bab 3 final design business model - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab3/bab...
TRANSCRIPT
BAB 3
FINAL DESIGN BUSINESS MODEL
Pattern menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal.54) adalah suatu
gagasan untuk menangkap ide-ide desain sebagai suatu pola dasar dan
deskripsi yang dapat digunakan secara berkesinambungan. Pattern atau pola
membantu mendeskripsikan bisnis model yang memiliki kesamaan karakteristik,
kesamaan pengaturan building blocks, atau kesamaan perilaku. Pola ini
akan membantu dalam memperjelas dinamika dalam bisnis model dan akan
menjadi dasar inspirasi untuk berjalannya suatu bisnis model. Dengan
mendefinisikan dan menjelaskan pola bisnis model ini dapat ditetapkan format
yang standart digunakan dalam konsep bisnis yang terkenal saat ini agar berguna
ketika mendesain suatu bisnis model. (Osterwalder & Pigneur, 2010, hal.55).
Osterwalder & Pigneur (2010, hal.56-119) membuat sketsa lima pola
bisnis model yaitu unbundling business models, the long tail, multi-sided
platforms, Free as a business model (freemium), open business model. Dalam
unbundling business model dijelaskan bahwa pelaku bisnis membagi bisnisnya
secara terpisah sehingga, masing-masing fokus di pasarnya masing-masing. Ada
tiga tipe bisnis dalam unbundling business model yaitu customer relation
business, product innovation business, dan infrastructure business, contohnya
mobile telecom business. Berikutnya adalah the long-tail, dalam bisnis model ini
dijelaskan mengenai fokus dalam menjual produk yang menjadi “Hit” di
pasaran, yaitu fokus ke product line yang luas, tetapi masing-masing dijual
39
dalam volume relatif kecil, contohnya adalah Lego. Multi-sided platforms
menjelaskan suatu bisnis model yang terdiri dari dua atau lebih grup pelanggan
yang saling tergantung, bisnis yang ada difasilitasi oleh interaksi diantara dua
grup yang berbeda tersebut. Contoh : Visa (interaksi antara merchants dengan
cardholders). Freemium menawarkan penawaran yang sama sekali gratis,
pelanggan yang tidak membayar disubsidi oleh bagian lain bisnis model atau oleh
segmen pelanggan yang berbeda. Contoh : Google (penghasilan dari iklan). Dan
terakhir open business model, yang menciptakan atau menangkap values dengan
kolaborasi yang sistematis dengan partner diluar bisnis. Contoh : P&G.
Jika dilihat dari beberapa pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa “Putulicious” menggunakan pola the long tail, menjual produk yaitu
cemilan yang akan hit di pasar dengan focus kepada product line utama yaitu Kue
Putu tersebut, yang terbuat dari bahan utamanya yaitu tepung beras kering dan
untuk bagian isi dalamnya yaitu coklat, keju, blueberry, dan strawberry yang
diambil dari supplier berkualitas.
40
Gambar 3.1 Nine Building Blocks “Putulicious”
1.1 Value Preposition
Terdapat 8 value preposition “Putulicious” yang sudah diajukan pada
bab sebelumnya. Namun value yang diajukan belum tentu dapat diterapkan
langsung pada proses pembentukan desain bisnis model “Putulicious”. Value–
value yang akan dipakai pada proses desain untuk memulai bisnis ini adalah
value–value yang yang tidak bersebrangan atau bertolak belakang dari value inti
“Putulicious” yakni Kue Putu yang menawarkan rasa baru yang merambah pasar
di mall kategori premium. Selain itu value juga akan dipilih berdasarkan nilai
guna serta effort yang dibutuhkan.
41
1.1.1 New Taste
Untuk rasa baru yang ditawarkan “Putulicious” kepada pelanggannya yaitu
“Putulicious” menawarkan rasa-rasa baru untuk bagian isi kue putu, yang biasanya
kue putu hanya diisi dengan gula merah dan taburan kelapa muda, disini
“Putulicious” menawarkan rasa baru yang lebih modern, yaitu:
Gula merah, (putu original) diselimuti tepung aroma pandan, dengan
tepung berwarna hijau muda seperti kue putu biasa.
Keju, diselimuti tepung aroma pandan, tetapi tepung tersebut berwarna
kuning muda, ditujukan untuk membedakannya dengan yang lain.
Coklat diselimuti tepung aroma pandan, tetapi tepung tersebut berwarna
coklat lembut.
Strawberry diselimuti tepung aroma pandan, tetapi tepung tersebut
berwarna pink muda
Blueberry diselimuti tepung aroma pandan, tetapi tepung tersebut
berwarna ungu muda.
Nantinya kue putu tersebut akan ditaburi berbagai macam topping, tetapi
yang original tetap ada, seperti kelapa, meises, almond, sesuai selera pelanggan.
Untuk hasil survey dari kuesioner yang mendukung pemilihan value
preposition ini yaitu:
42
Gambar 3.2 Hasil Kuesioner (1)
Gambar 3.3 Hasil Kuesioner (2)
Dari hasil presentase diatas terlihat bahwa para penyuka cemilan
tradisional/kue putu tertarik untuk mencoba variasi rasa baru dari kue putu.
Sebesar 84% mereka tertarik untuk mencoba variasi rasa baru dari kue putu,
sedangkan 85% tertarik untuk mencoba variasi baru dari taburan/topping kue putu
a. Ya84%
b. Tidak16%
Apakah anda ingin mencoba variasi rasa baru dari Kue Putu (selain dengan isi gula merah, misalnya dengan isi coklat, keju, blueberry, dll)
a. Ya85%
b. Tidak15%
Apakah anda ingin mencoba variasi lain dari taburan / topping dari Kue Putu (selain dengan kelapa muda, misalnya dengan taburan / topping almond, keju, meises coklat)
43
(dari 327 responden).
1.1.2 Lokasi (market) baru
Sampai saat ini berdasarkan analisa penulis, masih belum ditemukan
penjual kue putu yang berjualan di dalam mall, kebanyakan penjual kue putu
hanya berjualan di pasar-pasar atau tempat tertentu saja, sehingga penulis
mendapatkan ide untuk mensosialisasikan salah satu cemilan/makanan ringan
Indonesia ini untuk dilokasikan di dalam mall, hanya dengan memakai outlet
(penggunaan outlet ini sebelumnya ada pada value Business Model Canvas
Bab.2) tetapi diberikan beberapa beberapa kursi dan meja dengan tatanan tempat
senyaman mungkin bagi mereka yang ingin menikmati ditempat langsung
cemilan tersebut. Karena “Putulicious” juga menyediakan minuman yang sesuai
sebagai pasangan santap kue putu tersebut, jadi pelanggan dapat menikmati kue
putu ditempat dengan bersantai bersama teman atau keluarga.
Untuk hasil survey dari kuesioner yang mendukung pemilihan value
preposition ini yaitu:
44
Gambar 3.4 Hasil Kuesioner (3)
Gambar 3.5 Hasil Kuesioner (4)
a. Ditempat langsung
35%
b. Dibawa pulang kerumah atau
dibungkus16%
c. Keduanya49%
Dari dua pilihan dibawah ini, mana lokasi/tempat yang lebih anda sukai untuk mengkonsumsi cemilan?
a. Pinggir jalan/kaki lima
17%
b. Mall / Supermarket
37%
c. Keduanya46%
Dari dua pilihan dibawah ini, mana lokasi/tempat yang lebih anda sukai untuk membeli cemilan?
45
Gambar 3.6 Hasil Kuesioner (5)
Karena “Putulicious” ingin membuka market baru, jadi yang biasanya
orang-orang membeli kue putu dipasar tradisional atau pedagang kaki lima,
sekarang “Putulicious” ingin merambah lokasi/pasar baru, yaitu mall. Dari
kuesioner pertama terlihat bahwa 49% responden tertarik untuk mengkonsumsi
cemilan di tempat langsung dan take away, sehingga “Putulicious” berencana
untuk membuka outlet untuk menyalurkan kesenangan konsumen tersebut. Outlet
disini terdiri dari beberapa meja dengan kursi bagi yang ingin sekedar nongkrong,
sehingga bagi yang hanya ingin take away juga dapat melihat pertunjukan
pembuatan kue putu oleh koki pada outlet.
Pada kuesioner kedua terlihat bahwa 46% responden memilih lokasi yang
menurut mereka nyaman untuk membeli cemilan yaitu di pinggir jalan/kaki lima
dan di mall, tetapi jika dilihat dari hasil presentase antara keduanya, responden
lebih memilih untuk membeli cemilan di mall yaitu sebesar 37% sedangkan di
pinggir jalan/kaki lima hanya 17%. Sehingga outlet yang akan dibuat yaitu
a. Outlet di Mall40%
b. Café13%
c. Hanya take away (dibungkus
dan bawa pulang)
47%
Dari tiga pilihan dibawah ini, mana lokasi / tempat yang lebih anda sukai untuk menikmati kueputu?
46
berlokasi di mall besar Jakarta yaitu Pondok Indah Mall.
Sedangkan pada kuesioner ketiga terlihat bahwa responden lebih
menyukai untuk menikmati kue putu di outlet mall (40%) dan take away (47%),
sehingga dapat disediakan outlet yang dapat menyediakan tempat untuk
nongkrong dan hanya take away.
1.1.3 Pemilihan topping sendiri
Pelanggan “Putulicious” juga ditawarkan untuk memilih beberapa pilihan
topping yang disediakan “Putulicious” seperti kelapa, meises coklat, keju, serta
almond. Diharapkan dengan beberapa pilihan topping ini dapat memberikan
kepuasan sesuai selera pelanggan “Putulicious”. Pemilihan topping serta konsep
new taste “Putulicious” merupakan dua value utama bagi inovasi produk kue
putu oleh “Putulicious”, sehingga termasuk dalam Final Business Model
“Putulicious”.
Untuk hasil survey dari kuesioner yang mendukung pemilihan value
preposition ini yaitu:
Gambar 3.7 Hasil Kuesioner (6)
a. Ya85%
b. Tidak15%
Apakah anda ingin mencoba variasi lain dari taburan / topping dari Kue Putu (selain dengan kelapa muda, misalnya dengan taburan / topping almond, keju, meises coklat)
47
Dari hasil survey diatas dari 327 partisipan yang mengisi kuesioner
terlihat bahwa 85% tertarik ingin mencoba variasi dari taburan/topping dari kue
putu (selain dengan kelapa muda, yaitu dengan meises coklat, almond, serta
keju).
1.1.4 Konsep tradisional produk
Ketiga value preposition pada Business Model Canvas Bab.2 dimasukkan
ke dalam konsep tradisional produk pada Final Business Model ini, yaitu: Suara
Khas Ketika Mengukus Kue Putu serta Aroma Khas Kue Putu, Penggunaan
Bambu sebagai Alat Tradisional untuk Mengukus Putu, serta Pertunjukan
Pembuatan Kue Putu. Karena ketiga value tersebut sudah diwakilkan dalam garis
besar konsep tradisional ”Putulicious”.
Untuk hasil survey dari kuesioner yang mendukung pemilihan value
preposition ini yaitu:
Gambar 3.8 Hasil Kuesioner (7)
a. Iya82%
b. Tidak18%
Apakah anda senang mengkonsumsi cemilan khas/tradisional Indonesia?
48
Dari hasil presentase diatas terlihat dr 327 orang responden yang mengisi
kuesioner, 88% menyukai cemilan khas/tradisional Indonesia, sehingga konsep
“Putulicious” tetap mengandung unsur tradisional walaupun dengan kemasan
modern.
Untuk ketahanan kue putu sendiri, perusahaan dengan men-training para
koki berusaha untuk membuat produk dapat bertahan selama mungkin, karena
kue putu merupakan cemilan basah yang memang lezat dinikmati ketika masih
hangat, maka dengan resep para koki sedemikian rupa dibuat agar ketahanan kue
putu cukup lama (bagi kue/cemilan basah) yaitu hingga mencapai 24 jam.
1.2 Customer Segment
Berikut ini merupakan proses seleksi dan pertimbangan untuk customer
segments yang tepat bagi “Putulicious”.
1. Demographic Segmentation
a. Anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua.
Dari anak-anak usia 10-17 : tingkat pendidikan SMP & SMU.
Anak kecil dan remaja dapat menyantap “Putulicious” sesuai selera
mereka karena bahan-bahan berkualitas yang digunakan menciptakan
rasa lezat kue putu serta sensasi kenikmatannya dapat memuaskan
para konsumennya.
Remaja hingga dewasa usia 18-22 : tingkat pendidikan
Universitas
Remaja hingga dewasa dapat menyantap “Putulicious” sesuai selera
49
mereka karena bahan-bahan berkualitas yang digunakan menciptakan
rasa lezat kue putu serta sensasi kenikmatannya dapat memuaskan
para konsumennya. Cara kami membangun Product Awareness
dengan anak-anak dan remaja yaitu dengan:
1. Media Social: Dengan foto-foto yang kami unggah di Instagram
akan dapat menarik minat remaja di era technology untuk
mencoba kue putu
2. Twitter & Facebook: Pengunjung yang ingin mendapatkan bonus
tambahan, dapat meng-update status atau mengunggah foto di
stand Putulicious lalu tunjukkan kepada kasir dan akan
mendapatkan bonus tambahan, selain itut eman-teman dan
followers orang yang melihat akan penasaran dan ingin mencoba
Putulicious sehingga, makan kue putu di Putulicious menjadi
sebuah trend baru di kalangan anak muda.
3. Pilihan Topping yang menarik: Untuk menarik minat anak-anak,
kami menyediakan topping-topping yang biasanya disukai oleh
anak-anak, seperti coklat melted, ice cream, oreo, taburan permen
sehingga anak-anak tersebut tertarik untuk mencoba kue putu
tradisional.
Dewasa dan orang tua: usia 22 + +
Bagi dewasa hingga orang yang sudah tua atau berumur pada usia
tersebut dapat menikmati camilan kue putu dengan topping sesuai
dengan selera mereka. Karena kue putu dibuat memang untuk semua
50
umur, disamping bahan-bahan yang digunakan menciptakan rasa lezat
kue putu serta sensasi kenikmatannya dapat memuaskan para
konsumennya, selain itu kue putu ini juga dibuat tanpa bahan
pengawet, agar kualitas produknya cocok bagi para konsumen yang
sudah berumur. Disamping kue putu tersebut juga memiliki tekstur
yang lembut dan mudah dikonsumsi oleh orang tua sekalipun.
b. Kelas ekonomi menengah ke atas
Yaitu masyarakat dengan pendapatan minimal 5 jt/bulan. Karena jika
ada kualitas tentu ada harga, berhubung kue putu dibuat dengan bahan
baku berkualitas, peralatan tradisional yang sangat jarang pada masa
sekarang ini, serta lokasi yang dipilih untuk membangun bisnis ini
adalah di dalam mall, yang tentunya membutuhkan investasi
yang tidak sedikit, sehingga harga kue putu memang harga yang
pantas bagi “Putulicious”.
2. Psychographic Segmentation
a. Working people
Biasanya mereka-mereka yang rajin bersosialisasi di mall merupakan
mereka-mereka yang berkarir di perkantoran sekitar mall tersebut, dan
bisa juga diluar daerah tersebut.
3. Geographic Segmentation
a. Perkotaan padat penduduk
Jakarta merupakan lokasi pertama dibukanya outlet “Putulicious”,
51
karena Jakarta merupakan perkotaan padat penduduk yang sangat
mendukung untuk didirikan bisnis seperti ini, selain juga banyaknya
populasi masyarakat ibukota Jakarta.
3.3 Customer Relationship
Berikut ini merupakan proses seleksi dan pertimbangan customer
relationship yang tepat untuk segmen “Putulicious”.
1. Social Media dan Website
Beberapa social media yang digunakan “Putulicious” untuk dapat terus
berhubungan dekat dengan pelanggannya yaitu:
Twitter: Dapat memberikan info-info tentang produk “Putulicious”
dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pelanggan.
Facebook: Memberikan info serta gambaran produk “Putulicious”
sehingga pelanggan mendapatkan info yang semakin lengkap tentang
“Putulicious”
Instagram: Untuk membuat pelanggan tertarik mencoba produk
“Putulicious”, “Putulicious” berinisiatif untuk memberikan foto-foto
produk “Putulicious” serta info-info singkat tentang produk tersebut.
Selain itu, dapat juga gambaran bagaimana lokasi outlet “Putulicious”
Website: Dapat memberikan informasi lengkap tentang produk serta
layanan yang diberikan “Putulicious” kemudian dapat juga sebagai
ajang promosi “Putulicious” kepada pelanggan mereka.
52
2. Membership
Dengan membership yang ditawarkan “Putulicious”, pelanggan akan
diberikan layanan special, dengan mendapatkan beberapa kemudahan
seperti pelanggan akan mendapatkan produk tanpa harus mengantri, selain
itu mereka akan mendapatkan berbagai macam promo-promo serta
potongan harga spesial yang dibuat tim marketing “Putulicious” pada
periode-periode tertentu bagi para member.
3.4 Channels
Pemilihan Channels atau saluran distribusi untuk bisa sampai ke tangan
customer, sangatlah penting dan harus efektif dan efisien. Karena itu kami
memilih channels:
1. Direct Sales (Penjualan Langsung)
Direct Sales yang digunakan untuk menjual “Putulicious” ini paling efektif
untuk ukuran penjualan makanan tradisional seperti “Putulicious” ini. Kue
basah yang dibikin mendadak dengan waktu yang relative singkat 5–10
menit, customer dapat menyantap langsung “Putulicious” di tempat yang
sudah disediakan, ataupun bisa juga membawa pulang take away untuk
disantap di tempat lain. Segmen usia dan kalangan yang dijangkau pun
sangat luas, karena menyasar kalangan menengah perkotaan yang
spending habit nya cukup besar di mall/pusat perbelanjaan. Channel ini
dapat menjangkau remaja, mahasiswa, eksekutif muda, juga keluarga
yang gemar berbelanja atau berkumpul di mall/pusat perbelanjaan.
53
2. Delivery Order by Phone (Layanan Pesan–Antar)
Dengan cara delivery order atau bisa juga disebut layanan pesan antar,
merupakan salah satu cara yang efisien jika pelanggan tidak dapat datang
langsung ke lokasi penjualan dikarenakan keterbatasan waktu dan
padatnya lalu lintas, atau karena hal – hal lain.
Pelanggan “Putulicious” dapat memesan dengan cara menghubungi gerai
terdekat melalui telepon, dengan melihat produk yang tertera di website
“Putulicious” berikut harganya, dan membayar di tempat tujuan. Channel
ini sangat efektif menjangkau eksekutif muda, ibu rumah tangga, maupun
anak muda yang ingin menyantap “Putulicious” di tempat masing–masing.
3. Online Order
Dengan melalui channel online order, pemesanan melalui online salah
satu cara alternative mendampingi delivery order. Melalui partner
“Putulicious”, yaitu di website klik-eat.com, dan outsource partner kami
ini yang akan memproses setiap Online Delivery Order yang masuk dan
menghubungi “Putulicious” untuk segera menyiapkan makanan yang akan
diantar ke pelanggan.
Channel ini untuk mendampingi channel Delivery Order by Phone, walau
belum sefamiliar telepon, tapi tetap ada segmen seperti anak muda dan
eksekutif muda usia 18–30 tahun yang sudah sadar teknologi internet.
Karena itu untuk awal operasional bisnis, channel yang digunakan adalah
Direct Sales, Delivery Order via Telepon, dan khusus Online Order via
website, partner kami untuk memproses online order secara lebih efektif.
54
3.5 Cost Structure
3.5.1 Biaya Produksi
Salah satu komponen penting dalam bisnis model adalah proses produksi
yang merupakan hal yang harus diperhatikan. Untuk bisa tetap menjaga kualitas
dan rasa “Putulicious” haruslah bisa menggunakan bahan baku yang berkualitas
dari supplier yang professional, juga alat dan mesin yang memiliki kualitas baik
demi menjaga proses produksi makanan yang lancar. Sedangkan cost of revenue
adalah berapa persentase total cost dibanding total revenue. Misalnya: Total cost
COGS + Operasional harian = Rp.2.500.000 (Total Cost). Dan Revenue total
harian = Rp.10.000.000 (Total Revenue). Jadi cost of revenue-nya = Rp.2.500.000
/ Rp.10.000.000 x 100% = 25%.
Biaya produksi “Putulicious” mencakup:
1. Biaya sewa outlet
2. Biaya renovasi outlet
3. Biaya pembelian peralatan café
4. Peralatan dapur
5. Uji klinis
6. Sertifikat halal
7. Dan biaya tak terduga yang dianggarkan dalam financial statement.
3.5.2 Biaya Pelatihan
Biaya pelatihan karyawan/biaya training sangat penting dimasukkan ke
dalam komponen cost structures dikarenakan konsumen tidak hanya membeli rasa
dan kualitas dari produk makanan saja, tetapi juga harus mendapatkan service
55
yang bagus dan professional dari para karyawan “Putulicious” demi menjaga
reputasi.
Biaya yang dibutuhkan untuk pelatihan karyawan adalah biaya pelatihan
manager office, staff office, manager gerai, koki, kasir, dan pelayan. Biaya
pelatihan yang wajib dialokasikan demi menjaga kualitas makanan, dan kualitas
pelayanan dari gerai “Putulicious”.
1.5.3 Biaya Marketing
Biaya Marketing atau bisa disebut juga biaya promosi dibutuhkan untuk
memperkenalkan produk “Putulicious” kepada konsumen. Biaya nya secara garis
besar meliputi biaya marketing secara offline dan online. Biaya marketing offline
dan online sama pentingnya di zaman sekarang ini, yang digunakan untuk
meningkatkan brand awareness konsumen yang belum mengenal “Putulicious”
dan pelanggan yang sudah mengenal produk ini ke depannya.
3.5.4 Biaya Pembelian Kendaraan
Sepeda motor yang digunakan oleh “Putulicious” untuk mengantarkan
pesanan delivery pelanggan merupakan yaitu sepeda motor, sehingga dibutuhkan
biaya untuk membeli sepeda motor tersebut, biaya yang dibutuhkan untuk
membeli 4 unit sepeda motor cukup besar. Karena berdasarkan analisa penulis
biaya yang dikeluarkan untuk menyewa kendaraan bermotor lebih besar
dibandingkan dengan biaya untuk membelinya. Sehingga “Putulicious”
memutuskan untuk membeli sepeda motor tersebut, begitu juga untuk modifikasi
sepeda motor lebih mudah jika sepeda motor memang milik/asset pribadi.
56
3.6 Revenue Stream
3.6.1 Penjualan Produk
Penjualan produk kue putu di lokasi utama atau di gerai merupakan
pemasukan yang paling utama bagi “Putulicious” dikarenakan akan lebih banyak
orang/pelanggan yang datang untuk menyantap makanan ini sambil berjalan–jalan
di pusat perbelanjaan dan sambil duduk di meja dan kursi yang telah disediakan di
gerai, karena akan lebih terasa experience nya memesan dan menyantap di gerai.
Opsi take away pun tersedia bagi yang ingin menyantapnya di tempat lain.
3.6.2 Membership
Salah satu strategi pemasukan bagi “Putulicious” adalah dengan
membership, yaitu program yang diperuntukkan untuk pelanggan “Putulicious”
yang memberikan benefit berupa diskon atau undian hadiah bagi para pelanggan
setia produk ini. Pemasukan bisa dialokasikan untuk menutup biaya operasional
yang muncul.
3.6.3 Delivery Order
Pemasukan dari Delivery Order berasal dari ongkos kirim yang
dibebankan pada pelanggan yang memesan via telepon. Pelanggan akan
dikenakan biaya ongkos kirim, yang nantinya pemasukan dari biaya ongkos kirim
ini akan digunakan untuk membayar sewa kendaraan delivery dan biaya
packaging untuk makanan.
57
3.6.4 Merchandising
Pemasukan dengan cara menjual merchandise khusus berlogo
“Putulicious” yang berfungsi juga sebagai media marketing promosi agar
pelanggan bisa terus mengingat produk ini. Karena itu, merchandise yang dijual
adalah merchandise seperti gelas/mug, sticker, pin, dan produk–produk yang
sering digunakan sehari–hari. Pemasukan dari merchandise ini bisa digunakan
untuk menutup biaya–biaya lain, serta menambah revenue “Putulicious”.
3.7 Key Activity
Kumpulan proses kegiatan yang terjadi di dalam suatu perusahaan
diharapkan memiliki value yang lebih besar kepada perusahaan daripada input
awal. Suatu perusahaan dalam memproduksi barang dan jasa haruslah berdasarkan
kepada konsep awal dari perusahaan itu sendiri sehingga penurunan atas kualitas
dari produk dan pelayanan yang dihasilkan dapat dihindarkan. Oleh karena itu,
proses kegiatan yang sesuai dan cukup krusial diharapkan dapat terus berjalan
sesuai dengan konsep dan value dari “Putulicious” yang antara lain:
1. Proses Pembelian Bahan Baku
“Putulicious” memilih supplier yang terpercaya, mulai dari kualitas dari
bahan baku yang tinggi, kebersihan akan bahan baku dan kuantitas dari
bahan baku yang tepat. Salah satu strategi dari “Putulicious” ialah dengan
menggunakan Supply Chain Management (SCM) untuk mengatur para
supplier sebagai vendor penyedia bahan baku sehingga waktu pengiriman
tidak terlambat dan stock barang digudang tidak menumpuk. Sehingga
dengan bahan baku yang berkualitas produk yang diciptakan “Putulicious”
58
juga pasti akan berkualitas.
2. Proses Penyimpanan Bahan Baku
Tujuan dari tempat penyimpanan bahan baku ini ialah untuk mendapatkan
kecukupan akan bahan baku dan meminimalisasi kehilangan atau
kerusakan bahan baku sehingga kualitas dari pemakaian hingga kesegaran
dari bahan baku itu sendiri dapat tetap terjaga.
3. Proses Produksi
Proses produksi pada “Putulicious” merupakan proses paling utama pada
kegiatan bisnis “Putulicious” karena dengan proses inilah revenue
didapatkan. Sehingga proses utama ini harus dibuat sebaik mungkin.
Dengan waktu pembuatan yang singkat kemudian waktu packaging produk
juga instan dengan packaging menarik tentunya, serta “Putulicious” juga
memberikan pertunjukan proses produksi ini kepada pelanggannya.
Sehingga ketika pelanggan menunggu kue putu jadi, mereka dapat
menikmati pertunjukan pembuatan kue tersebut. “Putulicious” memiliki 1
tipe proses produksi yang digunakan dengan lebih difokuskan untuk
hidangan utama yaitu Make-to-Order ini terjadi jika terdapat order dari
para pelanggan. Dengan Make-to-Order maka makanan yang dipesan
oleh customer langsung disajikan setelah dimasak dan makanan sisa yang
tersisa tidak merugikan perusahaan. Waktu yang diperlukan mulai dari
proses pengolahan bahan baku menjadi produk makanan jadi ialah
sekitar 10 sampai 20 menit.
59
4. Proses Delivery Order
Proses delivery order dilakukan setelah customer mengorder kue putu
kepada “Putulicious” melalui website ataupun telepon. Untuk proses ini
biasanya bagi customer dengan jadwal cukup padat dan tidak sempat untuk
membeli langsung di outlet “Putulicious”, kemudian pesanan diantarkan
langsung di tempat tujuan customer yang dikehendaki. Pembayaran
dilakukan ditempat langsung pada petugas sesuai dengan bill yang tertera,
tentu saja setelah tambahan biaya delivery order. Waktu yang dibutuhkan
untuk proses pengiriman diusahakan secepatnya, tetapi tergantung juga
dengan kondisi jalanan Jakarta.
5. Operational Monitoring
Dengan adanya operational monitoring, diharapkan kualitas mulai dari
kebersihan, kesegaran bahan baku, rasa dan penampilan dari produk,
pelayanan yang ramah dan merata hingga kebersihan lingkungan sekitar
outlet “Putulicious” dapat dapat tetap terjaga dan terkontrol sehingga
segala bentuk kesalahan dapat dihindarkan.
6. Training Karyawan
Dengan adanya kewajiban bagi karyawan “Putulicious” untuk mengikuti
kegiatan ini sebelum mereka bekerja di “Putulicious” diharapkan mereka
dapat memenuhi target “Putulicious” untuk mendapatkan karyawan yang
berkualitas, membangun sebuah lingkungan yang saling menghormati,
menjaga komitmen dan memiliki kualitas lingkungan kerja yang layak.
60
7. Marketing
Dengan adanya event-event yang disusun oleh tim marketing “Putulicious”,
diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi semua pihak yang turut
berpartisipasi pada event tersebut. Sehingga membantu untuk
melambungkan nama “Putulicious” di pasar luas, karena memang
merupakan tujuan utama dari tim marketing “Putulicious”.
8. Maintain Web
Web yang dimiliki “Putulicious” selain memuat company profile
“Putulicious”, tetapi juga merupakan salah satu alat bagi “Putulicious”
untuk menjangkau pelanggannya. diharapkan dengan maintenance secara
berkala website “Putulicious” dapat terus berjalan dengan baik. Tidak
lupa segala informasi baik diadakannya suatu event ataupun adanya
discount dapat tersampaikan dengan jelas kepada pelanggan.
3.8 Key Partnership
Kerjasama yang terjalin di “Putulicious” adalah kerjasama buyer-supplier
relationship yaitu menjalin hubungan jangka panjang dengan beberapa pemasok
yang setia dan memiliki produk yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang
telah ditentukan sebelumnya. Juga dibantu dengan adanya Supply Chain
Management (SCM) yang membantu penyerahan/pengiriman produk secara tepat
waktu demi memuaskan konsumen.
Selain itu, “Putulicious” juga akan mengikat supplier yang memasok
bahan baku berkualitas bagi “Putulicious” dengan exclusivity agreement.
61
Exclusive agreement yaitu perjanjian antara pelaku usaha selaku pembeli dan
penjual untuk melakukan kesepakatan secara eksklusif yang dapat berakibat
menghalangi atau menghambat pelaku usaha lain untuk melakukan kesepakatan
yang sama. Agreement ini bertujuan untuk mengikat supplier agar tidak
melakukan kecurangan dengan membocorkan rahasia bahan baku perusahaan dan
dapat menciptakan usaha serupa dengan “Putulicious” atau memasok bagi
perusahaan lain bahan baku serupa dengan “Putulicious” sehingga perusahaan lain
dapat meniru produk “Putulicious”.
Selain itu strategi yang dapat digunakan untuk mengamankan supply
bahan baku dan supplier, yaitu:
Membayar tagihan bahan baku kepada supplier tepat pada waktunya.
Mendengarkan jika mereka memiliki keluhan mengenai hubungan dengan
internal perusahaan.
Ikat dengan perjanjian supplier “Putulicious” dengan kontrak supply
berjangka 1 tahun atau lebih.
Menjalin koneksi dengan beberapa supplier untuk menjaga ketersediaan
bahan baku demi menaikkan daya tawar “Putulicious” di mata supplier.
Menjaga hubungan personal dengan memberikan entertain berupa dinner,
kartu ucapan, dan lainnya, secara personal kepada “decision maker”
supplier.
3.9 Key Resources
Dua key resources yang berperan sangat penting di dalam
mendapatkan pendapatan dan yang menghubungkan kepada pasar, antara lain:
62
1. Fisikal
Asset fisikal pada “Putulicious” terdiri dari outlet “Putulicious” di mall,
mesin pengolah makanan dan tempat penyimpanan bahan baku,
packaging produk seperti box dan gelas, motor “Putulicious” untuk
mengantar pesanan delivery, serta yang terakhir yaitu bahan baku kue
putu yang berkualitas.
Keempat hal tersebut diatas merupakan asset fisikal utama dari kue putu
untuk mendukung kegiatan bisnis utama dari “Putulicious” sehingga
revenue yang didapat sesuai target “Putulicious”. milik “Putulicious”
karena hanya sewaan dari pihak luar.
2. Human
Dengan mengembangkan kompetensi dan motivasi para karyawan
“Putulicious”, diharapkan para pekerja dapat diberdayakan secara efektif
dan efisien dengan memiliki kualitas lingkungan kerja yang memadai dan
atmosfer yang penuh dengan komitmen dan kepercayaan dengan satu
sama lain.