bab i ac joint

23

Click here to load reader

Upload: marisol-anderson

Post on 08-Nov-2015

113 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

Acromioclavicular Joint Injury

TRANSCRIPT

Acromioclavicular Joint Injury

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Acromioclavicular Joint Injury adalah cedera yang terjadi pada sendi antara ujung distal clavicula dengan acromion. Acromioclavicular joint injury dapat terjadi karena adanya ruptur ligamen acromioclavicular dan ligamen coracoclavicular. Acromioclavicular joint injury biasanya didahului oleh cedera bahu akut. Sekitar 9% dari cedera bahu melibatkan kerusakan pada acromioclavicular joint. Tipe 1 dan tipe 2 merupakan tipe cedera yang 2 kali lebih sering terjadi daripada jenis acromioclavicular joint injury lainnya. Pada umumnya cedera ini terjadi pada dewasa muda di dekade kedua hingga keempat kehidupan. Acromioclavicular joint injury terjadi 5 kali lebih besar pada laki-laki dibanding perempuan. Acromioclavucular joint injury kebanyakan terjadi pada usia 1540 tahun karena aktivitas olah raga dan kecelakaan lalu lintas. Cedera sendi acromioklavikular cenderung terjadi dalam olahraga kontak seperti rugby dan sepak bola serta jatuh dari sepeda atau sepeda motor. Dan seringnya, pasien jatuh dengan keadaan bahu bagian atas (acromion) langsung menghantam tanah dengan posisi lengan tertekuk ke dalam. Mekanisme jatuh seperti ini mendorong Acromion ke arah inferior dan medial secara paksa. Mekanisme jatuh seperti ini merupakan mekanisme yang umum terjadi pada Acromioclavicular joint injury.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Acromioclavicular Joint Injury adalah cedera yang terjadi pada sendi antara ujung distal clavicula dengan acromion. Acromioclavicular joint injury dapat terjadi karena adanya ruptur ligamen acromioclavicular dan ligamen coracoclavicular. Cedera sendi acromioclavicular (AC) yang umum dan sering terjadi setelah kecelakaan sepeda, olahraga kontak, dan kecelakaan mobil. Sendi acromioclavicular terletak di bagian atas bahu di mana proses akromion dan klavikula bertemu untuk membentuk sendi. Beberapa ligamen yang mengelilingi klavikula, dan tergantung pada tingkat keparahan cedera, maka cedera ini mungkin merobek salah satu atau semua dari ligamen. Ligamen yang robek menyebabkan keseleo sendi acromioclavicular dan juga dapat menyebabkan ruptur ligamen. Klavikula distal dan proses akromion juga dapat retak. Cedera pada sendi acromioclavicular dapat melukai tulang rawan di dalam sendi dan kemudian dapat menyebabkan radang sendi dari sendi acromioclavicular.

2.2 Epidemiologi

Insiden yang Acromioclavicular joint injury sebenarnya belum diketahui, dikarenakan tidak banyak pasien yang mencari pengobatan. Sekitar 12% dari seluruh dislokasi yang melibatkan bahu dapat mempengaruhi sendi akromioklavikular. Sekitar 9% dari cedera bahu melibatkan kerusakan pada acromioclavicular joint. Tipe 1 dan tipe 2 merupakan tipe cedera yang 2 kali lebih sering terjadi daripada jenis acromioclavicular joint injury lainnya. Pada umumnya cedera ini terjadi pada dewasa muda di dekade kedua hingga keempat kehidupan. Acromioclavicular joint injury terjadi 5 kali lebih besar pada laki-laki dibanding perempuan. Acromioclavucular joint injury kebanyakan terjadi pada usia 1540 tahun karena aktivitas olah raga dan kecelakaan lalu lintas. Cedera sendi acromioklavikular cenderung terjadi dalam olahraga kontak seperti rugby dan sepak bola serta jatuh dari sepeda atau sepeda motor.

2.3 Anatomi

Sendi acromioclavicular ialah persendian antara extremitas acromialis clavicula dan acromion, sendi ini terbentuk dari ujung lateral clavicula dan permukaan sendinya berbentuk convec yang berasal dari ujung lateral clavicularis (facies articularis acromialis) yang dataran sendinya hampir berbentuk datar dengan sedikit konkaf yang bertemu dengan acromion. Bila kedua permukaan pembentuk sendi ini dilihat secara sepintas nampak hampir datar, oleh karena sendi ini termasuk sendi datar (gliding joint). Pada posisi anatomi arah sendinya agak miring dari posteromedial ke anterolateral. Dalam bidang horizontal terdapat pula kemiringan, sehingga clavikula terletak lebih atas dari acromion. Dalam keadaan normal permukaan sendi clavicula menghadap kearah lateral agak ke dorsal dan caudal.Lebar normal sendi acromioclavicula adalah 1-3 mm pada individu yang lebih muda, menyempit menjadi 0,5 mm atau kurang pada orang tua lebih dari 60 tahun. Sendi acromioclavicular terdiri dari 2 tulang (klavikula dan akromion), 4 ligamen, dan meniskus di dalam sendi. Sendi acromioclavicular dikelilingi oleh kapsul sendi tipis dan 4 ligamen kecil. Ligamen ini sebagian besar memberikan stabilitas untuk bagian anterior dan posterior, serta memberikan stabilitas horizontal sendi.

Persendian ini di hubungkan oleh jembatan fibrocartilagenous, ligamentum acromioclavicularis superior dan inferior berfungsi untuk memperkuat capsul sendi di sebelah cranial dan caudal. Disamping itu sendi ini di stabilkan oleh ligamentum coracoclavicularis yang terdiri atas pers conoideum dengan bentuk conus yang apeknya disebelah caudal melekat pada basis processus corocoideus conoideum claviculae. Untuk pers trapezoideum yang terbentang antara facies superior processus corocoideus dan linea trapezoidea pada dataran inferior clavicula.

2.4 Etiologi

Mekanisme yang sering terjadi pada cedera Acromioclavicular dan Coracoclavicular ligament adalah hantaman langsung pada bagian superior akromion, biasanya pasien terjatuh dengan keadaan lengan posisi adduksi. Dislokasi acromioclavicular terjadi karena adanya strain pada ligamen acromioclavicular yang disebabkan oleh trauma. Ketika seseorang jatuh dengan shoulder bagian anterior, maka akan ada gaya yang mendorong shoulder tersebut ke arah posterior sementara clavicula tetap berada di posisi anatominya, sehingga menyebabkan ligamen acromioclavicular tertarik dan terjadi ruptur. Pada cedera lain, tergantung pada tingkat keparahannya, kemungkinan akan merobek deltoid dan trapezius yang terhubung ke klavikula dan fraktur akromion, klavikula dan korakoid.

2.5 Patofisiologi

Ruptur pada ligamen acromioclavicular yang disebabkan oleh trauma yang dapat menyebabkan dislokasi acromioclavicular. Ketika seseorang jatuh dengan shoulder bagian anterior, maka akan ada gaya yang mendorong shoulder tersebut ke arah posterior sementara clavicula tetap berada di posisi anatominya, sehingga menyebabkan ligament acromioclavicular tertarik dan terjadi rupture. Mekanisme yang paling umum untuk dislokasi acromioclavicular adalah benturan langsung pada bagian acromion dengan lengan adduksi.

2.6 Klasifikasi

Tipe cedera pada acromioclavicular joint menurut Allman dan Rockwood antara lain: a. Tipe I Pada ligamen acromioclavicular terjadi stretch yang menyebabkan ligamen tersebut mengalami ketegangan dan dapat juga menyebabkan ruptur parsial. b. Tipe II Pada ligamen acromioclavicular terjadi ruptur total dan ligamen coracoclavicular terjadi rupture parsial. c. Tipe III Pada ligamen acromioclavicular dan coracoclavicular terjadi ruptur total, dan tulang clavicula terangkat ke atas. d. Tipe IV Pada ligamen acromioclavicular dan coracoclavicular terjadi ruptur total, dan tulang clavicula terdorong kea rah posterior. e. Tipe V Pada ligamen acromioclavicular dan coracoclavicular terjadi ruptur total, dan tulang clavicula mengalami ketidakstabilan. f. Tipe VI Pada ligamen acromioclavicular dan coracoclavicular terjadi ruptur total, dan tulang clavicula masuk diantara kepala humerus dan tendon otot biceps dan coracobrachialis.

2.7 Gambaran Klinis

Pasien sering mengeluhkan nyeri pada bahu. Riwayat dan mekanisme injuri sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Biasanya nyeri bersifat akut dengan riwayat pasien pernah terjatuh atau adanya trauma pada bahu. Nyeri terlokalisasi pada bagian anterosuperior bahu di sekitar acromioclavicular joint.Pemeriksaan fisik yang termasuk inspeksi pada kedua bahu, akan didapati deformitas yang jelas. Pada cedera tipe 1 atau 2, bengkak dan memar dapat terlihat dan pada tipe lain klavikula yang menonjol akan terlihat jelas. Kadang abrasi yang terjadi di bagian superior bahu dapat terlihat. Sendi acromioklavikular terasa lunak dan klavikula bagian distal akan tampak menonjol. Pada cedera sendi akromioklavikular tipe tinggi dapat dideteksi dengan piano key sign yang positif. Rentang gerak aktif dan pasif harus dievaluasi. Pada saat adduksi dan dilakukannya tes adduksi menyilang tubuh biasanya akan terasa sangat nyeri di sekitar Acromioclavicular joint. Injeksi anastesi lokal akan mengurangi rasa nyeri. Evaluasi neurovaskular penting walaupun cedera neurovaskular jarang terjadi pada Acromioclavicular joint injury.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Seperti pada semua cedera tulang, harus dilakukan minimal 2 posisi foto rontgen untuk mengevaluasi kasus cedera sendi acromioclavicular.Posisi AP dan lateral merupakan jumlah minimum yang diperlukan untuk mengevaluasi cedera sendi acromioclavicular. Posisi AP harus diambil dengan lengan di samping, dan kedua sendi acromioclavicular harus difoto untuk perbandingan. Jika posisi AP diperoleh, sendi acromioclavicular dapat dilihat berada di depan tulang skapula, dengan itu, para ahli telah merekomendasikan pandangan Zanca, di mana 10-15 kemiringan cephalic dari berkas radiografi memberikan gambar yang lebih jelas dari sendi acromioclavicular.

Anteroposterior (AP) radiograph of right shoulder showing step-off of the acromioclavicular (AC) joint.

Type III acromioclavicular joint separation

2.9 Prognosis

Angka morbiditas yang signifikan terjadi pada cedera sendi akromioklavikular tipe 1 dan 2 dikarenakan pasien sering mengabaikan cedera tersebut.Untuk cedera tipe 1, prognosis tanpa dilakukan tindakan operasi adalah sangat bagus. Pasien bisa kembali ke aktivitas olahraganya dalam waktu 1-2 minggu. Beberapa studi mengatakan gejala yang ringan terjadi pada sekitar 30% pekerja buruh, tetapi gejala yang signifikan sangan jarang terjadi.Angka kesakitan tertinggi terjadi pada cedera tipe 3, yang mana masih terdapat kontroversi pada tindakan penanganannya. Bagaimanapun juga, penanganan tindakan non-operatif masih memberikan hasil yang bagus.

2.10 Penatalaksanaan

Penangan cedera sendi akromioklavikular telah menjadi bahan perdebatan. Cedera tipe 1 dan 2 secara umum dapat ditangani dengan non-operatif dan cedera tipe 4-6 pada umumnya memerlukan tindakan pembedahan. Cedera sendi akromioklavikular dapat ditangani dengan tindakan konservatif. Pengobatan yang dilakukan dengan memberika NSAID dan dikombinasikan dengan kompres dingin. Bagaimanapun juga. Cedera ini membutuhkan penanganan lebih lanjut jika sendi akromioklavikular mengalami komplikasi arthritis. Cedera tipe 1 melibatkan gangguan sendi akromioklavikular yang minimal. Penangan melibatkan pemakaian arm sling untuk kenyamanan dan modifikasi aktivitas, kompres dingin, pemberian analgetik sampai gejala berkurang dan rentang gerak semakin leluasa.Atlet dapat kembali berolahraga dalam waktu 1-2 minggu. Untuk pasien yang gejalanya tidak mengalami perubahan pada rentang waktu 1-2 minggu, maka pemberian injeksi steroid intra-artikular bisa menjadi indikasi. Pasien dengan nyeri yang terus menerus untuk waktu yang lama bisa diindikasikan untuk pemotongan klavikula bagian distal.Pada pasien dengan cedera tipe 2, terjadi ruptur total pada ligamen acromioclavicular. Pada kebanyakan kasus, pasien dengan cedera tipe 2 mendapatkan penanganan yang sama dengan cedera tipe 1, yang dikombinasikan dengan program rehabilitasi yang dapat meningkatkan rentang gerak. Bagaimanapun juga, pasien dengan cedera tipe 2 memerlukan waktu yang lebih lama untuk rehabilitasi dibanding dengan cedera tipe 1, karena ligamen akromioklavikular mengalami kerusakan. Ketika penganganan konservatif tidak memberikan hasil yang signifikan dalam menangani gejala dari cedera tipe 1 dan 2, reseksi klavikula bagian distal dapat mengurangi rasa nyeri. Pasien dengan cedera tipe 3 mengalami ruptur total pada kedua ligamen akromioklavikular dan korakoklavikular. Cedera tipe ini mengakibatkan pergeseran klavikula ke arah superior dan ketidakstabilan yang hebat pada klavikula. banyak studi mengatakan bahwa terapi konservatif lebih baik daripada tindakan operatif. Cedera pada tipe 4, 5 dan 6 pada orang dewasa memerlukan tindakan pembedahan. Karena klavikula sudah bergeser sangat jauh dari prosesus akromion, dimana tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang adekuat. Pasien akan mengalami nyeri dan disfungsi jika sendi tidak digabung dan distabilkan.Secara teori, reduksi tertutup dapat mengurangi tingkat keparahan cedera dari tipe 4 menjadi cedera tipe 3. Yang mana bisa dilanjutkan dengan tindakan konservatif. Cedera sendi akromioklavikular tipe 5 dan 6 merupakan cedera yang paling berat dan secara umum memerlukan tindakan pemasangan ORIF. Pemberian injeksi pada sendi akromioklavikular dapat dipertimbangkan pada pasien yang sering datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada sendi akromioklavikular. Bagaimanapun juga, pemberian injeksi tidak dianjurkan pada keadaan yang akut, dimana cairan yang diinjeksikan dapat menyebabkan komplikasi pada saat dilakukan evaluasi MRI.

Hook Plate Fixation

Screw Fixation

K-Wire Fixation

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Acromioclavicular Joint Injury adalah cedera yang terjadi pada sendi antara ujung distal clavicula dengan acromion. Acromioclavicular joint injury dapat terjadi karena adanya ruptur ligamen acromioclavicular dan ligamen coracoclavicular. Cedera pada bahu ataupun disekitar bahu, termasuk cedera sendi akromioklavikular, sering terjadi pada dewasa muda yang aktif atau atlit. Acromioclavicular joint injury sering terjadi pada setelah kecelakaan sepeda, olahraga kontak atau kecelakaan mobil. Acromioclavicular joint berada pada bahu bagian atas dimana prosesus akromion dan klavikula bertemu membentuk sebuah sendi. Beberapa ligamen yang mengelilingi sendi ini, dan tergantung pada tingkan keparahannya, cedera bisa merobek satu atau semua ligamen. Ruptur ligamen mengacu pada regangan dan terpisahnya sendi akromioklavikular.Klavikula bagian distal dan prosesus akromion bisa terjadi fraktur. Cedera pada sendi akromioklavikular dapat mencederai kartilago pada sendi dan dapat menyebabkan arthritis pada sendi akromioklavikular.Penanganan pada lepasnya akromioklavikular telah menjadi bahan perdebatan. Pada umumnya, cedera tipe 1 dan 2 dapat ditanganu secara konservatif pada keadaan akut, dan cedera tipe 4, 5 dan 6 membutuhkan tindakan pembedahan. Bagaimanapun juga, untuk mencapai hasil yang optimal pada penangan cedera tipe 3 sangatlah sulit.

DAFTAR PUSTAKA

Rizzo TD. Acromioclavicular Injuries. In : Frontera WR, Silver JK, Ri/zo TD (eds). Essentials of Physical Medicine and Rehabilitation, second edition. Saunders publishing, Philadephia; 2008 : 41-8 Acromioclavicular and Sternoclavicular Joint Injuries. In : Peter B. Macdonald, MD, FRCSC, Pierre Lapointe, MD, FRCSC. Orthop Clin C Am 39 (2008) : 535-545 Emedicine.Medscape.com/Acromioclavicular Joint Injury http://www.shouldersurgery.com.au/ac-joint-dislocations.html Rockwood CA Jr, Green DP, Bucholz RW, Heckman JD. Fractures in Adults. 4th ed. Philadelphia, Pa: Lippincott-Raven; 1996. Shaffer BS. Painful conditions of the acromioclavicular joint. J Am Acad Orthop Surg. May-Jun 1999;7(3):176-88. Fukuda K, Craig EV, An KN, Cofield RH, Chao EY. Biomechanical study of the ligamentous system of the acromioclavicular joint. J Bone Joint Surg Am. Mar 1986;68(3):434-40. Goss TP. Double disruptions of the superior shoulder suspensory complex. J Orthop Trauma. 1993;7(2):99-106. Macdonald PB, Lapointe P. Acromioclavicular and sternoclavicular joint injuries. Orthop Clin North Am. Oct 2008;39(4):535-45, viii. Pifer M, Ashfaq K, Maerz T, Jackson A, Baker K, Anderson K. Intra- and interdisciplinary agreement in the rating of acromioclavicular joint dislocations. Phys Sportsmed. Nov 2013;41(4):25-32. Allman FL Jr. Fractures and ligamentous injuries of the clavicle and its articulation. J Bone Joint Surg Am. Jun 1967;49(4):774-84. Tossy JD, Mead NC, Sigmond HM. Acromioclavicular separations: useful and practical classification for treatment. Clin Orthop Relat Res. 1963;28:111-9. Injuries to the acromioclavicular joint. In: Rockwood CA, Green DP, eds. Fractures in Adults. Philadelphia, Pa: JB Lippincott; 1984:860-91. DAVID M. QUILLEN, M.D., MARK WUCHNER, M.D., and ROBERT L. HATCH, M.D., M.P.H., University of Florida School of Medicine, Gainesville, Florida Am Fam Physician.2004Nov15;70(10):1947-1954.

14Acromioclavicular Joint Injury

Acromioclavicular Joint Injury1