bab i - jurnal online antropologi itb | kumpulan jurnal ...  · web viewsesungguhnya diperlukan...

37
BUDAYA PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN GASIBU LAPORAN KU4184 ANTROPOLOGI Oleh : KELOMPOK 8B Hera Rosmiati 10506079 Ratna Pemila 10606033 Alfeus Ebenezer Kaban12005063 Asmoro Santo 12206043 Louis Marcel 12206083 Ery Adhityo Wibowo 13204105 MATA KULIAH DASAR UMUM SOSIOTEKNOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2010

Upload: doandiep

Post on 20-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

BUDAYA PEDAGANG KAKI LIMA

DI KAWASAN GASIBU

LAPORAN KU4184 ANTROPOLOGI

Oleh :

KELOMPOK 8B

Hera Rosmiati 10506079

Ratna Pemila 10606033

Alfeus Ebenezer Kaban12005063

Asmoro Santo 12206043

Louis Marcel 12206083

Ery Adhityo Wibowo 13204105

MATA KULIAH DASAR UMUM SOSIOTEKNOLOGI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2010

Page 2: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................11.1 Latar Belakang.........................................................................................................................11.2 Judul.........................................................................................................................................21.3 Identifikasi Masalah.................................................................................................................21.4 Rumusan Masalah....................................................................................................................21.5 Tujuan Penelitian......................................................................................................................2BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................................32.1 Isi Kebudayaan Menurut C. Kluckholn....................................................................................32.2 Teori J.G Frazer Mengenai Ilmu Gaib Dan Religi...................................................................32.3 Emergent Norm Theory (Turner Killian).................................................................................3BAB IIIMETODE PENELITIAN..................................................................................................43.1 Studi Literatur...........................................................................................................................43.2 Observasi..................................................................................................................................43.3 Wawancara...............................................................................................................................4BAB IVANALISIS DAN PEMBAHASAN..................................................................................64.1 Budaya PKL Menurut Persepsi Masyarakat............................................................................64.2 Sistem Bahasa.........................................................................................................................104.3 Sistem Religi..........................................................................................................................124.4 Teknologi................................................................................................................................134.5 Sistem Kemasyarakatan.........................................................................................................134.6 Sistem Ekonomi.....................................................................................................................164.7 Sistem Pengetahuan................................................................................................................17BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................185.1 Kesimpulan.............................................................................................................................185.2 Saran.......................................................................................................................................18BAB VIHASIL DISKUSI DI KELAS.........................................................................................19DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22

Page 3: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap hari Minggu, kawasan Gasibu selalu penuh sesak oleh pedagang kaki lima

yang menjadikan kawasan tersebut sebagai pasar kaget. Para pedagang menempati daerah

Gedung Sate, lapangan Gasibu, hingga Monumen Perjuangan Rakyat.

Pembeli merasa diuntungkan dengan adanya pasar tersebut. Hal ini dibuktikan

dengan jumlah pembeli yang tidak berkurang, bahkan semakin bertambah. Keramaian ini

tentu menimbulkan kekacauan lalu lintas.

Di balik ramainya suasana tersebut, tentu banyak hal menarik yang bisa diungkap.

Salah satunya adalah kebudayaan pedagang kaki lima. Dan tema itulah yang kami

jadikan sebagai tema penelitian.

Ketertarikan kami akan masalah ini disebabkan karena latar belakang pedagang di

kawasan itu beragam. Keragaman tersebut bisa meliputi tempat tinggal, suku, bahasa,

agama, tingkat pendidikan, dan lain-lain.

Mengapa kami yakin bahwa mereka beragam? Sebab kenyataan saat ini menunjukkan

bahwa di Gasibu, terjadi pertemuan antara penjual dan pembeli dalam jumlah besar

dalam sehari. Transaksi ekonomi banyak terjadi di sana. Tentu saja orang-orang dari

berbagai tempat banyak yang tertarik untuk memanfaatkan peluang ekonomi ini.

Keragaman itulah yang ingin kami uraikan di sini. Kami menganalisisnya dan

menggambarkannya secara jelas dan sistematis.

Page 4: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

1.2 Judul

Penelitian ini kami beri judul “Budaya Pedagang Kaki Lima di Kawasan Gasibu”

1.3 Identifikasi Masalah

1. Kawasan Gasibu setiap hari Minggu selalu ramai dengan aktivitas perdagangan

2. Kehidupan sosial pedagang kaki lima di Gasibu sangat beragam

3. Tingkat pendidikan pedagang kaki lima di Gasibu secara umum rendah

1.4 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah struktur sosial pedagang kaki lima di kawasan Gasibu?

2. Bagaimana latar belakang pendidikan pedagang kaki lima?

3. Apa pekerjaan mereka pada hari lain?

4. Faktor apa saja yang turut dipengaruhi oleh pilihan mata pencaharian mereka?

5. Apa pengaruh religiusitas pedagang dalam kehidupan ekonomi mereka?

6. Bahasa apa yang mereka gunakan?

7. Teknologi apa saja yang mereka gunakan dalam berdagang?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Menggambarkan kebudayaan pedagang kaki lima ditinjau dari unsur ekonomi,

sistem pengetahuan, bahasa, sistem religi, teknologi, dan sistem kemasyarakatan.

2. Menemukan keterkaitan antarunsur pada tujuan pertama.

Page 5: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam laporan ini, ada bebarapa teori yang kami gunakan untuk analisis sistem

kebudayaan PKL di Gasibu, yaitu:

2.1 Isi kebudayaan menurut C. Kluckholn

Kluckholn mengelompokkan unsur kebudayaan ke dalam tujuh unsur, yaitu.

1. Sistem peralatan & perlengkapan hidup.

2. Sistem mata pencaharian.

3. Sistem kemasyarakatan.

4. Bahasa.

5. Kesenian.

6. Sistem pengetahuan.

7. Sistem religi.

2.2 Teori J.G Frazer mengenai ilmu gaib dan religi

Teori ini menyatakan bahwa manusia memecahkan soal- soal hidupnya dengan akal

dan system pengetahuannya, tetapi akal dan system pengetahuan itu ada batasnya. Soal-

soal hidup yang tak dapat dipecahkan akal pikiran dipecahakan dengan magic, ilmu gaib.

2.3 Emergent Norm Theory (Turner Killian)

Bunyi teori ini yaitu interaksi yang tidak ada aturannya sering muncul aturan-aturan

baru yang diikuti oleh kerumunan.

Page 6: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian yang kami lakukan melalui tiga metode yakni sebagai berikut:

3.1 Studi Literatur

Literatur yang kami gunakan sebagai metode penelitian berasal dari teori-teori di

internet dan buku yang menunjang penelitian kami.

3.2 Observasi

Observasi yang kami lakukan di sini maksudnya memantau dari dekat cara-cara

pedagang dan pembeli di Gasibu saling berinteraksi. Interaksi tersebut kami amati dengan

seksama, sehingga gambaran pola kebudayaan mereka bisa kami teliti.

3.3 Wawancara

Kami juga melakukan wawancara kepada beberapa pedagang di kawasan Gasibu

untuk mengetahui secara lebih detail mengenai sistem kebudayaan di kawasan tersebut.

Kami tidak menerapkan metode survei karena tingkat pendidikan mereka rendah

sehingga dikhawatirkan akan menyulitkan proses pengisian kuesioner.

Adapun data responden yang kami wawancarai yakni seperti berikut ini.

0.0020.00

40.0060.00

Suku (%)

54.50

9.127.3

9.1

Tdk MenyebutkanSumateraJateng & JatimJabar

Page 7: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

Grafik 1. Data responden berdasarkan suku

Grafik 2. Data responden berdasarkan jenis kelamin

Grafik 3. Data responden berdasarkan tingkat pendidikan

0.0050.00

100.00

Jenis Kelamin

(%) 18.2081.8

Laki-lakiPerempuan

0.00 20.00 40.0060.00

Pendidikan (%)

9.1027.3

18.245.5

SMASMPSDTidak lulus SD

Page 8: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Budaya PKL Menurut Persepsi Masyarakat

Pedagang kaki lima (PKL) merupakan komunitas pedagang yang tampak tidak asing

lagi di beberapa kota di Indonesia, khususnya Bandung, Jakarta, Surabaya, Yogyakarta,

serta seluruh kota besar dan kecil di Indonesia dipenuhi PKL. Bahkan di negara lain,

seperti Thailand, juga demikian.

Dari sudut pandang filsafat ekonomi, PKL adalah antitesis dominasi korporatisme

global yang mendominasi seluruh sudut kota dengan jaringan pertokoan ritel. Sebagai

antitesis, PKL adalah manifestasi perlawanan dari si kecil melawan si besar, yaitu

perlawanan pemodal kecil kepada pemodal besar yang mampu membangun pusat

pertokoan di berbagai lokasi strategis dengan biaya mahal.

Bagi konsumen, PKL adalah solusi pemenuhan kebutuhan di tengah harga-harga

yang melambung tinggi. Konsumen dengan daya beli rendah akan cenderung memilih

barang-barang dari PKL dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak hanya masyarakat

dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, masyarakat dari kalangan eknomi menengah

ke atas pun juga memilih berbelanja sebagian kebutuhan hidupnya di PKL. Tentu saja

terdapat simbiosis mutualisme antara konsumen dan PKL. Dengan demikian, pemerintah

sebagai pelayan masyarakat seharusnya tidak mengobrak-abrik PKL, tetapi

memberdayakannya.

Dari sisi budaya, PKL adalah penyemarak semangat budaya, ekonomi, dan pariwisata

suatu kota. Bukan sekadar penyemarak, PKL juga merupakan penanda atau ikon suatu

perkumpulan, pesta, dan kerumunan massa. Contohnya, pasar tumpah di berbagai sudut

kota pada hari Minggu, banyak yang melakukan aktivitas pagi di pusat keramaian

tertentu. Di Bandung, keramaian itu terkonsentrasi di Gasibu dan beberapa tempat lain.

Page 9: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

Apabila dikaitkan dengan data dan sejarah ekonomi republik ini, harus diakui bahwa

usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang di dalamnya termasuk PKL, sangat

berperan dalam membangun fondasi perekonomian nasional. Selain menyumbang produk

domestik bruto (PDB) sebesar Rp 1.505,3 triliun (30,3 persen), sektor usaha mikro juga

mampu menyerap 83.647.711 tenaga kerja (89,3 persen). Pelaku usaha mikro di negeri

kita mendominasi. Menurut basis data UMKM, jumlah usaha mikro di Indonesia sekitar

50,70 juta unit atau 98,9 persen.

Apabila dibandingkan dengan usaha besar yang hanya 43.700 unit dan menyerap 2,3

juta tenaga kerja (2,9 persen), usaha besar tersebut msmpu memberikan sumbangannya

bagi PDB yang relatif besar, terlihat jelas bahwa UMKM lebih berperan bagi

pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, untuk menciptakan kekuatan ekonomi

bangsa ke depan, diperlukan suatu transformasi atau upaya ekspansif dari pengusaha

mikro untuk memajukan usahanya. Dengan kata lain, perlu dilakukan ekspansi dari jenis

usaha mikro menjadi usaha kecil, sampai bertransformasi ke bentuk usaha menengah.

Berdasarkan hasil wawancara dan studi literatur yang telah dilakukan oleh kelompok

kami, persepsi yang meliputi pandangan dan enilaian masyarakat mengenai PKKL yang

menjamur di beberapa kawasan di kota Bandung, seperti Gasibu, Dalem Kaum, Pasar

Baru, dan wilayah lainnya, sebagaian besar mengungkapkan bahwa keberadaan PKL

menimbulkan dampak positif maupun negatif. Penilaian masyarakat yang sekaligus

menjdai fakta bagi keberadaan PKL adalah PKL cenderung mengganggu ketertiban dan

keindahan lingkungan, khususnya fasilitas umum, menjadi salah satu penyebab

kemacetan lalu lintas, ketersediaan fasilitas yang diberikan untuk melayani konsumen

sangat rendah, misalnya dari segi kebersihan, mutu, serta memiliki posisi yang lemh

terhadap hukum yang berlaku, hal ini disebabkan kegiatan berdagang yang dilakukan

PKL berada di tempat-tempat yang merupakan akses publik.

Dari sisi regulasi, keberadaan PKL yang semakin menjamur dan dinilai mengganggu

ketertiban umum tersebut mencerminkan ketidakpastian aturan yang ditetapkan dan

bermainnya oknum-oknum aparat yang menikmati jasa keamanan. Argumentasi inilah

yang dipergunakan aparat pemerintah untuk membubarkan PKL. Sesungguhnya

diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan

Page 10: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

memberdayakan PKL. Argumentasinya jelas, landasan konstitusional pemberdayaan

PKL diatur oleh kewajiban negara untuk memberikan penghidupan yang layak bagi

warga negaranya.

Faktanya, pelaku usaha PKL adalah mereka yang secara ekonomi lemah. Menjadi

PKL dilakukan demi menjaga kelangsungan hidup mereka, bukan untuk memperkaya

diri. Dengan demikian, keberadaan PKL harus dijaga dan diberdayakan, sehingga

aktivitas ekonomi (perdagangan) tetap dapat dilakukan, namun di sisi lain penegakan

keamanan dan ketertiban masyarakat pun tetap berjalan.

Pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa langkah. Pertama,

melakukan edukasi mengenai aturan hukum dan kesadaran keagamaan. Dalam konteks

ini, jangan ada sikap rancu dan premanisme. Jika kebijakannya ambigu, di satu sisi

dibubarkan dan di sisi lain dimintai setoran, selama itu PKL akan ada. PKL adalah wajah

kebobrokan oknum aparat keamanan dan ketertiban negara.

Dalam edukasi dan pembinaan keagamaan, sebaiknya dilakukan kerja sama dengan

organisasi keagamaan yang dekat dengan wilayah tersebut. Selain itu, PKL harus

diorganisasi agar keanggotaannya terkontrol dan tidak terjadi hukum rimba. Selama ini

pengorganisasian lebih untuk kepentingan memungut retribusi dibandingkan dengan

pembinaan. Lebih lanjut, di setiap wilayah didirikan koperasi sebagai lembaga yang

menaungi para anggota PKL yang telah diorganisasi itu.

Kedua, PKL yang lokasinya tidak mengganggu ketertiban umum sebaiknya terus

dibina dan diberdayakan untuk menjadi duta pariwisata. PKL yang dilokalisasi di daerah

tertentu, dengan keunikannya, dapat menjadi aset pariwisata.

Ketiga, edukasi dan pembinaan sebaiknya diarahkan juga pada upaya untuk

menaikkelaskan PKL. Keberadaan koperasi dan lembaga keuangan penting agar PKL

yang omzetnya ratusan ribu rupiah naik kelas menjadi ratusan juta rupiah. Berbagai

pelatihan bidang administrasi dan akses ke perbankan harus dilakukan.

Keempat, konsistensi pemerintah daerah mutlak diperlukan. Pemerintah daerah harus

melihat PKL sebagai aset ekonomi yang mampu menggerakkan ekonomi masyarakat

lebih baik, bukan sebaliknya dipandang sebagai pengganggu ketertiban dan sumber

Page 11: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

retribusi semata. Pemerintah daerah harus mengatur PKL di lokasi yang strategis dan

selama ini banyak pembeli tanpa mengganggu ketertiban. Komitmen itu harus dibangun

kelompok PKL yang diorganisasi sehingga merekalah yang menjaga agar lokasi

usahanya tetap tertib.

Selama ini PKL menolak pemindahan karena lokasi yang ditawarkan selalu

bermasalah. Ini soal moralitas kepemimpinan. Pemerintah harus berpihak kepada PKL.

Usia usaha PKL sama dengan usia keberadaban manusia yang mulai mengenal pasar

sebagai pusat kegiatan ekonomi. Jadi, secara antropologis, PKL adalah kebudayaan

ekonomi yang telah lama ada dan penting bagi kehidupan manusia. Jika demikian, yang

penting adalah memberdayakan, bukan membubarkannya sebab PKL pun harus dapat

memenuhi kebutuhan demi kelangsungan hidupnya.

Di balik fakta keberadaan PKL yang dinilai mengganggu ketertiban, khususnya PKL

yang menggunakan fasilitas umum dalam berdagang, minat masyarakat untuk terjun

melibatkan diri dalam aktivitas jual beli atau berbelanja, semakin lama semakin

meningkat. Sebagai contoh, PKL yang berdagang di pasar Minggu di kawasan Gasibu,

setiap minggunya dipadati oleh ratusan warga yang hendak berbelanja atau sekadar cuci

mata sambil berolahraga di daerah tersebut. Masyarakat yang terlibat dalam aktivitas jual

beli tersebut berasal dari berbagai wilayah, bukan hanya dari sekitar Gasibu, namun dari

daerah lain di Bandung, Kabupaten Bandung, bahkan hingga dari luar Jawa Barat serta

luar Pulau Jawa, seperti Padang atau Jambi.

Masyarakat yang terlibat dalam aktivitas jual beli di kawasan Gasibu setiap

minggunya bukan hanya didominasi oleh masyarakat menengah ke bawah, masyarakat

dari kalangan menengah ke atas pun turut serta dalam roda rutinitas tersebut. Ada yang

hanya datang untuk berbelanja atau mencuci mata dan berolahraga, namun ada juga

warga yang berasal dari kalangan menengah ke atas yang ikut berjualan dengan cara

membuka tenda atau menggunakan mobil, tidak jarang mobil yang digunakan untuk

berjualan adalah mobil yang mewah. Kesempatan adanya pasar Minggu di Gasibu ini

juga tidak jarang dimanfaatkan oleh para siswa atau mahasiswa untuk ikut berjualan

barang-barang sederhana, dari hasil dagangannya tersebut kemudian digunakan untuk

mendanai suatu kegiatan di sekolah atau kampusnya. Dari beragam aktivitas dan pelaku

Page 12: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

yang terlibat dalam perputaran roda ekonomi, khususnya di Gasibu setiap minggunya,

dapat diketahui bahwa kegiatan ekonomi tersebut telah mampu menggerakkan berbagai

lapisan masyarakat untuk ikut serta dalam salah satu bentuk roda perekonomian dan tentu

saja memberikan akses untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang terlibat di

dalamnya. Kondisi yang lahir akibat kegiataan tersebut, seperti kemacetan lalu lintas,

lingkungan yang kotor, kurangnya ketertiban dan keamanan di kawasan tersebut, menjadi

sisi lain yang berdampak buruk bagi kota Bandung. Oleh karena itu, untuk

mengoptimalkan potensi ekonomi yang dapat dihasilkan dari aktivitas pasar Minggu di

Gasibu, juga di beberapa kawasan lain di kota bandung dan kota-kota lainnya, diperlukan

suatu manajemen atau pengelolaan keberadaan dan aktivitas PKL yang baik, baik dari

segi tempat, pelayanan ketertiban dan keamanan, serta keindahan, sehingga penegakkan

hukum untuk keanaman dan ketertiban serta kesejarteraan masyarakat dapat ditegakkan

dan tidak merugikan masyarakat.

Sebagai masyarakat tentu saja kita semua berharap agar pemerintah daerah bukan

hanya mengejar keuntungan semata, namun tetap memberikan perhatian penuh terhadap

sektor ini. Bangunan-bangunan yang menjulang tinggi, sudah seharusnya dilengkapi

basement untuk para PKL. Memang dari sisi keuntungan, tidak akan menguntungkan

penyediaan basement untuk PKL dibandingkan dengan mall atau pusat-pusat perkantoran

maupun hotel-hotel, tetapi apabila hal ini dapat dilakukan, masyarakat akan melihat

pemerintah daerah mampu menjalankan kewajiban moralnya karena PKL eksistensinya

dilindungi undang-undang dan sebenarnya penertiban terhadap mereka tanpa

memberikan solusinya dapat melanggar HAM yang berkaitan dengan hak ekonomi,

sosial, dan budaya.

4.2 Sistem Bahasa

Bahasa merupakan salah satu komponen dalam kebudayaan, seperti yang terdapat

dalam teori yang dikemukakan oleh C. Kluckholn. Bahasa adalah salah sarana interaksi

dan komunikasi agar makna dan tujuan dari topik yang dibicarakan dapat tersampaikan

dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung yang dilakukan di

pasar Minggu Gasibu, dapat diketahui bahwa bahasa yang digunakan oleh para pedagang

bervariasi, antara lain :

Page 13: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

1. bahasa Indonesia

2. bahasa Sunda

3. bahasa Minang

4. bahasa Jawa

5. bahasa Melayu

6. campuran dari beberapa bahasa tersebut

Penggunaan bahasa tersebut dapat dilihat dari komunikasi pedagang dengan pembeli

dan pada saat menawarkan barang dagangannya dan dari hasil wawancara yang

dilakukan untuk mengetahui beberapa kebiasaan yang umumnya dilakukan oleh

pedagang tersebut.

Komunikasi menggunakan bahasa tersebut atau campuran dari beberapa bahasa atas

dilakukan antar sesama pedagang dan pada saat berinteraksi dengan pelanggannya.

Umumnya, pedagang yang berasal dari daerah Jawa Barat (suku Sunda) melakukan

komunikasi menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa yang digunakan sehari-hari juga

dengan pedagang lainnya, namun untuk pedagang yang berasal dari luar Jawa

Barat/bukan suku Sunda berinteraksi menggunakan campuran bahasa Indonesia dengan

bahasa Sunda dan bahasa dari daerah asalnya. Dalam berkomunikasi dengan rekan-

rekannya yang berasal dari daerah yang sama biasanya mereka menggunakan bahasa

daerah mereka masing-masing. Meskipun beberapa pedagang menggunakan bahasa

Indonesia atau bahasa Sunda dalam berinteraksi dengan pembeli atau pedagang lainnya,

dialek/logat daerah asal mereka, seperti Padang atau Batak, tetap tampak dan menjadi ciri

tersendiri.

Pedagang di Gasibu sebagian besar berasal wilayah Jawa Barat (suku Sunda) dan

Sumatra seperti Padang, Medan, dan Jambi, namun mayoritas bahasa yang umum

digunakan adalah bahasa Indonesia dan Sunda. Pada intinya bahasa yang digunakan oleh

pedagang mengikuti bahasa yang digunakan oleh pembelinya yang kadang berbahasa

Sunda, Indonesia maupun campuran Indonesia Sunda, disini pedagang menyesuaikan diri

dengan pembelinya agar komunikasi berjalan dengan baik, sehingga proses tawar-

Page 14: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

menawar barang yang dapat berjalan dengan nyaman dan akhirnya pembeli tertarik untuk

membeli barang dagangannya. Beberapa pedagang dari luar suku Sunda pun ternyata bisa

berbahasa Sunda karena mereka menyadari bahwa mereka berada di tanah Sunda. Oleh

karena itu, berdasarkan hasil survey dapat diketahui bahwa dalam komunitas pedagang di

Gasibu telah terjadi suatu proses adaptasi yang dilakukan oleh para PKL terhadap bahasa

yang umumnya digunakan di lingkungan tempat mereka berada sekarang. Setiap

organisme selalu melakukan proses adaptasi terhadap lingkungannya agar tetap survive.

4.3 Sistem Religi

Agama yang dianut sebagian besar PKL di gasibu adalah Islam. Sebagian besar dari

mereka mengaku tetap menjalankan ibadah di sela-sela kesibukan perdagangannya

walaupun tidak tepat waktu. Sehari-hari mereka juga rutin menjalankan ibadah.

Di kalangan pedagang, dikenal istilah benda penglaris, yaitu benda yang dipercaya

bisa membuat barang dagangan mereka laku. Salah satu bentuknya yang berhasil kami

ketahui yaitu uang dari pembeli pertama. Pedagang mengibas-ngibaskan uang tersebut ke

barang dagangan.

Fenomena ini sesuai dengan teori J.G Frazer mengenai ilmu gaib dan religi. Teori ini

mengatakan bahwa manusia memecahkan soal-soal hidupnya dengan akal dan sistem

pengetahuannya, tetapi akal dan sistem pengetahuan itu ada batasnya. Soal-soal hidup

yang tak dapat dipecahkan akal pikiran, dipecahkan dengan magic atau ilmu gaib.

Apalagi tingkat pendidikan pedagang rendah. Semakin rendah pendidikan,

kemampuan pikiran seseorang rendah. Dan semakin rendah kemampuan pikiran itu,

semakin mudah mereka meyakini ilmu gaib.

Namun tidak semua pedagang menjalani ritual tersebut. Mereka meyakini bahwa

agama yang mereka anut melarang hal tersebut.

4.4 Teknologi

PKL di gasibu sebagian besar tidak menggunakan teknologi tinggi dalam proses

jualannya, hanya alat-alat sederhana yang untuk operasionalnya dilakukan secara manual

seperti kalkulator atau timbangan yang dugunakan, tapi barang2 tersebut juga hanya

Page 15: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

digunakan oleh sebagian kecil pedagang sesuai dengan kebutuhannya. Jadi pada intinya

penyerapan unsur teknologi pada PKL gasibu untuk aktivitas berjualannya sangat minim,

tetapi untuk aktivitas kehidupan pribadinya para PKL menerapkan teknologi karena pada

umumnya mereka memiliki HP untuk kemudahan berkomunikasi. Penerapan teknologi

hanya sesuai dengan kebutuhan yang bias membantu kelancaran dalam beraktivitas

sebagai pedagang kaki lima, karena dalam situasi berjualan di jalan seperti yang

dilakukan PKL yang terpenting adalah pelayanan yang cepat dan memuaskan. System

perdagangan masih terbilang sederhana, maka dalam aktivitanya pun tidak diperlukan

penerapan penggunaan barang berteknologi tinggi.

4.5 Sistem Kemasyarakatan

Sistem kemasyarakatan secara umum menurut Emergent Norm Theory (Turner

Killian) menyatakan bahwa interaksi yang tidak ada aturannya sering memunculkan

aturan-aturan baru yang diikuti oleh kerumunan tersebut. Jadi ada semacam suatu

interaksi yang terjadi yang dilakukan oleh anggota dari masyarakat tersebut, dan interaksi

tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Akibatnya, setelah dilakukan secara berulang-

ulang, interaksi ini menjadi suatu yang diikuti oleh anggota masyarakat lainnya, sehingga

menjadi suatu kebiasaan atau tradisi di lingkungan masyarakat tersebut. Aspek ini dalam

antropologi disebut juga sebagai sistem kemasyarakatan.

Dalam studi kasus kelompok kami mengenai sistem kemasyarakatan para pedagang

kaki lima (PKL) di Gasibu Bandung, kami mendapatkan beberapa poin-poin penting

yang cukup menarik perhatian kami mengenai sistem kemasyarakatan yang berlaku di

antaa para pedagang kaki lima di Gasibu ini:

Gasibu ramai dipenuhi oleh para PKL terutama pada hari minggu, sejak subuh

hingga sore hari

Para PKL hanya saling mengenal dengan PKL lainnya yang lokasi berjualannya

berdekatan saja

Topik pembicaraan antara pedagang biasanya menyangkut keadaan dagangannya

Page 16: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

Para PKL telah terkoordinasi dengan baik, misalnya para pedagang tidak saling

berebutan tempat jualan

Perizinan cukup hanya kepada RT atau RW setempat

Iuran kepada Pemda tergantung besar / kecilnya dagangan

Polisi ikut ambil bagian dalam menerima uang iuran dari para pedagang ini

Dalam sistem kemasyarakatan yang terjadi di Gasibu ini, unur-unsur yang terdapat di

dalamnya antara lain adalah pedagang, pembeli, preman, serta aparat, baik aparat dari

pemda maupun aparat kepolisian. Interaksi yang terdapat di dalam sistem

kemasyarakatan Gasibu ini, selain interaksi antara pedagang dengan pembeli, adalah

interaksi antara pedagang dengan pedagang, pedagang dengan preman, serta pedagang

dengan aparat.

Para padagang di Gasibu saling mengenal satu sama lain dengan pedagang lainnya

tetapi hanya di kawasan yang terbatas, yaitu terbatas hanya dengan pedagang yang berada

si sekitar tempat jualannya saja. Selain mengenal pedagang lainnya karena lokasi yang

berdekatan, para pedagang ini juga umumnya saling mengenal para pedagang lainnya

yang memiliki kesamaan latar belakang seperti asal daerah, suku, ras, ataupun agama.

Akan tetapi, menurut analisis kelompok kami, alasan yang paling mendasar dalam

terciptanya relasi sistem kemasyarakatan yang baik antara sesama pedagang di Gasibu

adalah adanya kesamaan kepentingan. Karena adanya kesamaan tujuan yang ingin

dicapai, yaitu mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup inilah, maka tercipta

suatu komunitas pedagang kaki lima di Gasibu Bandung ini. Oleh sebab itu, topik

pembicaraan yang umunya berlangsung antar para pedagang ini adalah topik

pembicaraan yang mengenai kondisi jualannya masing-masing.

Jika diperhatikan PKL di gasibu bisa dikatakan terkoordinasi dengan baik, karena

mereka menempati lokasi berjualan yang sama setiap minggunya. Tidak terjadi perebutan

lokasi berjuaan antar pedagang sehingga mereka dapat berjualan dengan damai.

Sebenarnya para pedagang dapat terkoordinasi dengan baik seperti ini dikarenakan

terdapat pihak yang mengaturnya yaitu para aparat. Aparat di sini adalah orang-orang

yang dianggap berkuasa di daerah tersebut serta disegani. Oleh karena itu, aparat di sini

Page 17: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

terdiri dari para preman, pemda, serta polisi. Berdasarkan survey lapangan yang kami

lakukan, diperoleh informasi bahwa para pedagang yang hendak berjualan di Gasibu ini

terlebih dahulu harus membayar uang sewa atau yang disebut sebagai “iuran keanggotaan

tahunan” kepada asosiasi atau perkumpulan pedagang di Gasibu. Selain itu, setiap kali

berjualan, para pedagang ini juga harus membayar berbagai macam retribusi kepada para

preman maupun juga pemda, dimana dalam seharinya, mereka harus membayar hingga 3-

4 kali retribusi, seperti retribusi keamanan, kebersihan, dan lain-lain. Kami belum sempat

melakukan analisa yang lebih dalam mengenai “asosiasi pedagang” yang disebut-sebut

oleh para pedagang sebagai asosiasi yang memberikan perijinan kepada mereka, apakah

“asosiasi” ini benar merupakan perkumpulan dari para pedagang yang berjualan di

Gasibu, ataukah merupakan bentuk dari “aparat-aparat” yang mengkoordinasi para

pedagang ini. Dengan membayar uang iuran tahunan dan uang retribusi ini, para

pedagang tidak perlu khawatir lapaknya akan direbut oleh pedagang lainnya karena para

aparat ini yang akan menanganinya, sehingga perebutan tempat dapat dihindari.

Selain itu, kelompok kami juga menemukan suatu fenomena yang menarik terkait

dengan keterlibatan aparat kepolisian sistem kemasyarakatan para pedagang di Gasibu.

Kami menemukan bahwa secara berkala pada waktu-waktu tertentu, lewat mobil polisi di

sekitar Gasibu. Dan setelah diselidiki, ternyata polisi ini menerima uang dari petugas

pemda dan juga preman-preman sekitar. Ternyata uang yang diberikan kepada polisi ini

adalah uang yang berasal dari iuran yang dikumpulkan oleh para preman dan petugas

pemda dari para pedagang. Jadi, kami menyimpulkan bahwa petugas pemda dan para

preman pun juga ikut membayar “iuran” kepada pihak yang berwajib atau polisi untuk

turut serta menjaga keamanan di Gasibu dan sekitarnya. Jadi terdapat keterlibatan pihak

formal yaitu polisi di sektor informal yaitu para pedagang ini. Sebenarnya fenomena ini

sangat menarik untuk ditelaah lebih dalam lagi, namun karena katerbatasan akses serta

waktu dan tema yang diberikan sebagai tugas kami, maka kami tidak menyelidiki secara

lebih dalam lagi mengenai fenomena keterlibatan pihak polisi dalam sistem

kemasyarakatan para pedagang kaki lima di Gasibu ini.

Fenomena ini sesuai dengan teori Emergent Norm Theory. Teori ini berbunyi,

interaksi yang tidak ada aturannya sering muncul aturan-aturan baru yang diikuti oleh

kerumunan. Pada awalnya kawasan bukan merupakan pasar kaget seperti ini, melainkan

Page 18: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

pusat olahraga. Lama-kelamaan, berdatanganlah para pedagang sedikit demi sedikit. Saat

itu belum ada aturan yang mengikat di antara mereka. Kini, para pedagang telah memiliki

aturan tidak tertulis yang disepakati bersama, sebagaimana yang telah kami jelaskan

sebelumnya.

4.6 Sistem Ekonomi

Setiap hari minggu gasibu merupakan kawasan yang ramai dikunjungi orang, dengan

alasan inilah PKL berjualan disana, namun jika bukan hari minggu PKL ini berjualan di

tempat lain, bahkan melakukan profesi yang lain seperti menjadi kuli bangunan.

Berdasarkan sumber modalnya PKL disana dikelompokan menjadi 2 yaitu

1. PKL modal Pribadi : barang yang dijual berasal dari modal sendiri

2. PKL modal non pribadi : modal berasal dari pihak lain, PKL hanya menjualkan

barang milik orang lain.

Keduanya memiliki sisi positif maupun negatifnya bagi PKL, PKL modal pribadi

memiliki resiko yang tinggi dalam kegiatannya karena ia harus menanggung resiko

kehilangan modal akibat kerugian, namun keuntungan yang diperoleh 100% adalah

miliknya sehingga penghasilan lebih besar. PKL modal non-pribadi tidak menanggung

resiko kerugian, kerugian ditanggung oleh pemilik modal, tetapi pendapatan yang

diperoleh sedikit karena keuntungan jualan harus dibagi dengan pemilik modal.

Berdasarkan cara mendapatkan barang, PKL diGasibu dibagi menjadi 4 kelompok

1. pedagang yang membuat barang dagangannya sendiri contoh : pedagang makanan

2. Pedagang kulakan, pedagang yang membeli barang dagangannya secara glosiran

contoh pedagang sepatu, tas

3. Pedagang yang menjualkan barang dagangan orang lain (majikan)

4. Pedagang dadakan : sebenarnya meraka adalah karyawan sebuah toko, dimana

pada hari minggu toko tersebut membuka lapak di gasibu dan para karyawannya lah

yang disuruh berjualan disana.

Page 19: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

Kebanyakan menyatakan dengan pendapatan mereka, mereka dapat hidup

berkecukupan secara sederhana dan mereka juga selalu mengusahakan untuk

menyisihkan pendapatan mereka untuk dapat ditabung atau adapula keuntungan yang

diperoleh dibelikan lagi barang dagangan sebagai tambahan modal pendapatan yang

diperoleh beragam, pada umumnya pedagang yang berjualan dengan modal yang besar

memperoleh pendapatan yang besar pula, jadi pendapatan berbanding lurus dengan

modal.

4.7 Sistem Pengetahuan

Dilihat dari latar belakang pendidikan PKL digasibu paling tinggi adalah SMA,

bahkan ada PKL yang tidak tamat SD, jadi bisa dikatakan bahwa latar pendidikan PKL di

Gasibu Rendah. faktor kuat yang bisa menyebbabkan hal ini yaitu latar belakang

perekonomian PKL yang berasal dari kalangan ekonomi menenah ke bebawah sehingga

tidak ada biaya untuk bersekolah tinggi.

Namun dari hasil wawancara ternyata sebagian besar PKL menyekolahkan anaknya,

tetapi ada pula yang tidak menyekolahkan anaknya (mungkin putus sekolah atau anaknya

memang bukan usia belajar), berati kesadaran pentingnya pendidikan bagi PKL sudah

ada tetapi bukan menjadi prioritas yang utama. Pendidikan merupakan hal yang selalu

berbenturan dengan perekonomian, pada dasarnya orang akan mendahulukan

kepentingan sandang pangan demi kelangsungan hidupnya, dan jika ada kelebihan maka

kelebihan itu digunakan untuk keperluan lain seperti pendidikan.

Page 20: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah disebutkan sebelumnya, beberapa kesimpulan yang bisa

diambil antara lain:

1. Relasi sosial pedagang kaki lima di kawasan Gasibu cukup baik, meski terkotak-

kotak.

2. Pedagang meyakini religi, atau hal gaib/magis mempengaruhi kehidupan mereka.

3. Ada hubungan antara sistem pengetahuan dengan sistem ekonomi.

4. Teknologi yang digunakan untuk berdagang masih sederhana.

5. Secara umum, PKL menggunakan bahasa Sunda dan Indonesia untuk

berkomunikasi.

5.2 Saran

1. Saran Kepada pemerintah

Pemerintah hendaknya menertibkan perdagangan di Gasibu. Penertiban yang dapat

dilakukan misalnya memperjelas perizinan dan biaya retribusi. Pemerintah hendaknya

mentertibkan pelaku pemungutan iuran liar. Pemerintah hendaknya memperbaiki

pendidikan sehingga mudah diakses dan memperbaiki kualitas pendidikan agar

lulusannya bermutu

2. Kepada peneliti

Perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam dan terfokus lagi. Sebab, penelitian

yang kami lakukan berfungsi sebagai pembuka jalan karena kami hanya memaparkan

keseluruhan keadaan secara umum. Penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan adalah

penilitian terhadap masing-masing unsur.

Page 21: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

BAB VI

HASIL DISKUSI DI KELAS

6.1 Pertanyaan Taruna

1. Mengapa jumlah pedagang kaki lima di gasibu terus bertambah, padahal

tanggapan terhadap keberadaan PKL ini negatif?

Jawab: Meskipun merugikan pengguna kendaraan bermotor, banyak orang yang

merasa diuntungkan dengan adanya PKL tersebut, yaitu para pembeli. Mereka bisa

mendapatkan barang yang beraneka ragam dengan harga terjangkau.

2. Penghasilan PKL yang dipaparkan penyaji merupakan pendapatan atau laba?

Jawab: Pendapatan. Para pedagang tidak bisa menjawab dengan baik ketika ditanya

mengenai keuntungan. Hal ini disebabkan oleh sederhananya manajemen keuangan

mereka.

3. Apakah kalian menemukan kalangan atas yang berjualan di gasibu?

Jawab: Selama proses pengamatan dan wawancara, kami tidak menemukannya.

6.2 Pertanyaan Hamzah

1. Apakah kalian menemukan PKL gasibu yang sebenarnya bukan pedagang,

mahasiswa yang berdagang misalnya?

Jawab: Kami tidak menjumpai mahasiswa yang berdagang di Gasibu.

2. Sistem retribusi disana ilegal atau legal? Bagaimana tanggapan para PKL dan aparat?

Jawab: Retribusi atau iuran yang dikenakan kepada pedagang ada dua macam, yaitu

tahunan dan harian. Iuran tahunan sebesar Rp 150.000,00 per tahun. Iuran ini

Page 22: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

dikenakan kepada pedagang bermodal besar. Sedangkan iuran harian besarnya antara

Rp 500,00 sampai dengan Rp 1.000,00. Dalam sehari, mereka biasanya ditarik tiga

sampai empat kali. Jadi, rata-rata iuran yang mereka keluarkan Rp 1.500,00 sampai

dengan Rp 4.000,00 per hari. Kami belum mengetahui apakah iuran tersebut ilegal

atau legal sebab kami belum melakukan cross check ke pengurus RT ataupun

pemerintah baik provinsi maupun kota.

6.3 Pertanyaan Iman

1. Sejarah cikal bakal gasibu?

Jawab: Gasibu dahulu bukan merupakan tempat perdagangan seperti sekarang ini.

dahulu, Gasibu adalah kawasan pusat olahraga. Karena ramai dikunjungi, sedikit

demi sedikit pedagang berdatangan. Lama kelamaan, pedagang yang datang semakin

banyak hingga jumlahnya sebanyak sekarang.

2. Apakah antar pedagang ada lokalisasinya, misalnya daerah barat kawasan pedagang

padang, yang daerah lain kawasan pedagang sunda?

Jawab: Kami tidak menemui realita seperti itu.

3. Barang yang paling laris?

Jawab: Barang-barang yang dijual meliputi pakaian, makanan, dan aksesoris.

Bahkan ada pula yang menjual hewan dan tenda. Menurut pengamatan kami, secara

umum semua barang dagangan laris.

6.4 Pertanyaan Esa

1. keberadaan PKL gasibu legal atau illegal?

Jawab: Sebagian pedagang mengaku telah mengurus perizinan ke pemerintah.

Namun demikian, sebagian besar pedagang menyatakan tidak perlu mengurus izin.

Page 23: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

3. ada aturan tertulis atau tidak?

Jawab: Tidak ada aturan tertulis. Akan tetapi, ada aturan tidak tertulis yang

dijalankan oleh pedagang.

4. jika terjadi konflik,,siapa yang akan menangani?

Jawab: Jarang sekali terjadi konflik di sini. Dahulu, sering terjadi konflik perebutan

tempat dagangan. Namun sekarang sudah tidak lagi.

6.5 Pertanyaan Jupiter

1. Apa kaitan antara hal gaib dengan konsep teori yang diajukan kelompok anda?

Jawab: Dalam memutuskan sesuatu, manusia menggunakan pengetahuannya.

Apabila pengetahuannya terbatas, manusia akan memutuskan dengan ilmu gaib.

2. Apa ada tindakan dari polisi atas pungutan liar?

Jawab: Pungutan liar ini sudah banyak dan rutin terjadi dalam waktu lama.

Berdasarkan keadaan ini, kemungkinan aparat penegak hukum belum mengambil

tindakan tegas.

Page 24: BAB I - Jurnal Online Antropologi ITB | Kumpulan Jurnal ...  · Web viewSesungguhnya diperlukan kebijakan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk menangani dan ... sebaiknya terus

DAFTAR PUSTAKA

Keesing, Roger M. Teori-Teori Tentang Budaya. Jurnal Antropologi No 52.

Musthofa Chabib. Handout Antropologi.

http://ekonomi.kompasiana.com/2009/11/17/memberdayakan-pkl/

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/08/28/10164253/pkl.terus.jejali.kota.bandung