bab i + ii + iii

28
0 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENERIMAAN SISTEM E-PROCUREMENT DENGAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) STUDI KASUS: KEMENTERIAN KEUANGAN TUGAS INDIVIDU 2012SC METODOLOGI PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH BARY R. PRATAMA 1206302314 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA 2013

Upload: bary-r-pratama

Post on 02-Jan-2016

184 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab I + II + III

0

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PENERIMAAN SISTEM E-PROCUREMENT

DENGAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM)

STUDI KASUS: KEMENTERIAN KEUANGAN

TUGAS INDIVIDU 2012SC

METODOLOGI PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH

BARY R. PRATAMA

1206302314

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI

JAKARTA

2013

Page 2: Bab I + II + III

1

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 1

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... 2

DAFTAR TABEL ............................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 4

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 6

1.3 Ruang Lingkup ...................................................................................... 8

1.4 Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 8

1.5 Tujuan dan Manfaat ............................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10

2.1 E-Procurement ..................................................................................... 10

2.2 Technology Acceptance Model (TAM) ................................................ 12

2.3 Technology Acceptance Model (TAM) 2 ............................................. 14

2.4 Penelitian Sebelumnya ......................................................................... 15

2.5 Kerangka Penelitian ............................................................................. 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 23

3.1 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ........................................... 23

3.2 Alur Penelitian ..................................................................................... 23

LAMPIRAN – TRANSKRIP WAWANCARA SINGKAT ................................ 25

LAMPIRAN – PETIKAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KEUANGAN 2010-2014 ................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27

Page 3: Bab I + II + III

2

Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Diagram Analisis Fish Bone ............................................................ 7

Gambar 2. 1 Sejarah Perkembangan E-Procurement........................................... 11

Gambar 2. 2 Technology Acceptance Model (Davis, 1989) ................................ 13

Gambar 2. 3 TAM 2 (Venkatesh and Davis, 2000) ............................................. 14

Gambar 2. 4 Kerangka Penelitian ....................................................................... 21

Gambar 3. 1 Rencana Alur Penelitian................................................................. 23

Page 4: Bab I + II + III

3

Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Perbandingan Penelitian Terdahulu yang Relevan.............................. 19

Page 5: Bab I + II + III

4

Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu upaya untuk mendukung program Reformasi Birokrasi di

lingkungan Kementerian Keuangan dan untuk meningkatkan efisiensi,

efektivitas, transparansi, persaingan sehat, dan akuntabilitas di bidang

pengadaan barang/jasa pemerintah adalah melaksanakan pengadaan

barang/jasa yang dilaksanakan secara elektronik (e-procurement) (Sumber:

Renstra Setjen Kemenkeu, 2009-2014).

Pada tahun 2004, Departemen Komunikasi dan Informatika yang

sekarang diubah menjadi Kementerian Komunikasi dan Informatika

(Kemenkominfo), mulai mengembangkan sistem pengadaan barang/jasa

pemerintah secara elektronik dengan nama Sistem e-Pengadaan Pemerintah

(SePP). Aplikasi ini dikembangkan agar dapat digunakan oleh seluruh

instansi pemerintah di Indonesia. Namun demikian, aplikasi SePP hingga saat

ini hanya digunakan pada instansi tertentu saja, yaitu Kemenkominfo, Otorita

Batam, Tabungan dan Asuransi Pensiun (Taspen), dan Poltek Batam.

Pada tahun 2006 Bappenas c.q. Pusat Pengembangan Kebijakan

Pengadaan Barang/Jasa, mengembangkan sistem e-procurement untuk

seluruh instansi pemerintah Indonesia baik tingkat pusat maupun daerah.

Aplikasi tersebut diberi nama Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE).

SPSE tersebut dikelola oleh unit yang disebut dengan Layanan Pengadaan

Secara Elektronik (LPSE). Hingga Juni 2013, jumlah pengelola SPSE

mencapai 574 LPSE yang tersebar di seluruh Indonesia (Sumber:

www.lkpp.go.id di akses terakhir 17 Juni 2013).

Salah satu instansi pemerintah yang diamanatkan untuk membentuk

LPSE adalah Departemen Keuangan, sekarang diubah menjadi Kementerian

Keuangan. LPSE Departemen Keuangan diresmikan pada 14 Februari 2008

berbentuk tim adhoc di bawah Biro Perlengkapan, Sekretariat Jenderal.

Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

73/PMK.01/2009 tanggal 8 April 2009, LPSE Kementerian Keuangan

Page 6: Bab I + II + III

5

Universitas Indonesia

berubah menjadi unit setingkat eselon II dengan nama Pusat Layanan

Pengadaan Secara Elektronik (Pusat LPSE) Kementerian Keuangan.

Pada awalnya, Pusat LPSE Kementerian Keuangan memberikan layanan

e-procurement hanya untuk lingkungan Kementerian Keuangan saja. Namun,

sebagai upaya peningkatan layanan, Pusat LPSE Kementerian Keuangan

membuka kesempatan untuk melakukan kerjasama dengan

Kementerian/Lembaga/Institusi lain dalam hal pemanfaatan fasilitas layanan

pengadaan secara elektronik dan bimbingan teknis.

Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Keuangan tahun 2010-2014,

terdapat program/kegiatan Pembinaan Teknis dan Layanan Pengadaan Secara

Elektronik. Salah satu tujuan dari program/kegiatan tersebut yaitu

Terlaksananya pengadaan barang/jasa secara elektronik di lingkungan

Departemen Keuangan dan instansi pemerintah lain dimana indikatornya

adalah Meningkatnya persentase penggunaan LPSE Departemen Keuangan

oleh Lembaga Pemerintah Non Kementerian/Sekretariat Lembaga Tinggi

Negara/Komisi Pemerintah dalam Pengadaan Barang/Jasa dengan target pada

tahun 2014 yaitu 100%.

Hingga Maret 2013, Pusat LPSE Kementerian Keuangan sudah

mengadakan kerjasama dengan 46 instansi pemerintah di luar Kementerian

Keuangan, baik tingkat pusat maupun daerah. Jika diambil salah satu kategori

calon instansi pemerintah lain, yaitu Lembaga Pemerintah Non Kementerian,

maka jumlahnya adalah 28 instansi. Dari 28 Lembaga Pemerintah Non

Kementerian tersebut, hanya 8 instansi yang sudah melakukan kerjasama

dengan Pusat LPSE Kementerian Keuangan, atau hanya sekitar 28% dari

target 100% pada tahun 2014. Berdasarkan wawancara singkat dengan

Kepala Subbidang Monitoring dan Evaluasi selaku Manajer Kinerja di Pusat

LPSE Kementerian Keuangan, target yang seharusnya dicapai pada tahun

2012 adalah 60%. Oleh karena itu, capaian 28% hingga Maret 2013 tidak

memenuhi target yang ingin dicapai pada tahun 2012, yaitu 60%.

Salah satu yang menjadi alasan dari instansi lain melakukan kerjasama

dengan LPSE Kementerian Keuangan adalah keterbatasan sumber daya yang

dimiliki untuk menjalankan dan mengelola LPSE sendiri. Sumber daya yang

Page 7: Bab I + II + III

6

Universitas Indonesia

dimaksud antara lain sumber daya manusia dan anggaran yang dimiliki. Akan

lebih efektif dan efisien jika instansi yang tidak terlalu besar, seperti setingkat

Lembaga Pemerintah Non Kementerian, memanfaatkan kerjasama dengan

Pusat LPSE Kementerian Keuangan dalam melaksanakan pengadaan

barang/jasa secara elektronik di lingkungan instansinya.

Kehadiran sebuah teknologi baru, khususnya di bidang teknologi

informasi dapat menimbulkan reaksi bagi para penggunanya, baik reaksi

menerima maupun menolak (Wibowo, 2006). Banyak model telah

dikembangkan untuk mengetahui faktor penentu yang mempengaruhi

penerimaan suatu teknologi, salah satunya adalah Technology Acceptance

Model (TAM). Model TAM dikembangkan dari teori psikologis yang

menjelaskan perilaku pengguna teknologi yang dipengaruhi oleh

kepercayaan, sikap, intensitas, dan hubungan perilaku pengguna (Abdalla, I.,

2005, Lee, Y., Kozar K. A., & Larsenm, K.R.T., 2003). Teknologi TAM

bertujuan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pengguna

teknologi informasi terhadap penerimaan suatu teknologi informasi baru.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan pelaksanaan sistem e-procurement pada Kementerian

Keuangan dengan metode Technology Acceptance Model (TAM) dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Perlu mengetahui variabel yang dominan mempengaruhi penerimaan

sistem e-procurement baik di lingkungan Kementerian Keuangan

maupun di Lembaga Pemerintah Non Kementerian di luar Kementerian

Keuangan, sehingga dapat diketahui permasalahan yang terjadi dalam

penerapan sistem e-procurement tersebut.

2. Perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan sistem

e-procurement pada Kementerian Keuangan dan Lembaga Pemerintah

Non Kementerian di luar Kementerian Keuangan, sehingga dapat disusun

langkah-langkah yang tepat agar target pada tahun 2014 dapat tercapai.

Page 8: Bab I + II + III

7

Universitas Indonesia

Pencarian akar permasalahan penerimaan sistem e-procurement dapat

menggunakan metode cause-effect analysis dengan diagram tulang ikan (fish

bone) seperti yang terlihat pada gambar 1.1 berikut ini.

Target Implementasi E-Procurement pada Lembaga Non Kementerian

di tahun 2012 tidak tercapai

Gambar 1. 1 Diagram Analisis Fish Bone

Berdasarkan diagram fish bone analysis di atas, terdapat tiga domain

yang mempengaruhi target implementasi e-Procurement, yaitu:

1. Sistem Aplikasi.

Permasalahan yang terjadi pada domain Sistem Aplikasi adalah tidak

diketahui faktor-faktor apa saja yang memberikan pengaruh terhadap

penerimaan sistem e-procurement Kementerian Keuangan oleh

pengguna.

2. Kebijakan.

Permasalahan yang terjadi pada domain Kebijakan, antara lain:

a. Belum ada kebijakan dengan level yang lebih tinggi, seperti

Peraturan Presiden, yang mengatur kewajiban Lembaga Non

Kementerian di luar Kementerian Keuangan untuk menggunakan

sistem e-Procurement Kementerian Keuangan.

b. Kebijakan mengenai kewajiban untuk menggunakan aplikasi

e-Procurement hanya berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan.

Page 9: Bab I + II + III

8

Universitas Indonesia

3. Organisasi.

Permasalahan yang terjadi pada domain Organisasi, antara lain:

a. Tidak diketahui apakah organisasi memberikan pengaruh terhadap

pengguna untuk menggunakan sistem e-procurement Kementerian

Keuangan.

b. Terdapat beberapa organisasi yang sebelumnya sudah melakukan

MoU dengan Kementerian Keuangan c.q. Pusat LPSE memisahkan

diri dan membentuk LPSE sendiri.

1.3 Ruang Lingkup

Batasan masalah ditentukan oleh keterbatasan waktu penelitian dan agar

penelitian menjadi lebih fokus serta spesifik. Ruang lingkup penelitian yaitu:

1. Penelitian hanya dilakukan terhadap pengguna di Kementerian Keuangan

dan Lembaga Non Kementerian di luar Kementerian Keuangan yang

telah melakukan kerjasama lebih dari satu tahun dengan Kementerian

Keuangan.

2. Penelitian mengacu pada domain permasalahan yang dipilih pada

diagram tulang ikan, yaitu Sistem Aplikasi.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan ruang lingkup tersebut, didapat pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

“Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan sistem

e-procurement pada Kementerian Keuangan dan Lembaga Pemerintah

Non Kementerian lain di luar Kementerian Keuangan?”

1.5 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui variabel yang secara dominan memberikan pengaruh

terhadap penerimaan sistem e-procurement di Kementerian Keuangan

dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian di luar Kementerian

Keuangan.

Page 10: Bab I + II + III

9

Universitas Indonesia

2. Mengetahui permasalahan yang terjadi dalam penerapan sistem

e-procurement di Kementerian Keuangan dan Lembaga Pemerintah Non

Kementerian di luar Kementerian Keuangan.

3. Mengetahui faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap

penerimaan sistem e-procurement di Kementerian Keuangan dan

Lembaga Pemerintah Non Kementerian di luar Kementerian Keuangan,

sehingga dapat disusun langkah-langkah guna mencapai target 100%

pada tahun 2014.

Page 11: Bab I + II + III

10

Universitas Indonesia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi pembahasan mengenai teori, penelitian terdahulu, dan kerangka

teoritis yang relevan dengan penelitian ini.

2.1 E-Procurement Turban (2004) menyebutkan bahwa e-procurement adalah kegiatan

mengadakan barang dan jasa oleh perusahaan yang dilakukan secara

elektronik. Menurut Chaffey (2004), e-procurement merupakan integrasi dan

manajemen elektronik semua aktivitas pengadaan termasuk di dalamnya

permintaan pembelian, pemberian hak pemesanan, pengiriman dan

pembayaran antara pembeli dan pemasok. Sedangkan Choudhury et al.,

(1998) mengemukaan bahwa e-procurement adalah proses identifikasi dan

pemilihan penyedia dan melakukan transaksi dengan menggunakan jaringan

telekomunikasi. Rayport dan Jaworski (2002) mendefinisikan e-procurement

sebagai penggunaan sebuah fungsi dan layanan berbasis web yang

mengijinkan pegawai pada organisasi pengadaan/pembelian (spending unit)

untuk melakukan pembelian barang dan jasa, dan mengijinkan pemasok

untuk mengelola dan menyampaikan pemenuhan terhadap permintaan

pembelian yang telah disampaikan tersebut.

Neef (2001) menyebutkan bahwa business-to-business (B2B)

e-commerce merupakan kegiatan yang meliputi transaksi pembelian dan

penjualan secara elektronik antar organisasi, dimana e-procurement sebagai

sebuah fungsi sentral untuk melakukan bisnis yang efektif. E-procurement

merupakan area terpenting dari pengembangan B2B e-commerce. Sistem

e-procurement menyediakan fungsionalitas seperti: manajemen katalog;

permintaan, pengawasan, dan persetujuan; pengolahan penerimaan dan

pengecualian (exxeption); keuangan dan proses pembayaran; logistik dan

manajemen rantai pasokan (supply-chain management) (Subramani, 1999).

E-procurement dapat mengefisienkan proses pengadaan, mengurangi biaya,

menghemat waktu, dan memangkas birokrasi.

Page 12: Bab I + II + III

11

Universitas Indonesia

Pelaksanaan e-procurement di Indonesia berdasarkan pada konsolidasi

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dan Peraturan Presiden Nomor 70

Tahun 2012 terkait dengan pengadaan barang/jasa pemerintah. Antara tahun

1960 – pertengahan tahun 1990, e-procurement dilakukan dengan

menggunakan formulir pertukaran data secara elektronik (electronic data

interchange). Namun, saat ini e-procurement telah didukung oleh teknologi

internet (UN, 2006). (UN (2006, November).

Gambar 2. 1 Sejarah Perkembangan E-Procurement

Perkembangan e-procurement seperti yang terlihat pada gambar 2.1 di

atas menunjukkan bahwa seiring waktu, teknologi yang digunakan untuk

mendukung pelaksanaan pengadaan secara elektronik semakin berkembang.

Pengadaan (procurement) yang pada awalnya dilaksanakan secara tradisional

dan berbasis kertas, saat ini telah memanfaatkan platform dan internet tools

sekaligus menggantikan pengadaan yang dilaksanakan secara tradisional

tersebut. Sejarah perkembangan pengadaan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Traditional procurement. Pengadaan dilaksanakan secara tradisional, di

mana sebagian besar menggunakan kertas.

2. Electronic systems to support traditional procurement. Penggunaan

sistem elektronik untuk mendukung pelaksanaan pengadaan yang

sifatnya masih tradisional. Misalnya: penggunaan Personal Computer

Page 13: Bab I + II + III

12

Universitas Indonesia

(PC), Enterprise Resource Planning (ERP), maupun Electronic Data

Interchange (IDE).

3. Internet as communication channel to support traditional procurement.

Komunikasi melalui internet mulai digunakan, selain penggunaan sistem

elektronik, untuk mendukung pelaksanaan pengadaan yang masih

bersifat tradisional.

4. Internet tools and platforms to complement traditional procurement.

Penggunaan platform dan internet tools untuk melengkapi pelaksanaan

pengadaan yang telah didukung oleh sistem elektronik dan komunikasi

melalui internet pada tahap sebelumnya.

5. Internet tools and platforms to replace traditional procurement.

Penggunaan platform dan internet tools untuk mengganti pengadaan

yang sebelumnya dilaksanakan secara tradisional.

Subramani, Qualls, dan Shaw (2003) menyatakan bahwa

e-procurement memberikan dampak yang positif terhadap pengukuran kinerja

pengadaan pada banyak organisasi. Berdasarkan pengukuran operasional,

pengurangan kesalahan dan pembelian dapat dipengaruhi secara signifikan

dengan e-procurement. Pengukuran strategis yang paling berpengaruh dengan

e-procurement adalah kepuasan pengguna, dimana secara pasti memberikan

kemudahan dalam proses pembelian atau pengadaan barang/jasa.

2.2 Technology Acceptance Model (TAM)

Technology Acceptance Model (TAM) diperkenalkan oleh Davis (1985),

mengadopsi dari model Theory of Reasoned Action (TRA) yang

dikembangkan oleh Malhotra (2003), untuk menggambarkan penerimaan

pengguna terhadap suatu sistem informasi. TAM dikembangkan untuk

menjelaskan dan memprediksi perilaku penggunaan komputer. Faktor

pengguna merupakan aspek penting yang terkait dengan penerapan teknologi

baru dalam suatu organisasi. Tingkat kesiapan pengguna berpengaruh besar

terhadap penerapan teknologi baru (Dodi, 2007). Tujuan TAM adalah untuk

menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pengguna komputer.

Page 14: Bab I + II + III

13

Universitas Indonesia

Menurut Cheung (2001), TAM didefinisikan sebagai suatu model

penerimaan terhadap suatu teknologi baru yang secara spesifik menjelaskan

tentang sistem teori informasi. Tujuan utamanya adalah memberikan dasar

atas pengaruh faktor eksternal terhadap faktor kepercayaan internal, sikap,

dan perhatian. Sedangkan menurut Jones dan Hubona (2003), TAM yaitu

sama seperti teori acceptance model yang lain dimana pengguna diasumsikan

akan memilih teknologi informasi berdasarkan biaya yang rasional dan

terdapat keuntungan antara berbagai pihak terkait.

Model TAM digunakan pada penelitian psikologi sosial yang

menjelaskan perilaku pengguna komputer, yaitu faktor kepercayaan, sikap,

keinginan, dan hubungan perilaku pengguna. Faktor-faktor tersebut

merupakan komponen yang digunakan dalam menentukan tingkat penerimaan

suatu teknologi baru.

Menurut Davis (1989), tingkat penerimaan penggunaan teknologi

ditentukan oleh 6 variabel, yaitu variabel eksternal (external variable),

persepsi kemudahan untuk menggunakan (perceived ease of use), persepsi

pada kegunaan/manfaat (perceived usefulness), sikap dalam penggunaan

(attitude toward using), keinginan untuk menggunakan (behavioural intention

of use), dan pemakaian sistem yang sebenarnya (actual system usage).

Gambar 2. 2 Technology Acceptance Model (Davis, 1989)

Gambar 2.2 di atas menggambarkan pengaruh antara variabel yang

terdapat pada model TAM. Variabel eksternal dinilai berpengaruh terhadap

variabel persepsi kemudahan untuk menggunakan dan variabel persepsi pada

kegunaan/manfaat. Persepsi kemudahan untuk menggunakan berpengaruh

terhadap variabel persepsi kegunaan/manfaat. Variabel persepsi kemudahan

Page 15: Bab I + II + III

14

Universitas Indonesia

untuk menggunakan dan persepsi kegunaan/manfaat berpengaruh terhadap

sikap dalam penggunaan. Variabel persepsi kegunaan/manfaat juga

berpengaruh terhadap variabel keinginan untuk menggunakan, dimana

variabel keinginan untuk menggunakan ini dipengaruhi oleh sikap dalam

penggunaan dan berpengaruh terhadap variabel pemakaian sistem

sesungguhnya.

2.3 Technology Acceptance Model (TAM) 2

Venkatesh dan Davis (2000) memperkenalkan model TAM 2, seperti

yang terlihat pada gambar 2.3 di bawah ini.

Gambar 2. 3 TAM 2 (Venkatesh and Davis, 2000)

Venkatesh dan Davis mengemukakan bahwa TAM memiliki beberapa

keterbatasan dalam menjelaskan penyebab di mana seseorang akan menerima

sebuah sistem yang diberikan tersebut berguna. Keduanya memperkenalkan

bahwa variabel tambahan dapat ditambahkan sebagai variabel yang

memberikan pengaruh terhadap variabel persepsi pada kegunaan/manfaat

(perceived usefulness) yang terdapat dalam model TAM.

Pada model TAM 2, variabel yang memberikan pengaruh terhadap

variabel persepsi pada kegunaan/manfaat (perceived usefulness), yaitu:

Page 16: Bab I + II + III

15

Universitas Indonesia

1. Pengaruh sosial:

1.1. Norma subyektif (subjective norm), persepsi orang bahwa

kebanyakan orang merasa penting baginya untuk berfikir apa yang

seharusnya dan tidak seharusnya sesuai dengan lingkungan.

1.2. Sukarela (voluntariness), sejauh mana pengadopsi potensial

menganggap keputusan adopsi untuk menjadi tidak wajib.

1.3. Anggapan (image), persepsi untuk meningkatkan suatu status ke

dalam suatu sistem sosial.

2. Proses instrumental kognitif:

2.1. Relevansi pekerjaan (job relevance), persepsi individu bahwa sistem

relevan dengan pekerjaannya.

2.2. Kualitas output (output quality), derajat di mana seseorang percaya

bahwa menggunakan sistem meningkatkan penyelesaian tugasnya

dengan baik.

2.3. Demonstrasi hasil (result demonstrability), hasil yang terukur dari

penggunaan inovasi.

2.4 Penelitian Sebelumnya

Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan

yang relevan dengan penelitian ini.

Analisa Penerimaan Penerapan E-Procurement: Studi Kasus pada

Kementerian Perhubungan

Penelitian dengan judul “Analisa Penerimaan Penerapan E-Procurement:

Studi Kasus pada Kementerian Perhubungan” ini dilakukan oleh Rusli Yanto,

mahasiswa Magister Teknologi Informasi Universitas Indonesia (2010).

Penulis melakukan penelitian pada Kementerian Perhubungan sebagai salah

satu instansi pemerintah yang menggunakan sistem e-procurement.

Penelitian dilakukan untuk menguji model penerimaan penerapan sistem

e-procurement dengan menggunakan metode Technology Acceptance Model

(TAM). Variabel yang digunakan hanya dibatasi pada empat variabel utama

dari TAM, yaitu perceived ease of use (persepsi kemudahan penggunaan),

Page 17: Bab I + II + III

16

Universitas Indonesia

perceived usefulness (persepsi pada kegunaan/manfaat), attitude toward using

(sikap pengguna saat menggunakan), dan actual system usage (penggunaan

sesungguhnya) yang ditambahkan dengan beberapa variabel dari luar

(external variables).

Penelitian ini menggunakan Partial Least Square (PLS) untuk

menganalisis hubungan antar variabel. Berdasarkan analisis yang telah

dilakukan maka didapat kesimpulan, yaitu:

a) Terdapat variabel yang tidak memberikan pengaruh terhadap variabel

perceived usefulness (persepsi pengguna terhadap kemudahan), yaitu

computer self-efficacy (kemampuan pengguna terhadap komputer);

b) Terdapat beberapa variabel yang memberikan pengaruh terhadap variabel

lain, antara lain: (i) kemampuan pengguna terhadap komputer memberikan

pengaruh terhadap persepsi pengguna terhadap kemudahan, (ii) persepsi

pengguna terhadap kemudahan memberikan pengaruh terhadap persepsi

pengguna terhadap kegunaan, (iii) persepsi pengguna terhadap kemudahan

memberikan pengaruh terhadap sikap pengguna saat menggunakan, (iv)

persepsi pengguna terhadap kegunaan memberikan pengaruh terhadap

sikap pengguna saat menggunakan, dan (v) sikap pengguna saat

menggunakan memberikan pengaruh terhadap penggunaan sesunggunnya.

Penelitian ini hanya dilakukan terhadap pelaksana pengadaan barang/jasa

(Panitia Pengadaan Barang/Jasa), tidak kepada penyedia barang/jasa. Masih

terdapat variabel lain yang belum digunakan dalam penelitian ini, antara lain

faktor sosial.

Analisis Penerimaan Pengguna Terhadap Penerapan E-Procurement

Berdasarkan Konsep Technology Acceptance Model (TAM) - (Studi

Kasus: Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Undip)

Penelitian dengan judul “Analisis Penerimaan Pengguna Terhadap

Penerapan E-Procurement Berdasarkan Konsep Technology Acceptance

Model (TAM) - (Studi Kasus: Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

Undip)” ini dilakukan oleh Adhien Meutia Merdeka Putri, mahasiswa

Departemen Teknologi Industri Universitas Diponegoro (2011). Putri

Page 18: Bab I + II + III

17

Universitas Indonesia

melakukan penelitian dengan mengambil studi kasus pada LPSE Universitas

Dipenogoro.

Putri menggunakan model TAM untuk menganalisis penerimaan

pengguna terhadap penerapan e-procurement di LPSE Undip dan Structural

Equation Modelling (SEM) sebagai alat statistiknya. Variabel yang dilibatkan

pada penelitian ini sesuai dengan apa yang terdapat pada model TAM.

Penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh

Rusli Yanto, di mana sama-sama menggunakan variabel standar yang

terdapat pada model TAM.

Penelitian ini mengambil Panitia Pengadaan Barang/Jasa sebagai

responden. Berdasarkan 8 hipotesis yang diuji, 6 hipotesis diterima dan 2

hipotesis ditolak. Peneliti juga menggunakan calon Panitia Pengadaan

Barang/Jasa sebagai responden dan memperoleh kesimpulan 4 hipotesis

diterima dari 8 hipotesis yang diujikan. Responden dari Penyedia Barang/Jasa

menghasilkan kesimpulan 7 hipotesis diterima dari 8 hipotesis yang diujikan.

Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa model TAM

tidak cocok digunakan kepada responden dengan status sebagai calon

pengguna, karena banyak menghasilkan hipotesis yang ditolak.

E-Procurement for the Public Sector: Determinants of Attitude Towards

Adoption

Penelitian dengan judul “E-Procurement for the Public Sector:

Determinants of Attitude Towards Adoption” ini dilakukan oleh:

1. Maniam Kaliannan, dari Fakultas Ilmu Administrasi dan Kebijakan,

Universitas Teknologi MARA, Shah Alam, Malaysia;

2. Halimah Awang, dari Fakultas Ekonomi dan Administrasi, Universitas

Malaya, Malaysia; dan

3. Murali Raman dan Magiswary Dorasamy, dari Fakultas Manajemen,

Universitas Multimedia Malaysia, Malaysia.

Kaliannan et al., mengambil studi kasus inisiatif e-procurement di

Malaysia, yang merupakan salah satu proyek di bawah e-Government

Page 19: Bab I + II + III

18

Universitas Indonesia

Flagship. Penelitian dilakukan untuk melihat tingkat penerimaan penyedia

barang/jasa terhadap e-Perolehan system (e-procurement system).

Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rusli Yanto

dan Adhien Meutia Merdeka Putri yang menggunakan empat variabel, konsep

Technology Acceptance Model (TAM) yang digunakan pada penelitian hanya

menggunakan dua variabel pengukuran utama yaitu perceived usefulness

(persepsi akan manfaat/kegunaan) dan perceived ease of use (persepsi

kemudahan penggunaan).

Metode penelitian dilakukan dengan mengadakan survey kepada

penyedia barang/jasa (responden) yang merupakan rekanan dari pemerintah

Malaysia. Setelah melakukan survey dengan mengirimkan 3000 kuesioner

secara random kepada responden, kemudian analisis dilakukan terhadap 502

kuesioner yang terkumpul dari responden. Berdasarkan analisis yang

dilakukan diperoleh kesimpulan, yaitu:

a) Responden secara umum setuju bahwa perceived usefulness (persepsi

manfaat) memainkan peranan penting dalam penerimaan e-Perolehan

system. Responden mendukung penerapan e-Perolehan system karena

dapat mendorong banyak manfaat.

b) Responden secara umum memandang e-Perolehan system mudah untuk

digunakan, mudah untuk dipelajari dan user friendly.

Penelitian yang dilakukan oleh Kaliannan et al. hanya melakukan analisis

terhadap penerimaan sistem e-procurement dari sudut pandang penyedia

barang/jasa, belum terhadap pelaksana pengadaan barang/jasa itu sendiri

(misalnya Panitia Pengadaan Barang/Jasa). Masih terdapat variabel lain yang

tidak digunakan dalam penelitian ini, seperti computer self-efficacy

(kemampuan pengguna terhadap komputer) dan organizational factors

(faktor-faktor organisasi).

Page 20: Bab I + II + III

19

Tabel 2. 1 Perbandingan Penelitian Terdahulu yang Relevan

Rusli Yanto Adhien Meutia Merdeka Putri Kaliannan, Awang, Raman & Dorasamy

Judul Penelitian

Analisa Penerimaan E-Procurement Analisis Penerimaan Pengguna Terhadap Penerapan E-Procurement Berdasarkan Konsep Technology Acceptance Model (TAM)

E-Procurement for the Public Sector: Determinants of attitude toward Adoption

Studi Kasus Kementerian Perhubungan LPSE Undip Pemerintahan Malaysia

Variabel TAM yang digunakan

Perceived Ease of Use Perceived Usefulness Attitude Toward Using Actual System Usage

Perceived Ease of Use Perceived Usefulness Attitude Toward Using Actual System Usage

Perceived Ease of Use Perceived Usefulness

Analisis Statistik

Partial Least Square (PLS) Structural Equation Modelling (SEM) Perhitungan p-value

Pengumpulan Data Primer

Kuesioner Kuesioner Kuesioner

Responden Pelaksana (panitia) pengadaan barang/jasa

Panitia pengadaan, penyedia, dan calon penyedia barang/jasa

Penyedia barang/jasa

Hasil Penelitian

Variabel computer self-efficacy (kemampuan pengguna terhadap komputer) tidak memberikan pengaruh terhadap variabel perceived usefulness (persepsi pengguna

Panitia pengadaan: Dari 8 hipotesis yang diuji, 6 hipotesis diterima dan 2 hipotesis ditolak.

Calon panitia pengadaan: 4 hipotesis diterima dari 8 hipotesis yang

Variabel perceived usefulness (persepsi manfaat/kegunaan) memiliki peranan penting dalam penerimaan e-Perolehan system.

Page 21: Bab I + II + III

20

Universitas Indonesia

Rusli Yanto Adhien Meutia Merdeka Putri Kaliannan, Awang, Raman & Dorasamy

terhadap kemudahan); Terdapat beberapa variabel yang

memberikan pengaruh terhadap variabel lain, yaitu: (i) kemampuan pengguna terhadap komputer memberikan pengaruh terhadap persepsi pengguna terhadap kemudahan, (ii) persepsi pengguna terhadap kemudahan memberikan pengaruh terhadap persepsi pengguna terhadap kegunaan, (iii) persepsi pengguna terhadap kemudahan memberikan pengaruh terhadap sikap pengguna saat menggunakan, (iv) persepsi pengguna terhadap kegunaan memberikan pengaruh terhadap sikap pengguna saat menggunakan, dan (v) sikap pengguna saat menggunakan memberikan pengaruh terhadap penggunaan sesunggunnya.

diujikan. Penyedia barang/jasa: 7 hipotesis

diterima dari 8 hipotesis yang diujikan.

Kesimpulan: Model TAM tidak cocok digunakan kepada responden dengan status sebagai calon pengguna karena banyak menghasilkan hipotesis yang ditolak.

Page 22: Bab I + II + III

21

2.5 Kerangka Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor apa saja yang

memberikan pengaruh penerimaan sistem e-Procurement Kementerian

Keuangan oleh Lembaga Pemerintah Non Kementerian di luar Kementerian

Keuangan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan model TAM 2 sebagai

perluasan dari model TAM dan hanya menggunakan dua variabel yang

berpengaruh terhadap variabel persepsi pada kegunaan/manfaat, yaitu

relevansi pekerjaan (job relevance) dan kualitas output (output quality).

Tiga variabel lain yang terdapat pada model TAM 2, yaitu:

1. Norma subyektif (subjective norm), tidak digunakan karena tidak sesuai

dengan kondisi di lapangan. Penggunaan sistem e-procurement merupakan

amanat dari Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah.

2. Sukarela (voluntariness), tidak digunakan karena variabel ini tidak lagi

relevan dengan adanya amanat untuk menggunakan sistem e-procurement

pada Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

3. Anggapan (image), tidak digunakan karena tidak ada kaitannya dengan

status sosial. Penggunaan sistem e-procurement tidak berpengaruh

terhadap suatu status.

Gambar 2.4 berikut menampilkan kerangka penelitian yang digunakan.

Actual System Usage

Behavioral Intention to

Use

Attitude Toward Using

Perceived Usefulness

Perceived Ease of Use

Job Relevance

Output Quality

Additional Variable Model TAM

Result Demonstrability

Gambar 2. 4 Kerangka Penelitian

Page 23: Bab I + II + III

22

Universitas Indonesia

Gambar 2.3 memberikan gambaran mengenai metode dalam mencari

faktor-faktor apa saja yang memberikan pengaruh terhadap penerimaan

sistem e-Procurement di lembaga Non Kementerian di luar Kementerian

Keuangan. Variabel tambahan digunakan untuk meneliti apakah dua variabel

tersebut memberikan pengaruh terhadap Perceived Usefulness. Selanjutnya,

akan diteliti apakah:

1. variabel Job Relevance, Output Quality, dan Result Demonstrability

memberikan pengaruh terhadap variabel Perceived Usefulness.

2. variabel Perceived Ease of Use memberikan pengaruh terhadap variabel

Perceived Usefulness dan variabel Attitude Toward Using.

3. variabel Perceived Usefulness memberikan pengaruh terhadap variabel

Attitude Toward Using dan variabel Behavioral Intention to Use.

4. variabel Attitude Toward Using memberikan pengaruh terhadap variabel

Behavioral Intention to Use.

5. variabel Behavioral Intention to Use memberikan pengaruh terhadap

variabel Actual System Usage.

Page 24: Bab I + II + III

23

Universitas Indonesia

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metode penelitian dan pengumpulan data, serta alur penelitian

yang akan digunakan.

3.1 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah Data Primer. Data

Primer diperoleh dari hasil survey kuesioner yang dilakukan secara online

dan offline terhadap pengguna sistem e-procurement. Pengguna, yang dalam

hal ini sebagai responden, terdiri dari:

1. Panitia pengadaan barang/jasa di lingkungan Kementerian Keuangan dan

Lembaga Pemerintah Non Kementerian di luar Kementerian Keuangan

yang sudah mengadakan kerjasama (MoU) dengan Kementerian Keuangan

selama lebih dari satu tahun.

2. Penyedia barang/jasa yang terdaftar di Layanan Pengadaan Secara

Elektronik Kementerian Keuangan.

3.2 Alur Penelitian

Rencana alur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini.

Identifikasi, pemilihan, dan perumusan

masalah

Tinjauan pustaka

Pengembangan kerangka penelitian

Penyusunan kuesioner

Pengujian kuesioner

Penyebaran dan pengumpulan

kuesioner

Melakukan analisis data

Hasil analisis

Pembuatan kesimpulan dan saran

Layak ?

Ya

Tidak

Gambar 3. 1 Rencana Alur Penelitian

Page 25: Bab I + II + III

24

Universitas Indonesia

Berdasarkan alur penelitian di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah adalah kegiatan

melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan

berdasarkan dokumen Rencana Strategis Kementerian Keuangan,

melakukan pemilihan topik permasalahan dan merumuskan permasalahan

yang ingin diteliti untuk dicari solusinya.

2. Tinjauan pustaka adalah kegiatan mengumpulkan atau memperoleh

referensi berupa teori-teori maupun penelitian sebelumnya yang relevan

dengan penelitian ini, sehingga dapat disusun sebuah kerangka pemikiran.

3. Pengembangan kerangka pemikiran merupakan rangkuman dari referensi

yang telah dikumpulkan atau diperoleh sebelumnya yang menjadi dasar

penelitian ini.

4. Penyusunan kuesioner adalah kegiatan menyusun atau mendesain alat ukur

yang akan digunakan dalam pengumpulan data primer.

5. Pengujian kuesioner adalah kegiatan menguji kuesioner yang telah disusun

sebelumnya untuk memastikan bahwa alat ukur tersebut valid untuk

digunakan.

6. Penyebaran dan pengumpulan kuesioner adalah menyebarkan atau

mendistribusikan alat ukur kepada seluruh responden yang sudah

ditentukan, kemudian setelah batas waktu yang ditentukan alat ukur

tersebut dikumpulkan kembali untuk dilakukan analisis.

7. Melakukan analisis data adalah melakukan analisis hubungan antar

variabel dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling

(SEM) sebagai alat bantu. Penggunaan metode SEM dikarenakan jumlah

responden yang ingin digunakan adalah lebih dari 100 responden.

8. Hasil analisis adalah mendapatkan faktor-faktor yang memberikan

pengaruh terhadap penerimaan sistem e-procurement yang dikelola oleh

Kementerian Keuangan.

9. Pembuatan kesimpulan dan saran adalah menyusun kesimpulan yang

sesuai dengan hasil penelitian termasuk apabila terdapat kemungkinan

dilakukan penelitian selanjutnya, serta saran-saran terkait hasil penelitian

yang telah dilakukan.

Page 26: Bab I + II + III

25

Universitas Indonesia

LAMPIRAN – TRANSKRIP WAWANCARA SINGKAT

Pewawancara: Apakah bapak tahu mengenai indikator kinerja yang terdapat pada dokumen Rencana Strategis Kementerian Keuangan 2010-2014 yang terkait dengan Pusat LPSE?

Narasumber: Iya, saya tahu. Disana kalau tidak salah ada 2 buah indikator yang menjadi tanggung jawab Pusat LPSE.

Pewawancara: Kebetulan saya sedang membuat proposal penelitian untuk mencari analisis penerimaan sistem e-procurement di Kementerian Keuangan. Di situ tertulis bahwa target implementasi e-Procurement pada Lembaga Pemerintah Non Kementerian adalah 100% pada tahun 2014, namun tidak disebutkan target per tahunnya. Menurut bapak, bagaimana pembagian target capaian per tahun sejak 2010 sampai dengan 2014?

Narasumber: Memang tidak disebutkan secara detail mengenai capaian per tahun. Target tersebut merupakan target kumulatif yang harus dipenuhi pada tahun 2014. Namun, kita bisa membagi capaian pada tahun 2014 menjadi 5, yaitu 20% pada tiap tahunnya. Sehingga target yang harus dicapai pada tahun 2012 yaitu 60%.

Pewawancara: Baik pak, terima kasih atas informasinya.

Narasumber: Sama-sama.

Page 27: Bab I + II + III

26

LAMPIRAN – PETIKAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KEUANGAN 2010-2014

Page 28: Bab I + II + III

27

DAFTAR PUSTAKA

Chen, S., Li, S., Li, C. 2011. Recent Related Research in Technology Acceptance Model: A Literature Review, Australian Journal of Business and Management Research, Vol. 1 No. 9.

Chuttur, M.Y. 2009. Overview of the Technology Acceptance Model: Origins, Developments and Future Directions, Indiana University, USA. Sprouts: Working Papers on Information Systems, 9(37). http://sprouts.aisnet.org/9-37.

Kaliannan, M., Awang, H., Raman, M., Dorasamy, M. E-Procurement for the Public Sector: Determinants of attitude towards Adoption.

Putri, A.M.M. 2011. Analisis Penerimaan Pengguna Terhadap Penerapan E-Procurement Berdasarkan Konsep Technology Acceptance Model (TAM) - (Studi Kasus: Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Undip). Departemen Teknologi Industri Universitas Diponegoro.

Neef, D. 2001. E-Procurement From Strategy to Implementation, Prentice Hall.

Tang, D., Chen, L. 2011. A Review of the Evolution of Research on Information Technology Acceptance Model, IEEE.

Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan 2009-2014.

UN Procurement Practitioner's Handbook. June 4, 2013. http:// www.ungm.org/pph/ch04s02.html).

Yanto, R. 2010. Analisa Penerimaan Penerapan E-Procurement: Studi Kasus pada Kementerian Perhubungan. Program Magister Teknologi Informasi Universitas Indonesia.