bab 2.docx

56
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1 2 1 Investasi dan Keputusan Pendanaan Investasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. 1 Pada dasarnya investasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Perbedaan dari kedua jenis investasi tersebut dapat dilihat dari umur investasinya. Investasi jangka pendek merupakan investasi yang berumur dibawah 1 tahun, sedangkan investasi jangka panjang merupakan investasi yang berumur lebih dari 1 tahun. Namun demikian, ada pula yang membagi investasi jangka panjang menjadi dua jenis, yaitu investasi jangka menengah dan investasi 1Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga,(Jakarta: Balai Pustaka, cet-3, 2005), 441. 44

Upload: takez131

Post on 05-Aug-2015

241 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Uploaded from Google Docs

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2.docx

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

1

2

1 Investasi dan Keputusan Pendanaan

Investasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu penanaman uang

atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh

keuntungan.1 Pada dasarnya investasi dapat dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Perbedaan dari

kedua jenis investasi tersebut dapat dilihat dari umur investasinya. Investasi

jangka pendek merupakan investasi yang berumur dibawah 1 tahun,

sedangkan investasi jangka panjang merupakan investasi yang berumur lebih

dari 1 tahun. Namun demikian, ada pula yang membagi investasi jangka

panjang menjadi dua jenis, yaitu investasi jangka menengah dan investasi

jangka panjang. Investasi jangka menengah adalah investasi yang berumur

antara 1 sampai dengan 5 tahun. Sedangkan investasi jangka panjang

adalah investasi yang berumur di atas 5 tahun.2

Terkhusus untuk investasi jangka panjang, investasi jenis ini biasanya

diarahkan kepada pengembangan fasilitas dan usaha sehingga kemampuan

perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan semakin tinggi.3

1Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga,(Jakarta: Balai Pustaka, cet-3, 2005), 441.

2R. Agus Sartono, Manajemen Keuangan(Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, edisi-3, 1996), 247. 3Bramantyo Djohanputro, Manajemen Keuangan Korporat( Jakarta: Penerbit PPM, 2008), 11

44

Page 2: BAB 2.docx

Berdasarkan pemahaman ini maka sebuah investasi yang dilakukan oleh

perusahaan merupakan sesuatu hal yang penting dalam rangka

memaksimalkan kekayaan dari para pemegang saham perusahaan. Oleh

sebab itu, investasi jangka panjang yang telah diputuskan oleh manajemen

perusahaan harus memberikan dampak yang positif kepada peningkatan nilai

dari perusahaan.

Salah satu keputusan keuangan yang sangat berhubungan dengan

investasi jangka panjang adalah keputusan pendanaan. Sebuah keputusan

pendanaan akan sangat berkaitan dengan apa yang menjadi tujuan dari

perusahaan yaitu meningkatkan kekayaan pemegang saham dengan

meningkatkan nilai perusahaannya. Sebuah keputusan yang jitu dalam

rangka pendanaan investasi yang telah diputuskan oleh perusahaan akan

memberikan kontribusi yang positif bagi nilai dari sebuah perusahaan. Hal ini

dikarenakan jikalau sebuah perusahaan kekurangan dana jangka panjang

maka perusahaan akan kesulitan untuk mengembangkan investasinya.

Sedangkan, jika perusahaan memiliki kelebihan dana jangka panjang akan

berdampak kepada penurunan kinerja keuangan perusahaan.4

Keputusan pendanaan memiliki empat aspek yang harus diputuskan

yaitu jumlah modal, jenis modal, sumber modal, dan struktur modal. Jumlah

modal berkaitan erat dengan berapa total modal yang diperlukan untuk

investasi dan kapan modal tersebut diperlukan. Jenis modal sangat berkaitan

dengan modal seperti apa yang diperlukan, apakah ekuitas, pinjaman, atau

bentuk lainnya. Sumber modal berkaitan dengan darimana modal tersebut

4Ibid., 15

44

Page 3: BAB 2.docx

diperoleh. Struktur modal sangat erat hubungannya dengan bagaimana

perbandingan antar jenis modal.5

2 Analisis Kelayakan Investasi

Sebelum lebih jauh membahas mengenai keputusan pendanaan dari

investasi, maka akan terlebih dibahas mengenai pendekatan-pendekatan

dalam analisis kelayakan investasi.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk

melakukan investasi, salah satunya adalah faktor keuangan. Faktor

keuangan memberikan pertimbangan kelayakan investasi perusahan dengan

menggunakan pertimbangan keuangan. Hal ini menjadi penting untuk

menilai apakah suatu investasi layak dijalankan atau tidak dengan melihatnya

dari sisi keuangan.6

Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam menilai kelayakan

investasi dari sudut pandang keuangan adalah Pay Back Period, Present

Value Pay Back Period, Net Present Value, Profitability Index, Internal Rate of

Return, Modified Internal Rate of Return.7 Secara khusus untuk penelitian ini

pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan Net Present Value,

Internal Rate of Return.

Alasan mengapa hanya pendekatan ini yang dipilih, disesuaikan

dengan survei yang dilakukan oleh Graham dan Campbel mengenai prioritas

penggunaan metode penilaian investasi, dimana pendekatan Internal Rate of

5Ibid., 187 6 Ibid., 115-1167Ibid., 148

44

Page 4: BAB 2.docx

Return (IRR) dan Net Present Value (NPV) merupakan dua pendekatan yang

paling digemari perusahaan.8 Lebih jauh lagi menurut Gitman (1997)

pendekatan NPV merupakan pendekatan yang paling sering digunakan

dalam perhitungan investasi secara teoritis. Sedangkan, pendekatan IRR

lebih sering digunakan oleh para praktisi dikarenakan pendekatan ini

menghasilkan perhitungan investasi dalam bentuk rates of return bukan

dalam bentuk pengembalian nominal uangnya (dollars return).9

1 Net Present Value

Net Present Value (NPV) dapat diartikan sebagai keuntungan atau

kelebihan nilai dari uang yang dihasilkan oleh proyek atau investasi

perusahaan, dimana keuntungan ini telah mempertimbangkan nilai

waktu dari uang tersebut.10 Menurut Damodaran (2011), Net Present

Value dari sebuah proyek adalah jumlah seluruh nilai kini (present

value) dari arus kas selama umur proyek tersebut.11

Adapun rumus penghitungan Net Present Value adalah sebagai

berikut: 12

Dimana CFt merupakan Cash Flow (Free Cash Flow to The Firm)

8Toto Prihadi, Cepat & Praktis Analisis Investasi(Jakarta: Penerbit PPM, 2010), 29 9Lawrence J. Gitman, Principles of Managerial Finance, edisi-8(Massachusetts: Addison Wesley,

1997), 382. 10Djohanputro, Manajemen Keuangan…,153-154 11Aswath Damodaran, Corporate Finance: Theory and Practice, ed.2(New York: John Wiley &

Sons, 2011), 296 12Ibid, 297

44

Page 5: BAB 2.docx

perusahaan pada tahun ke-t, r merupakan discount rate dengan

menggunakan biaya modal perusahaan (cost of capital), dan Initial

Investment merupakan nominal investasi yang dilakukan oleh

perusahaan.

Suatu proyek dikatakan layak dari pendekatan Net Present

Value adalah sebagai berikut :13

1 Bila NPV > 0, proyek diterima

2 Bila NPV < 0 maka proyek ditolak

3 Bila NPV = 0 berarti indiferen, maksudnya proyek dapat diterima

atau ditolak.

2 Internal Rate of Return

Internal Rate of Return merupakan besarnya tingkat pengembalian

yang diharapkan dari proyek. IRR merupakan tingkat diskonto yang

digunakan untuk menghitung NPV sehingga NPV sama dengan nol.14

Hal ini senada dengan Damodaran (2011), yang menyatakan

“internal rate of return (IRR) is that discount rate that makes the net

present value zero”.15

Cara mengukur kelayakan suatu proyek dari sudut pandang

internal rate of return adalah sebagai berikut :

1 Jika IRR > Cost of Capital berarti proyek dapat diterima;

2 Jika IRR < Cost of Capital berarti proyek ditolak.

3 Modal

13 Djohanputro, Manajemen Keuangan.., 15414 Ibid., 15715 Damodaran, Corporate Finance…, 302

44

Page 6: BAB 2.docx

Selanjutnya yang akan dibahas sehubungan dengan analisis investasi adalah

melakukan analisis pendanaan. Oleh karena itu, pada bagian ini terlebih

dahulu akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan modal itu sendiri.

Modal pada dasarnya adalah dana perusahaan yang diperlukan untuk

investasi. Modal merupakan dana yang diperlukan untuk mendanai

pengadaan aset-aset dari sebuah perusahaan. Pada laporan neraca, modal

dicantumkan di sebelah kanan dan terdiri dari ekuitas, pinjaman jangka

panjang, dan pinjaman jangka pendek berbunga.16 Oleh karena itu, istilah

modal tidak hanya berhubungan dengan ekuitas tetapi juga dengan pinjaman-

pinjaman yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan

Damodaran (2001), yang menyatakan bahwa dalam rangka pembiayaan atau

pendanaan sebuah investasi, sebuah perusahaan dapat menggunakan

hutang (pinjaman) atau ekuitas.17

Sehubungan dengan hal di atas, Damodaran (2001) menambahkan

bahwa terdapat berbagai-macam jenis ekuitas dan hutang yang dapat

digunakan oleh perusahaan. Akhir-akhir ini, menurutnya, terjadi

perkembangan jenis instrumen hutang maupun ekuitas.18 Oleh karena itu,

pada bagian selanjutnya akan dijelaskan dengan lebih mendalam jenis-jenis

hutang maupun ekuitas yang dapat digunakan, khususnya yang dapat

digunakan oleh perusahaan tertutup (private firm).

1 Ekuitas

Penggunaan ekuitas sebagai sumber pendanaan tergantung dari

16Djohanpiutro,Manajemen Keuangan…., 187 17 Damodaran, Corporate Finance…,482. 18Ibid.

44

Page 7: BAB 2.docx

apakah sebuah perusahaan itu merupakan perusahaan yang terbuka

(public firm). atau perusahaan yang tertutup (private firm). Oleh

sebab itu, sesuai dengan konteks perusahaan yang akan dibahas,

maka penjelasan mengenai sumber pendanaan dari ekuitas akan

difokuskan kepada jenis-jenis ekuitas untuk perusahaan tertutup.

Ekuitas, menurut Djohanputro (2008), merupakan dana

perusahaan yang berasal dari pemilik perusahaan ataupun para

pemegang saham perusahaan.19 Oleh karena itu terdapat beberapa

jenis ekuitas yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam rangka

mendanai invetasi yang akan dilakukannya. Adapun jenis-jenis

ekuitas yang dapat digunakan oleh perusahaan tertutup adalah

sebagai berikut :

1 Dana Pemilik Perusahaan (Owner’s Equity). Sumber dana

yang dapat digunakan oleh untuk mendanai sebuah investasi

adalah dana yang berasal dari pemilik perusahaan. Sumber

pendanaan ini biasanya diperuntukan untuk perusahaan-

perusahaan yang baru akan dijalankan.20

2 Modal Ventura (Venture Capital). Sebuah perusahaan yang

sedang bertumbuh biasanya menyadari bahwa dana mereka

tidak mencukupi untuk melakukan ekspansi perusahaannya.

Beberapa perusahaan pada tahap ini menjadikan

perusahaannya sebagai perusahaan terbuka, tetapi ada juga

19Bramantyo, Op.Cit., 189 20Damodaran, Op.Cit., 484

44

Page 8: BAB 2.docx

perusahaan yang tetap bertahan pada posisinya sebagai

perusahaan tertutup. Oleh karena itu, modal ventura (venture

capital) dijalankan sebagai opsi pendanaan. Modal Ventura

merupakan sebuah entitas pendanaan yang biasanya

biasanya akan memberikan keuntungan dalam bentuk

kepemilikan saham dari perusahaannya.21

3 Laba ditahan (Retained Earnings). Laba ditahan merupakan

dana yang paling mudah diperoleh karena sudah berada di

tangan manajemen.22 Laba ditahan merupakan hasil dari

keuntungan sebuah perusahaan. Keuntungan yang diperoleh

perusahaan sebagian dapat dibayarkan menjadi dividen dan

sebagian ditahan oleh perusahaan.

2 Pinjaman

Dalam rangka melakukan investasi jangka panjang perusahaan

dapat menggunakan sumber modal lainnya yaitu pinjaman.

Pinjaman dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu pinjaman

jangka pendek dan pinjaman jangka panjang. Akan tetapi dalam

pembahasan ini hanya akan diperdalam pinjaman berjangka

panjang.

Dilihat dari sisi waktu pengembalian maka pinjaman jangka

panjang adalah sumber pendanaan yang memiliki waktu jatuh tempo

di atas 1 tahun, biasanya antara 5 sampai dengan 20 tahun.23

21Ibid. 22Bramantryo, Op.Cit., 189 23Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian, Manajemen Keuangan 2, edisi ke-4(Jakarta: Literata Lintas

44

Page 9: BAB 2.docx

Pinjaman menurut Bramantyo (2008) adalah dana yang didapatkan

perusahaan dari kreditur atau investor dengan kesepakatan bahwa

perusahaan berkewajiban mengembalikan dana tersebut sebesar

nilai nominal pinjaman ditambah dengan beban atau bunga

pinjaman.24

Adapun beberapa jenis dari pinjaman yang dapat dipergunakan

oleh perusahaan dalam rangka mendanai investasinya adalah

sebagai berikut :

1 Pinjaman Bank. Salah satu sumber pendanaan yang dapat

diperoleh perusahaan adalah pinjaman dari Bank. Menurut

Damodaran (2011), banyak perusahaan yang menggunakan

Bank sebagai sumber primer untuk pendanaan investasinya.

Sebuah bank ketika memberikan pinjaman akan menentukan

bunga pinjaman yang didasarkan atas peringkat risiko sebuah

perusahaan yang diberikan oleh bank. Salah satu keuntungan

dengan menggunakan pinjaman dari bank adalah nominal

pinjaman tidak harus dengan jumlah yang besar.25

2 Bonds (Surat Hutang). Bagi perusahaan publik yang cukup

besar, mengeluarkan surat hutang merupakan sebuah

alternatif pendanaan selain pinjaman bank.26 Obligasi,

menurut Sundjaja dan Barlian (2003), merupakan instrumen

Media, 2003), 324. 24Bramantyo, Op.Cit., 192 25Damodaran, Op.Cit., 488 26Ibid., 489.

44

Page 10: BAB 2.docx

hutang yang menyatakan bahwa perusahaan meminjam uang

dari suatu lembaga atau perorangan dan berjanji akan

membayar kembali di masa yang akan datang dengan aturan-

aturan yang jelas. Beberapa sifat umum dari obligasi adalah

bunga dibayarkan setiap tengah tahun atau setiap triwulan;

dikeluarkan sebagai obligasi berjangka dengan satu tanggal

jatuh tempo; jatuh tempo biasanya antara 5 sampai 20 tahun;

obligasi diterbitkan dalam jutaan lembar dengan nilai

nominal.27

3 Penempatan Langsung Pinjaman (Private Placement).

Perusahaan dapat memperoleh pinjaman dari investor dengan

menawarkan bunga beberapa points di atas bunga deposito

tetapi di bawah bunga pinjaman ke bank,28

3 Perbedaan Antara Ekuitas dan Pinjaman

Menurut Damodaran (2011), terdapat beberapa perbedaan antara

Ekuitas dan Hutang, yaitu :

1 Pinjaman akan mengurangi kas perusahaan dalam jangka

waktu tertentu dikarenakan pembayaran cicilan dan bunga

pinjaman. Sedangkan ekuitas akan mengurangi keuangan

perusahaan pada saat terakhir (residual claim);

2 Pinjaman akan mengurangi pembayaran pajak perusahaan

(deductible tax), sedangkan ekuitas tidak memiliki keuntungan

27Sundjaja, Op.Cit., 331 28Bramantyo, Op.Cit., 198.

44

Page 11: BAB 2.docx

dilihat dari sisi pajak karena tidak akan mengurangi pajak

perusahaan;

3 Pinjaman memiliki rentang waktu yang pasti, sedangkan

ekuitas berlaku selama perusahaan itu berdiri.

4 Pinjaman memberikan risiko kebangkrutan kepada

perusahaan, sedangkan ekuitas tidak memiliki risiko

kebangkrutan;

5 Pinjaman tidak akan mempengaruhi kontrol manajemen

perusahaan yang telah ada, sedangkan ekuitas dapat

memberikan pengaruh terhadap kontrol manajemen (misalnya

pemegang saham terbesar di sebuah perusahaan merupakan

investor baru, maka ia memiliki kemampuan untuk mengubah

jajaran manajemen yang ada).

Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan Damodaran,

Sartono (1996) mengemukakan beberapa kebelihan dan kelemahan

dari penggunaan pinjaman, khususnya pinjaman jangka panjang.

Adapun kelebihan dan kelemahan dari penggunaan pinjaman jangka

panjang adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Pinjaman Jangka Panjang

KELEBIHAN KELEMAHAN

44

Page 12: BAB 2.docx

Biaya modal setelah pajak relatif

rendah

Meningkatnya financial risk

perusahaan sebagai akbiat

meningkatnya financial leverage

Bunga yang dibayarkan merupakan

pengurangan atas pajak penghasilan

Batasan yang disyaratkan kreditur

seringkali menyulitkan manajemen

perusahaan

Melalui financial leverage

dimungkinkan laba per lembar saham

akan meningkat

Kontrol terhadap operasi perusahaan

oleh pemegang sahan tidak akan

mengalami perubahan

Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa penggunaan

pinjaman maupun ekuitas dalam rangka pendanaan sebuah investasi

memiliki risiko dan keuntungannya masing-masing. Oleh sebab itu,

penentuan seberapa jauh proporsi pinjaman dan ekuitas yang dapat

memberikan dampak positif bagi perusahaan, khususnya nilai

perusahaan, membutuhkan sebuah strategi yang baik.

4 Struktur Modal

Struktur modal dapat didefinisikan sebagai perimbangan atau bauran antara

jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang,

saham preferen, dan saham biasa.29 Oleh karena itu, penggunaan utang

dan ekuitas dalam rangka pembiayaan investasi yang dikakukan perusahaan

akan mempengaruhi struktur modal perusahaan.

29Sartono, Op.Cit., 295

44

Page 13: BAB 2.docx

1 Teori Tentang Struktur Modal

Franco Modigliani dan Merton Miller memperkenalkan teori struktur

modal yang didasarkan atas pendekatan yang matematis, scientific,

dan penelitian yang terus menerus.30 Teori yang dikeluarkan oleh

Modigliani dan Miller dikenal dengan sebutan teori MM dengan artikel

yang berjudul The Cost of Capital, Corporation Finance, and the

Theory of Investment. Modigliani-Miller menyatakan bahwa rasio

hutang tidak relevan dan tidak ada struktur modal yang optimal. Pada

dasarnya, nilai perusahaan bergantung pada arus kas yang

dihasilkan dan bukan pada rasio hutang dan ekuitas.31 Teori yang

dikeluarkan MM pada tahun 1958 ini berlaku hanya dengan asumsi

pasar yang sempurna seperti tidak ada pajak, tidak ada biaya

transaksi, tidak ada konflik antar pihak dalam perusahaan (agency

cost) maupun kesenjangan informasi, sehingga nilai perusahaan

tidak tergantung kepada keputusan pendanaan.32

Teori MM mengalami perkembangan seturut dengan

dipertimbangkannya pajak dalam kerangka teorinya. Modigliani-

Miller menyatakan bahwa keputusan pendanaan dengan hutang

akan meningkatkan nilai perusahaan karena bunga hutang akan

mengurangi penghasilan kena pajak. Penghematan dari sisi

pembayaran pajak memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan,

30Sartono, Op.Cit., 302 31William Niti, “Analisis Pemilihan Struktur Modal Optimal Pada Industri Telekomunikasi di

Indonesia”, tesis(Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, tidak dipublikasikan, 2008),11 32Ibid.

44

Page 14: BAB 2.docx

sehingga nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih

besar daripada perusahaan yang tidak menggunakan hutang.33

Perkembangan teori struktur modal tidak berhenti sampai

dengan teori di atas. Selanjutnya Merton Miller pada tahun 1976

memperkenalkan modal tentang pengaruh leverage terhadap nilai

perusahaan, dan hal ini bisa terjadi jika terdapat pajak perusahaan

dan pajak perorangan.34 Teori dari Merton Miller ini dikenal dengan

istilah static trade-off theory dimana struktur modal optimal dapat

terjadi karena proses trade off antara manfaat penghematan pajak

(tax shield of leverage) dengan biaya penggunaan hutang (cost of

financial distress and agency cost of leverage). Teori ini menyatakan

bahwa perusahaan dengan risiko bisnis tinggi lebih baik

menggunakan sedikit hutang. Penggunaan hutang yang tinggi akan

memperbesar biaya bunga serta menurunkan laba, sehingga

perusahaan akan mengalami financial distress.35

Hutang pada, seperti telah dijelaskan sebelumnya, memiliki sisi

positif dan sisi negatif. Sisi positifnya adalah hutang dapat

mengurangi penghasilan kena pajak, sehingga jumlah pajak yang

dibayar perusahaan berkurang. Penghematan pajak akan

menguntungkan perusahaan dan juga akan meningkatkan nilai pasar

dari perusahaan. Selain itu, penggunaan hutang juga akan

33Ibid. 34Sartono, 317 35Niti, Loc.Cit., 12

44

Page 15: BAB 2.docx

menurunkan agency cost dari ekuitas.36 Sisi negatif dari hutang

adalah meningkatkan tingkat kebangkrutan sebuah perusahaan

(banckruptcy cost). Semakin besar laba (EBIT) yang dihasilkan oleh

perusahaan akan semakin besar pula tingkat hutangnya agar biaya

pajak berkurang. Jikalau jumlah hutang terlalu besar maka risiko

gagal bayar cicilan hutang dan bunga hutang akan menjadi besar

dan mengakibatkan perusahaan kurang berkembang dan prestasi

perusahaan mengalami penurunan.37

Teori mengenai struktur modal berkembang lebih lanjut. Myers

mengeluarkan sebuah teori mengenai struktur modal yaitu pecking

order theory. Teori ini didasarkan atas kesenjangan informasi antara

manajer dan investor. Kesenjangan informasi akan mempengaruhi

struktur modal perusahaan dengan cara membatasi akses pada

sumber pendanaan dari luar. Myers menunjukkan bahwa dengan

adanya kesenjangan informasi, investor akan menganggap bahwa

penerbitan ekuitas dalam rangka pendanaan investai merupakan

sebuah berita buruk. Oleh karena itu, perusahaan akan lebih

memiilih pendanaan investasinya berdasarkan suatu urutan risiko.38

Adapun urutan pendanaan sesuai dengan pecking order theory

adalah sebagai berikut :39

1 Perusahaan lebih menyukai pendanaan dari sumber internal

36Ibid., 13 37Ibid. 38Ibid., 14 39Ibid., 16

44

Page 16: BAB 2.docx

(internal funds)

2 Perusahaan menyesuaikan target pembayaran dividen

terhadap peluang investasi

3 Kebijakan dividen bersifat melekat, fluktuasi profitabilitas dan

peluang investasi berdampak pada aliran kas internal bisa

lebih besar atau lebih kecil dari pengeluaran investasi

4 Bila dana eksternal dibutuhkan, perusahaan memilih sumber

dana hutang karena dipandang lebih aman dari ekuitas.

Ekuitas adalah pilihan terakhir sebagai sumber pendanaan

sebuah investasi.

Menurut Bramantyo (2008), prinsip dasar dari pecking order

theory adalah perusahaan akan mencari sumber pendanaan yang

paling mudah diperoleh terlebih dahulu. Jikalau sumber yang paling

mudah tidak mencukupi, maka perusahaan akan mencari sumber

pendanaan yang lebih sulit. Biasanya urutan sumber pendanaan

adalah sebagai berikut sumber dana internal (laba ditahan),

pinjaman, dan setoran ekuitas baru.40

5 Biaya Modal

Biaya modal merupakan sebuah konsep yang sangat penting khususnya

berkaitan dengan keputusan pendanaan sebuah perusahaan. Konsep ini

bertujuan untuk dapat menentukan besarnya biaya yang secara riil harus

ditanggung oleh perusahaan sebagai konsekuensi perolehan dana dari

40Bramantyo, Op.Cit., 199

44

Page 17: BAB 2.docx

sumber tertentu.41

Seperti telah diketahui bahwa perusahaan dapat menambah kebutuhan

dana baik itu dari para investor ekuitas maupun pinjaman. Kedua sumber

pendanaan ini memiliki sebuah konsekuensi tersendiri. Damodaran (2011)

menyatakan bahwa para investor (baik itu yang memberikannya dalam

bentuk ekuitas maupun dalam bentuk pinjaman) memiliki ekspektasi

pengembalian dari dana yang telah diberikannya.42

Bagi investor kredit, dana yang diberikan kepada perusahaan

merupakan sebuah investasi, sehingga mereka mengharapkan adanya

imbalan dari dana yang diberikan. Imbalan yang diterima oleh investor kredit

terdiri dari dua jenis yaitu pembayaran bunga dan capital gain. Pembayaran

bunga dapat dibayarkan oleh perusahaan secara periodik, baik itu bulanan,

trisemester, triwulan, atau tahunan. Sedangkan capital gain biasanya untuk

investor yang memberikan pinjaman sampai jatuh tempo. Capital gain

merupakan selisih antara uang yang diserahkan ke perusahaan dengan

nominal pinjaman. Contohnya jika kreditur dan perusahaan sepakat untuk

memberikan pinjaman sebesar Rp. 100 juta, maka nilai tersebut disebut

sebagai nilai nominal. Dikarenakan adanya biaya transaksi, kreditur dan

perusahaan sepakat untuk memotong nilai nominal sebesar Rp. 2 juta,

sehingga dana yang diterima perusahaan adalah Rp. 98 juta dan harus

dikembalikan pada saat jatuh tempo. Rp. 2 juta tersebut merupakan capital

41Bambang Riyanto, Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan, edisi-4(Yogyakarta: BPFE, cet-7, 2001), 245

42Damodaran, Op.Cit., 186

44

Page 18: BAB 2.docx

gain yang diterima oleh investor kredit.43

Tidak jauh berbeda dengan investor ekuitas. Investor menyerahkan

sejumlah uang kepada perusahaan berupa ekuitas dan tentunya mereka

memiliki ekspektasi pengembalian dari dana yang telah diberikan.

Pengembalian ekuitas terdiri dari dua jenis yaitu dividen dan capital gain.

Dividen merpakan sejumlah uang yang diharapkan oleh investor, yang

biasanya dibagian dua kali dalam setahun ataupun satu kali dalam setahun.

Sedangkan capital gain merupakan kenaikan nilai modal, khususnya bagi

perusahaan yang sudah go public dapat dilihat dari perubahan harga saham.

Tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor merupakan biaya yang

harus ditanggung perusahaan.44

Biaya Modal (cost of capital) pada dasarnya merupakan penggabungan

dari biaya-biaya yang harus ditanggung perusahaan dari keputusan

pendanaannya dan merupakan rata-rata tertimbang dari biaya ekuitas dan

biaya pinjaman yang digunakan oleh perusahaan.45

Penghitungan biaya modal dari sebuah perusahaan didasarkan atas

pemahaman bahwa biaya modal merupakan rata-rata dari biaya masing-

masing komponen modal (ekuitas dan pinjaman).46 Oleh karena itu, dalam

penghitngannya biaya modal merupakan rata-rata tertimbang (Weighted

Average Cost Of Capital) dengan rumus seperti berikut :

Ekuitas

43Bramantyo, Op.Cit., 219 44Ibid., 219-220 45Damodaran, Op.Cit., 187 46Bramantyo, Op.Cit, 240.

44

Page 19: BAB 2.docx

Dimana COD merupakan biaya pinjaman, COE merupakan biaya

ekuitas, D merupakan nilai buku dari pinjaman, dan E merupakan jumlah

ekuitas sebuah perusahaan.

1 Biaya Ekuitas (Cost of Equity)

Biaya ekuitas, menurut Damodaran (2011), merupakan tingkat

pengembalian yang diharapkan oleh para investor yang

menanamkan dananya dalam bentuk ekuitas dan telah

mempertimbangkan risiko premium dari sebuah perusahaan.47

Salah satu model yang dapat digunakan untuk menghitung

biaya ekuitas adalah Capital Asset Pricing Model (CAPM). Rumus

dari CAPM adalahh :48

Rumus ini didasarkan atas konsep CAPM (capital asset pricing

model) dimana biaya dari laba ditahan sama dengan besarnya

pendapatan atau suku bunga bebas risiko ditambah sejumlah

tambahan atau premium untuk mengkompensasi risiko yang harus

ditanggung oleh investor.49

47Damodaran,Op.Cit., 186 48Ibid., 188 49Bramantyo, Op.Cit., 234

44

Page 20: BAB 2.docx

1 Tingkat Suku Bunga Bebas Risiko

Riskless rate merupakan tingkat pengembalian bebas risiko

yang dapat diterima oleh investor, dimana beberapa

instrumen yang biasa digunakan adalah Surat Utang Negara

(SUN).50 Sedangkan Damodaran (2011) mendefinisikan

riskless asset sebagai suatu asset dimana investor

mengetahui imbal hasil (return) secara pasti.51

Damodaran (2011), lebih jauh lagi mengatakan bahwa

terdapat dua kondisi dimana sebuah investasi dapat

dikatakan sebagai bebas risiko selama kurun waktu tertentu,

yaitu :52

1 Tidak ada risiko gagal bayar (default risk). Hal ini

memberikan implikasi bahwa aset yang akan

diinvestasikan merupakan aset yang diterbitkan oleh

pemerintah.

2 Tidak ada kepastian mengenai reinvestment rate, yang

menyebabkan tidak ada aliran kas masuk sebelum

berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan.

2 Premi Risiko

Risk premium menurut Damodaran (2011) merupakan

“pengembalian extra” yang akan diminta oleh investor agar

50Ibid. 51Damodaran, Op.Cit., 188 52Ibid.

44

Page 21: BAB 2.docx

mereka mau memindahkan uangnya dari investasi yang

tidak berisiko ke investasi yang berisiko.53

Damodaran (2011) mengajukan dua cara untuk

menghitung premi risiko. Cara pertama disebut sebagai

historical premium. Pada dasarnya, menghitung premi risiko

dapat dilakukan dengan melihat data historis dan

mengestimasikan pendapatan premium melalui selisih

antara pengembalian investasi risiko (saham) dengan

investasi bebas risiko (surat hutang Negara).54 Secara

umum, penghitungan premi risiko dengan cara historical

premium adalah dengan melihat selisih rata-rata tingkat

pengembalian saham dengan rata-rata tingkat pengembalian

riskless asset dalam kurun waktu tertentu.55 Rumus dari

historical premium adalah

Risk Premium = Return Market – Risk Free

Cara kedua yang dapat digunakan untuk mengukur

premi risiko adalah dengan menggunakan peringkat Negara

(country rating) untuk mengestimasi risiko gagal bayar

(default risk) dan selisih imbah hasil (spread). Lembaga

pemeringkat internasional seperti Standard and Poor’s dan

53Damodaran, Op.Cit., 190 54Ibid., 190 55Ibid.

44

Page 22: BAB 2.docx

Moody’s telah melakukan pemeringkatan terhadap Negara-

negara berdasarkan keuangan Negara dan kondisi politik.

Manfaat dari pemeringkatan ini adalah keterkaitannya

dengan premi gagal bayar yang memungkinkan kita

mengukur secara kuantitatif pengaruhnya terhadap premi

risiko. Setelah selisih premi gagal bayar (default spread)

untuk kelas peringkat negara (country rating) diketahui,

selanjutnya dilakukan penyesuaian atas selisih premi gagal

bayar negara (country default spread) tersebut agar

mencermintkan fluktuasi relatif pasar ekuitas (relative

volatility of the equity market) dengan menggunakan

rumus:56

Setelah menghitung relative volatility of equity maka

premi risiko sebuah negara dihitung dengan mengalikan

selisih risiko gagal bayar (country default spread) dengan

relative volatility of equity.57 Saat ini, Damodaran telah

menyediakan hasil perhitungan untuk country risk premium.

Hasil perhitungan ini dapat digunakan sebagai data country

risk premium.

56Ibid., 193 57Ibid.

44

Page 23: BAB 2.docx

Berdasarkan pemahaman di atas maka Damodaran

memberikan sebuah tawaran penghitungan biaya ekuitas

dengan mempertimbangkan country risk premium yaitu

3 Beta

Beta, dengan bahasa lainnya dapat disebut sebagai

systematic risk, menunjukkan sampai seberapa jauh

instrument investasi tersebut relatif berisiko terhadap

portofolio.58 Tidak jauh berbeda dengan Damodaran (2011),

Beta didefinisikan sebagai “the risk that the investment adds

to a market portfolio”.59

Damodaran menyatakan bahwa terdapat beberapa

cara untuk menghitung beta. Cara yang pertama dan sering

digunakan oleh banyak orang adalah dengan meregresi

tingkat pengembalian sebuah asset dengan tingkat

pengembalian dari sebuah indeks yang direpresentasikan

oleh portofolio pasar (Indeks Harga Saham Gabungan) pada

waktu tertentu.60 Adapun rumus dari beta regresi adalah

sebagai berikut :

Ri = α + β Rm

58Toto Prihadi, Cepat dan Praktis : Analisis Investasi(Jakarta: Penerbit PPM, 2010), 111. 59Damodaran, Op.Cit., 196 60Aswath Damodaran, “Estimating Risk Parameters” dalam

http://www.stern.nyu.edu/fin/workpapers/papers99/wpa99019.pdf , diakses pada 20 Mei 2011, 6

44

Page 24: BAB 2.docx

Damodaran memberikan beberapa kelemahan dengan

penggunaan beta regresi yaitu :61

1 Permasalahan indeks. Hasil beta regresi akan berubah

seturut dengan perubahan periode yang digunakan,

indeks yang dipilih, dan interval dari tingkat

pengembalian. Secara khusus, untuk perusahaan-

perusahaan yang berada di emerging market,

pengukuran beta dengan cara beta regresi akan

semakin bermasalah.

2 Strandard eror dari masing-masing indeks juga

berlainan.

3 Beta regresi hanya berdasarkan data historis tanpa

memperlihatkan perubahan yang terjadi dalam

perusahaan.

Berdasarkan kelemahan-kelemahan di atas maka

Damodaran mengajukan penghitungan beta dengan cara

bottom-up beta. Beta, menurutnya, dipengaruhi oleh tiga

variabel yaitu : tipe bisnis dimana perusahaan berbisnis,

tingkat operating leverage dari perusahaan, dan financial

leverage sebuah perusahaan. Berdasarkan tiga variabel ini

maka Damodaran mengajukan sebuah rumus untuk

61Ibid., 13-18

44

Page 25: BAB 2.docx

mengukur beta yaitu :62

βL = βU (1+(1-t)(D/E))

Penghitungan Beta dengan cara bottom up beta

ternyata dapat digunakan untuk menghitung beta dari

perusahaan tertutup. Beberapa langkah untuk menghitung

beta dari perusahaan tertutup adalah sebagai berikut :63

1 Mencari perusahaan pembanding (comparable

company). Syarat dari perusahaan pembanding adalah

perusahaan yang bergerak di satu lini produk;

2 Hitung beta dari perusahaan pembanding dengan cara

penghitungan beta regresi;

3 Hitung komposisi hutang dan ekuitas dari perusahaan

pembanding atau debt to equty ratio

4 Hitung βU dari perusahaan tertutup dengan rumus di

atas.

5 Hitung βL dari perusahaan yang akan diukur dengan

memasukan βU perusahaan pembanding ke rumus di

atas dengan debt to equity ratio perusahaan yang

diukur.

62Ibid., 26 63Prihadi, Op.Cit., 119

44

Page 26: BAB 2.docx

2 Biaya Pinjaman (Cost of Debt)

Menurut Damodaran (2011), biaya pinjaman atau cost of debt

mengukur seluruh jenis biaya yang dihasilkan karena perusahaan

melakukan pinjaman dalam rangka membiayai aktivitasnya.64 Secara

umum, biaya pinjaman dipengaruhi oleh beberapa variabel, yaitu : 65

1 Tingkat suku bunga yang ada : semakin tinggi tingkat suku

bunga, maka biaya pinjaman sebuah perusahaan akan

meningkat;

2 Risiko gagal bayar dari perusahaan : semakin tinggi risiko gagal

bayar sebuah perusahaan maka biaya pinjaman akan

meningkat

3 Keuntungan pajak sehubungan dengan pinjaman. Hal ini

dikarenakan bunga pinjaman akan mengurangi pajak, maka

biaya pinjaman setelah pajak merupakan fungsi dari tingkat

pajak. Berdasarkan hal ini maka rumus dari biaya pinjaman

setelah pajak (After-tax cost of debt) adalah

Biaya hutang merupakan akibat perusahaan menggunakan

sumber dana dari kreditor. Di Indonesia, penggunaan hutang lebih

banyak didominasi oleh hutang bank.66

Penghitungan biaya hutang, khususnya untuk perusahaan-

64Damodaran, Corporate Finance….,212 65Ibid. 66Prihadi, Op.Cit., 125

44

Page 27: BAB 2.docx

perusahaan yang tidak memiliki akses ke pasar atau dengan kata

lain untuk perusahaan tertutup adalah seperti berikut :

1 Melihat data pinjaman terkini. Melalui data pinjaman terkini

yang dilakukan oleh perusahaan (khususnya pinjaman ke

Bank atau lembaga finansial lainnya), dapat dilihat nominal

default spread yang dikenakan kepada perusahaan tersebut.

Angkat tersebut dapat dijadikan sebagai patokan untuk

penghitungan biaya pinjaman.67

2 Mengestimasi synthetic rating. Cara mengukur biaya

pinjaman dari perusahaan bida dengan menggunakan sudut

pandang dari perusahaan pemeringkat (rating agency). Sudut

pandang yang digunakan adalah dengan memberikan sebuah

rating kepada perusahaan dengan melihat kondisi rasio

keuangan perusahaan tersebut. Penentuan rating seperti ini

disebut sebagai synthetic rating.68 Salah satu cara tercepat

untuk melakukan penentuan synthetic rating terhadap sebuah

perusahaan adalah dengan mengambil salah satu rasio

keuangan yang biasa digunakan oleh perusahaan

pemeringkat, sebagai contoh adalah interest coverage ratio

(ICR). Adapun cara menghitung interest coverage ratio adalah

melakukan pembagian antara EBIT (earning before interest

and taxes) dengan interest expense (diluar interest income).69

67Damodaran, Corporate Finance…¸ 213 68Ibid. 69Prihadi, Op.Cit., 132.

44

Page 28: BAB 2.docx

Melalui penentuan rating dapat dilihat spread dari perusahaan.

Spread merupakan selisih suku bunga pinjaman dengan suku

bunga bebas risiko. Oleh karena itu untuk menilai berapa

perkiraan suku bunga pinjaman sebuah perusahaan,

perusahaan dapat menambahkan suku bunga bebas risiko

Indonesia dengan spread yang tersedia.

6 Bauran Pendanaan yang Optimal (The Optimal Financing Mix)

Terdapat lima pendekatan untuk menentukan bauran pendanaan yang

optimal, yaitu pendekatan operating income, cost of capital, return on equity,

adjusted present value, dan analisis komparasi. Dari kelima pendekatan

tersebut maka dalam penelitian ini hanya akan digunakan satu pendekatan

yaitu cost of capital.

1 Pendekatan Cost of Capital

Penentuan dari bauran pendanaan yang optimal didasarkan atas

biaya modal yang paling rendah.70 Salah satu cara untuk

meningkatkan nilai dari perusahaan adalah dengan meminimalisasi

biaya modal.71 Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai dari

perusahaan dapat dicari sebuah biaya modal yang minimal.

Keterbatasan dari penggunaan pendekatan ini adalah perusahaan

mungkin saja berada dalam kondisi yang berbahaya ketika

perusahaan menggunakan pendekatan biaya modal terendah. Hal

70Ibid., 262 71Damodaran, Corporate Finance.., 576

44

Page 29: BAB 2.docx

ini dikarenakan jumlah hutang yang diluar batas kemampuan

perusahaan.72

7 Risiko

Risiko merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perusahaan

dikarenakan tujuan dari perusahaan adalah untuk memaksimalisasi nilai

perusahaan dan kekayaan pemegang saham. Sesuai dengan apa yang telah

dipaparkan sebelumnya, terdapat dua variabel yang akan mempengaruhi nilai

dah kekayaan dari perusahaan yaitu ekspektasi arus kas dan tingkat risiko.

Terkhusus untuk tingkat risiko, semakin tinggi tingkat risiko sebuah

perusahaan maka nilai dan kekayaan dari perusahaan pun akan semakin

rendah. Begitupun sebaliknya, semakin rendah tingkat risiko perusahaan

akan semakin mempertinggi nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan tinggi

rendahnya tingkat risiko perusahaan akan mempengaruhi tingkat diskonto

atas ekspektasi arus kas.73 Oleh karena itu, pengenalan dan pengelolaan

risiko oleh perusahaan merupakan hal yang penting untuk dilakukan.

Risiko, menurut Ronny Kountur, diartikan sebagai suatu keadaan yang

tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat

memberikan dampak yang merugikan.74 Hal ini tidak jauh berbeda dengan

pengertian risiko menurut Bank Indonesia, dimana risiko diartikan sebagai

potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat menimbulkan kerugian

72Ibid., 589 73Djohanputro, Manajemen Risiko….,4 74Ronny Kountur, Manajemen Risiko Operasional: Memahami Cara Mengelola Risiko

Operasional Perusahaan(Jakarta: Penerbit PPM, 2004), 4

44

Page 30: BAB 2.docx

pada Bank.75 Djohanputro (2008) mendefinisikan risiko sebagai

ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya yang

dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan. Selain itu, risiko dapat juga

diartikan sebagai penyebaran atau penyimpangan dari target, sasaran, atau

harapan.76 Oleh karena itu, risiko dapat diartikan sebagai sebuah peristiwa

yang dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan atau yang dapat

membuat tujuan perusahaan tidak tercapai.

Menurut Kountur (2004), risiko dapat dikategorikan dari beberapa sudut

pandang yaitu risiko dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, risiko dari

sudut pandang akibat yang ditimbulkan, risiko dari sudut pandang aktivitas

yang dilakukan, atau risiko dari sudut pandang kejadian yang terjadi.77

Risiko dari sudut pandang penyebab dapat dikategorikan menjadi risiko

Keuangan dan risiko Operasional. Risiko Keuangan merupakan risiko yang

disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat buunga, dan

mata uang asing. Sedangkan risiko operasional adalah risiko-risiko yang

disebabkan oleh faktor-faktor non-keuangan, seperti manusia, teknologi, dan

alam.78

Risiko dari sudut pandang akibat dapat dikategorikan menjadi dua yaitu

risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni dapat diartikan sebagai risiko

yang hanya berdampak kepada kerugian saja. Sedangkan risiko spekulatif

75 Bank Indonesia, “Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum”,4

76Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat(Jakarta: Penerbit PPM, 2008), 32 77Ronny Kountur, Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan(Jakarta: Penerbit PPM,

2008), 14 78Ibid., 15

44

Page 31: BAB 2.docx

adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga

berpotensi mendapatkan keuntungan.79

Risiko dari sudut pandang aktivitas merupakan risiko-risiko yang

dikarenakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh sebuah perusahaan.80

Risiko dari sudut pandang kejadian adalah risiko-risiko yang dikategorikan

berdasarkan kejadiannya. Misal, kejadiannya adalah perampokan maka

risiko tersebut dapat dikategorikan sebagai risiko perampokan.81

8 MANAJEMEN RISIKO

Salah satu istilah yang seringkali digunakan dalam rangka

mengimplementasikan manajemen risiko dalam sebuah perusahaan adalah

Enterprise Risk Management (ERM). Enterprise Risk Management dapat

diartikan sebagai suatu cara atau proses yang digunakan perusahaan untuk

menangani risiko-risiko yang dihadapi dalam usaha mencapai tujuannya.

Risiko-risiko yang ditangani dalam ERM merupakan keseluruhan risiko yang

dihadapi oleh sebuah perusahaan dalam mencapai tujuannya tanpa memilih

risiko-risiko tertentu saja.82

Dalam bahasa yang berbeda, Djohanputro (2004) mengistilahkan

Enterprise Risk Management sebagai Manajemen Risiko Korporat

Terintegrasi. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi didefinisikan sebagai

sebuah proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur,

79Ibid., 15-16 80Ibid., 16-17 81Ibid., 17-18 82Kountur, Mudah Memahami…, 22

44

Page 32: BAB 2.docx

memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, dan dalam

memonitor dan mengendalikan implementasi penanganan risiko.83

Menurutnya, terdapat beberapa perbedaan yang mendasar antara

Manajemen Risiko yang Konvensional dengan Manajemen Risiko Korporat

Terintegrasi. Dalam Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi risiko bukan

saja berupa risiko murni tetapi juga risiko spekulatif. Maksudnya sebuah

risiko tidak hanya berdapak merugikan bagi perusahaan tetapi juga dapat

memberikan potensi keuntungan bagi perusahaan. Sehubungan dengan

hal tersebut dalam konsep Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi sikap

dan tindakan dari para manajer risiko dalam rangka melakukan mitigasi

risiko tidak hanya melalui tindakan yang menghindari risiko. Risiko dalam

konsep ini harus dihadapi oleh perusahaan melalui berbagai cara, sehingga

penghindaran risiko merupakan salah satu alternatif mitigasi.

Selanjutnya dalam konsep manajemen risiko konvensional, risiko

dianggap sebagai sebuah biaya dan perlu diminimalisasi atau dihilangkan,

sehingga banyak perusahaan yang memindahkan risiko ke pihak lain dalam

bentuk asuransi.

Hal ini berbeda dengan Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi

dimana risiko dipandang sebagai modal bukan biaya. Artinya, kemampuan

mengidentifikasi dan menangani risiko dengan baik justru dapat menjadi

sumber kekuatan perusahaan untuk bersaing dengan perusahaan lainnya.

Satu hal lainnya yang membedakan Manajemen Risiko Korporat

Terintegrasi dengan Manajemen Risiko Konvensional adalah pada struktur

83 Djohanputro, Manajemen Risiko…, 43

44

Page 33: BAB 2.docx

organisasi dalam rangka pengorganisasian risiko. Manajemen Risiko

Korporat Terintegrasi mendorong perusahaan untuk mengkategorikan risiko

menurut jenisnya dan perusahaan didorong untuk menetapkan pihak yang

bertanggung jawab terhadap pengelolaan risiko. Saat ini ada

kecenderungan untuk mengangkat CRO (Chief Risk Officer), yaitu seorang

direktur risiko dalam rangka pengelolaan risiko.84

1 Tahapan-Tahapan dalam Penerapan Manajemen Risiko

Sehubungan dengan pemahaman bahwa risiko perlu ditangani

dengan baik maka ada beberapa tahapan dalam rangka penerapan

Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi yaitu : Identifikasi Risiko,

Pengukuran Risiko, Pemetaan Risiko, Model Pengelolaan Risiko,

Pengawasan dan Pengendalian Risiko, Evaluasi Pihak

Berkepentingan. Tahapan-tahapan ini dijelaskan melalui gambar di

bawah ini.85

84Ibid., 39-42 85Ibid., 43

44

Page 34: BAB 2.docx

Gambar 2.1 Siklus Manajemen Risiko

(sumber : Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat)

Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut :86

1 Tahap 1 : Identifikasi Risiko. Pada tahap ini dilakukan proses

identifikasi apa saja risiko yang dapat dihadapi oleh perusahaan.

2 Tahap 2 : Pengukuran Risiko. Pada tahap ini risiko yang telah

teridentifikasi akan diukur melalui dua faktor yaitu kuantitas

(dampak, nilai, atau eksposur) risiko dan kualitas risiko (seberaba

sering atau frekuensi risiko). Data historis dapat dijadikan acuan

untuk melakukan pengukuran risiko.

86Ibid., 43-45

44

Page 35: BAB 2.docx

3 Tahap 3: Pemetaan Risiko. Perusahaan tidak perlu takut

terhadap semua risiko. Ada risiko-risiko yang perlu mendapat

perhatian khusus tetapi ada pula risiko yang dapat diabaikan.

Oleh karena itu perusahaan perlu membuat peta risiko. Tujuan

dari pemetaan ini adalah untuk menetapkan prioritas risiko

berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan. Gambar dibawah

ini merupakan salah satu contoh peta risiko.

44

Page 36: BAB 2.docx

Gambar 2.2 Diagram Pemetaan Risiko

(sumber : Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat)

4 Tahap 4 : Model Pengelolaan Risiko. Terdapat beberapa model

yang bisa diterapkan perusahaan dalam mengelola risiko, Pada

dasarnya model pengelolaan risiko dapat dibagi menjadi dua yaitu

strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif dilakukan

untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini untuk

memindahkan risiko-risiko yang probabilitasnya tinggi menjadi

rendah. Beberapa hal dapat dilakukan dalam strategi preventif,

misalnya membuat atau memperbaiki Sistem Prosedur;

Mengembangkan Sumber Daya Manusia, atau memasang atau

memperbaiki fasilitas fisik.87 Sedangkan strategi mitigasi

merupakan strategi penanganan risiko untuk memperkecil dampak

yang ditimbulkan dari risiko. Ada beberapa cara mitigasi yaitu

diversifikasi (menempatkan aset atau harta dibeberapa tempat),

penggabungan (strategi penggabungan), dan pengalihan risiko

atau mengalihkan risiko kepihak lain.

87Ronny Kountur, Mudah Memahami Manajemen….,122-123

44

Page 37: BAB 2.docx

9 Risiko Keuangan

Risiko keuangan merupakan fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter

perusahaan dikarenakan gejolak berbagai variabel makro.88 Adapun jenis-

jenis dari risiko keuangan yang akan terkait langsung dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1 Risiko Kebangkrutan

Salah satu risiko yang harus dihadapi oleh perusahaan ketika

melakukan pinjaman dalam rangka pendanaan investasinya adalah

risiko kebangkrutan. Tahap awal sebelum sebuah perusahaan

mengalami kebangkrutan adalah tahap financial distress (kesulitan

keuangan). Kesulitan keuangan merupakan sebuah situasi dimana

arus kas operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi

kewajiban-kewajiban lancarnya (misalnya hutang dagang, beban

bunga, atau cicilan bunga). Kondisi kesulitan keuangan keuangan

yang tidak dapat diprediksi dan dikelola dengan baik pada akhirnya

akan menyebabkan kebangkrutan.89

Kebangkrutan dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau

situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi

kewajiban-kewajiban kepada debitur karena perusahaan mengalami

kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau

88Djohanputro, Manajemen Risiko…, 61 89Ayu Suci Ramadhani dan Niki Lukviarman, “Perbandingan Analisis Prediksi Kebangkrutan

Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi, dan Altman Modifikasi dengan Ukuran dan Umur Perusahaan Sebagai Variabel Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dalam http://journal.uii.ac.id/index.php/JSB/article/viewFile/2011/1765, diakses pada 19 Mei 2011, 2

44

Page 38: BAB 2.docx

melanjutkan usahanya.90

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur

risiko kebangkrutan dari perusahaan adalah model Altman.

Terkhusus untuk penelitian ini model Atman yang digunakan adalah

Model Altman Modifikasi, dimana model ini dapat diterapkan pada

semua perusahaan, seperti manufaktur, non manufaktur, dan

perusahaan penerbit obligasi di negara berkembang. Adapun

persamaan dari Z-Score yang dalam Altman Modifikasi adalah

sebagai berikut :91

Z” = 6,51 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4

Dimana Z” adalah indeks kebangkrutan, X1 merupakan rasio

antara working capital dengan total asset, X2 adalah rasio antara

retained earnings dengan total asset, X3 adalah rasio antara earning

before interest and taxes dengan total asset, dan X4 adalah rasio

antara Book Value of Equity dengan Book Value of Total Debt.92

Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan nilai

Z-score model Altman Modifikasi yaitu : 93

1 Z” < 1,1 maka termasuk perusahaan yang bangkrut

90Ibid. 91Ibid., 6 92Ibid. 93Ibid., 6-7

44

Page 39: BAB 2.docx

2 1,1 < Z” < 2,6 termasuk greay area (tidak dapat ditentukan

apakah perusahaan sehat ataupun mengalami

kebangkrutan)

3 Z” > 2,6 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.

2 Risiko Suku Bunga

Risiko suku bunga merupakan risiko yang berdampak pada potensi

penyimpangan beban biaya atau pendapatan karena fluktuasi suku

bunga. Bagi perusahaan non lembaga keuangan, risiko suku bunga

lebih penting dalam aspek biaya daripada pendapatan.94 Hal ini

dikarenakan perusahaan harus membayar bunga dikarenakan

kebijakan pinjamannya.

10 Skenario Analisis

Analisis skenario merupakan sebuah metode analisis untuk

memperhitungkan arus kas yang dihasilkan dari kegiatan operasional dengan

membuat perkiraan pada kondisi pesimis, paling mungkin terjadi atau yang

diperkirakan, dan kondisi optimis untuk setiap variabel yang digunakan.

Kondisi pesimistik biasanya digunakan untuk menggambarkan

seberapa buruk risiko yang harus diterima jika terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan. Hal sebaliknya terjadi untuk menggambarkan kondisi optimistik.

Kegiatan operasional perusahaan akan mendapatkan keuntungan jika kondisi

ini terjadi.

94Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat.., 63

44