akan mulai disibukkan

dengan persiapan acara peyambutan bulan baru dan semua keluarga sudah meyiapkan

hidangan sebagai ungkapan kesyukuran biasanya aneka ragam hidagan atau masakan dan

keperluan ritual tersebut disediakan dalam ritual ini seperti Ayam Santan (mirip dengan opor

ayam), Sokok (beras ketan yang diatasnya diberi telur ayam kampung), Buras (lontong yang

dibungkus daun pisang), Buah-buahan biasanya ada (tebu, apel, pisang) Dupa (bau asap

kemenyan) dan semua keluarga berkumpul bersama mebaca doa selamat yang dipimpin oleh

seorang Ustad, Imam kampung atau orang yang di percaya untuk memmimpin doa dengan

membacara ayat-ayat suci Al-Quran sebelum membaca ayat suci Al-Quran biasanya dupa di

bakar dulu dan diberi kemeyan dan dibacakan doa dengan menggunakan bahasa Bugis atau

Melayu barulah dibacara ayat suci Al-Quran, serta mendoakan bagi almarhum (leluhur) agar

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44199/2/jiptummpp-gdl-muhammadro-48860-2-bab1.pdf · kemenyan) dan semua keluarga berkumpul bersama mebaca doa selamat yang

3

mendapat keselamatan diakhirat dan keluarga yang ditingalkan juga mendapat keselamatan,

kesehatan dan dimudahkan rezekinya. Kadang ada rumah yang harus menunggu hingga larut

malam demi menunggu imam masjid yang terus berpindah dari satu rumah ke rumah lain.

Prosesi mabbaca atau mendoakan sebenarnya hanya beberapa menit.

Imam masjid yang datang duduk di depan sesajian akan mabbaca (mendoakan)

sambil memasukkan kemenyan ke dalam (dupa) yg telah diisi sedikit bara api. Bau kemenyan

akan menyeruak ke seisi rumah, sementara itu imam akan memegang baki (talam) secara

bergantian sebagai tanda ia mendoakan makanan tersebut. Dua baki di ruang tamu dan satu

baki didoakan secara terpisah yang terpisah itu dinamakan tolak bala biasa di simpan

dikamar orang tua namu kebayakan sekarang proses ritual tersebut di lakukan di ruang tamu.

Sebelum pamit biasanya setiap keluarga yang telah didoakan oleh imam akan diberikan

ucapan terimakasi dan berupa uang. Uang akan di masukan kedalam saku baju imam tersebut

uang biasanya bernominal antara dua puluh ribu rupiah sampai limah puluh ribu rupiah,

tergantung dari kemampuan setiap keluarga. Pemberian uang ini juga termasuk kedalam

ritual mabbaca (mendoakan), setiap rumah melakukan hal ini. Jarang sekali imam akan

menyentuh makanan yang disajikan, ia lebih banyak terburu-buru pamit sebab rumah lain

telah menunggu karena setiap kampung biasanya terdiri dari dua atau empat imam kampung

dan ustad. Setelah didoakana maka barulah bisa setiap keluarga menyentuh makanan

tersebut, karena dalam ritual Sokko tidak boleh meyentuh makanan sebelum didoakan oleh

imam kampung hal ini sudah menjadi kepercayaan adat bugis secara turun temurun,

selesainya ritual mabbaca tersebut menandakan secara tekhnis dan tradisi bahwa masyarakat

Bugis yang melakukan ritual ini telah siap melakukan niat puasa pertama di bulan suci

ramdhan ini adalah salah satu proses adat Bugis yang masi dilestarikan sampai sekarang.

Sebenarnya ritual ini tidak ada tuntutannya sebagai mana yang pernah dicontohkan

dalam kehidupan Rasulullah SAW, namun masyarakat yang sudah mempercayai tradisi ini

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44199/2/jiptummpp-gdl-muhammadro-48860-2-bab1.pdf · kemenyan) dan semua keluarga berkumpul bersama mebaca doa selamat yang

4

secara turun temurun dan tetap menjaga budaya tersebut karena sudah dipengaruhi nenek

moyang mereka sehingga ritual ini tetap ada di masyarakat Bugis. Meskipun mereka

merantau dimana saja tradisi ini tetap terjaga karena hal ini mereka anggap sakral dan

mayoritas dilakukan suku Bugis saat menyambut prayaan hari-hari besar Islam terutama

dibulan suci Ramadhan bagi masyarakat suku Bugis. Mereka percaya dengan adanya ritual

ini maka sempurnahlah tradisi yang dilakukan saat meyambut bulan suci Ramadhan.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana makna yang terkandung

dalam tradisi Ritual “Sokko” sebagai budaya adat tradisional suku Bugis, fenomena ini akan

dikaji, dideskripsi dan dianalisis secara Sosiologis. Pada dasarnya teori Sosiologi memang

tidak bisa dilepaskan dari nilai yang terkandung dalam kehidupan masyarakat secara nyata.

diharapkan nantinya akan muncul sebuah wacana atau konsep baru yang dapat memberikan

solusi, kontribusi dan nilai positif dari analisis yang sudah dilakukan oleh peneliti mengenai

fenomena yang telah diangkat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian tertarik untuk mengambil rumusan

masalah tentang “Bagaimana makna ritual Sokko bagi masyarakat Nunukan?.”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini pada hakikatnya adalah untuk mengetahui serta mendeskripsikan

tentang makna ritual Sokko bagi masyarakat Nunukan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Untuk menambah referensi kajian Sosiologi yang berkaitan dengan kebudayaan,

khususnya kajian teori interaksi simbolik.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44199/2/jiptummpp-gdl-muhammadro-48860-2-bab1.pdf · kemenyan) dan semua keluarga berkumpul bersama mebaca doa selamat yang

5

2. Secara Praktis

Sebagai bahan acuan bagi masyarakat Nunukan untuk megenalkan tradisi Sokko pada

generasi muda agar tradisi Sokko tetap dilestarikan.

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Makna

Makna secara sosiologis adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi

makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa

dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa

memperoleh makna dari kata itu.

Makna (meaning) artinya suatu yang dinyatakan oleh suatu kalimat mengartikan sebagai

pertautan antara unsur-unsur suatu bahasa. Makna merupakan esensi dari studi bahasa.

Pemakaian bahasa ritual menyiratkan nilai budaya dibalik makna dimaksud. Nilai budaya

bersifat abstrak yang menjadi pedoman guyup tutur dan guyup budaya persinsip dalam

berperilaku. Nilai itu bukan berupa benda atau unsur dari benda, melainkan sifat dan kualitas

yang dimiliki objek tertentu yang di katakan “baik” nilai-nilai yang dianut oleh suatu

masyarakat menggambarkan kepribadiaanya sebagaimana yang dikemukakan oleh

Notosusanto, sebagaiman dikutip bagus kita tidak bisa berbicara tentang kepribadian kalau

kita tidak bertumpuh pada nilai-nilai sebab yang menentukan kepribadian kita ialah nilai-nilai

kita, yang menentukan kepribadian seseorang adalah nilai-nilai yang dianut dibandikan nilai-

nilai orang lain. Demikian pula nilai-nilai dari suatu masyarakat yang menentukan

kepribadian masyarakat itu.1

1 Ola, Sabon, Simon, 2009 http://makna dan nilai ritual lewak tapo pada kelompok etnik lamaholot di pulau

adonara, Kbn. Flores Timur. stap pengajar FKIP dan sastara Indonesia, Universitas Nusa Cendana. Pdf (diakses

pada tanggal 23-3-2016, pukul 15:23 WIB)

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44199/2/jiptummpp-gdl-muhammadro-48860-2-bab1.pdf · kemenyan) dan semua keluarga berkumpul bersama mebaca doa selamat yang

6

5.5.2 Ritual

Tema tentang simbol ritual menempati peran penting dalam studi antropologi agama.2

Studi tentang ritual telah dimulai oleh antropolog awal melalui pendekatan struktural

fugsionalisme seperti oleh Durkheim dan juga oleh A.Rbrown Melalui pendekatan struktural-

fungsional itu, ritual dalam masyarakat dianggap telah berperan memperkukuh integrasi

sosial. Studi ritual ini, dikemudian hari semakin dipertajam analisisnya melalui pendekatan

simbolisme yang berupaya mengungkap tentang makna ritual. Ritualdapat diartikan sebgai

perilaku tertentu yang bersifat formal, dilakukan dalam waktu tertentu secara berkala, bukan

sebaigai rutinitas yang bersifat teknis, melainkan menuju pada tindakan yang didasari oleh

keyakinan religius terhadap kekuasaan atau kekuatan-kekuatan mistis. Serangkaian kegiatan

yang dilaksanakan terutama untuk tujuan simbolis. Ritual dilaksanakan berdasarkan suatu

agama atau bisa juga berdasarkan tradisi dari suatu komunitas tertentu.

5.5.3. Sokko

Adalah sebuah sesajian yang berbahan beras ketan atau pulut yang wajib ada dalam ritual

menyambut bulan suci Ramdhan di adat budaya orang Bugis yang ada di nunukan.3 Karena

masyarakat mempercayaai bahwa Sokko mempunyai nila-nilai spritual yang di percayaai

membawah berkah dalam ritual menyambut bulan suci Ramadhan. Dalam Upacara

keagamaan orang Bugis Sokko diartikan sebagai hal yang melambangkan kebahagiaan

seperti Upacara Kelahiran dan syukuran dibulan suci Ramadhan Menu ini selalu dihidangkan.

Sokko seakan menjadi makanan yang wajib ada dimeja makan, atau meja tamu pada Hari

Raya Idul Fitri. Bagi masyarakat Nunukan yang memiliki nenek moyang dari Bugis,

Sulawesi Selatan dan masih memegang teguh adat istiadat nenek moyangnya, mereka selalu

menyediakan makanan Sokko untuk dihidangkan kepada para tamu yang bersilaturrahmi ke

2 Soehadha Moh. 2014. Fakta dan Tanda Agama Suatu Tinjauan Sosio-Antropologi. Yogyakarta.Diandra

Pustaka Indonesia. Hal 67

3 http:// ifestyle.harianterbit.com/Sokko-Tumbu-Makanan-Khas-Suku-Bugis-di-Hari-Raya-Pustaka (diakses

pada tanggal 2-4-2016 pukul 12:07 WIB)

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44199/2/jiptummpp-gdl-muhammadro-48860-2-bab1.pdf · kemenyan) dan semua keluarga berkumpul bersama mebaca doa selamat yang

7

rumahnya.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk

menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan

sebagai solusi atas masalah tersebut. Cara yang dimaksud ialah memahami makna ritual

Sokko yang terjadi dimasyarakat Nunukan sebab ritual Sokko sudah ada sejak tahun 1958

dan bertahan hingga sekarang, dengan menggunakan metode ilmiah yang terdiri dari berbagai

tahapan atau langkah-langkah. Oleh karena itu metode merupakan keseluruhan langkah

ilmiah yang digunakan untuk menemukan solusi atas suatu masalah.

Dalam rangka memperoleh, mengumpulkan setiap data, informasi maupun keterangan

ilmiah, tentunya dibutuhkan suatu metode dengan tujuan agar suatu karya tulis mempunyai

susunan yang sistematis, terara dan konsisten. Metode penelitian yang digunakan dalam

penyusunan hasil penelitian adalah melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pendekatan penelitian

Berdasarkan pada masalah yang diangkat dalam penelitian ini peneliti menggunakan

pendekatan penelitian kualitatif, penelitian kualitaif adalah penelitian riset yang bersifat

deskriptif dan cenderung menggunakan analisis serta lebih menonjolkan proses dan makna.

Serta penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis ),

yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat

suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. karena dalam penelitian

ingin mengetahui fenomena sosial tentang makna ritual Sokkok. Metode yang dikembangkan

dan digunakan dalam suatu penelitian harus sesuai dengan objek yang di teliti. Istilah

penelitian kualitatif menurut Kirk dan Muller pada awalnya bersumber pada pengamatan

kualitatif. Karakteristik penelitian kualitatif terletak pada objek yang menjadi fokus

penelitian. Penelitian kualitatif tidak akan menekankan pada kuantum atau jumlah, jadi lebih

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44199/2/jiptummpp-gdl-muhammadro-48860-2-bab1.pdf · kemenyan) dan semua keluarga berkumpul bersama mebaca doa selamat yang

8

menekankan pada segi kualitas secara alamia karena meyangkut pegertian, konsep, nilai serta

ciri-ciri yang melekat pada objek penelitian lainya.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kualitatif deskriptif, yang dimaksud dengan penelitian kualitatif deskriptif adalah menafsirkan

dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta

pandangan yang terjadi di dalam masyarakat atau suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu

kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskritif ini adalah untuk

membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki atau diteliti. 4

3. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melihat keadaan atau melakukan

kegiatana penelitian yang sebenarnya dari objek yang ditelit, lokasi yang dipilih oleh peneliti

yaitu Desa Mamolok Kecamatan Nunukan Selatan Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara.

Alasan peneliti memilih lokasi penelitian tersebut karena peneliti melihat bahwa tradisi

ritual Sokko yang terjadi dimasyarakat Nunukan sudah menjadikan ritual ini sebuah

fenomena sosial yang ada dimasyarakat Nunukan khususnya masyarakat suku Bugis

menjadikan ritual Sokko hal yang sakral dilakukan karena sudah menjadi kepercayaan secara

turun-temurun yang dilakukan saat menyambut bulan suci Ramadhan dan lebaran.

4. Penentuan Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan peneliti adalah imam kampung atau ustad yang

dianggap paling mengetahui latar belakang kebudayaan ritual Sokko saat menyambut bulan

suci Ramdhan dan sudah menjadi hal yang sakral serta terlibat langsung dalam ritual tersebut.

4 Nazir. Moh. 2014. Metode Penelitian . Bogor : Ghalia Indonesia. Hal 43

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44199/2/jiptummpp-gdl-muhammadro-48860-2-bab1.pdf · kemenyan) dan semua keluarga berkumpul bersama mebaca doa selamat yang

9

beberapa informan yang terdiri dari masyarakat suku Bugis dan masyarakat kabupaten

Nunukan secara umum terlibat dalam ritual Sokko tersebut, dan jumlah informan atau nara

sumber sebanyak 6 (enam orang). Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling

sebagaimana telah dikemukakan bahwa purposive sampling yaitu “tekni pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan atau tujuan tertentu”. Pertimbangan atau tujuan

tertentu ini misalnya orang, informan, responden tersebut dianggap paling tahu dan

menguasai tentang apa yang akan diungkapkan dalam penelitian. Misalnya orang tersebut

sebagai seorang penguasa, tokoh masyarakat, tokoh agama atau tokoh budaya sehingga

memudahkan peneliti untuk menjelajahi objek yang diteliti, yang menurut peneliti mampu

mendukung kelengkapan data yang peneliti butuhkan ialah tokoh adat, ustad atau imam

kampung orang tua yang sudah dipercayaai masyarakat Bugis untuk memimpin atau

mendoakan dalam pelaksanaan ritual Sokko serta masyarakat suku Bugis yang paling paham

ritual tersebut karena asal mula ritual selamatan ini berawal dari adat istiadat suku Bugis.

Informan yang akan peneliti ambil, guna untuk memperoleh data yang peneliti butuhkan

adalah sebagai berikut :

1. Ustad yang berjumlah 1 orang

2. Tokoh Adat/ Imam kampung yang berjumlah 1 orang

3. Suku Bugis yang berjumlah 2 orang yang ada di Desa Mamolok ( Masyarakat

Bugis yang masih melaksanakan ritual Sokko)

4. Suku Tidung yang berjumlah 2 orang yang ada di Desa Mamolok ( Masyarakat

penduduk asli Nunukan yang terpengaruh oleh budaya masyarakat suku Bugis )

5. Sumber Data

a. Data primer

Merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau

pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44199/2/jiptummpp-gdl-muhammadro-48860-2-bab1.pdf · kemenyan) dan semua keluarga berkumpul bersama mebaca doa selamat yang

10

pertanyaan riset atau penelitian. Data primer dapat berupa pendapat subjek riset

(orang) baik secara individu maupun kelompok..

b. Data sekunder

Merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui

media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan

historis yang telah tersusun dalam arsip, baik yang dipublikasikan dan yang tidak

dipublikasikan. Data skunder juga berupa Foto-foto yang dihasilkan dari kamera.

Foto-foto tersebut terkait dengan aktifitas Ritual sokko dan wawancara dengan

informan.

1.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti ini adalah:

a) Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi adalah pegertian observasi secara

terminiologis di maknai sebagai pengamatan atau peninjauan secara cermat.5

Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang paling utama

dalam penelitian. Jadi observasi adalah suatu pengamatan terhadap objek yang diteliti

baik secara langsung maupun secara tidak langsung, untuk memperoleh data yang

harus dikumpulkan dalam penelitian.

Dalam hal ini peneliti akan menggunakan metode observasi partisipan dimana

peneliti akan berpartisipasi dalam beberapa kegiatan ritual sokok. Kegiatan yang

dimaksud ialah dimana peneliti akan mengikuti acara ritual sokko tersebut agar

menggetahui bagaimana proses ritual tersebut terjadi di masyarakat Nunukan

5 Kealean. 2012, Metode Penelitian Kualitatif Interrdisipliner: Bidang Sosial, Budaya, Filsafat, Seni, Agama dan

Humaniora, Yogyakarta : Paradigma. Hal 87-100

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44199/2/jiptummpp-gdl-muhammadro-48860-2-bab1.pdf · kemenyan) dan semua keluarga berkumpul bersama mebaca doa selamat yang

11

b) Wawancara

Teknik pengumpulan data dengn wawancara adalah hasil persepsi kita. Kita

menafsirkan berdasarkan latar belakang pengalaman oleh sebab itu presefssi kita

tentang dunia sekitar tidak akan sama dengan orang lain. Dalam wawancara kita

dihadapkan dua hal. Pertama, kita harus secara nyata mengadakan interaksi dengan

responden. Kedua, kita menghadapi kenyataan, adanya pandagan orang lain yang

dihadapi ialah bagaimana cara berintraksi dengan orang lain, dan bagaimana kita

mengolah pandagan yang mungkin berbeda itu.

Esterberg mendefinisikan interview sebagai berikut:” a meeting of two persons of two

persons to exchange information and idea through question and responses, resulting

in communication and joint construction of meaning about a particular topic”.

Wawacara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu.

Peneliti akan melakukan wawancara dengan informan yang mengetahui tentang

ritual Sokko dimasyarakat Nunukan yang telah ditentukan untuk mendapatkan data

yang sesuai dengan penelitian yang dilakuakan oleh peneliti. Hal ini dilakukan agar

informan mendapat hasil yang sesuai dengan apa yang di teliti yaitu tentang makna

ritual Sokko.6

c) Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah Sesuai dengan karaktristik

penelitian kualitatif, bahwa paradigma dalam penelitian kualitatif adalah fenomena

logis dan memiliki ciri holistik. Dokumen adalah merupakan catatan peristiwa yang

telah lalu. Dokumentasi dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya menumental dari

6 Kealean. 2012, Metode Penelitian Kualitatif Interrdisipliner: Bidang Sosial, Budaya, Filsafat, Seni, Agama dan

Humaniora, Yogyakarta : Paradigma. Hal 110-125

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44199/2/jiptummpp-gdl-muhammadro-48860-2-bab1.pdf · kemenyan) dan semua keluarga berkumpul bersama mebaca doa selamat yang

12

seseorang lainya. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah

hidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kibijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, film, vidio, CD, DVD,

cassete, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya seni, karya lukis, patung,

naska, prasasti dan lain sebagainya. Dokumentasi yang akan dilakukan oleh peneliti

dalam penelitian ini ialah mengambil foto saat pelaksanaa ritual Sokko yang terjadi

dimasyakat Nunukan agar bisa membuktikan bahwa ritual Sokko tersebut benar benar

terjadi saat bulan suci Ramadhan.

1.8 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan langkah terakhir sebelum menarik kesimpulan, untuk itu teknik

analis data sangat diperlukan dalam penelitian untuk memperoleh gambaran yang jelas dari

data yang diperoleh. Dalam penelitian ini yang digunakan metode penelitian kualitatif dengan

analisis fenomenologi yang bersifat deskriptif. Setelah data dianslisis dengan metode

fernomenologi kualitatif selanjutnya dibahas permasalahan tersebut hingga adad pada suatu

kesimpulan. Dalam penelitian ini mengunakan analisis fenomenologi kualitatif model analisis

interaktif yang7 dikemukakan oleh Miles dan Haberman melalui 4 tahap yakni:

a. Pengumpulan data

Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari subyek penelitian

yang ada relevansinya dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian. Dalam

pengumpulan data peneliti mengunakan berbagai cara agar mendapat informasi /data yang

diperoleh.

b. Reduksi data

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan, dan transformasi data awal yang muncul dari catatan-catatan dilapangan.

7 Ibid. Hal 45-50

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44199/2/jiptummpp-gdl-muhammadro-48860-2-bab1.pdf · kemenyan) dan semua keluarga berkumpul bersama mebaca doa selamat yang

13

Tahap reduksi data merupakan bagian kegiatan analisis sehingga peneliti tentang bagian data,

pola-pola berkembang merupakan pilihan-pilihan analisis. Langkah-langkah dalam tahap

reduksi yaitu:

a. Meringkaskan data kontak langsung dengan orang, kejadian dan situasi dilokasi

penelitian

b. Pembuatan catatan obyektif.

c. Membuat catatan reflektif.

d. Membuat catatan marginal.

e. Penyajian data.

f. Membuat memo.

g. Analisis antar lokasi.

Peneliti mengedit data dengan cara memilih bagian data yang mana untuk dikode,

dipakai, dan yang diringkas, serta dimasukan dalam kategori, dan sebagainya.

c. Penyajian data

Sekumpilan data yang diorganisir sehingga dapat memberi deskripsi menuju proses

penarikan kesimpulan. Penyajian data harus mempunyai relevansi yang kuat dengan

perumusan masalah secara keseluruhan dan disajikan secara sistematis.

d. Penarikan kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari kegiatan penelitian,

karena merupakan kesimpulan dari penelitian. Proses kesimpulan ini dimaksudkan untuk

menganalisis, mencari makna dari data yang data sehingga dapat ditemukan tema dalam

penelitian yang telah dilakukan.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44199/2/jiptummpp-gdl-muhammadro-48860-2-bab1.pdf · kemenyan) dan semua keluarga berkumpul bersama mebaca doa selamat yang

14

Gambar 1. Analisis Data Interaktif menurut Miles dan Huberman.

Dengan mengkonfirmasi makna setiap data yang diperoleh dengan menggunakan satu

cara atau lebih, diharapkan peneliti memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk

mendukung tercapainya tujuan penelitian. Penarikan kesimpulan penelitian kualitatif

diharapkan menjadi penemuan baru dan belum pernah ada. Temuan tersebut berupa deskripsi

atau gambaran suatu objek yang sebelumnya remang-remang atau gelap menjadi jelas setelah

diteliti. Temuan tersebut berupa hubungan kausal atau interaktif, bisa juga berupa hipote atau

teori.

Penyajian Data Penarikan

Kesimpulan

Pengumpulan Data Reduksi Data