bab 2 tinjauan pustaka 2.1. motivasi 2.1.1. definisi...
TRANSCRIPT
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Motivasi
2.1.1. Definisi Motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni “movere” yang
berarti “menggerakkan” (Winardi, 2007).
Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan.
Swanburg (2000) mendefenisikan motivasi sebagai konsep yang
menggambarkan baik kondisi ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu
dan respon intrinsik yang menampakkan perilaku manusia.
Sedangkan menurut Moekijat (2000) dalam bukunya “Dasar-dasar
Motivasi” bahwa motivasi yaitu dorongan / menggerakkan, sebagai suatu
perangsang dari dalam, suatu gerak hati yang menyebabkan seseorang melakukan
sesuatu.
Berdasarkan beberapa pengertian dan topik penelitian ini menyangkut
pemanfaatan posyandu balita, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi ibu dalam
pemanfaatan balita merupakan suatu dorongan yang terdapat dalam diri ibu
sehingga menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya.
Hal ini terkait dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan balita
yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
Universitas Sumatera Utara
7
2.1.2. Jenis-jenis Motivasi
Menurut Djamarah (2002) motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1. Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena
dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Motivasi intrinsik datang dari hati sanubari umumnya karena kesadaran,
misalnya ibu membawa balita ke posyandu karena ibu tersebut sadar
bahwa dengan membawa balita ke posyandu maka balita akan
mendapatkan pelayanan kesehatan seperti imunisasi dan pelayanan
kesehatan untuk balita lainnya.
Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi intrinsik yaitu :
a. Kebutuhan (need)
Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-faktor
kebutuhan baik biologis maupun psikologis, misalnya motivasi ibu
untuk membawa balita ke posyandu untuk imunisasi karena balita
akan mendapatkan kekebalan tubuh.
b. Harapan (Expectancy)
Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan
keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga
diri meningkat dan menggerakkan seseorang ke arah pencapaian
tujuan, misalnya ibu membawa balita ke posyandu untuk imunisasi
Universitas Sumatera Utara
8
dengan harapan agar balita tumbuh dengan sehat dan tidak mudah
tertular oleh penyakit-penyakit infeksi.
c. Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal
tanpa ada yang menyuruh, misalnya ibu membawa balita ke posyandu
tanpa adanya pengaruh dari orang lain tetapi karena adanya minat
ingin bertemu dengan teman-teman maupun ingin bertemu dengan
tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat).
2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang
berbuat sesuatu (Djamarah, 2002)
Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi ekstrinsik adalah :
a. Dorongan keluarga
Ibu membawa balita ke posyandu bukan kehendak sendiri tetapi
karena dorongan dari keluarga seperti suami, orang tua, teman.
Misalnya ibu membawa balita ke posyandu karena adanya dorongan
(dukungan) dari suami, orang tua ataupun anggota keluarga lainnya.
Dukungan dan dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan
motivasi ibu untuk memberikan sesuatu yang terbaik bagi balitanya.
Dorongan positif yang diperoleh ibu, akan menimbulkan kebiasaan
Universitas Sumatera Utara
9
yang baik pula, karena dalam setiap bulannya kegiatan posyandu
dilaksanakan ibu akan dengan senang hati membawa balitanya
tersebut.
b. Lingkungan
Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal. Lingkungan
dapat mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk
melakukan sesuatu. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai
peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam merubah tingkah
lakunya. Dalam sebuah lingkungan yang hangat dan terbuka, akan
menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi. Dalam konteks
pemanfaatan posyandu, maka orang-orang di sekitar lingkungan ibu
akan mengajak, mengingatkan, ataupun memberikan informasi pada
ibu tentang pelaksanaan kegiatan posyandu.
c. Imbalan
Seseorang dapat termotivasi karena adanya suatu imbalan sehingga
orang tersebut ingin melakukan sesuatu, misalnya ibu membawa balita
ke posyandu karena ibu akan mendapatkan imbalan seperti
mendapatkan makanan tambahan berupa bubur, susu ataupun
mendapatkan vitamin A. Imbalan yang positif ini akan semakin
memotivasi ibu untuk datang ke posyandu, dengan harapan bahwa
anaknya akan menjadi lebih sehat.
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.3. Tujuan Motivasi
Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau
menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan
sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil dan mencapai tujuan (Taufik,
2007).
Setiap tindakan motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan
dicapai. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau akan dicapai, maka semakin
jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan
memotivasi akan lebih dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan didasari
oleh yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan
motivasi pada seseorang harus mengenal dan memahami benar-benar latar
belakang kehidupan, kebutuhan, serta kepribadian orang yang akan
dimotivasi (Taufik, 2007).
2.1.4. Unsur-Unsur Motivasi
Menurut Sardiman (2007), motivasi mengandung tiga unsur penting,
yaitu :
1. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada
organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia,
penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
Universitas Sumatera Utara
11
2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa “feeling”, afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
afeksi dan emosi yang dapat menentukan perubahan tingkah laku
manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal
ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi
memang muncul dari dalam dari diri manusia, tetapi kemunculannya
karena terangsang / terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini
adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan yang akan
dicapai oleh orang tersebut.
Menurut Taufik (2007), motivasi mengandung tiga komponen pokok
di dalamnya, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku
manusia.
1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin
seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam
hal ingatan, respons-respons efektif, dan kecenderungan mendapatkan
kesenangan.
2. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan
demikian seseorang menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku
seorang individu diarahkan terhadap sesuatu.
3. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus
menguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan
kekuatan-kekuatan individu.
Universitas Sumatera Utara
12
2.1.5. Fungsi Motivasi
Menurut Notoatmodjo (2007), motivasi mempunyai 3 (tiga) fungsi
yaitu :
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan
sebelumnya..
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan
perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan memberikan
kepercayaan diri yang tinggi karena sudah melakukan proses
penyeleksian.
2.2. Posyandu
2.2.1. Definisi
Posyandu adalah pusat pelayanan kesehatan balita yang dikelola dan
diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari
petugas kesehatan dalam rangka pencapaian Norma Kecil Keluarga
Berencana Sejahtera (NKKBS) (Syahlan, 2002).
Universitas Sumatera Utara
13
Zulkifli (2003) mengatakan posyandu merupakan wadah untuk
mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam bidang kesehatan dan keluarga
berencana yang dikelola oleh masyarakat, penyelenggaraannya dilaksanakan
oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan dan KB, dimana anggotanya
berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemudi.
Menurut Effendy (2002) Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih
teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat
yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia
sejak dini.
Sedangkan Menurut Rusmi (2002), posyandu merupakan salah satu
bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk
masyarakat. Posyandu terdiri dari posyandu balita dan posyandu lansia.
2.2.2. Tujuan Pokok Posyandu
Tujuan pokok posyandu adalah sebagai berikut : (1)Mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan anak, (2)Meningkatkan pelayanan kesehatan
ibu, (3)Mempercepat penerimaan NKKBS, (4)Meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan
lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat, (5) Pendekatan dan
pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan
cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografis, dan
(6)Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka ahli teknologi
untuk usaha-usaha kesehatan masyarakat khususnya balita (Rusmi, 2002).
Universitas Sumatera Utara
14
2.2.3. Sasaran Posyandu
Yang menjadi sasaran Posyandu adalah :
1. Bayi 0 – 1 tahun
2. Balita 1 – 5 tahun
3. Ibu hamil (bumil), ibu meneteki (buteki), ibu nifas (bufas), pasangan usia
subur.
4. Ibu ber KB
5. WUS (Wanita Usia Subur) (Effendy, 2002).
2.2.4. Manfaat Posyandu
Beberapa manfaat yang diperoleh dari kegiatan posyandu adalah sebagai
berikut : (1)Tiap program dapat mencapai hasil yang optimal walaupun sumber
dayanya terbatas dan juga dapat diperoleh hingga ke arah yang lebih baik,
(2)Masyarakat memperoleh pelayanan di satu kesempatan dan satu tempat
sekaligus, (3)Dapat dihindari pemborosan waktu, (4)Tingkat partisipasi
masyarakat mencapai target yang diharapkan, (5)Cakupan pelayanan dapat
diperluas sehingga dapat mempercepat terwujudnya peningkatan kesehatan bayi
dan balita serta terwujudnya NKKBS (Ulfah, 2002).
2.2.5. Kegiatan Posyandu
Kegiatan di Posyandu adalah kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat. Oleh karena itu,
masyarakat setempat harus benar-benar berperan serta dalam kegiatan tersebut.
Peran serta masyarakat dalam kegiatan Posyandu tidak saja dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
15
kehadiran sebagai pihak yang meminta pelayanan, tetapi juga yang memberi
pelayanan.
Ada 9 (sembilan) kegiatan yang dilakukan di Posyandu, meliputi :
1. Pendaftaran
2. Penimbangan anak di bawah lima tahun (balita)
3. Pencatatan hasil penimbangan
4. Imunisasi
5. Pembagian oralit, vitamin A, tablet tambah darah FE, pemberian makanan
tambahan.
6. Pengobatan penyakit sederhana, termasuk diare dan ISPA
7. Pelayanan KIA/KB
8. Penyuluhan
9. Rujukan
10. Pelaporan (Syahlan, 2002).
Pelaksanaan kegiatan balita di Posyandu menggunakan sistem 5 (lima)
meja yaitu :
1. Meja I : Pendaftaran
1) Mendaftar bayi/balita, yaitu menuliskan nama
balita pada KMS dan secarik kertas yang
diselipkan pada KMS.
2) Mendaftar ibu hamil, yaitu menuliskan nama
ibu hamil pada formulir atau register ibu
hamil.
Universitas Sumatera Utara
16
2. Meja II : Penimbangan balita.
1) Menimbang bayi / balita.
2) Mencatat hasil penimbangan pada secarik
kertas yang akan dipindahkan pada KMS.
3. Meja III : Pengisian kartu menuju sehat (KMS)
Mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil
penimbangan balita dari secarik kertas ke dalam
KMS anak tersebut.
4. Meja IV : Penyuluhan kesehatan
1) Menjelaskan data KMS atau keadaan anak
berdasarkan data kenaikan berat badan yang
digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu
dari anak yang bersangkutan.
2) Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu
dengan mengacu pada data KMS anaknya atau
dari hasil pengamatan mengenai masalah yang
dialami sasaran.
3) Memberikan rujukan ke puskesmas apabila
diperlukan untuk balita, ibu hamil dan
menyusui.
4) Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan
dasar oleh kader Posyandu, misalnya pemberian
pil tambah darah (pil besi), vitamin A, oralit,
dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
17
5. Meja V : Pelayanan kesehatan
1) Pelayanan imunisasi
2) Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
3) Pengobatan
4) Pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin
A, dan obat-obatan lainnya (Tim Lintas Sektoral,
2000).
2.2.6. Tingkatan Posyandu
Indikator yang digunakan untuk menentukan kategorisasi atau
stratifikasi Posyandu adalah sebagai berikut :
1. Posyandu pratama (warna merah)
Adalah Posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin
tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.
2. Posyandu madya (warna kuning)
Adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali
/ tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, akan tetapi
cakupan program utama masih rendah yaitu 50%.
3. Posyandu purnama (warna hijau)
Adalah Posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 x/tahun, rata-rata jumlah
kader tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5 program lebih dari 50%.
Sudah ada program tambahan, bahkan sudah ada dana sehat yang masih
sederhana.
Universitas Sumatera Utara
18
4. Posyandu mandiri (warna biru)
Adalah Posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur,
cakupan 5 program sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat
telah menjangkau lebih dari 50% kepala keluarga (PKK, 1999).
2.2.7. Mengembangkan Posyandu
Menurut Rusmi (2002), cara mengembangkan posyandu antara lain :
1. Adanya program khusus untuk membina kesehatan balita usia 36 hingga 59
bulan.
2. Perlu adanya telaah khusus usia sasaran posyandu 36 hingga 59 bulan.
3. Tenaga penolong persalinan merupakan salah satu alternatif untuk
melakukan promosi posyandu, oleh karena itu penyuluhan tentang
posyandu dapat dicantumkan pada kartu KMS balita.
Universitas Sumatera Utara