bab 2 - library.binus.ac.id · landasan teori 2.1 tinjauan umum ... zona dasar (glenn arbonies,...
TRANSCRIPT
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
Pengumpulan data melalui berbagai sumber dilakukan dalam proses untuk
mendukung perancangan Tugas Akhir, pengumpulan data dapat melalui data literatur
seperti buku, koran, majalah, melalui media online-website serta wawancara dengan
narasumber yang bergerak di bidangnya. Data ini akan digunakan sebagai referensi
materi perancangan.
2.1.1 Pengertian Museum
Menurut International Council of Museums/ICOM (ICOM Statutes,
adopted by the 22nd General Assembly, Vienna, 2007), pengertian museum
adalah :
“A museum is a non-profit, permanent institution in the service of
society and its development, open to the public, which acquires,
conserves, researches, communicates and exhibits the tangible and
intangible heritage of humanity and its environment for the purposes
of education, study and enjoyment.”
Yang dapat diartikan juga sebagai museum adalah lembaga non-profit
permanen dalam melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk
umum, dimana museum bertugas untuk mengumpulkan, melestarikan,
meneliti dan memamerkan waeisan sejarah kemanusiaan yang berwujud
barang maupun jasa beserta lingkungannya untuk tujuan pendidikan,
penelitian dan hiburan. Melalui aktivitas pengumpulan dana, perawatan,
penataan dan pameran, museum dapat dijadikan tempat penelitian dan
sumber pengetahuan dan inspirasi. Museum juga merupakan sarana
pendidikan dengan nilai edukasi yang tinggi sekaligus juga sebagai objek
wisata yang menyenangkan. Hari Museum Internasional diperingati setiap
tanggal 18 Mei.
8
2.1.2 Perkembangan Museum di Indonesia
Perkembangan museum di Indonesia pada dasarnya cukup meningkat.
Perhatian masyarakat pada lembaga museum adalah fenomena perkembangan
yang cukup menarik untuk dicermati, jumlah pengunjung yang
memperlihatkan kecenderungan naik adalah bentuk perhatian yang kongkrit
dari masyarakat. Secara kelembagaan kepedulian ditandai dengan munculnya
keinginan yang kuat lembaga-lembaga pemerintah dan swasta untuk
mendirikan museum. Meningkatnya perhatian masyarakat tersebut seiring
dengan meningkatnya tuntutan hidup di antaranya pengembangan dunia ilmu
pengetahuan, kebudayaan dan interaksi antarnegara, museum menjadi
alternatif bagi kepentingan pemenuh kebutuhan estetis budaya (Sudharto,
2001:26). Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, mencatat jumlah museum
di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 275 museum. Museum-museum
tersebut ada yang berada di bawah naungan Direktorat Museum, kementrian
atau departemen atau lembaga pemerintah, pemerintah daerah, BUMN,
perusahaan swasta, yayasan dan badan-badan lainnya, serta perseorangan
atau pribadi. (Akbar, 2010:10-11). Angka yang relatif besar tersebut adalah
potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai media yang bermanfaat untuk
masyarakatnya.
Berikut beberapa anggapan keliru dari masyarakat luas mengenai pandangan
mereka tentang museum :
1. Museum adalah lembaga identik dengan masa lalu.
2. Museum tidak mempunyai dinamika.
3. Museum merupakan tempat menyimpan benda-benda kuno.
4. Masyarakat masih belum merasakan manfaat dari kehadiran museum.
(Munandar dkk, 2004:4)
9
2.1.3 Jenis-Jenis Museum
Menurut penyelenggaraannya, museum dapat dibagi menjadi :
1. Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan dan
dikelola oleh pemerintah baik pemerintah pusat atau pemerintah
daerah.
2. Museum Swasta, yaitu museum yang didirikan dan diselenggarakan
oleh perseorangan.
Berdasarkan tingkat koleksinya, meseum dibagi menjadi :
1. Museum Nasional, yaitu museum yang memiliki benda koleksi dalam
taraf nasional atau dari berbagai daerah di Indonesia.
2. Museum Regional, yaitu museum yang benda koleksinya terbatas
dalam lingkup daerah regional.
3. Musuem Lokal, yaitu museum yang benda koleksinya hanya terbatas
pada hasil budaya daerah tersebut.
Tipe museum menurut Josep Montaner (1990) ditinjau secara
bersama- sama dari segi program, ukuran, bentuk, dan kompleksitasnya
adalah sebagai berikut :
1. Kompleks Kebudayaan
Kompleks kebudayaan merupakan suatu tempat yang di dalamnya
terdapat museum dan ruang-ruang yang digunakan untuk kegiatan
pameran. Di dalam kompleks kebudayaan ini kegiatan museum
merupakan bagian dari seluruh kegiatan yang ada. Selain itu, ada
ruang-ruang pendukung seperti perpustakaan, auditorium, teater,
pusat administrasi, lembaga kebudayaan, pusat kegiatan komersial
seperti restoran, pertokoan, dan sebagainya.
2. Galeri Seni Nasional
Jenis galeri ini termasuk dalam kelompok tipe museum yang ada di
dalamnya mewadahi koleksi-koleksi berbagai macam seni. Jenis seni
yang diwadahi berkaitan erat dengan kebudayaan wilayah setempat
yang memiliki nilai historis.
10
3. Museum Seni Kontemporer
Museum difungsikan sebagai wadah koleksi benda-benda seni
kontemporer. Benda-benda seni yang dipamerkan merupakan hasil
perkembangan seni yang telah mulai meninggalakan kesan
tradisionalnya.
4. Museum IPTEK dan Industri
Karakteristik museum ini terdapat pada koleksinya yang berupa benda
yang berhubungan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta hasil-hasil kemajuan industri. Museum ini juga berfungsi
sebagai pusat pendidikan atau pusat penelitian.
5. Museum yang Bertemakan Sejarah dan Kebudayaan Suatu Kota
Pada jenis museum ini karakteristik ruang-ruang pameran
berhubungan erat dengan koleksi yang bernilai sejarah.
6. Galeri dan Pusat Seni Kontemporer
Pada prinsipnya Galeri dan Pusat Seni Kontemporer ini memiliki
tipologi bangunan yang sama denganM Museum Seni Kontemporer.
Perbedaan karakteristiknya dilihat dari masing-masing kegiatan.
Galeri ini bersifat privat dari segi kepemilikan, sedangkan untuk Pusat
Seni Kontemporer lebih bersifat umum. Sifat pamerannya lebih
kearah non-pameran dan ada suatu kegiatan promosi dari sang
seniman dalam menggelar karya-karya seninya. Dalam hal ini campur
tangan seniman banyak berpengaruh pula terhadap penataan ruang
pamerannya.
2.1.4 Tugas dan Fungsi Museum
Tugas Museum:
1. Diarahakan kepada kegiatan untuk menetapkan agar melalui benda,
dokumentasi visual dan bahan-bahan pendukung tambahan lainnya,
aspek-aspek kebutuhan, aspek-aspek lingkungan hidup/kombinasi
diantara keduanya, yang menjadi bidang garapan museum tersebut,
menjadi sumber informasi yang mantap.
2. Kegiatan yang berkaitan dengan penyerahan/penyampaian sumber-
sumber informasi yang sudah mantap kepada pengunjung.
11
Fungsi Museum:
International Council of Museums (ICOM) menyatakan bahwa fungsi
museum ada 9, yang biasa disebut sebagai Nawa Darma :
1. Tempat pengumpulan dan pengaman warisan budaya dan alam.
2. Tempat dokumentasi dan penelitian ilmiah.
3. Konservasi dan preservasi.
4. Media penyebaran dan penyertaan ilmu untuk umum.
5. Tempat pengenalan dan penghayatan kesenian.
6. Visualisasi warisan budaya dan alam.
7. Media perkenalan budaya antar daerah dan antar bangsa.
8. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.
9. Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan YME.
2.1.5 Tata Pameran Museum
Dalam merancang sebuah museum, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, salah satunya adalah tata pameran museum. Berikut beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam menyusun tata pameran di museum :
1. Motivate Visitor
Tata pameran yang baik harus mampu memotivasi pengunjung,
kepada siapa informasi ditujukan, apakah pengunjung umum atau
pengunjung khusus.
2. Focus Content
Informasi yang disampaikan haruslah singkat dan padat sehingga
pengunjung tidak dijejali informasi yang mengakibatkan ‘malas’
untuk menerima informasi tersebut.
3. Immesion
Informasi yang disajikan harus mampu untuk membuat pengunjung
merasa terilbat dalam sebuah “cerita” dan membangkitkan rasa ingin
tahu lebih lanjut.
4. Modularity
Penyusunan tema-tema kecil haruslah bersifat menyeluruh dan mudah
dipahami. Penyajian satu tema besar yang rumit tidaklah dianjurkan.
12
5. Skimmability
Skimmablity adalah kemampuan sebuah informasi untuk dapat
dicerna dalam waktu yang singkat. Sistem tata pameran dalam
museum harus dibuat sedemikian rupa sehingga pengunjung dapat
memahami informasi dengan mudah walaupun pengujung hanya
membaca/melihat sepintas.
6. Patterns
Pola sirkulasi pengunjung merupakan hal yang harus diperhatikan
demi kemudahan mereka dalam memahami informasi yang
disampaikan.
7. Capture Curiosity
Bangkitkan rasa ingin tahu pengunjung dengan menggunakan teknik
“storytelling” dan membuat mereka bertahan menikmati sebuah
informasi.
8. Interaction
Adanya koleksi yang dapat disentuh oleh pengunjung merupakan
salah satu cara untuk membangun interaksi.
9. Integrate Technology
Teknologi yang digunakan harus dapat meningkatkan pengalaman
pengunjung, bukan sebaliknya. Teknologi sederhana yang dapat
mengundang rasa ingin tahu pengunjung kadang-kadang lebih
bermanfaat dibandingkan teknologi rumit yang akan membuat
pengunjung “bermain” dengan perangkat teknologi yang ada (bukan
mempelajari kandungan informsi yang ada dalam perangkat teknologi
tersebut).
10. Layer Content
Sajikan informasi secara berjenjang (layer) agar pengunjung mudah
memahami apa yang ingin disampaikan.
2.1.6 Tata Cara Penyajian Koleksi
Berdasarkan cara penyajian objek pamer dilakukan dengan
memamerkan pbjek pamer melalui sarana penyajian yang ada. Penyajian
yang palin tepat yaitu dengan menggunakan pameran, baik berbentuk tetap,
pameran khusus, maupun pameran keliliung. Teknik pameran adalah suatu
13
pengetahuan yang berkaitan dengan fantasi, imajinasi, daya improvisasi dan
ketrampilan tekns dan artistik tersendiri.
Untuk karya dua dimensi hanya diperlukan dinding pameran dan
penempatannya menggunakan ukuran penglihatan baku, sedangkan untuk
karya tiga dimensi diperlukan ruangan yang cukup luas dan diupayakan
supaya karya seni tiga dimensi itu dapat dilihat dari segala arah dan
komposisi ruangan dan isinya cukup memberi rasa lega.
2.1.7 Integrasi dengan Masyarakat
Museum sering dianggap sebagai bangunan penting atau landmark
sebuah kota ataupun negara. Namun, pengalaman pengunjung juga harus
nyaman dan ramah. Bentuk-bentuk yang familiar , perbandingan dimensi
manusia dengan gedung dapat digunakan untuk menciptakan rasa nyaman.
Penggunaan bentuk yang asing dapat digunakan sebagai pusat perhatian
(command attention). Koreografi dari hubungan bentuk bangunan, material,
detail, dan pemandangan memiliki kontribusi yang besar dalam menciptakan
pengalaman pada pengunjung.
Beberapa museum menggunakan hiburan untuk mengubah persepsi
masyarakat dan untuk menarik pengunjung. Meskipun hiburan bisa menjadi
alternatif dalam pameran museum, hiburan tidak boleh dominan untuk tetap
menjaga fungsi utama dari museum dan koleksinya.
2.1.8 Standarisasi Ruang Organisasi Museum
Museum dapat beroperasi dengan baik jika memilki denah yang
sederhana dan jelas, diagram organisasi ruangan harus didasarkan pada lima
zona dasar (Glenn Arbonies, 1973:680) :
1. Public/no collections
2. Public/collections
3. Non Public/no collections
4. Non Public/collections
5. Collections storage
14
Museum memiliki kebutuhan operasional yang sangat spesifik di
setiap zona ini. Dua kebutuhan operasional yang paling penting adalah
keamanan koleksi dan sistem HVAC dalam mempertahankan suhu secara
konstan dan kelembaban relatif pada koleksi yang berumur selama 24 jam per
hari.
Perancangan dari pintu masuk hingga sirklasi dalam museum adalah
hal paling penting dalam menjelajahi isi museum itu sendiri. Sirkulasi ini
akan meningkatkan pengalaman pengunjung. Sirkulasi ini baik secara
eksterior dan interior harus jelas dan logis.
Dari ilustrasi diatas maka zona fungsi yang ideal dapat dibagi sebagai
berikut:
1. Public Areas (Non-Collection)
Checkroom
Theater
Food Services
Information Desk
Main Public Toilets
Museum Lobby
Retail (Museum Store)
2. Public Areas (Collection Spaces)
Classrooms
Exhibition Galleries
Orientation
3. Non-Public Areas (Collections-Related)
Workshop
Crafting/Uncrafting
Freight Elevator
Collection Loading Dock
Receiving
4. Non-Collection-Related
Catering Kitchen
Electrical Room
Food Services/Kitchen
General Storage
15
Mechanical Storage
Museum Store Office
Offices
Conference Rooms
Security Office
5. Super-Secure Spaces
Collection Storafe
Computer Network Room
Security Equipment Room
2.1.8.1 Fleksibilitas
Museum membutuhkan fleksibilitas untuk berkembang dan
menanggapi perkembangan teknologi baru, ide-ide pameran baru dan
informasi. Oleh karena itu, perancangan museum harus menyediakan
ruang dan hubungan tidak lebih spesifik dari yang diperlukan.
Organisasi ruang dan pola sirkulasi yang dirancang haruslah dapat
mengantisipasi potensi terjadinya perubahan. (Glenn Arbonies,
1973:680)
2.1.8.2 Sirkulasi Pengunjung
Jumlah orang yang akan ditampung oleh museum dalam
setahun, hari biasa dan pada hari-hari puncak dalam sebulan penting
untuk diketahui sebagai paduan dalam merancang sirkulasi ruangan.
Pada angka itu juga anak-anak sekolah biasanya mewakili porsi yang
signifikan dari angka penunjung museum.
Perancangan dan peletakan signage juga harus diperhatikan. Ini
penting agar museum dapat mengakomodasi tingkat kunjungan
dengan sirkulasi yang maksimal.
Meja informasi / keamanan juga harus ditempatkan dengan baik. Meja
informasi memiliki peranan penting dalam membimbing pengujung
dalam museum dan membuat staf mudah dalam menanggapi
kebutuhan dan pertanyaan dari penunjung (Glenn Arbonies,
1973:681).
16
2.1.8.3 Toilet Umum
Toilet umum harus bisa diakses dari lobby, selain itu juga
harus dalam melayani fasilitas lain seperti auditorium, teater, dan
retail (Glenn Arbonies, 1973:683).
2.1.8.4 Exhibition Spaces
Desain dalam museum harus dapat meningkatkan
keterlibatan pengunjung dengan koleksi dalam museum. Beberapa
museum bahkan berusaha untuk menciptakan keterlibatan pengujung
secara menyeluruh (vertikal dan horizontal) dengan semua elemen
dalam museum.
Beberapa museum tidak mengharuskan adanya cahaya alami di
daerah pameran, jika ada maka tingkatan cahaya alami akan disaring
untuk menghilangkan gelombang panjang yang berbahaya. Biasanya
cahaya alami akan dikontrol tergantung pada isi pameran.
Ruang pameran haruslah murni ruangan visual tanpa adanya
kekurangan dalam suhu, kelembaban, peletakan panel akses, signage
dan alat pemadam kebakaran. Permukaan dinding juga harus mudah
dicat ulang untuk memungkinkan museum mengontrol warna untuk
memenuhi kebutuhan pameran yang dapat berubah. Ketinggian
dinding pameran pada museum-museum baru adalah minimal 12ft
(3.6m), namun untuk kebutuhan musuem kontemporer harus memiliki
ketinggian yang jauh lebih tinggi yaitu 20ft (6m) – ketinggian
fleksibel.
Museum bisa memberikan pengalaman melalui koleksinya tidak
hanya melalui ruang pameran, tetapi juga bisa pada lobi utama,
disamping itu berbagai koleksi 3 dimensi dapat ditampilkan secara
sementara maupun permanen. Ruang administrasi, ruang rapat dan
area sirkulasi juga bisa ditempatkan koleksi museum namun bukan
karya yang paling berharga. (Glenn Arbonies, 1973:683)
17
Dua pintu (masuk-keluar) diperlukan dalam sebuah ruang pameran
untuk menjaga dan pembentukan pola sirkulasi pengujung.
2.1.8.5 Standar Suhu pada Museum
Beberapa museum sangat jarang dan memiliki transisi yang
lama dalam perubahan suhu dan kelembaban. Koleksi museum
umunya lebih toleran terhadap variasi suhu daripada kelembaban
relatif. Namun kelembaban relatif sangat sensitif terhadap perubahan
suhu dan itulah kenapa suhu harus dijaga secara konstan agar
kelembaban relatif dapat dikontrol dalam kisaran 2% dari yang sudah
ditentukan. Meskipun orang pada umumnya nyaman pada suhu 23°C
– 25°C, suhu 20°C – 22°C adalah kisaran suhu rekomendasi pada
museum (Glenn Arbonies, 1973:687).
2.1.8.6 Standar Kelembaban Relatif pada Museum
Pada umumnya, museum merekomendasikan kelembaban
relatif secara konstan pada tingkatan 50%, kelembaban relatif yang
konstan diperlukan karena barang koleksi biasanya sangat sensitif
terhadap sedikit perubahan kelembaban. Pada kondisi yang palin
buruk, karya-karya yang terbuat dari bahan-bahan yang berbeda dapat
mengalami perubahan tekstur dan ukuran yang dapat menyebabkan
kerusakan pada benda koleksi. Faktanya, setiap benda koleksi dan
benda koleksi yang dipinjamkan ke museum kemungkinan besar
memiliki kebutuhan dengan spesifikasi tersendiri (Glenn Arbonies,
1973:687).
2.1.8.7 Pencahayaan Buatan dan Alami pada Museum
Untuk penggunaan yang fleksibel, museum biasanya
dirancang dengan kapasitas pencahayaan yang lebih dari minimum,
terutama di ruang pameran.
Kebutuhan dan sistem pencahayaan bervariasi sesuai dengan fungsi
ruang dan jenis pameran. Contohnya, sebuah museum sejarah hanya
membutuhkan sedikit distribusi cahaya pada area sirkulasi, sedangkan
18
pada bagian pameran membutuhkan cahaya yang lebih tinggi dan
fokus. Kerusakan yang disebabkan oleh pencahayaan umumnya sulit
dihindari. Mempertahankan benda koleksi tetap mengundang dengan
tetap mengikuti standar pencahayaan sangatlah sulit. Energi yang
dihasilkan dari cahaya menaikan suhu permukaan objek dan
menciptakan micro-climate dari berbagai kelembaban relatif dan
reaksi kimia. Museum harus mampu mengendalikan tingkat cahaya
pada setiap koleksi agar tidak mempercepat penuaan pada koleksi
(Glenn Arbonies, 1973:689).
2.1.8.8 Akustik pada Museum
Kebutuhan akustik bervariasi secara substansial dalam
museum. Akustik dalam semua ruangan harus senyaman mungkin
bagi individu maupun kelompok. Penting bagi pemandu museum
untuk dapat didengar oleh para kelompok pengunjung tanpa
mengganggu pengunjung lain. Beberapa ruangan seperti ruang
administrasi, auditorium dan ruang konferensi dirancang dengan
akustik yang khusus dan berbeda berdasarkan fungsinya (Glenn
Arbonies, 1973:691).
2.1.8.9 Keamanan pada Museum
Standar operasional pada museum harus aman, tidak hanya
pada sistem penjagaan manusia maupun penjagaan elektronik, tetapi
juga dengan tata letak dan desain ruangan. Semua aspek pada museum
harus dirancang untuk keamanan koleksi. Koleksi museum harus
aman dari ancaman pencurian dan penyalahgunaan. Ini berlaku untuk
masyarakat yang menujungi dan juga oleh staf (staff theft).
Haruslah ada satu pintu masuk publik dan satu pintu masuk staf
terpisah (bergantung pada ukuran museum). Prioritas utama
keamanan adalah pada keamanan koleksi museum, dimana sistem
keamanan museum berbeda dengan standar keamanan bangunan lain
(Glenn Arbonies, 1973:681)
19
2.1.8.10 Proteksi Kebakaran pada Museum
Pengelolaan museum memerlukan alat deteksi kebakaran dan
sistem preventif yang dapat memberikan pengertian dini untuk
perlindungan yang maksimal. Sistem ini harus terintegrasi dengan
sistem keamanan untuk melaporkan kondisi yang menyebabkan alarm
tersebut untuk dilakukan pengecekan dan tindakan korektif oleh para
staf terlatih, sistem ini dilakukan untuk mencegah koleksi yang dapat
rusak karena air yang berasal dari sprinkler yang disebabkan oleh
aktuasi, kebocoran dan false alarms (Glenn Arbonies, 1973:691).
2.1.9 Pengertian Geologi
Geologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan kebumian yang
mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah
ada. Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan
bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja
baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam
Semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta
hingga sekarang. Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan
yang komplek, mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam namun
juga merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang menarik untuk
dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari benda-benda hingga seukuran benua dan
samudera. Hampir semua kebutuhan kita sehari-hari diperoleh dari bumi
mulai dari perhiasan, perlengkapan rumah tangga, alat transportasi hingga ke
bahan energiny, seperti minyak dan gas bumi serta batubara. Dan hampir
setiap bentuk kegiatan manusia akan berhubungan dengan bumi, baik itu
berupa pembangunan teknik sipil seperti bendungan, jembatan, gedung-
gedung bertingkat yang dibangun diatas permukaan bumi, maupun untuk
memenuhi kebutuhannya seperti bahan tambang maupun energi seperti migas
dan batubara, yang harus digali dan diambil dari dalam bumi. Kaitannya yang
sangat erat dalam bidang geologi menyebabkan ilmu ini semakin banyak
dipelajari, tidak saja oleh para geolog, tetapi juga bagi lainnya yang bidang
profesinya mempunyai kaitan yang erat dengan bumi.
20
Seorang ahli geologi disebut Geologis, mempunyai tugas disamping
melakukan penelitian-penelitian untuk mengungkapkan misteri yang
masih menyelimuti proses-proses yang berhubungan dengan bahan-
bahan yang membentuk bumi, gerak-gerak dan perubahan yang
terjadi seperti gempa bumi dan meletusnya gunung api, juga mencari
dan mencoba menemukan bahan-bahan yang kita butuhkan yang
diambil dari dalam bumi seperti bahan tambang, minyak dan gas
bumi. Dengan semakin berkembangnya penghuni bumi, dimana
sebelumnya pemilihan wilayah pemukiman bukan merupakan
masalah, sekarang ini pengembangan wilayah harus memperhatikan
dukungan terhadap lingkungan yang ditentukan oleh faktor-faktor
geologi agar pembangunannya tidak merusak keseimbangan alam.
Selain itu seorang ahli geologi juga mempelajari sifat-sifat bencana
alam, seperti banjir, longsor, gempa bumi, dll; meramalkan dan
bagaimana cara menghindarinya.
2.1.10 Ruang Lingkup Geologi Dasar
Ilmu geologi dibagi dalam berbagai cabang ilmu, berikut
cabang-cabang ilmu geologi:
1. Geologi Struktur
Ilmu yang mempelajari tentang susunan bumi serta
hubungannya dengan jenis-jenis batuan yang terbentuk
dikerak bumi.
2. Geologi Pertambangan
Ilmu yang mempekajari tentang kandungan mineral atau
bahan-bahan tambang yang dimungkinkan untuk
dimanfaatkan untuk keperluan industri atau keperluan
lainnya.
3. Geologi Minyak
Ilmu yang mempelajari tentang kemungkinan adanya bahan
fosil yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar (sumber
energi) minyak dan gas bumi.
21
4. Geologi Teknik
Ilmu yang mempelajari tentang keadaan permukaan bumi yang
dikaitkan dengan kekuatan tanah untuk penopang konstruksi
bangunan (jembatan, terowongan, dll)
5. Petrologi
Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat batuan penyusun bumi dan
manfaatnya.
6. Mineralogi
Ilmu yang mempelajari tentang sifat dan ciri mineral-mineral yang
terdapat dalam bumi dan manfaatnya bagi manusia serta dampaknya
terhadap sifat dan ciri tanah.
7. Vulkanologi
Ilmu yang mempelajari tentang sifat, ciri serta pembentukan
gunungapi serta pengaruhnya terhadap kehidupan.
8. Seismologi
Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat gerakan kerak bumi berupa
gempa bumi serta dampaknya terhadap susunan kerak bumi dan
bentuk permukaan bumi.
9. Stratigrafi
Ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan bumi baik dari sifat
lapisan maupun proses terjadinya pelapisan.
10. Geofisika
Ilmu yang mempelajari tentang pembentukan keadaan permukaan
bumi dan atmosfer seperti perubahan angin iklim dan beberapa sifat
fisiknya lainnya yang mempengaruhi permukaan bumi.
11. Geokimia
Ilmu yang mempelajari tentang sistem penyusun bum dilihat dari
aspek kimia seperti kelarutan unsur dan karakteristi unsur dalam
tanah.
12. Geologi Sejarah
Ilmu yang mempelajari tentang evolusi kehidupan di permukaan bumi
yang meliputi peradapan manusia di permukaan bumi dan
pengaruhnya terhadap lingkungan.
22
13. Paleontologi
Ilmu yang mempelajari tentang keadaan fosil-fosil yang
terkandung dalam batuan yang dapat mengungkapkan sejarah
masa lalu.
14. Geomorfologi
Ilmu yang tentang proses-proses yang berhubungan dengan
pembentukan permukaan bumi dan pengaruhnya terhadap
kondisi setempat.
15. Sedimentologi
Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang seluk-beluk
batuan endapan (batuan sedimen) meliputi klasifikasi, jenis
dan macamnya serta pembentukannya.
2.1.11 Sejarah Bumi dan Kehidupannya
Berikut adalah pembagian masa kehidupan yang dikutip dari
buku Physical Geology.
1. Masa Arkeozoikum (4,5 – 2,5 milyar tahun lalu)
Arkeozoikum artinya Masa Kehidupan Purba Masa
Arkeozoikum (Arkean) merupakan masa awal pembentukan
batuan kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi
protokontinen. Batuan masa ini ditemukan di beberapa
bagian dunia yang lazim disebut kraton/perisai benua. Batuan
tertua tercatat berumur kira-kira 3.800.000.000 tahun. Masa
ini juga merupakan awal terbentuknya Indrosfer dan
Atmosfer serta awal muncul kehidupan primitif di dalam
samudera berupa mikroorganisma (bakteri dan ganggang).
Fosil tertua yang telah ditemukan adalah fosil Stromatolit
dan Cyanobacteria dengan umur kira-kira 3.500.000.000
tahun.
2. Masa Proterozoikum (2,5 milyar – 290 juta tahun lalu)
Proterozoikum artinya masa kehidupan awal. Masa
Proterozoikum merupakan awal terbentuknya hidrosfer dan
23
atmosfer. Pada masa ini kehidupan mulai berkembang dari
organisme bersel tunggal menjadi bersel banyak (enkaryotes
dan prokaryotes). Menjelang akhir masa ini organisme lebih
kompleks, jenis invertebrata bertubuh lunak seperti ubur-
ubur, cacing dan koral mulai muncul di laut-laut dangkal,
yang bukti-buktinya dijumpai sebagai fosil sejati pertama.
Masa Arkeozoikum dan Proterozoikum bersama-sama
dikenal sebagai masa Pra-Kambrium
3. Zaman Kambrium (590 – 500 juta tahun lalu)
Kambrium berasal dari kata “Cambria” nama latin untuk
daerah Wales di Inggris, dimana batuan berumur kambrium
pertama kali dipelajari. Banyak hewan invertebrata mulai
muncul pada zaman Kambrium. Hampir seluruh kehidupan
berada di lautan. Hewan zaman ini mempunyai kerangka luar
dan cangkang sebagai pelindung. Fosil yang umum dijumpai
dan penyebarannya luas adalah, Alga, Cacing, Sepon, Koral,
Moluska, Ekinodermata, Brakiopoda dan Artropoda
(Trilobit). Sebuah daratan yang disebut Gondwana
(sebelumnya pannotia) merupakan cikal bakal Antartika,
Afrika, India, Australia, sebagian Asia dan Amerika Selatan.
Sedangkan Eropa, Amerika Utara, dan Tanah Hijau masih
berupa benua-benua kecil yang terpisah
4. Zaman Ordovisium (500 - 440 juta tahun lalu)
Zaman Ordovisium dicirikan oleh munculnya ikan tanpa
rahang (hewan bertulang belakang paling tua) dan beberapa
hewan bertulang belakang yang muncul pertama kali seperti
Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid (Landak Laut), Asteroid
(Bintang Laut), Krinoid (Lili Laut) dan Bryozona. Koral dan
Alaga berkembang membentuk karang, dimana trilobit dan
Brakiopoda mencari mangsa. Graptolit dan Trilobit
melimpah, sedangkan Ekinodermata dan Brakiopoda mulai
menyebar. Meluapnya Samudra dari Zaman Es merupakan
24
bagian peristiwa dari zaman ini. Gondwana dan benua-benua
lainnya mulai menutup celah samudera yang berada di
antaranya.
5. Zaman Silur (440 – 410 juta tahun lalu)
Zaman silur merupakan waktu peralihan kehidupan dari air
ke darat. Tumbuhan darat mulai muncul pertama kalinya
termasuk Pteridofita (tumbuhan paku). Sedangkan
Kalajengking raksasa (Eurypterid) hidup berburu di dalam
laut. Ikan berahang mulai muncul pada zaman ini dan banyak
ikan mempunyai perisai tulang sebagai pelindung. Selama
zaman Silur, deretan pegunungan mulai terbentuk melintasi
Skandinavia, Skotlandia dan Pantai Amerika Utara.
6. Zaman Devon (410 – 360 juta tahun lalu)
Zaman Devon merupakan zaman perkembangan besar-
besaran jenis ikan dan tumbuhan darat. Ikan berahang dan
ikan hiu semakin aktif sebagai pemangsa di dalam lautan.
Serbuan ke daratan masih terus berlanjut selama zaman ini.
Hewan Amfibi berkembang dan beranjak menuju daratan.
Tumbuhan darat semakin umum dan muncul serangga untuk
pertama kalinya.Samudera menyempit sementara, benua
Gondwana menutupi Eropa, Amerika Utara dan Tanah Hijau
(Green Land)
7. Zaman Karbon (360 – 290 juta tahun lalu)
Reptilia muncul pertama kalinya dan dapat meletakkan
telurnya di luar air. Serangga raksasa muncul dan ampibi
meningkat dalam jumlahnya. Pohon pertama muncul, jamur
Klab, tumbuhan ferm dan paku ekor kuda tumbuh di rawa-
rawa pembentuk batubara. Pada zaman ini benua-benua di
muka bumi menyatu membentuk satu masa daratan yang
disebut Pangea, mengalami perubahan lingkungan untuk
berbagai bentuk kehidupan. Di belahan bumi utara, iklim
25
tropis menghasilkan secara besar-besaran, rawa-rawa yang
berisi dan sekarang tersimpan sebagai batubara.
8. Zaman Perm (290 – 250 juta tahun lalu)
“Perm” adalah nama sebuah propinsi tua di dekat
pegunungan Ural, Rusia. Reptilia meningkat dan serangga
modern muncul, begitu juga tumbuhan konifer dan Grikgo
primitif. Hewan Ampibi menjadi kurang begitu berperan.
Zaman perm diakhiri dengan kepunahan micsa dalam skala
besar, Tribolit, banyak koral dan ikan menjadi punah. Benua
Pangea bergabung bersama dan bergerak sebagai satu massa
daratan, Lapisan es menutup Amerika Selatan, Antartika,
Australia dan Afrika, membendung air dan menurunkan
muka air laut. Iklim yang kering dengan kondisi gurun pasir
mulai terbentuk di bagian utara bumi.
9. Zaman Trias (250 – 210 juta tahun lalu)
Gastropoda dan Bivalvia meningkat jumlahnya, sementara
amonit menjadi umum. Dinosaurus dan reptilia laut
berukuran besar mulai muncul pertama kalinya selama
zaman ini. Reptilia menyerupai mamalia pemakan daging
yang disebut Cynodont mulai berkembang. Mamalia
pertamapun mulai muncul saat ini. Dan ada banyak jenis
reptilia yang hidup di air, termasuk penyu dan kura-kura.
Tumbuhan sikada mirip palem berkembang dan Konifer
menyebar. Benua Pangea bergerak ke utara dan gurun
terbentuk. Lembaran es di bagian selatan mencair dan celah-
celah mulai terbentuk di Pangea.
10. Zaman Jura (210 – 140 juta tahun lalu)
Pada zaman ini, Amonit dan Belemnit sangat umum.
Dinosaurus menguasai daratan, Ichtiyosaurus berburu di
dalam lautan danPterosaurus merajai angkasa. Banyak
dinosaurus tumbuh dalam ukuran yang luar biasa. Burung
26
sejati pertama (Archeopterya) berevolusi dan banyak jenis
buaya berkembang. Tumbuhan Konifer menjadi umum,
sementara Bennefit dan Sequola melimpah pada waktu ini.
Pangea terpecah dimana Amerika Utara memisahkan diri dari
Afrika sedangkan Amerika Selatan melepaskan diri dari
Antartika dan Australia. Zaman ini merupakan Zaman yang
paling menarik anak-anak setelah difilmkannya Jurrasic Park.
11. Zaman Kapur (140 - 65 juta tahun lalu)
Banyak dinosaurus raksasa dan reptilia terbang hidup pada
zaman ini. Mamalia berari-ari muncul pertama kalinya. Pada
akhir zaman ini Dinosaurus, Ichtiyosaurus, Pterosaurus,
Plesiosaurus, Amonit dan Belemnit punah. Mamalia dan
tumbuhan berbunga mulai berkembang menjadi banyak
bentuk yang berlainan. Iklim sedang mulai muncul. India
terlepas jauh dari Afrika menuju Asia. Zaman ini adalah
Zaman akhir dari kehidupan biantang-binatang raksasa.
12. Zaman Tersier (65 – 1,7 juta tahun lalu)
Pada zaman tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan
seperti munculnya primata dan burung tak bergigi berukuran
besar yang menyerupai burung unta, sedangkan fauna laut
sepert ikan, moluska dan echinodermata sangat mirip dengan
fauna laut yang hidup sekarang. Tumbuhan berbunga pada
zaman Tersier terus berevolusi menghasilkan banyak variasi
tumbuhan, seperti semak belukar, tumbuhan merambat dan
rumput. Pada zaman Tersier – Kuarter, pemunculan dan
kepunahan hewan dan tumbuhan saling berganti seiring
dengan perubahan cuaca secara global.
13. Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu – sekarang)
Zaman Kuarter terdiri dari kala Plistosen dan Kala Holosen.
Kala Plistosen mulai sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan
berakhir pada 10.000 tahun yang lalu. Kemudian diikuti oleh
27
Kala Holosen yang berlangsung sampai sekarang. Pada Kala
Plistosen paling sedikit terjadi 5 kali Zaman es (Zaman
glasial). Pada Zaman glasial sebagian besar Eropa, Amerika
utara dan Asia bagian utara ditutupi es, begitu pula
Pegunungan Alpen, Pegunungan Cherpatia dan Pegunungan
Himalaya Di antara 4 Zaman es ini terdapat Zaman Intra
Glasial, dimana iklim bumi lebih hangat. Manusia purba
jawa (Homo erectus yang dulu disebut Pithecanthropus
erectus) muncul pada Kala Plistosen. Manusia Modern yang
mempunyai peradaban baru muncul pada Kala Holosen.
Flora dan fauna yang hidup pada Kala Plistosen sangat mirip
dengan flora dan fauna yang hidup sekarang.
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Museum Geologi Bandung
Keberadaan Museum Geologi sangat erat kaitannya dengan sejarah
penyelidikan geologi di Indonesia yang telah dimulai sejak tahun 1850-an.
Pada saat itu, lembaga yang mengkoordinasikan penyelidikan geologi adalah
“Dienst van het Mijnwezen”. Museum Geologi diresmikan pada 16 Mei 1929,
bertepatan dengan pembukaan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-IV yang
diselenggarakan di Institut Teknologi Bandung. Gedung ini berfungsi sebagai
perkantoran yang dilengkapi dengan saran perkantoran yang dilengkapi
dengan sarana laboratorium geologi dan museum untuk menyimpan dan
memperagakan hasil survei geologi.
Sejalan dengan dinamika sejarah, secara kelembagaan Museum Geologi terus
mengalami perubahan. Pada zaman pemerintahan Belanda (1929-1941),
Museum Geologi disebut Geologisch Laboratorium dan merupakan unit
kerja dari “Dienst van het Mijnwezen” yang berganti nama menjadi “Dienst
van den Mijnbouw”.
Kemudian pada Zaman pendudukan Jepang (1942-1945). “Dienst van den
Mijnbouw” diganti namanya menjadi “Kogyoo Zimusho” yang kemudian
28
berganti nama menjadi “Tisitutyosazyo” dimana Museum Geologi sebagai
bagian dari Laboratorium Paleontologi dan Kimia.
Setelah Indonesia merdeka pada 1945, pengelolaan Museum Geologi berada
di bawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG, 1945-1950) institusi
ini berganti nama menjadi Djawatan Pertambangan Republik Indonesia
(1950-1952), berganti nama lagi menjadi Djawatan Geologi (1952-1956),
Pusat Djawatan Geologi (1956-1957), Djawatan Geologi (1957-1963),
Direktorat Geologi (1963-1978), Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi (1978-2002). Pada 2003 Museum Geologi menjadi Unit Pelaksana
Teknis Museum Geologi (UPT MG), di bawah Pusat Survei Geologi, Badan
Geologi, Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral. Pada 2013,
berdasarkan Permen ESDM No. 12 Tahun 2013, Museum Geologi menjadi
Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi (UPT MG), dibawah Badan
Geologi, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral.
Salah satu tugas fungsi Badan Geologi, Kementrian Energi dan Sumber Daya
Mineral (KESDM) adalah menyebarluaskan informasi kegeologian kepada
seluruh lapisan masyarakat, oleh karean itu dibangunlah beberapa museum
kegeologian di beberapa daerah dalam era kemerdekaan ini setelah
keberadaan Museum Geologi di Bandung sejak 16 Mei 1929.
Museum-museum kegeologian yang dikelola dan dipelihara oleh Badan
Geologi, KESDM :
• Museum Geologi di Bandung, Jawa Barat
• Museum Kars Indonesia di Wonogiri, Jawa Tengah
• Museum Gunungapi Batur di Bangli, Bali
• Museum Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta
• Museum Tsunami di Banda Aceh, Aceh
(Dua buah Museum di bawah KESDM, namun di luar Badan Geologi adalah
Museum Minyak dan Gas Bumi “Gawitra”, dan Museum Listrik dan Energi
Baru, di TMII, Jakarta).
29
Salah satu tujuan didirikannya Museum Kegeologian adalah untuk
memasyarakatkan geologi. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di bidan dilmu kebumian, serta banyakanya fenomena geologi
yang terjadi, Museum Kegeologian di Indonesia mulai bermunculan dengan
tema yang sesuai dengan potensi geologi dan potensi kebencanaan serta
fenomena geologi yang terjadi serta kebutuhan informasi bagi masyarakat.
• Geopark adalah konsep pengembangan kawasan berbasis
pemanfaatan potensi geodiversity secara terintegrasi dengan
biodiversity dan cultural diversity dengan menerapkan prinsip
konservasi yang disinergikan dengan rencana tata ruang.
• Geotourism adalah konsep pengembangan wisata minat khusus
dengan memanfaatkan informasi geologi populer untuk menjelaskan
keindahan, keunikan dan kelangkaan objek-objek geodiversity.
• Ecotourism adalah konsep pengembangan wisata alam dan budaya
berbasis komunitas lokal (community-based tourism) yang
diselenggarakan sesuai standar tertentu dengan memanfaatkan aspek
biodiversity, cultural diversity dan geodiversity.
• Geosite adalah situs geologi yang terbentuk secara alami dan
mengandung komponen keragaman geologi tertentu yang unik,
langka dan bernilai keilmuan tinggi.
• Geotope adalah objek atau bagian tertentu yang terbentuk secara
alami di permukaan bumi yang memiliki ciri geologi dan
geomorfologi bersifat luar biasa (outstanding) sehingga perlu
dilindungi dari pengaruh-pengaruh kegiatan manusia (anthropogenic)
yang dapat merusak keberadaannya.
• Geoheritage adalah warisan geologi yang terbentuk secara alami dan
memiliki nilai tinggi karena mempresentasikan rekaman proses
geologi yang saling berhubungan sehingga secara keilmuan
merupakan bagian penting dari sejarah dinamika bumi.
30
2.2.1.1 Informasi Umum Geologi Bandung
Lokasi : Jl. Diponegoro No. 57 Kelurahan
Cihaurgeulis, Kec. Cibeunying Kaler
Bandung 40122.
Biaya Tiket : Mahasiswa / Pelajar Rp 2.000,-
Umum Rp 3.000,-
Asing / Pelajar Asing Rp 10.000,-
Jam Operasional : Senin – Kamis (08.00 – 16.00 WIB)
Sabtu – Minggu (08.00 – 14.00 WIB)
Telp : 022-7213822
Fax : 022-7213934
Email : [email protected]
Ketinggian : 703 m dpl
Koleksi museum : 250.000 batuan dan mineral, 65.000
fosil
Koleksi yang : 250.000 mineral, batuan dan fosil
dipamerkan
2.2.1.2 Visi dan Misi Museum Geologi Bandung
Visi
Mewujudkan sumber informasi berupa dokumentasi koleksi
dan warisan geologi Indonesia yang profesional untuk
masyarakat.
Misi
1. Memperagakan dan mengkomunikasikan koleksi museum
2. Menyediakan informasi dan materi edukasi geologi
3. Mengdokumentasikan dan mngkonservasi koleksi museum
4. Melakukan penelitian koleksi dan pengembangan museum
5. Melakukan pameran museum dan geologi
6. Melakukan penyuluhan serta sosialisasi geologi
7. Melakukan kerja sama dengan instansi dan sekolah-sekolah
31
8. Melakukan pengelolaan museum secara profesional serta
memberikan jasa permuseuman
2.2.1.3 Data Pengunjung Museum Geologi Bandung (2004 – 2014)
Tahun Jumlah Kunjungan Total
Pelajar Umum Asing
2004 91.171 10.217 1.341 102.729
2005 137.053 14.114 1.573 152.740
2006 189.566 20.304 1.724 211.594
2007 244.674 44.410 2.846 291.930
2008 241.849 45.174 2.391 289.414
2009 269.940 54.003 2.250 326.193
2010 339.066 58.088 3.572 400.726
2011 386.069 52.064 3.211 441.344
2012 456.522 334.526 3.859 794.907
2013 463.782 45.557 3.516 512.855
2014 491.516 46.700 3.476 541.702
Dari data tabel diatas dapat disimpulkan persentase pengunjung di Museum
Geologi Bandung adalah 84% pelajar (SD tingkat 5- SMA tingkat 3,
mahasiswa), 14,5% umum, dan 1,5 wisatawan asing.
2.2.1.4 Layanan Museum Geologi Bandung
2.2.1.4.1 Ruang Peragaan
1. Peragaan Sejarah Kehidupan
Ruang Sejarah Kehidupan menggambarkan
perkembangan kehidupan di muka bumi yang dimulai
sejak kelahiran bumi 4,6 milyar tahun lalu,
Tabel 2.1 Tabel Data Pengunjung Museum Geologi Bandung (2010-2014)
Tabel 2.1 Tabel Data Pengunjung Museum Geologi Bandung (2010-2014)
32
terbentuknya litosfer, atmosfer dan hidrosfer sekitar 3,8
milyar tahun lalu, munculnya kehidupan awal berupa
mikro-organisme sejenis ganggang & bakteri sekitar
3,5 milyar tahun lalu yang diwaliki oleh fosil tertua,
yaitu Stromatolit. Kemudian ditampilkan juga
perkembangan kehidupan dari zaman ke zaman, mulai
dari kehidupan di dalam air hingga migrasi ke darat,
mulai dari organisme bersel satu hingga organisme
bersel banyak, mulai dari hewan invertebrata hingga
vertebrata, mulai dari tumbuhan paku hingga tumbuhan
berbunga. Kemudian dilanjutkan dengan kehidupan
dari zaman ke zaman sejak masa Prakambrium hingga
masa sekarang. Bagian ini diakhiri dengan sejarah
geologi Bandung yang mengisahkan terbentuknya
danau Bandung purba (Situ Hiang) dan berbagai fosil
yang ditemukan di wilayah Bandung.
Pada peragaan ini juga tersedia ruang khusus yang
memajang berbagai replika fosil manusia purba di
dunia dan fosil manusia purba Indonesia seperti Homo
erectus yang dikenal di seluruh dunia dengan sebutan
Java Man.
2. Peragaan Geologi Indonesia
Peragaan ini diawali dengan proses pembentukan bumi
dalam tata surya keluarga matahari. Di sini ditampilkan
koleksi meteorit dan tektit. Selanjutnya digambarkan
tentang perkembangan kepulauan Indonesia sejak 50
juta tahun lalu hingga kondisinya sekarang menurut
teori tektonik lempeng terkait dengan keberadaan
kepulauan Indonesia diantara 3 lempeng tektonik :
Eurasia, Pasifik dan Indo-Australia yang menyebabkan
terjadinya berbagai fenomena geologi seperti
gempabumi, tsunami dan aktivitas gunungapi. Pada
peragaan ini juga menampilkan berbagai jenis dan
33
klasifikasi mineral maupun batuan beserta cara
mengenalnya.
3. Peragaan Sumber Daya Geologi
Mengupas berbagai jenis potensi sumber daya mineral
dan energi serta air tanah yang sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Sumber daya mineral meliputi
berbagai jenis mineral logam dan non-logam, termasuk
di dalamnya batu mulia. Sumber daya energi meliputi
energi konvensional seperti minyak bumi, gas bumi
dan batubara serta energi alternatif seperti panas bumi.
Sumber daya air khususnya air tanah merupakan
potensi yang sangat dibutuhkan bagi kelangsungan
hidup manusia.
4. Peragaan Manfaat dan Bencana Geologi dalam
Kehidupan Manusia
Pada baigan peragaan ini tedapat berbagai sejarah
bencana geologi yang pernah terjadi di Indonesia yang
mempengaruhi kehidupan manusia, pengunjung juga
diberkan edukasi melalui simulasi-simulasi bencana
alam yang dapat merangsang otak kita ketika terjadi
bencana alam.
2.2.1.4.2 Outdoor Exhibition
Di beberapa sudut strategis di luar Museum Geologi
terpajang koleksi batuan dan fosil kayu. Koleksi batuan
berupa bongkah batu gamping merah dan rijang dari
Karangsambung yang merupakan penciri endapan laut
dalam. Koleksi fosil kayu langka yang didatangkan dari
Sukabumi dan Banten dipajang sebagai ornamen dan
penciri Museum Geologi.
34
Juga terdapat sarana bermain untuk anak-anak berupa
kolam pasir yang diisi replika fosil vertebrata sebagai
ajang pengenalan interaktif kegiatan pencarian dan
rekonstruksi fosil.
2.2.1.4.3 Toko Cinderamata & Kafetaria
Menyediakan aneka cinderamata berupa bantuan &
fosil, buku & CD pengetahuan geologi, kit edukasi
seperti batuan untuk pembelajaran siswa, peralatan
geologi sepert palu, kompas, komparator, dll
2.2.1.4.4 Auditorium & Ruang Edukasi
Saran untuk pemutaran film, seminar, ceramah,
sosialisasi, dll
2.2.1.4.5 Guide / Private Tour
Untuk melakukan tur keliling museum dengan bantuan
guide, dapat melakukan reservasi pada meja
resepsionis.
2.2.1.4.6 Kunjungan Sekolah & Rombongan
Museum menerima kunjungan sekolah atau rombongan
secara khusus, juga menawarkan program khusus
berupa materi pendidikan yang menarik bagi anak-
anak.
35
2.2.1.5 Struktur Organisasi Museum Geologi Bandung
Struktur Organsisasi Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi :
Kepala Museum Geologi
Kepala Sub Bagian Tata
Usaha
- Perencana Pertama Aspirasi
- Pertama Analis Kepegawaian Pertama
- Penyusun Rencana Pranata Komputer
- Pertama Pranata Komputer Pelaksana
- Lanjutan Pengadministrasi Keuangan
- Pengelola Barang Milik Negara
- Pengelola Perbendaharaan
- Pengadministrasi Umum
- Pengadministrasi
- Kepegawaian
- Bendahara
Kepala Seksi
Peragaan
Kepala Seksi
Edukasi dan
Informasi
Kepala Seksi
Dokumentasi dan
Konservasi
- Kurator Museum
- Surveyor Pemetaan Pelaksana
- Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan
- Teknisi Litkayasa Pelaksana
- Teknisi Survei
- Pengadministrasi Data
- Kurator Museum
- Pemandu Museum
- Pengadministrasi Data
- Kurator Museum
- Pemandu Museum
- Pengadministrasi Data
- Peneliti Madya
- Peneliti Pertama
- Peneliti Muda
- Penyelidik Bumi Madya
- Penyelidik Bumi Muda
- Penyelidik Bumi Pertama
- Perekayasa Utama
- Perekayasa Madya
Diagram 2.1 Struktur Organisasi Museum Geologi Bandung
(Sumber : Museum Geologi Bandung, 2014)
36
2.2.1.6 Pembagian Ruang Museum Geologi Bandung
1. Resepsionis
2. Ruang Orientasi
3. Ruang Peragaan
4. Auditorium
5. Toilet Umum
6. Toilet Staff
7. Klinik
8. Perpustakaan
9. Ruang Humas
10. Ruang Pemandu
11. Ruang Audio Visual
12. Ruang Dokumentasi
13. Ruang Koleksi 1, 2, 3, & 4
14. Ruang Pendataan
15. Ruang Penelitian & Pengambilan Sample
16. Ruang Fosil
2.2.1.7 Wawancara dengan Bapak Erwan
Wawancara diadakan pada hari Senin tanggal 09 Februari
2015, di Gedung Museum Geologi, Bandung bersama dengan salah
satu staff bagian informasi, Bapak Erwan Setiawan S,Pd. Bapak Erwan
merupakan salah satu dari sepuluh staff yang bertugas memberikan
informasi tentang Museum Geologi dimulai dari sejarah, konsep hingga
susunan museum. Bapak Erwan menjelaskana Museum Geologi
memiliki simbol geologi yang mempresentasikan udara, air, api dan
tanah. Museum Geologi merupakan peninggalan nasional dan berada di
bawah perlindungan pemerintah. Museum ini menyimpan dan
mengelola materi geologi yang berlimpah, seperti fosil, batuan,
mineral, yang dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia sejak
1850. Menurut Bapak Erwan, Museum Geologi adalah sebuah
peninggalan bersejarah yang harus dilestarikan, namun dibutuhkan juga
sebua “gebrakan” inovasi dalam beberapa aspek, seperti misalnya
37
aspek komunukasi kepada masyarakat. Penulis pun diberikan beberapa
brosur tentang Museum Geologi dengan desain yang sangat terbatas,
beliau memberitahukan bahwa hal-hal seperti inilah yang harus
diperhatikan dan dikembangkan. Perhatian dari pemerintah pun
dirasakan kurang, anggaran yang terlambat menyebabkan terhambatnya
perkembangan fasilitas dan interior museum.
Ketika ditanyakan mengenai data pengunjung, beliau mengatakan
bahwa museum hanya akan banyak pengunjung dan wisatawan asing
pada akhir pekan, pada hari biasa dipenuhi dengan rombongan anak-
anak sekolahan. Salah satu kendala yang dialami oleh Museum Geologi
adalah kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia), sehingga ketika
banyaknya rombongan yang datang, para staff pemandu mengalami
kewalahan, padahal peran seorang pemandu atau yang bisa disebut juga
sebagai “tour guide” museum sangatlah penting dalam kelangsungan
perjalanan dan penyampaian informasi di dalam museum. “Saya
pengen banget museum kita ini memiliki inovasi baru. Seperti misalnya
desain brosur, interior dan teknologi yang mendukung. Kayak buku
katalog ini, menurut saya merupakan langkah pertama dari gebrakan
inovasi. Kalau desain museumnya bagus, pasti turis – turis dari
mancanegara akan sadar akan keberadaan museum di Indonesia. Juga
pengen meng-impulse generasi muda untuk datang ke tempat kami jika
mereka bosan dengan mall atau tempat rekreasi lainnya.”- Bapak
Erwan Setiawan S,Pd.
2.2.1.8 Wawancara dengan Bapak Danang
Wawancara kedua dilakukan oleh penulis pada tanggal 9
Maret 2015 di Museum Geologi Bandung, kali ini penulis melakukan
wawancara berasama Bapak Danang untuk mendapatkan informasi dan
data yang lebih detail dari Museum Geologi. Bapak Danang sendiri
bekerja di bagian pemandu dan seksi peragaan. Beliau menjelaskan
bahwa Museum Geologi sedang dalam tahap perkembangan desain
interior ke arah yang lebih modern dan di dukung dengan teknologi
yang dapat membantu dan meningkatkan pengalaman pengunjung.Saat
38
melakukan kunjungan, museum sedang kedatangan dari rombongan
pelajar tingkat SMP dan SD yang berjumlah sekitar 3800 pelajar. Dari
jumlah pengunjung yang ada beliau mengakui pihak museum
kewalahan dalam mennampung dan mengurus rombongan, ruang
peragaan hanya dapat menampung 200 orang dalam keadaan padat,
dimana standar museum seharusnya menampung 50-100 orang
maksimal. Auditorium dengan kapasitas 200 orang pun terkadang harus
dipaksa hingga 250 orang dimana 50 orang tidak mendapatkan kursi
(lesehan). Untuk menjaga kualitas museum, koleksi-koleksi museum
dibersihkan setiap hari Jumat dan untuk koleksi hasil laboratiurm
dibersihakan sebulan sekali secara rutin. Suhu ruangan yang dianjurkan
untuk bebatuan dan fosil yang dipamerkan adalah 24°C – 26°C. Dalam
pemindahan benda koleksi seperti kerangka dinosaurus harus di
pindahkan dalam keadaan terpisah dan disusun kembali di ruang
peragaan, benda koleksi juga harus dicatat apa, siapa kapan barang itu
dipindahakan.
Setelah itu penulis pun bertanya mengenai kekurangan apa saja yang
dialami pihak museum dan museum itu sendiri. Salah satu perhatian
paling besar adalah pada keamanan koleksi dan pengunjung,
dikarenakan tidak semua koleksi berat dapat dijaga secara utuh oleh
para pemandu, masih banyak anak-anak maupun orang dewasa yang
berusaha untuk menerobos batas aman koleksi untuk sekedar
menyentuh benda koleksi. Selain itu juga museum geologi masih
kebingungan dalam menentukan maskot mereka, untuk sementara
pihak museum masih menggunakan Gajah Blora (Elephas
hysudrindricus) sebagai maskot. Dan juga dengan sumber daya
manusia yang sedikit, para staff museum pun sangat berharap adanya
tambahan SDM ataupun bantuan teknologi yang dapat memudahkan
pengawasan dan kelancaran dalam memandu. Setalah wawancara,
beliau pun mengajak penulis untuk melakukan observasi dan
pengambilan foto-foto.
39
2.2.1.9 Observasi
Pengamatan langsung atau survei lapangan dilakukan
langsung oleh penulis di Museum Geologi, Bandung. Bangunan
museum terlihat terawat dan dikelilingi oleh perpohonan dan taman di
sekitarnya. Lapangan parkir yang tersedia pun cukup luas sehingga
pengunjung tidak kewalahan ketika berkunjung ke sini. Ketika mulai
memasuki museum, kita diharuskan membeli tiket terlebih dahulu di
ruang cinderamata / souvenir, lalu dilanjutkan ke bagian resepsionis
untuk melakukan penitipan barang. Di dalam museum kita disambut
oleh para pemandu yang ramah dan sebuah artefak tulang Gajah Purba,
di setiap bagian gedung diberi signage sebagai petunjuk arah bagi
pengunjung, juga terdapat banyak spanduk acara, standing banner yang
terlihat sedikit berantakan. Penulis pun memulai tur museum dari
peraga Sejarah Kehidupan yang berisi tentang gambaran perkembangan
kehidupan di muka bumi dan terdapat juga kerangka Tyrannosaurus
(T.rex) yang megah, di peragaan ini juga terdapat ruangan khusus yang
menceritakan tentang manusia purba dan juga menampilkan tengkorak
manusia purba. Di peragaan lantai 1 museum geologi terlihat kuno dan
penjelasan barang-barang museum sudah ada yang mulai tidak terbaca.
Pencahayaan pada ruangan ini juga tidak konsisten, dan juga gabungan
desain yang kurang sesuai.Di lantai 2 suasana museum jauh berbeda
dibanding lantai 1, di sini pengunjung di manjakan dengan teknologi
dan desain yang lebih modern dan sangat menarik perhatian, namun
penulis mendapatkan penjelasan barang yang tercantaum atau digrafir
di kaca sulit dibaca oleh pengunjung museum, alat-alat simulasi pun
masih dalam tahap perbaikan yang tak kunjung selesai. Secara
keseluruhan museum geologi tergolong museum yang memeliki tata
letak dan sirkulasi yang rapi dan bersih, hampir tidak ditemukan
pendingin ruangan (AC) di ruang peragaan dikarenakan suhu di kota
Bandung sudah mendukung barang koleksi.
40
Berikut beberapa foto hasil observasi penulis di Museum Geologi,
Bandung :
Gambar 2.5 Ruang Dokumentasi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.1 Barang Koleksi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.2 Barang Koleksi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.3 Barang Koleksi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.4 Barang Koleski
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.6 Dokumentasi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.7 Ruang Kerja
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.8 Ruang Kerja
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.9 Sample
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.10Hasil Penemuan
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.11 Penelitian
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.12 Peneltian
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
41
Gambar 2.13 Signage
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.14 Auditorium
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.15 Signage
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.16 Hall
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.17 Pameran
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.18 Pameran
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.19 Hall
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.20 Pameran
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.21 Informasi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.22 Aktivitas
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.23 Aktivitas
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.24 Aktivitas
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
42
2.2.2 Museum Nasional Indonesia
Penulis mengambil Museum Nasional Indonesia atau juga dikenal
dengan Museum Gajah sebagai studi banding untuk mencari kesamaan dan
perbedaan dalam museum ini dengan Museum Geologi.
Persaman yang dimiliki oleh Museum Geologi dengan Museum Nasional
adalah kedua museum memiliki sirkulasi bebas, juga terdapat koleksi
prasejarah dan arkeologi. Koleksi prasejarah dan arkeologi Museum Nasional
termasuk memukau. Di dalamnya terdapat tengkorak dan fosil masnuia
purba, kerangka manusia purba dalam makam, sisa-sia alat berburu dan
bekerja. Juga terdapat tengkorak manusia Sangiran, dan tengkorak manusia
Flores. Manusia Flores/Homo Floresiensis adalah fosil manusia yang kecil
atau katai. Rangka koleksi Museum Nasional ini adalah salah satu dari tujuh
rangka manusia Flores yang menghebohkan dunia. Rangka manusia Flores
ini ditengarai merupakan penghubung antara Homo Erectus termuda yang
berusia antara 200.000 sampai 100.000 tahun, dengan Homo Sapiens tertua
yang berusia antara 20.000 sampai 13.000 tahun. Secara kelengkapan koleksi,
Museum Geologi jelas memiliki koleksi yang lebih banyak, dan mendetail,
namun untuk tampilan barang koleksi, Museum Nasional masih terlihat lebih
bagus, jelas dan mudah dipahami.
Salah satu perbedaan kedua museum ini adalah pada lokasinya, dimana
Museum Nasional terletak di pusat Jakarta. Bangunan Museum Nasional
tampak bagusdan terawat, di dalamnya dipenuhi pencahayaan yang merata
dan maksimal, desain interior nya pun lebih modern dan didukung dengan
teknologi yang cukup membantu pengujung dalam memahami barang
koleksi. Dikarenakan kota Jakarta yang terbilang memiliki suhu dan
kelembaban yang tinggi, maka sangat dibutuhkan pendingin ruangan (AC)
yang dapat memanjakan ribuan pengunjung di Museum Nasional.
Museum Nasional dalam kaitannya dengan warisan budaya adalah lembaga,
tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda
bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna
43
menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa
Indonesia, Hingga saat ini koleksi yang dikelola berjumlah 140.000 benda,
berikut penulis akan menjelaskan beberapa koleksi dari total 7 jenis koleksi
(Koleksi Sejarah, Koleksi Geografi, Koleksi Prasejarah, Koleksi Keramik,
Koleksi Etnografi, Koleksi Arkeologi, Koleksi Numismatik & Koleksi
Heraldik) yaitu:
Koleksi Prasejarah di Museum Nasional merupakan suatu kurun waktu pada
saat manusia belum mengenal tulisan. Di Indonesia, masa Prasejarah dimulai
sejak keberadaan manusia sekitar 1,5 juta tahun yang lalu hingga dikenalnya
tradisi tulisan pada abad ke-5 Masehi, yaitu ketika ditemukannya prasasti
Yupa di Kutai, Kalimantan Timur. Peninggalannya berupa fosil, tulang-
belulang manusia dan binatang serta artefak, yaitu benda-benda yang pernah
dibuat manusia atau dipakai sebagai alat oleh manusia. Berdasarkan bahan
dasar pembuatan alat atau teknologinya, secara umum masa prasejarah dibagi
menjadi dua jaman, yaitu jaman batu dan jaman logam. Jaman batu
menghasilkan artefak paleolitik dan mesolitik (untuk berburu dan
mengumpulkan makanan) serta artefak neolitik (untuk bercocok tanam).
Sedangkan jaman logam (paleometalik) menghasilkan artefak perunggu dan
besi. Museum Nasional memiliki berbagai jenis koleksi Prasejarah berupa
replika tengkorak manusia purba, artefak paleolitik, mesolitik, neolitik dan
artefak logam (paleometalik) serta benda-benda yang berkaitan dengan
kepercayaan kepada nenek moyang. Koleksi-koleksi tersebut antara lain
berupa kapak genggam dari batu gamping kersikan, beliung-belincung dari
batu kalsedon, kalung manik-manik dari kaca serta kapak-kapak upacara
perunggu.
Koleksi Geografi Museum Nasional saat ini terdiri dari fosil, yaitu fosil
toxaster dan amonit yang berumur antara 75 - 135 juta tahun, koleksi batuan
antara lain batuan sedimen, dan metamorf. Berbagai jenis peta antara lain
peta tentang aneka budaya bangsa Indonesia, peta dunia pada sekitar abad ke-
15 - 17 Masehi, peta Indonesia abad ke-16 Masehi, peta perkembangan kota
Batavia abad ke-16 - 18 Masehi, dan lain-lain. Di samping itu ada pula
koleksi berbagai perlengkapan navigasi seperti kompas, kronometer, sextan,
44
dan lain-lain, beserta beberapa miniatur kapal, yaitu Phinisi, Lete, Nade, dan
Bali.
2.2.2.1 Informasi Umum Museum Nasional Indonesia
Lokasi : Jl. Medan Merdeka Barat No. 12, Jakarta
Pusat, DKI Jakarta, 10110
Biaya Tiket : Pengunjung Perorangan
(Dewasa Rp 5.000,- ; Anak-anak Rp 2.000,-)
Pengunjung Rombongan min 20 orang
(Dewasa Rp 3.000,- ; Anak-anak Rp 1.000,-)
Asing/Pelajar Asing Rp 10.000,-
Jam Operasional : Selasa – Jumat (08.00 – 16.00 WIB)
Sabtu – Minggu (08.00 – 17.00 WIB)
Telp : 021-3868172 & 021-3447778
Fax : 021-3811076
Email : [email protected]
Koleksi museum : mencapai 140.000 koleksi
2.2.2.2 Pembagian Ruang Museum Nasional Indonesia
1. Loket
2. Ruang Rotunda
3. Ruang Etnografi (Sumatra – Papua)
4. Taman Arkeologi
5. Ruang Prasejarah
6. Ruang Perunggu
7. Ruang Rumah Adat
8. Ruang Auditorium
9. Ruang Staff
10. Ruang Tekstil
11. Ruang Keramik
12. Ruang Manusia & Lingkungan
13. Ruang Ilmu Pengetahuan & Teknologi
14. Ruang Organisasi Sosial & Pola Pemukiman
15. Ruang Khasanah Emas & Mekanik
45
46
2.2.2.3 Struktur Organisasi Museum Nasional Indonesia
Kepala Museum
Bagian Tata Usaha
Perencanaan & Tata
Letak Usaha
Keuangan &
Kepegawaian
Bagian Rumah Tangga
Bidang Pengkajian &
Pengumpulan
Seksi Identifikasi &
Klasifikasi
Seksi Pencarian &
Pengumpulan
Seksi Katalogisasi
Bidang Perawatan &
Pengawetan
Seksi Observasi
Seksi Perawatan
Seksi Pengawetan
Bidang Penyajian &
Publikasi
Seksi Peracangan
Seksi Penyajian
Seksi Publikasi
Bidang Kemitraan &
Promosi
Seksi Layanan &
Edukasi
Seksi Kemitraan
Seksi Promosi
Bidang Registrasi &
Dokumentasi
Seksi Registrasi
Seksi Dokumenasi
Seksi Perpustakaan
Diagram 2.2 Struktur Organisasi Museum Nasional
(sumber : Museum Nasional Indonesia, 2014)
47
Berikut beberapa foto hasil observasi penulis di Museum Nasional, Jakarta :
Gambar 2.25 T. Arkeologi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.26 Koleksi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.27 Informasi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.28 Koleksi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.29 Manusia Purba
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.30 Ceiling
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.31 Informasi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.32 Java Man
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.33 Koleksi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.34 Pencahyaan
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.35 R. Pameran
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.36 Informasi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
48
Gambar 2.37 Ikon Museum
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.38 Koleksi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.39 Koleksi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.40 Koleksi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.41 Koleksi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.42 Koleksi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.43 Koleksi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.44 Signage
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.45 Signage
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.46 Koleksi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.47 Informasi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.48 Koleksi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
49
2.2.3 Museum Bank Indonesia
Penulis mengambil Museum Bank Indonesia untuk mempelajari
sirkulasi dan suasana yang diciptakan oleh Museum BI.
Sirkulasi Musem Bank Indonesia adalah sirkulasi terarah (direct plan)
dengan story-telling bertahap yang menurut penulis sangatlah tertata dan
mudah dipahamai oleh pengunjung. Museum BI memberikan pengalaman
kepada pengunjung dengan suasana yang dramatis, namun ketika sudah
terbiasa pengunjung akan dimanjakan dengan suasana museum yang cozy,
pengalaman yang didapat penulis sendiri ketika mengunjungi museum BI
adalah kita di arahakan sepenuhnya dengan jalan cerita museum, namun tetap
merasa bebas dan nyaman dikarenakan suasan ruangan yang tidak terlalu
terang dan pencahayaan fokus membuat penulis nyaman dan fokus.
Namun yang menjadi permasalahan dalam museum BI ini adalah ketika
museum ramai akan pengunjung, dikarenakan sirkulasi yang harus terus
berjalan searah maka kita diharuskan untuk tetap bergerak maju meskipun
kita belum selesai membaca dan memahami sejarah yang disajikan. Dalam
sekali tur, museum BI dapat menampung 200 orang yang dibagi dalam 4
kelompok.
Untuk akustik pada museum BI sendiri hampir berbeda pada tiap bagian,
pada bagian depan kita akan mendengakan lagu-lagu proklamasi dan juga
adiiringi dengan suara-suara pejuang. Pada bagian krisis moneter 1998,
akustik ruangan menjadi lebih dramatis untuk menciptakan suasana yang
mirip pada tahun 1998 di Indonesia. Dan pada bagian akhir museum pun kita
diiringi dengan musik yang slow yang menceritakan berakhirnya krisis
moneter & kebangkitan kembali Indonesia untuk menjadi negara yang lebih
baik lagi.
50
Berikut beberapa foto hasil observasi penulis di Museum Bank Indonesia, Jakarta :
Gambar 2.49 Museum BI
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.50 Auditorium
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.51 Teknologi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.52 Biografi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.53 Informasi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.54 Informasi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.55 Sejarah
(Sumber : Jeffrey Riady)
Gambar 2.56 Timeline
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.57 Dekoratif
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.58 Informasi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.59 Koleksi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
Gambar 2.60 Teknologi
(Sumber : Jeffrey R, 2015)
51
2.2.4 UW-Madison Geology Museum
UW- Madison Geology Museum (UWGM) adalah museum geologi
dan paleontologi di gedung barat Universitas Wisconsin-Madison. Fokus
utama dari museum adalah mengadakan pameran, sosialisasi kepada
masyarakat dan penelitian. Museum ini menduduki posisi kedua dengan
kunjungan terbanyak, di posisi pertama ada Chazen Museum of Art. Tiket
masuk UWGM tidak dikenakan biaya.
Terdapat lebih dari 1000 koleksi yang diapajang pada 66 kotak pameran
dengan luas bangunan mencapai 280m2. Museum ini memamerkan batuan
dan mineral, fosil ikan, invertebrata dan vertebrata, juga terdapat gletser,
meteorit dan tanaman fosil.
Berikut beberapa pameran di museum ini adalah :
1. Batu dan Mineral
Bagian depan museum menyambut pengunjung dengan ratusan contoh
batuan dan mineral. Mineral yang dipamerkan disusun berdasarkan
kriteria masing-masing. Spesimen yang dipamerkan dari tiga jenis batu
Gambar 2.61 UW-Madison Geology Museum
(Sumber : chungenliu.blogspot, 2013)
52
masing-masing memiliki perbedaan karakteristik antara sedimen,
metamorf dan batuan beku. Di dalam ruangan ini juga pengunjung bisa
menyentuh sepotong tembaga besar (589kg).
2. Meteorit
Pada bagian pintu masuk dipamerkan berbagai meteorit, termasuk
meteorit Trenton (1858), meteroit Algoma (1887) dan meteorit Kilborn
(1916). Kedua batu dan besi meteorit juga dipamerkan, termasuk
spesimen dari Argentina, Namibia dan sebuah bongkahan meteorit
(136kg) Canyon Diablo dari Holbrook, Arizona (25.000 – 50.000 tahun
yang lalu).
3. Fluoresecent Display
Di bagian museum terdapat bagian Black Light Display, batuan dan
mineral tampak normal namun ketika diberi sinar ultraviolet, batuan
akan memberikan percikan warna-warna cerah yang biasa disebut
fluoresensi.
Umumnya fluoresensi disebabkan oleh adanya aktivator dalam mineral.
Aktivator merupakan unsur kimia yang mempengaruhi struktur kristal
normal mineral itu. Di ruangan ini, penunjung yang memakai pakaian
putih juga akan berubah warna karena efek dari deterjen yang kita
pakai.
4. Fosil
Sekitar 2/3 bagian museum dikhususkan untuk invertebrata, vertebrata,
tanaman dan jejak-jejak fosil. Terdapat kerang Cephalodopa dengan
panjang 10-kaki.
5. Dinosaurus
Ruang vertebrata juga dipamerkan berbagai jenis dinosaurus, termasuk
kerangka Edmontosaurus yang mencapai 10m, tengkorak kepala dari
Tyrannosaurus rex, Triceratops dan Pachycephalosaurus.
Di dalam museum juga terdapat sebuah jendela besar yang dapat
melihat ke dalam Prep Lab dimana dinosaurus dan fosil-fosil yang
baru ditemukan dibersihkan.
53
54