bab 1. pendahuluan

40
Laporan Akhir Studi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perencanaan Program Pembangunan Provinsi Lampung yang telah tersinkronisasi dengan program Pembangunan Nasional sampai dengan tahun 2020 diantaranya pada sektor perhubungan adalah “Terwujudnya pelayanan perhubungan yang semakin efisien dan efektif dan memberikan nilai tambah”. Pelayanan perhubungan yang efisien dan diindikasikan oleh penyelengaraan perhubungan yang semakin pendek dari sisi jarak dan waktu disertai dengan pola operasi yang aman (security), selamat (safety), tepat waktu (punctuality), terpelihara, mencukupi kebutuhan, menjangkau seluruh kabupaten serta mampu mendukung pembangunan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pelayanan perhubungan yang mampu mendorong pertumbuhan produksi dan ekonomi wilayah melalui iklim usaha yang kondusif bagi berkembangnya peran serta masyarakat. Melalui kelancaran mobilitas orang dan distribusi barang ke seluruh wilayah provinsi yang terdiri dari 15 kabupaten/kota, serta pergerakan arus barang ke wilayah provinsi yang saling berbatasan/berdekatan dapat dicapai melalui konsep multi-gate dengan pembagian kewilayahan timur – barat dan penerapan konsep yang menghubungkan seluruh titik-titik kota/kabupaten dan kecamatan di 1 - 1

Upload: dwi-joko-winarno

Post on 16-Feb-2016

219 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Studi Pola Jaringan Trayek

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

BAB 1.PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Perencanaan Program Pembangunan Provinsi Lampung yang telah tersinkronisasi dengan program Pembangunan Nasional sampai dengan tahun 2020 diantaranya pada sektor perhubungan adalah “Terwujudnya pelayanan perhubungan yang semakin efisien dan efektif dan memberikan nilai tambah”.

Pelayanan perhubungan yang efisien dan diindikasikan oleh penyelengaraan perhubungan yang semakin pendek dari sisi jarak dan waktu disertai dengan pola operasi yang aman (security), selamat (safety), tepat waktu (punctuality), terpelihara, mencukupi kebutuhan, menjangkau seluruh kabupaten serta mampu mendukung pembangunan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pelayanan perhubungan yang mampu mendorong pertumbuhan produksi dan ekonomi wilayah melalui iklim usaha yang kondusif bagi berkembangnya peran serta masyarakat. Melalui kelancaran mobilitas orang dan distribusi barang ke seluruh wilayah provinsi yang terdiri dari 15 kabupaten/kota, serta pergerakan arus barang ke wilayah provinsi yang saling berbatasan/berdekatan dapat dicapai melalui konsep multi-gate dengan pembagian kewilayahan timur – barat dan penerapan konsep yang menghubungkan seluruh titik-titik kota/kabupaten dan kecamatan di provinsi yang memiliki potensi pengembangan pelabuhan laut; pelayaran rakyat; maupun angkutan sungai, danau dan penyeberangan yang dapat dikembangakan untuk trayek angkutan laut perintis.

Dalam sistem transportasi, pelabuhan merupakan suatu simpul dari mata rantai kelancaran angkutan laut dan darat, yang selanjutnya berfungsi sebagai kegiatan peralihan antar moda transportasi. Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi, mengharuskan setiap pelabuhan memiliki kerangka dasar rencana pengembangan dan pembangunan pelabuhan. Kerangka dasar tersebut tertuang dalam suatu rencana pengembangan tata ruang yang kemudian dijabarkan dalam suatu tahapan pelaksanaan pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang. Hal ini diperlukan untuk menjamin kepastian usaha dan pelaksanaan pembangunan pelabuhan yang terencana, terpadu, tepat guna, efisien dan berkesinambungan.

1 - 1Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

Page 2: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

Dengan latar belakang tersebut, Dinas Perhubungan Provinsi Lampung pada Tahun Anggaran 2015 ini mengadakan kegiatan "Studi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung".

1.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN

1.2.1. Maksud Kegiatan

Maksud kegiatan ini diharapkan keberadaan pelabuhan yang ada dapat difungsikan secara optimal dan yang utama untuk menata jaringan transportasi laut khususnya angkutan penumpang dan barang melalui pelabuhan antar pulau yang ada dalam wilayah Provinsi Lampung dan sekitar pelabuhan terdekat di sekitar perbatasan luar provinsi.

1.2.2. Tujuan Kegiatan

Tujuan dari penyusunan Studi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung adalah:a. Melakukan survey dan menyusun rencana teknis pola pelayaran pada pelabuhan

eksistingb. Memberikan informasi tentang kondisi hinterland pelabuhanc. Memberikan informasi pergerakan lalu lintas kapal antar pulau dalam wilayah

Provinsi Lampungd. Melaksanakan investigasi untuk mendapatkan identifikasi karakteristik dan

kondisi kesesuaian kapal yang akan dipergunakan dalam pelayaran angkutan laut perintis dalam kaitannya dengan keselamatan pelayaran

1.2.3. Sasaran Kegiatan

Tersusunnya dokumen Studi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis di Wilayah Provinsi Lampung.

1 - 2

Page 3: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

1.3. RUANG LINGKUP

1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah

Lokasi pekerjaan dilaksanakan pada pelabuhan eksisting yang meliputi dan tidak terbatas pada:a. Pelabuhan di Mesuji – Pelabuhan OKI - Pelabuhan Bangka Belitung b. Pelabuhan di Mesuji - Jakarta

1.3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Lingkup Pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam pekerjaan ini meliputi perencanaan pola pelayaran di wilayah Provinsi Lampung: 1) Mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan pekerjaan ini seperti studi

terdahulu, data hidrologi, data hidro-oceanografi dan sosial ekonomi wilayah2) Menyusun metode pelaksanaan pekerjaan dan persiapan pelaksanaan survey

lapangan 3) Melaksanakan survey yang meliputi:

- Survey permintaan dan penawaran kebutuhan ruang kapal asal dan tujuan;- Survey kelayakan fasilitas pelabuhan asal dan tujuan;- Analisa kebutuhan biaya operasional kapal untuk angkutan barang dan

penumpang/mil laut;- Survey mobilitas penduduk;- Survey komoditas unggulan.

4) Sistem rute pelayaran, pergerakan lalu lintas kapal, perkembangan dimensi kapal, jenis kapal dan sarana bantu navigasi pelayaran

Kegiatan tersebut dilakukan secara bertahap dengan tahapan sebagai berikut:1) Pekerjaan Persiapan

Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah menelaah tata letak pelabuhan pada lokasi serta melakukan observasi singkat

2) Tahap identifikasi dan pengumpulan data a. Proses pengumpulan data dalam rangka untuk mengidentifikasi karakteristik

kegiatan pada pelabuhan eksisting yang meliputi: kebutuhan sarana dan prasarana pelabuhan, mobilisasi barang dan penumpang/asal dan tujuan pada setiap daerah dan daerah bangkitan yag akan dilalui

1 - 3

Page 4: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

b. Kondisi alur pelayaran; kepadatan lalu lintas, ukuran dan sarat (draft) kapal; arus dan pasang surut; kondisi cuaca dan ship’s routeing system.

c. Sistem rute pelayaran daerah lalu lintas pedalaman (inshore-traffic zones); bila pelabuhan tersebut masuk dalam jaringan trayek pelayaran

3) Tahap estimasi volume dan biayaSecara teknis kegiatan angkutan khususnya dalam angkutan perintis beberapa komponen biaya menjadi perhitungan pokok untuk itu komponen-komponen harus dirumuskan dan disusun sesuai dengan pola yang berlaku pada angkutan laut perintis.

4) Tahap analisaPada tahap ini, dari hasil inventarisasi fasilitas pelabuhan dan pengumpulan data diolah untuk menjadi masukkan (input) yang diperhitungkan dari beberapa aspek politik, sosial, ekonomi dan budaya; sehingga proses analisa Studi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis ini dapat dipertanggung jawabkan.

5) Keluaran a. Laporan Pendahuluan berisikan kegiatan persiapan/rencana pelaksanaan

pekerjaan; metodologi; jadwal waktu pelaksanaan dan gambaran umum pekerjaan.

b. Laporan Antara berupa hasil survey lapangan berupa data primer. c. Laporan Akhir Sementara yang memuat hasil survey lapangan, data primer

dan hasil analisa survey. d. Laporan Akhir yang merupakan hasil revisi dan masukkan dari hasil

ekspose/diskusi dengan seluruh stakeholder terkait yang diserahkan hasil survey lapangan, data primer dan hasil analisa survey.

1.4. DATA PENUNJANG

1.4.1 Data Dasar1. Rencana Induk Pelabuhan Panjang2. Pelabuhan laut di Provinsi Lampung3. Kondisi geografis4. Seluruh peraturan teknis yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan ini5. Studi – studi terdahulu dan seluruh data penunjang yang pernah dilaksanakan

1 - 4

Page 5: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

1.4.2. Referensi Peraturan

1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan hidup;4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Pedoman Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional;5. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan;6. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian;7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011;8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan

Maritim;9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 Tentang

Penyelenggaraan Pelabuhan Laut;10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman

dan Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan;11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan;12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggaraan Pelabuhan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 44 Tahun 2011;

13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 63 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan;

14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 5 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP);

15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 68 Tahun 2011 tentang Alur pelayaran di Laut;

16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2012 Tentang Tentang Pelayaran Sungai dan Danau

17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 34 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran Utama;

18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan;

1 - 5

Page 6: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

19. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi;

20. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 53 Tahun 2011 tentang Pemanduan;

21. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 58 Tahun 2013 tentang Penanggulangan Pencemaran di Perairan dan Pelabuhan;

22. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2011 tentang Telekomunikasi – Pelayaran;

23. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional;

24. Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung;

25. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014-2034;

26. Peraturan Daerah Kabupaten Mesuji Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mesuji Tahun 2011 – 2031;

27. Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2013 – 2033;

28. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta 2030.

1.4.3. Tinjauan Kebijakan

1.4.3.1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional dan perwujudan Wawasan Nusantara, perlu disusun sistem transportasi nasional yang efektif dan efisien, dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang, dan jasa, membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis, serta mendukung pengembangan wilayah dan lebih memantapkan perkembangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, turut mendukung pertahanan dan keamanan, serta peningkatan hubungan internasional.

1 - 6

Page 7: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

Transportasi merupakan sarana untuk memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, dalam rangka memantapkan perwujudan Wawasan Nusantara, meningkatkan serta mendukung pertahanan dan keamanan negara, yang selanjutnya dapat mempererat hubungan antarbangsa. Pentingnya transportasi tersebut tercermin pada penyelenggaraannya yang mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara serta semakin meningkatnya kebutuhan jasa angkutan bagi mobilitas orang dan barang dalam negeri serta ke dan dari luar negeri. Di samping itu, transportasi juga berperan sebagai penunjang, pendorong, dan penggerak bagi pertumbuhan daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar tetapi belum berkembang, dalam upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil- hasilnya.

Menyadari pentingnya peran transportasi tersebut, angkutan laut sebagai salah satu moda transportasi harus ditata dalam satu kesatuan sistem transportasi nasional yang terpadu dan mampu mewujudkan penyediaan jasa transportasi yang seimbang sesuai dengan tingkat kebutuhan dan tersedianya pelayanan angkutan yang selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, polusi rendah, dan efisien.

Angkutan laut yang mempunyai karakteristik pengangkutan secara nasional dan menjangkau seluruh wilayah melalui perairan perlu dikembangkan potensi dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung antarwilayah, baik nasional maupun internasional termasuk lintas batas, karena digunakan sebagai sarana untuk menunjang, mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat serta menjadi perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengingat penting dan strategisnya peranan angkutan laut yang menguasai hajat hidup orang banyak maka keberadaannya dikuasai oleh negara yang pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah.

Undang-Undang tentang Pelayaran yang memuat empat unsur utama yakni angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran, serta perlindungan lingkungan maritim dapat diuraikan sebagai berikut:a. pengaturan untuk bidang angkutan di perairan memuat prinsip pelaksanaan asas

cabotage dengan cara pemberdayaan angkutan laut nasional yang memberikan iklim kondusif guna memajukan industri angkutan di perairan, antara lain adanya kemudahan di bidang perpajakan, dan permodalan dalam pengadaan kapal serta adanya kontrak jangka panjang untuk angkutan; Dalam rangka

1 - 7

Page 8: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

pemberdayaan industri angkutan laut nasional, dalam Undang Undang ini diatur pula mengenai hipotek kapal. Pengaturan ini merupakan salah satu upaya untuk meyakinkan kreditor bahwa kapal Indonesia dapat dijadikan agunan berdasarkan peraturan perundang-undangan, sehingga diharapkan perusahaan angkutan laut nasional akan mudah memperoleh dana untuk pengembangan armadanya;

b. pengaturan untuk bidang kepelabuhanan memuat ketentuan mengenai penghapusan monopoli dalam penyelenggaraan pelabuhan, pemisahan antara fungsi regulator dan operator serta memberikan peran serta pemerintah daerah dan swasta secara proposional di dalam penyelenggaraan kepelabuhanan;

c. pengaturan untuk bidang keselamatan dan keamanan pelayaran memuat ketentuan yang mengantisipasi kemajuan teknologi dengan mengacu pada konvensi internasional yang cenderung menggunakan peralatan mutakhir pada sarana dan prasarana keselamatan pelayaran, di samping mengakomodasi ketentuan mengenai sistem keamanan pelayaran yang termuat dalam “International Ship and Port Facility Security Code”; dan

d. pengaturan untuk bidang perlindungan lingkungan maritim memuat ketentuan mengenai pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan laut yang bersumber dari pengoperasian kapal dan sarana sejenisnya dengan mengakomodasikan ketentuan internasional terkait seperti “International Convention for the Prevention of Pollution from Ships”.

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim.

Pelayaran yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran, dan perlindungan lingkungan maritim, merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang harus dikembangkan potensi dan peranannya untuk mewujudkan sistem transportasi yang efektif dan efisien, serta membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis. Pelayaran diselenggarakan dengan tujuan:a. memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang melalui perairan dengan

mengutamakan dan melindungi angkutan di perairan dalam rangka memperlancar kegiatan perekonomian nasional;

b. membina jiwa kebaharian;c. menjunjung kedaulatan negara;d. menciptakan daya saing dengan mengembangkan industri angkutan perairan

nasional;

1 - 8

Page 9: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

e. menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan pembangunan nasional;

f. memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara; dan

g. meningkatkan ketahanan nasional.

Kegiatan angkutan laut dalam negeri disusun dan dilaksanakan secara terpadu, baik intra-maupun antarmoda yang merupakan satu kesatuan sistem transportasi nasional. Kegiatan angkutan laut dalam negeri dilaksanakan dengan trayek tetap dan teratur (liner) serta dapat dilengkapi dengan trayek tidak tetap dan tidak teratur (tramper). Kegiatan angkutan laut dalam negeri yang melayani trayek tetap dan teratur dilakukan dalam jaringan trayek. Jaringan trayek tetap dan teratur angkutan laut dalam negeri disusun dengan memperhatikan:a. pengembangan pusat industri, perdagangan, dan pariwisata;b. pengembangan wilayah dan/atau daerah;c. rencana umum tata ruang;d. keterpaduan intra-dan antarmoda transportasi; dane. perwujudan Wawasan Nusantara.

Penyusunan jaringan trayek tetap dan teratur dilakukan bersama oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan asosiasi perusahaan angkutan laut nasional dengan memperhatikan masukan asosiasi pengguna jasa angkutan laut. Jaringan trayek tetap dan teratur ditetapkan oleh Menteri.

1.4.3.2. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting dan strategis sehingga penyelenggaraannya dikuasasi oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan nasional, dan memperkukuh ketahanan nasional.

Pembinaan pelabuhan yang dilakukan oleh Pemerintah meliputi aspek pengaturan, pengendalian, dan pengawasan. Aspek pengaturan mencakup perumusan dan penentuan kebijakan umum maupun teknis operasional. Aspek pengendalian mencakup pemberian pengarahan bimbingan dalam pembangunan dan pengoperasian pelabuhan. Sedangkan aspek pengawasan dilakukan terhadap penyelenggaraan kepelabuhanan.

1 - 9

Page 10: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

Pembinaan kepelabuhanan dilakukan dalam satu kesatuan Tatanan Kepelabuhanan Nasional yang ditujukan untuk mewujudkan kelancaran, ketertiban, keamanan dan keselamatan pelayaran dalam pelayanan jasa kepelabuhanan, menjamin kepastian hukum dan kepastian usaha, mendorong profesionalisme pelaku ekonomi di pelabuhan, mengakomodasi teknologi angkutan, serta meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing dengan tetap mengutamakan pelayanan kepentingan umum.

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, pengaturan untuk bidang kepelabuhanan memuat ketentuan mengenai penghapusan monopoli dalam penyelenggaran pelabuhan, pemisahan antara fungsi regulator dan operator serta memberikan peran serta pemerintah daerah dan swasta secara proporsional di dalam penyelenggaraan kepelabuhanan.

Untuk kepentingan tersebut di atas maka dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai Rencana Induk Pelabuhan Nasional, penetapan lokasi, rencana induk pelabuhan serta Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan, penyelenggaran kegiatan di pelabuhan, perizinan pembangunan dan pengoperasian pelabuhan atau terminal, terminal khusus dan terminal untuk kepentingan sendiri, penarifan, pelabuhan dan terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dan sistem informasi pelabuhan.

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi. Sedangkan kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra-dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah.

Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai Tatanan Kepelabuhanan Nasional, Rencana Induk Pelabuhan serta Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan, penyelenggaraan kegiatan di pelabuhan, pembangunan dan

1 - 10

Page 11: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

pengoperasian pelabuhan, terminal khusus dan terminal untuk kepentingan sendiri, penarifan, pelabuhan dan terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri, dan sistem informasi pelabuhan.

Tatanan Kepelabuhanan Nasional diwujudkan dalam rangka penyelenggaraan pelabuhan yang andal dan berkemampuan tinggi, menjamin efisiensi, dan mempunyai daya saing global untuk menunjang pembangunan nasional dan daerah yang ber-Wawasan Nusantara. Tatanan Kepelabuhanan Nasional merupakan sistem kepelabuhanan secara nasional yang menggambarkan perencanaan kepelabuhanan berdasarkan kawasan ekonomi, geografi, dan keunggulan komparatif wilayah, serta kondisi alam. Tatanan Kepelabuhanan Nasional memuat:a. peran, fungsi, jenis, dan hierarki pelabuhan;b. Rencana Induk Pelabuhan Nasional; danc. lokasi pelabuhan.

Pelabuhan memiliki peran sebagai:a. simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya;b. pintu gerbang kegiatan perekonomian;c. tempat kegiatan alih moda transportasi;d. penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan;e. tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang; danf. mewujudkan Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara.

Rencana Induk Pelabuhan Nasional yang merupakan perwujudan dari Tatanan Kepelabuhanan Nasional digunakan sebagai pedoman dalam penetapan lokasi, pembangunan, pengoperasian, pengembangan pelabuhan, dan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan. Rencana Induk Pelabuhan Nasional merupakan kebijakan pengembangan pelabuhan secara nasional untuk jangka panjang. Rencana Induk Pelabuhan Nasional memuat:a. kebijakan pelabuhan nasional; danb. rencana lokasi dan hierarki pelabuhan.

Menteri menetapkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. Rencana Induk Pelabuhan Nasional dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

1 - 11

Page 12: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

1.4.3.3. Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN)

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran juga mengamanatkan bahwa Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) disusun sebagai kerangka kebijakan untuk memfasilitasi tercapainya visi tersebut. RIPN akan menjadi acuan bagi pembangunan bidang kepelabuhanan di Indonesia. Di dalam RIPN juga terdapat prediksi lalu-lintas pelabuhan, kebutuhan pengembangan fisik pelabuhan, kebutuhan investasi dan strategi pendanaan, program modernisasi pelabuhan dan integrasinya dengan pembangunan ekonomi dalam kerangka sistem transportasi nasional.

Berdasarkan amanat pasal 8 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, maka dikeluarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional. RIPN disusun dengan mengintegrasikan rencana lintas sektor, mencakup keterkaitan antara sistem transportasi nasional dan rencana pengembangan koridor ekonomi serta sistem logistik nasional, rencana investasi dan implementasi kebijakan, peran serta pemerintah dan swasta, serta pembagian wewenang pemerintah pusat dan daerah. Integrasi tersebut menjadi landasan utama untuk perencanaan dan investasi jangka panjang dimana bentuknya tidak hanya berupa pembangunan fisik namun juga menyangkut peningkatan efisiensi dan upaya memaksimalkan pemanfaatan kapasitas pelabuhan yang ada serta berbagai langkah terkait dengan aspek pengaturan, kelembagaan, dan operasional pelabuhan.

Kebijakan pelabuhan nasional merupakan bagian dalam proses integrasi multimoda dan lintas sektoral. Peran pelabuhan tidak dapat dipisahkan dari sistem transportasi nasional dan strategi pembangunan ekonomi. Oleh karena itu kebijakan tersebut lebih menekankan pada perencanaan jangka panjang dalam kemitraan antar lembaga pemerintah dan antar sektor publik dan swasta. Munculnya rantai pasok global (supply chain management) sebagai model bisnis yang diunggulkan, merupakan faktor kunci dalam perubahan ekonomi global. Perkembangan teknologi informasi komunikasi dan transportasi mempengaruhi strategi bisnis yang terintegrasi antara produksi, pemasaran, transportasi, distribusi dan klaster industri dalam koridor ekonomi.

Kebijakan pelabuhan nasional akan merefleksikan perkembangan sektor kepelabuhanan menjadi industri jasa kepelabuhanan kelas dunia yang kompetitif dan sistem operasi pelabuhan sesuai dengan standar internasional baik dalam bidang keselamatan pelayaran maupun perlindungan lingkungan maritim. Tujuannya adalah

1 - 12

Page 13: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

untuk memastikan sektor pelabuhan dapat meningkatkan daya saing, mendukung perdagangan, terintegrasi dengan sistem multi-moda transportasi dan sistem logistik nasional. Kerangka hukum dan peraturan akan diarahkan dalam upaya menjamin kepastian usaha, mutu pelayanan yang lancar dan cepat, kapasitas mencukupi, tertib, selamat, aman, tepat waktu,tarif terjangkau, kompetitif, aksesibilitas tinggi dan tata kelola yang baik. Kebijakan tersebut akan terus dibangun dan dikembangkan berdasarkan konsensus dan komitmen dari para pemangku kepentingan.

Penyusunan rencana kebutuhan pengembangan pelabuhan didasarkan pada pendekatan penilaian kapasitas pelabuhan dan memperhatikan skema pembangunan untuk masing-masing pelabuhan. Selain kebijakan pemerintah, juga telah diperhatikan program pembangunan pelabuhan strategis di Indonesia. Kebijakan pemerintah yang menjadi dasar utama bagi pengembangan pelabuhan meliputi:(a) prioritas pengembangan konektivitas dan prasarana pelabuhan untuk mendukung

program koridor perekonomian Indonesia tahun 2025;(b) Cetak Biru Transportasi Multimoda/Antarmoda untuk mendukung Sistem

Logistik Nasional; dan (c) Rencana Strategis Sektor Perhubungan.

Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan laut di Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan hierarki yang terdiri atas:1. Pelabuhan Utama (yang berfungsi sebagai Pelabuhan Internasional dan

Pelabuhan Hub Internasional);2. Pelabuhan Pengumpul; dan3. Pelabuhan Pengumpan, yang terdiri atas:

a. Pelabuhan Pengumpan Regional;b. Pelabuhan Pengumpan Lokal.

Hierarki pelabuhan sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan memperhatikan kriteria teknis sebagai berikut:1. Pelabuhan Utama:

a. kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar internasional;b. berada dekat dengan jalur pelayaran internasional ± 500 mil dan jalur

pelayaran nasional ± 50 mil;c. memiliki jarak dengan pelabuhan utama lainnya minimal 200 mil;d. memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombange. kedalaman kolam pelabuhan minimal –9 m - LWS;

1 - 13

Page 14: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

f. berperan sebagai tempat alih muat peti kemas/curah/general cargo/penumpang internasional;

g. melayani angkutan peti kemas sekitar 300.000 TEUs/tahun atau angkutan lain yang setara;

h. memiliki dermaga peti kemas/curah/general cargo minimal 1 (satu) tambatan, peralatan bongkar muat peti kemas/curah/general cargo serta lapangan penumpukan/gudang penyimpanan yang memadai;

i. berperan sebagai pusat distribusi peti kemas/curah/general cargo/penumpang di tingkat nasional dan pelayanan angkutan peti kemas internasional;

2. Pelabuhan Pengumpul:a. kebijakan Pemerintah yang meliputi pemerataan pembangunan nasional dan

meningkatkan pertumbuhan wilayah;b. memiliki jarak dengan pelabuhan pengumpul lainnya setidaknya 50 mil;c. berada dekat dengan jalur pelayaran nasional ± 50 mil;d. memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang;e. berdekatan dengan pusat pertumbuhan wilayah ibukota provinsi dan

kawasan pertumbuhan nasional;f. kedalaman minimal pelabuhan –7 m-LWS;g. memiliki dermaga multipurpose minimal 1 tambatan dan peralatan bongkar

muat;h. berperan sebagai pengumpul angkutan peti kemas/curah/general

cargo/penumpang nasional;i. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional.

3. Pelabuhan Pengumpan Regional:a. berpedoman pada tata ruang wilayah provinsi dan pemerataan pembangunan

antarprovinsi;b. berpedoman pada tata ruang wilayah kabupaten/kota serta pemerataan dan

peningkatan pembangunan kabupaten/kota;c. berada di sekitar pusat pertumbuhan ekonomi wilayah provinsi;d. berperan sebagai pengumpan terhadap Pelabuhan Pengumpul dan Pelabuhan

Utama;e. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang dari/ke

Pelabuhan Pengumpul dan/atau Pelabuhan Pengumpan lainnya;f. berperan melayani angkutan laut antar kabupaten/kota dalam propinsi;g. memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang;

1 - 14

Page 15: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

h. melayani penumpang dan barang antar kabupaten/kota dan/atau antar kecamatan dalam 1 (satu) provinsi;

i. berada dekat dengan jalur pelayaran antar pulau ± 25 mil;j. kedalaman maksimal pelabuhan –7 m-LWS;k. memiliki dermaga dengan panjang maksimal 120 m;l. memiliki jarak dengan Pelabuhan Pengumpan Regional lainnya 20 – 50 mil.

4. Pelabuhan Pengumpan Lokal:a. Berpedoman pada tata ruang wilayah kabupaten/kota dan pemerataan serta

peningkatan pembangunan kabupaten/kota;b. Berada di sekitar pusat pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota;c. Memiliki luas daratan dan perairan tertentu dan terlindung dari gelombang;d. Melayani penumpang dan barang antar kabupaten/kota dan/atau antar

kecamatan dalam 1 (satu) kabupaten/kota;e. berperan sebagai pengumpan terhadap Pelabuhan Utama, Pelabuhan

Pengumpul, dan/atau Pelabuhan Pengumpan Regional;f. berperan sebagai tempat pelayanan penumpang di daerah terpencil,

terisolasi, perbatasan, daerah terbatas yang hanya didukung oleh moda transportasi laut;

g. berperan sebagai tempat pelayanan moda transportasi laut untuk mendukung kehidupan masyarakat dan berfungsi sebagai tempat multifungsi selain sebagai terminal untuk penumpang juga untuk melayani bongkar muat kebutuhan hidup masyarakat disekitarnya;

h. berada pada lokasi yang tidak dilalui jalur transportasi laut reguler kecuali keperintisan;

i. kedalaman maksimal pelabuhan –4 m-LWS;j. memiliki fasilitas tambat atau dermaga dengan panjang maksimal 70 m;k. memiliki jarak dengan Pelabuhan Pengumpan Lokal lainnya 5 – 20 mil.

1.4.3.4. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung telah disahkan sebagai peraturan daerah yang tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2009 sampai dengan 2029.

Sistem Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan terdiri atas sistem jaringan transportasi sungai, sistem jaringan transportasi danau, dan sistem jaringan

1 - 15

Page 16: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

transportasi penyeberangan. Perencanaan sistem transportasi sungai, danau, dan penyeberangan terdiri dari:a. pelabuhan penyeberangan Bakauheni dan Ketapang yang berfungsi sebagai

pelabuhan penyeberangan antar Pulau Sumatera – Pulau Jawa;b. pelabuhan Srengsem, pelabuhan Ketapang dan pelabuhan Batu Balai akan

dipersiapkan untuk mengantisipasi peningkatan arus penyeberangan pada pelabuhan Bakauheni;

c. pelabuhan penyeberangan lokal yang berfungsi sebagai penghubung antara daratan dengan pulau-pulau terluar, meliputi Canti – Pulau Sebesi – Pulau Sebuku; Telukbetung – Ketapang – Pulau Pahawang – Pulau Legundi; Krui – Pulau Pisang; Mesuji Atas – Wiralaga; Sungai Sidang – Pulau Jawa; dan Kota Agung – Tabuan;

d. transportasi sungai yang meliputi Kuala Teladas, Way Sekampung Hilir, Way Tulang Bawang Hilir, dan Way Seputih;

e. transportasi danau di obyek wisata Lumbok Kabupaten Lampung Barat;f. pengembangan pelabuhan penyeberangan lainnya yang berfungsi untuk

menunjang perkembangan aktivitas ekonomi wilayah regional dengan pelayanan mobilitas orang dan barang serta kebutuhan perikanan dan pariwisata;

g. pembangunan jembatan penyeberangan yang menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa yang melintasi Selat Sunda.

Sistem Jaringan Transportasi Laut:

Peningkatan fungsi pelabuhan pelabuhan laut meliputi pelabuhan internasional, pelabuhan nasional, pelabuhan regional, dan pelabuhan lokal. Rencana peningkatan fungsi pelabuhan-pelabuhan laut, melalui:a. penetapan pelabuhan utama di pelabuhan Panjang yang selama ini berfungsi

sebagai pelabuhan barang untuk kegiatan ekspor impor;b. penetapan pelabuhan Pengumpul di pelabuhan Kota Agung;c. penetapan pelabuhan Pengumpan di pelabuhan Mesuji, Batu Balai, Telukbetung,

Ketapang, Legundi, Sebesi, Kuala Penet, Labuhan Maringgai, Way Sekampung, Tabuan, Teladas, Menggala, Bengkunat dan Kelumbayan, Krui, Kalianda, Way Seputih dan Sungai Burung;

d. pengembangan beberapa pelabuhan khusus di beberapa titik pengembangan di pesisir pantai barat, pesisir pantai timur dan pesisir pantai selatan.

1 - 16

Page 17: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

1.4.3.5. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Mesuji

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mesuji telah disahkan sebagai peraturan daerah yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Mesuji Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mesuji Tahun 2011 – 2031.

Sistem Jaringan Prasarana Utama berupa sistem jaringan transportasi meliputi: (a). sistem jaringan transportasi darat; dan (b). sistem jaringan perkeretaapian.

Rencana sistem jaringan transportasi darat meliputi:a. jaringan jalan;b. jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan;c. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dand. jaringan angkutan sungai, danau dan penyeberangan (ASDP).

Sistem jaringan perkerataapian berupa rencana sistem jaringan rel Kereta Api fider Simpang Pematang – Terbanggi Besar.

Rencana jaringan jalan meliputi:a. jaringan jalan nasional;b. jaringan jalan provinsi;c. jaringan jalan kabupaten; dand. jembatan.

Rencana jaringan jalan nasional meliputi:a. Pemantapan jaringan arteri primer pada jaringan jalan Lintas Timur Pulau

Sumatera melalui ruas Pematang Panggang – Mesuji – Simpang Unit VII – Simpang Bujung Tenuk; dan

b. jalan arteri primer berupa jalan yang menghubungkan Bandar Lampung dengan Palembang melalui ruas Pematang Panggang -Simpang Pematang – Simpang Bujung Tenuk.

Rencana jaringan jalan provinsi yang berfungsi sebagai jalan kolektor primer 2, berupa pengembangan ruas jalan Simpang Pematang – Wiralaga.

Rencana jaringan jalan kabupaten meliputi:

1 - 17

Page 18: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

a. jalan lokal primer yang merupakan penghubung antar ibu kota kecamatan meliputi:1. ruas jalan Simpang Pematang - Pancajaya - Mesuji;2. ruas jalan Simpang Pematang – Way Serdang; dan 3. ruas jalan Tanjung Raya – Mesuji Timur – Rawajitu Utara.

b. jalan lokal primer yang menghubungkan ke pusat pemerintahan meliputi:1. perkotaan Mesuji – Mesuji Timur – Rawajitu Utara; dan2. perkotaan Mesuji – Tanjung Raya – Panca Jaya – Simpang Pematang

– Way Serdang.

c. jalan lokal primer yang menghubungkan ke pusat pertanian (agropolitan) meliputi:1. perkotaan Mesuji –Mesuji Timur – Rawajitu Utara; dan2. perkotaan Mesuji – Simpang Pematang – Pancajaya - Way Serdang.

Rencana jembatan meliputi:a. jembatan yang menghubungkan Kecamatan Rawajitu Utara – Mesuji Timur; b. jembatan yang menghubungkan Kecamatan Mesuji Timur – Kecamatan

Mesuji.

Rencana jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan meliputi:a. mengembangkan jaringan trayek angkutan orang pada trayek utama, cabang,

dan ranting yang saling menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan Mesuji (Wiralaga) – Simpang Pematang -Bandar Lampung;

b. membuka jaringan trayek baru angkutan orang yang menghubungkan antara simpang pematang dengan wiralaga, Mesuji Atas – simpang Pematang, Mesuji – Palembang, Mesuji – Bandar Lampung, Mesuji atas Bandar Lampung.

c. mengembangkan moda transportasi jalan melalui penyelenggaraan angkutan umum yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau dengan penyediaan angkutan masal berbasis jalan terutama untuk trayek utama dan trayek cabang; dan

d. mengembangkan jaringan lintas angkutan barang antar wilayah kabupaten/kota, wilayah kecamatan dan wilayah perdesaan.

Rencana prasarana lalu lintas dan angkutan jalan meliputi:a. pembangunan terminal tipe C di Kecamatan Simpang Pematang;

1 - 18

Page 19: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

b. pembangunan terminal tipe C di Kecamatan Mesuji;c. pembangunan terminal tipe C di Kecamatan Mesuji Timur; dand. peningkatan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal yang memadai.

Rencana jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan (ASDP) meliputi: a. Alur pelayaran sungai meliputi:

1. Kecamatan Mesuji;2. Kecamatan Tanjung Raya;3. Kecamatan Mesuji Timur;4. Kecamatan Pancajaya; 5. Kecamatan Way Serdang; dan6. Kecamatan Rawajitu Utara.

b. Lintas Penyeberangan yaitu Kecamatan Mesuji – Kabupaten Ogan Komering Ilir.

c. Dermaga sungai meliputi:1. Meningkatkan pelayanan dermaga Wiralaga di Kecamatan Mesuji; 2. Pembangunan dermaga Angkutan Barang Sungai KTM di Kecamatan

Mesuji Timur; dan3. Pembangunan dermaga minapolitan di Kecamatan Rawa Jitu Utara.

1.4.3.6. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Bangka Belitung

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bangka Belitung telah disahkan sebagai peraturan daerah yang tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014 – 2034.

Sistem transportasi laut terdiri dari alur pelayaran dan pelabuhan.Wilayah perairan laut di Provinsi Bangka Belitung dilintasi oleh alur pelayaran internasional dan alur pelayaran nasional. Alur pelayaran internasional berfungsi untuk melayani jaringan pelayaran internasional yang menghubungkan antar pelabuhan internasional baik didalam satu Negara maupun antar Negara. Alur pelayaran internasional yang melintasi Provinsi Bangka Belitung melayani jaringan pelayaran internasional yang berasal dari/ke Amerika, Australia, Singapore, Cina, dan Timur Tengah. Alur pelayaran nasional berfungsi melayani jaringan pelayaran yang menghubungkan pelabuhan nasional dengan internasional, antar pelabuhan nasional, pelabuhan

1 - 19

Page 20: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

nasional dengan pelabuhan pengumpan regional, dan antar pelabuhan pengumpan regional.

Pelabuhan nasional mempunyai hirarki utama, pengumpul dan pengumpan, dimana Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai posisi yang strategis karena berada dalam lintasan jalur pelayaran nasional dan regional. Pelabuhan di Provinsi Bangka Belitung diarahkan sebagai prasarana penunjang fungsi pelayanan pusat-pusat kegiatan dan sebagai simpul pendukung pemasaran produk kawasan andalan ke pasar nasional, regional dan lokal. Berdasarkan RTRWN di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah ditetapkan pelabuhan Tanjung Pandan sebagai pelabuhan nasional. Namun berdasarkan program dan realita lapangan yang akan menjadi pelabuhan nasional adalah pelabuhan Tanjung Batu yang berada di selatan pelabuhan Tanjung Pandan.

Dengan demikian sistem pelabuhan laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sesuai dengan RTRWN dan kewenangan Pemerintah Provinsi adalah sebagai berikut:1. Pelabuhan pengumpul (nasional) adalah Pelabuhan Tanjung Batu di Kabupaten

Belitung2. Pelabuhan pengumpan (regional) meliputi :

a. Pelabuhan Muntok (Kab. Bangka Barat)b. Pelabuhan Pangkal Balam (Kota Pangkal Pinang)c. Pelabuhan Tanjung Berikat (Kab. Bangka Tengah)d. Pelabuhan Manggar (Kab. Belitung Timur)e. Pelabuhan Tanjung Pandan (Kab. Belitung)

3. Pelabuhan pengumpan (lokal) meliputi :a. Pelabuhan Belinyu (Kab. Bangka)b. Pelabuhan Sadai (Kab. Bangka Selatan)

Adapun angkutan penyeberangan meliputi simpul dan jalur sebagai berikut:1. Pelabuhan penyeberangan Tanjung Kalian (Kab. Bangka Barat) – Tanjung Api-

api (Provinsi Sumatera Selatan)

1 - 20

Page 21: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

2. Pelabuhan penyeberangan Tanjung Ru (Kab. Bangka Barat) – Pelabuhan Belinyu (Kab. Bangka)

3. Pelabuhan penyeberangan Pangkal Balam (Kota Pangkal Pinang) – Tanjung Pandan (Kab. Belitung)

4. Pelabuhan penyeberangan Sadai (Kab. Bangka Selatan)-Tanjung Pandan (Kab. Belitung) & Tanjung Api-api (Provinsi Sumatera Selatan)

Jalur pelayaran yang melintas dan menghubungkan pelabuhan-pelabuhan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah:1. Lintas penyeberangan antar pulau yaitu Pelabuhan Tanjung Pandan – Pelabuhan

Laut Pontianak (Kalimantan Barat)2. Lintas penyeberangan sabuk tengah yang menghubungkan pelabuhan :

a. Tanjung Api –api (Sumatera Selatan) – Tanjung Kalian (Bangka Barat)b. Pangkal Balam (Pangkal Pinang – Tanjung Pandan (Belitung)c. Pelabuhan Manggar (Belitung Timur) – Ketapang (Kalimantan Barat)

3. Lintas penyeberangan penghubung sabuk yaitu ;a. Pelabuhan Pangkal Balam – Tanjung Priok (DKI Jakarta)b. Pelabuhan Pangkal Balam – Tanjung Pandanc. Tanjung Pandan - Pelabuhan Laut Pontianak (Kalimantan Barat)

Sistem transportasi laut terdiri dari alur pelayaran dan pelabuhan.Wilayah perairan laut di Provinsi Bangka Belitung dilintasi oleh alur pelayaran internasional dan alur pelayaran nasional. Alur pelayaran internasional berfungsi untuk melayani jaringan pelayaran internasional yang menghubungkan antar pelabuhan internasional baik didalam satu Negara maupun antar Negara. Alur pelayaran internasional yang melintasi Provinsi Bangka Belitung melayani jaringan pelayaran internasional yang berasal dari/ke Amerika, Australia, Singapore, Cina, dan Timur Tengah. Alur pelayaran nasional berfungsi melayani jaringan pelayaran yang menghubungkan pelabuhan nasional dengan internasional, antar pelabuhan nasional, pelabuhan nasional dengan pelabuhan pengumpan regional, dan antar pelabuhan pengumpan regional.

Pelabuhan nasional mempunyai hirarki utama, pengumpul dan pengumpan, dimana Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.

1 - 21

Page 22: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai posisi yang strategis karena berada dalam lintasan jalur pelayaran nasional dan regional. Pelabuhan di Provinsi Bangka Belitung diarahkan sebagai prasarana penunjang fungsi pelayanan pusat-pusat kegiatan dan sebagai simpul pendukung pemasaran produk kawasan andalan ke pasar nasional, regional dan lokal. Berdasarkan RTRWN di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah ditetapkan pelabuhan Tanjung Pandan sebagai pelabuhan nasional. Namun berdasarkan program dan realita lapangan yang akan menjadi pelabuhan nasional adalah pelabuhan Tanjung Batu yang berada di selatan pelabuhan Tanjung Pandan.

Dengan demikian sistem pelabuhan laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sesuai dengan RTRWN dan kewenangan Pemerintah Provinsi adalah sebagai berikut:1. Pelabuhan pengumpul (nasional) adalah Pelabuhan Tanjung Batu di Kabupaten

Belitung2. Pelabuhan pengumpan (regional) meliputi :

a. Pelabuhan Muntok (Kab. Bangka Barat)b. Pelabuhan Pangkal Balam (Kota Pangkal Pinang)c. Pelabuhan Tanjung Berikat (Kab. Bangka Tengah)d. Pelabuhan Manggar (Kab. Belitung Timur)e. Pelabuhan Tanjung Pandan (Kab. Belitung)

3. Pelabuhan pengumpan (lokal) meliputi :a. Pelabuhan Belinyu (Kab. Bangka)b. Pelabuhan Sadai (Kab. Bangka Selatan)

Adapun angkutan penyeberangan meliputi simpul dan jalur sebagai berikut:1. Pelabuhan penyeberangan Tanjung Kalian (Kab. Bangka Barat) – Tanjung Api-

api (Provinsi Sumatera Selatan)2. Pelabuhan penyeberangan Tanjung Ru (Kab. Bangka Barat) – Pelabuhan

Belinyu (Kab. Bangka)3. Pelabuhan penyeberangan Pangkal Balam (Kota Pangkal Pinang)– Tanjung

Pandan (Kab. Belitung)4. Pelabuhan penyeberangan Sadai (Kab. Bangka Selatan)-Tanjung Pandan (Kab.

Belitung) & Tanjung Api-api (Provinsi Sumatera Selatan)

Jalur pelayaran yang melintas dan menghubungkan pelabuhan-pelabuhan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah :

1 - 22

Page 23: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

1. Lintas penyeberangan antar pulau yaitu Pelabuhan Tanjung Pandan – Pelabuhan Laut Pontianak (Kalimantan Barat)

2. Lintas penyeberangan sabuk tengah yang menghubungkan pelabuhan :a. Tanjung Api –api (Sumatera Selatan) – Tanjung Kalian (Bangka Barat)b. Pangkal Balam (Pangkal Pinang – Tanjung Pandan (Belitung)c. Pelabuhan Manggar (Belitung Timur) – Ketapang (Kalimantan Barat)

3. Lintas penyeberangan penghubung sabuk yaitu ;a. Pelabuhan Pangkal Balam – Tanjung Priok (DKI Jakarta)b. Pelabuhan Pangkal Balam – Tanjung Pandanc. Tanjung Pandan - Pelabuhan Laut Pontianak (Kalimantan Barat)

1.4.3.7. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bangka Selatan

Rencana Jaringan Transportasi Laut:Tantangan transportasi laut ke depan di Kabupaten Bangka Selatan adalah bagaimana meningkatkan keterhubungan antara kawasan daratan dengan pulau-pulau kecil dan antarpulau-pulau kecil, sehingga dapat memudahkan pergerakan penduduk, mempercepat distribusi kebutuhan barang konsumsi, hasil-hasil produksi, pemantauan keamanan, dan sebagainya. Tantangan lainnya juga berkaitan dengan peningkatan kualitas prasarana transportasi laut seperti pelabuhan dan alur pelayaran dalam rangka mengantisipasi kedatangan kapal-kapal kargo besar dan juga dalam rangka mengurangi kecepatan proses pendangkalan alur yang tersedia dari tahun ke tahun.

Untuk itu, pengembangan transportasi laut di Kabupaten Bangka Selatan diarahkan untuk: 1) meningkatkan aksesibilitas penduduk di pulau-pulau kecil, 2) meningkatkan kemudahan distribusi barang produksi dan konsumsi, 3) meningkatkan daya tampung prasarana pelabuhan, dan 4) meningkatkan kenyamanan penumpang sejalan dengan pertumbuhan permintaan pergerakan melalui laut. Sasaran dari pengembangan transportasi laut di Kabupaten Bangka Selatan secara umum meliputi:1. Terciptanya pelayanan transportasi laut yang mudah, efisien dan efektif;2. Terciptanya transportasi laut sebagai moda utama bagi kegiatan ekspor, impor,

pengangkutan barang, dan pengangkutan penumpang skala nasional, regional, dan lokal;

3. Tersedianya prasarana angkutan laut yang efektif dan efisien.4. Pengembangan transportasi laut meliputi pengembangan pelabuhan dan alur

pelayaran menuju pelabuhan.

1 - 23

Page 24: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

Rencana sistem jaringan transportasi laut di Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari tatanan kepelabuhanan, dan penataan alur pelayaran.A. Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Bangka Selatan adalah :

1) Pelabuhan utama yaitu pelabuhan Sadai di Kecamatan Tukak Sadai, dan Pelabuhan Bangka Kota di Kecamatan Simpang Rimba;

2) Pelabuhan pengumpan yaitu pelabuhan Rakyat Sadai; dan3) Pelabuhan pengumpul yaitu pelabuhan Pelabuhan Rakyat Penutuk,

Pelabuhan Rakyat Tj. Labu, Pelabuhan Rakyat Tj. Sangkar, Pelabuhan Rakyat Pongok, Pelabuhan Rakyat Pulau Tinggi, Pelabuhan Rakyat Tj. Gading, Pelabuhan Rakyat Kepoh, Pelabuhan Rakyat Gusung, Pelabuhan Rakyat Batu Betumpang, Pelabuhan Rakyat Permis

B. Pengembangan alur pelayaranRencana pengembangan alur pelayaran diarahkan untuk meningkatkan kemudahan pergerakan kapal masuk dan keluar pelabuhan. Pengembangan alur pelayaran meliputi:1) lintas penyeberangan sabuk tengah yang menghubungkan pelabuhan :

Sadai – Tanjung Roe (Kabupaten Belitung); Sadai – Batu Betumpang; Sadai – Tanjung Gading; Sadai – Pangkal Balam; dan Sadai – Jakarta

2) Lintas koneksitas yaitu : Sadai – Pongok (P. Liat), via Tj. Labu/ Tj. Sangkar ke Belitung; Pongok (P. Liat) – Mendanau (Kabupaten Belitung) koneksitas via

Belitung dan Belitung Timur; Pulau Besar – Selapan (Oki – Sumsel); koneksitas ke Sumatera; Sadai – Tanjung Pandan (Belitung), koneksitas Jakarta; dan Bangka Kota – Selapan (Oki – Sumsel)

1.4.3.8. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ogan Komering Ilir

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir telah disahkan sebagai peraturan daerah yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2013 – 2033

Jaringan angkutan sungai, danau dan penyeberangan meliputi:

1 - 24

Page 25: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

a. rencana pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan alur pelayaran dan penyeberangan untuk angkutan sungai, danau dan penyeberangan

b. rencana pembangunan dan/atau pengembangan dermaga dan/atau tambatan perahu di Desa Kertamukti (Air Sugihan) Muara Batun (Jejawi), Pampangan, Kota Kayuagung, Tulung Selapan, Lebong Hitam (Tulung Selapan), Simpang Tiga Makmur (Tulung Selapan), Simpang Tiga Abadi (Tulung Selapan), Cengal, Sungai Lumpur (Cengal), Kuala Sungai Jeruju (Cengal), Kuala Sungai Pasir (Cengal), Sungai Somor (Cengal), Sungai Menang, Pinang Indah (Sungai Menang), Sungai Sibur (Sungai Menang), Pematang Panggang (Mesuji), Bukit Batu (Air Sugihan), Sukamulya (Air Sugihan), Sungai Batang (Air Sugihan), Sungai Jeruju (Cegal), Sungai Pasir (Cengal), Sungai Ketupak (Cengal), Sungai Ceper (Sungai Menang), Gajah Mati (Sungai Menang), Bumi Pratama Mandira (Sungai Menang), Sungai Tepuk (Mesuji), Pagar Dewa (Mesuji), Sungai Sodong (Mesuji), Transmigrasi Gajah Mati Sungai Mesuji (Sungai Menang).

1.4.3.9. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta telah disahkan sebagai peraturan daerah yang tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta 2030.

Sistem dan Jaringan Transportasi Laut:Pengembangan sistem dan jaringan transportasi laut terdiri atas: tatanan kepelabuhanan; dan alur pelayaran.

Pengembangan tatanan kepelabuhanan berupa pelabuhan laut sesuai dengan fungsinya, berlokasi di: pelabuhan Tanjung Priok; pelabuhan Marunda; pelabuhan Sunda Kelapa; pelabuhan Muara Baru; pelabuhan Muara Angke; pelabuhan Kepulauan Seribu; dan pelabuhan Kalibaru.

Pengembangan pelabuhan laut merupakan bagian integral dari penataan ruang wilayah dengan mempertimbangkan kapasitas prasarana penunjangnya. Tatanan kepelabuhanan harus menjaga fungsi pertahanan dan keamanan negara, dengan tidak menutup akses pelabuhan dan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan kapal TNI AL. Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme pengembangan dan pengelolaan pelabuhan laut dan dermaga diatur sesuai peraturan perundang-undangan.

1 - 25

Page 26: Bab 1. Pendahuluan

Laporan AkhirStudi Pola Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Provinsi Lampung

Alur pelayaran yaitu alur pelayaran antar pulau, yang merupakan alur pelayaran Jakarta. Pemanfaatan alur pelayaran antar pulau dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1.5. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

Nama Pejabat Pembuat Komitmen : Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Lampung

Satuan Kerja : Dinas Perhubungan Provinsi Lampung

1 - 26