bab 10 perekonomian indonesia

Upload: luthfi-hamka

Post on 06-Jul-2015

228 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Bab 10 Persaiangan Usaha di Indonesia: Tinjauan Ekonomi dan Hukum 1 "

A. Tinjauan Umum Dari perspektif ekonomi dan hukum, secara ringkas dapat dinyatakan bahwa tujuan kebijakan persaiangan (competition policy) adalah untuk meminamalisasikan inefisiensi perekonomian yang diakibatkan oleh perilaku usaha yang bersifat antipersaingan. Sementara itu, ada dua penyebab distoris perekonomian yang dapat mengakibatkan pasar menjadi tidak sempurna : 1. Eksternalitas pasar yang memungkinkan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kekuatan pasar menggunakan kekuatan tersebut untuk menghancurkan persaingan. Penyebabnya, bersumber dari perilaku perusahaan 2. Kebijakan / intervensi pemerintah sendiri yang menimbulkan distorsi pasar dan inefsiensi perekonomian. Penyebabnya, bersumber dari intervensi pemerintah terhadap pasar

B. Tinjauan Ekonomi 1. Pendefinisian Pasar Pendefinisian pasar atau penentuan relevant market sangat penting untuk menetapkan struktur pasar dan perilaku perusahan. Jika kita melakukan kesalahan dalam mendefinisikan pasar, maka kita tidak dapat menghilangkan analisis yang gamblang. Pasar dapat didefinisikan berdasarkan spatial model, yakin mendefinisikan pasar berdasarkan lokasi. Variabel yang menentukan pada spatial model adalah biaya pengangkutan (transportation cost). 2. Kondisi struktur persaingan usaha Salah satu melihat tingkat persaingan di suatu pasar adalah dengan melihat struktur pasarnya. Indikator yang dapat digunakan adalah konsentrasi rasio yang mengukur tingkat penguasaan pangsa pasar perusahaan terbesar, biasanya empat perusahaan terbesar terhadap total pangsa pasar. Beberapa industri yang tingkat konstrasinya rasionya meningkat pesat : 1. Professional equipment 2. Non-electrical machinery 3. Non-metal mineral 4. Fabricated metal 5. Printing and publishing 3. Sebab sebab munculnya perilaku antipersaingan Di Indonesia, dan juga di negara-negara berkembang lainnya, pemerintah menetapkan sejumlah tujuan pembangunan dan berusaha mencapainya dengan

melakukan investasi pasar. Kegagalan pasar sering terjadi alasan untuk membenarkan campur tangan pemerintah pemerintah yang berlebihan, mulai dari pemilihan industri strategis, penentuan pelakunya, hingga penetapan instrumen kebijakan. 4. Kebijakan persaingan dan investasi Kebijakan persaingan terdiri dari Undang- Undang Antimonopoli dan persaingan sehat, deregulasi dan liberalisasi ekonomi. UU Antimonopoli mengatur masalah perilaku perusahaan agar tidak menyalahgunakan market power-nya, sedangkan deregulasi dan liberalisasi menciptakan agar mekanisme pasar dapat berjalan dengan intervensi pemerintah yang minimal. 5. Persaiangan usaha di Era Otonomi daerah Pada masa orde baru jauh sebelum pelaksaan otonomi daerah telah ada berbagai kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang bersifat antipersaiangan. Kebijakan tersebut dapat berupa tariff barriers penguatan pajak atau retribusi dan non tariff barriers.

C. Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia 1. Sejarah hukum persaingan usaha Menurut sebagian pakar, sebenarnya telah lahir sejak dunia mengenal hukum dalam mengatur hubungan para pelaku usaha meskipun dalam bentuk tidak tertulis dan bersifat persial. Sejarah hukum persaingan usaha di Indonesia pun tidak terlepas dari pengaruh perkembangan selanjutnya yang bersifat akumulatif dari hukum persaingan usaha dunia tersebut. 2. Posisi hukum persaingan usaha dalam sistem hukum nasional Untuk keperluan pengkajian ilmiah, bidang hukum dapat dibedakan sebagai berikut: a. Hukum Tata Negara b. Hukum Adminstrasi Negara c. Hukum Pribadi d. Hukum Harta Kekayaan e. Hukum Keluarga f. Hukum Waris g. Hukum Pidan 3. Substansi hukum persaingan usaha Undang-undang secara substansial dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian besar : a. Perjanjian yang dilarang, meliputi : y Praktik Oligopoli (pasal 4) y Penetapan Harga (pasal 5-8) y Pembagian wilayah (pasal 9)

y Pemboikotan (pasal 10) y Kartel (pasal 11) y Trust (pasal 12) y Oligopsoni (pasal 13) y Integrasi Vertikal (pasal 14) y Perjanjian tertutup (pasal 15) y Perjanjian dengan pihak luar negri (pasal 16) b. Tindakan atau kegiatan yang dilarang, meliputi : y Monopoli (pasal 17) y Monopsoni (pasal 18) y Penguasaan pasar y Persekongkolan c. Penyalahgunaan posisi dominan, meliputi : y Dilarang menggunakan posisi dominan secara langsung maupun tidak (pasal 25) y Jabatan rangkap (pasal 26) y Pemilikan saham (pasal 27)

Undang undang ini juga menetapkan adanya pengecualian berlakunya aturan dalam undang-undang (pasal 50-51) untuk : y Perbuatan dan/ atau perjanjian itu untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku y Perjanjian yang terkait dengan hak atas kekayaan Intelektual dan waralaba y Yang berkaitan dengan standar teknis y Perjanjian kerja sama penelitian y Perjanjian internasional yang telah diratifikasi y Perjanjian dan/atau perbuatan dalam rangka ekspor dengan tidak menggangu pasokan dalam negeri y Pelaku usaha kecil y Kegiatan usaha koperasi yang melayani anggotanya dan y Kegiatan yang dilakukan oleh BUMN atau badan atau lembaga yang di bentuk pemerintah 4. Titik Lemah UU No. 5/1999 Sumber persoalan dari UU NO, 5/1999 boleh jadi berasal dari penanaman undangundang itu sendiri. Pencantuman persaingan tidak sehat pada judul tersebut membuat substansi dari cukup banyak pasal menjadi kabur UU No. 5/1999 hanya salah satu elemen dari institusi pasar (market institutions). Keberadaan UU ini sekalipun misalnya dalam wujud yang lanjutan juga membuat perekonomian menjadi efisensi serta kompetitif.

D. Efektivitas dan Prospek Kebijakan Persaingan Usaha Di Indonesia ada beberapa bentuk tindakan antipersaingan, di antaranya ; 1. Tindakan antipersaingan untuk menghancurkan pesaingnya. Adalah integrasi vertikal yang bersifat strategis, resale price maintence, dan pembagian pasar. 2. Tindakan antipersaingan yang dilakukan oleh perusahaan dengan dukungan atau persetujuan pemerintah Contohnya : asosiasi-asosiasi pengusaha yang bertindak sebagai kartel atau tata niaga perdagangan 3. Tindakan antipersaingan badan usaha milik negara Penyebab utama tindakan antipersaingan adalah karena pemerintah baik itu karena kebijakan distorif yang malah menciptakan perilaku antipersaingan maupun karena kepemilikan pada BUMN/D dan kecenderungan mempe roteksi pasar di mana BUMN/D itu bergerak Persaingan usaha merupakan cara untuk menjamin tercapainya alokasi sumber daya yang tepat, menjamin konsumen mendapatkan barang/jasa dengan harga dan kualitas terbaik dan merangsang peningkatan efisensi perusahaan. Kebijakan-kebijakan yang mungkin mendistoris pasar adalah kebijakan hambatan perdagangan, tata niaga perdagangan, kebijakan investasi yang membatasi penanaman modal, dan kebijakan-kebijakan lain yang bersifat diskriminatif