bab i-bab v - · pdf filefarmasi asisten apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban...

85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 80 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah a. Gambaran Umum Balai Besar Rehabilitasi BNN Bogor Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional terletak di Desa Wates Jaya, Kec. Cigombong, Lido, Kab. Bogor, Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional merupakan satuan kerja mandiri Badan Narkotika Nasional atau disingkat BNN yang melaksanakan tugas pelayanan masyarakat berupa rehabilitasi penyalah guna dan/atau pecandu narkoba secara terpadu berdasarkan aspek medis, psikologis, dan sosial. Balai Besar Rehabilitasi BNN berada dalam ruang lingkup pelaksanaan tugas dan fungsi Deputi Bidang Rehabilitasi. Balai Besar Rehabilitasi BNN mampu menampung 375 pecandu narkoba per 6 bulan. Dasar hukum dari Balai Besar Rehabilitasi BNN ini adalah: 1) Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. 2) Peraturan pecandu narkoba RI Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional.

Upload: dinhduong

Post on 06-Feb-2018

236 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 80

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah

a. Gambaran Umum Balai Besar Rehabilitasi BNN Bogor

Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional terletak di Desa

Wates Jaya, Kec. Cigombong, Lido, Kab. Bogor, Balai Besar Rehabilitasi

Badan Narkotika Nasional merupakan satuan kerja mandiri Badan Narkotika

Nasional atau disingkat BNN yang melaksanakan tugas pelayanan masyarakat

berupa rehabilitasi penyalah guna dan/atau pecandu narkoba secara terpadu

berdasarkan aspek medis, psikologis, dan sosial.

Balai Besar Rehabilitasi BNN berada dalam ruang lingkup pelaksanaan

tugas dan fungsi Deputi Bidang Rehabilitasi. Balai Besar Rehabilitasi BNN

mampu menampung 375 pecandu narkoba per 6 bulan. Dasar hukum dari Balai

Besar Rehabilitasi BNN ini adalah:

1) Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

2) Peraturan pecandu narkoba RI Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan

Narkotika Nasional.

Page 2: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

3) Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor: PER/03/V/2010/BNN

tentang Organisasi dan Tata Kerja (OTK) Badan Narkotika Nasional

Republik Indonesia.

4) Peraturan Ketua Badan Narkotika Nasional Nomor: PER/02/XI/2007/BNN

tanggal 15 November 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit

Pelaksana Teknis Terapi dan Rehabilitasi BNN.

5) Instruksi pecandu narkoba No.7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah.

Peran strategis Balai Besar Rehabilitasi BNN dalam rangka pelaksanaan

P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkotika) segmen demand recuction (pengurangan permintaan) dalam

realisasinya menggunakan sistem one stop center (pelayanan terpadu) yang

menempatkan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial untuk pengguna narkoba

berada dalam satu atap. Dalam melaksanakan peran strategis dan fungsinya,

Love, Innovative,

Dignity, Optimistic

1) Love: bekerja dengan hati nurani, kasih sayang, ikhlas dan saling membantu.

2) Innovative: kreatif dan berwawasan luas.

3) Dignity: kehormatan, harga diri dan kebanggaan.

4) Optimistic: semangat dan pantang menyerah.

Page 3: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Sumber daya manusia yang terdapat di Balai Besar Rehabilitasi BNN pada

tahun 2015 meliputi:

Tabel 6. Tenaga Medis Balai Besar Rehabilitasi BNN Bogor

No Jabatan Spesifikasi Jumlah 1. Konsulen Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa 2

Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2

Dokter Spesialis Paru 1

Dokter Spesialis Syaraf 1

Dokter Spesialis Radiologi 2

Konsulen Hipnoterapi 3

Konsulen VCT 2

2. Dokter Umum Dokter Umum 12

3. Dokter Gigi Dokter Gigi 3

4. Perawat/ Bidan Diploma Keperawatan/ Kebidanan 51

5. Perawat Gigi Diploma Keperawatan Gigi 3

Tabel 7. Tenaga Sosial Balai Besar Rehabilitasi BNN Bogor

No Jabatan Spesifikasi Jumlah 1. Psikolog S2 - Magister Profesi Psikolog 2

2. Ilmuwan Psikologi

S1 - Sarjana Psikologi 5

3. Konselor Adiksi SMA, D3, S1+Konselor Bersertifikat 45

4. Peer Edukator SMA, D3, S1+Konselor Bersertifikat 10

5. Instruktur Vokasional & Olahraga

SMA, D3, S1+Bersertfikat 4

6. Pembina Mental D3 / S1 Pendidikan Agama 19

S1 Sarjana Psikologi 7

Page 4: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Tabel 8. Penunjang Medis Balai Besar Rehabilitasi BNN Bogor

No Jabatan Spesifikasi Jumlah

1. Analis Kimia/Pranata Laboratorium

Diploma Analis Kimia (kesehatan) 6

2. Rekam Medis Diploma Rekam Medis 3 3. Radiografer Diploma Radiologi 3 4. Elektromedis Diploma Elektromedis 3 5. Fisioterapis Diploma Fisioterapi 1 6. Nutrisionis Diploma Gizi 3 7. Farmasi Asisten Apoteker 3

b. Visi dan Misi Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

1) Visi Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Bogor adalah

menjadikan pusat rujukan nasional pelaksanaan rehabilitasi bagi

penyalahguna dan atau pecandu narkoba secara profesional.

2) Misi Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Bogor adalah

sebagai berikut:

a) Melaksanakan pelayanan secara terpadu rehabilitasi medis dan sosial

bagi penyalahguna dan atau pecandu narkoba.

b) Fasilitas pengkajian dan pengembangan rehabilitasi.

c) Melaksanakan wajib lapor pecandu.

d) Memberi dukungan informasi dalam rangka pelaksanaan Pencegahan,

Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).

c. Tugas Pokok dan Fungsi Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

Page 5: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Tugas pokok dari Balai Besar Rehabilitasi BNN adalah untuk

melaksanakan pelayanan secara terpadu rehabilitasi medis dan rehabilitasi

sosial, memfasilitasi pengkajian dan pengembangan rehabilitasi, dan

pelayanan wajib lapor serta memberikan dukungan informasi dalam rangka

pelaksanaan pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya, untuk selanjutnya

disebut P4GN. Fungsi yang diusung oleh Balai Besar Rehabilitasi BNN

berkaitan dengan tugas pokok tersebut adalah:

1) Penyusunan perencanaan, program dan anggaran Balai Besar Rehabilitasi

BNN.

2) Penyusunan dan perumusan pedoman pelaksanaan rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna dan/atau pecandu

narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya; fasilitasi magang,

pengkajian, penelitian dan pengembangan rehabilitasi.

3) Pelayanan wajib lapor serta memberikan dukungan informasi dalam rangka

pelaksanaan P4GN dan pemutusan jaringan peredaran gelap narkoba.

4) Pelaksanaan pengkajian, pengembangan dan uji coba metode rehabilitasi

guna peningkatan efektifitas dan efisiensi proses rehabilitasi.

5) Pelaksanaan pelayanan rehabilitasi medis dan penunjang medis.

6) Pelaksanaan pelayanan rehabilitasi sosial dan penunjang rehabilitasi sosial.

Page 6: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

7) Pelaksanaan pusat rujukan bagi fasilitasi rehabilitasi korban penyalah guna

dan/atau pecandu narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya milik

pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarkat lainnya.

8) Pelaksanaan penyelenggaraan database di lingkungan Balai Besar

Rehabilitasi BNN.

9) Pelaksanaan ketatausahaan dan rumah tangga Balai Besar Rehabilitasi

BNN.

Page 7: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

d. Struktur Organisasi

Gambar 5. Struktur Organisasi Balai Besar Rehabilitasi BNN Bogor

e. Proses Rehabilitasi Pecandu Narkoba

Proses rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi Lido, Bogor, diawali

dengan pasien masuk berdasarkan kemauan sendiri (volunteery) ataupun

dibawa oleh pihak kepolisian akibat terlibat kasus di pengadilan. Hal pertama

yang dilakukan pasien ketika sampai adalah proses screening/intake. Hal-hal

yang dilakukan pada proses screening diantaranya: 1) pendaftaran oleh pihak

keluarga meliputi penandatanganan informed consent, wawancara keluarga,

serta edukasi tentang family support group; 2) pasien melakukan asesmen

Page 8: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

medis meliputi tes urin, pemeriksaan fisik, dan nantinya hasil pemeriksaan

medis tersebut ditulis di dalam ASI (Addiction Severity Index) oleh Tim Bidang

Rehabilitasi Medis di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, Bogor.

Gambar 6. Proses Rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN Bogor

Tahap selanjutnya adalah pasien yang sudah menerima pemeriksaan

medis menjalani tahap detoksifikasi selama 2 minggu. Ketika memasuki tahap

detoksifikasi ini, pasien sudah disebut sebagai residen (pecandu narkoba yang

menjalani rehabilitasi) karena diberikan pelayanan medis dan psikologis

terpadu. Hal-hal yang dilakukan pada pecandu narkoba pada tahap ini adalah:

Page 9: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

1) Residen diberikan perawatan gejala putus zat dan pemeriksaan medis

lanjutan yang melibatkan Seksi Pelayanan Rehabilitasi Medis dan Seksi

Penunjang Rehabilitasi Medis, perawatan gejala putus zat yang diterima

meliputi asesmen medis lanjutan terhadap kondisi fisik, psikiatri dan

gejala putus zat dengan instrumen COWS (Clinical Opiate Withdrawl

Scale), PANSS-EC (Positive and Negative Syndrome Scale Excited

Component) untuk menilai kondisi gaduh gelisah, MINI-ICD 10 (Mini

International Neuropsychiatric Interview-International Classification of

Desease 10) untuk menilai gangguan mental, pemeriksaan darah lengkap,

radiologi, USG, EKG, EEG, status gizi, pemeriksaan psikiatri,

pemeriksaan gigi, serta pengobatan medis harian untuk merawat dan

pemulihan fisik dari gejala putus zat yang dialami oleh pecandu narkoba.

2) Terapi edukasi dan okupasi oleh perawat kesehatan dan tim medis agar

pecandu narkoba mampu mengenali kondisi fisiknya sendiri dan mampu

melakukan pertolongan pertama jika terjadi permasalahan fisik akibat efek

detoks. Hal ini juga disertai dengan psikoterapi dan terapi kelompok untuk

menstabilkan kondisi psikologis dari pecandu narkoba. Setelah kondisi

fisik dan psikologis dinyatakan mulai stabil oleh Tim Rehabilitasi Medis,

Bagian Psikologi selanjutnya berperan melakukan asesmen psikologis

untuk mengetahui tingkat adiksi dari pecandu narkoba dengan

menggunakan ASI (Addiction Severity Index). Sebelumnya lembar ASI

telah diisi oleh tim medis berkaitan dengan keadaan fisik. Bagian

Page 10: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Psikologi bertugas melanjutkan asesmen dengan ASI untuk memperoleh

gambaran psikologis dari pecandu narkoba sehingga di dalam ASI

terekam kondisi fisik dan psikologis dari pecandu narkoba yang akan

digunakan sebagai rujukan untuk memasukkan pecandu narkoba ke dalam

program-program unggulan Therapeutic Community (TC) dari BNN.

Setelah 2 minggu di fase detoksifikasi, maka pecandu narkoba

selanjutkan dipindahkan ke fase stabilisasi dan pengenalan program

rehabilitasi yang disebut sebagai fase Entry Unit. Di Entry Unit, peran Bidang

Rehabilitasi Medis sudah mulai berkurang, karena pelayanan rehabilitasi

medis yang diberikan mulai fase ini hanya berupa pelayanan penunjang medis

seperti pemeriksaan gigi secara rutin dan penatalaksanaan kondisi medis

khusus, meliputi penatalaksanaan perawatan medis kepada pecandu narkoba

dengan diagnosis HIV/AIDS dan perawatan kerusakan hati akibat penggunaan

narkotika. Selebihnya merupakan kegiatan asesmen psikologis seperti

penggunaan tes IQ, tes minat dan sikap kerja, tes kepribadian serta

melanjutkan asesmen dengan ASI (Addiction Severity Index) bagi pecandu

narkoba yang belum diasesmen di fase detoksifikasi.

Selain itu, di fase ini peran psikolog dan tim psikologi berperan untuk

memperkenalkan program rehabilitasi berupa Therapeutic Community dan

membuat rekomendasi tentang program rehabilitasi sosial/primary yang

sesuai untuk pecandu narkoba.

Page 11: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Tahap selanjutnya, pecandu narkoba mulai memasuki tahap program

rehabilitasi sosial tahap awal atau disebut sebagai tahap primary. Tahap

primary di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido merupakan inti dari

Therapeutic Community (TC). Di dalam program primary ini, terdiri dari 4

program unggulan yaitu House of Care, House of Change, House of Hope,

dan House of Faith. Program primary dilaksanakan maksimal 4 bulan

bergantung pada hasil asesmen medis dan psikologi yang telah dilakukan

kepada pecandu narkoba di tahapan-tahapan sebelumnya. Selain 4 program

unggulan itu ada juga program Female khusus untuk pecandu narkoba

perempuan yang direhabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido.

Setelah menjalankan program primary pecandu narkoba yang

menjalankan rehabilitasi akan melalui tahap Re-Entry yang belangsung selama

1 bulan. Tahap Re-Entry ini hanya ada pada program jangka panjang, yaitu

House of Hope dan House of Faith, sedangkan untuk program jangka pendek

House of Change dan House of Care tidak ada program Re-Entry dikarenakan

pecandu narkoba yang masuk ke dalam program jangka pendek memiliki daya

dukung hidup yang baik dilihat dari kriteria-kriteria khusus yang ada di ASI

(Addiction Severity Index). Kriteria dalam lembar ASI bersifat spesifik dan

ditentukan langsung dalam Case Conference.

Pada tahapan Re-Entry, pecandu narkoba mulai dipersiapkan untuk

kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan lebih banyak ke

konseling keluarga dan relapse prevention (pencegahan relapse). Selain itu, di

Page 12: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Re-Rentry juga diberlakukan buddy system yaitu pecandu narkoba yang baru

masuk ke tahapan Re-Entry akan didampingi oleh buddy (pendamping) yang

ditunjuk oleh staf BNN Lido, buddy sendiri merupakan pecandu narkoba yang

sudah lebih dulu masuk ke tahapan Re-Entry dan akan menyelesaikan

rehabilitasinya di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido.

Tugas dari buddy adalah untuk membantu orientasi pecandu narkoba

yang baru masuk ke tahapan Re-Entry. Buddy sistem di BNN Lido juga

merupakan bagian dari kegiatan community service yang dilakukan oleh

pecandu narkoba senior/pecandu narkoba tahap akhir sebagai bagian dari

proses adaptasi pecandu narkoba dalam kembali ke masyarakat. Selain itu,

kegiatan community service juga dilakukan menjelang akhir pekan dan lebih

intensif ketika menjelang perayaan besar keagamaan berupa pecandu narkoba

di tahapan Re-Entry diizinkan untuk berkeliling di lingkungan BNN Lido dan

memberikan jasanya berupa membantu para staf dengan menawarkan bantuan

seperti fotocopy dokumen, mencuci kendaraan, dan pekerjaan/tugas-tugas

sederhana lainnya.

Pecandu narkoba yang telah selesai menjalankan tugas dari staf harus

diberikan komisi berupa uang jasa yang jumlahnya suka rela. Ketika

menjelang hari besar/hari perayaan keagamaan seperti Idul Fitri, community

service dimanfaatkan oleh pecandu narkoba untuk mengumpulkan uang

sebanyak-banyaknya guna membelikan baju lebaran/hadiah bagi keluarga

yang datang berkunjung ketika hari raya. Meskipun pecandu narkoba belum

Page 13: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

bisa keluar dari BNN Lido, biasanya untuk membeli hadiah pecandu narkoba

menitipkan kepada staf dari BNN, terutama konselor yang mendampinginya.

Selanjutnya tahapan pasca rehabilitasi (aftercare) dilakukan di luar Balai

Besar Rehabilitasi BNN Lido yaitu biasanya dilakukan di BNN Pusat Jakarta

dan di BNN Lampung. Aftercare dilakukan jika ada permintaan dari pecandu

narkoba. Sehingga kegiatan aftercare sesuai dengan kebutuhan pecandu

narkoba yang sifatnya berupa pelayanan konsultasi psikologis tentang relapse

prevention (pencegahan relapse).

Tahapan-tahapan yang ada di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido

merupakan tahapan-tahapan yang memiliki titik tekan pada time frame atau

berdasarkan kerangka waktu untuk memindahkan pecandu narkoba dari satu

tahap ke tahap yang lainnya, namun terdapat pula kriteria-kriteria spesifik

yang dibahas di case conference yang diikuti oleh tim dari Bidang

Rehabilitasi Medis dan Bidang Rehabilitasi Sosial guna menentukan

kelayakan pecandu narkoba untuk maju ke tahapan selanjutnya dan sudah

waktunya bagi pecandu narkoba untuk kembali ke masyarakat.

2. Persiapan Administrasi Penelitian

Persiapan administrasi penelitian merupakan segala bentuk perizinan yang

dilakukan peneliti kepada pihak terkait dalam pelaksanaan penelitian. Permohonan

izin diawali dengan menghubungi Ibu Sri Hastutik, M. Si. selaku bagian hubungan

masyarakat Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, Bogor.

Berdasarkan arahan dari Ibu Sri Hastutik, M. Si., peneliti mengajukan permohonan

Page 14: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

perizinan penelitian kepada Kepala Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika

Nasional, Bogor selaku pimpinan instansi yang akan dijadikan tempat penelitian.

Surat pengantar permohonan izin penelitian dari Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan nomor

737/UN27.06.6.2/PN/2016 dikirim bersamaan dengan proposal penelitian pada

tanggal 19 Januari 2016.

Pada tanggal 22 Januari 2016 peneliti menghubungi Ibu Sri Hastutik, M.

Si. untuk memastikan bahwa surat permohonan izin penelitian dan proposal

penelitian sudah diterima pihak Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika

Nasional, Bogor. Peneliti juga mengkonfirmasi terkait prosedur selanjutnya yang

bisa ditempuh untuk menjalankan penelitian. Ibu Sri Hastutik, M. Si.

mempersilahkan peneliti untuk langsung datang ke Balai Besar Rehabilitasi Badan

Narkotika Nasional Bogor pada pekan depan (mulai tanggal 25 Januari 2016).

Kemudian peneliti memutuskan untuk hadir di Balai Besar Rehabilitasi Badan

Narkotika Nasional Bogor pada tanggal 27 Januari 2016.

Pada tanggal 27 Januari 2016 sekitar pukul 10.00 WIB peneliti tiba dan

menjalani pemerikasaan barang di pos 00 sebelum memasuki kawasan Balai Balai

Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Bogor. Setelah menjalani

pemeriksaan barang, peneliti dipersilahkan menuju ke gedung utama untuk

bertemu dengan Ibu Sri Hastutik, M. Si. Selanjutnya peneliti bertemu dengan

Mbak Deci selaku bagian hubungan masyarakat Balai Besar Rehabilitasi Badan

Page 15: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Narkotika Nasional Bogor yang dijadikan penanggung jawab urusan administrasi

selama peneliti berada di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional.

3. Persiapan Alat Ukur

Skala Kecenderungan relapse digunakan untuk mengukur kecenderungan

relapse pada pecandu narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN, Bogor, yang akan

menjadi subjek penelitian. Skala kecenderungan relapse disusun berdasarkan

aspek-aspek kecenderungan relapse mengacu pada cognitive- behavioral model of

relapse yang dikembangkan oleh Marlatt dan Gordon (dalam Larmier, dkk, 1999).

Aspek-aspek tersebut meliputi high-risk-situation, coping, outcome expectancies,

dan abstinence violation effect.

Skala ini merupakan skala likert dengan rentang skor satu sampai empat

yang terdiri dari 34 item dan akan diujicobakan kepada pecandu narkoba yang

menjalani rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN untuk mengetahui validitas

dan reliabilitas. Skor satu menunjukkan bahwa subjek sangat tidak setuju dengan

pernyataan item skala. Skor dua menunjukkan bahwa subjek tidak setuju dengan

pernyataan item skala. Pernyataan setuju dengan item skala diungkapkan dengan

skor tiga. Terakhir, skor empat mengungkapkan sangat setuju terhadap pernyataan

item skala.

Skala kecenderungan relapse terdiri dari item favorable dan unfavorable. Item

favorable merupakan item yang mendukung dan mengarah pada variabel

kecenderungan relapse. Sedangkan, item unfavorable berlawanan dengan variabel

Page 16: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

kecenderungan relapse. Maka, skor untuk item unfavorable harus diubah sebelum

dijumlahkan.

4. Persiapan Eksperimen

Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum kegiatan pelatihan efikasi diri

yang akan diberikan kepada kelompok eksperimen dilakukan. Setelah nama-nama

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didapatkan, peneliti menyerahkan

daftar nama tersebut kepada Mayor yang sedang bertugas dan menjelaskan secara

detail kegiatan yang akan dilaksanakan. Selain itu, peneliti juga memohon izin

kepada Mayor untuk bertemu dengan subjek yang tergabung dalam kelompok

eksperimen pada Sabtu, 30 Januari 2016 untuk menginformasikan kegiatan

pelatihan yang akan dilaksanakan pada 01-03 Pebruari 2016 sekaligus melakukan

wawancara sebelum pelatihan.

Selain peserta pelatihan yang tergabung dalam kelompok eksperimen,

berbagai alat dan bahan yang digunakan selama pelatihan efikasi diri juga

dipersiapkan. Adapun berbagai alat dan bahan yang dipersiapkan adalah sebagai

berikut.

a. Laptop dan LCD

Laptop dan LCD digunakan dalam untuk menayangkan materi

presentasi pelatihan, video pelatihan, dan memainkan musik yang akan

digunakan selama pelatihan berlangsung.

Page 17: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

b. Speaker

Speaker digunakan dalam pelatihan ini untuk memperkeras suara

video dan musik yang akan dimainkan selama pelatihan agar seluruh

peserta di ruangan dapat mendengarkan sumber suara yang berasal dari

video ataupun musik secara jelas.

c. Kamera

Kamera digunakan untuk mendokumentasikan pelatihan dalam

bentuk foto maupun video serta dapat digunakan sebagai alat bantu

kegiatan wawancara dan observasi.

d. Modul Pelatihan

Modul pelatihan dalam penelitian ini terdiri dari modul untuk

pertemuan pertama, kedua, dan ketiga yang menjelaskan detail kegiatan

setiap sesi. Masing-masing pertemuan memiliki sarana pendukung baik

dalam bentuk alat ataupun materi yang akan digunakan. Di dalam modul

terdapat angket evaluasi program pelatihan, evaluasi pemahaman materi,

dan angket observasi. Modul pelatihan selanjutnya dapat dilihat dalam

lampiran.

e. Materi Presentasi Pelatihan

Materi presentasi pelatihan bertujuan untuk membantu peserta

dalam memahami materi yang akan disampaikan oleh fasilitator. Materi

presentasi pelatihan utama yaitu cognitive-behavioral model of relapse

dan efikasi diri. Selain itu terdapat pula berbagai bentuk tayangan gambar

Page 18: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

ataupun tulisan yang digunakan untuk mendukung pelatihan dalam

bentuk slide power point.

f. Lembar Kerja

Terdapat beberapa sesi yang menggunakan lembar kerja baik dalam

bentuk narasi yang akan didiskusikan ataupun stimulus dan instruksi yang

harus dilaksanakan. Semua lembar kerja dari masing-masing peserta

nantinya akan disatukan dalam business file agar dapat dijadikan sebagai

bahan evaluasi dan pembelajaran bagi peserta.

5. Pelaksanaan Uji Coba

a. Uji Coba Skala Kecenderungan Relapse

Skala yang akan diuji coba adalah skala kecenderungan relapse

berdasarkan aspek-aspek kecenderungan relapse yang dikemukakan Marlatt

dan Gordon (dalam Larmier, dkk, 1999). Skala kecenderungan relapse yang

akan diuji coba terdiri dari 34 item. Data hasil uji coba juga akan digunakan

sebagai data pretest untuk item yang telah dipastikan valid dan reliabel.

Kegiatan uji coba skala kecenderungan relapse dilakukan kepada

pecandu narkoba yang menjalani rehabilitasi pada hari Kamis, 28 Januari

2016 di House of Faith Gedung Therapeutic Community Balai Besar

Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, Bogor. Sekitar pukul 11.20 WIB

kegiatan dimulai dengan pengantar dari Mayor House of Faith yang sedang

bertugas dengan memperkenalkan peneliti. Selanjutnya peneliti memberikan

pengarahan yang menekankan pada jaminan kerahasiaan data dan juga tidak

Page 19: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

adanya keterkaitan antara hasil pengerjaan skala dengan program di Balai

Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, Bogor.

Di ruang seminar House of Faith tidak tersedia meja untuk

mengerjakan skala yang dikhawatirkan akan mempengaruhi kenyamanan

dalam mengerjakan skala. Mengantisipasi hal ini, peeneliti memohon izin

kepada Mayor House of Faith yang sedang bertugas untuk memindahkan

subjek ke Dining Room House of Faith. Setelah memberikan pengarahan

kepada subjek uji coba skala kecenderungan relapse dan mendapatkan izin

dari Mayor untuk melakukan pemindahan kegiatan di ruang yang lebih

representatif untuk mengerjakan skala, maka sejumlah 39 subjek segera

berpindah ke Dining Room House of Faith yang tersedia meja di dalamnya.

Proses pemindahan peserta berlangsung tidak lebih dari tiga menit

karena Dining Room terletak di samping ruang seminar dan berjarak sekitar

tiga meter. Setelah seluruh peserta duduk, fasilitator dibantu oleh co-fasilitator

membagikan skala kecenderungan relapse dan pena kepada seluruh peserta.

Sesekali fasilitator mengingatkan peserta untuk menanyakan berbagai hal

yang belum dipahami, baik berupa pernyataan yang terdapat di dalam skala

kecenderungan relapse atupun terkait petunjuk pengisian. Selama proses

pengerjaan uji coba skala kecenderungan relapse, fasilitator dan co-fasilitator

berkeliling untuk melihat dan membantu subjek yang mungkin mengalami

kesulitan.

Page 20: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Setelah sekitar sepuluh menit berjalan ada beberapa subjek yang sudah

menyelesaikan pengerjaan uji coba skala kecenderungan relapse. Fasilitator

dan co-fasilitator mendatangi dan memeriksa sekilas hasil kerja subjek untuk

meminimalkan terlewatnya item dari pengerjaan subjek. Sekitar pukul 11. 50

WIB seluruh subjek telah selesai mengerjakan uji coba skala kecenderungan

relapse. Fasilitator mengakhiri kegiatan uji coba skala kecenderungan relapse

dengan ucapan terima kasih dan salam.

Saat peneliti melakukan input data untuk proses uji validitas skala

kecenderungan relapse ditemukan sejumlah dua subjek yang datanya tidak

dapat diikutkan dalam proses selanjutnya karena ada item yang tidak

dikerjakan. Oleh karena itu, hanya ada tiga puluh tujuh data subjek yang dapat

dipergunakan dalam uji validitas skala.

b. Uji Coba Modul Pelatihan Efikasi Diri

Modul merupakan salah satu instrumen terpenting dalam penelitian

eksperimen ini. Modul disusun sebagai panduan fasilitator dan co-fasilitator

dalam menjalankan segala bentuk kegiatan yang telah direncanakan. Modul

yang baik dapat membantu fasilitator dan co-fasilitator untuk menjalankan

pelatihan dengan terstruktur.

Guna memenuhi tersusunnya modul yang valid, peneliti melakukan uji

validitas isi dengan melibatkan dosen pembimbing utama dan pembimbing

kedua untuk melakukan penilaian sebagai pihak profesional yang kompeten.

Selain itu, peneliti juga melibatkan penguji utama dan penguji kedua sebagai

Page 21: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

pihak profesional untuk melakukan pemeriksaan terhadap modul dan

memberikan saran perbaikan modul selama proses revisi proposal penelitian

dan modul yang telah diseminarkan dalam sidang validasi proposal.

Setelah pembimbing dan penguji memberikan persetujuan terhadap

hasil revisi proposal dan modul, maka peneliti meminta bantuan kepada pihak

Balai Besar Rehabilitasi Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional

Bogor yang memiliki kompetensi dan pemahaman secara lebih detail terkait

dengan subjek untuk melakukan proffessional judgment pada modul pelatihan

efikasi diri. Pada tanggal 28 Januari 2016 Bro Abun (Chris Chandra) sebagai

tim clinical Therapeutic Community yang menangani teknis lapangan program

terapi di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Bogor melakukan

pemeriksaan modul pelatihan efikasi diri sebelum diberikan kepada subjek

baik dalam rangka uji coba ataupun pelatihan.

Berdasarkan arahan dari Bro Abun, peneliti diarahkan untuk menemui

Bro Eri selaku tim clinical Therapeutic Community untuk menyepakati hari

pelaksanaan uji coba modul. Bro Eri mempersilahkan peneliti untuk kembali

ke gedung Therapeutic Community sebagai tempat tinggal subjek uji coba

modul dan penelitian pada tanggal 29 Januari 2016. Terkait dengan teknis dan

waktu pelaksanaan, peneliti diminta untuk menemui Mayor yang sedang

bertugas pada tanggal 29 Januari 2016 dikarenakan Mayor adalah pihak yang

mengetahui detail jadwal harian subjek.

Page 22: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Sekitar pukul 10.00 WIB peneliti didampingi oleh seorang asisten

peneliti tiba di gedung Therapeutic Community dan bertemu dengan Mayor

yang bertugas, yaitu Bro Max dan mempersilahkan peneliti untuk langsung

mempersiapkan diri. Terkait dengan subjek yang akan mengikuti kegiatan uji

coba adalah pecandu narkoba yang sedang menjalani rehabilitasi di Balai

Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Bogor yang tidak termasuk ke

dalam daftar nama subjek penelitian baik kelompok eksperimen ataupun

kelompok kontrol. Bro Max mengingatkan peneliti untuk menjalankan

kegiatan tidak lebih dari satu jam karena subjek diharuskan untuk

mempersiapkan diri menjalankan ibadah salat Jumat.

Pukul 10.20 WIB kegiatan uji coba modul dimulai di Class Room

House of Faith. Sejumlah delapan subjek uji coba modul duduk dengan posisi

U seat. Bertindak sebagai fasilitator dalam uji coba modul adalah peneliti.

Kegiatan diawali dengan berdoa, perkenalan diri dari fasilitator dan co-

fasilitator, serta dilanjutkan perkenalan diri dari seluruh subjek. Setelah itu

rangkaian kegiatan uji coba modul dilaksanakan sesuai dengan susunan acara

yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 23: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Tabel 9. Rancangan Kegiatan Uji Coba Modul Pelatihan Efikasi Diri

No Kegiatan Metode Waktu 1. Pembukaan dan perkenalan Lecturrette 5 menit

2. Permainan Make a Circle Simulasi dan mengerjakan

tugas. 10 menit

3. Materi Cognitive-Behavioral Model of Relapse dan Efikasi

Diri. Lecturrette 20 menit

4. Penayangan video Owner Kali

Milk Jogja dan pemaknaan video

Lecturrette dan diskusi 20 menit

5. Penutupan Lecturrette dan

evaluasi 5 menit

Kegiatan yang diuji coba meliputi materi utama, yaitu cognitive-

behavioral model of relapse dan efikasi diri. Selain itu, untuk melihat

berbagai kemungkinan hambatan yang muncul saat pelatihan peneliti

merancang kegiatan uji coba modul dengan menggunakan berbagai metode

yang dapat mewakili keseluruhan isi modul secara umum. Di akhir sesi uji

coba modul, subjek diminta untuk mengisi lembar evaluasi pelatihan. Hasil

evaluasi ini akan dijadikan dasar bagi peneliti untuk menilai kelayakan modul

serta akan dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki modul dan

berbagai kegiatan yang direncanakan dalam modul pelatihan.

Page 24: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Terdapat delapan indikator penilaian yang disediakan dalam angket

evaluasi kegiatan uji coba modul pelatihan efikasi diri. Subjek dipersilahkan

untuk memberikan skor dengan rentang 0-100 pada setiap indikator

berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditentukan dan diterangkan dalam

lembar evaluasi.

Tabel 10. Rentang Skor dan Kriteria Penalian Evaluasi Uji Coba Modul

Pelatihan Efikasi Diri Rentang Skor Kriteria

0-20 Sangat Kurang 21-40 Kurang 41-60 Cukup 61-80 Baik 81-100 Sangat Baik

Skor minimal yang didapatkan dari hasil evaluasi adalah 60 yang termasuk

dalam kriteria cukup dan skor terbesar yang didapat adalah 100 dengan kriteria

sangat baik. Sebaran skor untuk setiap aspek dari seluruh subjek dapat dilihat

pada lampiran. Data rata-rata skor yang diberikan oleh peserta dan kategori

penilaian dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 25: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Tabel 11. Rata-rata Skor dan Kategori Penilaian Hasil Evaluasi Uji Coba Modul

Pelatihan Efikasi Diri

No. Indikator Rata-rata

Skor Kategori

1 Materi dan kegiatan pelatihan 83,75 Sangat Baik

2 Kejelasan materi yang disampaikan fasilisator

79,37 Baik

3 Daya tarik materi dan kegiatan yang diberikan oleh fasilisator

85,62 Sangat Baik

4 Penguasaan fasilisator dalam menyampaikan materi

85,625 Sangat Baik

5 Penguasaan fasilisator dalam menjawab pertanyaan 83,125 Sangat Baik

6 Kebermanfaatan materi bagi peserta 95 Sangat Baik

7 Simulasi dan permainan 85 Sangat Baik

8 Kenyamanan selama proses pelatihan 87,5 Sangat Baik

Berdasarkan hasil analisis skor evaluasi uji coba pelatihan dapat

dikatakan bahwa proses pelatihan yang dirancang dalam modul sangat baik.

Namun, hal ini tidak menunjukkan bahwa modul tidak perlu perbaikan.

Evaluasi secara terbuka juga dilakukan oleh subjek di lembar evaluasi uji coba

modul pelatihan efikasi diri. Data evaluasi terbuka melalui kesan dan saran ini

dapat membantu peneliti dalam memperbaiki penyusunan modul dan

pelaksanaan teknis. Melalui evaluasi terbuka didapatkan beberapa catatan

sebagai berikut:

Page 26: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

1) Waktu penyampaian materi diperpanjang agar tidak tergesa-gesa dan

lebih mudah dipahami.

2) Menyediakan waktu tanya-jawab dalam sesi materi.

3) Perlu dibuat sedikit lelucon atau hiburan agar peserta tidak mengantuk.

4) Secara keseluruhan materi sudah dapat dipahami.

Selama sesi uji coba modul, terdapat satu sesi yang membuat subjek

antusias dan aktif, yaitu sesi video Owner Kali Milk. Ketika video ditayangkan

seluruh subjek memperhatikan dari awal penayangan hingga akhir. Ketika

fasilitator memandu diskusi untuk mencari hal yang dapat dijadikan pelajaran

dari video tersebut, subjek berebut untuk mengemukakan pendapatnya. Berbeda

dengan saat fasilitator menyampaikan materi dengan metode lecturrette,

meskipun secara umum peserta antusias perlu usaha dari fasilitator untuk

membuat subjek benar-benar memperhatikan.

Hal ini dijadikan catatan bagi peneliti untuk meminimalkan metode

lecturrette dalam pelatihan dan lebih memperbanyak kegiatan workshop. Hal

ini didukung oleh pendapat Slamet Fatrika, S. Psi dan Kartika Azizah

Nugraheni, S. Psi sebagai tim psikologi Balai Besar Rehabilitasi Badan

Narkotika Nasional Bogor. Mereka berpendapat bahwa pecandu narkoba sudah

terlalu banyak mendapatkan pelatihan dalam bentuk seminar sehingga ketika

ada kegiatan yang bersifat workshop akan jauh lebih menyenangkan. Kartika

Azizah Nugraheni, S. Psi juga menyarankan untuk membuat kelompok diskusi

Page 27: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

kecil yang kemudian diakhiri dengan sesi presentasi dari subjek atas hasil

diskusinya.

Setelah seluruh sesi telah dilaksanakan, sekitar pukul 11.30 WIB kegiatan

uji coba modul pelatihan efikasi diri diakhiri. Ucapan terima kasih serta doa

menjadi penutup pada pertemuan uji coba modul. Sebagai penutup fasilitator

dan co-fasilitator menjabat tangan seluruh subjek dan mengantarkan subjek

untuk keluar ruangan dan melanjutkan aktifitas.

6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Hasil Uji Validitas

Pengujian validitas skala kecenderungan relapse dalam penelitian ini

merupakan content validity dan uji validitas menggunakan teknik korelasi

product moment. Content validity melalui professional judgement review oleh

dosen pembimbing dan juga tim clinical Therapeutic Community di Balai

Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional sebagai pihak yang

berkompeten. Selain itu validitas skala kecenderungan relapse diuji dengan

menggunakan teknik analisis korelasi product momen dengan menggunakan

bantuan SPSS for MS Windows version 23.

Hasil uji validitas skala kecenderungan relapse dalam penelitian ini

berkisar 0.148 0.707. Cara membuktikan bahwa item adalah valid dengan

membandingkan indeks korelasi item dengan indeks korelasi tabel. Item

dianggap valid apabila indeks korelasi item lebih besar daripada indeks

Page 28: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

korelasi tabel (rhitung>rtabel). Indeks korelasi tabel untuk 35 responden (df=n-2)

pada taraf signifikansi 0.05 atau 5% bernilai sebesar 0.334. Sehingga item

dianggap valid apabila nilai indeks korelasi hitungnya lebih besar daripada

0.334. Selanjutnya dilakukan seleksi dan pengguguran item yang memiliki

indeks korelasi item kurang dari 0,334. Setelah proses seleksi item didapatkan

20 item valid dan 14 item yang gugur. Item yang valid memiliki indeks korelasi

berkisar antara 0,417-0,707. Nomor item-item yang valid dan aspek-aspek

kecenderungan relapse yang dipenuhi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 12. Daftar Item Valid

No Aspek Item

Total Favorable Unfavorable

1. High-Risk Situation 17, 26, 30 - 3 2. Coping 6, 18, 31, 24 10, 33, 28, 34 8

3. Outcome expectancies 3, 7, 15, 19, 21, 25

- 6

4. Abstinence Violation Effect

4, 12 8 3

Total 15 5 20

Setiap aspek pada skala kecenderungan relapse masih terpenuhi oleh

item valid sehingga item yang valid dapat dilanjutkan dengan pengujian

reliabilitas. Hasil uji validitas skala selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

b. Hasil Uji Reliabilitas

Azwar (2014) menyebutkan bahwa uji reliabilitas dilakukan untuk

mengetahui sejauhmana hasil suatu tes atau pengukuran dapat dipercaya.

Secara teoritik koefisien reliabiltas berkisar mulai dari angka 0,0 sampai

Page 29: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

dengan angka 1,0 akan tetapi pada kenyataannya koefisiesn reliabilitas sebesar

1,0 yang menunjukkan konsistensi sempurna suatu alat ukur praktis tidak

pernah didapatkan (Azwar, 2014). Uji reliabilitas pada penelitian ini

menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach secara komputasi dengan

bantuan program SPSS for MS Windows version 23.0.

Sejumlah 20 item skala kecenderungan relapse yang telah dinyatakan

valid kemudian dianalisis dengan SPSS for MS Windows version 23.0.

menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil analisis

Alpha Cronbach diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,888. Sehingga dapat

dismpulkan bahwa 20 item skala kecenderungan relapse reliabel dan dapat

digunakan sebagai alat ukur.

7. Penyusunan Alat Ukur

Setelah dilaksanakan uji coba skala didapatkan bahwa terdapat 20 item yang

dapat dinyatakan valid dan memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,888. Item-item

yang dinyatakan valid dan reliabel disusun kembali ke dalam sebuah skala.

Adapun penyebaran nomor item dan aspek yang disusun dalam skala setelah

dilakukan pengguguran terhadap item yang tidak valid dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Page 30: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Tabel 13. Blue Print Skala Kecenderungan Relapse Item Valid dan Reliabel

No Aspek Item

Total Favorable Unfavorable

1. High-Risk Situation 9, 15, 17 - 3 2. Coping 3, 10, 13, 18 6, 16, 19, 20 8

3. Outcome expectancies 1, 4, 8, 11, 12,

14 - 6

4. Abstinence Violation

Effect 2, 7 5 3

Total 15 5 20

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Pengambilan Data Pretest

Mengawali kegiatan eksperimen diperlukan adanya penentuan subjek yang

akan dibagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Subjek akan

dipilih berdasarkan hasil skor pretest skala kecenderungan relapse. Skala

kecenderungan relapse terlebih dahulu diuji coba dan selanjutnya dianalisis

validitas dan reliabilitas. Skor item yang dinyatan valid dan reliabel dari hasil uji

coba skala akan digunakan sebagai skor pretest.

2. Penentuan Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pecandu narkoba yang menjalani

rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional yang berusia

antara 17 sampai 40 tahun. Berdasarkan kriteria ini peneliti dibantu oleh Mayor

yang sedang bertugas untuk mengumpulkan subjek dengan kriteria tersebut agar

dapat terlibat dalam proses uji coba skala sekaligus pretest. Pada kegiatan pretest

Page 31: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

didapatkan data dari 39 subjek. Namun, hanya ada 35 subjek yang dapat diproses

datanya, dua diantaranya karena faktor adanya item skala yang belum diisi dan dua

lainnya dikarenakan faktor usia yang belum memenuhi.

Setelah dilakukan ranking skor didapatakan 16 subjek yang memiliki skor

tertinggi. Subjek-subjek ini kemudian dibagi dalam kelompok eksperimen dan

kontrol dengan teknik block randomization. Berikut ini merupakan pembagian

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tabel 14. Subjek Kelompok Eksperimen

Subjek Inisial Skor Kelompok A MA 63 Eksperimen B FR 57 Eksperimen C AO 52 Eksperimen E MR 51 Eksperimen D MH 51 Eksperimen F AS 50 Eksperimen G NK 49 Eksperimen H BS 44 Eksperimen

Tabel 15. Subjek Kelompok Kontrol

Subjek Inisial Skor Kelompok 1 RM 60 Kontrol 2 AK 53 Kontrol 3 SP 53 Kontrol 4 RD 52 Kontrol 5 AH 51 Kontrol 6 EH 51 Kontrol 7 RI 49 Kontrol 8 GH 44 Kontrol

Page 32: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Setelah membagi subjek ke dalam dua kelompok, peneliti

menjelaskan teknis pelaksanaan penelitian kepada kelompok eksperimen

sekaligus melaksanakan wawancara sebelum pelatihan pada Sabtu, 30 Januari

2016.

3. Pelaksanaan Eksperimen

Eksperimen dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan pelatihan

efikasi diri pada kelompok eksperimen. Kegiatan eksperimen dilaksanakan pada

tanggal 01 Pebruari 2016 hingga 03 Pebruari 2016. Secara umum tidak ada

masalah dengan kelompok eksperimen, namun ada sedikit kendala pada kelompok

kontrol yang pada hari ketiga pelatihan turut melakukan kegiatan posttest. Saat

kegiatan pelatihan untuk kelompok eksperimen berakhir dan peneliti menghubungi

Mayor yang sedang bertugas untuk memanggil kelompok kontrol, terdapat satu

subjek kelompok kontrol yang berhalangan.

Mengantisipasi hal ini peneliti mengajukan satu subjek lain yang merupakan

cadangan kelompok kontrol. Namun, masalah kembali muncul ketika posttest

sudah hampir dimulai. Terdapat satu subjek lagi yang juga berhalangan. Akhirnya

peneliti memutuskan untuk melakukan posttest dengan tujuh subjek kelompok

kontrol dan delapan subjek kelompok eksperimen. Sebagai upaya

menyeimbangkan jumlah subjek dalam kelompok, maka dalam proses analisis ada

satu subjek kelompok eksperimen yang harus digugurkan. Subjek yang

dugugurkan berinisial AO yang berdasarkan pengamatan peneliti dan co-fasilitator

Page 33: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

dinilai kurang aktif dibanding peserta lain. Berikut ini adalah tabel kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen setelah mengalami dropout.

Tabel 16. Daftar Kelompok Eksperimen Setelah Dropout

Subjek Inisial Skor Kelompok A MA 63 Eksperimen B FR 57 Eksperimen C MR 51 Eksperimen E MH 51 Eksperimen D AS 50 Eksperimen F NK 49 Eksperimen G BS 44 Eksperimen

Tabel 17. Daftar Kelompok Kontrol Setelah Dropout

Subjek Inisial Skor Kelompok

1 RM 60 Kontrol 2 AK 53 Kontrol 3 RD 52 Kontrol 4 AH 51 Kontrol 5 EH 51 Kontrol 6 GH 44 Kontrol 7 EJ 44 Kontrol

Sebagai data tambahan yang dapat dijadikan bukti bahwa subjek telah

memenuhi syarat usia untuk menjadi subjek dalam penelitian ini, berikut akan

ditampilkan data deskriptif dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Page 34: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Tabel 18. Data Deskriptif Kelompok Eksperimen Setelah Dropout

Subjek Inisial Usia Pendidikan Terakhir A MA 19 tahun SMA B FR 20 tahun SMA C MR 20 tahun SMP E MH 24 tahun SMP D AS 26 tahun SMA F NK 19 tahun SMA G BS 27 tahun SMA

Tabel 19.

Data Deskriptif Kelompok Kontrol Setelah Dropout

Subjek Inisial Usia Pendidikan Terakhir 1 RM 18 tahun SMA 2 AK 29 tahun SD 3 RD 28 tahun SMA 4 AH 20 tahun SMP 5 EH 30 tahun SMA 6 GH 31 tahun SMP 7 EJ 22 tahun SMA

Kegiatan pelaihan efikasi diri dilaksanakan di class room house of faith

gedung Therapeutic Community. Pelatihan dilaksanakan setelah mendapatkan izin

dari Mayor yang bertugas pada hari pelaksanaan pelatihan. Berikut ini akan

diuraikan rangkaian kegiatan yang telah dijalankan selama pelatihan.

a. Pelatihan Hari Pertama

Pada 01 Pebruari 2016 tepat pukul 10.06 WIB pertemuan pertama

pelatihan efikasi diri dilaksanakan. Bertempat di class room house of faith

fasilitator dibersamai co-fasilitator menjalankan empat sesi yang telah

Page 35: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

direncanakan untuk dilakasanakan pada pertemuan pertama. Sebelumnya pada

pukul 09.30 WIB fasilitator dan co-fasilitator telah sampai di gedung

Therapeutic Community (TC) dan menuju ke lantai tiga tempat kegiatan

pelatihan akan dilaksanakan. Setelah bertemu dengan Mayor yang bertugas di

house of faith dan mendapatkan izin untuk memanggil peserta pelatihan dan

mempersiapkan ruangan, fasilitator segera bergegas menuju ruangan sesi.

Dibantu oleh beberapa peserta yang sudah hadir, ruangan telah tertata rapi

dengan perlengkapan LCD, Laptop, Papan Tulis, Speaker, kursi observer atau

co-fasilitator, dan delapan kursi peserta yang ditata dengan model U seat.

Kegiatan diawali dengan salam pembuka serta doa yang termasuk ke

fasilitator dan co-fasilitator. Selanjutnya peserta diminta untuk

memperkenalkan nama dan daerah asal. Kegiatan pembuka ini dapat

dikatakan berjalan dengan lancar meskipun waktu yang tersedia cukup

singkat. Hal ini dikarenakan pada Sabtu, 30 Januari 2016 fasilitator sudah

melakukan wawancara sebelum pelatihan sekaligus melakukan rapport.

Selain itu, peserta juga tinggal di house yang sama sehingga sudah dipastikan

saling mengenal melalui berbagai aktifitas harian dari program TC yang

dijalankan.

Perkenalan dilanjutkan dengan pemaparan gambaran umum kegiatan

dan tujuan pelatihan.. Setelah fasilitator memastikan tujuan dan gambaran

umum pelatihan dapat dipahami dengan memberikan kesempatan kepada

Page 36: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

peserta untuk bertanya, fasilitator segera membagikan lembar informed

consent. Fasilitator menjelaskan fungsi lembar informed consent sebagai

lembar persetujuan peserta untuk mengikuti seluruh sesi kegiatan pelatihan

efikasi diri. Fasilitator juga mengingatkan peserta untuk membaca secara

detail isi dari informed consent sebelum memberikan tanda tangan. Seluruh

peserta bersedia untuk mengisi lembar informed consent yang artinya mereka

siap berkomitmen untuk melakukan seluruh sesi pelatihan efikasi diri selama

tiga kali pertemuan.

Setelah kontrak forum dibacakan dan ditayangkan di layar, peserta

dipersilahkan untuk menyampaikan tambahan ataupun pengurangan peraturan

jika dirasa memberatkan ataupun merugikan. Setelah fasilitator

mempersilahkan peserta untuk mengemukakan pendapatnya terkait kontrak

forum, akhirnya enam butir kontrak disepakati bersama-sama.

mengawali rangkaian penelitian

Nice to Know

dengan sebuah aktivitas make a circle (membuat sebuah lingkaran dengan

titik tepat berada di tengah hanya dengan satu tarikan pena) yang membuat

peserta kebingungan. Sekilas aktivitas make a circle adalah sesuatu yang

dirasa tidak mungkin untuk dilakukan. Hal ini dinyatakan oleh tujuh peserta,

sedangkan satu peserta menyataan bahwa hal itu mungkin saja dilakukan

dengan teknik tertentu, namun peserta tersebut menyatakan belum tahu

Page 37: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

tekniknya. Fasilitator memberi waktu lima menit kepada peserta untuk terus

mencoba membuat lingkaran dengan titik di tengah dengan satu tarikan pena.

Setelah lima menit berlalu dan peserta sudah mencoba di HVS yang telah

dibagikan, fasilitator menunjukkan teknik untuk mengerjakannya. Setelah

diberi contoh seluruh peserta dipersilahkan untuk mencoba seperti yang telah

dicontohkan oleh fasilitator. Seluruh peserta berhasil menirukan teknik yang

diajarkan fasilitator dengan ukuran lingkaran yang berbeda-beda dari setiap

peserta.

Setelah semua peserta berhasil menjalankan tugas make a circle,

ta

menyatakan mungkin. Mengakhiri aktivitas make a circle fasilitator

menjelaskan esensi dari permainan ini bahwa ketika kita tidak yakin mampu

melakukan sesuatu dimungkinkan bukan karena kita tidak memiliki

kemampuan, melainkan kita belum memahami cara yang tepat untuk

melakukan hal tersebut. Ketika kita sudah mengetahui cara untuk

menyelesaikan hal tersebut, maka keyakinan kita akan berubah dan perilaku

kita juga akan berubah sesuai dengan hal yang kita yakini. Fasilitator juga

mengaitkan antara esensi aktivitas make a circle dengan materi yang akan

disampaikan selanjutnya melalui penyampaian bahwa materi tersbut

merupakan suatu bentuk pembuka wawasan bagi peserta yang pada akhirnya

hanya memberikan teknik kepada peserta, namun tidak mampu

Page 38: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

mempengaruhi perilaku peserta jika peserta tidak mau melakukan perubahan

sendiri dengan memanfaat materi yang akan disampaikan.

Setelah peserta dirasa cukup kondusif, fasilitator mulai

mempresentasikan materi cognitive-behavioral model of relapse yang

dikemukakan oleh Marlatt dan juga materi efikasi diri. Waktu presentasi lebih

panjang dari yang direncanakan sekitar 20 menit menjadi 30 menit. Namun,

perpanjangan waktu presentasi materi ini tidak mengganggu agenda, karena

fasilitator sudah memindahkan jadwal ice breaking

ketiga. Pada saat penyampaian materi, fasilitator sering melibatkan

pengalaman peserta yang telah disampaikan pada wawancara sebelum

pelatihan, terutama yang berkaitan dengan high-risk situation.

Menjadi sebuah tantangan bagi fasilitator adalah ketika harus

menyampaikan outcome expectancies dan abstinence violation effect. Hal ini

dikarenakan istilah tersebut dirasa baru oleh peserta, meskipun pada

kenyataannya peserta juga mengalami hal tersebut saat masih menggunakan

narkoba. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa peserta mampu

memahami materi dengan baik. Sesi diskusi dan tanya jawab dibuka setelah

penyampaian materi berakhir. Ada beberapa peserta yang mengajukan

pertanyaan dan sesekali fasilitator meminta peserta yang lain untuk membantu

menjawab.

Sesi selanjutnya adalah penguatan materi terkait high-risk situation

dan juga aspek lain yang menyebabkan kecenderungan relapse melalui studi

Page 39: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

seluruh peserta. Kemudian fasilitator mempresentasikan kasus tersebut secara

umum. Setelah itu, peserta diminta untuk membaca dengan seksama kasus

tersebut bersama dengan kelompok kecil yang beranggotakan empat orang.

Dalam kelompok kecil ini peserta diminta untuk menganalisis masalah yang

bahkan relapse setelah menjalani rehabilitasi. Berbagai masalah yag

ditemukan kemudian ditulis dalam lembar problem solver. Lembar problem

solver juga memiliki kolom penyelesaian yang diisi dengan hasil diskusi

tidak relapse. Sesi ini diakhiri dengan presentasi dari perwakilan masing-

masing kelompok selama lima menit terkait hasil diskusi.

Pertemuan refreshing

memfasilitasi peserta untuk melatih pernafasan diafragma yang dapat

dilakukan setiap hari untuk membuat diri menjadi lebih tenang. Pada sesi ini

peserta diberikan arahan untuk melakukan latihan teknik pernafasan

diafragma sembari memikirkan hal-hal positif yang telah dijalani. Selain itu,

sebagai tambahan, fasilitator juga mengingatkan peserta untuk mulai

membangun hobi positif dan menjalankannya secara rutin sebagai bentuk

hiburan yang menyenangkan dan juga mengurangi waktu kosong yang

dimiliki agar menurunkan kecenderungan relapse. Setelah semua sesi hari

pertama berakhir, fasilitator mengulas secara umum seluruh agenda yang telah

Page 40: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

dijalani pada pertemuan pertama dan memberikan pengantar terkait pertemuan

pertama. Pertemuan ini diakhiri dengan doa dan juga mene

b. Pelatihan Hari Kedua

Sekitar pukul 09.30 WIB fasilitator dan co-fasilitator telah tiba di

gedung TC. Setelah meminta izin pada bagian back office untuk bertemu

dengan Mayor yang bertugas, fasilitator dan co-fasilitator diantar menuju

ruang Mayor oleh salah satu pecandu narkoba yang menjalani rehabilitasi.

Mayor yang bertugas tanggal 02 Pebruari 2016 adalah Bro Jihan. Mengawali

percakapan dengan penjelasan umum terkait kegiatan yang akan dijalani

adalah pembuka yang baik, karena Bro Jihan belum mendapat transfer

informasi dari Mayor yang bertugas sebelumnya.

Nama-nama yang sudah berada dalam daftar kelompok eksperimen

diserahkan kepada chief on duty atau kepanjangan tangan dari Mayor yang

bertugas untuk memimpin kegiatan harian seluruh anggota house. Sekitar

sepuluh menit kemudian fasilitator dan co-fasilitator meminta izin untuk

menuju class room yang akan digunakan sebagai tempat pelatihan. Di tempat

yang sama dengan pelatihan hari pertama, fasilitator dibantu co-fasilitator dan

beberapa peserta menata ruangan agar lebih nyaman dan kondusif saat

digunakan untuk pelatihan.

Tepat pada pukul 10.02 WIB kegiatan pelatihan efikasi diri pertemuan

kedua dimulai. Setelah dipastikan seluruh peserta hadir, fasilitator membuka

Page 41: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

dengan teriakan yang penuh semangat dengan suara lantang. Tidak

terlewatkan ice breaking - agar kegiatan lebih

menyenangkan dan peserta menjadi lebih fokus. Seluruh peserta antusias

-

beradaptasi dengan permaina -

sempat melakukan kesalahan.

Setelah permainan dianggap mampu mencairkan suasana, fasilitator

memberikan dua tayangan gambar ilusi yang akan menimbulkan berbagai

macam persepsi. Saat gambar dimunculkan peserta tampak mulai berpikir dan

berusaha menebak-nebak gambar yang ditayangkan dalam slide. Selanjutnya

fasilitator meminta setiap peserta untuk memberikan pandangannya secara

verbal terhadap gambar yang ditayangkan. Setelah terlihat beberapa peserta

mulai berbeda pendapat terkait gambar yang dilihat, fasilitator mulai

menunjukkan dan menjelaskan bahwa semua pendapat peserta adalah benar.

Hanya saja hal yang dilihat oleh setiap peserta memang bergantung pada

sudut pandang peserta.

Gambar persepsi ini digunaka

dilaksanakan guna memfasilitasi peserta untuk belajar

dari kesuksean orang lain dalam membangun keyakinan bahwa diri peserta

juga bisa sukses dalam hal apapun. Video Owner Kali Milk Jogja yang

merupakan mantan pecandu narkoba yang telah sukses membuka usaha dan

Page 42: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

terbebas dari narkoba menjadi model pertama yang diamati. Kemudian setiap

peserta diminta untuk menyampaikan nilai-nilai atau pelajaran yang dapat

diambil dari video tersebut secara verbal. Fasilitator kemudian memberikan

penjelasan secara umum dan merangkum berbagai pendapat yang telah

dikemukakan oleh setiap peserta.

dan mengisi lembar berguru pada kawan. Diskusi kali ini dilakukan dalam

kelompok besar. Fasilitator berperan sebagai pemandu diskusi. Setiap peserta

diminta untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan peserta memakai

narkoba. Kemudian setelah dibuat daftar permasalahannya, peserta diminta

untuk memberikan solusi. Pada bagian akhir fasilitator menyampaikan hasil

rangkuman dari diskusi yang dilakukan. Namun, dalam diskusi ini lembar

kerja berguru pada kawan tidak sempat diisi langsung, melainkan hanya

dijelaskan cara penggunaan dan pengisian lembar kerja tersebut dikarenakan

waktu telah habis digunakan untuk berdikusi.

membaca. Setelah semua peserta selesai membaca, fasilitator mengawali

Kasus Banyu ini memberikan gambaran kepada peserta terkait kondisi

seorang pemuda yang berasal dari keluarga kurang beruntung, kemudian

mampu mencapai kesuksesan dengan cara-cara sederhana yang disebabkan

Page 43: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

kuatnya keyakinan untuk berhasil. Peserta kemudian merasa terkejut dan

adalah kisah nyata. Sesi ini diakhiri dengan presentasi kesuksesan dari salah

satu subjek yang berinisial AS. AS menceritakan tentang kesuksesannya saat

mampu merangkai karangan bunga yang akan dibawa di tangan pengantin.

Meskipun harus merangkai bunga dengan menelpon orang tuanya dan

beberapa kali secara tidak sengaja menghancurkan bunga yang akan

dirangkai, akhirnya AS berhasil.

Sesi ketiga dalam pertemuan kedua yang merupakan sesi terakhir

Road to Success

satu pengalaman paling sukses yang pernah dialami kemudian menuliskan

rangkaian perjalanan dan usaha untuk mencapai kesuksesan tersebut.

Fasilitator memberikan instruksi secara perlahan dan berulang-ulang hingga

dapat dipastikan peserta paham untuk mengerjakan lembar

. Fasilitator terus mendampingi peserta dalam pengerjaan dan

mengingatkan peserta untuk bertanya jika ada yang belum dipahami.

Setelah semua peserta menyelesaikan lembar kerja ,

fasilitator mempersilahkan salah satu peserta untuk mempresentasikan lembar

kerjanya ke depan. Kesempatan kali ini diambil oleh MR setelah mendapat

dukungan dari peserta lain untuk maju. MR menceritakan keberhasilannya

untuk melupakan mantan pacar yang direbut oleh temannya sendiri.

Akibatnya MR sempat menyabetkan benda tajam kepada orang yang merebut

Page 44: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

pacarnya dan membuat MR menjadi buronan polisi. Sebelum ditangkap oleh

polisi MR pergi dari kota asalnya dan berusaha keras untuk melupakan

mantan pacarnya. Setelah setahun berlalu MR merasa lebih tenang dan bisa

untuk tidak terlalu memikirkan mantan pacarnya.

Sebelum mengakhiri pertemuan kedua, fasilitator menyampaikan

esensi dari kegiatan Fasilitator menekankan pentingnya

untuk menghargai pengalaman sukses sekecil apapun yang pernah peserta

alami. Selain itu, fasilitator juga menyampaikan kepada peserta agar

mempelajari setiap proses dan usaha dalam mencapai keberhasilan agar bisa

dijadikan acuan untuk mencapai kesuksesan-kesuksesan lainnya. Setelah

menyampaikan esensi, fasilitator kembali merangkum dan menyampaikan

perjalanan kegiatan pelatihan pada pertemuan kedua serta memberikan sedikit

pengantar untuk pertemuan ketiga. Seperti hari sebelumnya, untuk menjaga

semangat peserta, fasilitator menutup kegiatan dengan doa dan juga teriakan

c. Pelatihan Hari Ketiga

Hari terkhir pelatihan yang diagendakan paling panjang diantara

pertemuan pelatihan hari-hari seblumnya dikarenakan akan diadakan

pengambilan data posttest pada sesi penutup. Bertemu dengan Mayor yang

bertugas untuk meminta izin kegiatan dan juga meminta bantuan untuk

memanggilkan peserta menjadi awal kegiatan rutin. Mayor yang bertugas

pada 03 Pebruari 2016 adalah Bro Topan. Segera setelah memastikan class

Page 45: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

room dapat digunakan untuk pelatihan pertemuan terakhir ini, fasilitator

menuju ruangan untuk mempersiapkan segala keperluan pelatihan. Pada

kesempatan ini fasilitator hanya dibantu peserta untuk menata ruangan

dikarenakan co-fasilitator berhalangan hadir pada pertemuan ketiga.

F

diikuti oleh peserta. Membuat suasana lebih kondusif dan fokus, kegiatan ice

breaking aksanakan di awal kegiatan. Peserta tampak

tertawa ketika melihat peserta lain melakukan kesalahan dalam menjalankan

sesi dimulai dengan membagikan lembar kerja Who Am I dan

pemberian instruksi pengerjaan.

Lembar kerja Who Am I memfasilitasi peserta untuk melakukan anlisis

strength, weakness, opportunities, dan threat -masing.

Beberapa peserta terus mengajukan pertanyaan sembari mengerjakan agar

dapat mengisi dengan sesuai. Setelah semua peserta selesai mengerjakan,

fasilitator menyampaikan fungsi analisis SWOT sebagai bentuk pengenalan

diri. Jika diibaratkan sebagai seorang pedagang, kita harus tahu stock barang

dan kualitas dari barang yang kita jual agar ketika ada pembeli, kita dapat

memberikan barang yang tepat sehingga terjadi transaksi yang baik.

Sesi selanjutnya adalah yang diawali dengan

penayangan video jejak sukses Danang seorang mahasiswa IPB yang berhasil

mencapai impian-impiannya. Berbagai impian tersebut sebelumnya telah

Page 46: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

dituliskan dan diperjuangkan. Fasilitator melanjutkan dengan menanyakan

pelajaran yang bisa didapatkan oleh para peserta dari video tersebut setelah

usai ditayangkan. Kemudiana fasilitator meminta peserta untuk mengawali

jejak suksesnya dengan menuliskan berbagai impiannya di lembar kerja My

Dream. Selain menuliskan berbagai impian, peserta juga diminta untuk

menuliskan tahun pencapaian. Bahkan sangat dianjurkan untuk menuliskan

bulan beserta tanggal pencapaian agar semakin spesifik.

Setelah menuliskan berbagai impian yang ingin dicapai, fasilitator

meminta peserta untuk melingkari impian yang paling ingin diwujudkan.

Impian tersebut dituliskan kembali dalam lembar kerja Step to be yang telah

dibagikan. Lembar ini membantu peserta untuk menulis berbagai hal yang

perlu dimiliki dan diketahui oleh peserta untuk mencapi impiannya. Sebagai

langkah memperjelas pencapaian impian, peserta diminta untuk melihat

kembali SWOT yang telah dibuat dalam lembar kerja Who Am I. Peserta

diminta untuk menganalisis berbagai hal yang dirasa sudah dimiliki oleh diri

peserta dalam mewujudkan impian dan berbagai hal yang masih perlu

ditingkatkan atau belum dimiliki.

Fasilitator mempersilahkan peserta untuk maju dan mempresentasikan

lembar kerja Step to be yang telah dikerjakan. Kesempatan kali ini digunakan

oleh AS untuk menceritakan keinginannya dalam mengambil alih usaha

dekorasi pengantin yang telah dimiliki orang tuanya dan juga menjadi

pemiliki usaha video shooting untuk berbagai kegiatan. Kemudian dilanjutkan

Page 47: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

oleh FR yang menceritakan keinginannya untuk memperdalam pemahaman

agama islam yang diyakini dan meningkatkan kualitas ibadah.

Sesi Surat untuk Tuhan merupakan agenda selanjutnya. Diawali

dengan penayangan video Nick Vujicic seorang motivator yang hidup dan

menjalani aktivitasnya tanpa tangan dan kaki. Mulai dari berenang, golf,

mengendari speed boat, dan berbagai aktivitas lain. Semua itu dilakukan Nick

dengan tubuhnya yang tidak dianugerahkan tangan dan kaki. Peserta terlihat

antusias dan terheran-heran saat menyaksikan berbagai aktivitas Nick yang

ditayangkan dalam video berdurasi sekitar lima menit.

Video Nick digunakan oleh fasilitator sebagai pengantar kegiatan

penulisan dan penghayatan Surat untuk Tuhan. Setelah video berakhir dan

fasilitato

kepada kita dibandi membagikan lembar

Surat untuk Tuhan. Peserta diminta untuk menuliskan berbagai bentuk

kebahagiaan yang telah Tuhan berikan selama peserta menjalani kehidupan.

Selain itu, peserta juga diminta menuliskan rasa syukur yang dirasakan atas

berbagai karunia Tuhan yang diberikan. Penulisan ini diiringi dengan lagu

semakin didapatkan.

Setelah seluruh peserta selesai menuliskan Surat untuk Tuhan,

fasilitator mempersilahkan peserta untuk turun dari kursi dan duduk melingkar

bersama-sama. Tidak perlu waktu lama, peserta sudah duduk rapat bersila

Page 48: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

membentuk lingkaran di lantai. Fasilitator meminta peserta untuk membaca

dan menghayati surat masing-masing dalam waktu sekitar lima menit. Setelah

semua selesai membaca, fasilitataor bergabung dalam lingkaran dan meminta

seluruh peserta memejamkan mata. Dalam sebuah lingkaran yang dipererat

dengan adanya gandengan tangan dari seluruh peserta, doa dipanjatkan.

Fasilitator memimpin doa dengan bahasa indonesia yang berisikan tentang

rasa syukur atas berbagai kelebihan dan karunia yang telah Tuhan berikan.

Selain itu, fasilitator juga mengajak peserta untuk menyadari berbagai

kelebihan yang dimiliki dan mempersiapkan diri untuk kebermanfaatan ke

depan.

Setelah sesi doa dan pembacaan Surat untuk Tuhan selesai, fasilitator

mempersilahkan peserta untuk kembali ke kursi. Fasilitator melanjutkan

kegiatan dengan merangkum perjalanan kegiatan selama tiga hari secara

umum. Kemudian lembar evaluasi diberikan kepada seluruh peserta untuk

diisi. Sembari peserta mengisi lembar evaluasi, fasilitator menghubungi

Mayor untuk memanggil kelompok kontrol. Setelah dicek kembali ternyata

salah satu subjek kelompok kontrol sedang berurusan dengan tim medis

sehingga tidak dapat turut dalam kegiatan posttest. Mengatasi hal ini

fasilitator meminta satu cadangan nama yang telah disiapkan untuk

menggantikan posisi subjek kontrol utama. Setelah tiba di ruang kelas yang

sama dengan peserta kelompok eksperimen, ternyata ada satu subjek lagi dari

kelompok kontrol yang tidak bisa hadir. Berdasarkan informasi yang

Page 49: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

dinyatakan oleh chief on duty dan beberapa rekan yang lain, ternyata subjek

juga berhalangan hadir. Akhirnya peneliti memutuskan untuk melakukan

posttest kepada tujuh subjek kelompok kontrol dan delapan subjek kelompok

eksperimen secara bersamaan. Setelah subjek selesai mengisi skala posttest,

fasilitator menutup seluruh rangkaian acara dengan mengucapkan

permohonan maaf dan terima kasih atas partisipasi seluruh subjek dalam

rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh peneliti. Fasilitator juga

mengingatkan bahwa pada sore hari masih akan diadakan sesi wawancara

kepada peserta pelatihan.

4. Pengambilan Data Posttest

Pengambilan data posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

dilakukan di ruang dan waktu yang sama yaitu pada tanggal 03 Pebruari 2016

pukul 11.45 WIB di class room house of faith. Pada pelatihan hari ketiga, peneliti

sudah menata sejumlah delapan kursi di belakang kursi untuk peserta dari

kelompok eksperimen. Sehingga ketika pelatihan berakhir dan kelompok kontrol

hendak melakukan pengisian skala posttest dapat langsung menempati kursi yang

sudah disiapkan.

Pengambilan data posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

dilakukan dengan pengisian skala kecenderungan relapse oleh subjek. Selanjutnya,

peneliti mendapatkan seluruh skala kecenderungan relapse yang telah diisi oleh

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk diolah menjadi data penelitian.

Lebih jelasnya distribusi skor posttest terdapat pada lampiran.

Page 50: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

C. Hasil Penelitian

1. Analisis Data Kuantitatif

a. Hasil Data Pretest dan Posttest

Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan skor

kecenderungan relapse yang dimiliki oleh kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Pengukuran ini dilakukan sebelum diberikan pelatihan

efikasi diri (pretest) dan sesudah diberikan pelatihan (posttest) pada kelompok

eksperimen. Berikut ini merupakan deskripsi hasil penelitian.

Tabel 20. Data Deskriptif Hasil Penelitian

Subjek Inisial Skor

Gain Score Kelompok Pretest Posttest

A MA 63 39 -24 Eksperimen B FR 57 35 -22 Eksperimen C MR 51 41 -10 Eksperimen D MH 51 30 -21 Eksperimen E AS 50 26 -24 Eksperimen F NK 49 43 -6 Eksperimen G BS 44 36 -8 Eksperimen 1 RM 60 61 1 Kontrol 2 AK 53 53 0 Kontrol 3 RD 52 54 2 Kontrol 4 AH 51 40 -10 Kontrol 5 EH 51 40 -10 Kontrol 6 GH 44 25 -19 Kontrol 7 EJ 44 36 -8 Kontrol

Page 51: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

Data tersebut menunjukkan adanya penurunan skor kecenderungan

relapse pada semua subjek di kelompok eksperimen. Sedangkan pada

kelompok kontrol skor mengalami peningkatan, penurunan, dan tetap. Secara

umum perubahan terbesar terjadi pada subjek A dan E yang mengalami

penurunan skor sebesar 24. Sedangkan perubahan terkecil terjadi subjek 2

yang tidak mengalami perubahan skor. Secara lebih spesifik pada kelompok

eksperimen perubahan terbesar terjadi pada subjek A dan E dengan penurunan

skor sebesar 24 serta perubahan terkecil terjadi pada subjek F yang mengalami

penurunan skor sebesar 6. Pada kelompok kontrol perubahan terbesar terjadi

pada subjek 6 yang mengalami penurunan skor sebesar 19, sedangkan subjek

2 mengalami ketetapan skor sehingga tidak mengalami perubahan skor.

Dari hasil pengolahan data skor pretests dan posttest untuk kelompok

eksperimen ataupun kelompok kontrol didapatkan adanya perubahan rata-rata.

Baik di kelompok eksperimen ataupun kelompok kontrol didapatkan

penurunan skor kecenderungan relapse.

Page 52: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

Gambar 7. Rata-rata Skor Kecenderungan Relapse

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

b. Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan uji statistik non-parametrik, yaitu uji 2

sampel independen Mann-Whitney. Uji ini dilakukan untuk mengetahui

perbedaan gain score skor kecenderungan relapse antara dua sampel

independen (two independent samples), yaitu pada subjek yang mendapat

perlakuan (kelompok eksperimen) dengan subjek yang tidak mendapat

perlakuan (kelompok kontrol). Uji 2 sampel independen Mann-Whitney

dilakukan pada data yang didapatkan sesudah perlakuan dengan bantuan SPSS

for Microsoft Windows Version 23. Hasil pengujian terhadap pengaruh

pelatihan efikasi diri terhadap kecenderungan relapse pada kelompok

eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel berikut.

30

35

40

45

50

55

Pretest Posttest

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Page 53: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Tabel 21. Hasil Uji 2 Sampel Independen Mann-Whitney

pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Berdasarkan perhitungan uji 2 sampel independen Mann-Whitney di

atas, diperoleh nilai Z sebesar -1,929 dan nilai signifikansi (p) sebesar

0,054. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan skor

kecenderungan relapse pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

setelah diberi perlakuan dikarenakan nilai signifikansi (p) lebih besar dari

0.05. Selanjutnya dilakukan uji Wilcoxon untuk mengetahui signifikansi

perbedaan skor pretest dan posttest yang terjadi pada masing-masing

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji Wilcoxon dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 22.

Hasil Uji Wilcoxon Kelompok Eksperimen

Skor Mann-Whitney U 9,500 Z -1,929 Asymp. Sig. (2-tailed) ,054 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

,053

posttest - pretest

Z -2,371 Asymp. Sig. (2-tailed) ,018

Page 54: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

Tabel 23. Hasil Uji Wilcoxon Kelompok Kontrol

Uji Wilcoxon kelompok eksperimen menghasilkan nilai Z sebesar -

2,371 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0,018. Hal ini menunjukkan adanya

signifikansi perubahan skor pretest dan posttest kecenderungan relapse pada

kelompok eksperimen karena nilai signifikasnsi lebih kecil dari 0.05.

Sedangkan hasil uji Wilcoxon kelompok kontrol diperoleh nilai Z sebesar -

1,577 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0,115. Hal ini menunjukkan tidak

adanya signifikansi perubahan skor pretest dan posttest kecenderungan

relapse pada kelompok kontrol karena nilai signifikasnsi lebih besar dari 0.05.

c. Hasil Evaluasi Program Pelatihan Efikasi Diri dan Pemahaman Materi

1) Hasil Analisis Program Pelatihan Efikasi Diri

Hasil analisis program pelatihan merupakan evaluasi terhadap

keseluruhan program pelatihan yang terdiri dari indikator evaluasi

mengenai jalannya pelatihan dari awal hingga akhir pelatihan, yaitu materi

pelatihan, penguasaan fasilitator, penggunaan media, dan pencapaian

tujuan sasaran. Distribusi kriteria evaluasi terdiri dari lima kriteria yaitu

sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Seluruh peserta

memberikan penilaian terhadap setiap aspek melalui lembar evaluasi

posttest - pretest

Z -1,577 Asymp. Sig. (2-tailed)

,115

Page 55: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

pelatihan efikasi diri yang dibagikan pada pertemuan ketiga. Berikut ini

merupakan hasil analisis program pelatihan.

Tabel 24. Hasil Analisis Program Pelatihan Efikasi Diri

No Indikator Evaluasi

Distribusi Kriteria Evaluasi (dalam %) Sangat Baik

Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

1 Materi dan kegiatan pelatihan pertemuan pertama

3 subjek (42, 9%)

4 subjek (57,1%)

2 Materi dan kegiatan pelatihan hari kedua

3 subjek (42, 9%)

3 subjek (42, 9%)

1 subjek (14,2%)

3 Materi dan kegiatan pelatihan hari ketiga

6 subjek (85,7%)

1 subjek (14,2%)

4 Kejelasan materi yang disampaikan oleh fasilitator

3 subjek (42, 9%)

2 subjek (28,5%)

2 subjek (28,5%)

5 Daya tarik materi dan kegiatan yang disampaikan fasilitator

2 subjek (28,5%)

3 subjek (42, 9%)

2 subjek (28,5%)

6 Penguasaan fasilitator dalam menyampaikan materi

2 subjek (28,5%)

5 subjek (71,4%)

7 Penguasaan fasilitator dalam menjawab pertanyaan

2 subjek (28,5%)

3 subjek (42, 9%)

2 subjek (28,5%)

8 Keterampilan fasilitator dalam memandu diskusi

5 subjek (71,4%)

2 subjek (28,5%)

9 Penggunaan media sebagai alat bantu

3 subjek (42, 9%)

3 subjek (42, 9%)

1 subjek (14,2%)

10 Kebermanfaatan materi bagi peserta

7 subjek (100%)

11 Simulasi dan permainan

3 subjek (42, 9%)

3 subjek (42, 9%)

1 subjek (14,2%)

Page 56: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

12 Kenyamanan proses pelatihan

3 subjek (42, 9%)

4 subjek (57,1%)

13 Pencapaian tujuan sasaran

6 subjek (85,7%)

1 subjek (14,2%)

Secara umum lembar evaluasi ini memberikan evaluasi terhadap tiga

aspek, yaitu konten materi dan kegiatan, fasilitator, serta evaluasi umum

terkait pengalaman yang dirasakan oleh subjek. Selanjutnya akan

diuraikan analisis dari setiap aspek tersebut berdasarkan persentase jumlah

subjek yang memberikan pernyataan.

Terkait dengan materi dan kegiatan hari pertama dan kedua sebagaian

besar subjek mengatakan baik. Hanya terdapat satu subjek yang

menyatakan bahwa materi hari kedua cukup. Bahkan materi dan kegiatan

pertemuan pertama dan kedua mendapatkan persentase 42,9% untuk

kriteria sangat baik. Terlebih untuk materi dan kegiatan pada pertemuan

kegiatan ketiga, sejumlah 6 subjek atau 85,7% memberikan penilaian

sangat baik, 1 subjek lain menyatakan baik. Terkait penggunaan media

sebagai alat bantu serta simulasi dan permainan mendapat penilaian

sangat baik dan baik dengan prosesntase yang sama, yaitu 42,9%, serta 1

subjek lain menyatakan cukup.

Sebagian besar subjek berpendapat bahwa kejelasan materi yang

disampaikan oleh fasilitator sangat baik dengan persentase 42,9%.

Sedangkan masing-masing dua subjek memberikan penilaian baik dan

Page 57: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

cukup. Terkait daya tarik materi dan kegiatan yang disampaikan fasilitator

serta penguasaan fasilitator dalam menjawab pertanyaan dinilai baik oleh

peserta dengan persentase 42,9%. Selebihnya masing-masing dua peserta

memberikan penilaian sangat baik dan cukup. Penilaian baik juga

diberikan oleh peserta terhadap penguasaan fasilitator dalam

menyampaikan materi dengan persentase 71,4% dan dua subjek lain

memberikan penilaian sangat baik. Selanjutnya keterampilan fasilitator

dalam memandu diskusi dinilai sangat baik oleh sebagian besar subjek

dengan persentase 71,4% dan dua subjek lain menyatakan baik.

Kenyamanan selama proses pelatihan dinilai baik oleh subjek dengan

persentase 57,1% dan 42,9% lainnya menyatakan sangat baik.

Kebermanfaatan materi dan pencapaian tujuan pelatihan dinilai sangat

baik oleh subjek. Bahkan untuk kebermanfaatan materi mendapat

persentase utuh, 100%. Sedangkan terkait pencapaian tujuan pelatihan

terdapat 1 subjek yang menyatakan baik.

2) Hasil Evaluasi Pemahaman Materi

Hasil evaluasi pemahaman materi didasarkan pada lembar evaluasi

pemahaman materi yang berisi delapan pernyataan terkait materi

cognitive-behavioral model of relapse dan efikasi diri yang disampaikan

pada sesi diminta untuk

memberikan pernyataan benar atau salah pada delapan poin pernyataan

yang telah disediakan setelah penyampaian materi dan diskusi pada sesi

Page 58: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

pemahaman materi.

Tabel 25. Hasil Evaluasi Pemahaman Materi

Subjek Inisial Skor A MA 100 B FR 100 C MR 100 D MH 25 E AS 100 F NK 100 G BS 100

Mean Skor 89,28

Secara umum dapat dikatakan bahwa hampir seluruh subjek

memahami materi pelatihan terkait cognitive-behavioral model of relapse

dan efikasi diri. Skor yang didapatkan oleh sebagian besar subjek adalah

skor sempurna. Hal ini sangat dimungkinkan karena dalam penyampaian

materi fasilitator selalu memberikan berbagai analogi dan juga

memberikan contoh langsung dari pengalaman peserta yang telah

diketahui sebelum pelatihan oleh fasilitator melalui wawancara pra

pelatihan. Namun, terdapat satu peserta yang masih sulit memahami

materi yang diberikan. Skor yang didapatkan juga sangat jauh

dibandingkan peserta lain. Hal ini sangat mungkin diakibatkan oleh

kondisi psikologis terutama kognisi subjek D yang memerlukan perlakuan

dan proses adaptasi khusus. Perlakuan dan proses adaptasi khusus

inidiperlukan karena masih adanya trauma pasca penganiayaan.

Page 59: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

Berdasarkan data assesmen awal dari tim psikologi dan juga wawancara

sebelum pelatihan yang dilakukan peneliti diketahui bahwa subjek D

sempat mengalami penculikan dan penganiayaan. Selama masa

penculikan subjek D mengaku dipukul dan dihajar sehingga sampai saat

ini masih menyisakan trauma. Menurut tim psikologi kondisi trauma yang

dialami ini memang bisa mempengaruhi kondisi psikologis subjek,

termasuk kognisi. Kondisi trauma inilah yang sangat memungkinkan

subjek D masih memerlukan adaptasi lebih untuk menerima materi

sehingga skor yang diperoleh juga kecil. Terlebih kegiatan evaluasi

pemahaman materi dilakukan di akhir sesi kedua pertemuan hari pertama

pelatihan yang masih terhitung sebagai pertemuan awal.

2. Analisis Data Kualitatif

a. Analisis Data Kualitatif Subjek A

Subjek A adalah pemuda berusia 19 tahun yang berasal dari Lubuk

Linggau, Palembang. Telah menggunakan narkoba sekitar 4 tahun baik dalam

bentuk pil, daun ataupun garam. Hal ini yang menyebabkan subjek A perlu

melakukan rehabilitasi untuk mencapai kepulihan.

Hal yang paling ditakutkan oleh subjek A saat rehabilitasi berakhir

adalah relapse atau tidak bisa menjaga pemulihan dan tidak mampu konsisten

dengan pemulihan yang telah dijalani. Sebelum pelatihan subjek A

menyatakan antara yakin dan tidak yakin bisa benar-benar pulih, namun

subjek A berusaha meyakinkan diri. Subjek A memahami relapse tidak hanya

Page 60: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

sebagai penggunaan kembali narkoba melainkan mencakup kembalinya

perilaku-perilaku yang menjurus ke relapse, seperti perilaku yang tidak teratur

dalam kehidupan sehari-hari, malas, dan susah tidur. Menurut subjek A ketika

perilaku semacam itu terjadi dapat diprediksi akan memunculkan relapse.

Subjek A menyatakan bahwa di daerah asalnya yang sempit banyak

sekali pemakai dan pengedar. Hal ini yang ditakutkan oleh subjek A dapat

mempengaruhi relapse. Subjek A berpendapat bahwa lingkungan adalah

faktor yang paling ditakutkan dapat memicu penggunaan kembali narkoba.

Setelah rehabilitasi berakhir subjek A memiliki keinginan untuk

berkegiatan di dunia adiksi dengan membantu pecandu-pecandu narkoba lain

yang belum pulih. Rencana ini juga telah mendapat dukungan dari orang tua.

Hal ini akan diwujudkan dengan terlebih dahulu mengikuti sekolah konselor

di Jakarta. Informasi terkait sekolah konselor ini didapatkan dari konselor

adiksi yang menangani subjek A. Cara yang menurut subjek A dapat

dilakukan untuk terhindar dari relapse adalah dengan menjauh dari

lingkungan yang banyak pemakainya. Menghilangkan pemikiran-pemikiran

terkait barang-barang yang dapat memberikan pengaruh secara non-verbal

dalam penggunaan kembali narkoba.

Page 61: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

Gambar 8. Skor Kecenderungan Relapse Subjek A

Sebelum dan Sesudah Pelatihan Efikasi Diri

Pada Gambar 8 dapat diketahui bahwa adanya penurunan skor

kecenderngan relapse yang dialami oleh subjek A. Sebelum kegiatan

pelatihan efikasi dilakukan subjek A mendapatkan skor sebesar 63 dan

sesudah pelatihan turun menjadi 39. Hal ini menunjukkan adanya penurunan

kecenderungan relapse yang dialami subjek A setelah mengikuti kegiatan

pelatihan efikasi diri.

Penurunan skor kecenderungan relapse ini tidak terlepas dari adanya

perubahan pola pikir yang dirasakan subjek A setelah menjalani pelatihan

selama 3 hari. Pola pikir yang berubah ini terkait cara menyikapi masalah.

Sebelum mengikuti pelatihan subjek A selalu berpikir negatif tentang masalah

yang dihadapi dan mengambil jalan pintas dalam menghadapi masalah.

Subjek A merasa selama ini suilit berpikir bahwa setiap masalah itu ada sisi

baiknya. Setelah mendapatkan pelatihan subjek A berpendapat bahwa setiap

masalah harus dicarikan solusi yang rasional dan tidak terlalu cepat

mengambil keputusan.

30

35

40

45

50

55

60

65

Pretest Posttest

Skor Subjek A

Page 62: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

Setelah pelatihan subjek A juga semakin mendapat kemantapan terkait

tempat sekolah konselor adiksi yang akan dituju, yaitu Kapeta, Jakarta.

Subjek A menyebutkan keinginannya untuk melaksanakan pendidikan

konselor adiksi juga sebagai bentuk pertahanannya agar terhindar dari

penggunaan kembali narkoba dan relapse. Subjek A seratus persen merasa

yakin bahwa dia bisa terbebas dari relapse dengan berbagai proses yang akan

dijalankan ke depan.

b. Analisis Data Kualitatif Subjek B

Subjek B merupakan pemuda berusia 20 tahun yang sedang menjalani

rehabilitasi denga harapa mampu terbebas dari narkoba dan terhindar dari

relapse. Maka, menjadi sebuah kewajaran ketika Subjek B menjadikan

relapse sebagai kekhawatiran terbesar saat masa rehabilitasi berakhir.

Terutama relapse yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Subjek B

memahami relapse sebagai penggunaan kembali setelah masa pemulihan yang

didahului dengan tanda-tanda. Subjek B yang hanya bergaul dengan orang

yang sama dan sebagian besar adalah pengguna narkoba. Hal ini membuat

subjek B sangat takut untuk terjebak ke dalam lingkaran narkoba kembali.

Sebagai upaya agar tidak mengalami relapse, subjek berencana untuk

tidak kembali ke daerah asal. Subjek B juga disarankan oleh orang tuanya

untuk tetap tinggal di Jawa dan sekolah konselor adiksi. Namun, subjek B

masih bingung untuk menentukan pilihan antara sekolah konselor adiksi

Page 63: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

atupun masuk pondok pesantren. Subjek B juga menyatakan sebelum masuk

rehabilitasi sudah memiliki keinginan untuk masuk ke pondok pesantren.

Gambar 9. Skor Kecenderungan Relapse Subjek B

Sebelum dan Sesudah Pelatihan Efikasi Diri

Gambar 9 menunjukkan adanya perubahan skor yang dialami subjek B

dari sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan. Perubahan ini menuju

penurunan skor yang semula 57 sebelum mendapatkan pelatihan menjadi 35

setelah mendapatkan pelatihan efikasi diri. Penurunan skor ini juga

menunjukkan adanya penurunan kecenderungan relapse yang dialami oleh

subjek B setelah menjalani kegiatan pelatihan efikasi diri.

Sebelum pelatihan subjek B merasa sering berpikir negatif, namun

setelah mendapat materi pelatihan subjek B merasa bahwa setiap masalah itu

pasti bisa dihadapi. Subjek B juga menegaskan adanya perubahan pola pikir

terkait cara menghadapi masalah. Setelah mengikuti pelatihan efikasi diri

Subjek B juga yakin bahwa setiap keinginan atau cita-cita itu pasti bisa

30

35

40

45

50

55

60

Pretest Posttest

Skor Subjek B

Page 64: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

dicapai. Selain itu subjek B juga menyatakan bisa untuk terbebas dari relapse,

namun masih khawatir terganggu dengan karakter mudah putus asa yang

dimiliki. Terkait hal ini subjek B menyatakan bahwa kondisi putus asa yang

mungkin terjadi ini akan berusaha dihadapi dengan pola pikir yang benar.

Setelah mendapatkan pelatihan efikasi diri subjek B juga

mengungkapkan akan berusaha mengubah pola pikir yang selama ini ada

bahwa narkoba itu bisa menyelesaikan masalah. Subjek B menyatakan bahwa

pola pikir tersebut tidak sesuai dan yang sebenarnya bisa menyelesaikan

masalah serta mendatangkan ketenangan adalah ibadah. Hal ini menunjukkan

pelatihan efikasi diri mempengaruhi outcome expectancies subjek B terkait

narkoba. Positive outcome expectancies yang dulunya dialami oleh subjek B

telah berubah menjadi negative outcome expectancies yang pada akhirnya

membuat kecenderungan relapse subjek B menurun.

c. Analisis Data Kualitatif Subjek C

Subjek C merupakan pemuda yang menyelesaikan pendidikan

terakhirnya di tingkat SMP. Di usia yang baru mencapai 20 tahun subjek C

sudah menjalani rehabilitasi akibat candu narkoba. Subjek C juga memiliki

riwayat melakukan tindakan kriminal. Setelah masa rehabilitasi berakhir

subjek C memiliki ketakutan untuk mengalami relapse terutama yang

disebabkan banyaknya ajakan teman. Meskipun faktor teman memang

berpengaruh, subjek C juga menegaskan bahwa penggunaan kembali juga

sangat bergantung pada diri masing-masing. Ketika teman memberikan

Page 65: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

penawaran namun subjek C dapat melakukan penolakan dengan baik maka

tidak akan terjadi relapse. Selain itu rasa segan untuk melakukan penolakan

pada kawan yang mengajak menggunakan narkoba juga akan mudah

mempengaruhi subjek C untuk kembali mengalami relapse.

Subjek C memahami relapse sebatas pada penggunaan kembali

narkoba. Subjek C secara umum dapat dikatakan memiliki keyakinan untuk

mengahindari relapse dengan cara menjauhi kawan-kawan lama. Ketika ada

masalah-masalah berat terutama masalah yang terjadi di rumah akan membuat

subjek C keluar dan bertemu dengan sesama pengguna narkoba. Kondisi

semacam ini akan sangat mudah membuat subjek C kembali menggunakan

narkoba. Berdasarkan pengalaman, subjek C sering menggunakan narkoba

ketika ada konflik interpersonal terutama dengan orang tua dan teman. Setelah

keluar dari rehabilitasi subjek C ingin bekerja apapun dengan syarat dapat

terhindar dari orang-orang yang dapat mempengaruhi untuk kembali

menggunakan narkoba.

Page 66: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

Gambar 10. Skor Kecenderungan Relapse Subjek C

Sebelum dan Sesudah Pelatihan Efikasi Diri

Pada Gambar 10 dapat dilihat adanya penurunan skor kecenderungan

relapse yang dimiliki oleh subjek C. Skor yang semula berada pada angka 51

turun 10 poin menjadi 41. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan relapse

yang mengarahkan pada risiko terjadinya relapse pada subjek C menurun

setelah menjalani pelatihan efikasi diri.

Setelah mengikuti pelatihan subjek C merasa ada pandangan untuk

membuat perencanaan hidup masa depan agar tidak statis di dunia narkoba

yang negatif. Hal ini tidak terlepas dari sesi step to be yang ada pada kegiatan

pelatihan efikasi diri. Subjek C menyatakan bahwa sesi dalam menuliskan

mimpi dan melakukan perencanaan masa depan sebagai hal yang

mengesankan. Dari sesi tersebut subjek C memiliki keinginan untuk menjadi

30

35

40

45

50

55

60

Pretest Posttest

Skor Subjek C

Page 67: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

orang yang lebih baik. Secara lebih detail subjek C menyatakan keinginan

untuk tidak lagi menyusahkan orang tua dan secara lebih serius akan

menghindari narkoba. Selain itu, subjek C juga ingin melanjutkan pendidikan

formal dan membuka usaha perdagangan terutama perdagangan ikan.

Setelah mengikuti pelatihan efikasi diri subjek C merasa yakin untuk

terbebas dari narkoba meskipun kekhawatiran untuk terhindar dari teman lama

juga masih ada. Mengatasi hal tersebut subjek C berencana untuk menetap di

pulau Jawa. Subjek juga yakin dapat sukses dan akan berusaha untuk

menunjukkan kepada orang tua bahwa subjek C adalah sosok yang patut

dibanggakan.

d. Analisis Data Kualitatif Subjek D

Subjek D memiliki kekhawatiran untuk relapse setelah keluar dari

rehabilitasi nantinya. Hal ini dikarenakan orang yang mempengaruhi subjek D

untuk menggunakan narkoba bukan orang luar, melainkan keluarga sendiri

termasuk paman dan saudara kembar. Subjek D mengungkapakan bahwa

rumah paman yang mempengaruhi untuk menggunakan narkoba

berdampingan dengan tempat tinggal subjek D sehingga mempersulit untuk

menghindar.

Subjek D mengaku sudah sempat beberapa kali berhenti menggunakan

narkoba dengan durasi dua hingga tiga bulan. Hal ini dapat dilakukan ketika

subjek D pergi dari daerah asal dan bekerja di kota lain di tempat saudara.

Namun, saat baru kembali ke daerah asal subjek D langsung kembali

Page 68: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

menggunakan akibat pengaruh dari paman dan saudara kembar. Saudara

kembar subjek D berusaha menguji subjek D yang sudah menyatakan untuk

tidak menggunakan lagi dengan memakai narkoba dihadapan subjek D.

Kondisi tersebut membuat subjek D kembali menggunakan. Subjek D juga

mengaku memiliki hubungan paling dekat dengan paman yang mempengaruhi

untuk menggunakan narkoba. Kondisi ini yang membuat subjek D merasa

semakin sulit menghindari narkoba.

Sebagai upaya menghindari relapse subjek D berencana untuk

meninggalkan kota tempat tinggalnya dahulu. Hal ini juga disarankan dan

telah mendapat dukungan dari orang tua. Selain itu, ketika bertemu dengan

teman lama subjek D hanya ingin sebatas menyapa dan tidak perlu

berkomunkasi lebih. Sementara ini subjek D memiliki keinginan untuk tinggal

di Jakarta bersama Paman yang tidak menggunakan narkoba dan bekerja

apapun agar tidak menyusahkan orang tua. Setelah modal terkumpul ingin

membuka usaha sendiri berjualan obat kuat.

Sebelum mengikuti kegiatan pelatihan subjek D merasa pasif bahkan

tidak berani untuk sekedar mengangkat tanda peringatan ketika ada sesama

pecandu narkoba lain yang melakukan kesalahan dalam program rehabilitasi.

Setelah tiga hari menjalani pelatihan subjek D merasa memiliki keberanian

untuk speak up dan memiliki keyakinan untuk berdiri dan mengangkat tanda

peringatan. Subjek D merasa kisah Banyu cukup memberikan inspirasi dalam

membangun keyakinannya tersebut. Awalnya subjek D memang sudah sering

Page 69: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

memiliki keinginan untuk mengangkat tanda peringatan atau bentuk teguran

lain, namun rasa takut masih sering mendominasi. Setelah mengikuti pelatihan

efikasi diri subjek D merasa mendapatkan dorongan keinginan yang semakin

kuat untuk speak up. Subjek D juga berpikir ketika orang lain mampu saya

juga harus mampu.

Gambar 11. Skor Kecenderungan Relapse Subjek D

Sebelum dan Sesudah Pelatihan Efikasi Diri

Berbagai perubahan yang dirasakan subjek D setelah mengikuti

pelatihan juga diikuti perubahan skor kecenderungan relapse yang dapat

dilihat pada Gambar 11. Skor kecenderungan relapse yang sebelumnya berada

pada angka 51 turun sebanyak 21 poin menjadi 30. Hal ini disebabkan adanya

peningkatan keyakinan untuk terbebas dari narkoba yang dialami subjek D

setelah mengikuti pelatihan efikasi diri. Keberaniannya dalam melakukan

perubahan terkait dengan speak up menjadi acuan bagi subjek D untuk

membangun keyakinan bahwa di lingkungan luar nantinya subjek D bisa

berusaha melakukan perubahan dengan skala yang lebih besar.

2025303540455055

Pretest Posttest

Skor Subjek D

Page 70: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

e. Analisis Data Kualitatif Subjek E

Subjek E adalah laki-laki berusia 26 tahun yang berasal dari Medan,

Sumatera Utara. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini menjalani rehabilitasi

karena penggunaan sabu dan ganja. Pertama kali menggunakan narkoba

adalah tahun 2002 dan terkahir menggunakan sekitar september 2015.

Rehabilitasi yang dijalani adalah atas keinginan sendiri dan dukungan dari

orang tua.

Saat ini hal yang paling ditakutkan oleh subjek E adalah relapse saat

keluar dari rehabilitasi karena lingkungan dan teman subjek E juga para

pengguna narkoba. Selain karena lingkungan pertemanan, faktor orang tua

yang sering berkonflik dengan subjek E (terutama ayah) juga dikhawatirkan

akan menyebabkan subjek E mengalami stres dan kembali menggunakan

narkoba. Tidak adanya kegiatan juga dikhawatirkan oleh subjek E akan

memicu penggunaan narkoba. Subjek E memahami relapse sebagai

penggunaan kembali secara rutin. Selain itu, subjek E juga sudah pernah

mendengar istilah lapse ataupun slip yang dinyatakan dapat mendahului

relapse.

Setelah keluar dari rehabilitasi subjek ingin membuka usaha dekorasi

pengantin dan juga ingin mempelajari shooting video agar memiliki paket

lengkap dalam usahanya. Selain itu, subjek E juga memiliki pilihan kegiatan

lain dengan ikut kakaknya yang berada di Merauke, Papua. Subjek E bersedia

bekerja apa saja ketika hidup bersama kakaknya nanti. Terkait pilihan tinggal

Page 71: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

bersama kakak ini juga dijadikan pilihan karena dianggap dapat membantu

subjek E dalam melakukan pemulihan dengan cara menghindar dari

lingkungan lama yang mempengaruhi subjek E menggunakan narkoba.

Gambar 12. Skor Kecenderungan Relapse Subjek E

Sebelum dan Sesudah Pelatihan Efikasi Diri

Terlihat adanya antusiasme ketika subjek E mendapat informasi

menjadi subjek yang terpilih untuk mengikuti kegiatan pelatihan. Bahkan

subjek E yang ternyata dalam waktu dekat akan segera berpindah ke fase re-

entry berpesan untuk tetap diizinkan ke Mayor agar bisa mengikuti pelatihan

hingga semua sesi selesai. Selama pelatihan berlangsung subjek E terlihat

sangat aktif. Setiap ada kesempatan untuk maju dan mempresentasikan lembar

kerja, subjek E berinisiatif untuk mempresentasikan hasil kerja.

2025303540455055

Pretest Posttest

Skor Subjek E

Page 72: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

Setelah mengikuti kegiatan pelatihan efikasi diri subjek E mulai

mengalami perubahan pemikiran terkait outcome expectancies. Subjek merasa

sudah mampu membedakan pemikiran yang baik dan buruk terkait narkoba

yang akan mempengaruhinya dalam menentukan pilihan untuk menggunakan

narkoba kembali ataupun tidak. Subjek E juga merasa perlu untuk tidak selalu

mengikuti kemauan yang membuatnya senang dan berusaha mengendalikan

diri untuk menghadapi sesuatu yang mungkin tidak menyenangkan agar

mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Subjek E juga merasa perlu untuk

menentukan pilihan yang tepat dengan cara keluar dari zona nyaman yang

selama ini dijalankan.

Subjek E merasa ada perubahan terkait cara menyikapi masalah.

Subjek E perpendapat bahwa cara menyikapi masalah harus dipikir baik-baik

dan tidak tergesa-gesa. Menyelesaikan masalah tidak harus dilakukan secara

langsung dan bersamaan. Perlu adanya pemetaan masalah dan kemudian

dipilih masalah yang memang perlu untuk diselesaikan terlebih dahulu.

Subjek E merasa cara semacam ini akan membantunya untuk lebih tenang dan

tidak menimbulkan masalah baru dalam menyelesaikan masalah. Sebelum

mengikuti pelatihan subjek terbiasa berusaha menyelesaikan masalah secara

langsung dan bersamaan yang mengakibatkan kebingungan dan menimbulkan

masalah baru.

Subjek E yang sebelumnya sudah memiliki keinginan untuk

membuka usaha semakin merasa yakin bahwa subjek mampu untuk

Page 73: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

mencapainya setelah mengikuti kegiatan pelatihan efikasi diri. Hal ini

dikarenakan keseriusan subjek E dalam mengikuti sesi step to be. Subjek E

mengaku melalui sesi tersebut subjek menjadi paham bahwa dalam mencapai

suatu tujuan perlu melalui tahapan-tahapan. Setelah mengikuti pelatihan

subjek E semakin yakin untuk terbebas dari narkoba dan juga bisa mencapai

masa depan yang lebih baik dengan syarat adanya kemauan dari diri sendiri

untuk mencapainya.

f. Analisis Data Kualitatif Subjek F

Subjek F merupakan pemuda berusia 19 tahun yang berasal dari Aceh.

Subjek F sudah menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA. Pengalaman

rehabilitasi kali ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya subjek F sudah

pernah menjalani rehabilitasi, namun sempat mengalami relapse. Hal ini yang

membuat subjek F harus menjalani rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi

Badan Narkotika Nasional Bogor.

Hal yang paling dikhawatirkan oleh subjek F setelah keluar dari

rehabilitasi adalah bertemu dengan teman-teman lama yang menggunakan

narkoba. Subjek F menyatakan bahwa relapse yang pernah dialami karena

pengaruh dari teman-temannya. Ketika ditanya pemahamn tentang relapse

subjek F menjawab relapse sebagai penggunaan zat adiktif yang sama secara

berulang.

Selain faktor lingkungan teman ada beberapa faktor yang menurut

subjek F dapat menyebabkan relapse. Terlalu banyak masalah dan pikiran

Page 74: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

juga disebut sebagai penyebab terjadinya relapse oleh subjek F. Selain itu

kurangnya aktivitas yang menimbulkan kebosanan juga dapat mempengaruhi

subjek F untuk kembali menggunakan. Sebagai upaya untuk menghindari

relapse beberapa strategi telah dicoba oleh subjek F yaitu dengan menjauhi

teman-teman yang menggunakan narkoba dan semakin dekat dengan orang

tua.

Subjek F menyadari bahwa penggunaan narkoba adalah hal yang

merugikan bagi dirinya dan pecandu narkoba lain. Hal ini membuat subjek F

memiliki keinginan untuk membantu pecandu lain dalam menjalankan

pemulihannya dengan menjadi konselor setelah keluar dari rehabilitasi. Hal

ini akan diupayakan oleh subjek F dengan terlebih dahulu mengikuti

pendidikan untuk menjadi konselor adiksi.

Gambar 13. Skor Kecenderungan Relapse Subjek F

Sebelum dan Sesudah Pelatihan Efikasi Diri

30

35

40

45

50

55

Pretest Posttest

Skor Subjek F

Page 75: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

Pada Gambar 13 tampak adanya penurunan skor kecenderungan

relapse yang dialami oleh subjek F. Skor kecenderungan relapse sebesar 49

yang didapatkan sebelum menjalani pelatihan turun menjadi 43 setelah

mengikuti kegiatan pelatihan efikasi diri. Hal ini menunjukkan adanya

penurunan kecenderungan relapse yang terjadi pada subjek F setelah

mengikuti kegiatan pelatihan efikasi diri.

Penurunan kecenderungan relapse yang dialami subjek F tidak terlepas

dari adanya perubahan pola pikir terkait relapse dan pandangan masa depan.

Sebelumnya subjek F memang sudah memiliki pandangan terkait masa depan,

namun setelah mengikuti pelatihan efikasi diri subjek merasa memiliki

keyakinan yang lebih realistis terkait cara mencapai masa depan. Setelah

mengikuti pelatihan efikasi diri subjek F ingin terus menerapkan teknik

merencanakan masa depan yang disampaikan pada hari ketiga serta cara

menghindari relapse yang disampaikan melalui kegiatan hari pertama dan

kedua. Saat ini subjek F juga memiliki tekad dan keyakinan kuat sepenuhnya

untuk terbebas dari relapse. Sesi yang paling berkesan bagi subjek F adalah

Who am I? mengenali diri dan juga upaya untuk

memanfaatkan potensi yang ada dalam diri.

g. Analisis Data Kualitatif Subjek G

Subjek G merupakan pemuda yang tinggal di Jakarta. Pendidikan

terakhir yang di tempuh adalah sekolah menengah atas, namun tidak selesai.

Sejak MTs (setara dengan SMP) hingga MA (setara dengan SMA) subjek G

Page 76: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

tinggal di Pondok Pesantren. Di usia yang memasuki 27 tahun subjek G

menjalani rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi Badan narkotika Nasional

Bogor karena mengalami candu narkoba. Penggunaan narkoba diawali dengan

candu alkohol sejak berusia 15 tahun. Selama rentang satu tahun terakhir aktif

menggunakan sabu.

Gambar 14. Skor Kecenderungan Relapse Subjek G

Sebelum dan Sesudah Pelatihan Efikasi Diri

Pada Gambar 14 dapat diketahui adanya perubahan skor

kecenderungan relapse yang dialami oleh subjek G. Skor yang semula

mencapai 44 sebelum mengikuti kegiatan pelatihan efikasi diri, turun menjadi

36. Hal ini menunjukkan adanya penurunan kecenderungan relapse pada

subjek G. Penurunan kecenderungan relapse ini dikarenakan adanya

keinginan untuk terhindar dari relapse dengan cara lebih banyak bersyukur

dan bersosial pada subjek G setelah mengikuti pelatihan efikasi diri. Subjek G

juga memiliki keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

25

30

35

40

45

Pretest Posttest

Skor Subjek G

Page 77: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

Ketika mengikuti pelatihan subjek G merasa teringat dengan dosa-dosa

yang lama terutama saat sesi surat untuk Tuhan. Selanjutnya subjek G ingin

melakukan yang terbaik untuk diri sendiri dan terutama keluarga dengan cara

lebih dekat lagi dengan keluarga. Subjek G juga merasa yakin dapat mencapai

masa depan yang lebih baik. Keyakinan ini dikarenakan adanya inspirasi dari

video Vujicic dan Fauzan Rahman yang ditayangkan dalam kegiatan

pelatihan. Subjek G yang merasa tubuhnya lebih sempurna dibandingkan

Vujicic dan memiliki modal lebih besar dari Fauzan Rahman semakin yakin

untuk dapat mencapai masa depan yang lebih baik.

D. Pembahasan

Uji hipotesis dilakukan dengan melakukan uji 2 sampel independen Mann-

Whitney dan juga uji Wilcoxon dengan menggunakan SPSS for Microsoft Windows

Version 23.0. Melalui uji 2 Sampel Independen Mann-Whitney didapatkan hasil

berupa nilai z sebesar -1,929 dan nilai uji signifikansi (p) sebesar 0.054 (p>0.05) yang

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan gain score skor antara kelompok

eksperimen yang mendapatkan perlakuan berupa pelatihan efikasi diri dengan

kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan. Hasil ini menunjukkan bahwa

pelatihan efikasi diri tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kecenderungan

relapse pada pecandu narkoba di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional.

Tidak adanya pengaruh pelatihan efikasi diri yang signifikan terhadap

kecenderungan relapse pecandu narkoba di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika

Page 78: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

Nasional sangat dimungkinkan karena adanya variabel ekstrani. Pelatihan efikasi diri

pada penelitian ini diberikan kepada pecandu narkoba yang sedang menjalani proses

rehabilitasi. Program rehabilitasi utama yang dijalani oleh subjek adalah Therapeutic

Community. Menurut Magor dan Blatch (2009) kegiatan Therapeutic Community

yang diberikan kepada pecandu narkoba bertujuan untuk mengembangkan kondisi

psikologis, salah satunya adalah efikasi diri. Sehingga sangat dimungkinkan

kelompok kontrol yang tidak mendapatkan pelatihan efikasi diri juga mengalami

peningkatan skor skala kecenderungan relapse akibat dari kegiatan rutin yang dijalani

selama proses rehabilitasi berupa Therapeutic Community yang juga bertujuan untuk

meningkatkan efikasi diri..

Selanjutnya uji Wilcoxon dilakukan untuk mengetahui signifikansi perubahan

skor pretest dan posttest pada masing-masing kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Melalui uji Wilcoxon pada kelompok eksperimen didapatkan hasil berupa

nilai z sebesar -2,371 dan nilai uji signifikansi (p) sebesar 0,018 (p<0.05) yang

menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara skor kecenderungan relapse

sebelum diberikan pelatihan efikasi diri dan sesudah diberikan pelatihan pada

kelompok eksperimen. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak didapatkan

signifikansi perbedaan skor pretest dan posttest melalui hasil uji Wilcoxon yang

menunjukkan nilai z sebesar -1,577 dan nilai uji signifikansi (p) sebesar 0,115

(p>0.05).

Hasil uji Wilcoxon yang telah diuraikan menunjukkan adanya perubahan

signifikan skor kecenderungan relapse pada kelompok eksperimen setelah menjalani

Page 79: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

kegiatan pelatihan efikasi diri. Perubahan yang terjadi pada kelompok eksperimen

sangat mungkin dikarenakan adanya perubahan pola pikir yang dialami setelah

menjalani pelatihan efikasi diri. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara setelah

pelatihan efikasi diri yang dilakukan kepada seluruh subjek kelompok eksperimen.

Secara umum seluruh subjek menyatakan adanya perubahan pola pikir, terutama pola

pikir terkait cara menghadapi masalah dan keputusan yang akan diambil untuk

menyelesaikan masalah. Perubahan ini menunjukkan adanya kesesuaian antara tujuan

dan hasil dari pelatihan efikasi diri yang dirancang untuk mempengaruhi empat fungsi

efikasi diri, yaitu fungsi kognisi, fungsi afeksi, fungsi motivasi, dan fungsi seleksi

(Bandura, 1994).

Beberapa subjek merasa sebelum menjalani pelatihan efikasi diri selalu

berpikir dan melihat masalah yang dihadapi dari sisi negatif. Sehingga berpikir

matang untuk mendapatkan solusi yang baik jarang dilakukan. Hal ini membuat

subjek dalam kelompok eksperimen sering menjadikan narkoba sebagai solusi

ringkas yang dirasa dapat melarikan diri dari masalah. Namun, setelah mendapatkan

pelatihan, sebagian besar subjek mengaku mulai menyadari bahwa setiap masalah itu

memiliki sisi positif. Perbaikan pola pikir ini menunjukkan adanya perbaikan fungsi

kognisi pada subjek. Selain itu, subjek juga menyatakan bahwa saat masalah muncul

harus dipetakan dan diselesaikan satu demi satu. Bukan dengan cara menumpuk

masalah yang kemudian akan menambah beban permasalahan ataupun menggunakan

narkoba sebagai pilihan untuk menyelesaikan. Subjek juga mengaku bahwa semenjak

mendapatkan pelatihan mulai menyadari bahwa penggunaan narkoba untuk

Page 80: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

menyelesaikan masalah bukanlah hal yang tepat karena meskipun ada kenyamanan

yang didapat saat menggunakan, efek buruk yang dirasakan setelahnya lebih besar.

Pola pikir demikian menunjukkan adanya perbaikan fungsi seleksi pada pecandu

narkoba yang akan membantu pecandu narkoba untuk membuat pertimbangan yang

matang saat memutuskan suatu pilihan.

Perubahan pola pikir yang terjadi ini juga dapat diduga sebagai penyebab

menurunnya skor kecenderungan relapse yang terjadi pada seluruh kelompok

eksperimen. Perubahan pola pikir terhadap efek narkoba ini akan mempengaruhi

perubahan postive outcome expectancies (ekspektasi positif terhadap efek

penggunaan narkoba) menjadi negative outcome expectancies (ekspektasi negatif

terhadap efek penggunaan narkoba) yang berujung pada turunnya kecenderungan

relapse. Hal ini sesuai dengan pendapat Larmier, dkk (1999) yang menunjukkan

bahwa negative outcome expectancies akan menurunkan kecenderungan relapse.

Selain mempengaruhi outcome expectancies, perubahan pola pikir yang

didapatkan setelah menjalani pelatihan efikasi diri pada subjek dapat menjadi coping

strategy yang baik saat menghadapi masalah yang menjadi high-risk situation bagi

subjek. Hal ini juga dimungkinkan sebagai penyebab terjadinya penurunan

kecenderungan relapse pada seluruh subjek kelompok eksperimen. Seperti yang

dikemukakan Larmier, dkk (1999) bahwa seseorang yang dapat melaksanakan

strategi coping efektif (strategi behavioral, seperti meninggalkan atau menghindari

situasi tersebut atau strategi kognitif, seperti positif self-talk) akan mengalami

penurunan kecenderungan relapse.

Page 81: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

Selain adanya perubahan outcome expectancies dan effective coping strategy,

hal yang diduga menjadi penyebab menurunnya kecenderungan relapse subjek

kelompok eksperimen adalah adanya keyakinan kuat untuk terbebas dari narkoba dan

memiliki masa depan yang lebih baik melalui usaha dan proses-proses yang harus

dijalani. Hal tersebut dinyatakan oleh subjek saat sesi wawancara setelah pelatihan

efikasi diri. Kondisi ini sesuai dengan cognitive-behavioral model of relapse (Marlatt

dalam Larmier, dkk, 1999; Wietkiewitz dan Marlatt, 2004) yang menyatakan bahwa

ketika efikasi diri pecandu narkoba tinggi maka kecenderungan relapse akan

mengalami penurunan. Penelitian lain juga mendukung bahwa efikasi diri memiliki

korelasi negatif dengan kecenderungan relapse (Allsop dan Phillips, 2000; Ibrahim,

Samah dan Kumar, 2011). Bahkan Ibrahim dan Kumar (2009) menyatakan bahwa

efikasi diri memiliki korelasi negatif paling kuat dengan kecenderungan relapse.

Sehingga ketika pecandu narkoba memiliki efikasi diri yang tinggi, kecenderungan

relapse akan mengalami penurunan

Terkait dengan perubahan fungsi motivasi dapat dilihat dari hasil wawancara

setelah penelitian. Seluruh peserta menyatakan bahwa ingin melakukan berbagai

kegiatan yang dapat membantu terbebas dari relapse dan memperbaiki masa depan

dengan aktivitas masing-masing, seperti sekolah konselor, membuka usaha, masuk

pesantren, dan bekerja. Subjek kelompok eksperimen menyatakan bahwa motivasi

semakin kuat akibat adanya beberapa video motivasi yang ditampilkan, yaitu video

Fauzan Rahman (seorang mantan pecandu narkoba yang sukses terbebas dari narkoba

dan sukses menjalankan bisnis), video Vujicic (seorang tuna daksa yang sukses

Page 82: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161

menjadi motivator dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki), dan video Danang

(Mahasiswa IPB yang mewujudkan berbagai mimpi yang telah dituliskan).

Fungsi afeksi adalah bagian yang tidak terlihat menonjol perubahannya pada

penelitian ini

yang kemudian dilanjutkan doa bersama beberapa subjek mengaku ada perasaan

nyaman. Apalagi saat mengingat terlalu banyak dosa-dosa yang telah dilakukan,

namun Tuhan masih memberikan banyak karunia. Timbul rasa syukur yang

menimbulkan kenyamanan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan efikasi

diri masih kurang menyentuh afeksi. Padahal untuk meningkatkan efikasi diri perlu

adanya perbaikan empat fungsi efikasi diri, yaitu fungsi kognisi, fungsi motivasi,

fungsi seleksi, dan fungsi afeksi (Bandura, 1994).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang

menyatakan bahwa adanya pengaruh pelatihan efikasi diri terhadap kecenderungan

relapse pada pecandu narkoba di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional

Bogor ditolak. Hal ini didasarkan pada hasil uji Mann-Whitney yang menunjukkan

tidak terdapat signifikansi perubahan skor kecenderungan relapse. Adanya program

Therapeutic Community yang sedang dijalani oleh seluruh subjek penelitian

merupakan variabel ekstrani yang diduga sebagai penyebab tidak adanya signifikansi

perbedaan perubahan skor kecenderungan relapse antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Selain itu, tidak tersentuhnya fungsi afeksi secara maksimal juga

diduga sebagai penyebab tidak adanya signifikansi perubahan skor kecenderungan

relapse. Terkait dengan hasil uji Wilcoxon yang menunjukkan adanya perubahan

Page 83: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162

signifikan pada kelompok eksperimen diakibatkan adanya keyakinan kuat untuk

menghindari relapse dan perubahan pola pikir yang menimbulkan perubahan pada

outcome expectancies serta effective coping strategy yang didasarkan pada hasil

wawancara sebelum dan sesudah pelatihan.

Pelatihan efikasi diri memberikan pemahaman materi cognitive-behavioral

model of relapse dapat dikatakan sangat tepat untuk diberikan kepada pecandu

narkoba di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional dan menjadi nilai lebih

dari penelitian ini. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara sebelum pelatihan yang

menunjukkan bahwa semua subjek kelompok eksperimen belum memahami bahwa

relapse merupakan proses yang meliputi high-risk situation, coping strategy, outcome

expectancies, dan abstinent violation effect seperti yang dikemukakan Marlatt melalui

cognitive-behavioral model of relapse (Larmier, dkk 1999). Sebagaian besar peserta

memang pernah mengalami empat aspek yang mengarahkan pada kecenderungan

relapse tersebut, namun subjek belum memiliki pemahaman yang komprehensif dan

kesadaran bahwa empat aspek inilah yang dapat mengarahkan subjek untuk

mengalami relapse.

High-risk situation adalah aspek yang paling disadari oleh subjek dapat

mempengaruhi kecenderungan relapse. High-risk situation yang dianggap paling

mengkhawatirkan bagi subjek adalah lingkungan pertemanan lama yang

menggunakan narkoba. Teman-teman lama sesama pengguna narkoba dikhawatirkan

dapat menjadi tekanan sosial baik secara langsung ataupun tidak langsung bagi subjek

(Larmier, dkk 1999). Selain itu, lemahnya kemampuan dalam mengahadapi masalah

Page 84: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

ataupun konflik juga dirasa sebagai hal yang sering mempengaruhi subjek kelompok

eksperimen untuk menggunakan narkoba. Sehingga pelatihan efikasi diri yang juga

dilengkapi dengan informasi terkait coping strategy saat menghadapi masalah dapat

membantu subjek untuk memiliki keyakinan bahwa subjek mampu terbebas dari

narkoba melalui kemampuannya dalam menghadapi masalah dan mengambil

keputusan terbaik berdasarkan pertimbangan yang matang.

Secara umum, pelatihan efikasi diri yang diberikan untuk mempengaruhi

kecenderungan relapse pada pecandu narkoba masih jarang dilakukan. Bahkan

pelatihan efikasi diri ini juga belum pernah dilakukan di Balai Besar Rehabilitasi

Badan Narkotika Nasional Bogor. Pelatihan efikasi yang dirancang dalam penelitian

ini meminimalkan penggunaan metode lecturrette satu arah dalam menyampaikan

materi serta lebih banyak memberikan video, studi kasus, lembar kerja, dan simulasi

yang membuat subjek lebih aktif dalam proses mencapai tujuan pelatihan. Rancangan

pelatihan efikasi yang telah diberikan juga telah menjalani uji coba kepada pecandu

narkoba yang memiliki karakteristik sama dengan subjek sehingga pelatihan yang

diberikan sudah melalui proses penyesuaian kondisi subjek.

Terlepas dari berbagai kelebihan yang ada, penelitian ini masih memiliki

berbagai kekurangan yang perlu dijadikan koreksi untuk penelitian-penelitian

selanjutnya. Kekurangan pertama adalah tidak diadakannya wawancara sebelum dan

sesudah kegiatan pada kelompok kontrol sehingga berbagai perubahan yang terjadi

pada kelompok kontrol tidak dapat dianalisis secara lebih mendalam. Selain itu, tidak

adanya studi dokumentasi pada kelompok kontrol yang seharusnya dapat dijadikan

Page 85: BAB I-BAB V -   · PDF fileFarmasi Asisten Apoteker 3 ... rehabilitasi sosial terhadap korban penyalah guna ... kembali ke masyarakat dan proses konseling yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

sebagai bahan analisis hasil penelitian. Bahkan peneliti hanya mendapatkan data

asesmen beberapa subjek eksperimen dikarenakan tidak semua berkas asesmen sudah

berada pada bagian psikologi yang bisa diakses oleh peneliti. Sehingga analisis hasil

yang seharusnya bisa dilakukan secara lebih mendalam terkait latar belakang subjek

pada kelompok eksperimen juga terhambat. Kelemahan yang lain yang terdapat

dalam penelitian ini adalah tidak adanya pengukuran efikasi diri dengan

menggunakan skala pada subjek , baik sebelum atau sesudah pelatihan. Sehingga

perubahan efikasi diri hanya diketahui dari perubahan keyakinan secara umum yang

dirasakan oleh subjek melalui wawancara sebelum dan sesudah pelatihan.