bab i & bab ii

46
1 1 Poltekkes Kemenkes Palembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan pola hidup sebagai dampak dari globalisasi dan modernisasi yang terjadi diberbagai Negara saat ini telah memicu peningkatan frekuensi faktor resiko penyakit – penyakit membahayakan, baik menular maupun tidak menular. Sekarang masyarakat tidak hanya terganggu oleh penyakit – penyakit menular, namun juga penyakit tidak menular, karena frekuensi kejadiannya di masyarakat yang semakin meningkat. Prevalensi penderita DM selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2010 memperkirakan sedikitnya 171 juta orang diseluruh dunia menderita DM dan diprediksikan akan meningkat dua kali, 366 juta jiwa tahun 2030. Indonesia merupakan urutan kelima di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak setelah Bangladesh, Bhutan, Cina, India yaitu sekitar 8,6% dari jumlah penduduk di Indonesia (Bustan, 2007). Peningkatan prevalensi diabetes melitus menunjukan pentingnya upaya pencegahan. Diabetes melitus timbul karena faktor keturunan dan prilaku. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan itu berjalan lambat, sedangkan penderita diabetes melitus saat ini merupakan cerminan gaya hidup (Pudiastuti, 2013) Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan maret 2014 di Rumah Sakit Umum Pusat Dr..Muhammad Husein Palembang didapatkan data jumlah pasien diabetes melitus pada tahun 2011 sebanyak 1,23 % , terdiri dari laki – laki 0,59 %, dan perempuan 0,64 %. Pada tahun 2012 sebanyak 1,26 % terdiri dari laki – laki 0,59 % dan perempuan 0,67 %, dan pada tahun 2013 sebanyak 1,22 % terdiri dari laki – laki 0,49 % dan perempuan 0,73 %. Hasil wawancara terhadap 8 orang pasien, didapatkan hasil bahwa sebagian besar pasien mengeluh poliuri, polipagia, polidipsi, kelemahan, penglihatan kabur, dan berat badan menurun. (Medical Record, 2013)

Upload: nia-kurnia

Post on 01-Oct-2015

130 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dm

TRANSCRIPT

  • 1 1 Poltekkes Kemenkes Palembang

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Perubahan pola hidup sebagai dampak dari globalisasi dan modernisasi

    yang terjadi diberbagai Negara saat ini telah memicu peningkatan frekuensi

    faktor resiko penyakit penyakit membahayakan, baik menular maupun tidak

    menular. Sekarang masyarakat tidak hanya terganggu oleh penyakit penyakit

    menular, namun juga penyakit tidak menular, karena frekuensi kejadiannya di

    masyarakat yang semakin meningkat.

    Prevalensi penderita DM selalu mengalami peningkatan dari tahun ke

    tahun. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2010

    memperkirakan sedikitnya 171 juta orang diseluruh dunia menderita DM dan

    diprediksikan akan meningkat dua kali, 366 juta jiwa tahun 2030. Indonesia

    merupakan urutan kelima di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita

    diabetes melitus terbanyak setelah Bangladesh, Bhutan, Cina, India yaitu

    sekitar 8,6% dari jumlah penduduk di Indonesia (Bustan, 2007).

    Peningkatan prevalensi diabetes melitus menunjukan pentingnya upaya

    pencegahan. Diabetes melitus timbul karena faktor keturunan dan prilaku.

    Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan itu berjalan lambat, sedangkan

    penderita diabetes melitus saat ini merupakan cerminan gaya hidup

    (Pudiastuti, 2013)

    Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan maret

    2014 di Rumah Sakit Umum Pusat Dr..Muhammad Husein Palembang

    didapatkan data jumlah pasien diabetes melitus pada tahun 2011 sebanyak

    1,23 % , terdiri dari laki laki 0,59 %, dan perempuan 0,64 %. Pada tahun

    2012 sebanyak 1,26 % terdiri dari laki laki 0,59 % dan perempuan 0,67 %,

    dan pada tahun 2013 sebanyak 1,22 % terdiri dari laki laki 0,49 % dan

    perempuan 0,73 %. Hasil wawancara terhadap 8 orang pasien, didapatkan

    hasil bahwa sebagian besar pasien mengeluh poliuri, polipagia, polidipsi,

    kelemahan, penglihatan kabur, dan berat badan menurun. (Medical Record,

    2013)

  • 2 Poltekkes Kemenkes Palembang

    Penanganan pasien diabetes melitus perlu mendapat perhatian, baik dari

    segi aspek farmakokinetik maupun farmakodinamik serta dari aspek

    pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperaawatan yang benar penting

    diberikan pada pasien diabetes melitus, sebab pasien diabetes melitus berisiko

    sangat tinggi mengalami komplikasi, terutama pada tungkai kaki, ginjal, dan

    mata. Apabila tidak emndapat penanganan yang serius akan menimbulkan

    koma diabetik yang akhirnya berujung pada kematian. Akibat kondisi

    sakitnya, mayoritas pasien diabetes melitus mengalami kelemahan, resiko

    injuri, resiko infeksi dan ketidakmampuan dalam pemenuhan perawatan diri

    sehingga membutuhkan bantuan dan dukungan dari keluarga maupun perawat

    yang memberikan asuhan keperawatan

    Dalam memberikan asuhan keperawatan yang bertujuan untuk

    memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual pasien diabetes melitus,

    peran perawat sangat penting diantaranya sebagai pelaksana, pendidik,

    pengelola, peneliti, advokat. Sebagai pelaksana, perawat berperan dalam

    memberikan asuhan keperawatan secara professional dan komprehensif yang

    meliputi : mempertahankan pola nafas yang efektif, mempertahankan

    keseimbangan cairan dan elektrolit, meningkatkan asupan nutrisi yang

    adekuat, meningkatkan aktifitas yang dapat ditoleransi, mencegah komplikasi,

    dan mencegah injuri. Sebagai pendidik perawat memberikan pendidikan

    kesehatan, khususnya tentang perbatasan diet, latihan atau olahraga, cairan,

    dan lain sebagainya. Perawat sebagai pengelola, yaitu perawat harus membuat

    perencanaan asuhan keperawatan dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan

    lainnya sehingga program pengelolaan perawatan dapat berjalan dengan baik.

    Peran perawat sebagai peneliti adalah menerapkan hasil penelitian dibidang

    keperawatan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Peran perawat

    sebagai advokat adalah membela hak klien selama perawatan, seperti hak

    klien untuk mengetahui rasional penatalaksanaan medis, pemeriksaan

    penunjang, dan sebagainya (Hidayat, 2008)

  • 3 Poltekkes Kemenkes Palembang

    Untuk meminimalisir dan mengatasi masalah masalah yang timbul,

    maka peran perawat sangat diperlukaan terutama dalam memberikan asuhan

    keperawatan, mulai dari melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa

    keperawatan, membuat rencana keperawatan , memberikan tindakan

    keperawatan,dan melakukan evaluasi keperawatan. Apabila asuhan

    keperawatan tidak dilakukan pada pasien , maka akan terjadi dehidrasi, cidera

    pada pasien, dan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka, penulis tertarik untuk

    menberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus yang

    dirawat di IRNA Non Bedah Ruang Interne A (RA) Rumah Sakit Umum

    Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2014

    1.2 Ruang Lingkup Penulisan

    Penulisan ini termasuk dalam area cabang ilmu keperawatan medikal

    bedah pada system endokrin. Penulisan ini dilaksanakan untuk mengetahui

    asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes melitus di ruang Ruang

    Interne A (RA) RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang. Penulisan ini akan

    dilaksanakan pada bulan mei 2014. Pengumpulan data diperoleh dengan cara

    pengkajian yakni dengan wawancara, observasi/pengukuran, pemeriksaan

    fisik (head to toe), dan penelusuran data sekunder yang dilakukan pada pasien

    langsung maupun terhadap keluarga pasien, selanjutnya dengan cara

    melakukan pemeriksaan fisik dan pengukuran terhadap pasien untuk

    mengetahui tanda-tanda kelainan pada pasien agar dapat memudahkan dalam

    pemberian asuhan keperawatan yang tepat

    1.3 Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai meliputi tujuan umum dan

    tujuan khusus:

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan

    Diabetes Melitus di IRNA Non Bedah Ruang Interne A (RA) RSUP

    Dr.Mohammad Hoesin Palembang

  • 4 Poltekkes Kemenkes Palembang

    1.3.2. Tujuan Khusus

    1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada pasien Diabetes Melitus

    1.3.2.2 Merumuskan Diagnosa Keperawatan pada pasien Diabetes

    Melitus

    1.3.2.3 Membuat tujuan dan perencanaan tindakan keperawatan

    pada pasien Diabetes Melitus

    1.3.2.4 Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

    yang telah disusun dalam bentuk pelaksanaan tindakan

    pada pasien Diabetes Melitus

    1.3.2.5 Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah

    dberikan pada pasien Diabetes Melitus

    1.3.2.6 Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah

    diberkan

    1.4 Manfaat Penulisan

    1.4.1 Manfaat Teoritis

    Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan refrerensi daan

    masukan dalam proses belajar mengajar khususnya mata ajar

    Keperawatan Medical Bedah serta unruk perkembangan ilmu

    pengetahuan di institusi pendidikan

    1.4.2 Manfaat Aplikatif

    Diharapkan dapat menjadi acuan bagi pihak Rumah Sakit Umum

    Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang dalam meningkatkan mutu

    pelayanan kesehatan yang komperhensif terutama dalam pemberian

    asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus

    1.4.3 Manfaat Metodelogi

    Diharapkan dapat dijadikan bahan tambahan refrerensi

    perpustakaan dalam perkembangan ilmu Keperawatan Medical Bedah

    terutama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien diabeteds

    melitus sehingga dapat meningkatkan pendidikan dan pengetahuan

    dalam pembelajaran di institusi pendidikan

  • 5 Poltekkes Kemenkes Palembang

    1.5 Metode Penyusunan Laporan

    Dalam penulisan Laporan Studi Kasus ini penulis menggunakan

    metode deskripsi yaitu dengan pendekatan proses keperawatan secara

    sistematis, fakta/karakteristik pasien pada kasus diabetes melitus secara

    aktual dan cermat guna mengumpulkan data, analisa data, dan menarik

    kesimpulan pemecahan masalah yang ada untuk memperoleh bahan atau

    materi yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.

    1.5.1 Teknik Pengumpulan Data

    Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan karya tulis

    ini adalah:

    1. Wawancara atau anamnesa: melakukan pengamatan langsung

    terhadap klien seperti identitas klien, keluhan klien, riwayat

    kesehatan, riwayat psikososial, riwayat spiritual

    2. Observasi Dan Pengukuran: Pemeriksaan Fisik klien dengan

    cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi

    3. Pemeriksaan fisik (head to toe) : Pemeriksaan Fisik klien dari

    kepala sampai kaki.

    4. Penelusuran Data Sekunder (Rekam Medik): dokumentasi

    data didapatkan dari catatan tentang status kesehatan dan

    hasil pemeriksaan laboratorium

  • 6 Poltekkes Kemenkes Palembang

    1.5.2 Sistematika Penulisan

    Karya tulis ilmiah dalam bentuk laporan studi kasus ini terdiri dari

    5 bab yaitu

    BAB 1 : PENDAHULUAN

    Bab ini berisikan penjelasan latar belakang penulisan, ruang

    lingkup penulisan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode

    penulisan

    BAB II : TINJAUAN TEORITIS

    Pada bab ini membahas teori teori yang terkait dalam penulisan

    tugas akhir, meliputi konsep dasar penyakit dan asuham

    keperawatan secara

    BAB III : TINJAUAN KASUS

    Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai detail langkah langkah

    yang harus dilalui untuk mencapai tujuan dan kesimpulan akhir,

    dari penelitian yang meliputi meliputi pengkajian, analisa data,

    diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

    pada klien dengan Diabetes Melitus

    BAB IV : PEMBAHASAN

    Dalam bab ini akan membahas mengenai profil tempat

    pengambilan kasus dan kesenjangan antara teori dan penerapan

    asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes melitus

    berdasarkan tahapan proses keperawatan meliputi pengkajian,

    perumusan diaagnosa keperawatan, implementasi, dan evaluasi

    BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

    Bab ini berisikan tentang kesimpulan pokok dari seluruh

    rangkaian penulisan laporan tugas akhir yang telah dilakukan dan

    saran yang dapat dijasikan sebagai pengembangan penelitian

    selanjutnya.kesimpulan merupakan intisari atas bab pembahasan,

    sedangkan saran disusun untuk menanggapi kesimpulan dan

    merupakan alternative pemecahan masalah.

  • 7 Poltekkes Kemenkes Palembang

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    2.1 Konsep Dasar Diabetes Melitus

    2.1.1 Pengertian

    Secara harfiah, diabetes mellitus berasal dari kata diabetes yaitu

    mengalir, dan melitus berarti madu. Diabetes mellitus adalah suatu

    kondisi gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula

    dalam darah (hiperglikemia) secara menahun. (Ardhilla &

    Oktaviani,2013)

    Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai

    berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang

    menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan

    pembuluh darah. (Randi & Margareth,2012)

    Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit di mana terjadi

    kelainan dalam metabolisme glukosa (salah satu jenis gula

    monosakarida di dalam tubuh) di dalam tubuh. (kurniali,2013)

    Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes

    Melitus adalah suatu sindrom gangguan metabolisme dengan

    hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat dari suatu defisiensi

    sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau

    keduanya

    2.1.2 Klasifikasi

    Klasifikasi Diabetes Melitus menurut WHO tahun 2010 dalam

    Kemenkes 2010 dapat di bagi menjadi 2 bagian, yaitu Diabetes Tipe 1

    dan Diabetes Tipe II, yang masing masing diuraikan berikut ini :

    2.1.2.1 Diabetes Tipe 1

    Menurut Pudiastuti, (2013), Diabetes Tipe 1 (diabetes yang

    tergantung pada insulin)

    a. Menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak

    menghasilkan insulin

  • 8 Poltekkes Kemenkes Palembang

    b. 90 % sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan

    permanen, apabila kekurangan insulin dalam jumlah yang

    berat penderita harus mendapatkan suntikan secara teratur.

    c. Umumnya terjadi pada anak anak remaja, dan umumnya

    sebelum umur 30 tahun

    Karena sebagian besar terjadi pada usia dibawah 30 tahun, oleh

    sebab itu, penyakit diabetes tipe 1 sering dijuluki diabetes anak

    anak karena penderitanya lebih banyak terjadi pada anak

    anak dan remaja.(Fauzi, 2014)

    2.1.2.2 Diabetes tipe II

    Menurut Pudiastuti, (2013), Diabetes tipe II (diabetes yang tidak

    tergantung pada insulin)

    a. Terjadi kekurangan insulin reaktif, paankreas tetap

    menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari

    normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap

    efeknya

    b. Dapat terjadi pada anak anak dan dewasa, tetapi biasanya

    terjadi setelah usia 30 tahun

    c. Cenderung diturunkan secara genetik dalam keluarga

    2.1.3 Etiologi

    Menurut Fauzi, (2014), Penyebab dari diabetes tipe 1 adalah genetik,

    autoimuntas, dan virus atau zat kimia, sedangkan penyebab diabetes tipe

    II, adalah faktor Keturunan, pola makan dan gaya hidup, kadar kolesterol

    tinggi, dan obesitas, yang masing masing diuraikan berikut ini :

    2.1.3.1 Diabetes Tipe 1

    Diabetes Tipe 1 disebabkan pankreas tidak dapat

    menghasilkan insulin, hal tersebut disebabkan oleh kelainan sitem

    imun tubuh yang menghancurkan sel penghasil insulin ada tiga

    penyebab pankreas tidak dapat menghasilkan insulin pada

    penderita diabetes tipe 1 adalah

  • 9 Poltekkes Kemenkes Palembang

    1. Genetik atau keturunan

    Jika salah satu atau kedua orang tua dari seorang anak

    menderita diabetes, maka anak tersebut akan berisiko terkena

    diabetes

    2. Autoimunitas

    Autoimunitas adalah tubuh mengalami alergi terhadap salah

    satu jaringan atau jenis selnya sendiri. Dalam kasus ini, alergi

    yang ada dalam pankreas, oleh sebab itu, tubuh kehilangan

    kemampuan untuk membentuk insulin karena sistem

    kekebalan tubuh menghancurkan sel sel yang memproduksi

    insulin.

    3. Virus atau zat kimia

    Virus atau zat kimia adalah yang menyebabkan kerusakan

    pada pulau sel atau kelompok sel dalam pankreas tempat

    insulin dibuat. Semakin banyak pulau sel yang rusak, semakin

    besar kemungkinan seseorang menderita diabetes

    2.1.3.2 Diabetes Tipe II

    Menurut kurniali, (2013), Diabetes tipe II merupakan

    kombinasi dari resistensi insulin dan kelainan produksi insulin,

    pada beta sel pankreas. Seiring berjalannya waktu, disfungsi

    beta sel akaan semakin parah dan berakibat kekurangan insulin

    absolut.

    Adapun penyebab dari diabetes tipe II, menurut Fauzi, (2014),

    yaitu sebagai berikut :

    1. Faktor Keturunan

    Apabila orang tua atau saudara sekandung yang

    mengalami penyakit ini, maka resiko diabetes tipe II

    semakin tinggi

    2. Pola Makan Dan Gaya Hidup

    Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi

    pemicu utama pankreas tidak dapat memproduksi insulin

    secara maksimal. Mengkonsumsi makanan cepat saji atau

  • 10

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    fast food yang menyajikan makanan berlemak dan tidak

    sehat merupakan penyebab utama. Kurang olahraga dan

    istirahat yang tidak mencukupi juga berpengaruh terhadap

    munculnya penyakit ini.

    3. Kadar Kolesterol Tinggi

    Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap

    insulin yang diproduksi oleh pankreas. Pada akhirnya

    tubuh tidak dapat meyerap insulin yang dihasilkan

    pankreas untuk mengubahnya menjadi energi

    4. Obesitas

    Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh

    timbunan lemak yang tidak positif nagi tubuh, seperti

    kolesterol, lemak juga akan meyerap insulin yang

    diproduksi pamkreas secara habis habisan sehingga

    tubuh tidak mendapatkan insulin untuk diproduksi sebagai

    energi.

    2.1.4 Patofisiologi

    Insulin adalah suatu hormon yang dikeluarkan pankreas, tepatnya di

    sel beta. Hormon ini berfungsi untuk mentransportasikan glukosa (gula)

    dari darah kedalam tubuh (Kurniali, 2013)

    Gangguan pada pankreas, akan mengganggu kerja sel beta dalam

    pankreas, dimana insulin berfungssi untuk menstransportasikan glukosa

    kedalam tubuh, hal tersebut menyebabkan defisiensi insulin yang

    menyebabkan penurunan pemakaian glukosa oleh sel sehingga

    menyebabkan hiperglikemia, menyebabkan glikagon meningkat,

    pemecahan lemak yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau

    asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh apabila terlalu banyak, maka akan

    menimbulkan mual dan muntah serta pemecaha protein (Randi &

    Margareth,2012)

  • 11

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    Pada pemecahan proten akan menimbulkan glukoneogeneis,

    glukoneogeneis, adalah sintesis atau pembentukan glukosa dari precursor,

    seperti laktat, asam amino, gliserol, galaktosa, dan fruktosa,

    glukoneogeneis ini terjadi karena glukosa dalam sel menurun, maka protein

    dan lemak membentuk glukosa baru yang mengakibatkan bertambahnya

    penumpukan glukosa dalam darah, dan menimbulkan osmolalitas dalam

    darah meningkat (Maryunani, 2013)

    Osmolalitas dalam darah meningkat maka akan menyebabkan poli

    dipsi dimana badan mengalami kekurangan cairan dan otomatis akan

    dikirim ke otak sebagai pusat pengendalian sehingga akan timbul perasaan

    haus dan tenggorokan terasa kering. (Maryunani, 2013)

    Jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dalam filtrate glomerulus

    meningkat diatas 225 mg/menit, glukosa dalam jumlah banyak mulai

    dibuang kedalam urine, jika jumlah filtrasi glomerulus yang berbentuk tiap

    menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa darah

    meningkat 180 mg/dl. Banyaknya glukosa didalam urine (glukosuria)

    menyebabkan diuresis karena efek osmotik glukosa didalam tubulus

    mencegah reansorpsi cairan oleh tubulus, keadaan ini dinamakan dieresis

    osmotik. Sebagai akibat dari kekurangan cairan yang berlebihan, pasien

    akan mengalami poliuria yaitu peningkatan dalam berkemih (Ernawati,

    2013)

    Polipagia terjadi karena sel kekurangan glukosa disebabkan tubuh

    tidak sanggup memetabolisme karbohidrat yang dimakan, maka penderita

    akan makan banyak sekali meskipun kadar glukosa dalam darah

    sebenarnya cukup tinggi, sehingga akan menghabiskan cadangan glukosa

    dalam sel sel tubuh, tetapi sel tubuh tidak dapat memanfaatkan glukosa

    yang ada dalam peredaran darah itu karena jumlah hormon insulin yang

    tidak mencukupi (yang fungsinya memasukan glukosa ke dalam sel)

    sehingga menyebabkan tubuh mengalami penurunan berat badan

    (Maryunani, 2013)

  • 12

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    thrombosis yang dapat menutup jalan aliraan darah, sehingga

    menyebabkan aterosklerosis. aterosklerosis pada makrovaskular, yaitu

    organ seperti jantung akan terjadi CAD (coronary artery deseases) ,

    serebral akan terjadi stroke dan pada tungkai akan terjadi thrombus atau

    ganggren. Sedangkan aterosklerosis pada mikroorganisme yaitu terjadi

    pada ginjal, retina, dan saraf simpatik pada retina terjadi retinopati

    metabolik, sedangkan pada ginjal dapat menyebabkan nefropathy diabetic

    dan pada saraf simpatik terbagi menjadi 3 bagian yaitu motorik :

    menurunnya refleks, sensori : kesemutan dan tidak bisa merasakan rasa

    panas dan dingin, serta pada otonom dapat menyebabkan diare dan

    penurunan ambang nyeri (Maryunani, 2013)

  • 13

    Poltekkes Kemenkes Palembang

  • 14

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    2.1.6 Manifestasi klinis

    Menurut Ardhilla & Oktaviani, (2013), Gejala- gejala yang muncul pada

    diabetes melitus, dibagi menjadi tiga gejala, ada gejala awal, gejala

    lanjutan, dan gejala kronis, yang masing masing diuraikan berikut ini :

    1. Gejala awal

    a. Poliuria, banyak buang air kecil

    b. Polidipsia : haus yang berlebihan

    c. Polipagia : banyak makan

    2. Gejala lanjutan

    a. Poidipsia, haus yang berlebihan

    b. Poliuria, banyak buang air kecil

    c. Berat badan menurun, akibat menurunnya simpanan kalori dan

    defisiensi insulin mengganggu metabolisme protein dan lemak

    yang menyebabkan penurunan berat badan

    d. Mudah lelah

    3. Gejala kronis

    a. Polidipsia, haus yang berlebihan

    b. Poliuria, banyak buang air kecil

    c. Sering kesemutan

    d. Kulit terasa panas dan tebal

    e. Kram dan mudah capai

    f. Mudah mengantuk

    g. Mata menjadi kabur

    h. Gatal sekitar kemaluan, terutama wanita

    i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas

    j. Kemampuan seksual menurun ( impoten )

    k. Bagi ibu hamil, sering mengalami keguguran atau kematian janin

    dalam kandungan, atau melahirkan dengan bayi berat lahit > 4 kg.

  • 15

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    2.1.7 Komplikasi

    Menurut Maryunani, (2013), Komplikasi Diabetes Melitus terbagi menjadi

    dua macam, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun, yang masing

    masing diuraikan berikut ini :

    1. Komplikasi Akut

    Komplikasi metabolik diabetes merupakan akibat perubahan yang

    relatif akut dan terbagi dalam beberapa macam bentuk komplikasi,

    yaitu sebagai berikut :

    a. Hipoglikemia

    Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula dalam

    darah dibawah 60 mg/dl, dapat disebabkan karena terlalu

    banyak mengkonsumsi obat tablet atau ijeksi insulin terlalu

    banyak, olahraga terlalu berat dan makan terlalu sedikit. Yang

    ditandai dengan badan lemas, gemetar, pucat, keringaat dingin,

    gelisah, detak jamtung cepat, dan sampai pada penurunan

    kesadaran atau pingsan (Ernawati,2013)

    b. Hiperglikemia

    Hiperglikemia adalah peningkatan kadar gula darah dalam

    darah melebihi 200 mg/dl dapat disebabkan karena gula tidak

    dapat ditransportasikan ke sel sel akibat defisiensi insulin.

    Yang ditanai dengan poliuru (sering kencing), polidipsi

    (kehausan), sampai pada keadan mual-muntah, nafas cepat, dan

    hipotensi (Maryunani, 2013)

    c. Ketoasidosis

    Diabetic ketoasidosis (DKA), adalah keadaan terjadinya

    defisiensi insulin absolute atau relative dan peningkatan

    hormon kontra regulator seperti glucagon, katekolamin,

    kortisol, dan hormone pertumbuhan. Dapat disebabkan karena

    kadar gula darah terlalu tinggi, yaitu >240 mg/dl, dan

    kurangnya hormon insulin sehingga tubuh menggunakan lemak

    sebagai energi yang dimana lemak tersebut menghasilkan

    benda keton di darah dan urine. Yang ditandai dengan, nyeri

  • 16

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas bau aseton, bila

    tidak ditangani dapat mengakibatkan penurunan kesadaran

    bahkan kematian (Ernawati, 2013)

    2. Komplikasi kronik

    Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, tetapi gula darah dapat dikontrol.

    Jika kadar gula darah tetap tinggi akan timbul komplikasi yang

    mengenai :

    a.Makrovaskular, menurut Maryunani, (2013), penyakit yang

    terjadi pada pembuluh besar dan sedang, yaitu terjadi pada:

    1. Pembuluh darah otak (stroke)

    2. Pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner)

    3. Tungkai kaki (trombuse/ganggren)

    Klasifikasi Trombuse / Gangren, menurut Rendi &

    Margareth, (2012). antara lain:

    1) Grade 0 : tidak ada luka

    2) Grade 1: kerusakan hanya sampai pada permukaan

    kulit

    3) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang

    4) Grade III : terjadI abses

    5) Grade I : ganggren pada kaki bagian distal

    6) Grade V: Ganggren pada seluruh kaki dan tungkai

    bawah distal

    b.Mikrovaskuler, (Maryunani, 2013) penyakit yang terjadi pada

    pembuluh darah kecil, merupakan lesi spesifik diabetes yang

    menyerang :

    1. Kapiler dan arteri retina (retinopati diabetic) menurut

    Maryunani, (2013)

    a. Sering ganti kacamata, cepat katarak, dan terserang

    glaucoma(tekanan bola mata meningkat, dan bisa terjadi

    kebutaan)

  • 17

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    b. Manifestasi dini retinopathi berupa adanya

    mikroaneurisme (pelebaran sakulor yang kecil) dan

    arterial retina

    c. Akibatnya terjadi perdarahan, neovaskularisasi dan

    jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan

    kebutaan

    d. Yang ditakuti, kebutaan akibat retinopathi, umumnya

    terjadi setelah 10 15 tahun mengidap diabetes melitus

    2. Glomerulus ginjal (nefropathi diabetic). menurut

    Maryunani, (2013)

    a. Penderita akan mengalami manifestasi dini berupa

    proteinuria, (protein dalam urine meningkat dan

    hipertensi

    b. Kalau fungsi nefron terus berlanjut terganggu, akan

    terjadi insulisiensi ginjal dan uremia (ureum dalam

    urine meningkat)

    c. Jika ginjal terganggu akibat retinipathi semakin berat

    maka akan memerlukan cuci darah

    3. Syaraf syaraf perifer (neuropathi diabetic)

    Menurut Maryunani, (2013), bisa mengenai syaraf

    simpatik, yang dapat menyebabkan :

    a. Gangguan motorik disertai dengan menurunnya reflek

    reflek tendon dalam, kelemahan otot dan atrofi

    b. Gangguan sensorik bisa terjadi :

    a) Hiposensorik timbul rasa kesemutan

    b) Hipersensorik penderita tidak bisa merasakan

    panas dingin

    c. Gangguan otonom, dapat disertai dengan gangguan

    pencernaan (konstipasi/diare), ngompol, penurunan

    ambang nyeri, keterlambatan pengosongan lambung,

    hipotensi, dan impotensi pada laki - laki

  • 18

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    Pada bagian lain, menurut Ardhilla & Oktaviani, (2013), ada 16

    Tanda Tanda Komplikasi Diabetes Melitus yang dapat terjadi, yaitu

    sebagai berikut:

    1. Rambut: menipis, mudah rontok

    2. Telinga: berdesing, pendengaran menurun

    3. Mata: makin kabur, mata terasa kering

    4. Lidah: terasa tebal, terganggunya kepekaan rasa

    5. Ludah: mengental, mulut terasa kering

    6. Gigi: mudah goyah

    7. Paru paru: bila batuk lama

    8. Janttung: mudah terkena penyakit jantung koroner

    9. Lever: mudah terkena penyakit hati

    10. Perut: mudah kembung

    11. Ginjal: mudah terkena gangguan fungsi ginjal seperti chronic kidney

    desease (GGK)

    12. Kandung kemih: sering ngompol

    13. Seksual: menurun

    14. kesemutan, rasa tebal,kram,

    15. Pembuluh darah: mengecil dan mudah timbul borok

    16. Kulit: mudah bisulan

    2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik

    Menurut Fauzi, (2014), Pemeriksaan kadar gula darah dapat dilakukan

    setelah puasa dan setelah makan 2 jam, dimana kadar gula yang normal

    setelah puasa adalah

  • 19

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    c) Kadar gula darah orang yang menderita diabetes melitus

    adalah > 126 mg/dl

    b. Pemeriksaan kadar gula dalam darah setelah makan 2 jam yang

    lalu:

    a) Kadar gula darah normal adalah < 140 mg/dl

    b) Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 140 200 mg/dl

    c) Kadar gula darah bagi penderita diabetes adalah > 200 mg/dl

    Tabel 2.1

    kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengn metode enzim

    sebagai panyokong penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)

    Bukan DM Belum pasti DM DM

    Kadar glukosa darah sewaktu

    Plasma vena 200

    Darah kapiler 200

    Kadar glukosa darah puasa

    Plasma vena 126

    Darah kapiler 110

    (Mansjoer, dkk,. 2000)

    2. Tes darah dilakukan saat dan setelah puasa. Sebelum melakukan

    tes, penderita harus berpuasa selama 12 jam. Kadar glukosa yang

    normal selama berpuasa adalah dibawah 100 mg/dl. Setelah itu,

    pengambilan darah akan dilakukan kembali 2 jam setelah makan,

    bila hasilnya diatas 140 mg/dl dapat berarti Anda menderita

    diabetes.

    3. Tes Urin

    Urin diperiksa kadar albumin, gula dan mikroalbuminurea.

    Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah seseorang menderita

    diabetes atau tidak.

  • 20

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    4. Tes Glukometer

    Tes glukometer ini dapat dilakukan sendiri dirumah bila memiliki

    alatnya. Caranya adalah dengan menusukkan jarum pada jari

    untuk mengambil sampel darah. Kemudian sampel darah

    diletakkan ke dalam celah yang tersedia pada mesin glukometer.

    2.1.9 Faktor Resiko Diabetes Meelitus

    Ada enam yang beresiko menderita penyakit Diabetes Melitus, menurut

    Pudiastuti, (2013), yaitu sebagai berikut ini :

    1. Obesitas (gemuk) atau berat badan lebih

    2. Prediabetes (glukosa darah puasa atau sesudah makan melebihi

    normal atau toleransi glukosa terganggu)

    3. Melahirkan bayi lebih dari 4 kg

    4. Mempunyai saudara, orang tua aatau keluargaa dengan diabetes

    5. Usia diatas 45 tahun

    6. Mempunyai tekanan darah tinggi atau kolesterol tinggi

    2.1.10 Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan diabetes melitus menurut Rendi & Margareth, (2012),

    terdiri dari terapi non farmakologis dan terapi farmakologis. Terapi non

    farmakologis meliputi melakukan diet, olahraga atau latihan, sedangkan

    terapi farmaakologis, meliputi pemberian obat anti diabetesoral dan

    insulin. Terapi farmakologis diberikan jika penerapan terapi non

    farmakologis tetap tidak dapat mengendalikan kadar gula darah seperti

    yang diharapkan. Pemberian teraapi farmakologis tetap harus diterapkan

    bersama terapi non farmakologis

  • 21

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    1. Penatalaksanaan terapi non farmakologis, masing masing diuraikan

    berikut ini :

    a.Diet

    Adapun syarat diet Diabetes Melitus menurut Rendi & Margareth,

    (2012),, hendaknya dapat:

    a) Memperbaiki kesehatan umum penderita

    b) Mengarahkan pada berat badan normal

    c) Menormalkan pertumbuhan Diabetes Melitus anak dan

    Diabetes Melitus dewasa muda

    d) Mempertahankan kadar gula darah normal

    e) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic

    f) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

    g) Menarik dan mudah diberikan

    Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika

    merekomendasikan 50-60% kalori yang berasal dari:

    a. Karbohidrat: 60-70%

    b. Protein : 12-20%

    c. Lemak : 20-30%

    Menurut Hartanto (2006) Diet DM (Diabetes Mellitus) yaitu :

    a. Diet DM tipe 1

    Tabel 2.2

    Diet Diabetes Mellitus Tipe 1

    No Jenis diet Penjelasan

    1. Makan 5-6 kali

    sehari pada waktu

    yang kurang lebih

    sama dengan

    interval sekitar 3

    jam.

    Terdiri atas 3 kali makanan pokok

    serta 3 kali cemilan. Saat makan

    harus disesuaikan dengan saat

    penyuntikan insulin hingga kadar

    puncak insulin di dalam plasma

    sama dengan kadar gula darah

    tertinggi sesudah makan.

    2. Minum minuman

    yang bebas gula

    Minuman ini Bebas kalori, lemak

    ataupun karbohidrat. Sehingga

  • 22

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    dan kaya serat tidak akan mempengaruhi berat

    badan atau kadar gula darah,

    minuman tersebut seperti jus

    sayuran, dan teh hijau

    3. Pilih cemilan

    yang rendah

    lemak dan rendah

    indeks

    glisemiknya (lihat

    tabel 2.2) tetapi

    dengan indeks

    kekenyangan

    yang yang cukup

    tinggi.

    Seperti sayuran rebus sayuran rebus

    serta buah segar yang berserat dan

    tidak begitu manis, pisang rebus,

    roti bekatul, kacang hijau (jangan

    ditambahkan gula pasir dan santan;

    sebagai penggantii, gula diet, susu

    diabetes) serta kacang-kacangan

    lainnya, crackers, dan makanan

    cemilan tanpa kalori seperti agar-

    agar, kolang-kaling, rumput laut

    dll. Yang bisa diminum dengan

    sirup khusus (Tropicana Slim).

    4. Biasakan makan

    sereal tinggi serat

    Seperti havermut sebagai asupan

    (>6 gram) setiap pagi; hindari

    makanan sereal yang banyak

    mengandung gula.

    5. Biasakan

    memakan buah-

    buahan yang

    segar, khususnya

    buah yang bisa

    dimakan bersama

    kulitnya

    Seperti apel, peach, belimbing,

    jambu, tomat. Buah-buahan manis

    yang biasa terdapat dalam es teller

    seperti nangka, lengkeng, durian

    serta sawo dan jenis pisang yang

    manis seperti pisang raja, pisang

    emas, serta pisang susu, sedapat

    mungkin dihindari atau paling tidak

    dibatasi konsumsinya.

    6. Minum susu

    rendah lemak

    (

  • 23

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    Beberapa produk susu khusus untuk

    diabetes, seperti Diabetasol,

    Glucerna, Nutren Diabetes dan

    Prolansia Fiber yang mengandung

    serat larut, kini sudah tersedua di

    pasaran, namun harganya yang

    mahal menjadi pertimbangan

    Glucerna dan Nutren Diabetes

    memiliki indeks glikemik 31 (lihat

    tabel 2.2) sehingga dapat diolah

    untuk dijadikan makanan camilan

    misalnya bersama kacang hijau.

    7. olahraga sebagai

    bagian dari

    kegiatan sehari-

    hari

    Kalau mungkin berjalan atau

    bersepeda ketika ke sekolah. Olah

    raga tidak boleh dilakukan bila

    kadar gula darah tidak terkontrol

    (>250 mg%) atau bila terdapat

    keton bodies dalam urine (karena

    bahaya ketoasidosis)

    Sumber : Hartono, (2006)

    Tabel 2.3

    Indeks Glikemik (IG)

    IG (%)*Kelompok hidrat arangIG 60% Beras instan 91 Beras putih pulen (rendah pati resisten) 88 Kentang panggang 85

  • 24

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    Kentang instan 83 Roti terigu 70 Tapioka kukus 70 Tapioka jagung 68 Kentang putih kukus 65 Kelompok gula / bahan manisIG 60% Maltosa 105 Madu 73 Gula pasir (sukrosa) 65 Kelompok sayuranIG 60% Labu manis 75 Wortel manis 71Kelompok buahIG 60% Semangka 72 Nanas 66 Papaya 58 Mangga 55 Pisang 53 Kiwi 52Kelompok minumanIG 60% Minuman ringan 69

    Sumber : Foster Powel, K and Miller, JB, Am. J. Clin. Nutr, 62,

    1995. Dalam Hartono (2006)

    Catatan :

    1. IG dihitung dalam persentase terhadap glukosa 100%

    2. Kelompok protein hewani dan lemak/minyak mengandung IG yang

    rendah atau nol (karena hanya sedikit atau tidak mengandung

  • 25

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    hidratarang) tetapi kelompok ini mengandung kalori yang cukup tinggi

    dari kandungan lemaknya.

    3. Para penyandang diabetes harus membatasi konsumsi makanan yang

    memiliki IG >60% dan jumlah kalori yang tinggi menurut perhitungan

    jumlah kalori yang disarankan oleh dokter dan atau ahli gizi lemaknya/

    minyak, khususnya yang jenuh, dan garam juga digunakan dalam

    jumlah terbatas.

    4. Meskipun susu fullcream mempunyai indeks glisemik yang rendah,

    minuman ini tetap harus dihindari karena kaya akan lemak jenuh.

    b. Diet DM Tipe II

    Tabel 2.4

    Diet Diabetes Mellitus Tipe II

    NO Jenis Diet Penjelasan

    1. Makan 3 kali

    makanan utama dan

    2-3 kali camilan

    perhari

    Intervalnya waktu sekitar 3 jam

    2. Makan cemilan

    yang rendah kalori

    dengan indeks

    glikemik yang

    rendah dan indeks

    kekenyangan yang

    tinggi,

    Seperti kolang-kaling cincau

    agar-agar, rumput laut, pisang

    rebus, kacang hijau sert kacang-

    kacangan lainnya, sayuran

    rendah kalori dan buah-buahan

    yang tidak manis (apel,

    belimbing, jambu) sert alpukat.

    Makan buah berserat , seperti

    apel dengan kulitnya setiap hari

    merupakan kebiasaan mengemil

    yang baik.

    3. Hindari kebiasaan

    minum sari buah

    Seperti blender tomat, ketimun,

    dan labu siam yang sudah

  • 26

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    secara berlebihan,

    khususnya pada

    pagi hari dan

    gantikan dengan

    minuman berserat

    dari kelompok

    sayuran yang

    rendah kalori

    direbus.

    4. Sertakan rebusan

    buncis atau sayuran

    lain yang dapat

    membantu

    mengandalikan

    glukosa darah

    dalam menu

    sayuran anda

    sedikitnya dua kali

    sehari.

    Buncis, bawang dan beberapa

    sayuran lunak lain (pare, terong,

    gambas, labu siam) dianggap

    dapat

    membantu mengendalikan kadar

    glukosa darah karena kandungan

    seratnya

    5. Biasakan sarapan

    dengan tinggi serat

    seperti havermout kacang hijau,

    jagung rebus, atau roti bekatul

    (whole wheat breat) setiap hari.

    6. Makanan pokok

    bisa bervariasi

    Antara nasi (sebaiknya nasi

    beras merah/ beras tumbuk),

    kentang, roti (sebaiknya roti

    bekatul/whole wheat breat) dan

    jagung. Jangan menggabungkan

    dua atau lebih makanan pokok

    seperti nasi dengan lauk mi

    goring dan perkedel kentang

    (karena ketiganya memiliki

    indeks glisemik yang tinggi)

    7. Hindari Pada minuman (kopi, the) dan

  • 27

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    penambahan gula

    pasir

    makanan sereal.

    8. Makanan camilan

    dan minuman bebas

    gula yang tersedia

    di pasaran

    Seperti cookies diet, sirup diet

    (Tropicana Slim), Coke Diet,

    dapat digunakan jika diinginkan

    tetapi jangan mengonsumsinya

    secara berlebihan. Penyandang

    diabetes yang gemar memasak

    dapat membuat kue-kue basah

    seperti wafel yang terdiri atas

    tepung gandum utuh, havermout,

    putih telur, susu skim dan sedikit

    buah-buahan dengan aroma yang

    mengundang selera (misalnya

    pisang, stroberi, nanas)

    9. Biasakan

    membuang

    lemak/gaji dari

    daging sebelum

    memakannya

    Kurangi konsumsi daging merah

    yang dapat diganti dengan

    daging putih seperti daging

    ayam atau ikan. Hindari kulit,

    kepala serta bulu ayam dan

    daging ikan yang berlemak

    karena kandungan kolestrol yang

    tinggi dalam ahan makanan

    mengandung lemak

    dibandingkan daging ikan yang

    putih

    10. Gunakan minyak

    goreng dalam

    jumlah terbatas

    (kurang lebih

    setengah sendok

    makan untuk sekali

    Biasakan memasak dengan cara

    menumis, merebus, memepes,

    memanggang serta menanak dan

    hindari kebiasaan menggoreng

    makanan dengan banyak minyak

  • 28

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    makan)

    11. Biasanya makan

    vegetarian

    Pada waktu santap malam

    12. Dalam menu yang

    menggunakan telur,

    santan, minyak, dan

    kecap

    Dalam menggunakan telur setiap

    merah telur dapat diganti dengan

    dua buah putih telur, santan

    dapat diganti dengan dua buah

    putih telur, santan dapat diganti

    dengan susu krim, dan minyak

    diganti dengan saus apel. Untuk

    menu yang memerlukan kecap,

    gunakan kecap diet dalam

    jumlah terbatas (Kecap

    Tropicana Slim)

    13. Biasakan berjalan Sedikitnya 3 kali seminggu

    selama >30 menit.

    Sumber : Hartono, (2006)

    Ada cara untuk menentukan apakah berat badan kita sudah cukup

    ideal, kegemukan atau terlalu kurus, kita dapat menggunakan perhitungan

    Indeks Massa Tubuh ( Body Mass Index / BMI ), dengan format sebagai

    berikut:

    Berat Badan ( Kg )

    BMI =

    Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

  • 29

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    Table 2.5

    Klasifikasi IMT

    BMIDerajat kegemukan

    < 18,5Kurus ( underweight)

    18,5 24,9Normal

    25 29,9Gemuk ( overweight)

    30 34,9Obesitas Derajat 1

    35 39,9Obesitas Derajat 2

    > 40Obesitas Derajat 3 (

    ekstrem )

    Sumber: Kurniali, (2013)

    b. Latihan atau olahraga

    Ada lima kegunaan latihan bagi penderita Diabetes Melitus menurut

    Rendi & Margareth, (2012), jika dilakukan teratur setiap hari,

    seperti meningkatkan kepekaan insulin, tidak menimbulkan

    obesitas, meningkatkan sirkulasi oksigen, menurunkan kadar

    glukosa dalam otot, yang diuraikan sebagai berikut:

    a) Meningkatkan kepekaan insulin ( glukosa uptake ), apabila

    dikerjakan setiap 1 jam sesuadah makan, berarti pula

    mengurangi insulin resisten pada penderita dengan

    kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan

    meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya

    b) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan

    sore

    c) Memperbaiki aliran perifer dan menanmbah suplai oksigen

  • 30

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    d) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka

    latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru

    e) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah

    karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

    Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan latihan

    atau olahraga, menurut Fauzi, (2014), yaitu sebagai berikut :

    a) Kadar gula darah penderita saat melakukan olahraga harus

    berada pada kisaran 100 sampai 300 mg/dl

    b) Apabila lebih dari 300 mg/dl dikhawatirkan terjadi ketosis

    atau kelebihan keton dalam jaringan

    c) Penderita dengan kadar gula yang terlalu rendah juga

    dilarang melakukan latihan

    d) Jika kadar gula belum normal lalu melakukan olahraga bisa

    berakibat terjadi hipoglikemia

    e) Penderita diabetes melitus, sebaiknya juga berbekal sedikit

    makanan atau minuman yang manis manis, boleh roti

    manis, permen, the manis, kalau kepala sudah mulai

    melayang, langsung saja makan atau minium bekal itu

    secukupnya. Juga bila keringat dingin sudah mulai keluar.

    Kepala melayang dan keringat dingin itu menunjukan gula

    darahnya sudah turun berlebih

    f) Pada cuaca sangat panas, penyerapan insulin banyak sekali.

    Berarti gula darah lebih terserap lagi.

    2. Penatalaksanaan terapi farmakologis, menurut Ernawati, (2013),

    masing masing diuraikan berikut ini :

    a. Obat hipoglikemik oral (OHO)

    Berdasarkaan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan

    menurut Ernawati, (2013) yang masing masing diuraikan

    sebagai berikut :

    a) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogoe)

  • 31

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    Sekretagok insulin mempunyai efek hipoglikemik

    dengan menstimulasi sel beta pankreas untuk

    meningkatkan sekresi insulin. Golongan ini meliputi :

    Sulfonylurea dan Glinid

    b) Penambahan sensitifitas terhadap insulin (insulin

    sensitizing)

    Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi

    insulin dengan meningkatkan jumlah protein

    pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan

    glukosa di perifer. Pasien yang menderita gagal jantung

    klas 1-1V tidak disarankan mengkonsumsi

    tiazolidindion, karena dapat memperberat edema/

    retensi cairan dan perlu dilakukan pemantauan faal hati

    secara berkala

    c) Penghambat glukoneogenesis

    Metformin dapat menekan produksi glukosa hati dan

    menambah sensitifitas terhaadap insulin. Efek samping

    metformin adalah diare, dyspepsia, dan asidosis laktat

    d) Penghambat glukosidase alfa

    Nama generic obat ini adalah acarbose, obat ini bekerja

    dengan menghambat absorpsi glukosa diusus halus,

    sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa

    darah sesudah makan. Acarbose tidak menimbulkan

    efek samping hipoglikemia tetapi dapat menimbulkan

    kembung dan flatulen

    b. Insulin

    Insulin adalah suatu hormon yang dikeluarkan pankreas,

    tepatnya di sel beta. Hormon ini berfungsi untuk

    mentransportasikan glukosa (gula) dari darah kedalam tubuh

    (Kurniali, 2013)

  • 32

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    Tabel 2.6

    Dosis Pemberian Insulin

    Kadar gula darah Dosis insulin

  • 33

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    Menurut Rendi & Margareth, (2012), Kecepatan absorpsi di tempat

    suntikan tergantung pada lokasi suntikan, pengaruh latihan pada

    absorpsi, masase (pemijatan), suhu, dalamnya suntikan, dan

    konsentrasi insulin, yang masing masing diuraikan berikut ini :

    a) Lokasi suntikan

    Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu dinding

    perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan

    janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat

    suntikan setiap 14 hari, agar tidak member perubahan

    kecepatan absorpsi setiap hari

    b) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin

    Latihan akan mempercepat absorbs apabila dilaksanakan

    dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu

    pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 39

    menit setelah suntikan

    c) Pemijatan ( masage )

    Pemijatan juga akan mempercepat absorbs insulin

    d) Suhu

    Suhu kulit tempat suntikan termasuk mandi uap) akan

    mempercepat absorpsi insulin

    e) Dalamnya suntikan

    Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja, insulin

    dicapai. Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat

    efeknya dari pada subcutan

    f) Konsentrasi insulin

    Apabila konsentrasi insulin yang diberikan berkisar

    80=120 mg% saat puasa, 80-160 mg%setelah makan, untuk

    penderita diatas usia diatas 60 tahun, yaitu < 150 mg% saat

    puasa dan < 200 mg% setelah makan.

  • 34

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    Adapun Penataklaksanaan Diabetes Melitus menurut Fauzi, (2014),

    yaitu ada 7 cara seperti : olahraga, menjaga berat badan, hindari

    karbohidrat, makanan nabati, lemak yang sehat, berhenti merokok,

    mengatur tekanan darah dan kolesterol, yang masing masing diuraikan

    berikut ini :

    1. Olahraga

    Dengan melakukan aktifitas fisik secara teratur dapat meningkatkan

    sikulasi dan meningkatkan insulin untuk menyerap glukosa. Hanya

    dengan berjalan cepat setengah jam setiap hari mengurangi resiko

    terkena diabetes melitus tipe II sebesar 30%

    2. Menjaga Berat Badan

    Kelebihan berat badan adalah peneybab utama diabetes melitus tipe

    II. Hal ini meningkatkan resiko hingga tujuh kali. Obesitas membuat

    orang 20 sampai 40 kali lebih mungkin untuk terserang diabetes

    melitus dibandingkan orang yang memiliki berat badan yang sehat.

    Dengan mengurangi 7 sampai 10% berat badan akan dapat

    mengurangi resiko diabetes 2 kali lipat.

    3. Hindari Karbohidrat

    Minuman ringan bergula, minuman buah dan jus buah, roti putih,

    nasi putih, pasta putih dan karbohidrat olahan lainnya dapat

    menyebabkan gula darah meningkat cepat atau setidaknya kurangi

    makanan tersebut hingga 50%

    4. Makanan Nabati

    Diet tinggi serat makanan, seperti sayuran berwarna, kacang-

    kacangan, buah-buahan segar dan biji-bijian 100% akan menurunkan

    resiko diabetes dan membantu menjaga nafsu makan dan kalori

    dibawah kontrol.

    5. Lemak Yang Sehat

    Lemak yang dikonsumsi akan mempengaruhi resiko diabetes, maka

    dari itu , kita harus dapat membedakan lemak yang baik dan lemak

    yang buruk. Lemak omega 3 ditemukan dalam ikan, seperti salmon

    dan tuna, kacang kacangan mentah, biji bijian mentah dan

  • 35

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    minyak zaitun untuk membantu menurunkan resiko diabetes dan

    penyakit jantung

    6. Berhenti Merokok

    Merokok adalah salah satu penyebab timbulnya diabetes melitus.

    Penelitian mengatakan perokok mempunyai kemungkinan 50%

    menderita diabetes melitus dibanding yang tidak merokok.

    7. Mengatur Tekanan Darah Dan Kolesterol

    Diabetes, kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi dapat merusak

    pembuluh darah. Ketikan tiga penyakit ini bergabung bersama - sama

    maka akan meningkatkan resiko serangan jantung, stroke dan kondisi

    mematikan lainnya. Berolahragalah teratur, makan makanan sehat

    dan mengola berat badan, dapat menurunkan tekanan darah dan

    kolesterol secara alami.

  • 36

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus

    2.2.1 Pengkajian

    Pengkajian merupakan pengumpulan data yang sistemis untuk

    menentukan status kesehatan pasien dan untuk mengidentifikasi

    semua masalah kesehatan yang aktual atau potensial. Pengumpulan

    data pengkajian dilakukan dengan cara mengumpulkan riwayat

    kesehatan dan pengkajian kesehatan dan dengan pemantauan secara

    bersinambungan agar tetap waspada terhadap kebutuhan pasien dan

    keefektifan dari rencana keperawatan yang diterima pasien (Smeltzer

    dan Bare, 2001).

    Menurut Wijaya dan Putri, (2013), pengkajian pada klien dengan

    diabetes mellitus meliputi:

    1. Identitas klien

    Meliputi nama, jenis kelamin, umur,alamat, agama, bahasa yang

    dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,

    golongan darah, no.registrer, tanggal MRS, dan diagnose medic

    (Wahid,2013)

    2. Keluhan utama

    Keluhan utama pasien adalah penurunan kesadaran/pingsan,

    penglihatan menjadi kabur (Rendi & Margareth,2012)

    3. Riwayat penyakit sekarang

    Adanya gatal pada kulit disertai luka yang tidak sembuh-sembuh,

    Kesemutan, Menurunnya BB, Meningkatnya napsu makan, Sering

    haus, Banyak kencing, Menurunnya ketajaman penglihatan

    4. Riwayat penyakit dahulu

    Pasien mengalami hipertensi, pankreaas, infark miokard, dan ISK

    5. Riwayat kesehatan keluarga

    Pasien memiliki riwayat keluarga dengan penyakit diabetes

    melitus

    6. Pemeriksaan fisik

    Dilakukan secara head to toe, meliputi :

    a. Status kesehatan umum

  • 37

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,

    tinggi badan, berat badan dan tanda tanda vital.

    b. Kepala dan leher

    Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah

    pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging,

    adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah

    menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak

    dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,

    lensa mata keruh.

    c. Sistem integumen

    Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna

    kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di

    daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit

    sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

    d. Sistem pernafasan

    Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.

    Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.

    e. Sistem kardiovaskuler

    Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau

    berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,

    kardiomegalis.

    f. Sistem gastrointestinal

    Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,

    konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan

    lingkar abdomen, obesitas.

    g. Sistem urinary

    Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa

    panas atau sakit saat berkemih.

    h. Sistem muskuloskeletal

    Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn

    tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di

    ekstrimitas.

  • 38

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    i. Sistem neurologis

    Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,

    letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental dan

    disorientasi.

    7. Pemeriksaan penunjang

    a. Kadar glukosa

    a) Gula darah sewaktu >200 mg/dl

    b) Gula darah puasa >149 mg/dl

    c) Gula darah 2 jam PP (post prandial) >200 mg/dl

    b. Aseton plasma

    Hasil (+) mencolok

    c. Asam lemak bebas

    Peningkatan lipid dan kolesterol

    d. Osmolaritas serum

    Lebih dari 330 osm/l

    e. Urinalisis

    Proteinuria, ketonuria, glukosuria

    Adapun data dasar pengkajian yang perlu dikaji menurut

    Doenges, Moorhouse, Geissler,2000, diuraikan sebagai berikut :

    a. Aktifitas/istirahat

    Gejala: Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus

    otot menurun, gangguan tidur dan istirahat

    Tabel 2.7

    Tingkat Kekuatan Otot

    Skala Kekuatan (%) Ciri-ciri

    0 0 Otot sama sekali tidak mampu

    bergerak, berkontraksipun tidak,

    bila dilepaskan dengan lengan

    dan yungkai akan jatuh, 100%

  • 39

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    pasif.

    1 10 Tampak kontraksi atau ada

    sedikit gerakan da nada tahanan

    sewaktu jatuh.

    2 25 Mampu menahan gravitasi saja,

    tapi dengan sentuhan akan jatuh

    3 50 Dapat menahan tegak, tetapi

    tidak mampu melawan

    tekanan/dorongan dari

    pemeriksa

    4 75 Gerakan normal penuh,

    menentang gravitasi dengan

    sedikit penahanan (kekuatan

    kurang)

    5 100 Kekuatan otot penuh.

    Sumber: Tambunan dan Kasim, (2011)

    Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau

    dengan aktifitas, latergi atau disorientasi, koma

    b. Sirkulasi

    Gejala :Adanya riwayat hipertensi, infark miokard akut,

    klaudikasi, kebas, kesemutan padaa ekstermitas, ulkus

    pada kaki, penyembuhan yang lama.

    Tanda :Takikardia, perubahan tekanan darah postural, hipertensi,

    nadi yang menurun atau tak ada, disritmia, krekels, kulit

    panas, kering, kemeraahan bola mata cekung.

    c. Integritas ego

    Gejala : Stres, tergantung pada orang lain, masalah financial yang

    berhubungan dengan kondisi.

    Tanda : Ansietas, peka rangsangan.

  • 40

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    d. Eliminasi

    Gejala :Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa

    nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK

    baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.

    Tanda : Urine encer, pucat, bening, poliuri (dapat berkembang

    menjadi oliguri/anuria jika terjadi hipovolemia berat,

    urine berkabut, bau busuk infeksi), abdomen keras,

    adanya ansietas, bising usu lemah dan menurun,

    hiperaktif (diare)

    e. Makanan/cairan

    Gejala : Hilang nafsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diet,

    peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan

    berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu,

    haus, penggunaan diuretic (tiazid)

    Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi

    abdomen, muntaah, pembesaran tiroid (peningkatan

    kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah

    (bau halitosis/manis, bau buah (nafas aseton).

    f. Neurosensori

    Gejala: Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan,kebas, kelemahan

    padaa otot, parestesia, gangguan penglihatan.

    Tanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, stupor/koma (tahap

    lamjut), gangguan memori, reflek tendon menurun,

    kejang.

    g. Nyeri/keamanan

    Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)

    Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati

    hati.

  • 41

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    h. Pernapasan

    Gejala :Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum

    purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)

    Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen

    (infeksi), frekuensi pernapasan.

    i. Keamanan

    Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit

    Tanda :Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi,

    menurunnya kekuatan umum/rentang gerak,

    parestesia/paralisis otot termasuk otot pernapasan (jika

    kadar kalium menurun dengan cukup tajam).

    j. Seksualitas :

    Gejala : rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten, pada

    pria, kesulitan orgasme pada wanita.

    k. Penyuluhan/pembelajaran

    Gejala :faktor resiko keluarga, DM, penyakit jantung, stroke,

    hipertensi, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat

    seperti steroid, diuretik/tiazid, dilantin dan fenobarbital

    (dapat meningkatkan kadar glukosa darah)

    Pertimbangan : mnunjukan rata rata lama di rawat 5 sampai 9

    hari

    Rencana pemulangan : mungkin memerlukan bantuan dalam

    penagaturan diet, pengobatan, perawatan diri,

    pemantauan terhadap glukosa darah.

  • 42

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    2.2.2 Diagnosa keperawatan

    Pernyataan yang menggambarkan respons manusia (keadaan sehat atau

    perubahan pola interaksi actual / potensial) dari individu atau kelompok

    tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat

    memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau

    untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan (Rohmah

    & Walid, 2012).

    Menurut Wikinson dan Ahem (2012), diagnosa keperawatan yang timbul

    pada klien dengan Diabetes Mellitus adalah

    1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    berhubungan dengan berhubungan dengan mual dan muntah

    2. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan

    Perubahan persepsi, transmisi, dan/atau integrasi sensori

    3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

    volume cairan aktif

    4. Keletihan berhubungan dengan stress

    5. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis

    6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Gangguan

    sirkulasi

    7. Ketidakberdayaan berhubungan dengan Penyakit kronis atau

    terminal

    8. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan Keterbatasan

    kognitif

    2.2.3 Rencana keperawatan

    Pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan

    mengatasi masalah-masalah yang telah dalam diagnosis keperawatan.

    Dalam perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu

    menetapkan cara menetapkan masalah dengan efektif dan efisien

    (Rohmah & Walid, 2012).

  • 43

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    2.2.4 Implementasi

    Merupakam langkah keempat dalam proses keperawatan dengan

    melaksanakan berbagai strategi keperawatan. Tindakan yang telah

    direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini

    perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya bahaya fisik,

    teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman

    tentang hak hak klien serta memahami tingkat perkembangan klien

    (Hidayat, 2009)

    Dapat disimpulkan bahwa tindakan keperawatan adalah berbagai tindakan

    yang direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka menolong

    klien guna mencapai suatu tujuan

    2.2.5 Evaluasi

    Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan perubahan

    keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang

    dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah & Walid, 2012)

    Macam evaluasi menurut Rohmah & Walid, (2012) :

    1. Evaluasi proses (formatif)

    1) Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan

    2) Berorientasi pada etiologi

    3) Dilakukan secara terus menerus

    2. Evaluasi hasil (sumatif)

    1) Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara

    paripurna

    2) Berorientasi pada masalah keperawatan

    3) Menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan

    4) Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan

    kerangka waktu yang ditetapkan

    Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan

    keperawatan.

    1. Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan

    standar yang telah ditentukan.

  • 44

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    2. Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian

    tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria

    yang telah ditetapkan.

    3. Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukkan sedikit

    perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul

    masalah baru.

    Komponen SOAP/SOAPIER

    Menurut Rohmah & Walid, 2012, SOAPIER adalah :

    1. S: data subjektif

    Perawat menuliskan keluahan pasien yang masih dirasakan setelah

    dilakukan tindakan keperawatan

    2. O: Data Objektif

    Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi

    perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah

    dilakukan tindakan keperawatan

    3. A: Analisis

    Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan

    suatu masalah atau diagnosis yang masih terjadi.

    4. P: Planning

    Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,

    dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan

    yang telah ditentukan sebelumnya

    5. I: Implementasi

    Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai

    dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P

    (perencanaan). Jangan lupa menuliskan tanggal dan jam pelaksanaan

    6. E: Evaluasi

    Evaluasi adalah respons klien setelah dilakukan tindakan keperawatan

  • 45

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    7. R: Reassesment

    Reassesment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap

    perencanaan setelah ketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana

    tindakan perlu dilanjutkan, didimodifikasi, atau dihentikan?

    Tabel 2.9

    Contoh evaluasi dengan menggunakan SOAPIER

    Masalah

    keperawatan

    / kolaboratif

    Tanggal /

    pukul

    Catatan perkembangan Paraf

    Nyeri akut 8-8-2007/

    07.30 WIB

    08.00

    08.15

    S: masih mengeluh nyeri

    kepala, malah semakin hebat,

    skala 8

    O: terus meningkat 160/100

    mmhg, nadi 100 x/mnt, kuat

    memegangi kepala sambil

    meringis menahan sakit

    A: nyeri akut masih berlanjut

    P:

    1. rancana tindakan 1

    dihentikan

    2. rencana tindakan 2,3

    dan 4 dilanjutkan

    3. lakukan modifikasi

    relaksasi dan massage

    didaerah tengkuk dan

    oksipital

    I:

    1. membatasi pengunjung

    dengan memberitahu

    keluarga tentang

    pentingnya ketenangan

  • 46

    Poltekkes Kemenkes Palembang

    09.00

    09.10

    untuk pasien dan

    member tulisan

    didepaan pintu

    2. melakukan massage dan

    meminta pasien untuk

    melakukan teknik

    relaksasi

    3. mengukur tekanan darah

    dan nadi

    4. mengukur skala nyeri

    E:

    1. keluarga mampu

    menyebutkan tujuan

    pembatasan kunjungan

    2. klien dapat menetapkan

    teknik relaksasi dengan

    irama pernapasan

    lambat

    3. tekanan darah 150/100

    mmhg, nadi 88 x/menit,

    skala nyeri 6

    R : rencana tindakan harus

    dihentikan

    Sumber: Rohmah & Walid, (2012)