bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2010-1-00625-tisi bab 2.pdftransparan,....

36
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teknik Industri 2.1.1 Konsep Supply Chain Menurut Pujawan (2005, p5) supply chain adalah jaringan perusahaan- perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Menurut Muh Alfatih Hendrawan (teknik.ums.ac.id ) Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status pengiriman material sering dibutuhkan oleh perusahaan yang mengirim maupun yang akan menerima. Perusahaan harus membagi informasi seperti ini supaya pihak-pihak yang berkepentingan bisa memonitor untuk kepentingan perencanaan yang lebih akurat. Gambar 2.1 Simplifikasi Model Supply Chain

Upload: truongtruc

Post on 31-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teknik Industri

2.1.1 Konsep Supply Chain

Menurut Pujawan (2005, p5) supply chain adalah jaringan perusahaan-

perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan

menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Menurut Muh Alfatih Hendrawan (teknik.ums.ac.id) Supply Chain

adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja

untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola.

Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir

(downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke

pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor, lalu

ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir.

Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh

supplier juga sering dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status

pengiriman material sering dibutuhkan oleh perusahaan yang mengirim

maupun yang akan menerima. Perusahaan harus membagi informasi seperti

ini supaya pihak-pihak yang berkepentingan bisa memonitor untuk

kepentingan perencanaan yang lebih akurat. 

 

Gambar 2.1 Simplifikasi Model Supply Chain  

Page 2: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

13

 

Kenapa diperlukan koordinasi dan kolaborasi antar perusahaan pada

supply chain?. Karena perusahaan – perusahaan yang berada pada suatu

supply chain menginginkan dapat memuaskan konsumen akhir yang sama.

Mereka harus bekerjasama untuk membuat produk yang murah,

mengirimkannya tepat waktu dan dengan kualitas yang bagus. Hanya dengan

kerjsama antara elemen-elemen pada supply chain tujuan tersebut akan bisa

dicapai.  

Semangat kolaborasi dan koordinasi juga disadari oleh kesadaran

bahwa kuatnya sebuah supply chain tergantung pada kekuatan seluruh

elemen yang ada di dalamnya. Sebuah pabrik yang sehat dan efisien tidak

akan banyak berarti apabila suppliernya tidak mampu menghasilkan material

yang berkualitas atau tidak mampu memenuhi pengiriman tepat waktu. Ada

benarnya perkataan orang bahwa “a supply chain is a strong as its weakest

link” . Jadi supply chain, pabrik perlu memberikan bantuan teknis dan

manajerial terhadap supplier-suppliernya karena pada akhirnya ini akan

menciptakan kemampuan bersaing keseluruhan supply chain.

Supply chain diperlukan pengertian, kepercayaan dan aturan main

yang jelas, Misalnya, ketika perusahaan mau membagi informasi secara

transparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-

pihak yang bisa menyalahgunakannya. Sangatlah penting untuk menjaga etika

bagi mereka yang menginginkan supply chain yang kuat dalam jangka waktu

panjang.

Hubungan jangka panjang memungkinkan semua pihak untuk

menciptakan kepercayaan yang lebih baik serta menciptakan efisiensi.

Efisiensi bisa tercipta karena hubungan jangka panjang berarti mengurangi

ongkos-ongkos untuk mendapatkan perusahaan partner baru, .Namun perlu

dicatat bahwa orientasi jangka panjang dalam konteks supply chain di

lapangan harus diinterpretasikan secara fleksibel. Dalam konteks lingkungan

bisnis yang semakin dewasa ini, ukuran ‘jangka panjang’berlaku sangat relatif.

 

Page 3: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

14

 

2.1 .2 AHP (Analytic Hierarchy Process)

Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan salah satu

metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika,

intuisi, pengalaman, pengetahuan, emosi dan rasa untuk dioptimasi dalam

suatu proses yang sistematis, serta mampu membandingkan secara

berpasangan.

Metode Analytic Hierarchy Process mulai dikembangkan oleh

Thomas L.Saaty. Seorang ahli matematika yang bekerja pada University of

Pittsburgh di Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an.

Gambar 2.2 Problem Hierarchy Pada AHP

Menurut Saaty (1991, h.3) Analytic Hierarchy Process adalah sebuah

metode pembuatan keputusan yang didasarkan pada pembagian ruang

masalah menjadi sebuah hierarki, divisualisasikan menggunakan tiga peta,

yang mengumpulkan hierarki informasi dalam jumlah besar menjadi ruang

lingkup kecil, sehingga memberi kesempatan bagi perseorangan atau

kelompok untuk membangun gagasan gagasan dan mendefinisikan persoalan

dengan cara membuat asumsi mereka masing masing dan memperoleh

pemecahan masalah yang diinginkan darinya.

Pada dasarnya metode AHP ini memecah-mecah suatu situasi yang

kompleks, tak terstruktur, ke dalam bagian-bagian kompennya, menata bagian

Page 4: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

15

 

atau variabel ini dalam susunan hierarki, memberi nilai numberik pada

pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya setiap variabel dan

mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana

memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada

situasi tersebut.

Prinsip-prinsip dasar AHP adalah prinsip yang mendasari logika

manusia dalam menganalisa dan memecahkan sebuah masalah. Ada 3 prinsip

dalam AHP yaitu :

1. Prinsip pembedaan hierarki, menggambarkan dan menguraikan secara hierarki

dengan cara memecahkan persoalan menjadi kriteria-kriteria yang lebih kecil.

2. Prinsip pemenuhan prioritas, menentukan peringkat prioritas elemen-elemen

menurut relativitas kepentingnya.

3. Prinsip konsistensi logika, menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan

secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang

logis.

Manfaat yang diperolah dari penggunaan AHP menurut Saaty (1991,p25) yaitu :

Gambar 2.3 Manfaat Analythic Hierarchy Process

AHP

Kesatuan

Sintesis

Saling Ketergantungan

Penyusunan Hierarki

Konsistensi

Komplesitas

Sintesis

Tawar-Menawar

Penilaian dan Konsensus

Pengulangan Proses

Page 5: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

16

 

1. Kesatuan

AHP member satu metode tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk

aneka ragam persoalan tak terstruktur.

2. Komplesitas

AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem

dalam memecahkan persoalan kompleks.

3. Saling ketergantungan

AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu

sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.

4. Penyusunan Hierarki

AHP menerima kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-

elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan

struktur yang serupa dalam setiap tingkat.

5. Pengukuran

AHP member suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu metode

yang menetapkan prioritas.

6. Konsistensi

AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang

digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

7. Sintensis

AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap

alternatif.

Page 6: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

17

 

8. Tawaran-tawaran

AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem

dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-

tujuan mereka.

9. Penilaian dan Konsensus

AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintensis suatu hasil yang

representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda.

10. Pengulangan Proses

AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu

persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui

pengulangan.

Cara Perhitungan AHP (Analytic Hierarchy Process)

Menurut modul praktikum Perancangan dan Tata Letak Fasilitas (2008,

p1) Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu alat pengambilan

keputusan yang sederhana, yaitu dengan memisahkan persoalan-persoalan

yang rumit menjadi beberapa jenjang yang sederhana, untuk kemudian

diselesaikan satu per satu, dan pada akhrinya kembali hirarki tersebut disusun

menjadi suatu kesatuan.

Proses ini melibatkan pair-wise comparison. Seorang pembuat

keputusan akan memulai proses ini dengan membuta layout keseluruhan

hierarki dari keputusan yang akan diambil (Tujuan, Kriteria, Alternatif).

Hierarki ini akan menunjukkan beberapa faktor yang patut dipertimbangkan

dan juga beberapa alternatif menurut tabel preference level di bawah, sesudah

ini ditentukan juga matriks kepentingan menurut tabel preference dibawah.

Page 7: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

18

 

Tabel 2.1 Tabel Preference Level

Preference Level Numerical Value

Equality Preferred 1

Equally to Moderately Preferred 2

Moderately Preferred 3

Moderately to Strongly Preferred 4

Strongly Preferred 5

Strongly to Very Strongly Preferred 6

Very Strongly Preferred 7

Very Strongly to Extremely Preferred 8

Extremely Preferred 9

Sesudah melakukan penentuan matriks-matriks tersebut, kalikan

matriks kriteria dan matriks alternatif yang telah ditentukan untuk

mendapatkan priority vector. Langkah selanjutnya adalah menentukan

weighted sum vector yaitu dengan mengalihakan row average dengan

matriks awal, dan consistency vector dengan membagi weighted sum vector

dengan row average.

Setelah mendapatkan consistency vector, lalu dapat dihitung lambda

dan consistency index dengan lambda ( λ ) adalah rata-rata dari consistency

vector dan consistency index dengan rumus :

CI = 1nnλ

−−

dimana n adalah jumlah item dari sistem yang dibandingkan.

Setelah mendapatkan consistency index (CI), bisa didapatkan

consistency ratio dengan rumus :

CR = RICI

RI adalah random index yang didapat dari table random index dibawah ini :

Page 8: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

19

 

Tabel 2.2 Tabel Random Index

N 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49

Untuk mendapatkan hasil yang konsisten, maka nilai dari consistency

ratio (CR) harus lebih kecil sama dengan 0,10. Jika consistency ratio (CR)

lebih besar dari 0,10 maka keputusan yang diambil harus dievaluasi ulang .

2.1.3 Fuzzy AHP

Model AHP pertama yang dikembangakan oleh Thomas L.Saaty

(1990) merupakan AHP dengan pembobotan additive. Pembobotan additive

adalah operasi aritnatika untuk mendapatkan bobot totalnya adalah

penjumlahan. Didalam penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk

mengambil keputusan dengan banyak kriteria yang bersifat subjektif.

Seringkali seorang pengambil keputusan dihadapkan pada suatu permasalahan

yang sulut dalam penentuan bobot setiap kriteria Untuk menangani kelemahan

AHP ini diperlukan suatu metode yang lebih memperlihatkan keberadaan

kriteria-kriteria yang bersifat subjektif tersebut.

Menurut Ching Chow Yang (p543) salah satu metode pendekatan yang

sering dipakai adalah konsep fuzzy. Pengembangan AHP dengan

mengintegrasikan AHP dengan Triangular Fuzzy Numbers (TFNs) dan Fuzzy

multiple-attribute decision making (FMADM) menghasilkan fuzzy AHP.

Keunggulan dari fuzzy AHP adalah dengan menggunakan rasio fuzzy untuk

menggantikan rasio eksak pada AHP. Selain itu, digunakan juga operasi dan

logika matematika fuzzy untuk menggantikan operasi matematika pada AHP.

Page 9: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

20

 

Gambar 2.4 Struktur Hierarki Kriteria

2.1.3.1 Fuzzy Mutiple Attribute Decision Making (FMADM)

Fuzzy Mutiple Attribute Decision Making menyangkut masalah

pemilihan. Di mana analisa matematis tidak terlalu banyak dibutuhkan atau

dapat digunakan untuk pemilihan hanya terhadap sejumlah kecil alternatif saja.

2.1.3.2 Variabel Linguistik

Menurut Akik Hidayat, pada dasarnya variabel linguistik adalah

sebuah himpunan fuzzy yang memiliki fungsi keanggotaan tertentu. Menurut

Zadeh (1988) variabel linguisitk adalah suatu variabel yang nilainya adalah

kata atau kalimat di dalam bahasa natural.

Zadeh (1988) menyatakan bahwa logika fuzzy berhubungan

denganprinsip-prinsip pemberian alasan (reasoning) formal mengenai suatu

hal yang tidak mempunyai ketentuan atau pemberian alasan perkiraan.

Dengan menggunakan model logika fuzzy memungkinkan keputusan yang

relatif di dalam suatu lingkungan ketidaktentuan dan ketidaktepatan.

Pada sebuah item dapat ditetapkan sebuah variable linguistik tertentu

untuk menggambarkan kondisi dari item tersebut misalnya “paling penting”,

Page 10: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

21

 

“sangat penting “, “lebih penting”, “sedikit lebih penting “ dan “sama penting

“.

Setiap fungsi keanggotaan (skala bilangan fuzzy) didefinisikan oleh

tiga parameter TFN simetris, titik kiri, titik tengah dan titik kanan pada

interval fungsi tersebut didefinisikan. Penggunaan variabel linguistik disini

ditujukan untuk mengaji prioritas linguistik disini ditujukan untuk prioritas

penilaian performance dari setiap evaluator.

Tabel 2.3 Keanggotaan Variabel Linguistik

Skala Bilangan Skala Linguistik Skala Bilangan Fuzzy

1 Sama Baik (SmB) (1;1;3)

3 Sedikit Lebih Baik (SLB) (1;3;5)

5 Lebih Baik (LB) (3;5;7)

7 Sangat Baik (SaB) (5;7;9)

9 Paling Baik (PaB) (7;7;9)

1/3 ~ Sedikit Lebih Baik (~SLB) (1/5;1/3;1/1)

1/5 ~ Lebih Baik (~LB) (1/7;1/5;1/3)

1/7 ~ Sangat Baik (~SaB) (1/9;1/7;1/5)

1/9 ~ Paling Baik (PaB) (1/9;1/7;1/7)

2.1.3.3 Triangural Fuzzy Number

Triangural fuzzy number dikemukan oleh Var Laarhoven Pedrycz

pada tahun 1983. Triangural fuzzy number digunakan untuk menjelaskan

perbandingan berpasangan bagi karakteristik pelanggan untuk menangkap

ketidakjelasan yaitu 1~

dan 9~

. Sebuah Triangural fuzzy number dinyatakan

dengan three real numbers l < m < u, dimana membership function

μ(x) didefinisikan sebagai berikut:

Page 11: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

22

 

Fuzzy number dinyatakan dengan triple (l, m, n) dimana l adalah

batas bawah, m adalah batas tengah dan n adalah batas atas. Symmetric

Triangural Fuzzy Number memiliki prinsip yaitu batas atas dan tengah sama

besar dengan rentang antara batas bawah dan batas tengah. Yang dapat

dijelaskan melalui gambar dibawah ini :

Gambar 2.5 Symmetric Triangural Fuzzy Number

Arithmetic Operations of Triangural fuzzy number

Menurut Ching Chow Yang (p545) Aritmatik dari triangular fuzzy

number tergantungdari interval dari confidence α . Beberapa dasar dari

algebraic operation di positive triangular fuzzy number A~ dan B~ yang

menghadirkan oleh interval dari confidence mengikuti :

]αubαua,α

mbαma,αlbα

l[aαB~)(αA~ +++=+

Page 12: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

23

 

]αubαua,α

mbαma,αlbα

l[aαB~(-)αA~ −−−=

]αubαua,α

mbαma,αlbα

l[aαB~(x)αA~ xxx=

]αubαua,αmbαma,αlbαl[aαB~)(αA~ ÷÷÷=÷

2.1.3.4 Metodologi Fuzzy AHP

Metodologi (Ching-Chow Yang, p546) untuk menjelaskan bobot

ktiteria evaluasi dengan fuzzy AHP dapat diterangkan sebagai berikut :

 

Gambar 2.6 Metodologi Fuzzy AHP Menurut Ching Chow Yang

Page 13: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

24

 

Keterangan :

1. Decomposition

Decomposition yaitu tahap memecahkan problem menjadi elemen-elemen

yang lebih kecil sehingga problem yang kompleks menjadi lebih

sederhana. Jika mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan

terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih

lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi.

2. Matrix Comparison

Menyusun matrix perbandingan berpasangan diantara semua elemen.

⎪⎪⎩

⎪⎪⎨

−−−−−=

9 1,7 1,5 1,3 1,1 11

9,7,5,3,1A~ ij

Kriteria i lebih penting terhadap kriteria j

I= j

Kriteria j lebih penting terhadap kriteria i

3. Pairwise Comparison Matrix

Dari matrix comparison atau PCM yang dihasilkan, akan di hitung

consistency ratio (CR) untuk mengetahui apakah pembobotan PCM telah

konsisten atau belum. Dimana PCM dikatakan konsisten dengan syarat

CR < 0.1. Perhitungan CR dapat menggunakan rumus matematik

CI= 1nnλ

−−

CR=RICI RI = random consistency index

4. Konversi dari PCM skala bilangan menjadi PCM skala fuzzy

5. Synthetic Pairwise Comparison

Menghitung elemen matriks synthetic pairwise comparison

).....21( /1A~ an

ijxxaijxaijn

ij =

Page 14: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

25

 

6. Fuzzy Weight

Mendefinisikan rata-rata geometris fuzzy dan bobot fuzzy setiap kriteria

dengan menggunakan metode Buckley (1985) sebagai berikut :

.a~inx........a~i2xa~i1r~i =

Dimana ina~ adalah nilai synthetic pairwise comparison fuzzy dari kriteria

i ke kriteria n . i~r adalah rata-rata geometris dari nilai perbandingan fuzzy

kriteria i terhadap setiap kriteria.

1)nr~.........1r

~x(ir~w~ −++=

i~w adalah bobot fuzzy dari kriteria ke i, n adalah jumlah kriteria yang

dibandingkan dan dapat diindikasikan dengan TFN. i~w = )i

~;i~;i

~( wuwmwl .  

i~wl ,  i

~wm dan i~wu adalah nilai bawah, mengengah dan atas dari bobot

fuzzy kriteria ke i.

7. Alternative Assesment

Mengukur variabel linguistik untuk menunjukkan performance

kriteria dengan ungkapan “sangat baik”, “baik”, “biasa” dan “jelek” dan

“sangat jelek” yang merupakan penilaian subyektif dari evaluator. Setiap

variabel linguistik diindikasikan dengan TFN dalam skala 0-100.

Evalautor juga dapat menetapkan skala variabel linguistiknya

berdasarkan subjektifitasnya dapat mengindikasikan fungsi keanggotaan

nilai yang dinyatakan oleh masing-masing evaluator.

Jika kijE~ adalah performance fuzzy dari evaluator k terhadap

alternatif i pada kriteria j maka kriteria evaluasi dinyatakan dalam

)kijE~u;k

ijE~m;kijE~(lk

ijE~ =  . Jika terdapat n evaluator maka integrasi nilai

keputuasan fuzzy-nya adalah :

)nijE~.........2

ijE~1ijE~()/1(ijE~ +++= xn  

Page 15: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

26

 

ijE~ menunjukkan rata-rata nilai fuzzy dari penilaian pengambil keputusan

yang dapat dinyatakan dengan TFN sebagai )ijE~;ijE~;ijE~(l(ijE~ um= yang

masing-masing nilainya dapat dicari sebagai berikut :

nn

k/)ijE~l

1(ijE~l k∑

==  

nn

k/)ijE~m

1(ijE~m k∑=

=  

nn

k/)ijE~u

1(ijE~u k∑

==  

8. Fuzzy Synthetic Decision

Bobot setiap kriteria dan nilai performance fuzzy harus diintegrasikan

dengan perhituangan bilangan fuzzy untuk dijadikan nilai performance

fuzzy. Berdasarkan bobot setiap kriteria jw~ yang diperoleh dari

pembobotan fuzzy dapat diperoleh matriks fuzzy synthetic decision sebagai

berikut W~xE~R~ = .  Pendekatan nilai fuzzy iR~ terwakili oleh 

)R~;R~;R~(R~ iiii uml= dimana:

w jxlijln

j∑∑

==

1R~l i  

w jxmijmn

j∑∑

==

1R~m i  

w jxuijun

j∑∑

==

1R~u i  

 

Page 16: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

27

 

9. Fuzzy Ranking

Hasil fuzzy synthetic decision yang dicapai oleh setiap alternatif

merupakan bilangan fuzzy. Oleh karena itu diperlukan metode pra-ranking

non-fuzzy pada bilangan fuzzy yang diterapkan pada perbandingan setiap

alternatif. Dengan kata lain prosedur de-fuzzy-fikasi untuk memperoleh

nilai Best Nonfuzzy Performance (BNP). Salah metode de-fuzzy-fikasi

adalah center of area (COA) untuk memperoleh BNP lebih sederhana,

praktis dan tidak memerlukan preferensi evaluator. Nilai BNP dari

bilangan fuzzy iR~ dapat diperoleh dengan persamaan berikut :

)]RilR i(m)RilRi[(uBNPi −+−=  

Dari BNP maka praranking setiap alternatif dilakukan berdasarkan BNP

dari setiap alterntif BNP yang paling tinggi merupakan performance 

tertinggi. 

 

2.2 Sistem Informasi

2.2.1 Sistem

Sistem menurut Mathiassen (2000, p9) adalah sistem adalah kumpulan

komponen yang menerapkan persyaratan model, fungsi, dan interface. Sistem

menurut McLeod,Jr (2001, p11) adalah sekelompok elemen yang terintegrasi

dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sistem menurut

O’Brien (2005, p29) adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan,

bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta

menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.

2.2.2 Informasi

Informasi menurut McLeod,JR (2001, p15) adalah data yang telah

diproses atau data yang memiliki arti. Informasi menurut O’Brien dan

Marakas (2006, p29) adalah data yang telah diubah ke dalam konteks yang

berarti dan berguna untuk pengguna akhir tertentu.

Page 17: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

28

 

2.2.3 Sistem Informasi

Sistem informasi menurut O’Brien dan Marakas (200, p6) adalah

kombinasi yang teratur dari orang, hardware, software, jaringan komunikasi

dan sumber daya data yang bertugas menyimpan, menarik, mengolah dan

memberikan informasi kepada pengguna dalam sebuah organisasi. Sistem

informasi menurut Bentley et al (2002, p8) adalah sekumpulan yang saling

berhubungan untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan

mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan,

koordinasi, dan pengendalian dalam suatu organisasi. Sistem informasi dapat

membantu seorang manajer dalam pengambilan keputusan, membuat strategi

dan menganalisa situasi yang dihadapi.

2.3 Analisa dan Perancangan Sistem Informasi

2.3.1 Unified Modeling Langauge (UML)

Menurut Wikipedia.com UML adalah standar untuk keperluan umum

bahasa pemodelan di software. UML mewakili dua pandangan yang berbeda

dari sebuah sistem model yaitu :

a. Statis

Menekankan struktur statis dari sistem yang menggunakan objek,

artibut, operasi dan hubungan. Dengan memperlihatkan class diagram

dan composite structure.

b. Dinamis

Menekankan perilaku sistem dinamis dengan menunjukan kolaborasi

antara benda dan perubahan keadaan internal objek,. Dengan

memperlihatkan sequence diagram, activity diagram dan state machine

diagram.

UML menggabungkan teknik-teknik terbaik dari diagram hubungan

entitas, aliran kerja, pemodelan objek dan komponen model. Hal ini dapat

digunakan dengan semua proses, sepanjang siklus hidup pengembangan

software dan teknologi implementasi yang berbeda.

Page 18: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

29

 

2.3.2 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Menurut Mathiassen OOAD (2001, p12) adalah kumpulan pedoman

umum untuk analisa dan desain.

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.7 Metodologi Object Oriented Analysis and Design menurut Mathiassen

Menurut Booch (2005, p125) Object Oriented Design adalah metode

yang meliputi desain proses dekomposisi berorientasi objek dan notasi untuk

menggambarkan logis dan fisik serta model statis dan dinamis dari sistem di

bawah desain. Object – Oriented Analysis objek - berorientasi analisis adalah

suatu metode analisis yang memeriksa persyaratan dari sudut pandang kelas-

kelas dan objek yang ditemukan dalam kosakata masalah domain.

OOAD mencerminkan empat perspektif sentral pada sistem dan

konteks informasi. Bagaimana sistem akan digunakan, sistem secara

keseluruhan dan komponen sistem. Kegiatan utama OOAD seperti analisis

problem domain, aplikasi problem domain, desain arsitektur dan desain

komponen masing-masing. Setiap kegiatan mengarah pada hasil yang spesifik

yang kemudian dimasukkan dalam analisis dan desain dokumentasi.

Page 19: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

30

 

a. Rich Picture

Rich Picture menurut Mathiassen (2001, p26) adalah sebuah gambar

informal yang menggambarkan ilustrasi pemahaman situasi.

Gambar 2.8 Rich Picture yang Difokuskan Pada stabilitas

Untuk digunakan dari bagian system definition, rich picture harus:

• Memusatkan pada stabilitas atau perubahan.

• Memproses seperti pekerjaan, produksi, pengolahan informasi,

perencanaan, kendali dan pengembangan.

• Struktur seperti produksi, aplikasi, komunikasi, persetujuan,

kepemilikan, keanggotaan dan kuasa.

• Rich pictures, bukan gambaran kacau dan tidak beraruturan.

Rich picture difokuskan pada aspek-aspek penting dari situasi yang

ditentukan oleh ilustrator. Rich Picture harus memberikan gambaran yang

luas mengenai situasi yang memungkinkan beberapa alternatif dari

interpretasi.

Page 20: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

31

 

b. Kriteria FACTOR memuat enam elemen

• Functionality: Fungsi sistem yang mendukung tugas application-

domain.

• Application domain: Bagian dari suatu organisasi yang administrate,

monitor, atau mengendalikan problem domain.

• Conditions: Dengan kondisi yang bagaimana sistem akan

dikembangkan dan digunakan.

• Technology: Semua Teknologi yang digunakan untuk

mengembangkan dan menjalankan sistem.

• Objects: object Yang utama didalam problem domain.

• Responsibility: tanggung jawab sistem (kegunaan) secara keseluruhan

dalam hubungannya dengan konteks sistem.

2.4 Problem Domain Analysis

Problem domain adalah bagian dari konteks yang diatur, dimonitor

dan dikontrol oleh sistem. Problem domain analysis adalah model problem

domain menyediakan untuk mengungkapkan syarat-syarat ke sistem.

Aktivitas problem domain terdiri dari 3 kegiatan yaitu class, structure dan

behavior.

Gambar 2.9 Aktivitas Model Problem Domain

Page 21: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

32

 

1. Class

Menurut Mathiassen (2001, p53) class adalah kumpulan dari objek

yang mempunyai structure, behavioral pattern, dan attributes yang

bersamaan. Objek adalah suatu entitas yang memiliki identitas, state, dan

behavior. Event adalah insident yang terjadi seketika yang melibatkan satu

atau lebih object. Event table adalah menggambarkan hubungan antara class

dan event yang telah dievaluasi.

2. Structure

Dimulai dengan class dan event yang ada pada event table. Tentukan

struktur object dan class. Structure bertujuan untuk menghubungkan antara

class dan object dalam problem domain yang menghasilkan class diagram.

Class structure menggambarkan hubungan statis dan konseptual antar class.

Class Structure terdiri dari :

• Generalization

Dimana sebuah general class menggambarkan properti umum dari

subclass.

Gambar 2.10 Struktur Generalisasi

• Cluster

Adalah kumpulan kelas yang dapat membantu dalam pencapaian dan

menyediakan keseluruhan dari problem domain.

Object structure menggambarkan hubungan dinamis dan konkrit antar object.

• Aggregation

Dimana sebuah objek superior terdiri dari beberapa objek inferior yang

merupakan bagian tak terpisahkan dari objek superior tersebut.

Passenger Car

Taxi Private Car

Page 22: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

33

 

• Association structure

Merupakan hubungan antara sejumlah objects.

3. Behaviour

Behaviour sebuah object ditentukan dari event trace. Event trace adalah

urutan event yang melibatkan object khusus atau spesifik. Behaviour pattern

menjelaskan event trace yang mungkin untuk semua objek dalam sebuah

class. Ada tiga tipe notasi behaviour pattern yang menjelaskan kemungkinan

kejadian dalam siklus sebuah object yaitu :

• Sequence : serangkaian peristiwa yang menjelaskan satu per satu

• Selection : hanya satu dari serangkaian peristiwa yang terjadi

• Iteration : suatu peristiwa yang terjadi nol atau lebih kali.

Gambar 2.11 Sequence Diagram

2.5 Application Domain Analysis

Menurut Mathiassen (2001, p 115) application domain adalah

organisasi yang mengelola, memonitor dan mengontrol problem domain.

Application domain berfokus pada fungsi dari interface sistem dan bagaimana

sistem akan digunakan oleh user. Kebutuhan sistem dibedakan dalam tiga

bagian utama yaitu usage, function dan interface.

Page 23: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

34

 

Gambar 2.12 Aktivitas dalam Analisis Application Domain

• Usage

Menurut Mathiassen (2000, p119) actor adalah abstraksi dari user atau sistem

lain yang berinteraksi dengan target sistem. Use case adalah pola interaksi

antara sistem dan actor di dalam application domain.

Gambar 2.13 Use Case Diagram

• Function

Menurut Mathiassen (2001, p137) Function adalah sebuah fasilitas untuk

membuta sebuah model yang berguna untuk actor. Aktivitas function ini

berupa sebuah function list beserta tipe fungsi dan kompleksitasnya. Function

dibagi menjadi 4 aktivitas yaitu :

• Update : fungsi yang diaktifkan oleh problem-domain event dan

hasilnya adalah perubahan pada atribut model.

Page 24: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

35

 

• Signal : fungsi yang diaktifkan oleh perubahan pada atribut model dan

hasilnya adalah reaksi di dalam konteks. Reaksi ini mungkin

ditampilkan ke actor dalam application domain atau langsung

mengintervensi problem domain.

• Read : fungsi yang diaktifkan oleh kebutuhan akan informasi dari

kegiatan actor dan hasilnya merupakan tampilan bagian-bagian model

yang revelan dengan informasi yang dibutuhkan.

• Compute : fungsi yang diaktifkan karena kebutuhan informasi dari

kegiatan kerja actor dan terdiri dari komputasi yang melibatkan

informasi dari actor atau model. Hasil yang ditampilkan berupa hasil

perhitungan.

• Interface

Menurut Mathiassen (2001, p151) interface adalah fasilitas yang membuat

model sistem dan function dapat berinteraksi dengan actors. User interface

adalah interface untuk users yang menghasilkan dialogue style dan form

presentasi, daftar lengkap elemen user interface, window diagram pilihan dan

navigation diagram. System interface adalah interface ke sistem lain.

Gambar 2.14 Sub-Aktivitas di Interface

Page 25: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

36

 

2.6 Architectural Design

Architectural design bertujuan untuk merancang sistem terkomputerisasi

berupa arsitektur yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu.

1. Criteria

Kriteria adalah sifat-sifat terpilih yang harus dimiliki oleh arsitektur.

Kriteria ini yang nantinya dipakai sebagai alat untuk mengukur kualitas

software yang akan dibangun. Kriteria-kriteria yang ada akan dibuat

priorotasnya sesuai dengan kebutuhan sistem target, yaitu apakah criteria

tersebut sangat penting, penting, kurang penting, tidak relevan, atau

mudah ditambahkan.

• Usable : Kemampuan beradaptasi sistem dalam organisasi, hubungan

kerja dan secara teknik

• Secure : Kemampuan untuk menanggulangi bahaya dari akses tak

berwenang terhadap data dan fasilitas.

• Efficient : Eksploitasi secara ekonomi dari fasilitas teknik platform.

• Correct : Sistem dapat memenuhi kebutuhan yang ada.

• Reliable : Sistem dapat memenuhi kebutuhan eksekusi fungsi-fungsi

program.

• Maintainable : Biaya yang digunakan untuk mengalokasikan dan

memperbaiki kerusakan sistem.

• Testable : Biaya yang digunakan untuk meyakinkan bahwa sistem

yang dikembangkan melakukan fungsi sesuai dengan

• Flexible : Biaya yang digunakan untuk memodifikasi sistem yang

telah dikembangkan.

• Comprehensible : Usaha yang dibutuhkan agar user dapat memahami

sistem dengan mudah.

• Reusable : Menggunakan bagian suatu sistem pada sistem lain yang

berhubungan.

Page 26: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

37

 

• Portable : Biaya untuk memudahkan sistem pada platform teknikal

lainnya.

• Interoperatable : Biaya untuk merangkaikan sistem pada sistem lain.

2. Component

Menurut Mathiassen (2000, p190) arsitektur komponen yang baik

membuat sistem lebih mudah untuk memahami, mengatur pekerjaan

desain dan mencerminkan stabilitas sistem konteks. Ini juga mengubah

tugas desain kurang kompleks menjadi beberapa tugas. Component adalah

kumpulan program merupakan bagian yang utuh dan memiliki tanggung

jawab yang didefinisikan dengan baik. Component architecture adalah

suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling

berhubungan. Pola arsitektur terdiri dari :

• Pola arsitektur layer

• Pola arsitektur umum

• Pola arsitektur client-server

Tabel 2.4 Perbedaan Bentuk dari Distribusi Di Client-Server Architecture

Client

U

Server

U + F + M

Architecture

Distributed presentation

U

U + F

U + F

U + F + M

F + M

F + M

M

M

Local presentation

Distributed functionality

Centralized data

Distributed data

3. Process

Menurut Mathiassen (2001, p211) process architecture adalah sebuah

sistem eksekusi stuktur dimana proses saling tergantung. Di dalam

arsitektur proses terdapat istilah processor dan active. Processor adalah

Page 27: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

38

 

sebuah alat yang dapat melaksanakan program. Acitve object adalah

sebuah objek yang menetapkan sebuah proses.

2.7 Design Compenent

2.7.1 Model Component

Model component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan

model dari problem domain. Analisa adalah model dijelaskan dengan

menggunakan class diagram dan statechart diagram, model juga digunakan

sebagai dasar untuk mendesain komponen model yang berorientasi object.

Tujuan dari Komponen Model adalah untuk memberikan data yang

sekarang dan data historis ke user dan sistem yang lainnya. Informasi yang

disimpan berhubungan dengan sistem yang ada didalam problem domain.

Hasil dari aktifitas komponen model adalah class diagram dari aktivitas

analisis yang direvisi.

2.7.2 Function Component

Tujuan dari function component memberikan user interface dan komponen

sistem lainnya untuk mengakses model. Function component berfungsi untuk

menghubungkan usage dan model. Beberapa aktivitas yang ada di function

component yaitu :

1. Merancang fungsi sebagai operasi berdasarkan tipe.

2. Mencari salah satu dari beberapa pola yang dapat membantu anda

menerapkan operasi.

3. Tentukan operasi yang kompleks

Hasil utamanya adalah class diagram untuk komponen fungsi dan

extension dari class diagram untuk komponen model. Jika fungsi utama tidak

dapat diidentifikasikan maka fungsi dapat dipecah menjadi beberapa fungsi

yang dapat dengan mudah di kelompokan.

Page 28: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

39

 

a. Update

Fungsi update menerima input data dari event yang terjadi dan hasilnya akan

dikembalikan ke tempat fungsi dimana fungsi tersebut diaktifkan. Fungsi

update langsung berhubungan dengan problem domain.

Gambar 2.15 Fungsi Update Sebagai Seperangkat Operasi

b. Read

Fungsi read menunjukan kebutuhan user akan informasi yang diperoleh dari

sistem.

Gambar 2.16 Fungsi Read Sebagai Seperangkat Operasi

Page 29: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

40

 

c. Compute

Fungsi compute menunjukan user atau sistem lain membutuhkan data untuk

memproses, dimana termasuk membaca model kemudian melakukan proses

perhitungan untuk mengupdate data.

Gambar 2.17 Fungsi Compute Sebagai Seperangkat Operasi

d. Signal

Fungsi signal untuk monitor dan mengontrol. Fungsi signal ada dua jenis

yaitu aktif dan pasif. Fungsi aktif signal bisa diimplementasikan oleh operasi

yang aktif secara permanen dan dievaluasi secara rutin. Fungsi pasif bisa

diimplementasikan oleh operasi yang pada dasarnya tidak aktif setelah

diaktifkan oleh event tertentu.

Gambar 2.18 Fungsi Signal Sebagai Seperangkat Operasi

Page 30: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

41

 

2.8 Procurement

Menurut Kalakota dan Robinson (2001, p56) procurement mengacu

pada semua aktivitas yang melibatkan kegiatan untuk mendapat barang-

barang dari supplier. Kegiatan procurement meliputi kegiatan pembelian,

logistic ke dalam seperti transportasi, penerimaan, pengecekan dan

penyimpanan bahan baku sebelum digunakan ke dalam proses produksi.

Gambar 2.19 Proses-Proses yang Terjadi Dalam Procurement Tradisional

Munurut Kalatoka (2001,p399) terdapat tipe pembelian yaitu :

1. Strategic buying berorientasi pada hubungan pembelian bahan baku untuk

jangka waktu panjang. Kegiatan ini termasuk pemilihan supplier,

negosiasi kontrak dan manajemen supplier.

2. Transactional buying menekan hubungan berdasarkan perjanjian kontrak

yang ada dan perjanjian yang antara pembeli dan penjual dalam

pemrosesan transaksi.

3. Spot buying berorientasi pada hubungan pendek yaitu perjanjian sekali.

Dimana perusahaan dihadapi pada situasi dimana supplier tetap tidak

dapat memenuhi kebutuhan bahan baku. Maka perusahaan terpaksa

mencari supplier lain yang dapat memenuhi kebutuhan bahan baku.

Page 31: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

42

 

Donald (2002, p40) Procurement menyangkut informasi untuk

melengkapi persiapan purchase order (PO), modifikasi dan pencari pemasok

secara keseluruhan.

Hal ini dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini :

Gambar 2.20 Procurement Cycle Activities

Sering kali antara istilah antara purchasing dan procurement sering

tetukar. Purchasing umumnya berhubungan dengan aktivitas pembelian dan

aktual material. Aktivitas procurement dikenal sebagai process-oriented.

Turban (2004,p31) procurement management adalah koordinasi semua

aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pembelian barang-barang dan

jasa-jasa yang dibutuhkan untuk melengkapi misi organisasi.

2.8.1 Electronic Procurement

Menurut Richardus Eko Indrajit yang dikutip dari situs webnya

(www.ebizasia.com) e-procurement merupakan suatu mekanisme pembelian

masa kini atau dapat dikatakan sebagai teknik pembelian modern – dengan

memanfaatkan sejumlah aplikasi berbasis internet dan perangkat informasi

terkait lainnya sebagai enabler dalam menjalankan proses tersebut.

E- procurement merupakan bagian dari e-commerce untuk perantaran

barang dan jasa atau digunakan untuk tendering barang dan jasa antara

perusahaan dan pemasok. E-procurement merupakan aplikasi yang

Sourcing

Receiving Transportation

Order Placement and Expediting

Supplier

Page 32: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

43

 

menggunakan aplikasi internet yang banyak diakses oleh perusahaan besar

dan badan usaha umum.

Sedangkan menurut Turban (2004, p232) e-procurement adalah

memperoleh barang-barang dan jasa untuk organisasi dengan menggunakan

fasilitas elektornik.

Gambar 2.21 Rantai E-Procurement

Para pembeli dapat berfokus pada beberapa strategi pembelian untuk

mencapai tujuan dan keuntungan dari e-procurement adalah :

a. Menurunkan harga pembelian melalui standarisasi produk dan

penggabungan pembelian.

b. Meningkatkan produktivitas agen-agen pembelian (menyediakan

waktu lebih banyak dan mengurangi tekanan kerja).

c. Meningkatkan manajemen dan aliran informasi seperti informasi

pemasok dan harga.

d. Memastikan pengiriman tepat waktu, setiap waktu.

e. Mempererat hubungan kolaborasi dengan supplier.

Page 33: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

44

 

f. Memperbaiki proses pembayaran.

g. Merampingkan proses procurement, membuat secara sederhana dan

cepat.

h. Mengurangi permintaan keahlian dan pelatihan agen-agen pembelian.

i. Mengurangi jumlah pemasok.

j. Mengurangi kesalahan manusia dalam pembelian dan proses

pengiriman.

k. Menemukan supplier baru dan penjual yang dapat menyediakan

produk secara cepat dan murah.

l. Mengintegrasikan proses procurement dengan pengawasan anggaran.

m. Memiliki pilihan supplier yang lebih luas sehingga perusahaan dapat

membandingkan tawaran pemasok-pemasok tersebut seperti

membandingkan harga, kualitas dan kecepatan pengiriman pesanan.

n. Dari sisi supplier adalah dapat memperoleh kesempatan tender yang

lebih luas karena dapat memperoleh informasi melalui web di internet

dan mengurangi biaya untuk pengajuan tender.

Tujuan utama strategi e-procurement perusahaan menurut Kalakota

dan Robinso (2001,p339) adalah untuk lebih baij mengatur biaya operasional

perusahaan. Sebagaimana yang dicari margin sehingga perusahaan perlu

mengatur biaya operasional se-efisien mungkin. Gambar dibawah ini

menggambarkan solusi manajemen e-procurement yang terintegrasi.

Page 34: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

45

 

Gambar 2.22 Manajemen E-Procurement

2.8.2 Metode E-Procurement

Menurut Turban (2004, p231) berpendapat perusahaan-perusahaan

menggunakan metode-metode yang berbeda untuk memperoleh barang-

barang dan jasa-jasa bergantung pada apa dan dimana mereka membeli,

jumlah yang dibutuhkan dan berapa jumlah uang yang terpakai. Berikut ini

metode umum dalam procurement :

- Membeli langsung dari produsen, wholesaler, atau retailer dari katalog

mereka dan dimungkinkan bernegosiasi. Apabila disepakti oleh kedua

pihak maka ditanda tangani kontrak untuk melakukan pembelian.

- Membeli dari internal buyer’s catalog yang diapprove dari katalog

supplier termasuk harga kesepakatan.Pendekatan ini digunakan untuk

pengimplementasian desktop purchasing dimana memungkinkan

requisition untuk memesan secara langsung dari supplier.

- Membeli di website lelang private atau publik dimana perusahaan ikut

serta sebagai salah satu pembeli. Bergabung dengan sistem purchasing

kelompok yang menggabungkan permintaan peserta, menciptakan volume

besar. Lalu kelompok dapat negosiasi harga atau melakukan proses lelang.

Page 35: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

46

 

- Berkolaborasi dengan supplier untuk berbagi informasi penjualan dan

persediaan, untuk mengurangi persediaan dan stock-out dan pengiriman

just-in-time.

2.8.3 Jenis-Jenis Aplikasi E-Procurement

Menurut Pujawan (2005,p163) beberapa jenis aplikasi E-Procurement yaitu :

1. E-Catalogue merupakan katalog tercetak dalam bentuk buku atau brosur

secara tradisional tetapi dengan adanya internet maka katalog itu bisa

ditampilkan di website. Disini perusahaan dapat mengumpulkan informasi

supplier atau calon supplier dengan segala bentuk barang atau jasa yang

bisa mereka pasok.

2. E-Auction merupakan aplikasi untuk membantu proses lelang.

3. B2B Market Exchange merupakan banyak pembeli dan penjual bertemu

secara virtual. Pada kebanyakan kasus, aplikasi ini dimiliki dan dikelola

pihak ketiga.

4. B2B Private Exchange merupakan aplikasi yang digunakan untuk

membantu proses transaksi rutin dengan supplier. Perusahaan bisa

mengirimkan purchase order secara elektronik, mengecek status

pengiriman, melakukan transaksi pembayaran dan sebagainya. Selain itu,

aplikasi dapat digunakan untuk berbagi informasi rencana produksi dan

informasi lainnya dengan supplier. Supplier dapat juga membagikan

informasi ketersediaan dan kapasitas barang atau jasa.

2.9 Internet, HTTP, WWW

Internet adalah sebuah sistem komunikasi global yang

menghubungkan komputer-komputer dan jaringan-jaringan komputer di

seluruh dunia. Internet memungkinkan adanya real time service seperti web

radio dan webcast yang dapat diakses diseluruh dunia.

Page 36: bab 2 12 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00625-TISI Bab 2.pdftransparan,. Perusahaan partner harus menjaga informasi tersebut dari pihak-pihak yang bisa menyalahgunakannya

47

 

Hyper Text Transfer Protocol (HTTP) adalah protokol yang

digunakan untuk mentransfer dokumen dalam world wide web (www). HTTP

adalah sebuah protokol meminta atau menjawab antara client dan server.

Menurut Eaglestone dan Ridley (2004, p24) World Wide Web (WWW)

adalah sebuah aplikasi pada internet yang menyediakancara sederhana untuk

mengakses informasi dan menjalankan program yang disimpan dalam

komputer yang dihubungkan dengan internet. WWW memiliki memori

didalamnya dimana informasi dapat ditampilkan, disimpan dan diakses.