bab i - bab iii - digilib.uns.ac.id/tinjauan...bank muamalat indonesia cabang surakarta eko...
TRANSCRIPT
1
Tinjauan sistem pembiayaan mudharabah
pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang Surakarta
Eko Pujiatmoko
F.3301035
BAB I
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Berdirinya PT. Bank Muamalat Indonesia ( BMI )
PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, didirikan pada tahun 1991 dan
memulai kegiatan operasinya ada bulan Mei 1992. Pendirian Bank Muamalat
Indonesia diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang kemudian
didukung oleh sekelompok pengusaha dan cendekiawan muslim.
Pendirian Bank Muamalat Indonesia segera memperoleh tanggapan
positif dari pemerintah dan masyarakat, sebagaimana tercermin pada
komitmen untuk membeli saham perseroan sebesar Rp 84 milyar pada saat
penanda tanganan akta pendirian perseroan. Acara silaturahmi kemudian
diselenggarakan di Istana Bogor, dimana diperoleh tambahan komitmen dari
masyarakat Jawa Barat sehingga menjadi Rp 106 milyar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994 hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat Indonesia menerima ijin devisa sehingga berhak menyandang
predikat sebagai bank devisa. Peristiwa ini semakin memperkokoh posisi
perseroan.
Keunggulan dari penerapan konsep Islam di dalam sistem perbankan
telah terbukti, terutama di saat krisis ekonomi melanda Indonesia. Ketika
2
banyak bank-bank konvensional runtuh dan perlu direkapitulasi oleh
pemerintah atau bahkan harus dilikuidasi, Bank Muamalat Indonesia tetap
kokoh dan tidak menderita kerugian yang besar akibat negative spread.
Namun demikian, manajemen menyadari perlunya meningkatkan modal
perseroan. Bank Muamalat Indonesia kemudian melakukan penawaran umum
terbatas ( right issue) pada bulan Juli 1998. Patut disayangkan, kondisi makro
ekonomi yang tidak mendukung pada saat itu serta adanya perubahan dalam
kebijakan investasi luar negeri di negara-negara asal calon investor, telah
menghambat rencana perseroan, sehingga menyebabkan perolehan dana dari
right issue belum mencapai target. Namun, modal disetor tetap meningkat
menjadi Rp 165 milyar. Penanaman modal utama dari right issue perseroan
adalah Islamic Development Bank (IDB) dan Badan Pengelola Dana ONH.
Sebagai pelopor bank syariah di Indonesia, Bank Muamalat Indonesia
telah menerapkan misinya untuk mengambil bagian sebagai katalisator dalam
pengembangan institusi keuangan syariah di Indonesia. Bank Muamalat
Indonesia secara aktif turut memberi masukan dalam merumuskan Undang-
Undang No. 10/1998, yang menerapkan prinsip-prinsip syariah sebagai salah
satu sistem perbankan Indonesia. Seiring dengan dikeluarkannya peraturan ini,
bank-bank syariah baru lahir dan cenderung bertambah, walaupun hanya
sebagai cabang syariah penuh.
Saat ini, setelah sembilan tahun beroperasi, total aktiva Bank Muamalat
Indonesia telah melewati batas psikologis sebesar Rp. 1 triliun dan mulai
tumbuh dengan cepat ditengah konstelasi industri perbankan yang baru. Oleh
3
karena itu, Bank Muamalat Indonesia secara terus menerus mengembangkan
infrastrukturnya seperti jaringan, teknologi dan sumber daya manusia.
Beberapa aliansi strategis telah dilakukan seperti bergabung dengan ATM
bersama dan ATM BCA yang telah memungkinkan nasabah untuk mengakses
di lebih dari 2000 ATM. Jalur distribusi juga tengah dikembangkan melalui
kerja sama dengan mitra strategis sehingga perseroan dapat melayani nasabah
di manapun mereka berada.
B. Visi dan Misi PT. Bank Muamalat Indonesia ( BMI )
Visi dari Bank Muamalat Indonesia adalah menjadi bank syariah utama
Indonesia, yang dominan di pasar emosional dan dikagumi di pasar rasional.
Adapun Misi dari Bank Muamalat Indonesia adalah menjadi model bagi
institusi keuangan dunia, dengan penekanan pada jiwa kewirausahaan
keunggulan manajemen, orientasi investasi yang inovatif dalam upaya
meningkatkan nilai dari para pemegang saham.
C. Aktivitas Usaha PT. Bank Muamalat Indonesia ( BMI )
C.1. Produk Penghimpunan Dana
C.1.1. Tabungan Ummat
Merupakan jenis simpanan dana pihak ketiga pada Bank
Muamalat Indonesia dalam mata uang rupiah dimana penyetoran
dan penarikannya dapat dilaksanakan setiap saat sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Bank Muamalat Indonesia. Turunan
4
dari tabungan ummat dapat disesuaikan dengan jenis tabungan
yang diminati nasabah, antara lain :
1. Tabungan Ummat Co- Branding
Merupakan tabungan khusus diperuntukkan bagi nasabah
perorangan yang terhimpun dalam suatu kelompok. Anggota
kelompok tersebut membuka tabungan di Bank Muamalat
Indonesia dan memperoleh kartu ATM dengan design khusus
yang pada sisi depannya tercetak logo bersama Bank
Muamalat Indonesia dan kelompok yang bersangkutan.
2. Tabungan Ummat Trendi
Merupakan tabungan yang khusus diperuntukkan bagi pelajar
dan mahasiswa dengan batasan usia maksimum 26 tahun.
Penabung akan memperoleh kartu ATM dengan design
khusus.
3. Tabungan Ummat Ukhuwah
Merupakan tabungan yang khusus diperuntukkan bagi
nasabah Bank Muamalat Indonesia yang ingin melakukan
pembayaran zakat, infaq dan shadaqah melalui Dompet
Dhuafa Republika. Penabung akan memperoleh kartu ATM
dengan design khusus.
4. Tabungan Ummat B-Card
5
Merupakan tabungan yang khusus diperuntukkan bagi
nasabah Bank Muamalat Indonesia yang ingin melakukan
pembayaran zakat, infaq dan shadaqah melalui Baitulmaal
Muamalat. Penabung akan memperoleh kartu ATM dengan
design khusus.
C.1.2. Tabungan Haji Arafah
Merupakan jenis simpanan dana pihak ketiga pada Bank
Muamalat Indonesia dalam mata uang rupiah bagi nasabah Bank
Muamalat Indonesia yang berniat untuk melaksanakan ibadah haji
secara terencana sesuai dengan kemampuan dan jangka waktu
yang dikehendaki ( tersedia pilihan jangka waktu 1- 10 tahun).
C.1.3. Giro Wadiah
Merupakan titipan dan pihak ketiga yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan media cek, bilyet giro
dan sarana pemindahbukuan.
C.1.4. Deposito Mudharabah
Merupakan investasi pihak ketiga di Bank Muamalat Indonesia
dalam mata uang rupiah maupun USD dengan jangka waktu yang
diperuntukkan bagi nasabah perorangan, perusahaan, yayasan,
koperasi dan lembaga berbadan hukum lainnya, untuk dikelola
secara syariah dan memperoleh bagi hasil.
6
Deposito mudharabah dapat diperpanjang secara otomatis (ARO)
serta dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk
mendapatkan referensi bank.
C.1.5. Deposito Fulinves
Merupakan investasi pihak ketiga di Bank Muamalat Indonesia
dalam mata uang rupiah maupun USD dengan jangka waktu 6
sampai 12 bulan, yang diperuntukkan bagi nasabah perorangan,
perusahaan, yayasan, koperasi dan lembaga berbadan hukum
lainnya, untuk dikelola secara syariah dan memperoleh bagi hasil.
Deposito fulinves dapat diperpanjang secara otomatis (ARO) serta
dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk
mendapatkan referensi bank. Deposito fulinves dalam valuta
rupiah senilai di atas dua juta rupiah memperoleh fasilitas
asuransi jiwa senilai deposito dan atau maksimal lima puluh juta
rupiah.
Sementara Deposito fulinves dalam valuta USD senilai USD 500
memperoleh fasilitas asuransi jiwa senilai jumlah deposito dan
atau maksimal sebesar lima puluh juta rupiah dikurskan ke valuta
rupiah.
C.2. Produk Penyaluran Dana
7
Dalam penyaluran dana produk pembiayaan syariah terbagi dalam
tiga kategori.
C.2.1. Untuk memiliki barang dilakukan dengan jual beli.
1. Murabahah
Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah penjual harus
memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan
suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan.
2. Salam
Adalah pembelian yang diserahkan kemudian hari, sedangkan
pembayarannya dilakukan dimuka.
3. Istishna
Adalah merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan
pembuat barang. Dalam kontrak ini pembuat barang menerima
pesanan dari pembeli. Kedua belah pihak bersepakat atas
harga serta sistem pembayaran dilakukan dimuka, melalui
cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa
yang akan datang.
C.2.2. Untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa.
1. Ijaroh
Transaksi ijaroh dilandasi adanya perpindahan manfaat
pemindahan hak guna atas barang atau jasa. Melalui pembayaran
8
upah atau sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas barang itu sendiri.
C.2.3. Produk pembiayaan syariah yang didasarkan prinsip bagi hasil.
1. Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing – masing
pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan.
2. Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak di mana
pihak pertama ( shahibul maal ) menyediakan seluruh ( 100 %
) modal, sedangkan pihak lainnya ( mudharib ) menjadi
pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi
menurut kesepakatan yang di tuangkan dalam akad,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian itu bukan akibat kecurangan atau kelalaian si
pengelola. Seandainya kerugian itu karena kecurangan atau
kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggungjawab
atas kerugian tersebut.
C.2.4. Kegiatan penyaluran dana yang dilakukan bank syariah lainnya
untuk mendukung kegiatan pembiayaan.
1. Rahn
9
Rahn adalah perjanjian penyerahan harta yang dijadikan
pemiliknya sebagai jaminan hutang yang nantinya dapat
dijadikan sebagai pembayar hak piutang tersebut, baik
seluruhnya maupun sebagiannya.
2. Qardh
Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada peminjam
selama waktu tertentu dan dikembalikan dalam jumlah yang
sama pada saat jatuh tempo.
3. Hawalah
Hawalah adalah perpindahan hak atau kewajiban yang
dilakukan pihak pertama kepada pihak kedua untuk menuntut
pembayaran hutang dari/ atau membayar hutang kepada pihak
ketiga.
4. Wakalah
Wakalah adalah pendelegasian suatu tindakan hukum dan hak
kepada oranglain yang bertindak sebagai wakil selama batas
waktu yang ditentukan.
C.3. Jasa Lainnya pada PT. Bank Muamalat Indonesia ( BMI )
C.3.1. Penukaran Mata Uang Real di Embarkasi Haji
10
Merupakan jasa yang disediakan bagi calon jemaah haji untuk
melakukan penukaran mata uang real baik pada saat berangkat
maupun setelah kembali ke tanah air.
C.3.2. Payroll Of Credit
Merupakan jasa yang disediakan untuk memberikan kemudahan
kepada perusahaan atau instansi lainnya dalam membayar gaji
kepada karyawannya.
.
C.3.3. Letter Of Credit
Merupakan jasa yang disediakan untuk pengusaha ekspor-impor
dalam melakukan transaksinya dengan menggunakan letter of
credit (L/C). Jasa L/C yang disediakan oleh Bank Muamalat
Indonesia didasarkan pada prinsip-prinsip syariah.
C.3.4. Bank Penerima Setoran BPIH
Bank Muamalat Indonesia telah memperoleh ijin dari Bank
Indonesia dan Departemen Agama menjadi bank penerima
setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH). Bank
Muamalat on-line dengan SISKOHAT Departemen Agama,
melalui Tabungan Haji Arafah.
C.3.5. Jasa-Jasa Lainnya.
Bank Muamalat Indonesia menyediakan jasa-jasa perbankan
lainnya kepada masyarakat luas seperti Transfer, Collection,
11
Standing Instruction, Bank Draft, Referensi Bank, Penyetoran
Pajak dan lain- lainnya.
D. Fasilitas yang ada di PT. Bank Muamalat Indonesia
D.1. Praktis Dengan Kartu Ummat
Kartu ummat merupakan kartu multi akses dari Bank Muamalat
Indonesia. Dengan mempergunakan kartu ummat ditangan, banyak
kemudahan yang dapat diraih.
D.2. Jaringan ATM Muamalat
Anda dapat melakukan transaksi tunai dengan mudah di seluruh kantor
cabang Bank Muamalat Indonesia di seluruh Indonesia. Tak perlu antri di
bank, kartu ummat dengan jaringan akan membantu anda setiap saat.
Transaksi non tunai dapat pula diakses malalui ATM muamalat seperti
memonitor saldo rekening dan menggunakan menu pembayaran berupa
pemindahbukuan antar rekening di Bank Muamalat Indonesia,
pembayaran tagihan rekening telepon TELKOM secara online,
pembayaran premi asuransi takaful, pembayaran iuran dana pensiun
muamalat serta pembayaran zakat, infak dan shadaqah. Atas penggunaan
fasilitas-fasilitas tersebut diatas nasabah tidak dikenakan biaya.
D.3. Jaringan ATM bersama
Jaringan ATM bersama dapat diakses oleh nasabah Bank Muamalat
Indonesia untuk melakukan transaksi tarik tunai. Selain nasabah Bank
12
Muamalat Indonesia, nasabah lain yang menjadi anggota jaringan ATM
bersama pun dapat mengakses kartu ATM nya melalui terminal ATM
Muamalat. Nasabah akan dikenakan biaya transaksi sebesar Rp. 2.300,-
untuk setiap transaksi tarik tunai.
D.4. Jaringan ATM BCA
Jaringan ATM BCA dapat diakses oleh nasabah Bank Muamalat
Indonesia untuk melakukan transaksi tarik tunai dan pengecekan saldo.
Nasabah akan dikenakan biaya transaksi sebesar Rp. 3.000,- untuk setiap
transaksi tarik tunai dan Rp. 2.000,- untuk setiap transaksi pengecekan
saldo.
Dengan total sebanyak 2.180 terminal ATM BCA dan 1.080 terminal
ATM bersama diseluruh Indonesia yang tersebar di berbagai lokasi
(rumah sakit, pusat perbelanjaan, pasar, universitas, sekolah, perkantoran,
dan lokasi cabang BCA) maka diharapkan nasabah pemegang kartu
ummat tidak kesulitan dalam mengakses rekeningnya untuk bertransaksi
di ATM di manapun di Indonesia selama 24 jam.
D.5. Debit Card Muamalat
Kartu ummat dapat pula berfungsi sebagai kartu debet multiguna yang
dikenal dengan nama Debit Card Muamalat. Melalui fasilitas ini nasabah
dapat melakukan berbagai transaksi pembelanjaan dan pembayaran di
merchant yang bertanda logo debit BCA yang difasilitasi oleh lebih dari
18.000 terminal EDC (Electronic Data Capture) milik BCA diseluruh
indonesia. Batas pembelanjaan yang dapat dilakukan adalah sebesar Rp.
13
3.000.000,- per hari dan atas setiap transaksi yang dilakukan akan
dikenakan biaya transaksi sebesar Rp. 3.000,- per transaksi.
Merupakan jasa layanan telepon 24 jam yang memberikan kemudahan
kepada nasabah Bank Muamalat Indonesia untuk memperoleh akses
yang bersifat manajemen rekening seperti monitor saldo, informasi lima
transaksi terakhir dan penggantian PIN, atau informasi seperti, informasi
profil perusahaan, informasi produk, layanan, dan jaringan Bank
Muamalat Indonesia atau transaksional seperti pemindahbukuan antar
rekening di Bank Muamalat Indonesia, pembayaran tagihan rekening
telepon telkom secara on-line, pembayaran premi asuransi takaful,
pembayaran iuran dana pensiun muamalat serta pembayaran zakat, infak
dan shadaqah.
E. Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Surakarta
Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia dapat dilihat pada
gambar, dibawah ini :
STRUKTUR ORGANISASI BANK MUAMALAT INDONESIA ( BMI )
CABANG SURAKARTA
PIMPINAN CABANG
( PINCAB )
OFFICER OPERASIONAL
DATA KONTROL
14
Gambar I.1 : Struktur Organisasi BMI Cabang Surakarta sesuai SK Direksi No. 137/ DIR.KPTS/XII/2003
Pada Bank Muamalat Indonesia cabang Surakarta, fungsi marketing
diperankan oleh bagian financing officer dan bagian funding officer. Financing
officer menjalankan fungsi marketing bagian pembiayaan. Adapun fungsi
marketing bagian pendanaan dijalankan oleh funding officer
F. Job Description PT. Bank Muamalat Indonesia ( BMI ) Cabang
Surakarta
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang serasi dan selaras yang
menunjang produktivitas dalam bekerja, maka setiap perusahaan perlu
mengadakan struktur organisasi agar dapat memperjelas masing- masing
personel.
Penjelasan mengenai masing-masing bagian beserta tugas dan
tanggungjawab dalam PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang Surakarta
adalah sebagai berikut.
F.1. Pimpinan Cabang (PINCAB)
FINANCING OFFICER
FUNDING OFFICER
CUSTOMER SERVICE
TELLER
BACK OFFICE
15
Tugas dan tanggung jawab pimpinan cabang :
1. Mewakili direksi atas nama perseroan
2. Memimpin dan mengelola perseroan sehingga tercapai tujuan
perseroan.
3. Bertanggung jawab terhadap operasional perseroan khususnya dalam
hubungan dengan pihak ekstern perusahaan.
4. Bertanggung jawab kepada Manajer Regional.
F.2. Operasional Officer
Tugas dan tanggungjawab bagian operasional officer :
1. Melaksanakan pengawasan terhadap setiap pelayanan dan
pengamanan jasa-jasa perbankan dari setiap bagian yang berada
dibawah tanggungjawabnya.
2. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas
pelayanan di bidang operasional.
3. Turut membantu pelayanan secara aktif atas tugas-tugas harian setiap
unit yang berada dibawahnya.
F.3. Teller
Tugas dan tanggungjawab teller :
1. Mengkoordinasikan/ memonitor semua pekerjaan bagian kas
2. Membantu menerima transaksi cash maupun non cash
16
3. Membuka mainvault dan menjaga kerahasiaan nomor kombinasi
beserta peralatan kuncinya
4. Memonitor kerapihan file-file di bagian kas
5. Memonitor semua keperluan di bagian kas
6. Menyimpan duplikat kunci-kunci bagian kas di mainvault
7. Membuat perincian uang tunai kas besar
8. Menjaga kebersihan dan kerapihan counter dan ruangan kas
9. Mengeluarkan specimen rekening giro tutup dari filing yang aktif
10. Memproses penanganan komplain masalah
11. Memeriksa kembali seluruh blotter teller, cover asuransi dan
kerapihan filing
12. Mengkoordinasikan dan melakukan pick up service
13. Tunduk pada instruksi dari atasan baik lisan maupun tulisan.
F.4. Back Office
Tugas dan tanggungjawab bagian back office :
1. Melakukan pendebetan rekening nasabah atas biaya buku dan cek
berdasarkan memo pendebetan dari customer service
2. Penginputan semua transaksi yang berkaitan dengan kliring.
3. Menyimpan dan mencatat warkat PDC yang disetor oleh nasabah
untuk kemudian dikliringkan pada tanggal efektif warkat yang
bersangkutan.
4. membuat referal item.
17
5. Memfile deposito cair setelah dilakukan serah terima dengan
customer service.
6. Mencetak laporan keuangan harian dari kiblat dan melaporkannya
keseluruh karyawan setiap hari.
7. Menginkasokan warkat yang berada diwilayah kliring lokal.
Adapun untuk bagian Back Office pada Bank Muamalat Indonesia
cabang Surakarta membawahi tiga bagian yaitu :
1. Operasional Pembiayaan
Tugas dan tanggungjawab bagian operasional pembiayaan :
1. Filing data pembiayaan dan titipan pembiayaan
2. Meneliti kelengkapan administrasi sebelum dropping
3. Pendebetan biaya administrasi, notaris, asuransi, materai
dll.
4. Dropping pembiayaan
5. Pendebetan angsuran nasabah pembiayaan
6. Pemantauan angsuran nasabah untuk kemudian
dikoordinasikan dengan AM
7. Cetak advice pendebetan angsuran dan dikirim ke nasabah
8. Membuat proffsheet pembiayaan
2. Support Pembiayaan
Tugas dan tanggungjawab bagian support pembiayaan :
18
1. Melakukan analisa bank checking dengan melakukan
online data pada Sistem Informasi Penyedia Data ( SIPD )
yang ada di Bank Indonesia.
2. Melakukan analisa trade checking dengan cara melakukan
konfirmasi usaha dengan pihak yang terkait dengan usaha
nasabah.
3. Menilai kelayakan jaminan yang diajukan pemohon
pembiayaan.
4. Menilai legalitas usaha nasabah yang mengajukan
pemohonan pembiayaan.
3. Bagian Umum
Tugas dan tanggungjawab bagian umum :
1. Membuat tiket dan menginput transaksi-transaksi bagian
umum
2. Pengadaan dan pendistribusian ATK, barang cetak,
materai dan perangko secara fisik maupun
pengadministrasiannya
3. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan kendaraan
kantor ( BBM, parkir, tol dll)
4. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan gedung,
peralatan kantor.
5. Pembayaran listrik, air, telepon kantor
19
6. Pengadministrasian pembayaran listrik, air, telepon kantor
dalam daftar biaya serta sekaligus menginput pembebanan
dan pencadangan biaya
7. Amortisasi RAK investasi, Biaya Dibayar Dimuka, by pra
ops, asuransi jaminan pemerintah dll
8. Menginput transaksi yang berkaitan dengan perjalanan
dinas
9. Melayani tamu yang berkaitan dengan bagian umum (
promosi, penawaran, sponsorship dll)
10. Mengatur pengiriman barang, advice, surat ke nasabah,
cabang, kantor lain
11. Monitoring uang muka, titipan, BDD
12. Memonitor persediaan ATK, barang cetak, materai dan
perangko
13. Sebagai custodian petty cash untuk kelancaran operasional
kantor juga untuk kendaraan dan rumah dinas
14. Filing data-data bagian umum
15. Sebagai alternate bagian transfer kliring
16. Membuat proffsheet bagian umum (UM, BDD, titipan,
persediaan pencadangan)
17. Mencetak POD setiap hari bergiliran dengan bagian
transfer kliring.
20
F.5. Data Kontrol
Tugas dan tanggung jawab bagian data kontrol :
1. Memeriksa kebenaran keseluruhan transaksi harian, baik transaksi-
transaksi yang menyangkut Pos-Pos Neraca, Rugi Laba dengan
melakukan Break Down ke tiket-tiketnya guna memastikan bahwa
transaksi tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan sistem dan
prosedur yang berlaku
2. Melakukan Proofing setiap bulannya terhadap keseluruhan rekening
yang dipelihara masing-masing bagian guna memastikan bahwa
rekening yang bersangkutan telah di bukukan dengan benar
3. Membuat Zero Defect Program atas nama semua transaksi/ tiket yang
dibuat masing-masing bagian guna memastikan tidak ditemukan lagi
kesalahan di dalam memproses transaksi tersebut
4. Memeriksa secara periodik semua tiket-tiket Reversing yang
dipelihara oleh masing-masing bagian guna memastikan kebenaran
proses pengerjaan tiket tersebut telah sesuai dengan sistem dan
prosedur perusahaan yang berlaku
5. Melakukan pemeriksaan kas (Cash Count) dengan frekuensi dua kali
dalam sebulan untuk mendeteksi dan mengatasi kemungkinan
terjadinya kecurangan serta memastikan bahwa pengelolaan kas telah
dilakukan sesuai dengan sistem dan prosedur perusahaan yang
berlaku
21
6. Melakukan pemeriksaan transaksi harian ke rekening individu, baik
nasabah giro, maupun tabungan untuk memastikan bahwa transaksi
tersebut telah dilakukan dengan benar.
7. Mengirimkan rekening koran nasabah ke Customer Service setiap
bulan
8. Melakukan penyimpanan semua tiket transaksi sesuai dengan jenis
dan klasifikasinya
9. Membuat komentar atas temuan hasil pemeriksaan serta memonitor
tindakan koreksinya
10. Membuat cek/ bilyet giro nasabah
F.6. Bagian Financing Officer
Tugas dan tanggungjawab bagian Financing Officer :
1. Mengatur, mengkoordinasi dan mengawasi semua aktifitas yang
berhubungan dengan pembiayaan.
2. Mencari usaha-usaha yang potensial untuk diberikan pembiayaan.
3. Mengamati posisi setiap pembiayaan nasabah, memantau dan
memberikan pembinaan serta mengusahakan agar pelunasannya
sesuai dengan perjanjian (akad ) yang telah disepakati.
4. Melakukan penagihan ke setiap nasabah yang diberikan pembiayaan
sesuai dengan tanggal atau waktu yang disepakati, secara arif,
mendidik, dan efektif.
22
5. Mengikuti perkembangan proses permohonan pembiayaan anggota
terutama dalam pemerikasaan kelengkapan dokumen permohonan
pembiayaan.
6. Membuat usulan pembiayaan dan mempresentasikannya di depan
komite pembiayaan.
7. Mengklasifikasi pembiayaan-pembiayaan yang telah diberikan ke
dalam pembiayaan lancar, kurang lancar, diragukan dan macet.
8. Menganalisa dan memberikan nasehat-nasehat lebih dini terhadap
peminjam kurang lancar dan diragukan, kiat-kiat agar usahanya lebih
berhasil dan mampu membayar cicilan dan bagi hasilnya.
F.7. Funding Officer
Tugas dan tanggungjawab bagian funding officer
1. Mengatur, mengawasi, dan mengkoordinasikan semua aktivitas yang
berhubungan dengan kegiatan pendanaan.
2. Mencari sumber dana dengan melihat kemungkinan dan peluang yang
dapat dihimpun dari pihak ketiga.
3. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang produk – produk
yang ada pada Bank Muamalat Indonesia
F.8. Customer Service
Tugas dan tanggungjawab bagian customer service :
23
1. Memperkenalkan dan menawarkan produk-produk BMI serta
penjelasan mengenai cara, keuntungan dan keistimewaan serta
persyaratan produk tersebut (langsung/ via telephone).
2. Menghandle komplain/ saran nasabah serta mengajukan/
menginformasikan kepada atasan.
3. Secara rutin menginformasikan transaksi yang terjadi pada nasabah
yang bersangkutan.
4. Bertanggung jawab atas daftar hitam Bank Indonesia baik untuk giro
maupun pembiayaan.
5. Memelihara barang inventaris kantor yang ada di area CS termasuk
buku cheque, BG maupun materai.
6. Memelihara filling system untuk giro, tabungan, deposito dll.
7. Memeriksa ulang proses penutupan rekening yang dilakukan pada
hari sebelumnya.
8. Mengadministrasikan PIN dan kartu ATM yang diterima dari kantor
cabang dengan baik.
9. Mengkoordinasikan dengan kantor cabang untuk pembuatan cheque
dan BG.
10. Memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan kepada calon
nasabah atau nasabah yang datang ke BMI dan sekaligus
memeliharanya.
11. Menjawab dengan baik dan ramah atas segala pertanyaan yang
diajukan nasabah.
24
25
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Bank Syariah
Prinsip syariah Islam dalam pengelolaaan harta menekankan pada
keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat. Harta harus
dimanfaatkan untuk hal-hal produktif terutama kegiatan investasi yang
merupakan landasan aktivitas ekonomi dalam masyarakat. Tidak setiap orang
mampu secara langsung menginvestasikan hartanya untuk menghasilkan
keuntungan. Oleh karena itu, diperlukan suatu lembaga perantara yang
menghubungkan masyarakat pemilik dana dan pengusaha yang memerlukan
dana (pengelola dana). Salah satu bentuk lembaga perantara tersebut adalah
bank yang kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.
Ikatan Akuntan Indonesia (2002) mengartikan bank syariah sebagai
bank yang berasaskan, antara lain, pada asas kemitraan, keadilan, transparansi
dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip
syariah. Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip ekonomi
Islam dengan karakteristik, antara lain sebagai berikut :
a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya.
b. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time-value of money)
c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas.
d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif
e. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang, dan
24
26
f. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad.
Bank syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil. Bank syariah
tidak menggunakan bunga sebagai alat memperoleh pendapatan maupun
membebankan bunga atas penggunaan dana pinjaman karena bunga
merupakan riba yang diharamkan.
A.1. Tujuan dan Ciri – Ciri Bank Syariah
Bank syariah memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi ummat untuk bermuamalat secara
islami, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan,
agar terhindar dari perbuatan riba yang diharamkan Allah SWT.
2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan antara surplus unit dan defisit unit.
3. Untuk meningkatkan kualitas hidup ummat dengan jalan membuka
peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin yang
diarahkan kepada kegiatan usaha produktif.
4. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang sedang menjadi
penyakit masyarakat.
5. Untuk menjaga kestabilan stabilitas ekonomi dan moneter.
6. Untuk menyelamatkan ekonomi ummat dari ketergantungan kepada
bank konvensional.
27
Bank Syariah memiliki ciri – ciri yang berbeda dengan bank
konvensional. Adapun ciri – ciri yang melekat pada bank syariah adalah
sebagai berikut :
1. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian
diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya dalam
batas kewajaran, beban biaya tersebut hanya dikenakan sampai
batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
2. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan
pembayaran selalu dihindari, karena persentase bersifat melekat
pada sisi mata uang meskipun perjanjian telah berakhir.
3. Di dalam kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak
menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang
ditetapkan dimuka, tetapi menggunakan prinsip bagi hasil.
4. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan ( wadiah ).
5. Adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi
operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. Selain itu, manager dari
pimpinan bank syariah harus menguasai prinsip syariah.
6. Selain menjembatani antara shohibul maal dan mudharib bank
syariah juga berfungsi amanah.
28
A.2. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank syariah yang menggunakan prinsip bagi hasil, tentulah
berbeda dengan bank konvensional. Adapun perbedaannya seperti pada
tabel dibawah ini :
Tabel II.1
PERBEDAAN BANK SYARIAH DENGAN BANK KONVENSIONAL
No Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional 1 Falsafah - Tidak berdasarkan bunga,
spekulasi dan ketidakjelasan - Dana masyarakat berupa titipan
dan investasi yang baru akan mendapatkan hasil jika diusahakan
- Berdasarkan bunga - Dana masyarakat
berupa simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo
2 Operasionalisasi Penyaluran pada usaha yang halal dan menguntungkan
Penyaluran pada sektor yang menguntungkan, aspek halal tidak menjadi pertimbangan utama
3 Aspek Sosial Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang dalam visi dan misi
Tidak diketahui secara jelas
4 Organisasi Harus memiliki dewan pengawas syariah
Tidak memiliki dewan pengawas syariah
Sumber : IBI, 2002
Adapun perbedaan sistem bagi hasil pada bank syariah dengan
sistem bunga pada bank konvensional terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel II.2
PERBEDAAN SISTEM BAGI HASIL
DENGAN SISTEM BUNGA
Sistem Bagi Hasil Sistem Bunga a. Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat
pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi
a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi
b. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada b. Besarnya persentase tergantung pada jumlah uang
29
jumlah keuntungan yang diperoleh
c. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan, bila perusahaan merugi, kerugian akan ditanggung kedua belah pihak
c. Pembayaran bunga tetap seperti dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh nasabah untung atau rugi
d. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
d. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadan ekonomi sedang booming
e. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil
e. Eksistensi bunga diragukan kalau tidak dikecam oleh semua agama
Sumber : Syafii Antonio, 2001
A.3. Perkembangan Perbankan Syariah
Perkembangan perbankan syariah di berbagai belahan dunia
didorong dua alasan utama yaitu:
(I) Adanya kehendak sebagian masyarakat untuk melaksanakan
transaksi perbankan atau kegiatan ekonomi secara umum sejalan
dengan nilai dan prinsip syariah, khususnya bebas riba.
(II) Adanya keunggulan sistem operasional dan produk perbankan
syariah yang antara lain mengutamakan pentingnya masalah
moralitas, keadilan, dan transparansi dalam kegiatan opersional
perbankan syariah.
Perkembangan perbankan syariah dirintis dengan didirikannya
Mit Ghamer Bank pada dekade 1960-an di Mesir. Bank ini beroperasi
sebagai rural- sosial bank di sepanjang delta sungai Nil. Pada bulan
Desember 1970, Mesir mengajukan sebuah proposal untuk mendirikan
bank syariah pada saat sidang Menteri Luar Negeri negara-negara
Organisasi Konferensi Islam di Karaci, Pakistan. Proposal tentang
30
pendirian perbankan Islam dapat terealisai pada saat sidang Menteri
Keuangan OKI di Jeddah pada tahun 1975.
Sidang tersebut menyetujui rancangan pendirian Bank
Pembangunan Islam ( Islamic Development Bank) dengan modal 2
Milyar Dinar Islam. Sidang tersebut juga memutuskan bahwa semua
anggota OKI menjadi anggota Islamic Development Bank (IDB).
Berdirinya IDB lebih memotivasi banyak negara Islam untuk
mendirikan lembaga keuangan syariah. Untuk itu, komite ahli IDB pun
bekerja keras menyiapkan panduan tentang pendirian, peraturan, dan
pengawasan bank syariah. Kerja keras mereka membuahkan hasil. Pada
akhir priode 1970-an dan awal dekade 1980-an bank-bank syariah
bermunculan di Mesir, Sudan, Negara- negara Teluk, Pakistan, Iran,
Malaysia, Bangladesh, serta Turki.
Berkembangnya bank syariah di negara-negara Islam
berpengaruh ke Indonesia. Pendirian bank syariah diawali dengan
didirikannya Bank Muamalat Indonesia, pada tanggal 1 November
1991 yang merupakan hasil kerja keras Tim Perbankan Majelis Ulama
Indonesia. Pada saat pendiriannya terkumpul komitment pembelian
saham sebanyak 84 Milyar. Namun, Bank Muamalat Indonesia mulai
beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992. Pendirian BMI diikuti dengan
pendirian bank- bank syariah baru, baik yang merupakan bank syariah
murni atau bank yang menerapakan prinsip dual banking system.
31
Adapun jumlah dan kontribusi kantor bank syariah di Indonesia adalah
sebagai berikut:
Tabel II.3
PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Jumlah Kantor Bank
KPO KC KCP KK Distribusi Jaringan Kantor
1. PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
1 13 3 27 Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Makasar, Balikpapan, Medan, Pekanbaru, Pekalongan
2. PT. Bank Syariah Mandiri
1 19 - - Aceh, Jakarta, Medan, Bandung, Surabaya, Solo, Pekalongan, Pamekasan, Makasar, Banjarmasin, Bogor, Pekanbaru, Pelambang
1. Bank IFI 1 1 Jakarta 2. Bank BNI 1 9 Jakarta, Yogyakarta, Jepara,
Pekalongan, Malang, Banjarmasin, Padang
3. Bank Jabar (BPD Jawa Barat)
1 1 Bandung
C. BPR Syariah 81 BPR Syariah 18 Propinsi
Sumber : Bank Indonesia, 2001
B. Sistem Pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang
Surakarta
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat
dibagi menjadi dua hal berikut.
1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu untuk peningkatan usaha, baik
usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
32
PEMBIAYAAN
Konsumtif
Produktif
Modal kerja
Investasi
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluanya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua
hal berikut.
1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan:
(a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil
produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas dan mutu
hasil produksi, dan (b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan
utility of place dari suatu barang.
2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang
modal ( capital goods ) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan
itu.
Secara umum, jenis-jenis pembiayaan dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar II.1 Jenis – jenis pembiayaan
33
B.1. Pembiayaan Modal Kerja
Unsur-unsur modal kerja terdiri dari komponen-komponen alat
likuid (cash), piutang dagang (receivable) dan persediaan (inventory)
yang umumnya terdiri atas persediaan bahan baku (raw material),
persediaan barang dalam proses (work in proses) dan persediaan barang
jadi (finished goods). Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja
merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash
financing), pembiayaan piutang (receivable financing) dan pembiayaan
persediaan (inventory financing).
Bank konvensional memberikan kredit modal kerja tersebut
dengan cara memberikan pinjaman sejumlah uang yang dibutuhkan
untuk mendanai seluruh kebutuhan yang merupakan kombinasi dari
komponen-komponen modal kerja tersebut, baik untuk keperluan
produksi maupun perdagangan untuk jangka waktu tertentu dengan
imbalan berupa bunga.
Bank syariah membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal
kerja tersebut bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan
menjalin hubungan partnership dengan nasabah, dimana bank
bertindak sebagai penyandang dana ( shohibul maal), sedangkan
nasabah sebagai pengusaha (mudharib). Skema pembiayaan semacam
ini disebut dengan mudharabah (trust financing). Fasilitas ini dapat
diberikan untuk jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi
secara periodik dengan nisbah yang disepakti. Setelah jatuh tempo
34
nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut dengan porsi bagi hasil (
yang belum dibagikan) yang menjadi bagian bank.
B.2. Prinsip – prinsip Analisis Pembiayaan
Analisis kelayakan pembiayaan dilakukan untuk menilai atau
menganalisis suatu permohonan pembiayaan yang dilakukan nasabah
sehingga memberikan keyakinan bahwa proyek yang akan dibiayai
cukup layak (feasible). Analisis ini juga bertujuan menghindarkan
kemungkinan terjadi default atau kegagalan nasabah dalam memenuhi
kewajiban untuk melunasi pinjaman yang sudah disepakati.
Dalam melakukan analisis pembiayaan ada dua cara analisis,
yaitu analisis dengan menggunakan prinsip “6C” dan analisis
pembiayaan “6A”.
Analisis berdasarkan prinsip “6C”
1. Character (C-1)
Analisis mengenai karakter / watak ini berkaitan dengan integritas
dari calon peminjam / nasabah. Integritas ini sangat menentukan
kemauan membayar kembali nasabah atas pembiayaan yang telah
dinikmatinya.
2. Capital (C-2)
Pembiayaan suatu proyek yang akan dijalankan nasabah tidak
seluruhnya berasal dari bank tetapi dibiayai antara bank dan
35
nasabah. Karena itu pihak nasabah wajib memiliki sejumlah dana
agar dapat berpartisipasi dalam pembiayaan pemasaran proyeknya
3. Capacity (C-3)
Capacity adalan penilaian terhadap calon nasabah dalam memenuhi
kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian pembiayaan.
Kemampuan nasabah ini dinilai dari kemampuannya menyediakan
dana untuk pembiayaan proyeknya, kemampuan membangun
proyek, menghasilkan produk dari proyek tersebut, kemampuan
menghasilkan laba dari penjualan, dan kemampuan nasabah dalam
menyediakan cash yang memadai untuk membayar kewajiban-
kewajiban kepada bank.
4. Condition of Economy (C-4)
Dalam rangka pemberian pembiayaan kepada nasabah, kondisi
perekonomian harus ikut dianalisis. Kondisi tersebut meliputi :
- Kondisi sektor industri dimana proyek itu akan dibangun
- Ketergantungan terhadap bahan baku yang harus diimpor
- Nilai kurs valuta terhadap nilai rupiah
- Peraturan pemerintah
- Kondisi perekonomian secara nasional
- Kemudahan untuk memperoleh bahan baku
36
5. Collateral (C-5)
Collateral atau agunan merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi terlebih dahulu sebelum permohonan pembiayaan
disetujui. Agunan pada umumnya berupa barang-barang yang
diserahkan peminjam kepada bank sebagai jaminan atas
pembiayaan yang diajukannya.
6. Constraint (C-6)
Constraint adalah faktor hambatan berupa faktor sosial psikologis
yang ada di suatu daerah tertentu yang menyebabkan suatu proyek
tidak dapat dilaksanakan.
Analisis Berdasarkan Prinsip “6A”
Analisis berdasarkan prinsip lebih teliti dan akurat karena pihak
pemberi pembiayaan akan melakukan penelitian yang seksama
terhadap kemampuan nasabah untuk melaksanakan proyek dan
pengembalian pinjamannya.
1. Analisis Aspek Yuridis (Hukum)
Analisis ini pada dasarnya bertujuan meneliti ketentuan
legalitas dari perusahaan / badan hukum yang mengajukan
pembiayaan kepada bank.
Aspek yang diteliti sebagai berikut :
- Badan Usaha
1. Bentuk badan usaha
2. Nama badan usaha
37
3. AD perusahaan
4. Penanggung jawab perusahaan
5. Status usaha
6. Bidang usaha
7. Domisili
- Izin-izin yang harus dimiliki
1. Izin usaha perdagangan
2. Izin bangunan
3. Izin gangguan, dll
- Perjanjian-perjanjian
Perjanjian penyediaan bahan baku
Perjanjian dagang barang / jasa, dll
2. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran
Analisis ini bertujuan untuk meneliti kemungkinan pangsa pasar yang
dapat memperoleh bagi produk yang dibiayai dengan pembiayaan dari
bank serta meneliti strategi pemasaran yang dilakukan untuk
memenangkan persaingan.
Luas dan bentuk pasar
F.9. Pangsa pasar
Saingan usaha
- Jumlah saingan
- Data saingan
38
Rencana pemasaran
- Rencana jenis produk
- Rencana volume penjualan
- Rencana harga, dll
3. Analisis Aspek Teknis
Analisis ini bertujuan menilai seberapa jauh kemampuan
pengelola dalam melaksanakan proyek dan kesiapan teknis perusahaan.
Lokasi pabrik / pemilihan lokasi
- Faktor bahan baku
- Faktor pasar
- Faktor tenaga kerja, dll
Bangunan
Sistem dan alat transportasi
Peralatan kantor
Bahan baku dan bahan penolong
Persediaan
Proses produksi
4. Analisis Aspek Manajemen
Aspek ini bertujuan menilai kemampuan dan kecakapan manajemen
pengelola dalam melaksanakan bisnisnya.
Analisis ini meliputi sub aspek sebagai berikut :
- Struktur Organisasi
39
- Job Description
- Sistem dan prosedur
- Kebutuhan tenaga kerja
5. Analisis Aspek Keuangan
Analisis ini bertujuan menilai kemampuan pengelola proyek dalam
bidang keuangan. Analisis ini dilakukan berbeda-beda tergantung jenis
proyek, misalnya proyek baru, perluasan proyek, diversifikasi produk,
dsb.
6. Analisis Aspek Sosial Ekonomis
Analisis ini bertujuan untuk menilai sejauh mana proyek akan dibangun
dan dibiayai dengan pembiayaan dari bank memiliki nilai tambah yang
tinggi dilihat dari sudut pandang sosial maupun makroekonomis,
terutama dilihat dari pandangan pemerintah dan masyarakat, seperti
kesempatan kerja, penggunaan bahan baku lokal, penerimaan pajak,
dan kelestarian alam.
B.3. Aktivitas Pembiayaan pada Bank Syariah
Dalam menyalurkan dana pada nasabah, secara garis besar produk
pembiayaan syariah terbagi ke dalam tiga kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu :
1. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang
dilakukan dengan prinsip jual beli.
2. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakukan dengan prinsip sewa.
40
3. Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna
mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.
Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan
di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual.
Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang
menggunakan prinsip Jual-Beli seperti murabahah, salam, dan istishna
serta produk yang menggunakan prinsip sewa yaitu Ijarah.
Sedangkan pada kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan
dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi-hasil. Pada
produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang
disepakati di muka. Produk perbankan yang termasuk ke dalam
kelompok ini adalah musyarakah dan mudharabah.
B.3.1. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of
property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan
menjadi bagian harga atas barang yang dijual.
Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran
dan waktu penyerahan barang seperti :
a. Murabahah
Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan) adalah
transaksi jual-beli dimana bank menyebut keuntungannya.
Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai
41
pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok
ditambah keuntungan. Kedua pihak harus menyepakati
harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual
dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati
tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam
perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan cara
pembayaran cicilan (bi tsaman ajil). Dalam transaksi ini
barang diserahkan segera setelah akad sedangkan
pembayaran dilakukan secara tangguh.
b. Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu barang
diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran
dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara
nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli
ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga,
dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.
Dalam praktek perbankan, ketika barang telah diserahkan
kepada bank, maka bank akan menjualnya kepada rekanan
nasabah atau kepada nasabah itu sendiri secara tunai atau
secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan bank adalah
harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan. Dalam
hal bank menjualnya secara tunai biasanya disebut
42
pembiayaan talangan (bridging financing). Sedangkan
dalam hal bank menjualnya secara cicilan, kedua pihak
harus menyepakati harga jual dan jangka waktu
pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli
dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama
berlalunya akad. Umumnya transaksi ini diterapkan dalam
pembiayaan barang yang belum ada seperti pembelian
komoditi pertanian oleh bank untuk kemudian dijual
kembali secara tunai atau secara cicilan.
c. Istishna
Produk istishna menyerupai produk salam, namun dalam
istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam
beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istishna dalam
bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan
manufaktur dan konstruksi.
Ketentuan umum :
- Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis,
macam ukuran, mutu dan jumlah. Harga jual yang telah
disepakati dicantumkan dalam akad istishna dan tidak
boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi
perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan
harga setelah akad ditandatangani, maka seluruh biaya
tambahan tetap ditanggung nasabah.
43
B.3.2. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Sewa (ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi
pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli,
namun perbedaanya terletak pada objek transaksinya. Bila pada
jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah
objek transaksinya adalah jasa.
Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang
disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan
syariah dikenal ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti
dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual
disepakati pada awal perjanjian.
B.3.3. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan prinsip bagi hasil
adalah :
a. Musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah.
Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para
pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset
yang mereka miliki secara bersama-sama. Termasuk dalam
golongan musyarakah adalah semua bentuk usaha yang
melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara
bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya
baik yang berwujud maupun tidak berwujud.
44
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja
sama dapat berupa dana, barang perdagangan (trading
asset), kewiraswastaan (enterpreneurship), kepandaian
(skiil), kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau
intangible asset (seperti hak paten atau goodwill),
kepercayaan / reputasi (credit worthiness) dan barang-
barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan
merangkum seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi dari
masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu
menjadikan produk ini sangat fleksibel.
b. Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang sangat
popular dalam produk perbankan syariah yaitu mudharabah.
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih
dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan
kerja sama dengan kontribusi 100% modal dari shohibul
maal dan keahlian dari mudharib.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil
shahibul maal dalam manajemen proyek. Sebagai orang
kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan
bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat
45
kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahibul maal dia
diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu
untuk menciptakan laba optimal.
C. Sistem Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia
cabang Surakarta
C.1. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharab, berarti memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah
proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.
Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara
dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh
(100%) modal, sedangkan pihak lainnnya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan
yang dituangkan dalam akad, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.
Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian
si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian
tersebut.
C.1.1. Landasan Syariah
Secara umum, landasan dasar syariah mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak
dalam ayat-ayat dan hadits berikut ini.
46
a. Al-Qur’an
“… dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagiah karunia Allah SWT …”
(Al-Muzzammil:20).
“Apabila telah ditunaikan shalat bertebaranlah kamu di
muka bumi dan carilah karunia Allah SWT …”
(Al-Jumuah : 10).
“Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari
karunia Tuhanmu …” (Al-Baqarah : 198).
b. Al-Hadits
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin
Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya
secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak
dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang
berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan
tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana
tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada
Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW pun
membolehkannya.” (HR. Thabrani).
c. Ijma
Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah
berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta yatim
47
secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan
dengan spirit hadits yang dikutip Abu Ubaid.
C.1.2. Jenis-jenis Mudharabah
Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis :
mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah.
a. Mudharabah Muthlaqah
Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah
adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan
mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi
oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam
pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali
dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukahlah
sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi
kekuasaan sangat besar.
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah
restricted mudharabah / specified mudharabah adalah
kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib
dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat
usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan
kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki
jenis dunia usaha.
48
C.1.3. Aplikasi dalam Perbankan
Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk
pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana,
mudharabah diterapkan pada :
a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan
untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban,
dan sebagainya; deposito biasa;
b. Deposito spesial (special investment), dimana dana
dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya
mudharabah saja atau ijarah saja.
Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan
untuk :
a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan
dan jasa;
b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyah,
dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus
dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul
maal.
C.1.4. Manfaat dan Resiko Mudharabah
a. Manfaat Mudharabah
1). Bank akan menikmati bagi hasil pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat.
49
2). Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil
kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi
disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank
sehingga bank tidak akan mengalami negative spread.
3). Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan
dengan cash flow/ arus kas usaha nasabah sehingga tidak
memberatkan nasabah.
4). Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent)
mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan
menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan
benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5). Prinsip bagi hasil dalam mudharabah dan
musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap,
dimana bank akan menagih penerimaan pembiayaan
(nasabah) satu jumlah bunga tetap berapapun
keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi
dan terjadi krisis ekonomi.
b. Resiko Mudharabah
Resiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama
pada penerapannya dalam pembiayaan relatif tinggi. Di
antaranya :
1). Nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang
disebut dalam akad.
50
2). Lalai dan kesalahan yang disengaja;
3). Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila
nasabahnya tidak jujur.
Secara umum, apilikasi perbankan mudharabah dapat
digambarkan dalam skema berikut ini :
Skema Mudharabah
Gambar II.2 Skema pembiayaan Mudharabah
C.2. Prosedur Pembiayaan Mudharabah PT. Bank Muamalat Indonesia
cabang Surakarta
1. Tahap Solisitasi
a. Proses solisitasi adalah penjelasan oleh pihak marketing BMI
cab. Surakarta kepada nasabah, mengenai tatacara pengajuan
pembiayaan dan persyaratan – persyaratan yang harus dipenuhi
PERJANJIAN BAGI HASIL
KEAHLIAN/ KETERAMPILAN
MODAL 100%
Nasabah (Mudharib)
Bank
(Shahibul Maal)
PROYEK / USAHA
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
MODAL
Nisbah Y %
Nisbah X %
51
oleh nasabah apabila akan mengajukan pembiayaan kepada
BMI cabang Surakarta.
b. Nasabah selanjutnya mengajukan permohonan pembiayaan ke
bagian marketing. Permohonan pembiayaan terdiri dari Surat
Pengajuan Pembiayaan (SPP) dan Data Permohonan
Pembiayaan (DPP).
c. Data Permohonan Pembiayaan (DPP) dibedakan menjadi tiga
jenis disesuaikan dengan karakteristik usahanya.
v DPP untuk pembiayaan Individual, yaitu :
- Surat permohonan pembiayaan
- Proposal pengajuan pembiayaan
- Surat persetujuan suami – istri diatas materai
- Fotokopi KTP suami – istri ( 2 buah )
- Fotokopi surat nikah ( 1 buah )
- Fotokopi Kartu Keluarga (KK)
- Data penghasilan nasabah
- Data jaminan pembiayaan
v DPP untuk pembiayaan koperasi
- Surat permohonan pembiayaan
- Proposal pengajuan pembiayaan
- Fotokopi NPWP, SIUP
- AD / ART koperasi
- Akte perubahan koperasi
52
- Surat pengesahan badan hukum dari Depkop
- Susunan pengurus koperasi yang disahkan Depkop
- Laporan keuangan dan hasil RAT 2 tahun trakhir
- Data jaminan pembiayaan
v DPP untuk pembiayaan Usaha Menengah
- Surat permohonan pembiayaan
- Proposal pengajuan pembiayaan
- Fotokopi NPWP, SIUP
- Company profile, Akte pendirian dan perubahannya
- Surat pengesahan dari DepKeh
- Laporan keuangan minimal 2 tahun terakhir
- Data jaminan
d. Marketing menerima dan memeriksa Surat Permohonan
Pembiayaan ( SPP ) dan Data Permohonan Pembiayaan ( DPP )
dari nasabah.
e. Marketing mengeluarkan Memo Intern Marketing ( MIM )
beserta SPP dan DPP, kemudian menyerahkan ke bagian
support pembiayaan.
2. Proses Analisa Pembiayaan
a. Bagian support pembiayaan menerima MIM, SPP dan DPP dari
marketing, kemudian melakukan berbagai analisa, antara lain
Bank Checking, Trade Checking, Analisa Yuridis dan Analisa
53
Taksasi Jaminan. Berikut ini penjelasan ke-empat jenis analisa
diatas :
v Bank Checking adalah proses online data dari Sistem
Informasi Penyedia Data (SIPD) yang terdapat pada
database Bank Indonesia. Bank Checking dilakukan untuk
memperoleh kepastian, apakah nasabah pernah atau masih
terikat pembiayaan dengan bank lain.
v Trade Checking adalah proses pengecekkan terhadap relasi
yang pernah berhubungan dengan nasabah.
v Analisa Yuridis adalah pengecekan terhadap data nasabah (
SIUP, NPWP ) untuk memastikan legalitas usaha nasabah.
v Analisa Taksasi adalah penilaian terhadap jaminan yang
diajukan oleh nasabah untuk menilai kelayakan agunan
yang dijaminkan oleh nasabah.
b. Setelah itu, bagian support pembiayaan membuat Analisa
Support Pembiayaan (ASP) yang merupakan dasar untuk
pengambilan keputusan pembiayaan.
c. Apabila menyetujui pengajuan pembiayaan maka ASP dibuat
rangkap dua dengan otorisasi oleh Pimpinan Cabang ( PinCab )
BMI cab. Surakarta, namun apabila menolak maka diteruskan
dengan membuat surat penolakan.
d. Bagian support pembiayaan kemudian menyerahkan ASP
lembar 1 ke bagian marketing dan mengarsipkan ASP lembar 2.
54
3. Proses pembuatan Usulan Pembiayaan ( U / P )
a. Bagian marketing menerima ASP lembar 1, kemudian
meneruskan dengan membuat usulan pembiayaan. Data
kelengkapan untuk pembuatan usalan pembiayaan meliputi :
Riwayat singkat calon nasabah, Analisa support pembiayaan,
data keuangan, dan memorandum pembiayaan.
b. Bagian marketing selanjutnya memberikan jawaban terhadap
hasil pembuatan usulan pembiayaan. Jawaban yang diberikan
ada dua macam, yaitu :
v Membuat surat penolakan apabila menilai kurang layak
terhadap usaha yang akan di biayai.
v Meminta otorisasai pimpinan cabang apabila menilai usaha
nasabah layak untuk di biayai, kemudian menyiapkan
persyaratan untuk proses presentasi usulan pembiayaan di
depan komite pembiayaan
4. Proses di Komite Pembiayaan
a. Komite pembiayaan adalah badan yang mempunyai wewenang
tertinggi untuk memberi keputusan terhadap pembiayaan yang
diajukan oleh nasabah melalui Bank Muamalat Indonesia
. Keanggotaan Komite pembiayaan adalah ( I ) Manajer regional
V di Semarang, ( II ) Manajer operasional V, dan ( III ) Seorang
anggota komite pembiayaan.
55
b. Komite pembiayaan menerima usulan pembiayaan nasabah dari
bagian marketing, kemudian meminta bagian marketing untuk
mempresentasikannya, dilanjutkan dengan menganalisis usulan
pembiayaan yang di ajukan, diakhiri dengan memberikan 3
(tiga) bentuk opsi keputusan atas usulan pembiayaan yang
diajukan oleh bagian marketing. Adapun ketiga opsi tersebut
sebagai berikut :
1. Menerima usulan pembiayaan yang diajukan.
2. Menolak usulan pembiayaan yang diajukan dengan
membuat surat penolakan.
3. Menerima dengan catatan usulan pembiayaan yang
diajukan.
c. Apabila komite pembiayaan memberikan opsi ( 1 ) atau opsi ( 3
), maka notulen rapat komite pembiayaan diserahkan kepada
marketing untuk pembuatan Offering Letter ( OL ).
5. Proses pembuatan Offering Letter
a. Bagian marketing menerima notulen rapat komite pembiayaan,
kemudian menyiapkan pembuatan offering letter.
b. Bagian marketing selanjutnya menyerahkan offering letter
kepada nasabah untuk di pelajari dan dimintakan
persetujuannya.
c. Bagian marketing menerima kembali offering letter yang telah
ditandatangani nasabah, kemudian offering letter dibuat rangkap
56
tiga yang masing – masing untuk nasabah, bagian marketing
sendiri untuk diarsipkan, dan diserahkan kepada notaris untuk
pembuatan akte pembiayaan.
6. Proses Pembuatan Akte Pembiayaan
a. Notaris menerima offering letter dari bagian marketing,
kemudian mempelajari dan membuat akte pembiayaan
berdasarkan offering letter dari marketing.
b. Akte pembiayaan dibuat rangkap tiga, kemudian menyerahkan
kembali kepada bagian marketing untuk dilanjutkan proses
pengikatan.
7. Proses Pengikatan Akte Pembiayaan
a. Bagian marketing menerima akte pembiayaan dari notaris,
kemudian mengadakan proses pengikatan akte pembiayaan
bersama nasabah didepan notaris.
b. Akte pembiayaan dibuat rangkap tiga masing – masing untuk
nasabah, notaris, dan marketing.
c. Setelah proses pengikatan selesai, bagian marketing membuat
Instruksi dan Memo Dropping atas permintaan nasabah.
d. Instuksi dan Memo Dropping diserahkan kebagian support
pembiayaan untuk ditindaklanjuti.
57
8. Proses Dropping
a. Bagian support pembiayaan menerima instruksi dan memo
dropping dan dilanjutkan dengan melengkapi dokumen-
dokumen untuk keperluan dropping. Adapun dokumen yang
dibutuhkan untuk proses dropping adalah :
v Offering letter
v Surat Permohonan Realisasi Pembiayaan (SPRP)
v Surat Kuasa Debet Rekehing
v Tanda Terima Uang Nasabah
v Instruksi dan Memo Dropping
b. Setelah dokumen untuk proses droping terpenuhi, maka bagian
support pembiayaan meminta bagian operasional pembiayaan
untuk melakukan dropping dana kepada nasabah dengan cara
menkreditkan dana ke-rekening nasabah.
c. Setelah bagian operasional pembiayaan melakukan pencairan
dana nasabah maka, proses selanjutnya adalah monitoring
terhadap usaha nasabah yang dilakukan oleh bagian marketing.
58
Gambar II.3 : Alur Proses Pembiayaan Mudharabah
SOLISITASI
BANK CHECKING TRADE CHECKING ANALISA YURIDIS TAKSASI JAMINAN
PROSES USULAN PEMBIAYAAN
PROSES KOMITE PEMBIAYAAN
OFFERING LETTER
DROPPING
REPAYMENT & MONITORING
PENGIKATAN
SURAT PENOLAKAN TIDAK
TIDAK
TIDAK
59
Gambar II.4. Flowchart Sistem Pembiayaan Mudharabah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang Surakarta
SPP : Surat Permohonan Pembiayaan DPP : Data Permohonan Pembiayaan ASP : Analisis Support Pembiayaan
Mulai Solisitasi
Menerima SPP & DPP
DPP SPP
Memeriksa SPP dan DPP
Mengeluarkan MIM Dilampiri DPP
DPP MIM
1
Mengajukan permohonan pembiayaan
(SPP & DPP)
Marketing Nasabah Support Pembiayaan
1
Menerima MIM dan DPP
Melakukan Analisa Yuridis, Bank Checking, Trade Checking, Taksasi
Jaminan
Membuat ASP
ASP
Otorisasi ASP oleh Pim. Cab
2 ASP otorisasi
1
2
Tidak
Ya
60
U/P : Usulan Pembiayaan ASP : Analisis Support Pembiayaan
Tidak
2
Menerima ASP Dari Support
Membuat U/P
Otorisasi U/P oleh Pim. Cab
3
U/P otorisasi
Marketing
(UP) Usulan Pembiayaan
Ya
Menerima U/P dari Marketing
Proses presentasi U/P dari
Marketing
Notulen Rapat
Notulis membuat Notulen Rapat
4
Komite pembiayaan
3
Tidak
Ya
61
OL : Offering Letter
4
Menerima dan mempelajari
Notulen Rapat
Membuat O/L
Memintakan persetujuan O/L
dari nasabah
5
3 2
O/L 1
Nasabah
Marketing
5
Menerima O/L dari Marketing
Membuat Akte Pembiayaan rangkap 3
3 2
Akte 1 Pembiayaan
Menyerahkan Akte Pembiayaan kepada
Marketing
6
Notaris
62
OP : Operasional Pembiayaan
6
Menerima Akte Pembiayaan
Melakukan pengikatan Akte
Pembiayaan
7
Marketing
7
Menerima & mempelajari Instruksi & Memo Driopping
Melengkapi dokumen2 utk
proses dropping
Meminta O/P untuk melakukan proses
dropping
Selesai
3 2
Akte 1 Pembiayaan
Membuat Instruksi & Memo Dropping
Instruksi & Memo Dropping
Dokumen Dropping
Support Pembiayaan
Nontaris
Nasabah
63
BAB III
TEMUAN DAN KESIMPULAN
Keputusan untuk menerima atau menolak pengajuan pembiayaan yang
diajukan oleh nasabah kepada Bank Muamalat Indonesia cabang Surakarta,
memerlukan perhatian tersendiri bagi pihak bank muamalat. Apalagi pembiayaan
yang dilakukan termasuk dalam jenis pembiayaan mudharabah, dimana bank
selaku shahibul maal memberikan kontribusi modal 100% terhadap usaha
nasabah. Hal ini merupakan konsekuensi logis bagi bank syariah yang bertindak
selaku lembaga intermediasi, dimana pihak bank syariah harus mempertemukan
antara surplus unit dengan defisit unit.
Proses pembiayaan mudharabah pada Bank Muamalat Indonesia cabang
Surakarta merupakan suatu sistem yang komprehensif. Sistem komprehensif yang
dimaksud adalah sistem pembiayaan mudharabah pada Bank Muamalat Indonesia
cabang Surakarta telah terdiri dari fungsi-fungsi terkait sebagai pelaksana sistem
pembiayaan, dokumen-dokumen yang digunakan serta adanya otorisasi pimpinan
bank muamalat. Sebagai suatu sistem yang komprehensif, tahapan-tahapan yang
dilakukan oleh pihak bank muamalat yang dimulai dari tahapan solisitasi, tahapan
analisa support pembiayaan, tahapan pembuatan offering letter, tahapan dropping,
sampai dengan tahapan monitoring merupakan tahapan yang umum yang
dilakukan oleh lembaga perbankan dalam menangani pengajuan pembiayaan atau
kredit bagi bank konvensional. Namun, yang membedakan dengan bank
konvensional, tahapan-tahapan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia
64
cabang Surakarta sebagai institusi perbankan syariah telah mengedepankan
prinsip bermuamalah yang islami pada semua tahapan pembiayaan, khususnya
dengan tetap menerapkan sistem bagi hasil.
Pada umumnya, penerapan sistem pembiayaan mudharabah pada Bank
Muamalat Indonesia cabang Surakarta telah berjalan dengan baik dan sesuai
dengan prinsip syariah. Namun, dalam penulisan tugas akhir ini penulis
memberikan komentar tentang penerapan sistem tersebut yang meliputi kelebihan,
kelemahan dan saran yang penulis berikan sebagai bahan pertimbangan untuk
perbaikan sistem pembiayaan mudharabah pada Bank Muamalat Indonesia cabang
Surakarta.
A. Temuan
1. Kelebihan
a. Pihak bank muamalat selalu mengedepankan etika bermuamalah
yang islami dalam setiap aktivitas pembiayaa mudharabah.
b. Adanya sistem otorisasi oleh pimpinan bank muamalat dalam setiap
tahapan pengambilan keputusan pembiayaan.
c. Proses monitoring yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia
cabang Surakarta ditujukan untuk memantau perkembangan usaha
nasabah diharapkan nasabah serius dalam menjalankan usahanya dan
diharapkan adanya keuntungan yang diperoleh dari usaha nasabah
tersebut.
d. Proses monitoring yang dilakukan pihak Bank Muamalat Indonesia
cabang Surakarta merupakan bentuk tanggung jawab bank muamalat
65
terhadap nasabah penabung untuk memberikan tambahan
pendapatan atas dana yang dititipkan kepada bank muamalat.
e. Dilakukannya pengarsipan semua dokumen pembiayaan oleh bagian
support pembiayaan.
f. Proses pengikatan Akte pembiayaan di depan notaris sebagai
penguat kontrak pembiayaan antara pihak bank muamalat dengan
nasabah.
2. Kelemahan
a. Beberapa dokumen dalam proses pembiayaan mudharabah belum
dibuat rangkap oleh bagian yang mengeluarkan dokumen tersebut.
Hal ini terlihat dengan belum ada pengarsipan terhadap Memo Intern
Marketing (MIM) dan Memo dan Instruksi Dropping oleh bagian
Marketing.
B. Saran
Bertitiktolak dari kebaikan dan kelemahan sistem pembiayaan mudharabah
Bank Muamalat Indonesia cabang Surakarta di atas, maka penulis
memberikan saran-saran yang berhubungan dengan perbaikan sistem
pembiayaan mudharabah tersebut. Saran yang dikemukakan tersebut
diharapkan bermanfaat bagi pelaksanaan sistem pembiayaan mudharabah
pada Bank Muamalat Indonesia cabang Surakarta. Adapun saran yang
diberikan penulis adalah sebagai berikut :
a. Proses solisitasi harus lebih intensif untuk dilakukan. Proses solisitasi
dapat dilakukan secara aktif maupun secara pasif. Secara pasif, proses
66
solisitasi dapat dilakukan dengan penerbitan leaflet, brosur, maupun
melakukan promo iklan pada media cetak maupun elektronik. Proses
solisitasi aktif merupakan proses solisitasi ketika nasabah datang untuk
mengajukan pembiayaan khususnya mudharabah. Hasil yang
diharapkan, proses solisitasi aktif berjalan dengan cepat begitu juga
pembiayaan akan lebih cepat terealisasi.
b. Melakukan pengarsipan dokumen oleh setiap bagian yang mengeluarkan
dokumen pembiayaan, dengan tetap mempertahankan sistem
pengarsipan dokumen pembiayaan terpusat oleh bagian support
pembiayaan.
c. Dalam setiap aktivitas sehari-hari hendaknya tetap mempertahankan
etika bermuamalah yang islami.
d. Mengadakan pelatihan, training kepada karyawan yang dimaksudkan
untuk meningkatkan kemampuan karyawan.