bab i & ii
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Praktikum
Indonesia merupakan negara tropis dengan banyaknya pula merupakan
negara produsen kelapa utama di dunia. Minyak kelapa merupakan minyak yang
diperoleh dari kopra (daging buah kelapa yang dikeringkan) atau dari perasan
santannya. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua diperkirakan
mencapai 30%-35%, atau kandungan minyak dalam kopra mencapai 63-72%.
Kebutuhan akan minyak kelapa terpenuhi dengan adanya pemanfaatan lahan
tanaman kelapa sekitar 3,712 juta hektar. Kebutuhan minyak kelapa dari waktu ke
waktu semakin meningkat seiring dengan semakin mahalnya minyak jenis lain.
Berbagai cara telah dilakukan untuk memperoleh hasil olahan minyak kelapa,
mulai dari cara tradisional sampai dengan cara modern.
Penggunaan minyak kelapa sangat sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari seperti untuk minyak goreng, bahan pembuat sabun, detergen obat-
obatan berupa minyak telon, dan lain sebagainya.Saat ini banyak perusahaan di
dunia menggunakan minyak kelapa sebagai bahan campuran beberapa produknya,
seperti produk kondisioner untuk rambut. Minyak kelapa digunakan sebagai
kondisioner karena harganya murah dan hasilnya luar biasa, yaitu menjaga
kelembapan rambut, memaksimalkan pertumbuhan rambut, dan memperkuat akar
rambut.
Pada praktikum proses produksi minyak kelapa akan dilakukan proses
pengolahan minyak kelapa secara tradisional dan evaporasi. Selain melakukan
pengolahan minyak kelapa, juga dilakukan pengujian kualitas minyak kelapa, dan
analisis biaya terhadap proses produksi minyak kelapa. Dengan adanya kegiatan
praktikum ini, praktikan mampu memahami proses produksi minyak kelapa
pengujian kualitas hasil minyak kelapa, menganalisis biaya produksi serta
merencanakan pengunaan mesin yang optimal dan efisien.
1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum
Tujuan dalam pelaksanan praktikum proses produksi minyak kelapa adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami proses pengolahan minyak kelapa dengan metode
tradisional dan metode evaporasi.
2. Mengetahui keseimbangan bahan dengan analisis terhadap material input,
output, dan scrap/limbah setiap proses produksi minyak kelapa.
3. Memahami proses pengujian hasil minyak kelapa yang dihasilkan.
4. Menganalisis biaya-biaya yang terjadi dalam proses pembuatan minyak kelapa
dengan metode tradisional dan metode evaporasi.
5. Menghitung efisiensi mesin dan merencanakan penggunaan mesin yang
optimal.
Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan praktikum proses
produksi minyak kelapa adalah sebagai berikut:
1. Mampu mempraktekkanproses produksi minyak kelapa dengan metode
tradisional dan metode evaporasi.
2. Mampu mengetahui tentang material balance terhadap material input, output
dan scrap dari produksi minyak kelapa.
3. Mampu melakukan pengujian kualitas terhadap minyak kelapa yang
dihasilkan sesuai standar.
4. Mampu mampu menganalisis biaya yang dikeluarkan pada produksi minyak
kelapa.
5. Mampu meningkatkan dan menggunakan mesin produksi secara efisien dan
optimal.
1.3. Batasan Masalah
Batasan-batasan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Metode yang digunakan dalam proses pengolahan minyak kelapa ini adalah
metode tradisional dan evaporasi
2. Kelapa yang digunakan sebanyak 3 buah.
3. Perbandingan pencampuran air kelapa adalah 6 : 2 : 2.
4. Perhitungan analisis biaya hanya menghitung harga pokok produksi.
5. Pengujian kualitas minyak kelapa yang dilakukan menggunakan 2 pengujian
yaitu uji angka asam dan uji angka penyabunan.
1.4. Asumsi-asumsi yang Digunakan
Asumsi yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Operator berada dalam keadaan baik (sehat jasmani) serta mesin dan
peralatan yang digunakan berfungsi dengan baik.
2. Gaji pekerja mengacu pada UMR kota Medan yaitu sebesar 1.851.500,-/bulan
dengan pekerja sebanyak dua orang.
3. Biaya listrik sebesar Rp 485/Kwh dan biaya air sebesar Rp 5.500/m3.
4. Hari kerja terdiri dari 20 hari kerja/ bulan.
5. Jam kerja terdiri dari 8 jam kerja/ hari.
6. Biaya penyewaan mesin parut diasumsikan yaitu Rp 500.000,-/bulan
7. Jumlah pekerja 2 orang
1.5. Sistematika Laporan
Sistematika laporan praktikum proses produksi minyak kelapa adalah:
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Praktikum
1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum
1.3. Batasan Masalah
1.4. Asumsi-asumsi yang Digunakan
1.5. Sistematika Laporan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Tanaman Kelapa
2.1.1. Taksonomi Tanaman Kelapa
2.1.2. Manfaat Tanaman Kelapa
2.2. Santan Kelapa dan Minyak Kelapa
2.2.1. Santan Kelapa
2.2.2. Jenis-jenis Minyak Kelapa
2.2.3. Pengolahan Minyak Kelapa
2.2.4. Manfaat Minyak Kelapa
2.2.5. Analisis Parameter Minyak Kelapa
2.2.6. Standar Mutu Minyak Kelapa
2.2.7. Kandungan Minyak Kelapa
2.2.8. Jenis Pengujian Minyak Kelapa
2.2.9. Rendemen Minyak Kelapa
2.3. Peta Kerja
2.3.1. Operation Process Chart
2.3.2. Flow Process Chart
2.3.3. Flow Diagram
2.4. Neraca Bahan
2.5. Analisis Biaya
2.5.1. Biaya
2.5.2. Penentuan Harga Pokok Produksi
2.6. Energi Penguapan
2.7. Efisiensi Mesin
2.8. Ekstraksi Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) dari Kulit Biji Mete
dengan Menggunakan Metode Pengepresan
BAB III PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1. Kunjungan UKM
3.1.1. Gambaran Umum UKM
3.1.2. Uraian Proses Produksi pada UKM
3.1.3. Layout UKM
3.1.4. Analisis Biaya Produksi pada UKM
3.2. Data Input
3.2.1. Data Mesin Produksi Minyak Kelapa
3.2.2. Data Peralatan Produksi Minyak Kelapa
3.2.3. Data Bahan Produksi Minyak Kelapa
3.2.4. Bahan Kimia yang Digunakan untuk Pengujian Minyak
Kelapa
3.3. Mekanisme Proses Produksi
3.3.1. Tahapan Proses Produksi Minyak Kelapa
3.3.2. Elemen Kegiatan Proses Produksi Minyak Kelapa
3.3.3. Operation Process Chart
3.3.4. Flow Process Chart
3.3.5. Flow Diagram
3.4. Material Balance
3.5. Rendemen Minyak Kelapa
3.6. Perhitungan Analisis Biaya
3.6.1. Perhitungan Biaya Produksi
3.6.2. Perhitungan Harga Pokok Produksi
3.7. Efisiensi Proses Evaporasi
3.7.1. Perhitungan Jumlah Air Teruapkan
3.7.2. Perhitungan Jumlah Energi Pemanasan
3.7.3. Perhitungan Efisiensi Mesin Evaporator
3.8. Hasil Uji Kualitas Minyak Kelapa
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
4.1. Analisa
4.1.1. Proses Produksi dengan Menggunakan Metode
Tradisional/Metode Evaporasi
4.1.2. Material Balance
4.1.3. Analisis Biaya
4.1.4. Analisis Jumlah Air Teruapkan
4.1.5. Analisis Jumlah Energi Pemanasan
4.1.6. Analisis Perhitungan Efisiensi Mesin Evaporator
4.1.7. Uji Kualitas Minyak Kelapa
4.2. Evaluasi
4.2.1. Proses Produksi dengan Menggunakan Metode
Tradisional/Metode Evaporasi
4.2.2. Material Balance
4.2.3. Evaluasi Biaya
4.2.4. Jumlah Air Teruapkan
4.2.5. Jumlah Energi Pemanasan
4.2.6. Perhitungan Efisiensi Mesin Evaporator
4.2.7. Uji Kualitas Minyak Kelapa
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
- Worksheet Praktikum
- OPC
- FPC
- FD
- Foto Kegiatan
- Form Asistensi
- Form Responsi
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tanaman Kelapa1
Kelapa merupakan tanaman tropis yang penting bagi negara-negara Asia
Pasifik. Kelapa di samping dapat memberikan devisa bagi negara juga merupakan
mata pencarian jutaan petani, yang mempu memberikan penghidupan puluhan juta
keluarganya.
Menurut FAO (Food Agriculture Organization) pada tahun 1976, negara-
negara di Asia dan Pasifik menghasilkan 82% dari produksi kelapa dunia,
sedangkan sisanya dihasilkan oleh negara di Afrika dan Amerika Selatan.
Pada tahun 1984, luas pertanaman kelapa di Asia dan Pasifik diperkirakan
meliputi 8.875.000 ha yang terbesar di antara 12 negara seperti tabel berikut.
Tabel2.1.Estimasi Areal Kelapa di Asia dan Pasifik Tahun 1984
No. NegaraLuas Areal
(000 ha) %1. India 1.155 13,012. Indonesia 3.012 33,943. Malaysia 349 3,934. Papua New Guinea 241 2,725. Philipina 3.217 36,256. Solomon Islands 62 0,707. Srilanka 419 4,728. Thailand 281 3,179. Vanuatu 69 0,7810. Western Samoa 42 0,4711. F.S. Micronesia 14 0,1612. Palau 14 0,16
Jumlah 8.875 100Sumber: Asian and Pacific Coconut Community Statistical year-book, 1984
Tanaman kelapa seluas 8.875.000 ha pada tahun 1984 menghasilkan
kelapa segar kurang lebih 5.276.000 ton. Sebagian hasil kelapa ini dikonsumsi
dalam bentuk buah segar, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri
1 L.Suhardiyono, 1995,Tanaman Kelapa, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, hlm 11-22.
dan sisanya dibuat kopra 3.238.000 ton. Produksi kelapa dan kopra ini tersebar di
beberapa negara seperti ditunjukkan tabel berikut.
Tabel 2.2. Produksi Kelapa dan Kopra di Negara-Negara Asia dan Pasifik
pada Tahun 1984
No. NegaraProduksi (000) ton
KeteranganKelapa Kopra
1. India 876* 355**angka estimasi
2. Indonesia 1.731 1.0963. Malaysia 263* 165*4. Papua New Guinea 220 1445. Philipina 1.435 1.2496. Solomon Islands 45* 437. Srilanka 394 628. Thailand 184 459. Vanuatu 64 4810. Western Samoa 38* 1911. F.S. Micronesia 12* 4*12. Palau 14* 8*Sumber: Asian and Pacific Coconut Community Statistical year-book, 1984
Hasil produksi kelapa terutama kopra dapat memberikan sumbangan
devisa yang cukup berarti bagi negara produsen. Menurut Yambot (1997) dari
bulan Januari sampai dengan Juni 1976, kopra, minyak kelapa dan bungkil kelapa
telah mampu memberikan devisa bagi negara Philipina sebesar US$ 205,93 juta,
yang merupakan 20,56% nilai ekspornya. Sedangkan bagi Indonesia akhir-akhir
ini tidak mengekspor kopra maupun minyak kelapa karena kebutuhan dalam
negeri yang terus meningkat.
Akhir-akhir ini, pasaran minyak kelapa mendapat saingan yang sangat
besar terutama dari minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak kacang kedelai
dan minyak bunga matahari. Sehingga harga minyak kelapa di pasaran
internasional sulit untuk berkembang dan nampak mulai terdesak oleh minyak
nabati lainnya. Sedangkan produk-produk kelapa yang lain seperti coconut cream,
desiccated coconut, serta hasil limbahnya seperti coconut charcoal, carbon active,
coconut fibre, dan lainnya belum mempunyai pasaran yang cukup potensial.
Mengenai asal usul kelapa belum ada kesepakatan di antara para ahli.
Child (1974) melakukan penelaahan menyeluruh terhadap literatur-literatur
tentang asal-usul kelapa. Pada abad ke-9, pertama kali dikenal mata dagangan
serat dan minuman keras yang dibuat dari kelapa, diproduksi oleh pedagang
bangsa Arab bernama Soleyman yang mengunjungi negara Cina. Di antara
penulis abad pertengahan yang membuat referensi tentang kelapa adalah Marco
Polo dan Friar Jordanas. Kelapa (coconut) dikenal dengan berbagai sebutan
seperti Nux Indica, al djanz al kindi, ganz-ganz, nargil, narle, tenga, temuai dan
pohon kehidupan.
Kata coco (coquo) pertama kali digunakan oleh Vasco da Gama, kata ini
berhubungan dengan kera atau wajah aneh seperti tempurung kelapa yang bermata
tiga.
Dalam menentukan asal usul kelapa, beberapa bukti saling berkaitan, dapat
dipertimbangan untuk menentukan asal-usul kelapa, antara lain:
1. Catatan kuno tentang kelapa dan pengenalannya di suatu negeri atau tempat.
2. Terdapat species yang dekat dengan kelapa di suatu tempat.
3. Gerakan arus laut dan kemampuan buah kelapa mengapung di laut tanpa
kehilangan daya tumbuhnya.
4. Terdapatnya fosil buah kelapa.
5. Terdapatnya berbagai varietas kelapa.
6. Adanya hubungan peralatan untuk pemanfaatan kelapa dengan budaya
penduduk asli.
7. Terdapatnya hama kelapa yang khusus.
Tentang asal usul kelapa ini, terdapat dua teori yang saling bertentangan
jika dinilai berdasarkan bukti-bukti yang saling berhubungan seperti tersebut di
atas. Kedua teori di atas, yaitu:
1. Teori yang menyatakan bahwa kelapa berasal dari Amerika Selatan. Pendukung
teori ini antara lain D.F. Cook, van Martius Beccari dan Thor Hejerdahl. Alasan
yang diajukan oleh kelompok pendukung teoriini adalah :
a. Penemuan buah dari species cocos di pleiocene, North Auckland di
Selandia Baru
b. Terdapat lebih banyak varietas kelapa di Asia Tenggara dari pada di
Amerika
c. Perlakuan pengolahan kelapa dan nama-nama setempat untuk kelapa lebih
banyak dipergunakan di dunia tropis tua daripada dunia tropis baru
d. Ditemukannya binatang-binatang yang makanan khususnya kelapa, seperti
ketam (Birgus latro) dan berbagai hama kelapa yang lain
Kedua teori ini, masing masing memerlukan pengkajian yang mendalam
untuk mermperoleh bukti bukti yang dapat dipergunakan untuk membenarkannya.
Ada beberapa hal yang perlu dibicarakan tentang perkecambahan dan
pertumbuhan awal. Seleksi terhadap buah yang akan dikecambahkan merupakan
hal yang sangat perlu diperhatikan. dengan seleksi yang benar , pemborosan bahan
tanaman dapat dihindari. Beberapa faktor yang mempengaruhi sifat-sifat buah
adalah produktifvitas dan umur tanaman induk, letak buah dalam tandan dan umur
buah
Union (1960) mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi selama
perkecambahan menggunakan buah yang diperoleh dari pohon yang tingginya rata
rata 12,3 meter, dengan jumlah daun 43,4 pada mahkotanya. Jumlah rata-rata
tandan adalah 13,6/pohon dan produksi buah 106,4 per pohon/tahun. Berat buah
1,16 kg dan volumenya 2,45 liter. Dari penelitian tersebut dicatat bahwa pada 1
bulan, air di dalam buah akan berkurang 17% dari volume mula-mula dan setelah
3 bulan air hampir habis terkonsumsi. Daging buah dikonsumsi lebih lambat.
Setelah 1 bulan daging buah masih tersisa 59%, dalam 1 tahun tersisa sekitar
11%. Material yang hilang dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman muda.
Tunas yang berukuran 1,56 x 1,38 mm pada awal penanaman, tumbuh sangat
cepat dan mencapai ketinggian 200 cm dalam waktu 1 tahun.
Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Child (1974) yang mengatakan
bahwa air kelapa akan habis dikonsumsi selama 7 bulan dan pada waktu yang
sama hanya 38% daging buah dikonsumsi untuk pertumbuhan kitri.
Kedua penelitian tersebut memberikan data yang berbeda; kemungkinan
disebabkan oleh kondisi perkecambahan yang berbeda sebelum mulai
berkembang, embrio berbentuk pasak (pegs-shape body) menempel di dalam inti
di bawah mata yang lunak. Nathanaels (1974) menguji 2.500 embrio dan
mendapatkan bahwa berat rata-rata emrbrio adalah 0,119 gr, mengandung air
76,69%. Menurut berat kering persentase rata-rata N adalah 3,45 ; P 0,68 ; K 214 ;
Ca 0,052 dan Mg 0,20 g.
1. Daun Kelapa
Pada tanaman dewasa dapat mempunyai 30-35 daun pada mahkotanya
dengan panjang kurang lebih 6 meter. pada bagian bawah agak cekung ke dalam,
daun hampir datar atau cembung pada bagian atas. Daun yang segar beratnya 10-
15 kg. Pada kurang lebih 1,5 meter dari pangkal, daun tidak mempunyai anak
daun. Pada daun terdapat 200-250 anak daun; panjang anak daun pada pangkal
dan ujung adalah pendek sedangkan pada bagian tengah dapat mencapai 90-125
cm.
Daun berfungsi sebagai alat fotosintesis dan transpirasi. Daun ini tersusun
melingkar pada mahkotanya dan setiap 6 daun yang berurutan akan berada pada
satu garis lurus. Daun-daun yang berurutan membentuk spiral dengan menyudut
140 derajat atau dengan kata lain setiap 5 daun kira-kira membentuk 2 lingkaran.
Transpirasi diperkirakan merupakan daya absorpsi terhadap cairan di dalam tanah
dan pengangkutannya ke daun. Diperkirakan pada ukuran sedang, batang kelapa
akan kehilangan sebesar 40,5 liter air dalam 24 jam. Pada keadaan yang terbatas
maka daun dapat mengatur transpirasinya. Selama kekurangan air maka stomata
akan menutup dan anak daun akan menunduk sehingga saling mendekat.
Jika 1 daun maka terdiri atas 150 anak daun dan pada 1 batang terdapat 25
daun maka evapotrasporasi per batang adalah 150x25x10,80 gram sama dengan
40,5 liter.
2. Batang Kelapa
Batang kelapa terbentuk bersamaan dengan pembentukan daun. Batang
kelapa nampak dengan jelas setelah berumur 3-5 tahun dan daun pada bagian
bawah telah gugur. Batang ini tidak berkambium, sehingga tidak mempunyai
pertumbuhan sekunder. Hal ini berakibat, sekali batang telah terbentuk, maka
tidak membesar lagi.
Pada kondisi kekeringan, kekurangan nutrisi (gizi makanan) maupun
kerusakan akar maka batang yang terbentuk berukuran kecil, namun demikian
apabila kondisi telah membaik, maka batang ini dapat membesar kembali
walaupun tidak akan menyamai pada kondisi normal.
Tanaman kelapa hanya mempunyai satu buah titik tumbuh yang terletak
pada ujung batang, dan berukuran sangat kecil (0,5 x 0,5 mm), terdiri atas
jaringan meristem. Apabila titik tumbuh ini mengalami pembelahan, maka batang
akan mengalami dikhotomisa menjadi dua cabang, tetapi kejadian ini sangat
jarang. Karena titik tumbuh terletak pada ujung batang, maka pertumbuhan batang
menuju ke atas, dan pada tingkat pertumbuhan tertentu pada ketiak daun akan
keluar karangan bunga. Tinggi batang berkisar antara 20-30 meter, tetapi pernah
dijumpai batang kelapa dengan tinggi 35,7 meter.
Kecepatan pertumbuhan batang dilihat pada jarak bekas-bekas pelepah
daun pada batang. Jumlah daun yang terbentuk selama satu tahun adalah 12-14
buah. Pada permulaan pertumbuhan tanaman, kecepatan pembentukan batang
adalah rendah. Hal ini dapat dilihat pada jarak bekas-bekas pelepah daun pada
batang yang pendek-pendek dan akan memanjang pada bagian tengah ke atas serta
akan memendek lagi pada bagian bawah mahkota daun.
Child melaporkan bahwa selama 5-10 tahun setelah pertanaman, kecepatan
pertumbuhan batang adalah 1,50 meter per tahun dan pada umur 25 tahun hanya
0,50 meter per tahun.
Besarnya lilit batang dapat dipakai sebagai salah satu parameter kesuburan
tanaman. Besarnya lilit batang ini bervariasi antara 120-180 cm, tetapi pernah
dijumpai kelapa dalam varietas Laguna mempunyai lilit batang 3,45 meter pada
umur 15 tahun.
Batang kelapa terdiri atas kurang lebih 18.000 berkas pembuluh, yang
berfungsi sebagai pengangkut cairan dalam tanah sebagai bahan fotosintesis, dan
sebagai pengangkut hasil fotosintesis dari daun ke bagian tanaman yang lainnya.
3. Akar Kelapa
Tanaman kelapa seperti tanaman monokotil yang lainnya. Hanya
mempunyai akar serabut. Akar serabut pertama pada pangkal batang, mendahului
tumbuhnya daun yang pertama. Setelah berkecambah selama 1 bulan, maka pada
benih akan tumbuh akar pertama dengan panjang 5,8 cm, akar kedua dengan
panjang 4,5 cm, akar ketiga 2,8 cm dan akar keempat 2 cm. Pada bibit berumur 1
tahun, mempunyai akar 25 buah dengan panjang rata-rata 70 cm.
Tanaman kelapa, disamping mempunyai akar serabut yang berdiameter
antara 0,5-1 cm, juga mempunyai akar rambut berdiameter 0,1 cm, berdinding
lunak, berbintil dan berfungsi untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah.
Jumlah akar pada pangkal batang bervariasi antara 4.000 – 7.000 buah, tergantung
pada varietas tanaman kelapa dan keadaan lingkungan tumbuhnya. Di samping itu
pada akar juga tumbuh bintil-bintil berwarna putih yang berfungsi untuk
pernafasan.
Ortega (1968) mengamati distribusi akar dan konsentrasinya pada tanaman
kelapa berumur 3 tahun. Kelapa dalam varietas Laguna, pada umur 3 tahun
akarnya mencapai panjang lebih 3 meter dengan konsentrasi akar berada pada
lapisan tanah bagian atas sedalam 2 kaki. Akar dapat berkembang sampai
mencapai panjang lebih dari 10 meter. Pada tanah berpasir akar akan lebih
panjang daripada tanah liat.
Karena letaknya di sekitar permukaan tanah, maka tanaman kelapa
terutama mengambil makanan yang berada di sekitar permukaan tanah pula.
Berkenaan dengan kemampuan menyerap cairan dari dalam tanah,
Mathew (1972) melaporkan bahwa satu buah akar, mampu menyerap 400 cc
cairan setiap hari.
4. Bunga Kelapa
Tanaman kelapa merupakan tanaman berumah satu. Bunga betina dan
bunga jantan terdapat pada satu malai dan pada satu mancung (spathe). Bunga
jantan terdapat pada ujung malai dan bunga betina terletak pada dasar malai.
Canoy dan de Guzman (1977) menghitung jumlah bunga jantan dan bunga
betina per tandan yakni 6.200 untuk bunga jantan dan 15 untuk bunga betina.
Bunga jantan membuka beberapa hari setelah mancung membuka dan tetap
terbuka selama 1 hari. Menurut Liyanage rentang waktu antara membukanya
bunga jantan pertama dan terakhir adalah 18-22 hari.
Bunga betina mulai mekar 3 minggu setelah mancung terbuka. Tiap bunga
betina mampu menerima polinasi dalam waktu maksimum 4 hari. Rentang waktu
antara membukanya bunga betina yang pertama dan terakhir adalah 6-15 hari.
Jumlah bunga betina pada tandan merupakan komponen produksi kelapa
yang penting. Jatuhnya buah secara prematur merupakan masalah serius di banyak
perkebunan kelapa. Lebih dari 82% bunga betina gugur selama 6 minggu pertama.
Romero (1966) mengamati bahwa bunga betina yang tidak dibuahi, akan
gugur dalam waktu 15 hari setelah kepala putik tidak mampu untuk dibuahi lagi.
Pada umumnya persentase bunga yang menjadi buah adalah rendah.
Manon dan Pandalai (1958) melaporkan bahwa kelapa berproduksi baik, jumlah
bunga betina yang dihasilkannya adalah 396, sedangkan buah yang dihasilkannya
adalah 120 per tahun atau 30,3 %. Kelapa yang berproduksi sedang, menghasilkan
25% dari bunga betina per tahun, sedangkan berproduksi kurang hanya
menghasilkan 18% dari jumlah bunga betina yang dihasilkan per tahun.
Kegagalan bunga betina untuk berkembang menjadi buah dapat disebabkan oleh
berbagai faktor seperti lemahnya polinasi dan kesuburan bunga, efek beberapa
faktor iklim yang menyimpang, defisiensi/kekurangan beberapa elemen nutrisi
serta adanya serangan hama dan penyakit.
Buah akan masak 12 bulan setelah mancung membuka. Oleh sebab itu
apabila ingin memberikan perlakuan yang dirancang untuk mempengaruhi
produksi, haruslah dilakukan paling tidak 45 bulan sebelum dapat memetik
hasilnya. Bila perlakuan dirancang untuk mempengaruhi jumlah bunga betina,
maka harus dilakukan paling tidak 23 bulan sebelum hasilnya dapat dipetik.
Perlakuan yang diberikan 1 tahun sebelumnya, hanya akan berpengaruh pada
gugurnya buah secara prematur, ukuran buah dan ketebalan dagingnya dan tidak
berpengaruh pada jumlah bunga betina yang dihasilkannya.
Jenis kelapa dapat mempengaruhi proporsi komponen buah kelapa.
Ouvrier dan Ochs (1978) menyatakan bahwa proporsi komponen buah
kelapa hibrida (Genjah kuning x kelapa dalam Afrika Batat) sebagai berikut.
Sabut 43,4%, tempurung 21,4%, daging buah 35,2%. Sedangkan untuk kelapa
dalam (Varietas Laguna) proporsi komponen buah kelapanya adalah sabut 41,7%,
tempurung 28,4%, daging buah 29,7%.
5. Buah Kelapa
Buah betina yang telah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Tingkat
pertumbuhan buah maksimum dalam berat maupun volume nampak pada bulan
ketiga. Berat buah maksimum dicapai pada bulan kedelapan.
Tempurung terbentuk pada bulan ketiga dan mencapai berat maksimum
pada bulan kesembilan. Daging buah mulai dapat dilihat pada bulan ketujuh dan
mencapai berat maksimum pada bulan keduabelas.
Pada bulan ketujuh saat berat buah maksimum tercapai berat sabut 62%,
tempurung 7% dan daging buah 1%. Pada saat dipetik pada umur 12 bulan berat
sabut adalah 56,3%, tempurung 17% dan daging buah 26,5% menurut berat basah.
Apabila menurut berat kering maka sabut 41,7%, tempurung 28,4% dan daging
buah 29,7%.
Selama pertumbuhan yang cepat (bulan ke 3-7) sabut relatif banyak
mengandung air (25% bahan padat). Pada saat buah masak, mulai menimbun
lebih banyak bahan padat; dengan demikian pada bulan kedua belas mengandung
35% bahan padat.
2.1.1. Taksonomi Tanaman Kelapa2
Dalam sistematika taksonomi tumbuhan, tumbuhan kelapa diklasifikasikan
sebagai berikut :
Tabel 2.3. Taksonomi Tanaman Kelapa
Kriteria Keterangan
Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Tabel 2.3. Taksonomi Tanaman Kelapa (Lanjutan)
2 Plantamor, “Kelapa", http://www.plantamor.com/index.php?plant=365diakses tanggal 28
Agustus 2014, jam 18.25 WIB.
Kriteria KeteranganKelas Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas ArecidaeOrdo Arecale
Famili Arecaceae(suku pinang-pinangan)Genus CocosSpesies Cocos nucifera L.
Sumber :http://www.plantamor.com
2.1.2. Manfaat Tanaman Kelapa3
Kelapa adalah pohon serba guna bagi masyarakat tropika. Hampir semua
bagiannya dapat dimanfaatkan orang. Akar kelapa menginspirasi penemuan
teknologi penyangga bangunan cakar ayam(dipakai misalnya pada Bandar Udara
Soekarno Hatta) oleh Sedijatmo.
Kayu dari batangnya, yang disebut kayu glugu, dipakai orang sebagai kayu
dengan mutu menengah, dan dapat dipakai sebagai papan untuk rumah.
Daunnya dipakai sebagai atap rumah setelah dikeringkan. Daun muda
kelapa, disebut janur, dipakai sebagai bahan anyaman dalam pembuatan
ketupat atau berbagai bentuk hiasan yang sangat menarik, terutama oleh
masyarakat Jawa dan Bali dalam berbagai upacara, dan menjadi bentuk kerajinan
tangan yang berdiri sendiri (seni merangkai janur). Tangkai anak daun yang sudah
dikeringkan, disebut lidi, dihimpun menjadi satu menjadi sapu.
Gambar 2.1. Mayang Kelapa
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa
Tandan bunga yang masih muda, yang disebut mayang (sebetulnya nama
ini umum bagi semua bunga palma) atau manggar dalam bahasa Jawa, dipakai
3“Kelapa”, http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa, diakses tanggal 28 Agustus 2014, jam 18.30 WIB.
orang untuk hiasan dalam upacara perkawinan dengan simbol tertentu. Mayang
oleh orang Jawa-Mataraman dipakai sebagai bahan pengganti gori dalam
pembuatan gudeg dan disebut gudeg manggar. Bunga betina atau buah mudanya,
disebut bluluk dalam bahasa Jawa, dapat dimakan. Cairan manis yang keluar dari
tangkai bunga, disebut (air) nira atau legèn (bhs. Jawa), dapat diminum sebagai
penyegar atau difermentasi menjadi tuak. Gula kelapa juga dibuat dari nira ini.
Gambar 2.2. Buah Kelapa
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa
Buah kelapa muda, air di dalamnya dapat diminum.
Gambar 2.3. Bagian Dalam Tempurung Kelapa
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa
Bagian dalam tempurung kelapa, memperlihatkan "daging" buah kelapa,
bahan bakukopra.
Buah kelapa adalah bagian paling bernilai ekonomi. Sabut,
bagian mesokarp yang berupa serat-serat kasar, diperdagangkan sebagai bahan
bakar, pengisi jok kursi, anyaman tali, keset, serta media tanam bagi anggrek.
Tempurung atau batok, yang sebetulnya adalah bagian endokarp, dipakai sebagai
bahan bakar, pengganti gayung, wadah minuman, dan bahan baku
berbagai kerajinan tangan. Es kelapa muda atau es degan.
Endosperma buah kelapa yang berupa cairan serta endapannya yang
melekat di dinding dalam batok ("daging buah kelapa") adalah sumber penyegar
populer. Daging buah muda berwarna putih dan lunak serta biasa disajikan
sebagai es kelapa muda atau es degan. Cairan ini mengandung beraneka enzim
dan memilki khasiat penetral racun dan efek penyegar/penenang. Beberapa kelapa
bermutasi sehingga endapannya tidak melekat pada dinding batok melainkan
tercampur dengan cairan endosperma. Mutasi ini disebut (kelapa) kopyor. Daging
buah tua kelapa berwarna putih dan mengeras. Sarinya diperas dan cairannya
dinamakan santan. Daging buah tua ini juga dapat diambil dan dikeringkan serta
menjadi komoditi perdagangan bernilai ekonomis, yang disebut kopra. Kopra
adalah bahan baku pembuatanminyak kelapa dan turunannya. Cairan buah tua
biasanya tidak menjadi bahan minuman penyegar dan merupakan limbah industri
kopra. Namun, cairan ini dapat dimanfaatkan lagi untuk dibuat menjadi bahan
semacam jelly yang disebut nata de coco dan merupakan bahan campuran
minuman penyegar. Daging buah kelapa juga dapat dimanfaatkan sebagai
penambah aroma pada masakan daging serta dapat dimanfaatkan sebagai obat
rambut yang rontok dan mudah patah.
2.2. Santan Kelapa dan Minyak Kelapa
2.2.1. Santan Kelapa4
Santan adalah cairan berwarna putih susu yang diperoleh dengan cara
pengepresan parutan daging kelapa dengan atau tanpa penambahan air. Rasanya
yang gurih santan disukai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Banyak
masakan khas Indonesia menggunakan santan dalam pengolahannya, misalnya
rendang, sayur lodeh, kolak, kari, opor, dan nasi uduk. Santan merupakan emulsi
lemak dalam air, sehingga hasil ekstraksi santan dipengaruhi oleh cara
4 “Santan Kelapa”, http://medicalera.com/3/26877, diakses tanggal 29 Agustus 2014, jam 22.05
WIB.
pemerasannya. Pemerasan dengan tangan biasa hanya menghasilkan santan
sebanyak 52.9%, dengan waring blender sebanyak 61%, dan dengan peralatan
bertekanan (kempa hidrolik) mampu menghasilkan sebanyak 70.3% santan.
Santan memiliki potensi untuk menggantikan susu sapi, karena santan
tidak mengandung laktosa seperti pada susu sapi. Oleh karena itu, dapat
dikonsumsi penderita lactose intolerant. Komposisi lemak, karbohidrat, putih
telur dan mineral antara santan dengan susu sapi mempunyai nilai yang hampir
sama. Selain itu, kandungan lemak pada santan adalah lemak nabati yang tidak
mengandung kolesterol seperti yang ditemukan pada lemak hewani dalam susu
sapi. Kandungan minyak santan tersusun dari asam lemak rantai pendek
(shortchain) dan medium (medium chain fatty acid =MCFA).
2.2.2. Jenis-jenis Minyak Kelapa5
Berdasarkan cara pembuatannya, ada tiga jenis minyak kelapa antara lain
sebagai berikut.
1. Minyak kelapa industri. Minyak ini dibuat dengan bahan baku kopra melalui
proses RBC (refining, bleaching and deodorizing). Setelah kopra dipres,
dibersihkan, diputihkan, lalu dihilangkan bau tengiknya. Minyak kelapa yang
dijual untuk memasak kerap dicampur dengan minyak sayur lain, sehingga
harganya cukup murah.
2. Minyak kelapa kelentik. Minyak ini dibuat dengan cara tradisional oleh para
petani kelapa atau ibu rumah tangga. Caranya, dengan memasak santan
kelapa hingga minyak terpisah dari blondo (karamel). Kerapkali minyak ini
berwarna kuning sampai kecokelatan, akibat terkontaminasi karamel yang
gosong.
3. Minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO). Minyak ini merupakan
minyak kelapa yang tidak mengalami proses hidrogenasi. Agar tidak
mengalami hidrogenasi, ekstrasi minyak ini dilakukan dengan proses dingin,
5 “Jenis - Jenis Minyak Kelapa”, http : // female.kompas.com / read / 2010 / 03 / 19 / 08205226/
Mengenal. Jenis. Minyak. Kelapa, diakses tanggal 29Agustus 2014, jam 22.12 WIB.
misalnya dengan fermentasi, pancingan, sentrifugasi, pemanasan terkendali,
pengeringan parutan kelapa secara cepat, dan lain-lain.
4. Ada satu produk minyak kelapa yang disebut organik ekstra mengandung
MCT atau Medium Chain Triglyserides. Ini merupakan hasil pengolahan
lebih lanjut dari VCO berkualitas baik melalui proses esterifikasi gliserol
yang diturunkan dari minyak nabati berkadar laurat tinggi dengan asam lemak
rantai sedang. Cara paling sederhana membedakan organik ekstra VCO
mengandung MCT dengan VCO lain adalah dengan merasakannya. Bila
VCO biasa masih terasa sebagai minyak di lidah, VCO MCT terasa seperti
air.
2.2.3. Pengolahan Minyak Kelapa6
2.2.3.1. Pengolahan Minyak Kelapa Cara Basah
Pembuatan minyak dengan cara basah dapat dilakukan melalui
pembuatan santan terlebih dahulu atau dapat juga di pres dari daging kelapa
setelah digoreng. Santan kelapa merupakan cairan hasil ekstraksi dari kelapa parut
dengan menggunakan air. Bila santan didiamkan, secara pelan-pelan akan terjadi
pemisahan bagian yang kaya dengan minyak dengan bagian yang miskin dengan
minyak. Bagian yang kaya dengan minyak disebut sebagai krim, dan bagian yang
miskin dengan minyak disebut dengan skim. Krim lebih ringan dibanding skim,
karena itu krim berada pada bagian atas, dan skim pada bagian bawah.
1. Cara Basah Tradisional
Cara basah tradisional ini sangat sederhana dapat dilakukan dengan
menggunakan peralatan yang biasa terdapat pada dapur keluarga. Pada cara
ini, mula-mula dilakukan ekstraksi santan dari kelapa parut. Kemudian santan
dipanaskan untuk menguapkan air dan menggumpalkan bagian bukan minyak
yang disebut blondo. Blondo ini dipisahkan dari minyak. Terakhir, blondo
diperas untuk mengeluarkan sisa minyak.
2. Cara Basah Fermentasi
6 Dekindo, “Pengolahan Minyak Kelapa”, www. Dekindo. com / content / Proses _ Pengolahan
_ Minyak _ Kelapa.pdf, diakses tanggal 30 Agustus 2014, jam 05.00 WIB.
Cara basah fermentasi agak berbeda dari cara basah tradisional. Pada cara
basah fermentasi, santan didiamkan untuk memisahkan skim dari krim.
Selanjutnya krim difermentasi untuk memudahkan penggumpalan
bagianbukan minyak (terutama protein) dari minyak pada waktu pemanasan.
Mikroba yang berkembang selama fermentasi, terutama mikroba penghasil
asam. Asam yang dihasilkan menyebabkan protein santan mengalami
penggumpalan dan mudah dipisahkan pada saat pemanasan.
3. Cara Basah (Lava Process)
Cara basah lava process agak mirip dengan cara basah fermentasi. Pada cara
ini, santan diberi perlakuan sentrifugasi agar terjadi pemisahan skim dari
krim. Pada proses sentrifugasi, santan diberi perlakuan sentrifugasi pada
kecepatan 3000-3500 rpm. Sehingga terjadi pemisahan fraksi kaya minyak
(krim) dari fraksi miskin minyak (skim). Selanjutnya krim diasamkan,
Selanjutnya krim diasamkan dengan menambahkan asam asetat, sitrat, atau
HCI sampai pH4. Setelah itu santan dipanaskan dan diperlakukan seperti cara
basah tradisional atau cara basah fermentasi, kemudian diberi perlakuan
sentrifugasi sekali lagi untuk memisahkan minyak dari bagian bukan minyak.
Skim santan diolah menjadi konsentrat protein berupa butiran atau tepung.
4. Cara Basah dengan Penggorengan
Pengolahan minyak dengan cara penggorengan, proses ekstraksi minyak
dilakukan dari hasil penggilingan atau parutan daging kelapa dengan langkah
seperti gambar berikut.
Sumber: SIPUK, BI, 2004
Gambar 2.4. Proses Produksi Minyak Kelapa Cara Basah dengan
Penggorengan
Untuk memperoleh mutu minyak kelapa yang lebih baik, biasanya
dilakukan proses refined, bleached, deodorized (RBD). Proses-proses ini dapat
dilakukan dengan:
1. Penambahan senyawa alkali (KOH atau NaOH) untuk netralisasi asam lemak
bebas.
2. Penambahan bahan penyerap warna, biasanya menggunakan arang aktif agar
dihasilkan minyak yang jernih.
3. Pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk menguapkan dan
menghilangkan senyawa-senyawa yang menyebabkan bau yang tidak
dikehendaki.
Dengan bahan baku dua ton daging kelapa segar, akan dihasilkan sekitar
30-35% minyak kelapa atau sekitar 600 kg-700 kg minyak kelapa. Selain
memproduksi minyak kelapa, proses produksi juga menghasilkan produk
sampingan yaitu: bungkil kelapa, sisa pengepresan sebanyak 20%-25% dari total
jumlah bahan baku.
2.2.3.2. Pengolahan Minyak Kelapa Cara Kering
Pembuatan minyak dengan cara kering dapat dilakukan melalui
mengekstrak daging kelapa yang telah dikeringkan atau yang dikenal sebagai
kopra. Untuk menghasilkan minyak dari proses kering dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
1. Cara Pres
Cara pres dilakukan terhadap daging buah kelapa kering (kopra). Proses ini
memerlukan investasi yang cukup besar untuk pembelian alat dan mesin.
Uraian ringkas cara pres ini adalah sebagai berikut:
1. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk kasar.
2. Serbuk kopra dipanaskan, kemudian dipres sehingga mengeluarkan
minyak. Ampas yang dihasilkan masih mengandung minyak. Ampas
digiling sampai halus, kemudian dipanaskan dan dipres untuk
mengeluarkan minyaknya.
3. Minyak yang terkumpul diendapkan dan disaring.
4. Minyak hasil penyaringan diberi perlakuan berikut:
a. Penambahan senyawa alkali (KOH atau NaOH) untuk netralisasi
(menghilangkan asam lemak bebas).
b. Penambahan bahan penyerap (absorben) warna, biasanya
menggunakan arang aktifdan atau bentonit agar dihasilkan minyak
yang jernih dan bening.
c. Pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk menguapkan dan
menghilangkan senyawa-senyawa yang menyebabkan bau yang
tidak dikehendaki.
5. Minyak yang telah bersih, jernih, dan tidak berbau dikemas di dalam
kotak kaleng, botol plastik atau botol kaca.
2. Cara Ekstraksi Pelarut
Cara ini menggunakan cairan pelarut (selanjutnya disebut pelarut saja) yang
dapat melarutkan minyak. Pelarut yang digunakan bertitik didih rendah,
mudah menguap, tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak dan
residunya tidak beracun. Walaupun cara ini cukup sederhana, tapi jarang
digunakan karena biayanya relatif mahal. Uraian ringkas cara ekstraksi
pelarut ini adalah sebagai berikut:
1. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk.
2. Serbuk kopra ditempatkan pada ruang ekstraksi, sedangkan pelarut pada
ruang penguapan. Kemudian pelarut dipanaskan sampai menguap. Uap
pelarut akan naik ke ruang kondensasi. Kondensat (uap pelarut yang
mencair) akan mengalir ke ruang ekstraksi dan melarutkan lemak serbuk
kopra. Jika ruang ekstraksi telah penuh dengan pelarut, pelarut yang
mengandung minyak akan mengalir (jatuh) dengan sendirinya menuju
ruang penguapan semula.
3. Di ruang penguapan, pelarut yang mengandung minyak akan menguap,
sedangkan minyak tetap berada di ruang penguapan. Proses ini
berlangsung terus menerus sampai 3 jam.
4. Pelarut yang mengandung minyak diuapkan. Uap yang terkondensasi
pada kondensat tidak dikembalikan lagi ke ruang penguapan, tapi
dialirkan ke tempat penampungan pelarut. Pelarut ini dapat digunakan
lagi untuk ekstraksi. penguapan ini dilakukan sampai diperkirakan tidak
ada lagi residu pelarut pada minyak.
5. Minyak diberi perlakuan netralisasi, pemutihan dan penghilangan bau.
2.2.4. Manfaat Minyak Kelapa
7Minyak kelapa dapat dimanfaatkan secara langsung menjadi bahan
bakarselayaknya solar. Minyak kelapa memiliki kekentalan 50-60 senti stokes,
sedangkan solar 5 senti stokes. Pada suhu antara 80-90 derajat celcius, minyak
kelapa memiliki kekentalan yang setara dengan solar. Salah satu inovasi yang 7 “Manfaat Minyak Kelapa”, http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_kelapa,diakses tanggal 30
Agustus 2014, jam 05.22 WIB.
dikembang Departemen Teknik Pertanian IPB yaitu dengan memanfaatkan
suhu knalpot untuk mengubah kekentalan minyak kelapa agar sama dengan
solar. Gas buang knalpot memiliki temperatur 350-360 derajat celcius sehingga
diperlukan koil pendingin untuk menurunkan temperatur knalpot. Kemudian
minyak kelapa melalui sebuah selang dialirkan melalui knalpot sebelum menuju
ke ruang pembakaran mesin diesel.
Cara seperti ini tentunya lebih murah dibandingkan dengan memanfaatkan
kokodiesel, yaitu minyak kelapa yang telah melalui proses industri untuk diubah
menjadi biodiesel. Harga kokodiesel saat ini berkisar Rp. 10.000 per liter,
sedangkan minyak kelapa yang tidak melalui proses pengolahan bisa jauh lebih
murah. Selain itu, kelapa merupakan tanaman yang umum tumbuh di daerah
pesisir, menjadikannya sumber bahan bakar yang potensial baginelayan setempat
yang cenderung mengalami kesulitan bahan bakar, baik masalah harga maupun
ketersediannya.
8Berikut beberapa manfaat minyak kelapa, antara lain:
1. Minyak kelapa memperlambat proses pencernaan, membuat Anda merasa
kenyang lebih lama dan meminimalkan makan mengakibatkan penurunan
berat badan yang cepat.
2. Gunakan untuk memoles peralatan stainless steel dengan menerapkan dengan
kain lembut dalam gerakan melingkar.
3. Gunakan sebagai make up remover. Ini sangat bagus untuk melepas riasan
mata
4. Mengobati psoriasis dan eksim dengan itu.
5. Terapkan sebagai kondisioner untuk rambut Anda. Hanya biarkan selama 5-
10 menit, dan rambut Anda akan mengkilap dan terhidrasi. Pastikan untuk
bilas!
6. Gunakan di tempat parfum selama musim panas untuk aroma tropis ringan.
7. Gunakan untuk mengurangi rambut keriting.
8. Gosokkan ke dalam kulit untuk melembutkan kulit kasar dan kering.
8 Ahmad, “Manfaat Minyak Kelapa”, http://alternative-1st.com/2013/08/manfaat-
menakjupkan-dari-minyakkelapa.html, diakses tanggal 30 Agustus 2014, jam 05.31 WIB.
9. Gunakan sebagai pelembab total tubuh dan membuat kulit lebih bersinar.
10. Gunakan pada talenan kayu minyak menciptakan lapisan dan
mempertahankan kayu.
11. Meningkatkan fungsi usus yang tepat dan meringankan wasir.
12. Gunakan sebagai pasta gigi alami bila dicampur dengan baking soda.
13. Gunakan untuk meredakan puting retak saat menyusui.
14. Meredakan dan menyembuhkan gangguan pencernaan, maag, radang usus,
IBS, dan penyakit Crohn.
15. Menstabilkan gula darah dan produksi insulin.
16. Gunakan minyak kelapa untuk melawan pilek karena memiliki sifat antivirus.
17. Telah ditemukan untuk menngurangi tekanan darah tinggi.
18. Gunakan untuk membantu menenangkan setiap gangguan kulit atau iritasi
kulit.
19. Sebuah alternatif untuk diggunakan sebagai mentega popcorn.
20. Monolarium dalam minyak kelapa telah terbukti meningkatkan fungsi
kekebalan tubuh.Sebuah alternatif untuk mentega untuk memanggang kue,
permen dan permen lainnya.
21. Gunakan sebagai alternatif alami untuk tabir surya.
22. Membuat rambut Anda lebih bersinar .
23. Gunakan untuk menenangkan kulit Anda setelah waxing atau mencabut.
24. Gunakan untuk menyembuhkan luka dan goresan.
25. Membantu pencernaan dan menghilangkan sakit maag dengan mengkonsumsi
satu sendok makan.
26. Oleskan ke wajah Anda untuk menyingkirkan jerawat..
27. Gunakan untuk melembutkan kutikula.
28. Oleskan minyak kelapa sebagai krim kaki setelah pedikur.
29. Ambil internal untuk meningkatkan metabolisme Anda dan dukungan
penurunan berat badan.
30. Gunakan sebagai alternatif krim ruam popok bayi.
31. Gunakan sebagai minyak pijat.
32. Oleskan untuk telinga Anda untuk menenangkan setiap iritasi yang
disebabkan oleh memakai anting-anting.
33. Lakukan eksfoliasi bibir Anda dengan mencampur sedikit minyak kelapa
dengan gula merah atau biasa. Scrub lembut untuk bibir lembut
halusdan menyembuhkan bibir pecah-pecah parah..
34. Gunakan untuk menyembuhkan tumit retak dan siku.
35. Menyebar roti bakar di tempat mentega. Rasanya lebih baik dengan madu
mentah sedikit.
36. Gunakan untuk meringankan sengatan matahari menyakitkan.Gunakan untuk
mencegah stretch mark selama kehamilan.
37. Melembutkan kapalan dengan itu sebelum pengelupasan kaki Anda.
38. Gosok ke kepala bayi untuk menghilangkan cradle cap.
39. Menambahkannya ke air mandi untuk ultra-pelembap kulit .
40. Menenangkan sakit tenggorokan dengan menambahkannya ke teh panas.
41. Gunakan untuk mengobati infeksi jamur atau ragi.Gunakan untuk
meningkatkan tingkat metabolisme, menstabilkan berat badan, dan
mengendalikan nafsu memakan makanan.
42. Gunakan dalam setiap hidangan saat memanggang atau menggoreng sebagai
bumbu membuat makanan apapun.
43. Meringankan refluks asam, mengurangi penyakit kandung empedu.
44. Menghentikan rasa sakit, perih, dan gatal bug dan gigitan ular.Ini membantu
mengurangi garis-garis halus keriput dan lingkaran hitam di bawah mata.
45. Nutrisi dan asam amino bagi kulit.
46. Gunakan untuk menghilangkan kutu.Gunakan pada dashboard mobil Anda
dan hiasan untuk bersinar alami.
47. Campur dengan minyak sereh atau minyak pohon teh untuk pembasmi
serangga alami .
48. Gunakan sepatu kulit untuk bersinar alami besar dan pelindung.
49. Gunakan untuk membantu mengobati diabetes.
50. Gunakan sebagai kayu non-toksik dan alami noda dan sealer untuk
perkebunan kayu di luar ruangan.
51. Gunakan pada sink stainless steel untuk bersinar besar dan pelindung.
52. Jika Anda memiliki karpet dengan permen karet terjebak di dalamnya,
gunakan minyak kelapa untuk menghapusnya.
53. Gunakan pada engsel jendela dan pintu berderit.
54. Dicampur dengan soda kue, minyak kelapa membuat pasta gigi yang efektif .
55. Menggunakannya sebagai campuran alami ketombe pada kulit kepala Anda.
2.2.5. Analisis Parameter Minyak Kelapa9
Rindengan dan Novarianto (2004), menyatakan bahwa sifat fisik dan
kimia merupakan parameter yang sangat berguna untuk menentukan penggunaan
yang tepat dari minyak tersebut.
a. Sifat fisik minyak terdiri dari warna, titik didih, titik awal mencair (shot
melting point), berat jenis, indeks bias, titik asap, titik nyala, titik api, titik
kekeruhan, titik cair dan polimorfisme, serta bau dan rasa. Sifat fisik lain
diantaranya banyak digunakan untuk mengevaluasi minyak setelah melewati
suatu proses pengolahan, misalnya pemanasan. Untuk minyak kelapa murni,
sifat fisik yang perlu diketahui adalah warna, kekentalan, titik cair, titik asap
dan indeks bias.
b. Sifat kimia yang paling penting adalah sifat terhidrolisis dan teroksidasi
yang masing-masing dapat ditentukan dengan mengukur bilangan asam dan
bilangan peroksida. Sifat kimia lainnya adalah jenis asam lemak yang
ditentukan dengan bilangan penyabunan. Sementara sifat kejenuhannya
ditentukan dengan bilangan iodin.
Minyak kelapa murni memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan minyak nabati lainnya seperti minyak sawit, minyak kedelai, minyak
jagung dan miyak bunga matahari, yaitu pada kandungan asam lemak jenuhnya
tinggi, komposisi asam lemak rantai mediumnya tinggi dan berat molekulnya
rendah (Rindengan dan Novarianto, 2004).
9 Ananda, “Analisis Parameter Minyak Kelapa”, http://anandagagan.com/2010/03/normal-0-
false-false-false-en-us-x-none.html, diakses pada tanggal 30 Agustus 2014, jam 05.45 WIB.
2.2.6. Standar Mutu Minyak Kelapa10
Minyak yang dihasilkan dari proses manapun yang digunakan selayaknya
aman untuk dikonsumsi sesuai Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Standar Mutu Minyak Goreng Berdasarkan SNI-3741-2013
No Kriteria Persyaratan
1 Bau dan Rasa Normal
2 Warna Normal
3 Kadar Air Max 0,15%
4 Bilangan Asam Max0,6 mg KOH/g
5 Bilangan Peroksida Max 10 mek O2/kg
6. Asam linolenat dalam komposisi
asam lemak minyak
Max 2%
7 Cemaran Logam Max 0,1 mg/kg kecuali kadmium,
timah dan raksa
Sumber: http://www.academia.edu/4506592/21744_SNI_3741_2013_minyakgoreng_web
2.2.7. Kandungan Minyak Kelapa11
Analisa nilai nutrisi daging buah kelapa dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Nilai Nutrisi Daging Buah Kelapa
No Kandungan Nutrisi Nilai Kandungan Nutrisi
1 Air 90,59 %
2 Kalori 437 kkal/ 100 g
3 Minyak 26,67 %
Tabel 2.5. Nilai Nutrisi Daging Buah Kelapa (Lanjutan)
No Kandungan Nutrisi Nilai Kandungan Nutrisi
10 “Standar Mutu Minyak Kelapa”,
http://www.academia.Edu/4506592/21744_SNI_3741_2013_minyak_goreng_web, diakses pada
tanggal 30 Agustus 2014, jam 06.00 WIB.11 “Kandungan Minyak Kelapa”,http://wartawarga.gunadarma.ac.id/1010.05/tanaman-kelapa-
sebagai-tanaman-obat/, diakses pada tanggal 30 Agustus 2014, jam 06.13 WIB.
4 Protein 10,67 %
5 Serat Kasar 3,98 %
6 Karbohidrat 38,45 %
7 Pati 13,53 %
8 Glukosa 24,92 %
9 Isoleusin 2,5 g/ 16 N
10 Leusin 4,9 g/ 16 gN
11 Lisin 2,7 g/ 16 gN
12 Metionin 1,5 g/ 16 gN
13 Threosin 2,3 g/ 16 gN
14 Tripthopan 0,6 g/ 16 gN
15 Valin 3,8 g/ 16 g
16 Fe (Besi) 17 ppm
17 Cu (Tembaga) 3,2 ppm
18 Sulfur 4,4 ppm
19 Posfat 2,4 ppm
20 Vitamin C 10 ppm
21 Vitamin B 15 UI
22 Vitamin E 2 ppm
Sumber:http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/tanaman-kelapa-sebagai-tanaman-obat/
Minyak kelapa sangat mudah dicerna dan diabsorbsi tubuh karena
mengandung trigliserida yang tersusun dari lemak rantai sedang (C6-C12).
Komposisi asam lemak dalam minyak kelapa adalah C8 5-%, C10 6 - 10% dan
C12 44 - 45% (total 55-65% asamlemak rantai sedang). Trigliserida asam lemak
rantai sedang dapat digunakan untuk mengatasi hiperlipidemia dan kegemukan
serta dapat digunakan dalam ransum untuk pasien pasca bedah dan bayi prematur.
Daging buah kelapa juga mengandung 0,2 mg vitamin E (sebagai senyawa
antioksidan yang larut dalam lemak), namun proses produksi minyak secara
konvensional yang biasanya mengaplikasikan panas dan tekanan serta mengurangi
kandungan tokoferol dalam hasil akhir.
2.2.8. Jenis Pengujian Minyak Kelapa12
Jenis-jenis lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan sifat-
sifatnya. Pengujian sifat-sifat lemak dan minyak ini meliputi:
1. Penentuan Angka Penyabunan
Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara
kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek
berarti mempunyai berat molekul yang relatif kecil, akan mempunyai angka
penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul
yang besar, maka angka penyabunan relatif kecil. Angka penyabunan ini
dinyatakansebagai banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan satu gram lemak atau minyak. 22
Angka penyabunan =
( volume blanko-volume sampel ) x NHCl x Mr KOHmassa sampel (gram )
2. Penentuan Angka Ester
Angka ester menunjukkan jumlah asam organic yang bersenyawa sebagai
ester. Angka ester dihitung dengan selisih angka penyabuanan dengan angka
asam.
Angka ester = angka penyabunan – angka asam.
3. Penentuan Angka Iodine
Penentuan iodine menunjukkan ketidakjenuhan asam lemak penyusunan
lemak dan minyak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iodium dan
membentuk senyawaan yang jenuh. Banyaknya iodine yang diikat
menunjukkan banyaknya ikatan rangkap yang terdapat dalam asam lemaknya.
Angka iodine dinyatakan sebagai banyaknya iodine dalam gram yang diikat
oleh 100 gram lemak atau minyak.
4. Angka peroksida
12 Netti, “Jenis-jenis Pengujian Minyak Kelapa”, http://download/ft/tkimia-Netti.pdf, diakses
tanggal 30 Agustus 2014, jam 0615 WIB.
Kerusakan lemak atau minyak yang utama adalah karena peristiwa oksidasi
dan hidrolitik, baik enzimatik maupun nonenzimatik. Diantara kerusakan
minyak yang mungkin terjadi ternyata kerusakan karena autoksidasi yang
paling besar pengaruhnya terhadap cita rasa. Bau tengik atau rancid pada
minyak disebabkan karena adanya aldehid dan keton. Untuk mengetahui
tingkat kerusakan minyak dapat dinyatakan sebagai angka peroksida. Angka
peroksida dinyatakan dalam miliequivalen dari peroksida dalam setiap 1000 g
minyak atau lemak. Cara yang sering digunakan untuk menentukan bilangan
peroksida berdasarkan pada reaksi antara alkali iodida dalam larutan asam
dengan ikatan peroksida.
Angka peroksida = mL titrasi (sampel – blanko) N Na2S2O3 x 1000
Berat sampel (g)
5. Pengujian Angka Asam
Angka asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam
suatu lemak atau minyak.Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram
NaOH/KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang
terdapat dalam satu gram lemak atau minyak.
Rumus untuk menentukan bilangan asam adalah:
Bilangan asam =
V KOH x N KOH x Mr KOHmassa sampel (gr )
6. Penetuan Kadar Minyak
Penentuan kadar air dalam minyak dapat dilakukan dengan cara
thermogravimetri atau cara thermovolumetri. Adapun rumus untuk
menentukan kadar air adalah:
Kadar air =
A - FA x 100 %
2.2.9 Rendemen Minyak Kelapa13
13 “Rendemen Minyak Kelapa”, http://id.wikipedia.org/wiki/Rendemen_kimia, diakses tanggal 1
September 2014, jam 04.32 WIB.
Rendemen minyak kelapa adalah persentase rata-rata minyak kelapa
yang dihasilkan dari berat daging kelapa setiap butir kelapa. Rumus untuk
menghitung rendemen minyak kelapa yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
Rendemen =
Jumlah minyak yang diperolehJumlah santan yang digunakan X 100%
2.3 Peta Kerja14
Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas (biasanyaa kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa
melihat semua langkah atau kejadian yang dialami suatu benda kerja dari mulai
dari masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku), kemudian menggambarkan semua
langkah yang dialaminya, seperti transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan
perakitan sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap atau
merupakan bagian dari suatu produk lengkap atau merupakan bagian dari suatu
produk lengkap. Apabila kita melakukan studi yang seksama terhadap suatu peta
kerja dari suatu proses produksi akan lebih muda dilaksanakan.
2.3.1 Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)15
Peta ProsesOperasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan
langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan
operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi produk jadi utuh
maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi-informasi yang
diperlukan untuk analisa lebih lanjut seperti waktu yang dihabiskan, material yang
digunakan, dan tempat atau alat mesin yang dipakai. Jadi dalam suatu Peta Proses
Operasi, dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan operasi dan pemeriksaan saja,
kadang-kadang pada akhir proses dicatat tentang penyimpanan.
Kegunaan dan informasi yang diberikan oleh peta proses operasi antara
lain:
1. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.
14 Sutalaksana (et.al.),1979, Teknik Tata Cara Kerja, ITB, Bandung, hlm 15.15 Ibid., hlm. 21
2. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan memperhitungkan
efisiensi di tiap operasi/pemeriksaan).
3. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.
4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai.
5. Sebagai alat untuk latihan kerja.
Berikut adalah prinsip-prinsip yang harus diikuti dalam pembuatan peta
proses operasi yaitu:
1. Pada baris paling atas dinyatakan jenis peta yaitu Peta Proses Operasi yang
diikuti oleh identifikasi lain seperti: nama objek, nama pembuat peta, tanggal
dipetakan, cara sekarang atau usulan, nomor peta dan nomor gambar.
2. Material yang akan diproses dituliskan di atas garis horisontal, yang
menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.
3. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, dari atas ke bawah sesuai
urutan prosesnya.
4. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai
dengan urutan proses terkait
5. Penomoran terhadap kegiatan pemeriksaan diberikan tersendiri dan prinsipnya
sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.
Berikut adalah contoh dari Operation Proses Chart:
Gambar 2.5.Operation Process Chart
Sumber: Sultalaksana, Teknik Perancangan Sistem Kerja.
2.3.2 Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)16
Peta Aliran Proses adalah suatu diagram yang menunjukkan urutan-
urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang
terjadi selama satu proses atau prosedur berlangsung, serta didalamnya memuat
pula informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang
dibutuhkan dan jarak perpindahan. Waktu dalam jam, dan jarak perpindahan
biasanya dinyatakan dalam meter, walaupun hal ini tidak terlampau mengikat.
Metoda penggambaran ini hampir sama dengan Peta Proses Operasi (Operation
Process Chart) hanya saja di sini akan jauh lebih detail dan lengkap. Tidak seperti
Peta Proses Operasi yang hanya menggambarkan aktivitas yang produktif
(kegiatan operasi dan inspeksi), maka Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)
16Ibid., hlm. 28
juga akan menggambarkan aktivitas-aktivitas yang tidak produktif seperti
transportasi (material handling), delay/idle, dan penyimpanan. Cara
penggambarannya akan menggunakan semua simbol ASME yang pernah
diuraikan sebelumnya. Demikian penggambaran akan dilaksanakan secara vertikal
dari atas ke bawah.
Pada prinsipnya Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) hampir sama
dengan Peta Proses Operasi (Operation Process Chart). Perbedaan yang pokok
adalah dalam penggunaan simbol-simbol ASME dimana untuk Peta Aliran Proses
semua simbol akan digambarkan dengan jelas untuk menggambarkan aliran
proses kerja saat awal sampai ke akhir proses. Dengan demikian di sini akan ada
tiga tambahan simbol yang dipakal yaitu simbol panah (transportasi), simbol
setengah lingkaran atau huruf "D" (delay) dan simbol segitiga terbalik (storage)
yang digambarkan baik untuk awal maupun akhir proses, ini adalah langkah-
langkah proses baik yang bersifat produktif (operasi atau pemeriksaan) maupun
tidak produktif (menunggu, memindahkan, menyimpan) dari awal sampai akhir
kegiatan dalam penggambaran peta proses operasi akan diketahui atau bisa
diuraikan secara detail.
Berikut ini adalah kegunaan peta aliran proses yaitu:
1. Bisa digunakan untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang melalui
awal masuk dalam suatu proses atau prosedur sampai aktivitas berakhir.
2. Peta ini bisa memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu
proses atau prosedur.
3. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau
dilakukan orang selama proses atau prosedur berlangsung.
4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode kerja.
5. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau
dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.
6. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan.
Berikut adalah contoh dari Flow Process Chart:
Gambar 2.6. Flow Process Chart
Sumber: Sultalaksana, Teknik Perancangan Sistem Kerja
2.3.3 Diagram Aliran (Flow Diagram)17
Diagram Aliran merupakan suatu gambaran menurut skala dari susunan
lantai dan gedung, yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi
dalam peta aliran proses. Aktifitas yang berarti terjadi pergerakan suatu material
atau orang dari suatu tempa, dinyatakan oleh garis aliran dalam diagram tersebut.
Meskipun Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) telah mampu
memberikan informasi yang tepat dan mendetail mengenai proses kerja yang
berlangsung, akan tetapi peta ini masih belum dianggap mampu menunjukkan
suatu gambaran yang jelas mengenai aliran proses yang sebenarnya dalam suatu
pabrik. Untuk menambahkan kejelasan maka diperlukan tambahan informasi yang
17Ibid., Hal. 37
berupa gambar atau sktesa (dalam skala tertentu) yang menunjukkan area kerja
pabrik dimana proses tersebut berlangsung. Cara ini akan memberikan akan
gambaran visual yang lebih jelas sebelum diambil keputusan perubahan langkah-
langkah kerja. Sebagai contoh, sebelum keputusan tentang apakah proses
transportsai atau pemindahan material dapat diperpendek jaraknya maka perlu
secara nyata diketahui peta ruangan tempat proses berlangsung sehingga
perubahan material handling akan dapat dianalisa dengan sebaik-baiknya.
Berikut ini adalah kegunaan diagram aliran:
1. Lebih memperjelas suatu peta aliran proses, apalagi jika arah aliran
merupakam faktor yang penting. Dengan adanya tambahan informasi
tersebut, maka makin mudah dilakukan perbaikan. Tambahan informasi
tersebut berguna sebagai bahan analisa untuk memperpendek jarak
perpindahan.
2. Menolong dalam perbaikan tata letak tempat kerja. Diagram aliran
menunjukkan dimana tempat-tempat penyimpanan, stasiun pemeriksaan dan
tempat-tempat kerja dilaksanakan. Diagram aliran juga menunjukkan
bagaimana arah gerakan berangkat kembalinya suatu material atau seorang
pekerja.
Berikut ini adalah contoh dari Flow Diagram:
Gambar 2.7.Flow Diagram
Sumber: Sultalaksana, Teknik Perancangan Sistem Kerja
2.4 Neraca Bahan (Material Balance)18
Material Balance menunjukkan analisa kuantitatif terhadap material
input, output dan waste/limbah setiap tahapan proses produksi. Hubungan neraca
bahan dengan model matematika sangat erat, karena dari konsep verbal, proses
perpindahan dapat dianalisis dengan menggunakan model matematik.
Neraca bahan adalah alat yang penting dalam teknologi proses. Pada umumnya
neraca bahan digunakan bioreactor secara batch dan continuou.
Prosedur pembuatan neraca bahan adalah sebagai berikut:
1. Siapkan sistem diagram alir (flow sheet) proses produksi dimana neraca bahan
akan dibuat.
18 Marlina, “ Neraca Bahan”, http://winnyalnamarlina.com/2011/08/virgin-coconut-oil.html,
diakses tanggal 1 September 2014, jam 04.46 WIB.
2. Letakkan semua informasi dan data yang akan digunakan pada diagram alir.
3. Susun persamaan reaksi yang terjadi dalam proses.
4. Pilih sebagai dasar semua perhitungan.
Hal-hal tersebut dapat diselesaikan dengan hukum kekelan massa, yaitu:
“massa tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan dalam perubahan massa”. Dalam
setiap reaksi ataupun proses, total massa pereaksi sama dengan total massa produk
(produk dan limbah). Unsur massa yang masuk ke dalam reaksi sama dengan
unsur sebagai produk.
Dalam membuat material balance untuk sebuah proses, kita terlebih
dahulu harus menentukan apa yang sedang dibuat material balance-nya, dan
menguraikan batas-batasnya. Yang dimaksud dengan sistem adalah seluruh
rangkaian proses yang dikemukakan secara khusus untuk analisis.
Rumus kesetimbangan material adalah total massa masuk sama
dengantotal massa keluar.
2.5 Analisis Biaya19
Analisis biaya biasanya digunakan untuk mencari tingkat laba yang
maksimum. Misalkan saja laba adalah π dan merupakan selisih antara pendapatan,
yaitu perkalian antara harga, P dengan kuantita yang terjual, Q dan biaya-biaya
adalah C. Jadi π = PQ-C.
2.5.1 Biaya20
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu
proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang
berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya terbagi menjadi
dua, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya yang
terlihat secara fisik, misalnya berupa uang.Sementara itu, yang dimaksud dengan
biaya implisit adalah biaya yang tidak terlihat secara langsung, misalnya biaya
kesempatan dan penyusutan barang modal.
19Sukanto Reksohadiprodjo, 1984, Manajemen Produksi, BPFE, Yogyakarta, hlm 261.20“Biaya”,http://id.wikipedia.org/wiki/Biaya, diakses tanggal 1 September 2014, jam 04.52 WIB.
2.5.2. Penentuan Harga Pokok Produksi21
Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk
memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Terdapat
dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.
1. Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
2. Variabel Costing
Variabel costing merupakkan metode penentuan harga pokok produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam
harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
Perbedaan pokok antara metode full costing dan variabel costing
sebetulnya terletak pada perlakuan biaya tetap produksi tidak langsung. Dalam
metode full costing dimasukkan unsur biaya produksi karena masih berhubungan
dengan pembuatan produk berdasar tarif (budget), sehingga apabila produksi
sesungguhnya berbeda dengan budgetnya maka akan timbul kekurangan atau
kelebihan pembebanan. Tetapi pada variabel costing memperlakukan biaya
produksi tidak langsung tetap bukan sebagai unsur harga pokok produksi, tetapi
lebih tepat dimasukkan sebagai biaya periodik, yaitu dengan membebankan
seluruhnya ke periode dimana biaya tersebut dikeluarkan sehingga dalam variabel
costing tidak terdapat pembebanan lebih atau kurang.
Adapun unsur biaya dalam metode full costing terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang sifatnya
tetap maupun variabel. Sedangkan unsur biaya dalam metode variabel costing
21 Hasyim, “Harga Pokok Produksi”, http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/05/21/metode-
penentuan-harga-pokok-produksi/, diakses tanggal 1 September 2014, jam 05.04 WIB.
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik yang sifatnya variabel saja dan tidak termasuk biaya overhead pabrik tetap.
Dalam praktiknya, variable costing tidak dapat digunakan secara eksternal
untuk kepentingan pelaporan keuangan kepada masyarakat umum atau tujuan
perpajakan.
2.6. Energi Penguapan22
Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan
bertambah (sistem akan terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya,
jika kalor diambil dari sistem, volume dan suhu sistem akan berkurang (sistem
tampak mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip ini merupakan hukum alam
yang penting dan salah satu bentuk dari hukum kekekalan energi. Sistem yang
mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang mengalami
perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang
diberikan kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan
mengalami perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan
energi dalam termodinamika atau disebut hukum I termodinamika. Secara
matematis, hukum I termodinamika dituliskan sebagai :
Q = W + ∆U
Dimana Q adalah kalor , W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi
dalam. Jika menggunakan panas penguapan untuk mengukur kekuatan gaya
antarmolekul, bahwa gaya-gaya tersebut mungkin tetap ada dalam fase gas
(seperti pada kasus air), sehingga nilai perhitungan kekuatan ikatan akan menjadi
terlalu rendah. Hal ini terutama ditemukan pada logam, yang sering membentuk
molekul ikatan kovalen dalam fase gas. Dalam kasus ini, perubahan entalpi
standar atomisasi harus digunakan untuk menemukan nilai energi ikatan yang
sebenarnya. Formula kalor uap yaitu:
Q = m x U
22 Agus Koesowihardmojo, “Energi Penguapan”, http:// aktifisika. wordpress. com/ 2009/ 02/ 25/
termodinamika/,, diakses pada tanggal 1 September 2014, jam 05.09 WIB.
dimana:
Q = Kalor yang diterima suatu zat (Joule)
m = Massa Zat (Gram, Kilogram)
U = Kalor uap zat (Joule/ kilogram)
Gambar 2.8. Tabel Properti Dinamika untuk Penguapan
Sumber: https://nurulimantmunib.wordpress.com/tag/enthalpy/
2.7. Efisiensi Mesin23
Efisiensi mesin mengacu pada kemampuan mesin untuk mengubah
energi yang tersedia dari bahan bakar menjadi tenaga gerak yang berguna. Mesin
bensin modern beroperasi pada rata-rata sekitar 20 sampai 30 persen efisiensi.
Sisa 70 sampai 80 persen energi dari bensin dikeluarkan dari mesin baik sebagai
panas, energi suara mekanik, atau gesekan. Pada saat tidak sedang berjalan,
efisiensi mesin adalah nol karena mesin tidak menggerakkan kendaraan dan hanya
mengoperasikan aksesoris, seperti pompa air dan generator.
Dibanding mesin bensin, mesin diesel dianggap lebih efisien. Mesin diesel
menggunakan kompresi tinggi pada silinder untuk menyalakan bahan bakar.
Kompresi lebih tinggi ini membuat mesin diesel memiliki efisiensi sekitar 40
persen. Efisiensi ini lazimnya hanya tercapai pada mesin diesel jenis injeksi
langsung.
Rasio kompresi mesin juga akan mempengaruhi efisiensi mesin. Hal ini
disebabkan, sebagian, karena kemampuan mesin untuk mengubah panas dari
proses pembakaran untuk menghasilkan energi.
Semakin tinggi rasio kompresi, semakin baik efisiensi mesin secara
keseluruhan. Jumlah oksigen yang mampu diserap mesin mempengaruhi
kemampuannya untuk beroperasi secara lebih efisien. Ini adalah alasan mengapa
nitrous oxide ditambahkan ke dalam sistem bahan bakar mesin bensin.
Nitrous oxide menambahkan molekul oksigen ke dalam ruang bakar,
sehingga lebih banyak bahan bakar yang terbakar. Hal ini pada gilirannya
membuat mesin beroperasi lebih efisien. Jenis bahan bakar juga turut
mempengaruhi efisiensi. Bensin dengan oktan lebih tinggi akan memungkinkan
mesin untuk beroperasi dengan rasio kompresi yang lebih tinggi yang berarti
meningkatkan efisiensi.
Bahan bakar seperti nitrometana menghasilkan oksigen, sehingga
menciptakan tenaga mesin lebih besar akibat lebih banyak bahan bakar yang
terbakar.
23 Ardi, “Efisiensi Mesin”, http://www.amazine.co/25918/apa-itu-efisiensi-mesin-perbandingan-
mesin-diesel-bensin/, diakses pada tanggal 1 September 2014, jam 04.16 WIB.
2.8. 24Ekstraksi Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) dari Kulit Biji Mete
dengan Menggunakan Metode Pengepresan
2.8.1. Pendahuluan
Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L) merupakan salah satu
komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi (Simpen, 2008).
Namun, pemanfaatannya yang masih terbatas yang hanya pada biji metenya saja,
terutama pemanfaatannya sebagai makanan ringan dan untuk bahan pengisi kue.
Kandungan organik buah jambu mete dalam 100 gram bahan adalah 82.5 gram
air, 0.7 g protein, lemak 0.6 g, karbohidrat 15.9 g, mineral 0.3 g, 197 mg vitamin
C, serta kadar vitamin yang terkandung di dalamnya cukup kecil (Jumari, 2009).
Produksi mete Indonesia setiap tahun diperkirakan sebanyak 146.000 ton.
Sekitar 42% dari produksi tersebut diekspor dalam bentuk gelondong mete, 10%
diekspor setelah dikacip menjadi kacang mete, dan 48% dikonsumsi di dalam
negeri. Pada posisi seperti ini, Indonesia sebenarnya merugi karena hilangnya
nilai tambah dari pengolahan gelondong mete menjadi kacang mete dan produk
sampingnya seperti CNSL yang merupakan hasil ekstraksi dari kulit mete yang
banyak digunakan sebagai bahan baku industri (Anonim, 2007).
CNSL bersifat viscous, lekat-lekat kental, berwarna coklat kehitaman,
pahit, pedas, sangat reaktif dalam reaksi oksidasi maupun polimerisasi. CNSL
merupakan minyak yang tersusun dari senyawa fenolat kompleks dengan rantai
karbon panjang bercabang dan tidak jenuh (Ketaren, 1986).
CNSL dapat dihasilkan dengan cara pemanggangan, pengepresan
(pressing) atau ekstraksi menggunakan pelarut kimia. Bila menggunakan cara
proses pemanggangan pada suhu tinggi mutu CNSL yang dihasilkan rendah dan
warnanya cenderung gelap. Kemudian jika menggunakan cara pengepresan
diperlukan perlakuan pendahuluan yang memakan waktu cukup lama. Selain itu,
minyak masih tersisa pada ampas berkisar 10% dan kandungan air juga masih
tinggi. Sedangkan, kalau dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut kimia akan
dapat dihasilkan minyak dengan kualitas lebih baik dibanding menggunakan cara
24Lukas Budi Warsono, “Ekstraksi Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) dari Kulit Biji Mete dengan Menggunakan Metode Pengepresan”, Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2013.
pemanggangan dan pengepresan, tetapi membutuhkan biaya yang cukup mahal
(Ketaren, 1986).
Simpen (2008) menyatakan, bahwa hasil penelitian mengenai produksi
CNSL sudah pernah dilakukan dengan melalui cara pengepresan pada tekanan
200 kg/cm2 dan temperatur proses 125oC. Namun, rendemen yang dihasilkan
masih cukup rendah (19,6%) dan apabila dilakukan pada temperatur proses relatif
tinggi (di atas 70oC) diduga akan dihasilkan CNSL dengan kualitas rendah karena
akan lebih banyak mengandung anakardol dibandingkan anakardat.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mesin screw press, Oven,
Baskom, eksikator, timbangan, neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,001
g, piknometer, viskometer, seperangkat alat titrasi dan peralatan gelas untuk
analisa.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelondong kulit biji
mete diperoleh dari Wonogiri, Jawa Tengah. Bahan – bahan yg digunakan dalam
analisis antara lain aquades, alkhohol, kalium hidrosida (KOH) 0.1 N dan 0.5 N,
asam klorida (HCl) 0.5 N, chloroform, iod bromide, Kl 10% , natrium thiosulfat
(Na2S2O3) 0.1 N dan larutan pati.
2.8.2. Tahapan Penelitian
Gelondong kulit disortasi terlebih dahulu dan diambil 2 kg. Selanjutnya
dilakukan pengecilan ukuran dengan mencacahnya kira-kira berukuran 1-3 cm.
Kemudian dipanaskan di oven dengan variasi suhu dan waktu. Perlakuan yang
dilakukan adalah suhu 60o, 70o, 80o C dengan perbandingan 10, 20, dan 30
menit.
Ekstraksi CNSL dari kulit biji mete menggunakan metode pengepresan
dengan mesin screw press bertekanan 200 kg/cm2. Lama pengepresan kurang
lebih 5-10 menit. Setelah selesai proses pengepresan kemudian dilakukan
penghitungan terhadap rendemen. Kemudian dilakukan juga analisis lain yang
bertujuan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas dari minyak CNSL yang
dihasilkan.
2.8.3. Hasil dan Pembahasan
Persiapan bahan untuk proses ekstraksi adalah pengecilan ukuran.
Pengecilan ukuran dilakukan pembelahan kulit biji mete menjadi 2-4 bagian
tergantung besar kecilnya ukuran kulit biji mete. Alat untuk mengecilkan ukuran
menggunakan pisau potong yang dilakukan secara manual. Setelah pengecilan
ukuran kemudian dilakukan analisa kadar air bahan. Kadar air awal bahan kulit
biji mete adalah 12.3% dan nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai kadar
air kulit biji mete standar india yaitu sebesar 13.17%. Air merupakan komponen
yang hampir terdapat dalam setiap zat. Air berperan sebagai media tempat
terjadinya proses kimiawi, biologis, fisik maupun mikroorganisme.
Menurut wooddroof (1979) di dalam Wahyuningsih (2000), dengan kadar
air kulit biji mete sebesar 7,20% maka kulit biji ini akan aman disimpan dan siap
digunakan dalam proses pengolahan selanjutnya. Dalam produksi CNSL,
besarnya kadar air dari kulit biji mete perlu dikendalikan, terutama pada saat akan
dilakukan proses ekstraksi. Bernardini (1982) di dalam Wahyuningsih (2000)
menambahkan, dalam proses ekstraksi dengan metode pengempakan, kadar air
optimum bahan adalah 9.00%. Hal ini dimaksudkan agar sel-sel yang
mengandung CNSL lebih permeabel, selain itu kandungan air yang cukup akan
memudahkan terjadinya proses denaturasi protein pada dinding sel sehingga
memudahkan untuk mengeluarkan CNSL ke permukaan kulit biji mete.
Ekstraksi minyak adalah proses pemisahan minyak dari bahan-bahan yang
diduga mengandung minyak Ketaren (1986). Sebelum dilakukan ekstraksi
dilakukan pengadukan atau pencampuran agar bahan homogen. Kemudian
sebelum diekstraksi dilakukan perlakuan awal dengan kombinasi A1 (suhu 60 ºC
dan waktu 10 menit), A2 (suhu 60 ºC dan waktu 20 menit), A3 (suhu 60 ºC dan
waktu 30 menit), B1 (suhu 70 ºC dan waktu 10 menit), B2 (suhu 70 ºC dan waktu
20 menit), B3 (suhu 70 ºC dan waktu 30 menit), C1 (suhu 80 ºC dan waktu 10
menit), C2 (suhu 80 ºC dan waktu 20 menit), C3 (suhu 80 ºC dan waktu 30
menit). Setelah dilakukan perlakuan awal terhadap kulit biji mete kemudian
ekstraksi. Ekstraksi disini dilakukan dengan mesin pengepres yaitu compression
screw dengan tekanan 200 kg/cm2.
Setelah dilakukan ekstraksi kemudian minyak dilakukan analisa untuk mengetahui
parameter mutu CNSL (rendemen, bobot jenis, viskositas, bilangan asam,
bilangan iod dan bilangan penyabunan). Selanjutnya akan dibandingkan antara
hasil analisa dengan standart CNSL yang telah ditentukan. Disini standart CNSL
menggunakan standart indian institut.
2.8.4. Rendemen Cashew Nut Shell Liquid
Rendemen merupakan salah satu parameter untuk mengetahui seberapa
besar produk yang dihasilkan dari proses produksi, yang dinyatakan dengan
perbandingan antara jumlah produk yang dihasilkan dengan jumlah bahan yang
digunakan. Pemanasan yang semakin tinggi terhadap kulit biji mete
mengakibatkan terjadinya proses koagulasi protein pada dinding sel yang
mengandung CNSL dan membuat dinding sel tersebut bersifat permeabel
terhadap CNSL sehingga menyebabkan minyak akan mudah keluar dan rendemen
akan semakin meningkat (Ohler, (1979) di dalam Wahyuni (2000).
Menurut Swern (1982) di dalam wahyuningsih (2000), proses koagulasi
protein tersebut mengakibatkan butiran-butiran (droplets) minyak bergabung
menjadi droplets yang lebih besar sehingga minyak akan lebih mudah keluar
menembus dinding sel. Selain itu, pada suhu yang tinggi dinding sel akan bersifat
lebih permeabel terhadap CNSL sehingga minyak akan mudah menembus dinding
sel. Hasil analisa rendemen dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Hasil Analisa Rendemen dari Ekstraksi Kulit Biji Mete
Sampel Rendemen (%)
A1 21.67
A2 21.68
A3 22.15
B1 22.03
B2 24.95
B3 25.85
C1 22.42
Tabel 2.6. Hasil Analisa Rendemen dari Ekstraksi Kulit Biji Mete (Lanjutan)
Sampel Rendemen (%)
C2 25.77
C3 27.22
Nilai rendemen cenderung semakin meningkat dengan naiknya suhu
pemanasan dan waktu pemanasan. Hasil analisa diperoleh tercantum pada tabel di
atas dapat dilihat nilai rendemen tertinggi adalah 27.2% (C3) dan nilai rendemen
terendah adalah 21,67% (A1). Untuk hasil rendemen tanpa perlakuan adalah
20.33%. Hal ini sesuai dengan teori bahwa rendemen yang dihasilkan semakin
besar dengan meningkatnya suhu dan lamanya waktu pemanasan. Tetapi
rendemen yang dihasilkan masih jauh di bawah penelitian Ohler (1979), di dalam
Wahyuni (2000) yaitu 35.10%. Hal ini dimungkinkan kurang lamanya waktu
pengepresan yang digunakan sehingga minyak yang keluar kurang banyak. Di
samping itu, sebagian minyak masih tertinggal dalam bungkil atau kulitnya.
2.8.5. Viskositas
Nilai kekentalan atau viskositas dari suatu minyak dapat diukur dengan
alat viscometer. Pengukuran viskositas diperlukan untuk mengetahui tinggi
rendahnya kekentalan suatu minyak, dan ini erat hubungannya dengan kegunaan
akhir minyak tersebut. Misalnya untuk minyak pelumas, kekentalan minyak ini
harus tinggi (Kirk dan Othmer, 1964) di dalam Wahyuningsih (2000). Pengukuran
viskositas dilakukan pada suhu 28oC. Hasil analisa viskositas dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2.7. Viskositas
Hasil Analisa Viskositas CNSL Sampel Viskositas (cP)
A1 494.000
A2 498.667
A3 521.667
B1 501.333
Tabel 2.7. Viskositas (Lanjutan)
Hasil Analisa Viskositas CNSL Sampel Viskositas (cP)
B2 540.333
B3 559.000
C1 521.333
C2 545.333
C3 564.000
Nilai viskositas CNSL cenderung semakin meningkat dengan
meningkatnya suhu pemanasan dan lamanya waktu pemanasan. Hasil analisa
diperoleh nilai viskositas tertinggi 564 cP (C3) dan nilai viskositas terendah
adalah 494 cP (A1). Untuk hasil viskositas tanpa perlakuan adalah 482.367
cP .Sedangkan nilai viskositas minyak biji mete pada indian standard institut
(maksimal 550 cP). Sebagian besar nilai viskositas yang di dapat masih dibawah
standard india. Hal ini menunjukkan bahwa minyak yang dihasilkan baik.
Rendahnya nilai viskositas pada suhu rendah disebabkan oleh
menggumpalnya sejumlah protein dalam kulit biji mete yang lebih sempurna serta
akumulasi butiran minyak yang rendah, sedangkan dengan naiknya nilai vikositas
dengan suhu pengovenan yang semakin tinggi, hal ini dapat disebabkan oleh
sempurnanya akumulasi butiran minyak dan terdegradasi karbohidrat akibat
semakin besarnya energi panas serta kemungkinan juga disebabkan oleh
terbentuknya senyawa polimer dan senyawa-senyawa lain hasil proses oksidasi
yang lebih sempurna. Atau dengan kata lain bahwa semakin tingginya viskositas
dengan meningkatnya suhu disebabkan oleh terjadinya proses polimerisasi termal
pada minyak sehingga membentuk senyawa polimer atau senyawa yang lebih
kompleks dan menyebabkan minyak mempunyai berat molekul yang lebih tinggi.
Pada golongan minyak pengering, seperti CNSL ini, adanya penetrasi
panas yang masuk dalam kulit biji mete yang sedang dioven dapat mendorong
terjadinya proses oksidasi dan polimerisasi minyak tersebut. Semakin tinggi suhu
maka panas yang diterima oleh kulit biji mete menjadi lebih besar, sehingga
proses oksidasi dan polimerisasi juga intensif. Menurut parkins (1967) di dalam
Wahyuni (2000), terjadinya proses oksidasi pada minyak yang intensif dan diikuti
oleh proses polimerisasi akan menyebabkan meningkatnya viskositas minyak.
Peningkatan viskositas minyak dimulai pada saat terbentuknya senyawa peroksida
dalam minyak, kemudian meningkat terus dengan terjadinya dekomposisi
peroksida dan polimerisasi minyak.
2.8.6. Bobot Jenis
Bobot jenis didefinisikan sebagai perbandingan massa suatu bahan suhu
tertentu dengan massa air pada volume dan suhu yang sama. Parameter ini penting
untuk mengetahui adanya zat asing dalam suatu cairan serta perubahan-perubahan
lain yang mempengaruhi mutunya. bobot jenis minyak ditentukan oleh
komponen-komponen yang ada di dalam minyak. Semakin banyak komponen
yang ada dalam minyak maka fraksi berat semakin tinggi, sehingga bobot jenis
tersebut semakin besar (Wahyuni, 2000).
Bobot jenis juga dipengaruhi oleh tingkat ketidakjenuhan dan bobot
molekul rata-rata komponen asam lemaknya. Nilai bobot jenis suatu cairan
tergantung dari komponen-komponen yang terkandung dalam cairan tersebut.
Perbedaan bobot jenis antara beberapa jenis minyak tidak besar (Jacobs, 1951) di
dalam Wahyuningsih. Hasil analisa bobot jenis dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8. Bobot Jenis
Hasil Analisa Bobot Jenis CNSL Sampel Bobot Jenis (g/cm3)
A1 1.01207
A2 1.01210
A3 1.01243
B1 1.01209
B2 1.01011
B3 1.01154
C1 1.01227
C2 1.01048
C3 1.01090
Nilai bobot jenis CNSL yang dihasilkan dari penelitian nilai terendah
diperoleh dari sampel B2 sebesar 1.01011 g/cm3. sedangkan nilai tertinggi
diperoleh dari sampel A3 sebesar 1,01243 g/cm3. Hasil tersebut lebih tinggi
dibandingkan standar sebesar 0,965 g/cm3. Untuk hasil bobot jenis tanpa
perlakuan adalah 1.02028 g/cm3. Hal ini disebabkan adanya bahan-bahan
pengotor yang terikut pada saat pengempakan. Kotoran tersebut dapat berasal dari
ampas atau serpihan kulit mete yang terikut. Ditinjau dari bobot jenisnya maka
mutu CNSL yang dihasilkan tidak terlalu baik karena nilainya melebihi standard
yang berarti banyak zat asing yang terikut selama ekstraksi.
2.8.7. Bilangan Asam
Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas dan dihitung
berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan
asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH 0.1 N yang digunakan untuk
menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram minyak atau
lemak. Adanya asam bebas dalam suatu minyak atau lemak dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti oksidasi dan hidrolisis. Peristiwa ditandai dengan
timbulnya bau yang tidak enak (Ketaren, 1986). Jacobs (1951) di dalam Wahyuni
(2000) menambahkan bahwa nilai bilangan asam berkorelasi positif dengan kadar
asam lemak bebas. Semakin tinggi nilai bilangan asam maka semakin tinggi pula
kadar asam lemak bebasnya.
Kenaikan bilangan asam dapat disebabkan karena kenaikan suhu dan
adanya air serta udara yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis.
Peristiwa tersebut akan menyebabkan penguraian minyak menjadi asam lemak
sehingga kandungan asam lemak bebasnya semakin besar. Bertambahnya asam
lemak bebas tersebut menyebabkan kenaikan nilai bilangan asam.
Menurut Idris (1992), suhu panas menyebabkan penurunan bilangan asam
karena CNSL yang dihasilkan dari kulit biji mete telah mengalami proses
dekarboksilasi sehingga sebagian asam anakardat dikonveksi menjadi kardanol.
Proses tersebut secara tidak langsung akan menurunkan nilai bilangan asam
CNSL.
Hasil analisa bilangan asam diperoleh nilai bilangan asam tertinggi adalah
C3 sebesar 108.133 mg KOH/g. sedangkan untuk nilai bilangan asam terendah
adalah A1 sebesar 99.433 mg KOH/g. Untuk hasil bilangan asam tanpa perlakuan
adalah 102.168 mg KOH/g. Berdasarkan standart indian institute nilai standart
untuk bilangan asam adalah 104-110 mg KOH/g. Sebagian besar nilai bilangan
asam yang dihasilkan sesuai dengan standard. Hal ini berarti bahwa mutu minyak
yang dihasilkan baik karena sesuai dengan standart yang diinginkan, dan juga
semakin rendah nilai bilangan asam maka kwalitas minyak tersebut semakin baik.
Kenaikan nilai bilangan asam disebabkan karena dengan suhu yang
semakin meningkat dan dengan adanya air dan udara maka mengakibatkan reaksi
hidrolisis meningkat pula, dimana terjadi penguraian minyak menjadi asam lemak
bebas sehingga menyebabkan kandungan asam lemak bebas bertambah besar
(Robertson, 1967) di dalam Wahyuningsih (2000). Bertambahnya asam lemak
bebas dalam minyak menyebabkan meningkatnya nilai bilangan asam. Reaksi
hidrolisis akan dipercepat dengan adanya pemanasan atau kenaikan suhu.
2.8.8. Bilangan Iod
Bilangan iod ini dinyatakan sebagai jumlah gram iod yang diserap oleh
100 gram minyak/lemak. Nilai ini digunakan untuk menyatakan derajat
ketidakjenuhan suatu minyak atau lemak. Bilangan iod merupakan parameter
mutu yang penting bagi minyak mengering, karena bilangan iod merupakan
ukuran ketidakjenuhan minyak mengering. Minyak mengering yang mempunyai
bilangan iod yang lebih tinggi mempunyai daya mengering yang lebih baik
daripada minyak yang memiliki bilangan iod yang rendah. Bilangan iod dapat
menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak atau lemak dan dapat digunakan
untuk menggolongkan jenis minyak pengering dan minyak bukan pengering.
Minyak pengering memiliki bilangan iod lebih dari 130, sedangkan minyak
setengah pengering miliki bilangan iod 100-130 (ketaren, 1986).
Hasil analisis bilangan iod terlihat bahwa nilai bilangan iod cenderung
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatkanya suhu
akan menyebabkan semakin intensifnya reaksi-reaksi yang melibatkan ikatan
rangkap pada asam lemak tidak jenuh. Menurut swern (1979) di dalam Wahyuni
(2000), ikatan rangkap tersebut dapat bereaksi secara adisi dengan hydrogen,
oksigen, halogen dan sulfur sehingga menyebabkan turunnya nilai bilangan iod.
2.8.9. Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan adalah jumlah basa yang dibutuhkan untuk
menyabunkan sejumlah contoh minyak. Bilangan penyabunan dinyatakan dalam
jumlah milligram hidroksida yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram
minyak atau lemak. Besarnya bilangan penyabunan tergantung dari berat molekul.
Minyak yang mempunyai bobot molekul rendah akan mempunyai bilangan
pengabunan yang lebih tinggi daripada minyak yang mempunyai berat molekul
tinggi (Jacobs, 1958) di dalam Wahyuni (2000). bilangan penyabunan dapat
dilakukan pada semua jenis minyak atau lemak.
2.8.10. Rekapitulasi Data
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa metode analisa. Analisa
dilakukan untuk mengetahui kwalitas minyak CNSL. Analisa yang dilakukan
untuk mengetahui parameter mutu CNSL yang dihasilkan meliputi rendemen,
viskositas, bobot jenis, bilangan asam, bilangan iod dan bilangan penyabunan.
Rendemen yang dihasilkan pada penelitian ini lebih besar dari hasil yang
dilakuakan penelitian yang sebelumya (Wahyuni (2000), Wahyuningsih (2000)
dan Idris (1992), tetapi masih dibawah hasil yang diperoleh Ohler (1979) sebesar
35.10%. Hal ini berarti pengepresan dengan perlakuan suhu dan waktu yang
dilakukan cukup berhasil. Untuk memperoleh rendemen yang lebih tinggi,
pengepresan dengan tekanan yang lebih tinggi agar minyak lebih banyak keluar
dan minyak yang masih tersisa dalam bungkil/ampas dapat diminimalisasi. Hasil
lainnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Table 2.9. Hasil Beberapa Penelitian Terdahulu Metode Ekstraksi
Metode
Ekstraksi
A b C d e
Alat Screw press Filter press
(hot press)
Filter press
(hidraulik)
Expeller press -
Perlakuan
- suhu
- waktu
- tekanan
60, 70, 80
10, 20, 30
-
30, 50, 70
3, 6, 9
120, 140,
160
125, 150,
175
15, 20, 25
200, 300,
400
100, 115.5,
126
-
-
-
-
-
Parameter
Rendemen 21.35-27.8 1.8-18.9 5.44-19.6 5.6-6.9 -
Viskositas 482-580 394-630 485-590 308-395 550 (30oC)
Bobot jenis 1.00925-
1.01480
1.0092-
1.00191
1.0068-
1.0107
0.9750-
0.9927
0.965
Bil. asam 96-110.6 95.2-108.5 59.2-103.9 8.8-18.7 104 - 110
Bil. Iod 125.2-148.2 93.5-173.6 94.9-127.2 225.4-261.2 250 - 375
Bil.
penyabunan
105.5-121.5 78-156 85.9-127 25.6-31.7 18-20
Keterangan :
a. Hasil penelitian
b. Wahyuningsih (2000)
c. Wahyuni (2000)
d. Idris (1992) di dalam Wahyuningsih (2000)
e. Standar India
2.8.11. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penelitian dijelaskan sebagai berikut.
1. Hasil analisa rendemen terbaik yaitu pada perlakuan awal dengan suhu
pemanasan 80ºC dan waktu pemanasan 30 menit dengan rendemen 27,2 %.
Nilai viskositas terbaik adalah 545.333 cP suhu pemanasan 80ºC dan waktu
pemanasan 20 menit. Nilai bobot jenis yang mendekati atandar adalah pada
perlakuan suhu 70ºC dan waktu 30 menit sebesar 1.01011 g/cm3 dan suhu
80ºC dan waktu 20 menit sebesar 1.01048 g/cm3. Untuk nilai bilangan asam
hampir semua perlakuan masuk pada batasan standar india kecuali pada
perlakuan 60 ºC -10 menit dan 60 ºC -20 menit. Hasil analisa bilangan iod dan
bilangan penyabunan nilainya tidak masuk pada standar.
2. Perlakuan awal sebelum pengepresan dengan perlakuan suhu dan waktu
memberikan pengaruh yang nyata terhadap rendemen yang dihasilkan.
3. Perlakuan awal memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai viskositas,
bilangan asam, bilangan iod dan bilangan penyabunan. Tetapi tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai bobot jenis.
4. Untuk kombinasi perlakuan terbaik dalam penelitian ini dilihat dari nilainya
adalah pada perlakuan 80 ºC -20 menit.
2.8.12. Saran
Ekstraksi dengan cara pengepresan diperlukan suatu alat untuk
mengecilkan kulit biji mete secara efisien. Dalam penelitian ini digunakan alat
pengecilan ukuran dengan cara manual menghadapi kendala yaitu banyak bahan
baku yang hilang pada saat proses ini sehingga menyebabkan rendeman menjadi
turun.
Proses ekstraksi minyak kulit biji mete ini masih harus dicarikan solusi
yang terbaik mengenai cara yang tepat untuk mendapatkan minyak CNSL yang
bermutu baik, karena dalam penelitian ini belum dapat menghasilkan mutu
minyak yang sesuaidengan standar yang diinginkan. Rendemen yang dihasilkan
masih jauh dari standar, sehingga diperlukan penelitian lanjutan yang dapat
menghasilkan rendemen yang maksimal.