bab i las busur listrik

41
BAB I LAS BUSUR LISTRIK Tujuan Pembelajaran Mahasiswa memiliki dasar pengetahuan tentang teori dasar las busur nyala listrik, dan diharapkan mampu menerapkannya dalam praktek. Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam (benda padat) dengan jalan mencairkannya melalui proses pemanasan dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom logam. Benda padat yang tidak dapat mencair seperti: mika, asbes, kayu, dan lain-lain, tidak dapat di-las. Penyambungan hanya dapat dilakukan dengan baut-mur, rekatan, pasak, dan cara- cara lain selain las. Sumber-sumber panas untuk pengelasan dihasilkan dari proses-proses berikut ini: 1. Busur nyala listrik (arc), panas yang dihasilkan sangat tinggi, jauh di atas titik lebur baja sehingga dapat mencairkan baja dengan cepat. Banyak digunakan untuk pengelasan berbagai jenis baja, baja paduan, dan logam non-fero. 2. Pembakaran campuran zat asam (oksigen) dengan bahan bakar gas seperti asetilen (acetylene), propan, Laboratorium Mekanik RHVAC 2010 1

Upload: elsa-chaerun-nisa

Post on 17-Sep-2015

310 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

dfghjk

TRANSCRIPT

1

BAB ILAS BUSUR LISTRIK

Tujuan Pembelajaran Mahasiswa memiliki dasar pengetahuan tentang teori dasar las busur nyala listrik, dan diharapkan mampu menerapkannya dalam praktek.Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam (benda padat) dengan jalan mencairkannya melalui proses pemanasan dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom logam. Benda padat yang tidak dapat mencair seperti: mika, asbes, kayu, dan lain-lain, tidak dapat di-las. Penyambungan hanya dapat dilakukan dengan baut-mur, rekatan, pasak, dan cara-cara lain selain las.Sumber-sumber panas untuk pengelasan dihasilkan dari proses-proses berikut ini:

1. Busur nyala listrik (arc), panas yang dihasilkan sangat tinggi, jauh di atas titik lebur baja sehingga dapat mencairkan baja dengan cepat. Banyak digunakan untuk pengelasan berbagai jenis baja, baja paduan, dan logam non-fero.

2. Pembakaran campuran zat asam (oksigen) dengan bahan bakar gas seperti asetilen (acetylene), propan, hydrogen, dan lain-lain. Prosesnya disebut oxy-acetylene, oxy-hydrogen, atau oxy fuel.I.1. Las Busur (Arc Welding)Pengelasan busur adalah pengelasan dengan memanfaatkan busur listrik yang terjadi antara elektroda dengan benda kerja. Elektroda dipanaskan sampai cair dan diendapkan pada logam yang akan disambung sehingga terbentuk sambungan las. Mula-mula elektroda kontak/bersinggungan dengan logam yang dilas sehingga terjadi aliran arus listrik, kemudian elektroda diangkat sedikit sehingga timbullah busur. Panas pada busur bisa mencapai di atas 5.000 oC.

Salah satu jenis las yang banyak dipakai adalah las busur nyala listrik terlindung SMAW (shielded metal arc welding).Las busur SMAW bisa menggunakan arus searah maupun arus bolak-balik. Mesin arus searah dapat mencapai kemampuan arus 500 amper pada tegangan terbuka antara 40 sampai 95 Volt. Pada waktu pengelasan tegangan menjadi 17 sampai 45 Volt. Ada 2 jenis polaritas yang digunakan yaitu polaritas langsung dan polaritas terbalik. Pada polaritas langsung elektroda berhubungan dengan terminal negatif sedangkan pada polaritas terbalik elektroda berhubungan dengan terminal positif.

Jenis bahan elektroda yang banyak digunakan adalah elektroda jenis logam walaupun ada juga jenis elektroda dari bahan karbon namun sudah jarang digunakan. Elektroda berfungsi sebagai logam pengisi pada logam yang dilas sehingga jenis bahan elektroda harus disesuaikan dengan jenis logam yang dilas. Untuk las biasa mutu lasan antara arus searah dengan arus bolak balik tidak jauh berbeda, namun polaritas sangat berpengaruh terhadap mutu lasan.

Kecepatan pengelasan dan keserbagunaan mesin las arus searah dan arus bolak balik hamper sama, namun untuk pengelasan logam/pelat tebal, las arus bolak balik lebih cepat.Skema las busur bisa dilihat pada gambar 1. dibawah ini. Gambar 1.1 Skema nyala busur. Elektroda yang digunakan pada pengelasan jenis ini ada 3 macam yaitu : elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos adalah elektroda tanpa diberi lapisan dan penggunaan elektroda jenis ini terbatas antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Elektroda fluks adalah elektroda yang mempunyai lapisan tipis fluks, dimana fluks ini berguna melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida pada saat pengelasan. Kawat las berlapis tebal paling banyak digunakan terutama pada proses pengelasan komersil.

Lapisan pada elektroda berlapis tebal mempunyai fungsi :

1. Membentuk lingkungan pelindung.

2. Membentuk terak dengan sifat-sifat tertentu untuk melindungi logam cair.

3. Memungkinkan pengelasan pada posisi diatas kepala dan tegak lurus. 4. Menstabilisasi busur.5. Menambah unsur logam paduan pada logam induk.

6. Memurnikan logam secara metalurgi.7. Mengurangi cipratan logam pengisi. 8. Meningkatkan efisiensi pengendapan.9. Menghilangkan oksida dan ketidakmurnia.

10. Mempengaruhi kedalaman penetrasi busur.

11. Mempengaruhi bentuk manik.

12. Memperlambat kecepatan pendinginan sambungan las.

13. Menambah logam las yang berasal dari serbuk logam dalam lapisan pelindung.

Fungsi-fungsi yang disebutkan diatas berlaku umum yang artinya belum tentu sebuah elektroda akan mempunyai kesemua sifat tersebut.

Komposisi lapisan elektroda yang digunakan bisa berasal dari bahan organik ataupun bahan anorganik ataupun campurannya. Unsur-unsur utama yang umum digunakan adalah :

1. Unsur pembentuk terak : SiO2 , MnO2 , FeO dan Al2O3 .

2. Unsur yang meningkatkan sifat busur : Na2O, CaO, MgO dan TiO2 .

3. Unsur deoksidasi : grafit, aluminium dan serbuk kayu.

4. Bahan pengikat : natrium silikat, kalium silikat dan asbes.

5. Unsur paduan yang meningkatkan kekuatan sambungan las : vanadium, sirkonium, sesium, kobal, molibden, aluminium, nikel, mangan dan tungsten.

I.2 Persiapan Mengelas dengan Las ListrikTujuan Pembelajaran

1. Memahami gambar dan simbol las dengan baik

2. Mampu mengoperasikan alat utama, alat bantu dan alat keselamatan kerja sesuai dengan ketentuan

3. Memahami jenis bahan/material untuk pengelasan 4. Menguasai teknik-teknik pengelasan5. Mampu merangkai peralatan las6. Mampu mengontrol bagian-bagian yang harus dikontrol sebelum perangkaian maupun selama pengoperasianSebelum pengelasan dilaksanakan maka perlu persiapan-persiapan yang terdiri dari persiapan praktis dan persiapan teoritis. I.2.1 Persiapan Praktis Sebelum Pengelasan

Persiapan praktis meliputi persiapan peralatan sebelum pengelasan dilakukan, terdapat tiga kelompok peralatan pengelasan :1. Peralatan utama

2. Peralatam bantu dan

3. Peralatan keselamatan kerja1. Peralatan utama las SMAW yaitu :

Kabel tenaga

Trafo las (generator)

Kabel massa

Kabel elektroda

Pemegang elektroda

Penjepit massa

2. Peralatan bantu las SMAW antara lain :

Meja las

Palu terak

Palu konde

Gerinda tangan

Mistar baja

Sikat baja

Ragum

Kikir

Penjepit benda kerja

3. Peralatan keselamatan kerja las antara lain :

Helm las (topeng las)

Kaca las hitam

Kaca las putih

Apron (pelindung dada)

Baju kerja

Sarung tangan

Sepatu kulit kapasitas 2 ton

Masker

Gambar. 1.2 Ruang pengelasan dengan peralatannya

I.2.1.1 Peralatan Utama Las Busur Nyala Manual SMAW1. Kabel tenagaPemilihan kabel tenaga yang digunakan untuk menginstal disesuaikan dengan bebannya (trafo las nya) berupa ampere dan tegangan input trafo las. Hal ini menyangkut ukuran kawat, panjang kabel, dan jenis kawatnya (serabut/tidak). Selanjutnya dalam menginstall harus kuat dan tidak mudah lepas, sehingga aliran listrik dapat mengalir maksimal dan tidak panas.2. Trafo las

Pemilihan trafo las pada saat akan membeli, harus dipertimbangkan tentang kebutuhan maksimal (beban pekerjaan yang akan dikenakan kepada trafo las tersebut. Apabila beban pekerjaannya besar maka langkah pemilihannya adalah dapat dipertimbangkan tentang tegangan input: 3PH, 2PH atau 1PH; Ampere output, dipertimbangkan dari diameter elektroda yang akan digunakan. dan yang paling penting adalah duty cycle dari trafo tersebut. dalam hal ini pilihlah trafo las yang memiliki duty cycle yang tinggi untuk ampere yang tinggi, misal duty cycle 100% untuk arus sampai dengan 200 A. langkah berikutnya gunakan tang ampere untuk mengecek kesesuaian out put arus pengelasan pada indikator dengan kenyataannya yang terlihat pada tang ampere. Jenis trafo las juga perlu dipertimbangkan apakah trafo AC atau DC. hal ini terkait dengan jenis elektroda yang akan digunakan. Jika menggunakan multi electrode, pilihlah trafo DC. Cara mengoperasikan trafo las terlebih dahulu harus dilihat instalasinya. kabel tenaga ke trafo las, kabel massa, kabel elektroda dan kondisi trafo sendiri, apakah pada tempat yang kering atau basah. setelah diketahui instalasinya baik, maka saklar utama pada kabel tenaga di on kan, selanjutnya saklar pada trafo las di on kan. pastikan kabel massa dan kabel elektroda tidak dalam kondisi saling berhubungan. Atur arus pengelasan yang dibutuhkan dan selanjutnya gunakan untuk mengelas. Apabila proses pengelasan telah selesai, trafo las dimatikan kembali.3. Kabel elektroda dan kabel massa

Kabel elektroda dan kabel massa harus menggunakan kabel serabut sehingga lentur dengan ukuran disesuaikan dengan ampere maksimum trafo las (lihat ketentuan pada tabel) kabel las. Kabel elektroda dan kabel massa harus terkoneksi dan terinstall dengan kuat dengan trafo las agar aliran arus pengelasan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam indikator ampere pada trafo las. Penggunaan kabel elektroda dan kabel massa pada saat pengelasan harus disiapkan dengan benar, yaitu dalam kondisi terurai, tidak tertekuk dan saling berlilitan. Dengan kondisi semacam ini maka aliran arus pengelasan akan maksimal. Jika sudah tidak dipakai, trafo las dimatikan dan kabel las digulung dan diletakkan dengan benar tidak saling berbelit agar mudah dalam penggunaan di waktu yang lain.

Gambar 1.3 Trafo las dengan kabel tenaga, kabek elektroda, dan kabel massa

Gambar 1.4 Kabel elektroda dengan pemegang elektroda, kanbel massa dengan penjepit massa4. Pemegang elektroda dan penjepit massa

Penjepit elektroda dan penjepit massa dibuat dari bahan yang mudah menghantarkan arus listrik. bahan yang biasa digunakan adalah tembaga. Pada pemegang elektroda pada mulutnya sudah dibentuk sedemikian rupa sehingga memudahkan tukang las memasang/menjepit pada pemegang elektroda. Dalam penggunaannya elektroda harus ditempatkan pada sela-sela yang ada, dapat diposisikan dengan sudut 180 derajat, 90 derajat atau 45 derajat terhadap pemegang elektroda. Sedang pada penjepit massa dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mencengkeram dengan kuat pada benda kerja. Penjepit elektroda maupun penjepit massa tidak diperkenankan terkena busur las. Pada penjepit elektroda, penggunaan elektroda disisakan 1 inch sehingga tidak sampai menyentuh pemegang elektroda. Sedangkan pemegang massa tidak diperkenankan untuk menjadi tempat mencopa elektroda/menyalaka elektroda agar tidak rusak. Penjepit benda kerja ditempatkan pada/ dekat benda kerja atau meja las dengan kuat agar aliran listrik dapat maksimal/tidak banyak arus yang terbuang. Tabel 1.1 Jumlah panjang kabel elektroda dan kabel massa terhadap kapasitas arus listrikI.2.1.2 Peralatan Bantu Las Busur Nyala SMAWAlat-alat bantu las harus digunakan dengan benar sesuai fungsinya dan dengan teknik yang benar pula. Di samping itu cara penyimpanannya harulah ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak saling bertumpukan dan saling bergesekan satu sama lain.

1. Meja las

Meja las adalah tempat untuk menempatkan benda kerja pada posisi yang dipersyaratkan. Meja las harus diletakkan sedemikian rupa dan tidak mudah bergerak saat tersenggol atau saat welder melakukan pengelasan. Gunakan benda kerja lain saat mencoba penyalaan elektroda dan jangan dilakukan di meja las.

2. Palu terak

Palu terak adalah alat untuk membersihkan terak dari hasil pengelasan. Dalam menggunakan palu terak ini jangan sampai membuat luka pada hasil pengelasan maupun pada base metalnya. karena luka bekas pukulan adalah merupakan cacat pengelasan. Palu terak sebelum digunakan dicek ketajamannya dan kondisinya. apabila sudah tumpul, maka harus ditajamkan dengan menggerindanya. Setelah selesai menggunakannya, tempatkan palu terak pada tempatnya secara rapi.

Gambar 1.5 Palu terak3. Palu konde

Palu konde secara standar yang digunakan adalah berkapasitas 2 kg. penggunaan palu konde adalah untuk membantu meluruskan, meratakan permukaan benda kerja yang berkelok atau melengkung, untuk membentuk sudut pada benda kerja dengan tujuan mengurangi atau meniadakan distorsi. atau digunakan untuk tujuan membantu persiapan pengelasan. Palu konde juga harus dikontrol kondisinya agar tidak kocak serta dalam penyimpananya harus tertata rapi dan tidak saling bertumpukan atau bergesekan dengan alat lainnya. Gambar 1.6 Palu konde4. Gerinda tangan

Gerinda tangan ini berfungsi untuk menyiapkan material yang akan di las berupa penyiapan kampuh las. Gerinda ini juga digunakan untuk membantu dalam proses pengelasan khususnya dalam pembersihan lasan sebelum di sambung atau sebelum ditumpuki dengan lasan lapis berikutnya. gerinda tangan ini juga digunakan untuk membantu dalam memperbaiki cacat las yang memerlukan penggerindaan dalam persiapannya sebelum diperbaiki cacat pengelasan tadi.Gambar 1.7 Gerinda tanganDalam penggunaannya :Periksa kabel gerinda apakah ada yang terkelupas atau tidak, jika ada segera diisolasi agar operator tidak tersengat listrik. Pastikan saklar dalam kondisi OFF sebelum kabel dihubungkan pada sumber listrik. Pastikan batu gerinda terpasang dengan kuat dan tepat dan kemudian peganglah gerinda pada tangkai gerinda dengan kuat. Hubungkan kabel gerinda dengan sumber listrik dan kemudian hidupkan dengan menekan tombol ON. Gunakan kaca mata putih saat menggerinda. Setelah selesai tekan saklar OFF dan lepas kembali kabel dari sumber arus. Gulung kabel sedemikian rupa dan simpanlah pada tempatnya dengan aman dan tidak saling bertindih dengan alat lain.5. Sikat baja

Alat Bantu sikat baja berfungsi untuk membersihkan permukaan benda kerja yang akan dilas atau menyambung lasan yang terhenti karena pergantian elektroda. Sikat baja digunakan setelah hasil lasan dibersihkan dengan palu terak, permukaan harus bersih dari kotoran, adanya kotoran akan menghambat proses pencampuran cairan lasan yang akan mengakibatkan cacat las.

Gambar 1.8 Sikat baja lasI.2.1.3 Peralatan Keselamatan Kerja LasAlat keselamatan kerja las adalah sangat fital untuk digunakan. Penggunaan alat keselamatan kerja las akan memberikan jamiman keselamatan kepada juru las maupun lingkungan. Pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas dan kwalitas hasil lasan.

1. Pakaian kerja

Dengan menggunakan pakaian kerja, juru las akan merasa nyaman dalam bekerja karena tidak berfikir tentang lingkungan yang dapat mengotori pakaiannya. di samping itu pula dengan menggunakan pakaian kerja juru las memiliki keleluasaan untuk bergerak mengahadapi pekerjaannya. Pakaian kerja dapat terbuat dari bahan katoon, kulit atau levis. Kemeja kerja jurulas dibuat lengan panjang dan bercelana panjang.

Gambar 1.9 Pemakaian peralatan keselamatna kerja juru las2. Helm las/topeng las

Helm las/topeng las digunakan untuk melindungi muka dari sinar las (sinar ultraviolet, infra red), radiasi panas las serta percikan bunga api las. Apabila muka juru las tidak dilindungi maka kulit muka akan terbakar dan sel-sel kulit maupun daging akan rusak. Pada helm las tertentu didesain dilengkapi dengan masker hidung, yang fungsinya adalah melindungi diri dari asap las dan debu pengelasan. asap las, dan debu ini akan mengganggu pernapasan dan dapat mengakipatkan penyakit paru-paru (pernapasan) serta ginjal.

3. Kaca las (topeng las)Kaca las akan melindungi mata dari sinar las yang menyilaukan, sinar ultra violet, dan infra red. Nyala-nyala ini akan mampu merusak penglihatan mata juru las, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan. Pemilihan kaca las disesuaikan dengan besar kecilnya arus pengelasan yang digunakan juru las (lihat tabel) pada buku-buku referensi pengelasan. contohnya adalah untuk pengelasan sampai 150 ampere menggunakan kaca las NO 10.

Gambar 1.10 Kaca las (topeng las)

4. Apron (pelindung dada)

Apron berfungsi untuk melindungi dada dari sinar ultra violet, infra red, percikan bunga api las dan panas pengelasan. pelindung dada ini terbuat dari kulit yang lentur.

Gambar 1.11 Apron (pelindung dada)5. Sarung tangan

Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari sengatan listrik, panas lasan, dan bend-benda yang tajam.

6. Sepatu kulit kapasitas 2 ton

Sepatu las terbuat dari kulit yang pada ujungnya terdapat logam pelindung dengan kapasitas 2 ton. Sepatu las akan melindungi juru las dari sengatan listrik, kejatuhan benda, benda-benda yang panas dan benda-benda yang tajam.

Gambar 1.12 Sarung tangan las

Gambar 1.13 Sepatu lasI.2.2 Persiapan Teoritis Sebelum Pengelasan

Untuk menjadi seorang juru las yang kompeten maka seseorang harus dibekali pengetahuan tentang :

1. Mengerti kampuh las

Untuk mempermudah pelaksanaan pengelasan maka dibuat symbol pengelasan sebagai informasi dari perancang ke pelaksana di lapangan. Berikut adalah macam kampuh las lengkap dengan symbol-simbol yang banyak digunakan.

2. Mengerti gambar teknik

Mahasiswa harus mengerti sedikit tentang membaca gambar teknik, gambar konstruksi, membuat sketsa, symbol las, dan lain-lain.

Gambar 1.14 Siap melaksanakan pengelasan

3. Mengerti gambar teknik

Mahasiswa harus mengerti sedikit tentang membaca gambar teknik, gambar konstruksi, membuat sketsa, symbol las, dan lain-lain.

3. Bisa mengatur arus sesuai dengan ukuran elektroda

Pemilihan ukuran elektroda biasanya sudah tercantum pada trafo las, sehingga arus listrik yang digunakan tinggal menggeser hendel arus pada trafo.4. Mengerti ilmu bahan/material

Mahasiswa harus mengerti sedikit tentang ilmu bahan, terutama logam ferro dan non-ferro, titik lebur logam, dan sifat-sifat logam.

5. Memahami keselamatan kerja

Mahasiswa harus memahami keselamatan kerja, misalnya memakai dan menggunakan peralatan keselamatan dengan benar termasuk langkah-langkah pencegahan kecelakaan dan hal-hal yang perlu untuk menjamin cara pengelasan yang mematuhi syarat-syarat kesehatan. Gambar 1.15 Macam kampuh las dan simbolnyaI.3 Mengeset Mesin Las dan Elektroda

Teknik dalam merangkai peralatan las busur manual ini harus dipahami oleh mahasiswa. Tujuannya adalah agar pada saat melaksanakan perangkaian tidak menimbulkan kecelakaan atau kesulitan. Hal-hal yang perlu dipahami adalah :

Alat keselamatan kerja yang dibutuhkan untuk merangkai peralatan las dan cara penggunaannya

Bagian-bagian yang harus dikontrol sebelum perangkaian dilakukan

Posisi tubuh (sikap kerja) pada saat merangkai

Hal-hal yang harus dikontrol setelah proses merangkai selesai dilaksanakan

Kegiatan ini harus dapat diketahui dan dilakukan oleh mahasiswa, agar proses pengelasan dapat berjalan dengan lancar. Jika kegiatan ini tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa maka proses menyetelan mesin las dan penggunaan alat keamanan harus dijelaskan dahulu oleh instruktur.

Pemahaman tentang polaritas pengelasan wajib diketahui oleh juru mahasiswa. Polaritas akan menentukan hasil pengelasan yang dilakukannya, misalkan penembusan dangkal, sedang atau dalam. Berdasarkan pengetahuan tersebut, mahasiswa akan dapat menentukan polaritas apa yang dipakai untuk melakukan pengelasan pada logam dengan ketabalan, jenis bahan dan posisi pengelasan tertentu.

Berikut data tentang polaritas dan pengaruhnya terhadap pengelasan.

Tabel 1.2 Pengaruh polaritas terhadap penetrasi hasil pengelasan

Ketentuan di atas akan memberikan petunjuk bagi mahasiswa untuk mempersiapkan peralatan las untuk pengelasan dengan tujuan tertentu.

Peralatan las busur manual harus dilaksanakan dengan benar, kuat dan aman. keadaan semacam ini akan memberikan jaminan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan yang dimaksud di sini adalah selamat bendanya (tidak rusak), selamat orangnya, dan selamat lingkungannya. Kabel-kabel dihubungkan dengan teknik yang benar dan kuat sesuai dengan SOP (standar operasional prosedur).

Gambar 1.16 Rangkaian pengelasan dengan arus searah dan skema nyala busur

I.4 Polaritas Pengelasan

Mengelas dengan busur nyala listrik sebagai sumber panas, arus listrik yang digunakan bisa berupa arus searah atau bolak balik. Dalam hal arus bolak balik tidak masalah dengan polaritas, namun dengan menggunakan arus searah maka polaritas harus benar-benar diperhatikan sebelum mulai pengelasan.

Terdapat dua jenis polaritas, yakni polaritas lurus (straight polarity) dan polaritas terbalik (reverse polarity). Disebut polaritas lurus apabila tangkai las dihubungkan dengan kutup negative sedangkan kelem las dihubungkan dengan kutup positif, dan disebut polaritas terbalik apabila tangkai las dihubungkan dengan kutup positf sedangkan kelem las dihubungkan dengan kutup negative.

Gambar 1.17 Mesin las AC dan DC serta cara pengaturan polaritasBeberapa jenis elektroda las sengaja dibuat untuk polaritas lurus maupun polaritas terbalik arus searah. Apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan polaritas maka nyala busur tidak konstan, produksi gas berlebihan, dan menimbulkan percikan-percikan dan gelembung gas, sehingga penetrasi pengelasan tidak sempurna.Manfaat polaritas berhubungan dengan sifat coating (zat pelindung) elektroda, ada coating bekerja lebih baik bila bekerja dengan polaritas lurus, dan ada coating bekerja lebih baik dengan polaritas terbalik.

I.5 Cara Memulai Penyalaan dan Pengelasan Busur Nyala ListrikCara 1 memulai penyalaan

Gambar 1.18 Cara 1 memulai penyalaan busur nyala listrik1. Pegang tangkai las elektroda tegak lurus terhadap pelat/benda kerja.

2. Ketukkan beberapa kali ke permukaan benda kerja.

3. Setelah timbul nyala busur listrik, angkat elektroda setinggi garis tengah elektroda agar elektroda tidak lengket pada benda kerja.

Cara 2 memulai penyalaan

Gambar 1.19 Cara 2 memulai penyalaan busur nyala listrik1. Pegang tangkai las elektroda hingga membentuk sudut 600 terhadap benda kerja.2. Gerakkan/ayun elektroda hingga menyinggung permukaan benda kerja.

3. Setelah timbul nyala busur listrik, angkat elektroda setinggi garis tengah elektroda agar elektroda tidak lengket pada benda kerja.Cara memulai pengelasan

Gambar 1.20 Cara memulai pengelasan

Sudut pengelasan sekitar 5o hingga 10o miring terhadap gerakan elektroda, dan elektroda tegak lurus benda kerja. Lakukan cara memulai penyalaan busur, tahan jarak elektroda setinggi garis tengah elektroda. Perbesar jarak elektroda menjadi dua kali garis tengah elektroda untuk memanaska benda kerja. Kalau benda kerja telah panas, kembalikan jarak elektroda ke posisi semula yaitu satu kali garis tengah elektroda, dan miringkan elektroda hingga membentuk sudut 5o hingga 10o. Biarkan alur las terbentuk hingga 1,5 hingga 2 kali diameter elektroda, dan gerakkan searah alur las dengan mempertahankan lebar alur hingga pengelasan selesai. Buang lapisan slag (terak).

Gambar 1.21 Lebar alur lasI.6 Mengelas dengan Posisi Datar (flat) Tentukan polaritas, misalnya arus DC polaritas lurus. Seting posisi arus pada trafo sesuai diameter elektroda. Hubungkan penjepit las/klem benda kerja dengan pool positif. Hubungkan tangkai elektroda las dengan pool negative. Siapkan bahan yang akan di-las, dan bersihkan kampuh . Seting posisi benda kerja yang akan di-las sesuai gambar. Lakukan langkah I.4 untuk memulai penyalaan dan pengelasan atau

Lakukan Scratching , yakni memposisikan elektroda pada sudut tertentu dan menggoreskannya pada permukaan benda kerja, kemudian tarik elektroda secepatnya setelah menghasilkan nyala untuk menjaga jarak nyala dan mencegah lengketnya elektroda pada benda kerja. Lakukan gerakan/ayunan elektroda sesuai keinginan.I.7 Berbagai Bentuk Gerakan/ayunan Elektroda

Gambar 1.22. Berbagai bentuk gerakan/ayunan elektroda

I.8 Berbagai Posisi Pengelasan

Gambar 1.23 Berbagai posisi pengelasan

Gambar 1.24 Cara penempatan elektroda pada pengelasan mendatar

Gambar 1.25 Cara penempatan elektroda pada pengelasan horizontal dan vertikalI.9 Macam-macam Kesalahan Las dan Penyebabnya Bagian yang tidak kalah pentingnya adalah seseorang/juru las harus mampu mengenali kesalahan/kegagalan dalam pengelasan, dengan cara visual atau melakukan uji terhadap hasil lasan. Adapun kesalahan-kesalaahan dalam pengelasan dapat dibagi menjadi dua :

1. Kesalahan visual (dapat dilihat dengan mata)

2. Kesalahan non-visual (tidak tampak)I.9.1 Kesalahan VisualKesalahan Undercutting

Sisi-sisi kampuh las ikut mencair dan masuk ke dalam alur las, sehingga terbentuk parit disisi kanan dan kiri alur sehingga mengurangi ketebalan bahan. Hal ini disebabkan terlalu tingginya temperatur pengelasan karena pemakaian arus yang terlalu besar, dan ayunan elektroda terlalu pendek.

Gambar 1.26 Kesalahan UndercuttingKesalahan Weaving fault

Bentuk alur bergelombang sehingga ketebalan alur tidak merata. Hal ini disebabkan gerakan/ayunan elektroda terlalu besar.

Gambar 1.27 Kesalahan Weaving faultKesalahan Surface porosity

Terbentuknya lubang-lubang gas pada permukaan lasan yang biasanya disebabkan oleh :

Elektroda basah

Kampuh kotor

Udara sewaktu mengelas terlalu besar

Gas yang berasal dari galvanisasi

Gambar 1.28 Kesalahan Surface porosityKesalahan Fault of electrode

Bentuk alur las menebal pada jarak tertentu yang diakibatkan pergantian elektroda atau pada sambungan las yang sempat terhenti.

Gambar 1.29 Kesalahan Fault of electrode Kesalahan Weld spatter

Alur las kasar dan punuh dengan bekas percikan-percikan las/slag, hal ini disebabkan oleh :

Arus terlalu besar

Salah jenis arus listrik

Salah polarisasi

Gambar 1.30 Kesalahan Weld spatterKesalahan Alur las terlalu tinggi

Bentuk kampuh ramping dan menonjol ke atas, hal ini disebabkan oleh :

Arus terlalu rendah Jarak elektroda terlalu dekat dengan benda kerja (kurang dari satu kali diameter elektroda)

Gambar 1.31 Kesalahan Alur las terlalu tinggiKesalahan Alur las terlalu lebar

Jika dibandingkan dengan tebal benda kerja/pelat, alur las terlalu lebar, hal ini disebabkan oleh kecepatan gerak elekktroda terlalu lambat.

Gambar 1.32 Kesalahan Alur las terlalu lebarKesalahan Alur las tidak beraturan

Disebabkan oleh orang yang mengelas tanpa dasar keterampilan dan pengetahuan tentang las yang memadai, sehingga gerakan dan posisi elektroda tidak beraturan, dan kadang-kadang jarak elektroda ke permukaan benda kerja/pelat terlalu dekat atau jauh.

Gambar 1.33 Kesalahan Alur las tidak beraturanKesalahan Alur las terlalu tipis (cekung)

Diakibatkan oleh kecepatan mengelas/elektroda terlalu tinggi.

Gambar 1.34 Kesalahan Alur las terlalu tipis (cekung)I.9.2 Kesalahan Non-visualKesalahan Dasar concave (cekung)

Pada pengelasan pertama terjadi pencekungan, hal ini disebabkan oleh arus terlalu besar atau kecepatan gerak elektroda terlalu tinggi sehingga sebagian cairan las jatuh ke bawah.

Gambar 1.35 Kesalahan Dasar concave (cekung)Kesalahan Dasar berlubang-lubang

Disebabkan oleh posisi elektroda terlalu dalam sewaktu mengelas dan arus terlalu besar.

Gambar 1.36 Kesalahan Dasar berlubang-lubangKesalahan Incomplete penetration

Akibat cairan las yang tidak tembus ke bawah, hal ini disebabkan beberapa hal yakni :

Letak elektroda terlalu tinggi Arus terlalu lemah

Jarak sisi kampuh terlalu rapat

Gambar 1.37 Kesalahan Incomplete penetrationPAGE 1Laboratorium Mekanik RHVAC 2010