bab 3 final design business model - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab3/bab...

25
BAB 3 FINAL DESIGN BUSINESS MODEL Pattern menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal.54) adalah suatu gagasan untuk menangkap ide-ide desain sebagai suatu pola dasar dan deskripsi yang dapat digunakan secara berkesinambungan. Pattern atau pola membantu mendeskripsikan bisnis model yang memiliki kesamaan karakteristik, kesamaan pengaturan building blocks, atau kesamaan perilaku. Pola ini akan membantu dalam memperjelas dinamika dalam bisnis model dan akan menjadi dasar inspirasi untuk berjalannya suatu bisnis model. Dengan mendefinisikan dan menjelaskan pola bisnis model ini dapat ditetapkan format yang standart digunakan dalam konsep bisnis yang terkenal saat ini agar berguna ketika mendesain suatu bisnis model. (Osterwalder & Pigneur, 2010, hal.55). Osterwalder & Pigneur (2010, hal. 56-119) membuat sketsa lima pola bisnis model yaitu unbundling business models, the long tail, multi-sided platforms, Free as a business model (freemium), open business model. Dalam unbundling business model dijelaskan bahwa pelaku bisnis membagi bisnisnya secara terpisah sehingga, masing-masing fokus di pasarnya masing-masing. Ada tiga tipe bisnis dalam unbundling business model yaitu customer relation business, product innovation business, dan infrastructure business, contohnya mobile telecom business. Berikutnya adalah the long-tail, dalam bisnis model ini dijelaskan mengenai fokus dalam menjual produk yang menjadi “Hit” di pasaran, yaitu fokus ke product line yang luas, tetapi masing-masing dijual

Upload: buianh

Post on 29-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 3

FINAL DESIGN BUSINESS MODEL

Pattern menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal.54) adalah suatu

gagasan untuk menangkap ide-ide desain sebagai suatu pola dasar dan

deskripsi yang dapat digunakan secara berkesinambungan. Pattern atau pola

membantu mendeskripsikan bisnis model yang memiliki kesamaan karakteristik,

kesamaan pengaturan building blocks, atau kesamaan perilaku. Pola ini

akan membantu dalam memperjelas dinamika dalam bisnis model dan akan

menjadi dasar inspirasi untuk berjalannya suatu bisnis model. Dengan

mendefinisikan dan menjelaskan pola bisnis model ini dapat ditetapkan format

yang standart digunakan dalam konsep bisnis yang terkenal saat ini agar berguna

ketika mendesain suatu bisnis model. (Osterwalder & Pigneur, 2010, hal.55).

Osterwalder & Pigneur (2010, hal.56-119) membuat sketsa lima pola

bisnis model yaitu unbundling business models, the long tail, multi-sided

platforms, Free as a business model (freemium), open business model. Dalam

unbundling business model dijelaskan bahwa pelaku bisnis membagi bisnisnya

secara terpisah sehingga, masing-masing fokus di pasarnya masing-masing. Ada

tiga tipe bisnis dalam unbundling business model yaitu customer relation

business, product innovation business, dan infrastructure business, contohnya

mobile telecom business. Berikutnya adalah the long-tail, dalam bisnis model ini

dijelaskan mengenai fokus dalam menjual produk yang menjadi “Hit” di

pasaran, yaitu fokus ke product line yang luas, tetapi masing-masing dijual

39

dalam volume relatif kecil, contohnya adalah Lego. Multi-sided platforms

menjelaskan suatu bisnis model yang terdiri dari dua atau lebih grup pelanggan

yang saling tergantung, bisnis yang ada difasilitasi oleh interaksi diantara dua

grup yang berbeda tersebut. Contoh : Visa (interaksi antara merchants dengan

cardholders). Freemium menawarkan penawaran yang sama sekali gratis,

pelanggan yang tidak membayar disubsidi oleh bagian lain bisnis model atau oleh

segmen pelanggan yang berbeda. Contoh : Google (penghasilan dari iklan). Dan

terakhir open business model, yang menciptakan atau menangkap values dengan

kolaborasi yang sistematis dengan partner diluar bisnis. Contoh : P&G.

Jika dilihat dari beberapa pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa “Putulicious” menggunakan pola the long tail, menjual produk yaitu

cemilan yang akan hit di pasar dengan focus kepada product line utama yaitu Kue

Putu tersebut, yang terbuat dari bahan utamanya yaitu tepung beras kering dan

untuk bagian isi dalamnya yaitu coklat, keju, blueberry, dan strawberry yang

diambil dari supplier berkualitas.

40

Gambar 3.1 Nine Building Blocks “Putulicious”

1.1 Value Preposition

Terdapat 8 value preposition “Putulicious” yang sudah diajukan pada

bab sebelumnya. Namun value yang diajukan belum tentu dapat diterapkan

langsung pada proses pembentukan desain bisnis model “Putulicious”. Value–

value yang akan dipakai pada proses desain untuk memulai bisnis ini adalah

value–value yang yang tidak bersebrangan atau bertolak belakang dari value inti

“Putulicious” yakni Kue Putu yang menawarkan rasa baru yang merambah pasar

di mall kategori premium. Selain itu value juga akan dipilih berdasarkan nilai

guna serta effort yang dibutuhkan.

41

1.1.1 New Taste

Untuk rasa baru yang ditawarkan “Putulicious” kepada pelanggannya yaitu

“Putulicious” menawarkan rasa-rasa baru untuk bagian isi kue putu, yang biasanya

kue putu hanya diisi dengan gula merah dan taburan kelapa muda, disini

“Putulicious” menawarkan rasa baru yang lebih modern, yaitu:

Gula merah, (putu original) diselimuti tepung aroma pandan, dengan

tepung berwarna hijau muda seperti kue putu biasa.

Keju, diselimuti tepung aroma pandan, tetapi tepung tersebut berwarna

kuning muda, ditujukan untuk membedakannya dengan yang lain.

Coklat diselimuti tepung aroma pandan, tetapi tepung tersebut berwarna

coklat lembut.

Strawberry diselimuti tepung aroma pandan, tetapi tepung tersebut

berwarna pink muda

Blueberry diselimuti tepung aroma pandan, tetapi tepung tersebut

berwarna ungu muda.

Nantinya kue putu tersebut akan ditaburi berbagai macam topping, tetapi

yang original tetap ada, seperti kelapa, meises, almond, sesuai selera pelanggan.

Untuk hasil survey dari kuesioner yang mendukung pemilihan value

preposition ini yaitu:

42

Gambar 3.2 Hasil Kuesioner (1)

Gambar 3.3 Hasil Kuesioner (2)

Dari hasil presentase diatas terlihat bahwa para penyuka cemilan

tradisional/kue putu tertarik untuk mencoba variasi rasa baru dari kue putu.

Sebesar 84% mereka tertarik untuk mencoba variasi rasa baru dari kue putu,

sedangkan 85% tertarik untuk mencoba variasi baru dari taburan/topping kue putu

a. Ya84%

b. Tidak16%

Apakah anda ingin mencoba variasi rasa baru dari Kue Putu (selain dengan isi gula merah, misalnya dengan isi coklat, keju, blueberry, dll)

a. Ya85%

b. Tidak15%

Apakah anda ingin mencoba variasi lain dari taburan / topping dari Kue Putu (selain dengan kelapa muda, misalnya dengan taburan / topping almond, keju, meises coklat)

43

(dari 327 responden).

1.1.2 Lokasi (market) baru

Sampai saat ini berdasarkan analisa penulis, masih belum ditemukan

penjual kue putu yang berjualan di dalam mall, kebanyakan penjual kue putu

hanya berjualan di pasar-pasar atau tempat tertentu saja, sehingga penulis

mendapatkan ide untuk mensosialisasikan salah satu cemilan/makanan ringan

Indonesia ini untuk dilokasikan di dalam mall, hanya dengan memakai outlet

(penggunaan outlet ini sebelumnya ada pada value Business Model Canvas

Bab.2) tetapi diberikan beberapa beberapa kursi dan meja dengan tatanan tempat

senyaman mungkin bagi mereka yang ingin menikmati ditempat langsung

cemilan tersebut. Karena “Putulicious” juga menyediakan minuman yang sesuai

sebagai pasangan santap kue putu tersebut, jadi pelanggan dapat menikmati kue

putu ditempat dengan bersantai bersama teman atau keluarga.

Untuk hasil survey dari kuesioner yang mendukung pemilihan value

preposition ini yaitu:

44

Gambar 3.4 Hasil Kuesioner (3)

Gambar 3.5 Hasil Kuesioner (4)

a. Ditempat langsung

35%

b. Dibawa pulang kerumah atau

dibungkus16%

c. Keduanya49%

Dari dua pilihan dibawah ini, mana lokasi/tempat yang lebih anda sukai untuk mengkonsumsi cemilan?

a. Pinggir jalan/kaki lima

17%

b. Mall / Supermarket

37%

c. Keduanya46%

Dari dua pilihan dibawah ini, mana lokasi/tempat yang lebih anda sukai untuk membeli cemilan?

45

Gambar 3.6 Hasil Kuesioner (5)

Karena “Putulicious” ingin membuka market baru, jadi yang biasanya

orang-orang membeli kue putu dipasar tradisional atau pedagang kaki lima,

sekarang “Putulicious” ingin merambah lokasi/pasar baru, yaitu mall. Dari

kuesioner pertama terlihat bahwa 49% responden tertarik untuk mengkonsumsi

cemilan di tempat langsung dan take away, sehingga “Putulicious” berencana

untuk membuka outlet untuk menyalurkan kesenangan konsumen tersebut. Outlet

disini terdiri dari beberapa meja dengan kursi bagi yang ingin sekedar nongkrong,

sehingga bagi yang hanya ingin take away juga dapat melihat pertunjukan

pembuatan kue putu oleh koki pada outlet.

Pada kuesioner kedua terlihat bahwa 46% responden memilih lokasi yang

menurut mereka nyaman untuk membeli cemilan yaitu di pinggir jalan/kaki lima

dan di mall, tetapi jika dilihat dari hasil presentase antara keduanya, responden

lebih memilih untuk membeli cemilan di mall yaitu sebesar 37% sedangkan di

pinggir jalan/kaki lima hanya 17%. Sehingga outlet yang akan dibuat yaitu

a. Outlet di Mall40%

b. Café13%

c. Hanya take away (dibungkus

dan bawa pulang)

47%

Dari tiga pilihan dibawah ini, mana lokasi / tempat yang lebih anda sukai untuk menikmati kueputu?

46

berlokasi di mall besar Jakarta yaitu Pondok Indah Mall.

Sedangkan pada kuesioner ketiga terlihat bahwa responden lebih

menyukai untuk menikmati kue putu di outlet mall (40%) dan take away (47%),

sehingga dapat disediakan outlet yang dapat menyediakan tempat untuk

nongkrong dan hanya take away.

1.1.3 Pemilihan topping sendiri

Pelanggan “Putulicious” juga ditawarkan untuk memilih beberapa pilihan

topping yang disediakan “Putulicious” seperti kelapa, meises coklat, keju, serta

almond. Diharapkan dengan beberapa pilihan topping ini dapat memberikan

kepuasan sesuai selera pelanggan “Putulicious”. Pemilihan topping serta konsep

new taste “Putulicious” merupakan dua value utama bagi inovasi produk kue

putu oleh “Putulicious”, sehingga termasuk dalam Final Business Model

“Putulicious”.

Untuk hasil survey dari kuesioner yang mendukung pemilihan value

preposition ini yaitu:

Gambar 3.7 Hasil Kuesioner (6)

a. Ya85%

b. Tidak15%

Apakah anda ingin mencoba variasi lain dari taburan / topping dari Kue Putu (selain dengan kelapa muda, misalnya dengan taburan / topping almond, keju, meises coklat)

47

Dari hasil survey diatas dari 327 partisipan yang mengisi kuesioner

terlihat bahwa 85% tertarik ingin mencoba variasi dari taburan/topping dari kue

putu (selain dengan kelapa muda, yaitu dengan meises coklat, almond, serta

keju).

1.1.4 Konsep tradisional produk

Ketiga value preposition pada Business Model Canvas Bab.2 dimasukkan

ke dalam konsep tradisional produk pada Final Business Model ini, yaitu: Suara

Khas Ketika Mengukus Kue Putu serta Aroma Khas Kue Putu, Penggunaan

Bambu sebagai Alat Tradisional untuk Mengukus Putu, serta Pertunjukan

Pembuatan Kue Putu. Karena ketiga value tersebut sudah diwakilkan dalam garis

besar konsep tradisional ”Putulicious”.

Untuk hasil survey dari kuesioner yang mendukung pemilihan value

preposition ini yaitu:

Gambar 3.8 Hasil Kuesioner (7)

a. Iya82%

b. Tidak18%

Apakah anda senang mengkonsumsi cemilan khas/tradisional Indonesia?

48

Dari hasil presentase diatas terlihat dr 327 orang responden yang mengisi

kuesioner, 88% menyukai cemilan khas/tradisional Indonesia, sehingga konsep

“Putulicious” tetap mengandung unsur tradisional walaupun dengan kemasan

modern.

Untuk ketahanan kue putu sendiri, perusahaan dengan men-training para

koki berusaha untuk membuat produk dapat bertahan selama mungkin, karena

kue putu merupakan cemilan basah yang memang lezat dinikmati ketika masih

hangat, maka dengan resep para koki sedemikian rupa dibuat agar ketahanan kue

putu cukup lama (bagi kue/cemilan basah) yaitu hingga mencapai 24 jam.

1.2 Customer Segment

Berikut ini merupakan proses seleksi dan pertimbangan untuk customer

segments yang tepat bagi “Putulicious”.

1. Demographic Segmentation

a. Anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua.

Dari anak-anak usia 10-17 : tingkat pendidikan SMP & SMU.

Anak kecil dan remaja dapat menyantap “Putulicious” sesuai selera

mereka karena bahan-bahan berkualitas yang digunakan menciptakan

rasa lezat kue putu serta sensasi kenikmatannya dapat memuaskan

para konsumennya.

Remaja hingga dewasa usia 18-22 : tingkat pendidikan

Universitas

Remaja hingga dewasa dapat menyantap “Putulicious” sesuai selera

49

mereka karena bahan-bahan berkualitas yang digunakan menciptakan

rasa lezat kue putu serta sensasi kenikmatannya dapat memuaskan

para konsumennya. Cara kami membangun Product Awareness

dengan anak-anak dan remaja yaitu dengan:

1. Media Social: Dengan foto-foto yang kami unggah di Instagram

akan dapat menarik minat remaja di era technology untuk

mencoba kue putu

2. Twitter & Facebook: Pengunjung yang ingin mendapatkan bonus

tambahan, dapat meng-update status atau mengunggah foto di

stand Putulicious lalu tunjukkan kepada kasir dan akan

mendapatkan bonus tambahan, selain itut eman-teman dan

followers orang yang melihat akan penasaran dan ingin mencoba

Putulicious sehingga, makan kue putu di Putulicious menjadi

sebuah trend baru di kalangan anak muda.

3. Pilihan Topping yang menarik: Untuk menarik minat anak-anak,

kami menyediakan topping-topping yang biasanya disukai oleh

anak-anak, seperti coklat melted, ice cream, oreo, taburan permen

sehingga anak-anak tersebut tertarik untuk mencoba kue putu

tradisional.

Dewasa dan orang tua: usia 22 + +

Bagi dewasa hingga orang yang sudah tua atau berumur pada usia

tersebut dapat menikmati camilan kue putu dengan topping sesuai

dengan selera mereka. Karena kue putu dibuat memang untuk semua

50

umur, disamping bahan-bahan yang digunakan menciptakan rasa lezat

kue putu serta sensasi kenikmatannya dapat memuaskan para

konsumennya, selain itu kue putu ini juga dibuat tanpa bahan

pengawet, agar kualitas produknya cocok bagi para konsumen yang

sudah berumur. Disamping kue putu tersebut juga memiliki tekstur

yang lembut dan mudah dikonsumsi oleh orang tua sekalipun.

b. Kelas ekonomi menengah ke atas

Yaitu masyarakat dengan pendapatan minimal 5 jt/bulan. Karena jika

ada kualitas tentu ada harga, berhubung kue putu dibuat dengan bahan

baku berkualitas, peralatan tradisional yang sangat jarang pada masa

sekarang ini, serta lokasi yang dipilih untuk membangun bisnis ini

adalah di dalam mall, yang tentunya membutuhkan investasi

yang tidak sedikit, sehingga harga kue putu memang harga yang

pantas bagi “Putulicious”.

2. Psychographic Segmentation

a. Working people

Biasanya mereka-mereka yang rajin bersosialisasi di mall merupakan

mereka-mereka yang berkarir di perkantoran sekitar mall tersebut, dan

bisa juga diluar daerah tersebut.

3. Geographic Segmentation

a. Perkotaan padat penduduk

Jakarta merupakan lokasi pertama dibukanya outlet “Putulicious”,

51

karena Jakarta merupakan perkotaan padat penduduk yang sangat

mendukung untuk didirikan bisnis seperti ini, selain juga banyaknya

populasi masyarakat ibukota Jakarta.

3.3 Customer Relationship

Berikut ini merupakan proses seleksi dan pertimbangan customer

relationship yang tepat untuk segmen “Putulicious”.

1. Social Media dan Website

Beberapa social media yang digunakan “Putulicious” untuk dapat terus

berhubungan dekat dengan pelanggannya yaitu:

Twitter: Dapat memberikan info-info tentang produk “Putulicious”

dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pelanggan.

Facebook: Memberikan info serta gambaran produk “Putulicious”

sehingga pelanggan mendapatkan info yang semakin lengkap tentang

“Putulicious”

Instagram: Untuk membuat pelanggan tertarik mencoba produk

“Putulicious”, “Putulicious” berinisiatif untuk memberikan foto-foto

produk “Putulicious” serta info-info singkat tentang produk tersebut.

Selain itu, dapat juga gambaran bagaimana lokasi outlet “Putulicious”

Website: Dapat memberikan informasi lengkap tentang produk serta

layanan yang diberikan “Putulicious” kemudian dapat juga sebagai

ajang promosi “Putulicious” kepada pelanggan mereka.

52

2. Membership

Dengan membership yang ditawarkan “Putulicious”, pelanggan akan

diberikan layanan special, dengan mendapatkan beberapa kemudahan

seperti pelanggan akan mendapatkan produk tanpa harus mengantri, selain

itu mereka akan mendapatkan berbagai macam promo-promo serta

potongan harga spesial yang dibuat tim marketing “Putulicious” pada

periode-periode tertentu bagi para member.

3.4 Channels

Pemilihan Channels atau saluran distribusi untuk bisa sampai ke tangan

customer, sangatlah penting dan harus efektif dan efisien. Karena itu kami

memilih channels:

1. Direct Sales (Penjualan Langsung)

Direct Sales yang digunakan untuk menjual “Putulicious” ini paling efektif

untuk ukuran penjualan makanan tradisional seperti “Putulicious” ini. Kue

basah yang dibikin mendadak dengan waktu yang relative singkat 5–10

menit, customer dapat menyantap langsung “Putulicious” di tempat yang

sudah disediakan, ataupun bisa juga membawa pulang take away untuk

disantap di tempat lain. Segmen usia dan kalangan yang dijangkau pun

sangat luas, karena menyasar kalangan menengah perkotaan yang

spending habit nya cukup besar di mall/pusat perbelanjaan. Channel ini

dapat menjangkau remaja, mahasiswa, eksekutif muda, juga keluarga

yang gemar berbelanja atau berkumpul di mall/pusat perbelanjaan.

53

2. Delivery Order by Phone (Layanan Pesan–Antar)

Dengan cara delivery order atau bisa juga disebut layanan pesan antar,

merupakan salah satu cara yang efisien jika pelanggan tidak dapat datang

langsung ke lokasi penjualan dikarenakan keterbatasan waktu dan

padatnya lalu lintas, atau karena hal – hal lain.

Pelanggan “Putulicious” dapat memesan dengan cara menghubungi gerai

terdekat melalui telepon, dengan melihat produk yang tertera di website

“Putulicious” berikut harganya, dan membayar di tempat tujuan. Channel

ini sangat efektif menjangkau eksekutif muda, ibu rumah tangga, maupun

anak muda yang ingin menyantap “Putulicious” di tempat masing–masing.

3. Online Order

Dengan melalui channel online order, pemesanan melalui online salah

satu cara alternative mendampingi delivery order. Melalui partner

“Putulicious”, yaitu di website klik-eat.com, dan outsource partner kami

ini yang akan memproses setiap Online Delivery Order yang masuk dan

menghubungi “Putulicious” untuk segera menyiapkan makanan yang akan

diantar ke pelanggan.

Channel ini untuk mendampingi channel Delivery Order by Phone, walau

belum sefamiliar telepon, tapi tetap ada segmen seperti anak muda dan

eksekutif muda usia 18–30 tahun yang sudah sadar teknologi internet.

Karena itu untuk awal operasional bisnis, channel yang digunakan adalah

Direct Sales, Delivery Order via Telepon, dan khusus Online Order via

website, partner kami untuk memproses online order secara lebih efektif.

54

3.5 Cost Structure

3.5.1 Biaya Produksi

Salah satu komponen penting dalam bisnis model adalah proses produksi

yang merupakan hal yang harus diperhatikan. Untuk bisa tetap menjaga kualitas

dan rasa “Putulicious” haruslah bisa menggunakan bahan baku yang berkualitas

dari supplier yang professional, juga alat dan mesin yang memiliki kualitas baik

demi menjaga proses produksi makanan yang lancar. Sedangkan cost of revenue

adalah berapa persentase total cost dibanding total revenue. Misalnya: Total cost

COGS + Operasional harian = Rp.2.500.000 (Total Cost). Dan Revenue total

harian = Rp.10.000.000 (Total Revenue). Jadi cost of revenue-nya = Rp.2.500.000

/ Rp.10.000.000 x 100% = 25%.

Biaya produksi “Putulicious” mencakup:

1. Biaya sewa outlet

2. Biaya renovasi outlet

3. Biaya pembelian peralatan café

4. Peralatan dapur

5. Uji klinis

6. Sertifikat halal

7. Dan biaya tak terduga yang dianggarkan dalam financial statement.

3.5.2 Biaya Pelatihan

Biaya pelatihan karyawan/biaya training sangat penting dimasukkan ke

dalam komponen cost structures dikarenakan konsumen tidak hanya membeli rasa

dan kualitas dari produk makanan saja, tetapi juga harus mendapatkan service

55

yang bagus dan professional dari para karyawan “Putulicious” demi menjaga

reputasi.

Biaya yang dibutuhkan untuk pelatihan karyawan adalah biaya pelatihan

manager office, staff office, manager gerai, koki, kasir, dan pelayan. Biaya

pelatihan yang wajib dialokasikan demi menjaga kualitas makanan, dan kualitas

pelayanan dari gerai “Putulicious”.

1.5.3 Biaya Marketing

Biaya Marketing atau bisa disebut juga biaya promosi dibutuhkan untuk

memperkenalkan produk “Putulicious” kepada konsumen. Biaya nya secara garis

besar meliputi biaya marketing secara offline dan online. Biaya marketing offline

dan online sama pentingnya di zaman sekarang ini, yang digunakan untuk

meningkatkan brand awareness konsumen yang belum mengenal “Putulicious”

dan pelanggan yang sudah mengenal produk ini ke depannya.

3.5.4 Biaya Pembelian Kendaraan

Sepeda motor yang digunakan oleh “Putulicious” untuk mengantarkan

pesanan delivery pelanggan merupakan yaitu sepeda motor, sehingga dibutuhkan

biaya untuk membeli sepeda motor tersebut, biaya yang dibutuhkan untuk

membeli 4 unit sepeda motor cukup besar. Karena berdasarkan analisa penulis

biaya yang dikeluarkan untuk menyewa kendaraan bermotor lebih besar

dibandingkan dengan biaya untuk membelinya. Sehingga “Putulicious”

memutuskan untuk membeli sepeda motor tersebut, begitu juga untuk modifikasi

sepeda motor lebih mudah jika sepeda motor memang milik/asset pribadi.

56

3.6 Revenue Stream

3.6.1 Penjualan Produk

Penjualan produk kue putu di lokasi utama atau di gerai merupakan

pemasukan yang paling utama bagi “Putulicious” dikarenakan akan lebih banyak

orang/pelanggan yang datang untuk menyantap makanan ini sambil berjalan–jalan

di pusat perbelanjaan dan sambil duduk di meja dan kursi yang telah disediakan di

gerai, karena akan lebih terasa experience nya memesan dan menyantap di gerai.

Opsi take away pun tersedia bagi yang ingin menyantapnya di tempat lain.

3.6.2 Membership

Salah satu strategi pemasukan bagi “Putulicious” adalah dengan

membership, yaitu program yang diperuntukkan untuk pelanggan “Putulicious”

yang memberikan benefit berupa diskon atau undian hadiah bagi para pelanggan

setia produk ini. Pemasukan bisa dialokasikan untuk menutup biaya operasional

yang muncul.

3.6.3 Delivery Order

Pemasukan dari Delivery Order berasal dari ongkos kirim yang

dibebankan pada pelanggan yang memesan via telepon. Pelanggan akan

dikenakan biaya ongkos kirim, yang nantinya pemasukan dari biaya ongkos kirim

ini akan digunakan untuk membayar sewa kendaraan delivery dan biaya

packaging untuk makanan.

57

3.6.4 Merchandising

Pemasukan dengan cara menjual merchandise khusus berlogo

“Putulicious” yang berfungsi juga sebagai media marketing promosi agar

pelanggan bisa terus mengingat produk ini. Karena itu, merchandise yang dijual

adalah merchandise seperti gelas/mug, sticker, pin, dan produk–produk yang

sering digunakan sehari–hari. Pemasukan dari merchandise ini bisa digunakan

untuk menutup biaya–biaya lain, serta menambah revenue “Putulicious”.

3.7 Key Activity

Kumpulan proses kegiatan yang terjadi di dalam suatu perusahaan

diharapkan memiliki value yang lebih besar kepada perusahaan daripada input

awal. Suatu perusahaan dalam memproduksi barang dan jasa haruslah berdasarkan

kepada konsep awal dari perusahaan itu sendiri sehingga penurunan atas kualitas

dari produk dan pelayanan yang dihasilkan dapat dihindarkan. Oleh karena itu,

proses kegiatan yang sesuai dan cukup krusial diharapkan dapat terus berjalan

sesuai dengan konsep dan value dari “Putulicious” yang antara lain:

1. Proses Pembelian Bahan Baku

“Putulicious” memilih supplier yang terpercaya, mulai dari kualitas dari

bahan baku yang tinggi, kebersihan akan bahan baku dan kuantitas dari

bahan baku yang tepat. Salah satu strategi dari “Putulicious” ialah dengan

menggunakan Supply Chain Management (SCM) untuk mengatur para

supplier sebagai vendor penyedia bahan baku sehingga waktu pengiriman

tidak terlambat dan stock barang digudang tidak menumpuk. Sehingga

dengan bahan baku yang berkualitas produk yang diciptakan “Putulicious”

58

juga pasti akan berkualitas.

2. Proses Penyimpanan Bahan Baku

Tujuan dari tempat penyimpanan bahan baku ini ialah untuk mendapatkan

kecukupan akan bahan baku dan meminimalisasi kehilangan atau

kerusakan bahan baku sehingga kualitas dari pemakaian hingga kesegaran

dari bahan baku itu sendiri dapat tetap terjaga.

3. Proses Produksi

Proses produksi pada “Putulicious” merupakan proses paling utama pada

kegiatan bisnis “Putulicious” karena dengan proses inilah revenue

didapatkan. Sehingga proses utama ini harus dibuat sebaik mungkin.

Dengan waktu pembuatan yang singkat kemudian waktu packaging produk

juga instan dengan packaging menarik tentunya, serta “Putulicious” juga

memberikan pertunjukan proses produksi ini kepada pelanggannya.

Sehingga ketika pelanggan menunggu kue putu jadi, mereka dapat

menikmati pertunjukan pembuatan kue tersebut. “Putulicious” memiliki 1

tipe proses produksi yang digunakan dengan lebih difokuskan untuk

hidangan utama yaitu Make-to-Order ini terjadi jika terdapat order dari

para pelanggan. Dengan Make-to-Order maka makanan yang dipesan

oleh customer langsung disajikan setelah dimasak dan makanan sisa yang

tersisa tidak merugikan perusahaan. Waktu yang diperlukan mulai dari

proses pengolahan bahan baku menjadi produk makanan jadi ialah

sekitar 10 sampai 20 menit.

59

4. Proses Delivery Order

Proses delivery order dilakukan setelah customer mengorder kue putu

kepada “Putulicious” melalui website ataupun telepon. Untuk proses ini

biasanya bagi customer dengan jadwal cukup padat dan tidak sempat untuk

membeli langsung di outlet “Putulicious”, kemudian pesanan diantarkan

langsung di tempat tujuan customer yang dikehendaki. Pembayaran

dilakukan ditempat langsung pada petugas sesuai dengan bill yang tertera,

tentu saja setelah tambahan biaya delivery order. Waktu yang dibutuhkan

untuk proses pengiriman diusahakan secepatnya, tetapi tergantung juga

dengan kondisi jalanan Jakarta.

5. Operational Monitoring

Dengan adanya operational monitoring, diharapkan kualitas mulai dari

kebersihan, kesegaran bahan baku, rasa dan penampilan dari produk,

pelayanan yang ramah dan merata hingga kebersihan lingkungan sekitar

outlet “Putulicious” dapat dapat tetap terjaga dan terkontrol sehingga

segala bentuk kesalahan dapat dihindarkan.

6. Training Karyawan

Dengan adanya kewajiban bagi karyawan “Putulicious” untuk mengikuti

kegiatan ini sebelum mereka bekerja di “Putulicious” diharapkan mereka

dapat memenuhi target “Putulicious” untuk mendapatkan karyawan yang

berkualitas, membangun sebuah lingkungan yang saling menghormati,

menjaga komitmen dan memiliki kualitas lingkungan kerja yang layak.

60

7. Marketing

Dengan adanya event-event yang disusun oleh tim marketing “Putulicious”,

diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi semua pihak yang turut

berpartisipasi pada event tersebut. Sehingga membantu untuk

melambungkan nama “Putulicious” di pasar luas, karena memang

merupakan tujuan utama dari tim marketing “Putulicious”.

8. Maintain Web

Web yang dimiliki “Putulicious” selain memuat company profile

“Putulicious”, tetapi juga merupakan salah satu alat bagi “Putulicious”

untuk menjangkau pelanggannya. diharapkan dengan maintenance secara

berkala website “Putulicious” dapat terus berjalan dengan baik. Tidak

lupa segala informasi baik diadakannya suatu event ataupun adanya

discount dapat tersampaikan dengan jelas kepada pelanggan.

3.8 Key Partnership

Kerjasama yang terjalin di “Putulicious” adalah kerjasama buyer-supplier

relationship yaitu menjalin hubungan jangka panjang dengan beberapa pemasok

yang setia dan memiliki produk yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang

telah ditentukan sebelumnya. Juga dibantu dengan adanya Supply Chain

Management (SCM) yang membantu penyerahan/pengiriman produk secara tepat

waktu demi memuaskan konsumen.

Selain itu, “Putulicious” juga akan mengikat supplier yang memasok

bahan baku berkualitas bagi “Putulicious” dengan exclusivity agreement.

61

Exclusive agreement yaitu perjanjian antara pelaku usaha selaku pembeli dan

penjual untuk melakukan kesepakatan secara eksklusif yang dapat berakibat

menghalangi atau menghambat pelaku usaha lain untuk melakukan kesepakatan

yang sama. Agreement ini bertujuan untuk mengikat supplier agar tidak

melakukan kecurangan dengan membocorkan rahasia bahan baku perusahaan dan

dapat menciptakan usaha serupa dengan “Putulicious” atau memasok bagi

perusahaan lain bahan baku serupa dengan “Putulicious” sehingga perusahaan lain

dapat meniru produk “Putulicious”.

Selain itu strategi yang dapat digunakan untuk mengamankan supply

bahan baku dan supplier, yaitu:

Membayar tagihan bahan baku kepada supplier tepat pada waktunya.

Mendengarkan jika mereka memiliki keluhan mengenai hubungan dengan

internal perusahaan.

Ikat dengan perjanjian supplier “Putulicious” dengan kontrak supply

berjangka 1 tahun atau lebih.

Menjalin koneksi dengan beberapa supplier untuk menjaga ketersediaan

bahan baku demi menaikkan daya tawar “Putulicious” di mata supplier.

Menjaga hubungan personal dengan memberikan entertain berupa dinner,

kartu ucapan, dan lainnya, secara personal kepada “decision maker”

supplier.

3.9 Key Resources

Dua key resources yang berperan sangat penting di dalam

mendapatkan pendapatan dan yang menghubungkan kepada pasar, antara lain:

62

1. Fisikal

Asset fisikal pada “Putulicious” terdiri dari outlet “Putulicious” di mall,

mesin pengolah makanan dan tempat penyimpanan bahan baku,

packaging produk seperti box dan gelas, motor “Putulicious” untuk

mengantar pesanan delivery, serta yang terakhir yaitu bahan baku kue

putu yang berkualitas.

Keempat hal tersebut diatas merupakan asset fisikal utama dari kue putu

untuk mendukung kegiatan bisnis utama dari “Putulicious” sehingga

revenue yang didapat sesuai target “Putulicious”. milik “Putulicious”

karena hanya sewaan dari pihak luar.

2. Human

Dengan mengembangkan kompetensi dan motivasi para karyawan

“Putulicious”, diharapkan para pekerja dapat diberdayakan secara efektif

dan efisien dengan memiliki kualitas lingkungan kerja yang memadai dan

atmosfer yang penuh dengan komitmen dan kepercayaan dengan satu

sama lain.