bab i & ii

85
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktikum Indonesia merupakan negara tropis dengan banyaknya pula merupakan negara produsen kelapa utama di dunia. Minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari kopra (daging buah kelapa yang dikeringkan) atau dari perasan santannya. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua diperkirakan mencapai 30%-35%, atau kandungan minyak dalam kopra mencapai 63-72%. Kebutuhan akan minyak kelapa terpenuhi dengan adanya pemanfaatan lahan tanam an kelapa sekitar 3,712 juta hektar. Kebutuhan minyak kelapa dari waktu ke waktu semakin meningkat seiring dengan semakin mahalnya minyak jenis lain. Berbagai cara telah dilakukan untuk memperoleh hasil olahan minyak kelapa, mulai dari cara tradisional sampai dengan cara modern. Penggunaan minyak kelapa sangat sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti untuk minyak goreng, bahan pembuat sabun, detergen obat-obatan berupa minyak telon, dan lain sebagainya.Saat ini banyak perusahaan di dunia menggunakan minyak kelapa sebagai bahan campuran beberapa produknya, seperti produk kondisioner untuk rambut. Minyak kelapa digunakan sebagai kondisioner karena harganya murah dan

Upload: hutaurukyuni

Post on 15-Dec-2015

50 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I & II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Praktikum

Indonesia merupakan negara tropis dengan banyaknya pula merupakan

negara produsen kelapa utama di dunia. Minyak kelapa merupakan minyak yang

diperoleh dari kopra (daging buah kelapa yang dikeringkan) atau dari perasan

santannya. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua diperkirakan

mencapai 30%-35%, atau kandungan minyak dalam kopra mencapai 63-72%.

Kebutuhan akan minyak kelapa terpenuhi dengan adanya pemanfaatan lahan

tanaman kelapa sekitar 3,712 juta hektar. Kebutuhan minyak kelapa dari waktu ke

waktu semakin meningkat seiring dengan semakin mahalnya minyak jenis lain.

Berbagai cara telah dilakukan untuk memperoleh hasil olahan minyak kelapa,

mulai dari cara tradisional sampai dengan cara modern.

Penggunaan minyak kelapa sangat sering digunakan dalam kehidupan

sehari-hari seperti untuk minyak goreng, bahan pembuat sabun, detergen obat-

obatan berupa minyak telon, dan lain sebagainya.Saat ini banyak perusahaan di

dunia menggunakan minyak kelapa sebagai bahan campuran beberapa produknya,

seperti produk kondisioner untuk rambut. Minyak kelapa digunakan sebagai

kondisioner karena harganya murah dan hasilnya luar biasa, yaitu menjaga

kelembapan rambut, memaksimalkan pertumbuhan rambut, dan memperkuat akar

rambut.

Pada praktikum proses produksi minyak kelapa akan dilakukan proses

pengolahan minyak kelapa secara tradisional dan evaporasi. Selain melakukan

pengolahan minyak kelapa, juga dilakukan pengujian kualitas minyak kelapa, dan

analisis biaya terhadap proses produksi minyak kelapa. Dengan adanya kegiatan

praktikum ini, praktikan mampu memahami proses produksi minyak kelapa

pengujian kualitas hasil minyak kelapa, menganalisis biaya produksi serta

merencanakan pengunaan mesin yang optimal dan efisien.

Page 2: BAB I & II

1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum

Tujuan dalam pelaksanan praktikum proses produksi minyak kelapa adalah

sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahami proses pengolahan minyak kelapa dengan metode

tradisional dan metode evaporasi.

2. Mengetahui keseimbangan bahan dengan analisis terhadap material input,

output, dan scrap/limbah setiap proses produksi minyak kelapa.

3. Memahami proses pengujian hasil minyak kelapa yang dihasilkan.

4. Menganalisis biaya-biaya yang terjadi dalam proses pembuatan minyak kelapa

dengan metode tradisional dan metode evaporasi.

5. Menghitung efisiensi mesin dan merencanakan penggunaan mesin yang

optimal.

Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan praktikum proses

produksi minyak kelapa adalah sebagai berikut:

1. Mampu mempraktekkanproses produksi minyak kelapa dengan metode

tradisional dan metode evaporasi.

2. Mampu mengetahui tentang material balance terhadap material input, output

dan scrap dari produksi minyak kelapa.

3. Mampu melakukan pengujian kualitas terhadap minyak kelapa yang

dihasilkan sesuai standar.

4. Mampu mampu menganalisis biaya yang dikeluarkan pada produksi minyak

kelapa.

5. Mampu meningkatkan dan menggunakan mesin produksi secara efisien dan

optimal.

1.3. Batasan Masalah

Batasan-batasan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Metode yang digunakan dalam proses pengolahan minyak kelapa ini adalah

metode tradisional dan evaporasi

2. Kelapa yang digunakan sebanyak 3 buah.

Page 3: BAB I & II

3. Perbandingan pencampuran air kelapa adalah 6 : 2 : 2.

4. Perhitungan analisis biaya hanya menghitung harga pokok produksi.

5. Pengujian kualitas minyak kelapa yang dilakukan menggunakan 2 pengujian

yaitu uji angka asam dan uji angka penyabunan.

1.4. Asumsi-asumsi yang Digunakan

Asumsi yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Operator berada dalam keadaan baik (sehat jasmani) serta mesin dan

peralatan yang digunakan berfungsi dengan baik.

2. Gaji pekerja mengacu pada UMR kota Medan yaitu sebesar 1.851.500,-/bulan

dengan pekerja sebanyak dua orang.

3. Biaya listrik sebesar Rp 485/Kwh dan biaya air sebesar Rp 5.500/m3.

4. Hari kerja terdiri dari 20 hari kerja/ bulan.

5. Jam kerja terdiri dari 8 jam kerja/ hari.

6. Biaya penyewaan mesin parut diasumsikan yaitu Rp 500.000,-/bulan

7. Jumlah pekerja 2 orang

1.5. Sistematika Laporan

Sistematika laporan praktikum proses produksi minyak kelapa adalah:

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Praktikum

1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum

1.3. Batasan Masalah

1.4. Asumsi-asumsi yang Digunakan

1.5. Sistematika Laporan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Tanaman Kelapa

2.1.1. Taksonomi Tanaman Kelapa

2.1.2. Manfaat Tanaman Kelapa

Page 4: BAB I & II

2.2. Santan Kelapa dan Minyak Kelapa

2.2.1. Santan Kelapa

2.2.2. Jenis-jenis Minyak Kelapa

2.2.3. Pengolahan Minyak Kelapa

2.2.4. Manfaat Minyak Kelapa

2.2.5. Analisis Parameter Minyak Kelapa

2.2.6. Standar Mutu Minyak Kelapa

2.2.7. Kandungan Minyak Kelapa

2.2.8. Jenis Pengujian Minyak Kelapa

2.2.9. Rendemen Minyak Kelapa

2.3. Peta Kerja

2.3.1. Operation Process Chart

2.3.2. Flow Process Chart

2.3.3. Flow Diagram

2.4. Neraca Bahan

2.5. Analisis Biaya

2.5.1. Biaya

2.5.2. Penentuan Harga Pokok Produksi

2.6. Energi Penguapan

2.7. Efisiensi Mesin

2.8. Ekstraksi Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) dari Kulit Biji Mete

dengan Menggunakan Metode Pengepresan

BAB III PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1. Kunjungan UKM

3.1.1. Gambaran Umum UKM

3.1.2. Uraian Proses Produksi pada UKM

3.1.3. Layout UKM

3.1.4. Analisis Biaya Produksi pada UKM

3.2. Data Input

3.2.1. Data Mesin Produksi Minyak Kelapa

Page 5: BAB I & II

3.2.2. Data Peralatan Produksi Minyak Kelapa

3.2.3. Data Bahan Produksi Minyak Kelapa

3.2.4. Bahan Kimia yang Digunakan untuk Pengujian Minyak

Kelapa

3.3. Mekanisme Proses Produksi

3.3.1. Tahapan Proses Produksi Minyak Kelapa

3.3.2. Elemen Kegiatan Proses Produksi Minyak Kelapa

3.3.3. Operation Process Chart

3.3.4. Flow Process Chart

3.3.5. Flow Diagram

3.4. Material Balance

3.5. Rendemen Minyak Kelapa

3.6. Perhitungan Analisis Biaya

3.6.1. Perhitungan Biaya Produksi

3.6.2. Perhitungan Harga Pokok Produksi

3.7. Efisiensi Proses Evaporasi

3.7.1. Perhitungan Jumlah Air Teruapkan

3.7.2. Perhitungan Jumlah Energi Pemanasan

3.7.3. Perhitungan Efisiensi Mesin Evaporator

3.8. Hasil Uji Kualitas Minyak Kelapa

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

4.1. Analisa

4.1.1. Proses Produksi dengan Menggunakan Metode

Tradisional/Metode Evaporasi

4.1.2. Material Balance

4.1.3. Analisis Biaya

4.1.4. Analisis Jumlah Air Teruapkan

4.1.5. Analisis Jumlah Energi Pemanasan

4.1.6. Analisis Perhitungan Efisiensi Mesin Evaporator

4.1.7. Uji Kualitas Minyak Kelapa

Page 6: BAB I & II

4.2. Evaluasi

4.2.1. Proses Produksi dengan Menggunakan Metode

Tradisional/Metode Evaporasi

4.2.2. Material Balance

4.2.3. Evaluasi Biaya

4.2.4. Jumlah Air Teruapkan

4.2.5. Jumlah Energi Pemanasan

4.2.6. Perhitungan Efisiensi Mesin Evaporator

4.2.7. Uji Kualitas Minyak Kelapa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

- Worksheet Praktikum

- OPC

- FPC

- FD

- Foto Kegiatan

- Form Asistensi

- Form Responsi

Page 7: BAB I & II

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tanaman Kelapa1

Kelapa merupakan tanaman tropis yang penting bagi negara-negara Asia

Pasifik. Kelapa di samping dapat memberikan devisa bagi negara juga merupakan

mata pencarian jutaan petani, yang mempu memberikan penghidupan puluhan juta

keluarganya.

Menurut FAO (Food Agriculture Organization) pada tahun 1976, negara-

negara di Asia dan Pasifik menghasilkan 82% dari produksi kelapa dunia,

sedangkan sisanya dihasilkan oleh negara di Afrika dan Amerika Selatan.

Pada tahun 1984, luas pertanaman kelapa di Asia dan Pasifik diperkirakan

meliputi 8.875.000 ha yang terbesar di antara 12 negara seperti tabel berikut.

Tabel2.1.Estimasi Areal Kelapa di Asia dan Pasifik Tahun 1984

No. NegaraLuas Areal

(000 ha) %1. India 1.155 13,012. Indonesia 3.012 33,943. Malaysia 349 3,934. Papua New Guinea 241 2,725. Philipina 3.217 36,256. Solomon Islands 62 0,707. Srilanka 419 4,728. Thailand 281 3,179. Vanuatu 69 0,7810. Western Samoa 42 0,4711. F.S. Micronesia 14 0,1612. Palau 14 0,16

Jumlah 8.875 100Sumber: Asian and Pacific Coconut Community Statistical year-book, 1984

Tanaman kelapa seluas 8.875.000 ha pada tahun 1984 menghasilkan

kelapa segar kurang lebih 5.276.000 ton. Sebagian hasil kelapa ini dikonsumsi

dalam bentuk buah segar, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri

1 L.Suhardiyono, 1995,Tanaman Kelapa, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, hlm 11-22.

Page 8: BAB I & II

dan sisanya dibuat kopra 3.238.000 ton. Produksi kelapa dan kopra ini tersebar di

beberapa negara seperti ditunjukkan tabel berikut.

Tabel 2.2. Produksi Kelapa dan Kopra di Negara-Negara Asia dan Pasifik

pada Tahun 1984

No. NegaraProduksi (000) ton

KeteranganKelapa Kopra

1. India 876* 355**angka estimasi

2. Indonesia 1.731 1.0963. Malaysia 263* 165*4. Papua New Guinea 220 1445. Philipina 1.435 1.2496. Solomon Islands 45* 437. Srilanka 394 628. Thailand 184 459. Vanuatu 64 4810. Western Samoa 38* 1911. F.S. Micronesia 12* 4*12. Palau 14* 8*Sumber: Asian and Pacific Coconut Community Statistical year-book, 1984

Hasil produksi kelapa terutama kopra dapat memberikan sumbangan

devisa yang cukup berarti bagi negara produsen. Menurut Yambot (1997) dari

bulan Januari sampai dengan Juni 1976, kopra, minyak kelapa dan bungkil kelapa

telah mampu memberikan devisa bagi negara Philipina sebesar US$ 205,93 juta,

yang merupakan 20,56% nilai ekspornya. Sedangkan bagi Indonesia akhir-akhir

ini tidak mengekspor kopra maupun minyak kelapa karena kebutuhan dalam

negeri yang terus meningkat.

Akhir-akhir ini, pasaran minyak kelapa mendapat saingan yang sangat

besar terutama dari minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak kacang kedelai

dan minyak bunga matahari. Sehingga harga minyak kelapa di pasaran

internasional sulit untuk berkembang dan nampak mulai terdesak oleh minyak

nabati lainnya. Sedangkan produk-produk kelapa yang lain seperti coconut cream,

desiccated coconut, serta hasil limbahnya seperti coconut charcoal, carbon active,

coconut fibre, dan lainnya belum mempunyai pasaran yang cukup potensial.

Mengenai asal usul kelapa belum ada kesepakatan di antara para ahli.

Child (1974) melakukan penelaahan menyeluruh terhadap literatur-literatur

Page 9: BAB I & II

tentang asal-usul kelapa. Pada abad ke-9, pertama kali dikenal mata dagangan

serat dan minuman keras yang dibuat dari kelapa, diproduksi oleh pedagang

bangsa Arab bernama Soleyman yang mengunjungi negara Cina. Di antara

penulis abad pertengahan yang membuat referensi tentang kelapa adalah Marco

Polo dan Friar Jordanas. Kelapa (coconut) dikenal dengan berbagai sebutan

seperti Nux Indica, al djanz al kindi, ganz-ganz, nargil, narle, tenga, temuai dan

pohon kehidupan.

Kata coco (coquo) pertama kali digunakan oleh Vasco da Gama, kata ini

berhubungan dengan kera atau wajah aneh seperti tempurung kelapa yang bermata

tiga.

Dalam menentukan asal usul kelapa, beberapa bukti saling berkaitan, dapat

dipertimbangan untuk menentukan asal-usul kelapa, antara lain:

1. Catatan kuno tentang kelapa dan pengenalannya di suatu negeri atau tempat.

2. Terdapat species yang dekat dengan kelapa di suatu tempat.

3. Gerakan arus laut dan kemampuan buah kelapa mengapung di laut tanpa

kehilangan daya tumbuhnya.

4. Terdapatnya fosil buah kelapa.

5. Terdapatnya berbagai varietas kelapa.

6. Adanya hubungan peralatan untuk pemanfaatan kelapa dengan budaya

penduduk asli.

7. Terdapatnya hama kelapa yang khusus.

Tentang asal usul kelapa ini, terdapat dua teori yang saling bertentangan

jika dinilai berdasarkan bukti-bukti yang saling berhubungan seperti tersebut di

atas. Kedua teori di atas, yaitu:

1. Teori yang menyatakan bahwa kelapa berasal dari Amerika Selatan. Pendukung

teori ini antara lain D.F. Cook, van Martius Beccari dan Thor Hejerdahl. Alasan

yang diajukan oleh kelompok pendukung teoriini adalah :

a. Penemuan buah dari species cocos di pleiocene, North Auckland di

Selandia Baru

b. Terdapat lebih banyak varietas kelapa di Asia Tenggara dari pada di

Amerika

Page 10: BAB I & II

c. Perlakuan pengolahan kelapa dan nama-nama setempat untuk kelapa lebih

banyak dipergunakan di dunia tropis tua daripada dunia tropis baru

d. Ditemukannya binatang-binatang yang makanan khususnya kelapa, seperti

ketam (Birgus latro) dan berbagai hama kelapa yang lain

Kedua teori ini, masing masing memerlukan pengkajian yang mendalam

untuk mermperoleh bukti bukti yang dapat dipergunakan untuk membenarkannya.

Ada beberapa hal yang perlu dibicarakan tentang perkecambahan dan

pertumbuhan awal. Seleksi terhadap buah yang akan dikecambahkan merupakan

hal yang sangat perlu diperhatikan. dengan seleksi yang benar , pemborosan bahan

tanaman dapat dihindari. Beberapa faktor yang mempengaruhi sifat-sifat buah

adalah produktifvitas dan umur tanaman induk, letak buah dalam tandan dan umur

buah

Union (1960) mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi selama

perkecambahan menggunakan buah yang diperoleh dari pohon yang tingginya rata

rata 12,3 meter, dengan jumlah daun 43,4 pada mahkotanya. Jumlah rata-rata

tandan adalah 13,6/pohon dan produksi buah 106,4 per pohon/tahun. Berat buah

1,16 kg dan volumenya 2,45 liter. Dari penelitian tersebut dicatat bahwa pada 1

bulan, air di dalam buah akan berkurang 17% dari volume mula-mula dan setelah

3 bulan air hampir habis terkonsumsi. Daging buah dikonsumsi lebih lambat.

Setelah 1 bulan daging buah masih tersisa 59%, dalam 1 tahun tersisa sekitar

11%. Material yang hilang dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman muda.

Tunas yang berukuran 1,56 x 1,38 mm pada awal penanaman, tumbuh sangat

cepat dan mencapai ketinggian 200 cm dalam waktu 1 tahun.

Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Child (1974) yang mengatakan

bahwa air kelapa akan habis dikonsumsi selama 7 bulan dan pada waktu yang

sama hanya 38% daging buah dikonsumsi untuk pertumbuhan kitri.

Kedua penelitian tersebut memberikan data yang berbeda; kemungkinan

disebabkan oleh kondisi perkecambahan yang berbeda sebelum mulai

berkembang, embrio berbentuk pasak (pegs-shape body) menempel di dalam inti

di bawah mata yang lunak. Nathanaels (1974) menguji 2.500 embrio dan

mendapatkan bahwa berat rata-rata emrbrio adalah 0,119 gr, mengandung air

Page 11: BAB I & II

76,69%. Menurut berat kering persentase rata-rata N adalah 3,45 ; P 0,68 ; K 214 ;

Ca 0,052 dan Mg 0,20 g.

1. Daun Kelapa

Pada tanaman dewasa dapat mempunyai 30-35 daun pada mahkotanya

dengan panjang kurang lebih 6 meter. pada bagian bawah agak cekung ke dalam,

daun hampir datar atau cembung pada bagian atas. Daun yang segar beratnya 10-

15 kg. Pada kurang lebih 1,5 meter dari pangkal, daun tidak mempunyai anak

daun. Pada daun terdapat 200-250 anak daun; panjang anak daun pada pangkal

dan ujung adalah pendek sedangkan pada bagian tengah dapat mencapai 90-125

cm.

Daun berfungsi sebagai alat fotosintesis dan transpirasi. Daun ini tersusun

melingkar pada mahkotanya dan setiap 6 daun yang berurutan akan berada pada

satu garis lurus. Daun-daun yang berurutan membentuk spiral dengan menyudut

140 derajat atau dengan kata lain setiap 5 daun kira-kira membentuk 2 lingkaran.

Transpirasi diperkirakan merupakan daya absorpsi terhadap cairan di dalam tanah

dan pengangkutannya ke daun. Diperkirakan pada ukuran sedang, batang kelapa

akan kehilangan sebesar 40,5 liter air dalam 24 jam. Pada keadaan yang terbatas

maka daun dapat mengatur transpirasinya. Selama kekurangan air maka stomata

akan menutup dan anak daun akan menunduk sehingga saling mendekat.

Jika 1 daun maka terdiri atas 150 anak daun dan pada 1 batang terdapat 25

daun maka evapotrasporasi per batang adalah 150x25x10,80 gram sama dengan

40,5 liter.

2. Batang Kelapa

Batang kelapa terbentuk bersamaan dengan pembentukan daun. Batang

kelapa nampak dengan jelas setelah berumur 3-5 tahun dan daun pada bagian

bawah telah gugur. Batang ini tidak berkambium, sehingga tidak mempunyai

pertumbuhan sekunder. Hal ini berakibat, sekali batang telah terbentuk, maka

tidak membesar lagi.

Pada kondisi kekeringan, kekurangan nutrisi (gizi makanan) maupun

kerusakan akar maka batang yang terbentuk berukuran kecil, namun demikian

Page 12: BAB I & II

apabila kondisi telah membaik, maka batang ini dapat membesar kembali

walaupun tidak akan menyamai pada kondisi normal.

Tanaman kelapa hanya mempunyai satu buah titik tumbuh yang terletak

pada ujung batang, dan berukuran sangat kecil (0,5 x 0,5 mm), terdiri atas

jaringan meristem. Apabila titik tumbuh ini mengalami pembelahan, maka batang

akan mengalami dikhotomisa menjadi dua cabang, tetapi kejadian ini sangat

jarang. Karena titik tumbuh terletak pada ujung batang, maka pertumbuhan batang

menuju ke atas, dan pada tingkat pertumbuhan tertentu pada ketiak daun akan

keluar karangan bunga. Tinggi batang berkisar antara 20-30 meter, tetapi pernah

dijumpai batang kelapa dengan tinggi 35,7 meter.

Kecepatan pertumbuhan batang dilihat pada jarak bekas-bekas pelepah

daun pada batang. Jumlah daun yang terbentuk selama satu tahun adalah 12-14

buah. Pada permulaan pertumbuhan tanaman, kecepatan pembentukan batang

adalah rendah. Hal ini dapat dilihat pada jarak bekas-bekas pelepah daun pada

batang yang pendek-pendek dan akan memanjang pada bagian tengah ke atas serta

akan memendek lagi pada bagian bawah mahkota daun.

Child melaporkan bahwa selama 5-10 tahun setelah pertanaman, kecepatan

pertumbuhan batang adalah 1,50 meter per tahun dan pada umur 25 tahun hanya

0,50 meter per tahun.

Besarnya lilit batang dapat dipakai sebagai salah satu parameter kesuburan

tanaman. Besarnya lilit batang ini bervariasi antara 120-180 cm, tetapi pernah

dijumpai kelapa dalam varietas Laguna mempunyai lilit batang 3,45 meter pada

umur 15 tahun.

Batang kelapa terdiri atas kurang lebih 18.000 berkas pembuluh, yang

berfungsi sebagai pengangkut cairan dalam tanah sebagai bahan fotosintesis, dan

sebagai pengangkut hasil fotosintesis dari daun ke bagian tanaman yang lainnya.

3. Akar Kelapa

Tanaman kelapa seperti tanaman monokotil yang lainnya. Hanya

mempunyai akar serabut. Akar serabut pertama pada pangkal batang, mendahului

tumbuhnya daun yang pertama. Setelah berkecambah selama 1 bulan, maka pada

benih akan tumbuh akar pertama dengan panjang 5,8 cm, akar kedua dengan

Page 13: BAB I & II

panjang 4,5 cm, akar ketiga 2,8 cm dan akar keempat 2 cm. Pada bibit berumur 1

tahun, mempunyai akar 25 buah dengan panjang rata-rata 70 cm.

Tanaman kelapa, disamping mempunyai akar serabut yang berdiameter

antara 0,5-1 cm, juga mempunyai akar rambut berdiameter 0,1 cm, berdinding

lunak, berbintil dan berfungsi untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah.

Jumlah akar pada pangkal batang bervariasi antara 4.000 – 7.000 buah, tergantung

pada varietas tanaman kelapa dan keadaan lingkungan tumbuhnya. Di samping itu

pada akar juga tumbuh bintil-bintil berwarna putih yang berfungsi untuk

pernafasan.

Ortega (1968) mengamati distribusi akar dan konsentrasinya pada tanaman

kelapa berumur 3 tahun. Kelapa dalam varietas Laguna, pada umur 3 tahun

akarnya mencapai panjang lebih 3 meter dengan konsentrasi akar berada pada

lapisan tanah bagian atas sedalam 2 kaki. Akar dapat berkembang sampai

mencapai panjang lebih dari 10 meter. Pada tanah berpasir akar akan lebih

panjang daripada tanah liat.

Karena letaknya di sekitar permukaan tanah, maka tanaman kelapa

terutama mengambil makanan yang berada di sekitar permukaan tanah pula.

Berkenaan dengan kemampuan menyerap cairan dari dalam tanah,

Mathew (1972) melaporkan bahwa satu buah akar, mampu menyerap 400 cc

cairan setiap hari.

4. Bunga Kelapa

Tanaman kelapa merupakan tanaman berumah satu. Bunga betina dan

bunga jantan terdapat pada satu malai dan pada satu mancung (spathe). Bunga

jantan terdapat pada ujung malai dan bunga betina terletak pada dasar malai.

Canoy dan de Guzman (1977) menghitung jumlah bunga jantan dan bunga

betina per tandan yakni 6.200 untuk bunga jantan dan 15 untuk bunga betina.

Bunga jantan membuka beberapa hari setelah mancung membuka dan tetap

terbuka selama 1 hari. Menurut Liyanage rentang waktu antara membukanya

bunga jantan pertama dan terakhir adalah 18-22 hari.

Page 14: BAB I & II

Bunga betina mulai mekar 3 minggu setelah mancung terbuka. Tiap bunga

betina mampu menerima polinasi dalam waktu maksimum 4 hari. Rentang waktu

antara membukanya bunga betina yang pertama dan terakhir adalah 6-15 hari.

Jumlah bunga betina pada tandan merupakan komponen produksi kelapa

yang penting. Jatuhnya buah secara prematur merupakan masalah serius di banyak

perkebunan kelapa. Lebih dari 82% bunga betina gugur selama 6 minggu pertama.

Romero (1966) mengamati bahwa bunga betina yang tidak dibuahi, akan

gugur dalam waktu 15 hari setelah kepala putik tidak mampu untuk dibuahi lagi.

Pada umumnya persentase bunga yang menjadi buah adalah rendah.

Manon dan Pandalai (1958) melaporkan bahwa kelapa berproduksi baik, jumlah

bunga betina yang dihasilkannya adalah 396, sedangkan buah yang dihasilkannya

adalah 120 per tahun atau 30,3 %. Kelapa yang berproduksi sedang, menghasilkan

25% dari bunga betina per tahun, sedangkan berproduksi kurang hanya

menghasilkan 18% dari jumlah bunga betina yang dihasilkan per tahun.

Kegagalan bunga betina untuk berkembang menjadi buah dapat disebabkan oleh

berbagai faktor seperti lemahnya polinasi dan kesuburan bunga, efek beberapa

faktor iklim yang menyimpang, defisiensi/kekurangan beberapa elemen nutrisi

serta adanya serangan hama dan penyakit.

Buah akan masak 12 bulan setelah mancung membuka. Oleh sebab itu

apabila ingin memberikan perlakuan yang dirancang untuk mempengaruhi

produksi, haruslah dilakukan paling tidak 45 bulan sebelum dapat memetik

hasilnya. Bila perlakuan dirancang untuk mempengaruhi jumlah bunga betina,

maka harus dilakukan paling tidak 23 bulan sebelum hasilnya dapat dipetik.

Perlakuan yang diberikan 1 tahun sebelumnya, hanya akan berpengaruh pada

gugurnya buah secara prematur, ukuran buah dan ketebalan dagingnya dan tidak

berpengaruh pada jumlah bunga betina yang dihasilkannya.

Jenis kelapa dapat mempengaruhi proporsi komponen buah kelapa.

Ouvrier dan Ochs (1978) menyatakan bahwa proporsi komponen buah

kelapa hibrida (Genjah kuning x kelapa dalam Afrika Batat) sebagai berikut.

Sabut 43,4%, tempurung 21,4%, daging buah 35,2%. Sedangkan untuk kelapa

Page 15: BAB I & II

dalam (Varietas Laguna) proporsi komponen buah kelapanya adalah sabut 41,7%,

tempurung 28,4%, daging buah 29,7%.

5. Buah Kelapa

Buah betina yang telah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Tingkat

pertumbuhan buah maksimum dalam berat maupun volume nampak pada bulan

ketiga. Berat buah maksimum dicapai pada bulan kedelapan.

Tempurung terbentuk pada bulan ketiga dan mencapai berat maksimum

pada bulan kesembilan. Daging buah mulai dapat dilihat pada bulan ketujuh dan

mencapai berat maksimum pada bulan keduabelas.

Pada bulan ketujuh saat berat buah maksimum tercapai berat sabut 62%,

tempurung 7% dan daging buah 1%. Pada saat dipetik pada umur 12 bulan berat

sabut adalah 56,3%, tempurung 17% dan daging buah 26,5% menurut berat basah.

Apabila menurut berat kering maka sabut 41,7%, tempurung 28,4% dan daging

buah 29,7%.

Selama pertumbuhan yang cepat (bulan ke 3-7) sabut relatif banyak

mengandung air (25% bahan padat). Pada saat buah masak, mulai menimbun

lebih banyak bahan padat; dengan demikian pada bulan kedua belas mengandung

35% bahan padat.

2.1.1. Taksonomi Tanaman Kelapa2

Dalam sistematika taksonomi tumbuhan, tumbuhan kelapa diklasifikasikan

sebagai berikut :

Tabel 2.3. Taksonomi Tanaman Kelapa

Kriteria Keterangan

Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Sub Kingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Tabel 2.3. Taksonomi Tanaman Kelapa (Lanjutan)

2 Plantamor, “Kelapa", http://www.plantamor.com/index.php?plant=365diakses tanggal 28

Agustus 2014, jam 18.25 WIB.

Page 16: BAB I & II

Kriteria KeteranganKelas Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas ArecidaeOrdo Arecale

Famili Arecaceae(suku pinang-pinangan)Genus CocosSpesies Cocos nucifera L.

Sumber :http://www.plantamor.com

2.1.2. Manfaat Tanaman Kelapa3

Kelapa adalah pohon serba guna bagi masyarakat tropika. Hampir semua

bagiannya dapat dimanfaatkan orang. Akar kelapa menginspirasi penemuan

teknologi penyangga bangunan cakar ayam(dipakai misalnya pada Bandar Udara

Soekarno Hatta) oleh Sedijatmo.

Kayu dari batangnya, yang disebut kayu glugu, dipakai orang sebagai kayu

dengan mutu menengah, dan dapat dipakai sebagai papan untuk rumah.

Daunnya dipakai sebagai atap rumah setelah dikeringkan. Daun muda

kelapa, disebut janur, dipakai sebagai bahan anyaman dalam pembuatan

ketupat atau berbagai bentuk hiasan yang sangat menarik, terutama oleh

masyarakat Jawa dan Bali dalam berbagai upacara, dan menjadi bentuk kerajinan

tangan yang berdiri sendiri (seni merangkai janur). Tangkai anak daun yang sudah

dikeringkan, disebut lidi, dihimpun menjadi satu menjadi sapu.

Gambar 2.1. Mayang Kelapa

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa

Tandan bunga yang masih muda, yang disebut mayang (sebetulnya nama

ini umum bagi semua bunga palma) atau manggar dalam bahasa Jawa, dipakai

3“Kelapa”, http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa, diakses tanggal 28 Agustus 2014, jam 18.30 WIB.

Page 17: BAB I & II

orang untuk hiasan dalam upacara perkawinan dengan simbol tertentu. Mayang

oleh orang Jawa-Mataraman dipakai sebagai bahan pengganti gori dalam

pembuatan gudeg dan disebut gudeg manggar. Bunga betina atau buah mudanya,

disebut bluluk dalam bahasa Jawa, dapat dimakan. Cairan manis yang keluar dari

tangkai bunga, disebut (air) nira atau legèn (bhs. Jawa), dapat diminum sebagai

penyegar atau difermentasi menjadi tuak. Gula kelapa juga dibuat dari nira ini.

Gambar 2.2. Buah Kelapa

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa

Buah kelapa muda, air di dalamnya dapat diminum.

Gambar 2.3. Bagian Dalam Tempurung Kelapa

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa

Bagian dalam tempurung kelapa, memperlihatkan "daging" buah kelapa,

bahan bakukopra.

Buah kelapa adalah bagian paling bernilai ekonomi. Sabut,

bagian mesokarp yang berupa serat-serat kasar, diperdagangkan sebagai bahan

bakar, pengisi jok kursi, anyaman tali, keset, serta media tanam bagi anggrek.

Page 18: BAB I & II

Tempurung atau batok, yang sebetulnya adalah bagian endokarp, dipakai sebagai

bahan bakar, pengganti gayung, wadah minuman, dan bahan baku

berbagai kerajinan tangan. Es kelapa muda atau es degan.

Endosperma buah kelapa yang berupa cairan serta endapannya yang

melekat di dinding dalam batok ("daging buah kelapa") adalah sumber penyegar

populer. Daging buah muda berwarna putih dan lunak serta biasa disajikan

sebagai es kelapa muda atau es degan. Cairan ini mengandung beraneka enzim

dan memilki khasiat penetral racun dan efek penyegar/penenang. Beberapa kelapa

bermutasi sehingga endapannya tidak melekat pada dinding batok melainkan

tercampur dengan cairan endosperma. Mutasi ini disebut (kelapa) kopyor. Daging

buah tua kelapa berwarna putih dan mengeras. Sarinya diperas dan cairannya

dinamakan santan. Daging buah tua ini juga dapat diambil dan dikeringkan serta

menjadi komoditi perdagangan bernilai ekonomis, yang disebut kopra. Kopra

adalah bahan baku pembuatanminyak kelapa dan turunannya. Cairan buah tua

biasanya tidak menjadi bahan minuman penyegar dan merupakan limbah industri

kopra. Namun, cairan ini dapat dimanfaatkan lagi untuk dibuat menjadi bahan

semacam jelly yang disebut nata de coco dan merupakan bahan campuran

minuman penyegar. Daging buah kelapa juga dapat dimanfaatkan sebagai

penambah aroma pada masakan daging serta dapat dimanfaatkan sebagai obat

rambut yang rontok dan mudah patah.

2.2. Santan Kelapa dan Minyak Kelapa

2.2.1. Santan Kelapa4

Santan adalah cairan berwarna putih susu yang diperoleh dengan cara

pengepresan parutan daging kelapa dengan atau tanpa penambahan air. Rasanya

yang gurih santan disukai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Banyak

masakan khas Indonesia menggunakan santan dalam pengolahannya, misalnya

rendang, sayur lodeh, kolak, kari, opor, dan nasi uduk. Santan merupakan emulsi

lemak dalam air, sehingga hasil ekstraksi santan dipengaruhi oleh cara

4 “Santan Kelapa”, http://medicalera.com/3/26877, diakses tanggal 29 Agustus 2014, jam 22.05

WIB.

Page 19: BAB I & II

pemerasannya. Pemerasan dengan tangan biasa hanya menghasilkan santan

sebanyak 52.9%, dengan waring blender sebanyak 61%, dan dengan peralatan

bertekanan (kempa hidrolik) mampu menghasilkan sebanyak 70.3% santan.

Santan memiliki potensi untuk menggantikan susu sapi, karena santan

tidak mengandung laktosa seperti pada susu sapi. Oleh karena itu, dapat

dikonsumsi penderita lactose intolerant. Komposisi lemak, karbohidrat, putih

telur dan mineral antara santan dengan susu sapi mempunyai nilai yang hampir

sama. Selain itu, kandungan lemak pada santan adalah lemak nabati yang tidak

mengandung kolesterol seperti yang ditemukan pada lemak hewani dalam susu

sapi. Kandungan minyak santan tersusun dari asam lemak rantai pendek

(shortchain) dan medium (medium chain fatty acid =MCFA).

2.2.2. Jenis-jenis Minyak Kelapa5

Berdasarkan cara pembuatannya, ada tiga jenis minyak kelapa antara lain

sebagai berikut.

1. Minyak kelapa industri. Minyak ini dibuat dengan bahan baku kopra melalui

proses RBC (refining, bleaching and deodorizing). Setelah kopra dipres,

dibersihkan, diputihkan, lalu dihilangkan bau tengiknya. Minyak kelapa yang

dijual untuk memasak kerap dicampur dengan minyak sayur lain, sehingga

harganya cukup murah.

2. Minyak kelapa kelentik. Minyak ini dibuat dengan cara tradisional oleh para

petani kelapa atau ibu rumah tangga. Caranya, dengan memasak santan

kelapa hingga minyak terpisah dari blondo (karamel). Kerapkali minyak ini

berwarna kuning sampai kecokelatan, akibat terkontaminasi karamel yang

gosong.

3. Minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO). Minyak ini merupakan

minyak kelapa yang tidak mengalami proses hidrogenasi. Agar tidak

mengalami hidrogenasi, ekstrasi minyak ini dilakukan dengan proses dingin,

5 “Jenis - Jenis Minyak Kelapa”, http : // female.kompas.com / read / 2010 / 03 / 19 / 08205226/

Mengenal. Jenis. Minyak. Kelapa, diakses tanggal 29Agustus 2014, jam 22.12 WIB.

Page 20: BAB I & II

misalnya dengan fermentasi, pancingan, sentrifugasi, pemanasan terkendali,

pengeringan parutan kelapa secara cepat, dan lain-lain.

4. Ada satu produk minyak kelapa yang disebut organik ekstra mengandung

MCT atau Medium Chain Triglyserides. Ini merupakan hasil pengolahan

lebih lanjut dari VCO berkualitas baik melalui proses esterifikasi gliserol

yang diturunkan dari minyak nabati berkadar laurat tinggi dengan asam lemak

rantai sedang. Cara paling sederhana membedakan organik ekstra VCO

mengandung MCT dengan VCO lain adalah dengan merasakannya. Bila

VCO biasa masih terasa sebagai minyak di lidah, VCO MCT terasa seperti

air.

2.2.3. Pengolahan Minyak Kelapa6

2.2.3.1. Pengolahan Minyak Kelapa Cara Basah

Pembuatan minyak dengan cara basah dapat dilakukan melalui

pembuatan santan terlebih dahulu atau dapat juga di pres dari daging kelapa

setelah digoreng. Santan kelapa merupakan cairan hasil ekstraksi dari kelapa parut

dengan menggunakan air. Bila santan didiamkan, secara pelan-pelan akan terjadi

pemisahan bagian yang kaya dengan minyak dengan bagian yang miskin dengan

minyak. Bagian yang kaya dengan minyak disebut sebagai krim, dan bagian yang

miskin dengan minyak disebut dengan skim. Krim lebih ringan dibanding skim,

karena itu krim berada pada bagian atas, dan skim pada bagian bawah.

1. Cara Basah Tradisional

Cara basah tradisional ini sangat sederhana dapat dilakukan dengan

menggunakan peralatan yang biasa terdapat pada dapur keluarga. Pada cara

ini, mula-mula dilakukan ekstraksi santan dari kelapa parut. Kemudian santan

dipanaskan untuk menguapkan air dan menggumpalkan bagian bukan minyak

yang disebut blondo. Blondo ini dipisahkan dari minyak. Terakhir, blondo

diperas untuk mengeluarkan sisa minyak.

2. Cara Basah Fermentasi

6 Dekindo, “Pengolahan Minyak Kelapa”, www. Dekindo. com / content / Proses _ Pengolahan

_ Minyak _ Kelapa.pdf, diakses tanggal 30 Agustus 2014, jam 05.00 WIB.

Page 21: BAB I & II

Cara basah fermentasi agak berbeda dari cara basah tradisional. Pada cara

basah fermentasi, santan didiamkan untuk memisahkan skim dari krim.

Selanjutnya krim difermentasi untuk memudahkan penggumpalan

bagianbukan minyak (terutama protein) dari minyak pada waktu pemanasan.

Mikroba yang berkembang selama fermentasi, terutama mikroba penghasil

asam. Asam yang dihasilkan menyebabkan protein santan mengalami

penggumpalan dan mudah dipisahkan pada saat pemanasan.

3. Cara Basah (Lava Process)

Cara basah lava process agak mirip dengan cara basah fermentasi. Pada cara

ini, santan diberi perlakuan sentrifugasi agar terjadi pemisahan skim dari

krim. Pada proses sentrifugasi, santan diberi perlakuan sentrifugasi pada

kecepatan 3000-3500 rpm. Sehingga terjadi pemisahan fraksi kaya minyak

(krim) dari fraksi miskin minyak (skim). Selanjutnya krim diasamkan,

Selanjutnya krim diasamkan dengan menambahkan asam asetat, sitrat, atau

HCI sampai pH4. Setelah itu santan dipanaskan dan diperlakukan seperti cara

basah tradisional atau cara basah fermentasi, kemudian diberi perlakuan

sentrifugasi sekali lagi untuk memisahkan minyak dari bagian bukan minyak.

Skim santan diolah menjadi konsentrat protein berupa butiran atau tepung.

4. Cara Basah dengan Penggorengan

Pengolahan minyak dengan cara penggorengan, proses ekstraksi minyak

dilakukan dari hasil penggilingan atau parutan daging kelapa dengan langkah

seperti gambar berikut.

Page 22: BAB I & II

Sumber: SIPUK, BI, 2004

Gambar 2.4. Proses Produksi Minyak Kelapa Cara Basah dengan

Penggorengan

Untuk memperoleh mutu minyak kelapa yang lebih baik, biasanya

dilakukan proses refined, bleached, deodorized (RBD). Proses-proses ini dapat

dilakukan dengan:

1. Penambahan senyawa alkali (KOH atau NaOH) untuk netralisasi asam lemak

bebas.

2. Penambahan bahan penyerap warna, biasanya menggunakan arang aktif agar

dihasilkan minyak yang jernih.

3. Pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk menguapkan dan

menghilangkan senyawa-senyawa yang menyebabkan bau yang tidak

dikehendaki.

Dengan bahan baku dua ton daging kelapa segar, akan dihasilkan sekitar

30-35% minyak kelapa atau sekitar 600 kg-700 kg minyak kelapa. Selain

Page 23: BAB I & II

memproduksi minyak kelapa, proses produksi juga menghasilkan produk

sampingan yaitu: bungkil kelapa, sisa pengepresan sebanyak 20%-25% dari total

jumlah bahan baku.

2.2.3.2. Pengolahan Minyak Kelapa Cara Kering

Pembuatan minyak dengan cara kering dapat dilakukan melalui

mengekstrak daging kelapa yang telah dikeringkan atau yang dikenal sebagai

kopra. Untuk menghasilkan minyak dari proses kering dapat dilakukan dengan

dua cara, yaitu:

1. Cara Pres

Cara pres dilakukan terhadap daging buah kelapa kering (kopra). Proses ini

memerlukan investasi yang cukup besar untuk pembelian alat dan mesin.

Uraian ringkas cara pres ini adalah sebagai berikut:

1. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk kasar.

2. Serbuk kopra dipanaskan, kemudian dipres sehingga mengeluarkan

minyak. Ampas yang dihasilkan masih mengandung minyak. Ampas

digiling sampai halus, kemudian dipanaskan dan dipres untuk

mengeluarkan minyaknya.

3. Minyak yang terkumpul diendapkan dan disaring.

4. Minyak hasil penyaringan diberi perlakuan berikut:

a. Penambahan senyawa alkali (KOH atau NaOH) untuk netralisasi

(menghilangkan asam lemak bebas).

b. Penambahan bahan penyerap (absorben) warna, biasanya

menggunakan arang aktifdan atau bentonit agar dihasilkan minyak

yang jernih dan bening.

c. Pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk menguapkan dan

menghilangkan senyawa-senyawa yang menyebabkan bau yang

tidak dikehendaki.

5. Minyak yang telah bersih, jernih, dan tidak berbau dikemas di dalam

kotak kaleng, botol plastik atau botol kaca.

Page 24: BAB I & II

2. Cara Ekstraksi Pelarut

Cara ini menggunakan cairan pelarut (selanjutnya disebut pelarut saja) yang

dapat melarutkan minyak. Pelarut yang digunakan bertitik didih rendah,

mudah menguap, tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak dan

residunya tidak beracun. Walaupun cara ini cukup sederhana, tapi jarang

digunakan karena biayanya relatif mahal. Uraian ringkas cara ekstraksi

pelarut ini adalah sebagai berikut:

1. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk.

2. Serbuk kopra ditempatkan pada ruang ekstraksi, sedangkan pelarut pada

ruang penguapan. Kemudian pelarut dipanaskan sampai menguap. Uap

pelarut akan naik ke ruang kondensasi. Kondensat (uap pelarut yang

mencair) akan mengalir ke ruang ekstraksi dan melarutkan lemak serbuk

kopra. Jika ruang ekstraksi telah penuh dengan pelarut, pelarut yang

mengandung minyak akan mengalir (jatuh) dengan sendirinya menuju

ruang penguapan semula.

3. Di ruang penguapan, pelarut yang mengandung minyak akan menguap,

sedangkan minyak tetap berada di ruang penguapan. Proses ini

berlangsung terus menerus sampai 3 jam.

4. Pelarut yang mengandung minyak diuapkan. Uap yang terkondensasi

pada kondensat tidak dikembalikan lagi ke ruang penguapan, tapi

dialirkan ke tempat penampungan pelarut. Pelarut ini dapat digunakan

lagi untuk ekstraksi. penguapan ini dilakukan sampai diperkirakan tidak

ada lagi residu pelarut pada minyak.

5. Minyak diberi perlakuan netralisasi, pemutihan dan penghilangan bau.

2.2.4. Manfaat Minyak Kelapa

7Minyak kelapa dapat dimanfaatkan secara langsung menjadi bahan

bakarselayaknya solar. Minyak kelapa memiliki kekentalan 50-60 senti stokes,

sedangkan solar 5 senti stokes. Pada suhu antara 80-90 derajat celcius, minyak

kelapa memiliki kekentalan yang setara dengan solar. Salah satu inovasi yang 7 “Manfaat Minyak Kelapa”, http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_kelapa,diakses tanggal 30

Agustus 2014, jam 05.22 WIB.

Page 25: BAB I & II

dikembang Departemen Teknik Pertanian IPB yaitu dengan memanfaatkan

suhu knalpot untuk mengubah kekentalan minyak kelapa agar sama dengan

solar. Gas buang knalpot memiliki temperatur 350-360 derajat celcius sehingga

diperlukan koil pendingin untuk menurunkan temperatur knalpot. Kemudian

minyak kelapa melalui sebuah selang dialirkan melalui knalpot sebelum menuju

ke ruang pembakaran mesin diesel.

Cara seperti ini tentunya lebih murah dibandingkan dengan memanfaatkan

kokodiesel, yaitu minyak kelapa yang telah melalui proses industri untuk diubah

menjadi biodiesel. Harga kokodiesel saat ini berkisar Rp. 10.000 per liter,

sedangkan minyak kelapa yang tidak melalui proses pengolahan bisa jauh lebih

murah. Selain itu, kelapa merupakan tanaman yang umum tumbuh di daerah

pesisir, menjadikannya sumber bahan bakar yang potensial baginelayan setempat

yang cenderung mengalami kesulitan bahan bakar, baik masalah harga maupun

ketersediannya.

8Berikut beberapa manfaat minyak kelapa, antara lain:

1. Minyak kelapa memperlambat proses pencernaan, membuat Anda merasa

kenyang lebih lama dan meminimalkan makan mengakibatkan penurunan

berat badan yang cepat.

2. Gunakan untuk memoles peralatan stainless steel dengan menerapkan dengan

kain lembut dalam gerakan melingkar.

3. Gunakan sebagai make up remover. Ini sangat bagus untuk melepas riasan

mata 

4. Mengobati psoriasis dan eksim dengan itu.

5. Terapkan sebagai kondisioner untuk rambut Anda. Hanya biarkan selama 5-

10 menit, dan rambut Anda akan mengkilap dan terhidrasi. Pastikan untuk

bilas!

6. Gunakan di tempat parfum selama musim panas untuk aroma tropis ringan.

7. Gunakan untuk mengurangi rambut keriting.

8. Gosokkan ke dalam kulit untuk melembutkan kulit kasar dan kering.

8 Ahmad, “Manfaat Minyak Kelapa”, http://alternative-1st.com/2013/08/manfaat-

menakjupkan-dari-minyakkelapa.html, diakses tanggal 30 Agustus 2014, jam 05.31 WIB.

Page 26: BAB I & II

9. Gunakan sebagai pelembab total tubuh dan membuat kulit lebih bersinar.

10. Gunakan pada talenan kayu minyak menciptakan lapisan dan

mempertahankan kayu.

11. Meningkatkan fungsi usus yang tepat dan meringankan wasir.

12. Gunakan sebagai pasta gigi alami bila dicampur dengan baking soda.

13. Gunakan untuk meredakan puting retak saat menyusui.

14. Meredakan dan menyembuhkan gangguan pencernaan, maag, radang usus,

IBS, dan penyakit Crohn.

15. Menstabilkan gula darah dan produksi insulin.

16. Gunakan minyak kelapa untuk melawan pilek karena memiliki sifat antivirus.

17. Telah ditemukan untuk menngurangi tekanan darah tinggi.

18. Gunakan untuk membantu menenangkan setiap gangguan kulit atau iritasi

kulit.

19. Sebuah alternatif untuk diggunakan sebagai mentega popcorn.

20. Monolarium dalam minyak kelapa  telah terbukti meningkatkan fungsi

kekebalan tubuh.Sebuah alternatif untuk mentega untuk memanggang kue,

permen dan permen lainnya.

21. Gunakan sebagai alternatif alami untuk tabir surya.

22. Membuat rambut Anda lebih bersinar .

23. Gunakan untuk menenangkan kulit Anda setelah waxing atau mencabut.

24. Gunakan untuk menyembuhkan luka dan goresan.

25. Membantu pencernaan dan menghilangkan sakit maag dengan mengkonsumsi

satu sendok makan.

26. Oleskan ke wajah Anda untuk menyingkirkan jerawat..

27. Gunakan untuk melembutkan kutikula.

28. Oleskan minyak kelapa sebagai krim kaki setelah pedikur.

29. Ambil internal untuk meningkatkan metabolisme Anda dan dukungan

penurunan berat badan.

30. Gunakan sebagai alternatif krim ruam popok bayi.

31. Gunakan sebagai minyak pijat.

Page 27: BAB I & II

32. Oleskan untuk telinga Anda untuk menenangkan setiap iritasi yang

disebabkan oleh memakai anting-anting.

33. Lakukan eksfoliasi bibir Anda dengan mencampur sedikit minyak kelapa

dengan gula merah atau biasa. Scrub lembut untuk bibir lembut

halusdan menyembuhkan bibir pecah-pecah parah..

34. Gunakan untuk menyembuhkan tumit retak dan siku.

35. Menyebar roti bakar di tempat mentega. Rasanya lebih baik dengan madu

mentah sedikit.

36. Gunakan untuk meringankan sengatan matahari menyakitkan.Gunakan untuk

mencegah stretch mark selama kehamilan.

37. Melembutkan kapalan dengan itu sebelum pengelupasan kaki Anda.

38. Gosok ke kepala bayi untuk menghilangkan cradle cap.

39. Menambahkannya ke air mandi untuk ultra-pelembap kulit .

40. Menenangkan sakit tenggorokan dengan menambahkannya ke teh panas.

41. Gunakan untuk mengobati infeksi jamur atau ragi.Gunakan untuk

meningkatkan tingkat metabolisme, menstabilkan berat badan, dan

mengendalikan nafsu memakan makanan.

42. Gunakan dalam setiap hidangan saat memanggang atau menggoreng sebagai

bumbu membuat makanan apapun.

43. Meringankan refluks asam, mengurangi penyakit kandung empedu.

44. Menghentikan rasa sakit, perih, dan gatal bug dan gigitan ular.Ini membantu

mengurangi garis-garis halus keriput dan lingkaran hitam di bawah mata.

45. Nutrisi dan asam amino bagi kulit.

46. Gunakan untuk menghilangkan kutu.Gunakan pada dashboard mobil Anda

dan hiasan untuk bersinar alami.

47. Campur dengan minyak sereh atau minyak pohon teh untuk pembasmi

serangga alami .

48. Gunakan sepatu kulit untuk bersinar alami besar dan pelindung.

49. Gunakan untuk membantu mengobati diabetes.

50. Gunakan sebagai kayu non-toksik dan alami noda dan sealer untuk

perkebunan kayu di luar ruangan.

Page 28: BAB I & II

51. Gunakan pada sink stainless steel untuk bersinar besar dan pelindung.

52. Jika Anda memiliki karpet dengan permen karet terjebak di dalamnya,

gunakan minyak kelapa untuk menghapusnya.

53. Gunakan pada engsel jendela dan pintu berderit.

54. Dicampur dengan soda kue, minyak kelapa membuat pasta gigi yang efektif .

55. Menggunakannya sebagai campuran alami ketombe pada kulit kepala Anda.

2.2.5. Analisis Parameter Minyak Kelapa9

Rindengan dan Novarianto (2004), menyatakan bahwa sifat fisik dan

kimia merupakan parameter yang sangat berguna untuk menentukan penggunaan

yang tepat dari minyak tersebut.

a.  Sifat fisik minyak terdiri dari warna, titik didih, titik awal mencair (shot

melting point), berat jenis, indeks bias, titik asap, titik nyala, titik api, titik

kekeruhan, titik cair dan polimorfisme, serta bau dan rasa. Sifat fisik lain

diantaranya banyak digunakan untuk mengevaluasi minyak setelah melewati

suatu proses pengolahan, misalnya pemanasan. Untuk minyak kelapa murni,

sifat fisik yang perlu diketahui adalah warna, kekentalan, titik cair, titik asap

dan indeks bias.

b.  Sifat kimia yang paling penting adalah sifat terhidrolisis dan teroksidasi

yang masing-masing dapat ditentukan dengan mengukur bilangan asam dan

bilangan peroksida. Sifat kimia lainnya adalah jenis asam lemak yang

ditentukan dengan bilangan penyabunan. Sementara sifat kejenuhannya

ditentukan dengan bilangan iodin.

Minyak kelapa murni memiliki beberapa keunggulan dibandingkan

dengan minyak nabati lainnya seperti minyak sawit, minyak kedelai, minyak

jagung dan miyak bunga matahari, yaitu pada kandungan asam lemak jenuhnya

tinggi, komposisi asam lemak rantai mediumnya tinggi dan berat molekulnya

rendah (Rindengan dan Novarianto, 2004).

9 Ananda, “Analisis Parameter Minyak Kelapa”, http://anandagagan.com/2010/03/normal-0-

false-false-false-en-us-x-none.html, diakses pada tanggal 30 Agustus 2014, jam 05.45 WIB.

Page 29: BAB I & II

2.2.6. Standar Mutu Minyak Kelapa10

Minyak yang dihasilkan dari proses manapun yang digunakan selayaknya

aman untuk dikonsumsi sesuai Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Standar Mutu Minyak Goreng Berdasarkan SNI-3741-2013

No Kriteria Persyaratan

1 Bau dan Rasa Normal

2 Warna Normal

3 Kadar Air Max 0,15%

4 Bilangan Asam Max0,6 mg KOH/g

5 Bilangan Peroksida Max 10 mek O2/kg

6. Asam linolenat dalam komposisi

asam lemak minyak

Max 2%

7 Cemaran Logam Max 0,1 mg/kg kecuali kadmium,

timah dan raksa

Sumber: http://www.academia.edu/4506592/21744_SNI_3741_2013_minyakgoreng_web

2.2.7. Kandungan Minyak Kelapa11

Analisa nilai nutrisi daging buah kelapa dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Nilai Nutrisi Daging Buah Kelapa

No Kandungan Nutrisi Nilai Kandungan Nutrisi

1 Air 90,59 %

2 Kalori 437 kkal/ 100 g

3 Minyak 26,67 %

Tabel 2.5. Nilai Nutrisi Daging Buah Kelapa (Lanjutan)

No Kandungan Nutrisi Nilai Kandungan Nutrisi

10 “Standar Mutu Minyak Kelapa”,

http://www.academia.Edu/4506592/21744_SNI_3741_2013_minyak_goreng_web, diakses pada

tanggal 30 Agustus 2014, jam 06.00 WIB.11 “Kandungan Minyak Kelapa”,http://wartawarga.gunadarma.ac.id/1010.05/tanaman-kelapa-

sebagai-tanaman-obat/, diakses pada tanggal 30 Agustus 2014, jam 06.13 WIB.

Page 30: BAB I & II

4 Protein 10,67 %

5 Serat Kasar 3,98 %

6 Karbohidrat 38,45 %

7 Pati 13,53 %

8 Glukosa 24,92 %

9 Isoleusin 2,5 g/ 16 N

10 Leusin 4,9 g/ 16 gN

11 Lisin 2,7 g/ 16 gN

12 Metionin 1,5 g/ 16 gN

13 Threosin 2,3 g/ 16 gN

14 Tripthopan 0,6 g/ 16 gN

15 Valin 3,8 g/ 16 g

16 Fe (Besi) 17 ppm

17 Cu (Tembaga) 3,2 ppm

18 Sulfur 4,4 ppm

19 Posfat 2,4 ppm

20 Vitamin C 10 ppm

21 Vitamin B 15 UI

22 Vitamin E 2 ppm

Sumber:http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/tanaman-kelapa-sebagai-tanaman-obat/

Minyak kelapa sangat mudah dicerna dan diabsorbsi tubuh karena

mengandung trigliserida yang tersusun dari lemak rantai sedang (C6-C12).

Komposisi asam lemak dalam minyak kelapa adalah C8 5-%, C10 6 - 10% dan

C12 44 - 45% (total 55-65% asamlemak rantai sedang). Trigliserida asam lemak

rantai sedang dapat digunakan untuk mengatasi hiperlipidemia dan kegemukan

serta dapat digunakan dalam ransum untuk pasien pasca bedah dan bayi prematur.

Daging buah kelapa juga mengandung 0,2 mg vitamin E (sebagai senyawa

antioksidan yang larut dalam lemak), namun proses produksi minyak secara

konvensional yang biasanya mengaplikasikan panas dan tekanan serta mengurangi

kandungan tokoferol dalam hasil akhir.

Page 31: BAB I & II

2.2.8. Jenis Pengujian Minyak Kelapa12

Jenis-jenis lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan sifat-

sifatnya. Pengujian sifat-sifat lemak dan minyak ini meliputi:

1. Penentuan Angka Penyabunan

Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara

kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek

berarti mempunyai berat molekul yang relatif kecil, akan mempunyai angka

penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul

yang besar, maka angka penyabunan relatif kecil. Angka penyabunan ini

dinyatakansebagai banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk

menyabunkan satu gram lemak atau minyak. 22

Angka penyabunan =

( volume blanko-volume sampel ) x NHCl x Mr KOHmassa sampel (gram )

2. Penentuan Angka Ester

Angka ester menunjukkan jumlah asam organic yang bersenyawa sebagai

ester. Angka ester dihitung dengan selisih angka penyabuanan dengan angka

asam.

Angka ester = angka penyabunan – angka asam.

3. Penentuan Angka Iodine

Penentuan iodine menunjukkan ketidakjenuhan asam lemak penyusunan

lemak dan minyak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iodium dan

membentuk senyawaan yang jenuh. Banyaknya iodine yang diikat

menunjukkan banyaknya ikatan rangkap yang terdapat dalam asam lemaknya.

Angka iodine dinyatakan sebagai banyaknya iodine dalam gram yang diikat

oleh 100 gram lemak atau minyak.

4. Angka peroksida

12 Netti, “Jenis-jenis Pengujian Minyak Kelapa”, http://download/ft/tkimia-Netti.pdf, diakses

tanggal 30 Agustus 2014, jam 0615 WIB.

Page 32: BAB I & II

Kerusakan lemak atau minyak yang utama adalah karena peristiwa oksidasi

dan hidrolitik, baik enzimatik maupun nonenzimatik. Diantara kerusakan

minyak yang mungkin terjadi ternyata kerusakan karena autoksidasi yang

paling besar pengaruhnya terhadap cita rasa. Bau tengik atau rancid pada

minyak disebabkan karena adanya aldehid dan keton. Untuk mengetahui

tingkat kerusakan minyak dapat dinyatakan sebagai angka peroksida. Angka

peroksida dinyatakan dalam miliequivalen dari peroksida dalam setiap 1000 g

minyak atau lemak. Cara yang sering digunakan untuk menentukan bilangan

peroksida berdasarkan pada reaksi antara alkali iodida dalam larutan asam

dengan ikatan peroksida.

Angka peroksida = mL titrasi (sampel – blanko) N Na2S2O3 x 1000

Berat sampel (g)

5. Pengujian Angka Asam

Angka asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam

suatu lemak atau minyak.Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram

NaOH/KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang

terdapat dalam satu gram lemak atau minyak.

Rumus untuk menentukan bilangan asam adalah:

Bilangan asam =

V KOH x N KOH x Mr KOHmassa sampel (gr )

6. Penetuan Kadar Minyak

Penentuan kadar air dalam minyak dapat dilakukan dengan cara

thermogravimetri atau cara thermovolumetri. Adapun rumus untuk

menentukan kadar air adalah:

Kadar air =

A - FA x 100 %

2.2.9 Rendemen Minyak Kelapa13

13 “Rendemen Minyak Kelapa”, http://id.wikipedia.org/wiki/Rendemen_kimia, diakses tanggal 1

September 2014, jam 04.32 WIB.

Page 33: BAB I & II

Rendemen minyak kelapa adalah persentase rata-rata minyak kelapa

yang dihasilkan dari berat daging kelapa setiap butir kelapa. Rumus untuk

menghitung rendemen minyak kelapa yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

Rendemen =

Jumlah minyak yang diperolehJumlah santan yang digunakan X 100%

2.3 Peta Kerja14

Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara

sistematis dan jelas (biasanyaa kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa

melihat semua langkah atau kejadian yang dialami suatu benda kerja dari mulai

dari masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku), kemudian menggambarkan semua

langkah yang dialaminya, seperti transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan

perakitan sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap atau

merupakan bagian dari suatu produk lengkap atau merupakan bagian dari suatu

produk lengkap. Apabila kita melakukan studi yang seksama terhadap suatu peta

kerja dari suatu proses produksi akan lebih muda dilaksanakan.

2.3.1 Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)15

Peta ProsesOperasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan

langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan

operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi produk jadi utuh

maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi-informasi yang

diperlukan untuk analisa lebih lanjut seperti waktu yang dihabiskan, material yang

digunakan, dan tempat atau alat mesin yang dipakai. Jadi dalam suatu Peta Proses

Operasi, dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan operasi dan pemeriksaan saja,

kadang-kadang pada akhir proses dicatat tentang penyimpanan.

Kegunaan dan informasi yang diberikan oleh peta proses operasi antara

lain:

1. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.

14 Sutalaksana (et.al.),1979, Teknik Tata Cara Kerja, ITB, Bandung, hlm 15.15 Ibid., hlm. 21

Page 34: BAB I & II

2. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan memperhitungkan

efisiensi di tiap operasi/pemeriksaan).

3. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.

4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai.

5. Sebagai alat untuk latihan kerja.

Berikut adalah prinsip-prinsip yang harus diikuti dalam pembuatan peta

proses operasi yaitu:

1. Pada baris paling atas dinyatakan jenis peta yaitu Peta Proses Operasi yang

diikuti oleh identifikasi lain seperti: nama objek, nama pembuat peta, tanggal

dipetakan, cara sekarang atau usulan, nomor peta dan nomor gambar.

2. Material yang akan diproses dituliskan di atas garis horisontal, yang

menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.

3. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, dari atas ke bawah sesuai

urutan prosesnya.

4. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai

dengan urutan proses terkait

5. Penomoran terhadap kegiatan pemeriksaan diberikan tersendiri dan prinsipnya

sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.

Berikut adalah contoh dari Operation Proses Chart:

Page 35: BAB I & II

Gambar 2.5.Operation Process Chart

Sumber: Sultalaksana, Teknik Perancangan Sistem Kerja.

2.3.2 Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)16

Peta Aliran Proses adalah suatu diagram yang menunjukkan urutan-

urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang

terjadi selama satu proses atau prosedur berlangsung, serta didalamnya memuat

pula informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang

dibutuhkan dan jarak perpindahan. Waktu dalam jam, dan jarak perpindahan

biasanya dinyatakan dalam meter, walaupun hal ini tidak terlampau mengikat.

Metoda penggambaran ini hampir sama dengan Peta Proses Operasi (Operation

Process Chart) hanya saja di sini akan jauh lebih detail dan lengkap. Tidak seperti

Peta Proses Operasi yang hanya menggambarkan aktivitas yang produktif

(kegiatan operasi dan inspeksi), maka Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)

16Ibid., hlm. 28

Page 36: BAB I & II

juga akan menggambarkan aktivitas-aktivitas yang tidak produktif seperti

transportasi (material handling), delay/idle, dan penyimpanan. Cara

penggambarannya akan menggunakan semua simbol ASME yang pernah

diuraikan sebelumnya. Demikian penggambaran akan dilaksanakan secara vertikal

dari atas ke bawah.

Pada prinsipnya Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) hampir sama

dengan Peta Proses Operasi (Operation Process Chart). Perbedaan yang pokok

adalah dalam penggunaan simbol-simbol ASME dimana untuk Peta Aliran Proses

semua simbol akan digambarkan dengan jelas untuk menggambarkan aliran

proses kerja saat awal sampai ke akhir proses. Dengan demikian di sini akan ada

tiga tambahan simbol yang dipakal yaitu simbol panah (transportasi), simbol

setengah lingkaran atau huruf "D" (delay) dan simbol segitiga terbalik (storage)

yang digambarkan baik untuk awal maupun akhir proses, ini adalah langkah-

langkah proses baik yang bersifat produktif (operasi atau pemeriksaan) maupun

tidak produktif (menunggu, memindahkan, menyimpan) dari awal sampai akhir

kegiatan dalam penggambaran peta proses operasi akan diketahui atau bisa

diuraikan secara detail.

Berikut ini adalah kegunaan peta aliran proses yaitu:

1. Bisa digunakan untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang melalui

awal masuk dalam suatu proses atau prosedur sampai aktivitas berakhir.

2. Peta ini bisa memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu

proses atau prosedur.

3. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau

dilakukan orang selama proses atau prosedur berlangsung.

4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode kerja.

5. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau

dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.

6. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan.

Berikut adalah contoh dari Flow Process Chart:

Page 37: BAB I & II

Gambar 2.6. Flow Process Chart

Sumber: Sultalaksana, Teknik Perancangan Sistem Kerja

2.3.3 Diagram Aliran (Flow Diagram)17

Diagram Aliran merupakan suatu gambaran menurut skala dari susunan

lantai dan gedung, yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi

dalam peta aliran proses. Aktifitas yang berarti terjadi pergerakan suatu material

atau orang dari suatu tempa, dinyatakan oleh garis aliran dalam diagram tersebut.

Meskipun Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) telah mampu

memberikan informasi yang tepat dan mendetail mengenai proses kerja yang

berlangsung, akan tetapi peta ini masih belum dianggap mampu menunjukkan

suatu gambaran yang jelas mengenai aliran proses yang sebenarnya dalam suatu

pabrik. Untuk menambahkan kejelasan maka diperlukan tambahan informasi yang

17Ibid., Hal. 37

Page 38: BAB I & II

berupa gambar atau sktesa (dalam skala tertentu) yang menunjukkan area kerja

pabrik dimana proses tersebut berlangsung. Cara ini akan memberikan akan

gambaran visual yang lebih jelas sebelum diambil keputusan perubahan langkah-

langkah kerja. Sebagai contoh, sebelum keputusan tentang apakah proses

transportsai atau pemindahan material dapat diperpendek jaraknya maka perlu

secara nyata diketahui peta ruangan tempat proses berlangsung sehingga

perubahan material handling akan dapat dianalisa dengan sebaik-baiknya.

Berikut ini adalah kegunaan diagram aliran:

1. Lebih memperjelas suatu peta aliran proses, apalagi jika arah aliran

merupakam faktor yang penting. Dengan adanya tambahan informasi

tersebut, maka makin mudah dilakukan perbaikan. Tambahan informasi

tersebut berguna sebagai bahan analisa untuk memperpendek jarak

perpindahan.

2. Menolong dalam perbaikan tata letak tempat kerja. Diagram aliran

menunjukkan dimana tempat-tempat penyimpanan, stasiun pemeriksaan dan

tempat-tempat kerja dilaksanakan. Diagram aliran juga menunjukkan

bagaimana arah gerakan berangkat kembalinya suatu material atau seorang

pekerja.

Berikut ini adalah contoh dari Flow Diagram:

Page 39: BAB I & II

Gambar 2.7.Flow Diagram

Sumber: Sultalaksana, Teknik Perancangan Sistem Kerja

2.4 Neraca Bahan (Material Balance)18

Material Balance menunjukkan analisa kuantitatif terhadap material

input, output dan waste/limbah setiap tahapan proses produksi. Hubungan neraca

bahan dengan model matematika sangat erat, karena dari konsep verbal, proses

perpindahan dapat dianalisis dengan menggunakan model matematik.

Neraca bahan adalah alat yang penting dalam teknologi proses. Pada umumnya

neraca bahan digunakan bioreactor secara batch dan continuou. 

Prosedur pembuatan neraca bahan adalah sebagai berikut:

1. Siapkan sistem diagram alir (flow sheet) proses produksi dimana neraca bahan

akan dibuat.

18 Marlina, “ Neraca Bahan”, http://winnyalnamarlina.com/2011/08/virgin-coconut-oil.html,

diakses tanggal 1 September 2014, jam 04.46 WIB.

Page 40: BAB I & II

2. Letakkan semua informasi dan data yang akan digunakan pada diagram alir.

3. Susun persamaan reaksi yang terjadi dalam proses.

4. Pilih sebagai dasar semua perhitungan.

Hal-hal tersebut dapat diselesaikan dengan hukum kekelan massa, yaitu:

“massa tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan dalam perubahan massa”. Dalam

setiap reaksi ataupun proses, total massa pereaksi sama dengan total massa produk

(produk dan limbah). Unsur massa yang masuk ke dalam reaksi sama dengan

unsur sebagai produk.

Dalam membuat material balance untuk sebuah proses, kita terlebih

dahulu harus menentukan apa yang sedang dibuat material balance-nya, dan

menguraikan batas-batasnya. Yang dimaksud dengan sistem adalah seluruh

rangkaian proses yang dikemukakan secara khusus untuk analisis. 

Rumus kesetimbangan material adalah total massa masuk sama

dengantotal massa keluar.

2.5 Analisis Biaya19

Analisis biaya biasanya digunakan untuk mencari tingkat laba yang

maksimum. Misalkan saja laba adalah π dan merupakan selisih antara pendapatan,

yaitu perkalian antara harga, P dengan kuantita yang terjual, Q dan biaya-biaya

adalah C. Jadi π = PQ-C.

2.5.1 Biaya20

Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu

proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang

berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya terbagi menjadi

dua, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya yang

terlihat secara fisik, misalnya berupa uang.Sementara itu, yang dimaksud dengan

biaya implisit adalah biaya yang tidak terlihat secara langsung, misalnya biaya

kesempatan dan penyusutan barang modal.

19Sukanto Reksohadiprodjo, 1984, Manajemen Produksi, BPFE, Yogyakarta, hlm 261.20“Biaya”,http://id.wikipedia.org/wiki/Biaya, diakses tanggal 1 September 2014, jam 04.52 WIB.

Page 41: BAB I & II

2.5.2. Penentuan Harga Pokok Produksi21

Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk

memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Terdapat

dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.

1. Full Costing

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang

memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok

produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan

biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap.

2. Variabel Costing

Variabel costing merupakkan metode penentuan harga pokok produksi yang

hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam

harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung dan biaya overhead pabrik variabel.

Perbedaan pokok antara metode full costing dan variabel costing

sebetulnya terletak pada perlakuan biaya tetap produksi tidak langsung. Dalam

metode full costing dimasukkan unsur biaya produksi karena masih berhubungan

dengan pembuatan produk berdasar tarif (budget), sehingga apabila produksi

sesungguhnya berbeda dengan budgetnya maka akan timbul kekurangan atau

kelebihan pembebanan. Tetapi pada variabel costing memperlakukan biaya

produksi tidak langsung tetap bukan sebagai unsur harga pokok produksi, tetapi

lebih tepat dimasukkan sebagai biaya periodik, yaitu dengan membebankan

seluruhnya ke periode dimana biaya tersebut dikeluarkan sehingga dalam variabel

costing tidak terdapat pembebanan lebih atau kurang.

Adapun unsur biaya dalam metode full costing terdiri dari biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang sifatnya

tetap maupun variabel. Sedangkan unsur biaya dalam metode variabel costing

21 Hasyim, “Harga Pokok Produksi”, http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/05/21/metode-

penentuan-harga-pokok-produksi/, diakses tanggal 1 September 2014, jam 05.04 WIB.

Page 42: BAB I & II

terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead

pabrik yang sifatnya variabel saja dan tidak termasuk biaya overhead pabrik tetap.

Dalam praktiknya, variable costing tidak dapat digunakan secara eksternal

untuk kepentingan pelaporan keuangan kepada masyarakat umum atau tujuan

perpajakan.

2.6. Energi Penguapan22

Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan

bertambah (sistem akan terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya,

jika kalor diambil dari sistem, volume dan suhu sistem akan berkurang (sistem

tampak mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip ini merupakan hukum alam

yang penting dan salah satu bentuk dari hukum kekekalan energi. Sistem yang

mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang mengalami

perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang

diberikan kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan

mengalami perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan

energi dalam termodinamika atau disebut hukum I termodinamika. Secara

matematis, hukum I termodinamika dituliskan sebagai :

Q = W + ∆U

Dimana Q adalah kalor , W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi

dalam. Jika menggunakan panas penguapan untuk mengukur kekuatan gaya

antarmolekul, bahwa gaya-gaya tersebut mungkin tetap ada dalam fase gas

(seperti pada kasus air), sehingga nilai perhitungan kekuatan ikatan akan menjadi

terlalu rendah. Hal ini terutama ditemukan pada logam, yang sering membentuk

molekul ikatan kovalen dalam fase gas. Dalam kasus ini, perubahan entalpi

standar atomisasi harus digunakan untuk menemukan nilai energi ikatan yang

sebenarnya. Formula kalor uap yaitu:

Q = m x U

22 Agus Koesowihardmojo, “Energi Penguapan”, http:// aktifisika. wordpress. com/ 2009/ 02/ 25/

termodinamika/,, diakses pada tanggal 1 September 2014, jam 05.09 WIB.

Page 43: BAB I & II

dimana:

Q = Kalor yang diterima suatu zat (Joule)

m = Massa Zat (Gram, Kilogram)

U = Kalor uap zat (Joule/ kilogram)

Gambar 2.8. Tabel Properti Dinamika untuk Penguapan

Sumber: https://nurulimantmunib.wordpress.com/tag/enthalpy/

Page 44: BAB I & II

2.7. Efisiensi Mesin23

Efisiensi mesin mengacu pada kemampuan mesin untuk mengubah

energi yang tersedia dari bahan bakar menjadi tenaga gerak yang berguna. Mesin

bensin modern beroperasi pada rata-rata sekitar 20 sampai 30 persen efisiensi.

Sisa 70 sampai 80 persen energi dari bensin dikeluarkan dari mesin baik sebagai

panas, energi suara mekanik, atau gesekan. Pada saat tidak sedang berjalan,

efisiensi mesin adalah nol karena mesin tidak menggerakkan kendaraan dan hanya

mengoperasikan aksesoris, seperti pompa air dan generator.

Dibanding mesin bensin, mesin diesel dianggap lebih efisien. Mesin diesel

menggunakan kompresi tinggi pada silinder untuk menyalakan bahan bakar.

Kompresi lebih tinggi ini membuat mesin diesel memiliki efisiensi sekitar 40

persen. Efisiensi ini lazimnya hanya tercapai pada mesin diesel jenis injeksi

langsung.

Rasio kompresi mesin juga akan mempengaruhi efisiensi mesin. Hal ini

disebabkan, sebagian, karena kemampuan mesin untuk mengubah panas dari

proses pembakaran untuk menghasilkan energi.

Semakin tinggi rasio kompresi, semakin baik efisiensi mesin secara

keseluruhan. Jumlah oksigen yang mampu diserap mesin mempengaruhi

kemampuannya untuk beroperasi secara lebih efisien. Ini adalah alasan mengapa

nitrous oxide ditambahkan ke dalam sistem bahan bakar mesin bensin.

Nitrous oxide menambahkan molekul oksigen ke dalam ruang bakar,

sehingga lebih banyak bahan bakar yang terbakar. Hal ini pada gilirannya

membuat mesin beroperasi lebih efisien. Jenis bahan bakar juga turut

mempengaruhi efisiensi. Bensin dengan oktan lebih tinggi akan memungkinkan

mesin untuk beroperasi dengan rasio kompresi yang lebih tinggi yang berarti

meningkatkan efisiensi.

Bahan bakar seperti nitrometana menghasilkan oksigen, sehingga

menciptakan tenaga mesin lebih besar akibat lebih banyak bahan bakar yang

terbakar.

23 Ardi, “Efisiensi Mesin”, http://www.amazine.co/25918/apa-itu-efisiensi-mesin-perbandingan-

mesin-diesel-bensin/, diakses pada tanggal 1 September 2014, jam 04.16 WIB.

Page 45: BAB I & II

2.8. 24Ekstraksi Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) dari Kulit Biji Mete

dengan Menggunakan Metode Pengepresan

2.8.1. Pendahuluan

Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L) merupakan salah satu

komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi (Simpen, 2008).

Namun, pemanfaatannya yang masih terbatas yang hanya pada biji metenya saja,

terutama pemanfaatannya sebagai makanan ringan dan untuk bahan pengisi kue.

Kandungan organik buah jambu mete dalam 100 gram bahan adalah 82.5 gram

air, 0.7 g protein, lemak 0.6 g, karbohidrat 15.9 g, mineral 0.3 g, 197 mg vitamin

C, serta kadar vitamin yang terkandung di dalamnya cukup kecil (Jumari, 2009).

Produksi mete Indonesia setiap tahun diperkirakan sebanyak 146.000 ton.

Sekitar 42% dari produksi tersebut diekspor dalam bentuk gelondong mete, 10%

diekspor setelah dikacip menjadi kacang mete, dan 48% dikonsumsi di dalam

negeri. Pada posisi seperti ini, Indonesia sebenarnya merugi karena hilangnya

nilai tambah dari pengolahan gelondong mete menjadi kacang mete dan produk

sampingnya seperti CNSL yang merupakan hasil ekstraksi dari kulit mete yang

banyak digunakan sebagai bahan baku industri (Anonim, 2007).

CNSL bersifat viscous, lekat-lekat kental, berwarna coklat kehitaman,

pahit, pedas, sangat reaktif dalam reaksi oksidasi maupun polimerisasi. CNSL

merupakan minyak yang tersusun dari senyawa fenolat kompleks dengan rantai

karbon panjang bercabang dan tidak jenuh (Ketaren, 1986).

CNSL dapat dihasilkan dengan cara pemanggangan, pengepresan

(pressing) atau ekstraksi menggunakan pelarut kimia. Bila menggunakan cara

proses pemanggangan pada suhu tinggi mutu CNSL yang dihasilkan rendah dan

warnanya cenderung gelap. Kemudian jika menggunakan cara pengepresan

diperlukan perlakuan pendahuluan yang memakan waktu cukup lama. Selain itu,

minyak masih tersisa pada ampas berkisar 10% dan kandungan air juga masih

tinggi. Sedangkan, kalau dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut kimia akan

dapat dihasilkan minyak dengan kualitas lebih baik dibanding menggunakan cara

24Lukas Budi Warsono, “Ekstraksi Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) dari Kulit Biji Mete dengan Menggunakan Metode Pengepresan”, Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2013.

Page 46: BAB I & II

pemanggangan dan pengepresan, tetapi membutuhkan biaya yang cukup mahal

(Ketaren, 1986).

Simpen (2008) menyatakan, bahwa hasil penelitian mengenai produksi

CNSL sudah pernah dilakukan dengan melalui cara pengepresan pada tekanan

200 kg/cm2 dan temperatur proses 125oC. Namun, rendemen yang dihasilkan

masih cukup rendah (19,6%) dan apabila dilakukan pada temperatur proses relatif

tinggi (di atas 70oC) diduga akan dihasilkan CNSL dengan kualitas rendah karena

akan lebih banyak mengandung anakardol dibandingkan anakardat.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mesin screw press, Oven,

Baskom, eksikator, timbangan, neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,001

g, piknometer, viskometer, seperangkat alat titrasi dan peralatan gelas untuk

analisa.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelondong kulit biji

mete diperoleh dari Wonogiri, Jawa Tengah. Bahan – bahan yg digunakan dalam

analisis antara lain aquades, alkhohol, kalium hidrosida (KOH) 0.1 N dan 0.5 N,

asam klorida (HCl) 0.5 N, chloroform, iod bromide, Kl 10% , natrium thiosulfat

(Na2S2O3) 0.1 N dan larutan pati.

2.8.2. Tahapan Penelitian

Gelondong kulit disortasi terlebih dahulu dan diambil 2 kg. Selanjutnya

dilakukan pengecilan ukuran dengan mencacahnya kira-kira berukuran 1-3 cm.

Kemudian dipanaskan di oven dengan variasi suhu dan waktu. Perlakuan yang

dilakukan adalah suhu 60o, 70o, 80o C dengan perbandingan 10, 20, dan 30

menit.

Ekstraksi CNSL dari kulit biji mete menggunakan metode pengepresan

dengan mesin screw press bertekanan 200 kg/cm2. Lama pengepresan kurang

lebih 5-10 menit. Setelah selesai proses pengepresan kemudian dilakukan

penghitungan terhadap rendemen. Kemudian dilakukan juga analisis lain yang

bertujuan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas dari minyak CNSL yang

dihasilkan.

Page 47: BAB I & II

2.8.3. Hasil dan Pembahasan

Persiapan bahan untuk proses ekstraksi adalah pengecilan ukuran.

Pengecilan ukuran dilakukan pembelahan kulit biji mete menjadi 2-4 bagian

tergantung besar kecilnya ukuran kulit biji mete. Alat untuk mengecilkan ukuran

menggunakan pisau potong yang dilakukan secara manual. Setelah pengecilan

ukuran kemudian dilakukan analisa kadar air bahan. Kadar air awal bahan kulit

biji mete adalah 12.3% dan nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai kadar

air kulit biji mete standar india yaitu sebesar 13.17%. Air merupakan komponen

yang hampir terdapat dalam setiap zat. Air berperan sebagai media tempat

terjadinya proses kimiawi, biologis, fisik maupun mikroorganisme.

Menurut wooddroof (1979) di dalam Wahyuningsih (2000), dengan kadar

air kulit biji mete sebesar 7,20% maka kulit biji ini akan aman disimpan dan siap

digunakan dalam proses pengolahan selanjutnya. Dalam produksi CNSL,

besarnya kadar air dari kulit biji mete perlu dikendalikan, terutama pada saat akan

dilakukan proses ekstraksi. Bernardini (1982) di dalam Wahyuningsih (2000)

menambahkan, dalam proses ekstraksi dengan metode pengempakan, kadar air

optimum bahan adalah 9.00%. Hal ini dimaksudkan agar sel-sel yang

mengandung CNSL lebih permeabel, selain itu kandungan air yang cukup akan

memudahkan terjadinya proses denaturasi protein pada dinding sel sehingga

memudahkan untuk mengeluarkan CNSL ke permukaan kulit biji mete.

Ekstraksi minyak adalah proses pemisahan minyak dari bahan-bahan yang

diduga mengandung minyak Ketaren (1986). Sebelum dilakukan ekstraksi

dilakukan pengadukan atau pencampuran agar bahan homogen. Kemudian

sebelum diekstraksi dilakukan perlakuan awal dengan kombinasi A1 (suhu 60 ºC

dan waktu 10 menit), A2 (suhu 60 ºC dan waktu 20 menit), A3 (suhu 60 ºC dan

waktu 30 menit), B1 (suhu 70 ºC dan waktu 10 menit), B2 (suhu 70 ºC dan waktu

20 menit), B3 (suhu 70 ºC dan waktu 30 menit), C1 (suhu 80 ºC dan waktu 10

menit), C2 (suhu 80 ºC dan waktu 20 menit), C3 (suhu 80 ºC dan waktu 30

menit). Setelah dilakukan perlakuan awal terhadap kulit biji mete kemudian

ekstraksi. Ekstraksi disini dilakukan dengan mesin pengepres yaitu compression

screw dengan tekanan 200 kg/cm2.

Page 48: BAB I & II

Setelah dilakukan ekstraksi kemudian minyak dilakukan analisa untuk mengetahui

parameter mutu CNSL (rendemen, bobot jenis, viskositas, bilangan asam,

bilangan iod dan bilangan penyabunan). Selanjutnya akan dibandingkan antara

hasil analisa dengan standart CNSL yang telah ditentukan. Disini standart CNSL

menggunakan standart indian institut.

2.8.4. Rendemen Cashew Nut Shell Liquid

Rendemen merupakan salah satu parameter untuk mengetahui seberapa

besar produk yang dihasilkan dari proses produksi, yang dinyatakan dengan

perbandingan antara jumlah produk yang dihasilkan dengan jumlah bahan yang

digunakan. Pemanasan yang semakin tinggi terhadap kulit biji mete

mengakibatkan terjadinya proses koagulasi protein pada dinding sel yang

mengandung CNSL dan membuat dinding sel tersebut bersifat permeabel

terhadap CNSL sehingga menyebabkan minyak akan mudah keluar dan rendemen

akan semakin meningkat (Ohler, (1979) di dalam Wahyuni (2000).

Menurut Swern (1982) di dalam wahyuningsih (2000), proses koagulasi

protein tersebut mengakibatkan butiran-butiran (droplets) minyak bergabung

menjadi droplets yang lebih besar sehingga minyak akan lebih mudah keluar

menembus dinding sel. Selain itu, pada suhu yang tinggi dinding sel akan bersifat

lebih permeabel terhadap CNSL sehingga minyak akan mudah menembus dinding

sel. Hasil analisa rendemen dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6. Hasil Analisa Rendemen dari Ekstraksi Kulit Biji Mete

Sampel Rendemen (%)

A1 21.67

A2 21.68

A3 22.15

B1 22.03

B2 24.95

B3 25.85

C1 22.42

Page 49: BAB I & II

Tabel 2.6. Hasil Analisa Rendemen dari Ekstraksi Kulit Biji Mete (Lanjutan)

Sampel Rendemen (%)

C2 25.77

C3 27.22

Nilai rendemen cenderung semakin meningkat dengan naiknya suhu

pemanasan dan waktu pemanasan. Hasil analisa diperoleh tercantum pada tabel di

atas dapat dilihat nilai rendemen tertinggi adalah 27.2% (C3) dan nilai rendemen

terendah adalah 21,67% (A1). Untuk hasil rendemen tanpa perlakuan adalah

20.33%. Hal ini sesuai dengan teori bahwa rendemen yang dihasilkan semakin

besar dengan meningkatnya suhu dan lamanya waktu pemanasan. Tetapi

rendemen yang dihasilkan masih jauh di bawah penelitian Ohler (1979), di dalam

Wahyuni (2000) yaitu 35.10%. Hal ini dimungkinkan kurang lamanya waktu

pengepresan yang digunakan sehingga minyak yang keluar kurang banyak. Di

samping itu, sebagian minyak masih tertinggal dalam bungkil atau kulitnya.

2.8.5. Viskositas

Nilai kekentalan atau viskositas dari suatu minyak dapat diukur dengan

alat viscometer. Pengukuran viskositas diperlukan untuk mengetahui tinggi

rendahnya kekentalan suatu minyak, dan ini erat hubungannya dengan kegunaan

akhir minyak tersebut. Misalnya untuk minyak pelumas, kekentalan minyak ini

harus tinggi (Kirk dan Othmer, 1964) di dalam Wahyuningsih (2000). Pengukuran

viskositas dilakukan pada suhu 28oC. Hasil analisa viskositas dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 2.7. Viskositas

Hasil Analisa Viskositas CNSL Sampel Viskositas (cP)

A1 494.000

A2 498.667

A3 521.667

B1 501.333

Tabel 2.7. Viskositas (Lanjutan)

Page 50: BAB I & II

Hasil Analisa Viskositas CNSL Sampel Viskositas (cP)

B2 540.333

B3 559.000

C1 521.333

C2 545.333

C3 564.000

Nilai viskositas CNSL cenderung semakin meningkat dengan

meningkatnya suhu pemanasan dan lamanya waktu pemanasan. Hasil analisa

diperoleh nilai viskositas tertinggi 564 cP (C3) dan nilai viskositas terendah

adalah 494 cP (A1). Untuk hasil viskositas tanpa perlakuan adalah 482.367

cP .Sedangkan nilai viskositas minyak biji mete pada indian standard institut

(maksimal 550 cP). Sebagian besar nilai viskositas yang di dapat masih dibawah

standard india. Hal ini menunjukkan bahwa minyak yang dihasilkan baik.

Rendahnya nilai viskositas pada suhu rendah disebabkan oleh

menggumpalnya sejumlah protein dalam kulit biji mete yang lebih sempurna serta

akumulasi butiran minyak yang rendah, sedangkan dengan naiknya nilai vikositas

dengan suhu pengovenan yang semakin tinggi, hal ini dapat disebabkan oleh

sempurnanya akumulasi butiran minyak dan terdegradasi karbohidrat akibat

semakin besarnya energi panas serta kemungkinan juga disebabkan oleh

terbentuknya senyawa polimer dan senyawa-senyawa lain hasil proses oksidasi

yang lebih sempurna. Atau dengan kata lain bahwa semakin tingginya viskositas

dengan meningkatnya suhu disebabkan oleh terjadinya proses polimerisasi termal

pada minyak sehingga membentuk senyawa polimer atau senyawa yang lebih

kompleks dan menyebabkan minyak mempunyai berat molekul yang lebih tinggi.

Pada golongan minyak pengering, seperti CNSL ini, adanya penetrasi

panas yang masuk dalam kulit biji mete yang sedang dioven dapat mendorong

terjadinya proses oksidasi dan polimerisasi minyak tersebut. Semakin tinggi suhu

maka panas yang diterima oleh kulit biji mete menjadi lebih besar, sehingga

proses oksidasi dan polimerisasi juga intensif. Menurut parkins (1967) di dalam

Wahyuni (2000), terjadinya proses oksidasi pada minyak yang intensif dan diikuti

Page 51: BAB I & II

oleh proses polimerisasi akan menyebabkan meningkatnya viskositas minyak.

Peningkatan viskositas minyak dimulai pada saat terbentuknya senyawa peroksida

dalam minyak, kemudian meningkat terus dengan terjadinya dekomposisi

peroksida dan polimerisasi minyak.

2.8.6. Bobot Jenis

Bobot jenis didefinisikan sebagai perbandingan massa suatu bahan suhu

tertentu dengan massa air pada volume dan suhu yang sama. Parameter ini penting

untuk mengetahui adanya zat asing dalam suatu cairan serta perubahan-perubahan

lain yang mempengaruhi mutunya. bobot jenis minyak ditentukan oleh

komponen-komponen yang ada di dalam minyak. Semakin banyak komponen

yang ada dalam minyak maka fraksi berat semakin tinggi, sehingga bobot jenis

tersebut semakin besar (Wahyuni, 2000).

Bobot jenis juga dipengaruhi oleh tingkat ketidakjenuhan dan bobot

molekul rata-rata komponen asam lemaknya. Nilai bobot jenis suatu cairan

tergantung dari komponen-komponen yang terkandung dalam cairan tersebut.

Perbedaan bobot jenis antara beberapa jenis minyak tidak besar (Jacobs, 1951) di

dalam Wahyuningsih. Hasil analisa bobot jenis dapat dilihat pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8. Bobot Jenis

Hasil Analisa Bobot Jenis CNSL Sampel Bobot Jenis (g/cm3)

A1 1.01207

A2 1.01210

A3 1.01243

B1 1.01209

B2 1.01011

B3 1.01154

C1 1.01227

C2 1.01048

C3 1.01090

Page 52: BAB I & II

Nilai bobot jenis CNSL yang dihasilkan dari penelitian nilai terendah

diperoleh dari sampel B2 sebesar 1.01011 g/cm3. sedangkan nilai tertinggi

diperoleh dari sampel A3 sebesar 1,01243 g/cm3. Hasil tersebut lebih tinggi

dibandingkan standar sebesar 0,965 g/cm3. Untuk hasil bobot jenis tanpa

perlakuan adalah 1.02028 g/cm3. Hal ini disebabkan adanya bahan-bahan

pengotor yang terikut pada saat pengempakan. Kotoran tersebut dapat berasal dari

ampas atau serpihan kulit mete yang terikut. Ditinjau dari bobot jenisnya maka

mutu CNSL yang dihasilkan tidak terlalu baik karena nilainya melebihi standard

yang berarti banyak zat asing yang terikut selama ekstraksi.

2.8.7. Bilangan Asam

Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas dan dihitung

berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan

asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH 0.1 N yang digunakan untuk

menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram minyak atau

lemak. Adanya asam bebas dalam suatu minyak atau lemak dapat disebabkan oleh

beberapa faktor seperti oksidasi dan hidrolisis. Peristiwa ditandai dengan

timbulnya bau yang tidak enak (Ketaren, 1986). Jacobs (1951) di dalam Wahyuni

(2000) menambahkan bahwa nilai bilangan asam berkorelasi positif dengan kadar

asam lemak bebas. Semakin tinggi nilai bilangan asam maka semakin tinggi pula

kadar asam lemak bebasnya.

Kenaikan bilangan asam dapat disebabkan karena kenaikan suhu dan

adanya air serta udara yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis.

Peristiwa tersebut akan menyebabkan penguraian minyak menjadi asam lemak

sehingga kandungan asam lemak bebasnya semakin besar. Bertambahnya asam

lemak bebas tersebut menyebabkan kenaikan nilai bilangan asam.

Menurut Idris (1992), suhu panas menyebabkan penurunan bilangan asam

karena CNSL yang dihasilkan dari kulit biji mete telah mengalami proses

dekarboksilasi sehingga sebagian asam anakardat dikonveksi menjadi kardanol.

Proses tersebut secara tidak langsung akan menurunkan nilai bilangan asam

CNSL.

Page 53: BAB I & II

Hasil analisa bilangan asam diperoleh nilai bilangan asam tertinggi adalah

C3 sebesar 108.133 mg KOH/g. sedangkan untuk nilai bilangan asam terendah

adalah A1 sebesar 99.433 mg KOH/g. Untuk hasil bilangan asam tanpa perlakuan

adalah 102.168 mg KOH/g. Berdasarkan standart indian institute nilai standart

untuk bilangan asam adalah 104-110 mg KOH/g. Sebagian besar nilai bilangan

asam yang dihasilkan sesuai dengan standard. Hal ini berarti bahwa mutu minyak

yang dihasilkan baik karena sesuai dengan standart yang diinginkan, dan juga

semakin rendah nilai bilangan asam maka kwalitas minyak tersebut semakin baik.

Kenaikan nilai bilangan asam disebabkan karena dengan suhu yang

semakin meningkat dan dengan adanya air dan udara maka mengakibatkan reaksi

hidrolisis meningkat pula, dimana terjadi penguraian minyak menjadi asam lemak

bebas sehingga menyebabkan kandungan asam lemak bebas bertambah besar

(Robertson, 1967) di dalam Wahyuningsih (2000). Bertambahnya asam lemak

bebas dalam minyak menyebabkan meningkatnya nilai bilangan asam. Reaksi

hidrolisis akan dipercepat dengan adanya pemanasan atau kenaikan suhu.

2.8.8. Bilangan Iod

Bilangan iod ini dinyatakan sebagai jumlah gram iod yang diserap oleh

100 gram minyak/lemak. Nilai ini digunakan untuk menyatakan derajat

ketidakjenuhan suatu minyak atau lemak. Bilangan iod merupakan parameter

mutu yang penting bagi minyak mengering, karena bilangan iod merupakan

ukuran ketidakjenuhan minyak mengering. Minyak mengering yang mempunyai

bilangan iod yang lebih tinggi mempunyai daya mengering yang lebih baik

daripada minyak yang memiliki bilangan iod yang rendah. Bilangan iod dapat

menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak atau lemak dan dapat digunakan

untuk menggolongkan jenis minyak pengering dan minyak bukan pengering.

Minyak pengering memiliki bilangan iod lebih dari 130, sedangkan minyak

setengah pengering miliki bilangan iod 100-130 (ketaren, 1986).

Hasil analisis bilangan iod terlihat bahwa nilai bilangan iod cenderung

mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatkanya suhu

akan menyebabkan semakin intensifnya reaksi-reaksi yang melibatkan ikatan

Page 54: BAB I & II

rangkap pada asam lemak tidak jenuh. Menurut swern (1979) di dalam Wahyuni

(2000), ikatan rangkap tersebut dapat bereaksi secara adisi dengan hydrogen,

oksigen, halogen dan sulfur sehingga menyebabkan turunnya nilai bilangan iod.

2.8.9. Bilangan Penyabunan

Bilangan penyabunan adalah jumlah basa yang dibutuhkan untuk

menyabunkan sejumlah contoh minyak. Bilangan penyabunan dinyatakan dalam

jumlah milligram hidroksida yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram

minyak atau lemak. Besarnya bilangan penyabunan tergantung dari berat molekul.

Minyak yang mempunyai bobot molekul rendah akan mempunyai bilangan

pengabunan yang lebih tinggi daripada minyak yang mempunyai berat molekul

tinggi (Jacobs, 1958) di dalam Wahyuni (2000). bilangan penyabunan dapat

dilakukan pada semua jenis minyak atau lemak.

2.8.10. Rekapitulasi Data

Dalam penelitian ini dilakukan beberapa metode analisa. Analisa

dilakukan untuk mengetahui kwalitas minyak CNSL. Analisa yang dilakukan

untuk mengetahui parameter mutu CNSL yang dihasilkan meliputi rendemen,

viskositas, bobot jenis, bilangan asam, bilangan iod dan bilangan penyabunan.

Rendemen yang dihasilkan pada penelitian ini lebih besar dari hasil yang

dilakuakan penelitian yang sebelumya (Wahyuni (2000), Wahyuningsih (2000)

dan Idris (1992), tetapi masih dibawah hasil yang diperoleh Ohler (1979) sebesar

35.10%. Hal ini berarti pengepresan dengan perlakuan suhu dan waktu yang

dilakukan cukup berhasil. Untuk memperoleh rendemen yang lebih tinggi,

pengepresan dengan tekanan yang lebih tinggi agar minyak lebih banyak keluar

dan minyak yang masih tersisa dalam bungkil/ampas dapat diminimalisasi. Hasil

lainnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 55: BAB I & II

Table 2.9. Hasil Beberapa Penelitian Terdahulu Metode Ekstraksi

Metode

Ekstraksi

A b C d e

Alat Screw press Filter press

(hot press)

Filter press

(hidraulik)

Expeller press -

Perlakuan

- suhu

- waktu

- tekanan

60, 70, 80

10, 20, 30

-

30, 50, 70

3, 6, 9

120, 140,

160

125, 150,

175

15, 20, 25

200, 300,

400

100, 115.5,

126

-

-

-

-

-

Parameter

Rendemen 21.35-27.8 1.8-18.9 5.44-19.6 5.6-6.9 -

Viskositas 482-580 394-630 485-590 308-395 550 (30oC)

Bobot jenis 1.00925-

1.01480

1.0092-

1.00191

1.0068-

1.0107

0.9750-

0.9927

0.965

Bil. asam 96-110.6 95.2-108.5 59.2-103.9 8.8-18.7 104 - 110

Bil. Iod 125.2-148.2 93.5-173.6 94.9-127.2 225.4-261.2 250 - 375

Bil.

penyabunan

105.5-121.5 78-156 85.9-127 25.6-31.7 18-20

Keterangan :

a. Hasil penelitian

b. Wahyuningsih (2000)

c. Wahyuni (2000)

d. Idris (1992) di dalam Wahyuningsih (2000)

e. Standar India

2.8.11. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian dijelaskan sebagai berikut.

1. Hasil analisa rendemen terbaik yaitu pada perlakuan awal dengan suhu

pemanasan 80ºC dan waktu pemanasan 30 menit dengan rendemen 27,2 %.

Nilai viskositas terbaik adalah 545.333 cP suhu pemanasan 80ºC dan waktu

pemanasan 20 menit. Nilai bobot jenis yang mendekati atandar adalah pada

Page 56: BAB I & II

perlakuan suhu 70ºC dan waktu 30 menit sebesar 1.01011 g/cm3 dan suhu

80ºC dan waktu 20 menit sebesar 1.01048 g/cm3. Untuk nilai bilangan asam

hampir semua perlakuan masuk pada batasan standar india kecuali pada

perlakuan 60 ºC -10 menit dan 60 ºC -20 menit. Hasil analisa bilangan iod dan

bilangan penyabunan nilainya tidak masuk pada standar.

2. Perlakuan awal sebelum pengepresan dengan perlakuan suhu dan waktu

memberikan pengaruh yang nyata terhadap rendemen yang dihasilkan.

3. Perlakuan awal memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai viskositas,

bilangan asam, bilangan iod dan bilangan penyabunan. Tetapi tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai bobot jenis.

4. Untuk kombinasi perlakuan terbaik dalam penelitian ini dilihat dari nilainya

adalah pada perlakuan 80 ºC -20 menit.

2.8.12. Saran

Ekstraksi dengan cara pengepresan diperlukan suatu alat untuk

mengecilkan kulit biji mete secara efisien. Dalam penelitian ini digunakan alat

pengecilan ukuran dengan cara manual menghadapi kendala yaitu banyak bahan

baku yang hilang pada saat proses ini sehingga menyebabkan rendeman menjadi

turun.

Proses ekstraksi minyak kulit biji mete ini masih harus dicarikan solusi

yang terbaik mengenai cara yang tepat untuk mendapatkan minyak CNSL yang

bermutu baik, karena dalam penelitian ini belum dapat menghasilkan mutu

minyak yang sesuaidengan standar yang diinginkan. Rendemen yang dihasilkan

masih jauh dari standar, sehingga diperlukan penelitian lanjutan yang dapat

menghasilkan rendemen yang maksimal.