bab i ii iii.docx

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu daerah yang subur UKM, Madura memiliki UKM yang membanggakan yaitu produksi batik yang terdapat di dua daerah yaitu daerah pesisir dan daerah pedalaman. Desa penghasil batik pesisir adalah Tanjungbumi, Paseseh dan Talaga Biru, semuanya di Kabupaten Bangkalan. Penghasil batik pedalaman terdapat di Kabupaten Sampang dan kabupaten Pamekasan. Perbedaan utama batik pesisir dan batik pedalaman adalah dari tata warnanya. Sedangkan perbedaan batik Madura dengan batik daerah- daerah lain di luar Madura adalah dari motifnya. Motif batik Madura cenderung bermotif ethnic sehingga bernilai estetika yang tinggi bagi konsumen. Batik yang dihasilkan terbuat dari berbagai macam-macam kain, yaitu kain katun, sutera. Semakin bagus kualitas kain yang digunakan maka harga jualnya pun juga semakin mahal. Pekerja dari UKM Batik Tulis Tanjung Bumi sudah terbilang terampil dan berbakat,terlihat dari Batik tulis yang dihasilkan berkualitas. Kerjasama perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) sudah dimulai sejak tahun 1967. ASEAN memiliki anggota-anggota yaitu, Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja. Pada awalnya, ASEAN lebih merupakan kerjasama bidang politik, kemudian berkembang lebih luas, termasuk ke bidang ekonomi. Perkembangan kerjasama bidang ekonomi berawal dari bentuk Preferential Trade Arrangement (PTA) kemudian berkembang menjadi Free Trade Area (FTA). Perkembangan terakhir

Upload: si-pink

Post on 14-Nov-2015

225 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSebagai salah satu daerah yang subur UKM, Madura memiliki UKM yang membanggakan yaitu produksi batik yang terdapat di dua daerah yaitu daerah pesisir dan daerah pedalaman. Desa penghasil batik pesisir adalah Tanjungbumi, Paseseh dan Talaga Biru, semuanya di Kabupaten Bangkalan. Penghasil batik pedalaman terdapat di Kabupaten Sampang dan kabupaten Pamekasan. Perbedaan utama batik pesisir dan batik pedalaman adalah dari tata warnanya. Sedangkan perbedaan batik Madura dengan batik daerah-daerah lain di luar Madura adalah dari motifnya. Motif batik Madura cenderung bermotif ethnic sehingga bernilai estetika yang tinggi bagi konsumen. Batik yang dihasilkan terbuat dari berbagai macam-macam kain, yaitu kain katun, sutera. Semakin bagus kualitas kain yang digunakan maka harga jualnya pun juga semakin mahal. Pekerja dari UKM Batik Tulis Tanjung Bumi sudah terbilang terampil dan berbakat,terlihat dari Batik tulis yang dihasilkan berkualitas.Kerjasama perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) sudah dimulai sejak tahun 1967. ASEAN memiliki anggota-anggota yaitu, Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja. Pada awalnya, ASEAN lebih merupakan kerjasama bidang politik, kemudian berkembang lebih luas, termasuk ke bidang ekonomi. Perkembangan kerjasama bidang ekonomi berawal dari bentuk Preferential Trade Arrangement (PTA) kemudian berkembang menjadi Free Trade Area (FTA). Perkembangan terakhir kerjasama ASEAN berupa pembentukan ASEAN Economic Community (AEC). Visi ini lebih dipertegas dalam KTT ASEAN Oktober 2003 di Bali dalam Deklarasi ASEAN Concord II (Bali Concord II). AEC merupakan realisasi dari aspirasi ASEAN sebagai kawasan yang stabil, makmur, mempunyai daya kompetitif yang tinggi. AEC akan berfungsi sebagai pasar tunggal dan wilayah basis produksi pada tahun 2020. Program yang ditujukan di AEC tidak saja meliputi kebebasan aliran barang, tenaga kerja, aliran modal, namun juga untuk mengurangi kemiskinan serta kesenjangan sosial ekonomi. (Soesastro, 2004)ASEAN Economic Community atau Pasar Tunggal ASEAN 2015 kira-kira bisa digambarkan sebagai satu kawasan ekonomi tanpa frontier (batas antar negara) dimana setiap penduduk maupun sumber daya dari setiap negara anggota bisa bergerak bebas (sebagaimana dalam negeri sendiri) serta berbasis produksi internasional dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan aliran modal yang lebih bebas. Tujuannya adalah untuk mencapai tingkat kegunaan yang paling optimal yang pada akhirnya akan mendorong tercapainya tingkat kemakmuran (kesejahteraan) yang sama (merata) diantara negara-negara anggota ASEAN. Konsep ini dilandasi oleh empat pilar utama kebijakan MEA dengan Negara-negara ASEAN sebagai berikut:a. Free movement of goods and services. Konsep ini memungkinkan terjadinya pergerakan barang-barang dan jasa tanpa ada hambatan (pajak bea masuk, tarif, quota dll), yang merupakan bentuk lanjut dari kawasan perdagangan bebas (sebagaimana AFTA) dengan menghilangkan segala bentukb.hambatan perdagangan (obstacles) yang tersisa. Dengan demikian, barang-barang produksi negara anggota ASEAN akan bebas diperjual belikan di seluruh kawasan sebagaimana di negeri sendiri. Pada akhirnya konsumen akan bisa mendapatkan barang terbaik dengan harga termurah.b. Freedom of movement for skilled and talented labours. Konsep ini untuk mendorong terjadinya mobilitas tenaga kerja sesuai dengan tuntutan pasar dan memberi kesempatan kepada setiap pekerja untuk menemukan pekerjaan terbaik sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki. Mobilitas tenaga kerja akan mendorong terjadinya kontak dan meningkatkan saling pengertian antar sesame penduduk negara-negara ASEAN.c. Freedom of establishment and provision of services and mutual recognition of diplomas. Konsep ini menjamin setiap expert warga negara ASEAN akan bebas membuka praktek layanan di setiap wilayah ASEAN tanpa ada diskriminasi kewarganegaraan.d. Free movement of capital. Konsep ini akan menjamin bahwa modal atau kapital akan bisa berpindah secara leluasa diantara Negara-negara ASEAN, yang secara teoritis memungkinkan terjadinya penanaman modal secara efisien. Dengan demikian, setiap pemilik modal baik WNI maupun waga Negara lainnya akan bebas dan leluasa memindahkan investasinya dari Indonesia ke negara ASEAN atau sebaliknya demi mencapai efisiensi tertinggi tanpa bisa dicegah. (Widyahartono, 2010)Dari kebijakan-kebijakan Negara-negara ASEAN diatas dapat dikatakan bahwa, dengan adanya MEA atau pasar tunggal, barang bebas yang keluar masuk Negara-negara ASEAN bebas pajak bea masuk, tarif, quota dll sehingga barang harus murah tetapi memiliki kualitas tinggi, tenaga kerja terampil juga perlu dimiliki bagi pelaku usaha nasional (BUMN, swasta, koperasi, dan UKM) agar dapat bersaing dengan tenaga kerja di Negara-negara ASEAN.Oleh sebab itu, pada UKM Batik Tulis Tanjung Bumi ini diharapkan memiliki barang/produk yang semurah mungkin namun bahan yang digunakan berkualitas, tenaga kerja yang terampil dan berbakat juga perlu dimiliki. Sehingga penelitian dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Pelaku Usaha Batik di Tanjung Bumi dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 dengan pendekatan analisis faktor diadakan. Setelah didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pelaku usaha diharapkan dapat dijadikan acuan dalam menentukan kebijakan oleh pemerintah dalam meningkatkan kesiapan pelaku usaha UKM batik dalam menghadapi pasar tunggal atau MEA 2015.

1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan permasalahannya adalah Faktor-faktor apa yang mempengaruhi persepsi pelaku usaha batik Tanjung Bumi tentang adanya pasar tunggal/pasar bebas/MEA 2015?.1.3 Tujuan PenelitianTujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku UKM batik Tanjung Bumi tentang adanya pasar bebas MEA 2015 dengan analisis faktor.2. Untuk meningkatkan kesiapan pelaku UKM batik Tanjung Bumi dalam menghadapi pasar bebas MEA 2015.

1.4 Manfaat PenelitianAdapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi UKM Batik Tanjung BumiSebagai usaha dalam meningkatkan kesiapan pelaku UKM batik Tanjung Bumi dalam menghadapi pasar bebas MEA 2015.2. Bagi PenelitiDapat menambah pengetahuan dan pengalaman dengan menerapkan penggunaan metode Principal Component Analys dalam permasalahan UKM menghadapi pasar asing/MEA 2015.3. Bagi UniversitasMemberikan referensi tambahan dan perbendaharaan perpustakaan agar berguna di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan juga berguna sebagai pembanding bagi mahasiswa dimasa yang akan datang.

1.5 Batasan MasalahBatasan masalah dari penelitian ini adalah :1. Populasi dalam penelitian ini adalah pelaku UKM batik di Tanjung Bumi dengan kategori mikro dan kecil.2. Responden dalam penelitian ini adalah pelaku UKM batik Tanjung Bumi yang hanya menghasilkan produk berupa kain batik.3. Teknik analisis faktor yang digunakan untuk mengkaji penelitian ini adalah metode analisis komponen utama atau PCA (Principal Component Analysis).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)ASEAN Economy Communty (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2015. Melalui terbentuknya MEA didarapkan ASEAN akan memiliki empat karakteristik utama yaitu: (1) Pasar Tunggal dan Basis Produksi, (2) Kawasan ekonomi ang berdaya saing tinggi, (3) kawasan dengan pembangunan ekonomi yang setara dan (4) kawasan yang terintegrasi dengan Ekonomi Global. (Fadhilah Ramadhani, 2013)Masyarakat Ekonomi ASEAN telah dijadikan sebagai tujuan integrasi ekonomi regional untuk tahun 2020 oleh para pemimpin ASEAN sejak KTT ASEAN di Bali, 3 Oktober 2003 (Bali Concord II). Secara khusus para pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan MEA pada tahun 2015 dan mentransformasikan ASEAN menjadi suatu kawasan di mana terdapat aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terampil, serta aliran modal yang lebih bebas. (Radia, 2015)Menurut (Dipta & Wayan, 2012), karakteristik utama MEA 2015 adalah: (1) pasar tunggal berbasis produksi, (2) kawasan ekonomi berdaya saing tinggi, (3) kawasan dengan pembangunan ekonomi yang setara, dan (4) kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global.

2.2 BatikBatik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009 Secara etimologi, kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis" dan "titik" yang bermakna "titik. (Lina, 2013)

2.3 PersepsiKotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.Mangkunegara (dalam Arindita, 2002) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mencakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap.

2.4 Usaha Kecil dan MikroUKMadalah singkatan dariusaha kecil dan menengah.Ukmadalah salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara maupun daerah, begitu juga dengan negara indonesiaukmini sangat memilikiperanan pentingdalamlajunya perekonomian masyarakat. (Ferdiinand, 2013)Usaha Kecil dan MenengahdisingkatUKMadalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuktanahdan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

2.5 Analisis Faktor : Principal Component Analysis (PCA)Analisis faktor merupakan pendekatan statistika yang dapat digunakan untuk menganalisis interrelationship di antara sejumlah variabel dengan mengelompokkan variabel-variabel yang berhubungan erat satu sama lain atau yang disebut sebagai faktor. Analisis faktor tergolong metode interdependence, yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar obyek dimana semua variabel berstatus sama, tidak ada variabel independen yang menjadi prediktor bagi variabel dependence, seperti yang terdapat pada regresi. Contoh lain dari metode interdependence adalah analisis cluster dan multidimension scaling. Pada dasarnya analisis faktor mencoba memberikan dimensi evaluasi yang lebih luas terhadap variabelvariabel yang terkait dengan permasalahan sehingga memudahkan interpretasi melalui penggambaran pola hubungan ataupun reduksi data. Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi hubungan yang terdapat dalam set variabel terobservasi.Tujuan utama seorang peneliti menggunakan tools analisis faktor adalah untuk merangkum informasi-informasi yang terkandung dalam setiap variabel sehingga menjadi suatu set yang lebih ringkas (faktor) untuk memudahkan interpretasi dengan meminimalkan informasi yang hilang dari masing-masing variabelnya.Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam analisis faktor, berikut tahapan analisis faktor :

Gambar 2.1 Tahapan Analisis FaktorPrincipal component analysis digunakan apabila peneliti ingin mengekstraksi sejumlah besar variabel penelitian menjadi beberapa variabel penelitian saja agar lebih mudah tertangani.

Secara matematis model PCA , dapat dituliskan sebagai: ...(1)

Terdapat beberapa criteria yang dapat digunakan dalam menentukan jumlah faktor yang akan dibentuk, antara lain :1. Krietria Nilai EigenNilai eigen menggambarkan jumlah variansi yang dapat dijelaskan oleh sebuah faktor. Telah dibahas bahwa nilai-nilai dari sebuah variabel, setelah distandardisasikan akan memiliki variansi sebesar 1. Hal ini berimplikasi bahwa jika sebuah faktor memiliki nilai eigen < 1, artinya faktor tersebut membawa informasi yang lebih sedikit dibandingkan variabel awal. Atau dengan kata lain, kemampuan menjelaskan variansi data (yang diukur dengan variansi) oleh faktor tersebut lebih buruk dibandingkan dengan kemampuan variabel awal. Jika faktor ini dimasukkan dalam analisis lebih lanjut, maka akan bertentangan dengan tujuan penggunaan analisis faktor. Kesimpulannya, akan sangat beralasan jika faktor yang diekstraksi dibatasi pada faktor-faktor dengan nilai eigen > 1.2. Kriteria Scree PlotSebuah scree plot adalah plot dari nilai eigen terhadap jumlah faktor, dalam urutan proses ekstraksi (sebagai contoh lihat Gambar A.). Bentuk dari plot dapat digunakan untuk menentukan jumlah faktor yaitu dengan memperhatikan kecuraman garis yang ada. Proses ekstraksi berhenti pada titik di mana garis menjadi relatif lebih landai. Proses ekstraksi berhenti pada titik yang merupakan pangkal garis yang mengalami penurunan yang paling tajam. Pada Gambar A., terlihat bahawa setelah faktor 2 terjadi penurunan nilai eigen value yang cukup tajam ke faktor 3. Oleh karena itu, faktor yang valid hanya sampai faktor 2.

Gambar 2.2 Scree Plot3. Kriteria variansi yang terjelaskanPada kriteria ini faktor-faktor akan diekstraksi sampai dengan jumlah proporsi nilai eigen kumulatifnya melebihi suatu batas yang dianggap cukup memuaskan (salah satu pedoman umum: untuk ilmu pasti 80 % dan untuk ilmu sosial 65 %)4. Kriteria a prioriAnalisis faktor dapat digunakan pada penelitian yang bersifat eksploratori atau konfirmatori. Pada penelitian yang bersifat eksploratori, peneliti belum mengetahui terdapat berapa faktor yang akan terbentuk. Sebaliknya, pada penelitian yang bersifat konfirmatori sudah terdapat penelitian atau teori atau hipotesis tertentu yang menyatakan bahwa akan terdapat sekian faktor. Pada penelitian konfirmatori ini, secara a priori (sesuai kerangka teoritis) ditetapkan jumlah faktor yang akan diekstraksi.Terdapat tiga tahap dalam melakukan interpretasi output analisis faktor : 1. Perhitungan matriks faktor inisial (yang belum dirotasikan)

Tabel 2.1 Matriks Faktor

Bobot factor (factor loading): bobot factor mengambarkan hubungan (korelasi) antara suatu variable dengan suatu factor. Pada table angka -30 menunjukkan bahwa variable awal X1 memiliki korelasi negatif yang tidak cukup besar dengan factor 1. Sebaliknya, variable awal X1 memiliki korelasi yang cukup besar (0.86) dengan factor 2.Ini menunjukkan bahwa Faktor 2 lebih mampu menjelaskan variansi nilai yang terjadi pada variabel awal X1 dibandingkan dengan Faktor 1. Pada umumnya, pada bobot faktor 0.3 masih dapat dianggap bahwa terdapat korelasi yang signifikan. Beberapa variabel dengan bobot faktor yang signifikan dapat digabungkan dan diberi nama baru yang sedapat mungkin mencerminkan variabelvariabel penyusunnya tersebut Komunalitas. Masing-masing variabel awal memiliki nilai variansi yang terkait dengan variabilitas respons dari tiap responden. Jumlah variansi variabel X1 yang dijelaskan atau diteruskan oleh faktor-faktor yang ada (Faktor 1 dan Faktor 2) disebut dengan komunalitas Dari output pada Tabel tampak bahwa 81 persen variansi variabel X1 dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang ada. Jadi, komunalitas adalah persentase variansi dari sebuah variabel yang berkontribusi terhadap korelasi dengan variabel-variabel lain atau yang umum (common) bagi variabel yang lain.2. Ekstraksi Faktor Ekstraksi faktor adalah tahap yang bertujuan untuk menghasilkan sejumlah faktor dari data yang ada. Matriks faktor setelah dirotasi dapat mempermudah interpretasi dalam menentukan variabel-variabel mana saja yang dapat tercakup dalam suatu faktor. Rotasi faktor dapat menghasilkan output beberapa solusi (bobot dan nilai faktor).Solusi ini tidak selalu mudah diinterpretasikan. Idealnya suatu variabel memiliki bobot faktor yang tinggi untuk sebuah faktor dan bobot faktor yang rendah untuk faktor-faktor lainnya. Ini dapat diinterpretasikan bahwa variabel tersebut dapat diwakili oleh faktor dengan bobot faktor yang tinggi tersebut Solusi dengan variabel-variabel bernilai bobot faktor menengah untuk semua faktor akan sulit diinterpretasikan. Untuk mengatasi hal ini dilakukanlah rotasi faktor. Rotasi faktor berarti merotasikan dimensi. Hasil rotasi ini tidak mengurangi komunalitas. Artinya, informasi masingmasing variabel yang diteruskan oleh keseluruhan faktor tidak berubah. Yang dapat berubah adalah nilai eigen. Namun, umumnya tidak berbeda jauh. Karena lebih mudah diinterpretasikan, pada umumnya hasil rotasi faktor inilah yang digunakan untuk analisis lebih lanjut.Tabel 2.2 Bobot Faktor (Rotasi varimax)

Rotasi Orthogonal vs Rotasi Oblique. Rotasi dapat dilakukan secara orthogonal (siku-siku) atau oblique (tidak siku-siku). Rotasi orthogonal menghasilkan faktor-faktor baru yang tetap orthogonal (masing-masing faktor saling independen atau memiliki korelasi nol), sedangkan pada rotasi oblique, masing-masing faktor dapat memiliki korelasi yang nilainya kecil. 3. Interpretasi Matriks Faktor Setelah diolah (dengan bantuan beberapa jenis program statistika), input data mentah akan menghasilkan beberapa output sebagai berikut Tabel 2.3 Nilai Eigen dari Masing-Masing Komponen Utama

Nilai eigen menggambarkan jumlah variansi yang diteruskan oleh sebuah faktor. Nilai eigen dapat diperoleh dengan menjumlahkan kuadrat dari bobot faktor untuk seluruh variable (jumlah kuadrat dalam satu kolom faktor pada Tabel Bobot Faktor (Tanpa Rotasi. dan Tabel Bobot Faktor (Rotasi Varimax).)Nilai eigen Faktor 1 yang sebesar 2,7546 menunjukkan bahwa variansi yang terjelaskan oleh Faktor 1 adalah sebesar 2,7546 dari keseluruhan nilai variansi awal yang sebesar 5 (karena terdapat 5 buah variabel yang masing-masing memiliki nilai variansi sama dengan 1)Atau proporsi variansi yang terjelaskan oleh Faktor 1 adalah sebesar 0.5509 atau 55.09% (lihat baris proportion). Variansi sisanya dijelaskan oleh Faktor 2 (0.3550 atau 35.5%) dan faktor-faktor lainnya.Faktor 1 dan Faktor 2 secara bersama-sama mampu menjelaskan 0.9059 atau (90.59%) dari total variansi yang ada (lihat baris cumulative). Dari sini tampak cukup beralasan untuk menggunakan Faktor 1 dan Faktor 2 sebagai variabel pengganti kelima variabel awal Tabel 2.4 Variansi Yang Terjelaskan Oleh Masing-Masing Faktor

Variansi Terjelaskan (Explained Variance) ini menunjukkan jumlah variansi yang dapat dijelaskan atau diteruskan oleh masing-masing faktor Total variansi terjelaskan dari kedua faktor setelah rotasi adalah sebesar 4.529 atau masih terdapat 0.471 variansi yang belum terjelaskan. Ini berarti apabila digunakan kedua faktor untuk menggantikan kelima variable awal maka akan terjadi kehilangan informasi sebesar 0.471 nilai variansi yang menjadi tidak terjelaskan. Tabel 2.5 Koefisien skors faktor

Meskipun faktor-faktor yang diperoleh tidak teramati/terukur sebagaimana kelima variable awal, namun faktor-faktor ini juga dapat berlaku sebagai variabel. Pada analisis lebih lanjut, hasil dari analisis faktor ini dapat digunakan untuk menggantikan kelima variabel awal tadi. Nilai dari masing-masing faktor yang menggantikan informasi dari kelima variabel awal ini disebut dengan skor faktor Tabel 2.6 Skor Faktor

Menunjukkan nilai koefisien dari masing-masing variabel awal (yang telah distandardisasikan) pada model faktor yang digunakan. Contohnya untuk Responden 1 pada Faktor 1

2.6 Penelitian TerdahuluPosisi Penelitian (State of the Art) berbentuk tabel yang terdiri dari : Nama Peneliti, tahun, topik, obyek, metode, variabel, hasil).

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif, dengan studi analisis factor dengan menggunakan kuisioner sebagai pengumpulan data.

3.2 Variabel PenelitianVariabel dalam penelitian ini adalah persepsi pelaku usaha yang terdiri dari beberapa poin yang diambil dari penelitian terdahulu, oleh Fernandes dan Andadari (2012) yaitu: pengetahuan tentang MEA, Implikasi pemberlakuan MEA, kesiapan dalam menghadapi MEA, dan peran pemerintah dalam menghadapi MEA.3.3 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai bulan Mei 2015. Dan berlokasi di UKM Batik Tulis di Kecamatan Tanjung Bumi Kabupaten Bangkalan.

3.4 Jenis/Tipe dataData yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh melalui survey, dokumentasi, wawancara, dan penyebaran kuisioner.

3.5 Peralatan dan Bahan PenelitianBahan yang dibutuhkan pada penelitian ini hanya kuisioner yang akan ditujukan pada pelaku usaha UKM Batik Tulis di Tanjung Bumi.

3.6 Teknik Pengambilan Data (Teknik Sampling)/Prosedur Pengambilan DataPengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan teknik non probability sampling dengan metode purposive sampling, pengambilan sampel berdasarkan ketentuan tertentu yaitu responden/pelaku usaha UKM hanya memproduksi kain batik, UKM berkategori mikro dan kecil.

3.7 Jumlah Data (Jumlah Sampel) dan Kriteria Responden Populasi dalam penelitian ini adalah pelaku usaha UKM Batik Tulis Tanjung Bumi yang berkategori mikro dan kecil yang berjumlah 1.266 responden. Jumlah sampel yang di ambil diperoleh dari perhitungan rumus slovin : ..(2)Dan diperoleh hasil 276,35, sehingga dibulatkan menjadi 280 sampel.

3.8 Model Dasar dan Rancangan Kuesioner Kuisioner terdiri dari 2 bagian, dimana setiap bagian terdiri dari :1. Bagian I, berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsi pelaku usaha terhadap Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, dengan pengukuran dengan skala Likert, dimana ,1 = Sangat tidak setuju2 = Tidak setuju3 = Netral4 = Setuju5 = Sangat setuju2. Bagian II, berisi mengenai profil responden

3.9 Metode PenyelesaianDalam penelitian ini digunakan metode penyelesaian menggunakan analisis faktor dengan metode principal component analysis. 3.9.1 Validitas dan Reabilitas(i) Uji ValiditasUji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuisioner tersebut. Untuk mengetahui kevalidan suatu instrument dapat diketahui dengan membandingkan r hitung (Corrected Item Total Corelation) dengan nilai r table untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel, dengan nilai alpha=0.05. apabila nilai r hitung lebih besar dari r table maka instrument penelitian atau kuisioner adalah valid. Nilai r table dapat diketahui dengan melihat pada table nilai r product moment. (Ghozali, 2011)(ii) Uji ReliabilitasAncok (1989) mendefinisikan reliabilitas sebagai indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Ancok juga menjelaskan bahwa jika suatu alat ukur digunakan dua kali untuk mengukur sesuatu yang sama dan hasil kedua pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut dapat dikatakan reliable. Oleh karena itu, setelah dilakukan uji validitas pada komponen kuisioner selanjutnya dilakukan uji reliabilitas untuk mengetahui seberapa akurat komponen kuisioner digunakan pada penelitian ini. Untuk reliabilitas dari data penelitian menggunakan Cronbachs alpha coefficients yang paling baik adalah 1 dan yang paling buruk memiliki nilai 0. Setiap item kuisioer akan dinilai cukup handal (reliable) bila besar koefisien reliabilitas lebih besar dari 0.6. (Hair & Joseph, 2006)3.9.2 Analisis FaktorAnalisis factor dalam peneliian ini digunakan untuk menjawab rumusan permasalahan pertama yaitu untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi persepsi pelaku usaha batik di Tanjung Bumi dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Analisis factor merupakan salah satu bentuk analisis multivariate yang tujuan umumnya adalah menemukan satu atau beberapa variabel atau konsep yang diyakini sebagai sumber yang melandasi seperangkat variabel nyata (Maholtra, 2007). Analisis factor bertujuan menemukan hubungan (interrelationship) antara sejumlah variable-variabel yang saling independen satu dengan yang lainnya, sehingga bias dibuat satu atau beberapa kumpulan variable yang lebih sedikit dari jumlah variable awal. (Santoso, 2002)Pada dasarnya terdapat dua jenis analisis factor:1. Exploratory Factor Analysis (EFA), digunakan apabila belu ada teori yang menjelaskan atau peneliti belum tahu setiap parameter (pertanyaan dalam likert) masuk ke faktor/variabel laten.2. Confirmatory Factor Analysis (CFA), digunakan apabila sudah ada teori yang menjelaskan, atau peneliti sudah mengetahui setiap parameter masuk ke faktor/variabel laten. Jadi tujuan dari CFA ini hanya untuk mengkonfirmasi apakah pembagian faktor-faktor eperti yang disebutkan dalam landasan teori sudah reliable.Analisis faktor dilakukan dengan memeriksa korelasi (atau covariances) antara tindakan-tindakan yang diamati. Tindakan yang sangat berkorelasi (baik positif atau negative) cenderung dipengaruhi oleh faktor yang sama, sementara mereka yang relative tidak berkorelasi cenderung dipengaruhi oleh faktor yang berbeda.Model analisis faktor dinyatakan dengan formula sebagai berikut:Xi = AijFi + Ai2F2 + Ai3F3 . + AimFm + ViUi (2)Dimana:Xi= Variabel standar yang ke-i.Aij= Koefisien multiple regresi standar dari variable ke-I pada common factor j.F= Common FactorVi= Faktor unik variable-im= Banyaknya common factorFaktor unik berkorelasi satu dengan yang lain dan dengan common factor. Common factor dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel yang diteliti, dengan persamaan:Fi = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3X3 + .+ WikXk ..(3)Dimana:Fi= Faktor ke-i yang diestimasi.Wi= Bobot atau koefisien score faktorXk= Banyaknya variabel X pada faktor ke k.Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis faktor adalah sebagai berikut:a. Analisis CommunalitiesCommunalities pada dasarnya adalah jumlah varians (bias dalam prosentase) dari suatu variabel mula-mula yang bias dijelaskan oleh faktor yang ada (Tjiptono, 2004). Semakin besar nilai communalities sebuah variabel, berarti semakin erat atau kuat hubungan dengan faktor yang terbentuk (Tjiptono, 2004).b. Pembentukan matriks korelasiMatriks korelasi merupakan matrik yang memuat koefisien korelasi dari semua pasangan variabel dalam penelitian ini. Matriks ini digunakan untuk mendapatkan nilai kedekatan hubugan antar variabel penelitian. Nilai kedekatan ini dapat digunakan untuk melakukan beberapa pengujian untuk melihat kesesuaian dengan nilai korelasi yang diperoleh dari analsis faktor. Dalam tahap ini, ada dua hal yang perlu dilakukan agar analisis faktor dapat dilaksanakan, yaitu:(i) Menentukan besaran nilai Barlett Tesr Sphericity, yang diunakan untuk mengetahui apakah ada korelasi yang signifikan antar variabel.(ii) Keiser-Meyers-Oklin (KMO) Measure of Sampling Adequacy (MSA), yang digunakan untuk mengukur kecukupan sampel dengan cara membandingkan besarnya koefisien korelasi yang diamati dengan koefisien korelasi parsialnya. Menurut Wibisono (2003) criteria kessuaian dalam pemakaian analisis faktor adalah: Jika harga KMO sebesar 0,9 berarti sangat memuaskan Jika harga KMO sebesar 0,8 berarti memuaskan Jika harga KMO sebesar 0,7 berarti harga menengah Jika harga KMO sebesar 0,6 berarti cukup Jika harga KMO sebesar 0,5 berarti kurang memuaskan Jika harga KMO kurang dari 0,5 berarti tidak dapat diterimaMenurut Santoso (2002) angka MSA berisar antara 0 sampai dengan 1, dengan criteria yang digunakan untuk interpretasi adalah sebagai berikut: Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lainnya. Jika MSA lebih besar dari setengah 0,5 maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. Jika MSA lebih kecil dari setengah 0,5 dan atau mendekati 0, maka variabel tersebut tidak dapat dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.c. Ekstraksi faktorPada tahap ini, akan dilakukan proses inti dari analisis faktor, yaitu melakukan ekstraksi terhadap sekumpulan variabel yang memiliki KMO > 0,5 sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Metode yang digunakan untuk maksud ini adalah Principal Component Analysis (PCA) dan rotasi faktor dengan metode varimax (bagian dari orthogonal). Setelah pereduksian variabel yang tidak mempunyai hubungan kuat pada tahap sebelumnya,maka analisis faktor selanjutnya menghasilkan total variance explained. Total variance explained menunjukkan total variasi yang diterangkan oleh setiap faktor. Atinya, sejauh mana faktor dapat menjelaskan informasi yang ada pada keseluruhan faktor. Banyaknya faktor yang terekstrak ditentukan oleh nilai Eigenvalue > 1,0. Nilai Eigenvalue adalah sebuah nilai yang mempresentasikan keseluruhan varian yang dijelaskan oleh masing-masing faktor. Nilai yang diperhatikan dalam table ini adalah rotation sums of squared loadings, yang dihasilkan setelah perotasian. Dari nilai tersebut dapat dilihat nilai variansi setiap faktor yang terbentuk dan nilai kumulatif variansi dari faktor yang terbentuk dan nilai kumulatif variansi dari faktor-faktor yang terbentuk (santoso, 2002).d. Matriks Rotasi Faktor Pada rotasi faktor, matrik faktor ditransformasikan ke dalam matrik yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah diinterpretesikan. Metode yang digunakan untuk rotasi adalah varimax procedure, yang meminimalkan banyaknya variabel dengan loading tinggi faktor, sehingga meningkatkan kemampuan menginterpretasikan faktor-faktor yang ada. Factor loading adalah angka yang menunjukkan besarnya korelasi antara suatu variabel dengan faktor satu, faktor dua, faktor tiga, faktor empat, atau faktor lima yang terbentuk. Proses penentuan variabel mana akan masuk ke faktor yang mana, dilakukan dengan melakukan perbandingan besar korelasi pada setiap baris di dalam table (Santoso, Statistik Multivariat, 2002)e. Penamaan FaktorPada tahap ini, akan diberikan nama-nama faktor yang telah terbentuk berdasarkan faktor loading suatu variabel terhadap faktor terbentuknya. Setelah tahapan pemberian nama faktor yang terbentuk, berarti hipotesis penelitian telah terjawab. Setelah faktor=faktor terbentuk, jika variabel-variabel yang masuk pada masing-masing faktor tidak sama dengan yang penelitian terdahulu, perlu memberikan nama baru yang representative bagi variabelvariabel yang masuk didalam masing-masing faktor (Santoso, SPSS Statistik Multivariat, 2002)

3.10 Flowchart

Gambar 3.3 FlowchartDAFTAR PUSTAKA

D., A. (1989). Teknik Penyusunan Skala Pengukuran. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada.Dipta, & Wayan, I. (2012). Memperkuat UKM Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015. 21.Fadhilah Ramadhani, d. (2013). OPTIMALISASI PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI BERBASIS E-COMMERCE SEBAGAI MEDIA PEMASARAN USAHA KECIL MENENGAH GUNA MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015. Economics Development Analysis Journal , 136-137.Ferdiinand. (2013, Juli 4). usaha kecil menengah. Retrieved Februari 27, 2015, from : http://www.usaha-kecil.com/usaha_kecil_menengah.html 2/27/2015 5:32Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.Hair, J., & Joseph, F. (2006). Multivariate Data Analysis with Reading. New Jersey: Prentical Hall.Lina, S. (2013, Juni 1). Retrieved Maret 13, 2015, from http://lina-aries.blogspot.com/2013/06/pengenalan-batik-nusantara.htmlMaholtra, N. K. (2007). Marketing Research an Aplied Orientation . New Jersey: Prentice Hall.Philip, K. (2000). Marketing Management, The Millenium Edition. NewJersey: Prentice Hall International, Inc.Radia, H. M. (2015). PENERAPAN WHITE OCEAN STRATEGY DAN BLUE OCEAN STRATEGY PADA USAHA KECIL DALAM MENGHADAPI TANTANGAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015. 4.S., A. (2013). Hubungan antara Persepsi Kualitas Pelayanandan Citra Bank dengan Loyalitas Nasabah. 6.Santoso, S. (2002). SPSS Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Alex Media Komputerindo.Santoso, S. (2002). Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Alex Media Komputerindo.Tjiptono, S. d. (2004). Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Mulai

1. Identifikasi Masalah2. Studi literatur3. Rumusan masalah4. Tujuan penelitian5. Batasan masalah

Kuisioner

Data penelitian

1. Uji validitas dan uji reliabilitas2. Uji analisis faktor

Model matematis analisis faktor

Validasi model

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Pemilihan responden dan metode penelitian

1. Identifikasi variabel penelitian2. Pembuatan kuisioner3. Penyebaran kuisioner

Valid

Valid

Tidak valid

Tidak valid