bab 1 pendahuluan a. latar belakang. bab i.pdf · kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola...
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola hidup remaja saat ini.
Mudahnya memperoleh informasi seakan akan memudahkan mereka untuk
berlomba lomba menjadi remaja yang paling fashionable. Apalagi sejatinya masa
remaja adalah suatu masa di mana mulai ragu-ragu terhadap kaidah-kaidah akhlak
dan ketentuan Agama. Keraguan atau kebimbangan itu mungkin berakhir dengan
tunduk kepada-Nya atau menentang-Nya. Masa remaja adalah suatu tahap
kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Disamping itu, masa remaja
adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif.1 Remaja berusaha
bersikap sesuai dengan norma-norma kelompok walaupun kadang kala membuat
pertentangan antara keluarga dan anak karena tidak sesuai dengan perilaku yang
ada. Oleh karena itu Islam buakanlah agama yang terbatas dalam kehidupan
pribadi yang semata-mata mengatur hubungan manusia dengan tuhanya, akan
tetapi memberikan pedoman hidup yang kutuh dan menyeluruh. Maka tidak ada
fenomena kehidupan yang tidak terbahas dalam ajaran Islam, termasuk dalam
aturan berpakaian.2
1Sofyan S. Wilis, Remaja dan Masalahnya, Mengupas Berbagai Bentuk
Kenakalan Remaja seperti Narkoba, Free Sex dan Pemecahannya, (Bandung
:Alfabeta,2008),h.5.
2Husein Sahib, Jilbab Menurut al-Qur'an dan al-sunnah,
(Jakarta:Mizan,1983),h.18.
2
Selain itu pakaian juga berfungsi menutupi tubuhnya karena fitrah, pakaian
juga melindungi berbagai ganguan dan perubahan cuaca dan pakaian bisa menjadi
sarana yang dapat memperindah penampilan. Kalau pakaiannya asal jadi saja
maka sikap orang yang memakainya pun akan kelihatan agak ugal ugalan, kalau
cara berpakaiannya agak rapi maka sikapnya pun akan berubah. Jadi pakaian tidak
hanya berdimensin keindahan, tetapi juga kehormatan bahkan keyakinan. Itulah
sebabnya, aturan pakian termasuk yang dipandang penting oleh Allah Swt,
sehingga tercantum dalam Alquran yang mulia. Allah berfirman dalam surah Al-
A‟raf (7):26. 3
Didalam ayat tersebut ada dua jenis pakaian, yaitu pertama pakaian yang
dapat menutupi aurat yaitu pakaian darurat seperti pakaian dalam dan hijab bagi
wanita. Kedua adalah pakaian yang biasa memperindah penampilan diri, yaitu
pakaian luar yang dapat menciptakan kesempurnaan dan kesenangan. Dalam
surah tersebut dinyatakan kata “Bani Adam” ini merupakan seruan untuk semua
manusia tanpa terkecuali.
Didalam Alquran menyatakan bahwa harus diakui pakaian tidak
menciptakan santri tetapi pakaian dapat mendorong pemakaiannya untuk
berperilaku seperti santri atau sebaliknya menjadi setan, tergantung dari cara dan
3Abu Abdillah Salman Farisy, Alqur’an Digital.
3
model pemakaiannya. Yang kemudian menjadi salah satu maksud Alquran
memerintahkan wanita-wanita memakai jilbab pada surah Al-Ahzab ayat 59 yang
bunyinya:
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwasanya perintah untuk mengenakan
jilbab bagi semua kaum perempuan adalah wajib sebagaimana semua kaum
muslim diwajibkan untuk menyembah Allah Swt. Oleh karena itu semua mukmin
saling ingat-mengingat tentang perintah tersebut. Namun yang sering kali menjadi
masalah adalah memadukan antara fungsi pakaian sebagai hiasan dengan fungsi
pakaian sebagai penutup aurat. Disini tidak jarang para remaja tergelincir
sehingga mengabaikan ketutupan aurat demi sesuatu yang nilainya keindahan dan
hiasaan.
Namun demikian ada yang lebih penting dalam ayat tersebut yaitu pakaian
ketakwaan yaitu sesuatu yang mantap dihati berupa keimanan dan kesalehan.
Tetapi yang perlu digaris bawahi adalah pakaian tersebut menutup aurat dan
bukan diharamkan karena sesuatu. Walaupun ada ungkapan yang dinisbatkan agar
pakaian itu juga tidak menjadi dasar parasangka lahirnya kesombongan atau ada
unsur pemborosan. Rasullullah bersabda:
غس اسساف ول يخهت كهىا واشس بىا وحصدقىا ف
4
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang pendiddik an Nasional pasal 1 Ayat 1 adalah Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencam untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik /siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negaraa. Pada dasarnya pendidikan memberikan
kita pengetahuan bagaimana bersikap, bertutur kata dan mempelajari
perkembangan sains yang pada akhirnya bisa dimanfaatkan untuk khalayak
banyak. Oleh karena itu pendidikan memberi pengaruh yang sangat besar terhadap
perilaku atau tingkah laku seseorang.4
Namun terkadang proses pendidikan tidaklah berjalan semestinya,
terkadang ada penyimpangan penyimpangan. Hal ini terjadi karena tidak adanya
pembinaan secara terkontrol. Oleh karena itu perlu adanya pembinaan terhadap
para siswa, agar mampu meminimalisir adanya penyimpangan penyimpangan
pendidikan. Pembinaan etika bagi para siswa kiranya mampu meminimalisir
adanya penyimpangan tersebut.
Pembinaan etika merupakan pembinaan yang sangat baik, dan merupakan
suatu pembinaan dasar yang utama bagi seluruh makhluk dalam kehidupan
bermasyarakat. Pembinaan etika dapat mendorong manusia untuk mengamalkan
ilmu pengetahuan dan mengaktualisasikan keimanan dan ketakwaannya dalam
kehidupan sehari hari.
4Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1
5
Di sekolah, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai
makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri. Usaha membiasakan
kepada yang baik sangat dianjurkan bahwa diperintahkan, di dalam agama Islam.
Problematika seorang guru bukan hanya pada tingkatan bagaimana cara
mencerdaskan peserta didik saja. Tetapi lebih lebih dalam menanamkan nilai pada
peserta didik. Seorang guru juga harus menanamkan akhlak pada diri peserta
didik. Sesuai yang dikemukakan oleh Ahmad Amin bahwa akhlak adalah
membiasakan kehendak.5 Oleh karena itu guru harus menjadi seseorang yang
mampu membiasakan kehendak para siswanya menuju kebiasaan yang baik.
Pada era yang dianggap sebagai era kebebasaan dan modernitas dimana
mulai muncul adanya wahana pikir manusia menjadikan pakaian sebagai status
simbol, status gengsi, sebuah ideologi yang hidup pada masa ini. Hal ini yang
kemudian menjadikan seseorang bisa diterima pada golongan tertentu. Pada
realitasnya kebebasan ini menjadi semakin bebas.
Pendidikan sebagai sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
sehingga manusia menjadi seorang yang bermartabat dan bermoral seakan luntur
dengan adanya keambiguan dari sistem pendidikan sendiri dan dari realita yang
ada. Oleh karena itu guru sebagai tenaga pendidik yang membimbing dan
mengarahkan kepada peserta didiknya juga harus menanamkan akhlak dalam
5 Rachmad Djatnika, Sistem Etika Islam Akhlak Mulia, (Jakarta:Pustaka
Panjimas,1996),h.48.
6
berpakaian secara apik (menutup aurat) baik dilingkungan sekolah maupun diluar
sekolah. Oleh karen itu perlu adanya pembinaan dari berbagai pihak untuk
mewujudkan tatanan yang diinginkan (berpakain islami bagi siswa muslim).
Dari permasalahan diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti
bagaimana Pembiasaan berpakaian Islami. Mengapa penulis menggunakan kata
Islami, karena pada satu sisi Islam secara terang-terangan mengatur tentang cara
berpakaian bagi kaumnya agar terhindar dari keburukan. Disisi yang lain peneliti
merasa bahwa realita yang terjadi saat sekarang adalah pada sekolah-sekolah
agama menerapkan kepada siswa nya agar berpakain secara islami kepada semua
siswa muslim.
Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah menghimbau kepada siswa siswinya
untuk menggunakan pakaian Islami terutama dilingkungan sekolah. Akan tetapi
ternyata disatu sisi hal tersebut sudah berjalan, namun yang dapat disayangkan
adalah ada beberapa yang memang tidak menjalankan hal tersebut. Sebagai
contoh, ada seorang siswi perempuan berpakaian dengan celana olah raga yang
sangat kentat, memakai baju kentat, yang tentu saja kelihatan aurat dan
membentuk lekuk tubuh.
Pengaruh lingkungan, pengaruh pergaulan, pengaruh keluarga, adanya
perasaan tersingkirkan karena tidak mengikuti zaman sekarang, kemajuan
teknologi, karena kurangnya ilmu agama atau rendahnya ilmu pendidikan, dan
kurang didikan dari orang tua. sehingga ia tidak melaksanakan peraturan
disekolahnya dan ia merasa dirinya tidak bersalah terhadap peraturan tersebut.
Jadi guru sangat berpengaruh dalam hal membina siswanya untuk berpakaian
7
islami bagi siswa yang beragama islam. Untuk membina siswanya tentu ada
problem dan juga ada upaya-upaya sekolah dan guru agar problem tersebut
terpecahkan. Dengan demikian peran dan upaya sekolah dan guru sangat penting
dalam membiasakan berpakaian islami bagi para siswa muslim.
Dari latar belakang masalah diatas, serta keinginan untuk mengetahui
bagaimana upaya sekolah dan guru dalam membina peserta didik yang kurang
memperhatikan gaya berpakaiannya, maka penulis memfokuskan penelitian
dengan judul “Pembiasaan Berpakaian Islami di Madrasah Tsanawiyah Ar-
rahmah Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.
B. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalahfahaman atau salah penafsiran
tentang judul diatas perlu dikemukakan sebagai berikut:
1. Pembiasaan
Menurut Niesha, pembiasaan adalah suatu upaya untuk membentuk
perilaku seseorang, sehingga ia dapat melakukan suatu hal tanpa ada
pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Upaya tersebut memberikan
pemahaman akan pentingnya suatu hal yang di harapkan dan memberikan
keteladanan dalam melakukan suatu hal tersebut secara disiplin.6 Menurut
Abdul Aziz, pembiasaan adalah upaya praktis dalam pendidikan dan
pembinaan anak.7
6 Niesh.a, Terbiasa Dalam Melaksanakan Kebaikan, Makalah., Banyumas, 2009, h.
5.
8
Dari pengertian diatas, maka yang penulis maksud dengan
pembiasaan adalah upaya yang sangat sederhana (praktis) dari pendidikan
untuk mendidik anak didik agar ia terbiasa melaksanakan materi
pendidikan Islam dalam hal ini seperti pembiasaan berpakaian Islami baik
di sekolah maupun di luar sekolah.
2. Berpakaian
Berpakaian merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang sesuai dengan
situasi dan kondisi dimana seseorang berada. Pakaian memiliki manfaat yang
sangat besar bagi kehidupan seseorang, guna melindungi tubuh dari semua
kemungkinan yang merusak ataupun menimbulkan rasa sakit. Pakaian dalam
bahasa arab disebut dengan kata libasun-siyabun. Menurut kamus besar bahasa
indonesia, pakaian diartikan sebagai barang apa yang dipakai seseorang baik
berupa baju, celana, sarung, selendang, jubah, dan serban.
Secara istilah, pakaian adalah segala sesuatu yang dikenakan seseorang
dalam berbagai ukuran dan modenya berupa baju, celana, sarung, jubah
ataupun yang lain yang disesuaikan dengan kebutuhan pemakaiannya untuk
suatu tujuan yang bersifat khusus ataupun umum. Tujuan bersifat khusus
artinya pakaian yang dikenakan lebih berorientasi pada nilai keindahan yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi pemakaian. Tujuan bersifat umum lebih
berorientasi pada keperluan untuk menutup ataupun melindungi bagaian tubuh
yang perlu dituttup atau dilindungi. Baik menurut kepatutan adat ataupun
agama.
7Abdul Aziz, Metode Pembiasaan Dalam Pendidikan Agama Islam,
blongspot.com. Diakses pada 22 September 2018.
9
Menurut kepatutan adat berarti sesuai dengan mode ataupun batasan
ukuran untuk mengenakan pakaian yang berlaku dalam suatu wilayah hukum
adat yang berlaku, sedangakan menurut ketentuan agama lebih mengarah pada
keperluan menutup auarat sesuai ketentuan hukum syarak dengan tujuan untuk
beribadah.
3. Islam
Islam atau Islami adalah agama yang sempurna yang mengatur manusia
dalam segala aspeknya. Ajaran islam bukan hanya mengatur hubungan vertikal
manusia, tetapi juga hubungan horizontal dengan sesamanya. Karena itulah,
Islam mengajarkan kepada manusia mulai dari cara makan, minum, tidur,
sampai bagaimana cara mengabdi kepada sang kholik. Sejak awal agama islam
telah menanamkan kesadaran akan kewajiban pemeluknya untuk menjaga
suapan santun (adab) dalam berbagai aspek kehidupan karena sopan santun
(adab) menunjukan karakteristik kualitas kepribadian seorang muslim.
Jadi, yang dimaksud dengan Pembiasaan Berpakaian Islami di
Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten
Banjar dalam penelitian ini meliputi: Bentuk-bentuk pembiasaan berpakaian
Islami dan cara-cara pembiasaan berpakaian Islami di Madrasah Tsanawiyah
Ar-Rahmah Sungai Tabuk, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar.
10
C. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah pokok yang akan diteliti
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bentuk-bentuk Pembiasaan Berpakaian Islami di Madrasah Tsanawiyah
Ar-rahmah kecamatan Sungai Tabuk kabupaten Banjar.
2. Cara-cara Pelaksanaan Pembiasaan Berpakaian Islami di Madrasah
Tsanawiyah Ar-rahmah kecamatan Sungai Tabuk kabupaten Banjar
D. Alasan Memilih Judul
Melihat perkembangan zaman sekarang yang dianggap sebagai era
kebebasaan dan modernitas dimana mulai muncul adanya wahana pikir manusia
menjadikan pakaian sebagai status simbol, status gengsi, sebuah ideologi yang
hidup pada masa ini. Hal ini yang kemudian menjadikan seseorang bisa diterima
pada golongan tertentu. Pada realitasnya kebebasan ini menjadi semakin bebas.
Pendidikan sebagai sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
sehingga manusia menjadi seorang yang bermartabat dan bermoral seakan luntur
dengan adanya keambiguan dari sistem pendidikan sendiri dan dari realita yang
ada. Oleh karena itu guru sebagai tenaga spendidik yang membimbing dan
mengarahkan kepada peserta didiknya juga harus menanamkan akhlak dalam
berpakaian secara apik (menutup aurat) baik dilingkungan sekolah maupun diluar
sekolah.
Islam bukanlah agama yang terbatas dalam kehidupan pribadi yang
semata-mata mengatur hubungan manusia dengan tuhannya, akan tetapi
11
memberikan pedoman yang kukuh dan menyeluruh. Maka tidak ada fenomena
kehidupan yang tidak terbahas dalam ajaran Islam, termasuk dalam aturan
berpakaian. Oleh karen itu perlu adanya pembinaan dari berbagai pihak untuk
mewujudkan tatanan yang diinginkan berpakain islami bagi siswa siswi di
Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Sungai Tabuk, Kecamatan Sungai Tabuk,
Kabupaten Banjar.
Akan tetapi ternyata disatu sisi hal tersebut Madrasah memiliki
keistimewaan dalam bidang sains olimpiade, lomba-lomba tingkat kecamatan
maupun tingkat kabupaten, dan disini saya tertarik untuk mengambil judul
dilokasi penelitian Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Sungai Tabuk, Kecamatan
Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan pada bagian
terdahulu diatas maka, tujuan penelitian yang dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengatahui bentuk-bentuk Pembiasaan Berpakaian Islami di Madrasah
Tsanawiyah Ar-rahmah Sungai Tabuk.
2. Mengetahui cara-cara Pelaksanaan Pembiasaan Berpakaian Islami di
Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Sungai Tabuk.
F. Signifikasi Pendidikan
Hasil penelitian ini baik secara teori maupun praktis diharapkan
mempunyai kegunaan sebagai berikut:
12
a. Teori pengetahuan yang diperoleh dari penelitian ini bermanfaat bagi
pengembangan mata pelajaran akidah akhlak.
b. Untuk memberikan pengatahuan kepada siswa siswi di Madrasah
Tsanawiyah Ar-rahmah Sungai Tabuk tentang bentuk-bentuk Pembiasaan
berpakaian Islami.
c. Sebagai bahan informasi tentang bentuk-bentuk Pembiasaan berpakaian
Islami di Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Sungai Tabuk.
d. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang bentuk-bentuk
Pembiasaan berpakaian Islami di Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Sungai
Tabuk.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan Sebelum, terdapat beberapa kajian yang membahas
tentang Pembiasaan berpakain islami di Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Sungai
Tabuk . Dengan demikian penelitian ini bukanlah penelitian yang benar-benar
baru. Oleh karena itu terdapat penekanan penulisan dalam penelitian ini agar
berbeda dengan penelitian-penelitian lain yang terdahulu sudah dilakukan. Dalam
kaitannya dengan Pembiasaan berpakain Islami. Berikut ini adalah beberapa hasil
penulusuran yang dilakukan oleh peneliti:
1. Skripsi yang berjudul penerapan busana muslimah disekolah menengah
islam (SMIP) Martapura, oleh ibu Herawaty Diah tahun 1987, yang
membahas tentang kewajiban atau keharusan berpakaian islami, karena saat
itu marak dengan berpakain tanpa kerudung atau jilbab. Hasil dari
13
penelitian itu ternyata kesadaran siswa dianggap kurang karena diluar
sekolah mereka kembali memakai pakaian tanpa kerudung atau tidak
berpakaian islami. Mereka berpakaian busana muslimah hanya karena ada
peraturan sekolah itu. Tidak menganggapnya sebuah kewajiban yang
dipakai di manapun dan kapanpun. Jadi yang diteliti lebih kepada kesadaran
dan ketaatan siswa dalam berbusana muslimah.
2. Kemudian skripsi yang berjudul, persepsi ulama tentang makna tasyabbuh
dalam hadist, oleh Bapak Sukami tahun 1989, yang isinya menggali
pendapat ulama di kalimantan selatan tentang tasyabbuh berpakaian,
perilaku dan perhiasan, yang mana kesimpulannya tasyabbuh itu haram.
Adapun dalam penelitian ini untuk mengatahui bagaimana pembiasaan
berpakaian islami di Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Kecamatan Sungai Tabuk
Kabupaten Banjar dan bagaimana pemahaman mereka dalam bentuk-bentuk
pembiasaan berpakaian Islami serta bagaimana cara-cara pembiasaan berpakaian
Islami.
Seseorang yang berpakaian ketat, mini, transparan adalah bertentangan
dengan hukum agama Islam dan tentu mengundang perbuatan maksiat dan bisa
mendatangkan bencana. Beda dengan mereka yang berpakaian Islami.
Penulis mencoba meneliti masalah pembiasaan berpakaian Islami di
Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar
( studi perubahan nilai keagamaan) ini dalam sebuah karya ilmiah. Karena
penelitian yang sama seperti ini belum ada yang melakukannya.
14
H. Sistematika penulisan
Untuk mempermudah pemahaman mengenai pembahasan ini, maka
penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
definisi operasional, rumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian,
signifikansi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan tinjauan teoritis, terdiri dari pengertian pembiasaan,
pengertian berpakaian, pengertian Islam, bentuk-bentuk pembiasaan berpakaian
islami, dan cara-cara pembiasaan berpakaian Islami.
Bab III merupakan metode penelitian, terdiri dari jenis dan pendekatan
penelitian, desain penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data,
teknik pengumpulan dan pengolahan data, analisis data, dan prosedur penelitian.
Bab IV merupakan laporan hasil penelitian, terdiri dari gambarann umum
lokasi penelitian, penyajian, dan analisis data.
Bab V merupakan penutup dari penelitian ini, meliputi: simpulan seluruh
penelitian dan saran konstruktif berkaitan dengan penelitian ini.