bab 2 konsep pengupahan dalam hukum positif dan hukum islamrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/bab...

36
21 Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum Positif Gaji merupakan balas jasa yang dibayarkan kepada pemimpin-pemimpin, pengawas- pengawas, pegawai tata usaha, dan pegawai kantor serta para manajer lainnya. Jumlah pembayaran gaji biasanya ditetapkan secara bulanan. Gaji umumnya tingkatannya dianggap lebih tinggi daripada pembayaran-pembayaran kepada pekerja-pekerja upahan, walaupun kenyataannya sering tidak demikian. Seorang pegawai atau karyawan diberitahu bagaimana harus melakukan pekerjaannya, berada di bawah perintah dan harus mengikuti petunjuk-petunjuk pemberi kerja mengenai pelaksanaan pekerjaan itu. Atas pekerjaannya itu pegawai atau karyawan diberikan imbalan yang disebut gaji. Upah adalah penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada penerima kerja termasuk tunjangan, baik untuk pekerja sendiri maupun keluarganya. Upah biasanya diberikan kepada pekerja yang melakukan pekerjaan kasar dan lebih banyak mengandalkan kekuatan fisik. Jumlah pembayaran upah biasanya ditetapkan secara harian atau berdasar unit pekerjaaan yang diselesaikan. Upah/gaji pokok merupakan jumlah imalan yang dianggap layak bagi seorang pegawai/karyawan untuk memenuhi penghidupan selama satu bulan (Winarni dan Sugiyarso 2006, hal.10) Definisi lain menyatakan bahwa istilah (wage) dan gaji (salary) menggambarkan banyaknya variasi dalam metode pembayaran. Dalam penggunaan yang sudah umum, upah adalah pembayaran yang diberikan kepada karyawan produksi dengan dasar lamanya jam kerja. Gaji adalah pembayaran yang diberikan kepada pegawai tata usaha,

Upload: others

Post on 12-Nov-2020

18 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

21

Bab 2

KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF

DAN HUKUM ISLAM

Upah Berdasarkan Hukum Positif

Gaji merupakan balas jasa yang dibayarkan kepada pemimpin-pemimpin, pengawas-

pengawas, pegawai tata usaha, dan pegawai kantor serta para manajer lainnya. Jumlah

pembayaran gaji biasanya ditetapkan secara bulanan. Gaji umumnya tingkatannya

dianggap lebih tinggi daripada pembayaran-pembayaran kepada pekerja-pekerja

upahan, walaupun kenyataannya sering tidak demikian.

Seorang pegawai atau karyawan diberitahu bagaimana harus melakukan

pekerjaannya, berada di bawah perintah dan harus mengikuti petunjuk-petunjuk pemberi

kerja mengenai pelaksanaan pekerjaan itu. Atas pekerjaannya itu pegawai atau

karyawan diberikan imbalan yang disebut gaji.

Upah adalah penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada penerima

kerja termasuk tunjangan, baik untuk pekerja sendiri maupun keluarganya. Upah

biasanya diberikan kepada pekerja yang melakukan pekerjaan kasar dan lebih banyak

mengandalkan kekuatan fisik. Jumlah pembayaran upah biasanya ditetapkan secara

harian atau berdasar unit pekerjaaan yang diselesaikan. Upah/gaji pokok merupakan

jumlah imalan yang dianggap layak bagi seorang pegawai/karyawan untuk memenuhi

penghidupan selama satu bulan (Winarni dan Sugiyarso 2006, hal.10)

Definisi lain menyatakan bahwa istilah (wage) dan gaji (salary) menggambarkan

banyaknya variasi dalam metode pembayaran. Dalam penggunaan yang sudah umum,

upah adalah pembayaran yang diberikan kepada karyawan produksi dengan dasar

lamanya jam kerja. Gaji adalah pembayaran yang diberikan kepada pegawai tata usaha,

Page 2: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

22

pengawas, dan manajerial. Upah dibayarkan kepada mereka yang biasanya tidak

mempunyai jaminan pekerjaan secara terus menerus sepanjang minggu, bulan, atau

tahun. Gaji adalah imbalan jasa yang dibayarkan atau diperhitungkan secara bulanan

atau tahunan. (Moekijat 2007, hal 6). Perbedaan ini tidak mutlak dalam tahun-tahun

belakangan ini beberapa perusahaan memberikan gaji kepada pegawa-pegawai tetap

atau pegawai-pegawai yang tidak dalam percobaan. Pendapatan adalah upah yang

sebenarnya dikurangi dengan lembur, uang jasa, komisi dan faktor-faktor lainnya.

Upah riil (real wage) menunjukkan daya beli dari pembayaran berupa uang.

Upah riil dapat menunjukkan tarip upah atau pendapatan. Dalam kedua-duanya hal,

upah riil dengan jalan membagi upah (jumlah rupiah) dengan biaya hidup yang layak

atau dengan indeks harga konsumen.

Upah/gaji bersih (take-home-pay) adalah jumlah pendapatan yang mencakup

pembayaran premi tetapi tidak mencakup pengurangan atau potongan untuk

kesejahteraan sosial, pajak, penghasilan, surat obligasi, ansuransi dan beban-beban

lainnya. Dengan kata lain, upah/gaji bersih adalah pendapatan dikurangi dengan

potongan pajak, kesejahteraan sosial, asuransi, iuaran serikat pekerja, sumbangan dan

sebagainya.

Upah yang sesungguhnya (actual wage) atau yang sering disebut upah saja,

adalah dasar upah kali jam kerja (upah berdasarkan waktu) ; atau dasar upah kali unit /

satuan yang dihasilkan (upah satuan atau upah borongan atau upah insentif).

Penghasilan (income) adalah jumlah imbalan seluruh jasa, termasuk upah dalam

pembayaran khusus (yakni pendapatan) bunga, laba, uang sewa dan keuntungan saham.

Komisi dan uang jasa (commissions and bonuses) biaanya berupa imbalan jasa

yang didasarkan atas harga penjualan suatu barang atau jasa ; komisi dan jasa juga dapat

menunjukkan hadiah. Misalnya hadiah lebaran.

Page 3: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

23

Fringe items atau employee benefits adalah imbalan jasa yang diberikan kepada

pegawai (diatas upah) yang sering tidak langsung berhubungan dengan hasil, prestasi

atau waktu kerja.

Biaya tenaga kerja (labour cost) adalah upah dibagi banyaknya satuan produk

yang dihasilkan. Biaya tenaga kerja langsung dihitung untuk pekerjaan yang

berhubungan dengan suatu produk, misalnya operator mesin cetak, dan biaya tenaga

kerja tidak langsung yang dihitung untuk pekerjaan yang tidak langsung berhubungan

dengan suatu produk, misalnya tukang sapu.

Tarip premi (premium rates) adalah tarip khusus yang dibayarkan untuk suatu

waktu tertentu, seperti waktu lembur, hari minggu dan hari besar.

Tarip dasar (base rates) adalah diatas mana pembayaran insentif, upah borongan

atau premi diberikan.

Di dalam ketentuan umum undang-undang ketanakerjaan, upah dirumuskan

sebagai hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam dalam bentuk uang sebagai

imbalan dari pengusaha kepada pekerja atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau

akan dilakukan, ditetapkan, dan dibayarkan menurut suatu perjanjian lerja, kesepakatan,

atau peraturan perundang-undangan.

Di dalam ketentuan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Tentang Upah Minimum

Nomor : PER-01/MEN/1999 dijelaskan sebagai berikut :

1. Upah Minimum adalah upah bulanan terendah itu pekerja

diartikan adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja para pengusaha

yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.

2. Upah Minimum Regional Tingkat I untuk selanjutnya disebut

UMR Tk.I adalah upah minimum yang berlaku di satu provinsi

3. Upah Minimum Regional Tingkat II untuk selanjutnya

disebut UMR Tk.II adalah adalah upah minimum yang berlaku di daerah

Page 4: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

24

Kabupaten/Kotamadya atau menurut wilayah pembangunan ekonomi daerah atau

karena kekhususan wilayah tertentu.

4. Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat I untuk

selanjutnya disebut UMSR Tk.I adalah upah minimum yang berlaku secara sektoral

di satu provinsi.

5. Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat II untuk

selanjutnya disebut UMR Tk.II adalah adalah upah minimum yang berlaku secara

sektoral di daerah Kabupaten/Kotamadya atau menurut wilayah pembangunan

ekonomi daerah atau karena kekhususan wilayah tertentu.

6. Sektoral adalah kelompok lapangan usaha beserta

pembagiannya menurut klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI).

7. Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan

kerja para pengusaha dengan menerima upah

8. Pengusaha adalah :

a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan

suatu perusahaan milik sendiri;

b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri

sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang diIndonesia

mewakili perusahaan sebagai dimaksud dalam hurup (a) dan (b) yang

berkedudukan di luar wilayah Indonesia

9. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum

atau tidak yang memperkerjakan pekerja dengan tujuan mencari keuntungan atau

tidak milik orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum, baik milik swasta

maupun milik negara.

Page 5: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

25

10. Serikat Pekerja adalah organisasi pekerja atas dasar lapangan

pekerjaan yang bersifat mandiri, demokratis, bebas, dan tanggung jawab yang

dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja, untuk memperjuangkan hak dan kepentingan

kaum pekerja dan keluarganya.

11. Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara

tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja serta tata tertib perusahaan.

12. Kesepakatan Kerja bersama adalah kesepakatan hasil

perundingan yang diselenggarakan oleh serikat pekerja atau gabungan serikat

pekerja dengan pengusaha atau gabungan pengusaha yang memuat syarat-syarat

kerja, untuk melundungi hak dan kewajiban kedua belah pihak.

13. Perjanjian Kerja adalah suatu perjanjian kerja antara pekerja

dan pengusaha secara lisan dan/atau tertulis, baik, untuk tertentu maupun untuk

waktu yang tidak tertentu yanh memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para

pihak.

14. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang

ketenagakerjaan.

Sedangkan Upah Minimum Sektoral (UMS) adalah upah bulanan terendah pada

sektor yang bersangkutan terdiri atas upah pokok termasuk tunjangan tetap. Hal tersebut

berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Selatan No. 797 Tahun 2009. Untuk

melengkapi pengertian –pengertian diatas menurut Winarni dan Sugiyarso (2006) ada

beberapa pengertian tentang jenis-jenis pegawai :

1. Pegawai adalah setiap orang pribadi yang melakukan

pekerjaan bedasarkan suatu perjanjian atau kesepakataan kerja baik tertulis maupun

tidak tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau badan

usaha milik Negara dan bada usaha milik daerah.

Page 6: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

26

2. Pegawai Tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada

pemberi kerja, yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara

berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang

secara teratur dan terus menerus ikut mengeloala perusahaan secara langsung.

3. Pegawai Lepas adalah orang pribadi yang nekerja pada

pemberi kerja dan hanya menerima imbalan apabila orang pribadi yang

bersangkutan bekerja.

4. Penerima Pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya

yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa

lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tabungan hari tua

atau tunjangan hari tua.

5. Penerima Honorarium adalah orang pribadi yang menerima

atau memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, atau kegiatan yang

dilakukannya. Yang dimaksud kegiatan adalah keikutsertaan dalam suatu rangkaian

tindakan, termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, workshop, pendidikan,

pertunjukkan, dan olahraga.

6. Penerima upah adalah orang pribadi yang menerima upah

harian, upah mingguan, upah borongan, atau upah satuan.

a. Upah harian merupakan upah yang dibayarkan atas dasar jumlah hari

kerja.

b. Upah mingguan merupakan upah yang dibayarkan secara mingguan

c. Upah borongan merupakan upah yang dibayarkan atas dasar

penyelesaian pekerjaan tertentu

d. Upah satuan merupakan upah yang dibayarkan atas dasar banyaknya

satuan yang dihasilkan.

Page 7: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

27

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penetuan Upah

Di kebanyakan perusahaan keputusan menentukan tingkat besar kecilnya upah

dipengaruhi oleh banyak hal. Lebih lanjut Winarni dan Sugiyarso (2006) menjelaskan

tentang Faktor-faktor penting yang dipergunakan sebagai acuan dalam menetukan

tingkat upah antara lain :

1. Ketetapan Pemerintah

Dalam penentuan gaji dan upah yang perlu diingat adalah bahwa setiap pekerja

berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi

kemanusian. Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghasilan yang

memenuhi penghasilan yang layak bagi kemanusian, pemerintah menetapkan

kebujakan pengupahan yang melindungi pekerja.

Kebijaksanaan pengupahan yang melindungi pekerja, meliputi :

a. Upah minimum;

b. Upah kerja lembur;

c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegitan lain di luar pekerejaannya;

e. Bentuk dan cara pembayaran upah;

f. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;

g. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional;

h. Upah unmtuk pembayaran pesangon;

i. Upah umtuk perhitungan pajak penghasilan.

2. Tingkat Upah di Pasaran

Besarnya upah yang dibayarkan oleh perusahaan-perusahaan sejenis, yang

beroperasi pada sektor yang sama, dihgunakan sebagai acuan untuk menentukan

besarnya upah pada perusahaan tersebut. Tingkat upah yang berlaku di pasaran

dapat diperoleh melalui survai.

24

Page 8: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

28

3. Kemampuan Perusahaan

Kemampuan prusahaan untuk membayar upah tergantung daripada kemampuan

finansial perusahaan. Untuk mempertahankan karyawan, perusahaan mungkin akan

membayar upah yang sama atau lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain,

akan tetapi itu tergantung daripada kondisi finansial perusahaan.

4. Kualifikasi SDM Yang Digunakan

Saat ini tingkat teknologi yang dipergunakan oleh perusahaan menentukan tingkat

kualifikasi sumber daya manusianya. Semakin canggih teknologinya akan semakin

dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Disamping itu segmen pasar

dimana perusahaan itu bersaing juga menentukan tingkat kualifikasi sumber dauya

manusianya

5. Kemauan Perusahaan

Perusahaan kadang tidak ingin repot dengan faktor-faktor seperti harga pasar dan

lain-lain, perusahaan hanya akan berpegang pada yang menurutnya wajar.

6. Tuntutan Pekerja

Tuntutan para pekerja dan kemauan perusahaaan biasanya di pertemukan dalam

meja perundingan dengan cara musyawarah atau tawar menawar. Organisasi pekerja

dan pengusaha secara sendiri-sendiri atau gabungan organisasi pekerja dan

gabungan perusahaan dapat melakukan hal ini.

lebih mendalam Winarni dan Sugiyarso (2006, hal. 22) menguraikan Syarat –Syarat

Kebijakan Dan Sistem Pengupahan:

1. Adil

Penetapan tingkat besarnya harus adil dan fair. Hal yang dianggap adil adalah

apabila sistem penggajian perusahaan itu memberikan golongan kepangkatan dan

Page 9: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

29

gaji pokoknyang lebih tinggi kepada pegawai yang mempunyai pendidiakan formal

yang lebih tinngi.

2. Atraktif Dan Kompetitif

Tingkat upah yang ditawarkan harus menarik dan kompetitif dibandingkan dengan

perusahaan lain yang sejenis. Karena itu perusahaan harus secara rutin melakukan

survey pada sektor industri yang sama atau lebihl luas lagi.

3. Tetap, Mudah, Mutakhir

Kebijakan dan sistem pengupahan yang digunakn perusahaan mestinya sesuai untuk

perusahaan tersebut ditinjau dari berbagai aspek, termasuk budaya perusahaan.

4. Mematuhi Ketentuan Undang-Undang Dan Peraturan

Pemerintah

Semua kebijakan, sistem dan aturan pengupahan perusahaan haruslah memenuhi

ketentuan peraturan perundangan pemerintah dan peraturan mentri yang berlaku.

5. Cukup Layak

Tingkat upah harus relatif cukup layak bagi penerimanya, sesuai dengan

kemampuan perusahaan.

Dalam penetapan upah minimum terdapat Prinsip – prinsip yang menurut

Moekiyat (1992) dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam menentukan besaran upah

minimum tersebut ;

a. Upah yang diberikan harus cukup untuk hidup pekerja dan keluarganya dengan

kata lain besarnya upah harus memenuhi kebutuhan minimum

b. Pemberian upah harus adil, artinya besar kecilnya upah tergantung pada berat

ringannya kewajiban dan tanggungjawab yang dibebankan kepada pekerja yang

bersangkutan. Pekerja yang pekerjaannya sulit tanggungjawabnya berat harus diberi

upah yang lebih besar dibanding pekerja/buruh yang kewajiban dan tanggung

jawabnya ringan.

Page 10: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

30

c. Upah harus diberikan tepat pada waktunya, supaya mengurangi produktivitas

kerja.

d. Besar kecilnya upah harus mengikuti perkembangan harga pasar, hal ini perlu

diperhatikan karena yang penting bagi pekerja bukan banyaknya uang yang diterima

tetapi berapa banyak barang-jasa yang dapat diperoleh dengan upah tersebut. Jadi

yang terpenting adalah upah riil bukan upah nominal

e. Sistem pembayaran upah harus mudah dipahami dan dilaksanakan sehingga

pembayaran dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat

f. Perbedaan dalam tingkat upah harus didasarkan atas evaluasi jabatan objektif.

g. Struktur upah harus ditinjau kembali dan mungkin diperbaiki apabila kondisi

berubah.

Berdasarkan Pasal 6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1999

Tentang Upah Minimum, maka Penetapan upah minimum dilakukan dengan

mempertimbangkan beberapa unsur yaitu :

a. Kebutuhan hidup minimum (KHM)

b. Indeks harga konsumen (IHK)

c. Kemampuan, perkembangan dan kelangsungan perusahaan

d. Upah pada umumnya berlaku di daerah tertentu dan antardaerah; Kondisi

pasar kerja; dan Tingkat perkembangan perekonomian dan pendapatan per kapita

Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1999

Nomor Kep-226/Men/2000, dalam melaksanakan upah minimum perlu

memperhatikan hal:

a. Perusahaan dilarang membayar upah lebih rendah dari

b. Upah minimum provinsi (UMP)/ Upah Minimum Kabupaten/kota (UMK) atau

Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP)/Upah Minimum Sektoral

Kabupaten/Kota (UMKS).

Page 11: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

31

c. Bagi perusahaan yang telah memberikan upah lebih tinggi dari pada upah

minimum yang berlaku, pengusaha dilarang mengurangi atau menurunkan

upah.

d. Bagi pengusaha yang melanggar Pasal 7, Pasal 13 dan Pasal 14 ayat (1) dan

ayat (2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1999 dikenakan

sanksi :

1) Pidana kurungan maksimal 3 (tiga) bulan atau denda maksimal Rp.

100.000,00.

2) Membayar upah pekerja sesuai dengan putusan hakim.

Namun dalam upaya peningkatan kesejahteraan tidak semata-mata hanya

melalui penetapan upah, tetapi juga dapat dilakukan melalui perbaikan fasilitas

kesejahteraan seperti; penyediaan fasilitas transportasi, makan, penyediaan perumahan

pekerja termasuk rumah sewa bagi pekerja/buruh, klinik kesehatan (Suparno 2010, hal

3).

Peraturan Bersama 4 (empat) Menteri Dalam Penetapan Upah Minimum

Peraturan Bersama 4 Menteri di putuskan berdasarkan aturan PER.16/MEN/X/2008,

49/2008, 922.1/M-IND/10/2008 dan 39/MDAG/PER/10/2008, yang diterbitkan sejak

tanggal 22 Oktober 2008, adapun nama Peraturan Bersama 4 (empat) Menteri tersebut

adalah dalam rangka Pemeliharaan momentum pertumbuhan ekonomi nasional dalam

mengantisipasi perkembangan perekonomian global.

Setiap kebijakan pemerintah mengandung konsekuensi adanya pro kontra di

masyarakat, mengingat tarik ulur pihak-pihak yang memiliki kepentingan berbeda-beda.

Pekerja/buruh yang jumlahnya banyak dan perusahaan yang terbatas untuk menampung

pekerja/buruh, sehingga kedudukan mereka tidak lagi terjalin dalam hubungan

Page 12: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

32

kemitraan yang satu sama lain saling membutuhkan, dengan munculnya Peraturan

Bersama 4 (empat) Menteri menuai protes terutama para pekerja/buruh, maraknya aksi

pekerja/buruh yang menolak Peraturan Bersama 4 (empat) menteri tersebut.

Penetapan Peraturan Bersama 4 Menteri, yakni Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi (Menakertrans), Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Menteri Perindustrian

(Menperin), dan Menteri Perdagangan (Mendag). Pro kontra di masyarakat dengan

munculnya Peraturan Bersama Empat Menteri di antaranya (www.kompas.com 9

Agustus 2010) :

a. Penetapan upah minimun provinsi (UMP) tidak melebihi pertumbuhan

ekonomi nasional dinilai hanya untuk menekan upah minimum.

b. Pemerintah mengurangi tanggug jawabnya dalam memelihara

kesejahteraan masyarakat terutama para pekerja/buruh. Mengarahkan pembahasan

upah minimum melalui mekanisme bipartit.

c. Membatasi kenaikan upah pekerja/buruh, terutama di sektor padat karya,

dan membiarkan mekanisme penetapan upah ditentukan oleh kehendak pasar.

Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

Kebutuhan Hidup Layak yang selanjutnya diingkat KHL adalah standar kebutuhan yang

harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara

fisik, non fisik dan sosial, untuk kebutuhan 1 (satu bulan).1 Nilai KHL diperoleh melalui

survai harga. Dalam melakukan survei harga dibentuk tim terdiri dari unsur tripartif

yang dibentuk oleh ketua dewan pengupahan Provinsi atau kabupaten kota.

Dewan Pengupahan Provinsi/Kabupaten/Kota adalah lembaga non struktural

yang bersifat tripartif, dibentuk oleh Gubernur/Bupati/Walikota dan bertugas

memberikan saran serta pertimbangan kepada Gubernur/Bupati/Walokota dalam

1 Peraturan Mentri Tenaga Kerja Dan Transnigrasi Republik Indonesia Nomor : PER-17/ MEN/VIII / 2005, Pasal 1.

29

Page 13: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

33

penetapan upah minimum.2 Nilai KHL digunakan sebagai salah satu bahan

pertimbangan dalam penetapan upah minimum yang berlaku bagi buruh dengan masa

kerja kurang dari 1 (satu) tahun adapun upah bagi pekerja/buruh dengan masa kerja 1

(satu) tahun atau lebih dirundingkan secara bipartif antara pekerja/buruh atau serikat

pekerja/ serikat buruh dengan pengusaha di Perusahaan yang bersangkutan.

Dalam hal gubernur menetapkan upah minimimum provinsi, maka penetapan

upah minimum didasarkan pada nilai KHL Kabupaten/Kota terendah di Provinsi yang

bersangkutan dengan mempertimbangkan produktifitas, pertumbuhan ekonomi dan

usaha yang paling tidak mampu (marginal).3

Upah dalam Islam

Pengertian Upah

Upah berasal dari kata “al-ajru” yang berarti “al-iwadlu” (ganti), upah atau

imbalan (Sabiq 1987 hlm 5). Menurut Afzalurrahman (2000, hlm 295) upah adalah

harga tenaga kerja yang dibayarkan atas jasa-jasanya dalam produksi. Sedangkan

Hafiduddin dan Tanjung (2008 hal. 29) menyatakan bahwa Upah adalah imbalan yang

diterima seseorang atas bentuk pekerjaannya dalam bentuk imbalan materi di dunia (adil

dan layak) dan dalam bentuk imbalan pahala di akhirat (imbalan yang lebih baik).

Dalam Islam, upah merupakan salah satu unsur ijârah4 selain tiga unsur lainnya; âqid

(orang yang berakad), ma’qûd ‘alaih (barang yang menjadi objek akad), dan manfaat.

Syarat Sahnya Perjanjian Kerja

2 Ibid 3 Ibid pasal 4 butir ke 5

4 Beberapa ulama yaitu Syafi’i, Hanafi Maliki dan Hambali, tidak berselisih dalam definisi Ijarahyaitu, transaksi terhadap suatu manfaat dengan suatu imbalan dan sifatnya tertentu. Konsep upah muncul dalamkontrak ijârah, yaitu pemilikan jasa dari seseorang ajîr (orang yang dikontrak tenaganya) oleh musta’jir (orangyang mengontrak tenaga). Ijârah merupakan transaksi terhadap jasa tertentu yang disertai dengan kompensasi.Kompensasi atas imbalan tersebut berupa al-ujrah (upah). Mas’adi (2002, hlm 182). Dalam terminologi fiqhmua’malah, kompensasi dalam transaksi antara barang dengan uang disebut dengan tsaman (harga), sedangkantransaksi uang dengan tenaga kerja manusia disebut dengan ujrah (upah/wages). Anto (2003, hlm 224).

Page 14: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

34

Adapun yang menjadi syarat sahnya perjanjian kerja menurut

Basyir (1993, hal. 192) yaitu :

1. Pekerjaan yang diperjanjikan termasuk jenis pekerjaan yang

mubah atau halal menurut ketentuan syara’, berguna perorangan

atau masyarakat . pekerjaan –pekerjaan yang haram menurut

ketentuan syara’, berguna bagi perorangan ataupun masyarakat.

Pekerjaan-pekerjaan yang haram menurut ketentuan syara’tidak

dapat menjadi obyek perjanjian kerja

2. Manfaat kerja yang diperjanjikan dapat diketahui dengan jelas.

Kejelasan manfaat pekerjaan ini dapat diketahui dengan cara

mengadakan pembatasan waktu atau jenis pekerjaan yang harus

dilakukan.

3. Upah sebagai imbalan pekerjan harus diketahui dengan jelas,

termasuk jumlahnya, ujudnya, dan juga waktu pembayarannya.

Sedangkan syarat-syarat mengenai subyek yang melakukan

perjanjian kerja sama dengan syarat subyek perjanjian pada

umumnya.

Hak-Hak Buruh Dalam Islam

Syariat Islam secara eksplisit memerintahkan agar keadilan menjadi tolak ukur dalam

intraksi sosial agar tercipta pola sinergi dan harmonisasi sehingga terwujud kehidupan

masyarakat yang makmur dan sejahtera penuh semangat solidaritas dan ukhwah

Islamiyah

Sesungguhnya, kekayaan diproduksi oleh tenaga kerja secara

bersama-sama dengan pemilik modal yang sepenuhnya diakui oleh

Islam. Tetapi, karena tenaga kerja berada pada posisi yang lemah,

Page 15: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

35

maka keutungan mereka seakan-akan dirugukan oleh pemodal.

Karenanya Islam memberikan perhatian khusus untuk melindungi

hak-hak tenaga kerja. Rasulullah memperlakukan pelayannya seperti

anggota keluarganya sendiri dan menganjurkan pada para sahabat

beliau untuk memberlakukan pelayan mereka dengan baik. Beliau

berkata: “Budak dan pelayan harus harus diberi makanan dan

pakaian sebagaimana lazimnya dan tidak boleh dibebani dengan

pekerjaan yang tidak mampu dipikulnya” (Mu’atta). Beliau selalu

menganjurkan para sahabatnya untuk membayar upah yang pantas

pada buruh mereka. Anas yang bekerja pada Rasulullah mengatakan

bahwa Rasulullah tidak pernah memberikan upah yang rendah pada

siapapun (Bukhâri). Hadist ini meriwayatkan bahwa Rasulullah

memerintahkan,

أعطوا الأجير أجره قبل ان يجفّ عرقه

‘berikanlah buruh (pekerja) akan upahnya sebelum kering keringatnya ” (HR Bukhari dan Muslim).

Dan Rasulullah bersabda : من استأجر أجيرا فليسم له أجره

‘Barang siapa menyewa orang upahan, maka berikanlah upahnya ((HR Bukhari dan Muslim).

Kemudian lebih lanjut mengenai upah Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah

r.a. bahwa Nabi saw. Bersabda :

ا فَأَكَلَ ثَمَنُهُ، وَرَجُلٌ إِسْتَأْجَرََ »ثَلَاثَةٌ أَنَا خَصْمُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: رَجُلٌ اَعْطَى بِيْ ثُمَّ غَدَرَ، رَجُلٌ بَاعَ حُرَّ

«أَجِيْرًا فَاسْتَوْفَىَ مِنْهُ وَلَمْ يُوْفِهِ أَجْرَهُ

“Tiga orang yang Aku musuhi pada hari kiamat nanti adalah orang yang telahmemberikan (baiat kepada khalifah) karena Aku, lalu berkhianat; orang yang menjual

Page 16: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

36

(sebagai budak) orang yang merdeka, lalu dia memakan harga (hasil) penjualannya;serta orang yang mengontrak pekerja, kemudian pekerja tersebut menunaikanpekerjaannya, sedangkan orang itu tidak memberikan upahnya” (HR Ahmad, Bukhari,dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).

Rasulullah telah melarang memperkerjakan para buruh tanpa

membereskan terlebih dahulu masalah upahnya (Baihaqi). Rasulullah

sangatlah baik hati pada pelayannya, dan ketika salah seorang

pelayannya sakit, Rasulullah menjenguk ke rumahnya dan

menanyakan tentang kesehatannya. ’Umar, Khalifah kedua,

memandang hal itu sebagai salah satu kewajiban pejabat pemerintah

agar agar memelihara budak-budak (pelayan) serta mengunjungi

mereka jika mereka menderita sakit.

Dengan demikian, Islam berusaha keras dengan ajaran

moralnya membujuk para pengusaha agar membayar upah dengan

wajar pada para buruhnya dan meningkatkan fasilitas di dalam

pekerjaan mereka. Namun jika mereka tidak mengikuti perintah-

perintah tersebut, Menurut Islam Negara berhak untuk turut campur

dalam persoalan ini dan memberikan jaminan bahwa mereka akan

mendapatkan bagian hak mereka.jika para kapitalis membayar

mereka dengan upah yang sangat minim atau memberi pekerjaan

berat. Atau menyuruh mereka bekerja untuk waktu yang lebih lama

tanpa imbalan yang setimpal, atau jika mereka menyuruh mereka

bekerja dalam kondisi yang tidak sehat (lemah), maka Islam

mempunyai hak untuk turut campur demi melindungi hak-hak para

buruh (Afzalurrahman 2000, hal. 255).

Abû Mas’ud Ansari menyampaikan bahwa pada suatu hari ia

memukul budaknya, seketika itu ia mendengar teriakan dari arah

Page 17: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

37

belakangnya, “Hai Abû Mas’ud ! Kamu harus tahu bahwa Allah

mempunyai kekuatan yang lebih kuat daripada kamu!. “ketiak ia

melihat kebelakang disitu terdapat Rasulullah . pada suatu waktu ia

berkata, “ Ya, Rasulullah, saya membebaskan budak ini untuk

mencari ridha Allah,”Rasulullah berkata,”jika kamu tidak

mengerjakannya, maka api neraka akan membakarmu” (Mu’atta).

‘Umar pernah pergi ke suatu daerah pinggiran kota Madinah,

ketika ia menemukan orang-orang yang sedang bekerja lebih berat

daripada yang dilakukannya, maka ia membantu meringankan

bebannya (Muatta). Umar memang sangat keras melindungi hak-hak

tenaga kerja. Umar sendiri dengan teliti menyelidiki seluruh peraturan

yang berhubungan dengan ketenagakerjaan dan memaksa orang lain

untuk mengikutinya. Ketika ia ke Yarusalem untuk menandatangani

kontrak perdamaian dengan orang-orang Kristen. Ia dengan budaknya

menunggang kuda secara bergiliran. ketika mereka memasuki

gerbang kota, giliran budaknya yang menunggangi kuda, dan ‘Umar

berjalan kaki. Suatu kali ‘Umar melihat lelaki tua meminta-minta di

jalanan, setelah mengadakan penyelidikan ia menetapkan

pembayaran uang untuk kaum miskin dan mengeluarkan perintah

bahwa semua orang yang miskin harus diberi biaya dari bendahara

(Negara). (Afzalurrahman 2000, hal. 252).

Dengan demikian Syariat Islam sebenarnya telah mempelopori dunia dengan

mewajibkan pemerintah, pengusaha, majikan untuk bersikap adil terhadap pekerja serta

menunaikan semua hak-hak mereka. Ketentuan syariat yang tidak sempit ini

memungkinkah manusia leluasa merancang berbagai peraturan, termasuk Komponen

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang menjadi barometer utama penetapan UMP.

Page 18: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

38

Hal ini bertujuan supaya tidak ada pihak yang mengeruk keuntungan diatas

penderitaan pihak lain, dan agar satu golongan tidak mengeksploitasi golongan lain

demi mencari keuntungan, serta menutup peluang bagi pihak-pihak ketiga opurtunis

yang memanfaatkan situasi konflik kepentingan pengusaha-buruh yang

mengatasnamakan pembelaan hak dan kepentingan buruh yang identik golongan wong

cilik ini.

Islam memandang upah adalah hak syar’i bagi bagi seorang pekerja sesuai

dengan aqad awal yang ditetapkan pertama kali. Islam sangat memperhatikan hak buruh

dalam upah, sampai-sampai Allah swt akan memberi ancaman dengan permusuhan,

pertentangan, pertengkaran dengan orang yang memanfaatkan jasa buruh akan tetapi dia

tidak memenuhi hak buruh yang telah disyari’atkan yaitu upah.

Menurut Afalurraman (2000, hal. 253) hak-hak tenaga kerja sebagai berikut :

Pertama, para buruh harus memperoleh upah yang semestinya agar dapat

menikmati taraf hidup yang layak

Kedua, seorang buruh tidak tidak dapat diberi pekerjaan yang melampaui

kekuatan fisik yang dimilikinya, dan apabila suatu waktu ia dipercaya melakukan

pekerjaan yang berat, harus disediakan bantuan dalam bentuk tenaga kerja atau modal

yang lebih banyak, atau keduanya.

Ketiga, buruh juga harus memperoleh bantuan medis jika sakit, dan dibantu

membayar biaya perawatannya pada saat itu. Sumbangan dari tempat ia bekerja dan

modal pada si sakit sangat diperlukan sekali, dan pembayarannya disempurnakan oleh

bantuan pemerintah (mungkin diambil dari sumbangan zakat).

Keempat, ketentuan yang wajar harus dibuat untuk pembayaran pensiun yang

lanjut usia. Pengusaha dan pekerja dapat diminta untuk memberikan kontribusinya

sebagai dana bantuan.

Page 19: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

39

Kelima, para pengusaha harus diberikan dorongan untuk menafkahlkan sedekah

mereka (amal yang dilakukan dengan sukarela) pada pekerja dan anak-anak.

Keenam, mereka harus memberi jaminan asuransi pada para pengangguran

(selama masih menganggur) dari dana zakat. Hal itu akan memperkuat kekuasaaan

mereka dan akan membantu menstabilasi tingkat upah dalam negeri pada tingkat yang

wajar.

Ketujuh, mereka harus membayar ganti rugi kecelakaan yang cukup selama

bekerja.

Kedelapan, barang-barang yang dihasilkan dipabriknya harus diberikan pada

mereka secara bebas atau dengan tarif yang lebih murah.

Kesembilan, para buruh harus diperlakukan dengan baik dan sopan, serta

memaafkan mereka jika berbuat kesalahan selama bekerja.

Kesepuluh, mereka harus disediakan akomadasi yang cukup sehingga kesehatan

dan efesiensinya terganggu.

Kemudian Al-mişrî (1986, hal. 57) dalam tulisannya dalam kitab A’dalatuttawji’

As-şarwah fil iIslâm mereduksi bahwa Islam telah menetapkan hak-hak pekerja dalam

hubungan industrial sebagai berikut :

1. Hak seorang pekerja yang bekerja dengan orang lain dengan upah yang tidak

kurang dari cukup dengan :

a. Adanya landasan batasan-batasan jam bekerja dan upah tambahan

b. Mengaikatkan bekerja dengan ibadah dan sepenuh hati

c. Menjamin masa depan si pekerja sampai tuanya dan ini tanggung jawab

baitul maal

2. Seorang pekerja memiliki hak musyarokah sebagaimana dalam akad

mudhorabah dan akad muzaro’ah

Page 20: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

40

3. Menggunakan upah untuk kepemilikan barang, jika si pekerja telah

mendapatkan gaji yang lumayan

4. Harga pasar disesuikan dengan gaji pekerja

Teori Maslahah Mursalah dan ‘urf.

Maslahah diartikan oleh para ulama Islam dengan rumusan hampir bersamaan, di

antaranya al-Khawarizmi (w. 997 H.) menyebutkan, maslahah yaitu memelihara tujuan

hukum Islam dengan menolak bencana/kerusakan/hal-hal yang merugikan diri manusia

(makhluq). Sedangkan ulama telah berkonsensus, bahwa tujuan hukum Islam adalah

untuk memelihara agama, akal, harta, jiwa dan keturunan atau kehormatan Tidak jauh

berbeda dengan al-Khawarizmi di atas, al-Ghazali merumuskan maslahah sebagai suatu

tindakan memelihara tujuan syara’ atau tujuan hukum Islam.

Sedangkan tujuan hukum Islam menurut al-Ghazali adalah memelihara lima hal

di atas. Setiap hukum yang mengandung tujuan memelihara salah satu dari lima hal di

atas disebut maslahah (Keer 1968, hal. 279). Adapun maslahah mursalah yaitu yang

mutlak, menurut istilah para ahli ilmu ushul fiqh ialah: suatu kemaslahatan dimana

syar’i tidak mensyariatkan suatu hukum untuk merealisir kemaslahatan itu, dan tidak

ada dalil yang menunjukkan atas pengakuannya atau pembatalannya. disebut mutlak

karena tidak terikat oleh dalil yang mengakuinya atau dalil yang membatalkannya.

Jumhur ulama berpendapat bahwasannya maslahah mursalah adalah hujjah syariyah

yang dijadikan dasar pembentukan hukum. (Khallâf 1994, hlm 116).

Dalam pandangan at-Tufi Bahasan lafaz maslahat berdasarkan wazan

maf'alatun dari kata salah. Artinya, bentuk sesuatu dibuat sedemikian rupa sesuai

dengan kegunaannya. Misalnya, pena dibuat sedemikian rupa agar dapat digunakan

untuk menulis. Pedang dibikin sedemikian rupa sehingga bisa dipakai untuk

memenggal. Sedangkan definisi maslahat adalah sarana yng menyebabkan adanya

Page 21: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

41

maslahat dan manfaat. Misalnya, perdagangan adalah sarana untuk mencapai

keuntungan. Pengertian berdasarkan syari'at adalah sesuatu yang menjadi penyebab

untuk sampai kepada maksud syar'i, baik berupa ibadat maupun adat. Kemudian,

maslahat ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu perbuatan yang memang merupakan

kehendak syari', yakni ibadat dan apa yang dimaksudkan untuk kemanfaatan semua

umat manusia dan tatanan kehidupan, seperti adat istiadat (At tufi 1954, hal. 243).

At-Tufi menganggap bahwa maslahat hanya ada pada masalah-masalah yang

berkaitan dengan mu'amalat dan yang sejenis - bukan pada masalah-masalah yang

berhubungan dengan ibadat atau yang serupa. Sebab, masalah ibadat hanya hak Syari'.

Tidak mungkin seseorang mengetahui hakekat yang terkandung di dalam ibadat, baik

kualitas maupun kuantitas, waktu atau tempat, kecuali hanya berdasarkan petujuk resmi

Syari'. Kewajiban hamba hanyalah menjalankan apa saja yang telah diperintahkan oleh

Tuhannya. Sebab, seseorang pembantu tidak akan dikatakan sebagai seorang yang taat

jika tidak menjalankan perintah yang telah diucapkan oleh tuannya, atau mengerjakan

apa saja yang sudah menjadi tugasnya. Demikian halnya dalam masalah ibadat.

Karenanya, ketika para filosof telah mulai mempertuhankan akal, dan mulai menolak

syari'at, Allah swt. amat murka terhadap mereka. Mereka tersesat jauh dari kebenaran.

Bahkan mereka sangat menyesatkan. Berbeda halnya dengan kaum mukallaf, hak-hak

mereka di dalam memutuskan hukum adalah perpaduan antara siyasah dan syari'ah

yang sengaja oleh pencipta dicanangkan untuk maslahat umat manusia. Itulah yang

menjadi ukuran berpikir mereka.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah menurut at-Tufi bahwa maslahat-maslahat

yang tidak dapat diketahui adalah maslahat yang terkandung di dalam masalah ibadat.

Namun, mengenai maslahat yang bertalian dengan kehidupan sosial kaum mukallaf dan

hak-hak mereka, hal ini dapat diketahui oleh mereka melalui akal pikiran mereka.

Dengan kata lain, jika kami tidak melihat dalil syari'at yang tidak menyebutkan

Page 22: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

42

maslahatnya, kami berpegang bahwa syari'at telah membolehkan kami untuk mencari

maslahat sendiri.

Menyangkut “teori maslahat” dalam kaitannnya dengan hubungan industrial.

Maslahat merupakan tujuan yang dikehendaki oleh al-Syâri‘ dalam hukum-hukum yang

ditetapkan-Nya melalui teks-teks suci Syariah (nusûs al-syarî‘ah) berupa al-Qur’an dan

Hadis. Tujuan tersebut mencakup 5 (lima ) hal pokok, yaitu untuk memelihara agama,

akal, harta, jiwa dan keturunan atau kehormatan Maslahat itu bertingkat-tingkat, yakni

darûriyyât, hâjiyyât dan tahsîniyyât. Sesuatu yang mampu menjamin eksistensi masing-

masing dari keenam hal pokok itu merupakan maslahat pada tingkat darûriyyât. Sesuatu

yang mampu memberi kemudahan dan dukungan bagi penjaminan eksistensi masing-

masing dari kelima hal pokok itu merupakan maslahat pada tingkat hâjiyyât. Sesuatu

yang mampu memberi keindahan, kesempurnaan, keoptimalan bagi penjaminan

eksistensi masing-masing dari keenam hal pokok itu merupakan maslahat pada tingkat

tahsîniyyât.

Intervensi penguasa terhadap ketentuan upah buruh/pekerja menurut Islam

termasuk dalam pembahasan fiqh siyasah. Seperti yang diketahui bahwa fiqh siyasah

adalah hukum Islam yang obyek bahasannya mengenai kekuasaan dan bagaimana

menjalankan kekuasaan tesebut. Apabila disederhanakan, fiqh siyasah meliputi Hukum

Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum Internasional. Apabila dilihat dari

sisi hubungan, fiqih siyasah berbicara tentang hubungan antara rakyat dengan

pemimpinnya sebagai penguasa yang konkret di dalam sebuah Negara atau antarnegara

atau dalam kebijakan-kebijakan ekonominya baik nasional maupun internasional

(Jazuli 2006, hal. 147).

Arah dari konsep kebijakan-kebijakan intervensi pemerintah terhadap ketentuan upah

minimum berdasarkan kaidah :

تصرف الإمام علي الرعية منوط بالمصلحة

Page 23: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

43

“kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya bergantung pada kemaslahatan”.

Maka dalam hal ini konsep kemaslahatan yang akan dijadikan sebagai landasan tehadap

pembuatan suatu kebijakan. dimana maslahat inilah yang nantinya akan membawa dan

mengantarkan kepada sebuah munculnya kebijakan yang akan dibuat oleh pemerintah.

Kriteria dan Batasan Maslahat

Kemaslahatan membawa manfaat bagi kehidupan manusia, sedangkan mafsadah

mengakibatkan kemudharatan bagi kehidupan manusia. Apa yang disebut dengan

maslahat perlu mendapat kriteria dan batasan-batasan tertentu sehingga keberadaan

maslahat tidak dijadikan sebagai satu “tempat lindung” untuk bisa melegalisasi

permasalahan-permaslahan yang sebenarnya tidak masuk dalam kategori maslahat.

Menurut jumhur ulama’, untuk kriteria maslahat apabila dilihat akan muncul sebagai

beikut (Jazuli. 2003, hal. 53).

1. kemaslahatan itu harus diukur kesesuaiannya dengan maqashid al syariah, dalil-

dalil kulli, (general dari Al Qur’an dan As Sunnah), semangat ajaran, dan kaidah

kulliyah hukum Islam.

2. kemaslahatan itu harus meyakinkan, dalam arti harus berdasarkan penelitian

yang akurat, hinga tidak meragukan lagi.

3. kemaslahatan itu harus memberi kemanfaatan bagi sebagian besar masyarakat

Indonesia, bukan sebagian masyarakat kecil.

4. kemaslahatan itu memberikan kemudahan, bukan mendatangkan kesulitan dalam

arti dapat dilaksanakan

Dalam musyawarah Nasional MUI yang ke VII tahun 2005, dalam keputusannya

No. 6/MUNAS/VII/MUI/10/2005 memberikan kriteria sebagai berikut :

Page 24: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

44

1. kemaslahatan menurut hukum Islam adalah tercitanya tujuan syari’ah (maqâşid

al- syarî’ah), yang diwujudkan dalam bentuk terpeliharanya lima kebutuhan primer

(Al-dharŭriyât al-khams) yaitu: agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan.

2. kemaslahatan yang dibenarkan oleh syari’at adalah kemslahatan yang tidak

betentangan dengan nash

3. yang berhak menentukan maslahat atau tidaknya sesuau menurut syari’ah adalah

lembaga yang mempunyai kompetensi di bidang syari’ah dan dilakukan melalui

ijtihad jam’i.

Adapun ‘urf menurut Imam Al-Ghazali yaitu keadaan yang tetap pada jiwa

manusia, dibenarklan oleh akal dan diterima pula oleh tabiat yang sehat. Sedangkan

‘urf menurut syara’ dalam kajian usul fiqh ialah suatu kebiasaan masyarakat yang

sangat dipatuhi dalam kehidupan mereka sehingga mereka merasa tentram. Kebiasaan

yang telah berlangsung lama itu dapat berupa ucapan dan perbuatan, baik yang bersifat

khusus maupun yang bersifat umum. (Khallâf 1994. hal.123).

Kata ‘urf dalam bahasa Indonesia sering disinonimkan dengan ‘adat kebiasaan”

namun ulama membahas kedua kata ini dengan panjang lebar, ringkasnya ‘urf Adalah

sesuatu yang diterima oleh tabiat akal sehat. Meskipun arti kedua kata ini agak berbeda

namun kalau kita lihat dengan jeli, sebenarnya keduanya adalah dua kalimat apabila

bergabung akan berbeda arti namun bila berpisah maka artinya sama.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa makna kaidah ini menurut

istilah para ulama adalah bahwa sebuah adat kebiasaan dan ‘urf itu bisa dijadikan

sebuah sandaran untuk menetapkan hukum syar’i apabila tidak terdapat nash sar’i atau

lafadz sohih (tegas) yang bertentangan dengannya.

Karakteristik Ekonomi Islam

Page 25: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

45

Dalam hubungan industrial dan ketenagakerjaan ekonomi Islam memiliki karakteristik

yang berbeda dengan ekonomi konvensional, yang diuraikan secara cukup rinci oleh

Yafie et al. (2003 hal. 29) sebagai berikut :

1. Harta Kepunyaan Allah Dan Manusia Khalifah Harta.

Karakteristik pertama ini terdiri dari dua bagian, yaitu : pertama, semua harta baik

benda maupun alat produksi adalah milik (kepunyaan) Allah: “kepunyaan Allah-lah

segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi”. (QS al-Bawarah : 284).

Ayat ini menegaskan bahwa segala sesuatu yang ada dialam semesta adalah

kepunyaan Allah. Firman Allah QS Al-Maidah : 17:“kepunyaan Allahlah kerajaan

langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang

dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Allah sebagai pemilik alam dijelaskan dalam firman Nya QS Ibrahim : 32 : “

Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi”. Namun di lain pihak, dalam Al-

Qur’an terdapat pula firman Allah yang menyebut manusia adalah pemilik harta,

seperti dalam firman Nya QS An-Nisa : 29 :“Hai orang-orang yang beriman,

janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil”.

Kesimpulan dari ayat tersebut :

a. Sebutan “harta kamu” (maksudnya adalah manusia), sebagaimana dalam QS An-

Nisa : 29) diatas, hanyalah ditinjau dari segi keberadaan harta itu di tangan

manusia dan adanya hak-hak manusia untuk mentasharruf-kan (memanfaatkan)

harta itu.

b. Adapun pemilik yang sesungguhnya adalah Allah swt.

Kedua, manusia adalah khalifah atas harta miliknya. Karakteristik ini

merupakan dasar terpenting dalam teori ekonomi dalam Islam, karena menjadi

pedoman asasi hubungan manusi dengan kekayaan di bumi. karakteristik ini

ditemukan dalam ekonomi marxisme, karena yang terakhir ini mengingkari wujud

Page 26: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

46

tuhan. Ia juga tidak diakui dalam ekonomi kapitalisme. Karena para pendukung

sistem ekonomi yang terakhir ini dengan sengaja menganut pandangan bahwa

“agama terlepas dari kehidupan madani dan aktifitas ekonomi”.

2. Ekonomi Terikat Dengan Akhlak, Syari’ah (Hukum), Dan Moral

Allah swt telah menyampaikan, sebagaimana firman-Nya: pada hari ini telah Ku-

sempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, aku

ridhoi Islam itu jadi agama bagimu (QS Al-Ma’idah : 3). “Kata Ku sempurnakan

agamamu” berindikasi tidak ada lagi ajaran Islam yang belum disampaikan Allah.

Ajaran-ajaran Islam mengandung berbagai segi kehidupan manusia yaitu : akidah,

syari’ah, dan akhlak. Bahkan, para ulama mutakhir membagi kandungan Islam lebih

terperinci lagi, diantaranya ekonomi.

Dalam Islam terdapat sebuah asas yang berbunyi “setiap perbuatan orang

Islam, baik ekonomi atau yang lainnya, dapat berubah dari perbuatan biasa

(dilakukan bukan tujuan melaksanakan perintah/bimbingan Allah) menjadi

perbuatan ibadah (dilaksanakan dengan tujuan melaksanakan perintah bimbingan

Allah) dan diberi pahala, jika dilakukan dengan niat melaksanakan bimbingan Allah

dan mengharapkan ridho-Nya”. Ini berbeda halnya dengan aktifitas ekonomi dalam

sistem positif baik kapitalisme maupun sosialisme. Disini tampak pentingnya

peranan niat dalam mengubah status suatu perbuatan, sesuai sabda nabi Saw.

“sesungguhnya amal perbuatan itu sesuai dengan niat”.

3. Keseimbangan Antara Keruhanian dan Kebendaan

Page 27: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

47

Islam mewajibkan manusia membebaskan akalnya untuk belajar, mengenal,

mencipta, menemukan, memanfaatkan benda mati yang bertebaran di dunia dan

memanfaatkan kekayaan alam yang sangat luas ini.

4. Keadilan Dan Keseimbangan Dalam Melindungi Kepentingan Ekonomi Individu

Dan Masyarakat

Masyarakat Islam adalah masyarakat pemilik dan pekerja. Ada tiga sistem

kepemilikan, pengembangan, dan pengimfakan harta, yaitu :

a. Kepemilikan individu, dimana ia bebas mengembangkan dan menginfakkannya,

seperti dalam masyarakat kapitalis atau masyarakat pemilik modal. Akibatnya,

lahir kesempatan mengeksploitasi individu dan masyarakat

b. Kepemilikan Negara, dimana Negara membatasi pekerjaan dan upah, seperti

dalam masyarakat buruh. Akibatnya, hilang kemerdekaan individu, bahkan hak

miliknya. Dala hal ini, negaralah yang menjadi pemilik tunggal dalam

masyarakat.

c. Kepemilikan individu, tetapi memberikan kesempatan penyaluran dan

pengembangan harta dalam batas-batas tertentu, sesuai dengan tugas manusi

sebagai khalifah. Tujuan batasan-batasan ini untuk mencegah kezaliman melalui

harta.

Tampaknya Islam memberikan kemungkinan untuk mewujudkan sistem

yang ketiga ( c ) diatas, masyarakat Islam tidak memberikan kekuasaan dalam

masyarakat kepada kelompok berada (kapitalis) saja, karena Al-Qur’an dan Sunnah

tidak memberikan kekuasaan yang istimewa (khusus) kepada kelompok yang berada

saja. Buat memegang kekuasaan. Begitu juga al-Qur’an dan Sunnah tidak

memberikan kepada Negara hak monopoli harta kekayaan.

Kita lihat bagaimana Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya Nabi

Muhammad saw. Agar ia memberikan harta hasil rampasan perang kepada

Page 28: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

48

masyarakat. Dengan alasan, agar harta kekayaan tidak berputar di tangan orang kaya

saja. Sebagaimana surat Al-Hasyr (59);7. perintah tersebut dapat dipahami pula,

bahwa Islam tidak memberikan kesempatan kepada Negara untuk memonopoli

kekayaan .dengan difungsikan setiap anggota masyarakat Islam sebagai Khalifah

dengan memanfaatkan harta, maka setiap pemilik harta terikat dengan ketentuan

Allah tentang harta. Ia tidak berhak menggunakan harta semaunya tanpa

mengindahkan petunjuk allah.

Ini merupakan titik pemisah antara masyarakat Islam dengan masyarakat

yang lain. Tugas manusia sebagai khalifah merupakan mandat dari allah, sehingga

setiap pemillik harta harus berhadapan dengan sejumlah pedoman atau prinsip yang

tidak boleh dilanggarnya. Sebagai contoh, pemilik harta harus mengikutsertakan

orang-orang yang sedang memerlukan harta dalam menukmati hartanya. Ia tidak

boleh mengeksploitasi keperluan seseorang atau suatu pihak kepada harta, sebagai

kesempatan untuk menginvestasikan harta. Karena itu, ia tidak boleh melakukan

riba, memakan harta orang lain secara batil, terutama harta orang-orang yang lemah.

Ia tidak boleh menggunakan harta kekayaannya dengan boros, baik untuk

kepentingannya sendiri maupun orang lain.

Dengan batasan-batasan tersebut, maka kepemilikan secara individu

seharusnya sebagai berikut :

a. Tidak akan menjadi alat untuk menganiaya orang lain dan campur

tangan dalam kekuasaan dan pengarahan politik masyarakat.

b. Tidak akan menyebabkan penimbunan harta atau kikir berinfaq, karena

orang yang mengingkari wajib zakat dipandang murtad.

c. Tidak akan terjadi pelanggaran terhadap kehormatan harta karena tidak

akan membuangnya atau menghentikan upaya pengembangannya.

Page 29: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

49

d. Para buruh mempunyai hak mendapat upah yang baik dan perlindungan

sebagai manusia, seperti pemilik harta sendiri

Arti keseimbangan dalam sistem sosial Islam adalah tidak mengakui hak

mutlak dan kebabasan mutlak, tetapi mempunyai batasan-batasan tertentu, termasuk

dalam bidang hak milik. Hanya keadilanlah yang dapat melindungi keseimbangan

antara batasan-batasan yang telah ditetapkan dalam sistem Islam untuk kepemilikan

individu dan kepemilikan umum. Keadilan yang dituntut Islam diungkapkan

dengan tugas-tugas yang jelas seperti dalam batas-batas penggunaan harta oleh

miliknya sendiri. Dalam rangka ini, Islam mewajibkan pemilik harta agar

menginvestasikan hartanya pada jalan yang sah.

Apabila para pemilik harta tidak menjalankan tugasnya

sebagai khalifah atas kemauan sendiri, maka Islam memberikan

hak kepada pemerintah untuk mengambil langkah-langkah dan

tindakan yang sesuai. Dalam Islam terdapat sebuah asas:

“kebijakan kepala Negara tentang rakyat hendaklah dalam batas

kemaslahatan”. Penyelesaian problem dalam Islam, terarah

kepada melawan kezaliman dan membatasi tindakan individu,

demi terwujudnya keadilan dan keseimbangan.

5. Bimbingan Konsumsi

Al-Qur’an mengandung pengarahan tentang bagaimana

seharusnya manusia sebagai konsumen memanfaatkan

kekayaannya, firman Allah yang melarang berlaku boros dan kikir

dalam memanfaatkan kekayaannya QS. Al-Furqan : 67: “dan

orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak

berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di

Page 30: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

50

tengah-tengah antara yang demikian.”. Kekikiran dapat

menimbulkan akibat negatif dalam banyak hal diantaranya :

a. Dalam hubungan keluarga, karena tidak terpenuhinya hak

anggota keluarga menurut selayaknya.

b. Dalam hubungan masyarakat, karena munculnya kecemburuan

sosial.

c. Dalam perekonomian secara umum, karena mengahambat

peredaran modal.

Dari tinjauan agama semata, kekikiran dan ketamakan (sangat

cinta) kepada harta berarti kerugian bagi pemilik harta. Karena

tidak memanfaatkan kesempatan untuk meraih kemulian dan

penghargaan dari allah dan penghargaan dari masyarakat.

Padahal pemilik harta pasti mampu memanfaatkannya. Oleh

karena itu, Islam berupaya membunuh bakteri kekikiran, yaitu

kegemaran menimbun harta dengan mendorong distribusi pada

masyarakat.

6. Dampak lebih jauh dari sifat kikir itu adalah timbulnya pemborosan

yang dapat mengakibatkan lenyapnya modal yang berharga,

lemahnya iklim investasi, terjadinya penyaluran harta kekayaan

pada tempat yang tidak selayaknya atau malah tidak pada

tempatnya, dan pemborosan pada tingkat makro dapat

menyengsarakan rakyat banyak. Oleh karena itu, Al-Qur’an

melarang keras pemborosan. Larangan itu ditujukan kepada

pemerintah dan rakyat, meskipun pemborosan itu dilakukan

terhadap orang yang berhak menerima harta

Page 31: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

51

7. Cara Pemenuhan Kebutuhan

Dalam diri orang Islam keinginan melakukan atau memperoleh

sesuatu, seperti melaksanakan ibdah haji, umrah, dan ziarah ke

masjid Nabawi. kebutuhan tersebut dapat memberikan

keuntungan ekonomi, dibandingkan dengan tour (perjalanan)

umum. Dalam setiap biaya yang dikeluarkan orang Islam dalam

tour ibadah tersebut, bagaimana pun kecil jumlahnya, terkandung

unsur ekonomi dan sosial di kalangan Islam. Sedangkan

pengeluaran turis-turis lain, pada umumnya, malah merusak

manusi dan ekonomi seperti pemborosan.

8. Petunjuk Investasi

Dalam buku scientific and practical encyclopedia of Islamic bank

dikemukakan dua contoh yang pantas menjadi karakteristik

ekonomi Islam, yaitu :

a. Larangan menimbun atau menyimpan harta.

Ekonomi Islam tidak mengenal penimbunan atau penyimpangan

harta begitu saja sehingga peredarannya terhalang. Karena itu,

secara asas Islam menjatuhkan sanksi keras atas pelakunya. Di

pihak lain Al-Qur’an meletakkan perbuatan berinfak sebagai

salah satu sifat penting yang berindikasi takwa dan iman. Al-

qur’an meletakkan informasi tentang hal ini pada bagian

terdepan, untuk mendorong kaum muslimin agar memilikinya

dan menjadikannya sebagai bagian dari

kehidupannya :”Diantara tanda orang-orang bertakwa adalah

menafkahkan sebagian rezeki (memberikan sebagian dari harta

yang telah direzekikan oleh tuhan).(QS Al-Baqarah :3). Nabi

Page 32: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

52

Muhammad saw. Juga menekankan kewajiban berinfak tersebut

dalam rukun Islam. Hanya saja nabi Muhammad saw.

Menyebutnya dengan istilah zakat. Jelaslah dalam ayat dan

hadis diatas menunjukkan adanya keterkaitan pendapatan,

yaitu rezeki dengan produksi yaitu infak dan pemberian. Islam

menekankan agar infak (zakat) tersebut terus berkelanjutan,

karena itu wajib dilaksanakan setiap tahun.

b. Tentang kriteria atau standar dalam menilai

proyek investasi Al-Mawsuah Al-‘ilmiyyah wa Al-amaliyyah Al-

Islâmiyyah memandang ada lima kriteria yang sesuai dengan

Islam untuk dijadikan pedoman dengan menilai dengan proyek

investasi yaitu :

1) Proyek yang baik menurut Islam

2) Memberikan rezeki seluas mungkin kepada

anggota masyarakat

3) Memberantas kefakiran, memperbaiki

pendapatan, dan kekayaan

4) Memelihara dan menumbuhkembangkan

harta

5) Melindungi kepentinagn masyarakat.

9. Kelangkaan Sumber Daya Alam

Al-Mawsuah Al-‘ilmiyyah wa Al-amâliyyah Al-Islamiyyah menilai

karakteristik ini sebagai terpenting dalam ekonomi Islam. Ekonomi

Islam menghadapi problem kelangkaan dengan mendorong

semangat manusia dan mengarahkannya agar aktif dalam tugas-

Page 33: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

53

tugas kekhalifahan, baik dalam membahas, meneliti, membangun,

maupun menemukan hal-hal baru.

Teori ekonomi barat selalu mendengung-dengingkan teori

kelangkaaan sumber alam (scarcity). Filsafat Islam, menurut

sumber rujukan diatas, memandang tunduk dan menyerah kepada

teori kelangkaan tersebut, tidak lain dari pelarian dari tanggung

jawab terhadap tugas-tugas kekhalifahan manusia. Menurutnya,

dunia memiliki kekayaan yang sangat banyak, baik bahan baku,

bahan makanan, dan harta, sehingga mampu memenuhi

kebutuhan manusia.

Problem ekonomi dalam pandangan Islam tidak terletak

pada kelangkaan sumber alam, tetapi secara langsung terletak

pada kelemahan dan kelalaian upaya dam amal usaha manusia.

Fenomena kelangkaan adalah akibat kemalasan, kelemahan, dan

kesibukan manusia dengan berbagai problem yang negatif , sepert

peperangan, kemewahan yang berlebihan, dan penciptaan

kebiasaan yang merugikan kebutuhan-kebutuhan yang seharusnya

dihindari.

Dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menggugah

perhatian manusia terhadap alam semesta yang berlimpah dan

mampu memenuhi kebutuhan manusia, sebagaimana firman Allah

swt QS Al-fushilat : 10 “Dia (Allah) menciptakan di bumi itu

gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan

Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya

dalam empat masa.

Page 34: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

54

Begitu pula firman Allah dalam QS Al-Hijr :19:21 :” Kami

telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-

gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut

ukuran. dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-

keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-makhluk

yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya. dan tidak

ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah

khazanahnya(sumbernya dari kami) dan Kami tidak

menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.

Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang semakna. Di

awal surat Al-nahl, terdapat 18 ayat yang menjelaskan nikmat

Allah kepada manusia, mulai dari pemberian tenaga jasmani, akal

pikiran, bahan baku, kekayaan hewan, tumbuh-tumbuhan,

kemudian kekayaan laut dan kekayaan darat, dan lain-lain. Ditutup

firman Allah: jika kamu menghitung nikmat allah, niscaya kamu tak

dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah maha

pengampun lagi maha penyayang.

10. Kerja

Islam memansang bahwa bekerja untuk mencari rezeki yang halal

merupakan bagian dari jihad fi sabilillah. pembangunan dan

kelangsungan hidup manusia di muka bumu tergantung pada

usahanya. Allah menjelaskan kepada Adam A.S.. bahwa kebutuhan

hidupnya dan istrinya akan terpenuhi selama di surga, tanpa

memerlukan pengerahan tenaganya, karena semua sudah

tersedia.

Page 35: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

55

Firman Allah : Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalam

surga, dan tidak akan telanjang, dan kamu tidak akan kehausan

dan tidak pula akan ditimpa panas matahari didalamnya (QS Thâ

ha: 118;119). Tetapi Allah memperingatkan Adam as. Bahwa ia jika

turun kebumi, maka ia harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya (QS. Thâ-ha : 117).

11. Zakat

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pemilik harta kekayaan

sebenarnya adalah Allah. Allah mewajibkan muslim sebagian kecil

dari harta yang ada padanya sebagai zakat. Sebagai pembersih

jiwa dari sifat kikir, dengki, dan dendam.

Zakat adalah salah satu karakeristik ekonomi mengenai harta yang

tidak dimiliki dalam bentuk perekonomian diluar Islam, tidak

mengenal tuntutuan Allah kepada pemilik harta agar menyisihkan

sebagian harta terten

tu sesuai dengan syarat-syarat tertentu pula.

12. Larangan Riba

Islam menekankan pentingnya memfungsikan uang pada

bidangnya yang normal, yaitu transaksi dan alat penilaian barang.

Diantara faktor yang menyelewengkan uang dari bidangnya yang

normal adalah bunga (riba), disamping penyimpanannya.

Page 36: Bab 2 KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAMrepository.radenfatah.ac.id/6593/2/Bab 2.pdf · KONSEP PENGUPAHAN DALAM HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Upah Berdasarkan Hukum

56

Menurut ekonomi Islam, asas yang adil bagi pendapatan

adalah hasil kerja, sedangkan bunga tidak sejalan dengan asas

tersebut, karena itu, Islam menawarkakan Sistem bagi hasil.