bab i pendahuluanrepository.uinbanten.ac.id/3850/3/skripsi wita.pdf · 4 jabatan itu dengan apa...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa sekarang dan masa yang akan datang
menghadapi masalah yang besar, yaitu bagaimana
mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan yang diharapkan.
Masalah ini semakin dirasakan karena pertumbuhan lapangan
kerja tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk.
Masalah lain yang tidak jarang dihadapi sehubungan
dengan pekerjaan ini adalah masih banyak orang yang telah
diterima pekerjaannya justru merasa pekerjaan itu tidak sesuai
dengan kemampuan, minat, bakat, dan cita-citanya. Sehingga
tidak jarang ada di antaranya yang tidak mampu
melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan yang sudah
dipercayakan kepadanya dengan baik. Sudah tentu keadaan
seperti itu sangat merugikan tidak saja bagi lapangan kerja
yang bersangkutan tetapi juga bagi individu itu sendiri.
2
Karier adalah pekerjaan, profesi. Seseorang akan
bekerja dengan senang hati dan penuh kegembiraan apabila
apa yang dikerjakan itu memang sesuai dengan keadaaan
dirinya, kemampuannya, dan minatnya. Sebaliknya, apabila
seseorang bekerja tidak sesuai dengan apa yang ada dalam
dirinya maka dapat dipastikan ia akan kurang bergairah dalam
bekerja, kurang senang, dan kurang tekun. Agar seseorang
dapat bekerja dengan baik, senang, dan tekun, diperlukan
adanya kesesuaian tuntutan dari pekerjaan atau jabatan itu
dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.
Untuk mengarah ke hal tersebut, diperlukan bimbingan secara
baik dan hal tersebut merupakan salah satu tugas dari
pembimbing untuk mengarahkannya. Dengan demikian,
jelaslah apa sebenarnya bimbingan karier itu.1
Bimbingan karier merupakan upaya bantuan terhadap
individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya,
mengenal dunia kerjanya, dan mengembangkan masa
depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang
1 Bimo Walgito, Bimbingan dan konseling ( studi dan karier),
(Yogyakarta: C.V Andi OFFSET, 2010), p. 201
3
diharapkan. Lebih lanjut dengan layanan bimbingan karier,
individu mampu menentukan dan mengambil keputusan
secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang
diambilnya sehingga mampu mewujudkan dirinya secara
bermakna.2
Selain itu pengertian bimbingan karier tetapi lebih
simple yakni bimbingan karier adalah bimbingan yang
membantu santri dalam menghadapi dan menyelesaikan
masalah-masalah yang menyangkut karier tertentu.3
Seseorang akan bekerja dengan senang hati dan penuh
kegembiraan apabila apa yang dikerjakan itu memang sesuai
dengan keadaan dirinya, kemampuannya, dan minatnya.
Sebaliknya, apabila seseorang bekerja tidak sesuai dengan apa
yang ada dalam dirinya maka dapat dipastikan ia akan kurang
bergairah dalam bekerja, kurang senang, dan kurang tekun.
Agar seseorang dapat bekerja dengan baik, senang, dan tekun,
diperlukan adanya kesesuaian tuntutan dari pekerjaan atau
2 Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam berbagai
latar kehidupan, (Bandung: PT Refika Adit ama, 2014), p.16-17 3 Drs. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah
Berbasis Integrasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), p.134
4
jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang
bersangkutan.4 Untuk mengarahkan seseorang ke hal tersebut,
diperlukan suatu bimbingan karier untuk mengarahkannya.
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama
pendidikan Islam tradisional dimana siswanya tinggal
bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang (atau lebih)
guru yang lebih dikenal dengan sebutan “kyai”. Asrama
untuk para santri berada dalam lingkungan komplek pesantren
di mana kyai bertempat tinggal yang juga menyediakan
sebuah masjid untuk beribadah, ruangan untuk belajar dan
kegiatan-kegiatan keagamaan lain.5
Santri merupakan orang yang mendalami agama Islam
atau orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh. 6 Santri
merupakan elemen penting dalam suatu lembaga pesantren.
Menurut tradisi pesantren, santri terdiri dari dua yaitu santri
mukim dan santri kalong. Santri mukim, yaitu murid-murid
yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam
4 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (studi & karier),...... p.
201 5 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, ( Jakarta: LP3ES, anggota
Ikapi, 2015), p.79-80 6 KBBI, p.997
5
kelompok pesantren. sedangkan santri kalong, yaitu murid-
murid yang berasal dari desa-desa di sekitar pesantren,
biasanya tidak menetap dalam pesantren.7
Pelaksanaan kegiatan bimbingan karier dilaksanakan
menggunakan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok
adalah bimbingan yang dilakukan secara kelompok terhadap
sejumlah individu sekaligus sehingga beberapa orang atau
individu sekaligus dapat menerima bimbingan yang
dimaksud.8 Pelaksanaan bimbingan karier dilakukan terhadap
beberapa santri yang mempunyai kemampuan atau bakat yang
sama secara bersama-sama dengan cara dilakukan
pengelompokkan, kemudian diberi pengarahan oleh
pembimbing pada suatu keterampilan dan kemampuan agar
siap terjun ke masyarakat.9
Bimbingan kelompok yang diadakan di Pondok
Pesantren Darussibyan merupakan bimbingan yang diberikan
kepada santri secara berkelompok. Dimana pembimbing
7 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren,.... p. 88-89
8 Siti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung: PT
Refika Aditama,2009), p.4 9 Mastuki, Manajemen Pondok Pesantren...,p.161-162
6
bertanggung jawab terhadap beberapa santri, termasuk
memberikan arahan dan tuntunan kepada santri dalam
membantu santri memilih karir sesuai dengan kemampuan,
minat, bakat, dan cita-cita yang dimilikinya masing-masing.
Penyelenggaraan bimbingan karier di pesantren
memang perlu diadakan, khususnya dalam rangka
mempersiapkan pilihan pekerjaan/ profesi bagi santri setelah
meninggalkan pesantren. Bimbingan karier di pesantren
dimaksudkan agar bakat para siswa/santri memang betul-betul
terarahkan dan pembimbing harus mengetahui bakat para
siswa/santrinya dengan cara menjalin komunikasi antara
siswa/santrinya. Jika seorang pembimbing sudah mengetahui
bakat siswa/santrinya, dan bakat tersebut bisa berkembang,
pembimbing harus memberi arahan yang tepat agar bisa
maksimal dalam mencapai cita-cita yang diharapkan.10
Dalam penelitian yang penulis lakukan ini adalah
bimbingan karier santri yang diberikan pembimbing guna
mengetahui atau memahami akan keadaan dirinya,
10
Shulton Masyhud dkk, Manajemen Pondok Pesantren, ( Jakarta:
Diva Pustaka, 2003), p. 159-160
7
kemampuan, minat, bakat, cita-cita, dunia kerja, dan
menyelesaikan masalah yang menyangkut karier.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka
didapatkan beberapa rumusan permasalahan, yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimana pemahaman santri sebelum bimbingan karier
di Pondok Pesantren Darussibyan?
2. Bagaimana pelaksanaan bimbingan karier di Pondok
Pesantren Darussibyan?
3. Apa hasil bimbingan karier di Pondok Pesantren
Darussibyan?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada berbagai tujuan yang akan
dicapai oleh penulis, yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman santri sebelum
bimbingan karier di Pondok Pesantren Darussibyan?
8
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan
karier di Pondok Pesantren Darussibyan.
3. Untuk mengetahui bagaimana hasil bimbingan karier di
Pondok Pesantren Darussibyan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang
terbagi menjadi berikut:
1. Manfaat Teoritis
Bimbingan Karier ini sangat penting untuk
diberikan kepada para santri dengan alasan sangat
bermanfaat untuk membantu individu dalam perencanaan,
pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karier
seperti: pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas
kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri,
pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan
pengembangan karier, perbaiki pekerjaan, dan pemecahan
masalah-masalah karier yang bertentangan. Bimbingan
karier juga dapat memberikan nilai-nilai pribadi dan sosial
kepada individu.
9
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan agar santri dapat
merencanakan kesesuaian antara karier yang diinginkan
dengan bakat, minat, cita-cita, dan kemampuannya agar
dapat memilih karier yang sesuai dengan apa yang
diminatinya.
E. Tinjauan Pustaka
Pertama, skripsi dengan judul “Layanan Bimbingan
Karier dalam Meningkatkan Perencanaan Karier Siswa Kelas
XI MIA 3 di Madrasah Aliyah Negeri 3 Medan” oleh
Rosalina Rambe Jurusan Bimbingan Konseling Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara. Skripsi ini membahas tentang
Layanan bimbingan karier dalam meningkatkan perencanaan
karier siswa.11
Kedua, skripsi dengan judul “Urgensi Bimbingan
Karier Pada Santri Dalam Mengembangkan Bakat Dan
11
Rosalina Rambe, “Layanan Bimbingan Karier dalam
Meningkatkan Perencanaan Karier Siswa Kelas XI MIA 3 di Madrasah Aliyah
Negeri 3 Medan” (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara, 2018)
10
Minat” oleh Wirdatus Sa’adah jurusan Bimbingan dan
Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Ar-raniry Banda Aceh. Skrispi ini
membahas tentang urgensi bimbingan karier santri dalam
mengembangkan bakat dan minat.12
Ketiga, Skripsi ini dengan judul” Pelaksanaan
Layanan Bimbingan Karier pada Siswa Kelas XII di SMK
Negeri 2 Purwokerto” oleh Wahyu Nindi Cendekia jurusan
Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah Universitas
Agama Islam Negeri Purwokerto. Skripsi ini membahas
tentang pelaksanaan layanan bimbingan karier pada siswa
SMK kelas XII.13
F. Kerangka Teori
1. Bimbingan karier
Bimbingan karier merupakan usaha untuk
mengetahui dan memahami diri, memahami apa yang ada
12
Wirdatus Sa’adah, Urgensi Bimbingan Karier Pada Santri Dalam
Mengembangkan Bakat Dan Minat, ( Skripsi Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Ar-raniry Banda Aceh,2018) 13
Wahyu Nindi Cendekia, Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir
pada Siswa SMK Kelas XII di SMK Negeri 2 Purwokerto, (Skripsi Fakultas
Dakwah, Universitas Agama Islam Negeri Purwokerto, 2018)
11
dalam diri sendiri dengan baik, serta untuk mengetahui
dengan baik pekerjaan apa saja yang ada dan persyaratan
apa yang dituntut untuk pekerjaan itu. Selanjutnya, siswa
dapat memadukan apa yang dituntut oleh suatu pekerjaan
atau karier dengan kemampuan atau potensi yang ada
dalam dirinya.14
Selain itu bimbingan karier yaitu bimbingan untuk
membantu individu dalam perencanaan, pengembangan
dan pemecahan masalah-masalah karier seperti:
pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja,
pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman
kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan
karier, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-
masalah karier yang dihadapi. Bimbingan karier juga
merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan
individu sebagai bagian integral dari program pendidikan.
Bimbingan karier terkait dengan perkembangan
kemampuan kognitif, afektif, maupun keterampilan
14
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Studi Dan Karier.., p.203
12
individu dalam mewujudkan konsep diri yang positif,
memahami proses pengambilan keputusan, maupun
perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang akan
membantu dirinya memasuki sistem kehidupan sosial
budaya yang terus-menerus berubah. 15
Bimbingan karier dapat diartikan sebagai suatu
proses kegiatan terus menerus di dalam pemilihan dan
penyesuaian pekerjaan dimulai dari pengetahuan tentang
diri, perkembangan diri (self concept) dan pemahaman
dunia kerja. Di samping itu individu bisa mengetahui
berbagai hambatan yang mungkin timbul dalam hal ini
akan membawa individu ke dalam suatu keberhasilan.16
Bimbingan karier di pesantren dapat diartikan
sebagai suatu proses kegiatan yang berlangsung secara
terus-menerus dalam rangka pemilihan dan penyesuaian
pekerjaan para santri yang dimulai dari pengetahuan dan
pemahaman tentang diri (kemampuan bakat, minat, dan
15
Syamsu Yusuf A Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan
Konseling ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), p.11-12. 16
Shulton Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren...,p. 158
13
karakteristik lainnya), perkembangan diri, (self concept),
dan pemahaman dunia kerja yang memungkinkan
dimasuki para santri (sesuai dengan karakteristik yang
dimiliki).17
Jadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan karier
merupakan suatu proses bantuan, layanan, dan pendekatan
terhadap santri, agar dapat mengenal dirinya, memahami
dirinya, dan mengenal dunianya, merencanakan masa
depan dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan
untuk menentukan pilihannya dan mengambil suatu
keputusan bahwa keputusannya tersebut adalah yang
paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya sendiri.
a. Tujuan Bimbingan Karier
Bimbingan karier bertujuan membantu individu
menyusun dan merencanakan kehidupannya yang akan
datang. Secara rinci tujuan bimbingan karier adalah
sebagai berikut:
17
Shulton Masyhud dkk, Manajemen Pondok Pesantren,...p.158.
14
1) Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama
yang berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya,
mengenai kemampuan, minat, bakat, dan cita-citanya.
2) Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada dalam
dirinya dan yang ada dalam masyarakat.
3) Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang
berhubungan dengan potensi yang ada dalam dirinya,
mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihan yang
diperlukan bagi suatu bidang tertentu, memahami
hubungan usaha dirinya yang sekarang dengan masa
depannya.
4) Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul
yang disebabkan oleh dirinya sendiri dan faktor
lingkungan serta mencari jalan untuk dapat mengatasi
hambatan-hambatan tersebut.
5) Individu dapat merencanakan masa depannya serta
menemukan karier dan kehidupannya yang serasi, yang
sesuai.18
18
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (studi dan karier),
(Yogyakarta: Andi, 2004), p.195.
15
Jadi, tujuan bimbingan karier yaitu membantu
individu untuk mengatur hidupnya sendiri,
mengembangkan kepribadiannya sesuai dengan potensi-
potensi yang dimilikinya, merencanakan masa depannya,
serta membantu pengenalan diri sendiri dalam pemilihan
jurusan atau pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan,
minta, bakat, dan cita-citanya.
b. Fungsi Bimbingan Karier
Bimbingan karier perlu dan penting diberikan
kepada siswa/santri, baik siswa SMP dan terlebih lagi
siswa SMA. Adapun fungsinya menurut Bimo Walgito
adalah:
1) Para siswa/santri di tingkat SMA pada akhir semester
2 perlu menjalani pemilihan program studi atau
jurusan. Walaupun ada kata “memilih”, namun
sebenarnya telah adanya batas tertentu dalam
pengambilan program karena ada persyaratan yang
terkait dengan prestasi akademik dari siswa atau
santri yang bersangkutan. Penjurusan itu jelas akan
16
menentukan masa depan siswa. Dalam pemilihan ini,
diperlukan kecermatan, serta perhitungan yang matang
dan tepat. Oleh karena itu, santri memerlukan adanya
bimbingan.
2) Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua siswa
atau santri yang tamat dari SMA atau pesantren akan
melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.
Siswa/santri yang akan langsung terjun ke dunia kerja
tentu memerlukan bimbingan konseling karier ini agar
siswa/santri dapat bekerja dengan senang.
3) Para siswa atau santri sedang berada dalam masa
remaja yang merupakan masa peralihan dari masa
anak ke masa dewasa. Pada umumnya, mereka belum
dapat mandiri sehingga masih memerlukan bantuan
dari orang lain untuk menuju kemandirian.
Sehubungan dengan itu, mereka memerlukan
bimbingan, termasuk bimbingan karier untuk
menyiapkan kemandirian dalam hal pekerjaan.19
19
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling ( studi & karier).(
Yogyakarta: C.V Andi OFFSET, 2010), p. 204
17
Jadi, fungsi bimbingan karier membantu santri
dalam mengenal dan mengembangkan potensi karier
yang dimilikinya. Selain itu, bimbingan karier
memiliki manfaat yang dirasakan oleh klien dalam
mengarahkan diri dan menciptakan kemandirian
dalam memiliki karier yang sesuai dengan
kemampuan, minat, bakat, dan cita-citanya.
2. Kemampuan
Kemampuan adalah “sesuatu yang benar-benar
dapat dilakukan oleh seseorang.20
Kemampuan atau ability merujuk ke suatu
kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas
dalam suatu pekerjaan. Itulah penilaian dewasa ini akan
apa yang dapat dilakukan seseorang. Seluruh kemampuan
seorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua
faktor, kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.21
20
Najib Khalid al-Amir, Mendidik Cara Nabi SAW, ( Bandung:
Pustaka Hidayah, 2002), p. 166 21
Stephen Robbins, Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi edisi kelima,
( Jakarta: Erlangga, 2002), p.46
18
Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan
berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa,
sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya,
mempunyai harta berlebihan). kemampuan adalah suatu
kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang
dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan. Menurut Chaplin ability ( kemampuan,
kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan
tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan.
Sedangkan menurut Robbins kemampuan bisa merupakan
kesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil
latihan atau praktek.22
Kemampuan juga bisa disebut dengan kompetensi.
Kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris
“competence” yang berarti ability, power, authority, skill,
knowledge, dan kecakapan, kemampuan serta wewenang.
Jadi kata kompetensi dari kata competent yang berarti
memiliki kemampuan dan keterampilan dalam bidangnya
22
Sriyanto, Pengertian Kemampuan, (23 Desember 2010).
http://ian43.wordpress.com/2010/12/23/pengertian-kemampuan/
19
sehingga ia mempunyai kewenangan atau atoritas untuk
melakukan sesuatu dalam batas ilmunya tersebut.23
3. Bakat
Dalam kamus besar bahasa indonesia ( KBBI),
kata bakat diartikan sebagai kepandaian, sifat dan
pembawaan yang dibawa sejak lahir.24
Sedangkan dalam
bahasa inggris, bakat sering digambarkan dengan kata
“talent” yang berarti kemampuan alami seseorang yang
luar biasa akan sesuatu hal atas kemampuan seseorang
yang diatas rata-rata kemampuan orang lain akan sesuatu
hal.25
Secara bahasa (etimologi), kata “bakat” dalam
kamus bahasa indonesia berarti bekas, kesan, tanda-tanda
(bekas luka).26
Menurut Dewa Ketut Sukardi bahwa: “secara
biologis bahwa bakat itu sedikit banyak diturunkan dari
23
Suja’i, Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab, ( Semarang: Walisongo
Press, 2008), p. 14 24
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa, Edisi Keempat ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), p.
122 25
Andin Sefrina, Deteksi Minat Bakat Anak ( Yogyakarta: Media
Pressindo, 2013), p.29. 26
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia ( Jakarta:
Balai Pustaka, 1999), p.78
20
satu individu pada individu yang lainnya, yang dinamakan
bakat sebenarnya adalah “aptitude”. Bakat sebagai
aptitude biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan
yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan
atau dilatih. Bakat sebagai suatu kondisi pada diri
individu yang dengan suatu latihan khusus
memungkinkan mencapai suatu kecakapan, pengetahuan
dan keterampilan khusus. Kemampuan bawaan
(keturunan) ini agar dapat berkembang secara optimal
perlu adanya pengembangan dan latihan tertentu dan juga
banyak dipengaruhi oleh faktor keluarga, lingkungan, dan
nilai-nilai.27
Jadi, bakat merupakan suatu kondisi yang dimiliki
individu yang memungkinkan individu itu untuk
berkembang pada masa mendatang. Setiap orang memiliki
bakat hanya jika tidak dikembangkan maka bakat tersebut
akan hilang, bahkan sebagian orang tidak menyadari jika
memiliki bakat dikarnakan tidak dikembangkan.
27
Dewa Ketut Sukardi, Analisis Tes Psikologis ( Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1997), p.106
21
a. Teori bakat Howard Gardner
Teori bakat Howard Gardner memunculkan konsep
dimana manusia memiliki kecerdasan yang berbeda-
beda, diantaranya adalah:
1) Kecerdasan bahasa (linguistic), yaitu kemampuan
mengelola kata dan bahasa.
2) Kecerdasan logika matematika (mathematical),
yaitu kemampuan menggunakan logika terutama
terkait dengan matematika.
3) Kecerdasan musik (musikal), yaitu kemampuan
menciptakan musik.
4) Kecerdasan kinestetik (kinesthetic), yaitu
kemampuan mengendalikan gerak tubuh.
5) Kecerdasan ruang bidang (spatial), yaitu
kemampuan yang berkaitan dengan persepsi
visual.
6) Kecerdasan interpersonal, yaitu kemampuan
berhubungan dan memahami orang.
22
7) Kecerdasan intrapersonal, yaitu kemampuan
memahami diri sendiri.
8) Kecerdasan naturalistik, yaitu kemampuan
memahami unsur dalam lingkungan alam.
9) Kecerdasan eksistensial, yaitu kemampuan dan
kepedulian terhadap isu moral, Tuhan.28
4. Minat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
minat berarti kecendrungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu, diartikan pula sebagai gairah atau keinginan.
Sedangkan dalam bahasa inggris, minat sering
digambarkan dengan kata-kata “interest” atau “passion”.
Interest bermakna suatu perasaan ingin memperhatikan
dan penasaran akan sesuatu hal, sedangkan “passion”
sama maknanya dengan gairah atau suatu perasaan yang
kuat atau anusiasisme terhadap suatu objek.29
28
Chaerul Anwar, “Sistem Pemilihan Program Studi Berdasarkan
Bakat, Minat dan Kecerdasan Calon Mahasiswa yang Berbasis Online,”
(Makalah Seminar Nasional Sains dan Teknologi, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Jakarta, 2017), p. 3-4. 29
Andin Sefrina, Deteksi Minat Bakat Anak ( Yogyakarta: Media
Pressindo, 2013), p.27
23
Menurut Dewa Ketut bahwa suatu kegiatan akan
berjalan dengan baik dan lancar apabila ada minat yang
timbul karena adanya kebutuhan. Dengan adanya
kebutuhan, maka timbulah motivasi yang disebabkan
adanya minat yang besar terhadap sesuatu yang
mengandung arti, bernilai tinggi bagi orang itu karena ia
akan memenuhi dirinya dengan terpenuhinya kebutuhan ia
akan merasa senang.30
5.Cita-cita
Cita-cita menurut KBBI adalah keinginan
(kehendak) yang selalu ada didalam pikiran, berkeinginan
sungguh-sungguh.
Semua orang mempunyai cita-cita menjadi apa
yang diinginkan. Cita-cita bukan hanya terkait dengan
sebuah profesi namun lebih dari itu cita-cita adalah
sebuah tujuan hidup. Seperti ada seseorang yang bercita-
cita ingin memiliki harta banyak, menjadi orang terkenal,
30
Dewa Ketut Sukardi, Analisis Tes Psikologi ( Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1997) p.83
24
mempunyai prestasi yang bagus dan segudang cita-cita
lainnya.
Cita-cita merupakan harapan, keinginan, impian
yang ingin diraih serta dicapai seseorang dimasa yang
akan datang. Seorang yang memiliki cita-cita pastilah
memiliki semangat serta motivasi untuk meraih dan
menggapai apa yang ia cita-citakan.
Adapun teori tentang bimbingan karir yaitu:
6. Teori Kepribadian Holland
Teori tipe kepribadian (Personality Type Theory)
dikemukakan oleh John Holland yang menjelaskan bahwa
perlu dilakukan suatu usaha agar pilihan karier seseorang
sesuai dengan kepribadiannya. Menurut Holland begitu
orang menemukan karier yang sesuai dengan
kepribadiannya, ia akan lebih menikmati pekerjaan
tersebut dan bekerja di bidang tersebut lebih lama dari
pada orang yang bekerja di bidang yang tidak cocok
dengan kepribadiannya.31
31
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,
(Jakarta: PT Gramedia, 1991), p. 636-637
25
Dalam buku Ruslan A. Gani berjudul Bimbingan
karier, dijelaskan bahwa Holland menyusun teori
kariernya terdiri atas sebelas pikiran, yaitu:
a. Pemilihan suatu jabatan adalah merupakan
penyesuaian kepribadian seseorang.
b. Inventory minat merupakan inventory kepribadian
c. Stereotipe vokasional mempunyai makna psikologis
dan sosiologis yang penting dan dapat dipercaya.
d. Individu-individu dalam suatu jabatan atau pekerjaan
memiliki kepribadian yang serupa.
e. Mereka akan menanggapi berbagai situasi dan
masalah dengan cara yang serupa dan membentuk
lingkungan kerja.
f. Kepuasan, kemantapan dan hasil kerja tergantung atas
kongruensi antara kepribadian individu dengan
lingkungan kerja.
g. Pengetahuan kita tentang kehidupan vokasional tidak
tersusun dan sering kali terpisah dari batang tubuh
pengetahuan psikologi dan sosiologi.
26
h. Masyarakat modern saat ini kebanyakan dapat
digolongkan ke dalam salah satu dari enam tipe yaitu
realistik, intelektual, sosial, konvensional, usaha, dan
artistik.
i. Seseorang mencari lingkungan dan jabatan yang dapat
melaksanakan kemauan, keterampilan, menyatakan
sikap, dan nilai yang mereka setujui.
j. Terdapat enam jenis lingkungan, masing-masing
dilakukan oleh salah satu tipe kepribadian tertentu.
k. Prilaku seseorang dapat diterapkan melalui bagaimana
interaksi pola kepribadian dengan lingkungannya.
1) Kegiatan bimbingan karier dilaksanakan menggunakan
bimbingan kelompok
Bimbingan kelompok adalah bimbingan yang
dilakukan secara kelompok terhadap sejumlah individu
sekaligus sehingga beberapa orang atau individu sekaligus
dapat menerima bimbingan yang dimaksud.32
32
Siti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung: PT
Refika Aditama,2009), p.4
27
Selain itu imbingan kelompok adalah layanan
bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok.
Gadza mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di
sekolah/pesantren merupakan kegiatan informasi kepada
sekelompok peserta didik untuk membantu mereka
menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Gadza juga
menyebutkan bahwa bimbingan kelompok
diselenggarakan untuk memberikan informasi yang
bersifat personal, vokasional, dan sosial.33
Menurut Hartinah di dalam kegiatan bimbingan
kelompok terdapat empat tahapan diantaranya yaitu:
1. Tahap Pembentukan
Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling
memperkenalkan diri, penjelasan pengertian dan
tujuan yang ingin di capai dalam kelompok oleh
pemimpin kelompok.
33
Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (
Jakarta: Rineka Cipta, 2009
28
2. Tahap Peralihan
Pada tahap peralihan pemimpin kelompok harus
berperan aktif membawa suasana, keseriusan dan
keyakinan anggota kelompok dalam mengikuti
kegiatan bimbingan kelompok.
3. Tahap inti
Tahap inti merupakan tahap pembahasan masalah-
masalah yang akan dibahas dalam bimbingan
kelompok.
4. Tahap Pengakhiran
Dalam tahap pengakhiran merupakan akhir dari
seluruh kegiatan bimbingan kelompok. Pada tahap ini
anggota kelompok mengungkapkan kesan dan pesan
dan evaluasi akhir terhadap kegiatan bimbingan
kelompok.34
Jadi, bimbingan kelompok dilakukan untuk
membantu siswa memecahkan masalah melalui kegiatan
kelompok. Masalah yang dipecahkan bersifat kelompok,
34
A, Hallen, Bimbingan dan Konseling. Edisi Revisi, (Jakarta:
Quantum Teaching, 2005), p. 132
29
yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok atau oleh
individu sebagai anggota kelompok. Penyelenggaraan
bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memecahkan
masalah bersama atau membantu individu dalam bingkai
kelompok.35
7.Konsep Santri dan Pesantren.
a. Pengertian Santri
Santri adalah peserta didik yang belajar atau
menuntut ilmu di pesantren.36
Selain itu santri adalah
para siswa yang mendalami ilmu-ilmu agama di
pesantren baik dia tinggal di pondok maupun pulang
setelah selesai waktu belajar. Menurut tradisi
pesantren, santri terdiri dari dua:
1) Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari
daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok
pesantren.
35
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Berbasis Integrasi),
(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2013), p. 273 36
Abdul Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren (Yogyakarta:
PT,LKIS Printing Cemerlang, 2013), p. 39.
30
2) Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari
desa-desa di sekitar pesantren, biasanya tidak
menetap dalam pesantren.37
Manfed Ziemek mengklasifikasikan
istilah”santri” ini ke dalam dua kategori, yaitu “santri
mukim”dan “santri kalong”. Santri mukim adalah
santri yang bertempat tinggal di pesantren, sedangkan
santri kalong adalah santri yang bertempat tinggal di
luar pesantren yang mengunjungi pesantren secara
teratur untuk belajar agama.38
a) Pengertian Pesantren
Muchtar Buchori berpendapat bahwa pesantren
adalah bagian dari stuktur internal pendidikan Islam di
Indonesia yang diselenggarakan secara tradisional
Islam sebagai cara hidup. Sementara itu, Amin
Abdullah mendeskripsikan, bahwa dalam berbagai
variasinya, dunia pesantren merupakan pusat
37
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren...,P. 89 38
Abdul Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren, (Yogyakarta:
PT,LKIS Printing Cemerlang, 2013), p. 40.
31
persemaian, pengamalan dan sekaligus penyebaran
ilmu-ilmu keIslaman.39
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah
asrama pendidikan Islam tradisional dimana siswanya
tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan
seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan
sebutan “kyai”. Asrama untuk para santri berada
dalam lingkungan komplek pesantren di mana kyai
bertempat tinggal yang juga menyediakan sebuah
masjid untuk beribadah, ruangan untuk belajar dan
kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.40
Penyelenggaraan bimbingan karier di
pesantren memang perlu diadakan, khususnya dalam
rangka mempersiapkan pilihan pekerjaan/ profesi bagi
santri setelah meninggalkan pesantren. Bimbingan
karier di pesantren dimaksudkan agar bakat para
siswa/santri memang betul-betul terarahkan dan
pembimbing harus mengetahui bakat para
39
Abdur Rahman Masud dkk, Dinamika Pesantren dan Madrasah,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), p.51. 40
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren,... P.79-80
32
siswa/santrinya dengan cara menjalin komunikasi
antara siswa/santrinya. Jika seorang pembimbing
sudah mengetahui bakat siswa/santrinya, dan bakat
tersebut bisa berkembang, pembimbing harus
memberi arahan yang tepat agar bisa maksimal dalam
mencapai cita-cita yang diharapkan.41
G. Metodologi Penelitian
Metode penelitian secara umum dapat diartikan
sebagai suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dan
informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan
secara lebih spesifik metode penelitian diartikan sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan
untuk menemukan, mengembangkan, dan membuktikan
suatu fenomena tertentu sehingga nantinya dapat digunakan
untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah
dalam bidang yang relavan.42
41
Shulton Masyhud dkk, Manajemen Pondok Pesantren...,p. 159-160 42
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, ( Bandung: Alfabeta, 2010), cet.10,p.6
33
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode
kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya
eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.43
Sugiyono mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang
digunakan untuk meneliti suatu objek alamiah di mana
peneliti merupakan instrumen kunci.44
Jadi, bentuk
penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian deskriptif kualitatif yang secara umum
43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: ALFABETA,CV, 2017), p. 9 44
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, ( Bandung: Alfabeta, 2010), cet.10, p.9
34
bertujuan untuk menggambarkan tentang bimbingan
karier terhadap santri salafi yang dilaksanakan di Pondok
Pesantren Darussibyan Kecamatan Cadasari Kabupaten
Pandeglang.
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah
penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan
(field research) yaitu penelitian yang data dan
informasinya diperoleh dari kegiatan di kancah (lapangan)
kerja penelitian.45
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi atau tempat yang dijadikan subjek
penelitian dalam penelitian ini yaitu bertempat di Pondok
Pesantren Darussibyan yang beralamat di kampung Batur
lor RT 01 RW 03 Desa Ciinjuk Kecamatan Cadasari
Kabupaten Pandeglang.
45
Supardi, Metodologi Penelitian Ekonomi Bisnis, (Yogyakarta: UII
Press, 2005), p.34
35
Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu
selama kurang lebih tiga bulan, mulai dari bulan
Desember sampai dengan bulan Februari.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah fokus pada santri yang
berusia dewasa awal atau jenjang SMA/sederajat yang
bermukim di Pondok Pesantren Darussibyan yang
berjumlah 5 santri. Objek penelitian ini adalah
pemahaman mengenai informasi karier pada santri.
4. Sumber Data
Dalam jenis penelitian kualitatif, data dapat
diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti melalui hasil
wawancara dengan informan-informan, observasi
langsung di lapangan dan dengan mengumpulkan
dokumen-dokumen atau data-data pendukung yang
berhubungan dengan tema penelitian.46
46
Nasution, Penelitian Kualitatif Naturalistik, (Bandung: Rineka
Cipta, 1996), p.17.
36
Terdapat dua jenis sumber data dalam penelitian,
yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari sumber pertama yang ada di lapangan,
sedangkan sumber data sekunder adalah data yang
diperoleh dari sumber data kedua sesudah data primer
(data pendukung).47
Adapun sumber data dalam penelitian ini antara
lain yaitu sebagai berikut:
a. Sumber data primer
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer
adalah hasil wawancara dengan santri yang berusia
dewasa awal atau jenjang SMA/sederajat di Pondok
Pesantren Darussibyan Kecamatan Cadasari
Kabupaten Pandeglang.
b. Sumber sekunder
Adapun yang menjadi data sekunder atau pendukung
dalam penelitian ini yaitu arsip dan dokumen-
47
L,J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaa
Rosdakarya, 2000), p.68.
37
dokumen pendukung penelitian meliputi karya-karya
tulis ilmiah yang berhubungan dengan tema penelitian
ini serta data-data yang ada di Pondok Pesantren
Darussibyan Kecamatan Cadasari Kabupaten
Pandeglang yaitu data-data santri yang berusia
dewasa awal atau jenjang SMA/sederajat.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian adalah:
a. Interview ( Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal
dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil.48
Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan
dialog atau tanya jawab secara langsung dengan
48
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: ALFABETA,CV, 2014), p. 137.
38
pemimpin pondok pesantren dan 5 santri yang berusia
dewasa awal yang bermukim di pesantren.
b. Observasi
Observasi sebagai alat pengumpul data harus
sistematis artinya observasi serta pencatatannya
dilakukan menurut prosedur dan aturan-aturan tertentu
sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti lain.49
Jadi, observasi merupakan suatu penelitian yang
dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan
menggunakan alat indra (terutama mata) atas kejadian-
kejadian yang langsung dapat ditangkap pada waktu
kejadian itu berlangsung. Agar observasi dapat berhasil
dengan baik, salah satu hal yang harus dipenuhi ialah alat
indra harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya.50
Dalam praktik ini peneliti menggunakan jenis
metode observasi terstruktur dimana peneliti telah
merancang secara sistematis, tentang apa yang akan
49
Nasution, Metode Research penelitian ilmaih, ( Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2012), p. 107. 50
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling studi dan karier,
(Yogyakarta: C.V Andi OFFSET, 2010), p.61.
39
diamati, kapan di mana tempatnya. Jadi observasi
terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan
pasti tentang variabel apa yang akan diamati.51
Langkah-
langkah yang akan diamati di Pondok Pesantren
Darussibyan:
1. Tempat atau lokasi yang akan diamati yaitu Pondok
Pesantren Darussibyan di kampung Batur lor RT 01
RW 03, Desa Ciinjuk Kecamatan Cadasari Kabupaten
Pandeglang. Subjek penelitian ini fokus pada 5 santri
yang berusia dewasa awal atau jenjang SMA/sederajat
yang bermukim di Pondok Pesantren Darussibyan.
2. Pelaksanaan bimbingan karier di Pondok Pesantren
Darussibyan bertujuan untuk membantu para santri
memilih lapangan pekerjaan sesuai kemampuan, minat,
bakat, sikap, dan cita-cita.
3. Kondisi Pondok Pesantren Darussibyan di antaranya:
kyai, santri, dan lembaga.
51
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(
Bandung: ALFABETA, 2017), cet.26, p.146
40
4. sarana dan prasarana yang terdapat di Pondok
Pesantren Darussibyan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu bentuk teknik
pengumpulan data melalui peninggalan-peninggalan
tertulis seperti arsip, buku-buku, catatan, transkip, dan
hal-hal lain yang berhubungan dengan tema dalam
penelitian ini.52
6. Analisis Data
Dalam melakukan analisis data, penulis
mengumpulkan catatan baik berupa observasi,
wawancara, ataupun dokumentasi yang diperoleh dari
hasil lapangan, kemudian menyimpulkannya. Analisa data
merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data lain terkumpul. 53
52
Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1997), p. 181. 53
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (
Bandung: ALFABETA,CV, 2014),p. 147
41
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang tata
uraian penelitian ini, maka sistematika pembahasan dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut:
Bab kesatu, pendahuluan yang meliputi: latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian,
sistematika pembahasan.
Bab kedua, gambaran umum lokasi penelitian yang
meliputi: sejarah Pondok Pesantren Darussibyan, tujuan
didirikan Pondok Pesantren Darussibyan, visi misi dan
strategi Pondok Pesantren Darussibyan, metode
pembelajaran di Pondok Pesantren Darussibyan, kondisi
Pondok Pesantren Darussibyan.
Bab ketiga, Profil santri Pondok Pesantren
Darussibyan meliputi: Identitas santri dan pemahaman santri
sebelum bimbingan karier di Pondok Pesantren Darussibyan.
42
Bab keempat, Merupakan hasil penelitian yang
didalamnya membahas hasil bimbingan karir santri,
pelaksanaan bimbingan karir santri, dan analisis bimbingan
karir santri.
Bab kelima, penutup yang meliputi kesimpulan dan
saran.
43
BAB II
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN
DARUSSIBYAN
A. Sejarah Pondok Pesantren Darussibyan
Sejak zaman penjajahan, pondok pesantren dan
madrasah diniyah merupakan lembaga pendidikan yang
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.
Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang
mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga
pendidikan yang lainnya yang sejenis.1
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama
pendidikan Islam tradisional di mana siswanya tinggal
bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang ( atau lebih)
guru yang lebih di kenal dengan sebutan “kyai”. Asrama
untuk para santri berada dalam lingkungan komplek pesantren
di mana kyai bertempat tinggal yang juga menyediakan
1 Achmad Patoni, Peran Kiai Pesantren: Dalam Partai Politik, (
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet.1, p. 87.
44
sebuah masjid untuk beribadah, ruangan untuk belajar, dan
kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain.2
Pondok Pesantren Darussibyan merupakan pondok
pesantren salafi yang terletak di daerah Pandeglang Banten.
Tepatnya di Kampung Batur Lor Rt 01 RW 03 Desa Ciinjuk
Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang. Pondok
Pesantren Darussibyan didirikan oleh Kyai Ahmad Hadidi
Andalusi, beliau sekaligus pendidik utama di pesantren.
Disebut demikian karena beliaulah yang bertugas
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada santri. Beliau
mondok dari usia 12 tahun sampai 27 tahun. Pada usia 27
tahun beliau disuruh pulang oleh gurunya untuk mendirikan
pondok pesantren di rumahnya, Tepatnya pada tahun 2007.
Dari pertama didirikan Pondok Pesantren Darussibyan hanya
ada 6 santri, tetapi beliau terus saja mendidik santri dengan
penuh kesabaran.
Beliau mendirikan pondok ini sebelum menikah
sekitar usia 27 tahun. Beliau mengenyam pendidikan pondok
2 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, ( Jakarta: LP3ES, 2011),
p.80-81
45
sejak usia 12 tahun di kampungnya. Setelah 2 tahun
mendirikan pondok beliau akhirnya menikah pada usia 29
tahun dengan seorang mahasiswa IAIN yang sekarang diubah
menjadi UIN. Istrinya seorang pendidik di sekolah formal,
tetapi istrinya turut membantu mengembangkan Pondok
Pesantren Darussibyan.
Nama Darussibyan yang mempunyai arti taman
pendidikan anak-anak remaja, dikarnakan yang mengaji
disini dari mulai anak kecil usia 3 tahun sampai remaja.
Pengajaran yang diberikan di Pondok Pesantren Darussibyan
terdiri dari pengajian alquran, muhadhoroh, belajar tajwid,
sorogan, dan bandungan. Pondok Pesantren Darussibyan
menyediakan asrama yang disebut kobong sebagai tempat
tinggal para santri dan majelis sebagai tempat belajar para
santri. Pembagian mengajar pun hanya beliau dan istrinya
saja. Istrinya mengajar anak usia 3 tahun yang baru mengenal
huruf-huruf hijaiyah, sedangkan beliau mengajar santri dari
usia 7 tahun hingga usia dewasa. Pondok ini mengalami
pasang surut setiap tahunnya dikarnakan tidak ada aturan
46
yang kuat dari pondok, sehingga santri banyak yang keluar
dari pondok. Selain tidak ada aturan yang kuat dari pondok,
faktor ekonomi dan juga pergaulan yang jadi masalah.3
B. Tujuan Didirikan Pondok Pesantren Darussibyan
Setiap akan melaksanakan segala kegiatan yang
dikerjakan secara sadar, tentunya ada tujuan tertentu,
demikian halnya dengan Pondok Pesantren Darussibyan
mempunyai tujuan di antaranya:
1. Mendidik para santri menjadi seorang muslim yang
beriman dan berakhlak mulia, dan sehat lahir batin
sebagai warga negara yang berpancasila.
2. Mendidik santri agar menjadi kader-kader ulama dan
mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, dalam mengamalkan
syariat Islam secara utuh dan dinamis serta bermanfaat
bagi masyarakat.4
3 Wawancara langsung, Ahmad Hadidi Andalusi, (sebagai pemimpin
Pondok Pesantren Darussibyan), pada tanggal, 22 Desember 2018 4 Wawancara langsung, Ahmad Hadidi Andalusi, (sebagai pemimpin
Pondok Pesantren Darussibyan), pada tanggal, 22 Desember 2018
47
C. Visi, Misi dan Strategi Pondok Pesantren Darussibyan
Visi Pondok Pesantren Darussibyan di antaranya:
1. Menciptakan pribadi santri yang berakhlakul karimah
untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat
2. menciptakan pribadi santri yang lebih giat beramal
sederhana dan mandiri.
3. Terbentuknya manusia yang hafal alquran , berakhlak
mulia, berakidah yang lurus, memahami Islam dengan
benar,mampu mengamalkan dan mendakwahkannya
dengan sabar, tabah, dan tegar dalam menghadapi
tantangan, serta membentuk manusia yang memiliki
keterampilan hidup yang mumpuni.
Misi Pondok Pesantren Darussibyan diantaranya:
1. Mempersiapkan santri menjadi orang yang bermanfaat
di masyarakat yang mencerminkan nilai Islam dalam
kehidupan.
2. Mencetak santri yang bisa menjadi cerminan dan
contohan masyarakat.
48
3. Menumbuhkan semangat untuk mempelajari dan
menghafal alquran secara intensif kepada seluruh
santri sehingga menjadi generasi qur’ani.
Strategi Pondok Pesantren Darussibyan diantaranya:
1. Melakukan sistem pengajaran yang subjektif
2. Melatih santri untuk muhadhoroh ( berpidato )
3. Melakukan kerjasama dengan pondok pesantren lain.5
D. Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren Darussibyan
Adapun metode pembelajaran di Pondok Pesantren
Darussibyan ialah sebagai berikut:
1. Metode Sorogan
Metode ini merupakan metode pembelajaran yang
sangat bermakna. Sebab, terutama ketika membacakan
kitab dihadapan Kyai atau Ustadz, selain memperoleh
bimbingan dan arahan langsung, mereka juga dapat di
evaluasi dan diketahui perkembangan kemampuannya.6
5 Wawancara langsung, Ahmad Hadidi Andalusi, (sebagai pemimpin
Pondok Pesantren Darussibyan), pada tanggal, 22 Desember 2018 6 Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, (Tangerang:
PT. Lkis Printing Cemerlang, 2013), p.54
49
Dengan menggunakan metode sorogan, setiap
santri akan mendapatkan kesempatan untuk belajar secara
langsung dengan kyai. Dengan metode ini, kyai dapat
membimbing , mengawasi, dan menilai kemampuan santri
secara langsung. Santri diwajibkan menguasai cara
pembacaan dan terjemahan secara tepat dan hanya boleh
menerima tambahan pelajaran bila telah berulang-ulang
mendalami pelajaran sebelumnya. Hal ini tentunya
menuntut kesabaran , kerajinan, ketaatan, dan disiplin
pribadi santri.
2. Metode Weton/ Bandungan
Istilah weton ini berasal dari kata wektu ( bahasa
jawa) yang berarti waktu. Istilah weton ini di Jawa Barat
di sebut dengan bandungan. Istilah bandungan berasal dari
bahasa sunda yaitu ngabandungan yang berarti
memperhatikan secara seksama atau menyimak. Dalam
metode ini kyai yang membaca, menerjemahkan, dan
menerangkan. Setiap santri memperhatikan bukunya
50
masing-masing dan membuat catatan- catatan ( baik arti
maupun keterangan) tentang kata-kata yang sulit dalam
kitab kuning tersebut.
3. Metode Hafalan
Metode hafalan yang diterapkan di pesantren-
pesantren, umumnya dipakai untuk menghafal kitab-kitab
tertentu, misalnya Al-fiyyah ibn malik. Metode hafalan
juga sering diterapkan dalam pembelajaran alquran ,
metode ini bisa disebut dengan Tahfizh al-quran.
Biasanya santri diberi tugas untuk menghafal beberapa
bait dari kitab Alfiyyah, dan setelah beberapa hari baru
dibacakan di depan kiyai/ustadznya.
4. Metode Pasaran
Metode pasaran adalah kegiatan belajar
sekelompok santri dalam bentuk pembacaan sebuah kitab
oleh seorang ustadz yang dilakukan secara marathon
selama tenggang waktu tertentu. Metode ini umumnya
digunakan pada bulan ramadhan dalam kurun waktu
51
setengah bulan, dua puluh hari, atau terkadang satu bulan
penuh, tergantung pada kitab yang dikaji.7
E. Kondisi Pondok Pesantren Darussibyan
Pondok Pesantren Darussibyan terletak di Desa
Ciinjuk RT 01 RW 03, Kecamatan Cadasari Kabupaten
Pandeglang. Pada awalnya Pondok Pesantren Darussibyan
terletak di Desa Kaungcaang RT 01 RW 02 Kecamatan
Cadasari, dikarnakan beliau mengikuti istrinya akhrinya
beliau pindah ke Desa Ciinjuk.
Desa Ciinjuk lebih strategis dibandingkan Desa
Kaungcaang, karena letaknya di tengah sawah dan dekat
dengan jalan membuat santri lebih betah dibandingkan tempat
sebelumnya. Air dan suasana perkampungan sawah yang
indah sehingga membuat santri lebih nyaman tinggal di
pondok.
7 Wawancara langsung, Ahmad Hadidi Andalusi, (sebagai pemimpin
Pondok Pesantren Darussibyan), pada tanggal, 22 Desember 2018
52
1. Kiyai
Kyai merupakan elemen paling esensial dari suatu
pesantren. Ia seringkali bahkan merupakan pendirinya.
Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren
semata-mata bergantung pada kemampuan pribadi
kyainya.8
Selain itu juga kyai dalam pengertian umum
adalah pendiri dan pemimpin pesantren. Ia di kenal
dengan seorang muslim terpelajar yang membaktikan
hidupnya semata-mata di jalan Allah dengan mendalami
dan menyebarluaskan ajaran-ajaran Islam melalui
kegiatan pendidikan.9
Pondok Pesantren Darussibyan diasuh oleh Kyai
Ahmad Hadidi Andalusi, Beliau sekaligus pendidik utama
di pesantren. Disebut demikian karena beliaulah yang
bertugas memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
santri. Beliau di bilang masih muda, jiwanya dalam
8 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren..., p.93
9 Abdul Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren, (Yogyakarta: PT.
LKIS Printing Cemerlang, 2013), p.38
53
mendidik santri cukup semangat. Harapan beliau kepada
santrinya agar berguna bagi semua orang. Baik dikalangan
muda maupun tua, khususnya bagi dirinya sendiri
umumnya bagi masyarakat.
Pengajaran yang diberikan di Pondok Pesantren
Darussibyan terdiri dari pengajian alquran, muhadhoroh,
belajar tajwid, sorogan, dan bandongan. Adapun kitab
yang diajarkan di Pondok Pesantren Darussibyan terdiri
dari kitab usfuriah, nihayatuljen, samarqandi,
mijanulkabir, jurmiyah, amil, nahwu shorof, hadis bukhori
muslim, dan tafsir al-jalalain.
Pondok Pesantren Darussibyan hanya memberikan
pengajaran ilmu agama saja kepada para santrinya, karna
ketiadaan informasi bimbingan karier menyebabkan santri
tidak ada pekerjaan setelah mereka meninggalkan
pesantren, salah satu alasannya adalah kurangnya
pelatihan karier yang di berikan pada santri.
54
2. Santri
Santri adalah peserta didik yang belajar atau
menuntut ilmu di pesantren.10
Menurut pengertian yang
dipakai dalam lingkungan orang-orang pesantren, seorang
alim hanya bisa disebut kyai bilamana memiliki pesantren
dan santri yang tinggal dalam pesantren untuk
mempelajari kitab-kitab islam klasik. Oleh karena itu,
santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga
pesantren.11
Santri yang di miliki di Pondok Pesantren
Darussibyan hanya mengkhususkan santri laki-laki saja,
untuk santri perempuan hanya alquran yang diajari itupun
ba’da maghrib. Santri perempuan tidak menetap di
pondok, tetapi pulang kerumahnya masing-masing setelah
selesai mengaji. Jumlah santri di Pondok Pesantren
Darussibyan selalu mengalami pasang surut setiap
tahunnya. Jumlah seluruh santri ada 30 orang , yang
10
Abdul Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren..., p.39 11 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren..., p.88-89
55
menetap di pondok hanya santri putra yang jumlahnya 30
orang . Pondok Pesantren Darussibyan Tidak terlalu
banyak jumlah santrinya bila dibandingkan dengan waktu
berbirdirinya yang cukup lama.
3. Lembaga
Pondok Pesantren Darussibyan hanya memiliki
majlis dan pondok, majlis yang berukuran 4x6 cm cukup
menampung santri yang mengaji kurang lebih 50 orang.
Untuk pondok ada 22 kamar yang tepatnya diatas majlis
dan 12 kamar tepatnya di belakang rumah kiyai. Majlis
ini, selain dijadikan untuk mengaji tetapi digunakan untuk
sholat berjamaah, dikarnakan pondok ini belum
mempunyai mushola. Kendala yang di hadapi di pondok
ini yaitu tidak ada mushola, inilah yang menjadi
keterbatasan sarana dan prasarana pondok. Dikarnakan
dana yang dipakai hanya menggunakan dana santri dan
sedekah dari orang lain.12
12
Wawancara langsung, Ahmad Hadidi Andalusi, (sebagai pemimpin
Pondok Pesantren Darussibyan), pada tanggal, 22 Desember 2018
56
57
BAB III
PROFIL SANTRI PONDOK PESANTREN DARUSSIBYAN
A. Identitas Santri
Jadi dalam penelitian ini penulis mengambil lima
informan dalam penelitian ini guna memperoleh data.
Berikut beberapa profil umum informan penelitian.
1. Responden S
Salah satu santri yang tinggal di Pondok Pesantren
Darussibyan ini bernama S. Ia lahir pada tanggal 3
februari 1993, dan sekarang ia berusia 26 tahun. Beliau
anak ke 3 dari 4 bersaudara.
Latar belakang S berada di Pondok Pesantren
Darussibyan diajak oleh temannya, ia seorang anak yatim
yang ditinggal oleh ayahnya sejak kecil. Pergaulan yang
ia hadapi adalah pergaulan bebas, dikarnakan kurangnya
bimbingan dari orang tua, sehingga ia masuk ke dalam
pergaulan bebas.
58
Setelah usia 17 tahun ia diberitahukan oleh
temannya untuk masuk pondok pesantren, akhirnya ia
mengikuti saran dari temannya untuk masuk pondok
pesantren. Sedikit demi sedikit ia mulai berubah, dan
setelah ia mengikuti arahan dan bimbingan dari guru
ngajinya, akhirnya ia berubah menjadi orang yang baik.
Dan sekarang ia terkenal menjadi orang yang baik di
kampungnya setelah masuk pesantren.1
2. Responden SH
SH berusia 21 tahun, ia lahir pada tanggal 10
November 1998. Ia anak ke 2 dari 3 bersaudara.
Ayahnya sudah lama meninggal sekitar 10 tahun yang
lalu.
SH masuk pondok pesantren atas keinginan
kakeknya, dikarnakan kakeknya ingin SH bisa membaca
al quran serta paham ilmu agama. Akhirnya SH di
antarkan oleh keluarganya ke pondok pesantren.
1 S, diwawancara oleh Wita Kartika tulisan sendiri, pada pukul 08.00
WIB 13 Februari 2019.
59
Awalnya SH mengeluh pada keluarganya, karna tidak
betah tinggal di pondok. Dan akhirnya SH merasa betah
tinggal di pondok, bahkan tidak mau pulang karna
banyak teman-temannya. SH melanjutkan sekolahnya di
SMK yasdu tepatnya tidak jauh dari pondok pesantren, ia
sekolah sambil pesantren. Dan kakeknya pun sangat
bangga melihat cucunya SH sudah pandai membaca al
quran.2
3. Responden B
B lahir pada tanggal 27 Februari 1995, sekarang
usianya 24 tahun. Ia berasal dari kabupaten Pandeglang.
B anak ke 2 dari 4 bersaudara.
Latar belakang ia masuk pondok pesantren karna
keinginannya sendiri, ia ingin bisa membaca al quran dan
meninggalkan pergaulan bebas dari teman-temannya.
Keinginan yang kuat untuk masuk pesantren ketika B
duduk di bangku kelas 2 SMP. Kebetulan orang tuanya
sangat setuju dengan keinginan B masuk pondok
2 SH, diwawancarai oleh Wita Kartika tulisan sendiri, pada pukul
09.00 WIB 13 Februari 2019.
60
pesantren. B masuk pesantren karena melihat saudaranya.
Selain ingin bisa membaca al quran, ia pun ingin tau
bagaimana kehidupan santri tinggal di pondok pesantren.
Akhirnya keluarganya mengantarkannya ke pesantren,
yang tidak jauh dari rumah nya, sekitaran 30 menit. Tiba
di pondok pesantren, B dan keluarganya bertemu dengan
pengasuh pondok yaitu Kyai Ahmad Hadidi, lalu
keluarga menitipkan B kepada Kyai. B sempat sedih
karena di tinggalkan oleh orangtuanya. Dan akhirnya ia
mendapatkan teman-teman baru di pondok pesantren, dan
itu membuat ia merasa nyaman tinggal di pondok. B
melanjutkan sekolahnya di SMP yasdu sampai ia lulus
SMK. Dan sekarang B sudah 7 tahun tinggal di pondok
ini.3
4. Responden H
H lahir pada tanggal 04 Maret 2000, sekarang
usianya 19 tahun. Ia berasal dari Kabupaten Pandeglang.
H anak ke 5 dari 7 bersaudara.
3 B, diwawancarai oleh Wita Kartika tulisan sendiri, pada pukul 09.00
WIB 13 Februari 2019.
61
Latar belakang ia masuk pondok pesantren
karena keinginan nya sendiri, tanpa disuruh oleh orang
tuanya. H masuk pondok karena diajak oleh teman-
temannya, akhirnya H meminta izin pada orang tua, dan
orang tua nya setuju dengan keinginan anak nya masuk
pondok pesantren. Tujuan H ingin masuk pondok yaitu
ingin tau bagaimana membaca kitab dan membaca
alquran yang baik dan benar. Akhirnya orang tua H
mengantarkan H ke pondok pesantren, lalu orang tua nya
menitipakan H kepada pengasuh pondok pesantren. H
merasa sangat betah tinggal di pondok, dan sekarang H
sudah 5 tahun tinggal di pondok pesantren. 4
5. Responden MS
MS lahir pada tanggal 17 April 2000, sekarang
usia nya 19 tahun. Ia berasal dari Kabupaten Pandeglang.
Ayahnya sudah lama meninggal sejak ia masih kecil.
Latar belakang ia masuk pondok pesantren karena
diberitahu oleh saudaranya, dan ia langsung berkeinginan
4 H, diwawancarai oleh Wita Kartika tulisan sendiri, pada pukul 10.00
WIB 13 Februari 2019.
62
untuk masuk pondok pesantren, tanpa disuruh oleh
keluarganya. Dengan sangat bangga keluarganya
mengizinkan MS masuk pesantren. MS masuk pesantren
karena ingin berubah menjadi anak yang baik. Di
lingkungannya banyak sekali anak-anak yang seusianya
masuk ke dalam pergaulan bebas. Termasuk MS di
kampungnya terkenal dengan anak yang nakal, yang suka
mabuk. MS masuk pesantren setelah lulus dari SMP,
tetapi sayangnya ia tidak mau melanjutkan sekolahnya ke
tingkat SMK. Padahal keluarganya sudah membujuknya,
namun MS tetap bersikeras tidak mau melanjutkan
sekolah nya ke tingkat SMK. Alasan MS tidak mau
melanjutkan sekolah, karena ia ingin fokus belajar
mengaji di pesantren. Akhirnya keluarga setuju dengan
keputusan MS, lalu mengantarkan MS ke pondok
pesantren. Dan sekarang MS sudah 3 tahun berada di
pondok pesantren.5
5MS, diwawancarai oleh Wita Kartika tulisan sendiri, pada pukul
10.00 WIB 13 februari 2019.
63
B. Pemahaman Santri Sebelum Bimbingan Karier di Pondok
Pesantren Darussibyan
Pada awalnya santri belum memahami informasi
mengenai karier di Pondok Pesantren Darussibyan, karena di
Pondok Pesantren Darussibyan hanya mengajarkan ilmu
agama saja kepada para santrinya. Dari hasil wawancara yang
dilakukan peneliti kepada lima santri bahwa santri pada
awalnya tidak memahami informasi tentang pendidikan atau
pekerjaan dan belum mengetahui kemampuan, minat, bakat,
dan cita-cita yang ada pada dirinya sendiri. Berikut hasil
wawancara dengan santri sebelum melaksanakan bimbingan
karir:
1. Wawancara dengan santri yang berinisial S:
No Peneliti Responden
1 Setelah lulus
meninggalkan pesantren
mau melanjutkan kemana?
Saya belum tahu setelah
ini saya mau
melanjutkan kemana,
saya masih bingung.
2 Kendala apa saja yang
menghambat kalian untuk
Saya berasal dari
keluarga yang tidak
64
melanjutkan sekolah atau
melanjutkan karier setelah
lulus dari pesantren?
mampu, jadi saya tidak
bisa melanjutkan sekolah
ke tingkat yang lebih
tinggi.
3 Bagaimana tanggapan
kalian tentang bimbingan
karier?
Saya tidak tahu apa itu
bimbingan karier
4 Apakah sebelumnya
pernah mendengar apa itu
bimbingan karier?
Saya belum pernah
mendengar apa itu
bimbingan karier
5 Apakah ada yang tahu
pengertian kemampuan itu
apa?
Tidak tahu
6 Apakah ada yang tahu
pengertian bakat itu apa?
Tidak tahu
7 Apakah ada yang tahu
pengertian Minat itu apa?
Tidak tahu
8 Apakah ada yang tahu
pengertian cita-cita itu
apa?
Menurut saya cita-cita
itu impian.
9 Apakah diantara kalian
ada yang sudah
menentukan kemampuan,
Saya belum menentukan
kemampuan, minat,
bakat, dan cita-cita yang
65
minat, dan bakat sendiri? ada pada diri saya,
karena saya masih
bingung dan saya belum
memahami apa itu
kemampuan, minat, dan
bakat.
10 Kemampuan kalian dalam
mengerjakan suatu tugas
atau dalam suatu
pekerjaan itu apa?
Saya masih bingung.
11 Apakah ada yang sudah
mempunyai kemampuan
atau bakat sejak kecil?
Saya belum tahu
kemampuan yang ada
pada diri saya.
12 Apakah ada yang sudah
mempunyai keinginan atau
minat terhadap sesuatu
hal? kalau sudah
minatnya apa ?
Saya juga belum tahu
minat yang ada pada diri
saya
13 Apakah ada yang sudah
mempunyai cita-cita?
kalau sudah apa cita-cita
nya?
Cita-cita saya ingin
menjadi TNI
66
2. Wawancara dengan santri yang berinisial SH:
No Peneliti Responden
1 Setelah lulus
meninggalkan
pesantren mau
melanjutkan kemana?
Saya belum tahu setelah
ini mau melanjutkan ke
mana.
2 Kendala apa saja yang
menghambat kalian
untuk melanjutkan
sekolah atau
melanjutkan karier
setelah lulus dari
pesantren?
Kendala yang saya hadapi
yaitu faktor ekonomi
keluarga.
3 Bagaimana tanggapan
kalian tentang
bimbingan karier?
Saya tidak tahu apa itu
bimbingan karier.
4 Apakah sebelumnya
pernah mendengar apa
itu bimbingan karier?
Saya belum pernah
mendengar penjelasan
mengenai bimbingan
karier secara jelas, tetapi
saya pernah mendengar
karier yaitu pekerjaan.
67
5 Apakah ada yang tahu
pengertian kemampuan
itu apa?
Saya tidak tahu pengertian
kemampuan.
6 Apakah ada yang tahu
pengertian bakat itu
apa?
Saya tidak tahu pengertian
bakat
7 Apakah ada yang tahu
pengertian Minat itu
apa?
Saya tidak tahu pengertian
minat.
8 Apakah ada yang tahu
pengertian cita-cita itu
apa?
Saya tahu. Cita-cita adalah
keinginan untuk masa
depan, dan cita-cita saya
adalah menjadi dokter.
9 Apakah diantara kalian
ada yang sudah
menentukan
kemampuan, minat, dan
bakat sendiri?
Belum menentukan, karena
masih bingung
.
10 Kemampuan kalian
dalam mengerjakan
suatu tugas atau dalam
suatu pekerjaan itu apa?
Saya masih bingung.
11 Apakah ada yang sudah
mempunyai
kemampuan atau bakat
Belum punya
68
sejak kecil?
12 Apakah ada yang sudah
mempunyai keinginan
atau minat terhadap
sesuatu hal? kalau
sudah minatnya apa ?
Belum memiliki.
13 Apakah ada yang sudah
mempunyai cita-cita?
kalau sudah apa cita-
cita nya?
Sudah, menjadi dokter.
3. Wawancara dengan santri yang berinisial B:
No Peneliti Responden
1 Setelah lulus
meninggalkan pesantren
mau melanjutkan
kemana?
Saya tidak tahu setelah
lulus dari pesantren, mau
melanjutkan kemana.
2 Kendala apa saja yang
menghambat kalian
untuk melanjutkan
sekolah atau
melanjutkan karier
setelah lulus dari
pesantren?
Kendala yang saya hadapi
yaitu faktor ekonomi
keluarga, saya berasal dari
keluarga yang tidak
mampu. Jadi saya tidak
tahu setelah ini mau mau
melanjutkan kemana,
69
sedangkan tidak ada biaya
untuk melanjutkan ke
sekolah yang lebih tinggi.
3 Bagaimana tanggapan
kalian tentang
bimbingan karier?
Saya tidak tahu apa itu
bimbingan karier
4 Apakah sebelumnya
pernah mendengar apa
itu bimbingan karier?
Saya tidak begitu paham
apa itu bimbingan karier,
tetapi saya pernah
mendengar kata “karier”.
Setahu saya karier itu
pekerjaan.
5 Apakah ada yang tahu
pengertian kemampuan
itu apa?
Saya tidak tahu pengertian
jelasnya, setahu saya
kemampuan itu apa yang
bisa kita lakukan dalam
suatu hal.
6 Apakah ada yang tahu
pengertian bakat itu
apa?
Saya belum tahu
7 Apakah ada yang tahu
pengertian minat itu
apa?
Saya juga tidak tahu apa
itu minat
70
8 Apakah ada yang tahu
pengertian cita-cita itu
apa?
Menurut saya cita-cita itu
sebuah impian
9 Apakah diantara kalian
ada yang sudah
menentukan
kemampuan, minat, dan
bakat sendiri?
Saya belum bisa
menentukan kemampuan,
minat, dan bakat yang ada
pada diri saya.
10 Kemampuan kalian
dalam mengerjakan
suatu tugas atau dalam
suatu pekerjaan itu apa?
Kemampuan saya yaitu las
listrik, karena waktu
sekolah saya mengambil
jurusan listrik
11 Apakah ada yang sudah
mempunyai kemampuan
atau bakat sejak kecil?
Saya belum tahu bakat
yang ada pada diri saya
12 Apakah ada yang sudah
mempunyai keinginan
atau minat terhadap
sesuatu hal? kalau
sudah minatnya apa ?
Belum tahu
13 Apakah ada yang sudah
mempunyai cita-cita?
kalau sudah apa cita-cita
nya?
Cita-cita saya yaitu
menjadi mekanik
71
4. Wawancara dengan santri yang berinisial H:
No Peneliti Responden
1 Setelah lulus
meninggalkan pesantren
mau melanjutkan
kemana?
Belum tahu.
2 Kendala apa saja yang
menghambat kalian untuk
melanjutkan sekolah atau
melanjutkan karier
setelah lulus dari
pesantren?
Tidak mampu secara
ekonomi.
3 Bagaimana tanggapan
kalian tentang bimbingan
karier?
Tidak tahu.
4 Apakah sebelumnya
pernah mendengar apa itu
bimbingan karier?
Belum pernah.
5 Ada yang tahu pengertian
kemampuan itu apa?
Kemampuan menurut
saya bisa atau sanggup
mengerjakan sesuatu.
6 Apakah ada yang tahu
pengertian bakat itu apa?
Tidak tahu.
7 Apakah ada yang tahu Tidak tahu
72
pengertian Minat itu apa?
8 Apakah ada yang tahu
pengertian cita-cita itu
apa?
Cita-cita menurut saya
adalah sebuah harapan
yang harus dikejar.
9 Apakah diantara kalian
ada yang sudah
menentukan kemampuan,
minat, dan bakat sendiri?
Saya belum
menentukan
10 Kemampuan kalian
dalam mengerjakan suatu
tugas atau dalam suatu
pekerjaan itu apa?
Kemampuan saya yaitu
dalam berpidato.
11 Apakah ada yang sudah
mempunyai kemampuan
atau bakat sejak kecil?
Masih bingung.
12 Apakah ada yang sudah
mempunyai keinginan
atau minat terhadap
sesuatu hal? kalau sudah
minatnya apa ?
Belum tahu.
13 Apakah ada yang sudah
mempunyai cita-cita?
kalau sudah apa cita-cita
nya?
Sudah, menjadi ulama.
73
5. Wawancara dengan santri yang berinisial MS:
No Peneliti Responden
1 Setelah lulus
meninggalkan pesantren
mau melanjutkan
kemana?
Belum tahu.
2 Kendala apa saja yang
menghambat kalian
untuk melanjutkan
sekolah atau
melanjutkan karier
setelah lulus dari
pesantren?
Faktor ekonomi yang
memang tidak
memungkinkan
3 Bagaimana tanggapan
kalian tentang
bimbingan karier?
Saya tidak tahu apa itu
bimbingan karier.
4 Apakah sebelumnya
pernah mendengar apa
itu bimbingan karier?
Belum pernah
mendengar.
5 Apakah ada yang tahu
pengertian kemampuan
itu apa?
Tidak tahu.
6 Apakah ada yang tahu
pengertian bakat itu
Tidak tahu.
74
apa?
7 Apakah ada yang tahu
pengertian minat itu
apa?
Tidak tahu.
8 Apakah ada yang tahu
pengertian cita-cita itu
apa?
Tidak tahu.
9 Apakah diantara kalian
ada yang sudah
menentukan
kemampuan, minat, dan
bakat sendiri?
Belum menentukan
10 Kemampuan kalian
dalam mengerjakan
suatu tugas atau dalam
suatu pekerjaan itu apa?
Kemampuan saya yaitu
menanam.
11 Apakah ada yang sudah
mempunyai
kemampuan atau bakat
sejak kecil?
Belum memiliki
12 Apakah ada yang sudah
mempunyai keinginan
atau minat terhadap
sesuatu hal? kalau
Belum mempunyai.
75
sudah minatnya apa ?
13 Apakah ada yang sudah
mempunyai cita-cita?
kalau sudah apa cita-
cita nya?
Cita-cita saya menjadi
arsitek
Berdasarkan deskripsi di atas kendala yang
dihadapi santri yaitu: pertama, santri tidak mengetahui
informasi karier, karena di pondok pesantren hanya
mengajarkan ilmu agama saja kepada para santrinya.
kedua faktor ekonomi keluarga yang tidak mampu
membiayai anaknya sekolah ke tingkat yang lebih tinggi,
dan memilih untuk masuk pesantren.
Menurut Tuwuh Trisnayadi, mengembangkan
bakat dan minat memerlukan daya dukung yang memadai.
Dukungan tersebut dapat berasal dari diri sendiri ataupun
orang lain. Dukungan akan lebih kuat efeknya apabila
datang dari diri sendiri. Sedangkan dukungan dari luar
sifatnya hanya membantu, dukungan ini bisa datang dari
orang tua, saudara, ataupun pimpinan yayasan. Bakat dan
76
minat serta daya dukung keduanya merupakan hal yang
berkaitan satu dengan yang lain.6
Tabel 3.1
Sebelum Melaksanakan Bimbingan Karier
No Nama Bakat Kemampuan Minat Cita-cita
1 S Belum tahu Belum tahu Belum tahu TNI
2 SH Belum tahu Belum tahu Belum tahu Dokter
3 B Belum tahu Las Listrik Belum tahu Pilot
4 H Belum tahu Berpidato Belum tahu Ulama
5 MS Belum tahu Menanam Belum tahu Arsitek
Berdasarkan deskripsi di atas dapat dijelaskan
bahwa kondisi awal santri sebelum melaksanakan
bimbingan karier, santri belum mengetahui informasi
tentang karier, selain itu juga santri belum mengetahui
kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang ada pada
dirinya sendiri.
6 Tuwuh Trisnayadi, Menggapai Cita-Cita Bimbingan Karir Untuk
Remaja Muslim, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2007) p. 51-52
77
BAB IV
BIMBINGAN KARIER SANTRI
A. Pelaksanaan Bimbingan karier Santri
Kata pelaksanaan menurut Depdikbud menyatakan,
pelaksanaan mengandung arti proses, cara melakukan
perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dan
sebagainya).1 Jadi yang dimaksud pelaksanaan dalam skripsi
ini adalah suatu proses kegiatan bimbingan karier
menggunakan bimbingan kelompok yang dilakukan oleh
pembimbing kepada santri dalam upaya pemahaman
mengenai informasi karier dengan harapan dapat memahami
dan menilai dirinya sendiri, terutama yang berkaitan dengan
potensi yang ada dalam dirinya, mengenai kemampuan, bakat,
dan cita-citanya. Seperti yang dikemukakan oleh John
Holland bahwa perlu dilakukan suatu usaha agar pilihan
karier seseorang sesuai dengan kepribadiannya. Menurut
Holland begitu orang menemukan karier yang sesuai dengan
kepribadiannya, maka ia akan lebih menikmati pekerjaan dan
1 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia,edisi kedua, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1996), p.553
78
akan bekerja lebih lama dari pada orang yang bekerja di
bidang yang tidak cocok dengan kepribadiannya. Jadi
pelaksanaan bimbingan karier di Pondok Pesantren
Darussibyan, bertujuan agar santri bisa memilih jurusan atau
pekerjaan yang sesuai dengan kepribadiannya seperti
kemampuan, minat, bakat, dan cita-citanya.
Pelaksanaan bimbingan karier dilakukan terhadap
beberapa siswa/santri yang mempunyai kemampuan atau
bakat yang sama secara bersama-sama dengan cara dilakukan
pengelompokan, kemudian diberi pengarahan oleh
pembimbing pada suatu keterampilan dan kemampuan agar
siap terjun ke masyarakat.2 Sebelum melaksanakan bimbingan
karier, peneliti sudah mempersiapkan santri yang usia nya
dewasa awal atau jenjang SMK/ sederajat sebanyak 5 orang,
adapun fasilitas yang dibutuhkan hanya ruangan untuk
melaksanakan kegiatan bimbingan karier.
Santri dewasa awal atau jenjang SMK/sederajat
merupakan siswa atau santri yakni usia 19-26 tahun, yang
sedang menempuh pendidikan sekolah menengah kejuruan
2 Mastuki, Manajemen Pondok Pesantren, ( Jakarta: Diva Pustaka,
2003), p. 161-162
79
dalam tahun ketiga atau tahun terakhir, SMK ( sekolah
menengah kejuruan) atau yang setelah meninggalkan
pesantren. Bimbingan karier dimaksudkan untuk membantu
santri dalam memahami dunia kerja yang sesuai dengan
dirinya, guna mencapai cita-cita pekerjaan atau karier yang
diharapkan.
Pelaksanaan bimbingan karier yang diberikan kepada
santri menggunakan metode bimbingan kelompok adalah
sebagai berikut: Bimbingan kelompok adalah salah satu jenis
layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok
untuk mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya dan
membantu klien agar memahami arah tujuan hidupnya.
Prayitno mengutip Gadza yang mengemukakan bahwa
bimbingan kelompok di sekolah atau pesantren merupakan
kegiatan informasi kepada sekelompok siswa atau santri
untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan
yang tepat.3 Adapun topik pembahasan yang akan
disampaikan peneliti kepada santri adalah sebagai berikut:
3 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling
(Jakarta: 2004), p.309
80
Tabel . 4.1
Penyusunan Kegiatan Bimbingan Karier
No Topik Bahasan Alokasi
Waktu
Bentuk Kegiatan
1
Menjelaskan tentang
bimbingan karier
kepada santri
30
Menjelaskan pengertian
bimbingan karier
Merefleksi dari apa yang
sudah dijelaskan, sejauh
mana santri mengerti
dengan apa yang sudah
disampaikan
2
Menjelaskan tentang
kemampuan, minat,
bakat, dan cita-cita pada
santri
30
Menjelaskan pengertian
dari kemampuan, minat,
bakat, dan cita-cita
santri menjelaskan kembali
apa itu kemampuan, minat,
bakat, dan cita-cita
3
Peneliti bertanya kepda
santri mengenai
kemampuan, minat,
bakat,dan cita-cita yang
dimiliki oleh santri
30
Santri menjelaskan satu
persatu mengenai
kemampuan, minat, bakat,
dan cita-ciita yang
dimilikinya masing-
masing.
81
Pelaksanaan bimbingan karier dalam
mengembangkan kemampuan, minat, bakat, dan cita cita
sudah dilaksanakan secara terstruktur dan terjadwal, yaitu
dilaksanakan pada hari rabu pukul 09.00 siang, dilakukan
selama 3 kali pertemuan. Pertama pada hari rabu tanggal
13 Februari 2019 sampai dengan tanggal 15 Februari
2019, dengan jumlah empat kali pertemuan. Adapun topik
bahasan dan tanggal pada setiap pertemuan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2
Topik Bahasan dan Tanggal Setiap Pertemuan
No Topik
Bahasan
Alokasi
Waktu
Tanggal
Pertemuan
1 Menjelaskan tentang
bimbingan karier
kepada santri
30 13 Februari
2019
2 Menjelaskan tentang
kemampuan, minat,
bakat, dan cita-cita
pada santri
30 14 Februari
2019
3 Peneliti bertanya
kepda santri
mengenai
kemampuan, minat,
bakat,dan cita-cita
yang dimiliki oleh
santri
30 15 Februari
2019
82
Pelaksanaan bimbingan kelompok di Pondok
Pesantren Darussibyan:
1. Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Tahap I
Pada pertemuan pertama, kegiatan bimbingan
kelompok dilakukan oleh peneliti pada hari Rabu, 13
Februari 2019 bertempat di Pondok Pesantren
Darussibyan.
a. Tahap Pembentukan
Tahap ini adalah tahap awal sebelum
melakukan kegiatan bimbingan kelompok. Pada
tahapan ini peneliti atau pemimpin kelompok
membuka doa untuk kelancaran kegiatan bimbingan
kelompok kemudian berlanjut perkenalan. Perkenalan
dimulai dari peneliti sampai kesemua anggota
kelompok. Tahapan ini sangat penting, karena sebagai
sumber data sekaligus tahap bimbingan kelompok
berikutnya.
Selanjutnya peneliti sebagai pemimpin
kelompok, menjelaskan apa itu bimbingan kelompok,
serta tujuan bimbingan kelompok , dan menanyakan
83
kabar anggota kelompok saat ini, dan pertanyaan-
pertanyaan selanjutnya seperti menanyakan alamat
rumah, umur, tempat tanggal lahir, dan lain
sebagainya.
Dalam kegiatan bimbingan kelompok ini,
peneliti berupaya semaksimal mungkin agar keadaan
kelompok lebih terbuka dan berharap kelompok lebih
berkembang dalam kegiatan bimbingan kelompok ini
agar tidak ada rasa canggung antara anggota
kelompok dan mampu mengungkapkan apa yang
menjadi kendala pada setiap anggota kelompok. Serta
menanyakan kepada anggota kelompok apakah
semuanya siap untuk mengikuti proses bimbingan
kelompok ini. Setelah semua anggota kelompok
memahami barulah peneliti melanjutkan tahap-tahap
berikutnya.
b. Tahap Peralihan
Pada tahap peralihan ini peneliti
mengawalinya dengan menanyakan kembali kesiapan
anggota kelompok dalam melakukan tahap bimbingan
84
kelompok lanjutan. Dalam membangun keakraban
antara peneliti dan anggota kelompok, peneliti
mengawali dengan membuat permainan dengan
menyanyikan lagu potong bebek angsa sambil
mengalihkan pensil dari satu tangan ke tangan yang
lainnya dan ketika nyanyian itu selesai, dan pensil
dipegang salah satu anggota, maka anggota tersebut
harus maju dan mengenalkan diri alasan peneliti
mengambil permainan tersebut karena dianggap
cocok untuk partisipan dalam membangun keakraban.
Dengan permainan,santri akan mudah akrab dan tidak
akan merasa canggung kepada peneliti.
c. Tahap Kegiatan
Setelah peneliti mulai memasuki kepada tahap
kegiatan yang merupakan tahap inti dari proses
bimbingan karier terhadap santri, Peneliti tetap
menanyakan kembali kesiapan dari masing-masing
anggota kelompok agar dalam pelaksanaan bimbingan
karier tidak ada yang namanya keraguan dalam
85
kegiatan ini. Setelah semua menanyakan kesiapannya
untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok ini,
maka peneliti mulai menjelaskan mengenai bimbingan
karier kepada santri. Peneliti menjelaskan apa itu
bimbingan karier, tujuan dari bimbingan karier kepada
santri. Setelah selesai menjelaskan peneliti
mereflesikan dari apa yang sudah dijelaskan, sejauh
mana santri mengerti dengan apa yang sudah di
sampaikan oleh peneliti.
a. Tahap Pengakhiran
Setelah dirasa cukup, peneliti mengakhiri
kegiatan bimbingan kelompok dengan meminta
kepada anggota kelompok untuk menyimpulkan hasil
dari kegiatan bimbingan kelompok ini.
Kesimpulan dari responden bahwa kegiatan
bimbingan kelompok ini sangat penting dalam
membantu seseorang memahami dan menilai dirinya
sendiri dan dapat merencanakan masa depan serta
menemukan karier yang sesuai dengan dirinya sendiri.
86
Setelah meminta anggota kelompok untuk
menyimpulkan apa yang sudah dijelaskan, peneliti
mengakhiri kegiatan bimbingan kelompok dengan
membaca doa serta peneliti dan anggota kelompok
bersepakat bahwa kegiatan bimbingan kelompok ini
akan dilanjutkan dipertemuan berikutnya.
2. Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Tahap II
a. Tahap Pembentukan
Pertemuan ini dilakukan pada hari Kamis,
tanggal 14 Februari 2019. Seperti biasa pertemuan ini
dilaksanakan di Pondok Pesantren Darussibyan.
Sebelum memulai kegiatan bimbingan kelompok,
terlebih dahulu membaca doa untuk kelancaran
kegiatan ini. Selanjutnya peneliti menjelaskan kembali
pengertian bimbingan karier, tujuan bimbingan karier
dan manfaat dari bimbingan karier kepada anggota
kelompok. Dan peneliti menanyakan kembali apakah
semua anggota kelompok sudah memahami apa yang
disampaikan oleh peneliti. Setelah semua anggota
87
kelompok memahaminya, peneliti atau pimpinan
kelompok melanjutkan ketahap selanjutnya.
b. Tahap Peralihan
Pada tahap ini, dimulai dengan menyanyikan
nama-nama malaikat dan tugasnya dengan cara
bernyanyi. Kemudian satu persatu anggota kelompok
akan menyebutkan nama malaikat dan bagi anggota
yang ditunjuk akan menyebutkan tugas malaikat yang
disampaikan oleh anggota kelompok sebelumnya, dan
terus dilakukan sampai malaikat yang terakhir.
c. Tahap Kegiatan
Tahap ini peneliti mulai masuk kepada tahap
kegiatan yang merupakan tahap inti dalam kegiatan
bimbingan kelompok ini. Pada pelaksanaan tahap II
ini peneliti memulai dengan pembahasan mengenai
kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita.
Peneliti menjelaskan kepada santri apa itu
kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita serta peneliti
menanyakan apakah semua anggota kelompok sudah
88
memahami apa yang disampaikan dan apakah ada
pertanyaan untuk peneliti mengenai beberapa
penjelasan tadi. Dan setelah semua anggota kelompok
paham dengan apa yang sudah disampaikan, maka
peneliti melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap
pengakhiran.
d. Tahap Pengakhiran
Setelah dirasa cukup, peneliti mengakhiri
kegiatan bimbingan kelompok ini dengan meminta
kepada santri untuk menyimpulkan pembahasan
mengenai kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita.
Setelah selesai menyimpulkan apa yang sudah
dijelaskan oleh peneliti, maka peneliti mengakhiri
kegiatan bimbingan kelompok dengan membaca doa
dan menyepakati lanjut dengan pertemuan berikutnya.
3. Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Tahap III
a. Tahap Pembentukan
Pada pertemuan ketiga ini, kegiatan
bimbingan kelompok dilaksanakan seperti biasa di
89
Pondok Pesantren Darussibyan. Tahap ini adalah
tahap terakhir dalam kegiatan bimbingan kelompok,
pada tahap ini akan membahas hasil dari bimbingan
karier santri mengenai kemampuan, minat, bakat, dan
cita-cita santri masing-masing.
Tahap ini dilakukan pada hari Jumat, 15
Februari 2019, kegiatan ini dilakukan seperti biasa di
Pondok Pesantren Darussibyan. Seperti biasa untuk
memulai kegiatan bimbingan kelompok, peneliti atau
pemimpin kelompok memimpin semua anggota
kelompok untuk membaca doa. Setelah itu peneliti
menjelaskan kembali apa yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Serta memberitahukan kepada semua
anggota kelompok bahwa kegiatan kelompok ini
adalah kegiatan terakhir bimbingan kelompok, dan
menghimbau kepada semua anggota kelompok agar
mengikuti bimbingan kelompok dengan seksama.
90
a. Tahap Peralihan
Untuk merelaksasikan pikiran anggota
kelompok, di tahap ini peneliti atau pemimpin
kelompok memberikan permainan. Seperti biasa pada
tahap ini peneliti menanyakan kesiapan dari semua
anggota kelompok untuk mengikuti bimbingan
kelompok. Pada tahap ini selalu diadakan permainan
untuk menghibur anggota kelompok serta untuk
menghilangkan rasa kejenuhan anggota kelompok.
b. Tahap Kegiatan
Selanjutnya peneliti mulai masuk kepada tahap
kegiatan yang merupakan kegiatan inti dari bimbingan
karier. Dalam tahap bimbingan karier ini peneliti
menjelaskan kembali dari apa yang disampaikan,
beserta menanyakan kembali kesiapan anggota
kelompok. Setelah semua anggota kelompok
menyatakan kesiapannya barulah peneliti bertanya
kepada masing-masing santri mengenai kemampuan,
minat, bakat, dan cita-cita yang dimiliki oleh masing-
masing santri.
91
c. Tahap Pengakhiran
Setelah semuanya sudah cukup, maka peneliti
atau pemimpin kelompok meminta anggota kelompok
menyebutkan satu persatu mengenai kemampuan,
minat, bakat, dn cita-cita yang dimiliki masing-
masing.
Berdasarkan hasil bimbingan karir yang dilakukan
pada bulan Februari 2019 untuk mendapatkan data
tentang kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita santri
di Pondok Pesantren Darussibyan selama ini, peneliti
mewawancara 5 santri di Pondok Pesantren
Darussibyan dan hasil wawancara setelah melakukan
bimbingan karir dapat di deskripsikan sebagai berikut:
a. Responden S, menyatakan bahwa:
Saya awalnya bingung mau melanjutkan ke
mana setelah meninggalkan pesantren, tapi setelah
adanya bimbingan karier alhamdulillah saya tau
kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang ada
dalam diri saya. Namun pada awalnya saya bercita
92
cita ingin menjadi TNI, setelah saya tau bakat yang
ada pada diri saya, akhirnya saya memilih cita-cita
menjadi arsitektur. Karena sesuai dengan
kemampuan, minat, dan bakat saya.
Kemampuan saya yaitu menggambar, minat
saya menjadi pelukis, bakat saya dari kecil yaitu saya
suka sekali menggambar, cita-cita saya menjadi
arsitek . Karena sesuai dengan minat dan bakat saya
yaitu saya suka menggambar.4
b. Responden SH, menyatakan bahwa:
Awalnya saya belum tahu kemampuan,
minat, dan bakat saya, tapi setelah saya mengikuti
bimbingan karir, akhirnya saya tau kemampuan,
minat, bakat, dan cita-cita yang saya miliki.
Kemampuan saya yaitu menggambar, minat
saya menjadi pelukis, saya mempunyai bakat melukis
dari kecil, saya juga suka ikut lomba menggambar
sejak kecil. cita-cita menjadi seniman, awalnya cita-
4 Hasil wawancara dengan santri S, pada tanggal 14 februari 2019
93
cita saya menjadi dokter. Tapi setelah dipikir-pikir
sekolah kedokteran itu membutuhkan biaya yang
sangat mahal, dan saya tau orang tua saya tidak akan
mampu. Maka dari itu setelah konselor memberikan
pengarahan terhadap saya, akhirnya saya memilih
cita-cita sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat
yang saya miliki. Karena kemampuan, minat, dan
bakat saya yaitu saya suka menggambar.5
c. Responden B, menyatakan bahwa:
Kemampuan saya yaitu saya bisa las listrik,
saya suka sekali menyambung listrik. Karena dulu
saya sekolah mengambil jurusan listrik. Dari kecil
saya mempunyai bakat kreatif, saya suka merakit
mainan. misalnya robot, mobil, dll. minat saya yaitu
menjadi mekanik. Saya juga bercita-cita ingin
menjadi mekanik atau teknisi. Karena saya tau
menjadi mekanik itu tidak harus memiliki latar
belakang pendidikan khusus karena banyak
5 Hasil wawancara dengan santri SH, pada tanggal 14 februari 2019
94
diantaranya memiliki ijazah yang sama sekali tidak
ada hubungannya dengan permesinan. Alasan saya
ingin menjadi mekanik yaitu saya mempunyai
keinginan untuk membuat lapangan kerja sendiri di
bidang mekanik.6
d. Responden H menyatakan bahwa:
Kemampuan saya yaitu berpidato, karena
bakat saya dari kecil yaitu saya pandai berbicara
didepan orang banyak. Minat saya yaitu menjadi
penceramah. Cita-cita saya yaitu menjadi seorang
ulama.7
e. Responden MS, menyatakan bahwa:
Kemampuan saya yaitu saya suka menanam,
bakat yang saya miliki sejak kecil yaitu berocok
tanam. Dari kecil saya suka sekali bercocok tanam,
saya suka menanam buah, sayuran, atau tanaman
apapun yang bisa dimanfaatkan. Minat saya yaitu
dalam bertani.
6 Hasil wawancara dengan santri B, pada tanggal 14 februari 2019
7 Hasil wawancara dengan H, pada tanggal 14 februari 2019
95
Cita-cita saya awalnya menjadi arsitek,
setelah saya diberikan pengarahan oleh konselor,
akhirnya saya tau apa yang harus saya pilih.
Awalnya saya bingung minat dan bakat saya apa,
setelah diadakannya bimbingan karier di pondok,
saya tau bakat dan minat saya sendiri. Sehingga yang
tadinya cita-cita saya menjadi arsitektur, saya lebih
tertarik menjadi petani, karena kemampuan saya
menanam, bakat saya bercocok tanam, minat saya
bertani. Jadi sangat cocok jika saya menjadi seorang
petani.8
Berdasarkan deskripsi setelah dilakukan
bimbingan karier di Pondok Pesantren Darussibyan
maka dapat disimpulkan bahwa bakat, kemampuan,
minat, dan cita-cita santri di Pondok Pesantren
Darussibyan yaitu: pertama, santri sudah memiliki
bakat tersendiri seperti kecerdasan visual,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan linguistik, dan
8 Hasil wawancara dengan MS, pada tanggal 14 februari 2019.
96
kecerdasan naturalis. Kedua, santri sudah memiliki
kemampuan tersendiri seperti menggambar, las
listrik, berpidato, dan menanam. Ketiga santri sudah
memiliki minat tersendiri terhadap seni, teknisi,
penceramah, dan bertani. Dan yang ke empat santri
sudah mempunyai cita-cita tersendiri yaitu menjadi
arsitek, seniman, mekanik, seorang ulama, dan
petani.
B. Hasil Bimbingan Karier Santri
Berdasarkan beberapa hasil deskripsi di atas, maka
pembahasan data penelitian ini diuraikan yaitu:
1. Kemampuan, minat. bakat, dan cita-cita santri
Setelah diberikan nya informasi tentang
bimbingan karier, dalam mengembangkan kemampuan,
minat, bakat, dan juga cita-cita, akhirnya santri mulai
memahami apa itu kemampuan, minat, bakat, dan cita-
cita. Selain itu juga, santri sudah memiliki kemampuan,
minat, bakat, dan cita-cita sendiri.
97
Tabel 4.3
Kemampuan, Minat, Bakat, dan Cita-Cita Santri
setelah melaksanakan Bimbingan Karier.
NO Nama
Responden
Bakat Kemampuan Minat Cita-
Cita
1 S Kecerdasan
spatial
Menggambar Pelukis Arsitek
2 SH Kercerdasan
visual
Menggambar Pelukis Seniman
3 B Kecerdasan
kinestetik
Las listrik Teknisi Mekanik
4 H Kecerdasan
linguistik
Berpidato Penceramah Ulama
5 MS Kecerdasan
naturalis
Menanam Bertani Petani
Berdasarkan hasil dari pelaksanaan bimbingan karier
di Pondok Pesantren Darussibyan, santri sudah mengetahui
kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang ada pada dirinya
sendiri. Santri menjadi mengetahui tentang informasi
bimbingan karier dan pemahaman diri mereka mengenai
kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang mereka miliki
masing-masing. Sehingga mereka mampu merencanakan
karier mereka dimasa depan, meski hasilnya belum maksimal
namun sudah sangat baik untuk membantu santri
merencanakan karier di masa depannya.
98
Pelaksanaan bimbingan karier di Pondok Pesantren
Darussibyan berjalan dengan baik, peneliti membantu santri
dalam mempersiapkan rencana masing-masing untuk memilih
jurusan atau pekerjaan, sehingga santri dapat memahami
dirinya juga dapat mengambil keputusan yang tepat dan
melanjutkan pekerjaan atau mengambil jurusan berdasarkan
kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita. Karena dalam
pemilihan pekerjaan atau jurusan, itu harus disesuaikan
dengan kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang dimiliki.
C. Analisis Bimbingan Karier Santri
Langkah berikutnya dari hasil penelitian ini adalah
mengelola data dan menganalisis data yang diperoleh dari
wawancara, observasi, dan dokumentasi yang peneliti
dapatkan selama mengadakan penelitian di lapangan.
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti memperoleh
hasil dari wawancara yang dilakukan kepada lima santri yang
menjadi sampel penelitian pada skripsi peneliti lakukan. Hasil
wawancara dengan santri pada hari rabu tanggal 13 Februari
2019 sampai dengan 15 Februari 2019 pukul 09:00 pagi,
99
adapun permasalahan yang dialami santri yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Adapun faktor internal yang dialami
oleh santri yaitu santri belum memiliki pemahaman diri
tentang informasi karir yang sesuai dengan kemampuan,
minat, bakat, dan cita-citanya, dan faktor eksternal yang
dialami santri yaitu faktor orangtua yang tidak mampu
membiayai juga terpengaruhi oleh teman untuk menentukan
karir karena teman mengajak untuk sekolah di tempat yang
dia inginkan.
Santri pada awalnya belum memahami informasi
tentang pendidikan dan belum mengetahui kemampuan,
minat, bakat, dan cita-cita yang sesuai dengan yang ia miliki,
namun setelah diberikan pengarahan oleh peneliti santri sudah
mulai memahami informasi tentang pendidikan atau
pekerjaan, dan mulai mencari tahu informasi dengan cara
membuka internet, santri sudah mulai memiliki gambaran
kedepannya untuk melanjutkan pendidikan atau pekerjaan
sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang
dimiliki masing-masing.
100
Solusi dalam pelaksanaan bimbingan karier yaitu
santri harus mendapatkan bimbingan karier guna memperoleh
pemahaman yang memadai tentang berbagai kondisi
karaktersitik dirinya, baik tentang kemampuan, minat, bakat,
dan cita-cita sebagai kekuatan serta kelemahan yang ada
dalam dirinya. Hal ini diperlukan untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan dalam mengambil keputusan karier. Seperti yang
sudah dijelaskan oleh John Holland bahwa perlu
dilakukannya usaha agar pilihan karier seseorang sesuai
dengan kepribadiannya, maka ia akan cocok dan lebih
menikmati pekerjaannya.
Howard Gardner juga memunculkan konsep dalam
teori bakat nya dimana manusia memiliki kecerdasan yang
berbeda-beda, diantaranya pertama, kecerdasan bahasa
(linguistik) yaitu kemampuan mengelola kata dan bahasa
seperti kecerdasan berbicara, mendengarkan dan membaca.
Kedua, kecerdasan logika matematika yaitu kemampuan
menggunakan logika terutama terkait dengan matematika
seperti menyusun sistematika. Ketiga, Kecerdasan musik,
101
yaitu kemampuan menciptakan musik. Keempat, kecerdasan
kinestetik yaitu kemampuan mengendalikan gerak tubuh
seperti seniman, penari, dan penjahit. Kelima, kecerdasan
spatial adalah kemampuan yang berkaitan dengan persepsi
visual, seperti arsitek, pelukis, dan design grafis. Keenam,
kecerdasan interpersonal, yaitu kemampuan berhubungan dan
memahami orang seperti kemampuan memimpin,
kemampuan berempati. Ketujuh, kecerdasan intrapersonal
yaitu kemampuan memahami diri sendiri. Kedelapan,
kecerdasan naturalistik yaitu kemampuan memahami unsur
dalam lingkungan alam . Dan yang terakhir kesembilan, yaitu
kecerdasan eksistensial, yaitu kemampuan dan kepedulian
terhadap isi moral, Tuhan.
Berdasarkan teori bakat Howard Gardner yang sudah
dijelaskan di atas bahwa santri sudah memiliki kecerdasan
yang berbeda-beda diantaranya pertama santri memiliki
kecerdasan spatial. Kedua, santri sudah memiliki keceradsan
kinestetik. Ketiga santri sudah memiliki kecerdasan linguistik,
dan yang keempat santri sudah memiliki kecerdasan naturalis.
102
Berdasarkan hasil deskripsi data terkait tentang kendala-
kendala yang dihadapi santri dalam pengembangan
kemampuan, minat, dan bakat ada beberapa yang perlu
dibahas yaitu:
Pertama. tidak adanya tenaga kerja bagian konselor
dalam membimbing dan mengarahkan para santri untuk
memberikan informasi mengenai karier. Sehingga santri
bingung dalam mengembangkan kemampuan, minat bakat
dan cita-citanya.
Kedua, pemimpin pondok pesantren hanya
mengajarkan ilmu agama saja kepada para santrinya.
Ketiga, kurangnya dukungan dari orang tua dan
ketidakmampuan dalam hal ekonomi.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan lima
santri dijelaskan bahwa kemampuan ,minat, bakat, dan cita-
cita perencanaan karier santri yang pada awalnya tidak
memahami kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang
mereka miliki, setelah diberikan informasi mengenai
bimbingan karier oleh peneliti santri sudah mulai memahami
103
tentang informasi karier, meski hasilnya belum maksimal
namun sudah sangat baik untuk membantu para santri.
Tabel 4.4
Sebelum dan Sesudah Melakukan Bimbingan Karier pada
Santri
Sebelum Bimbingan Karier Sesudah Bimbingan Karier
No Nama
Responden B K M C B K M C
1 S Belum
tahu
Belu
m
tahu
Belu
m
tahu
TNI Kecerdas
an spatial
Meng
gamb
ar
Peluk
is
Arsite
k
2 SH Belum
tahu
Belu
m
tahu
Belu
m
tahu
Dokt
er
Kecerdas
an visual
Meng
gamb
ar
Peluk
is
Senim
an
3 B Belum
tahu
Las
listri
k
Belu
m
tahu
Meka
nik
Kecerdas
an
kinestetik
Las
listrik
Tekni
si
Mekan
ik
4 H Belum
tahu
Berp
idato
Belu
m
tahu
Ulam
a
Kecerdas
an
linguistik
Berpi
dato
Pence
ramah
Ulama
5 MS Belum
tahu
Men
ana
m
Belu
m
tahu
Arsit
ek
Kecerdas
an
naturalis
Mena
nam
Berta
ni
Petani
Keterangan B: Bakat K: Kemampuan, M: Minat, C: Cita-cita
Berdasarkan hasil deskripsi dan pembahasan data di
atas maka dapat dinyatakan bahwa bimbingan karier sangat
104
penting diterapkan. Selain itu juga dukungan dari orang tua
berdampak positif bagi pengembangan kemampuan, minat,
bakat, dan cita-cita para santri, serta keridakmampuan
terkait masalah ekonomi yang dialami orang tua sehingga
orang tua memilih untuk tidak menyekolahkan anaknya ke
tingkat yang lebih tinggi, dan memilih untuk masuk
pesantren salafi yang tidak begitu mahal biayanya.
Berdasarkan hasil deskripsi dan pembahasan data di
atas bahwa bimbingan karier sangat penting diterapkan di
Pondok Pesantren Darussibyan, dikarnakan para santri tidak
terarahkan dalam mengembangkan dan mengetahui
kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang terdapat pada
diri mereka. Jika bimbingan karier diterapkan maka para
santri bisa memantapkan pemahaman diri terhadap karier
yang hendak dikembangkan, memiliki pencapaian dalam
meraih keberhasilan atau cita-cita dan yang paling penting
mengenali kemampuan, minat, bakat, karena keberhasilan
atau kenyamanan dalam suatu karier sangat dipengaruhi
oleh kemampuan, minat, bakat dan cita-cita yang dimiliki.
105
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan karier adalah kegiatan bimbingan yang
diberikan kepada santri untuk memilih, menyiapkan diri,
mencari, dan menyesuaikan diri terhadap karier yang sesuai
dengan kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita. Jadi
bimbingan karier sebagai suatu proses diharapkan mampu
menciptakan sikap kemandirian santri dalam menentukan
arah pilih karier yang sesuai dengan keadaan dirinya serta
sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti,
di Pondok Pesantren Darussibyan mengenai pelaksanaan
bimbingan karier terhadap santri di Kecamatan Cadasari
Kabupaten Pandeglang, dapat dijelaskan bahwa kondisi awal
santri sebelum melaksanakan bimbingan karier yaitu: pertama
santri belum mengetahui informasi mengenai bimbingan
karier, kedua santri belum tahu kemampuan, minat, bakat,
106
yang ada pada dirinya. Pelaksanaan bimbingan karier
dilaksanakan menggunakan bimbingan kelompok. Bimbingan
kelompok adalah bimbingan yang dilaksanakan secara
langsung bertatap muka dengan santri, dengan membentuk
kelompok guna menyelesaikan masalah dari tiap-tiap santri
yang ada dengan tahap-tahap kegiatan yang ada di bimbingan
kelompok.
Berdasarkan hasil deskripsi dan pembahasan di atas,
maka dapat dijelaskan bahwa bakat, kemampuan, minat, dan
cita-cita santri di Pondok Pesantren Darussibyan yaitu:
Pertama, santri sudah memiliki bakat tersendiri yaitu
kecerdasan spatial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan
linguistik, dan kecerdasan naturalis. Kedua, santri sudah
memiliki kemampuan tersendiri seperti menggambar, las
listrik, berpidato, dan menanam. Ketiga, santri sudah
memiliki minat tersendiri terhadap pelukis, teknisi,
penceramah, dan bertani. Dan yang ke empat, santri sudah
107
mempunyai cita-cita tersendiri yaitu menjadi arsitektur,
seniman, mekanik, seorang ulama, dan petani.
Kendala yang dihadapi santri yaitu faktor internal dan
eksternal, adapun faktor internal yang dialami santri yaitu
belum memiliki pemahaman diri tentang informasi karier
yang sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita,
dan faktor eksternal yang dialami oleh santri yaitu faktor
ekonomi keluarga.
Dilihat penting atau tidak bimbingan karier diterapkan
di Pondok Pesantren Darussibyan, dapat dijelaskan bahwa
bimbingan karier sangat penting diterapkan karena dengan
adanya bimbingan karier maka dapat membina para santri
dalam mempersiapkan masa depan dan membantu para santri
untuk mengerti dan menerima gambaran tentang diri mereka,
sehingga dapat memilih bidang yang sesuai dengan
kemampuan, minat, dan cita-cita mereka.
108
B. Saran
Berdasarkan hasil dari deskripsi dan pembahasan data
di atas bahwa bimbingan karier sangat penting diterapkan di
Pondok Pesantren Darussibyan, dikarnakan para santri tidak
terarahkan dalam mengembangkan dan mengetahui
kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang terdapat dalam
diri mereka. Jika bimbingan karier diterapkan maka para
santri bisa memantapkan pemahaman diri terhadap karier
yang hendak dikembangkan, memiliki pencapaian dalam
meraih keberhasilan atau cita-cita dan yang paling penting
mengenal kemampuan, minta, bakat, dan cita-cita, karena
keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karier sangat
dipengaruhi oleh kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita yang
dimiliki.
Bimbingan karier sangat menentukan masa depan,
sehingga bimbingan karier sangat penting bagi semua orang.
Oleh karena itu, bimbingan karier sebaiknya diperkenalkan
sejak dini. Sehingga nantinya setiap santri mempunyai
gambaran tentang kariernya di masa depan.
63