bab 1 pendahuluan a. latar belakang. bab i.pdf · kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola...

14
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola hidup remaja saat ini. Mudahnya memperoleh informasi seakan akan memudahkan mereka untuk berlomba lomba menjadi remaja yang paling fashionable. Apalagi sejatinya masa remaja adalah suatu masa di mana mulai ragu-ragu terhadap kaidah-kaidah akhlak dan ketentuan Agama. Keraguan atau kebimbangan itu mungkin berakhir dengan tunduk kepada-Nya atau menentang-Nya. Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Disamping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif. 1 Remaja berusaha bersikap sesuai dengan norma-norma kelompok walaupun kadang kala membuat pertentangan antara keluarga dan anak karena tidak sesuai dengan perilaku yang ada. Oleh karena itu Islam buakanlah agama yang terbatas dalam kehidupan pribadi yang semata-mata mengatur hubungan manusia dengan tuhanya, akan tetapi memberikan pedoman hidup yang kutuh dan menyeluruh. Maka tidak ada fenomena kehidupan yang tidak terbahas dalam ajaran Islam, termasuk dalam aturan berpakaian. 2 1 Sofyan S. Wilis, Remaja dan Masalahnya, Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja seperti Narkoba, Free Sex dan Pemecahannya, (Bandung :Alfabeta,2008),h.5. 2 Husein Sahib, Jilbab Menurut al-Qur'an dan al-sunnah, (Jakarta:Mizan,1983),h.18.

Upload: others

Post on 05-Nov-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. BAB I.pdf · Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola hidup remaja saat ini. Mudahnya memperoleh informasi seakan akan memudahkan mereka

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola hidup remaja saat ini.

Mudahnya memperoleh informasi seakan akan memudahkan mereka untuk

berlomba lomba menjadi remaja yang paling fashionable. Apalagi sejatinya masa

remaja adalah suatu masa di mana mulai ragu-ragu terhadap kaidah-kaidah akhlak

dan ketentuan Agama. Keraguan atau kebimbangan itu mungkin berakhir dengan

tunduk kepada-Nya atau menentang-Nya. Masa remaja adalah suatu tahap

kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Disamping itu, masa remaja

adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif.1 Remaja berusaha

bersikap sesuai dengan norma-norma kelompok walaupun kadang kala membuat

pertentangan antara keluarga dan anak karena tidak sesuai dengan perilaku yang

ada. Oleh karena itu Islam buakanlah agama yang terbatas dalam kehidupan

pribadi yang semata-mata mengatur hubungan manusia dengan tuhanya, akan

tetapi memberikan pedoman hidup yang kutuh dan menyeluruh. Maka tidak ada

fenomena kehidupan yang tidak terbahas dalam ajaran Islam, termasuk dalam

aturan berpakaian.2

1Sofyan S. Wilis, Remaja dan Masalahnya, Mengupas Berbagai Bentuk

Kenakalan Remaja seperti Narkoba, Free Sex dan Pemecahannya, (Bandung

:Alfabeta,2008),h.5.

2Husein Sahib, Jilbab Menurut al-Qur'an dan al-sunnah,

(Jakarta:Mizan,1983),h.18.

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. BAB I.pdf · Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola hidup remaja saat ini. Mudahnya memperoleh informasi seakan akan memudahkan mereka

2

Selain itu pakaian juga berfungsi menutupi tubuhnya karena fitrah, pakaian

juga melindungi berbagai ganguan dan perubahan cuaca dan pakaian bisa menjadi

sarana yang dapat memperindah penampilan. Kalau pakaiannya asal jadi saja

maka sikap orang yang memakainya pun akan kelihatan agak ugal ugalan, kalau

cara berpakaiannya agak rapi maka sikapnya pun akan berubah. Jadi pakaian tidak

hanya berdimensin keindahan, tetapi juga kehormatan bahkan keyakinan. Itulah

sebabnya, aturan pakian termasuk yang dipandang penting oleh Allah Swt,

sehingga tercantum dalam Alquran yang mulia. Allah berfirman dalam surah Al-

A‟raf (7):26. 3

Didalam ayat tersebut ada dua jenis pakaian, yaitu pertama pakaian yang

dapat menutupi aurat yaitu pakaian darurat seperti pakaian dalam dan hijab bagi

wanita. Kedua adalah pakaian yang biasa memperindah penampilan diri, yaitu

pakaian luar yang dapat menciptakan kesempurnaan dan kesenangan. Dalam

surah tersebut dinyatakan kata “Bani Adam” ini merupakan seruan untuk semua

manusia tanpa terkecuali.

Didalam Alquran menyatakan bahwa harus diakui pakaian tidak

menciptakan santri tetapi pakaian dapat mendorong pemakaiannya untuk

berperilaku seperti santri atau sebaliknya menjadi setan, tergantung dari cara dan

3Abu Abdillah Salman Farisy, Alqur’an Digital.

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. BAB I.pdf · Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola hidup remaja saat ini. Mudahnya memperoleh informasi seakan akan memudahkan mereka

3

model pemakaiannya. Yang kemudian menjadi salah satu maksud Alquran

memerintahkan wanita-wanita memakai jilbab pada surah Al-Ahzab ayat 59 yang

bunyinya:

Dari ayat tersebut sudah jelas bahwasanya perintah untuk mengenakan

jilbab bagi semua kaum perempuan adalah wajib sebagaimana semua kaum

muslim diwajibkan untuk menyembah Allah Swt. Oleh karena itu semua mukmin

saling ingat-mengingat tentang perintah tersebut. Namun yang sering kali menjadi

masalah adalah memadukan antara fungsi pakaian sebagai hiasan dengan fungsi

pakaian sebagai penutup aurat. Disini tidak jarang para remaja tergelincir

sehingga mengabaikan ketutupan aurat demi sesuatu yang nilainya keindahan dan

hiasaan.

Namun demikian ada yang lebih penting dalam ayat tersebut yaitu pakaian

ketakwaan yaitu sesuatu yang mantap dihati berupa keimanan dan kesalehan.

Tetapi yang perlu digaris bawahi adalah pakaian tersebut menutup aurat dan

bukan diharamkan karena sesuatu. Walaupun ada ungkapan yang dinisbatkan agar

pakaian itu juga tidak menjadi dasar parasangka lahirnya kesombongan atau ada

unsur pemborosan. Rasullullah bersabda:

غس اسساف ول يخهت كهىا واشس بىا وحصدقىا ف

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. BAB I.pdf · Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola hidup remaja saat ini. Mudahnya memperoleh informasi seakan akan memudahkan mereka

4

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang pendiddik an Nasional pasal 1 Ayat 1 adalah Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencam untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik /siswa secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negaraa. Pada dasarnya pendidikan memberikan

kita pengetahuan bagaimana bersikap, bertutur kata dan mempelajari

perkembangan sains yang pada akhirnya bisa dimanfaatkan untuk khalayak

banyak. Oleh karena itu pendidikan memberi pengaruh yang sangat besar terhadap

perilaku atau tingkah laku seseorang.4

Namun terkadang proses pendidikan tidaklah berjalan semestinya,

terkadang ada penyimpangan penyimpangan. Hal ini terjadi karena tidak adanya

pembinaan secara terkontrol. Oleh karena itu perlu adanya pembinaan terhadap

para siswa, agar mampu meminimalisir adanya penyimpangan penyimpangan

pendidikan. Pembinaan etika bagi para siswa kiranya mampu meminimalisir

adanya penyimpangan tersebut.

Pembinaan etika merupakan pembinaan yang sangat baik, dan merupakan

suatu pembinaan dasar yang utama bagi seluruh makhluk dalam kehidupan

bermasyarakat. Pembinaan etika dapat mendorong manusia untuk mengamalkan

ilmu pengetahuan dan mengaktualisasikan keimanan dan ketakwaannya dalam

kehidupan sehari hari.

4Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. BAB I.pdf · Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola hidup remaja saat ini. Mudahnya memperoleh informasi seakan akan memudahkan mereka

5

Di sekolah, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi

bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan

rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat

melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai

makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri. Usaha membiasakan

kepada yang baik sangat dianjurkan bahwa diperintahkan, di dalam agama Islam.

Problematika seorang guru bukan hanya pada tingkatan bagaimana cara

mencerdaskan peserta didik saja. Tetapi lebih lebih dalam menanamkan nilai pada

peserta didik. Seorang guru juga harus menanamkan akhlak pada diri peserta

didik. Sesuai yang dikemukakan oleh Ahmad Amin bahwa akhlak adalah

membiasakan kehendak.5 Oleh karena itu guru harus menjadi seseorang yang

mampu membiasakan kehendak para siswanya menuju kebiasaan yang baik.

Pada era yang dianggap sebagai era kebebasaan dan modernitas dimana

mulai muncul adanya wahana pikir manusia menjadikan pakaian sebagai status

simbol, status gengsi, sebuah ideologi yang hidup pada masa ini. Hal ini yang

kemudian menjadikan seseorang bisa diterima pada golongan tertentu. Pada

realitasnya kebebasan ini menjadi semakin bebas.

Pendidikan sebagai sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

sehingga manusia menjadi seorang yang bermartabat dan bermoral seakan luntur

dengan adanya keambiguan dari sistem pendidikan sendiri dan dari realita yang

ada. Oleh karena itu guru sebagai tenaga pendidik yang membimbing dan

mengarahkan kepada peserta didiknya juga harus menanamkan akhlak dalam

5 Rachmad Djatnika, Sistem Etika Islam Akhlak Mulia, (Jakarta:Pustaka

Panjimas,1996),h.48.

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. BAB I.pdf · Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola hidup remaja saat ini. Mudahnya memperoleh informasi seakan akan memudahkan mereka

6

berpakaian secara apik (menutup aurat) baik dilingkungan sekolah maupun diluar

sekolah. Oleh karen itu perlu adanya pembinaan dari berbagai pihak untuk

mewujudkan tatanan yang diinginkan (berpakain islami bagi siswa muslim).

Dari permasalahan diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti

bagaimana Pembiasaan berpakaian Islami. Mengapa penulis menggunakan kata

Islami, karena pada satu sisi Islam secara terang-terangan mengatur tentang cara

berpakaian bagi kaumnya agar terhindar dari keburukan. Disisi yang lain peneliti

merasa bahwa realita yang terjadi saat sekarang adalah pada sekolah-sekolah

agama menerapkan kepada siswa nya agar berpakain secara islami kepada semua

siswa muslim.

Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah menghimbau kepada siswa siswinya

untuk menggunakan pakaian Islami terutama dilingkungan sekolah. Akan tetapi

ternyata disatu sisi hal tersebut sudah berjalan, namun yang dapat disayangkan

adalah ada beberapa yang memang tidak menjalankan hal tersebut. Sebagai

contoh, ada seorang siswi perempuan berpakaian dengan celana olah raga yang

sangat kentat, memakai baju kentat, yang tentu saja kelihatan aurat dan

membentuk lekuk tubuh.

Pengaruh lingkungan, pengaruh pergaulan, pengaruh keluarga, adanya

perasaan tersingkirkan karena tidak mengikuti zaman sekarang, kemajuan

teknologi, karena kurangnya ilmu agama atau rendahnya ilmu pendidikan, dan

kurang didikan dari orang tua. sehingga ia tidak melaksanakan peraturan

disekolahnya dan ia merasa dirinya tidak bersalah terhadap peraturan tersebut.

Jadi guru sangat berpengaruh dalam hal membina siswanya untuk berpakaian

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. BAB I.pdf · Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola hidup remaja saat ini. Mudahnya memperoleh informasi seakan akan memudahkan mereka

7

islami bagi siswa yang beragama islam. Untuk membina siswanya tentu ada

problem dan juga ada upaya-upaya sekolah dan guru agar problem tersebut

terpecahkan. Dengan demikian peran dan upaya sekolah dan guru sangat penting

dalam membiasakan berpakaian islami bagi para siswa muslim.

Dari latar belakang masalah diatas, serta keinginan untuk mengetahui

bagaimana upaya sekolah dan guru dalam membina peserta didik yang kurang

memperhatikan gaya berpakaiannya, maka penulis memfokuskan penelitian

dengan judul “Pembiasaan Berpakaian Islami di Madrasah Tsanawiyah Ar-

rahmah Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.

B. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahfahaman atau salah penafsiran

tentang judul diatas perlu dikemukakan sebagai berikut:

1. Pembiasaan

Menurut Niesha, pembiasaan adalah suatu upaya untuk membentuk

perilaku seseorang, sehingga ia dapat melakukan suatu hal tanpa ada

pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Upaya tersebut memberikan

pemahaman akan pentingnya suatu hal yang di harapkan dan memberikan

keteladanan dalam melakukan suatu hal tersebut secara disiplin.6 Menurut

Abdul Aziz, pembiasaan adalah upaya praktis dalam pendidikan dan

pembinaan anak.7

6 Niesh.a, Terbiasa Dalam Melaksanakan Kebaikan, Makalah., Banyumas, 2009, h.

5.

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. BAB I.pdf · Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola hidup remaja saat ini. Mudahnya memperoleh informasi seakan akan memudahkan mereka

8

Dari pengertian diatas, maka yang penulis maksud dengan

pembiasaan adalah upaya yang sangat sederhana (praktis) dari pendidikan

untuk mendidik anak didik agar ia terbiasa melaksanakan materi

pendidikan Islam dalam hal ini seperti pembiasaan berpakaian Islami baik

di sekolah maupun di luar sekolah.

2. Berpakaian

Berpakaian merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang sesuai dengan

situasi dan kondisi dimana seseorang berada. Pakaian memiliki manfaat yang

sangat besar bagi kehidupan seseorang, guna melindungi tubuh dari semua

kemungkinan yang merusak ataupun menimbulkan rasa sakit. Pakaian dalam

bahasa arab disebut dengan kata libasun-siyabun. Menurut kamus besar bahasa

indonesia, pakaian diartikan sebagai barang apa yang dipakai seseorang baik

berupa baju, celana, sarung, selendang, jubah, dan serban.

Secara istilah, pakaian adalah segala sesuatu yang dikenakan seseorang

dalam berbagai ukuran dan modenya berupa baju, celana, sarung, jubah

ataupun yang lain yang disesuaikan dengan kebutuhan pemakaiannya untuk

suatu tujuan yang bersifat khusus ataupun umum. Tujuan bersifat khusus

artinya pakaian yang dikenakan lebih berorientasi pada nilai keindahan yang

disesuaikan dengan situasi dan kondisi pemakaian. Tujuan bersifat umum lebih

berorientasi pada keperluan untuk menutup ataupun melindungi bagaian tubuh

yang perlu dituttup atau dilindungi. Baik menurut kepatutan adat ataupun

agama.

7Abdul Aziz, Metode Pembiasaan Dalam Pendidikan Agama Islam,

blongspot.com. Diakses pada 22 September 2018.

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. BAB I.pdf · Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola hidup remaja saat ini. Mudahnya memperoleh informasi seakan akan memudahkan mereka

9

Menurut kepatutan adat berarti sesuai dengan mode ataupun batasan

ukuran untuk mengenakan pakaian yang berlaku dalam suatu wilayah hukum

adat yang berlaku, sedangakan menurut ketentuan agama lebih mengarah pada

keperluan menutup auarat sesuai ketentuan hukum syarak dengan tujuan untuk

beribadah.

3. Islam

Islam atau Islami adalah agama yang sempurna yang mengatur manusia

dalam segala aspeknya. Ajaran islam bukan hanya mengatur hubungan vertikal

manusia, tetapi juga hubungan horizontal dengan sesamanya. Karena itulah,

Islam mengajarkan kepada manusia mulai dari cara makan, minum, tidur,

sampai bagaimana cara mengabdi kepada sang kholik. Sejak awal agama islam

telah menanamkan kesadaran akan kewajiban pemeluknya untuk menjaga

suapan santun (adab) dalam berbagai aspek kehidupan karena sopan santun

(adab) menunjukan karakteristik kualitas kepribadian seorang muslim.

Jadi, yang dimaksud dengan Pembiasaan Berpakaian Islami di

Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten

Banjar dalam penelitian ini meliputi: Bentuk-bentuk pembiasaan berpakaian

Islami dan cara-cara pembiasaan berpakaian Islami di Madrasah Tsanawiyah

Ar-Rahmah Sungai Tabuk, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar.

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. BAB I.pdf · Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola hidup remaja saat ini. Mudahnya memperoleh informasi seakan akan memudahkan mereka

10

C. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah pokok yang akan diteliti

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk Pembiasaan Berpakaian Islami di Madrasah Tsanawiyah

Ar-rahmah kecamatan Sungai Tabuk kabupaten Banjar.

2. Cara-cara Pelaksanaan Pembiasaan Berpakaian Islami di Madrasah

Tsanawiyah Ar-rahmah kecamatan Sungai Tabuk kabupaten Banjar

D. Alasan Memilih Judul

Melihat perkembangan zaman sekarang yang dianggap sebagai era

kebebasaan dan modernitas dimana mulai muncul adanya wahana pikir manusia

menjadikan pakaian sebagai status simbol, status gengsi, sebuah ideologi yang

hidup pada masa ini. Hal ini yang kemudian menjadikan seseorang bisa diterima

pada golongan tertentu. Pada realitasnya kebebasan ini menjadi semakin bebas.

Pendidikan sebagai sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

sehingga manusia menjadi seorang yang bermartabat dan bermoral seakan luntur

dengan adanya keambiguan dari sistem pendidikan sendiri dan dari realita yang

ada. Oleh karena itu guru sebagai tenaga spendidik yang membimbing dan

mengarahkan kepada peserta didiknya juga harus menanamkan akhlak dalam

berpakaian secara apik (menutup aurat) baik dilingkungan sekolah maupun diluar

sekolah.

Islam bukanlah agama yang terbatas dalam kehidupan pribadi yang

semata-mata mengatur hubungan manusia dengan tuhannya, akan tetapi

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. BAB I.pdf · Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola hidup remaja saat ini. Mudahnya memperoleh informasi seakan akan memudahkan mereka

11

memberikan pedoman yang kukuh dan menyeluruh. Maka tidak ada fenomena

kehidupan yang tidak terbahas dalam ajaran Islam, termasuk dalam aturan

berpakaian. Oleh karen itu perlu adanya pembinaan dari berbagai pihak untuk

mewujudkan tatanan yang diinginkan berpakain islami bagi siswa siswi di

Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Sungai Tabuk, Kecamatan Sungai Tabuk,

Kabupaten Banjar.

Akan tetapi ternyata disatu sisi hal tersebut Madrasah memiliki

keistimewaan dalam bidang sains olimpiade, lomba-lomba tingkat kecamatan

maupun tingkat kabupaten, dan disini saya tertarik untuk mengambil judul

dilokasi penelitian Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Sungai Tabuk, Kecamatan

Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan pada bagian

terdahulu diatas maka, tujuan penelitian yang dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengatahui bentuk-bentuk Pembiasaan Berpakaian Islami di Madrasah

Tsanawiyah Ar-rahmah Sungai Tabuk.

2. Mengetahui cara-cara Pelaksanaan Pembiasaan Berpakaian Islami di

Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Sungai Tabuk.

F. Signifikasi Pendidikan

Hasil penelitian ini baik secara teori maupun praktis diharapkan

mempunyai kegunaan sebagai berikut:

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. BAB I.pdf · Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola hidup remaja saat ini. Mudahnya memperoleh informasi seakan akan memudahkan mereka

12

a. Teori pengetahuan yang diperoleh dari penelitian ini bermanfaat bagi

pengembangan mata pelajaran akidah akhlak.

b. Untuk memberikan pengatahuan kepada siswa siswi di Madrasah

Tsanawiyah Ar-rahmah Sungai Tabuk tentang bentuk-bentuk Pembiasaan

berpakaian Islami.

c. Sebagai bahan informasi tentang bentuk-bentuk Pembiasaan berpakaian

Islami di Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Sungai Tabuk.

d. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang bentuk-bentuk

Pembiasaan berpakaian Islami di Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Sungai

Tabuk.

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan Sebelum, terdapat beberapa kajian yang membahas

tentang Pembiasaan berpakain islami di Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Sungai

Tabuk . Dengan demikian penelitian ini bukanlah penelitian yang benar-benar

baru. Oleh karena itu terdapat penekanan penulisan dalam penelitian ini agar

berbeda dengan penelitian-penelitian lain yang terdahulu sudah dilakukan. Dalam

kaitannya dengan Pembiasaan berpakain Islami. Berikut ini adalah beberapa hasil

penulusuran yang dilakukan oleh peneliti:

1. Skripsi yang berjudul penerapan busana muslimah disekolah menengah

islam (SMIP) Martapura, oleh ibu Herawaty Diah tahun 1987, yang

membahas tentang kewajiban atau keharusan berpakaian islami, karena saat

itu marak dengan berpakain tanpa kerudung atau jilbab. Hasil dari

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. BAB I.pdf · Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola hidup remaja saat ini. Mudahnya memperoleh informasi seakan akan memudahkan mereka

13

penelitian itu ternyata kesadaran siswa dianggap kurang karena diluar

sekolah mereka kembali memakai pakaian tanpa kerudung atau tidak

berpakaian islami. Mereka berpakaian busana muslimah hanya karena ada

peraturan sekolah itu. Tidak menganggapnya sebuah kewajiban yang

dipakai di manapun dan kapanpun. Jadi yang diteliti lebih kepada kesadaran

dan ketaatan siswa dalam berbusana muslimah.

2. Kemudian skripsi yang berjudul, persepsi ulama tentang makna tasyabbuh

dalam hadist, oleh Bapak Sukami tahun 1989, yang isinya menggali

pendapat ulama di kalimantan selatan tentang tasyabbuh berpakaian,

perilaku dan perhiasan, yang mana kesimpulannya tasyabbuh itu haram.

Adapun dalam penelitian ini untuk mengatahui bagaimana pembiasaan

berpakaian islami di Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Kecamatan Sungai Tabuk

Kabupaten Banjar dan bagaimana pemahaman mereka dalam bentuk-bentuk

pembiasaan berpakaian Islami serta bagaimana cara-cara pembiasaan berpakaian

Islami.

Seseorang yang berpakaian ketat, mini, transparan adalah bertentangan

dengan hukum agama Islam dan tentu mengundang perbuatan maksiat dan bisa

mendatangkan bencana. Beda dengan mereka yang berpakaian Islami.

Penulis mencoba meneliti masalah pembiasaan berpakaian Islami di

Madrasah Tsanawiyah Ar-rahmah Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar

( studi perubahan nilai keagamaan) ini dalam sebuah karya ilmiah. Karena

penelitian yang sama seperti ini belum ada yang melakukannya.

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. BAB I.pdf · Kemajuan teknologi berperan dalam mengubah pola hidup remaja saat ini. Mudahnya memperoleh informasi seakan akan memudahkan mereka

14

H. Sistematika penulisan

Untuk mempermudah pemahaman mengenai pembahasan ini, maka

penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

definisi operasional, rumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian,

signifikansi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan tinjauan teoritis, terdiri dari pengertian pembiasaan,

pengertian berpakaian, pengertian Islam, bentuk-bentuk pembiasaan berpakaian

islami, dan cara-cara pembiasaan berpakaian Islami.

Bab III merupakan metode penelitian, terdiri dari jenis dan pendekatan

penelitian, desain penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data,

teknik pengumpulan dan pengolahan data, analisis data, dan prosedur penelitian.

Bab IV merupakan laporan hasil penelitian, terdiri dari gambarann umum

lokasi penelitian, penyajian, dan analisis data.

Bab V merupakan penutup dari penelitian ini, meliputi: simpulan seluruh

penelitian dan saran konstruktif berkaitan dengan penelitian ini.