bab 1 pendahuluan

33
Bab 1 Pendahuluan A. Latar belakang masalah Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka kesakitan yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortilitas. Sedangkan menurut Sustrani, dkk (2009) hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkannya. Sustrani, dkk (2009) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala- gejalanya terlebih dahulu sebagai peringatan dari korbannya. Menurut WHO batas tekanan darah normal adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >140/90 mmHg. Tekanan darah yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, aneurisme arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. Dengan demikian, hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang

Upload: panji-suarcana-gama

Post on 21-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bab 1 Pendahuluan

TRANSCRIPT

Bab 1 Pendahuluan

A. Latar belakang masalah

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka kesakitan yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortilitas. Sedangkan menurut Sustrani, dkk (2009) hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkannya.

Sustrani, dkk (2009) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya terlebih dahulu sebagai peringatan dari korbannya. Menurut WHO batas tekanan darah normal adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >140/90 mmHg. Tekanan darah yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, aneurisme arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. Dengan demikian, hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan darah diatas normal, yaitu >140/90 mmHg.

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VIIKlasifikasi Tekanan DarahTDS (mmHg)TDD (mmHg)

Normal< 120< 80

Pre hipertensi120 13980 89

Stage 1 Hipertensi140 15990 99

Stage 2 Hipertensi> 160> 100

Adapun faktor risiko mayor yang berperan pada progresifitas hipertensi yang mengarah pada penyakit kardiovaskuler adalah merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dislipidemia, diabetes mellitus, mikroalbuminuria atau perkiraan GFR < 60 ml/menit, umur ( > 55 tahun untuk pria, 65 tahun untuk wanita), dan riwayat penyakit jantung kardiovaskuler yang prematur pada keluarga (pria pada usia < 55 tahun atau wanita < 65 tahun). Ketika seorang pasien memeriksakan kondisi kesehatan dan tekanan darah tinggi kemungkinan besar seorang pasien akan bertanya kepada dokter seberapa banyak tekanan darah yang harus turun sebelum ia bisa berhenti khawatir, apakah ia dapat menghentikan pengobatannya setelah tekanannya dinormalkan dan apakah ia harus meminum semua pil yang diresepkan dokternya.Tujuan dari pengobatan hipertensi adalah menurunkan tekanan darah terutama angka diastoliknya ke level yang sesuai dengan ukuran normalnya. Pasien yang memiliki masalah saat ini biasanya menunjukkan kerusakan arteriosklerosis pada satu arteri atau lebih yang menuju organ vital. Menurunkan tekanan darah terlalu cepat dapat mengganggu aliran darah ke otak, menyebabkan vertigo dan pening, atau mengganggu aliran darah ke ginjal. Tetapi kebanyakan pasien berespon baik terhadap penurunan tekanan jika dilakukan secara bertahap dan hati-hati selama periode beberapa minggu dan bukannya beberapa hari.Obat-obatan menjadi teman seumur hidup dalam memelihara level yang normal atau dapat diterima, seperti insulin pada kasus diabetes atau kacamata bagi orang yang penglihatannya rabun. Bagaimanapun, minum pil secara teratur tidak terlihat sebagai harga yang terlalu mahal untuk memperoleh kesempatan hidup yang hampir normal.Adapun obat penurun tekanan darah yang umum dikenal hingga saat ini adalah penghambat ACE (ACEI), antagonis angiotensin (ARB), antagonis Ca (CCB), penyekat beta (BB), dan diuretika. Diuretik golongan thiazide dianjurkan sebagai terapi awal hipertensi. Bisa digunakan sebagai obat tunggal atau kombinasi, karena golongan ini meningkatkan efikasi obat anti hipertensi lain. Kombinasi dua obat yang ternyata efektif dan dapat ditoleransi dengan baik misalnya adalah diuretik dengan beta blocker, diuretik dengan ACEI atau ARB, Ca antagonist (dehidropiridin) dengan beta blocker, Ca antagonist dengan ACEI atau ARB, Ca antagonist dan diuretik, serta alfa blocker dan beta blocker.Jenis dan kuantitas obat yang diresepkan dalam pengobatan hipertensi berbeda dari satu pasien ke pasien lainnya. Jika tekanan darah hanya cukup tinggi, dokter mungkin meresepkan satu jenis obat saja, sedangkan pada kasus hipertensi serius ia mungkin meresepkan suatu kombinasi obat-obatan. Obat-obatan yang digunakan dalam hipertensi harus kuat agar efektif dan dalam jangka panjang obat-obatan yang kuat itu mungkin memiliki efek samping yang tidak diharapkan. Jika seseorang hendak merawat kasus hipertensi serius dengan satu obat, ia perlu menaikkan dosisnya. Ini pasti akan mengarah ada risiko efek samping yang lebih tinggi. Namun hal ini dapat dihindarkan dengan menggunakan program terapi kombinasi. Beberapa obat antihipertensi mungkin digunakan secara bersamaan, masing-masing dengan metode dan tindakan yang berbeda, dengan efek samping yang berbeda pula.Pengobatan farmakologis saja tentunya tidak cukup dalam terapi hipertensi. Perlu perubahan dan modifikasi kebiasaan hidup sehingga dapat membantu menurunkan faktor risiko kardiovaskuler dan bermanfaat pula dalam menurunkan tekanan darah secara murah. Indeks massa tubuh (IMT) diusahakan mencapai normal yaitu sekitar 18,5 24,9 kg/m2 dengan cara menurunkan tekanan darah sistolik (TDS) 5 20 mmHg / 10 kg penurunan berat badan. Perlu pula menyeimbangkan diet dengan asupan kalium dan kalsium yang cukup dengan cara mengkonsumsi makanan yang kaya buah, sayur, rendah lemak hewani dan mengurangi asam lemak jenuh sehingga TDS dapat menurun 8 14 mmHg. Modifikasi lain bisa dengan mengurangi konsumsi natrium dengan takaran tidak lebih dari 100 mmol/hari (setara 6 gram NaCl) yang diharapkan dapat menurunkan TDS 2-8 mmHg. Aktivitas fisik yang ditingkatkan dengan berjalan minimal 30 menit per hari bisa menurunkan TDS 4 9 mmHg. Yang tidak kalah pentingnya tentu dengan berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian deskritif tentang terapi kombinasi pada pasien hipertensi rawat jalan di RS Soepraoen Malang.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut. Apa saja yang mempengaruhi keberhasilan terapi kombinasi yang diberikan pada pasien hipertensi rawat jalan pada RS Soepraoen Malang?

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumTujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja yang dapat mempengaruhi keberhasilan dari terapi kombinasi pada pasien hipertensi di RS Soepraoen Malang2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui jenis-jenis hipertensi beserta terapinya pada pasien hipertensi rawat jalan di RS Soepraoen Malangb. Untuk mengetahui perbandingan seringnya pasien berkunjung dengan tingkat keberhasilan terapi kombinasi pada pasien hipertensi rawat jalan di RS Soepraoen Malangc. Untuk mengetahui kemungkinan adanya efek samping dari terapi kombinasi yang diberikan pada pasien hipertensi rawat jalan di RS Soepraoen MalangD. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat.A. Bagi institusi terkaitHasil penelitian ini diharapkan berguna bagi institusi terkait dalam upaya untuk meningkatkan informasi dan usaha pelayanan pengobatan hipertensi pada masyarakatB. Bagi masyarakatHasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan pasien mengenai jenis pengobatan terapi kombinasi yang diberikan yang sesuai dengan keadaan si pasien

C. Bagi penelitiDapat menambah ilmu pengetahuan peneliti tentang hipertensi dan wawasan peneliti mengenai cara pengobatan hipertensi serta metode dan tindakannya D. Bagi pengembangan ilmuHasil penelitian ini diharapkan dapat memperbarui perkembangan ilmu yang sebelumnya sudah ada dan dapat mengetahui metode dan pengobatan yang lebih efektif

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. HIPERTENSI1. DefinisiDefinisi hipertensi tidak berubah sesuai dengan umur tekanan darah sistolik (TDS) > 140 mmHg dan/ atau tekanan darah diastolik (TDD) > 90 mmHg. The joint National Committee on Prevention, Detection,Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNC VI) dan WHO/lnternational Society of Hypertension guidelines subcommittees setuju bahwa TDS & keduanya digunakan untuk klasifikasi hipertensi. Hipertensi sistolodiastolik didiagnosis bila TDS > 140 mmhg dan TDD > 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi (HST) adalah bila TDS >140 mmHg dengan TDD < 90 mmHg.3 Definisi hipertensi menurut WHO dapat dilihat pada tabel 1.

KategoriSistolikDiastolik

Optimal110

Hipertensi sistolik terisolasi>140 50 tahun, fokus utama adalah pencapaian TDStarget. Tekanan darah target adalah