bab i pendahuluan 1 -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan yang wilayahnya terbentang dari sabang sampai
merauke dengan beragam suku dan ras sehingga menghasilkan kebudayaan yang beraneka
ragam. Salah satu kebudayaan dan tradisi yang beraneka ragam itu masih bisa kita saksikan
hingga saat ini. Berbicara tentang tradisi yang ada di Indonesia, tidak terlepas dari pengaruh
budaya leluhurnya. Sebelum islam datang ke Nusantara, masyarakat Indonesia sudah
mengenal agama Hindu dan Budha, bahkan sebelum kedua agama itu datang masyarakat
sudah mengenal kepercayaan Animisme dan Dinamisme, tetapi setelah ajaran islam masuk ke
Indonesia terjadi akulturasi atau percampuran antara tradisi masyarakat setempat dengan
ajaran islam.
Seiring perkembagan zaman, dalam masyarakat yang serba praktis dan singkat, banyak
tradisi masyarakat yang tidak bertahan sampai sekarang. Meskipun demikian, masih banyak
juga tradisi yang masih mampu bertahan di era yang modern ini salah satunya adalah tradisi
ritual selamatan orang Bugis saat menyambut bulan suci Ramadhan, yang biasa disebut
dengan ritual Sokko.
Ritual Sokok atau biasa dikenal dengan sebutan ritual selamatan yang dilakukan dan
biasa dilaksanakan saat meyambut bulan suci Ramadhan ini sudah ada sejak Tahun 1958
hingga sekarang dan masyarakat sebagian sudah menganggap teradisi selamatan saat
meyambut lebaran adalah sebuah hal yang sakral di laksanakan saat menyambut datangnya
bulan suci Ramadhan terutam masyarakat suku Bugis yang bertempat tinggal di Nunukan.
Masuknya tradisi tersebut ke Pulau Nunukan tidak terlepas dari budaya Bugis yang mayoritas
menduduki Kota Nunukan sehingga Pola pikir masyarakat Nunukan yang mayoritas 70%
adalah suku Bugis sudah sangat mempengaruhi masyarakat suku asli Nunukan yaitu suku
2
Tidung karena banyak juga suku asli Tidung yang menikah dan mempunyai keluarga suku
Bugis sehingga terpengaruh tradisi selamat adat Bugis. Ritual ini sudah menjamur
dimasyarakat yang ada di pulau Nunukan, ritual ini adalah proses selamatan yang dilakukan
oleh suku Bugis dan umumnya sudah terjadi di semua masyarakat yang ada di Nunukan tidak
hanya untuk selamatan sebuah keluarga namun teradisi ini juga ikut ambil mendoakan
keluarga yang sudah meninggal biasanya sesajian yang untuk orang meninggal biasa
dinamakan tolak balah karena masyarakat percaya dengan sesajian yang dinamakan tolak
balah akan mampu memberi keselamatan bagi orang yang telah meninggal. Sesajian yang
bernama tolak balah tidak boleh di makan oleh pihak keluarga karena sudah dipisahkan
sendiri dan dipercaya bahwa tolak balah hanya untuk orang yang sudah meninggal. Maka
nilai-nilai budaya yang ada dalam ritual ini sangat kental dengan adat istiadat yang ada di
Nunukan ini yang mebuat tradisi ini terus ada hingga sekarang karena budaya yang kental
dari suku Bugis yang masuk di kalimantan sudah melekat pada masyarakat Nunukan.
Proses ritual ini terjadi saat sehari sebelum bulan suci Ramadhan atau sehari sebelum
lebaran masyarakat yang masih memegang teguh tradisi tersebut, akan mulai disibukkan
dengan persiapan acara peyambutan bulan baru dan semua keluarga sudah meyiapkan
hidangan sebagai ungkapan kesyukuran biasanya aneka ragam hidagan atau masakan dan
keperluan ritual tersebut disediakan dalam ritual ini seperti Ayam Santan (mirip dengan opor
ayam), Sokok (beras ketan yang diatasnya diberi telur ayam kampung), Buras (lontong yang
dibungkus daun pisang), Buah-buahan biasanya ada (tebu, apel, pisang) Dupa (bau asap
kemenyan) dan semua keluarga berkumpul bersama mebaca doa selamat yang dipimpin oleh
seorang Ustad, Imam kampung atau orang yang di percaya untuk memmimpin doa dengan
membacara ayat-ayat suci Al-Quran sebelum membaca ayat suci Al-Quran biasanya dupa di
bakar dulu dan diberi kemeyan dan dibacakan doa dengan menggunakan bahasa Bugis atau
Melayu barulah dibacara ayat suci Al-Quran, serta mendoakan bagi almarhum (leluhur) agar
3
mendapat keselamatan diakhirat dan keluarga yang ditingalkan juga mendapat keselamatan,
kesehatan dan dimudahkan rezekinya. Kadang ada rumah yang harus menunggu hingga larut
malam demi menunggu imam masjid yang terus berpindah dari satu rumah ke rumah lain.
Prosesi mabbaca atau mendoakan sebenarnya hanya beberapa menit.
Imam masjid yang datang duduk di depan sesajian akan mabbaca (mendoakan)
sambil memasukkan kemenyan ke dalam (dupa) yg telah diisi sedikit bara api. Bau kemenyan
akan menyeruak ke seisi rumah, sementara itu imam akan memegang baki (talam) secara
bergantian sebagai tanda ia mendoakan makanan tersebut. Dua baki di ruang tamu dan satu
baki didoakan secara terpisah yang terpisah itu dinamakan tolak bala biasa di simpan
dikamar orang tua namu kebayakan sekarang proses ritual tersebut di lakukan di ruang tamu.
Sebelum pamit biasanya setiap keluarga yang telah didoakan oleh imam akan diberikan
ucapan terimakasi dan berupa uang. Uang akan di masukan kedalam saku baju imam tersebut
uang biasanya bernominal antara dua puluh ribu rupiah sampai limah puluh ribu rupiah,
tergantung dari kemampuan setiap keluarga. Pemberian uang ini juga termasuk kedalam
ritual mabbaca (mendoakan), setiap rumah melakukan hal ini. Jarang sekali imam akan
menyentuh makanan yang disajikan, ia lebih banyak terburu-buru pamit sebab rumah lain
telah menunggu karena setiap kampung biasanya terdiri dari dua atau empat imam kampung
dan ustad. Setelah didoakana maka barulah bisa setiap keluarga menyentuh makanan
tersebut, karena dalam ritual Sokko tidak boleh meyentuh makanan sebelum didoakan oleh
imam kampung hal ini sudah menjadi kepercayaan adat bugis secara turun temurun,
selesainya ritual mabbaca tersebut menandakan secara tekhnis dan tradisi bahwa masyarakat
Bugis yang melakukan ritual ini telah siap melakukan niat puasa pertama di bulan suci
ramdhan ini adalah salah satu proses adat Bugis yang masi dilestarikan sampai sekarang.
Sebenarnya ritual ini tidak ada tuntutannya sebagai mana yang pernah dicontohkan
dalam kehidupan Rasulullah SAW, namun masyarakat yang sudah mempercayai tradisi ini
4
secara turun temurun dan tetap menjaga budaya tersebut karena sudah dipengaruhi nenek
moyang mereka sehingga ritual ini tetap ada di masyarakat Bugis. Meskipun mereka
merantau dimana saja tradisi ini tetap terjaga karena hal ini mereka anggap sakral dan
mayoritas dilakukan suku Bugis saat menyambut prayaan hari-hari besar Islam terutama
dibulan suci Ramadhan bagi masyarakat suku Bugis. Mereka percaya dengan adanya ritual
ini maka sempurnahlah tradisi yang dilakukan saat meyambut bulan suci Ramadhan.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana makna yang terkandung
dalam tradisi Ritual “Sokko” sebagai budaya adat tradisional suku Bugis, fenomena ini akan
dikaji, dideskripsi dan dianalisis secara Sosiologis. Pada dasarnya teori Sosiologi memang
tidak bisa dilepaskan dari nilai yang terkandung dalam kehidupan masyarakat secara nyata.
diharapkan nantinya akan muncul sebuah wacana atau konsep baru yang dapat memberikan
solusi, kontribusi dan nilai positif dari analisis yang sudah dilakukan oleh peneliti mengenai
fenomena yang telah diangkat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian tertarik untuk mengambil rumusan
masalah tentang “Bagaimana makna ritual Sokko bagi masyarakat Nunukan?.”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini pada hakikatnya adalah untuk mengetahui serta mendeskripsikan
tentang makna ritual Sokko bagi masyarakat Nunukan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Untuk menambah referensi kajian Sosiologi yang berkaitan dengan kebudayaan,
khususnya kajian teori interaksi simbolik.
5
2. Secara Praktis
Sebagai bahan acuan bagi masyarakat Nunukan untuk megenalkan tradisi Sokko pada
generasi muda agar tradisi Sokko tetap dilestarikan.
1.5 Definisi Konsep
1.5.1 Makna
Makna secara sosiologis adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi
makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa
dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa
memperoleh makna dari kata itu.
Makna (meaning) artinya suatu yang dinyatakan oleh suatu kalimat mengartikan sebagai
pertautan antara unsur-unsur suatu bahasa. Makna merupakan esensi dari studi bahasa.
Pemakaian bahasa ritual menyiratkan nilai budaya dibalik makna dimaksud. Nilai budaya
bersifat abstrak yang menjadi pedoman guyup tutur dan guyup budaya persinsip dalam
berperilaku. Nilai itu bukan berupa benda atau unsur dari benda, melainkan sifat dan kualitas
yang dimiliki objek tertentu yang di katakan “baik” nilai-nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat menggambarkan kepribadiaanya sebagaimana yang dikemukakan oleh
Notosusanto, sebagaiman dikutip bagus kita tidak bisa berbicara tentang kepribadian kalau
kita tidak bertumpuh pada nilai-nilai sebab yang menentukan kepribadian kita ialah nilai-nilai
kita, yang menentukan kepribadian seseorang adalah nilai-nilai yang dianut dibandikan nilai-
nilai orang lain. Demikian pula nilai-nilai dari suatu masyarakat yang menentukan
kepribadian masyarakat itu.1
1 Ola, Sabon, Simon, 2009 http://makna dan nilai ritual lewak tapo pada kelompok etnik lamaholot di pulau
adonara, Kbn. Flores Timur. stap pengajar FKIP dan sastara Indonesia, Universitas Nusa Cendana. Pdf (diakses
pada tanggal 23-3-2016, pukul 15:23 WIB)
6
5.5.2 Ritual
Tema tentang simbol ritual menempati peran penting dalam studi antropologi agama.2
Studi tentang ritual telah dimulai oleh antropolog awal melalui pendekatan struktural
fugsionalisme seperti oleh Durkheim dan juga oleh A.Rbrown Melalui pendekatan struktural-
fungsional itu, ritual dalam masyarakat dianggap telah berperan memperkukuh integrasi
sosial. Studi ritual ini, dikemudian hari semakin dipertajam analisisnya melalui pendekatan
simbolisme yang berupaya mengungkap tentang makna ritual. Ritualdapat diartikan sebgai
perilaku tertentu yang bersifat formal, dilakukan dalam waktu tertentu secara berkala, bukan
sebaigai rutinitas yang bersifat teknis, melainkan menuju pada tindakan yang didasari oleh
keyakinan religius terhadap kekuasaan atau kekuatan-kekuatan mistis. Serangkaian kegiatan
yang dilaksanakan terutama untuk tujuan simbolis. Ritual dilaksanakan berdasarkan suatu
agama atau bisa juga berdasarkan tradisi dari suatu komunitas tertentu.
5.5.3. Sokko
Adalah sebuah sesajian yang berbahan beras ketan atau pulut yang wajib ada dalam ritual
menyambut bulan suci Ramdhan di adat budaya orang Bugis yang ada di nunukan.3 Karena
masyarakat mempercayaai bahwa Sokko mempunyai nila-nilai spritual yang di percayaai
membawah berkah dalam ritual menyambut bulan suci Ramadhan. Dalam Upacara
keagamaan orang Bugis Sokko diartikan sebagai hal yang melambangkan kebahagiaan
seperti Upacara Kelahiran dan syukuran dibulan suci Ramadhan Menu ini selalu dihidangkan.
Sokko seakan menjadi makanan yang wajib ada dimeja makan, atau meja tamu pada Hari
Raya Idul Fitri. Bagi masyarakat Nunukan yang memiliki nenek moyang dari Bugis,
Sulawesi Selatan dan masih memegang teguh adat istiadat nenek moyangnya, mereka selalu
menyediakan makanan Sokko untuk dihidangkan kepada para tamu yang bersilaturrahmi ke
2 Soehadha Moh. 2014. Fakta dan Tanda Agama Suatu Tinjauan Sosio-Antropologi. Yogyakarta.Diandra
Pustaka Indonesia. Hal 67
3 http:// ifestyle.harianterbit.com/Sokko-Tumbu-Makanan-Khas-Suku-Bugis-di-Hari-Raya-Pustaka (diakses
pada tanggal 2-4-2016 pukul 12:07 WIB)
7
rumahnya.
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk
menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan
sebagai solusi atas masalah tersebut. Cara yang dimaksud ialah memahami makna ritual
Sokko yang terjadi dimasyarakat Nunukan sebab ritual Sokko sudah ada sejak tahun 1958
dan bertahan hingga sekarang, dengan menggunakan metode ilmiah yang terdiri dari berbagai
tahapan atau langkah-langkah. Oleh karena itu metode merupakan keseluruhan langkah
ilmiah yang digunakan untuk menemukan solusi atas suatu masalah.
Dalam rangka memperoleh, mengumpulkan setiap data, informasi maupun keterangan
ilmiah, tentunya dibutuhkan suatu metode dengan tujuan agar suatu karya tulis mempunyai
susunan yang sistematis, terara dan konsisten. Metode penelitian yang digunakan dalam
penyusunan hasil penelitian adalah melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pendekatan penelitian
Berdasarkan pada masalah yang diangkat dalam penelitian ini peneliti menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif, penelitian kualitaif adalah penelitian riset yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis serta lebih menonjolkan proses dan makna.
Serta penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis ),
yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat
suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. karena dalam penelitian
ingin mengetahui fenomena sosial tentang makna ritual Sokkok. Metode yang dikembangkan
dan digunakan dalam suatu penelitian harus sesuai dengan objek yang di teliti. Istilah
penelitian kualitatif menurut Kirk dan Muller pada awalnya bersumber pada pengamatan
kualitatif. Karakteristik penelitian kualitatif terletak pada objek yang menjadi fokus
penelitian. Penelitian kualitatif tidak akan menekankan pada kuantum atau jumlah, jadi lebih
8
menekankan pada segi kualitas secara alamia karena meyangkut pegertian, konsep, nilai serta
ciri-ciri yang melekat pada objek penelitian lainya.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif deskriptif, yang dimaksud dengan penelitian kualitatif deskriptif adalah menafsirkan
dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta
pandangan yang terjadi di dalam masyarakat atau suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskritif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki atau diteliti. 4
3. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melihat keadaan atau melakukan
kegiatana penelitian yang sebenarnya dari objek yang ditelit, lokasi yang dipilih oleh peneliti
yaitu Desa Mamolok Kecamatan Nunukan Selatan Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara.
Alasan peneliti memilih lokasi penelitian tersebut karena peneliti melihat bahwa tradisi
ritual Sokko yang terjadi dimasyarakat Nunukan sudah menjadikan ritual ini sebuah
fenomena sosial yang ada dimasyarakat Nunukan khususnya masyarakat suku Bugis
menjadikan ritual Sokko hal yang sakral dilakukan karena sudah menjadi kepercayaan secara
turun-temurun yang dilakukan saat menyambut bulan suci Ramadhan dan lebaran.
4. Penentuan Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan peneliti adalah imam kampung atau ustad yang
dianggap paling mengetahui latar belakang kebudayaan ritual Sokko saat menyambut bulan
suci Ramdhan dan sudah menjadi hal yang sakral serta terlibat langsung dalam ritual tersebut.
4 Nazir. Moh. 2014. Metode Penelitian . Bogor : Ghalia Indonesia. Hal 43
9
beberapa informan yang terdiri dari masyarakat suku Bugis dan masyarakat kabupaten
Nunukan secara umum terlibat dalam ritual Sokko tersebut, dan jumlah informan atau nara
sumber sebanyak 6 (enam orang). Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling
sebagaimana telah dikemukakan bahwa purposive sampling yaitu “tekni pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan atau tujuan tertentu”. Pertimbangan atau tujuan
tertentu ini misalnya orang, informan, responden tersebut dianggap paling tahu dan
menguasai tentang apa yang akan diungkapkan dalam penelitian. Misalnya orang tersebut
sebagai seorang penguasa, tokoh masyarakat, tokoh agama atau tokoh budaya sehingga
memudahkan peneliti untuk menjelajahi objek yang diteliti, yang menurut peneliti mampu
mendukung kelengkapan data yang peneliti butuhkan ialah tokoh adat, ustad atau imam
kampung orang tua yang sudah dipercayaai masyarakat Bugis untuk memimpin atau
mendoakan dalam pelaksanaan ritual Sokko serta masyarakat suku Bugis yang paling paham
ritual tersebut karena asal mula ritual selamatan ini berawal dari adat istiadat suku Bugis.
Informan yang akan peneliti ambil, guna untuk memperoleh data yang peneliti butuhkan
adalah sebagai berikut :
1. Ustad yang berjumlah 1 orang
2. Tokoh Adat/ Imam kampung yang berjumlah 1 orang
3. Suku Bugis yang berjumlah 2 orang yang ada di Desa Mamolok ( Masyarakat
Bugis yang masih melaksanakan ritual Sokko)
4. Suku Tidung yang berjumlah 2 orang yang ada di Desa Mamolok ( Masyarakat
penduduk asli Nunukan yang terpengaruh oleh budaya masyarakat suku Bugis )
5. Sumber Data
a. Data primer
Merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau
pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab
10
pertanyaan riset atau penelitian. Data primer dapat berupa pendapat subjek riset
(orang) baik secara individu maupun kelompok..
b. Data sekunder
Merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip, baik yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan. Data skunder juga berupa Foto-foto yang dihasilkan dari kamera.
Foto-foto tersebut terkait dengan aktifitas Ritual sokko dan wawancara dengan
informan.
1.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti ini adalah:
a) Observasi
Teknik pengumpulan data dengan observasi adalah pegertian observasi secara
terminiologis di maknai sebagai pengamatan atau peninjauan secara cermat.5
Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang paling utama
dalam penelitian. Jadi observasi adalah suatu pengamatan terhadap objek yang diteliti
baik secara langsung maupun secara tidak langsung, untuk memperoleh data yang
harus dikumpulkan dalam penelitian.
Dalam hal ini peneliti akan menggunakan metode observasi partisipan dimana
peneliti akan berpartisipasi dalam beberapa kegiatan ritual sokok. Kegiatan yang
dimaksud ialah dimana peneliti akan mengikuti acara ritual sokko tersebut agar
menggetahui bagaimana proses ritual tersebut terjadi di masyarakat Nunukan
5 Kealean. 2012, Metode Penelitian Kualitatif Interrdisipliner: Bidang Sosial, Budaya, Filsafat, Seni, Agama dan
Humaniora, Yogyakarta : Paradigma. Hal 87-100
11
b) Wawancara
Teknik pengumpulan data dengn wawancara adalah hasil persepsi kita. Kita
menafsirkan berdasarkan latar belakang pengalaman oleh sebab itu presefssi kita
tentang dunia sekitar tidak akan sama dengan orang lain. Dalam wawancara kita
dihadapkan dua hal. Pertama, kita harus secara nyata mengadakan interaksi dengan
responden. Kedua, kita menghadapi kenyataan, adanya pandagan orang lain yang
dihadapi ialah bagaimana cara berintraksi dengan orang lain, dan bagaimana kita
mengolah pandagan yang mungkin berbeda itu.
Esterberg mendefinisikan interview sebagai berikut:” a meeting of two persons of two
persons to exchange information and idea through question and responses, resulting
in communication and joint construction of meaning about a particular topic”.
Wawacara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.
Peneliti akan melakukan wawancara dengan informan yang mengetahui tentang
ritual Sokko dimasyarakat Nunukan yang telah ditentukan untuk mendapatkan data
yang sesuai dengan penelitian yang dilakuakan oleh peneliti. Hal ini dilakukan agar
informan mendapat hasil yang sesuai dengan apa yang di teliti yaitu tentang makna
ritual Sokko.6
c) Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah Sesuai dengan karaktristik
penelitian kualitatif, bahwa paradigma dalam penelitian kualitatif adalah fenomena
logis dan memiliki ciri holistik. Dokumen adalah merupakan catatan peristiwa yang
telah lalu. Dokumentasi dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya menumental dari
6 Kealean. 2012, Metode Penelitian Kualitatif Interrdisipliner: Bidang Sosial, Budaya, Filsafat, Seni, Agama dan
Humaniora, Yogyakarta : Paradigma. Hal 110-125
12
seseorang lainya. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
hidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kibijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, film, vidio, CD, DVD,
cassete, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya seni, karya lukis, patung,
naska, prasasti dan lain sebagainya. Dokumentasi yang akan dilakukan oleh peneliti
dalam penelitian ini ialah mengambil foto saat pelaksanaa ritual Sokko yang terjadi
dimasyakat Nunukan agar bisa membuktikan bahwa ritual Sokko tersebut benar benar
terjadi saat bulan suci Ramadhan.
1.8 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan langkah terakhir sebelum menarik kesimpulan, untuk itu teknik
analis data sangat diperlukan dalam penelitian untuk memperoleh gambaran yang jelas dari
data yang diperoleh. Dalam penelitian ini yang digunakan metode penelitian kualitatif dengan
analisis fenomenologi yang bersifat deskriptif. Setelah data dianslisis dengan metode
fernomenologi kualitatif selanjutnya dibahas permasalahan tersebut hingga adad pada suatu
kesimpulan. Dalam penelitian ini mengunakan analisis fenomenologi kualitatif model analisis
interaktif yang7 dikemukakan oleh Miles dan Haberman melalui 4 tahap yakni:
a. Pengumpulan data
Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari subyek penelitian
yang ada relevansinya dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian. Dalam
pengumpulan data peneliti mengunakan berbagai cara agar mendapat informasi /data yang
diperoleh.
b. Reduksi data
Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data awal yang muncul dari catatan-catatan dilapangan.
7 Ibid. Hal 45-50
13
Tahap reduksi data merupakan bagian kegiatan analisis sehingga peneliti tentang bagian data,
pola-pola berkembang merupakan pilihan-pilihan analisis. Langkah-langkah dalam tahap
reduksi yaitu:
a. Meringkaskan data kontak langsung dengan orang, kejadian dan situasi dilokasi
penelitian
b. Pembuatan catatan obyektif.
c. Membuat catatan reflektif.
d. Membuat catatan marginal.
e. Penyajian data.
f. Membuat memo.
g. Analisis antar lokasi.
Peneliti mengedit data dengan cara memilih bagian data yang mana untuk dikode,
dipakai, dan yang diringkas, serta dimasukan dalam kategori, dan sebagainya.
c. Penyajian data
Sekumpilan data yang diorganisir sehingga dapat memberi deskripsi menuju proses
penarikan kesimpulan. Penyajian data harus mempunyai relevansi yang kuat dengan
perumusan masalah secara keseluruhan dan disajikan secara sistematis.
d. Penarikan kesimpulan
Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari kegiatan penelitian,
karena merupakan kesimpulan dari penelitian. Proses kesimpulan ini dimaksudkan untuk
menganalisis, mencari makna dari data yang data sehingga dapat ditemukan tema dalam
penelitian yang telah dilakukan.
14
Gambar 1. Analisis Data Interaktif menurut Miles dan Huberman.
Dengan mengkonfirmasi makna setiap data yang diperoleh dengan menggunakan satu
cara atau lebih, diharapkan peneliti memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk
mendukung tercapainya tujuan penelitian. Penarikan kesimpulan penelitian kualitatif
diharapkan menjadi penemuan baru dan belum pernah ada. Temuan tersebut berupa deskripsi
atau gambaran suatu objek yang sebelumnya remang-remang atau gelap menjadi jelas setelah
diteliti. Temuan tersebut berupa hubungan kausal atau interaktif, bisa juga berupa hipote atau
teori.
Penyajian Data Penarikan
Kesimpulan
Pengumpulan Data Reduksi Data