bab 2 edit

Upload: zdy-nyt

Post on 12-Jul-2015

198 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Teori 2.1.1 Konsep Hipertensi 1) Pengertian Hipertensi adalah peningkatan menetap tekanan arteri sistemik ( Ganong, 2001 ). Hipertensi adalah suatau gangguan pada sistem peredaran darah yang cukup banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Pada umumnya terjadi pada manusia yang sudah berusia setengah umur (usia lebih dari 40 tahun). Namun banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Hal ini disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatannya. 2) Patofisiologi Hipertensi Pengaturan tekanan darah adalah proses yang kompleks

menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah. Ada dua faktor utama yang mengatur tekanan darah, yaitu darah yang mengalir dan tahanan pembuluh darah perifer. Darah yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung. Tahanan vaskular perifer berkaitan dengan besarnya lumen

7

pembuluh darah perifer. Makin sempit pembuluh darah, makin tinggi tahanan terhadap aliran darah, makin besar dilatasinya, makin kurang tahanan terhadap aliran darah. Jadi, makin menyempit pembuluh darah, makin meningkat pula tekanan darah. Dilatasi dan konstriksi pembuluh - pembuluh darah dikendalikan oleh sistem saraf simpatis dan sistem renin angiotensin. Apabila sistem saraf simpatis dirangsang, katekolamin, seperti epinefrin dan

norepinefrin akan dikeluarkan. Kedua zat kimia ini menyebabkan konstriksi pembuluh darah, meningkatnya curah jantung, dan kekuatan kontraksi ventrikel. Sama halnya pada sistem renin angiotensin, yang apabila distimulasi juga menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh pembuluh darah. Vasokonstriksi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada ginjal dengan timbulnya kegagalan ginjal. Selain ginjal, otak dan jantung dapat pula mengalami kerusakan yang permanen ( Baradero, 2008 ). 3) Jenis Hipertensi Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu : 1) Hipertensi Primer (essensial hipertensi), yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na da Ca intraselular, dan faktor-faktor

8

yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. 2) Hipertensi Sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain ( Mansjoer, 2002 ). 4) Epidemiologi Banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Hal ini disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatannya. Di Amerika, data statistik pada tahun 1980 menunjukkan bahwa sekitar 20% penduduk menderita hipertensi. Di Indonesia belum ada penelitian nasional yang menyeluruh, namun diperkirakan angka statistik di Indonesia tidak jauh berbeda dengan Amerika. Boedi Darmoyo dalam penelitiannya, menemukan bahwa antara 1,8%-28,6% penduduk dewasa adalah penderita hipertensi. Angka 1,8% berasal dari penelitian di Desa Kalirejo, Jawa Tengah, sedangkan nilai 28,6% dilaporkan dari hasil penelitian di Sukabumi, Jawa Barat ( Gunawan, 2001 ).

9

5)

Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO/ISH yaitu : Klasifikasi Normotensi Hipertensi Ringan Hipertensi Perbatasan Hipertensi Sedang dan Berat Hipertensi sistolik terisolasi Hipertensi sistolik perbatasan Sistolik (mmHg) < 140 140 180 140 160 > 180 > 140 140 160 Diastolik (mmHg) < 90 90 105 90 95 > 105 < 90 < 90

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut The Sixth Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, 1997. Kategori Normal Perbatasan Hipertensi tingkat 1 Hipertensi tingkat 2 Hipertensi tingkat 3 Sistolik (mmHg) < 130 130 139 140 159 160 179 > 180 Diastolik (mmHg) < 85 85 89 90 99 100 109 > 110

1

6) Gejala Klinis Gejala klinis hipertensi yaitu berupa peninggian tekanan darah yang kadang kadang merupakan satu satunya gejala. Bila terjadi demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, dan pusing. ( Mansjoer, 2002 ) 7) Penyebab Hipertensi Menurut Gunawan, 2001, meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, datadata penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktorfaktor tersebut antara lain adalah : (1) Faktor Keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. (2) Ciri Perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis kelamin, dan ras. Umur yang bertambah akan menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Menurut Potter & Perry (2005) tekanan darah pada orang dewasa cenderung meningkat seiring pertambahan usia dan pada lansia bisa dihubungkan dengan penurunan elastisitas pembuluh darah

1

Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita. Menurut Potter & Perry (2005) bahwa setelah pubertas pada pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi. Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler (Anindya, 2009). Juga, statistik di Amerika menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit putih. (3) Kebiasaan Hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stres, dan pengaruh lain. Faktor faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. a) Konsumsi garam yang tinggi Dari data statistik ternyata diketahui bahwa hipertensi jarang diderita oleh suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam yang rendah. Dunia kedokteran juga telah membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretik (pelancar kencing) akan menurunkan tekanan darah lebih lanjut.

b) Kegemukan atau makan berlebihan

1

Dari penelitian kesehatan yang banyak dilaksanakan terbukti (obesitas) bahwa dan ada hubungan antara kegemukan mekanisme

hipertensi.

Meskipun

bagaimana kegemukan menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi sudah terbukti penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah. c) Stres atau ketegangan jiwa Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis (Dr.Hans Selye: General Adaptation Syndrome, 1957). Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stres atau dan rasa tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka.

1

Stres emosi dapat menstimulasi sistem saraf simpatis dan menyebabkan vasokonstriksi perifer, sehingga dapan menyebabkan peningkatan tekanan darah. d) Pengaruh lain Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah adalah sebagai berikut. (1) Merokok, nikotin dapat menyebabkan vasokonstriksi. (2). Minum alkohol, alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan mempunyai efek toksik pada hepar. (3) Minum obat-obatan, misal Ephedrin, Prednison, Epinefrin. 8) Penatalaksanaan Hipertensi Penatalaksanaan hipertensi bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan cara farmakologis dan non farmakologis. (1) Cara Farmakologis Cara farmakologis dilakukan dengan menggunakan obatobat antihipertensi. Berdasarkan cara kerjanya, obat hipertensi terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu diuretik, beta blocker, penghambat ACE, antagonis kalsium, dan sebagainya. Mayoritas pasien dengan tekanan darah tinggi akan memerlukan obatobatan selama hidup mereka untuk mengontrol tekanan darah

1

mereka. Pada beberapa kasus, dua atau tiga obat hipertensi dapat diberikan. Penjelasan untuk masing-masing obat antihipertensi ini adalah sebagai berikut : a) Penghambat saraf simpatis. Golongan ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis sehingga mencegah naiknya tekanan darah, contohnya : Metildopa 250 mg (Medopa, Dopamet), Klonidin 0,075 & 0,15 mg (Catapres) dan Reserpin 0,1 & 0,25 mg (Serpasil, Resapin). b) Beta Blocker. Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada akhirnya akan menurunkan tekanan darah. Contoh : Propanolol 10 mg (Inderal, Farmadral), Atenolol 50, 100 mg (Tenormin, Farnormin), atau Bisoprolol 2,5 & 5 mg (Concor). c) Vasodilator. Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah. d) Angiotensin Convering Enzyme (ACE) Inhibitor. Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh : Kaptopril 12,5, 25, 50 mg (Capoten, Captensin, Tensicap), Enalapril 5 & 10 mg (Tenase). e) Calsium Antagonis. Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung

1

(kontraktilitas). Contoh : Nifedipin 5 & 10 mg (Adalat, Cordalat, Farmalat, Nifedin), Diltiazem 30, 60, 90 mg (Herbesser, Farmabes). f) Antagonis Reseptor Angiotensin II. Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada

reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contohnya : Valsartan (Diovan). g) Diuretik. Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contohnya : Hidroklorotiazid/HCT . (2) Cara Non Farmakologis Tidak hanya metode farmakologis yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah, metode non farmakologis juga berperan penting dalam penurunan tekanan darah. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain : a) Menurunkan kelebihan berat badan. Curah jantung

dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang mengalami obesitas cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan penderita hipertensi yang tidak mengalami obesitas. b) Diet Rendah Garam. Yang dimaksud disini adalah

garam natrium dan juga semua bahan makanan sumber natrium. Natrium bersifat mengikat air. Pada saat garam

1

dikonsumsi, maka garam tersebut akan mengikat air sehingga air akan terserap masuk ke dalam intravaskuler yang menyebabkan meningkatnya volume darah sehingga kerja jantung juga akan meningkat dan tekanan darah akhirnya juga meningkat. c) Diet Rendah Kolesterol. Bila terjadi kelebihan kolesterol dalam tubuh akan terjadi pengendapan kolesterol dalam arteri, yang akan membuat pembuluh darah menyempit dan menghalangi aliran darah sehingga terjadi peningkatan aliran darah. d) Diet tinggi serat. Serat dibutuhkan untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh. Tujuan diet tinggi serat ini adalah untuk menghindari kelebihan lemak, lemak jenuh dan kolesterol, menghindari kelebihan gula dan natrium, serta membantu mengontrol berat badan. e) Manajemen stres. Mencegah stres dan melakukan relaksasi sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi. Stres

berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stres antara lain dengan relaksasi, meditasi, yoga, peregangan otot (stretching), pijat (massage), membicarakan masalah dengan teman dekat, atau bahkan meminta bantuan profesional untuk mengatasi masalah penyebab stres jika diperlukan ( Indriyani, 2008 ).

1

2.2 Konsep Terapi Musik 1) Pengertian Terapi musik didefinisikan sebagai sebuah aktivitas terapeutik yang menggunakan musik sebagai media untuk memperbaiki,

memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi. Pada tahap selanjutnya, terapi musik difungsikan untuk memperbaiki kesehatan fisik, interaksi sosial, hubungan interpersonal, ekspresi emosi, dan meningkatkan kesadaran diri. Potter mendefinisikan terapi musik sebagai teknik yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan, seperti musik klasik, instrumentalia, slow music, orkestra, dan musik modern lainnya ( Potter&Perry, 2005 ). Tetapi beberapa ahli menyarankan untuk tidak menggunakan jenis musik tertentu seperti pop, disco, rock and roll, dan musik berirama keras (anaseptic beat) lainnya, karena jenis musik dengan anaseptic beat (2 beat pendek, 1 beat panjang, dan kemudian pause) merupakan irama yang berlawanan dengan irama jantung. Musik lembut dan teratur seperti instrumentalia dan musik klasik merupakan musik yang sering digunakan untuk terapi musik ( Potter&Perry, 2005 ). Dahulu kala di Yunani dan Mesir musik di pakai untuk penyembuhan, dan penduduk primitif di India dan Cina juga lebih memanfaatkan terapi musik daripada pergi ke rumah sakit. Musik adalah

1

bentuk seni yang paling lembut namun berpengaruh besar terhadap pusat fisik dan jaringan saraf. Musik juga mempengaruhi sistem saraf parasimpatis atau sistem saraf simpatis, baik secara langsung maupun tidak langsung . 2) Manfaat Musik Menurut Spawne Anthony (2003), musik mempunyai manfaat sebagai berikut : 1) Efek Mozart, adalah salah satu istilah untuk efek yang bisa dihasilkan sebuah musik yang dapat meningkatkan intelegensia seseorang. 2) Refreshing, pada saat pikiran seseorang sedang kacau atau jenuh, dengan mendengarkan musik walaupun sejenak, terbukti dapat menenangkan dan menyegarkan pikiran kembali. 3) Motivasi, adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan feeling tertentu. Apabila ada motivasi, semangatpun akan muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan. 4) Perkembangan kepribadian. Kepribadian seseorang diketahui mempengaruhi dan dipengaruhi oleh jenis musik yang

didengarnya selama masa perkembangan. 5) Terapi, berbagai penelitian dan literatur menerangkan tentang manfaat musik untuk kesehatan fisik maupun mental. Beberapa gangguan atau penyakit yang dapat ditangani dengan musik antara lain : kanker, stroke, demensia, dan bentuk gangguan

1

intelegensia lain, penyakit jantung dan hipertensi, nyeri, gangguan kemampuan belajar, dan bayi prematur. 6) Komunikasi, musik mampu menyampaikan berbagai pesan keseluruh bangsa tanpa harus memahami bahasanya. Pada kesehatan mental, terapi musik diketahui dapat memberi kekuatan komunikasi dan ketrampilan fisik pada penggunanya. ( puskesmas-oke.com, 2009 ). 3) Metode Aktivitas Musik Berikut ini beberapa contoh umum teknik yang digunakan terapis musik untuk melengkapi praktek di lapangan adalah melalui : 1) Bernyanyi, untuk membantu klien yang mengalami gangguan perkembangan artikulasi pada keterampilan bahasa, irama, dan kontrol pernafasan. Banyak lagu yang membantu kaum manula untuk mengingat peristiwa atau kenangan dalam kehidupan mereka. Lirik lagu juga digunakan untuk membantu klien gangguan mental dalam melakukan rangkaian tugas bahasa. 2) Bermain musik, membantu pengembangan dan koordinasi

kemampuan

motorik. Bermain alat musik secara ansambel

membantu klien gangguan belajar untuk mengontrol impuls saraf yang kacau melalui latihan secara terstruktur dalam kelompok. 3) Gerak ritmis, digunakan untuk mengembangkan jangkauan

fisiologis,

menggabungkan

mobilitas/ketangkasan/kekuatan,

2

keseimbangan, koordinasi, konsistensi, pola pola pernafasan, dan relaksasi otot. 4) Mendengarkan musik, dapat mengembangkan keterampilan kognisi, seperti memori dan konsentrasi. Musik dapat menstimuli respons relaksasi, motivasi atau pikiran, imajinasi, dan memori . 4) Strategi Terapi Musik Delapan alasan penggunaan musik dalam kegiatan terapeutik adalah : (1) Sebagai audioanalgesik atau penenang yang dapat menimbulkan pengaruh biomedis positif. Contoh : klien penyakit kronis diajak menggunakan musik untuk menurunkan gangguan fisiologis dan kadar distress, mengalihkan perhatian dari rasa sakit, mengubah dan menurunkan tingkat persepsi dari rasa sakit. (2) Sebagai aktivitas memfokuskan perhatian. Contoh : seorang wanita hamil mendengarkan musik dalam proses persalinan sesuai dengan pilihan musik dan mengikuti teknik melahirkan. (3) Meningkatkan relasi terapis/pasien/keluarga. Contoh : seorang terapis mengembangkan relasi yang terbuka dengan seorang klien remaja dengan musik kesenangannya. (4) Memberdayakan proses belajar. Contoh : anak diajarkan mengatur diri dan belajar disiplin dengan mengajarkan tahapannya melalui sebuah lagu. (5) Sebagai stimulator auditori atau menghilangkan kebisingan. Contoh :

seorang klien belajar mengendalikan otot (atau indikasi stres fisiologis lainnya)

2

melalui biofeedback dengan menggunakan musik sebagai medikasi auditori. Atau musik yang dimainkan dalam ruang unit gawat darurat untuk mereduksi kebisingan suara suara mesin dan elektronis lainnya. (6) Menata kegembiraan dan interaksi personal. Contoh : anggota keluarga klien sebagai kelompok penunjang melakukan diskusi tentang lirik sebuah lagu, penulisan lagu, bernyanyi dan berimprovisasi untuk meningkatkan rasa saling percaya dan kooperatif satu sama lain dengan panduan seorang fasilitator. (7) Sebagai penguat untuk keterampilan fisiologis, emosi dan gaya hidup. Contoh : seorang klien belajar bermain alat musik sebagai alternatif penyaluran ekspresi dari aktivitas pasif lainnya. (8) Mengurangi distres pada pikiran. Contoh : staf unit gawat darurat sebaiknya menggunakan musik untuk mereduksi stres dan mendengarkan musik selama 15 menit sebelum setiap pergantian jam jaga. 5) Jenis Musik Penyembuhan Kita masing-masing dapat memperkirakan musik jenis apa yang dapat dipakai dalam rangka penyembuhan, misalnya : (1)Musik yang dirasa dapat meningkatkan energi kita. (2)Musik yang menstimuli otak kita. (3)Musik yang membangkitkan semangat kita. (4)Musik yang memberi rasa rileks pada tubuh kita. (5)Musik yang menenangkan pikiran kita. (6)Musik yang melepaskan emosi kita.

2

(7)Musik yang memulihkan semangat kita. (8)Musik yang memotivasi perilaku kita. (9)Musik yang membantu kita istirahat. (10)Musik yang membangunkan kita. (11)Musik yang mengembangkan pikiran kita. (12)Musik yang membantu kita untuk tidak berpikir . 6) Prosedur Terapi Musik Terapi musik tidak selalu membutuhkan kehadiran ahli terapi, walau mungkin membutuhkan bantuannya saat mengawali terapi musik. Untuk mendorong peneliti menciptakan sesi terapi musik sendiri, berikut ini beberapa dasar terapi musik yang dapat anda gunakan untuk melakukannya. 1) Pilih musik yang sesuai dengan selera klien, pertimbangkan usia dan latar belakang. 2) Gunakan earphone supaya tidak mengganggu klien atau staf yang lain dan membantu klien berkonsentrasi pada musik. 3) Pastikan tombol-tombol kontrol di radio atau pesawat tape mudah ditekan, dimanipulasi, dan dibedakan. 4) Apabila tersedia musik latar, pilih jenis musik umum yang sesuai dengan keinginan klien. 5) Minta klien berkonsentrasi pada musik dan mengikuti irama dengan mengetuk-ngetukkan jari atau menepuk-nepuk paha.

2

6)

Hindari interupsi yang diakibatkan cahaya yang remang-remang dan hindari menutup gorden atau pintu.

7)

Instruksikan klien untuk tidak menganalisa musik : Nikmati musik ke manapun musik membawa anda .

8) 9)

Tinggalkan klien sendirian ketika mereka mendengarkan musik. Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat memberikan efek terapeutik ( Potter&Perry, 2005 )

2.3 Konsep Lanjut Usia 1) Pengertian Lanjut Usia Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan ( Pudjiastuti, 2003 ). Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008 ).

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahakan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

2

bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita ( Nugroho, 2000 ). Menurut Potter & Perry (2005) lansia merupakan tahap kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi dan perubahan peran, yang dapat menyebabkan stres psikososial. Stres ini dapat meliputi perubahan peran pada pasangan atau keluarga dan masalah isolasi sosial. Tipe-tipe isolasi sosial yang sering dialami oleh lansia antara lain adalah isolasi sikap, isolasi penampilan, isolasi perilaku, dan isolasi geografis. 2) Batasan Batasan Lanjut Usia Ada beberapa pendapat mengenai batasan umur lansia ( Mubarok, 2006 ) : (1)Menurut Departemen Kesehatan RI, membagi lansia sebagai berikut : a) Kelompok menjelang usia lanjut ( 45 54 tahun ) sebagai masa vibrilitas. b) Kelompok usia lanjut ( 55 64 tahun ) sebagai masa presenium. c) Kelompok usia lanjut ( 65 tahun > ) sebagai masa senium. (2)Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ), lanjut usia meliputi : a) Usia pertengahan ( middle age ) ialah kelompok usia 45 59 tahun. b) Usia lanjut ( elderly ) antara usia 60 74 tahun c) Usia tua ( old ) antara 75 90 tahun d) Usia Sangat tua ( very old ) diatas 90 tahun

2

(3) Menurut Undang undang No. 4 Tahun 1965 pasal 1 Seorang dinyatakan sebagai jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari hari dan menerima nafkah dari orang lain . 3) Teori Penuaan Ada empat asumsi dasar yang harus diperhatikan dalam mempelajari Lanjut Usia ( Pudjiastuti, 2003 ), yakni : 1) Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Seorang dengan usia kronologis 70 tahun mungkin dapat memiliki usia fisiologis 50 tahun, atau sebaliknya seseorang dengan usia 50 tahun mungkin memiliki banyak penyakit kronis sehingga usia fisiologisnya 90 tahun. 2) Peningkatan jumlah lansia merupakan hasil dari perkembangan ilmu dan teknologi abad ke 20. Menurut ahli gerontology, James Birren, bertambahnya umur harapan hidup sesorang merupakan hasil dari perkembangan di bidang kedokteran dan teknologi modern, yaitu dengan penuaan teknik pengobatan terhadap penyakit ganas, teknik dan alat bedah / operasi modern, serta teknik dan alat diagnosis. 3) Penuaan alamiah / fisiologis harus dibedakan dari penuaan patologis. Penurunan fungsi tidak hanya disebabkan faktor penuaan, tetapi

2

dapat juga disebabkan oleh faktor patologis. Penurunan fungsi karena faktor patologis bukan penuaan yang normal. 4) Tidak satu teori pun mampu menjelaskan penuaan secara universal. Meskipun penuaan merupakan prose yang universal, tidak seorang pun mengetahui penyebabnya atau mengapa manusia menjadi tua pada usia yang berbeda beda. Secara umum, teori penuaan dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu teori genetik dan teori non genetik . 1) Teori Genetik Teori ini memfokuskan mekanisme penuaan yang terjadi pada nukleus sel. Penjelasan teori ini berdasarkan genetik diantaranya yang berikut : a) Teori Genetik Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain perubahan fungsi sel, efek kumulatif dari tidak normalnya sel, dan kemunduran sel dalam organ dan jaringan. b) Teori Kesalahan Dalam teori ini dinyatakan kesalahan dalam proses atau mekanisme pembuatan protein akan mengakibatkan beberapa efek. Penurunan ketepatan sintesis protein secara spesifik telah dihipotesiskan penyebabnya, yaitu ketidaktepatan dalam

penyimpan pasangan kodon mRNA dan antikodon tRNA.

2

Namun, penelitian terakhir ternyata bertentangan dengan teori kesalahan, yang menerangkan bahwa tidak semua penuaan sel menghimpun molekul nonspesifik dan penuaan itu tidak selamanya dipercepat ketika molekul non spesifik ditemukan. c) Teori DNA Lewah ( Kelebihan DNA ) Mengemukakan teori yang berhubungan dengan teori kesalahan. Ia percaya bahwa perubahan usia biologis merupakan hasil akumulasi kesalahan dalam memfungsikan gen ( plasma pembawa sifat ). Perbedaan usia makhluk hidup mungkin merupakan suatu fungsi dari tingkat urutan genetik berulang ( repeated genetic sequences ). Jika kesalahan muncul dalam urutan genetik tidak berulang ( non repeated genetic sequences ), kesempatan untuk menjaga hasil akhir produksi gen selama evolusi atau selama hidup akan berkurang. d) Teori Rekaman Rekaman ( transcription )adalah tahap awal dalam pemindahan informasi dari DNA ke sintesis protein. Teori yang mengacu pada teori Hayflick itu menyatakan empat kondisi berikut : (1). Dengan peningkatan usia terjadi perubahan yang bersifat merusak metabolisme posmitotik cells yang berbeda. (2). Perubahan merupakan hasil dari kejadian primer yang terjadi pada inti kromatin.

2

(3). Perubahan itu terjadi dalam inti kromatin kompleks, merupakan suatu mekanisme kontrol yang bertanggung jawab terhadap penampilan dan urutan penuaan primer. (4). Mekanisme kontrol itu meliputi regulasi transkripsi meskipun regulasi lain dapat terjadi. 2) Teori Non Genetik Teori non genetik memfokuskan lokasi di luar nukleus sel, seperti organ, jaringan dan sistem teori yang berdasarkan non genetik antara lain sebagai berikut :

a)

Teori Radikal Bebas Pada dasarnya radikal bebas adalah ion bermuatan listrik yang berada di luar orbit dan berisi ion tak berpasangan. Radikal bebas mampu merusak membrane sel lisosom, motokondria dan inti membran melalui reaksi kimia yang disebut peroksidasi lemak. Teori radikal bebas pada penuaan ditunjukkan oleh hormone, perubahan hormon pada penuaan menunjang reaksi radikal dan akan menimbulkan efek patologis, seperti kanker dan

aterosklerosis. Penelitian telah dikembangkan untuk melihat fungsi antioksidan pada radikal bebas. Vitamin E, vitamin C. selenium, glutation perioksidase dan superioksidase dismutase telah digunakan untuk menghambat radikal bebas dan

peroksidase lemah. Pengaruh dari penghambat radikal bebas

2

mencegah degenerasi sel, seperti penurunan pengumpulan lipofusin.

b) Teori Autoimun Menurut teori ini, penuaan diakibatkan oleh antibody yang berekasi terhadap sel normal dan merusaknya. Reaksi ini terjadi karena tubuh gagal mengenai sel normal dan mereduksi antibodi yang salah. Akibatnya, antibodi itu bereaksi terhadap sel normal, disamping sel abnormal yang mestimulasi pembentukannya. Teori ini mendapat dukungan dari kenyataan bahwa jumlah antibodi autoimun meningkat pada lansia dan terdapat persamaan antara penyakit imun ( missal arthritis rheumatoid, diabetes, tiroiditis dan amiloidosis ) dan fenomena menua. c) Teori Hormonal Donner Denckle percaya bahwa pusat penuaan terletak pada otak. Pernyataan ini didasarkan pada studi hipotiroidsme. Hipotiroidisme dapat terjadi menjadi fatal apabila tidak diobati dengan tiroksin, sebab seluruh manifestasi dari penuaan akan nampak, seperti penurunan proses metabolisme secara perlahan. d) Teori Pembatasan energi Diet yang didasarkan pada pembatasan kalori, yang dikenal sebagai pembatasan energi. Diet nutrisi tinggi yang rendah kalori berguna untuk meningkatkan fungsi tubuh agar tidak cepat tua.

3

Program pembatasan energi bertujuan untuk mengurangi berat badan secara bertahap dalam beberapa tahun sampai efisiensi metabolisme tercapai untuk hidup sehat dan panjang usia. Tinggi rendahnya diet mempengaruhi perkembangan umur dan adanya penyakit. Termasuk dalam program diet adalah pantangan merokok, minum alkohol dan mengendalikan penyebab pstress seperti kecemasan, frustasi atau stress yang disebabkan oleh kerja berat.

4) Perubahan Perubahan yang Terjadi Pada lanjut Usia 1) Perubahan Perubahan Fisik (Nugroho, 2000) a) Sel (1) Lebih sedikit jumlahnya (2) Lebih besar ukurannya (3) Berkurang jumlah cairan tubuh dan berkurang cairan intraseluler. (4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati. (5) Jumlah sel otak menurun. (6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel. (7) Otak menjadi atrofis, beratnya berkurang 5-10% b) Sistem Pernafasan

3

(1) Berat otak menurun 10-20%. ( Setiap orang berkurang saraf otaknya dalam setiap harinya). (2) Cepatnya menurun hubungan pernafasan. (3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dalam stress. (4) Mengecilnya saraf panca indera. Berkurangnya

penglihatan, hilangnya pendengara, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan dingin. (5) Kurang sensitive terhadap sentuhan. c) Sistem Pendengaran (1) Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ). Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia di atas umur 65 tahun. (2) Otosklerosis akibat atrofi membrane tympani. (3) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin. (4) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa / stress. d) Sistem Penglihatan (1) Timbul selerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

3

(2) Kornea lebih membentuk sferis ( bola ). (3) Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak. (4) Meningkatkan ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap. (5) Hilangnya daya akomodasi. (6) Menurunnya pandangannya. (7) Menurunnya daya membedakan warna biru dan hijau. e) Sistem Kardiovaskuler (1) Elastisitas dinding aorta menurun. (2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku. (3) Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. (4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya lapangan pandang, berkurang luas

efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menuru, mengakibatkan pusing mendadak. (5) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. f) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

3

(1) Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat metabolisme yang menurun. (2) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat

memproduksi panas akibat aktivitas otot menurun. g) Sistem Respirasi (1) Otot. otot pernafasan kehilangan dan menjadi kaku. (2) Menurunnya aktivitas dari silia. (3) Paru paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun. (4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang. (5) Kemampuan untuk batuk berkurang. (6) Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia. h) Sistem Gastrointestinal (1) Kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. (2) Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit. (3) Esophagus melebar. (4) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

3

(5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi. (6) Daya absorbsi melemah. i) Sistem Reproduksi (1) Menciutnya ovari dan uterus. (2) Atrofi payudara. (3) Pada laki laki testis masih memprodulsi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur angsur. (4) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai lanjut usiaasal kondisi baik. (5) Selaput lendir vagina menurun j) Sistem Perkemihan (1) Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa

metabolisme tubuh melalui urin, darah yang masuk ke ginjal di saring di glomerulus ( nefron ). Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %. (2) Otot otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria. (3) Pembesaran prostat 75% dialami oleh pria usia diatas 65 tahun. k) Sistem Endokrin (1) Produksi semua hormone menurun.

3

(2) Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR ( Basal Metabolic Rate ) dan menutunnya daya pertukaran zat. (3) Menurunnya produksi aldosteron. (4) Menurunnya sekresi hormon kelamin misalnya,

profesteron, estrogen dan testosteron. l) Sistem Kulit ( Sistem Integumen ) (1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak. (2) Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk bentuk sel epidermis. (3) Kulit kepala dan rambut menipis berwana kelabu. (4) Rambut dalam hidung dan telinga menebal. (5) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi. (6) Pertumbuhan kuku lebih lambat. (7) Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya. (8) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya. m) Sistem Muskuloskletal (1) Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh. (2) Kifosis. (3) Pergerakan pinggang, lutut dan jari jari terbatas.

3

(4) Persendian membesar dan menjadi kaku. (5) Tendon mengerut dan mengalami skelerosis. (6) Atrofi serabut otot ( otot otot serabut mengecil ). Otot otot serabut mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot otot kram dan menjadi tramor. (7) Otot otot polos tidak begitu berpengaruh. (8) 2) Perubahan Perubahan Mental ( Psikologis ) Perubahan perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan, atau pengetahuan serta situasi lingkungan. Intelegensi diduga secara umum makin mundur terutama faktor menolakan abstrak mulai lupa terhadap kejadian lalu, masih terekam baik masa lalu. Dari segi emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, cenderung introvert ( Mubarok, 2006 ).Sedangkan menurut Nugroho (2000), faktor kemiskinan, depresi, kekhawatiran, paranoid, dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit sering menyebabkan stres pada lansia.

3) Perubahan Psikososial (Nugroho, 2000) a) Pensiunan : nilai seseorang diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan perasaan dalam pekerjaan. Bila

3

seseorang pensiun ( purna tugas ) ia akan mengalami kehilangan kehilangan, antara lain : (1) (2) Kehilangan financial ( income berkurang ). Kehilangan satus ( dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya ). (3) (4) Kehilangan teman / kenalan atau relasi. Kehilangan pekerjaan / kegiatan.

b) Merasakan atau sadar akan kematian ( sense of awareness of mortality ). c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit. d) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan ( economic deprivation). e) Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan. f) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

g) Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian. h) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan. i) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan

dengan teman teman dan family. j) Kehilangan kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan

terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.

3

5) Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan Menurut Nugroho, 2000, ada beberapa faktor yang mempengaruhi penuaan, antara lain yaitu meliputi : 1) Hereditas atau keturunan 2) Nutrisi (makanan) 3) Status Kesehatan 4) Pengalaman hidup 5) Lingkungan 6) Stres

2.4 Konsep Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Salah satu yang mengendalikan dilatasi dan konstriksi pembuluhpembuluh darah adalah sistem saraf simpatis. Apabila sistem saraf simpatis dirangsang, katekolamin, seperti epinefrin dan norepinefrin akan

dikeluarkan. Kedua zat kimia ini menyebabkan konstriksi pembuluh darah, meningkatnya curah jantung, dan kekuatan kontraksi ventrikel . Musik adalah bentuk seni yang paling lembut namun berpengaruh besar terhadap pusat fisik dan jaringan saraf. Musik juga mempengaruhi sistem saraf parasimpatis atau sistem saraf simpatis, baik secara langsung maupun tidak langsung . Musik dapat menurunkan nyeri fisiologis, stres, dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang, dan musik terbukti menunjukkan efek

3

yaitu menurunkan frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri,dan menurunkan tekanan darah ( Potter & Perry, 2005 ). Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa musik dapat

menurunkan tekanan darah, metabolisme dasar, dan pernafasan sehingga mengurangi tekanan terhadap respon fisiologis. Penelitian lain membuktikan pula bahwa musik dapat meningkatkan produksi zat endhorpins (penghilang rasa sakit) dan S-IgA (salivary immunoglobulin A). S-IgA ini bermanfaat untuk mempercepat penyembuhan, mengurangi resiko infeksi, serta mengontrol tekanan jantung. Penelitian yang dilakukan oleh Samuel Hakim seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia untuk mengetahui dampak terapi musik terhadap ansietas, detak jantung, dan tekanan darah arteri 101 subyek yang menunggu untuk kateterisasi jantung. Ketiga variabel ini diukur setelah pasien diterapi dengan musik dan tepat sebelum pasien dipindahkan ke laboratorium. Terjadi penurunan ansietas yang berarti pada kelompok subjek dibandingkan kelompok kontrol dan detak jantung serta tekanan darah arteri kelompok ini turun, sementara pada kelompok kontrol naik. Hal yang sama terjadi pada sekelompok mahasiswa yang menghadapi stres kognisi karena diharuskan presentasi oral. Tingkat ansietas, denyut jantung, dan tekanan darah sistolik meningkat tajam akibat stressor tersebut. Para mahasiswa ini diterapi dengan musik Pachebels Canon in D Major dan didapatkan

4

penuruan variabel diatas, disertai peningkatan kadar IgA saliva dibanding kondisi basal. (Nison23rd.multiply.com/journal/item/6, 2010) Pada tahun 1998, Don Campbell, seorang musisi sekaligus pendidik, bersama Dr. Alfred Tomatis yang psikolog, mengadakan penelitian untuk melihat efek positif dari beberapa jenis musik, menemukan bahwa musik klasik bisa membantu penyembuhan penyakit-penyakit, seperti stress, kanker, dyslexia, dan tekanan darah tinggi, dan hasilnya dituangkan dalam buku mereka yang di Indonesia diterbitkan dengan judul Efek Mozart, Memanfaatkan Kekuatan Musik Untuk Mempertajam Pikiran,

Meningkatkan Kreativitas dan Menyehatkan Tubuh. Banyak fakta menarik yang diungkap Campbell dan Tomatis. Diantaranya, adanya hubungan yang menarik antara musik dan kecerdasan manusia. Berbagai penelitian yang dilakukan di India maupun Italia

menunjukkan efektivitas terapi musik untuk mengurangi nyeri, kecemasan maupun hipertensi. Pada penelitian di Italia menunjukkan kelompok penderita hipertensi yang sedang minum obat antihipertensi bila diikuti dengan mendengarkan musik klasik 30 menit / hari disertai dengan latihan nafas perut selama satu bulan menunjukkan penurunan tekanan darah yang bermakna dibandingkan dengan kelompok pasien yang hanya mengandalkan obat antihipertensi. Selain itu pula penelitian lain pada pasien yang akan menjalani tindakan endoskopi atau peneropongan organ pencernaan, terbukti dengan terapi musik dapat mengurangi kecemasan dan terapi musik dapat

4

membuat pasien lebih rileks dengan hasil akhir memberikan efek positif terhadap detak jantung maupun laju nafas. Berdasar hasil penelitian yang didiskusikan para pakar kesehatan di New Orleans baru-baru ini, terapi musik selama 30 menit sehari terbukti mampu menggantikan terapi obat-obatan hipertensi. Penelitian dilakukan terhadap 48 penderita hipertensi berusia 45-70 tahun. Sebanyak 28 orang di antaranya diminta mendengarkan musik klasik atau musik tradisional India selama 30 menit sehari. Sedangkan 20 orang lainnya dibiarkan melakukan aktivitasnya seperti biasa. Hasilnya, setelah melakukan terapi musik selama sebulan, tekanan darah 28 penderita hipertensi itu menjadi normal. Sedangkan tekanan darah 20 penderita hipertensi yang tak melakukan terapi musik masih terukur tinggi. Berdasarkan penelitian tentang terapi musik dan tekanan darah yang dilakukan oleh Endang Triyanto di daerah Banyumas, lama hari perlakuan untuk mencapai nilai batas normal khususnya penurunan tekanan darah ternyata cenderung dicapai dalam waktu cukup singkat yaitu sebagian besar hanya dalam waktu 1 hari (56%) dan maksimum dicapai dalam waktu 5 hari (6,6%). (Alumni.ugm.ac.id, 2009).