bab i pendahuluanrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa...

109
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang dan masa yang akan datang menghadapi masalah yang besar, yaitu bagaimana mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan yang diharapkan. Masalah ini semakin dirasakan karena pertumbuhan lapangan kerja tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk. Masalah lain yang tidak jarang dihadapi sehubungan dengan pekerjaan ini adalah masih banyak orang yang telah diterima pekerjaannya justru merasa pekerjaan itu tidak sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, dan cita-citanya. Sehingga tidak jarang ada di antaranya yang tidak mampu melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan yang sudah dipercayakan kepadanya dengan baik. Sudah tentu keadaan seperti itu sangat merugikan tidak saja bagi lapangan kerja yang bersangkutan tetapi juga bagi individu itu sendiri.

Upload: others

Post on 29-Sep-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa sekarang dan masa yang akan datang

menghadapi masalah yang besar, yaitu bagaimana

mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan yang diharapkan.

Masalah ini semakin dirasakan karena pertumbuhan lapangan

kerja tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk.

Masalah lain yang tidak jarang dihadapi sehubungan

dengan pekerjaan ini adalah masih banyak orang yang telah

diterima pekerjaannya justru merasa pekerjaan itu tidak sesuai

dengan kemampuan, minat, bakat, dan cita-citanya. Sehingga

tidak jarang ada di antaranya yang tidak mampu

melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan yang sudah

dipercayakan kepadanya dengan baik. Sudah tentu keadaan

seperti itu sangat merugikan tidak saja bagi lapangan kerja

yang bersangkutan tetapi juga bagi individu itu sendiri.

Page 2: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

2

Karier adalah pekerjaan, profesi. Seseorang akan

bekerja dengan senang hati dan penuh kegembiraan apabila

apa yang dikerjakan itu memang sesuai dengan keadaaan

dirinya, kemampuannya, dan minatnya. Sebaliknya, apabila

seseorang bekerja tidak sesuai dengan apa yang ada dalam

dirinya maka dapat dipastikan ia akan kurang bergairah dalam

bekerja, kurang senang, dan kurang tekun. Agar seseorang

dapat bekerja dengan baik, senang, dan tekun, diperlukan

adanya kesesuaian tuntutan dari pekerjaan atau jabatan itu

dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.

Untuk mengarah ke hal tersebut, diperlukan bimbingan secara

baik dan hal tersebut merupakan salah satu tugas dari

pembimbing untuk mengarahkannya. Dengan demikian,

jelaslah apa sebenarnya bimbingan karier itu.1

Bimbingan karier merupakan upaya bantuan terhadap

individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya,

mengenal dunia kerjanya, dan mengembangkan masa

depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang

1 Bimo Walgito, Bimbingan dan konseling ( studi dan karier),

(Yogyakarta: C.V Andi OFFSET, 2010), p. 201

Page 3: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

3

diharapkan. Lebih lanjut dengan layanan bimbingan karier,

individu mampu menentukan dan mengambil keputusan

secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang

diambilnya sehingga mampu mewujudkan dirinya secara

bermakna.2

Selain itu pengertian bimbingan karier tetapi lebih

simple yakni bimbingan karier adalah bimbingan yang

membantu santri dalam menghadapi dan menyelesaikan

masalah-masalah yang menyangkut karier tertentu.3

Seseorang akan bekerja dengan senang hati dan penuh

kegembiraan apabila apa yang dikerjakan itu memang sesuai

dengan keadaan dirinya, kemampuannya, dan minatnya.

Sebaliknya, apabila seseorang bekerja tidak sesuai dengan apa

yang ada dalam dirinya maka dapat dipastikan ia akan kurang

bergairah dalam bekerja, kurang senang, dan kurang tekun.

Agar seseorang dapat bekerja dengan baik, senang, dan tekun,

diperlukan adanya kesesuaian tuntutan dari pekerjaan atau

2 Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam berbagai

latar kehidupan, (Bandung: PT Refika Adit ama, 2014), p.16-17 3 Drs. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah

Berbasis Integrasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), p.134

Page 4: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

4

jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang

bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal tersebut,

diperlukan suatu bimbingan karier untuk mengarahkannya.

Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama

pendidikan Islam tradisional dimana siswanya tinggal

bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang (atau lebih)

guru yang lebih dikenal dengan sebutan “kyai”. Asrama

untuk para santri berada dalam lingkungan komplek pesantren

di mana kyai bertempat tinggal yang juga menyediakan

sebuah masjid untuk beribadah, ruangan untuk belajar dan

kegiatan-kegiatan keagamaan lain.5

Santri merupakan orang yang mendalami agama Islam

atau orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh. 6 Santri

merupakan elemen penting dalam suatu lembaga pesantren.

Menurut tradisi pesantren, santri terdiri dari dua yaitu santri

mukim dan santri kalong. Santri mukim, yaitu murid-murid

yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam

4 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (studi & karier),...... p.

201 5 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, ( Jakarta: LP3ES, anggota

Ikapi, 2015), p.79-80 6 KBBI, p.997

Page 5: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

5

kelompok pesantren. sedangkan santri kalong, yaitu murid-

murid yang berasal dari desa-desa di sekitar pesantren,

biasanya tidak menetap dalam pesantren.7

Pelaksanaan kegiatan bimbingan karier dilaksanakan

menggunakan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok

adalah bimbingan yang dilakukan secara kelompok terhadap

sejumlah individu sekaligus sehingga beberapa orang atau

individu sekaligus dapat menerima bimbingan yang

dimaksud.8 Pelaksanaan bimbingan karier dilakukan terhadap

beberapa santri yang mempunyai kemampuan atau bakat yang

sama secara bersama-sama dengan cara dilakukan

pengelompokkan, kemudian diberi pengarahan oleh

pembimbing pada suatu keterampilan dan kemampuan agar

siap terjun ke masyarakat.9

Bimbingan kelompok yang diadakan di Pondok

Pesantren Darussibyan merupakan bimbingan yang diberikan

kepada santri secara berkelompok. Dimana pembimbing

7 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren,.... p. 88-89

8 Siti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung: PT

Refika Aditama,2009), p.4 9 Mastuki, Manajemen Pondok Pesantren...,p.161-162

Page 6: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

6

bertanggung jawab terhadap beberapa santri, termasuk

memberikan arahan dan tuntunan kepada santri dalam

membantu santri memilih karir sesuai dengan kemampuan,

minat, bakat, dan cita-cita yang dimilikinya masing-masing.

Penyelenggaraan bimbingan karier di pesantren

memang perlu diadakan, khususnya dalam rangka

mempersiapkan pilihan pekerjaan/ profesi bagi santri setelah

meninggalkan pesantren. Bimbingan karier di pesantren

dimaksudkan agar bakat para siswa/santri memang betul-betul

terarahkan dan pembimbing harus mengetahui bakat para

siswa/santrinya dengan cara menjalin komunikasi antara

siswa/santrinya. Jika seorang pembimbing sudah mengetahui

bakat siswa/santrinya, dan bakat tersebut bisa berkembang,

pembimbing harus memberi arahan yang tepat agar bisa

maksimal dalam mencapai cita-cita yang diharapkan.10

Dalam penelitian yang penulis lakukan ini adalah

bimbingan karier santri yang diberikan pembimbing guna

mengetahui atau memahami akan keadaan dirinya,

10

Shulton Masyhud dkk, Manajemen Pondok Pesantren, ( Jakarta:

Diva Pustaka, 2003), p. 159-160

Page 7: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

7

kemampuan, minat, bakat, cita-cita, dunia kerja, dan

menyelesaikan masalah yang menyangkut karier.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka

didapatkan beberapa rumusan permasalahan, yaitu sebagai

berikut:

1. Bagaimana pemahaman santri sebelum bimbingan karier

di Pondok Pesantren Darussibyan?

2. Bagaimana pelaksanaan bimbingan karier di Pondok

Pesantren Darussibyan?

3. Apa hasil bimbingan karier di Pondok Pesantren

Darussibyan?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini ada berbagai tujuan yang akan

dicapai oleh penulis, yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman santri sebelum

bimbingan karier di Pondok Pesantren Darussibyan?

Page 8: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

8

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan

karier di Pondok Pesantren Darussibyan.

3. Untuk mengetahui bagaimana hasil bimbingan karier di

Pondok Pesantren Darussibyan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang

terbagi menjadi berikut:

1. Manfaat Teoritis

Bimbingan Karier ini sangat penting untuk

diberikan kepada para santri dengan alasan sangat

bermanfaat untuk membantu individu dalam perencanaan,

pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karier

seperti: pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas

kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri,

pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan

pengembangan karier, perbaiki pekerjaan, dan pemecahan

masalah-masalah karier yang bertentangan. Bimbingan

karier juga dapat memberikan nilai-nilai pribadi dan sosial

kepada individu.

Page 9: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

9

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan agar santri dapat

merencanakan kesesuaian antara karier yang diinginkan

dengan bakat, minat, cita-cita, dan kemampuannya agar

dapat memilih karier yang sesuai dengan apa yang

diminatinya.

E. Tinjauan Pustaka

Pertama, skripsi dengan judul “Layanan Bimbingan

Karier dalam Meningkatkan Perencanaan Karier Siswa Kelas

XI MIA 3 di Madrasah Aliyah Negeri 3 Medan” oleh

Rosalina Rambe Jurusan Bimbingan Konseling Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Sumatera Utara. Skripsi ini membahas tentang

Layanan bimbingan karier dalam meningkatkan perencanaan

karier siswa.11

Kedua, skripsi dengan judul “Urgensi Bimbingan

Karier Pada Santri Dalam Mengembangkan Bakat Dan

11

Rosalina Rambe, “Layanan Bimbingan Karier dalam

Meningkatkan Perencanaan Karier Siswa Kelas XI MIA 3 di Madrasah Aliyah

Negeri 3 Medan” (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Sumatera Utara, 2018)

Page 10: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

10

Minat” oleh Wirdatus Sa’adah jurusan Bimbingan dan

Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Ar-raniry Banda Aceh. Skrispi ini

membahas tentang urgensi bimbingan karier santri dalam

mengembangkan bakat dan minat.12

Ketiga, Skripsi ini dengan judul” Pelaksanaan

Layanan Bimbingan Karier pada Siswa Kelas XII di SMK

Negeri 2 Purwokerto” oleh Wahyu Nindi Cendekia jurusan

Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah Universitas

Agama Islam Negeri Purwokerto. Skripsi ini membahas

tentang pelaksanaan layanan bimbingan karier pada siswa

SMK kelas XII.13

F. Kerangka Teori

1. Bimbingan karier

Bimbingan karier merupakan usaha untuk

mengetahui dan memahami diri, memahami apa yang ada

12

Wirdatus Sa’adah, Urgensi Bimbingan Karier Pada Santri Dalam

Mengembangkan Bakat Dan Minat, ( Skripsi Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Ar-raniry Banda Aceh,2018) 13

Wahyu Nindi Cendekia, Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir

pada Siswa SMK Kelas XII di SMK Negeri 2 Purwokerto, (Skripsi Fakultas

Dakwah, Universitas Agama Islam Negeri Purwokerto, 2018)

Page 11: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

11

dalam diri sendiri dengan baik, serta untuk mengetahui

dengan baik pekerjaan apa saja yang ada dan persyaratan

apa yang dituntut untuk pekerjaan itu. Selanjutnya, siswa

dapat memadukan apa yang dituntut oleh suatu pekerjaan

atau karier dengan kemampuan atau potensi yang ada

dalam dirinya.14

Selain itu bimbingan karier yaitu bimbingan untuk

membantu individu dalam perencanaan, pengembangan

dan pemecahan masalah-masalah karier seperti:

pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja,

pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman

kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan

karier, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-

masalah karier yang dihadapi. Bimbingan karier juga

merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan

individu sebagai bagian integral dari program pendidikan.

Bimbingan karier terkait dengan perkembangan

kemampuan kognitif, afektif, maupun keterampilan

14

Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Studi Dan Karier.., p.203

Page 12: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

12

individu dalam mewujudkan konsep diri yang positif,

memahami proses pengambilan keputusan, maupun

perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang akan

membantu dirinya memasuki sistem kehidupan sosial

budaya yang terus-menerus berubah. 15

Bimbingan karier dapat diartikan sebagai suatu

proses kegiatan terus menerus di dalam pemilihan dan

penyesuaian pekerjaan dimulai dari pengetahuan tentang

diri, perkembangan diri (self concept) dan pemahaman

dunia kerja. Di samping itu individu bisa mengetahui

berbagai hambatan yang mungkin timbul dalam hal ini

akan membawa individu ke dalam suatu keberhasilan.16

Bimbingan karier di pesantren dapat diartikan

sebagai suatu proses kegiatan yang berlangsung secara

terus-menerus dalam rangka pemilihan dan penyesuaian

pekerjaan para santri yang dimulai dari pengetahuan dan

pemahaman tentang diri (kemampuan bakat, minat, dan

15

Syamsu Yusuf A Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan

Konseling ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), p.11-12. 16

Shulton Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren...,p. 158

Page 13: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

13

karakteristik lainnya), perkembangan diri, (self concept),

dan pemahaman dunia kerja yang memungkinkan

dimasuki para santri (sesuai dengan karakteristik yang

dimiliki).17

Jadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan karier

merupakan suatu proses bantuan, layanan, dan pendekatan

terhadap santri, agar dapat mengenal dirinya, memahami

dirinya, dan mengenal dunianya, merencanakan masa

depan dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan

untuk menentukan pilihannya dan mengambil suatu

keputusan bahwa keputusannya tersebut adalah yang

paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya sendiri.

a. Tujuan Bimbingan Karier

Bimbingan karier bertujuan membantu individu

menyusun dan merencanakan kehidupannya yang akan

datang. Secara rinci tujuan bimbingan karier adalah

sebagai berikut:

17

Shulton Masyhud dkk, Manajemen Pondok Pesantren,...p.158.

Page 14: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

14

1) Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama

yang berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya,

mengenai kemampuan, minat, bakat, dan cita-citanya.

2) Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada dalam

dirinya dan yang ada dalam masyarakat.

3) Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang

berhubungan dengan potensi yang ada dalam dirinya,

mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihan yang

diperlukan bagi suatu bidang tertentu, memahami

hubungan usaha dirinya yang sekarang dengan masa

depannya.

4) Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul

yang disebabkan oleh dirinya sendiri dan faktor

lingkungan serta mencari jalan untuk dapat mengatasi

hambatan-hambatan tersebut.

5) Individu dapat merencanakan masa depannya serta

menemukan karier dan kehidupannya yang serasi, yang

sesuai.18

18

Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (studi dan karier),

(Yogyakarta: Andi, 2004), p.195.

Page 15: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

15

Jadi, tujuan bimbingan karier yaitu membantu

individu untuk mengatur hidupnya sendiri,

mengembangkan kepribadiannya sesuai dengan potensi-

potensi yang dimilikinya, merencanakan masa depannya,

serta membantu pengenalan diri sendiri dalam pemilihan

jurusan atau pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan,

minta, bakat, dan cita-citanya.

b. Fungsi Bimbingan Karier

Bimbingan karier perlu dan penting diberikan

kepada siswa/santri, baik siswa SMP dan terlebih lagi

siswa SMA. Adapun fungsinya menurut Bimo Walgito

adalah:

1) Para siswa/santri di tingkat SMA pada akhir semester

2 perlu menjalani pemilihan program studi atau

jurusan. Walaupun ada kata “memilih”, namun

sebenarnya telah adanya batas tertentu dalam

pengambilan program karena ada persyaratan yang

terkait dengan prestasi akademik dari siswa atau

santri yang bersangkutan. Penjurusan itu jelas akan

Page 16: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

16

menentukan masa depan siswa. Dalam pemilihan ini,

diperlukan kecermatan, serta perhitungan yang matang

dan tepat. Oleh karena itu, santri memerlukan adanya

bimbingan.

2) Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua siswa

atau santri yang tamat dari SMA atau pesantren akan

melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.

Siswa/santri yang akan langsung terjun ke dunia kerja

tentu memerlukan bimbingan konseling karier ini agar

siswa/santri dapat bekerja dengan senang.

3) Para siswa atau santri sedang berada dalam masa

remaja yang merupakan masa peralihan dari masa

anak ke masa dewasa. Pada umumnya, mereka belum

dapat mandiri sehingga masih memerlukan bantuan

dari orang lain untuk menuju kemandirian.

Sehubungan dengan itu, mereka memerlukan

bimbingan, termasuk bimbingan karier untuk

menyiapkan kemandirian dalam hal pekerjaan.19

19

Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling ( studi & karier).(

Yogyakarta: C.V Andi OFFSET, 2010), p. 204

Page 17: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

17

Jadi, fungsi bimbingan karier membantu santri

dalam mengenal dan mengembangkan potensi karier

yang dimilikinya. Selain itu, bimbingan karier

memiliki manfaat yang dirasakan oleh klien dalam

mengarahkan diri dan menciptakan kemandirian

dalam memiliki karier yang sesuai dengan

kemampuan, minat, bakat, dan cita-citanya.

2. Kemampuan

Kemampuan adalah “sesuatu yang benar-benar

dapat dilakukan oleh seseorang.20

Kemampuan atau ability merujuk ke suatu

kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas

dalam suatu pekerjaan. Itulah penilaian dewasa ini akan

apa yang dapat dilakukan seseorang. Seluruh kemampuan

seorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua

faktor, kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.21

20

Najib Khalid al-Amir, Mendidik Cara Nabi SAW, ( Bandung:

Pustaka Hidayah, 2002), p. 166 21

Stephen Robbins, Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi edisi kelima,

( Jakarta: Erlangga, 2002), p.46

Page 18: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

18

Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan

berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa,

sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya,

mempunyai harta berlebihan). kemampuan adalah suatu

kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang

dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang

harus ia lakukan. Menurut Chaplin ability ( kemampuan,

kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan

tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan.

Sedangkan menurut Robbins kemampuan bisa merupakan

kesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil

latihan atau praktek.22

Kemampuan juga bisa disebut dengan kompetensi.

Kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris

“competence” yang berarti ability, power, authority, skill,

knowledge, dan kecakapan, kemampuan serta wewenang.

Jadi kata kompetensi dari kata competent yang berarti

memiliki kemampuan dan keterampilan dalam bidangnya

22

Sriyanto, Pengertian Kemampuan, (23 Desember 2010).

http://ian43.wordpress.com/2010/12/23/pengertian-kemampuan/

Page 19: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

19

sehingga ia mempunyai kewenangan atau atoritas untuk

melakukan sesuatu dalam batas ilmunya tersebut.23

3. Bakat

Dalam kamus besar bahasa indonesia ( KBBI),

kata bakat diartikan sebagai kepandaian, sifat dan

pembawaan yang dibawa sejak lahir.24

Sedangkan dalam

bahasa inggris, bakat sering digambarkan dengan kata

“talent” yang berarti kemampuan alami seseorang yang

luar biasa akan sesuatu hal atas kemampuan seseorang

yang diatas rata-rata kemampuan orang lain akan sesuatu

hal.25

Secara bahasa (etimologi), kata “bakat” dalam

kamus bahasa indonesia berarti bekas, kesan, tanda-tanda

(bekas luka).26

Menurut Dewa Ketut Sukardi bahwa: “secara

biologis bahwa bakat itu sedikit banyak diturunkan dari

23

Suja’i, Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab, ( Semarang: Walisongo

Press, 2008), p. 14 24

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa, Edisi Keempat ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), p.

122 25

Andin Sefrina, Deteksi Minat Bakat Anak ( Yogyakarta: Media

Pressindo, 2013), p.29. 26

WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia ( Jakarta:

Balai Pustaka, 1999), p.78

Page 20: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

20

satu individu pada individu yang lainnya, yang dinamakan

bakat sebenarnya adalah “aptitude”. Bakat sebagai

aptitude biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan

yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan

atau dilatih. Bakat sebagai suatu kondisi pada diri

individu yang dengan suatu latihan khusus

memungkinkan mencapai suatu kecakapan, pengetahuan

dan keterampilan khusus. Kemampuan bawaan

(keturunan) ini agar dapat berkembang secara optimal

perlu adanya pengembangan dan latihan tertentu dan juga

banyak dipengaruhi oleh faktor keluarga, lingkungan, dan

nilai-nilai.27

Jadi, bakat merupakan suatu kondisi yang dimiliki

individu yang memungkinkan individu itu untuk

berkembang pada masa mendatang. Setiap orang memiliki

bakat hanya jika tidak dikembangkan maka bakat tersebut

akan hilang, bahkan sebagian orang tidak menyadari jika

memiliki bakat dikarnakan tidak dikembangkan.

27

Dewa Ketut Sukardi, Analisis Tes Psikologis ( Jakarta: PT Rineka

Cipta, 1997), p.106

Page 21: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

21

a. Teori bakat Howard Gardner

Teori bakat Howard Gardner memunculkan konsep

dimana manusia memiliki kecerdasan yang berbeda-

beda, diantaranya adalah:

1) Kecerdasan bahasa (linguistic), yaitu kemampuan

mengelola kata dan bahasa.

2) Kecerdasan logika matematika (mathematical),

yaitu kemampuan menggunakan logika terutama

terkait dengan matematika.

3) Kecerdasan musik (musikal), yaitu kemampuan

menciptakan musik.

4) Kecerdasan kinestetik (kinesthetic), yaitu

kemampuan mengendalikan gerak tubuh.

5) Kecerdasan ruang bidang (spatial), yaitu

kemampuan yang berkaitan dengan persepsi

visual.

6) Kecerdasan interpersonal, yaitu kemampuan

berhubungan dan memahami orang.

Page 22: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

22

7) Kecerdasan intrapersonal, yaitu kemampuan

memahami diri sendiri.

8) Kecerdasan naturalistik, yaitu kemampuan

memahami unsur dalam lingkungan alam.

9) Kecerdasan eksistensial, yaitu kemampuan dan

kepedulian terhadap isu moral, Tuhan.28

4. Minat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

minat berarti kecendrungan hati yang tinggi terhadap

sesuatu, diartikan pula sebagai gairah atau keinginan.

Sedangkan dalam bahasa inggris, minat sering

digambarkan dengan kata-kata “interest” atau “passion”.

Interest bermakna suatu perasaan ingin memperhatikan

dan penasaran akan sesuatu hal, sedangkan “passion”

sama maknanya dengan gairah atau suatu perasaan yang

kuat atau anusiasisme terhadap suatu objek.29

28

Chaerul Anwar, “Sistem Pemilihan Program Studi Berdasarkan

Bakat, Minat dan Kecerdasan Calon Mahasiswa yang Berbasis Online,”

(Makalah Seminar Nasional Sains dan Teknologi, Fakultas Teknik, Universitas

Muhammadiyah Jakarta, 2017), p. 3-4. 29

Andin Sefrina, Deteksi Minat Bakat Anak ( Yogyakarta: Media

Pressindo, 2013), p.27

Page 23: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

23

Menurut Dewa Ketut bahwa suatu kegiatan akan

berjalan dengan baik dan lancar apabila ada minat yang

timbul karena adanya kebutuhan. Dengan adanya

kebutuhan, maka timbulah motivasi yang disebabkan

adanya minat yang besar terhadap sesuatu yang

mengandung arti, bernilai tinggi bagi orang itu karena ia

akan memenuhi dirinya dengan terpenuhinya kebutuhan ia

akan merasa senang.30

5.Cita-cita

Cita-cita menurut KBBI adalah keinginan

(kehendak) yang selalu ada didalam pikiran, berkeinginan

sungguh-sungguh.

Semua orang mempunyai cita-cita menjadi apa

yang diinginkan. Cita-cita bukan hanya terkait dengan

sebuah profesi namun lebih dari itu cita-cita adalah

sebuah tujuan hidup. Seperti ada seseorang yang bercita-

cita ingin memiliki harta banyak, menjadi orang terkenal,

30

Dewa Ketut Sukardi, Analisis Tes Psikologi ( Jakarta: PT Rineka

Cipta, 1997) p.83

Page 24: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

24

mempunyai prestasi yang bagus dan segudang cita-cita

lainnya.

Cita-cita merupakan harapan, keinginan, impian

yang ingin diraih serta dicapai seseorang dimasa yang

akan datang. Seorang yang memiliki cita-cita pastilah

memiliki semangat serta motivasi untuk meraih dan

menggapai apa yang ia cita-citakan.

Adapun teori tentang bimbingan karir yaitu:

6. Teori Kepribadian Holland

Teori tipe kepribadian (Personality Type Theory)

dikemukakan oleh John Holland yang menjelaskan bahwa

perlu dilakukan suatu usaha agar pilihan karier seseorang

sesuai dengan kepribadiannya. Menurut Holland begitu

orang menemukan karier yang sesuai dengan

kepribadiannya, ia akan lebih menikmati pekerjaan

tersebut dan bekerja di bidang tersebut lebih lama dari

pada orang yang bekerja di bidang yang tidak cocok

dengan kepribadiannya.31

31

W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,

(Jakarta: PT Gramedia, 1991), p. 636-637

Page 25: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

25

Dalam buku Ruslan A. Gani berjudul Bimbingan

karier, dijelaskan bahwa Holland menyusun teori

kariernya terdiri atas sebelas pikiran, yaitu:

a. Pemilihan suatu jabatan adalah merupakan

penyesuaian kepribadian seseorang.

b. Inventory minat merupakan inventory kepribadian

c. Stereotipe vokasional mempunyai makna psikologis

dan sosiologis yang penting dan dapat dipercaya.

d. Individu-individu dalam suatu jabatan atau pekerjaan

memiliki kepribadian yang serupa.

e. Mereka akan menanggapi berbagai situasi dan

masalah dengan cara yang serupa dan membentuk

lingkungan kerja.

f. Kepuasan, kemantapan dan hasil kerja tergantung atas

kongruensi antara kepribadian individu dengan

lingkungan kerja.

g. Pengetahuan kita tentang kehidupan vokasional tidak

tersusun dan sering kali terpisah dari batang tubuh

pengetahuan psikologi dan sosiologi.

Page 26: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

26

h. Masyarakat modern saat ini kebanyakan dapat

digolongkan ke dalam salah satu dari enam tipe yaitu

realistik, intelektual, sosial, konvensional, usaha, dan

artistik.

i. Seseorang mencari lingkungan dan jabatan yang dapat

melaksanakan kemauan, keterampilan, menyatakan

sikap, dan nilai yang mereka setujui.

j. Terdapat enam jenis lingkungan, masing-masing

dilakukan oleh salah satu tipe kepribadian tertentu.

k. Prilaku seseorang dapat diterapkan melalui bagaimana

interaksi pola kepribadian dengan lingkungannya.

1) Kegiatan bimbingan karier dilaksanakan menggunakan

bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok adalah bimbingan yang

dilakukan secara kelompok terhadap sejumlah individu

sekaligus sehingga beberapa orang atau individu sekaligus

dapat menerima bimbingan yang dimaksud.32

32

Siti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung: PT

Refika Aditama,2009), p.4

Page 27: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

27

Selain itu imbingan kelompok adalah layanan

bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok.

Gadza mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di

sekolah/pesantren merupakan kegiatan informasi kepada

sekelompok peserta didik untuk membantu mereka

menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Gadza juga

menyebutkan bahwa bimbingan kelompok

diselenggarakan untuk memberikan informasi yang

bersifat personal, vokasional, dan sosial.33

Menurut Hartinah di dalam kegiatan bimbingan

kelompok terdapat empat tahapan diantaranya yaitu:

1. Tahap Pembentukan

Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling

memperkenalkan diri, penjelasan pengertian dan

tujuan yang ingin di capai dalam kelompok oleh

pemimpin kelompok.

33

Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (

Jakarta: Rineka Cipta, 2009

Page 28: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

28

2. Tahap Peralihan

Pada tahap peralihan pemimpin kelompok harus

berperan aktif membawa suasana, keseriusan dan

keyakinan anggota kelompok dalam mengikuti

kegiatan bimbingan kelompok.

3. Tahap inti

Tahap inti merupakan tahap pembahasan masalah-

masalah yang akan dibahas dalam bimbingan

kelompok.

4. Tahap Pengakhiran

Dalam tahap pengakhiran merupakan akhir dari

seluruh kegiatan bimbingan kelompok. Pada tahap ini

anggota kelompok mengungkapkan kesan dan pesan

dan evaluasi akhir terhadap kegiatan bimbingan

kelompok.34

Jadi, bimbingan kelompok dilakukan untuk

membantu siswa memecahkan masalah melalui kegiatan

kelompok. Masalah yang dipecahkan bersifat kelompok,

34

A, Hallen, Bimbingan dan Konseling. Edisi Revisi, (Jakarta:

Quantum Teaching, 2005), p. 132

Page 29: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

29

yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok atau oleh

individu sebagai anggota kelompok. Penyelenggaraan

bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memecahkan

masalah bersama atau membantu individu dalam bingkai

kelompok.35

7.Konsep Santri dan Pesantren.

a. Pengertian Santri

Santri adalah peserta didik yang belajar atau

menuntut ilmu di pesantren.36

Selain itu santri adalah

para siswa yang mendalami ilmu-ilmu agama di

pesantren baik dia tinggal di pondok maupun pulang

setelah selesai waktu belajar. Menurut tradisi

pesantren, santri terdiri dari dua:

1) Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari

daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok

pesantren.

35

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Berbasis Integrasi),

(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2013), p. 273 36

Abdul Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren (Yogyakarta:

PT,LKIS Printing Cemerlang, 2013), p. 39.

Page 30: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

30

2) Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari

desa-desa di sekitar pesantren, biasanya tidak

menetap dalam pesantren.37

Manfed Ziemek mengklasifikasikan

istilah”santri” ini ke dalam dua kategori, yaitu “santri

mukim”dan “santri kalong”. Santri mukim adalah

santri yang bertempat tinggal di pesantren, sedangkan

santri kalong adalah santri yang bertempat tinggal di

luar pesantren yang mengunjungi pesantren secara

teratur untuk belajar agama.38

a) Pengertian Pesantren

Muchtar Buchori berpendapat bahwa pesantren

adalah bagian dari stuktur internal pendidikan Islam di

Indonesia yang diselenggarakan secara tradisional

Islam sebagai cara hidup. Sementara itu, Amin

Abdullah mendeskripsikan, bahwa dalam berbagai

variasinya, dunia pesantren merupakan pusat

37

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren...,P. 89 38

Abdul Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren, (Yogyakarta:

PT,LKIS Printing Cemerlang, 2013), p. 40.

Page 31: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

31

persemaian, pengamalan dan sekaligus penyebaran

ilmu-ilmu keIslaman.39

Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah

asrama pendidikan Islam tradisional dimana siswanya

tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan

seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan

sebutan “kyai”. Asrama untuk para santri berada

dalam lingkungan komplek pesantren di mana kyai

bertempat tinggal yang juga menyediakan sebuah

masjid untuk beribadah, ruangan untuk belajar dan

kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.40

Penyelenggaraan bimbingan karier di

pesantren memang perlu diadakan, khususnya dalam

rangka mempersiapkan pilihan pekerjaan/ profesi bagi

santri setelah meninggalkan pesantren. Bimbingan

karier di pesantren dimaksudkan agar bakat para

siswa/santri memang betul-betul terarahkan dan

pembimbing harus mengetahui bakat para

39

Abdur Rahman Masud dkk, Dinamika Pesantren dan Madrasah,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), p.51. 40

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren,... P.79-80

Page 32: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

32

siswa/santrinya dengan cara menjalin komunikasi

antara siswa/santrinya. Jika seorang pembimbing

sudah mengetahui bakat siswa/santrinya, dan bakat

tersebut bisa berkembang, pembimbing harus

memberi arahan yang tepat agar bisa maksimal dalam

mencapai cita-cita yang diharapkan.41

G. Metodologi Penelitian

Metode penelitian secara umum dapat diartikan

sebagai suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dan

informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan

secara lebih spesifik metode penelitian diartikan sebagai cara

ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan

untuk menemukan, mengembangkan, dan membuktikan

suatu fenomena tertentu sehingga nantinya dapat digunakan

untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah

dalam bidang yang relavan.42

41

Shulton Masyhud dkk, Manajemen Pondok Pesantren...,p. 159-160 42

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D, ( Bandung: Alfabeta, 2010), cet.10,p.6

Page 33: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

33

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode

kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya

eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi.43

Sugiyono mengemukakan bahwa yang dimaksud

dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang

digunakan untuk meneliti suatu objek alamiah di mana

peneliti merupakan instrumen kunci.44

Jadi, bentuk

penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian deskriptif kualitatif yang secara umum

43

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,

(Bandung: ALFABETA,CV, 2017), p. 9 44

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D, ( Bandung: Alfabeta, 2010), cet.10, p.9

Page 34: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

34

bertujuan untuk menggambarkan tentang bimbingan

karier terhadap santri salafi yang dilaksanakan di Pondok

Pesantren Darussibyan Kecamatan Cadasari Kabupaten

Pandeglang.

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah

penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan

(field research) yaitu penelitian yang data dan

informasinya diperoleh dari kegiatan di kancah (lapangan)

kerja penelitian.45

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi atau tempat yang dijadikan subjek

penelitian dalam penelitian ini yaitu bertempat di Pondok

Pesantren Darussibyan yang beralamat di kampung Batur

lor RT 01 RW 03 Desa Ciinjuk Kecamatan Cadasari

Kabupaten Pandeglang.

45

Supardi, Metodologi Penelitian Ekonomi Bisnis, (Yogyakarta: UII

Press, 2005), p.34

Page 35: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

35

Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu

selama kurang lebih tiga bulan, mulai dari bulan

Desember sampai dengan bulan Februari.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah fokus pada santri yang

berusia dewasa awal atau jenjang SMA/sederajat yang

bermukim di Pondok Pesantren Darussibyan yang

berjumlah 5 santri. Objek penelitian ini adalah

pemahaman mengenai informasi karier pada santri.

4. Sumber Data

Dalam jenis penelitian kualitatif, data dapat

diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti melalui hasil

wawancara dengan informan-informan, observasi

langsung di lapangan dan dengan mengumpulkan

dokumen-dokumen atau data-data pendukung yang

berhubungan dengan tema penelitian.46

46

Nasution, Penelitian Kualitatif Naturalistik, (Bandung: Rineka

Cipta, 1996), p.17.

Page 36: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

36

Terdapat dua jenis sumber data dalam penelitian,

yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara

langsung dari sumber pertama yang ada di lapangan,

sedangkan sumber data sekunder adalah data yang

diperoleh dari sumber data kedua sesudah data primer

(data pendukung).47

Adapun sumber data dalam penelitian ini antara

lain yaitu sebagai berikut:

a. Sumber data primer

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer

adalah hasil wawancara dengan santri yang berusia

dewasa awal atau jenjang SMA/sederajat di Pondok

Pesantren Darussibyan Kecamatan Cadasari

Kabupaten Pandeglang.

b. Sumber sekunder

Adapun yang menjadi data sekunder atau pendukung

dalam penelitian ini yaitu arsip dan dokumen-

47

L,J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaa

Rosdakarya, 2000), p.68.

Page 37: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

37

dokumen pendukung penelitian meliputi karya-karya

tulis ilmiah yang berhubungan dengan tema penelitian

ini serta data-data yang ada di Pondok Pesantren

Darussibyan Kecamatan Cadasari Kabupaten

Pandeglang yaitu data-data santri yang berusia

dewasa awal atau jenjang SMA/sederajat.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian adalah:

a. Interview ( Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal

dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/kecil.48

Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan

dialog atau tanya jawab secara langsung dengan

48

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,

(Bandung: ALFABETA,CV, 2014), p. 137.

Page 38: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

38

pemimpin pondok pesantren dan 5 santri yang berusia

dewasa awal yang bermukim di pesantren.

b. Observasi

Observasi sebagai alat pengumpul data harus

sistematis artinya observasi serta pencatatannya

dilakukan menurut prosedur dan aturan-aturan tertentu

sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti lain.49

Jadi, observasi merupakan suatu penelitian yang

dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan

menggunakan alat indra (terutama mata) atas kejadian-

kejadian yang langsung dapat ditangkap pada waktu

kejadian itu berlangsung. Agar observasi dapat berhasil

dengan baik, salah satu hal yang harus dipenuhi ialah alat

indra harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya.50

Dalam praktik ini peneliti menggunakan jenis

metode observasi terstruktur dimana peneliti telah

merancang secara sistematis, tentang apa yang akan

49

Nasution, Metode Research penelitian ilmaih, ( Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2012), p. 107. 50

Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling studi dan karier,

(Yogyakarta: C.V Andi OFFSET, 2010), p.61.

Page 39: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

39

diamati, kapan di mana tempatnya. Jadi observasi

terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan

pasti tentang variabel apa yang akan diamati.51

Langkah-

langkah yang akan diamati di Pondok Pesantren

Darussibyan:

1. Tempat atau lokasi yang akan diamati yaitu Pondok

Pesantren Darussibyan di kampung Batur lor RT 01

RW 03, Desa Ciinjuk Kecamatan Cadasari Kabupaten

Pandeglang. Subjek penelitian ini fokus pada 5 santri

yang berusia dewasa awal atau jenjang SMA/sederajat

yang bermukim di Pondok Pesantren Darussibyan.

2. Pelaksanaan bimbingan karier di Pondok Pesantren

Darussibyan bertujuan untuk membantu para santri

memilih lapangan pekerjaan sesuai kemampuan, minat,

bakat, sikap, dan cita-cita.

3. Kondisi Pondok Pesantren Darussibyan di antaranya:

kyai, santri, dan lembaga.

51

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(

Bandung: ALFABETA, 2017), cet.26, p.146

Page 40: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

40

4. sarana dan prasarana yang terdapat di Pondok

Pesantren Darussibyan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu bentuk teknik

pengumpulan data melalui peninggalan-peninggalan

tertulis seperti arsip, buku-buku, catatan, transkip, dan

hal-hal lain yang berhubungan dengan tema dalam

penelitian ini.52

6. Analisis Data

Dalam melakukan analisis data, penulis

mengumpulkan catatan baik berupa observasi,

wawancara, ataupun dokumentasi yang diperoleh dari

hasil lapangan, kemudian menyimpulkannya. Analisa data

merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden

atau sumber data lain terkumpul. 53

52

Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 1997), p. 181. 53

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (

Bandung: ALFABETA,CV, 2014),p. 147

Page 41: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

41

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang tata

uraian penelitian ini, maka sistematika pembahasan dalam

penulisan ini adalah sebagai berikut:

Bab kesatu, pendahuluan yang meliputi: latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian,

sistematika pembahasan.

Bab kedua, gambaran umum lokasi penelitian yang

meliputi: sejarah Pondok Pesantren Darussibyan, tujuan

didirikan Pondok Pesantren Darussibyan, visi misi dan

strategi Pondok Pesantren Darussibyan, metode

pembelajaran di Pondok Pesantren Darussibyan, kondisi

Pondok Pesantren Darussibyan.

Bab ketiga, Profil santri Pondok Pesantren

Darussibyan meliputi: Identitas santri dan pemahaman santri

sebelum bimbingan karier di Pondok Pesantren Darussibyan.

Page 42: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

42

Bab keempat, Merupakan hasil penelitian yang

didalamnya membahas hasil bimbingan karir santri,

pelaksanaan bimbingan karir santri, dan analisis bimbingan

karir santri.

Bab kelima, penutup yang meliputi kesimpulan dan

saran.

Page 43: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

43

BAB II

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN

DARUSSIBYAN

A. Sejarah Pondok Pesantren Darussibyan

Sejak zaman penjajahan, pondok pesantren dan

madrasah diniyah merupakan lembaga pendidikan yang

tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang

mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga

pendidikan yang lainnya yang sejenis.1

Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama

pendidikan Islam tradisional di mana siswanya tinggal

bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang ( atau lebih)

guru yang lebih di kenal dengan sebutan “kyai”. Asrama

untuk para santri berada dalam lingkungan komplek pesantren

di mana kyai bertempat tinggal yang juga menyediakan

1 Achmad Patoni, Peran Kiai Pesantren: Dalam Partai Politik, (

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet.1, p. 87.

Page 44: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

44

sebuah masjid untuk beribadah, ruangan untuk belajar, dan

kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain.2

Pondok Pesantren Darussibyan merupakan pondok

pesantren salafi yang terletak di daerah Pandeglang Banten.

Tepatnya di Kampung Batur Lor Rt 01 RW 03 Desa Ciinjuk

Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang. Pondok

Pesantren Darussibyan didirikan oleh Kyai Ahmad Hadidi

Andalusi, beliau sekaligus pendidik utama di pesantren.

Disebut demikian karena beliaulah yang bertugas

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada santri. Beliau

mondok dari usia 12 tahun sampai 27 tahun. Pada usia 27

tahun beliau disuruh pulang oleh gurunya untuk mendirikan

pondok pesantren di rumahnya, Tepatnya pada tahun 2007.

Dari pertama didirikan Pondok Pesantren Darussibyan hanya

ada 6 santri, tetapi beliau terus saja mendidik santri dengan

penuh kesabaran.

Beliau mendirikan pondok ini sebelum menikah

sekitar usia 27 tahun. Beliau mengenyam pendidikan pondok

2 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, ( Jakarta: LP3ES, 2011),

p.80-81

Page 45: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

45

sejak usia 12 tahun di kampungnya. Setelah 2 tahun

mendirikan pondok beliau akhirnya menikah pada usia 29

tahun dengan seorang mahasiswa IAIN yang sekarang diubah

menjadi UIN. Istrinya seorang pendidik di sekolah formal,

tetapi istrinya turut membantu mengembangkan Pondok

Pesantren Darussibyan.

Nama Darussibyan yang mempunyai arti taman

pendidikan anak-anak remaja, dikarnakan yang mengaji

disini dari mulai anak kecil usia 3 tahun sampai remaja.

Pengajaran yang diberikan di Pondok Pesantren Darussibyan

terdiri dari pengajian alquran, muhadhoroh, belajar tajwid,

sorogan, dan bandungan. Pondok Pesantren Darussibyan

menyediakan asrama yang disebut kobong sebagai tempat

tinggal para santri dan majelis sebagai tempat belajar para

santri. Pembagian mengajar pun hanya beliau dan istrinya

saja. Istrinya mengajar anak usia 3 tahun yang baru mengenal

huruf-huruf hijaiyah, sedangkan beliau mengajar santri dari

usia 7 tahun hingga usia dewasa. Pondok ini mengalami

pasang surut setiap tahunnya dikarnakan tidak ada aturan

Page 46: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

46

yang kuat dari pondok, sehingga santri banyak yang keluar

dari pondok. Selain tidak ada aturan yang kuat dari pondok,

faktor ekonomi dan juga pergaulan yang jadi masalah.3

B. Tujuan Didirikan Pondok Pesantren Darussibyan

Setiap akan melaksanakan segala kegiatan yang

dikerjakan secara sadar, tentunya ada tujuan tertentu,

demikian halnya dengan Pondok Pesantren Darussibyan

mempunyai tujuan di antaranya:

1. Mendidik para santri menjadi seorang muslim yang

beriman dan berakhlak mulia, dan sehat lahir batin

sebagai warga negara yang berpancasila.

2. Mendidik santri agar menjadi kader-kader ulama dan

mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, dalam mengamalkan

syariat Islam secara utuh dan dinamis serta bermanfaat

bagi masyarakat.4

3 Wawancara langsung, Ahmad Hadidi Andalusi, (sebagai pemimpin

Pondok Pesantren Darussibyan), pada tanggal, 22 Desember 2018 4 Wawancara langsung, Ahmad Hadidi Andalusi, (sebagai pemimpin

Pondok Pesantren Darussibyan), pada tanggal, 22 Desember 2018

Page 47: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

47

C. Visi, Misi dan Strategi Pondok Pesantren Darussibyan

Visi Pondok Pesantren Darussibyan di antaranya:

1. Menciptakan pribadi santri yang berakhlakul karimah

untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat

2. menciptakan pribadi santri yang lebih giat beramal

sederhana dan mandiri.

3. Terbentuknya manusia yang hafal alquran , berakhlak

mulia, berakidah yang lurus, memahami Islam dengan

benar,mampu mengamalkan dan mendakwahkannya

dengan sabar, tabah, dan tegar dalam menghadapi

tantangan, serta membentuk manusia yang memiliki

keterampilan hidup yang mumpuni.

Misi Pondok Pesantren Darussibyan diantaranya:

1. Mempersiapkan santri menjadi orang yang bermanfaat

di masyarakat yang mencerminkan nilai Islam dalam

kehidupan.

2. Mencetak santri yang bisa menjadi cerminan dan

contohan masyarakat.

Page 48: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

48

3. Menumbuhkan semangat untuk mempelajari dan

menghafal alquran secara intensif kepada seluruh

santri sehingga menjadi generasi qur’ani.

Strategi Pondok Pesantren Darussibyan diantaranya:

1. Melakukan sistem pengajaran yang subjektif

2. Melatih santri untuk muhadhoroh ( berpidato )

3. Melakukan kerjasama dengan pondok pesantren lain.5

D. Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren Darussibyan

Adapun metode pembelajaran di Pondok Pesantren

Darussibyan ialah sebagai berikut:

1. Metode Sorogan

Metode ini merupakan metode pembelajaran yang

sangat bermakna. Sebab, terutama ketika membacakan

kitab dihadapan Kyai atau Ustadz, selain memperoleh

bimbingan dan arahan langsung, mereka juga dapat di

evaluasi dan diketahui perkembangan kemampuannya.6

5 Wawancara langsung, Ahmad Hadidi Andalusi, (sebagai pemimpin

Pondok Pesantren Darussibyan), pada tanggal, 22 Desember 2018 6 Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, (Tangerang:

PT. Lkis Printing Cemerlang, 2013), p.54

Page 49: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

49

Dengan menggunakan metode sorogan, setiap

santri akan mendapatkan kesempatan untuk belajar secara

langsung dengan kyai. Dengan metode ini, kyai dapat

membimbing , mengawasi, dan menilai kemampuan santri

secara langsung. Santri diwajibkan menguasai cara

pembacaan dan terjemahan secara tepat dan hanya boleh

menerima tambahan pelajaran bila telah berulang-ulang

mendalami pelajaran sebelumnya. Hal ini tentunya

menuntut kesabaran , kerajinan, ketaatan, dan disiplin

pribadi santri.

2. Metode Weton/ Bandungan

Istilah weton ini berasal dari kata wektu ( bahasa

jawa) yang berarti waktu. Istilah weton ini di Jawa Barat

di sebut dengan bandungan. Istilah bandungan berasal dari

bahasa sunda yaitu ngabandungan yang berarti

memperhatikan secara seksama atau menyimak. Dalam

metode ini kyai yang membaca, menerjemahkan, dan

menerangkan. Setiap santri memperhatikan bukunya

Page 50: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

50

masing-masing dan membuat catatan- catatan ( baik arti

maupun keterangan) tentang kata-kata yang sulit dalam

kitab kuning tersebut.

3. Metode Hafalan

Metode hafalan yang diterapkan di pesantren-

pesantren, umumnya dipakai untuk menghafal kitab-kitab

tertentu, misalnya Al-fiyyah ibn malik. Metode hafalan

juga sering diterapkan dalam pembelajaran alquran ,

metode ini bisa disebut dengan Tahfizh al-quran.

Biasanya santri diberi tugas untuk menghafal beberapa

bait dari kitab Alfiyyah, dan setelah beberapa hari baru

dibacakan di depan kiyai/ustadznya.

4. Metode Pasaran

Metode pasaran adalah kegiatan belajar

sekelompok santri dalam bentuk pembacaan sebuah kitab

oleh seorang ustadz yang dilakukan secara marathon

selama tenggang waktu tertentu. Metode ini umumnya

digunakan pada bulan ramadhan dalam kurun waktu

Page 51: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

51

setengah bulan, dua puluh hari, atau terkadang satu bulan

penuh, tergantung pada kitab yang dikaji.7

E. Kondisi Pondok Pesantren Darussibyan

Pondok Pesantren Darussibyan terletak di Desa

Ciinjuk RT 01 RW 03, Kecamatan Cadasari Kabupaten

Pandeglang. Pada awalnya Pondok Pesantren Darussibyan

terletak di Desa Kaungcaang RT 01 RW 02 Kecamatan

Cadasari, dikarnakan beliau mengikuti istrinya akhrinya

beliau pindah ke Desa Ciinjuk.

Desa Ciinjuk lebih strategis dibandingkan Desa

Kaungcaang, karena letaknya di tengah sawah dan dekat

dengan jalan membuat santri lebih betah dibandingkan tempat

sebelumnya. Air dan suasana perkampungan sawah yang

indah sehingga membuat santri lebih nyaman tinggal di

pondok.

7 Wawancara langsung, Ahmad Hadidi Andalusi, (sebagai pemimpin

Pondok Pesantren Darussibyan), pada tanggal, 22 Desember 2018

Page 52: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

52

1. Kiyai

Kyai merupakan elemen paling esensial dari suatu

pesantren. Ia seringkali bahkan merupakan pendirinya.

Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren

semata-mata bergantung pada kemampuan pribadi

kyainya.8

Selain itu juga kyai dalam pengertian umum

adalah pendiri dan pemimpin pesantren. Ia di kenal

dengan seorang muslim terpelajar yang membaktikan

hidupnya semata-mata di jalan Allah dengan mendalami

dan menyebarluaskan ajaran-ajaran Islam melalui

kegiatan pendidikan.9

Pondok Pesantren Darussibyan diasuh oleh Kyai

Ahmad Hadidi Andalusi, Beliau sekaligus pendidik utama

di pesantren. Disebut demikian karena beliaulah yang

bertugas memberikan bimbingan dan pengarahan kepada

santri. Beliau di bilang masih muda, jiwanya dalam

8 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren..., p.93

9 Abdul Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren, (Yogyakarta: PT.

LKIS Printing Cemerlang, 2013), p.38

Page 53: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

53

mendidik santri cukup semangat. Harapan beliau kepada

santrinya agar berguna bagi semua orang. Baik dikalangan

muda maupun tua, khususnya bagi dirinya sendiri

umumnya bagi masyarakat.

Pengajaran yang diberikan di Pondok Pesantren

Darussibyan terdiri dari pengajian alquran, muhadhoroh,

belajar tajwid, sorogan, dan bandongan. Adapun kitab

yang diajarkan di Pondok Pesantren Darussibyan terdiri

dari kitab usfuriah, nihayatuljen, samarqandi,

mijanulkabir, jurmiyah, amil, nahwu shorof, hadis bukhori

muslim, dan tafsir al-jalalain.

Pondok Pesantren Darussibyan hanya memberikan

pengajaran ilmu agama saja kepada para santrinya, karna

ketiadaan informasi bimbingan karier menyebabkan santri

tidak ada pekerjaan setelah mereka meninggalkan

pesantren, salah satu alasannya adalah kurangnya

pelatihan karier yang di berikan pada santri.

Page 54: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

54

2. Santri

Santri adalah peserta didik yang belajar atau

menuntut ilmu di pesantren.10

Menurut pengertian yang

dipakai dalam lingkungan orang-orang pesantren, seorang

alim hanya bisa disebut kyai bilamana memiliki pesantren

dan santri yang tinggal dalam pesantren untuk

mempelajari kitab-kitab islam klasik. Oleh karena itu,

santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga

pesantren.11

Santri yang di miliki di Pondok Pesantren

Darussibyan hanya mengkhususkan santri laki-laki saja,

untuk santri perempuan hanya alquran yang diajari itupun

ba’da maghrib. Santri perempuan tidak menetap di

pondok, tetapi pulang kerumahnya masing-masing setelah

selesai mengaji. Jumlah santri di Pondok Pesantren

Darussibyan selalu mengalami pasang surut setiap

tahunnya. Jumlah seluruh santri ada 30 orang , yang

10

Abdul Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren..., p.39 11 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren..., p.88-89

Page 55: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

55

menetap di pondok hanya santri putra yang jumlahnya 30

orang . Pondok Pesantren Darussibyan Tidak terlalu

banyak jumlah santrinya bila dibandingkan dengan waktu

berbirdirinya yang cukup lama.

3. Lembaga

Pondok Pesantren Darussibyan hanya memiliki

majlis dan pondok, majlis yang berukuran 4x6 cm cukup

menampung santri yang mengaji kurang lebih 50 orang.

Untuk pondok ada 22 kamar yang tepatnya diatas majlis

dan 12 kamar tepatnya di belakang rumah kiyai. Majlis

ini, selain dijadikan untuk mengaji tetapi digunakan untuk

sholat berjamaah, dikarnakan pondok ini belum

mempunyai mushola. Kendala yang di hadapi di pondok

ini yaitu tidak ada mushola, inilah yang menjadi

keterbatasan sarana dan prasarana pondok. Dikarnakan

dana yang dipakai hanya menggunakan dana santri dan

sedekah dari orang lain.12

12

Wawancara langsung, Ahmad Hadidi Andalusi, (sebagai pemimpin

Pondok Pesantren Darussibyan), pada tanggal, 22 Desember 2018

Page 56: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

56

Page 57: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

57

BAB III

PROFIL SANTRI PONDOK PESANTREN DARUSSIBYAN

A. Identitas Santri

Jadi dalam penelitian ini penulis mengambil lima

informan dalam penelitian ini guna memperoleh data.

Berikut beberapa profil umum informan penelitian.

1. Responden S

Salah satu santri yang tinggal di Pondok Pesantren

Darussibyan ini bernama S. Ia lahir pada tanggal 3

februari 1993, dan sekarang ia berusia 26 tahun. Beliau

anak ke 3 dari 4 bersaudara.

Latar belakang S berada di Pondok Pesantren

Darussibyan diajak oleh temannya, ia seorang anak yatim

yang ditinggal oleh ayahnya sejak kecil. Pergaulan yang

ia hadapi adalah pergaulan bebas, dikarnakan kurangnya

bimbingan dari orang tua, sehingga ia masuk ke dalam

pergaulan bebas.

Page 58: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

58

Setelah usia 17 tahun ia diberitahukan oleh

temannya untuk masuk pondok pesantren, akhirnya ia

mengikuti saran dari temannya untuk masuk pondok

pesantren. Sedikit demi sedikit ia mulai berubah, dan

setelah ia mengikuti arahan dan bimbingan dari guru

ngajinya, akhirnya ia berubah menjadi orang yang baik.

Dan sekarang ia terkenal menjadi orang yang baik di

kampungnya setelah masuk pesantren.1

2. Responden SH

SH berusia 21 tahun, ia lahir pada tanggal 10

November 1998. Ia anak ke 2 dari 3 bersaudara.

Ayahnya sudah lama meninggal sekitar 10 tahun yang

lalu.

SH masuk pondok pesantren atas keinginan

kakeknya, dikarnakan kakeknya ingin SH bisa membaca

al quran serta paham ilmu agama. Akhirnya SH di

antarkan oleh keluarganya ke pondok pesantren.

1 S, diwawancara oleh Wita Kartika tulisan sendiri, pada pukul 08.00

WIB 13 Februari 2019.

Page 59: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

59

Awalnya SH mengeluh pada keluarganya, karna tidak

betah tinggal di pondok. Dan akhirnya SH merasa betah

tinggal di pondok, bahkan tidak mau pulang karna

banyak teman-temannya. SH melanjutkan sekolahnya di

SMK yasdu tepatnya tidak jauh dari pondok pesantren, ia

sekolah sambil pesantren. Dan kakeknya pun sangat

bangga melihat cucunya SH sudah pandai membaca al

quran.2

3. Responden B

B lahir pada tanggal 27 Februari 1995, sekarang

usianya 24 tahun. Ia berasal dari kabupaten Pandeglang.

B anak ke 2 dari 4 bersaudara.

Latar belakang ia masuk pondok pesantren karna

keinginannya sendiri, ia ingin bisa membaca al quran dan

meninggalkan pergaulan bebas dari teman-temannya.

Keinginan yang kuat untuk masuk pesantren ketika B

duduk di bangku kelas 2 SMP. Kebetulan orang tuanya

sangat setuju dengan keinginan B masuk pondok

2 SH, diwawancarai oleh Wita Kartika tulisan sendiri, pada pukul

09.00 WIB 13 Februari 2019.

Page 60: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

60

pesantren. B masuk pesantren karena melihat saudaranya.

Selain ingin bisa membaca al quran, ia pun ingin tau

bagaimana kehidupan santri tinggal di pondok pesantren.

Akhirnya keluarganya mengantarkannya ke pesantren,

yang tidak jauh dari rumah nya, sekitaran 30 menit. Tiba

di pondok pesantren, B dan keluarganya bertemu dengan

pengasuh pondok yaitu Kyai Ahmad Hadidi, lalu

keluarga menitipkan B kepada Kyai. B sempat sedih

karena di tinggalkan oleh orangtuanya. Dan akhirnya ia

mendapatkan teman-teman baru di pondok pesantren, dan

itu membuat ia merasa nyaman tinggal di pondok. B

melanjutkan sekolahnya di SMP yasdu sampai ia lulus

SMK. Dan sekarang B sudah 7 tahun tinggal di pondok

ini.3

4. Responden H

H lahir pada tanggal 04 Maret 2000, sekarang

usianya 19 tahun. Ia berasal dari Kabupaten Pandeglang.

H anak ke 5 dari 7 bersaudara.

3 B, diwawancarai oleh Wita Kartika tulisan sendiri, pada pukul 09.00

WIB 13 Februari 2019.

Page 61: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

61

Latar belakang ia masuk pondok pesantren

karena keinginan nya sendiri, tanpa disuruh oleh orang

tuanya. H masuk pondok karena diajak oleh teman-

temannya, akhirnya H meminta izin pada orang tua, dan

orang tua nya setuju dengan keinginan anak nya masuk

pondok pesantren. Tujuan H ingin masuk pondok yaitu

ingin tau bagaimana membaca kitab dan membaca

alquran yang baik dan benar. Akhirnya orang tua H

mengantarkan H ke pondok pesantren, lalu orang tua nya

menitipakan H kepada pengasuh pondok pesantren. H

merasa sangat betah tinggal di pondok, dan sekarang H

sudah 5 tahun tinggal di pondok pesantren. 4

5. Responden MS

MS lahir pada tanggal 17 April 2000, sekarang

usia nya 19 tahun. Ia berasal dari Kabupaten Pandeglang.

Ayahnya sudah lama meninggal sejak ia masih kecil.

Latar belakang ia masuk pondok pesantren karena

diberitahu oleh saudaranya, dan ia langsung berkeinginan

4 H, diwawancarai oleh Wita Kartika tulisan sendiri, pada pukul 10.00

WIB 13 Februari 2019.

Page 62: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

62

untuk masuk pondok pesantren, tanpa disuruh oleh

keluarganya. Dengan sangat bangga keluarganya

mengizinkan MS masuk pesantren. MS masuk pesantren

karena ingin berubah menjadi anak yang baik. Di

lingkungannya banyak sekali anak-anak yang seusianya

masuk ke dalam pergaulan bebas. Termasuk MS di

kampungnya terkenal dengan anak yang nakal, yang suka

mabuk. MS masuk pesantren setelah lulus dari SMP,

tetapi sayangnya ia tidak mau melanjutkan sekolahnya ke

tingkat SMK. Padahal keluarganya sudah membujuknya,

namun MS tetap bersikeras tidak mau melanjutkan

sekolah nya ke tingkat SMK. Alasan MS tidak mau

melanjutkan sekolah, karena ia ingin fokus belajar

mengaji di pesantren. Akhirnya keluarga setuju dengan

keputusan MS, lalu mengantarkan MS ke pondok

pesantren. Dan sekarang MS sudah 3 tahun berada di

pondok pesantren.5

5MS, diwawancarai oleh Wita Kartika tulisan sendiri, pada pukul

10.00 WIB 13 februari 2019.

Page 63: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

63

B. Pemahaman Santri Sebelum Bimbingan Karier di Pondok

Pesantren Darussibyan

Pada awalnya santri belum memahami informasi

mengenai karier di Pondok Pesantren Darussibyan, karena di

Pondok Pesantren Darussibyan hanya mengajarkan ilmu

agama saja kepada para santrinya. Dari hasil wawancara yang

dilakukan peneliti kepada lima santri bahwa santri pada

awalnya tidak memahami informasi tentang pendidikan atau

pekerjaan dan belum mengetahui kemampuan, minat, bakat,

dan cita-cita yang ada pada dirinya sendiri. Berikut hasil

wawancara dengan santri sebelum melaksanakan bimbingan

karir:

1. Wawancara dengan santri yang berinisial S:

No Peneliti Responden

1 Setelah lulus

meninggalkan pesantren

mau melanjutkan kemana?

Saya belum tahu setelah

ini saya mau

melanjutkan kemana,

saya masih bingung.

2 Kendala apa saja yang

menghambat kalian untuk

Saya berasal dari

keluarga yang tidak

Page 64: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

64

melanjutkan sekolah atau

melanjutkan karier setelah

lulus dari pesantren?

mampu, jadi saya tidak

bisa melanjutkan sekolah

ke tingkat yang lebih

tinggi.

3 Bagaimana tanggapan

kalian tentang bimbingan

karier?

Saya tidak tahu apa itu

bimbingan karier

4 Apakah sebelumnya

pernah mendengar apa itu

bimbingan karier?

Saya belum pernah

mendengar apa itu

bimbingan karier

5 Apakah ada yang tahu

pengertian kemampuan itu

apa?

Tidak tahu

6 Apakah ada yang tahu

pengertian bakat itu apa?

Tidak tahu

7 Apakah ada yang tahu

pengertian Minat itu apa?

Tidak tahu

8 Apakah ada yang tahu

pengertian cita-cita itu

apa?

Menurut saya cita-cita

itu impian.

9 Apakah diantara kalian

ada yang sudah

menentukan kemampuan,

Saya belum menentukan

kemampuan, minat,

bakat, dan cita-cita yang

Page 65: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

65

minat, dan bakat sendiri? ada pada diri saya,

karena saya masih

bingung dan saya belum

memahami apa itu

kemampuan, minat, dan

bakat.

10 Kemampuan kalian dalam

mengerjakan suatu tugas

atau dalam suatu

pekerjaan itu apa?

Saya masih bingung.

11 Apakah ada yang sudah

mempunyai kemampuan

atau bakat sejak kecil?

Saya belum tahu

kemampuan yang ada

pada diri saya.

12 Apakah ada yang sudah

mempunyai keinginan atau

minat terhadap sesuatu

hal? kalau sudah

minatnya apa ?

Saya juga belum tahu

minat yang ada pada diri

saya

13 Apakah ada yang sudah

mempunyai cita-cita?

kalau sudah apa cita-cita

nya?

Cita-cita saya ingin

menjadi TNI

Page 66: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

66

2. Wawancara dengan santri yang berinisial SH:

No Peneliti Responden

1 Setelah lulus

meninggalkan

pesantren mau

melanjutkan kemana?

Saya belum tahu setelah

ini mau melanjutkan ke

mana.

2 Kendala apa saja yang

menghambat kalian

untuk melanjutkan

sekolah atau

melanjutkan karier

setelah lulus dari

pesantren?

Kendala yang saya hadapi

yaitu faktor ekonomi

keluarga.

3 Bagaimana tanggapan

kalian tentang

bimbingan karier?

Saya tidak tahu apa itu

bimbingan karier.

4 Apakah sebelumnya

pernah mendengar apa

itu bimbingan karier?

Saya belum pernah

mendengar penjelasan

mengenai bimbingan

karier secara jelas, tetapi

saya pernah mendengar

karier yaitu pekerjaan.

Page 67: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

67

5 Apakah ada yang tahu

pengertian kemampuan

itu apa?

Saya tidak tahu pengertian

kemampuan.

6 Apakah ada yang tahu

pengertian bakat itu

apa?

Saya tidak tahu pengertian

bakat

7 Apakah ada yang tahu

pengertian Minat itu

apa?

Saya tidak tahu pengertian

minat.

8 Apakah ada yang tahu

pengertian cita-cita itu

apa?

Saya tahu. Cita-cita adalah

keinginan untuk masa

depan, dan cita-cita saya

adalah menjadi dokter.

9 Apakah diantara kalian

ada yang sudah

menentukan

kemampuan, minat, dan

bakat sendiri?

Belum menentukan, karena

masih bingung

.

10 Kemampuan kalian

dalam mengerjakan

suatu tugas atau dalam

suatu pekerjaan itu apa?

Saya masih bingung.

11 Apakah ada yang sudah

mempunyai

kemampuan atau bakat

Belum punya

Page 68: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

68

sejak kecil?

12 Apakah ada yang sudah

mempunyai keinginan

atau minat terhadap

sesuatu hal? kalau

sudah minatnya apa ?

Belum memiliki.

13 Apakah ada yang sudah

mempunyai cita-cita?

kalau sudah apa cita-

cita nya?

Sudah, menjadi dokter.

3. Wawancara dengan santri yang berinisial B:

No Peneliti Responden

1 Setelah lulus

meninggalkan pesantren

mau melanjutkan

kemana?

Saya tidak tahu setelah

lulus dari pesantren, mau

melanjutkan kemana.

2 Kendala apa saja yang

menghambat kalian

untuk melanjutkan

sekolah atau

melanjutkan karier

setelah lulus dari

pesantren?

Kendala yang saya hadapi

yaitu faktor ekonomi

keluarga, saya berasal dari

keluarga yang tidak

mampu. Jadi saya tidak

tahu setelah ini mau mau

melanjutkan kemana,

Page 69: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

69

sedangkan tidak ada biaya

untuk melanjutkan ke

sekolah yang lebih tinggi.

3 Bagaimana tanggapan

kalian tentang

bimbingan karier?

Saya tidak tahu apa itu

bimbingan karier

4 Apakah sebelumnya

pernah mendengar apa

itu bimbingan karier?

Saya tidak begitu paham

apa itu bimbingan karier,

tetapi saya pernah

mendengar kata “karier”.

Setahu saya karier itu

pekerjaan.

5 Apakah ada yang tahu

pengertian kemampuan

itu apa?

Saya tidak tahu pengertian

jelasnya, setahu saya

kemampuan itu apa yang

bisa kita lakukan dalam

suatu hal.

6 Apakah ada yang tahu

pengertian bakat itu

apa?

Saya belum tahu

7 Apakah ada yang tahu

pengertian minat itu

apa?

Saya juga tidak tahu apa

itu minat

Page 70: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

70

8 Apakah ada yang tahu

pengertian cita-cita itu

apa?

Menurut saya cita-cita itu

sebuah impian

9 Apakah diantara kalian

ada yang sudah

menentukan

kemampuan, minat, dan

bakat sendiri?

Saya belum bisa

menentukan kemampuan,

minat, dan bakat yang ada

pada diri saya.

10 Kemampuan kalian

dalam mengerjakan

suatu tugas atau dalam

suatu pekerjaan itu apa?

Kemampuan saya yaitu las

listrik, karena waktu

sekolah saya mengambil

jurusan listrik

11 Apakah ada yang sudah

mempunyai kemampuan

atau bakat sejak kecil?

Saya belum tahu bakat

yang ada pada diri saya

12 Apakah ada yang sudah

mempunyai keinginan

atau minat terhadap

sesuatu hal? kalau

sudah minatnya apa ?

Belum tahu

13 Apakah ada yang sudah

mempunyai cita-cita?

kalau sudah apa cita-cita

nya?

Cita-cita saya yaitu

menjadi mekanik

Page 71: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

71

4. Wawancara dengan santri yang berinisial H:

No Peneliti Responden

1 Setelah lulus

meninggalkan pesantren

mau melanjutkan

kemana?

Belum tahu.

2 Kendala apa saja yang

menghambat kalian untuk

melanjutkan sekolah atau

melanjutkan karier

setelah lulus dari

pesantren?

Tidak mampu secara

ekonomi.

3 Bagaimana tanggapan

kalian tentang bimbingan

karier?

Tidak tahu.

4 Apakah sebelumnya

pernah mendengar apa itu

bimbingan karier?

Belum pernah.

5 Ada yang tahu pengertian

kemampuan itu apa?

Kemampuan menurut

saya bisa atau sanggup

mengerjakan sesuatu.

6 Apakah ada yang tahu

pengertian bakat itu apa?

Tidak tahu.

7 Apakah ada yang tahu Tidak tahu

Page 72: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

72

pengertian Minat itu apa?

8 Apakah ada yang tahu

pengertian cita-cita itu

apa?

Cita-cita menurut saya

adalah sebuah harapan

yang harus dikejar.

9 Apakah diantara kalian

ada yang sudah

menentukan kemampuan,

minat, dan bakat sendiri?

Saya belum

menentukan

10 Kemampuan kalian

dalam mengerjakan suatu

tugas atau dalam suatu

pekerjaan itu apa?

Kemampuan saya yaitu

dalam berpidato.

11 Apakah ada yang sudah

mempunyai kemampuan

atau bakat sejak kecil?

Masih bingung.

12 Apakah ada yang sudah

mempunyai keinginan

atau minat terhadap

sesuatu hal? kalau sudah

minatnya apa ?

Belum tahu.

13 Apakah ada yang sudah

mempunyai cita-cita?

kalau sudah apa cita-cita

nya?

Sudah, menjadi ulama.

Page 73: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

73

5. Wawancara dengan santri yang berinisial MS:

No Peneliti Responden

1 Setelah lulus

meninggalkan pesantren

mau melanjutkan

kemana?

Belum tahu.

2 Kendala apa saja yang

menghambat kalian

untuk melanjutkan

sekolah atau

melanjutkan karier

setelah lulus dari

pesantren?

Faktor ekonomi yang

memang tidak

memungkinkan

3 Bagaimana tanggapan

kalian tentang

bimbingan karier?

Saya tidak tahu apa itu

bimbingan karier.

4 Apakah sebelumnya

pernah mendengar apa

itu bimbingan karier?

Belum pernah

mendengar.

5 Apakah ada yang tahu

pengertian kemampuan

itu apa?

Tidak tahu.

6 Apakah ada yang tahu

pengertian bakat itu

Tidak tahu.

Page 74: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

74

apa?

7 Apakah ada yang tahu

pengertian minat itu

apa?

Tidak tahu.

8 Apakah ada yang tahu

pengertian cita-cita itu

apa?

Tidak tahu.

9 Apakah diantara kalian

ada yang sudah

menentukan

kemampuan, minat, dan

bakat sendiri?

Belum menentukan

10 Kemampuan kalian

dalam mengerjakan

suatu tugas atau dalam

suatu pekerjaan itu apa?

Kemampuan saya yaitu

menanam.

11 Apakah ada yang sudah

mempunyai

kemampuan atau bakat

sejak kecil?

Belum memiliki

12 Apakah ada yang sudah

mempunyai keinginan

atau minat terhadap

sesuatu hal? kalau

Belum mempunyai.

Page 75: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

75

sudah minatnya apa ?

13 Apakah ada yang sudah

mempunyai cita-cita?

kalau sudah apa cita-

cita nya?

Cita-cita saya menjadi

arsitek

Berdasarkan deskripsi di atas kendala yang

dihadapi santri yaitu: pertama, santri tidak mengetahui

informasi karier, karena di pondok pesantren hanya

mengajarkan ilmu agama saja kepada para santrinya.

kedua faktor ekonomi keluarga yang tidak mampu

membiayai anaknya sekolah ke tingkat yang lebih tinggi,

dan memilih untuk masuk pesantren.

Menurut Tuwuh Trisnayadi, mengembangkan

bakat dan minat memerlukan daya dukung yang memadai.

Dukungan tersebut dapat berasal dari diri sendiri ataupun

orang lain. Dukungan akan lebih kuat efeknya apabila

datang dari diri sendiri. Sedangkan dukungan dari luar

sifatnya hanya membantu, dukungan ini bisa datang dari

orang tua, saudara, ataupun pimpinan yayasan. Bakat dan

Page 76: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

76

minat serta daya dukung keduanya merupakan hal yang

berkaitan satu dengan yang lain.6

Tabel 3.1

Sebelum Melaksanakan Bimbingan Karier

No Nama Bakat Kemampuan Minat Cita-cita

1 S Belum tahu Belum tahu Belum tahu TNI

2 SH Belum tahu Belum tahu Belum tahu Dokter

3 B Belum tahu Las Listrik Belum tahu Pilot

4 H Belum tahu Berpidato Belum tahu Ulama

5 MS Belum tahu Menanam Belum tahu Arsitek

Berdasarkan deskripsi di atas dapat dijelaskan

bahwa kondisi awal santri sebelum melaksanakan

bimbingan karier, santri belum mengetahui informasi

tentang karier, selain itu juga santri belum mengetahui

kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang ada pada

dirinya sendiri.

6 Tuwuh Trisnayadi, Menggapai Cita-Cita Bimbingan Karir Untuk

Remaja Muslim, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2007) p. 51-52

Page 77: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

77

BAB IV

BIMBINGAN KARIER SANTRI

A. Pelaksanaan Bimbingan karier Santri

Kata pelaksanaan menurut Depdikbud menyatakan,

pelaksanaan mengandung arti proses, cara melakukan

perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dan

sebagainya).1 Jadi yang dimaksud pelaksanaan dalam skripsi

ini adalah suatu proses kegiatan bimbingan karier

menggunakan bimbingan kelompok yang dilakukan oleh

pembimbing kepada santri dalam upaya pemahaman

mengenai informasi karier dengan harapan dapat memahami

dan menilai dirinya sendiri, terutama yang berkaitan dengan

potensi yang ada dalam dirinya, mengenai kemampuan, bakat,

dan cita-citanya. Seperti yang dikemukakan oleh John

Holland bahwa perlu dilakukan suatu usaha agar pilihan

karier seseorang sesuai dengan kepribadiannya. Menurut

Holland begitu orang menemukan karier yang sesuai dengan

kepribadiannya, maka ia akan lebih menikmati pekerjaan dan

1 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia,edisi kedua, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1996), p.553

Page 78: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

78

akan bekerja lebih lama dari pada orang yang bekerja di

bidang yang tidak cocok dengan kepribadiannya. Jadi

pelaksanaan bimbingan karier di Pondok Pesantren

Darussibyan, bertujuan agar santri bisa memilih jurusan atau

pekerjaan yang sesuai dengan kepribadiannya seperti

kemampuan, minat, bakat, dan cita-citanya.

Pelaksanaan bimbingan karier dilakukan terhadap

beberapa siswa/santri yang mempunyai kemampuan atau

bakat yang sama secara bersama-sama dengan cara dilakukan

pengelompokan, kemudian diberi pengarahan oleh

pembimbing pada suatu keterampilan dan kemampuan agar

siap terjun ke masyarakat.2 Sebelum melaksanakan bimbingan

karier, peneliti sudah mempersiapkan santri yang usia nya

dewasa awal atau jenjang SMK/ sederajat sebanyak 5 orang,

adapun fasilitas yang dibutuhkan hanya ruangan untuk

melaksanakan kegiatan bimbingan karier.

Santri dewasa awal atau jenjang SMK/sederajat

merupakan siswa atau santri yakni usia 19-26 tahun, yang

sedang menempuh pendidikan sekolah menengah kejuruan

2 Mastuki, Manajemen Pondok Pesantren, ( Jakarta: Diva Pustaka,

2003), p. 161-162

Page 79: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

79

dalam tahun ketiga atau tahun terakhir, SMK ( sekolah

menengah kejuruan) atau yang setelah meninggalkan

pesantren. Bimbingan karier dimaksudkan untuk membantu

santri dalam memahami dunia kerja yang sesuai dengan

dirinya, guna mencapai cita-cita pekerjaan atau karier yang

diharapkan.

Pelaksanaan bimbingan karier yang diberikan kepada

santri menggunakan metode bimbingan kelompok adalah

sebagai berikut: Bimbingan kelompok adalah salah satu jenis

layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok

untuk mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya dan

membantu klien agar memahami arah tujuan hidupnya.

Prayitno mengutip Gadza yang mengemukakan bahwa

bimbingan kelompok di sekolah atau pesantren merupakan

kegiatan informasi kepada sekelompok siswa atau santri

untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan

yang tepat.3 Adapun topik pembahasan yang akan

disampaikan peneliti kepada santri adalah sebagai berikut:

3 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling

(Jakarta: 2004), p.309

Page 80: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

80

Tabel . 4.1

Penyusunan Kegiatan Bimbingan Karier

No Topik Bahasan Alokasi

Waktu

Bentuk Kegiatan

1

Menjelaskan tentang

bimbingan karier

kepada santri

30

Menjelaskan pengertian

bimbingan karier

Merefleksi dari apa yang

sudah dijelaskan, sejauh

mana santri mengerti

dengan apa yang sudah

disampaikan

2

Menjelaskan tentang

kemampuan, minat,

bakat, dan cita-cita pada

santri

30

Menjelaskan pengertian

dari kemampuan, minat,

bakat, dan cita-cita

santri menjelaskan kembali

apa itu kemampuan, minat,

bakat, dan cita-cita

3

Peneliti bertanya kepda

santri mengenai

kemampuan, minat,

bakat,dan cita-cita yang

dimiliki oleh santri

30

Santri menjelaskan satu

persatu mengenai

kemampuan, minat, bakat,

dan cita-ciita yang

dimilikinya masing-

masing.

Page 81: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

81

Pelaksanaan bimbingan karier dalam

mengembangkan kemampuan, minat, bakat, dan cita cita

sudah dilaksanakan secara terstruktur dan terjadwal, yaitu

dilaksanakan pada hari rabu pukul 09.00 siang, dilakukan

selama 3 kali pertemuan. Pertama pada hari rabu tanggal

13 Februari 2019 sampai dengan tanggal 15 Februari

2019, dengan jumlah empat kali pertemuan. Adapun topik

bahasan dan tanggal pada setiap pertemuan dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2

Topik Bahasan dan Tanggal Setiap Pertemuan

No Topik

Bahasan

Alokasi

Waktu

Tanggal

Pertemuan

1 Menjelaskan tentang

bimbingan karier

kepada santri

30 13 Februari

2019

2 Menjelaskan tentang

kemampuan, minat,

bakat, dan cita-cita

pada santri

30 14 Februari

2019

3 Peneliti bertanya

kepda santri

mengenai

kemampuan, minat,

bakat,dan cita-cita

yang dimiliki oleh

santri

30 15 Februari

2019

Page 82: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

82

Pelaksanaan bimbingan kelompok di Pondok

Pesantren Darussibyan:

1. Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Tahap I

Pada pertemuan pertama, kegiatan bimbingan

kelompok dilakukan oleh peneliti pada hari Rabu, 13

Februari 2019 bertempat di Pondok Pesantren

Darussibyan.

a. Tahap Pembentukan

Tahap ini adalah tahap awal sebelum

melakukan kegiatan bimbingan kelompok. Pada

tahapan ini peneliti atau pemimpin kelompok

membuka doa untuk kelancaran kegiatan bimbingan

kelompok kemudian berlanjut perkenalan. Perkenalan

dimulai dari peneliti sampai kesemua anggota

kelompok. Tahapan ini sangat penting, karena sebagai

sumber data sekaligus tahap bimbingan kelompok

berikutnya.

Selanjutnya peneliti sebagai pemimpin

kelompok, menjelaskan apa itu bimbingan kelompok,

serta tujuan bimbingan kelompok , dan menanyakan

Page 83: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

83

kabar anggota kelompok saat ini, dan pertanyaan-

pertanyaan selanjutnya seperti menanyakan alamat

rumah, umur, tempat tanggal lahir, dan lain

sebagainya.

Dalam kegiatan bimbingan kelompok ini,

peneliti berupaya semaksimal mungkin agar keadaan

kelompok lebih terbuka dan berharap kelompok lebih

berkembang dalam kegiatan bimbingan kelompok ini

agar tidak ada rasa canggung antara anggota

kelompok dan mampu mengungkapkan apa yang

menjadi kendala pada setiap anggota kelompok. Serta

menanyakan kepada anggota kelompok apakah

semuanya siap untuk mengikuti proses bimbingan

kelompok ini. Setelah semua anggota kelompok

memahami barulah peneliti melanjutkan tahap-tahap

berikutnya.

b. Tahap Peralihan

Pada tahap peralihan ini peneliti

mengawalinya dengan menanyakan kembali kesiapan

anggota kelompok dalam melakukan tahap bimbingan

Page 84: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

84

kelompok lanjutan. Dalam membangun keakraban

antara peneliti dan anggota kelompok, peneliti

mengawali dengan membuat permainan dengan

menyanyikan lagu potong bebek angsa sambil

mengalihkan pensil dari satu tangan ke tangan yang

lainnya dan ketika nyanyian itu selesai, dan pensil

dipegang salah satu anggota, maka anggota tersebut

harus maju dan mengenalkan diri alasan peneliti

mengambil permainan tersebut karena dianggap

cocok untuk partisipan dalam membangun keakraban.

Dengan permainan,santri akan mudah akrab dan tidak

akan merasa canggung kepada peneliti.

c. Tahap Kegiatan

Setelah peneliti mulai memasuki kepada tahap

kegiatan yang merupakan tahap inti dari proses

bimbingan karier terhadap santri, Peneliti tetap

menanyakan kembali kesiapan dari masing-masing

anggota kelompok agar dalam pelaksanaan bimbingan

karier tidak ada yang namanya keraguan dalam

Page 85: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

85

kegiatan ini. Setelah semua menanyakan kesiapannya

untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok ini,

maka peneliti mulai menjelaskan mengenai bimbingan

karier kepada santri. Peneliti menjelaskan apa itu

bimbingan karier, tujuan dari bimbingan karier kepada

santri. Setelah selesai menjelaskan peneliti

mereflesikan dari apa yang sudah dijelaskan, sejauh

mana santri mengerti dengan apa yang sudah di

sampaikan oleh peneliti.

a. Tahap Pengakhiran

Setelah dirasa cukup, peneliti mengakhiri

kegiatan bimbingan kelompok dengan meminta

kepada anggota kelompok untuk menyimpulkan hasil

dari kegiatan bimbingan kelompok ini.

Kesimpulan dari responden bahwa kegiatan

bimbingan kelompok ini sangat penting dalam

membantu seseorang memahami dan menilai dirinya

sendiri dan dapat merencanakan masa depan serta

menemukan karier yang sesuai dengan dirinya sendiri.

Page 86: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

86

Setelah meminta anggota kelompok untuk

menyimpulkan apa yang sudah dijelaskan, peneliti

mengakhiri kegiatan bimbingan kelompok dengan

membaca doa serta peneliti dan anggota kelompok

bersepakat bahwa kegiatan bimbingan kelompok ini

akan dilanjutkan dipertemuan berikutnya.

2. Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Tahap II

a. Tahap Pembentukan

Pertemuan ini dilakukan pada hari Kamis,

tanggal 14 Februari 2019. Seperti biasa pertemuan ini

dilaksanakan di Pondok Pesantren Darussibyan.

Sebelum memulai kegiatan bimbingan kelompok,

terlebih dahulu membaca doa untuk kelancaran

kegiatan ini. Selanjutnya peneliti menjelaskan kembali

pengertian bimbingan karier, tujuan bimbingan karier

dan manfaat dari bimbingan karier kepada anggota

kelompok. Dan peneliti menanyakan kembali apakah

semua anggota kelompok sudah memahami apa yang

disampaikan oleh peneliti. Setelah semua anggota

Page 87: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

87

kelompok memahaminya, peneliti atau pimpinan

kelompok melanjutkan ketahap selanjutnya.

b. Tahap Peralihan

Pada tahap ini, dimulai dengan menyanyikan

nama-nama malaikat dan tugasnya dengan cara

bernyanyi. Kemudian satu persatu anggota kelompok

akan menyebutkan nama malaikat dan bagi anggota

yang ditunjuk akan menyebutkan tugas malaikat yang

disampaikan oleh anggota kelompok sebelumnya, dan

terus dilakukan sampai malaikat yang terakhir.

c. Tahap Kegiatan

Tahap ini peneliti mulai masuk kepada tahap

kegiatan yang merupakan tahap inti dalam kegiatan

bimbingan kelompok ini. Pada pelaksanaan tahap II

ini peneliti memulai dengan pembahasan mengenai

kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita.

Peneliti menjelaskan kepada santri apa itu

kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita serta peneliti

menanyakan apakah semua anggota kelompok sudah

Page 88: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

88

memahami apa yang disampaikan dan apakah ada

pertanyaan untuk peneliti mengenai beberapa

penjelasan tadi. Dan setelah semua anggota kelompok

paham dengan apa yang sudah disampaikan, maka

peneliti melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap

pengakhiran.

d. Tahap Pengakhiran

Setelah dirasa cukup, peneliti mengakhiri

kegiatan bimbingan kelompok ini dengan meminta

kepada santri untuk menyimpulkan pembahasan

mengenai kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita.

Setelah selesai menyimpulkan apa yang sudah

dijelaskan oleh peneliti, maka peneliti mengakhiri

kegiatan bimbingan kelompok dengan membaca doa

dan menyepakati lanjut dengan pertemuan berikutnya.

3. Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Tahap III

a. Tahap Pembentukan

Pada pertemuan ketiga ini, kegiatan

bimbingan kelompok dilaksanakan seperti biasa di

Page 89: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

89

Pondok Pesantren Darussibyan. Tahap ini adalah

tahap terakhir dalam kegiatan bimbingan kelompok,

pada tahap ini akan membahas hasil dari bimbingan

karier santri mengenai kemampuan, minat, bakat, dan

cita-cita santri masing-masing.

Tahap ini dilakukan pada hari Jumat, 15

Februari 2019, kegiatan ini dilakukan seperti biasa di

Pondok Pesantren Darussibyan. Seperti biasa untuk

memulai kegiatan bimbingan kelompok, peneliti atau

pemimpin kelompok memimpin semua anggota

kelompok untuk membaca doa. Setelah itu peneliti

menjelaskan kembali apa yang sudah dijelaskan

sebelumnya. Serta memberitahukan kepada semua

anggota kelompok bahwa kegiatan kelompok ini

adalah kegiatan terakhir bimbingan kelompok, dan

menghimbau kepada semua anggota kelompok agar

mengikuti bimbingan kelompok dengan seksama.

Page 90: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

90

a. Tahap Peralihan

Untuk merelaksasikan pikiran anggota

kelompok, di tahap ini peneliti atau pemimpin

kelompok memberikan permainan. Seperti biasa pada

tahap ini peneliti menanyakan kesiapan dari semua

anggota kelompok untuk mengikuti bimbingan

kelompok. Pada tahap ini selalu diadakan permainan

untuk menghibur anggota kelompok serta untuk

menghilangkan rasa kejenuhan anggota kelompok.

b. Tahap Kegiatan

Selanjutnya peneliti mulai masuk kepada tahap

kegiatan yang merupakan kegiatan inti dari bimbingan

karier. Dalam tahap bimbingan karier ini peneliti

menjelaskan kembali dari apa yang disampaikan,

beserta menanyakan kembali kesiapan anggota

kelompok. Setelah semua anggota kelompok

menyatakan kesiapannya barulah peneliti bertanya

kepada masing-masing santri mengenai kemampuan,

minat, bakat, dan cita-cita yang dimiliki oleh masing-

masing santri.

Page 91: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

91

c. Tahap Pengakhiran

Setelah semuanya sudah cukup, maka peneliti

atau pemimpin kelompok meminta anggota kelompok

menyebutkan satu persatu mengenai kemampuan,

minat, bakat, dn cita-cita yang dimiliki masing-

masing.

Berdasarkan hasil bimbingan karir yang dilakukan

pada bulan Februari 2019 untuk mendapatkan data

tentang kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita santri

di Pondok Pesantren Darussibyan selama ini, peneliti

mewawancara 5 santri di Pondok Pesantren

Darussibyan dan hasil wawancara setelah melakukan

bimbingan karir dapat di deskripsikan sebagai berikut:

a. Responden S, menyatakan bahwa:

Saya awalnya bingung mau melanjutkan ke

mana setelah meninggalkan pesantren, tapi setelah

adanya bimbingan karier alhamdulillah saya tau

kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang ada

dalam diri saya. Namun pada awalnya saya bercita

Page 92: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

92

cita ingin menjadi TNI, setelah saya tau bakat yang

ada pada diri saya, akhirnya saya memilih cita-cita

menjadi arsitektur. Karena sesuai dengan

kemampuan, minat, dan bakat saya.

Kemampuan saya yaitu menggambar, minat

saya menjadi pelukis, bakat saya dari kecil yaitu saya

suka sekali menggambar, cita-cita saya menjadi

arsitek . Karena sesuai dengan minat dan bakat saya

yaitu saya suka menggambar.4

b. Responden SH, menyatakan bahwa:

Awalnya saya belum tahu kemampuan,

minat, dan bakat saya, tapi setelah saya mengikuti

bimbingan karir, akhirnya saya tau kemampuan,

minat, bakat, dan cita-cita yang saya miliki.

Kemampuan saya yaitu menggambar, minat

saya menjadi pelukis, saya mempunyai bakat melukis

dari kecil, saya juga suka ikut lomba menggambar

sejak kecil. cita-cita menjadi seniman, awalnya cita-

4 Hasil wawancara dengan santri S, pada tanggal 14 februari 2019

Page 93: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

93

cita saya menjadi dokter. Tapi setelah dipikir-pikir

sekolah kedokteran itu membutuhkan biaya yang

sangat mahal, dan saya tau orang tua saya tidak akan

mampu. Maka dari itu setelah konselor memberikan

pengarahan terhadap saya, akhirnya saya memilih

cita-cita sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat

yang saya miliki. Karena kemampuan, minat, dan

bakat saya yaitu saya suka menggambar.5

c. Responden B, menyatakan bahwa:

Kemampuan saya yaitu saya bisa las listrik,

saya suka sekali menyambung listrik. Karena dulu

saya sekolah mengambil jurusan listrik. Dari kecil

saya mempunyai bakat kreatif, saya suka merakit

mainan. misalnya robot, mobil, dll. minat saya yaitu

menjadi mekanik. Saya juga bercita-cita ingin

menjadi mekanik atau teknisi. Karena saya tau

menjadi mekanik itu tidak harus memiliki latar

belakang pendidikan khusus karena banyak

5 Hasil wawancara dengan santri SH, pada tanggal 14 februari 2019

Page 94: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

94

diantaranya memiliki ijazah yang sama sekali tidak

ada hubungannya dengan permesinan. Alasan saya

ingin menjadi mekanik yaitu saya mempunyai

keinginan untuk membuat lapangan kerja sendiri di

bidang mekanik.6

d. Responden H menyatakan bahwa:

Kemampuan saya yaitu berpidato, karena

bakat saya dari kecil yaitu saya pandai berbicara

didepan orang banyak. Minat saya yaitu menjadi

penceramah. Cita-cita saya yaitu menjadi seorang

ulama.7

e. Responden MS, menyatakan bahwa:

Kemampuan saya yaitu saya suka menanam,

bakat yang saya miliki sejak kecil yaitu berocok

tanam. Dari kecil saya suka sekali bercocok tanam,

saya suka menanam buah, sayuran, atau tanaman

apapun yang bisa dimanfaatkan. Minat saya yaitu

dalam bertani.

6 Hasil wawancara dengan santri B, pada tanggal 14 februari 2019

7 Hasil wawancara dengan H, pada tanggal 14 februari 2019

Page 95: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

95

Cita-cita saya awalnya menjadi arsitek,

setelah saya diberikan pengarahan oleh konselor,

akhirnya saya tau apa yang harus saya pilih.

Awalnya saya bingung minat dan bakat saya apa,

setelah diadakannya bimbingan karier di pondok,

saya tau bakat dan minat saya sendiri. Sehingga yang

tadinya cita-cita saya menjadi arsitektur, saya lebih

tertarik menjadi petani, karena kemampuan saya

menanam, bakat saya bercocok tanam, minat saya

bertani. Jadi sangat cocok jika saya menjadi seorang

petani.8

Berdasarkan deskripsi setelah dilakukan

bimbingan karier di Pondok Pesantren Darussibyan

maka dapat disimpulkan bahwa bakat, kemampuan,

minat, dan cita-cita santri di Pondok Pesantren

Darussibyan yaitu: pertama, santri sudah memiliki

bakat tersendiri seperti kecerdasan visual,

kecerdasan kinestetik, kecerdasan linguistik, dan

8 Hasil wawancara dengan MS, pada tanggal 14 februari 2019.

Page 96: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

96

kecerdasan naturalis. Kedua, santri sudah memiliki

kemampuan tersendiri seperti menggambar, las

listrik, berpidato, dan menanam. Ketiga santri sudah

memiliki minat tersendiri terhadap seni, teknisi,

penceramah, dan bertani. Dan yang ke empat santri

sudah mempunyai cita-cita tersendiri yaitu menjadi

arsitek, seniman, mekanik, seorang ulama, dan

petani.

B. Hasil Bimbingan Karier Santri

Berdasarkan beberapa hasil deskripsi di atas, maka

pembahasan data penelitian ini diuraikan yaitu:

1. Kemampuan, minat. bakat, dan cita-cita santri

Setelah diberikan nya informasi tentang

bimbingan karier, dalam mengembangkan kemampuan,

minat, bakat, dan juga cita-cita, akhirnya santri mulai

memahami apa itu kemampuan, minat, bakat, dan cita-

cita. Selain itu juga, santri sudah memiliki kemampuan,

minat, bakat, dan cita-cita sendiri.

Page 97: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

97

Tabel 4.3

Kemampuan, Minat, Bakat, dan Cita-Cita Santri

setelah melaksanakan Bimbingan Karier.

NO Nama

Responden

Bakat Kemampuan Minat Cita-

Cita

1 S Kecerdasan

spatial

Menggambar Pelukis Arsitek

2 SH Kercerdasan

visual

Menggambar Pelukis Seniman

3 B Kecerdasan

kinestetik

Las listrik Teknisi Mekanik

4 H Kecerdasan

linguistik

Berpidato Penceramah Ulama

5 MS Kecerdasan

naturalis

Menanam Bertani Petani

Berdasarkan hasil dari pelaksanaan bimbingan karier

di Pondok Pesantren Darussibyan, santri sudah mengetahui

kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang ada pada dirinya

sendiri. Santri menjadi mengetahui tentang informasi

bimbingan karier dan pemahaman diri mereka mengenai

kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang mereka miliki

masing-masing. Sehingga mereka mampu merencanakan

karier mereka dimasa depan, meski hasilnya belum maksimal

namun sudah sangat baik untuk membantu santri

merencanakan karier di masa depannya.

Page 98: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

98

Pelaksanaan bimbingan karier di Pondok Pesantren

Darussibyan berjalan dengan baik, peneliti membantu santri

dalam mempersiapkan rencana masing-masing untuk memilih

jurusan atau pekerjaan, sehingga santri dapat memahami

dirinya juga dapat mengambil keputusan yang tepat dan

melanjutkan pekerjaan atau mengambil jurusan berdasarkan

kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita. Karena dalam

pemilihan pekerjaan atau jurusan, itu harus disesuaikan

dengan kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang dimiliki.

C. Analisis Bimbingan Karier Santri

Langkah berikutnya dari hasil penelitian ini adalah

mengelola data dan menganalisis data yang diperoleh dari

wawancara, observasi, dan dokumentasi yang peneliti

dapatkan selama mengadakan penelitian di lapangan.

Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti memperoleh

hasil dari wawancara yang dilakukan kepada lima santri yang

menjadi sampel penelitian pada skripsi peneliti lakukan. Hasil

wawancara dengan santri pada hari rabu tanggal 13 Februari

2019 sampai dengan 15 Februari 2019 pukul 09:00 pagi,

Page 99: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

99

adapun permasalahan yang dialami santri yaitu faktor internal

dan faktor eksternal. Adapun faktor internal yang dialami

oleh santri yaitu santri belum memiliki pemahaman diri

tentang informasi karir yang sesuai dengan kemampuan,

minat, bakat, dan cita-citanya, dan faktor eksternal yang

dialami santri yaitu faktor orangtua yang tidak mampu

membiayai juga terpengaruhi oleh teman untuk menentukan

karir karena teman mengajak untuk sekolah di tempat yang

dia inginkan.

Santri pada awalnya belum memahami informasi

tentang pendidikan dan belum mengetahui kemampuan,

minat, bakat, dan cita-cita yang sesuai dengan yang ia miliki,

namun setelah diberikan pengarahan oleh peneliti santri sudah

mulai memahami informasi tentang pendidikan atau

pekerjaan, dan mulai mencari tahu informasi dengan cara

membuka internet, santri sudah mulai memiliki gambaran

kedepannya untuk melanjutkan pendidikan atau pekerjaan

sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang

dimiliki masing-masing.

Page 100: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

100

Solusi dalam pelaksanaan bimbingan karier yaitu

santri harus mendapatkan bimbingan karier guna memperoleh

pemahaman yang memadai tentang berbagai kondisi

karaktersitik dirinya, baik tentang kemampuan, minat, bakat,

dan cita-cita sebagai kekuatan serta kelemahan yang ada

dalam dirinya. Hal ini diperlukan untuk mengatasi kesulitan-

kesulitan dalam mengambil keputusan karier. Seperti yang

sudah dijelaskan oleh John Holland bahwa perlu

dilakukannya usaha agar pilihan karier seseorang sesuai

dengan kepribadiannya, maka ia akan cocok dan lebih

menikmati pekerjaannya.

Howard Gardner juga memunculkan konsep dalam

teori bakat nya dimana manusia memiliki kecerdasan yang

berbeda-beda, diantaranya pertama, kecerdasan bahasa

(linguistik) yaitu kemampuan mengelola kata dan bahasa

seperti kecerdasan berbicara, mendengarkan dan membaca.

Kedua, kecerdasan logika matematika yaitu kemampuan

menggunakan logika terutama terkait dengan matematika

seperti menyusun sistematika. Ketiga, Kecerdasan musik,

Page 101: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

101

yaitu kemampuan menciptakan musik. Keempat, kecerdasan

kinestetik yaitu kemampuan mengendalikan gerak tubuh

seperti seniman, penari, dan penjahit. Kelima, kecerdasan

spatial adalah kemampuan yang berkaitan dengan persepsi

visual, seperti arsitek, pelukis, dan design grafis. Keenam,

kecerdasan interpersonal, yaitu kemampuan berhubungan dan

memahami orang seperti kemampuan memimpin,

kemampuan berempati. Ketujuh, kecerdasan intrapersonal

yaitu kemampuan memahami diri sendiri. Kedelapan,

kecerdasan naturalistik yaitu kemampuan memahami unsur

dalam lingkungan alam . Dan yang terakhir kesembilan, yaitu

kecerdasan eksistensial, yaitu kemampuan dan kepedulian

terhadap isi moral, Tuhan.

Berdasarkan teori bakat Howard Gardner yang sudah

dijelaskan di atas bahwa santri sudah memiliki kecerdasan

yang berbeda-beda diantaranya pertama santri memiliki

kecerdasan spatial. Kedua, santri sudah memiliki keceradsan

kinestetik. Ketiga santri sudah memiliki kecerdasan linguistik,

dan yang keempat santri sudah memiliki kecerdasan naturalis.

Page 102: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

102

Berdasarkan hasil deskripsi data terkait tentang kendala-

kendala yang dihadapi santri dalam pengembangan

kemampuan, minat, dan bakat ada beberapa yang perlu

dibahas yaitu:

Pertama. tidak adanya tenaga kerja bagian konselor

dalam membimbing dan mengarahkan para santri untuk

memberikan informasi mengenai karier. Sehingga santri

bingung dalam mengembangkan kemampuan, minat bakat

dan cita-citanya.

Kedua, pemimpin pondok pesantren hanya

mengajarkan ilmu agama saja kepada para santrinya.

Ketiga, kurangnya dukungan dari orang tua dan

ketidakmampuan dalam hal ekonomi.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan lima

santri dijelaskan bahwa kemampuan ,minat, bakat, dan cita-

cita perencanaan karier santri yang pada awalnya tidak

memahami kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang

mereka miliki, setelah diberikan informasi mengenai

bimbingan karier oleh peneliti santri sudah mulai memahami

Page 103: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

103

tentang informasi karier, meski hasilnya belum maksimal

namun sudah sangat baik untuk membantu para santri.

Tabel 4.4

Sebelum dan Sesudah Melakukan Bimbingan Karier pada

Santri

Sebelum Bimbingan Karier Sesudah Bimbingan Karier

No Nama

Responden B K M C B K M C

1 S Belum

tahu

Belu

m

tahu

Belu

m

tahu

TNI Kecerdas

an spatial

Meng

gamb

ar

Peluk

is

Arsite

k

2 SH Belum

tahu

Belu

m

tahu

Belu

m

tahu

Dokt

er

Kecerdas

an visual

Meng

gamb

ar

Peluk

is

Senim

an

3 B Belum

tahu

Las

listri

k

Belu

m

tahu

Meka

nik

Kecerdas

an

kinestetik

Las

listrik

Tekni

si

Mekan

ik

4 H Belum

tahu

Berp

idato

Belu

m

tahu

Ulam

a

Kecerdas

an

linguistik

Berpi

dato

Pence

ramah

Ulama

5 MS Belum

tahu

Men

ana

m

Belu

m

tahu

Arsit

ek

Kecerdas

an

naturalis

Mena

nam

Berta

ni

Petani

Keterangan B: Bakat K: Kemampuan, M: Minat, C: Cita-cita

Berdasarkan hasil deskripsi dan pembahasan data di

atas maka dapat dinyatakan bahwa bimbingan karier sangat

Page 104: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

104

penting diterapkan. Selain itu juga dukungan dari orang tua

berdampak positif bagi pengembangan kemampuan, minat,

bakat, dan cita-cita para santri, serta keridakmampuan

terkait masalah ekonomi yang dialami orang tua sehingga

orang tua memilih untuk tidak menyekolahkan anaknya ke

tingkat yang lebih tinggi, dan memilih untuk masuk

pesantren salafi yang tidak begitu mahal biayanya.

Berdasarkan hasil deskripsi dan pembahasan data di

atas bahwa bimbingan karier sangat penting diterapkan di

Pondok Pesantren Darussibyan, dikarnakan para santri tidak

terarahkan dalam mengembangkan dan mengetahui

kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang terdapat pada

diri mereka. Jika bimbingan karier diterapkan maka para

santri bisa memantapkan pemahaman diri terhadap karier

yang hendak dikembangkan, memiliki pencapaian dalam

meraih keberhasilan atau cita-cita dan yang paling penting

mengenali kemampuan, minat, bakat, karena keberhasilan

atau kenyamanan dalam suatu karier sangat dipengaruhi

oleh kemampuan, minat, bakat dan cita-cita yang dimiliki.

Page 105: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

105

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bimbingan karier adalah kegiatan bimbingan yang

diberikan kepada santri untuk memilih, menyiapkan diri,

mencari, dan menyesuaikan diri terhadap karier yang sesuai

dengan kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita. Jadi

bimbingan karier sebagai suatu proses diharapkan mampu

menciptakan sikap kemandirian santri dalam menentukan

arah pilih karier yang sesuai dengan keadaan dirinya serta

sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti,

di Pondok Pesantren Darussibyan mengenai pelaksanaan

bimbingan karier terhadap santri di Kecamatan Cadasari

Kabupaten Pandeglang, dapat dijelaskan bahwa kondisi awal

santri sebelum melaksanakan bimbingan karier yaitu: pertama

santri belum mengetahui informasi mengenai bimbingan

karier, kedua santri belum tahu kemampuan, minat, bakat,

Page 106: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

106

yang ada pada dirinya. Pelaksanaan bimbingan karier

dilaksanakan menggunakan bimbingan kelompok. Bimbingan

kelompok adalah bimbingan yang dilaksanakan secara

langsung bertatap muka dengan santri, dengan membentuk

kelompok guna menyelesaikan masalah dari tiap-tiap santri

yang ada dengan tahap-tahap kegiatan yang ada di bimbingan

kelompok.

Berdasarkan hasil deskripsi dan pembahasan di atas,

maka dapat dijelaskan bahwa bakat, kemampuan, minat, dan

cita-cita santri di Pondok Pesantren Darussibyan yaitu:

Pertama, santri sudah memiliki bakat tersendiri yaitu

kecerdasan spatial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan

linguistik, dan kecerdasan naturalis. Kedua, santri sudah

memiliki kemampuan tersendiri seperti menggambar, las

listrik, berpidato, dan menanam. Ketiga, santri sudah

memiliki minat tersendiri terhadap pelukis, teknisi,

penceramah, dan bertani. Dan yang ke empat, santri sudah

Page 107: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

107

mempunyai cita-cita tersendiri yaitu menjadi arsitektur,

seniman, mekanik, seorang ulama, dan petani.

Kendala yang dihadapi santri yaitu faktor internal dan

eksternal, adapun faktor internal yang dialami santri yaitu

belum memiliki pemahaman diri tentang informasi karier

yang sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita,

dan faktor eksternal yang dialami oleh santri yaitu faktor

ekonomi keluarga.

Dilihat penting atau tidak bimbingan karier diterapkan

di Pondok Pesantren Darussibyan, dapat dijelaskan bahwa

bimbingan karier sangat penting diterapkan karena dengan

adanya bimbingan karier maka dapat membina para santri

dalam mempersiapkan masa depan dan membantu para santri

untuk mengerti dan menerima gambaran tentang diri mereka,

sehingga dapat memilih bidang yang sesuai dengan

kemampuan, minat, dan cita-cita mereka.

Page 108: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

108

B. Saran

Berdasarkan hasil dari deskripsi dan pembahasan data

di atas bahwa bimbingan karier sangat penting diterapkan di

Pondok Pesantren Darussibyan, dikarnakan para santri tidak

terarahkan dalam mengembangkan dan mengetahui

kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang terdapat dalam

diri mereka. Jika bimbingan karier diterapkan maka para

santri bisa memantapkan pemahaman diri terhadap karier

yang hendak dikembangkan, memiliki pencapaian dalam

meraih keberhasilan atau cita-cita dan yang paling penting

mengenal kemampuan, minta, bakat, dan cita-cita, karena

keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karier sangat

dipengaruhi oleh kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang

dimiliki.

Bimbingan karier sangat menentukan masa depan,

sehingga bimbingan karier sangat penting bagi semua orang.

Oleh karena itu, bimbingan karier sebaiknya diperkenalkan

sejak dini. Sehingga nantinya setiap santri mempunyai

gambaran tentang kariernya di masa depan.

Page 109: BAB I PENDAHULUANrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/Skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal

63