bab 4 on progress

22
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1Letak Geografis Kabupaten TTS merupakan salah satu wilayah di Propinsi NTT yang terletak antara 9 o 26’- 10 o 10’ lintang selatan dan 124 o 49’01”- 124 o 04’00” bujur timur. Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kupang, bagian selatan dengan Laut Timor dan bagian timur dengan Kabupaten Belu. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar dibawah ini ; Gambar 4.1.1 Peta Batas Wilayah Kabupaten TTS

Upload: adrian-haning

Post on 01-Feb-2016

221 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

vf

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 4 on Progress

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Letak Geografis

Kabupaten TTS merupakan salah satu wilayah di Propinsi NTT yang terletak antara

9o26’- 10o10’ lintang selatan dan 124o49’01”- 124o04’00” bujur timur. Bagian utara

berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), bagian barat berbatasan dengan

Kabupaten Kupang, bagian selatan dengan Laut Timor dan bagian timur dengan Kabupaten

Belu.

Sebagaimana dapat dilihat pada gambar dibawah ini ;

Gambar 4.1.1 Peta Batas Wilayah Kabupaten TTS

Page 2: Bab 4 on Progress

4.1.2 Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten TTS sekitar 3.955,36 km2, yang keseluruhannya berupa

daratan. Wilayah TTS banyak memiliki tekstur perbukitan, wilayah daratan di TTS yang

memiliki kemiringan dari batas ambang 0° - 3° adalah berjumlah sekitar 7,74% dari total luas

daerah Kabupaten TTS. Sedangkan areal dengan tingkat kemiringan 3° - 40° didalam wilayah

Kabupaten TTS adalah sekitar kurang lebih 57,86%. Sedangkan sisanya yang berjumlah

34,40% dari total luas wilayah Kabupaten TTS ini adalah yang memiliki tingkat kemiringan

diatas 40°.

Secara administrasi, terdapat 32 kecamatan yang terdiri dari 278 desa dan 12 kelurahan

di Kabupaten TTS. Dari 278 desa yang ada, 23 desa berada di pesisir dan 255 desa bukan di

pesisir. Dari 32 kecamatan yang ada, untuk lokasi penelitian terdiri dari tiga kecamatan, yaitu

Kecamatan Mollo Utara, Kecamatan Amanuban Selatan dan Kecamatan Amanuban Barat.

4.1.3 Kependudukan

Uraian 2012 2013

Jumlah Penduduk (jiwa) 448.693 451.922

Pertumbuhan Penduduk (%) 0,60 0,72

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 113 114

Sex Ratio (L/P)(%) 97 97

Jumlah Rumah Tangga (juta) 111.939 112.446

% Penduduk menurut kelompok umur

0-14 tahun 36,77 39.32

15-64 tahun 58,12 55,90

>65 tahun 5,11 4,78

Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2013 dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Kabupaten TTS, jumlah penduduk Kabupaten TTS adalah 451.922 orang yang terdiri atas

Page 3: Bab 4 on Progress

222.490 laki-laki dan 229.432 perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,72

persen dari hasil proyeksi jumlah penduduk tahun 2012 yaitu 448.693 orang.

Tabel 4.1.3 Indikator Kependudukan Kabupaten TTS.

4.1.4 Tingkat Pendidikan

Sesuai data tahun 2013, persentase penduduk berumur 10 tahun keatas menurut status

pendidikan adalah penduduk yang belum atau tidak pernah sekolah sebanyak 11,07%, masih

bersekolah 25,09% dan tidak bersekolah lagi 63,84%. Sedangkan menurut kemampuan

membaca dan menulis adalah dapat membaca dan menulis sebanyak 86,53% dan buta huruf

13,47%. Secara umum, tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten TTS masih relatif rendah

dan keadaan penduduk ini merupakan suatu masalah yang berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan.

4.1.5 Pelayanan Kesehatan

Kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Peningkatan derajat kesehatan

masyarakat perlu ditunjang dengan ketersediaan fasilitas kesehatan yang terjangkau dengan

pelayanan yang memadai dan mudah diakses oleh masyarakat. Jumlah sarana pelayanan

kesehatan di Kabupaten TTS sebanyak 2 buah Rumah Sakit (RS), 93 Puskesmas atau Pustu,

105 Poskesdes atau Polindes yang tersebar di desa atau kelurahan. Jumlah tenaga kesehatan

di Kabupaten TTS tahun 2013 pada seluruh unit pelayanan kesehatan adalah sebanyak 527

orang.

4.1.6 Perumahan

Selama dua tahun terakhir terjadi peningkatan persentase rumah tangga dengan jenis

lantai bukan tanah yaitu dari 35,26% tahun 2012 menjadi 35,78% tahun 2013. Sedangkan

untuk jenis dinding sebanyak 23,91% rumah tangga telah menggunakan dinding permanen.

Untuk jenis atap, sebagian besar telah tinggal menggunakan atap layak yaitu 60,88%. Dan

Page 4: Bab 4 on Progress

untuk penerangan 51,07% rumah tangga telah menggunakan listrik sebagai sumber

penerangan utama.

Pada tahun 2013 di Kabupaten TTS sebanyak 88,31% penduduk memiliki rumah

tinggal dengan luas ≥ 20 m2 sedangkan penduduk yang memiliki rumah tinggal < 20 m2 hanya

sekitar 11,69% yang umumnya adalah masyarakat di pedesaan yang lebih memilih tinggal di

rumah bulat (ume kebubu).

4.2 Karakteristik Responden

4.2.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jumlah subyek penelitian ada 66 orang terdiri dari 33 kasus dan 33 kontrol.

Tabel 4.2.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Subyek PenelitianTotal

Kasus Kontrol

N % N % N %Laki-laki 15 45,5 16 48,5 31 47,0Perempuan 18 54,5 17 51,5 35 53,0Jumlah 33 100,0 33 100,0 66 100,0

Tabel diatas menunjukan bahwa jenis kelamin laki-laki pada kelompok kasus sebanyak 15

(45,5%) dan kelompok kontrol sebanyak 16 (48,5%), demikian juga pada jenis kelamin

perempuan proporsinya pada kelompok kasus sebanyak 18 (54,5%) dan pada kelompok

kontrol sebanyak 17 (51,5%).

4.2.2 Distribusi Responden Menurut Golongan Umur

Tabel 4.2.2 Distribusi Responden Menurut Golongan Umur

Kelompok Umur

Subyek PenelitianTotal

Kasus Kontrol

N % N % N %15 - 26 15 45,5 12 36,4 27 40,927 - 38 11 33,3 14 42,4 25 37,939 - 50 7 21,2 7 21,2 14 21,2Jumlah 33 100,0 33 100,0 66 100,0

Page 5: Bab 4 on Progress

Tabel diatas menunjukkan bahwa proporsi umur responden yang paling banyak pada

kelompok umur 15 - 26 tahun yaitu 27 orang (40,9%). Pada kelompok kasus, umur responden

yang paling banyak adalah 15 – 26 tahun yaitu 15 orang (45,5%). Pada kelompok kontrol,

umur responden yang paling banyak adalah 27 – 38 tahun yaitu 14 orang (42,4%).

Page 6: Bab 4 on Progress

4.2.3 Distribusi Responden Menurut Tempat Penemuan Kasus TB Paru BTA Positif

Tabel 4.2.3 Distribusi Responden Menurut Tempat Penemuan Kasus TB Paru BTA Positif

Tabel diatas menunjukkan wilayah Puskesmas Nulle merupakan Puskesmas dengan

penemuan kasus terbanyak yaitu 31 kasus (94%), sedangkan Puskesmas Noemuke dan

Puskesmas Kapan masing-masing hanya terdapat 1 kasus (3%).

4.2.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Tabel 4.2.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Tabel diatas menunjukkan bahwa proporsi tingkat pendidikan responden paling banyak

adalah tamat SMA yaitu 27 orang (40,9%). Pada kelompok kasus, tingkat pendidikan

responden yang paling banyak adalah tamat SD dan tamat SMA yaitu masing-masing 13

orang (39,4%), pada kelompok kontrol tingkat pendidikan yang paling banyak adalah tamat

SMA yaitu 14 orang (42,4%).

Nama PuskesmasKasus BTA Positif

N %Noemuke 1 3,0Nulle 31 94,0 Kapan 1 3,0Jumlah 33 100,0

Tingkat Pendidikan

Subyek PenelitianTotal

Kasus Kontrol

N % N % N %Tidak Sekolah 0 0,0 0 0,0 0 0,0Tidak Tamat SD 0 0,0 1 3,0 1 1,5Tamat SD 13 39,4 11 33,3 24 36,4Tamat SMP 5 15,2 7 21,2 12 18,2Tamat SMA 13 39,4 14 42,4 27 40,9Akademi/PT 2 6,1 0 0,0 2 3,0Jumlah 33 100,0 33 100,0 66 100,0

Page 7: Bab 4 on Progress

4.2.5 Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan

Tabel 4.2.5 Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan

Tabel diatas menunjukkan bahwa berdasarkan jenis pekerjaan, proporsi jenis pekerjaan

responden paling banyak adalah tidak bekerja/IRT yaitu 33 orang (50%). Pada kelompok

kasus, jenis pekerjaan responden paling banyak adalah tidak bekerja/IRT yaitu 17 orang

(51,5%). Pada kelompok kontrol, jenis pekerjaan responden yang paling banyak adalah tidak

bekerja/IRT yaitu 16 orang (48,5%).

4.3 Analisis Faktor Risiko

Deskripsi variabel penelitian ditunjukkan dari hasil distribusi frekuensi dari masing-

masing variabel penelitian . Pengelompokan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dari

masing-masing variabel yang akan diteliti dengan kejadian TB paru pada orang yang berumur

15 - 50 tahun yang dianalisis dengan menggunakan tiga tahap yaitu tahap pertama

menggunakan analisis univariat, kemudian tahap kedua dicari hubungannya dengan kejadian

TB paru dengan menggunakan analisis bivariat, sedangkan tahap ketiga apabila proporsi

variabel bebas menunjukkan adanya perbedaan antara kasus dan kontrol dengan melihat

significant (p < 0,25), maka dilanjutkan dengan menggunakan analisis multivariat.

Jenis Pekerjaan

Subyek PenelitianTotal

Kasus Kontrol

N % N % N %PNS/ABRI 1 3,0 0 0,0 1 1,5Pegawai Swasta 0 0,0 0 0,0 0 0,0Wiraswasta 0 0,0 2 6,1 2 3,0Pensiunan 0 0,0 0 0,0 0 0,0Pelajar/Mahasiswa 3 9,1 1 3,0 4 6,1Petani 9 27,3 12 36,4 21 31,8Buruh 0 0,0 0 0,0 0 0,0Tidak Bekerja/IRT 17 51,5 16 48,5 33 50,0Lainnya 3 9,1 2 6,1 5 7,6Jumlah 33 100,0 33 100,0 66 100,0

Page 8: Bab 4 on Progress

4.3.1 Analisis Univariat

Faktor lingkungan rumah yang berhubungan dengan kejadian TB paru.

Kepadatan penghuni rumah dalam penelitian ini adalah perbandingan antara luas

lantai rumah dengan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah. Pada kasus yang tidak

memenuhi syarat (< 9 m2 per orang) sebesar 81,8%, sedangkan pada kontrol yang tidak

memenuhi syarat kesehatan lebih kecil yaitu sebesar 51,5%. Kepadatan penghuni

rumah pada kasus yang memenuhi syarat (≥ 9 m2 per orang) sebesar 18,2%, sedangkan

pada kontrol lebih besar yaitu 48,5%.

Suhu ruangan adalah temperatur udara dalam ruangan yang diukur dengan

menggunakan termometer ruangan dalam satuan derajat celcius. Berdasarkan

pengukuran dengan termometer, yang tidak memenuhi syarat (31oC – 37oC) pada kasus

sebesar 6,1%, sedangkan pada kontrol lebih besar yaitu 15,2%. Suhu ruangan yang

memenuhi syarat (< 31oC dan > 37oC) pada kasus sebesar 93,9% dan pada kontrol

84,8%.

Kelembaban rumah adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam ruangan,

diukur pada tempat dimana penghuni menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah

dengan menggunakan alat hygrometer. Berdasarkan pengukuran hygrometer pada kasus

yang tidak memenuhi syarat (< 40% dan > 70%) sebesar 87,9%, sedangkan pada

kontrol lebih kecil yaitu 48,5%. Kelembaban yang memenuhi syarat (40% - 70%) pada

kasus sebesar 12,1%, sedangkan pada kontrol lebih besar yaitu 51,5%.

Luas Ventilasi adalah perbandingan antara luas lubang angin yang dapat masuk

kedalam rumah dan luas lantai dikalikan 100% dengan menggunakan rol meter. Pada

kasus yang tidak memenuhi syarat ( < 10% dari luas lantai) sebesar 78,8%, sedangkan

Page 9: Bab 4 on Progress

pada kontrol sebesar 54,5%. Luas ventilasi yang memenuhi syarat ( ≥ 10% dari luas

lantai) sebesar 21,2%, sedangkan pada kontrol sebesar 45,5%.

Intensitas pencahayaan adalah pencahayaan yang berasal dari sinar matahari,

diukur pada tempat dimana penghuni menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah

dengan menggunakan lux meter. Berdasarkan pengukuran pada kasus yang tidak

memenuhi syarat ( < 60 Lux) sebesar 72,7%, sedangkan pada kontrol lebih kecil yaitu

33,3%. Intensitas cahaya yang memenuhi syarat ( ≥ 60 Lux) pada kasus sebesar 27,3%

dan pada kontrol 66,7%.

Jenis lantai adalah tempat berpijak di dalam rumah yang diukur dengan kondisi

kedap air (dilapisi semen atau tegel/ubin/keramik/teraso) atau tidak kedap air (tanah)

dari lantai terluas di dalam rumah. Berdasarkan pengamatan fisik langsung, yang tidak

memenuhi syarat (tidak kedap air) pada kasus sebesar 45,5%, sedangkan pada kontrol

lebih kecil yaitu 27,3%. Jenis lantai yang memenuhi syarat (kedap air) pada kasus

sebesar 54,5% dan pada kontrol sebesar 72,7%.

Kontak serumah adalah adanya keluarga serumah yang sudah diketahui menderita

TB paru BTA positif. Pada kasus yang memiliki kontak serumah sebesar 75,8%,

sedangkan pada kontrol sebesar 51,5%. Pada kasus yang tidak memiliki kontak

serumah sebesar 24,2% dan pada kontrol 48,5%.

Tabel 4.3.1 Hasil Analisis Univariat Faktor Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB

Paru di Kabupaten TTS Tahun 2014

Page 10: Bab 4 on Progress

Selanjutnya data tersebut di analisis dengan uji chi-square dan uji regresi logistik untuk

mengetahui hubungan masing-masing variabel dengan kejadian TB paru.

4.3.2 Analisis Bivariat

1. Hubungan kepadatan penghuni rumah dengan kejadian TB paru

Proporsi rumah yang kepadatan penghuni rumahnya < 9 m2 (tidak memenuhi

syarat) lebih sedikit pada kelompok kontrol (51,5%) dibanding pada kelompok

kasus (81,8%). Secara statistik hasil analisa menunjukkan p = 0,009 dan OR =

4,235 dengan CI 95% = 1,385 < OR < 12,947 sehingga bermakna karena p < 0,05

dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kepadatan penghuni rumah merupakan

No Jenis Pekerjaan

Subyek Penelitian

Kasus Kontrol

N % N %

1.Kepadatan penghuni1. < 9 m2 per orang2. ≥ 9 m2 per orang

276

81,818,2

1716

51,548,5

2Suhu ruangan1. 31oC – 37oC2. < 31oC dan > 37oC

231

6,193,9

528

15,284,8

3

Kelembaban rumah1. < 40% dan > 70%2. 40% - 70%

294

87,912,1

1617

48,551,5

4Luas ventilasi1. < 10% dari luas lantai2. ≥ 10% dari luas lantai

267

78,821,2

1815

54,545,5

5Intensitas pencahayaan1. < 60 Lux2. ≥ 60 Lux

249

72,727,3

1122

33.366,7

6Jenis lantai1. Tidak kedap air2. Kedap air

1518

45,554,5

924

27,372,7

7Kontak serumah1. Ada2. Tidak ada

258

75,824,2

1716

51,548,5

Page 11: Bab 4 on Progress

faktor risiko kejadian TB paru atau ada hubungan antara kepadatan penghuni

rumah dengan kejadian TB paru.

Tabel 4.3.2.1 Distribusi Kepadatan Penghuni Rumah dengan Kejadian TB Paru di

Kabupaten TTS Tahun 2014

Kepadatan penghuni rumah

Subyek Penelitian

Kasus Kontrol

N % N %< 9 m2 per orang≥ 9 m2 per orang

276

81,818,2

1716

51,548,5

OR = 4,235 CI 95% = 1,385<OR<12,947 p = 0,009

2. Hubungan suhu ruangan dengan kejadian TB paru

Proporsi suhu ruangan 31oC – 37oC (tidak memenuhi syarat) lebih banyak

pada kelompok kontrol (15,2%) dibanding pada kelompok kasus (6,1%). Secara

statistik hasil analisa menunjukkan p = 0,230 dan OR = 0,361 dengan CI 95% =

0,065 < OR < 2,013 sehingga tidak bermakna karena p > 0,05 dengan demikian

dapat dinyatakan bahwa suhu ruangan bukan merupakan faktor risiko kejadian TB

paru atau tidak ada hubungan antara suhu ruangan dengan kejadian TB paru.

Tabel 4.3.2.2 Distribusi Suhu Ruangan Rumah dengan Kejadian TB Paru di

Kabupaten TTS Tahun 2014

Suhu ruangan

Subyek Penelitian

Kasus Kontrol

N % N %31oC – 37oC

< 31oC dan > 37oC231

6,193,9

528

15,284,8

OR = 0,361 CI 95% = 0,065<OR<2,013 p = 0,230

3. Hubungan kelembaban rumah dengan kejadian TB paru

Page 12: Bab 4 on Progress

Proporsi kelembaban rumah < 40% dan > 70% (tidak memenuhi syarat) lebih

banyak pada kelompok kasus (87,9%) dibanding pada kelompok kontrol (48,5%).

Secara statistik hasil analisa menunjukkan p = 0,001 dan OR = 7,703 dengan CI

95% = 2,210 < OR < 26,848 sehingga bermakna karena p < 0,05 dengan demikian

dapat dinyatakan bahwa kelembaban rumah merupakan faktor risiko kejadian TB

paru atau ada hubungan kelembaban rumah dengan kejadian TB paru.

Tabel 4.3.2.3 Distribusi Kelembaban Rumah dengan Kejadian TB Paru di

Kabupaten TTS Tahun 2014

Kelembaban rumah

Subyek Penelitian

Kasus Kontrol

N % N %< 40% dan > 70%

40% - 70%294

87,912,1

1617

48,551,5

OR = 7,703 CI 95% = 2,210<OR<26,848 p = 0,001

4. Hubungan luas ventilasi dengan kejadian TB paru

Proporsi luas ventilasi < 10% dari luas lantai (tidak memenuhi syarat) lebih

banyak pada kelompok kasus (78,8%) dibanding pada kelompok kontrol (54,5%).

Secara statistik hasil analisa menunjukkan p = 0,037 dan OR = 3,095 dengan CI

95% = 1,051 < OR < 9,113 sehingga bermakna karena p < 0,05 dengan demikian

dapat dinyatakan bahwa luas ventilasi merupakan faktor risiko kejadian TB paru

atau ada hubungan luas ventilasi dengan kejadian TB paru.

Tabel 4.3.2.4 Distribusi Luas Ventilasi dengan Kejadian TB Paru di Kabupaten

TTS Tahun 2014

Luas ventilasi

Subyek Penelitian

Kasus Kontrol

N % N %< 10% dari luas lantai ≥ 10% dari luas lantai

267

78,821,2

1815

54,545,5

OR = 3,095 CI 95% = 1,051<OR<9,113 p = 0,037

5. Hubungan intensitas pencahayaan dengan kejadian TB paru

Page 13: Bab 4 on Progress

Proporsi intensitas pencahayaan < 60 Lux (tidak memenuhi syarat) lebih

banyak pada kelompok kasus (72,7%) dibanding pada kelompok kontrol (33,3%).

Secara statistik hasil analisa menunjukkan p = 0,001 dan OR = 5,333 dengan CI

95% = 1,859 < OR < 15,301 sehingga bermakna karena p < 0,05 dengan demikian

dapat dinyatakan bahwa intensitas pencahayaan merupakan faktor risiko kejadian

TB paru atau ada hubungan intensitas pencahayaan dengan kejadian TB paru.

Tabel 4.3.2.5 Distribusi Intensitas Pencahayaan dengan Kejadian TB Paru di

Kabupaten TTS Tahun 2014

Intensitas pencahayaan

Subyek Penelitian

Kasus Kontrol

N % N %< 60 Lux ≥ 60 Lux

249

72,727,3

1122

33,366,7

OR = 5,333 CI 95% = 1,859<OR<15,301 p = 0,001

6. Hubungan jenis lantai dengan kejadian TB paru

Proporsi jenis lantai tidak kedap air lebih banyak pada kelompok kasus

(45,5%) dibanding pada kelompok kontrol (27,3%). Secara statistik hasil analisa

menunjukkan p = 0,125 dan OR = 2,222 dengan CI 95% = 0,795 < OR < 6,211

sehingga tidak bermakna karena p > 0,05 dengan demikian dapat dinyatakan

bahwa jenis lantai bukan merupakan faktor risiko kejadian TB paru atau tidak ada

hubungan jenis lantai dengan kejadian TB paru.

Tabel 4.3.2.6 Distribusi Jenis Lantai dengan Kejadian TB Paru di Kabupaten TTS

Tahun 2014

Jenis lantai

Subyek Penelitian

Kasus Kontrol

N % N %Tidak kedap air

Kedap air1518

45,554,5

924

27,372,7

OR = 2,222 CI 95% = 0,795<OR<6,211 p = 0,125

7. Hubungan kontak serumah dengan kejadian TB paru

Page 14: Bab 4 on Progress

Proporsi adanya kontak serumah lebih banyak pada kelompok kasus (75,8%)

dibanding pada kelompok kontrol (51,5%). Secara statistik hasil analisa

menunjukkan p = 0,041 dan OR = 2,941 dengan CI 95% = 1,031 < OR < 8,394

sehingga bermakna karena p < 0,05 dengan demikian dapat dinyatakan bahwa

kontak serumah merupakan faktor risiko kejadian TB paru atau ada hubungan

kontak serumah dengan kejadian TB paru.

Tabel 4.3.2.7 Distribusi Kontak Serumah dengan Kejadian TB Paru di Kabupaten

TTS Tahun 2014

Kontak serumah

Subyek Penelitian

Kasus Kontrol

N % N %Ada

Tidak ada258

75,824,2

1716

51,548,5

OR = 2,941 CI 95% = 1,031<OR<8,394 p = 0,041

Tabel 4.3.2 Hasil Perhitungan Analisis Bivariat dengan Uji Chi-Square Faktor

Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Kabupaten TTS

Tahun 2014

No Faktor risiko OR 95% CI Nilai p Keterangan

1.2. 3.4.5. 6. 7.

Kepadatan penghuni Suhu ruanganKelembaban rumahLuas ventilasiIntensitas pencahayaanJenis lantaiKontak serumah

4,2350,3617,7033,0955,3332,2222,941

1,385<OR<12,9470,065<OR<2,0132,210<OR<26,8481,051<OR<9,1131,859<OR<15,301,795<OR<6,2111,031<OR<8,394

0,0090,2300,0010,0370,0010,1250,041

SigTidak sig

SigSigSig

Tidak sigSig

4.3.3 Analisis Multivariat

Pada tahap berikutnya data tersebut di analisis secara bersama-sama dengan analisis

multivariat untuk mengetahui adanya hubungan antara faktor lingkungan rumah dengan

kejadian TB paru. Analisis bivariat dari masing-masing variabel faktor risiko yang

Page 15: Bab 4 on Progress

mempunyai angka kemaknaan dengan nilai ρ-value < 0,05 adalah kepadatan penghuni rumah,

kelembaban rumah, luas ventilasi, intensitas pencahayaan dan kontak serumah.

Analisis multivariat dapat dilakukan jika hasil analisis bivariat menunjukkan nilai ρ-

value < 0,25, dengan demikian semua variable dapat dimasukkan dalam analisa multivariat

karena p < 0,25.

Adapun hasil analisis multivariat faktor lingkungan rumah dengan kejadian TB paru

adalah sebagaimana tabel 4.3.3 di bawah ini :

Tabel 4.3.3 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Beberapa Faktor Lingkungan

Rumah yang Berhubungan dengan Kejadian TB Paru di Kabupaten TTS Tahun

2014

No Faktor risiko B Nilai p OR 95% CI

1.2. 3.4.

Kepadatan penghuniKelembaban rumahIntensitas pencahayaanKontak serumah

2,1621,9972,4251,271

0,0080,0120,0020,072

8,6897,37011,3043,566

1,754<OR<43,0351,544<OR<35,1882,427<OR<52,6490,893<OR<14,237