bab i pendahuluan...1 bab i pendahuluan 1.1 latar belakang undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang...

135
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 telah mengamanatkan bahwa pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi (RB) untuk mendukung keberhasilan pembangunan dan merupakan upaya berkelanjutan yang setiap tahapannya memberikan perubahan atau perbaikan ke arah yang lebih baik. Sebagaimana dimuat dalam grand design RB bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Perubahan organisasi menjadi area pertama, hasil yang diharapkan adalah organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing). Pada tataran program tingkat mikro, seluruh kementerian/lembaga harus melaksanakan penataan dan penguatan organisasi sebagai salah satu prasyarat yang harus dipenuhi untuk melaksanakan RB. Penataan dan penguatan organisasi tersebut diperlukan karena dalam kenyataannya tidak dapat dipungkiri bahwa secara keseluruhan birokrasi saat ini masih jauh dari kondisi yang diharapkan. Pemerintahan dianggap belum tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing). Langkah selanjutnya untuk menciptakan suatu organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran adalah langkah apa yang dapat diambil untuk menunjang efektifitas dan efisiensi organisasi. Salah Satunya adalah dengan memastikan seluruh tugas, tanggungjawab, dan kewenangan terdistribusi habis kepada SDM yang ada di dalamnya sesuai dengan jabatannya masing-masing. Adanya pembagian tugas dan tanggungjawab serta kewenangan terhadap anggota organisasinya secara benar dan tepat, membuat aktivitas di dalam organisasi tersebut menjadi terkontrol dan setiap pihak yang terlibat memahami ruang lingkup dan target yang harus dicapai dari pekerjaannya. Oleh karena itu, RB yang difokuskan pada penataan struktur organisasi akan menempatkan pentingnya rasionalisasi birokrasi untuk menciptakan efisiensi, efektivitas,

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

    Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 telah mengamanatkan bahwa pembangunan

    aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi (RB) untuk mendukung keberhasilan

    pembangunan dan merupakan upaya berkelanjutan yang setiap tahapannya memberikan

    perubahan atau perbaikan ke arah yang lebih baik. Sebagaimana dimuat dalam grand design

    RB bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik

    adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas KKN, mampu melayani publik,

    netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur

    negara.

    Perubahan organisasi menjadi area pertama, hasil yang diharapkan adalah

    organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing). Pada tataran program tingkat

    mikro, seluruh kementerian/lembaga harus melaksanakan penataan dan penguatan

    organisasi sebagai salah satu prasyarat yang harus dipenuhi untuk melaksanakan RB.

    Penataan dan penguatan organisasi tersebut diperlukan karena dalam kenyataannya tidak

    dapat dipungkiri bahwa secara keseluruhan birokrasi saat ini masih jauh dari kondisi yang

    diharapkan. Pemerintahan dianggap belum tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing).

    Langkah selanjutnya untuk menciptakan suatu organisasi yang tepat fungsi dan

    tepat ukuran adalah langkah apa yang dapat diambil untuk menunjang efektifitas dan

    efisiensi organisasi. Salah Satunya adalah dengan memastikan seluruh tugas, tanggungjawab,

    dan kewenangan terdistribusi habis kepada SDM yang ada di dalamnya sesuai dengan

    jabatannya masing-masing. Adanya pembagian tugas dan tanggungjawab serta kewenangan

    terhadap anggota organisasinya secara benar dan tepat, membuat aktivitas di dalam

    organisasi tersebut menjadi terkontrol dan setiap pihak yang terlibat memahami ruang

    lingkup dan target yang harus dicapai dari pekerjaannya.

    Oleh karena itu, RB yang difokuskan pada penataan struktur organisasi akan

    menempatkan pentingnya rasionalisasi birokrasi untuk menciptakan efisiensi, efektivitas,

  • 2

    dan produktivitas birokrasi melalui pembagian kerja hirarkhikal dan horizontal yang

    seimbang, diukur dengan rasio antara volume atau beban tugas dengan jumlah sumber daya

    disertai tata kerja formalistik dan pengawasan yang ketat. Untuk mewujudkan hal tersebut,

    kebijakan penataan organisasi merupakan langkah penting untuk menciptakan efektivitas

    sebuah organisasi.

    Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) yang merupakan

    dibentuk dari upaya integrasi 3 (tiga) lembaga yaitu Lembaga Informasi Nasional,

    Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi, dan Direktorat Jenderal Pos dan

    Telekomunikasi, Departemen Perhubungan, menjadi Departemen Komunikasi dan

    Informatika dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1 Tahun 2005.

    Tahun 2008 dilakukan perubahan organisasi karena adanya overlapping antara

    tugas pokok dan fungsi Ditjen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi dengan Badan

    Informasi Publik sehingga ditetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor

    25 Tahun 2008.

    Pada Tahun 2010 dengan adanya perkembangan dan tuntutan teknologi informasi

    dan komunikasi yang semakin konvergen serta peralihan nomenklatur dari Departemen

    menjadi Kementerian berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47/2009, maka diperlukan

    restrukturisasi melalui penetapan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor

    17/PER/M.KOMINFO/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi

    dan Informatika.

    1.2 Tujuan Kegiatan

    Mengacu pada KAK yang telah ditetapkan oleh Kementerian Komunikasi dan

    Informatika, tujuan dari pelaksanaan kegiatan adalah :

    1. Mendapat gambaran arah kebijakan organisasi Kementerian Komunikasi dan

    Informatika menuju organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran;

    2. Memberikan pengertian tentang tugas yang terkandung dalam suatu jabatan dan

    persyaratan yang harus dipenuhi untuk jabatan tersebut sehingga memudahkan

    pemegang jabatan untuk melaksanakan pekerjaannya;

    3. Sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan manajemen SDM lainnya

    mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pemeliharaannya;

    4. Memastikan seluruh tugas dan fungsi didalam organisasi terbagi habis dan tidak

    terjadi overlapping maupun white-space tugas, kewenangan dan tanggung jawab.

  • 3

    1.3 Sasaran dan Ruang Lingkup

    Sasaran dari pelaksanaan kegiatan adalah terwujudnya organisasi kementerian/

    lembaga yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right size) dan deskripsi tanggung jawab

    organisasi dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi. Sedangkan ruang lingkup kegiatan

    ini mencakup hal utama :

    1. Pembahasan proposal penataan (struktur) organisasi yang disampaikan oleh

    konsultan;

    2. Pelaksanaan penyusunan Grand Design Organisasi 2015–2019 oleh konsultan

    (pengumpulan bahan, desk research, penelitian lapangan, analisa dan pelaporan);

    3. Focus Group Discussion (FGD);

    4. Pembahasan hasil dan rekomendasi akhir melalui uji publik Grand Design

    Organisasi 2015-2019.

    1.4 Organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Saat Ini

    Dalam dokumen Rencana Strategis Tahun 2010-2014 dinyatakan bahwa Visi dan

    Misi Kemeterian Komunikasi dan Informatika adalah sebagai berikut :

    VISI

    "Terwujudnya Indonesia informatif menuju masyarakat sejahtera melalui pembangunan

    kominfo berkelanjutan, yang merakyat dan ramah lingkungan, dalam kerangka Negara

    Kesatuan Republik Indonesia"

    MISI

    1. Meningkatkan kecukupan informasi masyarakat dengan karakteristik komunikasi lancar

    dan informasi benar menuju terbentuknya Indonesia informatif dalam kerangka NKRI;

    2. Mewujudkan birokrasi layanan komunikasi dan informatika yang profesional dan

    memiliki integritas moral yang tinggi;

    3. Mendorong peningkatan tayangan dan informasi edukatif untuk mendukung

    pembangunan karakter bangsa;

    4. Mengembangkan sistem kominfo yang berbasis kemampuan lokal yang berdaya saing

    tinggi dan ramah lingkungan;

    5. Memperjuangkan kepentingan nasional kominfo dalam sistem pasar global.

    Berdasarkan Peraturan Menteri Kominfo Nomor 17 Tahun 2010 tentang Organisasi dan

    Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika seperti pada Gambar 1.1

  • 4

    Struktur Organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika

    Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika

  • 5

    1.5 Landasan Hukum Pelaksanaan Penataan Birokrasi Kementerian Kominfo

    Pelaksanaan kajian penataan birokrasi struktur organisasi Kementerian Kominfo, akan

    mengacu pada berbagai landasan hukum yang terkait langsung dengan mandat teknis bidang

    komunikasi dan informatika maupun landasan hukum lain yang berkaitan dengan tatalaksana,

    reformasi birokrasi maupun landasan hukum lainnya yang diperlukan.

    Landasan hukum utama yang terkait dengan pelaksanaan mandat kelembagaan dalam

    bidang komunikasi dan informatika, antara lain adalah:

    1. Undang-Undang No. 36 Tahun 1999, tentang Telekomunikasi;

    2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2002, tentang Penyiaran;

    3. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008, tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;

    4. Undang-Undang No. 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik;

    5. Undang-Undang No. 38 Tahun 2009, tentang Pos.

    Berkaitan dengan pelaksanaan layanan publik dan pembagian urusan antara

    pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengacu pada :

    1. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009, tentang Pelayanan Publik;

    2. Peraturan Pemerintah No. 96 Tahun 2012, tentang Pelaksanaan Undang-Undang

    Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik;

    3. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007, tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

    Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah

    Kabupaten/Kota;

    Sedangkan landasan hukum berkaitan dengan tatalaksana birokrasi maupun

    pelaksanaan reformasi birokrasi untuk efektivitas birokrasi akan mengacu pada :

    1. Undang-Undang No. 5 Tahun 2014, tentang Aparatur Sipil Negara;

    2. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2009, tentang Pembentukan dan Organisasi

    Kementerian Negara;

    3. Peraturan Presiden No. 81/2010, tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun

    2010-2025;

    4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 20 Tahun 2010, tentang

    Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014

  • 6

    BAB II

    METODOLOGI

    2.1. Kerangka Pemikiran

    Penataan birokrasi, khususnya evaluasi organisasi dan perencanaan struktur organisasi

    kementerian/lembaga akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan dengan masing-

    masing peran dan fungsi, saling terkait sebagai sebuah sistem yang (1) saling berinteraksi

    sebagai komponen sebagai sebuah proses; (2) interrelasi dalam menjalankan proses sebagai

    sebuah sistem; dan (3) interkoneksi diantara sistem yang berjalan dinamis sesuai perubahan

    waktu dan kondisi lingkungannya.

    Gambar 2.1 Keterkaitan Lintas Lembaga dalam Membangun Kinerja Optimal

    Keterkaitan K/L/D sebagai sistem yang terintegrasi (Gambar 2.1) merupakan sebuah

    konsekuensi dari peran, fungsi dan lingkup tanggungjawab kementerian/lembaga dalam

    pelaksanaan proses maupun menghasilkan keluaran yang terbangun dalam pola keterkaitan

    lintas kementerian/lembaga, lintas sektor, maupun keterkaitan antara pusat dan daerah.

    Koordinasi intra-organisasi (lintas fungsi/lintas unit kerja) maupun inter-organisasi (lintas

  • 7

    K/L/D maupun dengan pemangku kepentingan lainnya) merupakan sebuah prasyarat bagi

    penciptaan kinerja yang optimal.

    Sebagai pakar dalam system thinking, dan management science, Ackoff Russell

    (1997) menyatakan bahwa dalam era pengetahuan (knowledge era) berlaku bahwa:

    1. Belajar dan adaptasi, serta pengetahuan dan pemahaman, fokus pada efisiensi, bukan

    pada efektivitas. Efisiensi dan efektivitas ditentukan relatif terhadap satu atau lebih

    tujuan yang ingin dicapai sebuah organisasi;

    2. Penilaian keberhasilan pencapaian tujuan tersebut tidak relevan dengan pencapaian

    efisiensi, tetapi relevan dengan pencapaian efektivitas;

    3. Efektivitas perilaku merupakan fungsi dari keduanya (efisiensi dan efektivitas) yang

    berperan dalam penilaian pencapaian keberhasilan dari satu atau lebih tujuan yang

    diinginkan.

    Gambar 2.2 The Path of Wisdom (Ackoff Russell, 1997)

    Perbedaan antara efisiensi dan efektivitas, adalah membedakan antara kebijaksanaan

    (wisdom) dengan pemahaman, pengetahuan, dan informasi, hal ini tercermin dalam

    perbedaan antara pertumbuhan dan pembangunan. Pertumbuhan tidak selalu berarti

    peningkatan nilai, disisi lain pembangunan akan memberikan nilai tambah. Pembangunan

    adalah proses yang diikuti oleh peningkatan kebijaksanaan (Gambar 2.2). Dengan demikian

  • 8

    secara kritis dapat dikatakan bahwa "Intelligence is the ability to increase efficiency; wisdom

    is the ability to increase effectiveness".

    Mempertimbangkan luasnya lingkup dan batasan waktu dalam penataan kelembagaan

    (preferensi struktur organisasi) bagi kementerian dan lembaga yang dilakukan kajian, maka

    pelaksanaan kegiatan ini akan ditekankan pada hal-hal yang terkait dengan:

    1. Perumusan preferensi organisasi kementerian, lembaga dengan mempertimbangkan

    beberapa yang penting dan kritikal, terkait dengan:

    a. Pola pengorganisasian yang terintegrasi lintas kementerian dan lembaga yang

    terkait erat dalam pelaksanaan mandat yang diemban sesuai dengan peraturan

    perundangan yang menjadi landasan tugas dan fungsi bagi kementerian,

    lembaga tersebut;

    b. Koordinasi dan sinkronisasi peran kementerian, lembaga dan daerah untuk

    dapat melaksanakan upaya pembangunan secara terpadu dengan tetap fokus

    pada pencapaian tujuan sesuai mandat yang diemban;

    2. Pengukuran pencapaian kinerja kementerian, lembaga dan daerah dalam keterpaduan

    pelaksanaan upaya pembangunan berkelanjutan, yang memberikan nilai tambah

    optimal (pelayanan dan atau kesejahteraan) bagi masyarakat, serta dilaksanakan

    dengan tatakelola pemerintahan yang baik.

    2.2 Pendekatan Soft System Methodology (SSM)

    Mengingat khususnya evaluasi organisasi dan perencanaan struktur organisasi

    kementerian/lembaga selalu melibatkan berbagai pemangku kepentingan (multi stakeholder),

    dan bersifat lintas disiplin (multi disiplin), maka untuk menghasilkan sintesa yang mendalam

    dan komprehensif tidak cukup bila hanya menggunakan satu metoda saja. Dengan

    menggunakan kombinasi teknik yang tepat dapat mempertajam analisis, meningkatkan mutu

    disain dan meminimalisasi bias dalam penelitian. Untuk itu dalam kegiatan ini akan

    digunakan pendekatan soft system methodology (SSM) Jackson, 2003.

    Memperhatikan Gambar 2.2, dapat diperoleh pemahaman bahwa perubahan dan

    ketidakpastian dalam lingkungan strategis telah menempatkan kondisi masa depan tidak

    selalu merupakan keberlanjutan dari masa lalu (diskontinyuitas), sehingga sangat diperlukan

    kearifan (wisdom). Menguatkan hal tersebut pada Gambar 2.3 dapat dikemukakan bahwa

    langkah-langkah dalam pendekatan SSM sangat efektif untuk dapat memperoleh wisdom dari

  • 9

    para pakar sebagai thinking respondents dan terbangun dalam group thinking, dari berbagai

    perspektif kepakarannya.

    Gambar 2.3 Pendekatan SSM dalam Perencanaan Kelembagaan Kementerian/Lembaga

    2.3 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

    Dengan mengacu pada pendekatan SSM, secara keseluruhan kegiatan ini akan terbagi

    dalam 7 (tujuh) langkah aktivitas dengan garis besar dapat diuraikan sebagai berikut.

    Tabel 2.1 Disain dan Tahapan Aktivitas

    Tahapan Uraian Aktivitas

    (1) (2)

    1

    Permasalahan yang

    dihadapi oleh

    Kementerian/Lemb

    aga yang sedang

    dikaji

    • Intensi strategis dan implementasi pelaksanaan mandat sesuai peraturan perundangan;

    • Pembelajaran dari praktek (terbaik) dari studi empirik dalam dan luar negeri;

    • Teknik: studi pustaka, tekstual analisis, indepth interview;

    2

    Permasalahan

    kritikal, koordinasi,

    sinkronisasi, dan

    internalisasi

    • Faktor dominan dalam keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi sesuai mandat yang diemban;

    • Pola pengorganisasian lintas Kementerian /Lembaga dan Daerah (dalam klaster/kerterkaitan dalam elemen dan atau sub sistem)

    • Faktor kritikal dalam implementasi oleh Kementerian/Lembaga dan Daerah

  • 10

    Tahapan Uraian Aktivitas

    (1) (2)

    3

    Pendefinisian

    sistem

    implementasi yang

    relevan

    • Human activity systems: koordinasi dan sinergi dalam pencapaian kinerja optimum kelembagaan

    • Pemetaan ekspektasi pemangku kepentingan (CATWOE)

    4

    Model kelembagaan

    bagi pencapaian

    kinerja optimum

    • Pola pengorganisasian sebagai sebuah sistem tatakelola pemerintahan yang baik;

    • Pengelolaan hubungan intra-organisasi dan inter-organisasi; • Keterkaitan antar elemen (Saxena, 1990);

    5

    Rancangan model

    Perbandingan

    model dengan dunia

    nyata

    • Praktek di Indonesia dan negara lain (sebagai pembanding); • Analisis prospektif partisipatif (best-fit); • Modal intelektual organisasi (modal insani, modal organisasi, modal

    relasional);

    6

    Pembahasan untuk

    perubahan yang

    diinginkan

    • Pengelolaan hubungan intra-organisasi dan inter-organisasi dalam value chain dan value stream yang terkait dengan Kementerian/

    Lembaga yang dikaji;

    • Pengelolaan hubungan inter-organisasi lintas Kementerian/Lembaga dan Dareah, maupun dengan pemangku kepentingan utama lainnya;

    7 Aksi untuk

    perbaikan

    • Pola pengorganisasian sebagai sebuah sistem tatakelola pemerintahan yang baik;

    • Koordinasi program dan sinkronisasi pengalokasian sumberdaya; • Kemitraan strategis pemerintah dengan pemangku kepentingan utama;

    2.4 Kerangka Analisis

    2.4.1 Kerangka Kerja Kajian Penataan Birokrasi

    Analisis prospektif adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis perihal

    dalam sistem ahli yang dapat menggabungkan pembuat keputusan dalam rangka menyusun

    kembali beberapa perencanaan dengan pendekatan yang berbeda. Masing-masing solusi yang

    dihasilkan berasal dari pendekatan yang direncanakan dan bukan dari suatu rumusan yang

    bisa masing-masing kasus. Pada Gambar 2.4 dikemukakan bahwa penataan birokrasi

    dilakukan dengan restrukturisasi organisasi menggunakan pendekatan konvergensi yang

    mengintegrasikan proses deduktif dengan logical thinking process berbasis knowledge dan

    proses induktif dengan policy process analyisis dengan kajian aspek legal. Dengan

    pendekatan konvergensi diharapkan dapat dihasilkan struktur organisasi yang best-fit

    (rightsizing) dengan birokrasi yang efektif.

  • 11

    Gambar 2.4 SSM Smart Rightsizing Protocol

    Pelaksanaan kajian ini akan menggunakan beberapa teknik etnographic study. Teknik

    ini digunakan pada kondisi-kondisi yang memerlukan integrasi pendapat para pakar pada

    setiap tahapan yang dilakukan. Dalam garis besar tahapan pelaksanaan kajian dapat dilihat

    pada Gambar 2.5.

    Gambar 2.5 Kerangka Pikir Ethnographic Study dalam Penataan Organisasi

  • 12

    2.4.2 Keterlibatan Aktif dan Konstruktif

    Proses pelaksanaan Kajian Evaluasi (struktur) Organisasi Kementerian Kmunikasi

    dan Informatika memerlukan keterlibatan para pejabat tinggi, pakar intelektual, dan mitra

    kerja (counter part) internal secara aktif dan konstruktif untuk mendukung pelaksanaan

    kajian hingga dapat menghasilkan kualitas kajian yang optimal. Keterlibatan internal sangat

    diperlukan, khususnya dalam beberapa hal sebagai berikut:

    1. Penyediaan data, informasi, baik dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang

    terkait, berbagai dokumen perencanaan, maupun hasil kajian dan hasil studi banding

    yang dapat bermanfaat dalam melakukan tekstual analisis;

    2. Pemetaan mandat kelembagaan dengan melakukan pengisian matriks, diskusi

    kelompok, wawancara, maupun bentuk lainnya;

    3. Sebagai thinking responden (responden pakar) dalam panel pakar sesuai kaidah yang

    diperlukan dalam pendekatan SSM. Pemilihan responden pakar dilakukan secara

    selektif dan dengan persyaratan kualifikasi tertentu.

    2.4.3 Textual Analysis

    Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi maupun memetakan berbagai hal yang

    berkaitan dengan pelaksanaan mandat, pada tahap ini dilakukan beberapa aktivitas, al:

    1. Pemetaan peraturan perundang-undangan yang memberikan mandat kepada

    Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hal ini dilakukan untuk memastikan

    bahwa semua mandat dapat "terserap", meminimalisasi "overlaping" antar fungsi/unit

    kerja, maupun untuk mengindari "white-space";

    2. Mengkaji berbagai dokumen, hasil kajian/studi empirik dari dalam maupun luar

    negeri yang terkait atau bermafaat sebagai referensi dalam pelaksnaaan kajian;

    2.4.4 Akuisisi Pengetahuan Para Pakar

    Peroses akuisisi pengetahuan para pakar dilakukan dengan menggunakan pendekatan

    SSM yang merupakan hasil pemikiran para pakar atau subject matter experts (SME) sebagai

    thinking respondents yang dirumuskan dari hasil indepth interview atau focus group

    discussion (FGD). Untuk itu akan digunakan beberapa metode untuk dapat menggalang

    pemikiran para pakar tersebut, antara lain menggunakan:

    1. SAST (strategic assumption surfacing and testing), digunakan untuk menetapkan

    faktor-faktor yang menjadi prioritas dalam pengembangan model;

  • 13

    2. ANP*) (analitycal network process), digunakan untuk melakukan eksplorasi asumsi

    strategis dengan tingkat keyakinan dan kepastian tinggi yang harus mendapat

    perhatian dalam pengembangan model;

    3. ISM (intepretative structural modeling), digunakan untuk mengungkap hubungan

    kontekstual antar sub elemen dalam elemen;

    4. CATWOE (customers, actors, tranformation process, world view, owner,

    environment), digunakan untuk memetakan pemangku kepentingan, sesuai dengan

    peran dan ekspektasi yang harus menjadi konsideran dalam perumusan kebijakan atau

    pengembangan model;

    Catatan *) : Penggunaan ANP dalam pelaksanaan kajian ini akan dilakukan sesuai kebutuhan

    (bila diperlukan).

    2.4.5 Proses Analisis dan Sintesis

    Terdapat arus utama dalam analisis proses kebijakan yaitu model linier (Sutton 1999).

    Model linier menekankan bahwa penyusunan kebijakan merupakan sebuah upaya pemecahan

    masalah yang bersifat rasional, berimbang, obyektif dan analitik. Model linier berasumsi

    bahwa pengambilan keputusan diambil sebagai sebuah rangkaian tindakan yang beraturan,

    dimulai dengan identifikasi, masalah, dan diakhiri dengan penentuan tindakan untuk

    menyelesaikan permasalahan. Tahapan dalam model linier, meliputi:

    1. Pengenalan dan pedefinisian sifat/karakter masalah yang harus ditangani

    2. Mengidentifikasi tindakan yang memungkinkan untuk mengatasi masalah

    3. Mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari masing-masing alternatif

    4. Memilih alternatif yang merupakan pilihan terbaik

    5. Mengimplementasikan kebijakan

    6. Melakukan evaluasi dari pelaksanaan kebijakan

    Institute Development Study (IDS), 2006 menyatakan bahwa proses kebijakan

    merupakan suatu proses yang kompleks dengan karakteristik sebagai berikut: 1) bertahap,

    pembuatan kebijakan merupakan proses yang berulang, berdasarkan pengalaman, dan belajar

    dari kesalahan sebelumnya; 2) selalu diwarnai dengan kepentingan yang overlap dan

    berkompetisi; ada pihak lain yang diakomodir ada juga yang diabaikan; 3) tidak hanya

    mempertimbangkan hal teknis, nilai dan fakta sangat berperan penting; 4) para ahli teknis dan

    pembuat kebijakan secara bersama-sama terlibat dalam proses membangun kebijakan.

  • 14

    2.4.6 Acuan Dasar Disain Organisasi

    Mintzberg dalam organizational design membagi ke dalam empat bagian besar yaitu;

    bagian pertama tentang fondasi menjelaskan bagaimana organisasi berfungsi, mulai dari

    mekanisme koordinasi, 5 elemen dasar organisasi, dan sistem alur; bagian kedua adalah

    analisis parameter desain meliputi job specialization, behavior formalization, training and

    indoctrination, unit grouping, unit size, planning and control system, liaison devices, vertical

    decentralization, dan horizontal decentralization; bagian ketiga adalah faktor kontingensi

    meliputi age and size, technical system, environment, dan power; sedangkan bagian keempat

    adalah merupakan sintesis berupa konfigurasi struktur, meliputi simple structure (struktur

    sederhana), machine bureaucracy (birokrasi mesin), professional bureaucracy (birokrasi

    profesional), divisionalized form (struktur divisional), dan adhocracy.

    Gambar 2.6 Model Struktur Organisasi Berdasarkan Mintzberg

    Menurut Mintzberg struktur organisasi pada umumnya terbagi atas 5 elemen dasar, yaitu:

    1. Strategic Apex, Bertanggungjawab dengan memastikan bahwa organisasi melayani

    misinya dengan cara yang efektif, dan juga melayani kebutuhan pemilik/pemangku

    kepentingan yang mengendalikan atau memiliki kekuasaan atas organisasi

    2. Middle Line, Menjadi penghubung antara strategic apex dengan operating core

    dengan menggunakan kewenangan formal yang didelegasikan padanya;

    3. Techno Structure, Para analis yang mempunyai tanggung jawab (mendukung atau

    mempengaruhi organisasi) dengan melaksanakan kegiatan dalam bentuk

    standarisasi tertentu dalam organisasi.

    4. Operating Core, Para pegawai yang melaksanakan pekerjaan dasar yang

    berhubungan dengan produksi barang dan jasa;

  • 15

    5. Support Staff, Orang-orang yang mengisi unit staf, yang memberi jasa pendukung

    tidak langsung kepada organisasi. (diluar jalur kerja operasi);

    Selanjutnya secara keseluruhan dapat disintesiskan dalam bentuk konfigurasi 5 (lima)

    jenis struktur organisasi seperti dalam Tabel 2.2 berikut.

    Tabel 2.2 Konfigurasi Struktur Organisasi Berdasarkan Mintzberg

    No Desain Struktur Karakteristik Dasar (1) (2) (3)

    1.

    Simple Structure

    The simple structure, typically, has

    a. Little or no technostructure, few support staffers, b. A loose division of labour, minimal differentiation among its

    units, and a small managerial hierarchy.

    c. The behaviour of simple structure is not formalised and planning, training, and liaison devices are minimally used in

    such structures.

    2.

    Machine Bureaucracy

    The design of a machine bureaucracy tends to be as follows: a. Highly specialised, routine operating tasks;

    b. Very formalised procedures in the operating core; c. A proliferation of rules, regulations, & formalised

    communication;

    d. Large-sized units at the operating level; e. Reliance on the functional basis for grouping tasks;

    f. Relatively centralised power for decision making;

    g. An elaborate administrative structure with sharp distinctions

    between line and staff.

    3.

    Professional

    Bureaucracy

    The professional bureaucracy relies for coordination on:

    a. The standardization of skills and its associated parameters such as design, training and indoctrination.

    b. In professional bureaucracy type structures duly trained and indoctrinated specialists -professionals- are hired for the

    operating core, and then considerable control over their work is

    given to them. c. Most of the necessary coordination between the operating

    professionals is handled by the standardization of skills and

    knowledge – especially by what they have learned to expect from their colleagues.

    4.

    Divisionalised Form

    Divisionalised form type organizations are composed of semi-

    autonomous units - the divisions. The divisionalised form is probably a structural derivative of a Machine Bureaucracy - an operational

    solution to co-ordinate and controls a large conglomerate delivering: a. Horizontally diversified products or services b. In a straight-forward, stable environment c. Where large economies of scale need not apply.

    5.

    Adhocracy

    Adhocracy includes a highly organic structure, with:

    a. Little formalization of behaviour;

    b. Job specialization based on formal training; c. A tendency to group the specialists in functional units for

    housekeeping purposes but to deploy them in small, market-based project teams to do their work;

    d. A reliance on liaison devices to encourage mutual adjustment,

    the key coordinating mechanism, within and between these teams

  • 16

    2.5 Perspektif Peran dan Fungsi Kementerian dan Lembaga (K/L)

    Sebuah kementerian atau lembaga dibentuk dengan elemen dasar kelembagaan yang

    yang meliputi: tujuan, strategi dan rasional. Elemen dasar kelembagaan tersebut akan

    dihadapkan pada permasalahan dan tantangan, untuk dapat menemukan langkah penyelesaian

    dan keterlibatan manusia dalam proses penyelesaiannya. Dengan pola inilah dapat

    dirumuskan definisi filosofis (root definitions) untuk dapat memetakan secara utuh

    (integratif) peran dan fungsi sebuah organisasi (Peter Checkland, 1981).

    Gambar 2.7 Perspektif Peran dan Fungsi Kementerian dan Lembaga

    Dengan memperhatikan elemen dasar kelembagaan, Gambar 2.7 diatas memberikan

    pandangan bahwa berdasarkan peran dan fungsinya, sebuah Kementerian atau Lembaga

    setidaknya memiliki 2 perspektif peran dan fungsi yang berbeda. Pertama, sebagai organisasi

    yang mandiri (stand-alone), yang seluruh siklus peran dan fungsinya dapat dituntaskan oleh

    fungsi-fungsi dalam organisasinya (intra-organization) dan dengan sumberdaya yang telah

    dimiliki. Hal-hal yang penting dalam kemandirian organisasi ini dapat digambarkan dalam

    kaitan beberapa aspek, antara lain:

    1. Intensi strategis Kementerian/Lembaga;

    2. Tatakelola pemerintahan yang baik;

  • 17

    3. Tatalaksana – sistem – struktur – kultur/budaya;

    4. Keselarasan : manajemen kinerja – manajemen karir – manajemen reward;

    5. Kinerja individu – kinerja unit kerja – kinerja lembaga;

    6. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

    7. Audit BPK : Opini “WTP”;

    Sedangkan perspektif yang kedua dilakukan dengan cara pandang kesisteman, yaitu

    memposisikan sebuah organisasi sebagai sub-sistem dalam pembangunan nasional. Dalam

    konteks ini sebuah organisasi akan berada dalam posisi saling ketergantungan (inter-

    dependent) dengan organisasi lain (inter-organization), baik dalam format input - proses -

    output, maupun dalam siklus P-D-C-A (plan-do-check-action), atau bahkan dalam pola

    keterkaitan dalam bentuk forward-linkage, atau backward-linkage. Hal-hal yang penting

    dalam hubungan kesisteman antar organisasi ini dapat digambarkan dalam kaitan beberapa

    aspek, antara lain:

    1. Sistem pembangunan dibentuk untuk mencapai tujuan nasional;

    2. Elemen/sub-sistem (K/L) harus mempunyai rencana yang ditetapkan;

    3. Adanya hubungan diantara elemen/sub-sistem (antar K/L);

    4. Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi dan material) lebih penting dari pada

    elemen sistem;

    5. Tujuan nasional lebih penting dari pada tujuan K/L;

    Gambar 2.8 menerangkan pemetaan postur organisasi dalam 4 titik perspektif yang

    telah diatur dalam Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2009 (Bab III, Kementerian, Bagian

    Kesatu, Pasal 23), bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika (bersama dengan 17

    Kementerian yang lain), masuk dalam klaster Kementerian yang Menangani Urusan

    Pemerintahan yang nomenklatur Kementeriannya secara Tegas disebutkan dalam UUD

    Negara RI Tahun 1945 dan yang Ruang Lingkupnya disebutkan dalam UUD Negara RI

    Tahun 1945. Selanjutnya dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25,

    Kementerian Komunikasi dan Informatika menyelenggarakan fungsi:

    1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya;

    2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya;

    3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya;

    4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan kementerian di

    daerah; dan

  • 18

    5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

    Gambar 2.8 Perancangan Postur Organisasi dalam 4 Titik Perspektif

    Mandat kelembagaan idang komunikasi dan informatika menngacu pada beberapa

    peraturan perundang-undangan antara lain: (1) Undang-Undang No. 36 Tahun 1999, tentang

    Telekomunikasi; (2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2002, tentang Penyiaran; (3) Undang-Undang

    No. 11 Tahun 2008, tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; (4) Undang-Undang No. 14 Tahun

    2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik; (5) Undang-Undang No. 38 Tahun 2009, tentang

    Pos. Untuk menghadapi tantangan masa, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: (1)

    adaptasi terhadap dinamika lingkungan strategis, (2) arah pengembangan TIK, dan (3)

    prioritas pembangunan sektoral/bidang komunikasi dan informatika. Sedangkan hubungan

    relational yang dilaksanakan melalui koordinasi, pembagian peran, kerjasama dan partisipasi

    dunia usaha, asosiasi maupun masyarakat.

  • 19

    BAB III

    ANALISIS SITUASIONAL

    3.1 Arah Pembangunan Jangka Panjang Bidang Komunikasi dan Informatika

    Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

    Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 dinyatakan bahwa Visi Pembangunan

    Nasional 2005-2025 adalah "Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur". Visi

    pembangunan nasional harus terukur dengan jelas, sehingga dapat diketahui tingkat

    pencapaiannya. Bangsa yang mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan

    sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan kemampuan

    dan kekuatannya sendiri. Kemampuan bangsa yang didukung dengan ketahanan nasional

    dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat merupakan kunci untuk mencapai kemajuan

    sekaligus kemandirian.

    Dalam arah pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025, pada bagian IV.1.2

    Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing disebutkan bahwa: Kemampuan bangsa untuk

    berdaya saing tinggi adalah kunci bagi tercapainya kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya

    saing yang tinggi, akan menjadikan Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan

    globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saing

    bangsa, pembangunan nasional dalam jangka panjang diarahkan untuk (a) mengedepankan

    pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; (b) memperkuat

    perekonomian domestik berbasis keunggulan di setiap wilayah menuju keunggulan

    kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan di

    dalam negeri; (c) meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan pengetahuan; dan

    (d) membangun infrastruktur yang maju; serta (e) melakukan reformasi di bidang hukum dan

    aparatur negara.

    Secara spesifik, terkait dengan komunikasi dan informatika, pada bagian D. Sarana

    dan Prasarana yang Memadai dan Maju, sub bagian 31, disebutkan bahwa : Pembangunan

    pos dan telematika diarahkan untuk mendorong terciptanya masyarakat berbasis informasi

    (knowledge-based society) melalui penciptaan landasan kompetisi jangka panjang

    penyelenggaraan pos dan telematika dalam lingkungan multioperator; pengantisipasian

  • 20

    implikasi dari konvergensi telekomunikasi, teknologi informasi, dan penyiaran, baik

    mengenai kelembagaan maupun peraturan termasuk yang terkait dengan isu keamanan,

    kerahasiaan, privasi, dan integritas informasi; penerapan hak kekayaan intelektual;

    peningkatan legalitas yang nantinya dapat mengakibatkan konvergensi pasar dan industri;

    pengoptimalan pembangunan dan pemanfaatan prasarana pos dan telematika dan prasarana

    nontelekomunikasi dalam penyelenggaraan telematika; penerapan konsep teknologi netral

    yang responsif terhadap kebutuhan pasar dan industri dengan tetap menjaga keutuhan sistem

    yang telah ada; peningkatan sinergi dan integrasi prasarana jaringan menuju next generation

    network; peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap potensi

    pemanfaatan telematika serta pemanfaatan dan pengembangan aplikasi berbasis teknologi

    informasi dan komunikasi; pengembangan industri dalam negeri; dan industri konten sebagai

    upaya penciptaan nilai tambah dari informasi.

    3.2 Kerangka Teknokratik RPJM Nasional 2015 - 2019

    Penguatan konektivitas nasional dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK)

    diuraikan secara terstruktur mengenai : (1) permasalahan dan isu strategis, (2) sasaran

    bidang, (3) arah kebijakan dan strategi pembangunan bidang, (4) kerangka pendanaan, serta

    (5) kerangka regulasi dan kerangka kelembagaan. Secara garis besar masing-masing bagian

    diatas dapat dikemukakan dalam uraian berikut.

    1. Permasalahan dan isu strategis tergambar dengan belum optimalnya dukungan TIK

    untuk meningkatkan daya saing nasional disebabkan antara lain oleh beberapa hal,

    utamanya:

    a. Belum meratanya akses informasi di seluruh Indonesia;

    b. Masih terbatasnya prasarana komunikasi dan informatika yang berdaya saing

    khususnya akses pitalebar;

    c. Masih tingginya harga koneksi pita lebar;

    d. Belum berkembangnya ekosistem pita lebar nasional;

    e. Belum optimalnya pengelolaan spektrum frequensi radio;

    f. Tingginya tingkat kejahatan dunia maya (cyber crime);

    g. Belum produktifnya penggunaan TIK;

    h. Belum terintegrasinya sistem komunikasi dan informatika instansi

    pemerintah;

    Sedangkan untuk memperkuat konektivitas nasional yang meliputi konektivitas

  • 21

    ekonomi (antar/dalam pulau/Koridor Ekonomi) dan konektivitas pemerintah

    (antar/dalam instansi pemerintah), isu strategis dalam pembangunan komunikasi dan

    informatika tahun 2015-2019 adalah: (1) penyediaan akses informasi di seluruh

    wilayah Indonesia termasuk daerah non-komersial dan perbatasan negara sebagai

    bentuk pemenuhan amanah Pasal 28F UUD 1945; (2) pembangunan akses internet

    berkecepatan tinggi (pitalebar) sebagai jalan tol informasi untuk mempercepat

    transformasi perekonomian Indonesia; (3) pengintegrasian sistem komunikasi dan

    informatika instansi pemerintah untuk mendukung pemerintahan yang efisien dan

    pengelolaan data pemerintah sebagai aset strategis; dan (4) pemanfaatan informasi

    dan TIK secara produktif dan bijak.

    2. Sasaran bidang TIK :

    Sasaran utama yang diharapkan dalam pembangunan komunikasi dan informatika

    adalah (1) berkurangnya blank spot layanan komunikasi dan informatika; (2)

    dibangunnya akses internet berkecepatan tinggi dengan jaminan ketahanan dan

    keamanan informasinya; (3) terintegrasinya sistem komunikasi dan informatika

    instansi pemerintah; dan (4) dimanfaatkannya TIK secara optimal untuk mendukung

    peningkatan daya saing nasional dan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Sasaran

    utama tersebut dirinci sebagai berikut.

    a. Tersedianya layanan komunikasi dan informatika di perdesaan, perbatasan

    negara, pulau terluar, dan wilayah non komersial lainnya;

    b. Tersedianya layanan pita lebar;

    c. Optimalnya pengelolaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit;

    d. Tercapainya tingkat literasi TIK nasional sebesar 75%;

    e. Tersedianya layanan e-Government yang aman dan dikelolanya data sebagai

    aset strategis nasional.

    3. Arah kebijakan dan strategi pembangunan bidang: Dalam rangka mencapai

    sasaran pembangunan tersebut, arah kebijakan dan strategi pembangunan

    komunikasi dan informatika tahun 2015-2019 terdiri atas:

    a. Mentransformasi Kewajiban Pelayanan Universal (KPU) atau Universal

    Service Obligation (USO) menjadi berorientasi pitalebar;

    b. Mengoptimalkan pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit

    sebagai sumber daya terbatas;

    c. Mendorong pembangunan akses tetap pitalebar;

  • 22

    d. Membangun prasarana pitalebar di daerah perbatasan negara;

    e. Memberikan perlindungan keamanan kepada penyelenggara, serta kualitas

    dan keamanan informasi kepada pengguna layanan;

    f. Mempercepat implementasi e-Government dengan mengutamakan prinsip

    keamanan, interoperabilitas dan cost effective;

    g. Pemerintah sebagai fasilitator yang mendorong penggunaan pitalebar;

    h. Mendorong tingkat literasi TIK;

    i. Mendorong kemandirian dan daya saing industri TIK dalam negeri;

    j. Merestrukturisasi sektor penyiaran;

    4. Kerangka pendanaan: Pengalokasian dana pemerintah untuk pembangunan

    komunikasi dan informatika dapat dilakukan dalam bentuk investasi penuh dan

    subsidi. Sebagai salah satu bentuk intervensi, pendanaan pemerintah diberikan

    dengan memperhatikan:

    a. Kondisi dan kapasitas keuangan negara. Pemberian dukungan pendanaan

    diutamakan berasal dari Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor TIK

    seperti Dana KPU dan Biaya Hak Penggunaan Frekuensi;

    b. Kemampuan pasar. Pemerintah tidak mengambil alih peran dan tidak

    bersaing dengan penyelenggara. Pemberian dukungan pendanaan pemerintah

    dipastikan tidakk menimbulkan kegagalan pasar;

    c. Skema pendanaan yang sesuai yaitu tepat sasaran, tanpa duplikasi investasi,

    dan menjamin keberlanjutan;

    d. Inovasi model bisnis dengan pengelolaan risiko yang proporsional dan tidak

    hanya berbasis aset. Sesuai dengan kecenderungan global yang beralih dari

    belanja modal ke belanja operasional serta memperhatikan perkembangan

    TIK yang cepat dan dinamis, Pemerintah lebih teliti dalam melakukan

    investasi di sektor TIK.

    Di sisi lain, pemerintah dapat memobilisasi dana di luar pemerintah, baik melalui

    investasi swasta maupun skema KPS.

    5. Kerangka regulasi dan kerangka kelembagaan : Dalam rangka memperkuat

    konektivitas nasional, dalam pembangunan komunikasi dan informatika diperlukan

    upaya-upaya untuk menyempurnakan regulasi yang telah ada saat ini yaitu:

  • 23

    a. Penyusunan RUU Penyiaran pengganti UU No. 32 Tahun 2002 tentang

    Penyiaran. Hal ini dilakukan antara lain untuk mendukung migrasi sistem

    penyiaran televisi ke digital.

    b. Penyelesaian pembahasan RUU Telekomunikasi pengganti UU No. 36 Tahun

    1999 tentang Telekomunikasi. Langkah ini diperlukan diantaranya untuk

    mendukung rancang ulang penggunaan dan pengelolaan Dana KPU guna

    mengakomodasi pembangunan ekosistem pitalebar dan pembentukan Dana

    TIK (ICT Fund) jangka panjang.

    c. Penyelesaian pembahasan revisi UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi

    dan Transaksi Elektronik.

    Adapun upaya yang ditempuh untuk memperkuat kelembagaan adalah: Perkuatan

    lembaga pengelola Dana KPU. Perkuatan dilakukan melalui peningkatan kapasitas

    lembaga pengelola agar dapat (1) melakukan fungsi koordinasi dengan instansi

    pemerintah pusat dan daerah secara lebih lancar; (2) mengelola Dana KPU menjadi

    lebih efisien dan transparan secara profesional; dan (3) menyesuaikan dengan UU

    Telekomunikasi baru yang saat ini masih dalam pembahasan.

    3.3 Intensi Strategis Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Tahun 2015 - 2019

    Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla merancang sembilan agenda prioritas jika

    terpilih sebagai presiden dan wakil presiden. Sembilan program tersebut merupakan agenda

    perubahan untuk membangun Indonesia lebih hebat, disebut Nawa Cita. Program ini digagas

    untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara

    politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Gambar

    3.1 merupakan visualisasi dari 9 Agenda Prioritas (Nawa Cita).

  • 24

    Gambar 3.1 Program Prioritas Visi dan Misi Jokowi-JK dalam Nawa Cita

    Berikut inti dari sembilan program tersebut yang disarikan dari situs www.kpu.go.id:

    1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan

    rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif,

    keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra

    terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara

    maritim.

    2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang

    bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya

    memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan

  • 25

    melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan

    lembaga perwakilan.

    3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa

    dalam kerangka negara kesatuan.

    4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum

    yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

    5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas

    pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan

    kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia

    Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9

    hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta

    jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.

    6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga

    bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

    7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis

    ekonomi domestik.

    8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum

    pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan,

    yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah

    pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela

    negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.

    9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui

    kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang

    dialog antarwarga.

    3.4 Pengembangan Sektor Komunikasi dan Informatika

    Kurbalija J. (2010) dalam Pengantar tentang tata kelola internet menyatakan

    "Keranjang" infrastruktur dan standardisasi terdiri dari isu-isu dasar (terutama soal teknis)

    yang berhubungan dengan Internet. Kriteria utama untuk menggolongkan sebuah isu dalam

    “keranjang” ini adalah bersangkut-paut dengan fungsi dasar Internet. Isu ada dua kelompok.

    Pertama, kelompok yang terdiri dari isu-isu utama. Tanpa kelompok ini, Internet dan World

    Wide Web tidak dapat hadir. Kelompok ini terbagi dalam 3 tingkat:

    1. Infrastruktur telekomunikasi, tempat seluruh lalu-lintas Internet mengalir;

  • 26

    2. Standar teknis dan layanan Internet, infrastruktur yang membuat Internet berfungsi

    (misalnya TCP/IP; DNS; SSL);

    3. Standar isi dan aplikasi [misalnya HTML; XML].

    Kedua, kelompok yang terdiri dari isu-isu terkait dengan penjagaan operasi infrastruktur

    Internet yang aman dan stabil, termasuk keamanan jagat maya, enkripsi dan spam.

    Gambar 3.2 Lapisan Infrastruktur Sektor TIK

    3.5 Indonesia Pita Lebar

    Pembangunan broadband nasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

    strategi untuk meningkatkan daya saing bangsa dan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

    Dengan demikian, IBP merupakan bagian dari rencana dan strategi pembangunan nasional.

    IBP merupakan elaborasi rencana pembangunan broadband nasional yang tetap mengacu

    kepada visi pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan

    Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Masterplan Percepatan dan Perluasan

    Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025.

    Visi Indonesia

    2025

    : Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil,

    dan makmur

    Visi Broadband

    Indonesia

    : Mendukung transformasi Indonesia menjadi negara maju melalui

    pengembangan dan pemanfaatan broadband sebagai meta-

    infrastructure

    Tujuan : 1. Mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing

  • 27

    Broadband

    Indonesia

    bangsa

    2. Mendukung peningkatan kualitas pembangunan manusia

    Indonesia

    3. Menjaga kedaulatan bangsa

    Pilar Utama : 1. Infrastruktur dan Keamanan

    2. Adopsi dan Utilisasi Kreatif

    3. Legislasi dan Regulasi

    4. Pendanaan

    Prinsip Dasar : Prinsip Dasar dan Persyaratan Pengembangan Broadband Nasional

    Pengemangan broadband Indonesia akan dilakukan secara bertahap dan menjadi bagian yang

    tidak terpisahakan dari strategi pembangunan nasional. Untuk merealisasikan potensi

    broadband, beberapa prasyarat harus dipenuhi, yaitu adanya :

    1. Kepemimpinan pemerintah (government leadership) dalam memberikan arah dan

    panduan;

    2. Komitmen nasional untuk menjamin konsistensi dan keberlanjutan program

    pembangunan broadband nasional;

    3. Koordinasi dan sinergi multi sektor untuk menjamin harmonisasi program

    penggunaan sumber daya secara efisien;

    4. Kerjasama pemerintah (pusat dan daerah) dan dunia usaha sesuai dengan tugas pokok,

    kewenangan, dan kapasitas masing-masing.

    Secara lebih detail, pembagian kewenangan dalam regulasi, target dan rencana aksi untuk

    tahun 2013 - 2017 dapat dilihat pada Lampiran - 1.

    Dalam Penetrasi Pita Lebar Indonesia, Kusnandar, 2014 dalam businessweek

    indonesia, menyatakan bahwa kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan dan

    terbentang dari Sabang sampai Merauke membutuhkan jaringan koneksi cepat pita lebar

    (broadband) untuk mempercepat pertukaran informasi maupun komunikasi. Namun,

    besarnya biaya pembangunan infrastruktur telekomunikasi membuat jaringan pita lebar

    belum bisa menjangkau semua wilayah Nusantara. Guna mendukung konektivitas jaringan

    fixed broadband nasional, pemerintah mencanangkan proyek infrastruktur telekomunikasi

    serat optik sepanjang 36.000 kilometer di seluruh Indonesia dengan nama Palapa Ring.

    Jaringan ini menghubungkan tujuh lingkar kecil serat optik yang terdiri atas wilayah

    Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Papua, dan satu backhaul

    sebagai penghubung satu sama lainnya. Saat ini jaringan koneksi pita lebar Indonesia

    tertinggal bila dibandingkan dengan negara Asia lainnya seperti Korea Selatan, Jepang,

  • 28

    China, Singapura, ataupun Malaysia. Menurut data Akamai triwulan I 2014, rata-rata

    kecepatan koneksi broadband di Indonesia hanya 2,4 mega byte per second (Mbps), ini jauh

    di bawah kecepatan Korea Selatan yang bisa mencapai 23,6 Mbps, Jepang 14,6 Mbps, Hong

    Kong 13,3 Mbps, dan Singapura 8,4 Mbps. (www.businessweekindonesia.com)

  • 29

    BAB IV

    ANALISIS SISTEM

    "The new job descriptions of leaders will involve design of the organization

    and its policies. This will require seeing the organization as a system in which the

    parts are not only internally connected, but also connected to the external

    environment and clarifyng how the whole system can work better" (Senge, 1990).

    4.1 Hasil Analisis Induktif

    Tekstual analisis untuk peraturan perundangan dalam upaya mengklarifikasikan

    “GAP” telah dicoba dilakukan dan hasilnya diakomodasikan melalui pendekatan Policy

    Process Analysis (PPA). Fokus analisis tekstual diarahkan pada pelaksanaan mandat

    perundang-undangan terkait dengan bidang komunikasi dan informatika. Selain itu,

    keterkaitan dengan peraturan lainnya dikaji guna memperkuat dan mempertajam pelaksanaan

    kewenangan dan tugas/fungsinya.

    4.1.1 Analisis Kebijakan

    Analisis kebijakan merupakan pemahaman terhadap peraturan perundangan yang

    merupakan dasar dalam kewenangan, asas, dan tugas pokok suatu lembaga. Pada

    Kementerian Komunikasi dan Informatika, analisis kebijakan diterapkan dalam sebuah

    matriks untuk telaah fungsional atas dasar kewenangan, asas, dan tugas pokok Kementerian

    Komunikasi dan Informatika maupun kebijakan yang terkait pada mandat kelembagaan

    Kementerian Komunikasi dan Informatika, antara lain (tidak membatasi peraturan

    perundang-undangan yang lain) :

    1. Undang-Undang No. 36 Tahun 1999, tentang Telekomunikasi;

    2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2002, tentang Penyiaran;

    3. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008, tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;

    4. Undang-Undang No. 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik;

    5. Undang-Undang No. 38 Tahun 2009, tentang Pos.

    6. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009, tentang Pelayanan Publik;

  • 30

    Tabel 4.1 Analisis Tekstual Peraturan Perundangan (Utama) Terkait Komunikasi dan Informatika

    No Undang-Undang Azas Tujuan Kata Kunci Definisi Kunci

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    1 UU No. 5 Tahun

    2014 Tentang

    Aparatur Sipil

    Negara

    1. Kepastian Hukum 2. Profesionalitas, 3. Proporsionalitas, 4. Keterpaduan 5. Delegasi 6. Netralitas 7. Akuntabilitas 8. Efektif dan efisien 9. Keterbukaan 10. Nondiskriminatif 11. Persatuan dan kesatuan 12. Keadilan dan kesetaraan

    dan kesejahteraan.

    Untuk menghasilkan Pegawai ASN

    yang profesional, memiliki nilai dasar,

    etika profesi, bebas dari intervensi

    politik, bersih dari praktik korupsi,

    kolusi,dan nepotisme

    1. Nilai dasar, 2. Kode etik dan kode

    perilaku;

    3. Komitmen integritas moral dan tanggung jawab

    pada pelayanan publik,

    4. Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan

    bidang tugas,

    5. Kualifikasi akademik, 6. Jaminan perlindungan

    hukum dalam

    melaksanakan tugas,

    7. Profesionalitas jabatan

    Pegawai ASN berperan

    sebagai perencana, pelaksana,

    dan pengawas

    penyelenggaraan tugas umum

    pemerintahan dan

    pembangunan nasional

    melalui pelaksanaan

    kebijakan dan pelayanan

    publik yang profesional,

    bebas dari intervensi politik,

    serta bersihdari praktik

    korupsi, kolusi, dan

    nepotisme.

    2 UU No. 36 Tahun

    1999 Tentang

    Telekomunikasi

    1. Manfaat, 2. Adil dan Merata, 3. Kepastian Hukum, 4. Keamanan, 5. Kemitraan, 6. Etika, 7. dan Kepercayaan pada diri

    sendiri.

    Untuk mendukung persatuan dan

    kesatuan bangsa, meningkatkan

    kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

    secara adil dan merata, mendukung

    kehidupan ekonomi dan kegiatan

    pemerintahan, serta meningkatkan

    hubungan antarbangsa.

    1. Pembinaan 2. Penyelenggaraan 3. Perizinan

    1. Untuk meningkatkan penyelenggaraan

    telekomunikasi yang

    meliputi penetapan

    kebijakan, pengaturan,

    pengawasan dan

    pengendalian

    2. Menyelenggaarakan jasa telekomunikasi

    3. Tata cara yang sederhana, proses yang

    transparan,adil dan tidak

    diskriminatif dan

    penyelesaian dalam waktu

    yang singkat

  • 31

    No Undang-Undang Azas Tujuan Kata Kunci Definisi Kunci

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    3 UU No. 32 Tahun

    2002 tentang

    Penyiaran

    1. Manfaat, 2. Adil dan Merata, 3. Kepastian Hukum, 4. Keamanan, 5. Keberagaman, 6. Kemitraan, 7. Etika, 8. Kemandirian, 9. Kebebasan, dan 10. Tanggung jawab.

    Untuk :

    1. Memperkukuh integrasi nasional, 2. Terbinanya watak dan jati diri

    bangsa yang beriman dan bertakwa,

    3. Mencerdaskan kehidupan bangsa, 4. Memajukan kesejahteraan umum,

    dalam rangka membangun

    masyarakat yang mandiri,

    demokratis, adil dan sejahtera, serta

    5. Menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.

    Penyelenggaraan

    Penyiaran

    1. Penyiaran diselenggarakan dalam satu sistem

    penyiaran nasional

    2. Dibentuk Komisi Penyiaran

    4

    UU No. 11 Tahun

    2008 tentang

    Informasi dan

    Transaksi

    Elektronik

    1. Kepastian Hukum, 2. Manfaat, 3. Kehati-hatian, 4. Iktikad baik, dan 5. Kebebasan memilih

    teknologi atau netral

    teknologi.

    Untuk :

    1. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat

    informasi dunia;

    2. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam

    rangka meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat;

    3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;

    4. Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang untuk

    memajukan pemikiran dan

    kemampuan di bidang penggunaan

    dan pemanfaatan Teknologi

    Informasi seoptimal mungkin dan

    bertanggung jawab; dan

    5. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi

    pengguna dan penyelenggara

    Teknologi Informasi.

    1. Penyelenggaraan sertifikasi elektronik dan

    sistem elektronik

    2. Penyelenggaraan sistem elektronik

    1. Harus menyediakan informasi yang akurat,

    jelas dan pasti kepada

    setiap pengguna jasa

    2. Harus menyelenggarakan sistem elektronik secara

    andal, aman serta

    bertanggung jawab

    terhadap beroperasinya

    sistem elektronik

    sebagaimana mestinya

  • 32

    No Undang-Undang Azas Tujuan Kata Kunci Definisi Kunci

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    5 UU No. 14 Tahun

    2008 tentang

    Keterbukaan

    Informasi Publik

    1. Setiap Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat

    diakses oleh setiap

    Pengguna Informasi Publik.

    2. Informasi Publik yang dikecualikan bersifat ketat

    dan terbatas.

    3. Setiap Informasi Publik harus dapat diperoleh setiap

    Pemohon Informasi Publik

    dengan cepat dan tepat

    waktu, biaya ringan, dan

    cara sederhana.

    4. Informasi Publik yang dikecualikan bersifat

    rahasia sesuai dengan

    Undang-Undang,

    kepatutan, dan kepentingan

    umum didasarkan pada

    pengujian tentang

    konsekuensi yang timbul

    apabila suatu informasi

    diberikan kepada

    masyarakat serta setelah

    dipertimbangkan dengan

    seksama bahwa menutup

    Informasi Publik dapat

    melindungi kepentingan

    yang lebih besar daripada

    membukanya atau

    sebaliknya.

    Untuk :

    1. Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan

    kebijakan publik, program

    kebijakan publik, dan proses

    pengambilan keputusan publik,

    serta alasan pengambilan suatu

    keputusan publik;

    2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan

    kebijakan publik;

    3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan

    kebijakan publik dan pengelolaan

    Badan Publik yang baik;

    4. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang

    transparan, efektif dan efisien,

    akuntabel serta dapat

    dipertanggungjawabkan;

    5. Mengetahui alasan kebijakan publik yang memengaruhi hajat hidup

    Orang banyak;

    6. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan

    bangsa; dan/ atau

    7. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan

    Badan Publik untuk menghasilkan

    layanan informasi yang berkualitas

    Hak dan kewajiban

    pemohon dan pengguna

    informasi publik serta hak

    dan kewajiban badan

    publik

    1. Hak pemohon infomasi publik

    2. Kewajiban pengguna infomasi publik

    3. Hak badan publik 4. Kewajiban badan publik

  • 33

    No Undang-Undang Azas Tujuan Kata Kunci Definisi Kunci

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    6 UU No. 25 Tahun

    2009 Tentang

    Pelayanan Publik

    Penyelenggaraan pelayanan

    publik berasaskan :

    1. kepentingan umum; 2. kepastian hukum; 3. kesamaan hak; 4. keseimbangan hak dan

    kewajiban;

    5. keprofesionalan; 6. partisipatif; 7. persarnaan perlakuan/ tidak

    diskriminatif;

    8. keterbukaan; 9. akuntabilitas; 10. fasilitas dan perlakuan

    khusus bagi kelompok

    11. rentan; 12. ketepatan waktu; dan 13. kecepatan, kemudahan, dan

    keterjangkauan

    1. tewujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung

    jawab, kewajiban, dan kewenangan

    seluruh pihak yang terkait dengan

    penyelenggaraan pelayanan publik;

    2. terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik

    yang layak sesuai dengan asas-asas

    umum pemerintahan dan korporasi

    yang baik;

    3. terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan; dan

    4. terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat

    dalam penyelenggaraan pelayanan

    publik.

    1. Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan

    barang publik dan jasa

    publik serta pelayanan

    administratif yang

    meliputi pendidikan,

    pengajaran, pekerjaan dan

    usaha, tempat tinggal,

    komunikasi dan

    informasi, lingkungan

    hidup, kesehatan, jaminan

    sosial, energi, perbankan,

    perhubungan, sumber

    daya alam, pariwisata, dan

    sektor strategis lainnya.

    1. Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian

    kegiatan dalam rangka

    pemenuhan kebutuhan

    pelayanan sesuai dengan

    peraturan

    perundangundangan bagi

    setiap warga negara dan

    penduduk atas barang,

    jasa, dan/atau pelayanan

    administratif yang

    disediakan oleh

    penyelenggara pelayanan

    publik;

    2. Masyarakat adalah seluruh pihak, baik warga negara

    maupun penduduk sebagai

    orang- perseorangan,

    kelompok, maupun badan

    hukum yang

    berkedudukan sebagai

    penerima manfaat

    pelayanan publik, baik

    secara langsung maupun

    tidak langsung.

  • 34

    4.1.2 Konstelasi Peran Komunikasi Dalam Persandingan UU Pemerintahan Daerah

    Berlakunya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang

    menggantikan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah telah

    merubah konstelasi proses komunikasi lintas kementerian/lembaga maupun antara

    pemerintah pusat dan daerah. Sebagai tinjauan secara garis besar pada Lampiran 2.

    disampaikan persandingan antara Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dengan Undang-

    Undang No. 22 Tahun 1999.

    Pada Gambar 4.1 dapat menjelaskan bahwa pada masa berlakunya Undang-Undang

    No. 22 Tahun 1999 dapat dikatakan terjadi hubungan komunikasi yang harmonis antar

    kementerian/lembaga maupun antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

    Gambar 4.1 Keselarasan Harmonis dalam Proses Komunikasi (UU No.22/1999)

    Disisi lain dengan berlakunya UU No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah,

    secara signifikan telah merubah pula keseimbangan dan keselarasan proses komunikasi yang

    selama ini terbangun. Suparwoto, 2006 mengidentifikasikan beberapa kesenjangan yang

    terjadi (Gambar 4.2), antara lain sebagai berikut :

    1. Tidak meratanya penyebaran informasi publik;

    2. Tidak semua Pemda memiliki satker khusus menangani penyediaan dan penyebaran

    informasi publik;

    3. Terputusnya hubungan/komunikasi antara Pusat dengan daerah dan sebaliknya;

  • 35

    4. Terbatasnya ruang (space) dan waktu (duration) media untuk penyebaran informasi

    publik,karena media memiliki agenda sendiri;

    5. Terbatasnya ruang tempat umpan balik antara publik dan pemerintah baik pusat dan

    daerah.

    Gambar 4.2 Keselarasan Harmonis dalam Proses Komunikasi (UU No.32/2004)

    4.1.3 Masyarakat Sebagai Pemangku Kepentingan Dalam Komunikasi Publik

    Pemetaan masyarakat sebagai pemangku kepentingan dalam komunikasi dan

    informatika dapat dilakukan berdasarkan tingkat kesadaran atas pentingnya informasi dan

    kemudahan akses terhadap informasi, Gambar 4.3 memberikan ilustrasi adanya 4 (empat)

    kelompok pemangku kepentingan yang harus mendapatkan perhatian dan merupakan bagian

    yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Kementerian Kominfo

    sesuai dengan fungsi yang telah diamanatkan dalam Perpres No. 47 Tahun 2009.

  • 36

    Gambar 4.3 Pemetaan Masyarakat Sebagai Pemangku Kepentingan

    Berdasarkan pengelompokan masyarakat sebagai pemangku kepentingan tersebut

    diatas, dengan mengacu pada Perpres No. 47 Tahun 2009 dilakukan identifikasi peran dan

    fungsi Kementerian Kominfo untuk masing-masing kelompok pemangku kepentingan

    (Gambar 4.4). Proses pemetaan dilakukan dalam forum diskusi pakar (Bogor, 3 September

    2014) secara garis besar hasil diskusi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2.

    Gambar 4.4 Peran, Fungsi Kementerian Kominfo dalam Kelompok Pemangku Kepentingan

  • 37

    4.1.4 Intensi Strategis Kementerian Kominfo Tahun 2015 - 2019

    Perencanaan teknokratik untuk perumusan Rencana Strategis Tahun 2015 - 2019

    Kementerian Komunikasi dan Informatika telah dilakukan dengan mengacu pada dokumen

    Draft rencana teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 -

    2019 dan 9 Agenda Prioritas (Nawa Cita) dari Presiden dan Wakil Presiden terpilih untuk

    periode tahun 2015 - 2019. Dalam dokumen Rencana Strategis tersebut dikemukakan intensi

    strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika tergambar dalam Visi, Misi, maupun

    berbagai prongram dan inisiatis strategis, yang secara garis besar dikemukakan pada bagian

    berikut.

    VISI Tahun 2015 - 2019 Kementerian Komunikasi dan Informatika :

    “Terwujudnya masyarakat berpengetahuan, inovatif, komunikatif, mandiri, sejahtera dan

    berdaya saing global yang berkarakter ke-Indonesia-an melalui pengembangan dan

    pemanfaatan TIK dalam kerangka NKRI”

    Sasaran Pembangunan :

    1. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi yg tinggi;

    2. Menurunnya tingkat kesenjangan antar wilayah;

    3. Meningkatnya kualitas demokrasi;

    4. Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang bersih, anti

    korupsi, akuntabel, efektif, dan efisien.

    MISI Tahun 2015 - 2019 Kementerian Komunikasi dan Informatika :

    1. Mewujudkan masyarakat mandiri dan sejahtera melalui peningkatan ketersediaan

    akses informasi di seluruh wilayah indonesia dan pemanfaatan ekosistem broadband

    dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi dengan mengutamakan produk

    dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan;

    2. Mewujudkan masyarakat berdaya saing global melalui peningkatan kemampuan dan

    kekuatan berdasarkan sumber daya yang ada untuk berkompetisi dan memiliki

    keunggulan komparatif dan kompetitif;

    3. Mewujudkan karakter ke-Indonesia-an melalui peningkatan dan pemanfaatan nilai-

    nilai budaya dan jati diri indonesia dalam pengembangan dan pemanfaatan konten

    TIK;

  • 38

    4. Menjaga dan memperkuat kedaulatan NKRI melalui peningkatan layanan dan

    keamanan informasi untuk keutuhan NKRI;

    5. Mewujudkan masyarakat berpengetahuan, inovatif, dan komunikatif melalui

    peningkatan dan pengembangan kualitas SDM bidang komunikasi dan informatika,

    penyediaan konten yang berkualitas dan bermanfaat dengan dukungan konektivitas

    infrastruktur komunikasi dan informatika;

    Secara garis besar program, kegiatan, inisiatif strategis maupun indikator kinerja

    dikemukakan dalam Lampiran 3.

    4.1.5 Indentifikasi Indikator Kinerja Dalam Pernyataan Misi Kementerian Kominfo

    Pernyataan Misi Kementerian Kominfo dalam draft perencanaan teknokratik Rencana

    Strategis Tahun 2015 - 2019 disajikan secara naratif yang lengkap sampai pada tingkat

    outcome dan impact. Untuk dapat mengukur pencapaian pelaksanaannya diperlukan

    identifikasi lingkup tanggungjawab (locus of control) dari Kementerian Kominfo.

    Pernyataan Misi - 1 :

    Mewujudkan masyarakat mandiri dan sejahtera melalui peningkatan ketersediaan akses

    informasi di seluruh wilayah indonesia dan pemanfaatan ekosistem broadband dalam

    rangka menunjang pertumbuhan ekonomi dengan mengutamakan produk dalam negeri

    untuk memenuhi kebutuhan;

    Indikator Kinerja :

    1. Ketersediaan akses informasi di

    seluruh wilayah Indonesia;

    2. Pemanfaatan ekosistem broadband;

    Gambar 4.5 Strukturisasi Indikator Kinerja Misi - 1

    Pernyataan Misi - 2 :

    Mewujudkan masyarakat berdaya saing global melalui peningkatan kemampuan dan

    kekuatan berdasarkan sumber daya yang ada untuk berkompetisi dan memiliki keunggulan

    komparatif dan kompetitif;

    Indikator Kinerja :

    1. Peningkatan kemampuan dan

    kekuatan berdasarkan sumber daya

  • 39

    (dalam lingkup komunikasi dan

    informatika);

    Gambar 4.6 Strukturisasi Indikator Kinerja Misi - 2

    Pernyataan Misi - 3 :

    Mewujudkan karakter ke-Indonesia-an melalui peningkatan dan pemanfaatan nilai-nilai

    budaya dan jati diri indonesia dalam pengembangan dan pemanfaatan konten TIK;

    Indikator Kinerja :

    1. Pengembangan dan pemanfaatan

    konten TIK;

    Gambar 4.7 Strukturisasi Indikator Kinerja Misi - 3

    Pernyataan Misi - 4 :

    Menjaga dan memperkuat kedaulatan NKRI melalui peningkatan layanan dan keamanan

    informasi untuk keutuhan NKRI;

    Indikator Kinerja :

    1. Layanan dan keamanan informasi;

    Gambar 4.8 Strukturisasi Indikator Kinerja Misi - 4

  • 40

    Pernyataan Misi - 5 :

    Mewujudkan masyarakat berpengetahuan, inovatif, dan komunikatif melalui peningkatan

    dan pengembangan kualitas SDM bidang komunikasi dan informatika, penyediaan konten

    yang berkualitas dan bermanfaat dengan dukungan konektivitas infrastruktur komunikasi

    dan informatika;

    Indikator Kinerja :

    1. Konektivitas infrastruktur

    komunikasi dan informatika

    2. Peningkatan dan pengembangan

    kualitas SDM bidang komunikasi

    dan informatika;

    3. Penyediaan konten yang berkualitas

    dan bermanfaat;

    Gambar 4.9 Strukturisasi Indikator Kinerja Misi - 5

    4.1.6 Perumusan Definisi Filosofis Kementerian Kominfo

    Pendekatan proses transformasi Kementerian Komunikasi dan Informatika dilakukan

    dengan cara menurunkan asumsi dasar yang dimiliki oleh Kementerian Komunikasi dan

    Informatika kedalam elemen dasar dan CATWOE sehingga didapat definisi yang dapat

    dipakai oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Analisis CATWOE didefinisikan

    oleh Peter Checkland (1981) sebagai bagian dari Soft Systems Methodology (SSM). Analisis

    ini merupakan checklist sederhana dari sistem berpikir. Ini merupakan teknik umum yang

    digunakan oleh Analis Bisnis untuk mengidentifikasi apa yang menjadi tujuan untuk dicapai,

    apa yang menjadi area masalah dan bagaimana solusi yang dapat mempengaruhi bisnis dan

    keterlibatan individu terhadap itu.

    Customers : Pemangku kepentingan utama

    Actors : Pemangku kepentingan utama dan pemerintah

    Transformation

    process

    : Kebijakan dan regulasi yang adaptif terhadap perkembangan

    teknologi dan perubahan perilaku masyarakat

    World view : Upaya mewujudkan masyarakat berpengetahuan, inovatif,

    komunikatif, mandiri, sejahtera dan berdaya saing global

    yang berkarakter ke-Indonesia-an dalam kerangka NKRI

    Owner : Kementerian Kominfo merupakan lembaga penentu

  • 41

    kebijakan, regulator dan fasilitator

    Environment : Penyediaan, pengembangan serta pemanfaatan komunikasi

    dan informatika

    CATWOE adalah mnemonic (tools pengingat) yang membantu mengidentifikasi dan

    mengkategorikan semua stakeholder (orang, proses, lingkungan, entitas) dari Sistem yang

    dianalisis untuk merumuskan root definition atau definisi filosofis, adalah deskripsi

    terstruktur dari suatu sistem yang menguraikan kegiatan yang berlangsung (atau mungkin

    terjadi) dalam organisasi yang dipelajari. Dari hasil analisis induktif serta dengan validasi

    pada panel pakar yang dilakukan dapat diperoleh kesepakatan pakar Definisi Filosofis (root

    definitions) bagi Kementerian Kominfo adalah sebagai berikut :

    "Kementerian Kominfo merupakan lembaga penentu kebijakan, regulator dan

    fasilitator dalam upaya mewujudkan masyarakat berpengetahuan, inovatif,

    komunikatif, mandiri, sejahtera dan berdaya saing global yang berkarakter ke-

    Indonesia-an dalam kerangka NKRI yang dilaksanakan oleh pemangku

    kepentingan utama dan pemerintah melalui penyediaan, pengembangan serta

    pemanfaatan komunikasi dan informatika dengan berpegang pada kebijakan dan

    regulasi yang adaptif terhadap perkembangan teknologi dan perubahan perilaku

    masyarakat untuk penyediaan layanan komunikasi dan informatika bagi pemangku

    kepentingan utama".

    4.2 Hasil Analisis Deduktif

    Fokus analisis deduktif diarahkan akuisisi pengetahuan para pakar dalam lingkup

    bidang komunikasi dan informatika dengan menggunakan beberapa pendekatan yang lazim

    digunakan dalam soft system methodology (SSM). Melalui forum diskusi pakar maupun

    indepth interview dilakukan akuisisi pengetahuan pakar, dan sekaligus sebagai langkah untuk

    proses validasi (face validation).

    4.2.1 Pendekatan Interpretive Structural Model (ISM)

    Kajian Penataan Birokrasi Kementerian Komunikasi dan Informatika disusun berdasarkan

    hasil asumsi – asumsi dasar dengan prioritas tertinggi sebagai sebagai prasyarat yang harus

    diperhatikan dalam penyusunan model kebijakan ini. Struktur sistem elemen model ini

    dianalisis dengan metode ISM dan hasil wawancara pakar diperoleh 4 elemen utama yang

  • 42

    harus diperhatikan dalam membuat kebijakan yakni : 1). Tujuan program, 2). Kendala utama

    program, 3). Perubahan yang dimungkinkan, 4). Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan

    program. Penilaian pakar terhadap hubungan kontekstual antar sub elemen

    lembaga/kelompok yang terlibat dilakukan dengan pendekatan V, A, X dan O. Pendekatan ini

    digunakan untuk memperoleh hubungan langsung dan tingkat hirarki kontribusi dalam

    kelompok pemangku kepentingan. Setiap nilai pendapat pakar individual dilakukan agregasi

    untuk mendapatkan nilai pendapat gabungan. Secara lebih detail hasil analisis dari ISM

    disampaikan pada Lampiran - 4.

    Gambar 4.10 Kerangka Pikir dalam Diskusi Pakar ISM

    1. Elemen Tujuan Program

    Verifikasi hubungan kontekstual pada elemen tujuan program, teridentifikasi sebagai

    berikut:

    a. Sebagai elemen kunci yang paling berpengaruh adalah: (8) Penguatan regulasi untuk

    mengatur: penyediaan, pengembangan, dan pemanfaatan komunikasi dan informatika

    dalam menghadapi dinamika lingkungan strategis ICT. Sub elemen ini memiliki daya

    pendorong (driver power) paling besar dengan tingkat ketergantungan terhadap sub

    elemen kelompok yang terpengaruh lainnya yang paling rendah;

    b. Selanjutnya di rangking dua adalah Penyediaan dan pengembangan informasi edukatif

    (4), Peningkatan kecukupan informasi masyarakat dengan karakteristik komunikasi

  • 43

    lancar dan informasi benar (1), Terwujudnya birokrasi layanan komunikasi dan

    informatika yang profesional dan memiliki integritas moral yang tinggi (3), Sistem

    dan koordinasi kehumasan pemerintah (Government Public Relations) dalam rangka

    meningkatan reputasi bangsa (7);

    Hubungan kontekstual antar sub elemen hasil analisis ISM untuk tujuan program dapat dilihat

    pada Gambar 4.11

    Gambar 4.11 Hubungan Kontekstual pada Elemen Tujuan Program

    2. Elemen Kendala Pelaksanaan Program

    Verifikasi hubungan kontekstual pada elemen kendala pelaksanaan program,

    teridentifikasi sebagai berikut:

    a. Sebagai elemen kunci yang paling berpengaruh sebagai kendala utama adalah: (1)

    Kapabilitas dinamik Kementerian Kominfo yang kurang responsif terhadap perubahan

    lingkungan strategis ICT Nasional, regional dan global; (6) Lemahnya koordinasi

    pada tingkat kebijakan, antara Kementerian Kominfo dengan kementerian/

    lembaga/daerah, maupun koordinasi dengan dunia usaha/komunitas/ masyarakat, dan

    (7) Lemahnya koordinasi dan sinergi lintas fungsi/lintas unit kerja di dalam

    Kementerian Kominfo. Ketiga sub elemen ini memiliki daya pendorong (driver

    power) paling besar dengan tingkat ketergantungan terhadap sub elemen kendala

    utama program lainnya yang paling rendah;

    b. Selanjutnya di rangking dua adalah: (8) Fragmentasi fungsi dan tumpang tindihnya

    fungsi-fungsi dalam organisasi Kementerian Kominfo.

  • 44

    Hubungan kontekstual antar sub elemen hasil analisis ISM untuk kendala pelaksanaan

    program dapat dilihat pada Gambar 4.12

    Gambar 4.12 Hubungan Kontekstual pada Elemen Kendala Pelaksanaan Program

    3. Elemen Perubahan yang Dimungkinkan

    Verifikasi hubungan kontekstual pada elemen perubahan yang dimungkinkan,

    teridentifikasi sebagai berikut:

    a. Elemen kunci pada elemen perubahan yang dimungkinkan adalah; (1) Penataan

    fungsi-fungsi yang meminimalisir tumpang tindih (overlap) dan menghindarkan

    white-space karena memiliki daya pendorong (driver power) paling besar dengan

    tingkat ketergantungan terhadap sub elemen perubahan yang dimungkinkan lainnya

    yang paling rendah;

    b. Selanjutnya di rangking dua adalah Membangun paradigma kelembagaan

    Kementerian Kominfo sebagai fasilitator pembangunan (steering) dengan birokrasi

    yang efektif (2), Penguatan kapasitas dan kapabilitas SDM Kementerian Kominfo

    dalam pelaksanaan mandat perumusan dan penetapan kebijakan (3), Struktur

    organisasi Kementerian Kominfo yang responsif dan mampu beradaptasi dengan

    dinamika lingkungan strategis ICT (6).

    Hubungan kontekstual antar sub elemen hasil analisis ISM untuk kendala pelaksanaan

    program dapat dilihat pada Gambar 4.13

  • 45

    Gambar 4.13 Hubungan Kontekstual pada Elemen Perubahan yang Dimungkinkan

    4. Elemen Pemangku Kepentingan yang Terkait dalam Pelaksanaan Program

    Verifikasi hubungan kontekstual pada elemen Pemangku Kepentingan yang Terkait,

    teridentifikasi sebagai berikut:

    a. Elemen kunci pada elemen perubahan yang dimungkinkan adalah Kementerian dan

    Lembaga (1), Pemerintah Daerah (2), Dunia Usaha (3), Asosiasi (4), Perguruan

    Tinggi (5), Lembaga Internasional (6), NGO Nasional (7), dan Masyarakat Umum (9)

    karena memiliki daya pendorong (driver power) paling besar dengan tingkat

    ketergantungan terhadap sub elemen perubahan yang dimungkinkan lainnya yang

    paling rendah;

    b. Selanjutnya di rangking dua adalah NGO Internasional (8) yang merupakan

    perubahan dengan daya pendorong paling kecil dengan tingkat ketergantungan paling

    tinggi terhadap lembaga yang terkait lainnya.

    Hubungan kontekstual antar sub elemen hasil analisis ISM untuk kendala pelaksanaan

    program dapat dilihat pada Gambar 4.14

  • 46

    Gambar 4.14 Hubungan Kontekstual pada Elemen Pemangku Kepentingan yang Terlibat

    4.2.2 Pendekatan Strategic Assumption Surfacing and Testing (SAST)

    SAST digunakan untuk mengeksplorasi asumsi strategis yang paling penting dan

    paling yakin (pasti). Kondisi ini menempatkan asumsi strategis pada zona “rencana yang

    pasti" dan “rencana yang bermasalah” sebagai hal yang memerlukan perhatian dalam

    pengembangan model. Penempatan posisi setiap asumsi strategis dilakukan melalui pengisian

    kuesioner SAST oleh para pakar dan diskusi pakar untuk memvalidasi hasil analisis atas

    masing-masing posisi asumsi strategis tersebut. Pemetaan asumsi strategis dilakukan dalam

    dua fokus, yaitu: (1) fokus sektor komunikasi dan informatika, dan (2) fokus birokrasi.

    1. Eksplorasi asumsi strategis fokus sektor komunikasi dan informatika

    Hasil analisis atas ssumsi strategis berkaitan dengan fokus sektor komunikasi dan

    informatika diuraikan secara rinci pada Tabel 4.3

    Tabel 4.3 Asumsi Strategis Fokus Sektor Komunikasi dan Informatika

    Asumsi Strategis Tingkat

    Kepastian

    Tingkat

    Kepentingan

    A. FOKUS SEKTOR KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

    A Peningkatan kecukupan informasi masyarakat dengan

    karakteristik komunikasi lancar dan informasi benar 4,184 5,459

    B Terbentuknya Indonesia informatif dalam konsensus dasar negara 4,286 5,561

    C Terwujudnya birokrasi layanan komunikasi dan informatika yang

    profesional dan memiliki integritas moral yang tinggi 4,234 5,561

    D Penyediaan dan pengembangan informasi edukatif 4,162 5,198

    E Sistem komunikasi dan informatika yang berbasis kemampuan

    lokal yang berdaya saing tinggi 3,752 4,949

    F Memperjuangkan kepentingan komunikasi dan informatika

    nasional dalam sistem pasar global 4,276 4,923

    G

    Penguatan sistem dan koordinasi kehumasan pemerintah

    (government public relations) dalam rangka meningkatkan

    reputasi bangsa

    4,477 5,395

    H

    Penguatan regulasi untuk mengatur : penyediaan, pengembangan,

    dan pemanfaatan komunikasi dan informatika dalam menghadapi

    dinamika lingkungan strategis ICT

    4,462 5,395

  • 47

    Dari uraian tersebut diperoleh sebuah gambaran yang lebih jelas terhadap asumsi

    dengan tingkat kepentingan yang tinggi dan tingkat kepastian yang tinggi bagi sektor

    komunikasi dan informatika, sebagai berikut :

    Tingkat Kepentingan yang Tinggi,

    a. Peningkatan kecukupan informasi masyarakat dengan karakteristik komunikasi lancar

    dan informasi benar (A);

    b. Terbentuknya Indonesia informatif dalam kerangka empat pilar kebangsaan (B);

    c. Terwujudnya birokrasi layanan komunikasi dan informatika yang profesional dan

    memiliki integritas moral yang tinggi (C);

    Tingkat Kepastian yang Tinggi,

    a. Penguatan regulasi untuk mengatur: penyediaan, pengembangan, dan pemanfaatan

    komunikasi dan informatika dalam menghadapi dinamika lingkungan strategis ICT

    (H);

    b. Penguatan sistem dan koordinasi kehumasan pemerintah (government public

    relations) dalam rangka meningkatkan reputasi bangsa (G);

    Secara grafis posisi masing-masing asumsi strategis fokus sektor komunikasi dan

    informatika tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.15

    Gambar 4.15 Kuadran SAST bagi Fokus Bidang Komunikasi dan Informatika

  • 48

    2. Eksplorasi asumsi strategis fokus birokrasi

    Hasil analisis atas ssumsi strategis berkaitan dengan fokus sektor komunikasi dan

    informatika diuraikan secara rinci pada Tabel 4.4

    Tabel 4.4 Asumsi Strategis Fokus Birokrasi

    Asumsi Strategis Tingkat

    Kepastian

    Tingkat

    Kepentingan

    B. FOKUS BIROKRASI

    A Penataan fungsi-fungsi yang meminimalisir tumpang tindih

    (overlap) dan menghindarkan white-space 4,226 5,82

    B

    Membangun paradigma kelembagaan Kementerian Kominfo

    sebagai fasilitator pembangunan (steering) dengan birokrasi yang

    efektif

    4,61 5,561

    C Penguatan kapasitas dan kapabilitas SDM Kementerian Kominfo

    dalam pelaksanaan mandat perumusan dan penetapan kebijakan 4,713 5,561

    D Peningkatan efektifitas koordinasi lintas Kementerian/Lembaga/

    Daerah 3,715 5,459

    E Peningkatan peran stakeholder dalam pembangunan daya saing

    berbasis kemampuan lokal 4,248 5,432

    F Struktur organisasi Kementerian Kominfo yang responsif dan

    mampu beradaptasi dengan dinamika lingkungan strategis ICT 4,248 5,561

    G Mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik dengan SDM

    yang kompeten dan profesional 4,031 5,82

    Dari uraian tersebut diperoleh sebuah gambaran yang lebih jelas terhadap asumsi

    dengan tingkat kepentingan yang tinggi dan tingkat kepastian yang tinggi bagi fokus

    birokrasi, sebagai berikut :

    Tingkat Kepentingan yang Tinggi,

    a. Membangun paradigma kelembagaan Kementerian Kominfo sebagai fasilitator

    pembangunan (steering) dengan birokrasi yang efektif (B);

    b. Penguatan kapasitas dan kapabilitas SDM Kementerian Kominfo dalam pelaksanaan

    mandat perumusan dan penetapan kebijakan (C);

    Tingkat Kepastian yang Tinggi,

    a. Penataan fungsi-fungsi yang meminimalisir tumpang tindih (overlap) dan

    menghindarkan white-space (A);

    b. Mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik dengan SDM yang kompeten dan

    profesional (G);

    Secara grafis posisi masing-masing asumsi strategis fokus birokrasi tersebut dapat

    dilihat pada Gambar 4.16

  • 49

    Gambar 4.16 Kuadran SAST bagi Fokus Birokrasi

    4.3 Peran dan Fungsi Kementerian dalam Pembangunan Bidang Kominfo

    Dalam upaya pembangunan bidang kominfo, kementerian akan melaksanakan

    berbagai aktivitas baik sebagaimana dalam Gambar 417. Secara garis besar dikemukakan

    bahwa tugas utama dilaksanakan melalui aktivitas pada produce dan provide, sedangkan

    tugas pendukung dilaksanakan melalui aktivitas dalam kelompok manage. Sementara dari

    sisi kinerja kelembagaan akan terlihat pada pencapaian beberapa hal pokok yang diwujudkan

    dalam apply.

    a. Produce: kebijakan direktif–strategik, dukungan dalam pengambilan keputusan

    strategis, dan kerjasama internasional bidang Kominfo;

    b. Provide: pelayanan publik bidang Kominfo, kegiatan teknis Kominfo berskala

    nasional, fasilitasi dan advokasi pelaksanaan kebijakan, pengembangan kapabilitas

    dinamik SDM profesi Kominfo;

    c. Manage: pengelolaan anggaran, pengelolaan sarana dan prasarana kerja, pengelolaan

    SDM ASN, pengelolaan data dan informasi, tatakelola dan tatalaksana; yang

    terlaksanan dengan pengorganisasian dalam ketersediaan anggaran, perencanaan, dan

    pengukuran kinerja;

    d. Apply: grand design (roadmap) dan pelaksanaan tata kelola infrastruktur (sumber

    daya) telekomunikasi Indonesia, standar teknis dan layanan internet, infrastruktur, dan

    aplikasi informatika, Pembangunan langsung/tidak langsung sebagai layanan publik

  • 50

    dalam bentuk PSO dan USO (bila belum mampu dilaksanakan oleh masyarakat),

    pembinaan dan peningkatan kapasitas SDM Profesi Kominfo, serta Simpul (hub)

    informasi dan komunikasi pulik, serta government public relations (government PR).

    Gambar 4.17 Peran dan Fungsi Kementerian dalam Pengembangan Sektor Kominfo

    4.4 Transformasi Paradigma dalam Penataan Birokrasi Kementerian Kominfo

    Dalam perkembangan lingkungan strategis (politik, ekonomi, sosial, dan teknologi)

    baik pada tingkat nasional, regional maupun global menuntut adanya perubahan paradigma

    dalam pengelolaan komunikasi dan informatika. Secara nasional beberapa hal penting yang

    harus mendapatkan prioritas antara lain adalah pelaksanaan pengelolaan komunikasi dan

    informatika yang dapat meberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi, mensejahterakan

    masyarakat, dengan tetap menjaga nilai-nilai kesatuan dan kerakter ke-Indonesia-an.

    Pencapaian atas ketiga hal tersebut diharapkan dapat mendorong tercapainya daya saing dan

    ketahanan nasional bangsa Indonesia secara berkelanjutan. Gambar 4.18 memberikan

    ilustrasi perubahan paradigma menuju pengelolaan komunikasi dan informatika secara

    optimal untuk mendukung p