bab i instrumen pasar modal
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Pasar modal memiliki peran strategis bagi perekonomian nasional. Peran tersebut antara
lain adalah sebagai sumber pembiayaan bagi perusahaan dan wahana investasi bagi masyarakat.
Perusahaan yang membutuhkan dana mempunyai beberapa cara, antara lain dengan meminjam
ke bank, menerbitkan saham atau obligasi. menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan modal,
seperti obligasi dan efek. Pasar modal berfungsi menghubungkan investor, perusahaan dan
institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang. Pasar modal yang
memperdagangkan baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), instrumen derivatif maupun
instrumen lainnya.
Merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya
pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal
memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Sistim ekonomi kapitalisme yang dituding sebagai pemicu terjadinya krisis global yang ditandai
dengan rontoknya berbagai nilai saham di seluruh dunia membuat sebagian orang untuk beralih
ke penerapan sistem ekonomi syariah termasuk pada perbankan dan pasar modal Perbankan
syariah atau Perbankan Islam adalah suatu system perbankan yang dikembangkan berdasarkan
syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam
untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan
investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang berkaitan dengan
pg. 1
produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak islami dll), dimana hal ini tidak
dapat dijamin oleh system perbankan konvensional.
Perkembangan pasar modal tidak bisa lepas dari kondisi lingkungan, baik lingkungan
makro maupun lingkungan mikro. Pengaruh lingkungan mikro meliputi: kinerja perusahaan,
pengumuman penerbitan obligasi syariah, pengumuman dividen, dan sebagainya. Sementara
lingkungan makro meliputi: inflasi, kenaikan suku bunga, dan kurs valuta asing. Faktor-faktor ini
sangat berpengaruh pada keputusan investasi di pasar modal. Pengaruh ini ditunjukkan oleh
perubahan harga saham maupun aktivitas volume perdagangan saham.
Instrumen investasi di pasar modal Indonesia tidak hanya instrumen investasi
konvensional, namun juga instrumen investasi yang mempunyai prinsip syariah., misalnya
obligasi syariah, saham syariah. Fenomena ini merupakan berita baik bagi investor akan kinerja
perusahaan.
pg. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Instrumen Pasar Modal
Yang dimaksud dengan instrumen pasar modal adalah semua surat-surat berharga
(Securities) yang diperdagangkan di bursa. Instrumen pasar modal ini umumnya bersifat
jangka panjang. Instrumen pasar modal merupakan istilah lain dari produk, komoditas
atau barang yang diperdagangkan di pasar modal. Sebutan lain yang lazim digunakan
adalah sekuritas, efek, portofolio atau surat berharga. Sebutan yang terakhir ini tak
berlebihan sebab pada kenyataannya instrumen yang diperdagangkan di pasar modal
berbentuk surat, bukan harta perusahaan dalam bentuk fisik. Apakah yang
diperjualbelikan itu hak kepemilikan (equity) atau hutang (long term debt) semuanya
dalam bentuk surat. Apabila komoditas yang diperdagangkan merupakan hak
kepemilikan suatu perusahaan maka produknya saham (stock) dan jika yang
diperjualbelikan hutang maka produknya obligasi (bond).
Timbul pertanyaan, apakah instrumen yang diperdagangkan di pasar modal
hanya sekedar saham dan obligasi? Jelas tidak. Ada banyak produk yang
diperjualbelikan di pasar modal. Lebih-lebih di pasar modal yang sudah maju seperti di
New York Stock Exchange, instrumen yang diperdagangkan sudah sangat beragam. Di
Indonesia instrumen yang lazim diperdagangkan tidak sebanyak di pasar modal di negara
maju. Hal ini terkait dengan kondisi perekonomian yang berkembang disini. Tetapi
dibanding dekade sebelumnya, sekarang ini sudah mengalami kemajuan yang cukup
berarti, baik dilihat dari nilai transaksi maupun jumlah instrumen yang diperdagangkan.
pg. 3
B. Produk dan Instrumen Pasar Modal
Produk syariah yang berupa efek harus tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Oleh karena itu efek tersebut dikatakan sebagai Efek Syariah. Dalam Peraturan Bapepam
dan LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah disebutkan bahwa Efek Syariah
adalah Efek sebagaimana dimaksud dalam UUPM dan peraturan pelaksanaannya yang
akad, cara, dan kegiatan usaha yang menjadi landasan pelaksanaannya tidak bertentangan
dengan prinsip – prinsip syariah di Pasar Modal. Sampai dengan saat ini, Efek Syariah
yang telah diterbitkan di pasar modal Indonesia meliputi Saham Syariah, Obligasi,
Sukuk, dan Derivatif.
1. Saham Syariah
Istilah saham dapat diartikan sebagai sertifikat penyertaan modal dari seseorang atau
badan hukum terhadap suatu perusahaan. Saham merupakan tanda bukti tertulis bagi
para investor terhadap kepemilikan suatu perusahaan yang telah go public. Melalui
pembelian saham dalam jumlah tertentu, pihak pemegang saham (shareholder)
memiliki hak dan kewajiban untuk berbagi hasil dan risiko (profit and loss sharing)
dengan para pengusaha, menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan
bahkan mengambil alih kepemilikan perusahaan.
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen surat berharga yang paling dominan
dalam pasar modal. Menerbitkan saham menjadi salah satu pilihan bagi pihak
menajemen perusahaan untuk mendapatkan sumber pendanaan. Bagi para pengusaha,
keberadaaan sumber dana dapat berfungsi sebagai modal untuk mendirikan
perusahaan dan/atau pengembangan usaha. Sedangkan bagi investor, saham
merupakan instrumen investasi yang menarik karena keberadaannya dinilai
pg. 4
menjanjikan keuntungan tertentu. Keuntungan tersebut biasanya dapat diperoleh dari
hasil selisih harga pembelian dengan penjualan saham (capital gain) atau melalui
pembagian keuntungan (deviden) dari hasil usaha yang dijalankan oleh perusahaan
pada periode tertentu.
Dalam Islam, saham pada hakikatnya merupakan modifikasi sistem persekutuan
modal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah.
Pemegang saham (shareholders) dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataanya,
bahwa para syarik ada yang sering bepergian sehingga tidak dapat terjun langsung
dalam persekutuan. Karenanya, bentuk syirkah dimana para syarik dapat
mengalihkan kepemilikannya tanpa sepengetahuan pihak lain disebut syirkah
musahamah. Sedangkan bukti kepemilikannya disebut saham.
Pada dasarnya tidak terdapat pembedaan antara saham yang syariah dengan yang non
syariah. Namun saham sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan, dapat dibedakan
menurut kegiatan usaha dan tujuan pembelian saham tersebut. Saham menjadi halal
(sesuai syariah) jika saham tersebut dikeluarkan oleh perusahaan yang kegiatan
usahanya bergerak di bidang yang halal dan/atau dalam niat pembelian saham
tersebut adalah untuk investasi, bukan untuk spekulasi. Untuk lebih amannya, saham
yang di-listing dalam Jakarta Islamic Index (JII) merupakan saham-saham yang Insya
Allah sesuai syariah. Dikatakan demikian, karena emiten yang terdaftar dalam
Jakarta Islamic Index akan selalu mengalami proses penyaringan (screening)
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
1.1 Jenis-jenis saham
a. Saham Preferen
pg. 5
Saham preferen adalah saham yang pemiliknya akan memiliki hak lebih
dibanding hak pemilik saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapat
dividen lebih dulu dan juga memiliki hak suara lebih dibanding pemegang
saham biasa seperti hak suara dalam pemilihan direksi sehingga jajaran
manajemen akan berusahan sekuat tenaga untuk membayar ketepatan
pembayaran dividen preferen agar tidak lengser.
1. Mempunyai sifat gabungan antara saham biasa dan obligasi.
2. Hak preferen terhadap dividen: hak untuk menerima dividen terlebih dahulu
dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Dividen biasanya dinyatakan
dalam persen (%).
3. Hak dividen komulatif: hak untuk menerima dividen tahun-tahun
sebelumnya yang belum dibayarkan.
4. Hak preferen likuiditas: mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan
dibandingkan dengan pemegang saham biasa bila terjadi likuidasi.
5. Dari penjelasan mengenai prinsip dasar saham syariah, maka saham
preferen tidak berlaku pada saham syariah.
b. Saham Biasa
A. Saham Biasa
Saham Biasa adalah suatu sertifikat atau piagam yang memiliki fungsi sebagai
bukti pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting bagi
perusahaan. Pemilik saham akan mendapatkan hak untuk menerima sebagaian
pendapatan tetap / deviden dari perusahaan serta kewajiban menanggung
resiko kerugian yang diderita perusahaan.
pg. 6
Orang yang memiliki saham suatu perusahaan memiliki hak untuk ambil
bagian dalam mengelola perusahaan sesuai dengan hak suara yang dimilikinya
berdasarkan besar kecil saham yang dipunyai. Semakin banyak prosentase
saham yang dimiliki maka semakin besar hak suara yang dimiliki untuk
mengontrol operasional perusahaan.
1. Hak kontrol: memilih pimpinan perusahaan.
2. Hak menerima pembagian keuntungan.
3. Hak preemtive: hak untuk mendapatkan prosentasi kepemilikan yang sama
jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham.
2. Obligasi
Obligasi berasal dari bahasa latin obligare yang berarti ikatan kewajiban. Obligasi
merupakan istilah yang dipergunakan dalam dunia keuangan yang merupakan
sertifikat yang berisi kontrak antara investor dan perusahaan, yang menyatakan
bahwa investor tersebut/ pemegang obligasi telah meminjamkan uang kepada
perusahaan. Perusahaan yang menerbitkan obligasi tersebut mempunyai kewajiban
untuk membayar bunga secara regular sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditetapkan serta pokok pinjaman saat jatuh tempo. Besarnya persentase pembayaran
didasarkan atas nilai nominalnya ataudisebut pembayaran kupon (coupon). Kupon
merupakan penghasilan bunga obligasi yang didasarkan atas nilai nominal yang
dilakukan berdasarkan perjanjian, biasanya setiap tahun atau setiap semester atau
triwulanan. Penentuan tingkat kupon obligasi biasanya ditentukan berdasarkan tingkat
pg. 7
suku bunga. Setelah obligasi memasuki masa jatuh tempo (maturity), pemilik obligasi
akan menerima pokok pinjaman dan satu kali pembayaran kupon.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa obligasi adalah surat hutang yang
dikeluarkan oleh emiten (bisa berupa badan hukum atau perusahaan, bisa juga dari
pemerintah) yang memerlukan dana untuk kebutuhan operasional maupun ekspansi
dalam memajukan investasi yang mereka laksanakan. Investasi dengan cara
menerbitkan obligasi memiliki potensial keuntungan lebih besar dari produk
perbankan. Keuntungan berinvestasi dengan cara menerbitkan obligasi akan
memperoleh bunga dan kemungkinan adanya capital gain.
Ketentuan lain yang juga dicantumkan dalam obligasi adalah identitas pemegang
obligasi, pembatasan-pembatasan atas tindakan hukum yang dilakukan oleh penerbit.
Obligasi pada umumnya diterbitkan untuk suatu jangka waktu tetap diatas 10 tahun.
Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun disebut “surat utang”. Di Indonesia,
surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun yang diterbitkan oleh pemerintah yang
disebut dengan Surat Utang Negara (SUN).Sebagai suatu efek, obligasi dapat
diperdagangkan di pasar modal. Ada dua jenis pasar obligasi, yakni pertama; pasar
perdana, yaitu pasar yang merupakan tempat obligasi diperdagangkan saat mulai
diterbitkan. Salah satu persyaratan ketentuan pasar modal adalah obligasi harus
dicatat di bursa efek untuk ditawarkan kepada masyarakat. Kedua; pasar sekunder,
yaitu tempat obligasi diperdagangkan setelah diterbitkan dan tercatat di bursa,
perdagangan akan dilakukan secara Over the Counter (OTC), artinya tidak ada tempat
perdagangan secara fisik. Pemegang obligasi serta pihak yang ingin membelinya akan
berinteraksi dengan online trading atau telpon.
pg. 8
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa obligasi sebagaimana juga sekuritas
pendapatan tetap yang lain (fixed income securities), memiliki beberapa karakteristik
antara lain, pertama; obligasi merupakan surat berharga yang mempunyai kekuatan
hukum,kedua; memiliki jangka waktu tertentu atau masa jatuh tempo sebagaimana
yang tersebut dalam surat obligasi,ketiga;obligasi dapat memberikan pendapatan tetap
secara periodik melalui pembayaran kupon (coupon),keempat ; ada nilai nominal
yang disebut dengan nilai pari, par-value, stated value, face value, atau nilai kupon.
2.1 Jenis-Jenis Obligasi :
Setiap obligasi mempunyai struktur yang berbeda-beda. Obligasi terdiri dari berbagai
macam klassifikasi. Beberapa jenis obligasi dapat ditinjau dari sisi penerbit, sistem
pembayaran bunga, hak penukaran/ opsi, dan sisi jaminan/ collateral. Penjelasan atas
jenis obligasi adalah sebagai berikut :
2.1.1 Ditinjau dari sisi penerbit :
a. Corporate bonds yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik berbentuk
badan usaha milik negara maupun swasta.
b. Government bonds yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah.
c. Municipal bonds yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah.
2.1.2 Ditinjau dari sistem pembayaran bunga :
a. Zero coupon bonds yaitu obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga
secara periodik.
b. Coupon bonds yaitu obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara
periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya
pg. 9
c. Fixed coupon bonds yaitu obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan
sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan acuan (benchamark)
d. Floating coupon bonds yaitu obligasi dengan tingkat bunga yangditentukan
sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan acuan yaitu rata-rata tertimbang
tingkat suku bunga deposito bank pemerintah dan swasta.
2.1.3 Ditinjau dari hak penukaran/ opsi :
a. Convertible bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang
obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut kedalam sejumlah saham
milik penerbitnya.
b. Exchangable bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang
obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham
perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
c. Callable bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk
membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi
d. Putable bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada investor yang
mengharuskan emiten membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang
umur obligasi tersebut.
e. Serial bonds yaitu obligasi yang metode pelunasannya dilakukan secara bertahap
sesuai tanggal jatuh tempo yang dijadwalkan pada periode tertentu sampai
pelunasan keseluruhan obligasif.
f. Perpetual bonds yaitu obligasi yang yang tidak memiliki waktu jatuh tempo,
tidak dapat ditebus serta mempunyai kewajiban membayar pendapatan bunga
tetap (annuaty bond ).
pg. 10
2.1.4 Ditinjau dari segi jaminan/ collateral:
a. Secured bonds yaitu obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu milik
penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga.
b. Unsecured bonds yaitu obligasi yang tidak dijamin dengan kekayaan tertentu
tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum
3. Sukuk
Sukuk Obligasi syariah di dunia internasional dikenal dengan nama sukuk. Kata
sukuk dapat ditelusurui dengan mudah pada literatur Islam komersial klasik Sukuk
berasal dari bahasa Arab “sak” (tunggal) dan “sukuk” (jamak) yang memiliki arti
mirip dengan sertifikat atau note. Dalam pemahaman praktisnya,sukuk merupakan
bukti (claim) kepemilikan.
Dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002, DSN masih menggunakan
istilah obligasi syariah, belum menggunakan istilah sukuk Mengacu pada fatwa
tersebut, yang dimaksud dengan obligasi syariah adalah"suatu surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syari’ah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syari’ah berupa bagi hasil/ margin/ fee, serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo".
Pada awalnya, penggunaan istilah "obligasi syariah" sendiri dianggap kontradiktif.
Obligasi sudah menjadi kata yang tak lepas dari bunga sehingga tidak dimungkinkan
untuk disyariahkan. Namun sebagaimana pengertian bank syariah adalah bank yang
menjalankan prinsip syariah, tetap menghimpun dan menyalurkan dana, tetapi tidak
pg. 11
dengan dasar bunga, demikian juga adanya pergeseran pengertian pada obligasi, yang
kemudian memunculkan istilah sukuk untuk obligasi syariah.
Secara umum sukuk dapat dipahami sebagai obligasi yang sesuai dengan syariah.
Dalam bentuk sederhana, sukuk pada dasarnya merupakan sertifikatinvestasi atas
klaim kepemilikan dari suatu aset. Klaim atas sukuk tidak atas dasar cash flow tetapi
klaim atas kepemilikan terhadap aset. Dalam pengaplikasiannya, praktek sukuk
berlandaskan pada akad-akad (underlying transaction). Suatu proses di mana
kepemilikan dari underlying asset dipindahkan kepada sejumlah besar investor
melalui sertifikat yang menggambarkan nilai proporsional dari aset yang dimaksud.
3.1 jenis-jenis sukuk
a. Sukuk Mudharabah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad mudharabah, di mana satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan
pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari
kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui
sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak
yang menjadi penyedia modal. Pihak pemegang sukuk berhak mendapat
bagian dari keuntungan atau menanggung bagian dari kerugian tanpa ada
jaminan atas keuntungan sertatidak ada jaminan untuk bebas dari kerugian.
Sukuk atau sertifikat mudharabah dapat menjadi instrumen
dalammeningkatkan partisipasi publik pada kegiatan investasi dalam suatu
perekonomian. Jenis ini merupakan sertifikasi yang mewakili proyek
ataukegiatan yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah dengan menunjuk
partner atau pihak lain sebagai mudharib manajemen bisnis.
pg. 12
b. Sukuk Musyarakah yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad musyarakah, di mana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan
modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah
ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang
timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-
masing pihak.
c. Sukuk Murabahah adalah obligasi syariah berdasarkan akad murabahah.
Murabahah adalah kontrak jual beli di mana penjual menjual barangnya
kepada pembeli seharga harga beli ditambah margin keuntungan.
d. Sukuk Salam adalah kontrak dengan pembayaran harga dimuka, yang
dibuatuntuk barang-barang yang dikirim kemudian. Tidak diperbolehkan
menjual komoditas yang diurus sebelum menerimanya. Untuk itu,penerima
tidak boleh menjual kembali komoditas salam sebelum menerimanya, akan
tetapi ia boleh menjual kembali komoditas tersebut dengan kontrak yang lain
yang paralel dengan kontrak pertama. Dalam kasus ini, kontrak pertama dan
kedua harus independen satu sama lain. Spesifikasi dari barang dan jadwal
pengiriman dari kedua kontrak harus sesuai satu sama lain, tetapi kedua
kontrak dapat dilakukan secara independen.
e. Sukuk Istishna’ yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjianatau akad
istishna dimana para pihak menyepakati jual-beli dalam rangka pembiayaan
suatu proyek/ barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi
barang/ proyek ditentukan lebih dahulu berdasarkan kesepakatan.
pg. 13
Istishna’ adalah perjanjian kontrak untuk barang-barangindustri yang
memperbolehkan pembayaran tunai dan pengiriman di masa depan atau
pembayaran di masa depan dan pengiriman di masa depan dari barang-barang
yang dibuat berdasarkan kontrak tertentu. Hal ini dapat digunakan untuk
menghasilkan fasililtas pembiayaan pembangunan pabrik, jembatan, dsb.
f. Sukuk Ijarah yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah dimana
satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau menyewakan
hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode
yang disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu
sendiri. Sukuk ijarah adalah sekuritas yang mewakili kepemilikan aset yang
keberadaannya jelas dan diketahui, yang melekat pada suatu kontrak sewa beli
(lease), dimana pembayaran return pada pemegang sukuk.
4. Derivatif
Terdapat perbedaan transaksi efek yang dilakukan pada spot market dan pada
derivative market. Transaksi efek melalui spot market dilakukan dengan cara cash
and carry, artinya di mana ada uang, maka ada barang. Sedangkan transaksi efek
melalui derivative market, baik pihak pembeli maupun pihak penjual sama-sama
tidak diwajibkan untuk memenuhi hak dan kewajibannya di saat itu juga, melainkan
dengan mendasarkan pada perjanjian atau kontrak di antara mereka berkaitan dengan
harga kontrak, jumlah kontrak, jatuh waktu kontrak serta penyelesaian transaksinya.
Derivatif dikenal juga sebagai instrumen turunan atau efek yang diturunkan dari
instrumen efek lain (underlying).
a. Bukti Right (Right Issued)
pg. 14
Proses penerbitan saham baru, dimana hak yang melekat untuk memesan saham
baru tersebut terlebih dahulu diberikan kepada pemegang saham lama.
b. Waran (Warrant)
Hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan
(waktunya untuk waktu yang akan datang tetapi harganya sudah ditentukan
sekarang). Hak waran ini dijual dengan surat berharga lain (misal obligasi) dan
berfungsi sebagai daya tarik bagi pembeli obligasi.
c. Kontrak Berjangka Indeks Saham.
Kontrak atau perjanjian antara 2 pihak yang mengharuskan mereka untuk menjual
atau membeli produk yang menjadi variabel pokok di masa yang akan datang
dengan harga yang telah ditetapkan sebelumnya.
pg. 15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah kegiatan
yang berhubungan dengan perdagangan modal, seperti obligasi dan efek. Pasar modal
berfungsi menghubungkan investor, perusahaan dan institusi pemerintah melalui
perdagangan instrumen keuangan jangka panjang. Pasar modal yang memperdagangkan
baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), instrumen derivatif maupun instrumen
lainnya.
Instrumen pasar modal adalah semua surat-surat berharga (Securities) yang
diperdagangkan di bursa. Instrumen pasar modal ini umumnya bersifat jangka panjang.
Yang terdiri dari :
1. Saham Syariah
2. Obligasi
3. Sukuk
4. Derivatif
pg. 16
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. 2005. Analisis Investasi. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Baihaqi Fanani dan Laely Widiyanti. 2005. “Pengaruh Pemilu 5 April 2004 Terhadap Return Saham LQ 45 di PT. Bursa Efek Jakarta”. Kajian Bisnis STIE Widya Manggala Yogyakarta. Vol. 13. No. 2: 218 – 230.
Endah Diansari dan Kusharyanti. 2004. “Reaksi Pasar Atas Perubahan Pemeringkatan Obligasi”. Wahana. Vol. 7. No. 2: 113 – 125.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. 2005. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah. http://www.google.com/htm.
Iggi H. Achsien. 2003. Mengenal Obligasi Syariah. http://www.google.com.htm.
pg. 17