bab i, ii, iii

56
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen (termasuk perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan lingkungan. Manajemen lingkungan selama ini sebelum adanya ISO 14001 berada dalam kondisi terpecah-pecah dan tidak memiliki stándar tertentu dari satu daerah dengan daerah lain, dan secara internasional berbeda penerapannya antara negara satu dengan lainnya. Praktek manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis, prosedural, dan dapat diulang disebut dengan Sistem Manajemen Lingkungan ( EMS ). Manajemen lingkungan saat ini telah banyak mengalami perubahan yang cukup berarti terutama dimulai Sejak awal tahun 1990. Penelitian mengenai efek dan akibat penerapan manajemen lingkungan telah banyak dilakukan terutama Sejak munculnya ISO 14001 di tahun 1996. B. Tujuan Berdasarkan latar belakang, maka tujuan penulisan makalah Ilmui Lingkungan dengan topik Manajemen Lingkungan ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pengertian manajemen lingkungan b. Untuk mengetahui kebijakan mengenai manajemen lingkungan c. Untuk mengetahui pengendalian mamajemen lingkungan Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 1

Upload: nursidiq-92

Post on 09-Aug-2015

56 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen (termasuk perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan lingkungan. Manajemen lingkungan selama ini sebelum adanya ISO 14001 berada dalam kondisi terpecah-pecah dan tidak memiliki stándar tertentu dari satu daerah dengan daerah lain, dan secara internasional berbeda penerapannya antara negara satu dengan lainnya. Praktek manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis, prosedural, dan dapat diulang disebut dengan Sistem Manajemen Lingkungan ( EMS ).   Manajemen lingkungan saat ini telah banyak mengalami perubahan yang cukup berarti terutama dimulai Sejak awal tahun 1990. Penelitian mengenai efek dan akibat penerapan manajemen lingkungan telah banyak dilakukan terutama Sejak munculnya ISO 14001 di tahun 1996.

B. Tujuan

Berdasarkan latar belakang, maka tujuan penulisan makalah Ilmui Lingkungan dengan topik Manajemen Lingkungan ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengertian manajemen lingkungan

b. Untuk mengetahui kebijakan mengenai manajemen lingkungan

c. Untuk mengetahui pengendalian mamajemen lingkungan

d. Untuk mengetahui rusaknya manajemen di Indonesia

C. Manfaat

Manfaat penulisan  makalah Ilmu Lingkungan dengan topik Manajemen

Lingkungan ini adalah agar pembaca dapat mengetahui pengertian Manajemen

Lingkungan, mengetahui kebijakan mengenai manajemen lingkungan , mengetahui

penegendalian manajemen lingkungan, dan mengetahui rusaknya manajemen lingkungan.

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 1

BAB II

PEMBAHASAN

Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, kebutuhan manusia juga semakin

berkembang. Hal ini disebabkan oleh keingintahuan manusia yang semakin maju. Oleh karena

itu ilmu pengetahuan pun semakin hari semakin dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan

manusia itu sendiri.

Hal ini menyebabkan manusia bertindak semaunya meskipun sudah ada peraturan-

peraturan atau hukum yang disahkan oleh pemerintah dalam pengendalian proses produksi

kebutuhan manusia terutama kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Hal ini akan menyebabkan

SDA semakin lama semakin berkurang jika tidak ada pengendaliannya dalam proses pemenuhan

kebutuhan manusia. Oleh karena itu, sebagai pemerintah yang bijak harus mengoptimalkan

peraturan mengenai lingkungan yang biasa disebut dengan manajemen lingkungan.

Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen

(termasuk perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan

lingkungan (BBS 7750, dalam ISO 14001 oleh Sturm, 1998). Pengertian lainnya yaitu

Manajemen Lingkungan adalah suatu kerangka kerja yang dapat diintegrasikan ke dalam proses-

proses bisnis yang ada untuk mengenal, mengukur, mengelola dan mengontrol dampak-dampak

lingkungan secara efektif, dan oleh karenanya merupakan risiko-risiko lingkungan.

Untuk lebih memperjelas mengenai manajemen lingkungan, sebaiknya pembaca

memahami isi dalam makalah ini agar lebih memudahakn para pembaca dalam menangani

masalah lingkungan yang terjadi di Indonesia pada umumnya dan yang terjadi di lingkungan

sehari-hari. 

A.    Pengertian

Untuk menjelaskan definisi manajemen lingkungan, kita lihat definisi manajemen

secara umum sebagai berikut :

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 2

1. Manajemen menurut pengertian Stoner & Wankel (1986) adalah proses merencanakan,

mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi dan

proses penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang

sudah ditetapkan.

2. Sedangkan menurut Terry (1982) manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari

kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan

sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dan banyak definisi lain, namun pada intinya manajemen adalah sekumpulan

aktifitas yang disengaja (merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan) yang terkait

dengan tujuan tertentu. Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala sesuatu disekitar

subyek manusia yang terkait dengan  aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal

yang terkait dengan: tanah, udara, air, sumberdaya alam,  flora, fauna, manusia, dan

hubungan antar faktor-faktor tersebut. Titik sentral isu lingkungan adalah  manusia. Jadi

manajemen lingkungan bisa diartikan sekumpulan aktifitas merencanakan,

mengorganisasikan, dan menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain

untuk mencapai tujuan kebijakan lingkungan yang telah ditetapkan.

Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen

(termasuk perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan

lingkungan (BBS 7750, dalam ISO 14001 oleh Sturm, 1998). Pengertian lainnya yaitu

Manajemen Lingkungan adalah suatu kerangka kerja yang dapat diintegrasikan ke dalam

proses-proses bisnis yang ada untuk mengenal, mengukur, mengelola dan mengontrol

dampak-dampak lingkungan secara efektif, dan oleh karenanya merupakan risiko-risiko

lingkungan. Manajemen lingkungan selama ini sebelum adanya ISO 14001 berada dalam

kondisi terpecah-pecah dan tidak memiliki standar tertentu dari satu daerah dengan

daerah lain, dan secara internasional berbeda penerapannya antara negara satu dengan

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 3

lainnya. Praktek manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis, prosedural,

dan dapat diulang disebut dengan sistem manajemen lingkungan (EMS).

Menurut ISO 14001 (ISO 14001, 1996), sistem manajemen lingkungan (EMS)

adalah 'that part of the overall management system which includes organizational

structure planning, activities, responsibilities, practices, procedures, processes, and

resources for developing, implementing, achieving, reviewing, and maintaining the

environmental policy'.

Jadi disimpulkan bahwa menurut ISO 14001, EMS adalah bagian dari sistem

manajemen keseluruhan yang berfungsi menjaga dan mencapai sasaran kebijakan

lingkungan. Sehingga EMS memiliki elemen kunci yaitu pernyataan kebijakan

lingkungan dan merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan yang lebih luas.

Berdasarkan cakupannya, terdapat pendapat yang membagi manajemen lingkungan

dalam 2 macam yaitu:

lingkungan internal yaitu di dalam lingkungan pabrik / lokasi fasilitas produksi.

Yaitu yang termasuk didalamnya kondisi lingkungan kerja, dampak yang diterima

oleh karyawan dalam lingkungan kerjanya, fasilitas kesehatan, APD, asuransi

pegawai, dll.

lingkungan eksternal yaitu lingkungan di luar lokasi pabrik / fasilitas produksi.

Yaitu segala hal yang dapat menimbulkan dampak pada lingkungan disekitarnya,

termasuk masyarakat di sekitar lokasi pabrik, dan pihak yang mewakilinya

(Pemerintah, pelanggan, investor/pemilik). Aktifitas yang terkait yaitu

komunikasi dan hubungan dengan masyarakat, usaha-usaha penanganan

pembuangan limbah ke saluran umum, perhatian pada keseimbangan ekologis dan

ekosistem di sekitar pabrik, dll.

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 4

Yang dimaksud dengan lingkungan pada tulisan ini adalah yang dicakup dalam

sistem manajemen lingkungan ISO 14001, yaitu yang berkaitan dengan lingkungan

internal dan eksternal. Elemen pokok manajemen lingkungan sesuai dengan definisi

diatas terkait dengan aspek lingkungan dan dampak lingkungan.

B.     Kebijakan-Kebijakan Mengenai Manajemen Lingkungan Di Dunia

Wawasan pengetahuan terhadap lingkungan memberikan polarisasi dalam cara

pandang di negara-negara maju dan di negara-negara berkembang. Cara pandang ini

menjadi berbed, dipengaruhi oleh tingkat  kemajuan teknologi, kesejahteraan, keamanan,

dan kepedulian masing-masing negara tersebut.

Pada negara maju, kerusakan lingkungan dipandang  sebagai ancaman terhadap

kehidupan. Sebaliknya, pada negara berkembangyang masih bergulat dengan pemenuhan

kebutuhan  dasar hidup, kepedulian terhadap lingkungan masih rendah dan mereka belum

mempunyai sistem penanganan lingkungan yang memadai.

Beberapa kerusakan lingkungan mencuat ke permukaan disebabkan kelalaian

manusia, penguasaan pengetahuan tentatang lingkungan yang   rendah, serta bencana alam.

Dalam kaitannya dengan lingkungan, biasanya suatu negara telah mempunyai

sistem pencegahan dan penanganan kerusakan lingkungan dengan membuat aturan hukum

yang mengikat untuk proyek yang akan  dilaksanakan. Beberapa kebijakan yang telah

dibuat dapat dijelaskan sebagai berikut ( Kementrian Lingkungan Hidup, 2005 ):

1. Amerika Serikat memberlakukan undang-undang mengenai penyertaan laporan

Analisis Dampak Lingkungan untuk proyek-proyek besar berlaku 1 Januari 1969, yaitu

National Environtmental Policy Act ( NEPA ), yang merupakan reaksi atas kerusakan

lingkungan akibat pencemaran pestisida, limbah industri, rusaknya habitat tumbuhan

dan hewan langkah.

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 5

2.  Indonesia memberlakukan undang-undang No. 4 Tahun 182 tetang  Ketentuan-

Ketentuan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pelaksanaannya diatur Peraturan

pemerintah No. 29 Tahun 1986 yang berlaku 5 Juni 1987.

3. Tahun 1994 diterbitkan keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup, yaitu

KEP-12/MENLH/3/1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan

Hidup ( UKL ) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup ( UPL ). Kemudian terbit

lagi Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,

dilanjutkan dengan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tetang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan ( AMDAL ). Jenis rencana usaha dan kegiatan yang wajib

dilengkapi dengan AMDAL  diputuskan oleh Mntri Lingkungan  Hidup pada PP No.

17 Tahun 2001.

4. Masyarakat dunia telah memikirkan secara bersamaan mengenai isu kerusakan

lingkungan hidup pada Konferensi Tingkat Tinggi ( KTT ) Manusia dan Lingkungan di

Stockholm tahun 1972. Pada tahun 1992 di Rio de Janeiro dilakukan KTT Bumi yang

berisi tentang lingkungan dan pembangunan, dimana kerusakan lingkungan disebabkan

pembangunan yang tidak berkelanjutan. Kemudian pada tahun 2002 dilakukan KTT

Pembangunan Berkelanjutan  [ World Summit on Sustainable Dvelopment  ( WSSD ) ]

di Johannesburg  yang menghasilkan Agenda 21, yang kemudian menghasilkan

kesepakatan rencana tindak kegiatan yang disepakati dunia untuk memecahkan

masalah lingkungan dan pembanguna dengan fokusnya yaitu air, energi, kesehatan,

pertanian, dan keanekaragaman hayati harus peduli terhadap lingkungannya.

1. Pengertian agenda 21 indonesia

Agenda 21 adalah program aksi dunia untuk pembangunan berkelanjutan yang disepakati

oleh 178 Negara, termasuk Indonesia. Agenda 21 ini terdiri dari empat bagian, bagian pertama

tentang program yang berkaitan dengan dimensi sosial ekonomi, bagian kedua tentang

pengelolaan sumberdaya dan pencemaran, bagian ketiga tentang program untuk penguatan

kelompok utama dan keempat program pengembangan sarana implementasi. Pada bagian

keempat ini antara lain dicantumkan komitmen negara maju untuk memberikan 0,7% GNP nya

bagi negara berkembang untuk pengelolaan lingkungan. Untuk mengimplementasikan komitmen

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 6

negara maju itu antara lain dibangun organisasi Global EnvironmentalFacilities (GEF), untuk

melaksanakan pemikiran yang dikenal dengan semboyan berfikir global dan bertindak lokal

( think globally act locally). Ada tiga badan dunia yang melaksanakan GEF ini yaitu UNDP,

UNEP dan Bank Dunia. Agenda 21 juga merupakan perjanjian atau panduan yang dibentuk oleh

Persidangan Alam Sekitar dan Pembangunan Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (UNCED)

sewaktu sesi persidangannya di Rio de Janeiro (Sidang Kemuncak Bumi) pada 1992. Agenda ini

menggariskan beberapa perkara yang harus dilaksanakan oleh negara-negara anggota PBB (yang

menerima pakai Agenda ini) seterusnya mengadakan laporan khusus (tahunan) tentang

perjalanannya di peringkat negara, dan kemudian diserahkan kepada Majlis Pembangunan

Mapan (CSD).

2. Proses penyusunan agenda 21 indonesia

Asal mula dimulainya proses penentuan kebijakan dan program agenda 21 berdasarkan

adanya komitmen global (internasional) dalam rangka mengatasi kerusakan lingkungan di dunia.

Komitmen bersama antar berbagai Negara di mulai melalui adanya konferensi, konvensi,

perhimpunan sampai adanya konvensi KTT bumi. Berikut ini adalah uraian perjalanan panjang

dari komitmen global sampai terbentuknya program agenda 21 adalah sebagai berikut :

a. Konferensi Stockholm (1972)

Kesadaran global untuk memperhitungkan aspek lingkungan selain aspek ekonomi dan

kelayakan teknik dalam pembangunan mencuat tahun 1972. Hal tersebut ditandai dengan

Konferensi Stockholm tahun 1972. Konferensi ini atas prakarsa negara-negara maju dan diterima

oleh Majelis Umum PBB. Hari pembukaan konferensi akhirnya ditetapkan sebagai Hari

Lingkungan Hidup Sedunia yaitu 5 Juni. Dari Konferensi ini menghasilkan resolusi-2 yang pada

dasarnya merupakan kesepakatan untuk menanggulangi masalah lingkungan yang sedang

melanda dunia. Selain itu diusulkan berdirinya sebuah badan PBB khusus untuk masalah

lingkungan dengan nama : United Nations Environmental Programme (UNEP). Dalam

Konferensi juga berkembang konsep ecodevelopment atau pembangunan berwawasan ekologi.

Namun dalam perjalanan, ternyata kesepakatan kesepakatan Stockholm tidak bisa menghentikan

masalah lingkungan yang dihadapi dunia. Negara-negara maju masih meneruskan pola hidup

yang mewah dan boros dalam menggunakan energi. Laju pertumbuhan industri, pemakaian

kendaraan bermotor, konsumsi energi meningkat sehingga limbah yang dihasilkan juga

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 7

meningkat pula. Sementara negara-negara berkembang meningkatkan exploatasi Sumber Daya

Alamnya untuk meningkatkan pembangunan dan sekaligus untuk membayar utang luar

negerinya. Keterbatasan kemampuan ekonomi dan teknologi serta kesadaran lingkungan yang

masih rendah, menyebabkan peningkatan pembangunan yang dilakukan tidak disertai dengan

melindungi lingkungan yang memadai. Maka kerusakan sumber daya alam dan Lingkungan

Hidup di negara berkembang juga semakin parah.

b. United Nations On Environment and Development (UNCED), 1992

Lingkungan hidup dunia yang semakin baik yang menjadi harapan Konferensi Stockholm

ternyata tidak terwujud. Kerusakan lingkungan global semakin parah. Penipisan lapisan ozon

yang berakibat semakin meningkatnya penitrasi sinar ultra violet ke bumi yang merugikan

kehidupan manusia, semakin banyaknya spesies flora dan fauna yang punah, pemanasan global

dan perubahan iklim semakin nyata dan betul-betul sudah di depan mata. Oleh karena itu

masyarakat global memperbaharui kembali tekadnya untuk menanggulangi kerusakan

lingkungan global dengan mengadakan KTT Bumi di Rio de Jeneiro pada bulan Juni 1992

dengan tema Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). KTT ini kita kenal

dengan United Nations Conference on Environment and Development (UNCED). Dalam

UNCED disegarkan kembali suatu pengertian bersama bahwa pembangunan berkelanjutan harus

memenuhi kebutuhan sekarang dan generasi mendatang. Untuk mencapai hal tersebut dalam

setiap proses pembangunan harus memadukan 3 aspek sekaligus yaitu : ekonomi, ekologi dan

sosbud. Secara garis besar ada 5 hal pokok yang dihasilkan oleh KTT Bumi di Rio de Jeneiro

yaitu :

1. Deklarasi Rio tentang lingkungan dan pembangunan. Deklarasi ini berisikan 27 prinsip

dasar yang menekankan keterkaitan antara pembangunan dan lingkungan serta

pengembangan kemitraan global baru yang adil.

2. Konvensi tentang perubahan iklim, diperlukan payung hukum guna menangani masalah

pemanasan global dan perubahan iklim.

3. Konvensi tentang keanekaragaman hayati, diperlukan payung hukum untuk mencegah

merosotnya keanekaragaman hayati.

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 8

4. Prinsip pengelolaan hutan, hutan mempunyai multi fungsi : sosial, ekonomi, ekologi,

kultural dan spiritual untuk generasi. Hutan untuk penyerapan CO2 serta untuk

perlindungan keanekaragaman hayati dan pengelolaan daerah aliran sungai.

5. Agenda 21, menyusun program aksi untuk terwujudnya pembangunan berkelanjutan

untuk saat ini dan abad ke 21 : biogeofisik, sosekbud, kelembagaan, LSM.

Dokumen agenda 21 global dianggap sebagai suatu hasil yang paling penting dalam KTT bumi

ini, yang berisi aksi-aksi dimana setiap pemerintah, organisasi internasional, sektor swasta dan

masyarakat luas, dapat melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan bagi pembangunan

social ekonominya. Adapun, 7 aspek yang ditekankan dalam agenda 21 global adalah :

1. Kerjasama internasional

2. Pengentasan kemiskinan

3. Perubahan pola konsumsi

4. Pengendalian kependudukan

5. Perlindungan dan peningkatan kesehatan

6. Peningkatan pemukiman secara berkelanjutan

7. Pemaduan lingkungan dalam pengambilan keputusan untuk pembangunan

c. World Summit On Sustainable Development (WSSD), 2002

Setelah 10 tahun KTT bumi, masyarakat global menilai bahwa operasionalisasi prinsip-

prinsip Rio dan agenda 21 masih jauh dari harapan. Masih banyak kendala dalam pelaksanaan

agenda 21. Sekalipun demikian masyarakat global masih mengganggap bahwa prinsip-prinsip

agenda 21 masih relevan. Kelemahan terletak pada aspek implementasinya. Oleh karena itu

Majelis Umum PBB memutuskan adanya World Summit On Sustainable Development (WSSD)

di Johannesburg, Afrika Selatan pada bulan September 2002. Ada 3 tujuan utama

diselenggarakannya WSSD yaitu :

1. Mengevaluasi 10 tahun pelaksanaan agenda 21 dan memperkuat komitmen politik dalam

pelaksanaan agenda 21 di masa datang

2. Menyusun program aksi pelaksanaan agenda 21 untuk 10 tahun ke depan

3. Mengembangkan kerjasama bilateral dan multilateral

4. Dokumen yang dihasilkan dalam WSSD adalah :

5. Program aksi tentang pelaksanaan Agenda 21 sepuluh tahun mendatang

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 9

6. Deklarasi Politik

7. Komitmen berupa inisiatip kemitraan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan

Tiga ciri utama tren kemajuan pelaksanaan Agenda 21 di atas 10 tahun terakhir. Pertama,

konsep pembangunan berkelanjutan yang diminta beralih dari fokus pada satu masalah

appreciating menuju kompleks interaksi antara berbagai faktor lingkungan dan pembangunan.

Kedua, ada gerakan internasional dari atas ke bawah norma-lembaga pengaturan nasional-

gedung dan lebih "akar rumput" pendekatan di tingkat pemerintah daerah. Ketiga, Agenda 21

memerlukan tempat berbasis pengetahuan teknis dan ilmiah, yang telah mengakibatkan

peningkatan keterlibatan penelitian berbasis lembaga seperti perguruan tinggi dan swasta.

d. Millenium Development Goals, 2000

Konferensi Stockholm tahun 1972, konferensi Bumi (UNCED) di Rio de Jeneiro tahun

1992, dan pertemuan puncak pembangunan berkelanjutan (WSSD) tahun 2002 di Johannesburg

merupakan upaya masyarakat global untuk meletakkan landasan dan strategi yang bersifat

mondial dalam mengatasi kemerosotan kualitas lingkungan hidup yang semakin parah dan

memprihatinkan. Kesadaran global juga mengemukan karena ternyata upaya-upaya

penanggulangan kemerosotan lingkungan hidup tidak mudah dan bahkan semakin rumit dan

saling kait mengkait berbagai apek kehidupan seperti sosial, ekonomi, politik budaya,

kemiskinan, ketimpangan antar negara. Selain 3 konferensi/pertemuan puncak para kepala

negara/pemerintahan tersebut kiranya perlu dicatat pula suatu komitmen global yang tidak secara

khusus membahas dan merumuskan masalah lingkungan hidup, namun kaitannya sangat erat

dengan masalah lingkungan hidup yaitu Millenium Development Goals (MDG’s). MDG’s

awalnya dikembangkan oleh OECD dan kemudian diadopsi dalam United Nations Millenium

Declaration yang ditandatangani September 2000 oleh 189 negara maju dan berkembang.

Komitmen dalam MDG’s yang dicetuskan dalam Sidang Umum PBB tahun 2000 mencakup :

1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan ,dengan mengurangi setengahnya jumlah

penduduk yang berpendapatan kurang US$ 1 per hari. Mengurangi setengahnya jumlah

penduduk yang menderita kelaparan.

2. Pemenuhan pendidikan dasar untuk semua, dengan menjamin semua anak dapat

menyelesaikan sekolah dasar. Hal tersebut disertai dengan upaya agar anak-2 tetap

mengikuti pendidikan di sekolah dengan kulitas pendidikan yang baik.

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 10

3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, dengan menghilangkan

perbedaan gender baik pada tingkat sekolah dasar maupun sekolah lanjutan tingkat

pertama pada tahun 2005 dan tahun 2015 untuk semua tingkat.

4. Menurunkan angka kematian anak usia di bawah 5 tahun, dengan sasaran menjadi 2/3

nya.

5. Meningkatkan kesehatan ibu, dengan mengurangi ratio kematian ibu menjadi 3/4 nya.

6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya, dengan menghentikan

dan mulai menurunkan peyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya.

7. Memberikan jaminan akan kelestarian lingkungan hidup, dengan memadukan prinsip-

prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam program dan kebijakan masing-masing

negara, menurunkan hilangnya sumber daya alam, mengurangi hingga 1/2 nya penduduk

yg selama ini tidak bisa mengakses air bersih secara berkelanjutan, perbaikan secara

signifikan terhadap tempat tinggal paling tidak 100 juta tempat tinggal kumuh (slum

dwellers) sampai 2020.

8. Mengembangkan kerjasama global dalam pembangunan, antara lain dengan

pengembangan sistem perdagangan dan keuangan yang transparan, kepemerintahan yang

baik, memperhatikan kebutuhan negara berkembang seperti memberikan kuota export,

penghapusan/penundaan pembayaran hutang, bantuan untuk pengentasan kemiskinan,

bantuan untuk peningkatan produktivitas kaum muda, akses untuk memperoleh obat-

obatan yang penting bagi negara berkembang.

Indonesia merupakan peserta aktif pada United Nations Conference on Environment and

Development (UNCED, juga dikenal sebagai “KTT Bumi) di Rio de Janeiro, Brasil pada tahun

1992. Pada tahun 1997, Indonesia mengeluarkan Agenda 21 Nasional yang berisikan rujukan

untuk memasukkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam perencanaan

pembangunan nasional. UNDP (United Nations Development Programme) telah mendukung

pengembangan dan peluncuran agenda 21 Indonesia yang merupakan versi lokal dari agenda 21

global yang diluncurkan dalam KTT Rio. Agenda 21 mendiskusikan ketergantungan

pembangunan sosial dan ekonomi pada kelestarian lingkungan dan meletakkan dasar untuk

pengesahan perjanjian tentang Keanekaragaman Hayati dan Perubahan Iklim. Setelah KTT

Johannesburg yang mengkaji ulang agenda 21 global, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 11

dengan bantuan UNDP telah melakukan tinjauan terhadap pelaksanaan Agenda 21 Indonesia

untuk meneliti konteks pembangunan berkelanjutan setelah krisis ekonomi. Kantor Menteri

Negara Lingkungan Hidup kini meletakkan dasar untuk merancang strategi jangka panjang

menuju pencapaian tujuan-tujuan agenda 21, terutama komitmen menurut perjanjian tentang

keanekaragaman hayati dan perubahan iklim. Proyek ini diberi nama Post UNCED Planning and

Capacity Building Activities Project dengan produk utama yaitu dokumen agenda 21 Indonesia

(diselesaikan dalam waktu 2 tahun) yang merupakan strategi nasional menuju pembangunan

berkelanjutan berwawasan lingkungan yaitu dengan mengintegrasikan pembangunan ekonomi,

sosial, dan lingkungan.

UNDP berkomitmen membantu Indonesia mengkaji dan melakukan penilaian kapasitas

yang didapat semenjak menandatangani kesepakatan agenda 21. Proyek untuk Menilai Sendiri

Kapasitas Nasional atau NCSA (National Capacity Self-Assessment) adalah inisiatif di bawah

GEF (Global Environment Facility) berupa dukungan kepada negara-negara berkembang dalam

mengidentifikasi masalah dan mencari solusi inovatif agar lebih mampu mencapai sasaran

Agenda 21. Proses NCSA akan mendukung pengembangan strategi baru ini, dengan fokus

khusus pada penguatan kapasitas yang dibutuhkan untuk menetapkan strategi pelaksanaan

program-program pengelolaan lingkungan yang lebih baik, termasuk menghentikan laju

kerusakan atau degradasi lingkungan. Tekanan untuk merealisasikan otonomi daerah dan

kecenderungan baru dalam perdagangan dan perekonomian juga akan menentukan bentuk

pendekatan nasional terhadap pengelolaan lingkungan.

Agenda 21 Nasional ini kemudian diikuti pula oleh Agenda 21 Sektoral yang dikeluarkan

tahun 2000, meliputi sektor pertambangan, energi, perumahan, pariwisata dan kehutanan. Baru-

baru ini, beberapa pemerintah daerah telah memulai penyusunan Agenda 21 Lokal yang

diharapkan dapat memberi pedoman perencanaan pembangunan di tingkat kecamatan, dan

menjadi rujukan bagi berpagai pihak untuk menyusun rencana-rencana aksi. Pelaksanaan

Agenda 21 di Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, mulai dari kurangnya kesadaran

publik dan pemerintah sampai kurangnya dana dan kemauan politis.

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 12

3. Tujuan agenda 21 Indonesia

Tujuan pembangunan di Indonesia yaitu :

o meningkatkan produktivitas sumberdaya,

o menganekaragamkan hasil produksi,

o memperbaiki tata ruang atau sistem peruntukan sumberdaya, dan

o memasukkan fungsi konservasi.

Pembangunan berkelanjutan hanya dapat diperoleh apabila dilandasi ilmu pengetahuan

dan menjadi asas kunci bagi pencapaian pertumbuhan sosial dan ekonomi jangka panjang.

Pembangunan tidak terlepas dari agenda 21 negara Indonesia. Agenda 21 sebagai suatu advisory

document yang mencangkup aspek kebijakan, pengembangan, program dan strategi yang

meliputi hamper seluruh perencanaan pembangunan bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Dalam Agenda 21 Indonesia (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997), strategi

nasional untuk pembangunan berkelanjutan terdiri dari 18 bab yang memuat empat program

pokok saling mengisi, yaitu :

o pelayanan masyarakat,

o pengelolaan limbah,

o pengelolaan sumberdaya tanah, dan

o pengelolaan sumberdaya alam.

Agenda 21 dibuat berdasarkan adanya komitmen global (internasional) dengan maksud

mengatasi kerusakan lingkungan di dunia. Komitmen bersama antar berbagai Negara di mulai

melalui adanya konferensi, konvensi, perhimpunan sampai adanya konvensi KTT bumi. Adapun

tujuan dari agenda 21 adalah untuk :

o Pelaksanaan dan pengembangan program aksi untuk terwujudnya pembangunan

berkelanjutan untuk saat ini dan abad ke 21

o Pengintegrasian pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan ke dalam satu paket

kebijakan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan (biogeofisik, sosekbud, kelembagaan, LSM).

o Implementasi 7 aspek agenda 21 global

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 13

4. Struktur dokumentasi Agenda 21 Indonesia

1. Pelayanan masyarakat ( 6 Bab )

Pengentasan Kemiskinan

Perubahan Pola Konsumsi

Dinamika Kependudukan

Pengelolaan dan Peningkatan Kesehatan

Pengembangan Perumahan dan Pemukiman

Sistem Perdagangan Global,instrumen ekonomi serta neraca ekonomi dan

lingkungan tertentu

Agenda Pelayanan masyarakat pada dasarnya merupakan perwujudan prinsip-prinsip

sosial ekonomi pembangunan berkelanjutan. Agenda ini mendapat penekanan utama dalam

Konperensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, terutama didasarkan atas fakta masih

banyaknya penduduk dunia yang hidup dalam tingkat kesejahteraan yang minim. Di Indonesia,

agenda pelayanan masyarakat yang ditetapkan sebagai agenda pertama dan ini menyiratkan

bahwa fokus pembangunan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia memang diarahkan

pada dimensi sosial-ekonomi, tanpa mengabaikan dimensi lain

2. Pengelolaan Limbah ( 5 Bab )

Perlindungan Atmosfir

Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun

Pengelolaan limbah berbahaya dan beracun

Pengelolaan limbah radioaktif

Pengelolaan limbah padat dan cair

Berkaitan dengan upaya konservasi dan pengelolaan sumber daya alam, Agenda 21

global menawarkan beberapa program aksi guna meningkatkan dan memperbaiki kondisi dan

kualitas lingkungan hidup manusia dami terlaksananya pembangunan berkelanjutan dalam

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 14

menyongsong abad 21.Salah satu program aksi pada agenda 21 adalah pengelolaan limbah. Isu

pengelolaan limbah secara langsung merasuk ke hampir semua aspek kehidupan manusia. Oleh

karena itu pembahasannya ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat. Adapun pokok

pembahasan dalam pengelolaan limbah mencakup pada limbah padat dan cair, baik di

lingkungan industri; pengelolaan dan pengaturan penggunaan bahan kimia beracun dan

berbahaya; pengelolaan limbah B3, termasuk limbah rumah sakit dan radioaktif; dan pengelolaan

buangan gas hasil kegiatan yang menggunakan minyak bumi dan pembakaran biomassa.

3. Pengelolaan Sumber Daya Tanah ( 4 Bab )

Perencanaan sumber daya tanah

Pengelolaan hutan

Pengembangan pertanian dan pedesaan

Pengelolaan sumber daya air

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk, semakin besar tekanan terhadap

sumberdaya hutan yang terlihat dari meningkatnya deforestasi. Untuk menjaga keberlangsungan

hutan, maka perlu ada perubahan praktek pengelolaan dari ‘tree management’ ke ‘ecosystem

management’.

4. Pengelolaan Sumber Daya Alam ( 3 Bab )

Konservasi keanekaragaman hayati

Pengembangan bioteknologi

Pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan laut

Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau

keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya

perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat

lainnya. Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat

dengan adanya persamaan ciri antara makhluk hidup. Agenda 21 Indonesia

program konservasi fokus pelestarian keanekaragaman hayati adalah

mengelola kekayaan hayati Indonesia secara berkelanjutan yang meliputi

ekosistem darat dan laut, kawasan agro-ekosistem dan kawasan produksi,

serta konservasi ex-situ.

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 15

5. Penjelasan setiap bab

Pelayanan masyarakat ( 6 Bab )

1) Pengentasan Kemiskinan

Kemiskinan dianggap sebagai salah satu penyebab kemerosotan lingkungan dan dampak

negatif dari pembangunan. Sebaliknya, kemerosotan daya dukung lingkungan dapat menjadi

penyebab muncul dan berkembangnya kemiskinan.

Berbagai upaya pengelolaan lingkungan akan kurang efektif dilakukan apabila sebagian

besar masyarakat masih berada di bawah garis kemiskinan, sementara upaya-upaya pelibatan

masyarakat dalam berbagai opsi pengelolaan lingkungan juga tidak akan efektif tanpa

meningkatkan pendidikan dasar masyarakat.Pencapaian tujuan ini dijabarkan melalui Bidang

Program sebagai berikut:

Peningkatan kualitas manusia dan penghasilan secara berkelanjutan

Peningkatan pelayanan kesehatan: air bersih dan sanitasi lingkungan (khususnya bagi

kemiskinan perkotaan)

Pelestarian fungsi sumberdaya alam dan pengentasan kemiskinan (khususnya bagi

kemiskinan pedesaan)

Perubahan Pola Konsumsi

2) Perubahan Pola Konsumsi

Pola konsumsi dikaitkan dengan peningkatan gizi dan kesehatan, dan juga dikaitkan dengan

budaya/gaya hidup masyarakat.Penyebab utama berlanjutnya kerusakan lingkungan global

adalah adanya pola konsumsi dan pola produksi yang tidak berkelanjutan. Permasalahan

lingkungan seperti pencemaran, lahan kritis, kelangkaan sumberdaya alam akan cenderung

berkembang sebagai dampak dari pola produksi industri dan konsumsi yang berlebihan.Bidang

Program yang dikembangkan untuk mendorong perubahan pola produksi dan konsumsi antara

lain:

Pola produksi dan konsumsi pangan, dan kecukupan gizi

Pola produksi dan konsumsi sumberdaya energi

Pola produksi dan konsumsi sumberdaya air

Dinamika Kependudukan

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 16

3) Dinamika Kependudukan

Persoalan kependudukan di Indonesia meliputi persebaran serta kualitas penduduk

dipandang dari sudut sumberdaya manusia secara kesuruhan.

Bidang program yang dilaksanakan untuk membahas permasalahan dinamika

kependudukan dan pembangunan berkelanjutan yaitu:

Pengembangan analisis keterkaitan antara kependudukan, lingkungan hidup, dan

pembangunan berkelanjutan

Perumusan integrasi kebijakan kependudukan, lingkungan, dan pembangunan

berkelanjutan pada tingkat nasional, regional dan local

Pelaksanaan program integrasi kependudukan, lingkungan hidup, dan pembangunan

berkelanjutan di masyarakat

Pengelolaan dan Peningkatan Kesehatan

4) Pengelolaan dan Peningkatan Kesehatan

Derajat kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan kondisi pembangunan sosial

ekonomi dan lingkungan. Pembangunan sosial ekonomi akan mempengaruhi kualitas

lingkungan, kualitas lingkungan akan mempengaruhi kesehatan, dan pada akhirnya kesehatan

masyarakat sebagai salah satu modal dasar pembangunan akan mempengaruhi pembangunan itu

sendiri.

Pelayanan kesehatan di Indonesia masih memiliki kecenderungan penyeragaman upaya

dan pelayanan, oleh karena itu di masa mendatang pelayanan kesehatan lebih ditekankan pada

pendekatan spasial dan peningkatan kemandirian.Bidang Program yang dikaji dalam bagian ini

adalah:

Pengembangan kesehatan primer (dasar) khususnya bagi kelompok rentan

Pengendalian penyakit menular

Strategi pembangunan kesehatan perkotaan dan pengendalian pencemaran lingkungan

Pengembangan Perumahan dan Pemukiman

5) Pengembangan Perumahan dan Pemukiman

Landasan bertindak dalam bidang ini adalah keterpaduan sosial, fungsional, dan kelestarian

sumberdaya alam. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu: (1) terjadi pergeseran pandangan

dari konsep pembangunan perumahan ke konsep pembangunan permukiman yang menekankan

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 17

pada keterpaduan sosial, fungsional, dan ekologis; (2) menciptakan iklim yang kondusif agar

masyarakat pemukim dapat mampu membangun dan memelihara tempat huniannya sendiri

dalam rangka peningkatan kesejahteraan mereka.Pencapaian tujuan di atas dijabarkan dalam

uraian dan analisis dua Bidang Program berikut:

Pembangunan perumahan dan pemukiman

Pengelolaan perumahan dan pemukiman

Sistem Perdagangan Global, Instrumen Ekonomi, serta Neraca Ekonomi dan

Lingkungan Terpadu

6) Sistem Perdagangan Global,instrumen ekonomi serta neraca ekonomi dan

lingkungan terpadu

Proses globalisasi yang terjadi akan mempercepat proses-proses perubahan dan perusakan

lingkungan.Bidang Program yang dicanangkan untuk bagian ini yaitu:

Pengembangan pendekatan ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan

Pengembangan pendekatan pencegahan pencemaran (minimasi limbah atau produksi

bersih)

Pengembangan sistem neraca ekonomi, sumberdaya alam dan lingkungan

Pengelolaan Limbah

7) Perlindungan Atmosfir

Kemampuan atmosfir memberikan fungsinya dapat terganggu dengan masuknya bahan-

bahan pencemar ke udara yang dikeluarkan oleh kegiatan manusia. Oleh karena itu, perlu ada

perubahan pandangan di pihak pemerintah, swasta dan masyarakat luas mengenai kemampuan

atmosfir dalam menanggulangi polusi akibat pencemaran manusia, dampak negatif dari

penurunan kemampuan atmosfir menjalankan fungsinya dan biaya perbaikan kualitas udara.

Bidang Program yang dilakukan yaitu pertama menekankan masalah kualitas udara skala

lokal dan nasional dimana dibahas pertimbangan lingkungan dan energy dalam sector-sektor

pembangkit tenaga listrik, transportasi, industry dan rumah tangga. Bidang kedua dan ketiga

berkaitan dengan isu global yaitu isu ozon di stratosfir dan isu perubahan iklim global. Bidang

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 18

keempat berkaitan dengan permasalahan regional yaitu isu deposisi asam dan pencegahan

kebakaran hutan.

Atmosfir memberikan perlindungan tiga fungsi utama. Pertama sebagai bahan mentah

untuk kegiatan manusia. Kedua sebagai tempat pembuangan yang menyerap dan mendaur ulang

sisa-sisa kegiatan manusia. Ketiga berfungsi mendukung kehidupan. Oleh karena itu kualitas

atmosfir merupakan aset yang harus dilindungi dan dilestarikan.

Kemampuan atmosfir memberikan fungsinya dapat terganggu dengan masuknya bahan-

bahan pencemar ke udara yang dikeluarkan oleh kegiatan manusia. Untuk mencegah dan

mengendalikan hal ini perlu sekali terjadi perubahan pandangan di pihak pemerintah, pihak

swasta maupun maupun dimasyarakat luas mengenai:

Kemampuan atmosfir menerima dan mendaur ulang sisa kegiatan manusia yang terbatas,

dimana kegiatan manusia akan mengganggu kemampuan atmosfir menjalankan

fungsinya.

Menurunnya kemampuan atmosfir menjalankan fungsinya akan memberi dampak negatif

yang sangat besar dan luas, seperti dapat mengurangi kesehatan, dapat mengurangi

efisiensi ekonomi, meningkatnya tekanan sebagian masyarakat guna memperlambat laju

pembangunan, dapat mengurangi permintaan barang ekspor indonesia, dan dapat

menghambat atau menurunkan tercapainya target pembangunan ekonomi dan sosial

indonesia.

Biaya yang diakibatkan oleh memburuknya kualitas udara ini sangat besar dan akan

melonjak dengan pesat bila kualitas udara makin memburuk

Permasalahan perlindungan atmosfir selain berskala lokal dan nasional, ia juga

mempunyai skala regional dan global. Akibatnya kegiatan yang berkaitan dengan kualitas

atmosfir/ udara mempunyai efek dalam hubungan internasional baik secara politis

maupun dalam perdagangan

Perlu memperhitungkan kaitan kegiatan manusia dengan kualitas udara terutama untuk

kegiatan yang diperkirakan akan memberikan dampak yang besar pada kualitas udara.

Permasalahan di atas di jabarkan dalam uraian dan analisa empat bidang program. Bidang

program pertama menekankan masalah kualitas udara skala lokal dan nasional di mana di bahas

pertimbangan lingkungan dan energi dalam sektor-sektor pembangkit tenaga listrik, transportasi,

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 19

industri, dan rumah tangga. Bidang kedua dan ketiga berkaitan dengan isu global, yaitu isu ozon

di stratosfir dan perubahan iklim global bidang keempat berkaitan dengan permasalahan

regional, yaitu isu desposisi asam dan pecegahan kebakaran hutan.

Sumber pencemaran udara

o sumber tidak bergerak

Sumber pencemaran udara yang berasal dari sumber tidak bergerak, antara lain industri,

pemukiman/rumah tangga dan pembakaran sampah. Sedangkan sumber pencemaran udara dari

sumber bergerak, adalah dari kegiatan transportasi. Disamping itu, kebakaran hutan dan lahan

juga menjadi salah satu penyebab pencemaran Udara di Indonesia. Bahkan kebakaran hutan dan

lahan mengganggu kestabilan komposisi gas di atmosfer. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun

1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara mengatur bahan pencemar yang perlu dipantau

yaitu sulfurdioksida (SO2), karbonmonoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), partikulat

berukuran kurang dari 10 mikron (PM10) dan timah hitam (Pb).

o Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak

Kegiatan transportasi memberikan kontribusi sekitar 70% terhadap pencemaran udara di

kota-kota besar. Di Jakarta dan sekitarnya (Jabotabek) jumlah kendaraan bermotor tahun 2000

menurut Polda Metro Jaya-POLRI telah mencapai 4.159.442 unit yang didominasi oleh jenis

kendaraan mobil penumpang. Di Bandung jumlah kendaraan bermotor untuk tahun 2000

mencapai 588.640 unit. Jumlah kendaraan tersebut belum termasuk kendaraan yang datang ke

Bandung pada setiap akhir pecan sebanyak 10-25%. Kendaraan bermotor yang beroperasi di

Indonesia sampai akhir tahun 2001 berjumlah 20,78 juta unit yang terdiri dari 3,1 juta unit mobil

penumpang (15%), 684 ribu unit bis (3%), 1,75 juta unit truck (9%), 15,2 juta unit sepeda motor

(73%). Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang cukup berarti dari tahun ke tahun

mengakibatkan terjadi penurunan kualitas udara ambien yang diakibatkan gas buang yang

dihasilkan oleh kendaraan bermotor tersebut.

Faktor yang mempengaruhi tingginya pencemaran udara dari kendaraan bermotor adalah

pesatnya pertambahan jumlah kendaraan bermotor, rendahnya kualitas bahan bakar minyak

(BBM) dan masih digunakannya jenis bahan bakar minyak mengandung Pb, penggunaan

teknologi lama (sistem pembakaran) pada sebagian besar kendaraan bermotor di Indonesia dan

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 20

minimnya budaya perawatan kendaraan secara teratur. Kondisi tersebut ditambah oleh buruknya

manajemen lalu lintas yang berakibat inefisien dalam pemakaian BBM.

Bahan bakar kendaraan bermotor di Indonesia didominasi oleh premium dan solar. Bahan

bakar premium sebagian besar belum ramah lingkungan karena masih menggunakan Pb sebagai

peningkat angka oktan yang menjadi penyumbang terbesar pencemaran udara.

Upaya Pengendalian

a. Pemantauan Kualitas Udara Ambien

b. Program Langit Biru

c. Pengendalian pencemaran udara dari sarana transportasi kendaraan bermotor meliputi:

Pengembangan perangkat peraturan

Penggunaan bahan bakar bersih (cleaner fuels

Pengembangan bahan bakar alternative

d. Pengendalian pencemaran udara dari industri

e. Kebijakan Antisipasi Deposisi Asam

f. Kebijakan Antisipasi Perubahan Iklim

g. Kebijakan Perlindungan Lapisan Ozon di Indonesia

8) Pengelolaan Bahan Kimia Beracun

Dalam pengelolaan bahan kimia dan beracun yang menuju konsep pembangunan

berkelanjutan tahap awal yang perlu dilakukan adalah menyiapkan seluruh perangkat terkait dari

mulai perangkat hukum, pelaksanaan, dan pembinaannya. Langkah penerapannya berfokus pada

penyeragaman klasifikasi bahaya, sistem pelabelan dan simbol yang berlaku secara global,

memanfaatkan pertukaran informasi secara intensif dengan mengadopsi prosedur PIC (Prior

Informed Concern) yang telah diakui secara internasional, mengeliminasi sekecil mungkin

resiko, menghindari kemungkinan-kemungkinan kerugian-kerugian secara ekonomik dengan

bertumpu pada analisis daur hidup, bahan-bahan kimia, dan meningkatkan kemampuan atau

kapasitas nasional dalam mendeteksi dan menekan masuknya produk dan atau bahan kimia yang

berbahaya melalui perdagangan global.

Bidang Program yang diusulkan guna mencapai sasaran di bidang ini, yaitu:

Peningkatan kemampuan dan kapasitas nasional dalam pengelolaan bahan-bahan

kimia

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 21

Penyerasian klasifikasi dan pelabelan bahan-bahan kimia

Penyebarluasan informasi tentang bahan-bahan kimia beracun dan resiko-resiko

kimia

Penurunan resiko dan pencegahan lalu-lintas domestic maupun internasional yang

tidak sah (illegal) dari produk-produk kimia beracun dan berbahaya

Oleh karena itu dalam bab ini hanya memfokuskan pada pengelolaan bahan kimia

beracun saja, sedangkan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun akan di bahas di bab

selanjutnya.Bahan kimia beracun dikenal sebagai bahan kimia yang dalam jumlah kecil dapat

menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup lainnya. Umumnya zat-zat toksik

masuk lewat pernapasan atau kulit, kemudian beredar ke seluruh tubuh atau ke organ-organ

tertentu. Tetapi dapat pula zat-zat tersebut berakumulasi, tergantung pada sifatnya, ke dalam

tulang, hati, darah atau cairan limpa dan organ lain sehingga akan menghasilkan efek dalam

jangka panjang.

Bahan – bahan yang dapat berupa racun

Dalam tulisan ini bahan racun yang dibahas adalah bahan yang termasuk dalam chemical

toxicants, atau bahan kimia umum yang bersifat racun. Bahan kimia umum yang sering

menimbulkan keracunan adalah sebagai-berikut :

Golongan pestida, yaitu organo klorin, organo fosfat, karbamat, arsenik.

Golongan gas, yaitu Nitrogen (N2), Metana (CH4), Karbon Monoksida (CO), Hidrogen

Sianida (HCN), Hidrogen Sulfida (H2S), Nikel Karbonil (Ni(CO)4), Sulfur Dioksida

(SO2), Klor (Cl2), Nitrogen Oksida (N2O; NO; NO2), Fosgen (COCl2), Arsin (AsH3),

Stibin (SbH3).

Golongan metalloid/logam, yaitu timbal (Pb), Posfor (P), air raksa (Hg), Arsen (As),

Krom (Cr), Kadmium (Cd), nikel (Ni), Platina (Pt), Seng (Zn).

Golongan bahan organic, yaitu Akrilamida, Anilin, Benzena, Toluene, Xilena, Vinil

Klorida, Karbon Disulfida, Metil Alkohol, Fenol, Stirena, dan masih banyak bahan kimia

beracun lain yang dapat meracuni setiap saat, khususnya masyarakat pekerja industri.

Elemen-elemen dasar untuk pengelolaan bahan-bahan kimia yang ramah lingkungan adalah:

adanya hukum yang memadai

pengumpulan dan penyebarluasan informasi

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 22

kapasitas untuk penilaian resiko dan interprestasinya

tersedianya kebijakan manajemen resiko

kapasitas untuk implementasi dan pendorong pelaksanaannya

kapasitas untuk rehabilitasi/ pemulihan tempat-tempat yang terkontaminasi dan orang-

orang yang keracunan

program-program pendidikan yang efektif

kapasitas tanggap darurat

9) Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun

Sektor industri di bawah pertumbuhan ekonomi yang pesat memegang peranan yang

sangat besar sebagai kontributor limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) bukan saja

disebabkan oleh industri tersebut, tetapi juga akibat adanya perdagangan antar negara yang

memungkinkan memperdagangkan limbah B3 atau produk dan teknologi yang dapat

menghasilkan limbah B3.

Guna menekan jumlah B3 perlu adanya reorientasi sistem berproduksi, dari pendekatan “end of

pipe” ke pendekatan produksi bersih (Cleaner production) yaitu pendekatan “from Craddle to

grave” pendekatan ini menekan jumlah limbah yang dihasilkan dari mulkai pemrosesan bahan

baku hingga barang atau bahan tersebut tidak dapat digunakan lagi.

Dalam upaya pengelolaan limbah B3 yang berwawasan lingkungan, maka interaksi

antara pranata hukum dan sosial, kelembagaan, kemampuan sumberdaya manusia, penguasaan

teknologi dan bahkan advokasi dari LSM akan sangat menentukan keberhasilan dari suatu upaya

pengendalian dan pengolahan limbah B3 tersebut.

Guna mencapai hal tersebut di atas, maka dapat dilakukan dengan bidang program yang

mencakup:

pengembangan dan peningkatan pengelolaan limbah B3 yang berwawasan lingkungan

dengan prioritas utama pada minimasi limbah

pencegahan lintas batas limbah B3 secara ilegal dan kerjasama dalam pengelolaan lintas

batas limbah, dan

peningkatan dan penguatan kemampuan kelembagaan dalam pengelolaan limbah B3

10) Pengelolaan Limbah Radioaktif

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 23

Pengolahan limbah radioaktif, terutama diperuntukkan bagi perlindungan maksimum

bagi mahluk hidup, lingkungan dan ekosistemnya.

Untuk menjamin keselamatan dan perlkindungan yang maksimum, maka sebaiknya

seluruh pihak yang berkepentingan di dalam pemanfaatan radionuklida (nuklir) mengikuti asas

ALARA (As Low As Reasonably Achievable). Guna tercapainya pengelolaan limbah radioaktif

yang mengikuti prinsip pembangunan berkelanjutan, maka upaya penerapan teknologi harus

layak secara teknis, ekonomis, layak bagi perlindungan lingkungan dan keselamatan yang

maksimum terhadap potensi bahaya nuklir saat ini dan masa yang akan datang. Selain itu

pemanfaatannya juga harus dapat diterima oleh masyarakat.

Guna pencapaian pengelolaan yang benar-benar terjamin, diusulkan dilakukan dengan

menjalankan bidang program yang menekankan kepada : pengelolaan limbah radioaktif yang

berwawasan lingkungan.

Pengelolaan limbah radioaktif bertujuan untuk meminimalkan dosis radiasi yang diterima

penduduk < st="on">medan radiasi. Batasan dosis radiasi dari ICRP (International Commission

for Radiation Protection) adalah semua penduduk tidak akan menerima dosis rata-rata 1 rem

perorang dalam 30 tahun dari sampah nuklir. Pengelolaan limbah radioaktif sangat memerlukan

perhatian khusus, hal ini dikarenakan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, efek somatik

dan genetik pada manusia serta efek psikologis pada masyarakat.

Tiga unsur dasar dalam pengelolaan limbah radioaktif :

• Pengelolaan bertujuan untuk memudahkan dalam penanganan selanjutnya.

• Penyimpanan sementara dan pembuangan atau penyimpanan akhir/lestari.

• Pengawasan pembuangan dan monitoring lingkungan.

Salah satu sifat yang dimiliki oleh sumber radioaktif adalah memiliki umur paruh. Sifat

ini sangat menguntungkan karena limbah radioaktif akan berkurang radioakvitasnya seiring

dengan waktu dalam bentuk peluruhan dan pengeluaran panas.

11) Pengelolaan Limbah Padat dan Cair

Limbah Padat dan Cair yang di maksdud pada bab ini meliputi limbah rumah tangga atau

limbah domestik dan limbah industri yang tidak beracun dan berbahaya

Pengelolaan Llimbah Padat dan cair dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan

mempunyai prinsip bahwa limbah tidak boleh terakumulasi di alam sehingga mengganggu siklus

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 24

materi dan nutrien, bahwa pembuangan limbah harus di batasi pada tingkat yang tidak melebihi

daya dukung lingkungan untuk menyerap pencemaran dan sistem tertutup penggunaan materi

seperti daur ulang dan pengomposan harus dimaksimasi.Oleh karena itu, bidang Program yang

perlu dilaksanakan yaitu:

Minimasi limbah

Maksimasi daur ulang dan pengomposan

Meningkatkan tingkat pelayanan

Meningkatkan pengolahan dan pembuangan limbah yang akrab lingkungan

Perencanaan Sumber Daya Tanah

12) Perencanaan Sumber Daya Tanah13) Pengelolaan HutanSemakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk, semakin besar tekanan terhadap

sumberdaya hutan yang terlihat dari meningkatnya deforestasi. Untuk menjaga keberlangsungan

hutan, maka perlu ada perubahan praktek pengelolaan dari ‘tree management’ ke ‘ecosystem

management’.

Bidang Program yang dilakukan yaitu:

Mengembangkan dan memelihara produksi hutan secara terpadu dan berkelanjutan

Meningkatkan regenerasi, rehabilitasi dan perlindungan

Memperkuat peraturan dan pelaksanaan hukum untuk pengelolaan hutan berkelanjutan

Mempertahankan dan meningkatkan peranserta dan kesejahteraan masyarakat yang

tinggal di hutan

Mengembangkan dan memperkuat penelitian serta kemampuan pengelolaan hutan

berkelanjutan

14) Pengembangan Pertanian dan Pedesaan

Strategi pembangunan sektor pertanian saat ini lebih mementingkan pencapaian target

produksi jangka pendek dengan mengesampingkan pertimbangan ekologi.

Untuk menghadapi tantangan masa depan, maka Bidang Program yang harus dilakukan yaitu:

Pengkajian kebijakan, perencanaan dan program terpadu pertanian

Perbaikan produksi pertanian dan sistem bertani melalui diversifikasi usaha tani dan

upaya pengembangan prasarana pendukung

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 25

Peningkatan peranserta masyarakat dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia

Konservasi dan rehabilitasi tanah

Pengendalian hama terpadu

Unsur hara bagi peningkatan produksi pangan

15) Pengelolaan Sumber Daya Air

Keberadaan sumberdaya air yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk dan kegiatan

pembangunan di berbagai sector semakin mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan oleh berbagai

factor seperti pencemaran, penggundulan hutan, kegiatan pertanian yang mengabaikan

kelestarian lingkungan, dan berubahnya fungsi daerah-daerah tangkapan air.

Dalam menyusun strategi pengelolaan sumberdaya air secara berkelanjutan, pemerintah harus

memperhatikan aspek fisik, teknis, peraturan, perundang-undangan dan administrasi. Bidang

Programnya adalah:

Ketersediaan dan kebutuhan sumberdaya air

Kualitas sumberdaya air

Distribusi sumberdaya air

Pengelolaan sumberdaya air secara terintegrasi

Pengelolaan Sumber Daya

16) Konservasi Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau keberagaman

dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah,

tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya. Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup

dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antara makhluk hidup. Agenda 21 Indonesia

program konservasi fokus pelestarian keanekaragaman hayati adalah mengelola kekayaan hayati

Indonesia secara berkelanjutan yang meliputi ekosistem darat dan laut, kawasan agro-ekosistem

dan kawasan produksi, serta konservasi ex-situ.

Bidang Program yang dilakukan adalah:

Meningkatkan pembentukan sistem kawasan lindung berikut pengelolaannya secara

efektif

Melestarikan keanekaragaman hayati pada kawasan agro-ekosistem dan kawasan non-

lindung/produksi

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 26

Pelestarian keanekaragaman hayati secara ex-situ

Melindungi sistem pengetahuan masyarakat tradisional serta meningkatkan seluruh

sistem pengetahuan yang ada tentang konservasi dan keanekaragaman hayati

Mengembangkan dan mempertahankan sistem pengelolaan keanekaragaman hayati

berkelanjutan, termasuk pembagian keuntungan yang adil

17) Pengembangan Bioteknologi

Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri,

fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses

produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak

hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti

biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia matematika, dan lain

sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai

cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.Agenda 21 program pengembangan

bioteknologi difokuskan pada pemecahan masalah pertanian, kesehatan, dan lingkungan yang

merupakan prioritas di indonesia dengan pendekatan bioteknologi yang dilaksanakan melalui

lima bidang program, yaitu:

Bioteknologi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan, pakan dan bahan-bahan

terbarukan

Bioteknologi kedokteran untuk peningkatan derajat kesehatan dan kualitas hidup serta

perbaikan lingkungan

Bioteknologi lingkungan

Pengembangan prasarana bioteknologi

Pedoman keamanan biologis

18) Pengelolaan Terpadu Wilayah Pesisir dan Lautan

Penanganan daerah pesisir dan laut perlu mencakup aspek keterpaduan dan kewenangan

kelembagaan terkait sehingga sumberdaya yang ada di kawasan ini dapat menjadi produk

unggulan dengan tetap memperhatikan kondisi sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan

setempat.

Bidang Program yang dilakukan untuk bagian ini antara lain:

Perencanaan dan pengembangan sumberdaya terpadu di daerah pesisir

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 27

Pemantauan dan perlindungan lingkungan pesisir dan laut

Pemanfaatan sumberdaya laut yang berkesinambungan

Peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat pesisir

Pembangunan kepulauan kecil secara berkelanjutan

Pemeliharaan keamanan daerah ekonomi eksklusif (ZEE)

Pengelolaan dampak perubahan iklim dan gelombang pasang

C. Rencana Kerja Pemerintah Indonesia Mengenai Manajemen Lingkungan ( RKP, 2005 )

Indonesia yang mempunyai potensi SDA yang besar sebagai penghasil devisa

negara, mempunyai banyak masalah dalam hal lingkungan hidup sebagai akibat dari

eksplorasi SDA  yang tidak terencana dengan baik. Dikaitkan dengan KTT Pembangunan

Berkelanjutan 2002, sangat relevan bila Indonesia harus memiliki agenda pembangunan

khususnya SDA dan Lingkungan Hidup. Hal ini telah tercantum dalam Rencana Kerja

Pemerintah ( RKP 2005 ), yang isinya sebagai berikut :

1. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

Sasaran yang hendak dicapai adalah terlindungnya kawasan konversi dan kawasan

lindung dari kerusakan akibat pemanfaatan yang tidak terkendali dan eksploatif. Kegiatan

pokok yang akan dilaksanakan, antara lain : pengkajian kembali kebijakan konversi dan

perlindungan SDA, pengembangan insentif, pemanfaatan jasa lingkungan, penanggulangan

konversi lahan pertanian produktif, pengakuan hak adat dan ulayat serta pengenmbangan

masyarakat setempat, pengembangan kemitraan, penegakan hukum, pengembangan

kawasan konversi laut, dan suaka perikanan.

2. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam

Sasaran yang akan dicapai adalah berkurangnya laju kerusakan SDA dan

pemulihan kondisi sumber daya hutan, lahan, laut dan pesisir, perairan tawar serta

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 28

sumber daya mineral agar optimal dalam fungsinya sebagai faktor produksi maupun

penyeimbang lingkungan. Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan antara  lain evaluasi

dan perencanaan DAS, reboisasi dan penghijauan , pembanguna hutan tanam industri,

rehabilitasiekosistem, restocking sumber daya perikanan, rehabilitasi areal bekas tambang

terbuka.

3. Program Pengembangan Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup

Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatkan pengelolaan SDA dan

lingkungan hidup melalui tata kelola yang baik berdasarkan prinsip transparansi,

partisipasi, dan akuntabilitas. Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan, antara lain s:

Pengembangan kapasitas institusi dan aparatur, penguatan kapasitas kelembagaan pusat

dan aerah, pengembangan tata nilai sosial berwawasan lingkungan, penetapan standar

pelayanan minimal bidang lingkungan, pengembangan produksi bersih lingkungan dan

pelaksanaan perjanjian internasional yang telah disepakati.

4. Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan

Sasaran yang akan dicapai adalah menurunkan tingkat pencemaran lingkungan

dan menuju terciptanya lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Kegiatan pokok yang

akan dilaksanakan, antara lain : Penyusunan kebijakan di bidang pengendalian

lingkungan, penetapan indeks baku mutu lingkungan dan limbah, pengendalian

pencemaran lingkungan, pengembangan teknologi berwawasan lingkungan dan

pengembangan sistem penilain kinerja lingkungan.

5. Program Peningkatan Kualitas, Akses Informasi SDA dan Lingkunganara, dan mudah

Sasaran yang akan dicapai adalah tersedianya data dan informasi yan lengkap,

akudiakses oleh pelaku kepentingan dan masyarakat luas. Kegiatan pokok yang akan

dilaksanakan, antara lain : Penysusnan data dasar potensi dan daya dukung kawasan

ekosistem, penyusunan statistik bidang lingkungan hidup baik tingkat nasional maupun

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 29

daerah, pengembangan sistem jaringan laboratorium nasional bidang lingkungan,

pengembangan SDA, penerapan PDB Hijau.

Dari beberapa kebijakan tersebut, dapat dipastikan bahwa isu lingkungan menjadi

menarik perhatian seluruh dunia karena timbulnya dampak akibat kegiatan yang

dilakukan manusia yang biasanya dalam bentuk tak terorganisasi, seperti proyek-proyek

kecil dan besar dengan tingkat kerusakan cukup besar.

Dalam perkembangan selanjutnya dilakukan usaha-usaha mengelola dan menata

lingkungan akibat dari dampak kegiatan berupa proyek pembangunan. Gerakan

manajemen lingkungan dan penetapan standarnya dimulai pada awal tahun 1990 dengan

kerja sama Internasional Standar Organizatio ( ISO ) sera badan standar dari beberapa

negara dengan membentuk Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 pada tahun 1996.

Sistem ini bertujuan memberi cara kepada pelanggan/perusahaan dalam penerapan dan

penyempurnaan sistem manajemen lingkungan sera membantu meningkatkan sistem

manajemen lingkungan dalam memenuhi kinerjanya. Struktur isinya berupa tindakan

perencanaan, pelaksanaan, pemeriksaan dan tindakan koreksi serta standar panduan

terpisah.

Isi sistem manajemen ISO 14001 mencakup beberapa unsur ter-integrasi dengan

ISO 9000 untuk manajemen mutu. Ruang ISO 14001 mempunyai elemen-elemen kunci di

dalamnya terdapat sub-sub elemen, terdiri atas : Umum, Kebijakan Lingkungan,

Perencanaan, Penerapan dan Operasi, Pemeriksaan danTindakan Koreksi.

D. Pengendalian Manajemen Lingkungan

Pengendalian lingkungan adalah fase terakhir dari perencanaan, pelaksanaan, dan

pemeriksaan sistem manajemen lingkungan. Hal pertama yang dilakukan dalam

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 30

pengendalian adalah melakukan pengendalian terhadap dokumen sehingga perusahaan

dapat menyusun dan memelihara dokumen, memenuhi persyaratan elemen-elemen yang

memadai dalam menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan. Pengendalian dokumen

mempunyai sasaran sebagai berikut:

Menjamin bahwa dokumen yang diterbitkan telah diperiksakebenarann materinya

dan disahkan olehpetugas yang berwenang

Distribusi dokumen hanya kepada yang berwenang

Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh yang berwenang

Setelah dilakukan identifikasi terhadap aspek lingkungan, selanjutnya

adalah melakukan  analisis dengan cara menilai dampak lingkungan yang terkait. Beberapa

aspek lingkungan yang memengaruhi adalah sebagai berikut:Dampak pada pencemaran,

terdiri atas: Air, udara, Radiasi,Kontakminasi tanah,Produksi Limbah

Dampak pada ekologi terdiri atas : Tumbuhan dan binatang, keanekaragaman

hayati, habitat, Alam.

Dampak pada sumber Daya Alam terdiri atas: Tanah pertanian, sumber daya hutan,

kesedian air tanah, mineral dan tambang, sumber daya laut, sumber daya energi,

kehidupan satwa liar, kehidupan hutan tropis,Kehidupan tumbuhan langka.

E.     Audit Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental Management System)

Dalam ISO 14001, organisasi perusahaan diwajibkan melakukan audit agar sistem

manajemen lingkungan yang direncanakan dapat dilaksanakan, diperiksa dan dilakukan

tindakan koreksi bila terjadi penyimpangan. Jadwal waktu program audit dilakukan atas

dasar pentingnya aspek-aspek lingkungan yang terdokumentasi dalam penilaian.

Perencanaan yang termasuk dalam program sistem manajemen lingkungan dapat dievaluasi

dengan kegiatan-kegiatan terkait dan dengan hasil audit sebelumnya. Prosedur audit

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 31

meliputi : Lingkup Audit, Metodologi, Penanggung Jawab, Persyaratan Pelaksanaan

Pelaporan, dan Dokumentasi.

EMS adalah siklus berkelanjutan dari kegiatan perencanaan, implementasi, evaluasi

dan peningkatan proses, yang diorganisasi sedemikian sehingga tujuan bisnis

perusahaan/pemerintah dan tujuan lingkungan padu dan bersinergi.

EMS yang efektif, dibangun pada konsep TQM (Total Quality Management),

misalnya pada ISO 9000. Untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan, organisasi tidak

hanya tahu apa yang terjadi, tetapi juga harus tahu mengapa terjadi.

Manfaat EMS

1. Meningkatkan kinerja lingkungan.

2. Mengurangi/menghilangkan keluhan masyarakat terhadap dampak lingkungan.

3. Mencegah polusi dan melindungi sumber daya alam.

4. Mengurangi resiko.

5. Menarik pelanggan dan pasar baru (yang mensyaratkan EMS).

6. Menaikkan efisiensi/mengurangi biaya.

7. Meningkatkan moral karyawan.

8. Meningkatkan kesan baik di masyarakat, pemerintah dan investor.

9. Meningkatkan tanggung jawab dan kepedulian karyawan terhadap lingkungan.

F.     Rusaknya Manajemen Lingkungan di Indonesia

Rusaknya manajemen lingkungan kita! Itulah kalimat yang terlintas dalam benak

saya. Tampaknya kita sepele mendengar, dan melihat kata, seperti kata lingkungan. Namun

di balik kata lingkungan itu, mengandung sejuta makna yang sangat erat kaitannya dengan

kehidupan dan keberlangsungan hidup umat manusia. Segala sesuatunya sangat erat

kaitannya dengan lingkungan..

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 32

            Bahkan menurut Bloom, derajat kesehatan terdiri dari empat faktor yakni

lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik. Jadi semua tindak dan tanduk

manusia berawal dari lingkungan.

            Dewasa ini, beberapa media menayangkan banjir yang ada di Kota Jakarta,

Semarang dan tragedi yang tidak diinginkan yang terjadi di Situ Gintung, di wilayah

Tangerang, Banten. Betapa sedihnya melihat saudara kita yang terkena musibah ini.

Mereka yang ditanyai komentar, hanya menjawab dan meminta pertanggungjawaban

pemerintah. Seolah–olah pemerintah yang harus menjaga kebersihan dan harus memadai

dan membenahi lingkungan mereka. Dari segi bantuan, baiklah pemerintah yang harus

menolong dan memberi subsidi kepada rakyat yang terkena musibah.

            Namun di Situ Gintung, beberapa warga mengaku sudah melaporkan kejadian ini

kepada pemerintah daerah mengenai Tanggul yang mereka minta segera diperbaiki. Tetapi

lagi-lagi kesiapan pejabat berwenang kurang sigap dalam menanggapi keluhan warga dan

tidak dapat merealisasikannya. Lagi dan lagi rakyat selalu kena tipu dengan muslihat

pejabat yang seyogianya dipilih oleh rakyat.

            Seperti sekarang ini, banyaknya janji–janji partai politik yang membawakan thema

“perubahan” untuk rakyat. Setelah kejadian di Situ Gintung banyaknya partai politik yang

menawarkan bantuan untuk rakyat. Semoga saja pesta demokrasi nanti, rakyat harus paham

dengan siapa yang dipilihnya.

Kalau kita sadari lingkungan harus erat kaitannya dengan individu itu sendiri

karena, merekalah yang harus menjaga dan melestarikannya, supaya kesehatan lingkungan

menjadi optimal.

Klasifikasi Pencemaran Lingkungan

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 33

           Dengan musibah banjir yang dirasakan saudara kita yang ada di Jakarta dan di

Semarang, merupakan hasil dari pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan sendiri

terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Antara lain pencemaran udara, pencemaran air dan

pencemaran tanah. Dengan keadaan pencemaran lingkungan ini, maka kualitas yang ada di

lingkungan kita menjadi menurun. Sejatinya pencemaran lingkungan ini akan

mempercepat kita untuk mengakhiri hidup kita di bumi ini, dan dapat membunuh

kehidupan anak dan cucu kita nantinya.

Pencemaran Udara

           Sebelum kita memulai tahapan pencemaran lingkungan yang terklasifikasi, yang

pertama pencemaran udara. Pencemaran udara sering dari kita mungkin sudah dan atau

sering terpapar dengan gas pencemar udara yang mungkin ada di sekitar tempat tinggal

kita, dan pengalaman ini mungkin sudah pernah atau sering kita jumpai di lingkungan kita

sendiri.

            Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan

terkontaminasi oleh zat–zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan

kesehatan tubuh manusia. Gas–gas pencemar udara utama adalah karbon monoksida (CO),

karbon diosida (CO2), nitrogen monoksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), sulfur

monoksida (SO), sulfur dioksida (SO2).

            Pencemaran udara yang dihasilkan melalui kegiatan manusia adalah transportasi,

industri, pembangkit listrik, pembakaran (perapian, kompor, furnace, insenerator dengan

berbagai jenis bahan bakar), gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti

(CFC= Clour Flour Carbon).

Pencemaran Air

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 34

            Setelah pencemaran udara, kita juga dapat menjumpai pencemaran air yang terjadi

di lingkungan sekitar kita. Dan pencemaran air sangat sering tejadi di lingkungan kita

sendiri, bahkan kita mengabaikan kesehatan kualitas air yang ada di lingkungan kita.

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti

danau, sungai, lautan, air tanah akibat aktivitas dan ulah manusia.

            Pencemaran air sering di jumpai di wilayah industri yang membuang limbahnya

dengan berbagai macam polutan seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan

padatan. Contoh dari pencemaran air, pada air comberan dapat menyebabkan peningkatan

kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya

oksigen yang dapat berdampak buruk pada seluruh ekosistem yang ada di air.

Pencemaran Tanah

           Yang terakhir mengenai pencemaran tanah. Pencemaran tanah merupakan keadaan

di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami.

Pencemaran tanah ini merupakan hasil kegiatan manusia yang mencemari tanah yakni

dari tempat penimbunan sampah, serta limbah industri yang dibuang langsung ke tanah

secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 35

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Manajemen lingkungan dalam pengertian sederhana adalah segala usaha yang dilakukan secara sistematis untuk mewujudkan tujuan kebijakan lingkungan / sasaran lingkungan. Bila kita berbicara mengenai kualitas manajemen lingkungan perusahaan, maka terutama akan sangat tergantung pada sasaran kebijakan yang disebutkan apakah berfokus pada minimalisir dampak lingkungan, maka praktek manajemen lingkungan akan berfokus pada aspek fisik menyangkut in dan end-process dan pengelolaan sumberdaya. Sedangkan bila dikaitkan dengan pemberdayaan karyawan, maka manajemen lingkungan dapat lebih menunjukkan perannya pada peningkatan kepedulian, aspek moral, dan hubungan masyarakat.

Praktek manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis, prosedural, dan dapat diulang disebut dengan Sistem Manajemen Lingkungan ( EMS ).   Manajemen lingkungan saat ini telah banyak mengalami perubahan yang cukup berarti terutama dimulai Sejak awal tahun 1990. Penelitian mengenai efek dan akibat penerapan manajemen lingkungan telah banyak dilakukan terutama Sejak munculnya ISO 14001 di tahun 1996.

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 36

DAFTAR PUSTAKA

http://irwanahrif.wordpress.com/2011/10/13/manajemen-dan-lingkungan-eksternal/

http://hariantoantho.blogspot.com/2012/05/manajemen-lingkungan.html

AtKisson, Alan, Believing Cassandra: an Optimist look at a Pessimist World, Chelsea GreenPublishing Co., Vermont, USA, 2000

Ilmu Lingkungan/Kel.8(3B-Biologi) 37