bab 1 pendahuluan -...

34
1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Di antara pelbagai bidang pembangunan, bidang pendidikan memiliki peranan sentral dalam pembangunan bangsa dan negara karena kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa mendatang banyak ditentukan oleh pendidikan yang diberikan saat ini. Pendidikan berperan sebagai dasar dalam membentuk kualitas manusia yang mempunyai daya saing dan kemampuan dalam menyerap teknologi yang akan dapat meningkatkan produktivitas. Untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa melihat pada status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender. Maka pemenuhan atas hak dalam mendapat pendidikan dasar yang bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil pembangunan dan sekaligus menjadi investasi sumber daya manusia (SDM). Pentingnya pendidikan di dalam pembangunan tergambar dari prioritas di antara delapan kesepakatan yang tercantum di dalam Millennium Development Goals (MDGs). Pendidikan menempati urutan kedua sebagai tujuan dari delapan kesepakatan Millennium Development Goals (MDGs) yang hendak diwujudkan sampai pada tahun 2015. Seluruh anak baik laki-laki maupun perempuan di mana saja mereka berada, harus sudah menyelesaikan pendidikan dasar. Maka sebagai negara yang ikut meratifikasi MDGs/ Tujuan Pembangunan Millenium, Indonesia tidak bisa mengabaikan pembangunan di bidang pendidikan ini (Dyah dan Erwan, 2007). Pentingnya peran dari pendidikan menandakan bahwa pembangunan sektor pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam

Upload: ledung

Post on 08-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Di antara pelbagai bidang pembangunan, bidang pendidikan

memiliki peranan sentral dalam pembangunan bangsa dan negara

karena kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa

mendatang banyak ditentukan oleh pendidikan yang diberikan saat ini.

Pendidikan berperan sebagai dasar dalam membentuk kualitas manusia

yang mempunyai daya saing dan kemampuan dalam menyerap

teknologi yang akan dapat meningkatkan produktivitas. Untuk itu

setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang

bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa

melihat pada status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan

gender. Maka pemenuhan atas hak dalam mendapat pendidikan dasar

yang bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil

pembangunan dan sekaligus menjadi investasi sumber daya manusia

(SDM).

Pentingnya pendidikan di dalam pembangunan tergambar dari

prioritas di antara delapan kesepakatan yang tercantum di dalam

Millennium Development Goals (MDGs). Pendidikan menempati

urutan kedua sebagai tujuan dari delapan kesepakatan Millennium Development Goals (MDGs) yang hendak diwujudkan sampai pada

tahun 2015. Seluruh anak baik laki-laki maupun perempuan di mana

saja mereka berada, harus sudah menyelesaikan pendidikan dasar.

Maka sebagai negara yang ikut meratifikasi MDGs/ Tujuan

Pembangunan Millenium, Indonesia tidak bisa mengabaikan

pembangunan di bidang pendidikan ini (Dyah dan Erwan, 2007).

Pentingnya peran dari pendidikan menandakan bahwa

pembangunan sektor pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

2

pembangunan sumber daya manusia; besarnya peran sektor pendidikan

ini mendorong pemerintah Indonesia untuk memberikan perhatian

yang lebih pada sektor pendidikan. Sesuai dengan putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 13/PUU-VI/2008, Pemerintah harus menyediakan

anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk memenuhi kebutuhan

penyelenggaraan pendidikan nasional. Salah satu upaya yang dilakukan

pemerintah dalam hal pemenuhan pemerataan pendidikan juga terlihat

dalam gerakan wajib belajar. Maksud dan tujuan pelaksanaan wajib

belajar adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk

memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau. Gerakan wajib

belajar mulai dicanangkan pada 2 Mei 1984 yaitu program wajib belajar

6 tahun (tingkat SD), diteruskan dengan program wajib belajar 9 tahun

(Tingkat SMP) pada pertengahan tahun 1990-an (2 Mei 1994), tetapi di

tingkat SMA program wajib belajar baru mulai dicanangkan dan dikaji

pada tahun 2008 (Statistik Pendidikan, 2009).

Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup

manusia yang secara teknis operasional dilakukan melalui

pembelajaran. Program pembelajaran yang baik akan menghasilkan

efek berantai pada kemampuan peserta didik/ individu untuk belajar

secara terus menerus melalui lingkungannya sebagai sumber belajar

yang tak terbatas (Anwar, 2006:12). Salah satu sarana yang efektif

untuk membina dan mengembangkan manusia dalam masyarakat

adalah pendidikan yang teratur rapi, berdaya guna, dan berhasil guna,

maka pendidikan di negeri kita pun perlu diorganisasikan dan dikelola

secara rapi, efektif, dan efisien melalui sistem dan metode yang tepat

guna dan berhasil guna pula. Menurut Carter V. Good (dalam

Djumransjah, 2006:24), pendidikan merupakan proses perkembangan

kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku

dalam masyarakat, sebuah proses sosial dimana seseorang dipengaruhi

oleh suatu lingkungan yang terpimpin (sekolah) sehingga ia dapat

mencapai kecakapan sosial dalam mengembangkan pribadinya.

Tujuan umum pendidikan sering dirumuskan untuk

menyiapkan generasi muda menjadi orang dewasa anggota masyarakat

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Pendahuluan

3

yang produktif. Hal ini merefleksikan konsep adanya tuntutan

individual dan sosial dari orang dewasa kepada generasi muda.

Tuntutan individual merupakan harapan orang dewasa agar generasi

muda dapat mengembangkan pribadinya sendiri, mengembangkan

segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya, sehingga anak bisa

bertingkah laku, berbuat dan hidup dengan baik dalam berbagai situasi

dan lingkungan masyarakat (Sukmadinata, 2009:59).

Terdapat pendapat umum yang sudah dipandang lazim dan

diterima begitu saja bahwa pendidikan (formal) mampu merubah

keberadaan manusia dari yang alamiah menjadi semakin manusiawi.

Proses dan buah pendidikan itu pula yang tentunya berujung pada

perubahan tata nilai dalam masyarakat. Maka, proses pendidikan

diletakkan dalam kerangka tujuan yang memampukan manusia

memainkan perannya sebagai subyek bagi aneka perubahan dalam

hidupnya (Heriyanto, 2007: 90). Justru pendapat umum yang diterima

begitu saja ini, malah yang diakui sebagai patokan universal,

mengundang pertanyaan entahkah proses, arah dan isi pendidikan

formal yang diterapkan dalam masyarakat Indonesia sampai sekarang

ini sudah mampu merubah keberadaan manusia Papua dari yang

alamiah menjadi semakin manusiawi, dan entahkah itu sudah

membuahkan perubahan tata nilai manusiawi dan apakah sudah dapat

ambil bagian dalam pembangunan bangsa?

Diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Papua yang tinggal

di daerah pedalaman baru sejak tahun 1950-an terbuka dari

isolemennya dan berkenalan dengan corak hidup lain yang „modern‟

yang diperkenalkan oleh para misionaris dan zendeling asal Belanda

lewat pendidikan dasar formal; memang pengalaman terbuka dari

isolemen ini bagi masyarakat Papua yang tinggal di daerah pesisir

pantai utara Papua, khususnya di pulau Biak dan Serui, sudah sejak

paruh kedua abad ke 19 terjadi. Tokh di kalangan kebanyakan

masyarakat Indonesia masih bertahan gambaran tentang manusia

Papua sebagai manusia alamiah yang berambut keriting, kotor, kasar,

masih telanjang dan hanya memakai koteka/cawat, pemabuk, bodoh

dan berpendidikan rendah, dan yang sangat berbeda sekali dengan

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

4

manusia Indonesia pada umumnya. Gambaran negatif ini nampaknya

semakin dibenarkan dalam pengalaman sementara orang yang

berkunjung ke daerah perkotaan di Papua dan mendapati banyak orang

Papua yang mabuk sejak siang hari dan tidur-tiduran di emperan jalan.

Kebanyakan orang yang sudah lama hidup, bergaul dan

berkarya di bumi Cenderawasih tentu saja tidak lagi mempertahankan

gambaran negatif di atas ini, tetapi dalam benak mereka masih tetap

mengganjal beberapa banyak pertanyaan kritis, seperti: mengapa

banyak orang asli Papua dewasa yang biarpun sudah memperoleh

pendidikan tingkat SMA tokh terkesan acuh tak acuh dan tidak

bertanggungjawab dalam mengemban suatu tugas pekerjaan yang

diterimanya? Misalnya, para guru di pedalaman yang dengan mudah

meninggalkan pekerjaan mengajar di sekolahnya selama berbulan-

bulan, dengan alasan untuk mengambil gajinya di kota, ataupun

banyak bapa keluarga yang berkeliaran di kota tanpa mempedulikan

nasib keluarganya di pedesaan. Mengapa banyak orang dewasa Papua

lebih suka bekerja sendiri-sendiri daripada bekerja bersama-sama? Atau

juga, mengapa begitu banyak uang, yang jumlahnya jutaan rupiah yang

diperoleh entah lewat penjualan tanah ulayat ataupun lewat

pembagian dana otonomi khusus, hilang begitu saja dalam sekejap

tanpa kelihatan pembangunan dalam hidup masyarakat suatu desa?

Di kalangan para guru non Papua di sekolah-sekolah formal

bercokol banyak pertanyaan yang umumnya enggan diungkapkan

secara terbuka di depan umum, seperti: mengapa anak-anak asli Papua

lebih sering bolos daripada anak-anak non Papua? Mengapa

kebanyakan siswa ataupun mahasiswa Papua lebih sulit menangkap

dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas yang bercorak abstrak?

Mengapa kebanyakan siswa dan mahasiswa lebih senang mengerjakan

tugas-tugas praktikum di luar ruang kelas yang menggunakan lebih

banyak tenaga fisik? Mengapa banyak siswa ataupun mahasiswa Papua

yang tidak lulus tokh tetap ngotot dan berulang kali kembali meminta

ujian ulang walaupun hasilnya tidak berubah?

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Pendahuluan

5

Malahan muncul suatu pertanyaan pembanding yang kritis

terhadap sistem pendidikan formal sejak bangku sekolah dasar sampai

pada jenjang perguruan tinggi ini: mengapa pendidikan formal

tradisional lewat upacara inisiasi adat dengan mengisolasikan anak-

anak lelaki dalam hutan selama satu-dua tahun (disebut „wuon‟ di

Maybrat) bisa menghasilkan orang-orang dewasa yang mampu dan

trampil hidup dalam masyarakatnya, sedangkan pendidikan formal

modern lewat bangku sekolah selama bertahun-tahun mulai dari

sekolah dasar tidak mampu menghasilkan manusia-manusia dewasa

yang mampu dan trampil hidup sesuai dengan tuntutan masyarakat

masa kini? Apa yang salah, atau keliru, ataupun kurang dalam sistem

pendidikan formal yang sudah sejak tahun 1950-an sampai kini

dilaksanakan di pelbagai daerah di bumi Cenderawasih ini?

Mochtar Buchori (Kompas, 20 Oktober 2010) membahas

tentang masalah-masalah dasar sistem pendidikan di Indonesia, antara

lain ujian nasional yang banyak dikeluhkan masyarakat pendidikan

terhadap birokrasi pendidikan, karena yang mampu mengevaluasi

kemajuan murid adalah guru-guru yang mengajar mereka sehari-hari,

bukan orang luar. Dan juga pendidikan Indonesia masih saja

menekankan pendidikan pengetahuan (transfer of knowledge) dan

tidak cukup memberi perhatian kepada pemupukan ketrampilan

(formation of skills) dan pembinaan watak (character building); pendidikan watak lebih banyak diberikan dalam bentuk kotbah-kotbah

tentang manusia, manusia beriman dan bertakwa, dan betapa

mengerikannya nasib manusia-manusia yang tersesat, tapi tidak

diterjemahkan menjadi tindakan pendidikan yang cukup nyata.

Masalah dasar lainnya ialah kurikulum sekolah yang kelihatan sukar

sekali berubah. Dalam hal ini sekolah kita dan pendidikan Indonesia

berwatak konservatif. Konservatisme memang perlu untuk

mengimbangi progresivisme yang tanpa arah. Akan tetapi, kalau kita

terlalu konservatif, kita akan menjadi kaku, murid-murid kita akan

menjadi manusia Indonesia yang kaku dalam belajar.

Konservatisme pendidikan Indonesia masih terus dilandasi oleh

paham paternalistic-kollektivistik, yaitu seluruh sistem (baik isi,

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

6

metode, maupun proses) pendidikan harus mengikuti kehendak dan

keputusan birokrasi pemerintah pusat (yaitu kementerian pendidikan)

yang bercorak seragam untuk seluruh anak Indonesia tanpa

mempertimbangkan tingkat kemajuan dan perubahan masyarakat dari

yang tradisional menuju masyarakat yang terbuka, dan terlebih tanpa

memperdulikan pelbagai pandangan hidup yang berbeda-beda dari tiap

kelompok etnis yang berada di Nusantara. Filsafat dan politik

pendidikan Indonesia condong memandang tiap manusia merupakan

anggota atau bagian dari suatu kelompok sosial dan dituntut untuk

berpartisipasi bagi dan dalam kelompoknya; dan kehendak pemimpin

atau penguasa-patron kelompok inilah yang perlu diikuti oleh seluruh

anggotanya.Justru filsafat dan pandangan hidup kebanyakan kelompok

etnis Papua sangat berlainan dengan paham kemanusiaan paternalistic-

kollektivistik ini, yaitu secara ringkas dapat dikatakan bahwa manusia

Papua lebih mengedepankan paham „aku adalah tubuhku‟ (Boelaars,

1992) . Contohnya: ikatan orang tua dengan anak di Papua sangat

berbeda dengan yang dialami keluarga-keluarga Indonesia; seorang

anak Papua laki-laki yang marah terhadap bapanya bisa saja memukul

bapanya, dan ini diterima sebagai tanda kemandiriannya. Atau juga

seperti dalam suatu pertemuan antara orang tua murid dengan guru di

sebuah SMP, yang sengaja dilaksanakan karena sudah satu bulan tidak

ada siswa yang datang ke sekolah sebab mereka suka menghadiri suatu

pesta babi yang dirayakan sekali dalam lima tahun di desanya, pihak

orang tua mengatakan kepada guru: “kami sudah serahkan anak-anak

kami kepada guru-guru, jadi apa saja yang guru ingin lakukan terhadap

anak-anak kami, silahkan saja. Kalau anak-anak tidak datang ke

sekolah, ya, itu kemauan mereka”(Renwarin, 2007) ; mendengar

jawaban demikian, para guru menjadi bungkam dan tak mampu lagi

berdalih apapun.

Bila pendidikan formal bertujuan untuk menjadikan manusia

tradisional menjadi semakin manusiawi, maka nampaknya sistem

pendidikan, khususnya pendidikan dasar, seharusnya berpijak dan

bertolak dari pandangan hidup dan pola cita-rasa-karsa dari anak-anak

didik dan masyarakat adat setempat.Dari titik tolak demikianlah

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Pendahuluan

7

transformasi pendidikan harus dimulai. Dengan kata lain, sistem

pendidikan dasar harus bertumpu pada pengetahuan etnografis suatu

masyarakat agar dapat menghantar anak-anak didik ini menjadi

semakin manusiawi, semakin terbuka bagi pergaulan masyarakat lebih

luas dari komunitasnya, semakin rasional, semakin berwatak sosial,

solider, dan bertanggungjawab, dan semakin trampil dalam hidup

bersama.

Oleh karena itu salah satu tujuan mendasar dalam proses

pembelajaran adalah untuk membudayakan manusia atau

memanusiakan manusia. Dalam hal ini, pendidikan memiliki

kedudukan strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

manusia yang memiliki kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20

tahun 2003 pendidikan disebutkan bahwa pendidikan merupakan

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Usaha sadar yang dimaksud yaitu bahwa proses pendidikan haruslah

senantiasa dalam suasana yang mendukung tujuan dari pendidikan.

Suasana yang mendukung tersebut di antaranya dengan

menyelenggarakan pendidikan dengan sistem asrama. Penyelenggaraan

pendidikan dengan sistem asrama akan dapat mengarahkan dan

mengontrol anak didik dalam kesehariannya untuk dapat menerapkan

hal-hal yang mereka pelajari. Beberapa hal yang diterapkan dalam

kehidupan di asrama yaitu akhlak yang baik, bahasa asing, dan

kemandirian. Konsep di atas sesuai dengan konsep pendidikan yang

disebutkan oleh Ibnu Faris (dalam Mahmud, 2004) yaitu bahwa

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

8

pendidikan adalah perbaikan, perawatan, dan pengurusan terhadap

pihak yang dididik dengan menggabungkan unsur-unsur pendidikan di

dalam jiwanya, sehingga ia menjadi matang dan mencapai tingkat

sempurna yang sesuai dengan kemampuannya. Adapun unsur-unsur

tarbiyah „pendidikan‟ tersebut adalah pendidikan rohani, pendidikan

akhlak, pendidikan akal, pendidikan jasmani, pendidikan agama,

pendidikan sosial, pendidikan politik, ekonomi, pendidikan estetika.

Menurut Maksudin (2006:45) penanaman nilai merupakan

rohnya penyelenggaraan pendidikan. Oleh karenanya pola-pola

pendidikan hendaknya mengembangkan dan menyadarkan siswa

terhadap nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan, kearifan dan kasih

sayang sebagai nilai-nilai universal yang dimiliki semua agama.

Pendidikan juga berfungsi untuk memperkuat keimanan dan

ketakwaan secara spesifik sesuai keyakinan agama. Maka setiap

pembelajaran yang dilakukan hendaknya selalu diintegrasikan dengan

perihal nilai di atas, sehingga menghasilkan anak didik yang

berkepribadian utuh, yang bisa mengintegrasikan keilmuan yang

dikuasai dengan nilai-nilai yang diyakini untuk mengatasi berbagai

permasalahan hidup dan sistem kehidupan manusia.

Menurut Suprawito (2010) pendidikan sistem asrama

merupakan sistem pembelajaran yang sangat relevan untuk lembaga

pendidikan yang bertujuan mencetak para pemimpin serta mencetak

aspek kemandirian dan kepribadian yang utuh sesuai dengan visi dan

misi dari lembaga yang bersangkutan. Dalam perencanaan dan

implementasinya, maka aspek akademis yang terdiri atas kurikulum

dan pola pembelajaran yang dilaksanakan harus didukung oleh para

instruktur, dosen atau guru yang memiliki tauladan serta kemampuan

dalam mengasuh dan membina peserta didiknya dalam jangka waktu

yang cukup.

Selain itu, sistem asrama memiliki kelebihan dari segi proses

penempaan diri yang diterapkan, yaitu dari pengenalan diri sendiri

sampai pada sosialisasi terhadap alam dan lingkungan sekitar. Iswanti

(2010: 7) mengemukakan bahwa kelebihan yang dimiliki pendidikan

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Pendahuluan

9

sistem asrama yaitu: 1) Menghilangkan rasa kesukuan; 2)

Mengembangkan potensi sosial; 3) Mengembangkan potensi spiritual

atau kerokhanian; 4) Mengembangkan watak, sikap, akhlak, dan

kepribadian penghuninya; 5) Mengembangkan kemandirian dan etos

kerja keras; 6) Mengembangkan kedisiplinan; 7) Mencetak kader sesuai

yang diharapkan; 8) Mengkondisikan siswa atau mahasiswa sebelum

belajar lebih lanjut di lembaga pendidikan yang bersangkutan; 9)

Mempersingkat waktu studi karena adanya bimbingan belajar dari

mahasiswa senior yang sama-sama tinggal di asrama; 10) Efisiensi

waktu karena jarak asrama yang dekat dengan tempat sekolah atau

kuliah; 11) Memperlancar penggunaan bahasa asing.

Agar pendidikan dengan sistem asrama ini optimal maka

Iswanti (2010: 7) mengajukan prasyarat yang harus dipenuhi yaitu: 1)

Suasana dan lingkungan asrama yang dibuat aman, nyaman, dan

kondusif untuk mengembangkan aspek akademik, sosial, spiritual,

akhlak dan kepribadian, kemampuan serta etos kerja keras; 2) Adanya

fasilitas yang memadai untuk mengembangkan berbagai aspek tersebut

di depan; 3) Tersedianya sumber daya manusia yaitu guru/dosen dan

pembina asrama yang bertindak sebagai edukator, motivator, dan

fasilitator; 4) Pengelolaan yang baik untuk menunjang perkembangan

fisik dan kesehatan, akademik, psikologis, sosial, maupun spiritual; 5)

Jarak yang dekat dengan kampus, sehingga efisien dari sudut waktu

dan biaya transportasi.

Disertasi ini menyoroti pendidikan berpola asrama, dengan

mengambil kasus Seminari Menengah „Petrus van Diepen‟ (selanjutnya

disingkat SMPvD dimana terdapat SMP dan SMA) di Kabupaten

Sorong, yang didirikan dengan tujuan untuk memberikan layanan

pendidikan yang bermutu, pengetahuan yang luas serta memberikan

wawasan kepada anak-anak Papua sebagaimana yang dimaksudkan.

Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa situasi

„keterbelakangan‟ dunia pendidikan di Papua saat ini, seperti disebut di

atas; pendidikan yang ada di Papua cukup tertinggal jauh dengan

pendidikan yang ada di luar Papua. Sistem pendidikan berpola-asrama

memungkinkan bagi anak-anak Papua untuk menjalani proses

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

10

pendidikan dengan lebih baik dan lebih dari itu untuk turut serta

dalam pembangunan itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian yang dilakukan

penulis, yakni berupaya untuk mengetahui praktik terbaik di dalam

pengelolaan lembaga pendidikan dengan judul penelitian, “Keunggulan

Pengelolaan Pendidikan Berpola Asrama Seminari Menengah „Petrus

van Diepen‟ di Kabupaten Sorong”.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi pengelolaan Seminari Menengah „Petrus van

Diepen‟ di Kabupaten Sorong?

2. Bagaimana hasil pengelolaan Seminari Menengah „Petrus van

Diepen‟ di Kabupaten Sorong?

3. Manakah keunggulan atau „best practices‟ pengelolaan sekolah

berpola-asrama SM PvD di Kabupaten Sorong?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui dan mendeskripsikan strategi pengelolaan Seminari

Menengah „Petrus van Diepen‟ di Kabupaten Sorong.

2. Mengetahui dan mendeskripsikan hasil pengelolaan Seminari

Menengah „Petrus van Diepen‟ di Kabupaten Sorong.

3. Mengetahui dan mendeskripsikan keunggulan atau „best practices‟ pengelolaan sekolah berpola-asrama SM PvD di Kabupaten Sorong.

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Pendahuluan

11

Kegunaan Penelitian

Walaupun terkait pada konteksnya, sistem sekolah berpola

asrama diyakini sebagai alternatif yang menawarkan berbagai macam

kelebihan di antara sistem sekolah formal lainnya. Sistem berpola

asrama memiliki sejumlah kelebihan, antara lain karena sistem

pendidikan di asrama dapat diupayakan sepanjang hari. Pengelola

pendidikan asrama dapat membuat berbagai kegiatan dalam kerangka

proses pendidikan bagi siswanya. Selain itu, situasi dan lingkungan

yang mendukung menjadikan siswa asrama lebih dapat konsentrasi

menjalani proses pendidikan di asrama. Namun demikian, belum

banyak orang yang melakukan kajian secara ilmiah mengenai sistem

sekolah berpola asrama. Penelitian yang dilakukan penulis ini menjadi

salah satu upaya untuk mengetahui sekaligus memberikan informasi

kepada seluruh stakeholder, baik pembuat kebijakan pendidikan

maupun pelaksana pendidikan di lapangan, sehingga hal-hal yang baik

dapat dibuat dan merevisi praktik-praktik yang tidak mendukung

terwujudnya tujuan proses pendidikan secara efektif dan efisien di

dalam pengelolaan Sekolah-sekolah ber-asrama lainnya. Hasil

penelitian ini dapat dijadikan pijakan dalam pembuatan kebijakan di

masa mendatang, terutama untuk memperbaiki pengelolaan sekolah

berpola asrama di dalam upaya untuk mengoptimalkan pembentukan

peserta didiknya.

Asumsi Penelitian

Di Indonesia, telah lama dikenal sistem pendidikan model

asrama sebagai upaya pembentukan siswa-siswanya. Model asrama

diyakini mampu dan lebih efektif di dalam pembentukan karakter

siswa. Oleh karena efektifitasnya di dalam membentuk karakter siswa

tersebut, pendidikan model asrama ini berkembang di dunia

kemiliteran dan juga telah diadopsi di berbagai kelembagaan misi di

dunia. Atas dasar itu, pengelolaan pendidikan model asrama ini

berbeda dengan pengelolaan pendidikan formal lainnya. Pendidikan

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

12

asrama diciptakan bagi siswa untuk menjalani proses pendidikan

selama tinggal di asrama. Oleh karena itu, segala kegiatan di asrama

diupayakan dalam kerangka proses pendidikan tersebut. Dan selama

satu dasawarsa terakhir ini pemerintah propinsi Papua dan Papua Barat

secara lantang menegaskan pilihannya untuk menyelenggarakan

pendidikan asrama, tetapi jarang diungkapkan bagaimana keterpaduan

hidup berasrama itu dengan penyelenggaraan kegiatan pendidikan

formal.

Mengingat kedudukan asrama yang penting tersebut, dan

menurut hemat kami cocok untuk menjawabi pembangunan di Papua,

maka perlu dilakukan penelitian untuk mengukur keberhasilan

pengelolaan pendidikan sistem asrama. Dalam hal ini, penulis

mengupayakan untuk menganalisis praktik terbaik (best practices) di

dalam pengelolaan Seminari Menengah „Petrus van Diepen‟ Kabupaten

Sorong; yang bukan hanya merupakan sekolah yang didukung dengan

asrama melainkan kami sebut sebagai sekolah „berpola asrama‟, yaitu

terdapat komunikasi dan integrasi antara pengelolaan sekolah formal

dan pembinaan di asrama.

Kerangka Konseptual/Teoritik

Standar Nasional Pendidikan Sebagai Basis Manajemen Pendidikan

Pasal 31 UUD 1945 (yang sudah diamandemen) menyatakan

bahwa (1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan; (2)

Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah

wajib membiayainya; (3) Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; (4) Negara memprioritaskan

anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari

anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran

pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan

penyelenggaraan pendidikan nasional; serta (5) Pemerintah

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Pendahuluan

13

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung

tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan

peradaban serta kesejahteraan umat manusia

(www.psp.kemdiknas.go.id).

Sementara itu UU Sisdiknas menyatakan bahwa pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan

tersebut, Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan,

membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sesuai

dengan prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan pendidikan nasional

yaitu:

a. Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai

kultural, dan kemajemukan bangsa;

b. Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multi

makna, diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat;

c. Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan

mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses

pembelajaran;

d. Mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi

segenap warga masyarakat; dan

e. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua

komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan

dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

14

Berdasarkan hal tersebut, maka ditetapkanlah tujuan

pembangunan pendidikan nasional jangka menengah sebagai berikut:

a. Meningkatkan iman, takwa, akhlak mulia;

b. Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi;

c. Meningkatkan sensitifitas dan kemampuan ekspresi estetis;

d. Meningkatkan kualitas jasmani;

e. Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar pada semua jalur,

jenis, dan jenjang pendidikan bagi semua warga negara secara adil,

tidak diskriminatif, dan demokratis tanpa membedakan tempat

tinggal, status sosial-ekonomi, jenis kelamin, agama, kelompok

etnis, dan kelainan fisik, emosi, mental serta intelektual;

f. Menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun

secara efisien, bermutu, dan relevan sebagai landasan yang kokoh

bagi pengembangan kualitas manusia Indonesia;

g. Menurunkan secara signifikan jumlah penduduk buta aksara;

h. Memperluas akses pendidikan non-formal bagi penduduk laki-laki

maupun perempuan yang belum sekolah, tidak pernah sekolah,

buta aksara, putus sekolah dalam dan antar jenjang serta penduduk

lainnya yang ingin meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan

keterampilan;

i. Meningkatkan daya saing bangsa dengan menghasilkan lulusan

yang bermutu, terampil, ahli dan profesional, mampu belajar

sepanjang hayat, serta memiliki kecakapan hidup yang dapat

membantu dirinya dalam menghadapi berbagai tantangan dan

perubahan dalam pembangunan;

j. Meningkatkan kualitas pendidikan dengan tersedianya standar

pendidikan nasional dan standar pelayanan minimal (SPM), serta

meningkatkan kualifikasi minimum dan sertifikasi bagi tenaga

pendidik dan tenaga kependidikan lainnya;

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Pendahuluan

15

k. Meningkatkan relevansi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan

pembangunan melalui peningkatan hasil penelitian, pengembangan

dan penciptaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh perguruan

tinggi serta penyebarluasan dan penerapannya pada masyarakat;

l. Menata sistem pengaturan dan pengelolaan pendidikan yang

semakin efisien, produktif, dan demokratis dalam suatu tata kelola

yang baik dan akuntabel;

m. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas manajemen pelayanan

pendidikan melalui peningkatan pelaksanaan manajemen berbasis

sekolah, peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan,

serta efektivitas pelaksanaan otonomi dan desentralisasi pendidikan

termasuk otonomi keilmuan; dan

n. Mempercepat pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme untuk

mewujudkan Depdiknas yang bersih dan berwibawa.

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, pemerintah

melalui Kementerian Pendidikan Nasional menyusun PP No. 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mewajibkan setiap satuan

pendidikan menyusun 8 (delapan) standar minimal wajib yang harus

dilaksanakan oleh satuan pendidikan. Kriteria yang dimaksud meliputi

standar Isi, Proses, Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK),

Pengelolaan, Sarana dan Prasarana, Pembiayaan, Kompetensi lulusan,

dan Penilaian.

Standar isi mengatur tentang kurikulum, beban belajar dan

Kalender Pendidikan. Standar Proses berkaitan dengan perencanaan,

pelaksanaan, penilaian dan pengawasan pengajaran di kelas. Standar

PTK memuat kualifikasi dan kompetensi yang harus dimiliki setiap

PTK di tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar pengelolaan

berkaitan dengan organisasi sekolah dan pengelolaan sumber daya yang

ada di dalamnya. Standar Sarana dan Prasarana mengatur tentang

standar minimal ketersediaan dan kelayakan sarana dan prasarana di

sekolah. Yang terakhir, Standar Pembiayaan mengatur penggunaan

dana non personalia. Standar kompetensi lulusan mengatur tentang

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

16

hasil yang diharapkan dalam diri para lulusan. Sedangkan standar

penilaian berhubungan erat dengan tolok ukur untuk mengevaluasi

kinerja seluruh lembaga pendidikan.

Isi standar ini saling terkait, misalnya standar PTK terkait

dengan standar Isi, proses, dan penilaian. Kemampuan pendidik dan

tenaga pendidik (Standar PTK) sangat dipengaruhi oleh pengetahuan

tentang kurikulum yang ingin diajarkan (standar isi), Bagaimana

rencana kegiatan pengajaran, pelaksanaan dan penilaian pengajaran

(standar proses), cara menilai pengajaran (standar isi), serta apakah

tersedia ruangan dan media belajar yang memadai (standar sarana dan

prasarana) dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Di samping

itu, Sarana prasarana yang dimiliki serta PTK yang ada harus dikelola

dengan baik dengan menggunakan dana yang tersedia secara efisien

dan tepat sasaran (standar keuangan).

Standar Isi

Secara garis besarnya standar isi meliputi materi dan tingkat

kompetensi minimal yang harus dimiliki peserta didik dalam mencapai

kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan

tertentu yang dialokasikan pada sejumlah waktu tertentu. Standar ini

meliputi:

a. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang dapat digunakan oleh

tenaga pendidik dalam menyusun kurikulum pada tingkat satuan

pendidikan,

b. beban belajar,

c. kurikulum tingkat satuan pendidikan, serta

d. kalender pendidikan.

Kerangka dasar dan struktur kurikulum dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22 tahun 2006

memuat kelompok mata pelajaran, prinsip pengembangan kurikulum,

dan prinsip pelaksanaan kurikulum. Kelompok mata pelajaran meliputi

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Pendahuluan

17

agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu

pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah-raga dan kesehatan.

Hal ini jelas memperlihatkan bahwa standar tersebut menekankan

keseimbangan bagian kognitif, fisik, mental-rohani terhadap peserta

didik, walaupun penekanan setiap aspek tersebut akan berbeda untuk

setiap jenjang dan jenis pendidikan.

Salah satu penamaan istilah pada Permendiknas ini adalah

Kelompok Mata Pelajaran. Dilihat dari penamaannya, Permendiknas

tersebut cenderung menganut kurikulum dengan mata pelajaran yang

berkaitan atau Correlated Subject Curriculum (CSC). Akan tetapi, pada

pelaksanaannya kurikulum yang digunakan di tingkat sekolah dasar

dan menengah ada dua yakni adalah Kurikulum Mata Pelajaran yang

Berkaitan (CSC) dan mata pelajaran terpisah atau Separated Subject Curriculum (SSC). Jenis kurikulum ini disesuaikan dengan jenis

sekolah.

CSC banyak digunakan di sekolah dasar dan sekolah menengah

pertama. Misalnya saja untuk tingkat SD dan SMP, mata pelajaran IPS

merupakan gabungan dari mata pelajaran ekonomi, geografi, sosiologi

dan antropologi. Sementara, di tingkat SMA, kurikulum yang

digunakan adalah SSC. Misalnya, pelajaran IPS telah dipisah-pisahkan

menjadi beberapa mata pelajaran tersendiri seperti: akuntansi,

tatanegara, ekonomi dan seterusnya.

Ada beberapa keuntungan menggunakan CSC menurut

Suryosubroto (2006):

a. Pengetahuan murid menjadi terintegrasi

b. Dapat meningkatkan minat siswa akan mata pelajaran karena siswa

dapat melihat keterkaitan antar mata pelajaran

c. Memberikan pemahaman yang luas terhadap siswa

Akan tetapi di samping kelebihannya kekurangan CSC adalah

pengetahuan anak kurang dalam karena anak tidak mendalami pelbagai

mata pelajaran yang bersangkutan sedetail-detailnya.

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

18

Standar isi dirancang dimaksudkan sebagai dasar bagi pendidik

dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan di

sekolahnya. Ada beberapa inovasi kurikulum yang sekarang

dikembangkan oleh pemerintah yaitu kurikulum berbasis sekolah,

kurikulum berbasis kompetensi dan pendidikan kecakapan hidup.

Sukmadinata dkk. (2006) menjelaskan lebih lanjut:

a. Kurikulum berbasis sekolah (School based curriculum)

Kurikulum berbasis kompetensi (Competence Based Curriculum) lebih menekankan pada penguasaan siswa terhadap

sejumlah kecakapan/kompetensi. Kompetensi adalah perilaku atau

performance yang diperlihatkan seseorang dalam beraktivitas,

melaksanakan tugas, menyelesaikan pekerjaan, dan menyelesaikan

masalah.

b. Pendidikan Kecakapan Hidup

Pendidikan kecakapan hidup dilatarbelakangi oleh kenyataan

bahwa banyaknya siswa lulusan sekolah menengah tidak melanjutkan

pendidikan jenjang berikutnya sehingga banyak dari mereka yang

bekerja menjadi pekerja kasar, penjaga toko, atau bahkan menganggur

sehingga membebani keluarga atau bahkan mengganggu masyarakat.

Oleh karenanya dengan pemberian pendidikan kecakapan hidup

mereka dapat mandiri di masyarakat.

Tim Broad Based Education Dinas Pendidikan Nasional

merumuskan penjabaran pendidikan kecakapan hidup sebagai:

a. Kemampuan siswa untuk menghadapi masalah secara wajar

b. kecakapan mengatasi masalah yang dihadapi secara kreatif

c. kecakapan dalam mencari dan menciptakan pekerjaan.

Standar Proses

Pasal 19 ayat (1): Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

Page 19: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Pendahuluan

19

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kecakapan sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik.

Menurut Permendiknas No. 41 tahun 2007, Standar proses

merupakan standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai

kompetensi lulusan. Standar ini meliputi tiga hal yakni perencanaan,

pelaksanaan penilaian, dan pengawasan proses pembelajaran. Isi

standar ini merupakan kegiatan dasar yang harus dilaksanakan oleh

guru sebelum, selama dan sesudah kegiatan mengajar.

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata

pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator

pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,

alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran,penilaian

hasil belajar, dan sumber belajar.

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Guru merupakan salah satu faktor penting penentu

keberhasilan siswa. Ada beberapa karakteristik guru yang dapat

mempengaruhi siswa, yaitu; kemampuan guru, motivasi guru, dan

situasi sekolah dan ruang kelas (Rowan & Chiang & Miller, 1997). Oleh

karena itu, dalam Pasal 28 ayat (1) disebutkan bahwa pendidik harus

memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan kualifikasi

pendidik usia dini dan dikdasmen minimum diploma empat (D IV)

atau Sarjana (S1).

Kemampuan guru dapat diartikan sebagai penguasaan guru

terhadap bidang yang diajarkan serta penguasaan akan strategi

mengajar di ruang kelas. Motivasi guru dapat diartikan sebagai

Page 20: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

20

dorongan guru untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak

didiknya. Sementara situasi sekolah dan ruang kelas adalah keadaan di

dalam ruang kelas yang membantu guru dalam melaksanakan

pekerjaannya misalnya, pengaturan ruang pengajaran, alokasi waktu

dan ketersediaan alat bantu pengajaran.

Porter & Brophy (1988) mengidentifikasi ada beberapa

karakteristik guru yang efektif yaitu :

a. Mengetahui dengan jelas tujuan pengajarannya

b. Mengetahui isi pengajarannya dan strategi mengajarkannya

c. Mengkomunikasikan terhadap siswa apa yang diharapkan darinya

dan mengapa

d. Memanfaatkan bahan pengajaran yang ada dan memberikan waktu

yang cukup untuk memperkaya dan memperjelas isinya

e. Memahami siswanya, mengadaptasikan bahan pengajaran sesuai

kebutuhan mereka dan mengantisipasi kesalahpahaman terhadap

pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki

f. Mengajar dengan strategi metakognitif dan memberikan

kesempatan bagi dirinya untuk menguasainya

g. Menetapkan tujuan pembelajaran dengan tingkat pemikiran

kognitif tingkat rendah dan tinggi

h. Menerima tanggung jawab atas hasil pekerjaan siswanya

i. Berfikir reflektif dan penuh pertimbangan atas kegiatan

pengajarannya selama ini.

Standar Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam

menunjang kegiatan proses belajar. Faktor sarana prasarana meliputi

pengadaan ruang kelas, lapangan olah raga, laboratorium, WC (toilet)

serta ruang kepala sekolah dan guru, komputer, papan tulis dan

Page 21: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Pendahuluan

21

seterusnya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 tahun 2007

tentang Sarana dan Prasarana membedakan antara sarana dan

prasarana. Sarana merupakan perlengkapan sekolah yang dapat

dipindah-pindahkan. Ketentuan minimalnya meliputi „perabot,

peralatan pendidikan, media pendidikan, sumber belajar, teknologi

informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lainnya‟. Sementara

Prasarana merupakan „fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi

sekolah‟. Prasarana merupakan dua kata: pra dan sarana. Pra berarti

sebelum, jadi prasarana seharusnya ada sebelum diadakan sarana.

Prasarana yang minimal dimiliki sekolah sesuai peraturan di atas

adalah adanya „lahan, bangunan, ruang-ruang, dan instalasi daya dan

jasa‟ (Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2007).

Pasal 42 ayat (1): Setiap Satuan pendidikan wajib memiliki

sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan,

buku dan sumber belajar lainnya,bahan habis pakai, serta perlengkapan

lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang

teratur dan berkelanjutan. Pasal 42 ayat (2): Setiap satuan pendidikan

wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang

pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tatausaha, ruang

perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit

produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga,

tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat

lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang

teratur dan berkelanjutan.

Faktor sarana-prasarana ini diyakini memiliki kontribusi

terhadap kenyamanan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar

sehingga mendukung proses belajar siswa di sekolah. Mengingat

"klien" sekolah adalah anak-anak maka idealnya dimensi ruangnya

sebaiknya mendukung kegiatan anak (child-based). Oleh karenanya M.

Knapp (2007) berpendapat bahwa dalam merancang bangunan sekolah

seharusnya pihak perencana menyesuaikannya dengan karakteristik

mereka, yaitu lingkungan yang dapat merangsang suasana

pembelajaran sekaligus dapat menjadi tempat rekreasi dan bermain dan

pembelajaran sosial melalui interaksi teman sebaya (peer-interaction).

Page 22: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

22

Hal tersebut wajar mengingat waktu yang dihabiskan anak di sekolah

lebih banyak pada kegiatan belajar dan bersosialisasi dengan teman dan

guru (Sanoff, 1994). Menurut Kepmen No. 22 tahun 2006 tentang

Standar Isi, waktu yang digunakan untuk tatap muka di tingkat

Sekolah dasar dan Menengah berkisar antara 884 untuk kelas 1-3 SD

sampai dengan 1026 untuk SMK atau sekitar 15 – 17 % dari dari 5840

jam waktu aktif anak. Akan tetapi nilai 15-17 % masih merupakan

jumlah jam minimal anak di sekolah karena belum dimasukkan jam

istirahat sekolah.

Standar Pengelolaan

Pengelolaan sekolah meliputi perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi program sekolah. Tujuan dari pengelolaan tersebut agar

sekolah dapat secara efektif mendayagunakan sumber-sumber daya

yang tersedia untuk menghasilkan mutu siswa yang unggul.

Pengelolaan sekolah lebih banyak dipengaruhi oleh kepala sekolah

sehingga keberhasilan pengelolaan sekolah tidak lepas dari

kepemimpinan seorang kepala sekolah.

Pasal 49 ayat (1): Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang

dikdasmen menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan

dengan kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Hasil

penelitian Eisemon dkk (1993), di salah satu negara berkembang di

Afrika, menunjukkan bahwa manajemen sekolah mempengaruhi baik

langsung maupun tidak langsung terhadap mutu pengajaran.

Pengawasan yang dilakukan misalnya oleh kepala sekolah dapat

mengurangi ketidaktepatan penggunaan jumlah jam dan meningkatkan

keefektifan kegiatan pengajaran. Pengecekan kehadiran guru serta

pemeriksaan silabus dan rencana pengajaran siswa merupakan salah

satu cara meningkatkan keefektifan pengajaran. Dengan mengetahui

ketidakhadiran guru, kepala sekolah dapat menugaskan guru pengganti

untuk mengisi kekosongan kelas. Demikian juga dengan pemeriksaan

silabus dan rencana pengajaran, kepala sekolah dapat membimbing,

mengarahkan dan membetulkan rencana pengajaran guru.

Page 23: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Pendahuluan

23

Salah satu inovasi dalam pengelolaan sekolah adalah penerapan

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Miarso (dalam Idris, 2007)

menawarkan beberapa hal dalam mengelola sekolah dalam kerangka

MBS:

1. Manajemen siswa

Siswa merupakan salah satu komponen pokok dalam

pendidikan. Sesuai dengan Undang-undang, setiap warga negara

memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Oleh karenanya dalam

penerimaan sewajarnyalah kalau siswa tidak dibedakan menurut jenis

kelamin, agama, ras maupun tingkat ekonomi akan tetapi diseleksi

menurut ketentuan umum yang ada atau ketentuan yang dibuat

bersama dengan pihak Komite Sekolah.

2. Manajemen kurikulum

Dalam manajemen kurikulum perlu diketahui oleh pendidik

bahwa tidak semua materi dapat diajarkan kepada siswa. Yang

terpenting adalah siswa diajarkan kemampuan dasar dari tiap mata

pelajaran sehingga mengarah ke pencapaian akademik siswa.

3. Manajemen tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

Guru merupakan tenaga yang menyelenggarakan proses belajar

mengajar. Oleh karenanya kompetensinya perlu terus ditingkatkan.

Sementara itu, tenaga kependidikan merupakan pendukung guru

dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga perannya juga

perlu diperhatikan. Oleh karenanya pihak sekolah perlu terus

meningkatkan kemampuan baik tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan di sekolahnya.

d. Manajemen sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana merupakan alat dalam mendukung

kegiatan belajar mengajar. Sarana dan prasarana meliputi gedung

sekolah, ruang laboratorium, alat-alat laboratorium, papan tulis, kapur

tulis, dan seterusnya. Pengelolaan yang memadai akan menjamin

ketersediaan peralatan pendidikan pada saat diperlukan.

Page 24: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

24

e. Manajemen keuangan

Pengelolaan sekolah akan membutuhkan dana baik dalam

pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah maupun

dalam kegiatan pengelolaan sekolah yang lain. Akan tetapi dana yang

dimiliki sekolah amat terbatas. Oleh karenanya sekolah harus pandai-

pandai dalam mengelolanya.

f. Manajemen proses belajar-pembelajaran

Guru perlu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak

didik. Oleh karenanya dalam proses belajar mengajar pendidik perlu

menempatkan siswa sebagai pusat pendidikan (student centered).

g. Manajemen hasil

Wujud kinerja sekolah dapat dilihat dari hasil pendidikan. Hal

ini bisa dilihat dari lulusan, efesiensi dalam penggunaan dana,

produktifitas, pembaharuan yang dilakukan, dan etos kerja

pegawainya.

h. Manajemen lingkungan

Sekolah dapat dipandang sebagai organisme yang selalu

berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan ini dapat berupa

lingkungan geografis, sosial dan teknologi. Sekolah dapat

memanfaatkan lingkungan ini untuk mencapai tujuannya.

i. Manajemen dampak

Dampak yang dimaksudkan adalah hasil pendidikan secara

jangka panjang dari hasil pembelajaran di sekolah. Dampak ini baik

terhadap individu siswa maupun terhadap masyarakat umum.

j. Manajemen sistem

Sistem di sini adalah keseluruhan komponen yang telah

diuraikan di atas. Pembaharuan pendidikan tergantung dari

kemampuan manajerial dan kepemimpinan kepala sekolah dalam

mengelola komponen tersebut.

Page 25: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Pendahuluan

25

Beberapa karakteristik sekolah yang berhasil menerapkan

KBM:

a. Adanya pengembangan kemampuan guru melalui Kelompok Kerja

Guru

b. Pembuatan keputusan demokratis, partisipatif dan transparan

c. Adanya kesadaran guru bahwa orang tua perlu dilibatkan dalam

pengajaran di ruang kelas

d. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan baik Komite Sekolah

maupun asosiasi orang tua lainnya

e. Kesadaran semua pemangku kepentingan dalam menekankan akan

kesejahteraan dan prestasi siswa

Semuanya diharapkan akan mengarah ke tujuan dasarnya yakni

meningkatkan prestasi siswa.

Standar Pembiayaan

Standar biaya yang ditetapkan oleh pemerintah adalah standar

biaya operasional yang dikelola oleh sekolah. Pendanaan ini sangat

penting mengingat bahwa kegiatan operasional sekolah tergantung dari

pendanaan yang dilakukan sekolah. Standar ini tidak mencakup biaya

untuk personalia mengingat pemerintah memberikan dana tersendiri

untuk pembiayaan ini khususnya gaji guru dan pegawai negeri. Dana

untuk gaji guru diberikan tersendiri melalui dana alokasi daerah.

Namun dalam Sekolah berpola asrama ini diusahakan agar pembiayaan

seluruhnya diatur oleh penyelenggara dan tidak dari pemerintah secara

khusus tentang penggajian. Hal ini diatur agar tidak terhalang dengan

perasaan dua tuan.

Pembiayaan dalam pendidikan meliputi biaya investasi, biaya

operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi

biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya

manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya

Page 26: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

26

pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa

mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya

operasi meliputi: gaji, peralatan, pemeliharaan, dan sebagainya.

Dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan, sekolah

memiliki banyak program yang membutuhkan dana tidak sedikit. Oleh

karenanya sekolah harus mampu memilah program yang bermanfaat

serta layak secara ekonomis. Beberapa analisa keuangan dapat

digunakan untuk menilai program tersebut seperti analisis biaya dan

manfaat (cost benefit analysis), analisis biaya dan keefektifan (cost effectiveness).

Berkaitan dengan manfaat pendanaan, studi yang dilakukan

oleh Bidwell & Kasarda (1975) mengungkapkan ada hubungan antara

prestasi siswa dalam membaca dan matematika dengan jumlah dana

yang diterima sekolah tersebut. Hal ini memungkinkan sekolah

merekrut guru yang lebih berkualitas dan dengan jumlah yang lebih

banyak dibanding sekolah yang kurang memiliki dana.

Menurut sifatnya biaya dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu

biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya

yang dikeluarkan untuk membiayai proses pencapaian hasil dan tujuan

suatu organisasi. Menurut Bastian (2007) bahwa biaya langsung di

sekolah adalah biaya proses peningkatan kualitas siswa dan pencapaian

tujuan utama sekolah yang tidak terpisahkan dari diri siswa serta

berdampak terhadap siswa secara keseluruhan. Biaya langsung

merupakan komponen utama dari biaya pendidikan atau dapat

dikatakan biaya langsung merupakan biaya sesungguhnya dari

pendidikan itu sendiri. Biaya tidak langsung adalah komponen biaya

penunjang atau pelengkap. Biaya dalam penelitian ini terbatas pada

jenis biaya langsung (direct cost) dan tidak langsung (indirect cost) terhadap proses belajar mengajar atau biaya yang diperoleh dan

dibelanjakan oleh lembaga, artinya, biaya-biaya yang tidak

dianggarkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja

Sekolah, seperti yang dibelanjakan siswa untuk kepentingan sendiri

dan biaya kesempatan (opportunity cost) tidak termasuk dalam

Page 27: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Pendahuluan

27

pengertian biaya pendidikan dalam penelitian ini. Demikian juga biaya

penyusutan/depresiasi atau nilai bangunan tidak diperhitungkan dalam

penelitian ini, karena sulit diprediksi dan tidak tersedia.

Standar Penilaian Pendidikan

Pasal 63 ayat (1) “Penilaian pendidikan pada jenjang dikdasmen

terdiri atas: a. penilaian hasil belajar oleh pendidik, b. penilaian hasil

belajar oleh satuan pendidikan, c. penilaian hasil belajar oleh

Pemerintah. Dalam penelitian ini perhatian terutama diarahkan pada

proses pembelajaran atau model kegiatan belajar-mengajar sebagai

pokok bahasan atau titik pijakan, sambil memperhatikan juga standar-

standar pendidikan lainnya, sejauh standar-standar ini

mempengaruhinya.

Standar Kompetensi Lulusan

Kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan untuk

satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman

penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar

Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi lulusan

minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi

lulusan minimal kelompok mata pelajaran1.

Multiple Intelligence

Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai

kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk

yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata (Paul Suparno,

2004:17). Gardner juga mendefinisikan kecerdasan sebagai potensi

1 Lebih lanjut kompetensi lulusan dapat kita lihat dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 23 Tahun 2006 yang menetapkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Page 28: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

28

biopsikologi untuk memproses bentuk-bentuk informasi yang spesifik

dalam cara-cara tertentu (Gardner, 2006:36).

Multiple intelligence is a natural way to structure learning. All the aspects of the person are taught to, meaning can be extracted, and applications can be made to life. The children in our classrooms are multifaceted and have many abilities.2.

Menurut Gardner arti dari multiple intelligence di sini adalah

kemampuan untuk menyelesaikan masalah, untuk mendapatkan

jawaban yang spesifik dan untuk belajar materi baru dengan cepat dan

efisien. Intelligence has the ability to solve problems, to find the answers to specific questions, and to learn new material quickly and efficiently (Gardner, 1993:14). Gardner tidak memandang kecerdasan

manusia berdasarkan skor tes standar semata, namun Gardner

menjelaskan kecerdasan sebagai berikut: a) Kemampuan untuk

menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata; b)

Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk

diselesaikan; c) Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang akan

menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.

Teori kecerdasan ganda merupakan validasi tertinggi gagasan

bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam

pendidikan sangat tergantung pada pengenalan, pengakuan dan

penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing. Teori

kecerdasan ganda bukan hanya mengakui perbedaan individual ini

untuk tujuan-tujuan praktis, tetapi juga menganggap sebagai sesuatu

yang normal, wajar dan sangat berharga.

Pada sisi lain Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan ganda

mempunyai karakteristik konsep sebagai berikut: a). Semua inteligensi

itu berbeda-beda; b). Semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar

yang berbeda. Semua kecerdasan dapat dieksplorasi, ditumbuhkan dan

2 Kecerdasan ganda adalah cara dasar pada pembelajaran struktur. Semua

aspek-aspek manusia telah dipelajari juga, arti dapat dikutip dan penerapan dapat dibuat untuk hidup. Peserta didik di kelas beranekaragam segi dan memiliki banyak kemampuan.

Page 29: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Pendahuluan

29

dikembangkan secara optimal; c). Adanya indikator kecerdasan dalam

tiap-tiap kecerdasan. Dengan latihan, seseorang dapat membangun

kekuatan kecerdasan yang dimiliki; d). Semua kecerdasan tersebut

bekerjasama mewujudkan aktivitas yang dilakukan individu; e). Semua

jenis kecerdasan ditemukan di semua lintas kebudayaan di dunia dan

kelompok usia; f). Kecerdasan dapat diekspresikan melalui profesi dan

hobi.

Teori ini menyatakan bahwa setiap anak memiliki sedikitnya

tujuh kecerdasan ganda. Dalam proses perkembangannya, anak-anak

itu kemudian akan memiliki satu atau dua kecerdasan yang dominan.

Tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri saat digunakan oleh

seseorang. Penggunaan satu kecerdasan akan melibatkan dua atau lebih

kecerdasan lain. Berikut ini teori tujuh kecerdasan ganda:

a. Linguistic Intelligence (kecerdasan linguistik)

Linguistik berasal dari bahasa Inggris yang artinya ilmu bahasa.

Terdapat beberapa definisi yang disampaikan oleh para pakar tentang

kecerdasan linguistik, di antaranya adalah Linda Campbell.

Menurutnya kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk berfikir

dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk

mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks (Campbell

Linda, Bruce Campbell dan Dee Dickinson, 2006:2).

Thomas Armstrong, dalam bukunya 7 Kinds of Smart mengartikan kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah

kata. Ini merupakan kecerdasan para jurnalis, penyair, dan pengacara.

Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi,

meyakinkan orang, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat

kata-kata yang diucapkannya (Armstrong, 2002:3).

Sedangkan kecerdasan linguistik dalam arti luas sebagaimana

dinyatakan Howard, adalah hasil kemampuan dalam penggunaan

bahasa lisan dan tulisan (Gardner, 2006:39). Linguistik dapat distimulus

melalui bacaan, latihan, menulis, berdiskusi, bermain dengan kata-

kata. Peserta didik yang mempunyai inteligensi yang tinggi dalam

Page 30: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

30

linguistik mempunyai kepekaan yang tajam terhadap bunyi atau

fonologi (Tientje & Iskandar, 2004:38).

Di awal sejarah manusia, bahasa mengubah spesialisasi dan

fungsi otak manusia untuk menggali dan mengembangkan kecerdasan

manusia. Membaca telah memungkinkan manusia untuk mengetahui

objek, tempat, proses dan konsep yang secara personal tidak

dialaminya. Kemampuan berpikir melalui kata-kata dapat mengingat,

menganalisis, menyelesaikan masalah, merencanakan ke depan dan

mencipta sesuatu (Campbell & Campbell & Dickinson, 2006:10).

b. Logical Mathematical Intelligence (Kecerdasan Logika Matematika)

Merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur dan

mempertimbangkan proposisi dan hipotesis serta menyelesaikan

operasi-operasi matematis (Tientje & Iskandar, 2004:2). Kecerdasan

logis matematis melibatkan keterampilan mengolah angka dan

kemahiran menggunakan logika atau akal sehat. Ciri-ciri orang yang

cerdas secara logis matematis mencakup kemampuan dalam penalaran,

berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis (Armstrong,

2002:3). Pusat kecerdasan logika matematika adalah terletak pada otak

kiri.

Kecerdasan logis matematis dapat dilatih dan dikembangkan

melalui banyak tantangan dan inovasi dari bermacam-macam teknologi

multimedia. Peserta didik dari berbagai tingkat kemampuan dapat

belajar dengan efektif dan praktek. Satu cara untuk memperkenalkan

pemikiran secara logis matematis dalam bidang pelajaran melalui tema

yang digambarkan dari konsep-konsep secara matematis. Pendidik

dapat mengatur unit pelajaran berdasarkan tema, dan meminta peserta

didik untuk meneliti dengan menggunakan potensi atau kecerdasan

yang dimiliki.

c. Visual Intelligence (kecerdasan visual)

Kecerdasan ini merupakan kecerdasan gambar dan visualisasi.

Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk memvisualisasikan

gambar di dalam kepala seseorang atau menciptakannya dalam bentuk

Page 31: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Pendahuluan

31

dua atau tiga dimensi (Armstrong, 2002:20). Kecerdasan visual adalah

kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual secara akurat,

dan kemudian bertindak atas persepsi tersebut. Kecerdasan ini

melibatkan kesadaran akan warna, garis, bentuk, ruang dan ukuran.

Jenis kecerdasan ini sangat menonjol dalam diri pemain catur,

navigator, arsitek maupun desainer. Kemampuan kecerdasan visual

terlihat pada peserta didik bermain dengan melibatkan imajinasi

mereka. Hemisfer kanan atau otak kanan berperan besar dalam

mengendalikan kegiatan ini (Gunawan, 2004:234-235).

Peserta didik memiliki kemampuan untuk menggambarkan

yang mereka lihat dengan penuh ketelitian. Ciri anak yang memiliki

potensi visual menikmati waktu luangnya dengan menggambar dan

melukis dengan jelas.

d. Kinesthetic Intelligence (kecerdasan kinestetik)

Kecerdasan kinestetik, menurut Gardner adalah kemampuan

menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan

dan perasaan (Suparno, 2004:34). Kecerdasan ini juga meliputi

keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan,

kekuatan dan kecepatan. Kecerdasan ini sangat menonjol pada diri

seorang penari, atlit, pematung, pemusik, aktor, mekanik, dokter;

peserta didik dapat diberdayakan dengan menggunakan teknik

simulasi, permainan peran, dan drama (Gunawan, 2004:240-241).

Untuk mengoptimalkan kecerdasan kinestetik diperlukan

ruang kelas yang kondusif, artinya ruang kelas dalam proses belajar

mengajar harus memberikan pemahaman bahwa ruang kelas harus

menjadi sebuah hal yang aktif yaitu ruang kelas bisa menjadi sarana

bagi pengembangan lingkungan pembelajaran. Para peserta didik lebih

banyak berorientasi pada gerakan dalam kebutuhan sebuah proses

belajar (Campbell et al, 2006:78-86).

Hal yang terpenting bagi pendidik adalah untuk memberikan

contoh aktivitas fisik sebagai metode pembelajaran dan kesadaran

peserta didik dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh dalam mata

Page 32: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

32

pelajaran bahasa: peserta didik dapat mempelajari kosakata dengan

menggambarkan bagian kata atau ucapan tersebut. Secara individual

mereka dapat mengembangkan jari atau tubuh kemudian

mempraktikkan di kelas.

e. Musical Intelligence (kecerdasan musik)

Gardner menjelaskan kecerdasan musik sebagai kemampuan

untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk-

bentuk musik dan suara. Di dalamnya termasuk kepekaan akan ritme,

melodi dan intonasi kemampuan memainkan alat musik, kemampuan

menyanyi, kemampuan untuk mencipta lagu (Suparno, 2004:36-37).

Terbentuknya keterkaitan terhadap musik bisa terjadi pada usia

yang sangat dini melalui aktivitas yang dilakukan. Musik di dalam

rumah dan lingkungan awal memberikan dasar yang penting bagi

pengalaman bermusik yang di kemudian hari dapat menyatu dengan

mata pelajaran sekolah. Karena adanya hubungan yang kuat antara

musik dan emosi, musik di ruang kelas dapat membantu menciptakan

keadaan emosi yang kondusif bagi pendidikan.

Selama abad pertengahan dan renaissance, musik dianggap

sebagai salah satu dari empat pilar pendidikan, sejajar dengan geometri,

astronomi dan aritmatika. Upaya mengidentifikasi peserta didik yang

memiliki bakat musik atau kecerdasan musik yang berkembang dengan

baik adalah persoalan yang kompleks. Kelas musik dapat menciptakan

suasana yang positif yang akan membantu peserta didik untuk fokus

pada pelajaran (Campbell, et al, 2006:145-147).

f. Interpersonal Intelligence (Kecerdasan Interpersonal)

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti

dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen

orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain

juga termasuk dalam kecerdasan ini. Secara umum kecerdasan

interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin

relasi dan komunikasi dengan berbagai orang (Suparno, 2004:39).

Page 33: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Pendahuluan

33

Peserta didik yang mempunyai kecerdasan interpersonal tinggi

mudah bergaul dan berteman. Dalam konteks belajar peserta didik

lebih suka belajar bersama dengan orang lain, lebih suka mengadakan

studi kelompok. Kecerdasan interpersonal dapat stimulus melalui

pertemuan dan diskusi dan mampu menyelesaikan konflik dengan

baik. Peserta didik yang mempunyai kecerdasan interpersonal yang

tinggi mempunyai kepekaan untuk memahami orang lain. Pemahaman

sosial ini diarahkan ke dalam dirinya untuk disalurkan menjadi sebuah

karya. Peserta didik yang dominan interpersonal akan mudah

menangkap pelajaran bila dilakukan dengan diskusi kelompok (Tientje,

& Iskandar, 2004:39). Kecerdasan interpersonal ini berada pada otak

bagian lobus depan dan hemisfer kanan (Armstrong, 2002:13).

g. Intrapersonal Intelligence (Kecerdasan Intrapersonal)

Kecerdasan intrapersonal tercermin dalam kesadaran

mendalam akan perasaan, kecerdasan seseorang memahami diri

sendiri, kemampuannya dan pilihannya sendiri. Orang dengan

kecerdasan intrapersonal tinggi pada umumnya tidak tergantung orang

lain dan yakin dengan pendapat diri yang kuat tentang hal-hal yang

kontroversial, serta senang sekali bekerja berdasarkan program sendiri

dan hanya dilakukan sendirian (Jasmine, 2007: 27-28).

Lingkungan sekolah dapat diorganisasikan untuk memotivasi

para peserta didik dengan menciptakan atmosfer yang hangat dan

peduli, menggunakan prosedur-prosedur yang demokratis, sehingga

sekolah dapat membantu peserta didik merasa diterima dan diakui.

Proses belajar mengajar dapat bergantung pada emosi yang

mempengaruhi semua proses-proses berpikir merupakan komponen

dari kecerdasan intrapersonal. Para pendidik dapat membantu peserta

didik dalam pencapaian dan penemuan cara-cara yang positif untuk

mengekspresikan emosi mereka.

Ada beberapa cara untuk mendorong dan mengembangkan

ekspresi emosional yang sehat dalam pendidikan, yaitu membangun

lingkungan kelas yang positif, mengenali pengalaman perasaan peserta

didik, mengajarkan metode-metode ekspresi emosional yang tepat dan

Page 34: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7055/1/T2_902009102_BAB I.pdf · masyarakat Indonesia masih ... dan mengerti pelajaran dalam ruang kelas

Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong

34

Isi Proses PTK Sarana-prasarana Pengelolaan Pembiayaan Penilaian Kompetensi lulusan

Linguistic I. Logic-mathematic I Visual Intelligence Kinesthetic I. Musical I. Interpersonal I. Intrapersonal I.

menawarkan umpan balik pada perilaku emosional (Campbell et al.

2006:201-217). Pusat kecerdasan terletak pada lobus depan, lobus

pariental.

Alur Penelitian

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka agar dapat menjawab

permasalahan dalam penelitian ini, maka kerangka kerja penelitian ini

menggunakan Standard Nasional Pendidikan (selanjutnya disingkat

menjadi SNP) dan teori Multiple Intelligence. Penggunaan SNP dalam

hal ini merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan yang mencakup standard isi,

proses, pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan, sarana dan

prasarana, serta pembiayaan, penilaian dan kompetensi lulusan. Kedua

teori tersebut akan menyoroti SM PvD dalam aspek pengelolaan

sekolah dan pengelolaan asrama. Adapun kerangka kerja dalam

penelitian ini secara skematis sebagai berikut:

SNP Multiple Intelligence

Perbandingan

dengan asrama

di kota dan

kabupaten

Sorong

S

Hasil Keluaran

SM PvD Sekolah Asrama SMP - SMA