bab 1.1
DESCRIPTION
Bab ITRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
Pajak memiliki peran yang sangat penting bagi negara Indonesia, karena pajak
memberikan kontribusi sekitar 70% pada penerimaan negara. Maka dari itu pemanfaatan dana
dari sektor pajak harus sangat diperhatikan. Tanpa pajak, sebagaian besar kegiatan negara sulit
untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi belanja pegawai sampai dengan
pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan,
jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang
yang berasal dari pajak.
Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi
seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal
dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang
yang berasal dari pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu
negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan
pembangunan.
Apabila tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak sangat tinggi, maka
dengan sendirinya penerimaan pajak akan meningkat. Maka cara untuk meningkatkan kepatuhan
wajib pajak dengan cara memaksimalkan alokasi anggaran yang berasal dari pajak untuk
sebesar-besarnya bagi kemakmuran wajib pajak.
KPP Pratama Sleman dalam memberikan pelayanan bagi wajib pajak dengan cara
mendengar, mencari tahu dan berupaya memenuhi apa yang diinginkan oleh wajib pajak terkait
hak dan kewajiban perpajakannya, sehingga mendorong wajib pajak untuk melaksanakan
kewajiban perpajakannya.
Pada saat ini KPP Pratama Sleman mengalami kesulitan dalam mencapai target
penerimaan pajak yang sudah ditentukan, karena adanya hambatan dan tantangan yang muncul,
diantaranya sudah berkurangnya kepercayaan masyarakat untuk membayar pajak kepada negara
karena semakin banyaknya kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh pegawai pajak.
1
Dalam rangka melakukan peningkatan penerimaan pajak Direktorat Jenderal pajak
melakukan evaluasi dan pembaharuan kebijakan, salah satunya melalui kegiatan intensifikasi
pajak dan ekstensifikasi wajib pajak. Intensifikasi pajak adalah kegiatan yang dilakukan dengan
mengoptimalkan penerimaan pajak dari wajib pajak, sedangkan ekstensifikasi wajib pajak adalah
upaya meningkatkan penerimaan pajak dengan menambah jumlah wajib pajak yang terdaftar.
1.2 Rumusan Permasalahan
Sejak tahun 2008 didirikannya kantor KPP Pratam sleman hingga saat ini, baru satu kali
KPP Pratama Sleman mencapai target penerimaan pajak yaitu tahun 2012 dan hingga saat ini
KPP Pratama Sleman belum dapat mencapai target kembali.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka pertanyaan penelitian yang
dapat diajukan adalah sebagai berikut:
1. apakah pelaksanaan kegiatan intensifikasi memberikan kontribusi terhadap penerimaan
pajak di KPP Pratama Sleman?
2. Apa saja faktor penghambat tercapainya target penerimaan pajak di KPP Pratama
Sleman?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengevaluasi apakah kegiatan intensifikasi pajak yang dilakukan di KPP Pratama
Sleman telah sesuai dengan standar prosedur yang ada.
2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam pencapaian target
penerimaan di KPP Pratama Sleman.
3. Untuk mengetahui hasil dari kegiatan intensifikasi pajak yang dilakukan di KPP Pratama
Sleman apakah sesuai dengan pengertiannya untuk meningkatkan penerimaan pajak.
1.5 Motivasi Penelitian
Motivasi dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kegiatan intensifikasi pajak
memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak dengan cara melakukan evaluasi kegiatan
2
3. Pondasi Teoretikal Penelitian Studi Kasus
2. Tujuan Penelitian. Penelitian
5. Temuan dan Analisis4. Metodologi Penelitian Studi Kasus
intensifikasi serta menganalisis faktor apa saja yang menghambat pencapaian penerimaan pajak
di KPP Pratama Sleman.
1.6 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1. KPP Pratama Sleman
Sebagai bahan masukan yang digunakan dalam membuat program baru, strategi baru
serta untuk mengetahui sejauh mana hasil dari intensifikasi pajak berhasil dilakukan di
KPP Pratama Sleman.
2. Penelitian Selanjutnya
Sebagai bahan referensi untuk melakukan pengamatan secara mendalam khususnya pada
permasalahan yang serupa.
1.7 Proses Penelitian
Proses penelitian dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1
Proses Penelitian Studi Kasus
Sumber: pedoman penulisan tesis dan kasus (Program Maksi UGM, 2014)
3
1. Pertanyaan Penelitian
1.8 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari tujuh bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN. Pada bab 1 ini berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah studi kasus, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, proses
penelitian, sistematika penelitian dan metodologi penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab 2 ini berisi teori-teori yang dijadikan
peneliti sebagai kerangka berfikir untuk melaksanakan investigasi dan kemudian melakukan
analisis atas temuan tersebut menurut tujuan penelitian dan pertanyaan penelitian.
BAB III : LATAR BELAKANG KONTEKSTUAL PENELITIAN. Pada bab 3 ini
menjelaskan secara deskriptif tentang obyek penelitian dan menjelaskan secara kontekstual
tentang implementasi dari teori-teori sebagaimana yang dijelaskan pada bab 2 untuk
mendapatkan pemahaman yang spesifik tentang karakteristik dari obyek penelitian.
BAB IV : RANCANGAN PENELITIAN. Pada bab 4 ini berisi tentang pembahasan
pengambilan data (sumber data, teknik pengambilan data dan proses pengambilan data) dan
analisis data.
BAB V : PEMAPARAN TEMUAN. Pada bab 5 ini berisi penjelasan temuan-temuan
dari investigasi yang kemudian akan dijadikan sebagai hasil investigasi studi kasus.
BAB VI ; RINGKASAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab 6 ini berisi ringkasan dan
pembahasan. Ringkasan berisi tentang latar belakang, cara dan hasil penelitian yang kemudian
akan dijadikan sebagai ringkasan eksekutif. Pembahasan berisi tentang penjelasan hasil yang
diperoleh dari investigasi dan implementasi dari hasil investigasi tersebut.
BAB VII : SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab 7 ini, selain berisi simpulan
dan rekomendasi, juga berisi keterbatasan. Simpulan merupakan refleksi dari bab 1 sampai bab 6
dan digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian. Rekomendasi merupakan bentuka aksi
praktikal dan bentuk tindak lanjut dari temuan investigasi yang sudah dibahas pada bab 5.
Keterbatasan penelitian digunakan untuk menjawab masalah yang dihadapi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pajak
UU No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 6 Tahun 1983 mengenai
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib negara yang terutang
oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU dengan tidak mendapat balas
jasa secara langsung dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
(Untung Sukardji, 2014) Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tdak mendapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
Dari definisi tersebut dapat diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak yaitu:
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi secara individu
oleh pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh Negara (Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah).
d. Pajak diperuntukkan membiayai pengeluaran Pemerintah dan apabila pemasukannya
masih surplus, dipergunakan untuk membiayai “Public Investment”.
e. Pajak juga sebagai fungsi mengatur. Dalam menjalankan fungsi mengatur, pajak dapat
digunakan sebagai alat untuk mengatur kebijakan perekonomian suatu negara.
2.1.2 Istilah-istilah dalam perpajakan
1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
5
2. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap.
3. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah
pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
4. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang
Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
5. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
6. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu
sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini.
7. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
8. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.
9. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak,
dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
10. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/ atau
harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
11. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
6
12. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak.
13. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui
tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
14. Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
15. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok
pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
17. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok
pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak.
18. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang
terutang atau seharusnya tidak terutang.
19. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda.
20. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
21. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak
Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang
dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang
di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, yang
dikurangkan dari pajak yang terutang.
22. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau setelah dikurangi
dengan pajak yang telah dikompensasikan, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
7
23. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai
keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu
hubungan kerja.
24. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
25. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau
benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi
suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
26. Pemeriksaan Bukti Permulaan adaiah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti
permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
27. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib
Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
28. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk
periode Tahun Pajak tersebut.
29. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai ke!engkapan pengisian
Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran
penulisan dan penghitungannya.
30. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
31. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8
32. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis,
kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan pajak, Surat Tagihan
Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat
Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak,
Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat Keputusan
Pemberian Imbalan Bunga.
33. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat ketetapan
pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh
Wajib Pajak.
34. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat
Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
35. Putusan Gugatan adalah putusan badan peradilan pajak atas gugatan terhadap hal-hal yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat diajukan gugatan.
36. Putusan Peninjauan Kembali adalah putusan Mahkamah Agung atas permohonan peninjauan
kembali yang diajukan oteh Wajib Pajak atau oleh Direktur Jenderal Pajak terhadap Putusan
Banding atau Putusan Gugatan dari badan peradilan pajak.
37. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk Wajib Pajak tertentu.
38. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga adalah surat keputusan yang menentukan
jumlah imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak.
39. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam hal
disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan
disampaikan secara langsung.
40. Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam hal
diterima secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan diterima
secara langsung.
2.1.1 fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak, yaitu:
9
1. Fungsi Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluarannya.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang social dan ekonomi.
Contoh:
a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi
minuman keras.
b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya
hidup konsumtif.
c. Tariff pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk Indonesia di
pasar dunia.
2.1.2 Pengelompokan Pajak
1. Menurut golongannya
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya,
dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Penghasilan
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak.
10
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3. Menurut lembaga pemungutnya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga Negara.
Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas:
Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor.
Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Hiburan.
2.1.3 Hambatan Pemungutan Pajak
Hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi:
1. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain:
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
b. Sistem perpajakan yang mungkin sulit dipahami masyarakat.
c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.
2. Perlawanan aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan
kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain:
a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-
undang.
11
b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang
(menggelapkan pajak).
2.2 Kegiatan Intensifikasi
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 06/PJ.9/2001 Intensifikasi pajak adalah
kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah
tercatat atau terdaftar dalam administrasi DJP, dan dari hasil pelaksanaan ekstensifikasi Wajib
Pajak.
2.2.1 Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan intensifikasi pajak, meliputi:
1. Penentuan jumlah angsuran PPh Pasal 25 dan atau jumlah PPN yang harus disetor dalam
tahun berjalan, dimulai sejak bulan Januari tahun yang bersangkutan.
2. Penentuan jumlah PPN yang terutang atas transaksi penjualan dalam tahun berjalan,
khususnya untuk PKP Pedagang Eceran, yang mempunyai usaha di sentra perdagangan atau
perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau sentra ekonomi
lainnya.
2.2.2 Pelaksanaan intensifikasi pajak
Kegiatan intensifikasi pajak dan atau pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak yang
dilakukan melalui pemeriksaan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam hal ditemukan kewajiban untuk melakukan pembayaran PPh dan atau PPN dalam
tahun berjalan, kegiatan pemeriksaan dilanjutkan dengan penerbitan Surat Tagihan Pajak
(STP) PPh dan atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPN, dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Apabila kewajiban perpajakan telah ada sejak awal tahun dilakukan
pemeriksaan, STP PPh dan atau SKPKB PPN yang diterbitkan meliputi bulan
Januari sampai dengan bulan terakhir sebelum dilakukan pemeriksaan dalam
tahun yang bersangkutan (tidak termasuk bulan dilakukannya pemeriksaan);
12
b. Apabila kewajiban perpajakan timbul setelah awal tahun dilakukannya
pemeriksaan, STP PPh dan atau SKPKB PPN yang diterbitkan meliputi bulan
sejak timbulnya kewajiban perpajakan sampai dengan bulan terakhir sebelum
dilakukan pemeriksaan dalam tahun yang bersangkutan (tidak termasuk bulan
dilakukannya pemeriksaan).
2. Dalam hal ditemukan adanya kewajiban perpajakan tahun-tahun sebelumnya (sepanjang
belum melewati batas daluarsa penetapan pajak), agar dibuatkan usulan pemeriksaan
khusus.
3. Terhadap Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu, supaya diberikan penjelasan
mengenai kewajiban menghitung dan membayar angsuran PPh pasal 25 sebesar 1% dari
peredaran usaha disetiap lokasi usaha-nya. Dalam pelaksanaan Surat Edaran ini,
pembayaran sebesar 1% juga berlaku terhadap Wajib Pajak yang menyatakan hanya
mempunyai satu gerai/outlet. Dalam hal Wajib Pajak dapat membuktikan kemudian
bahwa gerai/outlet tersebut merupakan satu-satunya tempat usaha yang dimiliki, maka
pembayaran 1% tersebut dapat diperhitungkan dalam SPT Tahunan untuk tahun yang
bersangkutan.
4. Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu juga memenuhi persyaratan
untuk dikukuhkan sebagai PKP Pedagang Eceran, supaya diberikan penjelasan mengenai
kewajiban menghitung dan membayar PPN masa sebesar 2% dari peredaran usaha untuk
setiap masa pajak.
5. Tata cara penentuan besarnya peredaran usaha dalam rangka menghitung besarnya
pembayaran angsuran PPh pasal 25 dalam tahun berjalan dilakukan berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Edwin 2013 di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua, dengan
judul “Evaluasi Penerimaan Pajak Terhadap Pelaksanaan Intensifikasi Pajak di KPP Pratama
Jakarta Gambir Dua” menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan intensifikasi perpajakan pada
KPP Pratama Jakarta Gambir Dua sudah maksimal, bisa dilihat dari penerimaan pajak orang
13
pribadi dan badan yang diadapat dari KPP Pratama Jakarta Gambir Dua setiap tahun terus
meningkat.
BAB III
LATAR BELAKANG KONTEKSTUAL OBJEK PENELITIAN
3.1 Sejarah KPP Pratama Sleman
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi
dan tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak dengan diubahnya Peraturan Menteri
Keuangan Nomor : 55/PMK.01/2007, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Yogyakarta Dua dipecah
menjadi 3 (tiga) unit kantor yaitu KPP Pratama Sleman, KPP Pratama Wonosari, dan KPP
Pratama Wates. Tepat pada tanggal 30 Oktober 2007 merupakan saat dimana beroperasinya
Kantor Pelayanan Pajak (KP) Pratama di lingkungan Kanwil DJP Daerah istimewa Yogyakarta.
Adapun Launching kantor dilaksanakan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia yakni Ibu
14
Sri Mulyani Indrawati pada tanggal 5 November 2007. Dan dari tanggal itulah KPP Pratama
Sleman dinyatakan telah beroperasi dengan memperbaharui struktur organisasi sebagaimana
KPP modern. Gedung kantor yang dipergunakan untuk operasional KPP Pratama Sleman
menempati Lantai I dan Lantai IV Gedung Kanwil DJP D.I.Yogyakarta yang terletak di Jl. Ring
Road Utara No. 10 Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta 55282, (0274) 4333940.
Reorganisasi kantor Direktorat Jenderal Pajak tersebut juga ditandai dengan adanya
peleburan 3 unit kantor yang meliputi Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB)
serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa). Sehingga KPP Pratama Sleman selain
merupakan pecahan dari KPP Yogyakarta Dua (KPP Induk) juga merupakan penggabungan dari
KP PBB Sleman dan fungsi pemeriksaan dari Karikpa Yogyakarta. Sehingga sering terjadinya
kendala dalam menjalankan tugas dari bagian pelayanan kepada wajib pajak karena koordinasi
antar bagian ataupun seksi yang satu dengan yang lainnya belum dapat berjalan dengan baik.
Reorganisasi yang dilakukan oleh DJP yaitu dengan adanya Pembentukan KPP
Modern.Dengan adanya Pembentukan KPP Modern ini bertujuan untuk mewujudkan adanya
pelayanan prima kepada masyarakat luas khususnya bagi Wajib Pajak. Adapun strategi
pelayanan yang dijalankan oleh DJP dalam rangka menciptakan pelayanan prima dengan
mewujudkan beberapa hal, antara lain :
1. Konsep One Stop Service yang ditunjang adanya Account Representative (AR) yang
berfungsi sebagai Liaison Officer dari Wajib Pajak.
2. Pemanfaatan teknologi informasi secara optimal.
3. Sumber daya manusia yang professional yang dihasilkan dari fit and proper test dan terikat
dengan kode etik.
4. Pemeriksaaan yang lebih terbuka dan lebih profesional dengan konsep spesialisasi.
5. Pelaksanaan Good Gavernance disemua lini sehingga tidak terjadi KKN.
6. Penerapan punishment baik untuk aparat maupun wajib pajak.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa KPP Pratama Sleman dibentuk menjadi kantor
modern dikarenakan memiliki tujuan-tujuan yang strategis yang telah disesuaikan dengan visi
dan misis yang dimiliki oleh DJP DIY dalam rangka mewujudkan Good Gavernance, meliputi :
1. Peningkatan pelayanan.
2. Optimalisasi penerimaan pajak.
3. Menjamin kepercayaan publik dalam hal integritas dan kewajaran administrasi perpajakan.
15
4. Penerapan kewajaran, keadilan, dan prinsip kesamaan.
5. Optimalisai terhadap masalah kecurangan pajak.
6. Meningkatkan produktifitas sumber daya manusia.
7. Meningkatkan motivasi, kompetensi dan keahlian pegawai.
Sistem Administrasi Modern di Kantor Wilayah DJP DIY dimulai pada Saat Mulai Operasi
(SMO) tanggal 30 Oktober 2007, demikian juga dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Sleman. Serta sarana administrasi yang digunakan dalam hal menunjang terjadinya kelancaran
tugas pemberian pelayanan kepada Wajib Pajak serta pendukung pengawasan juga dibentuk
secara baru, yaitu dengan menggunakan teknologi informasi “Sistem Manajemen Informasi dan
Operasi Direktorat Jenderal Pajak” (SISMIOP DJP).
Letak wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman meliputi Kabuapaten
Sleman yang terdiri dari 17 kecamatan, 86 kelurahan/desa dan 1212 dusun. Sedangkan jumlah
wajib pajak yang telah tedaftar dan efektif sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Tabel 1 : Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Per Desember 2013
No. Wajib Pajak Jumlah Terdaftar Jumlah Efektif Keterangan
1 Badan 7285 7162
2 Orang Pribadi 83502 82993
3 PPh Pasal 25 1097 1061 Bendaharawan
4 PKB 2970 2903
5 PBB 582011
Sumber : Bagian Pengelolaan Data dan Informasi KPP Pratama Sleman
3.2 Visi dan Misi KPP Pratama Sleman
1. Visi
Menjadi Institusi Pemerintah Penghimpun Pajak Negara yang Terbaik di Wilayah Asia
Tenggara.
16
2. Misi
Menyelenggarakan Fugsi Administrasi Perpajakan dengan Menerapkan Undang-Undang
Perpajakan Secara Adil Dalam Rangka Membiayai Penyelenggaraan Negara Demi
Kemakmuran Rakyat.
3.3 Bagan Struktur Organisasi
3.4 Tugas Pokok Organisasi
1. Sub bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha,
dan rumah tangga.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan,
pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen
perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan
Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bnagunan, pelayanan dukungan teknis
komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta
penyiapan laporan kinerja.
3. Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum
perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan,
pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.
17
4. Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak,
penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang
pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan penyusunan
rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan
lainnya, pemantauan pengendalian intern, pengelolaan risiko, kepatuhan terhadap kode etik
dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyusunan rekomendasi perbaikan
proses bisnis.
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi
perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data
nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan
dan Konsultasi III, serta Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, masing-masing mempunyai
tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajak Wajib Pajak,
bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak, analis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data
Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak,
usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan atas Tanah dan
Bangunan, serta melakukan evaluasi hasil banding.
18