bab 6 metodologi

Upload: heriprapto

Post on 05-Oct-2015

229 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

metodologi dalam pelaksanaan kegiatan

TRANSCRIPT

LINGKUP LAYANAN JASA KONSULTAN MK

PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA

6.1PENDEKATAN PEKERJAANUntuk tercapainya tujuan pekerjaan ini, maka diperlukan metodologi kerja yang umumnya berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:(a) inventarisasi masalah (metode, alat survei, pengolahan data)(b) menetapkan kebutuhan data dan jenis survei,

(c) alternatif jenis metode dan evaluasi data hasil survei,

(d) melakukan studi pustaka terhadap data-data tentang jalan nasional yang telah ada, baik data fisik dan peta jaringan(e) melakukan evaluasi terhadap data hasil pengamatan terhadap pengoperasian peralatan otomatis yang digunakan, dan

(f) melanjutkan kajian penetapan kelasifikasi jalan (fungsi dan status jalan).

Berinisiatif menambah alternatif kegiatan survei, bila sangat diperlukan, keberbagai pihak yang terkait, dilakukan dalam pencarian data dan fakta termasuk diskusi interaktif yang positif untuk keberhasilan survei dan pengelolahan data terutama dengan instansi baik tingkat pusat maupun lokal, termasuk saran dan keinginan pihak pihak terkait tersebut, yang kemudian dievaluasi dan disesuaikan dengan yang ada pada tahapan tahapan penyusunan dan pembuatan peta.

Komponen komponen pekerjaan diatas akan disusun menjadi laporan dan gambar, dan juga melalui presentasi dan diskusi. Selanjutnya dirangkum menjadi laporan teknis dalam bentuk buku Laporan Akhir.Tahapan dan aktivitas pekerjaan Survei Jaringan Jalan Nasional meliputi :

1.Pekerjaan Persiapan dan Mobilisasi

2.Identifikasi dan Pengumpulan Data Sekunder (al. data dan peta jaringan jalan nasional, data posisi Titik Triangulasi atau BM permanen yang telah ada)3.Pengumpulan Data Primer dari lapangan (data koordinat, data jarak jalan dan data fisik/geometrik jalan)4.Penyusunan sistim data base Jaringan jalan nasional dan pemasukan data hasil survei, dan data hasil olahan kedalam sistim data base

5.Evaluasi dan Pengolahan data-data hasil survei, serta6.Penyesuaian data lapangan hasil survei (al. koordinat dan jarak dan fisik/geometrik) terhadap data dan peta jalan nasional yang telah ada sebelumnya

7.Pembuatan Peta Jaringan Jalan Nasional

8,Penyusunan draft Kelasifikasi Jalan Nasional (Fungsi dan Status Jalan)

6.2METODOLOGI PEKERJAAN

Untuk merealisasikan maksud, tujuan, dan sasaran yang diinginkan, Tim Kerja konsultan akan melakukan kegiatankegiatan yang terinci, nyata, dan terarah meliputi :

6.2.1Pekerjaan Persiapan dan Mobilisasi

Pekerjaan ini umumnya terdiri dari:

a. Persiapan Sarana Kerja Kantor dan Lapangan

b. Mobilisasi Personil inti Tim Kerja

c. Menyiapkan Rencana Kerja dan Jadwal Pelaksanaan dan Jadwal Kebutuhan Personil, dengan melakukan kordinasi antara personil inti Tim Kerja dan Pemberi Tugas termasuk dengan pihak/Instansi lain yang terkait.

6.2.2Identifikasi dan Pengumpulan Data Sekunder

Pada saat bersamaan Tim kerja akan mengumpulkan dan mengidentifikasikan kebutuhan jenis datadata sekunder yang dibutuhkan untuk tercapainya tujuan kegiatan dimaksud baik, terutama data-data yang terdapat pada Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum ataupun instansi lain yang terkait. Data Sekunder yang diperlukan, terutama antara lain:

Data fisik dan Geometrik Jaringan Jalan Nasional Data lokasi tugu triangulasi atau patok BM permanen yang telah ada Data Peta rencana lokasi pelaksanaan survei jalan nasional Manual Pemakaian Alat Survei Lapangan Otomatis yang digunakan

Arsip dan software hasil pembuatan Sistim Database yang telah ada Dokumen tentang metode dan sistim kelasifikasi jalan arteri yang ada Laporan laporan hasil survei tentang jalan nasional sebelumnya(a) Melakukan kajian awal terhadap data sekunder sebagai bahan masukan untuk melakukan Survei Jaringan Jalan Nasional, terutama untuk

(b) lebih memahami masalah yang ada saat ini, sehingga dapat

(c) menetapkan jenis-jenis data yang dibutuhkan, termasuk

(d) penetapan dan pemilihan alternatif metode evaluasi dan pengolahan terhadap data hasil survei untuk

(e) melakukan penyesuaian data hasil survei dengan data peta yang telah ada, agar supaya

(f)memudahkan mendapatkan alternatif jalan keluar yang dibutuhkan, untuk menghasilkan peta dan data jaringan nasional yang optimal.6.2.3Pengumpulan Data Primer dari Survei Lapangan (data koordinat, data jarak jalan dan data fisik jalan)Pekerjaan Survei yang akan disurveikan dan dikumpulkan pada studi ini, terutama terdiri dari :

1.Data fisik titik awal dan titik akhir pada ruas jalan nasional tertentu pada peta jaringan jalan nasional.

Titik awal dan akhir pada saat dilapangan harus ditetapkan dengan memperhatikan, beberapa hal-hal sebagai berikut: Batas wilayah Kota dan Luar Kota yang telah ada Batasan lokasi dan panjang ruas jalan yang disurvei, yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Dengan memperhatikan situasi posisi beberapa bangunan permanen/monumental yang dapat digunakan sebagai referensi pencarian/penetapan titik awal dan akhir ruas jalan yang disurvei

2.Data titik tertentu pada alinyemen/ruas jalan nasional tertentu yaitu data koordinat titik/posisi jalan, pada koridor jaringan jalan nasional yang disurvei.

Koordinat titik sepanjang koridor atau lebar jalan yang akan ditentukan dan disurvei dengan memperhatkan hal-hal sebagai berikut:

Mengetahui perkiraan posisi titik akhir dan awal ruas jalan yang akan disurvei Penentuan koordinat titik sepanjang rua jalan ditentukan dengan menggunakan alat GPS, antara lain yang banyak digunakan, adalah GPSMAP tipe Handheld jenis 76CSx, dengan antena luar ataupun tidak berantena luar. Proses penggunaan alat GPS, adalah dibawah sambil berjalan, terutama diatas kendaraan survei khusus untuk pendataan Koordinat posisi ruas jalan

Pendataan koordinat dengan alat GPS Hand held, perekaman data dapat dilakukan dengan menetapkan interval jarak perekaman koordinat setiap titik sepanjang ruas jalan yang dilalui sambil berkendaraan Dalam perekamam koordinat titik, seharusnya pada daerah bertikungan-jalan/ berjari-jari kecil sebaiknya interval perekaman data kordinat titik-titik ruas jalan, interval jaraknya lebih pendek, agar supaya penggambaran ruas jalan pada tikungan akan lebih akurat Dalam hal kendaraan yang berjalan sepanjang ruas jalan seharusnya ditetapkan alur gerakan kendaraan ditetapkan apakah menyusur sepanjang tepi kiri jalan atau sepanjang garis pusat jalan (centerline), dengan jarak beberapa centimeter, antara lain 25 cm sampai 50 cm dari tepi atau garis tengah jalan

Data yang diperoleh akan berupa data koordinat yang dinyatakan dalam bentuk Lintang dan Bujur(Koordinat Geodetis) sebagai informasi posisi titik pada muka bumi yang berbentuk bulat panjang, bukan posisi pada bidang datar. Data-data tersebut akan diolah kembali pada pekerjaan kantor untuk dirubah menjadi koordinat untuk sistim bidang datar (koordinat Magnetis - UTM). Sepanjang perjalanan dapat ditetapkan titik-titik pilihan tertentu, untuk ditetapkan koordinatnya, antara lain pada tikungan, pertigaan dan perempatan jalan, dan hal lainnya.

Data fisik/ geometrik ruas jalan yang disurvei dapat didata pada setiap 500 1000 meter, atau pada kondisi-kondisi geometrik tertentu yang teridentifikasi selama perjalanan.

3.Data jarak antar beberapa titik/lokasi tertentu pada ruas jalan nasional tertentu atau data total panjang ruas jalan tersebut.

Jarak antar titik sepanjang koridor atau alinyemen jalan yang akan ditentukan dan disurvei dengan memperhatkan hal-hal sebagai berikut:

Sepanjang menggunakan peralatan survei otomatis, umumnya peralatan tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu terhadap proses sistim perekaman data alat tersebut, agar data yang diperoleh tingkat keakuratannya tercapai optimal. Panjang jalan yang diukur, dengan bantuan kendaraan, dimuali berjalan dari titik awal dan akhir yang telah diidentifikasi. Dalam hal ini, alat ukur jarak otomatis ini juga akan dibawah bersama kendaraan survei yang juga membawa peralatan GPS, sehingga alur pergerakan dan pengukuran kedua alat akan sama yaitu kendaraan berjalan sepanjang ruas jalan degan alur gerakan kendaraan apakah menyusur sepanjang tepi kiri jalan atau sepanjang garis pusat jalan (centerline), dengan jarak beberapa centimeter, antara lain 25 cm sampai 50 cm dari tepi atau garis tengah jalan Jarak Ukur yang diperoleh ini, merupakan jarak putaran roda, yaitu jarak muka tanah/bumi yang dilintasi roda kendaraan, bukan merupakan jarak proyeksi orthogonal baik proyeksi horizontal maupun vertikal. Ini merupakan jarak atau panjang yang sebenarnya, yang antara lain sangat berfungsi untuk menentukan volume pekerjaan atau besaran DIP yang sebenarnya, sebagai acuan data panjang secara benar dan seragam oleh berbagai pihak. Data ukur jarak ini dapat juga dikontrol dengan melakukan pengontrol/pengamatan terhadap data jarak yang tertera alat pencatat jarak yang ada pada kendaraan (pada area monitor block speedometer), sebagai kontrol sekunder4. Sebagai tambahan Data: Data lokasi (koordinat dan jarak/posisi) tugu triangulasi atau patok BM yang telah ada dilapangan. Berdasar data hasil pengamatan survei lapangan tersebut, dapat juga digunakan sebagai titik kontrol tambahan untuk penetapan posisi koridor ruas jalan nasional pada peta yang ada, atau dengan kata lain dapat membantu dalam melakukan penyesuaian posisi bentuk pola koridor ruas jalan yang terbentuk dari titik awal dan titik akhir ruas tersebut.Data primer tersebut diatas akan dikumpulkan oleh Tim survei secara langsung di lapangan, baik melalui pengamatan lapangan maupun dengan survei langsung, kemudian datadata yang diperoleh akan dikumpulkan dalam suatu sistim databsedan dievaluasi lebih lanjut.

6.2.4Penyusunan Sistim Database Jaringan Jalan Nasional (Pemasukan Data Hasil Survei dan Data Hasil Olahan kedalam Sistim Database)

Dalam hal ini akan disusun suatu sistim database untuk penyimpanan data dan pengeluaran berbagai jenis dan tipe data, yang dapat dilakukan secara berkesinambungan dan akurat. Hal utama yang akan disusun dan saling berkaitan, sesuai sistim program komputer yang ada saat ini, umumnya akan selalu terdiri dari 3 (tiga) bagian besar, yaitu:

a.Desain Menu UtamaDesain Menu Utama sangat penting karena dari sinilah pemakai akan mulai mengakses fasilitas yand disediakan oleh program sistim database, dan memudahkan pemakai untuk menjalankan program atau sistim tersebut.

b.Desain InputDesain Input sangat penting untuk mendefinisikan kebutuhan input data yang dipakai sebagai Interface (sarana pengaturan penghubungan antar fasilitas) antara pemakai dan sistim data yang telah ada dan yang tersimpan diberbagai bagian sistim database. Adanya interface memudahkan pemakaian sistim database yang dibuat. Umumnya sistim informasi dapat dibuat dengan menyiapkan menu format pemasukan data, yang dapat dibuat tergantung jenis pembagian data yang dilakukan. Dari semua rancangan format yang dibuat untuk menggunakannya akan dilakukan dengan menggunakan keyboard dan mouse.c.Desain OutputDesain Output adalah untuk menentukan keluaran dari program serta laporan yang akan dihasilkan oleh sistim. Bentuk format yang dirancang dapat dicetak dengan menggunakan berbagai jenis printer yang telah didefinisikan dalam sistim operasi yang bersangkutan.6.2.5Validasi Data Hasil Survei atau Pengolahan Awal terhadap Data Jalan Nasional yang ada (Bersumber dari: BBPJN/BPJN)

Seluruh data hasil survei lapangan harus dilakukan klarifikasi bersama dengan pihak P2JJ dimana lokasi ruas jalan berada, terutama dalam hal-hal sebagai berikut: Setiap selesai melakukan survei pada satu ruas jalan nasional , segera dilakukan pemindahan data hasil survei dari alat survei otomatis kedalam laptop, untuk segera diserahkan kekantor pusat, terutama untuk diolah oleh Ahli Geodesi dan Ahli Sistem Informasi Geografi.

Oleh Ahli Database harus segera menyelesaikan sistim database penyimpanan seluruh data-data hasil survei berdasarkan:

a.Nama Propinsi dan Kepulauan

b.Nama atau lokasi ruas jalan nasional

c.Tanggal survei, Nama ruas, Surveyor yang bertugas

d.Jenis data dan Tipe data jalan Melakukan penyimpanan dan pemasukan (inputing) data data hasil survei kedalam sistim database. Pada proses pemasukan akan segera diketahui bila ada penyimpangan terhadap data atau kekeliruan oleh pihak surveyor dilapangan.

Data-data lengkap hasil survei tersebut diatas, segera dilakukan pencocokkan dengan data yang ada pada BBPJN/BPJN/P2JJ, terutama data panjang jalan dan bentuk pola koridor jalan, setelah dilakukan pengolahan awal, antara lain berdasar koordinat hasil survei lapangan dapat digambarkan bentuk pola koridor/alinyemen jalan dan dibandingkan dengan pola alinyemen yang ada selama ini, apakah ada perbedaan yang cukup besar.

6.2.6Pengolahan Akhir Data-data Hasil Survei Untuk Penyesuaian Peta Jaringan Jalan Nasional

Seluruh data hasil survei lapangan harus diolah kembali sesuai dengan kaidah pada ilmu geodesi/sistim geografi yang berlaku untuk menghasilkan peta jaringan jalan nasional, terutama: Pengolahan data Koordinat rute jalan nasional:a. Reduksi baseline: keberhasilan penentuan titik dengan GPS sangat ditentukan oleh teknik pengolahan data baseline yang dilakukan, karena pada tahap ini faktor faktor yang mempengaruhi hasil ukuran harus dihilangkan atu dibuat sekecil mungkin

b. Kontrol Kualitas Reduksi Baseline: pada baseline 10km, dimana komponen lingtang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda lebih dari 0.05 meter

c. Perataan Jaringan: Bila hitungan baseline telah memenuhi kualitas yang ditentukan, hitungan perataan jaringan dilakukan secara simultan dengan metoda kwadrat terkecil dengan cara: (1) perataan jaring bebas, menggunakan satu koordinat titik ikat, dan (2) perataan jaring terikat, dengan menggunakan seluruh titik ikat dan titik jahit yang digunakan dan masuk dalam jaringan ini.

d. Kontrol Kualitas Perataan Jaring: Hasil dari test Chi-Square atau variance ratio pada residual setelah perataan harus melalui confidence level 95%

e. Analisa Hasil Hitungan (Elevasi integritas pengamatan dan perataan jaring, meliputi: (1) Analisis dari baseline yang diamati dua kali untuk penilaian keseragaman, (2) Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas untuk menilai konsistensi data, (3) Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat dengan titik berorde lebih tinggi untuk menilai konsistensi terhadap titik acuan.f. Transformasi Sistim Koordinat: (1) Perhitungan Vektor baseline dan koordinat seluruh pilihan titik dilapangan/station akan menggunakan ellipsoid refrene WGS 84,

(2) Koordinat hasil perataan jaringan GPS akan dihitung dalam sistem-sistem: Sistem koordinat Geodetic (L,B,h); L=Lintang, B=bujur, h=tinggi terhadap spheroid pada datum WGS84

Koordinat dalam sistim pryeksi Universal Transverse Mevator-UTM (X,Y,H) dengan datum WGS84:

Titik nol koordinat semu = (10.000.000 N, 500.000 E)

Lebar Zone= 6o Lintang Origin=0o Faktor Skala= 0.9999 Pengolahan data jarak rute jalan nasional:Dalam hal ini, data jarak yang diperoleh sudah merupakan jarak yang diinginkan dalam TOR, bila menggunkan alat ukur otomatis, yaitu data putaran roda kendaraan survei yang melintasi ruas jalan yang ditinjau,selama berjalan danberada pada posisi alinyemen yang tetap dan ditentukan sedemikian rupa, agar diperoleh panjang yang sebenarnya, dari titik awal dan titik akhir ruas jalan yang ditentukan saat pelaksanaan survei ini.

Data jarak antar beberapa titik sepanang ruas jalan yang disurvei dapat dilaporkan berupa data jarak antar beberapa lokasi yang tertentu dan dianggap penting, antara lain dengan adanya perubahan geometrik jalan (lebar, jumlah lajur, memakai median/tidak ada, pertigaan atau perempatan jalan, batas kota kecil dan lain sebagainya).

Koreksi yagdapat dilakukan tetap berdasar terhadap faktor hasil kaibrasi hasil proses penetapan jarak yang dilakukan oleh alat sesuai tingkat kemapuan yang dibuat oleh pabrik pembuat alat.

Penggambaran Peta Rute Koridor Jalan

Berdasar data koordinat dapat digambarkan pola koridor rute jalan pada peta situasi/tofografi yang telah ada, sekaligus dapat dilakukan penyesuaian-penyesuan terhadap rute koridor jalan yang ditinjau, dengan mencantumkan data koordinat dan data jarak yang sebenarnya (jarak miring), bukan jarak proyeksi horizonal maupun vertikal (jarak lurus).6.2.7Penyusunan Draft Fungsi dan Status Jalan NasionalPemahaman yang harus diterapkan dalam hal penyiapan data jalan nasional, terutama untuk melakukan penetapan fungsi dan status jalan nasional, terutama adalah sebagai berikut:

(1). Dalam Bab V PP Nomor 26/1985, mengatur tentang Pembinaan Jalan tentang Perubahan Status Jalan, sebagai berikut:

Pasal 43 Ayat 1, Termasuk Kelompok Jalan Nasioanl adalah:

a. Jalan Arteri Primer (AP)

b. Jalan Kolektor Primer yang menghubungkan antara ibukota propinsi (KP1)

c. Jalan selain dari a) dan b) yang bernilai Strategis Nasional

Pasal 43 Ayat 2, Penetapan Status Jalan Nasional dilakukan dengan Keputusan Menteri.(2). Dalam Bab II PP Nomor 26/1985, mengatur tentang Sistim Jaringan Jalan tentang Sistim Jaringan Jalan Primer (Jaringan Jalan Antar Kota), sebagai berikut:

Pasal 4 Ayat1, Sistim jaringan jalan Primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan SWPTN yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi sebagai berikut:a.Dalam satu SWP menghubuingkan secara menerus kota-kota jenjang kesatu, kedua, ketiga dan seterusnya sampai persiel

b.Menghubungkan kota jenjang kesatu antar SWPPasal 4 Ayat 2, Jalan Arteri Primer adalah:

a.Menghubungkan Kota Jenjang kesatub.Kota jenjang kesatu dengan kota jenjang keduaPasal 4 Ayat 3, Jalan Kolektor Primer menghubungkan kota jenjang kedua - Kota Jenjang kedua, atau kota jenjang kedua - Kota Jenjang ketiga.(3). Dalam Bab II PP Nomor 26/1985, mengatur tentang Sistim Jaringan Jalan tentang Sistim Kota-Kota, sebagai berikut:Kota jenjang Kesatu:

a.Kota yang berperan melayani seluruh SWPnya

b.Kemampuan pelyanan jas paling tinggi dalam SWPnya

c.Memiliki Orientasi kwluar wilayahnya

Kota Jenjang Kedua:

a.Kota yang berperan melayani sebgaian dari SWPnyab.Kemampuan pelayanan jasa lebih rendah dari kota jenjang kesatu dalam SWPnya

c.Terikat kepada jangkauan jasa kekota jenjang kedua

d. Memiliki orientasi kekota jenjang kesatu

Kota Jenjang Ketiga:

a.Kota yang berperan melayani sebagian dari SWPnya

b.Pelayanan jasa lebih rendah dari kota jenjang kedua dalam SWPnya

c. Terikat kepada jangkauan jasa kekota jenjang keduad.Memiliki orientasi kekota jenjang kedua dan ke kota jenjang kedua6.3PELAPORAN HASIL-HASIL PEKERJAAN

Dalam hal ini, pemahaman beberapa aspek penting dalam pekerjaan survei jaringan jalan nasional dapat dijelaskan dalam bentuk laporan pekerjaan, terutama adalah sebagai berikut:

Laporan Pendahuluan, terutama berisi metode dan rencana kerja dan jadwal pelaksanaan survei lapangan, kebutuhan data dan tenaga kerja Laporan Bulanan, terutama berisi kemajuan komponen pekerjaan dalam pelaksanaan survei, termasuk masalah lapangan yang terjadi serta evaluasi pelaksanaan survei Laporan Akhir, terutama berisi tentang hasil pelaksanaan survei, pengolahan data dan hasil pembuatan peta jalan nasional.

PAGE Survai Jaringan Jalan Nasinal - Tahun 2008

6 2