bab i fix tht
DESCRIPTION
thtTRANSCRIPT
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 1/33
BAB I
PENDAHULUAN
Hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh terpenting terhadap
paparan lingkungan yang tidak menguntungkan. Pada umumnya dalam rongga hidung
terdapat dua sumber perdarahan yaitu dari bagian depan dan bagian belakang. Pada
rongga bagian depan, tepatnya pada sekat yang membagi rongga hidung menjadi dua,
terdapat anyaman pembuluh darah yang disebut Pleksus Kiesselbach. Pada rongga
bagian belakang juga terdapat banyak cabang-cabang dari pembuluh darah yang cukup
besar antara lain arteri sphenopalatina.(1)
Hidung berdarah atau dalam istilah kedokterannya disebut epistaksis (epistaxis)
adalah satu keadaan perdarahan yang keluar dari lubang hidung, rongga hidung dannasofaring. pistaksis terbanyak dijumpai pada usia !-1" tahun dan #"-$" tahun, sering
dijumpai pada musim dingin dan kering. %aktor etiologi harus dicari dan dikoreksi
untuk mengobati epistaksis secara efektif. pistaksis berat, &alaupun jarang dijumpai,
dapat mengancam keselamatan ji&a pasien, bila tidak segera ditolong. (1,!)
'esuai dengan sumber perdarahan yang ada dua, epistaksis pun dibagi menjadi
dua yaitu epistaksis anterior dan posterior. pistaksis anterior dapat berasal dari Pleksus
Kiesselbach atau dari arteri etmoidalis anterior. Perdarahan pada epistaksis anterior
dapat berhenti sendiri (spontan) dan dapat dikendalikan dengan tindakan sederhana.
'edangkan epistaksis posterior dapat berasal dari arteri sfenopalatina atau arteri
etmoidalis posterior. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti spontan serta lebih
memerlukan pendekatan yang lebih agresif termasuk metode posterior nasal packing
dan endoscopic cauterization. (1,)
pistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga
hidung atau nasofaring. pistaksis bukan merupakan suatu penyakit melainkan gejala
dari suatu kelainan yang hampir "* dapat berhenti sendiri. 'eringkali epistaksis
timbul spontan tanpa diketahui penyebabnya, kadang-kadang jelas penyebabnya.
pistaksis dapat disebabkan oleh kelainan lokal pada hidung atau kelainan sistemik.
Kelainan lokal misalnya trauma, kelainan anatomi, pembuluh darah, infeksi lokal,
benda asing, tumor, pengaruh udara lingkungan. 'umber perdarahan yang paling sering
terserang adalah Pleksus Kiesselbach. Kelainan sistemik seperti penyakit
kardio+askuler, kelainan darah, infeksi sistemik, perubahan tekanan atmosfir, kelainan
1
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 2/33
hormonal dan kelainan kongenital juga terkadang dapat menyebabkan timbulnya
epistaksis.(!)
BAB II
PEMBAHASAN
g). Anatomi dan Fisiologi Hidung
1. 1 Anatomi Hidung
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang ra&an
yang dilapisi oleh kulit,jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi
untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang
terdiri dari os nasal, prosesus frontalis os maksila,dan prosesus nasalis os
frontalis. Kerangka tulang ra&an terdiri dari beberapa pasang tulang ra&an
yaitu sepasang kartilago nasalis lateralis superior,sepasang kartilago nasalis
lateralis inferior,tepi anterior kartilago septum.(1,,#)
ongga hidung atau ka+um nasi berbentuk tero&ongan
dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi ka+um nasi kanan
dan kiri. iap ka+um nasi mempunyai buah dinding. /inding medial
hidung ialah septum nasi. 'eptum dibentuk oleh tulang dan tulang ra&an.
'eptum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang ra&an dan dan
periosteum pada bagian tulang sedangkan di luarnya dilapisi oleh mukosa
hidung.(,#)
Pada dinding lateral terdapat buah konka yaitu konka inferior,
media, superior, dan suprema yang biasanya rudimenter. /i antara konka-
konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut
meatus. 0da meatus yaitu meatus inferior,media,dan superior. /i meatus
nasi bermuara sinus-sinus paranasalis. /an yang di inferior bermuara duktus
nasolakrimalis /inding inferior rongga hidung dibentuk oleh os maksila dan
palatum. /inding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk oleh
lamina kribriformis.(#)
!
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 3/33
ambar 1 2 /inding 3asi 4ateral()
a) Vaskularisasi Hidung
Pembuluh darah utama di hidung berasal dari arteri karotis interna (0K5)
dan arteri karotis eksterna (0K).
ambar !. Pembuluh darah di daerah septum nasi.()
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 4/33
ambar . Pembuluh darah di dinding lateral hidung. ()
0rteri optalmika, yang merupakan cabang dari 0K5, bercabang dua menjadi
arteri ethmoidalis anterior dan posterior. 6abang anterior lebih besar dibanding cabang
posterior dan pada bagian medial akan melintasi atap rongga hidung, untuk mendarahi
bagian superior dari septum nasi dan dinding lateral hidung. 0K bercabang menjadi
arteri fasialis dan arteri maksilaris interna. 0rteri fasialis memperdarahi bagian anterior
hidung melalui arteri labialis superior. 0rteri maksilaris interna di fossa pterigopalatina
bercabang menjadi arteri sfenopalatina, arteri nasalis posterior dan arteri palatina
mayor. 0rteri sfenopalatina memasuki rongga hidung pada bagian posterior konka
media, memperdarahi daerah septum dan sebagian dinding lateral hidung. Pada bagian
anterior septum, anastomosis dari arteri sfenopalatina, palatina mayor, ethmoidalis
anterior dan labialis superior (cabang dari arteri fasialis), membentuk Pleksus
Kiesselbach atau Little’s area.()
Perdarahan pada lokasi yang bersumber dari Pleksus Kiesselbach (little area),
yaitu anastomosis dari beberapa pembuluh darah di septum bagian anterior tepat di
ujung postero superior +estibulum nasi. Perdarahan juga dapat berasal dari bagian
depan konkha inferior. 7ukosa pada daerah ini sangat rapuh dan melekat erat pada
tulang ra&an diba&ahnya. /aerah ini terbuka terhadap efek pengeringan udara inspirasi
dan trauma. 0kibatnya terjadi ulkus, ruptur atau kondisi patologik lainnya dan
selanjutnya akan menimbulkan perdarahan. Pleksus Kiesselbach memiliki ciri +askuler
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 5/33
dan tempat anatomis yang memudahkan terjadinya trauma fisik pada ca+um nasi
sehingga anatomosis ini menjadi penyebab tersering terjadinya epistaksis anterior.(8)
ambar . Pleksus Kisselbach. (9)
pistaksis posterior dapat berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoid posterior. Pendarahan biasanya hebat dan jarang berhenti dengan sendirinya. 'ering
ditemukan pada pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit
kardio+askuler. hornton (!""#) melaporkan $1* epistaksis posterior berasal dari
dinding nasal lateral.(8)
Pemeriksaan arteri kecil dan sedang pada orang yang berusia menengah dan
lanjut, terlihat perubahan progresif dari otot pembuluh darah tunika media menjadi
jaringan kolagen. Perubahan tersebut ber+ariasi dari fibrosis interstitial sampai
perubahan yang komplet menjadi jaringan parut. Perubahan tersebut memperlihatkan
#
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 6/33
gagalnya kontraksi pembuluh darah karena hilangnya otot tunika media sehingga
mengakibatkan perdarahan yang banyak dan lama. Pada orang yang lebih muda,
pemeriksaan di lokasi perdarahan setelah terjadinya epistaksis memperlihatkan area
yang tipis dan lemah. Kelemahan dinding pembuluh darah ini disebabkan oleh iskemia
lokal atau trauma. (8)
'uplai darah ca+um nasi berasal dari sistem karotis: arteri karotis eksterna dan
karotis interna. 0rteri karotis eksterna memberikan suplai darah terbanyak pada ca+um
nasi melalui 2
1) 0rteri sphenopalatina, cabang terminal arteri maksilaris yang berjalan
melalui foramen sphenopalatina yang memperdarahi septum tiga perempat
posterior dan dinding lateral hidung.
) 0rteri palatina desenden memberikan cabang arteri palatina mayor, yang
berjalan melalui kanalis incisi+us palatum durum dan menyuplai bagian
inferoanterior septum nasi. 'istem karotis interna melalui arteri oftalmika
mempercabangkan arteri ethmoid anterior dan posterior yang mendarahi
septum dan dinding lateral superior. (9)
ambar # 2 ;askularisasi hidung()
!) Inn"r#asi Hidung
<agian depan dan atas ronga hidung mendapat persarafan sensoris dari
ner+us etmoidalis anteior, yang merupakan cabang dari ner+us nasosiliaris, yang
berasal dari ner+us oftalmikus (3. ;1). ongga hidung lainnya, sebagian
8
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 7/33
besarnya mendapat persarafan sensoris dari ner+us maksila melalui ganglion
sfenopalatina.(9)
angglion sfenopalatina, selain memberikan persarafan sensoris, juga
memberikan persarafan +asomotor atau otonom untuk mukosa hidung. anglion
ini menerima serabut saraf sensoris dari ner+us maksila (3. ;!), serabut
parasimpatis dari ner+us petrosus superfisialis mayor dan serabut saraf simpatis
dari nerus petrosus profundus. angglion sfenopalatina terletak di belakan dan
sedikit di atas ujung posterior konka media. (9)
%ungsi penghidu berasal dari ner+us olfaktorius. 'araf ini turun melalui
lamina kribosa dari permukaan ba&ah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir
pada sel- sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas
hidung. (9)
1. Fisiologi Hidung
1) Fungsi $"s%irasi
=dara yang dihirup akan mengalami humidifikasi oleh palut
lendir. 'uhu udara yang melalui hidung diatur sehingga berkisar 9 "6.
%ungsi pengatur suhu ini dimungkinkan oleh banyaknya pembuluh darah
di ba&ah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas.
Partikel debu, +irus, bakteri, dan jamur yang terhirup bersama udara akan
disaring di hidung oleh 2 rambut (+ibrissae) pada +estibulum nasi, silia,
palut lendir. /ebu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan
partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refle> bersin.(9,$)
) Fungsi P"ng&idu
Hidung bekerja sebagai indra penghidu dan pencecap dengan
adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan
sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini
dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik napas dengan
kuat. %ungsi hidung untuk membantu indra pencecap adalah untuk
membedakan rasa manis yang berasal dari berbagai macam bahan. ($)
9
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 8/33
ambar 8 2 egio mukosa($)
') Fungsi Fon"tik
esonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika
berbicara dan menyanyi. 'umbatan hidung akan menyebabkan resonansi
berkurang atau hilang,sehingga terdengar suara sengau (rhinolalia).
erdapat ! jenis rhinolalia yaitu rhinolalia aperta yang terjadi akibat
kelumpuhan anatomis atau kerusakan tulang di hidung dan mulut. ?ang
paling sering terjadi karena stroke dan rhinolalia oklusa yang terjadi akibat
sumbatan benda cair (ketika pilek) atau padat (polip, tumor, benda asing)
yang menyumbat.(!,$)
() $"l"ks Nasal
7ukosa hidung merupakan reseptor refle> yang berhubungan
dengan saluran cerna, kardio+askuler dan pernapasan. 5ritasi mukosa hidung
akan menyebabkan refle> bersin dan napas berhenti. angsang bau tertentu
akan menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung, dan pancreas.(!)
. E%istaksis
.1 D"inisi
pistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung,
rongga hidung atau nasofaring. pistaksis bukan merupakan suatu penyakit
melainkan gejala dari suatu kelainan yang hampir "* dapat berhenti sendiri (#).
. *lasiikasi B"rdasarkan Sum+"r P"rdara&an
$
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 9/33
Pada umumnya terdapat dua sumber perdarahan, yaitu dari bagian anterior dan
posterior.(!)
1) E%istaksis ant"rior dapat berasal dari Pleksus Kiesselbach, merupakan
sumber perdarahan paling sering dijumpai anak-anak. /apat juga berasal
dari arteri ethmoid anterior. Perdarahan dapat berhenti sendiri (spontan) dan
dapat dikendalikan dengan tindakan sederhana(!,9,!").
ambar 92 pistaksis anterior (!)
!) E%istaksis %ost"rior, berasal dari arteri sphenopalatina dan arteri ethmoid
posterior. Perdarahan cenderung lebih berat dan jarang berhenti sendiri,
sehingga dapat menyebabkan anemia, hipo+olemi dan syok. 'ering
ditemukan pada pasien dengan penyakit kardio+askular (!,9,!").
ambar $. pistaksis posterior (!)
.' Etiologi
Perdarahan hidung dia&ali oleh pecahnya pembuluh darah di dalam
selaput mukosa hidung. /elapan puluh persen perdarahan berasal dari pembuluh
darah Pleksus Kiesselbach (area 4ittle). Pleksus Kiesselbach terletak di septum
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 10/33
nasi bagian anterior, di belakang persambungan mukokutaneus tempat
pembuluh darah yang kaya anastomosis. pistaksis dapat ditimbulkan oleh
sebab-sebab lokal dan umum atau kelainan sistemik. ()
1. Lokal
a. -rauma
Perdarahan pada hidung dapat terjadi karena trauma, seperti trauma
ringan misalnya mengorek hidung, benturan ringan, mengeluarkan ingus
terlalu keras, atau sebagai akibat trauma yang lebih hebat yaitu akibat
pukulan, jatuh dan kecelakaan lalu lintas. 'elain itu perdarahan hidung atau
epistaksis bisa terjadi akibat benda tajam atau trauma saat pembedahan.
7engorek hidung dapat menyebabkan ulserasi dan perdarahan dimukosa
bagian septum anterior. pistaksis bisa terjadi karena spina septum yang
tajam atau terdapat pembengkakan konka yang mukosa konka saling
berhadapan. <agian anterior septum nasi bila mengalami de+iasi atau
perforasi akan terpapar aliran udara pernafasan yang akan mengeringkan
sekresi hidung. 'elanjutnya akan membentuk krusta yang keras sehingga ada
usaha diri dengan jari untuk melepaskan dan terjadi trauma digital.
Pengeluaran krusta berulang tersebut menyebabkan erosi mukosa septum
sehingga terjadi perdarahan (1,,#).
pistaksis yang terjadi setelah trauma kraniofasial merupakan kondisi
yang serius. %raktur yang terjadi pada hidung dapat mengakibatkan
kerusakan tulang ethmoid disertai laserasi arteri ethmoidal anterior. %raktur
ethmoidal memberikan gejala dengan &arna kehitaman pada mata, fraktur
hidung dengan perluasan sampai ke dorsum dan episode epistaksis yang
dapat terjadi berat tetapi intermiten setelah cedera ().
+. in"ksi lokal
pistaksis bisa terjadi pada infeksi hidung dan sinus paranasal seperti
rhinitis atau sinusitis. 5nfeksi akan menyebabkan inflamasi yang akan
merusak mukosa. 5nflamasi akan menyebabkan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah setempat sehingga memudahkan terjadinya perdarahan di
hidung.(,#)
!. *"l"m+a+an udara
1"
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 11/33
Kelembaban udara lingkungan yang rendah dapat menyebabkan iritasi
pada mukosa hidung. =dara yang kering pada saat musim dingin sering
menyebabkan epistaksis yang disebabkan karena dehumidifikasi mukosa
nasal. 'elain itu juga bisa disebabkan oleh @at-@at yang bersifat korosif yang
dapat menyebabkan keringnya mukosa sehingga pembuluh darah mudah
pecah (9,$).
d. Faktor *ong"nital
Kelainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis ialah
perdarahan telangiektasis heriditer (hereditary hemorrhagic
telangiectasia/Osler's disease). Auga sering terjadi pada Von Willedbrand
disease. elengiectasis hemorrhagic hereditary adalah kelainan bentuk
pembuluh darah dimana terjadi pelebaran kapiler yang bersifat rapuh
sehingga memudah kan terjadinya perdarahan. Penyakit Von Willebrand
adalah kondisi medis yang ditandai dengan memanjangnya waktu
pembekuan darah atau perdarahan berlebihan akibat kekurangan faktor Von
Willebrand . Faktor Von Willebrand berperan untuk membentuk sel keping
darah (fragmen-fragmen sel kecil yang terlibat dalam pembekuan darah)
melekat sehingga mereka dapat menggumpal bersatu dan melekat pada
dinding pembuluh darah untuk mengaktifasi tahap pertama dari proses
pembekuan darah. Ketika kekurangan faktor ini, darah tidak dapat membeku
dengan baik, menyebabkan hambatan pembekuan atau perdarahan yang
berlebihan. (!).
Aika ada cedara jaringan, terjadi kerusakan pembuluh darah dan akan
menyebabkan kebocoran darah melalui lubang pada dinding pembuluh
darah. Pembuluh dapat rusak dekat permukaan seperti saat terpotong. 0tau
dapat rusak di bagian dalam tubuh sehingga terjadi memar atau perdarahan
dalam. ($)
Aika pembuluh darah terluka, ada empat tahap untuk membentuk bekuan
darah yang normal.($)
11
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 12/33
!ambar "a. #embekuan darah normal.$%) !ambar "b. #embekuan darah tidak normal. $%)
ahap 1 Pembuluh darah terluka dan mulai mengalami perdarahan.
ahap ! Pembuluh darah menyempit untuk memperlambat aliran darah ke daerah yang
luka.
ahap rombosit melekat dan menyebar pada dinding pembuluh darah yang rusak.
5ni disebut adesi trombosit. rombosit yang menyebar melepaskan @at yang
mengaktifkan trombosit lain didekatnya sehingga akan menggumpal
membentuk sumbat trombosit pada tempat yang terluka. 5ni disebut agregasi
trombosit.
ahap Permukaan trombosit yang terakti+asi menjadi permukaan tempat terjadinya
bekuan darah. Protein pembekuan darah yang beredar dalam darah diaktifkan
pada permukaan trombosit membentuk jaringan bekuan fibrin.
%aktor pembekuan 5, 55, ;, ;55, ;555, 5B, B, B5, B55 dan B555 dan %aktor Von
Willebrand bekerja seperti kartu domino, dalam reaksi berantai. 5ni disebut cascade.
ambar 1"a. cascade koagulasi normal(1") 1"b. cascade koagulasi hemophilia(1")
;C/ dapat terjadi pada dua tahap terakhir pada proses pembekuan darah.(!,1")
Pada tahap ke , seseorang dapat berkemungkinan tidak memiliki cukup %aktor
Von Willebrand (;C%) di dalam darahnya atau faktor tersebut tidak berfungsi secara
normal. 0kibatnya ;C% tidak dapat bertindak sebagai perekat untuk menyangga
trombosit di sekitar daerah pembuluh darah yang mengalami kerusakan. rombosit
1!
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 13/33
1
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 14/33
1
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 15/33
tidak dapat melapisi dinding pembuluh darah.
Pada tahap ke , ;C% memba&a %aktor ;555. %aktor ;555 adalah salah satu
protein yang dibutuhkan untuk membentuk jaringan yang kuat. anpa adanya faktor
;555 dalam dalam jumlah yang normal maka proses pembekuan darah akan memakan
&aktu yang lebih lama. 0kibatnya ;C% tidak dapat bertindak sebagai perekat untuk
menyangga trombosit di sekitar daerah pembuluh darah yang mengalami kerusakan.
/iagnosis untuk menegakkan penyakit ini dapat dilihat dari tanda klinis yaitu ada
telangiectasis permukaan mukosa rongga mulut dan bibir. Pasien juga mengalami
anemia akibat kehilangan darah secara tersembunyi dari telangiectases di saluran
pencernaan. Pasien juga sering mengalami epistaksis.
1#
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 16/33
ambar 11. Pasien dengan mimisan berulang dan menunjukkan tanda-tanda
Perdarahan telangiectasia herediter.()
!. D"#iasi s"%tum/e+iasi septum ialah suatu keadaan dimana terjadi peralihan posisi dari
septum nasi dari letaknya yang berada di garis medial tubuh. 'elain itu dapat
menyebabkan turbulensi udara yang dapat menyebabkan terbentuknya
krusta. Pembuluh darah mengalami ruptur bahkan oleh trauma yang sangat
ringan seperti mengosok-gosok hidung (,#).
ambar 1!. 'eptum de+iasi
". N"o%lasma
pistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya sedikit dan
intermiten, kadang-kadang ditandai dengan mukus yang bernoda darah,
Hemangioma, angiofibroma dapat menyebabkan epistaksis berat. Karena
pada tumor terjadi pertumbuhan sel yang abnormal dan pembentukan
pembuluh darah yang baru (neo+askularisasi) yang bersifat rapuh sehingga
memudahkan terjadinya perdarahan.(!,$)
. Sist"mik
a) *"lainan Dara&
a. rombositopenia
18
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 17/33
rombosit adalah fragmen sitoplasma megakariosit yang tidak berinti
dan dibentuk di sumsum tulang. rombosit berfungsi untuk pembekuan
darah bila terjadi trauma. rombosit pada pembuluh darah yang rusak
akan melepaskan serotonin dan tromboksan 0₂ (prostaglandin), hal ini
menyebabkan otot polos dinding pembuluh darah berkonstriksi. Pada
a&alnya akan mengurangi darah yang hilang. Kemudian trombosit
membengkak, menjadi lengket, dan menempel pada serabut kolagen
dinding pembuluh darah yang rusak danmembentuk plug trombosit.
rombosit juga akan melepas 0/P untuk mengakti+asi trombosit lain,
sehingga mengakibatkan agregasi trombosit untuk memperkuat plug.
rombositopenia adalah keadaan dimana jumlah trombosit kurang dari
1#"."""D El. rombositopenia akan memperlama &aktu koagulasi dan
memperbesar resiko terjadinya perdarahan dalam pembuluh darah kecil
di seluruh tubuh sehingga dapat terjadi epistaksis pada keadaan
trombositopenia. (9,$)
b. Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit gangguan koagulasi herediter yang
diturunkan secara B-linked resesif. angguan terjadi pada jalur intrinsik
mekanisme hemostasis herediter, dimana terjadi defisiensi atau defek
dari faktor pembekuan ;555 (hemofilia 0) atau 5B (hemofilia <). /arah
pada penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara
normal. Proses pembekuan darah berjalan amat lambat. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya epistaksis(!,9,$)
c. 4eukimia
4eukemia adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah
putih yang diproduksi oleh .sumsum tulang (bone marro&). 'umsum
tulang atau bone marro& ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga tipesel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh
mela&an infeksi), sel darah merah (berfungsi memba&a oksigen
kedalam tubuh) dan trombosit (bagian kecil sel darah yang membantu
proses pembekuan darah). Pada 4eukemia terjadi peningkatan
pembentukan sel leukosit sehingga menyebabkan penekanan atau
gangguan pembentukan sel-sel darah yang lain di sumsum tulang
termasuk trombosit. 'ehingga terjadi keadaan trombositpenia yang
menyebabkan perdarahan mudah terjadi.
19
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 18/33
+) Hi%"rt"nsi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 1"
mmH dan tekanan darah diastolic lebih dari " mmhg. pistaksis sering
terjadi pada tekanan darah tinggi karena kerapuhan pembuluh darah yang di
sebabkan oleh penyakit hipertensi yang kronis terjadilah kontraksi pembuluh
darah terus menerus yang mengakibatkan mudah pecahnya pembuluh darah
yang tipis.($)
!) Art"rioskl"rosis
Pada arteriosklerosis terjadi kekakuan pembuluh darah. Aika terjadi
keadaan tekanan darah meningkat, pembuluh darah tidak bisa
mengompensasi dengan +asodilatasi, menyebabkan rupture dari pembuluhdarah.($)
d) Sirosis &"%atis
Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang
berkaitan dengan koagulasi darah, misalnya2 membentuk fibrinogen,
protrombin, faktor ;, ;55, 5B, B dan +itamin K. Pada sirosis hepatis fungsi
sintesis protein-protein dan +itamin yang dibutuhkan untuk pembekuan
darah terganggu sehingga mudah terjadinya perdarahan. 'ehingga epistaksis
bisa terjadi pada penderita sirosis hepatis.(!)
") Dia+"t"s m"llitus
erjadi peningkatan gula darah yang meyebabkan kerusakan
mikroangiopati dan makroangiopati. Kadar gula darah yang tinggi dapat
menyebabkan sel endotelial pada pembuluh darah mengambil glukosa lebih
dari normal sehingga terbentuklah lebih banyak glikoprotein pada
permukaannya dan hal ini juga menyebabkan basal membran semakin
menebal dan lemah. /inding pembuluh darah menjadi lebih tebal tapi lemah
sehingga mudah terjadi perdarahan. 'ehingga epistaksis dapat terjadi pada
pasien diabetes mellitus.(11)
) D"mam +"rdara&
'ebagai tanggapan terhadap infeksi +irus dengue, kompleks antigen-
antibodi selain mengakti+asi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi
trombosit dan mengakti+itasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel
pembuluh darah. Kedua faktor tersebut akan menyebabkan perdarahan pada
1$
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 19/33
/</. 0gregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks
antigen-antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran 0/P
(adenosin di phosphat), sehingga trombosit melekat satu sama iain. Hal ini
akan menyebabkan trombosit dihancurkan oleh ' (reticulo endothelial
system) sehingga terjadi trombositopenia. 0gregasi trombosit ini akan
menyebabkan pengeluaran platelet faktor 555 mengakibatkan terjadinya
koagulopati konsumtif (K5/ F koagulasi intra+askular deseminata), ditandai
dengan peningkatan %/P (fibrinogen degredation product) sehingga terjadi
penurunan faktor pembekuan. Gleh karena itu epistaksis sering terjadi pada
kasus demam berdarah.(#,9,$)
g) angguan &ormonalPada saat hamil terjadi peningkatan estrogen dan progestron yang tinggi
di pembuluh darah yang menuju ke semua membran mukosa di tubuh
termasuk di hidung yang menyebabkan mukosa bengkak dan rapuh dan
akhirna terjadinya epistaksis.(9)
&) Alko&olism"
5nduksi alkohol berlokasi pada area perisentral dan perisinusoida.
Hepatosit yang rusak melepaskan G' dan mediator fibrogenik dan
menginduksi perekrutan sel darah putih oleh sel inflamasi. 0poptosis dari sel
hepatosit yang rusak menstimulasi akti+itas fibrogenik dari miofibroblas
hepar. 'el inflamasi, baik limfosit ataupun sel polimorfonuklear,
mengakti+asi H'6 untuk mensekresikan kolagen. H'6 terakti+asi
mensekresikan kemokin inflamasi, mengekspresikan molekul adesi sel dan
memodulasi akti+asi limfosit sehingga, lingkaran nyata dimana sel inflamasi
dan fibrogenik menstimulasi satu sama lain mungkin terjadi. %ibrosis
dipengaruhi oleh subset helper yang berbeda, respon h! dikaitkan dengan
lebih banyak fibrogenesis aktif. 'el Kupffer merupakan makrofag tetap yang
memainkan peranan utama pada inflamasi hati dengan melepaskan G' dan
sitokin. Pada kelainan kolestasis kronis (seperti primary biliary cirrhosis
P<6I dan kolangitis sklerosis primer), sel epitel menstimulasi akumulasi
miofibroblas portal untuk memulai deposisi kolagen di sekitar duktus biliaris
yang rusak. 0khirnya perubahan komposisi 67 dapat secara langsung
menstimulasi fibrogenesi. erjadinya sirosis hepatis mengganggu fungsi
1
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 20/33
sintesis protein-protein dan +itamin yang dibutuhkan untuk pembekuan
darah sehingga mudah terjadinya perdarahan.(1)
.( am+aran *linis dan %"m"riksaan
Pasien sering menyatakan bah&a perdarahan berasal dari bagian depan
dan belakang hidung. Perhatian ditujukan pada bagian hidung tempat a&al
terjadinya perdarahan atau pada bagian hidung yang terbanyak mengeluarkan
darah.($)
Kebanyakan kasus epistaksis timbul sekunder trauma yang disebabkan
oleh mengorek hidung menahun atau mengorek krusta yang telah terbentuk
akibat pengeringan mukosa hidung berlebihan. Penting mendapatkan ri&ayat
trauma terperinci. i&ayat pengobatan atau penyalahgunaan alkohol terperinci
harus dicari. <anyak pasien minum aspirin secara teratur untuk banyak alasan.0spirin merupakan penghambat fungsi trombosit dan dapat menyebabkan
pemanjangan atau perdarahan. Penting mengenal bah&a efek ini berlangsung
beberapa &aktu dan bah&a aspirin ditemukan sebagai komponen dalam sangat
banyak produk. 0lkohol merupakan senya&a lain yang banyak digunakan, yang
mengubah fungsi pembekuan secara bermakna.(!)
0lat-alat yang diperlukan untuk pemeriksaan adalah lampu kepala,
speculum hidung dan alat penghisap(bila ada) dan pinset bayonet, kapas, kain
kassa.(!) =ntuk pemeriksaan yang adekuat pasien harus ditempatkan dalam
posisi dan ketinggian yang memudahkan pemeriksa bekerja. Harus cukup sesuai
untuk mengobser+asi atau mengeksplorasi sisi dalam hidung.(!)
/engan spekulum hidung dibuka dan dengan alat pengisap dibersihkan
semua kotoran dalam hidung baik cairan, sekret maupun darah yang sudah
membeku: sesudah dibersihkan semua lapangan dalam hidung diobser+asi untuk
mencari tempat dan faktor-faktor penyebab perdarahan. 'etelah hidung
dibersihkan, dimasukkan kapas yang dibasahi dengan larutan anestesi lokalyaitu larutan pantokain !* atau larutan lidokain !* yang ditetesi larutan
adrenalin 1D1""" ke dalam hidung untuk menghilangkan rasa sakit dan membuat
+asokontriksi pembuluh darah sehingga perdarahan dapat berhenti untuk
sementara. (,$,1") 'esudah 1" sampai 1# menit kapas dalam hidung dikeluarkan
dan dilakukan e+aluasi.(1")
Pasien yang mengalami perdarahan berulang atau sekret berdarah dari
hidung yang bersifat kronik memerlukan fokus diagnostik yang berbeda dengan
!"
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 21/33
pasien dengan perdarahan hidung aktif yang prioritas utamanya adalah
menghentikan perdarahan. Pemeriksaan yang diperlukan berupa(!,$) 2
a) inoskopi anterior 2 Pemeriksaan harus dilakukan dengan cara teratur dari
anterior ke posterior. ;estibulum, mukosa hidung dan septum nasi, dinding
lateral hidung dan konkha inferior harus diperiksa dengan cermat.
ambar 1 2 hinoskopi 0nterior (1")
b) inoskopi posterior
Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior penting pada pasien dengan
epistaksis berulang dan sekret hidung kronik untuk menyingkirkan neoplasma(1")
c) Pengukuran tekanan darah
ekanan darah perlu diukur untuk menyingkirkan diagnosis hipertensi, karena
hipertensi dapat menyebabkan epistaksis yang hebat dan sering berulang.(1")
d) ontgen sinus dan 6-'can atau 75
ontgen sinus dan 6-'can atau 75 penting mengenali neoplasma atau
infeksi.(9,$)
e) ndoskopi hidung untuk melihat kemungkinan penyakit lainnya.($)
ambar 12 ampilan endoskopi epistaksis posterior ($)
f) 'krining terhadap koagulopati
!1
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 22/33
es-tes yang tepat termasuk &aktu protrombin serum, &aktu tromboplastin
parsial, jumlah platelet dan &aktu perdarahan. (!)
g) i&ayat penyakit
i&ayat penyakit yang teliti dapat mengungkapkan setiap masalah kesehatan
yang mendasari epistaksis.(!)
./. -atalaksana E%istaksis
iga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu 2 menghentikan
perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksis. Kalau ada
syok, perbaiki dulu kedaan umum pasien. (!) indakan yang dapat dilakukan antara lain2
(!,#,$)
a) Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam posisi duduk
kecuali bila penderita sangat lemah atau keadaaan syok.
b) Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan dapat
dihentikan dengan cara duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian cuping
hidung ditekan ke arah septum selama beberapa menit (metode rotter).(1")
J:
ambar 1#. 7etode rotter (9)
c) entukan sumber perdarahan dengan memasang tampon anterior yang telah
dibasahi dengan adrenalin dan pantokainD lidokain, serta bantuan alat penghisap
untuk membersihkan bekuan darah. (#,9,$)
d) Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan jelas,
dilakukan kaustik dengan larutan nitras argenti !"*-"*, asam trikloroasetat
1"* atau dengan elektrokauter. 'ebelum kaustik diberikan analgesia topikal
terlebih dahulu.(9)
!!
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 23/33
ambar 18. 6auteri@ation of 4ittles area &ith sil&er nitrate sticks
e) <ila dengan kaustik perdarahan anterior masih terus berlangsung, diperlukan
pemasangan tampon anterior dengan kapas atau kain kasa yang diberi +aselin
yang dicampur betadin atau @at antibiotika. /apat juga dipakai tampon rol yang
dibuat dari kasa berukuran 9! > L inci sehingga menyerupai pita , , dimasukkan
melalui lubang hidung depan, dipasang secara berlapis mulai dari dasar sampai
puncak rongga hidung dan harus menekan sumber perdarahan. ampon
dipasang selama 1-! hari, sebagian dokter juga melapisi tampon dengan salep
antibiotik untuk mengurangi bakteri dan pembentukan bau .(!,$)
/apat juga digunakan tampon balon intranasal yang dirancang untuk menekan
regio septum anterior (Pleksus Kiesselbach) atau daerah etmoidalis. 6ara ini
lebih mudah diterima pasien karena lebih nyaman.
ambar 19. ampon anterior dengan balon
ambar 1$ 2ampon anterior dengan kasa
!
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 24/33
ambar 1. 6ara memasukkan tampon anterior dengan kasa
f) Perdarahan posterior diatasi dengan pemasangan tampon posterior atau tampon
elloc(ue, dibuat dari kasa dengan ukuran lebih kurang >!>! cm dan
mempunyai buah benang, ! buah pada satu sisi dan sebuah lagi pada sisi yang
lainnya. ampon harus menutup koana (nares posterior). 'etiap pasien dengan
tampon elloc(ue harus dira&at.(!,1")
ambar !"2 ampon elloc(ue(1")
6ara memasang tampon 2
=ntuk memasang tampon elloc(ue, dimasukkan kateter karet melalui
nares anterior sampai tampak di orofaring dan kemudian ditarik keluar melalui
mulut. =jung kateter kemudian diikat pada dua buah benang yang terdapat pada
satu sisi tampon <ellocM dan kemudian kateter ditarik keluar hidung. <enang
yang telah keluar melalui hidung kemudian ditarik, sedang jari telunjuk tangan
yang lain membantu mendorong tampon ke arah nasofaring. Aika masih terjadi
perdarahan, dapat dibantu dengan pemasangan tampon anterior, kemudian diikat
pada sebuah kain kasa yang diletakkan di tempat lubang hidung sehingga
tampon posterior terfiksasi.
g). 'ebagai pengganti tampon elloc(ue dapat dipakai kateter %oley dengan balon.
<alon diletakkan di nasofaring dan dikembangkan dengan air. (1")
!
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 25/33
ambar !1. ampon posterior dengan Kateter %oley(1")
h) /i samping pemasangan tampon, dapat juga diberi obat-obat hemostatik. 0kan
tetapi ada yang berpendapat obat-obat ini sedikit sekali manfaatnya. (1")
i) 4igasi arteri dilakukan pada epistaksis berat dan berulang yang tidak dapat
diatasi dengan pemasangan tampon posterior. =ntuk itu pasien harus dirujuk ke
rumah sakit.(1")
ambar !!. 4igasi +askular
1). Ligasi Art"ri *arotis Ekst"rna
Karena banyaknya anastomosis,ligase arteri karotis eksterna tidak dapat dapat
selalu menghentikan pendarahan. 3amun, bila mana perlu metode ini dpat di lakukan
pada semua pasien oleh dokter yang trampil dalam pembedahan leher dan kepala. 5nsisi
di lakuakn secara melintang atau memanjang sepanjang batas anterior otot
sternokleidomastoideus setinggi tulang hiod. 'etelah otot platisma di angkat, dapat
dikenali batas anterior otot sternokleidomastoideus. /engan diseksi yang hati-hati dapat
di kenali selubung karotis.
0rteri karotis interna dan eksterna harus dikenali secara khusus. ,eskipun
dinamakan arteri karotis ekterna, namun pada leher sebenarnya arteri ini terletak
dimedial arteri karotis interna. 4igasi dilakukan dengan suatu ikatan memakai benang
!#
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 26/33
sutra di atas percabangan arteri lingualis. Hilangnya denyutan temporalis harus di
periksa dua kali sebelum ligasi di eratkan. 4uka dapat di tutup dalam beberapa lapis dan
drain di pasang selama ! jam
). Ligasi Art"ri Maksilaris Int"rna
4igasi arteri maksilaris umumnya di lakukan oleh mereka yang ahli dalam
teknik bedah dan anatomi sehingga dapat mencapai fossa pterigomaksilaris. Prosedur
ini dilakukan dengan anastesi lokal atau umum. 'ebelum operasi ini dilakukan perlu
dibuat radiogram sinus paranasalis. Pada mukosa gusi pipi bagian atas dibuat insisi
cald&ell mulai dari garis tengah hingga daerah gigi molar atas dua. 7ukoperitoneum di
angkat dari dinding atas sinus maksilaris, sinus maksilaris di masuki dan sisa dinding
diangkat sambil menjaga saraf intraorbita. /inding sinus posterior yang bertulang
kemudian di angkat dengan hati-hatidan lubang ke dalam fosa pterigomaksilaris di
perbesar. <ila lubang sudah cukup besar, gunakan mikroskop operasi untuk diseksi
lebih lanjut.
Pembuluh darah di identifikasi dan klip logam di pasang pada arteri maksilaris
interna, spenopalatina dan palatina desensence. 4uka di tutup dan tampon hidung
posterior diangkat. 'uatu tampon hidung anterior yang lebih kecil mungkin masih
diperlukan. Aika terdapat bukti-bukti infeksi atau bila di takuti terjadi infeksi, dapat di
buat suatu fenestra antrum hidung saat melakukan prosedur.
'). Ligasi art"ri "tmoidalis ant"rior
Perdarahan dari cabang-cabang terminus arteri oftalmikus terkadang
memerlukan ligasi arteri etmoidalis anterior. Pembuluh ini di capai melalui suatu insisi
melengkung memanjang pada hidung di antara dorsum dan daerah kantus media. 5nsisi
langsung di teruskan ke tulang, dimana periostium di angkat dengan hati-hati dan
ligamen kantus media di kenali. 0rteri etmoidalis anterior selalu terletal pada sutura
pemisah tulang frontal dengan tulang etmoidalis. Pembuluh ini terjepit dengan suatu
klip hemostatik atau suatu ligasi tunggal. Karena terletak deket dengan saraf optikus,
makapembulh darah etmoidalis harus di capai dengan retraksi bola mata yang sangat
hati-hati.
-"ra%i M"dika M"ntosa
!8
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 27/33
− Pada pasien yang dipasang tampon anterior, berikan antibiotik
profilaksis.
− ;asokontriktor topikal 2 G>ymeta@oline ","#*.
• 7enstimulasi reseptor alfa-adrenergik sehingga terjadi
+asokonstriksi.
• /osis 2 !- spray pada lubang hidung setiap 1! jam.
• Kontraindikasi 2 hipersensiti+itas
• Hati-hati pada hipertiroid, penyakit jantung iskemik, diabetes
melitus, meningkatkan tekanan intraokular.
− 0nestesi lokal 2 lidokain *
• /igunakan bersamaan dengan o>ymeta@oline
• 7enginhibisi depolarisasi, memblok transmisi impuls saraf
• Kontraindikasi 2 hipersensiti+itas.
− 'alep antibiotik 2 mopirocin !* (<actroban 3asal)
• menghambat pertumbuhan bakteri.
• /osis 2 ",# g pada setiap lubang hidung selama # hari.
• Kontraindikasi 2 hipersensiti+itas.
5nter+ensi radiologi, angiografi dengan embolisasi percabangan arteri karotis intema.
Hal ini dilakukan jika epistaksis tidak dapat dihentikan dengan tampon . (1)
!9
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 28/33
%lo&chart diagnosis dan penatalaksanaan epistaksis (1#)
.0. *om%likasi/apat terjadi langsung akibat epistaksis sendiri atau akibat usaha
penanggulangannya. 0kibat pemasangan tampon anterior dapat timbul sinusitis (karena
ostium sinus tersumbat), air mata yang berdarah $bloody tears) karena darah mengalir
secara retrograd melalui duktus nasolakrimalis dan septikemia. 0kibat pemasangan
tampon posterior dapat timbul otitis media, haemotympanum, serta laserasi palatum
mole dan sudut bibit bila benang yang dikeluarkan melalui mulut terlalu kencang
ditarik.(1,!,)
!$
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 29/33
'ebagai akibat perdarahan hebat dapat terjadi syok dan anemia. ekanan darah
yang turun mendadak dapat menimbulkan iskemia otak, insufisiensi koroner dan infark
miokard dan akhirnya kematian. Harus segera dilakukan pemberian infus atau transfusi
darah. (!)
.. P"n!"ga&an
0da beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya epistaksis
antara lain 2 ()
1. unakan semprotan hidung atau tetes larutan garam, yang keduanya dapat
dibeli, pada kedua lubang hidung dua sampai tiga kali sehari. =ntuk membuat
tetes larutan ini dapat mencampur 1 sendok the garam ke dalam secangkir gelas,
didihkan selama !" menit lalu biarkan sampai hangat kuku.
!. unakan alat untuk melembabkan udara di rumah.
. unakan gel hidung larut air di hidung, oleskan dengan cotton bud . Aangan
masukkan cotton bud melebihi ",# N ",8cm ke dalam hidung.
. Hindari meniup melalui hidung terlalu keras.
#. Hindari mengorek-ngorek hidung
8. <atasi penggunaan obat N obatan yang dapat meningkatkan perdarahan seperti
aspirin atau ibuprofen.
9. Konsultasi ke dokter bila alergi tidak lagi bisa ditangani dengan obat alergi
biasa.
$. <erhentilah merokok. 7erokok menyebabkan hidung menjadi kering dan
menyebabkan iritasi. 'aat pertama kali datang, pasien mungkin tidak dalam
keadaan perdarahan aktif, namun mempunyai ri&ayat epistaksis berulang dalam
beberapa minggu terakhir.
. <iasanya berupa serangan epistaksis ringan yang berulang beberapa kali.Pemeriksaan hidung dalam keadaan ini dapat mengungkap adanya pembuluh-
pembuluh yang menonjol mele&ati septum anterior, dengan sedikit bekuan
darah. Pembuluh tersebut dapat dikauterisasi secara kimia atau listrik.
1". Penggunaan anestetik topical dan agen +asokonstriktor, misalnya larutan kokain
* atau Bilokain dengan epinefrin, selanjutkan lakukan kauterisasi, misalnya
dengan larutan asam trikloroasetat #"* pada pembuluh tersebut.
11. Perdarahan berulang dari suatu pembuluh darah septum dapat diatasi dengan
meninggikan mukosa setempat dan kemudian membiarkan jaringan menata
!
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 30/33
dirinya sendiri, atau dengan merekonstruksi deformitas septum dasar, untuk
menghilangkan daerah-daerah atrofi setempat dan lokasi tegangan mukosa.
1!. Pada perdarahan hidung ringan yang berulang dengan asal yang tidak diketahui,
dokter harus menyingkirkan tumor nasofaring atau sinus paranasalis yang
mengikis pembuluh darah. 'inusitis kronik merupakan penyebab lain yang
mungkin. 0khirnya pemeriksa harus mencari gangguan patologik yang terletak
jauh seperti penyakit ginjal dan uremia, atau penyakit sistemik seperti gangguan
koagulasi. 0gar epistaksis tidak berulang, haruslah dicari dan diatasi etiologi
dari epistaksis.
.2. Prognosis
Prognosis epistaksis bagus tetapi ber+ariasi. /engan terapi yang adekuat dan
kontrol penyakit yang teratur, sebagian besar pasien tidak mengalami perdarahan ulang.
'embilan puluh persen kasus epistaksis anterior dapat berhenti sendiri. Pada pasien
hipertensi denganDtanpa arteriosklerosis, biasanya perdarahan hebat, sering kambuh dan
prognosisnya buruk.(!)
BAB III*ESIMPULAN
"
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 31/33
pistaksis adalah suatu keadaan perdarahan dari hidung yang keluar
melalui lubang hidung. <erdasarkan sumber perdarahan epistaksis dibagi
menjadi epistaksis anterior dan posterior. pistaksis anterior dapat berhenti
sendiri (spontan) dan dapat dikendalikan dengan tindakan sederhana dan
epistaksis posterior cenderung lebih berat dan jarang berhenti sendiri, sehingga
dapat menyebabkan anemia, hipo+olemi dan syok. 'ering ditemukan pada
pasien dengan penyakit kardio+askular.
pistaksis (perdarahan dari hidung) adalah suatu gejala dan bukan suatu
penyakit, yang disebabkan oleh adanya suatu kondisi kelainan atau keadaan
tertentu. pistaksis bisa bersifat ringan sampai berat yang dapat berakibat fatal.
Penyebab epistaksis berdasarkan sumber perdarahan terbagi atas2 pistaksis
0nterior disebabkan oleh2 rauma, 'uhu dan kelembapan udara, Kelainan
konginetal Rendu-Osler-Weber disease, /e+iasi 'eptum, 3eoplasma,
0nak-anak. 'edangkan pistaksis Posterior disebabkan oleh 2 Kelainan darah
(trombositopenia, hemofilia dan leukemia), Hipertensi, 0rtherosklerosis,
/iabetes 7elitus, 'irosis Hepatis, 5nfeksis 0kut /</, Kelainan Hormonal
(peningkatan esterogen dan progesteron), 0lkoholisme. /iagnosis epistaksis
dapat ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik hidung
menggunakan rhinoskopi anterior untuk menemukan sumber perdarahan.
Prinsip dalam penatalaksanaan epistaksis yaitu menghentikan
perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksi disertai
dengan terapi umum yaitu terapi simtomatik, terapilokal menggunakan tampon
serta terapi medikamentosa menggunnakan antibiotic dan +asokontriktor topical
juga terapi pebedahan berupa ligasi arteri dan juga terapi khusus tergantung
penyakit yang mendasarinya. =ntuk komplikasi epistaksis dapat berasal dari
epistaksis sendiri atau usaha penanganannya. Prognosis epistaksis pada
umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan control yang teratur.
.
BAB IV
DAF-A$ PUS-A*A
1
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 32/33
1. 0dam 4, <oies 4, Higler P0. (eds) <uku 0jar Penyakit H, disi
Keenam, Philadelphia 2 C< 'aunders, 1$. ditor ffendi H. 6etakan 555.
Aakarta, Penerbit 6, 19.
!. 0nias 6. pista>is. Gtorrhinolaryngology serial onlineI cited !"1# Aan !"
0+ailable from 2http2DD&&&.medstudents.com.brDotorDotor.htm
. <udiman, <A dan 0syari, 0. !"1!. Pengukuran 'umbatan Hidung pada
/e+iasi 'eptum 3asi. Aurnal Kesehatan 0ndalas. !"1!: 1(1)
. 5skandar 3, 'upardi 0. (eds) <uku 0jar 5lmu Penyakit elinga Hidung
enggorokan. disi Keempat, Aakarta %K=5, !""": 1, 1!9-1.
#. 'chlosser A. pista>is. 3e& ngland Aournal Gf 7edicine serial onlineI
!"" feb 1 cited !"1# Aan !"I 0+ailable at
http2DDcontent.nejm.orgDcgiDcontentDfullD8"D$D9$ 8. 7unir /., Haryono ?., ambe ., pistaksis. /epartemen 5lmu Kesehatan
elinga Hidung enggorok, <edah Kepala leher %akultas Kedokteran
=ni+ersitas 'umatera =tara: !""8.
9. 'uryo&ati . pistaksis. 7edical 'tudy 6lub %K=55 cited !"1# Aan !"I
0+ailable from2 http2DDfkuii.orgDtiki-do&nloadO&ikiOattachment.php
$. +ans A0. pista>is2 reatment 7edication. e7edicines 'pecialities !""9
3o+ !$ cited !"1# Aan !"I 0+ailable from2
http2DDemedicine.medscape.comDarticleD9891-treatment
. 4udman, Halord and <radley A Patrick. !"1. 0<6 of ar, 3ose and hroat
('i>th edition). <lack&ell Publishing 4td 2 ='0
1". (%reeman . 3osebleed. Health 5nformation Home serial onlineI !""9 %eb
! cited !"1# Aan !"I 0+ailable from 2
http2DDmy.cle+elandclinic.orgDdisordersD3osebleedDhicO3osebleedOpista>is.
asp>)
11. /itjen <ina %armasi dan 0lkes, !""#./iabetes mellitus. Aakarta
1!. jok 5stri 0nom ', 5 /e&a 3yoman Ciba&a. Pendekatan /iagnosis dan
erapi %ibrosis Hati. /enpasar #eny *alam+ Volume ,, -omor , anuari, #9-89
1. Ain Hee 6ho and ?oung Ha Kim (!"1!). pista>is, Gtolaryngology, Prof.
<al&ant 'ingh endeh. 5nech urope. 6roatia.
1. 6ody /, hane , et.al. pistaksis, /alam Penyakit elinga Hidung dan
enggorokan. disi <ahasa 5ndonesia. Aakarta 2 Penerbit <uku Kedokteran,
6, 11. Hal. !#-#".
!
7/21/2019 BAB I fix tht
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-fix-tht-56d99b4af2c72 33/33
1#. udolf Probst, erhard re+ers, Heinrich .5ro. !""8. <asic
otorhinolaryngology 0 step by step learning guideline. eorg thieme +erlag
'tuttgart N 3e& ?ork.