bab i cedera kepala
DESCRIPTION
enjoy itTRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas,
selain penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke rumah sakit,
penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan
penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tindakan resusitasi anamnesis dan
pemeriksaan fisik umum serta neorologi harus segera dilakukan secara serentak agar
dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. (Tobing, 2011)
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak. (Muttaqin, 2008)
Di Indonesia jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat dari tahun ka tahun.
Menurut data Kantor Kepolisian Republik Indonesia (1992-2009) tahun 2007 terdapat
49553 orang dengan korban meninggal 16955 orang, luka berat 20181, luka ringan
46827. Tahun 2008 jumlah kecelakaan 59164, korban meninggal 20188, luka berat
23440 yang menderita luka ringan 55731 orang. Tahun 2009 jumlah kecelakaan
62960, korban meninggal 19979, luka berat 23469, dan luka ringan 62936, (Badan
Pusat Statistik Republik Indonesia) Angka kejadian kecelakaan di Jawa Tengah pada
bulan November 2010 yang bertempat di Semarang (ANTARA news) yang dicatat
oleh Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Tengah 603 orang pengguna
jalan raya tewas akibat berbagai kecelakaan yang terjadi selama semester pertama
2010. Selama semester pertama 2010 tercatat 4.438 kejadian kecelakaan, penderita
yang dirujuk di rumah sakit dr Kariadi dan dirawat inap diruang bedah saraf
mencapai 576 orang.
Kematian sebagai akibat dari cedera kepala yang dari tahun ke tahun semakin
bertambah, pertambahan angka kematian ini antara lain karena jumlah penderita
cedera kepala yang bertambah dan penanganan yang kurang tepat atau 1sesuai
dengan harapan kita (Smeltzer, 2002) angka kejadian cedera kepala (58%) laki-laki
1
2
lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang
tinggi dikalangan usia produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga kesalamatan di
jalan masih rendah disamping penanganan penderita yang belum benar dan rujukan
yang terlambat (Smeltzer, 2002).
Berdasarkan atas penurunan tingkat kesadaran serta ada tidaknya defisit
neorologis fokal penderita cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan mekanisme,
morfologi, dan keparahan cedera kepala. Berdasarkan mekanisme cedera kepala
dikelompokkan menjadi 2, yaitu cedera kepala tertutup dancedera kepala dengan
penitrasi atau luka tembus. Berdasarkan atas morfologinya cedera kepala
sikelompokkan menjadi cedera kepala dengan fraktur tengkorak dan cedera kepala
dengan lesi intrakranial. Berdasarkan atas derajat beratnya cedera kepala
dikategorikan menjadi cedera kepala ringan, cedera kepala sedang, cedera kepala
berat.(Mansjoer, 2000).
Penderita cedera kepala sedang pada umumnya masih mampu menuruti
perintah sederhana, namun penderita tampak bingung atau mengantuk dan dapat
disertai deficit neurologis fokal seperti hemiparesis, sebanyak 10-20% dari penderita
cedera kepala sedang mengalami perburukan dan jatuh dalam koma, untuk itu
penderita harus dikelola secara intensif dimana harus dilakukan observasi ketat dan
pemeriksaan neurologis serial selama 12-24 jam pertama. (IKABI, 2004) .Kondisi
penderita seperti ini dapat menimbulkan gangguan kesadaran. Dalam kaitannya
dengan gangguan kesadaran ini untuk menilai digunakan metode glasgow coma scale
(GCS).
Glasgow coma scale (GCS) merupakan instrumen standar yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran pasien trauma kepala. Glasgow coma
scale (GCS) merupakan salah satu komponen yang digunakan sebagai acuan
pengobatan, dan dasar pembuatan keputusan klinis umum untuk pasien. Selain mudah
dilakukan, GCS juga memiliki peranan penting dalam memprediksi risiko kematian
di awal trauma. Dari GCS dapat diperoleh informasi yang efektif mengenai pasien
trauma kepala. Sesuai klasifikasinya yaitu penderita yang mampu membuka kedua
matanya secara spontan, mematuhi perintah dan berorientasi mempunyai nilai GCS
total sebesar 15, sementara pada penderita yang keseluruhan otot ekstremitasnya
3
flaksit dan tidak dapat membuka mata sama sekali nilai GCSnya minimal atau sama
dengan 3. Nilai GCS sama atau kurang dari 8 didefinisikan sebagai cedera kepala
berat. Berdasarkan nilai GCS maka penderita cedera kepala dengan nilai GCS 9-13
dikategorikan sebagai cedera kepala sedang, dan dengan nilai GCS 14-15
dikategorikan sebagai cedera kepala ringan. (IKABI, 2004)
Pengelompokkan diagnosis ICD (International Classification of Disease)
penderita dengan cedera kepala yang dirawat di ruang A1 bedah saraf RS dr Kariadi
Semarang menduduki peringkat pertama dari 10 kasus diagnosa yang ada di ruang
bedah saraf th 2011
Dari ulasan tersebut diatas pemantauan tingkat kesadaran pada penderita
cedera kepala sedang akan dapat diketahui dengan observasi dan pengukuran GCS.
Sehingga perlu dilakukan penelitian tentang “Gambaran skor GCS pada penderita
cedera kepala sedang di RS dr Kariadi Semarang ”.
B. Identifikasi Masalah
Cedera kepala merupakan insidensi yang sudah banyak memakan korban
dengan berbagai prognosa, hal ini dapat dipantau /diobservasi melalui penilaian
tingkat kesadaran dengan GCS, sehingga masalah penelitian ini adalah “bagaimana
gambaran skor GCS penderita cedera kepala sedang di RS dr Kariadi Semarang”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan skor GCS pada pasien cedera kepala sedang di RS.
dr. Kariadi Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan kondisi pasien cedera kepala sedang berdasarkan lokasi
cedera meliputi frontale, parietale,temporale,oksipitale.
b. Mendeskripsikan karakteristik pasien cedera kepala sedang meliputi
usia,jenis kelamin,pekerjaan,pendidikan.
c. Mendeskripsikan penyebab terjadinya cedera kepala sedang
4
d. Mendeskripsikan kedalaman cedera kepala yang meliputi epidural
hematom ,subdural hematom,.perdarahan subarakhnoid, intracranial
hematom.
e. Mendeskripsikan perkembangan GCS dari hari kesatu sampai hari kelima
pada pasien cedera kepala sedang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Perawat.
Meningkatkan pengetahuan perawat tentang perkembangan GCS pada
pasien cedera kepala sedang.
2 Manfaat Bagi Institusi Kesehatan
Dengan diketahui rata-rata peningkatan perkembangan GCS pada
cedera kepala sedang dapat digunakan untuk managemen asuhan
keperawatan.
3 Manfaat Untuk Penelitian Lanjutan.
Dengan diketahui perkembangan GCS pada pasien cedera kepala
sedang dapat digunakan untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan
beberapa variabel ;GCS dengan lokasi anatomi cedera kepala,GCS dengan
kedalaman cedera kepala.