bab 2 tinjauan pustaka 2.1 resep - umbjm 2 fix.pdf · tinjauan pustaka 2.1 resep 2.1.1 definisi...

31
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik, serta menyerahkan obat kepada pasien. (Syamsuni, 2006) Menurut Permenkes No 72 tahun 2016 Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Sedangkan menurut jas (2009), Resep artinya pemberian obat secara tidak langsung, ditulis jelas dengan tinta, tulisan tangan pada kop resmi kepada pasien, format dan kaidah penulisan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mana permintaan tersebut disampaikan kepada farmasi atau apoteker di apotek agar diberikan obat dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan kepada pasien yang berhak. Dengan kata lain, penulisan resep artinya mengaplikasikan pengetahuan dokter dalam memberikan obat kepada pasien melalui kertas resep menurut kaidah dan peraturan yang berlaku, diajukan secara tertulis kepada apoteker di apotek agar obat diberikan sesuai dengan yang tertulis. Pihak apoteker berkewajiban melayani secara cermat, memberikan informasi terutama yang menyangkut dengan penggunaan dan mengkoreksinya bila terjadi kesalahan dalam penulisan. Dengan

Upload: others

Post on 06-Jul-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resep

2.1.1 Definisi

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker

pengelola apotek untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik, serta

menyerahkan obat kepada pasien. (Syamsuni, 2006)

Menurut Permenkes No 72 tahun 2016 Resep adalah permintaan tertulis

dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper

maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi

pasien sesuai peraturan yang berlaku.

Sedangkan menurut jas (2009), Resep artinya pemberian obat secara

tidak langsung, ditulis jelas dengan tinta, tulisan tangan pada kop resmi

kepada pasien, format dan kaidah penulisan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku yang mana permintaan tersebut

disampaikan kepada farmasi atau apoteker di apotek agar diberikan obat

dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan kepada

pasien yang berhak.

Dengan kata lain, penulisan resep artinya mengaplikasikan pengetahuan

dokter dalam memberikan obat kepada pasien melalui kertas resep

menurut kaidah dan peraturan yang berlaku, diajukan secara tertulis

kepada apoteker di apotek agar obat diberikan sesuai dengan yang

tertulis. Pihak apoteker berkewajiban melayani secara cermat,

memberikan informasi terutama yang menyangkut dengan penggunaan

dan mengkoreksinya bila terjadi kesalahan dalam penulisan. Dengan

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

7

demikian pemberian obat lebih rasional, artinya tepat, aman, efektif, dan

ekonomis.

Wujud akhir kompetensi dokter dalam medical care, secara

komprehensif menerapkan ilmu pengetahuan dan keahliannya di bidang

farmakologi dan teraupetik secara tepat, aman dan rasional kepada

pasien khususnya masyarakat pada umumnya (Jas, 2009).

Yang berhak menulis resep adalah dokter, dokter gigi (terbatas pada

pengobatan gigi dan mulut) dan dokter hewan(terbatas pada pengobatan

pada hewan/ pasien hanya hewan). Resep diterima oleh apoteker

pengelola apotek yang apabila berhalangan tugasnya dapat digantikan

Apoteker Pendamping/Apoteker Pengganti atau Asisten Apoteker

Kepala di bawah pengawasan dan tanggung jawab Apoteker Pengelola

Apotek. Resep yang benar ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap dan

memenuhi peraturan perundangan serta kaidah yang berlaku (Jas, 2009)

2.1.2 Jenis Jenis Resep

Jenis- jenis resep, berdasarkan Jas (2009) dibagi menjadi:

2.1.2.1 Resep standar (Resep Officinalis/Pre Compounded) merupakan

resep dengan komposisi yang telah dibakukan dan dituangkan

ke dalam buku farmakope atau buku standar lainnya. Resep

standar menuliskan obat jadi (campuran dari zat aktif) yang

dibuat oleh pabrik farmasi dengan merk dagang dalam sediaan

standar atau nama generik.

2.1.2.2 Resep magistrales (Resep Polifarmasi/Compounded) adalah

resep yang telah dimodifikasi atau diformat oleh dokter yang

menulis. Resep ini dapat berupa campuran atau obat tunggal

yang diencerkan dan dalam pelayanannya perlu diracik terlebih

dahulu.

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

8

2.1.2.3 Resep medicinal. Yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten,

merek dagang maupun generik, dalam pelayanannya tidak

mangalami peracikan. Buku referensi : Organisasi Internasional

untuk Standarisasi (ISO), Indonesia Index Medical Specialities

(IIMS), Daftar Obat di Indonesia (DOI), dan lain-lain.

2.1.2.4 Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama

generik dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam

pelayanannya bisa atau tidak mengalami peracikan (Jas, 2009).

2.1.3 Kelengkapan Resep

Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap, supaya dapat memenuhi

syarat untuk dibuatkan obatnya di apotek. Resep yang lengkap terdiri

atas:

2.1.3.1 Nama dan alamat dokter serta nomor surat izin praktek, dan

dapat pula dilengkapi dengan nomor telepon, jam dan hari

praktek.

2.1.3.2 Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter.

2.1.3.3 Tanda R/ singkatan dari recipe yang berarti ”harap diambil”.

2.1.3.4 Nama setiap jenis/bahan obat yang diberikan serta jumlahnya.

2.1.3.5 Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki.

2.1.3.6 Aturan pemakaian obat oleh penderita, yang ditandai dengan

signa.

2.1.3.7 Nama penderita di belakang kata Pro: merupakan identifikasi

penderita, dan sebaiknya dilengkapi dengan alamatnya yang

akan memudahkan penelusuran bila terjadi sesuatu dengan obat

pada penderita.

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

9

2.1.3.8 Tanda tangan atau paraf dari dokter/dokter gigi/dokter hewan

yang menuliskan resep tersebut yang menjadikan suatu resep itu

otentik. Resep obat suntik dari golongan Narkotika harus

dibubuhi tanda tangan lengkap oleh dokter yang menuliskan

resep, dan tidak cukup dengan paraf saja (Joenoes, 2007).

2.1.4 Format Penulisan Resep

Menurut Jas (2009) Resep terdiri dari enam bagian, antara lain:

2.1.4.1 Inscriptio terdiri dari nama, alamat, dan nomor izin praktek

(SIP) dokter, tanggal penulisan resep. Untuk obat narkotika

hanya berlaku untuk satu kota provinsi. Format inscriptio suatu

resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada

praktik pribadi.

2.1.4.2 Invocatio merupakan tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan

resep. Permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ =

recipe” artinya ambilah atau berikanlah. Berfungsi sebagai kata

pembuka komunikasi antara dokter penulis resep dengan

apoteker di apotek.

2.1.4.3 Prescriptio/ordonatio terdiri dari nama obat yang diinginkan,

bentuk sediaan obat, dosis obat, dan jumlah obat yang diminta.

2.1.4.4 Signatura merupakan petunjuk penggunaan obat bagi pasien

yang terdiri dari tanda cara pakai, regimen dosis pemberian,

rute dan interval waktu pemberian. Penulisan signatura harus

jelas untuk keamanan penggunaan obat dan keberhasilan terapi

2.1.4.5 Subscriptio merupakan tanda tangan/paraf dokter penulis resep

yang berperan sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut.

2.1.4.6 Pro (diperuntukkan) terdiri dari nama, alamat, umur, jenis

kelamin, dan berat badan pasien.

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

10

2.1.5 Tanda-Tanda Pada Resep

2.1.5.1 Tanda Segera, yaitu bila dokter ingin resepnya dibuat dan

dilayani segera, tanda segera atau peringatan dapat ditulis

sebelah kanan atas atau bawah blanko resep, yaitu: Cito! =

segera; Urgent = penting; Statim = penting sekali; PIM

(Periculum in mora) = berbahaya bila ditunda; Urutan yang

didahulukan adalah PIM, Statim, dan Cito!.

2.1.5.2 Tanda resep dapat diulang. Bila dokter menginginkan agar

resepnya dapat diulang, dapat ditulis dalam resep di sebelah

kanan atas dengan tulisan iter (Iteratie) dan berapa kali boleh

diulang. Misal, iter 1 x, artinya resep dapat dilayani 2 x. Bila

iter 2 x, artinya resep dapat dilayani 1+2 = 3 x. Hal ini tidak

berlaku untuk resep narkotika, harus resep baru.

2.1.5.3 Tanda Ne iteratie (N.I) = tidak dapat diulang. Bila dokter

menghendaki agar resepnya tidak diulang, maka tanda N.I

ditulis di sebelah atas blanko resep (ps. 48 WG ayat (3); SK

Menkes No. 280/Menkes/SK/V/1981). Resep yang tidak boleh

diulang adalah resep yang mengandung obat-obatan narkotik,

psikotropik dan obat keras yang telah ditetapkan oleh

pemerintah/ Menkes Republik Indonesia.

2.1.5.4 Tanda dosis sengaja dilampaui. Tanda seru diberi di belakang

nama obatnya jika dokter sengaja memberi obat dosis

maksimum dilampaui.

2.1.5.5 Resep yang mengandung narkotik. Resep yang mengadung

narkotik tidak boleh ada iterasi yang artinya dapat diulang;

tidak boleh ada m.i. (mihipsi) yang berarti untuk dipakai

sendiri; tidak boleh ada u.c. (usus cognitus) yang berarti

pemakaiannya diketahui. Resep dengan obat narkotik harus

disimpan terpisah dengan resep obat lainnya (Jas, 2009).

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

11

2.1.6 Persyaratan Menulis Resep dan Kaidahnya

Syarat – syarat dalam penulisan resep menurut Jas (2009) mencakup :

2.1.6.1 Resep ditulis jelas dengan tinta dan lengkap di kop resep,

tidak ada keraguan dalam pelayanannya dan pemberian obat

kepada pasien.

2.1.6.2 Satu lembar kop resep hanya untuk satu pasien.

2.1.6.3 Signatura ditulis dalam singkatan latin dengan jelas, jumlah

takaran sendok dengan signa bila genap ditulis angka

romawi, tetapi angka pecahan ditulis arabik.

2.1.6.4 Menulis jumlah wadah atau numero (No) selalu genap,

walaupun kita butuh satu setengah botol, harus digenapkan

menjadi Fls. II saja.

2.1.6.5 Setelah signatura harus diparaf atau ditandatangani oleh

dokter bersangkutan, menunjukkan keabsahan atau legalitas

dari resep tersebut terjamin.

2.1.6.6 Jumlah obat yang dibutuhkan ditulis dalam angka romawi.

2.1.6.7 Nama pasien dan umur harus jelas.

2.1.6.8 Khusus untuk peresepan obat narkotika, harus

ditandatangani oleh dokter bersangkutan dan dicantumkan

alamat pasien dan resep tidak boleh diulangi tanpa resep

dokter.

2.1.6.9 Tidak menyingkat nama obat dengan singkatan yang tidak

umum (singkatan sendiri),karena menghindari material

oriented.

2.1.6.10 Hindari tulisan sulit dibaca hal ini dapat mempersulit

pelayanan.

2.1.6.11 Resep merupakan medical record dokter dalam praktik dan

bukti pemberian obat kepada pasien yang diketahui oleh

farmasi di apotek, kerahasiaannya dijaga.

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

12

2.1.7 Kesalahan Peresepan

Beberapa kesalahan dalam penulisan resep masih banyak ditemukan

dalam praktek sehari-hari seperti kurangnya informasi yang diberikan,

tulisan yang buruk sehingga menyebabkan kesalahan pemberian dosis

dan rute obat, serta peresepan obat yang tidak tepat. Berikut beberapa

masalah yang sering muncul dalam penulisan resep antara lain:

2.1.7.1 Kegagalan dokter dalam menyampaikan informasi penting

seperti peresepan obat, dosis atau rute sesuai dengan yang

diinginkan.

2.1.7.2 Penulisan resep yang tidak terbaca karena tulisan tangan

buruk

2.1.7.3 Menulis nama obat dengan singkatan atau nomenklatur yang

tidak standar.

2.1.7.4 Menuliskan permintaan obat yang ambigu.

2.1.7.5 Meresepkan satu tablet yang tersedia lebih dari satu

kekuatan obat tersebut.

2.1.7.6 Lalai menulis rute pemberian obat yang dapat diberi lebih

dari satu rute.

2.1.7.7 Meresepkan obat yang diberikan secara infus intravena

intermitten, tanpa menspesifikasi durasi pemberian infus.

2.1.7.8 Tidak mencantumkan informasi pasien secara lengkap

seperti alamat, berat badan, dll.

2.1.7.9 Lalai menulis tanggal peresepan obat .

2.1.7.10 Lalai menulis informasi dokter (nama, no.SIP, dll) Tidak

mencantumkan tanda tangan/paraf penulis resep.

2.1.8 Kesalahan pencatatan (transkripsi)

2.1.8.1 Saat datang ke rumah sakit,tanpa sengaja tidak meresepkan

obat yang digunakan pasien sebelum ke rumah sakit.

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

13

2.1.8.2 Melanjutkan kesalahan penulisan resep dari dokter

sebelumnya, ketika meresepkan obat pasien saat datang ke

rumah sakit.

2.1.8.3 Mencatat perintah pengobatan dengan tidak benar ketika

menulis ulang di daftar obat pasien.

2.1.8.4 Untuk resep yang dibawa pulang tanpa sengaja berbeda

dengan daftar obat yang diresepkan untuk pasien rawat inap.

2.1.8.5 Menulis “miligram” padahal bermaksud menulis “mikrogram”

Kejadian kesalahan penulisan resep memiliki frekuensi yang

tinggi.Guna menghindarinya maka semua permintaan resep harus

ditulis dengan jelas, tidak ambigu, diberi tanggal dan ditandatangani,

sehingga tercipta komunikasi yang optimal antara dokter penulis

resep, farmasi dan perawat.

2.2 Jantung

2.2.1 Definisi Jantung

Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan

tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh

darah dengan kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari

empat ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung

di bawahnya dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa.

Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian

kanan dan kiri dinamakan septum (Vania E, 2015).

2.2.2 Anatomi Jantung

2.2.2.1 Anatomi Luar

Jantung terdiri dari 2 jenis ruang pompa, atrium dan ventrikel,

masingmasing berjumlah 2 buah, kanan dan kiri, sehingga

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

14

jantung memiliki 4 ruangan. Tampak luar, atrium terletak diatas

ventrikel dan berukuran lebih kecil dibandingkan ventrikel,

keduanya dipisahkan oleh arteri koroner kanan dan arteri

sirkumfleks yang terdapat didalam sulkus koronarius,

mengelilingi jantung.6 Jantung dibungkus oleh jaringan ikat tebal

yang disebut perikardium. Perikardium terdiri dari 2 lapisan,

perikardium viseral yang biasa disebut epikardium dan

perikardium parietal dibagian luar. Lapisan epikardium melapisi

seluruh bagian jantung hingga pangkal aorta dan arteri

pulmonalis di bagian atas untuk kemudian melipat keluar

menjadi perikardium parietalis. Kedua lapisan perikardium yang

saling berkelanjutan ini membentuk suatu ruangan yang berisi

cairan, disebut sebagai cairan perikardium yang memudahkan

pergerakan jantung saat terjadi proses pemompaan darah. Adanya

perikardium dengan perlekatannya pada ligamentum-ligamentum

juga berfungsi memfiksasi organ jantung di dalam rongga dada.

Gambar 2.1 Anatomi luar jantung

2.2.2.2 Anatomi Dalam

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

15

Jantung terdiri dari 4 ruangan, bagian atrium-ventrikel kiri dan

kanan. Diantara kedua atrium dibatasi oleh septum

interatrial,yang terletak pada bagian postero-inferior dinding

medial atrium kanan, sedangkan kedua ventrikel dibatasi oleh

septum interventrikuler. Secara horizontal atrium kanan

dihubungkan dengan ventrikel kanan oleh katup bikuspidalis atau

biasa disebut dengan katup mitral dan atrium kiri berhubungan

dengan ventrikel kiri lewat katup trikuspidalis.

Gambar 2.2 Anatomi dalam jantung

2.2.3 Fisiologi Jantung

Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait

fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-

ventrikel kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa

jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan

bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk

seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini

adalah suatu proses yang berkesinambungan dan berkaitan sangat erat

untuk asupan oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya.

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

16

Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke

jantung. Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah

dari sirkulasi vena (disebut darah biru) dan mengalirkan darah biru

tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan

melalui katup trikuspid menuju ventrikel kanan, kemudian ke paru-paru

melalui katup pulmonal.

Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami

oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah.

Darah merah ini kemudian menuju atrium kiri melalui keempat vena

pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui

katup mitral dan selanjutnya dipompakan ke aorta.

Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan

tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal,

ventrikel ini mulai mengalami relaksasi dan darah dari atrium kiri akan

mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun saat

ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan tekanan darah

diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara bersamaan, begitu pula

dengan kedua ventrikel.

2.2.4 Penyakit Jantung

2.2.4.1 Definisi

Penyakit kardiovaskular atau yang biasa disebut penyakit

jantung umumnya mengacu pada kondisi yang melibatkan

penyempitan atau pemblokiran pembuluh darah yang bisa

menyebabkan serangan jantung, nyeri dada (angina) atau

stroke. Kondisi jantung lainnya yang mempengaruhi otot

jantung, katup atau ritme, juga dianggap bentuk penyakit

jantung (Danu satria, 2017).

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

17

2.2.4.2 Klasifikasi Penyakit Jantung

Berikut adalah penjelasan dari klasifikasi penyakit jantung

menurut Danu Satria, yaitu:

a. Diagnosis Normal

Jantung normal merupakan kondisi dimana jantung bekerja

secara normal untuk memompa darah dan menyuplai

oksigen keseluruh tubuh.

b. Diagnosis Hypertensive Heart Disease (HHD)

Hypertensive heart disease (HHD) adalah istilah yang

diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung secara

keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH),

aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit

jantung kronis, yang disebabkan kerana peningkatan

tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

c. Diagnosis Congestive Heart Failure (CHF)

Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi

dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa

darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan

nutrien dan oksigen. Hal ini mengakibatkan peregangan

ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih

banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau

mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung

hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat

dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu

memompa dengan kuat.

d. Diagnosis Angina Pectoris

Angina pectoris adalah istilah medis untuk nyeri dada atau

ketidaknyamanan akibat penyakit jantung koroner. Hal itu

terjadi ketika otot jantung tidak mendapat darah sebanyak

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

18

yang dibutuhkan. Hal ini biasanya terjadi karena satu atau

lebih arteri jantung menyempit atau tersumbat, biasa juga

disebut iskemia.

2.2.4.3 Kelainan Pada Jantung

Berikut ini beberapa gangguan lain pada jantung menurut Kabo

(2010), yaitu:

a. Atherosklerosis dan Atherotrombosis

Atherosklerosis adalah suatu proses dimana terjadi

penimbunan lemak dan matriks tunika intima, yang diikuti

oleh oleh pembentukan jaringan ikat pada dinding pembuluh

arteri, contoh Coronary Artery Disease (CAD).

Atherotrombosis adalah proses pembentukan thrombus yang

dicetuskan oleh kerusakan plak atheroskerosis.

b. Hipertensi

Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis dimana

tekanan darah (TD) meningkat diatas TD yang disepakati

normal. TD terbentuk dari interaksi antara aliran darah dan

tahanan pembuluh darah perifer. Didapatkan dua macam

TD, yaitu TD sistolik (normal ± 120 mmHg) dan TD

diastolik (normal ± 80 mmHg). Perbedaan antar tekanan

sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi (Pulse Pressure,

normal ± 40 mmHg).

c. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Merupakan penyebab kematian nomor 1 di negara maju. Di

amerika serikat, dilaporkan setiap menit ada satu orang yang

meninggal akibat PJK. Di Indonesia juga dilaporkan hal

yang hampir serupa hasil berbagai studi menunjukan bahwa

penyebab utama PJK adalah lesi atherosclerosis pada

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

19

pembuluh darah koroner, walaupun pada sebagian kasus bisa

juga disebabakan oleh sifilis, arteritis, embolus atau penyakit

kolagen pada pembuluh darah koroner. Klasifikasi PJK yang

spesifik sampai saat ini belum ada, karena manifestasi

kliniknya kadang-kadang sangat berbeda antara penderita

yang satu dengan yang lain. Maka dari itu penderita PJK

mungkin dapat mengalami salah satu kejadian dibawah ini

yaitu : tanpa gejala, angina pectoris stabil, angina pectoris

tak stabil, infark miokard akut, gagal jantung, aritmia atau

mati mendadak.

d. Aritmia

Aritmia (atau disritmia) adalah gangguan urutan irima, atau

gangguan kecepatan dari proses depolarisasi, repolarisasi,

atau kedua-duanya pada lambung. Keadaan ini dapat disertai

dengan atau tanpa penyakit jantung, dapat juga dengan atau

tidak dengan gejala klinis.

e. Gagal jantung kongestif

Merupakan ketidakmampuan jantung untuk

mempertahankan curah jantung (cardiac output) dalam

memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Penurunan CO

mengakibatkan volume darah yang efektif berkurang. Untuk

mempertahankan fungsi sirkulasi yang adekuat, maka di

dalam tubuh terjadi suatu refleks hemeostatis, atau

mekanisme kompensasi melalui perubahan neurohormonal,

dilatasi ventrikel dan mekanisme Frank-Starling.

f. Angina Pektoris

Angina pektoris atau disebut juga angin duduk adalah

penyakit jantung iskemia didefinisikan sebagai

berkurangnya pasokan oksigen dan menurunnya aliran darah

ke dalam miokardium. Gangguan tersebut bisa dikarenakan

kurangnya suplai oksigen atau kebutuhan oksigen yang

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

20

meningkat. Sebagai manifestasi keadaan tersebut akan

timbul Angina pektoris yang pada akhirnya dapat

berkembang menjadi infark miokard. Angina pektoris dibagi

menjadi 3 jenis yaitu Angina klasik (stabil), Angina varian,

dan Angina tidak stabil. Angina klasik biasanya terjadi saat

pasien melakukan aktivitas fisik, sedangkan Angina varian

biasa terjadi saat istirahat dan biasa terjadi di pagi hari.

Angina tidak stabil tidak dapat diprediksi waktu

kejadiannya, dapat terjadi saat istirahat dan bisa terjadi saat

melakukan kegiatan fisik. Obat antiangina terdiri dari

berbagai macam golongan. Pilihan terapi pengobatan

antiangina meliputi golongan nitrat, beta bloker, dan Ca

channel antagonis.

2.2.4.4 Faktor Risiko

Perubahan gaya hidup masyarakat seiring dengan pertumbuhan

ekonomi, social budaya dan teknologi seperti perilaku merokok,

minum alcohol, pola diet salah, kurangnya aktifitas fisik dan

obesitas (Supriyono, 2008).

2.2.4.5 Gejala

Sumber rasa sakit berasal dari pembuluh koroner yang

menyempit atau tersumbat. Rasa sakit tidak enak seperti ditindih

beban berat di dada bagian tengah adalah keluhan klasik

penderita penyempitan pembuluh darah koroner. Kondisi yang

perlu diwaspadai adalah jika rasa sakit di dada muncul mendadak

dengan keluarnya keringat dingin yang berlangsung lebih dari 20

menit serta tidak berkurang dengan istirahat. Serangan jantung

terjadi apabila pembuluh darah koroner tiba-tiba menyempit

parah atau tersumbat total. Sebagian penderita PJK mengeluh

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

21

rasa tidak nyaman di ulu hati, sesak nafas, dan mengeluh rasa

lemas bahkan pingsan (Yahya, 2010).

2.2.4.6 Pencegahan

Pencegahan terhadap penyakit kardiovaskular lebih tepat dengan

mengendalikan factor resikonya, terkecuali factor resiko yang

tidak dapat dikendalikan seperti jenis kelamin, umur, dan genetic

atau keturunan. Berikut ini beberapa cara untuk mencegah

penyakit jantung, yaitu berhenti merokok sedini mungkin,

berolahraga secara teratur, perbaikan diet, menghindari stress

yang berlebihan, serta melakukan pola hidup sehat.

2.3 Interaksi Obat

2.3.1 Definisi

Interaksi obat merupakan efek suatu obat yang disebabkan biladua obat

atau lebih berinteraksi dan dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap

pengobatan. Hasilnya berupa peningkatan atau penurunan efek yang

dapat mempengaruhi outcome terapi pasien (Bintarizki, 2016).

Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama dapat berubah

efeknya secara tidak langsung atau dapat berinteraksi. Interaksi bisa

bersifat potensiasi atau antagonis efek satu obat oleh obat lainnya, atau

adakalanya beberapa efek lainnya (BNF 58, 2009).

Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat

lain, obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam

lingkungannya. Definisi yang lebih relevan kepada pasien adalah ketika

obat bersaing satu dengan yang lainnya, atau apa yang terjadi ketika obat

hadir bersama satu dengan yang lainnya (Stockley, 2008).

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

22

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat

meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang

berinteraksi terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang

sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung,

antikoagulan, dan obat-obat sitostatik (Setiawati, 2007).

2.3.2 Tipe Interaksi Obat

Menurut Hussar (2007) tipe interaksi obat dibedakan menjadi 3 macam,

yaitu :

2.3.2.1 Duplikasi yaitu ketika dua obat yang sama efeknya diberikan,

efek samping mungkin dapat meningkat.

2.3.2.2 Opposition yaitu ketika dua obat dengan aksi berlawanan

diberikan bersamaan dapat berinteraksi, akibatnya menurunkan

efektivitas obat salah satu atau keduanya.

2.3.2.3 Alteration yaitu ketika suatu obat mungkin dirubah melalui

absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi oleh obat lain.

2.3.3 Mekanisme Terjadinya Interaksi Obat

Mekanisme interaksi obat dapat melalui beberapa cara, yakni :

2.3.3.1 Interaksi Farmasetik (Inkompatibilitas)

Interaksi farmasetik atau disebut juga inkompatibilitas farmasetik

bersifat langsung dan dapat secara fisik atau kimiawi, misalnya

terjadinya presipitasi, perubahan warna, tidak terdeteksi

(invisible), yang selanjutnya menyebabkan obat menjadi tidak

aktif.

Contoh: interaksi karbanisilin dengan gentamisin terjadi

inaktivasi; fenitoin dengan larutan dextrosa 5% terjadi

presipitasi; amfoterisin B dengan larutan NaCl fisiologik, terjadi

presipitasi.

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

23

2.3.3.2 Interaksi Farmakokinetik

Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi

absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya

sehingga meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang

tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnya (Tatro, 2009).

Interaksi farmakokinetik terdiri dari beberapa tipe :

a. Interaksi pada absorbsi obat

1) Efek perubahan pH gastrointestinal

Obat melintasi membran mukosa dengan difusi pasif

tergantung pada apakah obat terdapat dalam bentuk terlarut

lemak yang tidak terionkan. Absorpsi ditentukan oleh nilai

pKa obat, kelarutannya dalam lemak, pH isi usus dan

sejumlah parameter yang terkait dengan formulasi obat.

Sebagai contoh adalah absorpsi asam salisilat oleh lambung

lebih besar terjadi pada pH rendah daripada pada pH tinggi

(Stockley, 2008).

2) Adsorpsi, kohelasi, dan mekanisme pembentukan komplek

Sebagai contoh, antibakteri tetrasiklin dapat membentuk

khelat dengan sejumlah ion logam divalen dan trivalen,

seperti kalsium, bismut aluminium, dan besi, membentuk

kompleks yang kurang diserap dan mengurangi efek

antibakteri (Stockley, 2008).

3) Perubahan motilitas gastrointestinal Karena kebanyakan

obat sebagian besar diserap di bagian atas usus halus, obat-

obatan yang mengubah laju pengosongan lambung dapat

mempengaruhi absorpsi. Misalnya metoklopramid

mempercepat pengosongan lambung sehingga

meningkatkan penyerapan parasetamol (asetaminofen)

(Stockley, 2008).

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

24

4) Induksi atau inhibisi protein transporter obat Ketersediaan

hayati beberapa obat dibatasi oleh aksi protein transporter

obat. Saat ini, transporter obat yang terkarakteristik paling

baik adalah Pglikoprotein. Digoksin adalah substrat P-

glikoprotein, dan obat-obatan yang menginduksi protein ini,

seperti rifampisin, dapat mengurangi ketersediaan hayati

digoksin (Stockley, 2008).

b. Interaksi pada distribusi obat

1) Interaksi ikatan protein Beberapa obat secara total terlarut

dalam cairan plasma, banyak yang lainnya diangkut oleh

beberapa proporsi molekul dalam larutan dan sisanya

terikat dengan protein plasma, terutama albumin. Ikatan

obat dengan protein plasma bersifat reversibel,

kesetimbangan dibentuk antara molekul-molekul yang

terikat dan yang tidak. Hanya molekul tidak terikat yang

tetap bebas dan aktif secara farmakologi (Stockley, 2008).

2) Induksi dan inhibisi protein transport obat Distribusi obat

ke otak, dan beberapa organ lain seperti testis, dibatasi oleh

aksi protein transporter obat seperti P-glikoprotein. Protein

ini secara aktif membawa obat keluar dari sel-sel ketika

obat berdifusi secara pasif. Obat yang termasuk inhibitor

transporter dapat meningkatkan penyerapan substrat obat ke

dalam otak, yang dapat meningkatkan efek samping CNS

(Stockley, 2008).

c. Interaksi pada metabolisme obat

1) Perubahan pada metabolisme fase pertama Meskipun

beberapa obat dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk tidak

berubah dalam urin, banyak diantaranya secara kimia

diubah menjadi senyawa lipid kurang larut, yang lebih

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

25

mudah diekskresikan oleh ginjal. Jika tidak demikian,

banyak obat yang akan bertahan dalam tubuh dan terus

memberikan efeknya untuk waktu yang lama. Perubahan

kimia ini disebut metabolisme, biotransformasi, degradasi

biokimia, atau kadang-kadang detoksifikasi. Beberapa

metabolisme obat terjadi di dalam serum, ginjal, kulit dan

usus, tetapi proporsi terbesar dilakukan oleh enzim yang

ditemukan di membran retikulum endoplasma sel-sel hati.

Ada dua jenis reaksi utama metabolisme obat. Yang

pertama, reaksi tahap I (melibatkan oksidasi, reduksi atau

hidrolisis) obat-obatan menjadi senyawa yang lebih polar.

Sedangkan, reaksi tahap II melibatkan terikatnya obat

dengan zat lain (misalnya asam glukuronat, yang dikenal

sebagai glukuronidasi) untuk membuat senyawa yang

tidak aktif. Mayoritas reaksi oksidasi fase I dilakukan oleh

enzim sitokrom P450 (Stockley, 2008).

2) Induksi Enzim Ketika barbiturat secara luas digunakan

sebagai hipnotik, perlu terus dilakukan peningkatan dosis

seiring waktu untuk mencapai efek hipnotik yang sama,

alasannya bahwa barbiturat meningkatkan aktivitas enzim

mikrosom sehingga meningkatkan laju metabolisme dan

ekskresinya (Stockley, 2008).

3) Inhibisi enzim menyebabkan berkurangnya metabolisme

obat, sehingga obat terakumulasi di dalam tubuh. Jalur

metabolisme yang paling sering dihambat adalah fase I

oksidasi oleh isoenzim sitokrom P450. Signifikansi klinis

dari banyak interaksi inhibisi enzim tergantung pada

sejauh mana tingkat kenaikan serum obat. Jika serum tetap

berada dalam kisaran terapeutik interaksi tidak penting

secara klinis (Stockley, 2008).

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

26

4) Interaksi isoenzim sitokrom P450 dan obat yang diprediksi

Siklosporin dimetabolisme oleh CYP3A4, rifampisin

menginduksi isoenzim ini, sehingga tidak mengherankan

bahwa rifampisin mengurangi efek siklosporin (Stockley,

2008).

d. Interaksi pada ekskresi obat

1) Perubahan pH urin Pada nilai pH tinggi (basa), obat yang

bersifat asam lemah (pKa 3-7,5) sebagian besar terdapat

sebagai molekul terionisasi larut lipid, yang tidak dapat

berdifusi ke dalam sel tubulus dan karenanya akan tetap

dalam urin dan dikeluarkan dari tubuh. Sebaliknya, basa

lemah dengan nilai pKa 7,5 sampai 10.5. Dengan

demikian, perubahan pH yang meningkatkan jumlah obat

dalam bentuk terionisasi, meningkatkan hilangnya obat

(Stockley, 2008).

2) Perubahan ekskresi aktif tubular renal, obat yang

menggunakan sistem transportasi aktif yang sama di

tubulus ginjal dapat bersaing satu sama lain dalam hal

ekskresi. Sebagai contoh, probenesid mengurangi ekskresi

penisilin dan obat lainnya (Stockley, 2008).

3) Perubahan aliran darah renal Aliran darah melalui ginjal

dikendalikan oleh produksi vasodilator prostaglandin

ginjal. Jika sintesis prostaglandin ini dihambat, ekskresi

beberapa obat dari ginjal dapat berkurang (Stockley,

2008).

2.3.3.3 Interaksi Farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara

obat yang memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek

samping yang hampir sama. Interaksi ini dapat terjadi karena

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

27

kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obatobat yang bekerja

pada sistem fisiologis yang sama (Tatro, 2009).

a. Interaksi aditif atau sinergis

Jika dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama

diberikan bersamaan efeknya bisa bersifat aditif. Sebagai

contoh, alkohol menekan SSP, jika diberikan dalam jumlah

sedang dosis terapi normal sejumlah besar obat (misalnya

ansiolitik, hipnotik, dan lain-lain), dapat menyebabkan

mengantuk berlebihan (Stockley, 2008).

b. Interaksi antagonis atau berlawanan Interaksi terjadi bila obat

yang berinteraksi memiliki efek farmakologi yang berlawanan

sehingga mengakibatkan pengurangan hasil yang diinginkan

dari satu atau lebih obat (Stockley, 2008).

2.3.3.4 Interaksi obat yang tidak dikehendaki (ADIs)

Interaksi obat yang tidak dikehendaki (ADIs) mempunyai

implikasi klinis jika:

a. obat indeks memiliki batas keamanan sempit.

b. mula kerja (onset of action) obat cepat, terjadi dalam waktu

24 jam.

c. dampak ADIs bersifat serius atau berpotensi fatal dan

mengancam kehidupan.

d. indeks dan obat presipitan lazim digunakan dalam praktek

klinik secara bersamaan dalam kombinasi.

Banyak faktor berperan dalam terjadinya ADIs yang bermakna

secara klinik, antara lain faktor usia, faktor penyakit, genetik, dan

penggunaan obat-obat preskripsi bersama-sama beberapa obat-

obat OTC sekaligus. Usia lanjut lebih rentan mengalami interaksi

obat. Pada penderita diabetes melitus usia lanjut yang disertai

menurunnya fungsi ginjal, pemberian penghambat ACE (misal:

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

28

kaptopril) bersama diuretik hemat kalium (misal: spironolakton,

amilorid, triamteren) menyebabkan terjadinya hiperkalemia yang

mengancam kehidupan. Beberapa penyakit seperti penyakit hati

kronik dan kongesti hati menyebabkan penghambatan

metabolisme obatobat tertentu yang dimetabolisme di hati

(misalnya simetidin) sehingga toksisitasnya dapat meningkat.

Pemberian relaksans otot bersama aminoglikosida pada penderita

miopati, hipokalemia, atau disfungsi ginjal, dapat menyebabkan

efek relaksasi otot meningkat dan kelemahan otot meningkat.

Polimorfisme adalah salah satu faktor genetik yang berperan

dalam interaksi obat. Pemberian fenitoin bersama INH pada

kelompok polimorfisme asetilator lambat dapat menyebabkan

toksisitas fenitoin meningkat. Obat-obat OTC seperti antasida,

NSAID dan rokok yang banyak digunakan secara luas dapat

berinteraksi dengan banyak sekali obat-obat lain.

2.3.3.5 Interaksi obat yang dikehendaki

Adakalanya penambahan obat lain justru diperlukan untuk

meningkatkan atau mempertahankan kadar plasma obat-obat

tertentu sehingga diperoleh efek terapetik yang diharapkan.

Selain itu, penambahan obat lain diharapkan dapat

mengantisipasi atau mengantagonis efek obat yang berlebihan.

Penambahan obat lain dalam bentuk kombinasi (tetap ataupun

tidak tetap) kadang-kadang disebut pharmacoenhancement, juga

sengaja dilakukan untuk mencegah perkembangan resistensi,

meningkatkan kepatuhan, dan menurunkan biaya terapi karena

mengurangi regimen dosis obat yang harus diberikan.

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

29

Kombinasi suatu anti aritmia yang memiliki waktu paruh singkat

misalnya prokainamid, dengan simetidin dapat mengubah

parameter farmakokinetik prokainamid. Simetidin akan

memperpanjang waktu paruh prokainamid dan memperlambat

eliminasinya. Dengan demikian frekuensi pemberian dosis

prokainamid sebagai anti aritmia dapat dikurangi dari setiap 4-6

jam menjadi setiap 8 jam/hari, sehingga kepatuhan dapat

ditingkatkan.

Dalam regimen pengobatan HIV, diperlukan kombinasi obat-obat

penghambat protease untuk terapi HIV dengan tujuan mengubah

profil farmakokinetik obat-obat tersebut. Misalnya, penghambat

protease lopinavir jika diberikan tunggal menunjukkan

bioavailabilitas rendah sehingga tidak dapat mencapai kadar

plasma yang memadai sebagai antivirus.

Dengan mengombinasikan lopinavir dengan ritonavir dosis

rendah, maka bioavailabilitas lopinavir akan meningkat dan obat

mampu menunjukkan efikasi sebagai antiviral. Ritonavir dosis

rendah tidak memiliki efek antiviral namun cukup adekuat untuk

menghambat metabolisme lopinavir oleh CYP3A4 di usus dan

hati. Kombinasi obat-obat anti malaria dengan mula kerja cepat

tetapi waktu paruhnya singkat (misal, artemisinin) dengan obat

anti malaria lain yang memiliki waktu paruh lebih panjang, akan

meningkatkan efktivitas obat anti malaria tersebut dan

mengurangi relaps. Kombinasi obat-obat anti tuberkulosis

diharapkan akan memperlambat terjadinya resistensi.

2.3.4 Tingkat Keparahan Interaksi Obat

Keparahan interaksi diberi tingkatan dan dapat diklasifikasikan ke dalam

tiga level : minor, moderate, atau major.

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

30

2.3.4.1 Keparahan minor

Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan minor jika efek

biasanya ringan, konsekuensi mungkin mengganggu tapi tidak

signifikan mempengaruhi hasil terapi. Pengobatan tambahan

biasanya tidak diperlukan (Tatro, 2009).

2.3.4.2 Keparahan moderate

Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan moderate jika

efek yang tejadi dapat menyebabkan perubahan status klinis

pasien, menyebabkan perawatan tambahan, perawatan di rumah

sakit dan atau perpanjangan lama tinggal di rumah sakit (Tatro,

2009).

2.3.4.3 Keparahan major

Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan major jika

terdapat probabilitas yang tinggi kejadian yang membahayakan

pasien termasuk kejadian yang menyangkut nyawa pasien dan

terjadinya kerusakan permanen (Tatro, 2009).

2.3.5 Prevalensi Interaksi Obat

Insiden interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan

karena dokumentasinya masih sangat jarang, seringkali lolos dari

pengamatan karena kurangnya pengetahuan pada dokter akan

mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat sehingga

interaksi obat berupa peningkatan toksisitas seringkali dianggap sebagai

reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat sedangkan interaksi berupa

penurunan efektivitas seringkali diduga akibat bertambahnya keparahan

penyakit, selain itu terlalu banyak obat yang saling berinteraksi sehingga

sulit untuk diingat, dan kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi

oleh variasi individual (populasi tertentu lebih peka misalnya penderita

lanjut usia atau yang berpenyakit parah, adanya perbedaan kapasitas

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

31

metabolisme antar individu), penyakit tertentu (terutama gagal ginjal

atau penyakit hati yang parah), dan faktor-faktor lain (dosis besar, obat

ditelan bersama-sama, pemberian kronik) (Setiawati, 2007).

Pengobatan dengan beberapa obat sekaligus (polifarmasi) yang menjadi

kebiasaan para dokter memudahkan terjadinya interaksi obat. Suatu

survai yang dilaporkan pada tahun 1977 mengenai polifarmasi pada

penderita yang dirawat di rumah sakit menunjukkan bahwa insiden efek

samping pada penderita yang 32 mendapat 0-5 macam obat adalah 3,5%,

sedangkan yang mendapat 16-20 macam obat adalah 54%. Peningkatan

efek samping obat yang jauh melebihi peningkatan jumlah obat yang

diberikan bersama ini diperkirakan akibat terjadinya interaksi obat yang

juga semakin meningkat (Setiawati, 2007).

2.3.6 Faktor-faktor Penyebab Interaksi Obat

Sekarang ini, potensi efek yang tidak terduga sebagai akibat dari

interaksi antara obat dan obat lain atau makanan telah ditetapkan. Risiko

interaksi obat akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah obat

yang digunakan oleh individu. Hal ini juga menyiratkan risiko yang

lebih besar pada orang tua dan mengalami penyakit kronis, karena

mereka akan menggunakan obat-obatan lebih banyak daripada populasi

umum.

Risiko juga meningkat bila rejimen pasien berasal dari beberapa resep.

Peresepan dari satu apotek saja mungkin dapat menurunkan risiko

interaksi yang tidak terdeteksi.

Interaksi obat potensial seringkali terjadi pada pasien rawat inap yang

diresepkan banyak pengobatan. Prevalensi interaksi obat meningkat

secara linear seiring dengan peningkatan jumlah obat yang diresepkan,

jumlah kelas obat dalam terapi, jenis kelamin dan usia pasien (Setiawan,

2011).

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

32

2.4 Medscape

2.4.1 Pengantar

Medscape adalah aplikasi kesehatan online terkemuka untuk dokter dan

profesional kesehatan di seluruh dunia yang menyediakan berita medis

terbaru, perspektif ahli, informasi obat dan penyakit penting, dan

pendidikan profesional yang relevan.

Medscape diciptakan oleh Peter Frishauf pada tahun 1995, dengan tujuan

menyebarkan sebanyak mungkin informasi medis kepada tenaga medis

serta masyarakat seluas mungkin tanpa menggunakan biaya. Medscape

menyediakan artikel teks lengkap dari jurnal yang diproduksi oleh

perusahaan induknya yaitun SCP Communications, ditambah beberapa

lainnya dari penerbit yang berkerjasama dalam Lingkaran Penerbit

Medscape. Kumpulan artikel tersebut lah yang dapat diakses oleh tenaga

medis maupun masyarakat tanpa menggunakan biaya.

Medscape menyediakan sejumlah informasi medis, bedah, perawatan

kesehatan, dan teknis yang andal melalui berbagai artikel, komentar, dan

penelitian yang berkembang yang pertama kali diterbitkan di sejumlah

jurnal cetak dengan fokus klinis utamanya.

Medscape memiliki lebih dari 8000 resep dan monograf obat bebas,

termasuk herbal dan suplemen serta lebih dari 7600 penyakit, kondisi,

dan prosedur yang ditingkatkan dengan gambar dan video, serta alat

referensi yang penting seperti pemeriksaan interaksi obat, kalkulator

medis, dan pengenalan pil.

2.4.2 Kelebihan

Keuntungan utama penggunaan smartphone dalam kesehatan masyarakat

adalah aksesibilitas dan penyebaran informasi. Saat ini, 88% orang

Amerika memiliki ponsel, setengahnya adalah ponsel cerdas, dan hanya

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

33

20% orang dewasa di AS yang tidak mengakses Internet sama sekali

baik melalui komputer maupun smartphone.

Dengan ketersediaan jaringan yang memadai, pasien saat ini memiliki

akses ke suatu alat untuk mengubah perilaku kesehatan, mengelola obat-

obatan, dan memungkin mengetahui hasil tes oleh Instansi pelayanan

kesehatan. Penyedia layanan kesehatan di lokasi yang lebih terpencil

bisa menggunakan ponsel sebagai telemedis. Di seluruh dunia, sedang

dilakukan inisiatif untuk menggunakan sistem berbasis smartphone di

rangkaian perawatan kesehatan di pedesaan, atau sebagai alat kesehatan

masyarakat di berbagai penelitian atau hasil penelitian berbasis rumah

sakit. Adapun 5 strategi intervensi kesehatan utama untuk aplikasi

ponsel:

2.4.2.1 Melacak informasi kesehatan (self-monitoring).

2.4.2.2 Melibatkan tim layanan kesehatan (pelatihan dan pemantauan

gejala jarak jauh).

2.4.2.3 Memanfaatkan pengaruh sosial (dukungan dari teman sebaya

atau keluarga).

2.4.2.4 Meningkatkan aksesibilitas informasi kesehatan.

2.4.2.5 Melibatkan hiburan

Smartphone dapat menjadi alat penting untuk mengelola perilaku

kesehatan, berhubungan dengan teman sebaya, keluarga, atau penyedia

layanan kesehatan, dan menjaga kesehatan menjadi mudah.

2.4.3 Kekurangan

Rabin dan Bock menguji aplikasi aktivitas fisik di antara sekelompok

kecil orang dewasa untuk menentukan fitur yang paling banyak mereka

perlukan. Sebagian besar peserta studi menginginkan fitur pemecahan

masalah di aplikasi mereka. Namun, pengembang aplikasi mungkin

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

34

tidak melibatkan pasien atau konsumen secukupnya selama

pengembangan aplikasi.

Penggunaan smartphone mungkin tidak dapat diterima oleh sebagian

pasien maupun pelayanan kesehatan. Instansi pelayanan kesehatan

enggan menggunakan aplikasi smartphone di depan pasien dikarenakan

tidak diizinkan serta menimbulkan kesan tidak profesional. Meski

banyak pula warga mengetahui bahwa smartphone dapat meningkatkan

efisiensi, penggunaan smartphone juga dikaitkan dengan lebih banyak

gangguan serta perilaku tidak profesional.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah keamanan. Perangkat lunak

berbahaya (malware) untuk smartphone dapat menimbulkan risiko lebih

besar bagi kesejahteraan pribadi dan finansial konsumen daripada virus

komputer, katakanlah ilmuwan dari Universitas Rutgers. Di lingkungan

laboratorium, para ilmuwan telah mengembangkan malware yang sangat

tangguh, yang dikenal sebagai rootkit, yang dapat mengubah mikrofon,

GPS, dan baterai ponsel dari pemilik ponsel.

Pengguna smartphone dapat mengikuti daftar periksa keamanan untuk

meminimalkan kerentanan terhadap informasi pada perangkat mereka.

Smartphone, mirip dengan dompet dan barang berharga lainnya, tidak

boleh ditinggalkan tanpa pengawasan. Ini meminimalkan kemungkinan

penggunaan yang tidak sesuai. Selanjutnya, perlindungan kata kunci

smartphone harus diaktifkan, sebuah langkah sederhana yang tidak

dimiliki oleh pengguna smartphone. Pengguna harus menginstal dan

memperbarui sistem operasi smartphone mereka kapanpun tersedia.

Sebuah laporan 2011 menyatakan bahwa 90% pengguna Android rentan

karena menggunakan sistem operasi yang ketinggalan jaman. Memasang

aplikasi perlindungan anti-malware (jika tersedia untuk perangkat) untuk

menggagalkan infeksi dari aplikasi dan situs Web berbahaya sangat

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

35

disarankan. Serupa dengan penggunaan komputer pribadi di rumah

secara online, pengguna ponsel cerdas harus selektif dalam mengunjungi

situs Web yang patut dipertanyakan atau membeli dan memasang

aplikasi dari sumber yang tidak terpercaya.

Banyak pasien tidak memiliki smartphone atau tidak sepenuhnya

mengerti bagaimana cara menggunakan smartphone mereka. Mereka

tidak dapat menggunakan aplikasi meskipun dianjurkan. Selain itu,

informasi sensitif atau informasi sensitif lainnya sebaiknya tidak dicatat

pada ponsel cerdas manapun tanpa berkonsultasi dengan kebijakan

fasilitas setempat. Beberapa institusi mendistribusikan perangkat yang

memiliki enkripsi dan keamanan untuk mendukung pencatatan informasi

pasien. Kebijakan khusus di rumah sakit dapat mencakup penggunaan

smartphone dan perangkat lain jika smartphone tidak mengganggu

peralatan medis dan peraturan tentang kerahasiaan (termasuk

pengambilan foto dan penyimpanan informasi medis).

Peraturan aplikasi medis Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS

baru-baru ini menggariskan peraturan aplikasi mobile medis. Beberapa

orang bertanya-tanya apakah pengawasan ini akan berpengaruh pada

inovasi dan aplikasi mobile tertentu. Aplikasi mobile yang akan

disertakan dalam peraturan adalah mereka yang menggunakan lampiran

tambahan untuk mengubah platform mobile menjadi perangkat medis

dan perangkat lain yang bertindak sesuai dengan perangkat medis yang

sudah diatur.

Page 31: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep - UMBJM 2 FIX.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resep 2.1.1 Definisi Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker pengelola apotek

36

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau

kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau

diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).

Kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Gambaran Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien

Poliklinik Jantung di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD Dr. H. Moch Ansari

Saleh Banjarmasin Dengan Menggunakan Aplikasi Medscape.

Resep pasien jantung

dengan jumlah obat ≫ 2

Obat didalam resep tidak

berinteraksi

Obat didalam resep

berinteraksi

Pengecekan interaksi obat

melalui aplikasi medscape