bab i

29
Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi PT. Adaro Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam industri batubara dan mineral dunia. Namun demikian, pertambangan selalu mempunyai dua sisi yang saling berlawanan, sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak lingkungan yang sangat potensial. Kegiatan eksploitasi batubara di Indonesia umumnya menggunakan sistem terbuka. Kegiatan ini membuka lahan dengan menggunakan alat berat yang mana bertujuan untuk mengupas tanah pucuk serta menghilangkan vegetasi yang ada pada lahan pertambangan. Kegiatan tambang dan sistem terbuka (open pit mining) tentu memiliki kendala yang cukup besar tentunya hilangnya vegetasi yang ada, sehingga menyebabkan berkurangnya tempat penyerapan karbon pada area pertambangan serta dapat meningkatkan pemanasan global. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak dari proses penambangan batubara dengan menggunakan sistem penambangan terbuka adalah dengan program Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat 1

Upload: muhammad-rubiyanor

Post on 21-Jan-2016

62 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KP ADARO

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam

industri batubara dan mineral dunia. Namun demikian,

pertambangan selalu mempunyai dua sisi yang saling berlawanan,

sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak lingkungan yang

sangat potensial.

Kegiatan eksploitasi batubara di Indonesia umumnya

menggunakan sistem terbuka. Kegiatan ini membuka lahan dengan

menggunakan alat berat yang mana bertujuan untuk mengupas

tanah pucuk serta menghilangkan vegetasi yang ada pada lahan

pertambangan. Kegiatan tambang dan sistem terbuka (open pit

mining) tentu memiliki kendala yang cukup besar tentunya

hilangnya vegetasi yang ada, sehingga menyebabkan

berkurangnya tempat penyerapan karbon pada area pertambangan

serta dapat meningkatkan pemanasan global.

Salah satu upaya untuk mengurangi dampak dari proses

penambangan batubara dengan menggunakan sistem

penambangan terbuka adalah dengan program reklamasi yang

dilakukan beriringan atau sejalan dengan kegiatan penambangan,

hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jangka waktu dari proses

reklamasi yang memerlukan waktu yang panjang. Oleh sebab itu

perlunya pengelolan dan sistem yang baik untuk dapat menerapkan

sistem reklamasi yang berkesinambungan dan terintegrasi dengan

kegiatan penambangan.

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

1

Page 2: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

PT. Adaro Indonesia merupakan salah satu perusahaan

pertambangan batubara yang menerapkan kegiatan reklamasi

beriringan dengan kegiatan pertambangan, dimana proses tersebut

dapat dilaksanakan dengan baik.

Laporan ini secara umum membahas mengenai pengelolaan

lahan reklamasi dan perhitungan cadangan karbon (bank carbon) di

PT. Adaro Indonesia

1.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan kerja praktik ini adalah :

1. Mengetahui pengelolaan lahan reklamasi yang ada di PT.

Adaro Indonesia

2. Mengetahui kegiatan serta proses-proses pada kegiatan

reklamasi

3. Mengetahui cadangan karbon di lahan reklamasi PT. Adaro

Indonesia

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan

Ruang lingkup permasalahan dari kegiatan kerja praktik ini

adalah :

1. Membahas tentang pengelolaan lahan reklamasi

2. Membahas tentang kegiatan serta proses-proses pada kegiatan

reklamasi

3. Membahas tentang cadangan karbon pada lahan reklamasi

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

2

Page 3: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan kerja praktik ini dilaksanakan selama ± 1 bulan

dimulai pada tanggal 18 September 2013 sampai dengan tanggal

18 Oktober 2013, sedangkan tempat pelaksanaan kegiatan ini

adalah di Wara Km 73 PT Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong,

Provinsi Kalimantan Selatan.

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

3

Page 4: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT Adaro Indonesia adalah sebuah perusahaan

pertambangan batubara kerjasama antara Australia – Indonesia

yang berstatus PMA, yang telah memproduksi batubara dari

lapangan Paringin di daerah Kalimantan Selatan sejak bulan

September 1991. PT. Adaro Indonesia didirikan pada tanggal 11

November 1982 yang merupakan perusahaan milik pemerintah

Spanyol yaitu Empresa Nacional Adaro (Enadimsa) dan Perum

Tambang Batubara Bukit Asam dengan kepemilikan saham 100%

oleh Enadimsa (Spanyol).

Bulan April 1989 sebagian saham yang dimiliki Enadimsa

dijual dan berubah menjadi suatu perusahaan patungan Asing –

Indonesia dengan pembagian kepemilikan saham sebagai berikut:

Indonesia Coal Pty. Ltd (Australia) 50%

Empresa Nacional Adaro (Enadimsa) 20%

PT. Tirtamas Majutama (Indonesia) 15%

PT. Asminco Bara Utama 15%

Akhir tahun 1994 seluruh saham milik Enadimsa yaitu 20% dari

seluruh saham perusahaan tersebut dibeli oleh perusahaan

Indonesia yaitu PT. Panca Muspan. Beberapa tahun kemudian

kepemilikan saham oleh Panca Muspan dibeli sebagian oleh MEC.

Indo. Coal BV dengan masing-masing memegang saham 10%.

PT. Adaro Indonesia melakukan kegiatan penambangan

batubara disekitar Tanjung, Kalimantan Selatan. Berdasarkan

kontrak kerjasama penambangan batubara tanggal 16 November

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

4

Page 5: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

1982 No.J2/J.i.DU/52/82 yang dibuat antara perusahaan ini (selaku

kontraktor) dan Perum Tambang Batubara (sebagai Principal dan

Pemegang Kuasa Pertambangan). Semula wilayah kontrak yang

diselidiki PT. Adaro Indonesia seluruhnya mencakup luas sekitar

1480 km2, dan setelah beberapa kali diciutkan berdasar hasil

eksplorasi saat ini masih dipertahankan untuk dikembangkan lebih

lanjut tinggal seluas 355 km2.

Kualitas batubara PT Adaro Indonesia termasuk dalam

ketegori sub-bituminous yang mempunyai kadar air total relatif

tinggi dengan nilai HGI rata-rata 49. Umumnya kandungan

kalorinya 2700-6500 kkal/kg. Kandungan alami belerang dan abu

yang merupakan pengotor batubara sangat rendah yaitu 0,1% dan

1% sehingga dalam pemrosesannya tidak perlu dilakukan

pencucian untuk menurunkan kadar abu tersebut. Batubara ini

menurunkan emisi gas buang sehingga dalam penggunaannya

menjadi lebih ramah lingkungan sebagai envirocoal dan telah

mendapat penghargaan 1999’s Best Coal Company dari Financial

Times.

Berkat kualitas batubaranya yang unggul yaitu dengan kadar

abu rata-rata hanya sekitar 1% dan kadar belerang rata-rata hanya

0,1% sehingga batubara ini tidak menimbulkan masalah

lingkungan, karena itu batubara ini dipasarkan dengan merek

dagang Envirocoal. Batubara PT. Adaro Indonesia telah berhasil

memasuki pasaran batubara berbagai Negara Eropa (Spanyol,

Denmark, Belanda, Bulgaria, Jerman, Yunani, Norwegia), Amerika

Serikat, Chili, Jepang, Philipina dan Indonesia sendiri. Sejalan

dengan terus berkembangnya pasaran, produksi batubara PT.

Adaro terus ditingkatkan. Dimana PT. Adaro Indonesia memperluas

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

5

Page 6: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

eksploitasinya selain di lapangan Paringin dan Wara juga di

lapangan Tutupan.

Kegiatan operasi penambangan telah menyerap tenaga

kerja sekitar 11.878 orang (Juni 2008) yang terdiri dari karyawan

PT. Adaro Indonesia sendiri dan karyawan sub kontraktor.

Karyawan PT. Adaro Indonesia bertugas dan bertanggung jawab

dalam manajemen dan pengawasan, administrasi, perencanaan

dan pemasaran. Kegiatan penambangan dilapangan dikerjakan

oleh kontraktor.

2.1.1 Visi (Vision)

Visi PT. Adaro Indonesia adalah menjadi kelompok

perusahaan Tambang dan energi yang terkemuka di Indonesia. To

be a leading Indonesian Mining and energy group.

2.1.2 Misi (Mission)

Misi PT. Adaro Indonesia adalah sebagai berikut:

We are in the business of Mining and Energy. Kami bergerak di

bidang Pertambangan dan Energi untuk:

Memuaskan kebutuhan pelanggan (to satisfy our customer’s

need)

Mengembangkan karyawan (to develop our people)

Menjalin kemitraan dengan pemasok (to partner with our

suppliers)

Mendukung pembangunan masyarakat dan negara (to support

the community and the nation development)

Mengutamakan keselamatan dan kelestarian lingkungan (to

promote safe and sustainable environment)

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

6

Page 7: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

Memaksimalkan nilai bagi pemegang saham (to maximize

shareholders value)

2.1.3 Nilai (Value)

Nilai yang dijunjung oleh PT. Adaro Indonesia adalah

sebagai berikut:

Customer Focus (Fokus kepada Pelanggan)

Quality, Cost, Delivery, Safety (QCDS) (Kualitas, Biaya,

Penyampaian, Keselamatan)

Respect for Individuals and develop synergistic Teamwork

(Menghargai sesame dan membangun kerjasama sinergi)

attitude (Sikap Mental)

determine (Berketetapan)

adaptive (Mudah beradaptasi)

responsive (Tanggap)

open minded (Berwawasan terbuka)

Integrity (Integritas)

Balance (Seimbang)

Team Spirit (Semangat Kerjasama)

Plan Do Check Action (Merencanakan Mengerjakan Memeriksa

Menindak)

Keep it Simple Spirit (Cara Kerja yang Sederhana)

Management by Love (Managemen Kasih)

2.1.4 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

7

Page 8: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

Wilayah operasional PT. Adaro Indonesia secara geografis

terletak pada koordinat 115º33´30´´.. sampai 115º36´10´´ Bujur

Timur 2º7´30´´ sampai 2º25´30´´ Lintang Selatan. Daerah

operasional PT. Adaro Indonesia secara administratif termasuk

dalam dua propinsi, tiga kabupaten dan tiga belas kecamatan. Di

daerah tingkat I Kalimantan Selatan meliputi Kabupaten Tabalong

dengan Kecamatan Muara Harus, Murung Pudak, Upau, Tanta,

Kelua dan Kabupaten Balangan meliputi Kecamatan Paringin,

Lampihong, Juai, Awayan dan Batu Mandi. Di daerah tingkat I

Kalimantan Tengah meliputi Kabupaten Barito Selatan dengan

Kecamatan Kelanis, Murung Inung dan Pasar Panas.

Gambar 2.1 Kesampaian Daerah PT. Adaro Indonesia

2.1.5 Topografi dan Iklim

Deposit Tambang Tutupan memiliki topografi perbukitan

yang cukup landai sampai dataran yang memanjang dari Utara

sampai Selatan. Perbukitan Tutupan mempunyai relief moderat

dengan maksimum elevasi sekitar 200 meter di atas permukaan air

laut. Bagian Barat dari perbukitan ini, topografinya curam sampai

dataran datar yang luas. Bagian Timur Tutupan antara deposit

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

8

Page 9: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

dengan coastal plain, terletak di pegunungan Meratus dengan

elevasi antara 1.380-1.892 meter.

Daerah Kalimantan Selatan termasuk dalam daerah yang

beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim

hujan dengan curah hujan rata-rata 2135 mm per tahun. Suhu rata-

rata setiap tahun sekitar 27ºC. Kelembaban udara rata-rata 82%,

dimana variasi kelembaban dari bulan ke bulan relatif kecil. Lama

penyinaran matahari 56%, dengan lama penyinaran tertinggi pada

bulan Agustus dan terendah pada bulan November. Pada bulan

November sampai Maret bertiup angin Musim Barat Laut ke arah

Selatan yang membawa hujan, sedangkan bulan Juli sampai

September angin bertiup dari Timur atau Tenggara yang

merupakan angin kering.

2.1.6 Kondisi Geologi dan Endapan

Secara regional wilayah konsesi PT. Adaro Indonesia

berada pada tepi Sub Cekungan Barito yang berdekatan dengan

Pengunungan Meratus. Cekungan Barito adalah satu dari empat

cekungan tersier Kalimantan bagian Timur. Cekungan Kutai dan

Tarakan berlokasi dekat dengan pantai Kalimantan bagian Timur

sampai ke timur laut cekungan Barito dan Perbukitan Meratus

Range.

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

9

Page 10: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

Gambar 2.2 Geologi Regional Kalimantan (Modify from Moss & Finch, 1997)

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

10

Page 11: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

Gambar 2.3 Peta Geologi Regional PT. Adaro Indonesia

Stratigrafi regional pada Sub Cekungan Barito, terdiri atas 4

formasi yang berumur Eosen sampai Pleistosen, dari tua ke muda

sebagai berikut:

a. Formasi Tanjung

Merupakan formasi yang paling tua berumur eosin, tebal

mencapai 1100 m. Dari bawah ke atas terdiri dari konglomerat

yang merupakan komponen utama, mengandung sisipan

batubara yang kurang berat. Lapisan ini ditutupi oleh batu pasir

dan batu lanau serta batu lempung di bagian paling atas.

Formasi ini diendapkan pada lingkungan paralik hingga neritik

dengan ketebalan sekitar 900 meter dan berumur Eosen.

Hubungannya tidak selaras dengan batuan dasar pra-Tersier.

b. Formasi Berai

Formasi Berai berumur Oligosen sampai Miosen Bawah,

ketebalan mencapai 1300 m. Tersusun terutama di bagian

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

11

Page 12: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

bawah oleh batu kapur yang merupakan endapan laut dangkal

dan di bagin atas oleh napal. Formasi ini juga mengandung

lapisan batubara namun sangat tipis. Formasi ini memiliki ciri

litologi berupa batu gamping massif (terumbu).

Setempat ditemukan perselingan batu gamping, batu

lempung dan napal. Formasi ini diendapkan pada lingkungan

lagoon hingga neritik tengah dengan ketebalan sekitar 1075

meter dan berumur Oligosen sampai Miosen Awal.

Hubungannya selaras dengan Formasi Tanjung yang terletak di

bawahnya.

c. Formasi Warukin

Formasi Warukin berumur Miosen Tengah sampai Pliosen

Bawah, ketebalan antara 1000 hingga 2000 m, merupakan

formasi prosuktif batubara. Secara garis besar, Formasi Warukin

dapat dibagi menjadi 3 satuan batuan dari bawah ke atas

sebagai berikut :

1. Satuan batu lempung dengan ketebalan + 250 m.

2. Satuan batu lumpu (mudstone) dan batu pasir dengan

ketebalan 600 – 900 m. Di bagian atasnya mengandung

batubara dengan ketebalan mencapi 4m.

3. Satuan lapisan batubara, pada bagian bawah terdiri dari

perlapisan pasir dan batu pasir yang kurang kompak,

sedangkan pada bagian atas terdiri dari lempung dan batu

lempung. Ketebalan lapisan ini adalah antara 150 – 850 m.

Formasi ini diendapkan pada lingkungan neritic dalam

hingga deltaic dengan ketebalan sekitar 2400 meter dan berumur

Miosen Tengah – Miosen Akhir. Hubungannya selaras dengan

Formasi Berai yang terletak di bawahnya.

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

12

Page 13: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

d. Formasi Dahor

Formasi Dahor terletak secara tidak selaras di atas Formasi

Tanjung, Formasi Berai dan Formasi Warukin, Formasi Dahor

berumur Miosen Atas hingga Plio Pleistosen dengan ketebalan

mencapai 450 m. Formasi ini merupakan endapan darat, terdiri

atas terutama sedimen klastik berbutir kasar. Formasi ini

merupakan perselingan batu pasir dan konglomerat yang tidak

kompak. Setempat ditemukan batu lempung lunak, lignit dan

limonit. Formasi ini diendapkan pada lingkungan litoral hingga

supralitoral dengan ketebalan sekitar 840 meter dan berumur

Miosen Akhir hingga Pliosen. Hubungannya tidak selaras dengan

Formasi Warukin yang terletak di bawahnya dan tidak selaras

dengan endapan alluvial yang terdapat di bagian atasnya.

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

13

Page 14: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

Gambar 2.4 Stratigrafi Cekungan Barito

Sebagian besar wilayah onsesi PT. Adaro Indonesia terdiri

dari Formasi Warukin dengan ciri litologi berupa perselingan batu

pasir kwarsa dan batu lempung dengan sisipan batubara. Batubara

yang ditemukan terdiri dari beberapa seam utama dengan

ketebalan bervariasi antara 13 – 40 meter serta kemiringan lapisan

berkisar antara 20⁰hingga 40⁰. Nilai kalori batubara berkisar antara

2700 kcal/kg hingga 6050 kcal/kg yang termasuk dalam rank sub-

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

14

Page 15: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

bituminous hingga bituminous. Total sulfur yang rendah berkisar

antara 0,08 % hingga 0,13 % merupakan jenis batubara yang

ramah lingkungan. Batubara ini menurunkan emisi gas buang

sehingga dalam penggunaannya menjadi lebih ramah lingkungan

sebagai envirocoal dan telah mendapat penghargaan 1999’s Best

Coal Company dari Financial Times.

Gambar 2.5 Stratigrafi Lokal Daerah Tutupan

2.2 Struktur Organisasi dan fungsi bagian-bagiannyaTeknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

15

Page 16: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

Aktivitas penambangan batubara PT. Adaro Indonesia,

dipimpin oleh seorang chief operating officer dimana dalam

pelaksanaanya dibantu oleh general manager operational. Didalam

bagian operasional dibagi menjadi beberapa divisi. Diagram

struktur organisasi PT. Adaro Indonesia dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Gambar 2.6 Struktur Organisasi PT Adaro Indonesia

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

16

Page 17: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

Gambar 2.7 Struktur Organisasi Operasional PT Adaro Indonesia

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

17

Page 18: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan ReklamasiPT. Adaro Indonesia

PT ADARO INDONESIAOrganization StructureProduction Support 2012

Gambar 2.8 Struktur Organisasi Departemen Environment

Sumber: PT. Adaro Indonesia, 2013

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

18

Page 19: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

Structure Organization Section Reclamation

Gambar 2.12 Struktur Organisasi Seksi Reklamasi

Sumber : PT. Adaro Indonesia 2013

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

19

Didie Agung SubagyoProduction Support Manager

Budi SupriantoReclamation Superintendent

Ade HidayatTopsoil & Drainage Control

Supervisor

Luqmanul HakimEdi SuhartonoSyamsul Bahri

1 VacantTopsoil & Drainage Foreman

KursaniRahmat Hidayat

Operator

Heri WahyudiRevegetation, Nursery & Project

Supervisor

Arif AbidinMuhammad Mesijan

2 VacantRevegetation, Nursery & Project

Foreman

Aries SutantoTamsi

Muhammad ZainiYusran

Operator

Page 20: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

2.3 Uraian Proses Penambangan Batubara

Batubara terbentuk pada daerah-daerah rawa yang memiliki

vegetasi dengan sistem pengairan yang jelek dalam kondisi

reduksi. Proses tumbuhan menjadi batubara bermula dari

akumulasi tumbuh-tumbuhan di tempat setelah tumbuhan tersebut

ditransportasikan. Akumulasi batubara tersebut berlangsung di

daerah dengan drainase yang tidak baik sirkulasinya sehingga

menimbulkan kondisi anaerob atau kondisi kekurangan oksigen.

Akibatnya organisme pembusuk tidak aktif dan menyebabkan

tumbuh-tumbuhan terawetkan disertai proses karbonisasi. Setelah

akumulasi berlangsung, fasa proses sedimentasi oleh material lain

menutupi bagian atasnya.

Fasa tumbuhan menjadi batubara terjadi melalui beberapa

tingkatan, yaitu pertama perubahan menjadi peat (gambut), dan

seterusnya bisa menjadi lignit, brown coal, coal, dan antrasit.

Perubahan dari gambut menjadi lignit diakibatkan proses diagnosis

dan dari lignit menjadi brown coal atau sampai menjadi antrasit

diakibatkan proses metamorfosa. Perubahan itu tidak sama untuk

semua te,pat karena dipengaruhi oleh waktu (umur), temperatur,

tekanan atau tektonik.

Pada umumnya penambangan batubara dilakukan dengan

teknik penambangan terbuka (open pit), mengupas tanah pucuk

(stripping top soil), mengupas dan menimbun tanah penutup (over

burden stripping), serta membersihkan dan menambang batubara.

Penambangan dengan menggunakan metode tambang terbuka

(open pit) di PT. Adaro Indonesia dimulai dengan tahapan land

clearing atau pembersihan lahan. Tanah atas atau lapisan humus

akan dipindahkan dan ditimbun pada tempat khusus yang nantinya

akan digunakan untuk rehabilitasi. Setelah pengupasan lapisan

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

20

Page 21: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

penutup, dilanjutkan dengan pengupasan lapisan batuan yang ada

di bawahnya. Dalam upaya peningkatan efisiensi, pengupasan

lapisan batubara dilakukan pula dengan peledakan (blasting)

dengan menggunakan bahan peledak ANFO (Amonium Nitrat Fuel

Gel). Batubara yang telah ditambang akan diangkut ke lokasi stock

ROM dan kemudian dari stock ROM ini, batubara akan diangkut ke

Kelanis untuk diproses lebih lanjut dan siap dikirimkan dengan

menggunakan tongkang melalui Sungai Barito.

Teknik penambangan seperti ini, akan menyebabkan

kerusakan kondisi fisik, kimia, dan biologis pada lahan

pertambangan. Secara alamiah dampak utama yang timbul akibat

adanya penambangan batubara terhadap lingkungan adalah erosi

dan sedimentasi, yang tentu saja dapat mencemari lingkungan

hidup sekitarnya, meningkatkan kemiringan lereng, menurunnya

stabilitas tanah dan kesuburan tanah, gangguan siklus hidrologi

dan perubahan faktor-faktor klimatologi (iklim).

Dengan dilakukannya teknik penambangan secara terbuka

(open pit) maka untuk menghindari terjadinya longsor yang

disebabkan oleh tekanan air tanah terhadap dinding bawah (low

wall), air tanah harus dikeluarkan dengan cara membuat lubang bor

drain hole yang menembus lapisan akifer (dewatering). Dengan

demikian maka dapat menurunkan permukaan air tanah sehingga

dicapai kestabilan low wall. Air tanah yang masuk ke dalam lubang

tambang, perlu dikeluarkan dengan dilakukan pemompaan dan

kemudian disalurkan ke dalam sistem pengolahan air limbah yang

tersedia. Selain air tanah yang tertampung di dalam lubang

tambang, air hujan juga tertampung di dalamnya sehingga perlu

dikeluarkan dari dalam lubang tambang.

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

21

Page 22: BAB I

Pengelolaan Lahan Reklamasi dan Perhitungan Cadangan Karbon di Lahan Reklamasi

PT. Adaro Indonesia

Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat

22