bab 2 data dan analisa - library & knowledge...

23
3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Historis 2.1.1 Sejarah Jakarta Berita historis paling tua mengenai kota Jakarta terdapat pada Prasasti Tugu, yang berasal dari aba ke-5. Prasasti Tugu ini merupakan saksi tertua dari sejarah Jakarta. Hampir 1400 tahun lamanya prasasti ini tertanam di desa Batu Tumbuh di dekat Tugu, Jakarta Utara. Sebelum menjadi namanya yang sekarang ini, kota Jakarta telah mengalami pergantian nama sampai 13 kali dan menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat dengan provinsi walaupun disebut sebagai ‘kota’. Berikut ini adalah beberapa pergantian nama kota Jakarta dari awal hingga sekarang : a. Sunda Kelapa Pertama dikenal dengan nama Sunda Kelapa karena merupakan salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bertempat di Sungai Ciliwung, sementara ibukota dari Kerajaan Sunda itu sendiri adalah Dayeuh Pakuan Pajajaran yang sekarang dikenal dengan nama Bogor. Sunda Kelapa ini adalah pelabuhan terpenting karena merupakan pelabuhan terdekat daripada pelabuhan-pelabuhan lainnya yang dimiliki oleh Kerajaan Sunda. Dan nama Sunda Kelapa ini sudah ada sejak tahun 397 – 1527. b. Jayakarta Pada abad ke-16, ketika untuk pertama kalinya Bangsa Portugis dan Bangsa Eropa datang ke Jakarta, pada saat itu Raja Sunda meminta bantuan dari mereka untuk membangun benteng di Sunda Kelapa untuk menghadapi serangan dari Cirebon yang saat itu memisahkan diri. Namun sebelum pembangunan benteng tersebut selesai, pelabuhan Sunda Kelapa telah diserang oleh Cirebon yang dibantu oleh Demak. Pada hari itulah, Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi

Upload: dinhminh

Post on 06-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

3

BAB 2

DATA DAN ANALISA

2.1 Data Historis

2.1.1 Sejarah Jakarta

Berita historis paling tua mengenai kota Jakarta terdapat pada

Prasasti Tugu, yang berasal dari aba ke-5. Prasasti Tugu ini merupakan

saksi tertua dari sejarah Jakarta. Hampir 1400 tahun lamanya prasasti ini

tertanam di desa Batu Tumbuh di dekat Tugu, Jakarta Utara.

Sebelum menjadi namanya yang sekarang ini, kota Jakarta telah

mengalami pergantian nama sampai 13 kali dan menjadi satu-satunya kota

di Indonesia yang memiliki status setingkat dengan provinsi walaupun

disebut sebagai ‘kota’. Berikut ini adalah beberapa pergantian nama kota

Jakarta dari awal hingga sekarang :

a. Sunda Kelapa

Pertama dikenal dengan nama Sunda Kelapa karena merupakan salah

satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bertempat di Sungai Ciliwung,

sementara ibukota dari Kerajaan Sunda itu sendiri adalah Dayeuh

Pakuan Pajajaran yang sekarang dikenal dengan nama Bogor.

Sunda Kelapa ini adalah pelabuhan terpenting karena merupakan

pelabuhan terdekat daripada pelabuhan-pelabuhan lainnya yang

dimiliki oleh Kerajaan Sunda. Dan nama Sunda Kelapa ini sudah ada

sejak tahun 397 – 1527.

b. Jayakarta

Pada abad ke-16, ketika untuk pertama kalinya Bangsa Portugis dan

Bangsa Eropa datang ke Jakarta, pada saat itu Raja Sunda meminta

bantuan dari mereka untuk membangun benteng di Sunda Kelapa

untuk menghadapi serangan dari Cirebon yang saat itu memisahkan

diri. Namun sebelum pembangunan benteng tersebut selesai,

pelabuhan Sunda Kelapa telah diserang oleh Cirebon yang dibantu

oleh Demak. Pada hari itulah, Fatahillah mengganti nama Sunda

Kelapa menjadi

4

Jayakarta yang berarti “kota kemenangan” dan sampai sekarang

diperingati sebagai Hari Jadi Jakarta. Nama Jayakarta sendiri dipakai

dari tahun 1527 – 1619.

c. Batavia

Jakarta berubah nama menjadi Batavia dari tahun 1619 – 1942, yaitu

ketika masa kependudukan Belanda di Indonesia. Kemudian, pada saat

itu Batavia menjadi sebuah kota yang besar dan penting. Dan ada yang

mengatakan bahwa sejak saat itu, komunitas suku Betawi terbentuk.

d. Jakarta

Pada tahun 1942, ketika kependudukan Jepang di Indonesia, nama kota

Batavia diganti dengan nama Djakarta, dengan tujuan untuk menarik

simpatik dari para penduduk. Kota Jakarta sendiri ditetapkan menjadi

status ibukota Negara Indonesia yaitu Daerah Khusus Ibukota sejak

tahun 1961. Sejarah nama Jakarta sendiri merupakan kependekan dari

Jayakarta yang berarti “kota kemenangan” dan dalam cakupan yang

lebih luas dapat didefinisikan sebagai “kemenangan yang diraih oleh

suatu perbuatan atau usaha”.

Jakarta memang sarat dengan sejarah kemerdekaan Indonesia.

Jakarta tempo dulu merupakan tempat berlangsungnya proklamasi

kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun, walaupun

sudah merdeka di tahun 1945, wilayah Indonesia masih diduduki oleh

Belanda sampai pada tahun 1949.

Awal mula Jakarta tempo dulu adalah Batavia yang memiliki luas

wilayah tidak seluas Jakarta sekarang ini. Wilayahnya berada di sekitar

Menara Syahbana di Pasar Ikan sampai jalan jembatan batu. Batas wilayah

kota dikelilingi oleh tembok (benteng) dan parit. Pembuatan kota Jakarta

tempo dulu ini dirancang oleh Simon Steven untuk memenuhi permintaan

pemerintahan VOC. Kota ini memang direncanakan sebagai ibukota

perdagangan terbesar dan Belanda berniat untuk memonopolinya. Dalam

misinya membangun ibukota perdagangan, JP. Coen, Gubernur Jenderal

Belanda pada saat itu, memerintahkan untuk membangun sarana umum,

diantaranya seperti membangun galangan kapal, rumah sakit, rumah

penginapan, toko, gereja, dan sekolah.

5

Perkembangan kota Batavia semakin pesat dibawah pemerintahan

Gubernur Jendral Jacques Specx. Program yang dilakukan yaitu mengubah

kali-kali besar yang awalnya berkelok-kelok menjadi sebuah parit lurus

yang dapat menerobos kota. Benteng-benteng yang merupakan tempat

kediaman dan juga sebagai kantor pemerintahan VOC ditempatkan

meriam di keempat sisinya. Tentara juga ditempatkan untuk menjaga para

pejabat tinggi.

(Sumber : Buku Sumber-sumber Asli Sejarah Jakarta, karya A. Heuken).

2.2 Perdagangan di (Sunda) Kalapa Sebelum Abad 16 dan Jalur Perdagangan

Komoditi Lokal

Jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa pertama, Pelabuhan (Sunda)

Kalapa telah menjadi pusat perdagangan internasional. Kapal-kapal dari seluruh

nusantara, Cina, Jepang, India Selatan, dan Arab berdatangan ke pelabuhan

untuk melakukan tukar menukar barang dagangan yang mereka bawa, seperti

porselin, kopi, sutera, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, zat warna merah

“foa”, gading, mutiara, dengan komoditi sunda, seperti lada, gading, cula badak,

emas, asam (tamarin), bulu merak, indigo, dan merak.

Lalu lintas perdagangan pada masa Kerajaan Sunda dimulai dari

pedalaman sampai pesisir utara melalui jalur darat dan kemudian dilanjutkan

melalui jalur sungai. Adapun tempat bongkar muat barang dagangan, seperti di

Rumpin dan Ciampea di Sungai Cisadane, Muaraberes di Sungai Ciiwung, dan

Cikao di Sungai Citarum. Hasil bumi yang dibawa diangkut oleh perahu dan

bambu (getek), mereka bawa ke arah pelabuhan Kerajaan Sunda di Pantai Utara,

yaitu Pelabuhan (Sunda) Kalapa. Beberapa hasil bumi dan komoditi yang

diperdagangkan, seperti lada, asam, cula badak, gading gajah, bulu merak,

indigo, beras, daging, sayuran, buah (kelapa dan pinang), tebu, domba, dan babi.

(Sumber : Museum Sejarah Jakarta)

6

2.3 Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC)

2.3.1 Sejarah VOC

Gambar 2.3.1.1 Logo VOC

Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau Perserikatan

Perusahaan Hindia Timur adalah sebuah perusahaan Belanda yang

memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia.VOC berdiri pada

tanggal 20 Maret 1602. Perusahaan ini adalah perusahaan pertama yang

mengeluarkan pembagian saham. Walaupun VOC hanya sebuah badan

dagang, tetapi menjadi istimewa karena VOC didukung oleh Negara dan

diberikan fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa sehingga bisa dikatakan

kalau VOC itu adalah Negara di dalam Negara. VOC terdiri dari 6 bagian

(Kamers) di Amsterdam, Middelburgh (untuk Zeeland), Enkhuizen, Delf,

Hoorn, dan Rotterdam.

Kedatangan orang Eropa melalui jalur laut dipimpin oleh Vasco Da

Gama, yang pada tahun 1497-1498 berhasil berlayar dari Eropa sampai

India melalui Semenanjung Harapan dari ujung selatan Afrika, sehingga

mereka tidak perlu bersaing dengan pedagang-pedagang dari Timur

Tengah untuk mendapatkan akses masuk ke Asia Timur yang selama ini

melalui jalur darat yang sangat berbahaya.

7

Gambar 2.3.1.2 Vasco da Gama (1460-1524)

Gambar 2.3.1.3 Jalur Pelayaran Vasco da Gama

Pada akhir abad 16, Inggris dan Belanda mulai menunjukkan

minatnya untuk berlayar ke wilayah Asia Tenggara, yang dilakukan oleh

James Lancaster tahun 1591, Frederick dan Cornelis de Houtman di tahun

1595 kemudian tahun 1599, dan Jacob van Neck pada tahun 1598.

Gambar 2.3.1.4 Tokoh-tokoh yang memulai pelayaran ke Asia Tenggara

8

VOC memiliki hak atas nama Pemerintah Belanda, yang pada waktu

itu masih berbentuk republik, untuk membuat perjanjian kenegaraan dan

menyatakan perang terhadap suatu Negara. Dan VOC memiliki hak-hak

istimewa yang tercantum dalam Oktrooi (Piagam/Charta) pada tanggal 20

Maret 1620, yaitu :

1. Hak monopoli untuk berdagang dan berlayar di wilayah sebelah timur

Tanjung Harapan dan sebelah barat Selat Magelhaens serta menguasai

perdagangan untuk kepentingan sendiri.

2. Hak kedaulatan (soevereinteit) sehingga dapat bertindak layaknya

suatu negara untuk :

a. Memelihara angkatan perang.

b. Memaklumkan perang dan mengadakan perdamaian.

c. Merebut dan menduduki daerah-daerah asing di luar Belanda.

d. Memerintah daerah-daerah tersebut.

e. Menetapkan/mengeluarkan mata uang sendiri.

f. Memungut pajak.

VOC mendirikan kantor perwakilan di Banten pada tahun 1603 dan

pada tahun 1610 Pieter Both diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC

pertama (1610-1614). Kemudian saat Portugis menguasai Malaka, pada

tahunn 1522, Gubernur Portugis Alfonso d’Albuquerque mengirimkan

utusannya untuk menemui Raja Sangiang Surawisesa.

Gambar 2.3.1.5 Alfonso d’Albuquerque

9

Pada tahun 1611, VOC mendapatkan ijin untuk membangun sebuah

rumah kayu dengan fondasi batu di Jayakarta yang digunakan untuk kantor

dagang. Dan pada saat dibawah pimpinan Gubernur Jenderal Jan

Pieterszoon Coen (1618-1623), ia mendirikan bangunan serupa Nassau

Huis bernama Mauritius Huis dan membangun tembok batu tinggi serta

ditempatkan beberapa meriam di depannya.

Gambar 2.3.1.6 Jan Pieterszoon Coen (1618-1623)

2.3.2 Legalisasi Perbudakan pada Masa VOC

Perbudakan memang telah ada sebelum orang-orang Eropa datang ke

Asia Tenggara. Dan pada masa VOC, perbudakan diresmikan dengan

adanya undang-undang perbudakan pada tahun 1642, berdasarkan

Bataviase Statuten (Undang-undang Batavia). Saat kekuasaan VOC

pindah

kepada Pemerintah India-Belanda, perdagangan budak tetap berlangsung

terus menerus dan hanya terhenti pada saat Inggris menguasai India-

Belanda selama beberapa tahun.

- Tahun 1789 : 36.942 budak di Batavia dan sekitarnya.

- Tahun 1815 : 23.239 budak (ketika dibawah kekuasaan Inggris).

- Tahun 1828 : 6.170 budak.

- Tahun 1844 : 1.365 budak di Batavia.

Pada tanggal 7 Mei 1859, dibentuklah undang-undang untuk

menghapus budak. Undang-undang tersebut baru diberlakukan pada

tanggal 1 Januari 1860.

10

2.3.3 Keruntuhan VOC

Pada tahun 1780-an, terjadi peningkatan biaya dan menurunnya hasil

penjualan yang menyebabkan kerugian pada perusahaan dagang. Hal ini

bisa terjadi karena adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dilakukan

oleh para pegawai VOC di Asia Tenggara, mulai dari pejabat rendah

hingga pejabat tinggi, termasuk para presiden.

Kontrak VOC yang harusnya jatuh tempo pada 31 Desember 1979,

akhirnya tidak diperpanjang lagi dan VOC secara resmi dibubarkan pada

tahun 1799. Setelah VOC bubar, daerah-daerah kekuasaan VOC diambil

alih oleh Pemerintah Belanda, termasuk hutang VOC sebesar 134 juta

guden. Dan sejak saat itu pula, politik colonial resmi ditangani sendiri oleh

Pemerintah Belanda. Kemudian, Gubernur Jenderal VOC yang terakhir,

Pieter Gerardus van Overstraten (1797-1799) diangkat menjadi Gubernur

Jenderal Pemerintah Hindia-Belanda yang pertama (1800-1801).

Gambar 2.3.3.1 Pieter Gerardus van Overstraten (1797-1799)

(Sumber : Buku Sejarah Kelas IV)

2.4 Data Beberapa Tempat dan Gedung Tua yang Menyimpan Sejarah Jakarta

2.4.1 Museum Sejarah Jakarta

Museum ini pada mulanya digunakan sebagai gedung balaikota

(Stadhuis) dan merupakan balaikota kedua yang dibangun pada masa

pemerintahan VOC di Batavia. Museum ini memiliki perjalanan sejarah

11

yang cukup panjang. Pada tahun 1919, dalam rangka 300 tahun berdirinya

kota Batavia, warga kota Batavia khususnya Belanda mulai tertarik dengan

sejarah kota Batavia. Maka pada tahun 1930, didirikan sebuah yayasan

yang bernama Old Batavia (Batavia Lama) yang bertujuan untuk

mengumpulkan segala hal tentang sejarah kota Batavia. Dan pada tahun

1936, Museum Old Batavia diresmikan oleh Gubernur Jendral Tjarda van

Starkenborgh Stachouer (1936-1942), kemudian museum ini dibuka untuk

umum pada tahun 1939.

Gambar 2.4.1.1 Museum Sejarah Jakarta (1900-1940)

2.4.2 Pelabuhan Sunda Kepala

Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan bersejarah di

Indonesia. Pelabuhan Sunda Kelapa ini sempat meraih kejayaan pada masa

Fatahillah. Tidak jauh dari pelabuhan ini, terdapat Museum Bahari yang

menampilkan dunia kemaritiman Indonesia masa silam serta peninggalan

sejarah colonial Belanda masa lalu. Disebelah selatan pelabuhan ini juga

terdapat galangan kapal VOC dan gedung-gedung VOC yang telah

direnovasi.

Gambar 2.4.2.1 Pelabuhan Sunda Kelapa, Batavia

12

2.4.3 Monumen Nasional

Untuk mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia

yang dikenal dengan revolusi kemerdekaan rakyat Indonesia serta untuk

membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme bagi generasi sekarang

dan akan datang, maka dibangunlah sebuah tugu peringatan yang dikenal

dengan nama Monumen Nasional (Monas). Pembangunan Monas ini baru

terwujud ketika Republik Indonesia genap berusia 2 windu atas dasar

gagasan Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno, dan

pemancangan tiang pertama sebagai awal pembangunan tugu monument

nasional dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1961.

Gambar 2.4.3.1 Monumen Nasional

2.4.4 Museum Mandiri

Bangunan museum pada awalnya merupakan kantor Nederlandsch

Handei-Maatschappij (NHM) atau Netherlands Trading Corporation

alias maskapai dagang Belanda. Kantor pusat NHM berada di Amsterdam

sedangkan di Jakarta adalah kantor cabangnya. NHM Batavia dikenal

dengan sebutan Factorij (Factory dalam bahasa inggris) yang berarti agen

dagang di Negara asing. Setelah Indonesia merdeka, NHM dinasionaliskan

(1960), kemudian berkembang menjadi Bank Exim dengan kantor pusat di

Factorij. Bank Exim bergabung ke dalam Museum Mandiri (1999) dan

sejak tahun 2005 Gedung Factorij difungsikan sebagai Museum Mandiri.

13

Gambar 2.4.4.1 Museum Bank Mandiri

2.4.5 Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Gedung ini didirikan pada tahun 1920 dengan arsitektur Eropa (art

deco). Selama pendudukan Jepang, gedung ini menjadi tempat kediaman

Laksamana Muda Tadashi Maeda, kepala kantor penguhubung angkatan

laut dan darat. Setelah Indonesia merdeka, tempat ini masih menjadi

tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda sampai Sekutu datang

ke Indonesia, September 1945. Gedung ini menjadi tempat yang sangat

penting bagi Jakarta, terutama Indonesia, karena pada tanggal 16-17

Agustus 1945 terjadi peristiwa sejarah, yaitu perumusan naskah

proklamasi bangsa Indonesia. Oleh karena itu pada tahun 1984, menteri

pendidikan dan kebudayaan, Prof. Nugroho Notosusanto,

menginstruksikan kepada direktorat permuseuman agar merealisasikan

gedung bersejarah ini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Gambar 2.4.5.1 Museum Perumusan Naskah Proklamasi

(Sumber : www.museumindonesia.com “Museum di Indonesia” - Jumat,

22 Februari 2013 – 12.00).

14

2.5 Data Umum

2.5.1 Animasi

Sejarah animasi dimulai pada awal abad 19. Animasi merupakan

sebuah film yang berupa pengolahan gambar tangan sehingga menjadi

gambar yang bergerak. Contoh animasi yang tertua adalah wayang kulit,

karena wayang memenuhi semua elemen animasi, seperti layar, gambar

bergerak, dialog, dan ilustrasi musik.

Kemudian, setelah teknologi komputer berkembang, mulai

bermunculan animasi yang dibuat dengan teknologi komputer. Animasi

komputer adalah seni yang menghasilkan gambar bergerak oleh

pengguna komputer dan merupakan sebagian bidang komputer grafik dan

animasi. Animasi semakin banyak dihasilkan melalui grafik komputer

3D, walaupun masih ada banyak grafik komputer 2D. Untuk

menghasilkan gambar pergerakan, image dipaparkan pada screen

komputer dan diganti dengan image baru yang selaras gambar

sebelumnya dengan pantas. Teknik ini serupa dengan bagaimana gambar

bergerak dihasilkan melalui televisi dan film. Animasi komputer 3D pada

dasarnya merupakan pengganti digit bagi seni animasi gerak (stop

motion); patung animasi dibina pada screen komputer dan dipasang

dengan rangka cyber. Kemudian anggota badan, mata, mulut, pakaian,

dan lain-lain bagi patung 3D digerakkan oleh juru animasi. Jenis animasi

yang banyak dikenal adalah animasi 2D dan 3D. Perbedaan dari animasi

2D dan 3D adalah dilihat dari sudut pandangnya. Animasi 2D

menggunakan koordinat x dan y, sedangkan animasi 3D menggunakan

koordinat x, y dan z yang memungkinkan kita dapat melihat sudut

pandang objek secara lebih nyata.

(Sumber : Buku “The Animator’s Survival Kid”, karya Richard William).

2.5.1.1 Animasi Dua Dimensi (2D)

Animasi 2D merupakan animasi yang paling sering kita jumpai

dalam kehidupan sehari-hari, yang disebut dengan film kartun.

Kartun itu sendiri berasal dari kata Cartoon yang berarti gambar

yang lucu dan terbukti memang film kartun itu film yang lucu.

Contoh dari film kartun 2D misalnya Scooby Doo, Doraemon,

15

Looney Tunes, Brother Bear, Tom and Jerry, Mulan, Lion King,

dan masih banyak lagi. Walaupun kebanyakan film kartun 2D

tersebut adalah film Disney, tetapi Walt Disney bukanlah sebagai

bapak kartun animasi.

Salah satu pencipta kartun animasi yang tak ketinggalan

adalah Otto Messmer, yang menciptakan film kartun animasi

Felix The Cat, si kucing hitam, pada tahun 1919. Namun sangat

disayangkan karena distribusi yang kurang baik sehingga

membuat kita sukar untuk menemukan film-film karya Beliau.

Lain halnya dengan film ciptaan Walt Disney yang masih ada

sampai sekarang, seperti Snow White and The Seven Dwarfs

(1937) dan Pinocchio (1940).

2.5.1.2 Animasi Tiga Dimensi (3D)

Animasi 3D adalah pengembangan dari animasi 2D. Seiring

dengan berkembangnya teknologi dan komputer ini, maka teknik

membuat animasi 3D pun menjadi semakin maju secara pesat.

Dengan animasi 3D, karakter yang diperlihatkan semakin hidup

dan nyata, hampir menyerupai wujud manusia aslinya. Setelah

keluarnya film animasi 3D “Toy Story” ciptaan Disney (Pixar

Studio), maka mulai berlombalah studio-studio film animasi di

dunia untuk memproduksi film sejenis itu, yang kemudian

muncullah Bug’s Life, Antz, Dinosaurs, Toy Story 2, Monster Inc.,

Finding Nemo, The Incredible, Valian, Cars, dan lain-lain. Film-

film itu biasa disebut dengan animasi 3D atau CGI (Computer

Generated Imagery).

Tokoh yang dianggap berjasa besar dalam mengembangkan film

animasi adalah Walt Disney. Walt Disney banyak menghasilkan karya

yang fenomenal, seperti Mickey Mouse, Donald Duck, Pinocchio, Snow

White, dan lain-lain. Film Mickey Mouse merupakan film animasi

bersuara yang dibuat oleh Beliau dan diputar perdana di Steamboat

Willie di Colony Theater, New York, pada tanggal 18 November 1928.

Walt Disney juga menciptakan film animasi berwarna yang pertama

16

dengan judul “Flower and Trees” yang diproduksi oleh Silly Symphonies

pada tahun 1932.

Film animasi merambah pula ke negara-negara Asia. Jepang

misalnya juga telah mengambangkan film animasi sejak tahun 1913 di

mana pada waktu itu dilakukan First Experiments in Animation oleh

Shimokawa Bokoten, Koichi Junichi, dan Kitayama Seitaro pada tahun

1913. Selanjutnya, animasi di Jepang mengikuti pula perkembangan

animasi di Amerika Serikat seperti dalam hal penambahan suara dan

warna. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua negara ini banyak

bersaing dalam pembuatan animasi. Amerika dikenal dengan animasinya

yang menggunakan teknologi yang canggih dan kadang simpel.

Sedangkan animasi Jepang mempunyai jalan cerita yang menarik.

2.5.2 Film Dokumenter

Film dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita)

merupakan sebuah rekaman peristiwa yang diambil dari kejadian yang

nyata atau sungguh-sungguh terjadi. Definisi “dokumenter” sendiri selalu

berubah sejalan dengan perkembangan film dokumenter dari masa ke

masa. Sejak awalnya film dokumenter hanya mengacu pada produksi

yang menggunakan format film (seluloid) namun selanjutnya

berkembang hingga saat ini film dokumenter menggunakan format video

(digital). Berikut adalah ulasan singkat mengenai perkembangan sejarah

film dokumenter dari masa ke masa :

a. Film Era Bisu

Sejak awal ditemukannya sinema, para pembuat film di

Amerika dan Perancis telah mencoba mendokumentasikan apa saja

yang ada di sekeliling mereka dengan alat hasil temuan mereka.

Seperti Lumiere Bersaudara, mereka merekam peristiwa sehari-hari

yang terjadi di sekitar mereka. Bentuknya masih sangat sederhana

(hanya satu shot) dan durasinya pun hanya beberapa detik saja. Film-

film ini lebih sering diistilahkan “actuality films”. Beberapa dekade

kemudian, sejalan dengan penyempurnaan teknologi kamera

berkembang menjadi film dokumentasi perjalanan atau ekspedisi,

17

seperti South (1919) yang mengisahkan kegagalan sebuah ekspedisi

ke Antartika.

Tonggak awal munculnya film dokumenter secara resmi yang

banyak diakui oleh sejarawan adalah film Nanook of the North

(1922) karya Robert Flaherty. Filmnya menggambarkan kehidupan

seorang Eskimo bernama Nanook di wilayah Kutub Utara. Flaherty

menghabiskan waktu hingga enam belas bulan lamanya untuk

merekam aktifitas keseharian Nanook beserta istri dan putranya,

seperti berburu, makan, tidur, dan sebagainya. Sukses komersil

Nanook membawa Flaherty melakukan ekspedisi ke wilayah Samoa

untuk memproduksi film dokumenter sejenis berjudul Moana

(1926). Walau tidak sesukses Nanook namun melalui film inilah

pertama kalinya dikenal istilah “documentary”, melalui ulasan John

Grierson di surat kabar New York Sun. Oleh karena peran

pentingnya bagi awal perkembangan film dokumenter, para

sejarawan sering kali menobatkan Flaherty sebagai “Bapak Film

Dokumenter”.

Gambar 2.5.2.1 Film Nanook of The North

b. Era Menjelang dan Masa Perang Dunia

Film dokumenter berkembang semakin kompleks di era 30-an.

Munculnya teknologi suara juga semakin memantapkan bentuk film

dokumenter dengan teknik narasi dan iringan ilustrasi musik.

18

Pemerintah, institusi, serta perusahaan besar mulai mendukung

produksi film-film dokumenter untuk kepentingan yang beragam.

Salah satu film yang paling berpengaruh adalah Triump of the Will

(1934) karya sineas wanita Leni Riefenstahl, yang digunakan

sebagai alat propaganda Nazi. Untuk kepentingan yang sama,

Riefenstahl juga memproduksi film dokumenter penting lainnya,

yakni Olympia (1936) yang berisi dokumentasi even Olimpiade di

Berlin. Melalui teknik editing dan kamera yang brilyan, atlit-atlit

Jerman sebagai simbol bangsa Aria diperlihatkan lebih superior

ketimbang atlit-atlit negara lain.

Gambar 2.5.2.2 Film Olympia (1936)

Di Amerika, era depresi besar memicu pemerintah mendukung

para sineas dokumenter untuk memberikan informasi seputar latar-

belakang penyebab depresi. Salah satu sineas yang menonjol adalah

Pare Lorentz. Ia mengawali dengan The Plow that Broke the Plains

(1936), dan sukses film ini membuat Lorentz kembali dipercaya

memproduksi film dokumenter berpengaruh lainnya, The River

(1937). Kesuksesan film-film tersebut membuat pemerintah Amerika

serta berbagai institusi makin serius mendukung proyek film-film

dokumenter. Dukungan ini kelak semakin intensif pada dekade

mendatang setelah perang dunia berkecamuk.

19

Gambar 2.5.2.3 Film Why We Fight (1942-1945)

Perang Dunia Kedua mengubah status film dokumenter ke

tingkat yang lebih tinggi. Pemerintah Amerika bahkan meminta

bantuan industri film Hollywood untuk memproduksi film-film

(propaganda) yang mendukung perang. Film-film dokumenter

menjadi semakin populer di masyarakat. Sebelum televisi muncul,

publik dapat menyaksikan kejadian dan peristiwa di medan perang

melalui film dokumenter serta cuplikan berita pendek yang diputar

secara reguler di teater-teater. Beberapa sineas papan atas

Hollywood, seperti Frank Capra, John Ford, William Wyler, dan

John Huston diminta oleh pihak militer untuk memproduksi film-

film dokumenter Perang. Capra misalnya, memproduksi tujuh seri

film dokumenter panjang bertajuk, Why We Fight (1942-1945) yang

dianggap sebagai seri film dokumenter propaganda terbaik yang

pernah ada. Capra bahkan bekerja sama dengan studio Disney untuk

membuat beberapa sekuen animasinya. Sementara John Ford melalui

The Battle of Midway (1942) dan William Wyler melalui Memphis

Belle (1944) keduanya juga sukses meraih piala Oscar untuk film

dokumenter terbaik.

c. Era Pasca Perang Dunia

Pada era setelah pasca Perang Dunia Kedua, perkembangan

film dokumenter mengalami perubahan yang cukup signifikan. Film

dokumenter makin jarang diputar di teater-teater dan pihak studio

20

pun mulai menghentikan produksinya. Semakin populernya televisi

menjadikan pasar baru bagi film dokumenter. Para sineas

dokumenter senior, seperti Flaherty, Vertov, serta Grierson sudah

tidak lagi produktif seperti pada masanya dulu. Sineas-sineas baru

mulai bermunculan dan didukung oleh kondisi dunia yang kini aman

dan damai makin memudahkan film-film mereka dikenal dunia

internasional. Satu tendensi yang terlihat adalah film-film

dokumenter makin personal dan dengan teknologi kamera yang

semakin canggih membantu mereka melakukan berbagai inovasi

teknik.

Tema dokumenter pun makin meluas dan lebih khusus, seperti

observasi sosial, ekspedisi dan eksplorasi, liputan even penting,

etnografi, seni dan budaya, dan lain sebagainya.

d. Direct Cinema

Pada akhir 50-an hingga pertengahan 60-an perkembangan

film dokumenter mengalami perubahan besar. Dalam produksinya,

sineas mulai menggunakan kamera yang lebih ringan dan mobil,

jumlah kru yang sedikit, serta penolakan terhadap konsep naskah dan

struktur tradisional. Mereka lebih spontan dalam merekam gambar

(tanpa diatur), minim penggunaan narasi dengan membiarkan

obyeknya berbicara untuk mereka sendiri (interview). Pendekatan ini

dikenal dengan banyak istilah, seperti “candid” cinema,

“uncontrolled” cinema, hingga cinéma vérité (di Perancis), namun

secara umum dikenal dengan istilah Direct Cinema. Beberapa faktor

yang mempengaruhi munculnya tren ini, yakni gerakan Neorealisme

Italia yang menyajikan keseharian yang realistik, inovasi teknologi

kamera 16mm yang lebih kecil dan ringan, inovasi perekam suara

portable, serta pengisi acara televisi yang popularitasnya semakin

tinggi. Pendekatan Direct Cinema terutama banyak digunakan sineas

asal Amerika, Kanada, dan Perancis.

21

Gambar 2.5.2.4 Film Primary (1960)

Sejak pertengahan 60-an, pengembangan teknologi kamera

16mm dan 35 mm yang semakin canggih serta ringan makin

menambah fleksibilitas para pengusung Direct Cinema. Sejak awal

60-an, hampir semua sineas dokumenter telah menggunakan teknik

kamera handheld untuk merekam segala peristiwa. Direct Cinema

juga berpengaruh pada perkembangan film fiksi secara estetik

melalui gerakan new wave, seperti di Perancis. Para sineas new wave

seringkali menggunakan kamera handheld, pencahayaan yang

tersedia, kru yang minim, serta shot on location. Bahkan film-film

(fiksi) mainstream pun seringkali mengadopsi teknik Direct Cinema

untuk menambah unsur realisme sebuah adegan. Pendekatan Direct

Cinema secara umum berpengaruh perkembangan seni film di dunia

terutama pada era 60-an dan 70-an.

e. Warisan Direct Cinema dan Perkembangannya Hingga Kini

Dalam perkembangannya, Direct Cinema terbukti sebagai

kekuatan yang berpengaruh sepanjang sejarah film dokumenter.

Berbagai pengembangan serta inovasi teknik serta tema

bermunculan dengan motif yang makin bervariasi. Salah satu bentuk

variasi dari Direct Cinema yang paling populer adalah

“rockumentaries” (dokumentasi musik rock). Rockumentaries

memiliki bentuk serta jenis yang beragam. Let it Be (1970)

22

memperlihatkan grup musik legendaris The Beatles yang tengah

mempersiapkan album mereka. Woodstock: Three Days of Peace &

Music (1970) garapan Michael Wadleigh merupakan dokumentasi

dari festival musik tiga hari di sebuah lahan pertanian yang

menampilkan beberapa musisi rock papan atas. Woodstock sering

dianggap sebagai film dokumenter musik terbaik sepanjang masa

dan menjadi dasar berpijak bagi film-film dokumentasi sejenis

berikutnya. Pada dekade mendatang, This is Spinal Tap (1984)

merupakan sebuah parodi rockumentary yang terbukti paling sukses

komersil pada masanya.

Tradisi Direct Cinema juga tampak pada film-film

kontroversial karya Fredrick Wiseman. Film-filmnya banyak

bersinggungan dengan kontrol sosial, berkait erat dengan birokrasi

dan bagaimana masyarakat dibuat frustasi olehnya. Dalam film

debutnya, High School (1968) memperlihatkan bagaimana para

siswa berontak melawan birokrasi di sekolah mereka. Maysles

Bersaudara memproduksi film “Direct Cinema” Amerika

berpengaruh, Salesman (1966) yang menggambarkan seorang

salesman yang gagal. Sejak era 70-an, format film dokumenter mulai

berubah melalui kombinasi pendekatan Direct Cinema, kompilasi

footage, narasi, serta iringan musik. Salah satu sineas yang

mempelopori format kombinasi ini adalah Emile De Antonio melalui

film anti perangnya, Vietnam: In the Year’s of the Pig (1969). Dalam

perkembangannya format ini mendominasi gaya film dokumenter

selama beberapa dekade ke depan. Munculnya format digital juga

semakin memudahkan siapa pun untuk memproduksi film

dokumenter. Kritik sosial dan politik, lingkungan hidup, serta

keberpihakan kaum minoritas masih menjadi menu utama tema film

dokumenter beberapa dekade ke depan.

(Sumber : http://montase.blogspot.com/2008/05/sejarah-film-

dokumenter.html - Jumat, 22 Februari 2013 – 11.15).

23

2.5.3 Sejarah

Menurut buku “Sumber-sumber Sejarah Jakarta” karya Adolf

Heuken SJ, sejarah merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi

pada masa lampau. Bersejarah atau historical dapat diartikan sebagai

suatu kejadian yang luar biasa dan jarang terjadi dalam sejarah sehingga

menonjol, atau suatu peristiwa yang berakibat besar di kemudian hari,

atau hal yang nyata karena benar-benar dalam masa yang silam. Asal

usul dan arti asli dari ‘sejarah’ yang dalam bahasa inggris ‘history’

berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘penyelidikan, pengetahuan,

berita tentang sesuatu, cerita tentang kejadian’.

Sumber sejarah bisa beraneka ragam, misalnya benda-benda pra-

sejarah, peninggalan-peninggalan jaman dahulu seperti mata uang, peta,

catatan pajak atau akte notaris, notulen rapat, laporan, surat-surat, dan

lain-lain. Mencari dan mengerti sumber sejarah tidaklah selalu mudah.

Huruf asing atau yang tidak lazim lagi, tulisan tangan jelek, huruf yang

sudah rusak mempersulit membaca sumber-sumber sejarah yang

bersangkutan.

Kebenaran sejarah tentang kejadian masa lalu dan persepsi yang

tepat tidak tergantung dari pandangan umum dalam masyarakat,

keputusan pemerintah, resminya suatu buku sejarah, lamanya suatu

tafsiran sudah berlaku, atau dari seorang ‘penanggungjawab sejarah’.

Pengetahuan kita tentang masa lalu bergantung pada sumber-sumber dan

yang paling utama adalah kejujuran serta pengetahuan penulisnya dan

pemilahan sumber-sumber itu oleh sejarahwan.

(Sumber : Buku Sumber-sumber Asli Sejarah Jakarta, karya A. Heuken).

2.6 Data Pembanding

Saat ini mulai bermunculan film-film dokumenter yang berupa animasi,

baik secara 2D maupun 3D. Penulis menemukan beberapa film dokumenter

yang diantaranya penggunaan animasi 2D dengan judul “H2oil Animated

Sequence” dan animasi 2D digabungkan dengan 3D yang berjudul “ Ericsson

CES 2012 Keynote Film - Onesize Motion Direction Design”.

24

Gambar 2.6.1 H2oil Animated Sequence

Gambar 2.6.2 Ericsson CES 2012 Keynote Film - Onesize Motion

Direction Design

2.7 Target

2.7.1 Geografis

Umur : 10 tahun ke atas.

Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan.

Status sosial : Bawah, Menengah ke atas.

2.7.2 Psikografis

Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan.

Hobi : Membaca, menonton TV, jalan-jalan.

2.7.3 Demografis

Wilayah : Indonesia, khususnya Jakarta.

25

2.8 Analisa SWOT

2.8.1 Strength

- Membantu melestarikan budaya dan sejarah Indonesia.

- Animasi saat ini mulai diminati oleh masyarakat sehingga penyajian

informasi mengenai sejarah Jakarta ini dalam media animasi dapat

menjadi sebuah daya tarik tersendiri di mata masyarakat, terutama

generasi muda.

- Melalui media animasi ini, pesan dan informasi dapat dengan mudah

diterima dan dimengerti oleh masyarakat.

- Masih jarang terdapat sebuah film dokumenter animasi yang

menceritakan tentang sejarah Jakarta.

2.8.2 Weakness

- Kurangnya minat dari generasi muda untuk menonton film tentang

sejarah dikarenakan banyaknya film-film yang lebih menarik untuk

ditonton, seperti sinetron dan film dari luar negeri.

- Minat generasi muda untuk mengetahui tentang sejarah hanya

berdasarkan pengetahuan yang didapat di sekolah saja.

- Keterbatasan waktu penyajian yang sempit sehingga informasi tidak

dapat disampaikan secara lengkap.

2.8.3 Opportunity

- Animasi di Indonesia masih dalam tahap berkembang sehingga ada

peluang besar untuk berhasil menyita perhatian masyarakat, yang

terutama generasi muda.

- Penyajian film dokumenter dengan media animasi gabungan antara

animasi 2D dan 3D masih dibilang cukup sedikit.

2.8.4 Threat

- Pengetahuan yang diberikan tidak dapat terlalu kompleks.

- Masih kalahnya persaingan dengan animasi luar negeri yang

cenderung lebih menyita perhatian masyarakat karena kualitasnya

yang lebih baik.