bab 1. pendahuluan 1.1 latar belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat...

49
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan bagian kerak bumi yang tersusun atas materi padat, cair dan gas. Menurut Rinaldi dkk (2017), tanah merupakan hasil dari pelapukan secara fisika, kimia dan organik. Tanah adalah salah satu penunjang yang membantu kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi dan sangat mendukung terhadap kehidupan tanaman yang menyediakan hara dan air di muka bumi. Tanah juga merupakan tempat hidup berbagai mikroorganisme yang ada di bumi dan juga merupakan tempat berpijak bagi sebagian makhluk hidup yang ada di darat. Tanah juga merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara, dan juga berfungsi menyuplai hara dan nutrisi. Menurut Advinda (2018), partikel-partikel tanah dapat berkumpul menjadi satu dan membentuk struktur tanah. Struktur tanah terdiri ats gumpalan-gumpalan dan butiran-butiran partikel penyusun tanah yang membentuk agregat. Ruang yang terdapat antara partikel-partikel tersebut berperan sebagai sirkulasi air dan udara. Air masuk dan tersedia dalam ruang pori dan berguna bagi kebutuhan tanaman. Tanah bersifat kompleks dan heterogen dimana materi penyusunnya terbentuk dari campuran bahan organik dan non-organik atau mineral. Bahan mineral yang terdapat pada tanah membentuk partikel atau fraksi-fraksi penyusun tanah. Tanah tersusun atas 3 fraksi yaitu fraksi pasir, debu dan lempung. Ketiga fraksi ini memiliki perbandingan yang berbeda pada setiap jenis tanah. Perbandingan relatif ketiga fraksi tersebut dapat disebut juga sebagai tekstur tanah. Menurut Sutanto (2005), sifat umum tanah sangat ditentukan oleh tekstur. Tanah memiliki sifat fisik yang berbeda sesuai dengan jenis tekstur yang dimilikinya. Tekstur tanah berkaitan erat dengan kemampuan tanah dalam mengikat air, udara dan unsur hara baik bahan organik maupun bahan mineral.

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

79 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan bagian kerak bumi yang tersusun atas materi padat, cair dan

gas. Menurut Rinaldi dkk (2017), tanah merupakan hasil dari pelapukan secara

fisika, kimia dan organik. Tanah adalah salah satu penunjang yang membantu

kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi dan sangat mendukung

terhadap kehidupan tanaman yang menyediakan hara dan air di muka bumi. Tanah

juga merupakan tempat hidup berbagai mikroorganisme yang ada di bumi dan

juga merupakan tempat berpijak bagi sebagian makhluk hidup yang ada di darat.

Tanah juga merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi

sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak

tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara, dan juga berfungsi

menyuplai hara dan nutrisi.

Menurut Advinda (2018), partikel-partikel tanah dapat berkumpul menjadi

satu dan membentuk struktur tanah. Struktur tanah terdiri ats gumpalan-gumpalan

dan butiran-butiran partikel penyusun tanah yang membentuk agregat. Ruang

yang terdapat antara partikel-partikel tersebut berperan sebagai sirkulasi air dan

udara. Air masuk dan tersedia dalam ruang pori dan berguna bagi kebutuhan

tanaman.

Tanah bersifat kompleks dan heterogen dimana materi penyusunnya terbentuk

dari campuran bahan organik dan non-organik atau mineral. Bahan mineral yang

terdapat pada tanah membentuk partikel atau fraksi-fraksi penyusun tanah. Tanah

tersusun atas 3 fraksi yaitu fraksi pasir, debu dan lempung. Ketiga fraksi ini

memiliki perbandingan yang berbeda pada setiap jenis tanah. Perbandingan relatif

ketiga fraksi tersebut dapat disebut juga sebagai tekstur tanah.

Menurut Sutanto (2005), sifat umum tanah sangat ditentukan oleh tekstur.

Tanah memiliki sifat fisik yang berbeda sesuai dengan jenis tekstur yang

dimilikinya. Tekstur tanah berkaitan erat dengan kemampuan tanah dalam

mengikat air, udara dan unsur hara baik bahan organik maupun bahan mineral.

Page 2: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

2

Tekstur tanah juga berpengaruh terhadap ruang atau pori untuk perakaran

tanaman,konsistensi dan keterolahan tanah.

Pengujian tekstur tanah dapat dilakukan di lapang dan di laboratorium.

Pengujian yang dilakukan pada praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium

Fisika dan Konservasi Tanah Universitas Jember. Contoh tanah yang diuji diambil

dari beberapa tempat yang berbeda, yaitu contoh tanah di Fakultas Teknik

Universitas Jember, di daerah Wirowongso dan Sucopangepok Kebupaten Jember.

Kelompok kami mengambil contoh tanah di daerah Sucopangepok dengan

melakukan 3 metode yaitu pengambilan contoh tanah utuh, pengambilan contoh

tanah terusik dan pengambilan contoh tanah agregat utuh. Contoh tanah yang

diambil digunakan untuk mewakili suatu areal dari keseluruhan wilayah yang

akan diuji.

1.2 Tujuan

Mengetahui kaitan sifat fisik tanah meliputi pengambilan contoh tanah,

penetapan kadar lengas, energi potensial air, konduktivitas hidrolik, stabilitas

agregat, konsistensi tanah, kepadatan tanah, infiltrasi, suhu tanah, dan pori total

tanah dengan tekstur tanah yang terdapat di daerah Sucopangepok, Kabupaten

Jember.

Page 3: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengambilan Contoh Tanah

Sample atau contoh diperlukan untuk mewakili sebagian dari populasi yang

akan diteliti. Pengambilan contoh tanah digunakan untuk meneliti sifat-sifat tanah

yang terdapat pada suatu wilayah. Teknik pengambilan contoh tanah atau

sampling dibagi menjadi 3 jenis, yaitu pengambilan tanah secara utuh,

pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan

berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo dan Saptowati

(2016), pengambilan sampel tanah utuh diperlukan untuk menganalisa sifat fisik

tanah yang meliputi penentuan berat isi tanah atau bulk density, ruang pori total

atau porositas, permeabilitas, penentuan distribusi pori, serta banyaknya kadar air

yang tersedia bagi tanaman. Pengambilan contoh tanah terusik digunakan untuk

melakukan kepentingan analisa kimia, sedangkan pengambilan contoh tanah

agregat utuh dilakukan untuk melakukan penetapan stabilitas agregat.

Menurut Marwan dkk (2016), pengambilan contoh tanah utuh dilakukan

dengan menggunakan ring sampel sebanyak 2 buah pada kedalaman 0-20 cm.

Ring sampel pertama ditekan hingga tiga perempat bagiannya masuk ke dalam

tanah dengan sisi yang tajam menghadap tanah. Penekanan ring sampel dilakukan

pada tanah yang telah dibasahi terlebih dahulu. Ring sampel kedua ditempatkan

diatas ring sampel pertama dengan sisi yang tumpul menghadap ke bawah.

Pengambilan contoh tanah menggunakan ring sampel harus dilakukan secara hati-

hati agar struktur tanah tidak rusak.

Pengambilan sampel tanah terusik dilakukan dengan menggunakan bor tanah.

Menurut Evarnaz dkk (2014),sampel tanah terusik diambil dari kedalaman 0-30

cm. Tanah yang diambil untuk sampel adalah tanah yang terdapat di bagian kepala

bor. Sample tanah terusik berupa contoh tanah yang strukturnya sudah terganggu

atau tidak utuh lagi. Pengambilan contoh tanah agregat utuh dilakukan secara

langsung, yaitu dengan mengambil agregat utuh secara perlahan menggunakan

sekop atau cangkul.

Page 4: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

4

2.2 Penetapan Kadar Lengas Tanah

Air merupakan reaktan yang penting dalam proses-proses hidrolik dan

fotosintesa. Air sebagai pelarut dari garam, gas, dan material yang bergerak ke

dalam tubuh tumbuhan melalui dinding sel dan jaringan esensial. Pergerakan

tersebut menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun,

proses membuka dan menutupnya stomata, serta kelangsungan gerak struktur

tumbuhan. Kekurangan air akan mengakibatkan terhentinya pertumbuhan.

Defisiensi air yang terus menerus menyebabkan perubahan irreversible dan

tanaman nantinya akan mati (Siregar dkk.,2017).

Kadar air merupakan perbandingan antara berat air dengan berat butiran padat

di dalam massa tanah. Setiap jenis tanah mempunyai kapasitas mengikat atau

memegang air yang berbeda. Tanah gambut mempunyai kapasitas mengikat atau

memgang air relative sangat tinggi dengan mengacu berat kering namun berubah

menjadi hidrofob (menolak air) kalau terlalu kering. Kedalaman solum atau

lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah, semakin dalam suatu lapisan

tanah maka tanah tersebut mampu memgang air lebih banyak. Kadar air tanah

pada kedalaman 100-150 cm memiliki kadar air yang lebih besar dibandingkan

pada kedalaman 50-100 cm. Kadar air tanah terendah yaitu pada kedalaman 0-50

cm (Susandi dkk., 2015).

Lengas tanah merupakan air yang mengisi sebagian atau seluruh ruang pori

tanah dan teradsorpsi pada permukaan tanah. Menurunnya lengas tanah akan

menguarangi kemampuan mengimbangi kehilangan air akibat evapotranspirasi,

atau dalam kondisi titik layu permanen. Kemampuan menyimpan air pada tanah

ditentukan oleh porositas dan kadar bahan organik pada tanah. Porositas yang

tinggi akan menyimpan air lebih tinggi. Bahan organik berperan dalam

ketersediaan air dalam tanah karena dapat memegang air dengan baik sehingga

dapat meningkatkan porositas total tanah. Pori mikro merupakan pori yang

digunakan tanah untuk mengikat air yang dibentuk oleh bahan organik. Semakin

banyak pori mikro, maka daya simpan lengas tanah semakin tinggi, karena lengas

akan mengisi ruang pori-pori tanah dan ruang pori tanah yang biasanya terisi yaitu

pori-pori besar lalu mengisi pori-pori mikro (Hasibuan, 2015).

Page 5: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

5

2.3 Energi Potensial Air (pF)

Air adalah salah satu unsur penting yang ada di bumi yang sangat dibutuhkan

untuk kehidupan dan semua jenis makhluk hidup. Air menutupi hampir 71%

dipermukaan bumi. Air mengendalikan hampir seluruh proses fisik, kimia, dan

biologi yang terjadi dalam tanah. Sifat fisik tanah pada berbagai penggunaan

lahan berpengaruh rendah terhadap air tersedia (21,5%) dan sisanya dipengaruhi

oleh faktor lain. Air tanah juga berperan dalam melakukan pelapukan mineral

(Khalimi dan Kusuma, 2018).

Energi potensial air (pf) jumlah kerja atau Kurva pF adalah kurva yang

menggambarkan kemampuan tanah memegang air. Kurva pF dapat diketahui saat

tanah tersebut lebih cepat meloloskan air atau dapat menahan air dalam waktu

yang lebih lama. Semakin curam kurva pF, semakin cepat tanah tersebut

meloloskan air, dan semakin landai kurva pF semakin bagus tanah tersebut

menahan air. Pori-pori tanah dibedakan menjadi pori makro, mikro dan pori meso

yang mempunyai fungsi berbeda, sehingga tidak semua pori menyediakan air bagi

tanaman (Nita dkk., 2014).

2.4 Tekstur Tanah

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)

yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir,

fraksi debu dan fraksi liat. Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat

sehingga tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur,

diantaranya kasar, agak kasar, sedang, agak halus,dan hancur (Hanafiah, 2014).

Tekstur tanah biasa juga disebut besar butir tanah, termasuk salah satu sifat

tanah yang paling sering ditetapka, hal ini disebabkan karena tekstur tanah

berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas,

berat volume tanah, luas permukaan spesifik (specific surface), dan kemudahan

tanah memadat (compressibility). Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi

pasir, debu dan liat, yaitu partikel tanah yang diameter efektifnya ≤ 2 mm. Cara

kualitatif biasa digunakan surveyor tanah dalam menetapkan kelas tekstur tanah di

lapangan (Agus dkk., 2015).

Page 6: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

6

Menurut tempatnya, penetapan tekstur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

metode penetapan tekstur di lapangan, dan metode penetapan tekstur

dilaboratorium. Penetapan tekstur tanah di lapangan dapat dilakukan dengan cara

merasakan atau meremas contoh tanah antara ibu jari dan telunjuk. Penetapan

tekstur di lapangan berdasarkan rasa kasar atau licin, gejala ciri dan atau gulungan

dan kelekatan. Penetapan tekstur di laboratorium dilakukan dengan cara pipet dan

metoda Bouyoucos (Hakim, 1986).

2.5 Konduktivitas Hidraulik

Konduktivitas hidraulik (Ks) biasa juga disebut dengan permeabilitas

menurut Handayani dan Dwiria (2016) didefinisikan sebagai parameter sifat fisika

tanah untuk menggambarkan kemampuan tanah meloloskan air dalam kondisi

jenuh. Ks sangat penting dalam penentuan drainase, irigasi, serta pembuatan

sumur bor. Pengukuran Ks dapat pula menunjukkan awal terjadinya perubahan

struktur pada tanah, hal ini dikarenakan air mengalir dari seluruh pori tanah yang

ada. Ks memiliki 2 lapisan berdasarkan kelajuan alirannya. Lapisan atas dengan

kisaran laju antara lambat hingga agak cepat yaitu 0,20-9,46 cm/jam dan lapisan

bawah dengan kisaran laju yang dapat digolongkan agak lambat hingga sedang

yaitu 1,10-3,62 cm/jam (Kusuma dan Yulfiah, 2017).

Ku adalah kemampuan tanah meloloskan air dalam kondisi tak jenuh. Ku

diperlukan untuk menentukan neraca air, suplai air untuk tanaman, evaporasi

tanah, dan menggambaekan perkembangan tanah. Ku juga memegang peranan

utama dalam mempelajari gerakan air dalam tanah dan transportasi solute (Prijono

dan Teguh, 2016).

Menurut Kusuma dan Yulfiah (2017), terdapat beberapa faktor yang

memengaruhi permeabilitas (Ks), diantaranya adalah gravitasi, viskositas,

porositas, struktur, dan tekstur tanah. Gravitasi adalah gaya tarik yang berasal dari

dalam bumi. Gravitasi sangat menentukan permeabilitas tanah, karena

permeabilitas adalah gaya yang masuk ke tanah menurut gaya gravitasi.

Viskositas adalah tingkat kekentalan air yang ada pada tanah, semakin kental air

tersebut, maka semakin sulit juga kemampuan air menembus tanah. Porositas

Page 7: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

7

merupakan proporsi ruang pori total yang terdapat dalam satuan volume tanah

yang dapat diisi oleh air dan udara. semakin besar pori yang terdapat dalam tanah

tersebut, maka semakin cepat pula permeabilitas yang terjadi pada tanah tersebut.

Struktur adalah kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel primer tanah

hingga partikel-partikel sekundernya. Semakin banyak ruang yang terdapat antar

struktur, maka semakin cepat juga permeabilitas di dalam tanah tersebut.

Contohnya air akan lebih sulit menembus tanah yang strukturnya lempeng

daripada tanah yang strukturnya remah.

Kusuma dan Yulfiah (2017) juga menyatakan bahwa tekstur merupakan

perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu, dan liat pada tanah. Tekstur sangat

mempengaruhi permeabilitas tanah. Hal ini dikarenakan peristiwa permeabilitas

yang terjadi melewati tekstur tanah. Air akan lebih mudah melewati tanah yang

bertekstur pasir daripada tanah yang bertekstur lempung. Hal ini terkait dengan

pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori, dan luas

permukaan adsorbtive, dimana semakin halus ukuran partikelnya akan semakin

besar juga kapasitas simpan airnya, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya

peningkatan kadar air tanah dan juga ketersediaan air tanah.

2.6 Stabilitas Agregat

Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi sangat baik bagi pertumbuhan

tanaman. Bahan organik tanah sangat penting dalam mempertahankan stabilitas

struktur tanah, membantu infiltrasi udara dan air, mempromosikan air retensi, dan

mengurangi erosi. Menurut Utomo dkk (2015) bahan organik berpengaruh

terhadap sifat fisik tanah yaitu dapat meningkatkan stabilitas agregat tanah,

sehingga dapat menciptakan struktur tanah yang mantap dan ideal bagi

pertumbuhan tanaman. Peningkatan stabilitas agregat bisa dilakukan dengan

pengaplikasian pupuk organik, baik dari kompos, kotoran ternak, atau pupuk hijau.

Pupuk yang paling sering diaplikasikan pada lahan pertanaman yaitu pupuk

kandang. Pupuk kandang dapat berfungsi sebagai energi bagi mikroorganisme,

penyedia sumber hara, penambah kemampuan tanah menahan air dalam tanah dan

untuk memperbaiki struktur tanah. Semakin bagus struktur tanah maka kandungan

Page 8: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

8

bahan organik tanah, KTK tanah dan dan kandunagn liat dalam dalam tanah,

ruang pori total dan air tersedia juga semakin bagus, sehingga stabilitas agregat

tanah tersebut semakin bagus (Mustoyo dkk, 2013).

Kerusakan agregat tanah dapat mengakibatkan tanah mudah padat, total ruang

pori yang rendah, permeabilitas yang lambat, dan daya pegang air yang rendah.

Rendahnya kemantapan agregat dapat menyebabkan daya simpan air yang rendah

sehingga kandungan air mudah hilang sehingga air tidak bertahan lama. Agregat

yang stabil dan baik dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik bagi tanaman

sehingga perkembangan akar tanaman dapat berkembang dengan baik. Tanah

dengan agregat kurang stabil bila terkena gangguan maka agregat tanah tersebut

akan mudah hancur, butir-butir halus akan menghambat pori-pori tanah sehingga

bobot isi tanah meningkat, aerasi buruk dan permeabilitas menjadi lambat. Salah

satu cara untuk mempermudah stabiltas agregat yaitu dengan memanfaatkan sisa

tanaman yang telah di panen, dan tidak membakar tanaman sisa tanaman tersebut.

Sisa tanaman dapat menghasilkan pupuk hijau yang dapat meningkatkan bahan

organik tanah, sehingga dapat meningkatkan kestabilan agregat tanah (Junedi dan

Fathia, 2015).

2.7 Penetapan Angka-angka Attenburg

Konsistensi tanah didefinisikan sebagai gaya adhesi dan kohesi pada

pelbagai kelembapan atau gaya penetang atau reaksi tanah bila mendapat

perlakuan atau tekanan yang akan menunjukkan gejala gelincir, kegemburan,

keliatan dan kelekatan. Menururt Sutanto (2005), dua faktor yang mempengaruhi

konsistensi tanah yakni kelengasan tanah dan tekstur tanah. Konsistensi tanah

merupakan partikel partikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan

bentuk oleh tekanan atau berbagai kekuatan yang dapat mempengaruhi tanah

tersebuti. Konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur dan stuktur tanah.

Menurut Manik dkk (2015), batas cair (BL) adalah kadar air tanah antara

keadaan cair dan keadaan plastis. Batas cair (BC) juga merupakan jumlah air yang

dapat ditahan tanah. jika air lebih banyak tanah bersama air akan mengalir. Kadar

lengas yang menyebabkan tanah tepat dapat menggelincir dibawah pengaruh

Page 9: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

9

standar getaran ketukan tertentu. Batas gulung (BG) merupakan kadar air dimana

gulungan tanah mulai tidak dapat di gulung- gulung lagi. Jika tetap di gulung –

gulung tanah akan pecah- pecah ke segala jurusan jika kadar air lebih kecil dari

batas gulung maka tanah akan sukar atau sulit diolah. Batas berubah warna

(BBW) merupakan titik ubah tanah yang telah mencapai bats menggolek masih

dapat terus keehilangan air, sehingga tanah lambat laun akan menjadi kering dan

pada suatu ketika tanah berubah menjadi berwarna lebih terang. Batas lekat (BL)

merupakan suatu keadaan kadar lengas lebih kecil dari pada batas cair yaitu saat

tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain.

2.8 Kepadatan Tanah

Kepadatan tanah adalah proses naiknya kerapatan tanah dengan

memperkecil jarak antara partikel sehingga tidak terjadi reduksi volume udara.

Menurut Ayu (2013), kepadatan tanah merupakan salah satu perubahan yang bisa

saja terjadi pada tanah akibat reaksi tanah terhadap gaya yang bekerja pada tanah.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepadatan tanah adalah air, ukuran

partikel, butiran tanah, serta jumlah dan jenis mineral lempung yang terdapat pada

tanah.

Uji kepadatan tanah dilakukan untuk mengetahui kepadatan suatu jenis

tanah karena tiap jenis tanah memiliki tingkat kepadatan yang berbeda-beda.

Tingkat kepadatan tanah yang diuji dilihat dari berat volume kering tanah yang

apabila nilainya semakin besar menunjukkan bahwa tanah makin padat. Dari

proses pengujian kepadatan tanah kemudian akan diperoleh tanah dengan keadaan

yang padat, permeabilitasnya rendah, kuat geser bertambah, sertaberat volume

yang meningkat sehingga kekuatan tanah untuk menahan beban meningkat pula

(Pudywardhana dan Sismiani, 2016).

Menurut Haridjaja dkk (2010), tingkat kepadatan tanah berkorelasi dengan

ruang pori tanah. Tanah yang terdapat ruang pori banyak memiliki tingkat

kepadatan tanah lebih rendah, sehingga kepadatan tanah pada tekstur berpasir

lebih rendah daripada berlempung. Tingkat kepadatan tanah yang menurun akan

membuat berat jenis tanah juga semakin menurun dan begitupun sebaliknya.

Page 10: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

10

2.9 Pengukuran Infiltrasi

Khoirunnisa, dkk (2015) menerangkan bahwa Infiltrasi merupakan proses

masuknya air ke dalam tanah melalui permukaannya yang diakibatkan oleh

adanya gaya gravitasi dan gaya kapiler tanah. Gaya kapiler merupakan gerakan air

yang arahnya vertikal. Infiltrasi sendiri dibagi menjadi 3 proses yang berurutan

satu sama lain, yaitu proses masuknya air pada permukaan tanah, proses

mengalirnya air di dalam tanah, dan perubahan tampungan yang ada di dalam

tanah (Harto, 2000 dalam Putra, dkk., 2014).

Putra, dkk., (2013) menyatakan bahwa dalam infiltrasi terdapat istilah

hujan lebih (rainfall excess). Hujan lebih merupakan besarnya nilai hujan setelah

dikurangi nilai dari infiltrasi. Hujan lebih yang berada di permukaan tanah dapat

mengakibatkan erosi dan banjir. Hujan yang berada di permukaan tanah ini selain

mengakibatkan erosi dan banjir juga dapat menimbulkan banyaknya genangan.

Faktor yang menyebabkan banjir ini salah satunya adalah adanya daerah

tangkapan hujan yang semakin berkurang dari waktu ke waktu yang diikuti

dengan rendahnya laju infiltrasi pada tanah. Tidak meratanya distribusi curah

hujan setiap tahunnya juga menjadi faktor pemicu terjadinya beberapa

permasalahan tersebut. Permasalahan-pemasalahn ini dapat diantisipasi dengan

beberapa alternatif seperti memperbesar laju infiltrasi tanah agar air hujan dapat

meresap ke dalam tanah dengan baik (Nanda dan Nurnawaty, 2015).

Budianto et al. (2014) menyatakan bahwa laju infiltrasi merupakan

banyaknya air yang masuk ke dalam tanah melalui permukaannya pada tiap satuan

waktu. Laju infiltrasi biasanya dinyatakan dalam satuan milimeter per jam

ataupun sentimeter per jam. Satuan ini sama dengan satuan yang digunakan untuk

intensitas curah hujan. Laju infiltrasi dapat ditingkatkan dengan mempengaruhi

salah satu fakto-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi itu sendiri. Tingginya

laju infiltrasi paa suatu wilayah dapat meningkatkan banyaknya jumlah air yang

tersimpan dalam tanah dan dapat pula mengurangi erosi dan banjir yang

diakibatkan run off.

Air yang mengalami peristiwa infiltrasi umumnya berasal dari air hujan,

namun air hujan yang jatuh ke permukaan bumi hanya sebagian saja yang

Page 11: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

11

mengalami infiltrasi. Air hujan yang terinfiltrasi kemudian akan menjadi air tanah

lalu mengalir ke sungai, sedangkan air hujan yang tidak mengalami infiltrasi akan

menjadi aliran permukaan. Air yang mengalami peristiwa infiltrasi tidak

semuanya mengalir ke sungai, namun ada sebagian yang tetap bertahan di top soil

untuk diuapkan ke atmosfer nantinya melalui permukaan tanah serta vegetasinya.

Peristiwa diuapkannya air tanah ini biasa disebut dengan evapotranspirasi (Irawan

dan Slamet, 2016).

Pengaturan terhadap aliran permukaan dapat dilakukan dengan melakuka

perbesaran terhadap kemampuan tanah dalam menyimpan air, selain itu juga dapat

dilakukan dengan meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah. Kapasitas infiltrasi

adalah laju masuknya air ke dalam tanah secara maksimum. Hal ini terjadi pada

saat intensitas hujan lebih besar daripada kemampuan tanah untuk menyerap

kelembabannya. Sebaliknya, kapasitas infiltrasi melebihi intensitas hujan yang

ada, maka dapat dikatakan laju infiltrasi sama dengan curah hujan (Isnaini, dkk.,

2013).

2.10 Suhu Tanah

Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan

skala tertentu dengan menggunakan termometer. Satuan suhu yang biasa

digunakan adalah derajat celcius (0C). Sedangkan di Inggris dan beberapa

Negara lainnya dinyatakan dalam derajat Fahrenheit (0F). Suhu juga bisa

diartikan sebagai suatu sifat fisika dari suatu benda yang menggambarkan Energy

kinetic rata-rata dari pergerakan molekul-molekul. Dengan suhu manusia

dapat mengetahui dan mengembangkan suatu informasi dan suhu diukur untuk

digunakan di banyak kebutuhan seperti pertanian, farmasi, klimatologi dan

geofisika (Adrinta dkk, 2017).

Suhu tanah merupakan suatu derajat ukuran panas atau dinginnya benda

dengan pengukuran berdasarkan skala yang telah ditentukan dengan

menggunakan thermometer. Satua suhu yang biasa digunakan adalah derajat

celcius (°C). Sedangkan di inggris dan beberapa Negara lainnya dinyatakan dalam

derajat Fahrenheit (°F), °C = 5/9 (F-32), °F = 9/5(°C)+32. Suhu tanah biasanya

Page 12: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

12

diamati pada kedalaman 5,10, 20, 50, dan 100 cm, untuk keperluan ini telah

dibuat thermometer sesuai dengan kedalamannya. Prinsip kerja thermometer tanah

hampir sama dengan thermometer biasa, hanya bentuk dan panjangnya berbeda.

Pengukuran suhu tanah lebih teliti daripada suhu udara. Perubahannya lambat

sesuai dengan sifat kerapatan tanah yang lebih besar daripada udara (Sumini,

2013).

Suhu tanah pengaruhnya penting sekali pada kondisi tanah itu sendiri dan

pertumbuhan tanaman. Pengukuran dari suhu tanah biasanya dilakukan pada

kedalaman 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, dan 100 cm. Faktor pengaruh suhu tanah

yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yang dimaksud yaitu radiasi

matahari, awan, curah hujan, angin, kelembapan udara. Faktor dalamnya yaitu

faktor tanah, struktur tanda, kadar iar tanah, kandungan bahan organik, dan warna

tanah. Semakin tinggi suhu maka semakin cepat pematangan pada tanaman

(Harisuryo dkk, 2015).

2.11 Penetapan Pori Total Tanah

Ruang pori total merupakan persentase volume pori (rongga) yang terisi

oleh udara dan air diantara partikel-partikel tanah dari nilai berat jenis volume

(bulk density) dan berat jenis partikel (particle density). Susunan pori yang

meliputi pori drainase cepat, pori drainase lambat, pori makro, pori daya menahan

air, dan ruang pori total dapat dipengaruhi oleh kedalaman tanah. susunan pori

tertinggi terdapat pada kedalaman 0-20 cm, hal ini terjadi karena pada kedalaman

0-20 cm merupakan tanah top soil. Top soil merupakan lapisan tanah atas yang

terdapat bahan organik lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan tanah lainnya.

Tingginya bahan organik dapat mempengaruhi ruang pori. Semakin tinggi bahan

organik didalam suatu tanah, semakin besar ruang pori yang terdapat pada tanah

tersebut (Holilullah dkk.,2015).

Peningkatan jumlah pori-pori tanah dapat dilakukan dengan meningkatkan

bahan organik yang ada pada tanah. Bahan organik tanah sangat berpengaruh

karena selain mengurangi kerapatan, massa tanah, bahan organik sebagai agen

perekat untuk partikel-partikel tanah membentuk agregat lebih besar. Kandungan

Page 13: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

13

c-organik yang tinggi pada bahan organik dapat meningkatkan agregat tanah yang

stabil sehingga pembentukan pori tanah berubah dan porositas tanah meningkat.

Pengaplikasian pupuk kandang menjadi salah satu cara untuk meningkatkan

porositas tanah (Gama et al., 2018).

Volume pori tanah merupakan nisbah ruang pori terhadap volume bahan

padat. Volume pori tanah berperan penting terhadap gerakan air (lengas tanah),

gerakan udara (udara tanah), temperatur, hara tanaman, ruang perakaran, dan

pengolahan tanah. Total porositas yang terdiri dari pori besar, sedang, dan kecil

sangat berpengaruh terhadap gerakan air dan ketersediaan udara yang terjadi di

dalam tanah. Distribusi ukuran partikel dan kandungan bahan organik menjadi

faktor-faktor yang mempengaruhi porositas total dan disribusi ukuran pori.

Distribusi ukuran partikel pada tanah pasir yang memiliki pori berukuran besar

lebih banyak maka total pori sedikit begitupun sebaliknya jika partikel tanah halus

yang memiliki pori mikro lebih banyak, maka total pori banyak. Bahan yang

sebagian terdekomposisi oleh bahan organik mempunyai total porositas tinggi

karena bahan organik merupakan bahan yang sarang (porous) dan selalu

meningkatkan total porositas. Tanah yang ideal memiliki porositas total 50 %

(padat:pori = 1:1), pori besar (kapasitas udara), dan pori sedang sampai pori kecil

(kapasitas air) 2:3. Penetapan pori tanah dapat ditentukan dari menghitung berat

jenis partikel (BJP) dan berat jenis volume (BV). Berat jenis partikel bervariasi

tergantung kandungan bahan organiknya sedangkan berat jenis volume tergantung

pada berat jenis partikel, ruang pori tanah, dan kandungan lengas tanah sehingga

pengukuran berat jenis volume (BV) harus menentukan kadar lengasnya juga.

Tanah mineral mempunyai berat jenis partikel berkisar 2,60 – 2,75 g/cm3 dan

berat jenis volumenya 1,1 – 1,8 g/cm3 yang umumnya 1,3 – 1,5 g/cm3. Tanah

lapisan olah yang mengandung humus mempunyai BJ diantara 2,40-2,65 g/cm3

(Sutanto, 2005).

Page 14: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

14

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum mengenai sifat fisika tanah dilaksanakan pada Sabtu, 22

September 2018 hingga Jumat, 2 November 2018 pukul 11.40 – 14.00 di

Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Jember, pukul 11.40 – 14.00 di Fakultas Teknik, pukul 07.00 – 11.00

di Sucopangepok dan pukul 13.00 - 16.00 di Wirowongso Kabupaten Jember.

3.2 Alat dan Bahan

No. Acara Alat Bahan

1. Pengambilan

Contoh Tanah

1. Ring sampel

2. Kotak ring sampel

3. Bor tanah

4. Pisau

5. Sekop

6. Cangkul

7. Kantong plastik

1. Hamparan tanah

2. Air

2. Penetapan

Kadar Lengas

Tanah

1. Botol timbang atau

alumunium foil

2. Oven

3. Timbangan analitis

4. Eksikator

1. Sampel tanah kering

3. Energi Potensial

Air (pF)

1. Sand box

2. pF meter

1. Sample tanah utuh

dalam ring sampel

4. Tekstur Tanah 1. Timbangan

2. Pipet tekstur

3. Oven

4. Hot plate

5. Cawan alumunium

6. Botol semprot

1. Sample tanah kering

udara

2. Hidrogen peroksida

(H2O2) 30%

3. Natrium pyrophosphat

(Na2PO4O7)

Page 15: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

15

7. Beaker glass

8. Tabung sedimentasi

9. Ayakan 0,05 mm

0,2 N

4. Air destilasi

5. Konduktivitas

Hidraulik (Ks)

1. Permeameter Haube

Ganda

2. Bak perendam

sampel

3. Kain penahan tanah

(10 cm x 10 cm)

4. Timbangan ketelitian

0,01 g

5. Beaker glass 600 ml

6. Stop Watch

1. Sample tanah utuh

dalam ring sampel

2. Air

6. Stabilitas

Agregat

1. Alat pengayak kering

2. Alat pengayak basah

3. Nampan

4. Timbangan

5. Penggaris

1. Agregat kering udara

2. Air

7. Penetapan

Angka-angka

Attenberg

Batas Cair Tanah :

1. Cassagrande

2. Cawan alumunium

3. Timbangan analitik

4. Colet

5. Botol timbang

6. Botol semprot

Batas Gulung Tanah :

1. Lempeng kaca seluas

telapak tangan

2. Botol timbang

Batas Cair Tanah :

1. Contoh tanah kering

angin diameter <5 mm

atau 100 gram

2. Air

Batas Gulung Tanah :

1. Pasta tanah sisa BL

atau BG

Page 16: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

16

3. Timbangan analitik

4. Oven

5. Eksikator

6. Botol semprot

Batas Lekat Tanah :

1. Colet

2. Botol timbang

3. Botol semprot

4. Timbangan analitik

5. Oven

6. Eksikator

Batas Berubah Warna :

1. Papan kayu

permukaan rata

2. Colet

3. Botol timbang

4. Timbangan

analitik

5. Oven

6. Eksikator

Batas Lekat Tanah :

1. Pasta tanah sisa BC

Batas Berubah Warna :

1. Pasta tanah sisa BC

atau BL

8. Kepadatan

Tanah

1. Hand penetrometer 1. Hamparan tanah

9. Pengukuran

Infiltrasi

1. Double Ring

Infiltrometer

2. Balok kayu dan palu

untuk membenamkan

ring ke dalam tanah

3. Stop Watch

1. Air

Page 17: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

17

4. Plastik packing

5. Penggaris

10. Suhu Tanah 1. Thermometer 1. Hamparan tanah

11. Penetapan Pori

Total Tanah

1. Ring sampel

2. Timbangan analitis

3. Oven

4. Eksikator

5. Picnometer kering

dan bersih

6. Hot plate

1. Contoh tanah utuh

dalam ring sampel

2. Tanah kering angin

halus

3. Aquadest

3.3 Metode Acara Praktikum

No. Acara Metode

1. Pengambilan Contoh

Tanah

Pengambilan contoh tanah utuh dengan ring

sample, pengambilan contoh tanah terusik,

dan pengambilan contoh tanah agregat utuh.

2. Penetapan Kadar Lengas

Tanah

Metode Gravimetri

3. Energi Potensial Air

(pF)

Penentuan pF 0 - 2,5 dan pF 4,2

4. Tekstur Tanah Metode Pipet dengan Pipet Tekstur

Apparatus

5. Konduktivitas Hidraulik

(Ks)

Permeameter Haube Ganda

6. Stabilitas Agregat Ayakan Basah dan Ayakan Kering

7. Penetapan Angka-angka

Attenberg

Penetapan batas cair dengan metode

cassagrande, penetapan batas gulung,

penetapan batas lekat dan penetapan batas

berubah warna

8. Kepadatan Tanah Hand Penetrometer

Page 18: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

18

9. Pengukuran Infiltrasi Double Ring Infiltrometer

10 Suhu Tanah Thermometer

11. Penetapan Pori Total

Tanah

Metode ring sampel untuk berat jenis volume

dan metode picnometer untuk berat jenis

partikel.

Page 19: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

19

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pengambilan Contoh Tanah

Tabel 4.1 Pengambilan Contoh Tanah

Sampel Vegetasi Koordinat Lokasi

C1/Teknik Jati x = -80 9’ 47,07407” S

y = 1130 43’ 15,02321” E

C2/Wirowongso Sengon x = 80 23’ 14,270” S

y = 1130 69’ 85,448” E

C3/Sucopangepok Sengon x = 80 03’ 22,5” S

y = 1130 44’ 04,0” E

C4/Sucopangepok Sengon x = 80 03’ 22,5” S

y = 1130 44’ 04,0” E

4.1.2 Penetapan Kadar Lengas

Tabel 4.2 Kadar Lengas

Sampel a (gr) b (gr) c (gr) % KA

C1/Teknik 0,71 6,02 5,57 9,25%

C2/Wirowongso 0,98 5,98 5,77 4,38%

C3/Sucopangepok 1,17 5,84 5,64 4,47%

C4/Sucopangepok 0,79 5,78 5,52 5,5%

4.1.3 Energi Potensial (pF)

Tabel 4.3 Energi Potensial

Sample

Kasa

&

Karet

(g)

Wa

(g)

Wb

(g)

We

(g)

Wf

(g)

ƟpF0

(%)

ƟpF1

(%)

C1/Teknik 1,42 258,73 246,53 215,45 96,55 44 31,6

Page 20: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

20

C2/

Wirowongso

1,92 271,6 256,91 209,86 96,61 62,91 47,49

C3/

Sucopangepok

1,66 279,58 273,71 232,63 96,21 45,9 40,5

C4/

Sucopangepok

1,66 285,98 277,76 237,84 96,16 48,93 40,57

4.1.4 Tekstur Tanah

Tabel 4.4 Berat Pasir (a)

Sampel A (g)

Cawan (g) Cawan + Pasir (g) a (g)

C1/Teknik 5.4869 8.7117 3.2248

C2/Wirowongso 5.3326 10.6882 5.3556

C3/Sucopangepok 4.7688 7.0313 2.2625

C4/Socopangepok 5.2969 1.4125 3.1336

Tabel 4.5 Berat Lempung (b)

Sampel

B (g)

Cawan (g) Cawan + Pipet 2

(g) Pipet 2 (g) b (g)

C1/Teknik 4.7314 4.7713 0.0399 1.995

C2/Wirowongso 5.1491 5.1761 0.027 1.350

C3/Sucopangepok 5.1366 5.1954 0.0388 2.94

C4/Socopangepok 4.8242 4.8918 0.0696 3.48

Tabel 4.6 Berat Debu dan Lempung (c)

Sampel

C (g)

Cawan (g) Cawan + Pipet 1

(g) Pipet 1 (g) c (g)

C1/Teknik 4.7913 5.178 0.3805 19.025

Page 21: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

21

C2/Wirowongso 5.4743 5.4745 0.0725 3.625

C3/Sucopangepok 5.0153 5.0153 0.1395 6.975

C4/Socopangepok 4.232 4.833 0.1239 6.195

Tabel 4.6 Kelas Tekstur

Sampel % Debu

(C-B) % Pasir % Lempung Kelas Tekstur

C1/Teknik 17.03 14.49 8.96 Silt Loam

C2/Wirowongso 2.275 59.64 15.03 Sandy Loam

C3/Sucopangepok 4.035 24.49 3.827 Clay Loam

C4/Socopangepok 2.715 33.60 37.30 Clay Loam

4.1.5 Penetapan Konduktivitas Hidraulik

Tabel 4.7 Konduktivitas Hidraulik

Sample V(cm3) t(s) ΔH

(cm)

L

(cm) F(cm2) Ks(cm/s)

C1/Teknik 8.62 1020 15 5 19.625 0.00014

C2/Wirowongso 12.96 2040 19 5 19.625 8.52x10-5

C3/Sucopangepok 6.79 840 21 5 19.625 0.000098071

C4/Sucopangepok 22.93 1140 19 5 19.625 0.000270

4.1.6 Stabilitas Agregat

Tabel 4.8 Berat dan Diameter Agregat

Ayakan X (mm) % WA

Kering

Xa = 45 mm

Xb = 14 mm

Xc = 7 mm

Xd = 2,5 mm

Wa = 62,732 %

Wb = 13,824 %

Wc = 10,434 %

Wd = 13,01 %

Basah Xa = 0,75 mm

Xb = 0,375 mm

Wa = 24,66 %

Wb = 39,01 %

Page 22: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

22

Xc = 0,1875 mm

Xd = 0,0625 mm

Wc = 4,49 %

Wd = 3,51 %

Tabel 4.9 Indeks Stabilitas

Sample DMR

( Kering )

DMR

( Basah )

Indeks

Stabilitas

Kelas indeks

stabilitas

C1 Teknik 4,084 0.689 29,45 Tidak Stabil

C2 Wirowongso 3,705 0,181 28,37 Tidak Stabil

C3 Sucopangepok 2,593 0,0996 40,10 Kurang Stabil

C4 Wirowongso 3,4 0,2655 31,90 Tidak Stabil

4.1.7 Penetapan Angka-angka Attenburg

Tabel 4.10 Batas Cair, Batas Lekat, Batas Gulung dan Batas Berubah Warna

Sampel BC BL BG BBW

C1

Teknik

85,94 56,59 30,38 27,08

C2

Wirowongso

33,87 33,15 29,36 7,50

C3

Sucopangepok

36,44 32,299 27,856 27,319

C4

Sucopangepok

37,39 32,463 27,289 8,992

Tabel 4.11 Jangka Olah, Indeks Plastisitas, Surplus, dan Persediaan Air

Maksimum

Sampel JO IP S PAM

C1

Teknik

26,23 15,56 10,57 18,86

C2

Wirowongso

3,796 4,509 -0,713 26,368

C3

Sucopangepok

4,443 8,58 -4,144 9,12

C4

Sucopangepok

4,443 10,109 -4,93 28,406

Page 23: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

23

4.1.8 Kepadatan Tanah

Tabel 4.12 Kepadatan Tanah

Sample Kepadatan tanah (kg/cm2)

Teknik 2,5

Wirowongso 3,5

Sucopangepok 3,5

4.1.9 Pengukuran Infiltrasi

Tabel 4.13 Infiltrasi Sampel Tanah Fakultas Teknik

No Waktu

(menit)

Kedalaman

(cm)

Infiltrasi

Kumulatif

(I)

Laju

Infiltrasi

(i)

Log I (Y) Log i (X)

1. 0 10 5,8 1,6 0,763427993 0,204119982

2. 5 4,2 4,2 4,2 0,62324929 0,62324929

3. 10 0 0 0 Math Error Math Error

Tabel 4.14 Infiltrasi Sampel Tanah Wirowongso

No Waktu

(menit)

Kedalaman

(cm)

Infiltrasi

Kumulatif

(I)

Laju

Infiltrasi

(i)

Log I (Y) Log i (X)

1. 0 10 6,5 5,5 0,812913356 0,740362689

2. 5 3,5 1 0,3 0 -0,522878745

3. 10 2,5 0,7 -0,7 -0,15490196 Math Error

4. 15 1,8 1,4 1 0,146128035 0

5. 20 0,4 0,4 0,4 -0,3979400008 -0,3979400008

6. 25 0 0 0 Math Error Math Error

Page 24: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

24

Tabel 4.15 Infiltrasi Sampel Tanah Sucopangepok

No Waktu

(menit)

Kedalaman

(cm)

Infiltrasi

Kumulatif

(I)

Laju

Infiltrasi

(i)

Log I (Y) Log i (X)

1. 0 10 4 3 0,602059991 0, 477121254

2. 5 6 1 0,5 0 -0,301029995

3. 10 5 0,5 0 -0,301029995 Math Error

4. 15 4,5 0,5 0 -0, 301029995 Math Error

5. 20 4 0,5 0 -0, 301029995 Math Error

6. 25 3,5 0,5 0,1 -0, 301029995 -1

7. 30 3 0,4 0,1 -0,397940008 -1

8. 35 2,6 0,3 -0,2 -0,522878745 Math Error

9. 40 2,3 0,5 0,2 -0,301029995 -0,698970004

10. 45 1,8 0,3 -0,3 -0,522878749 Math Error

11. 50 1,5 0,6 -0,3 -0,221848749 Math Error

12. 55 0,9 0,9 0,9 -0,04575749 -0,04575749

13. 60 0 0 0 Math Error Math Error

4.1.10 Suhu Tanah

Tabel 4.16 Suhu Tanah

Sampel Suhu Tanah

Fahrenheit Celcius

Teknik 59°F 15°C

Wirowongso 62°F 16,67°C

Sucopangepok 60°F 15,57°C

4.1.11 Penetapan Pori Total Tanah

Tabel 4.17 Berat Jenis Volume / Bulk Density (BJV)

Sampel a (gr) b (gr) c (gr) Vol. Ring

(g/cm3)

BV

(g/cm3)

C1/Teknik 96,55 266,27 215,45 98,125 1,21

Page 25: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

25

C2/Wirowongso 100,12 234,74 213,37 98,125 1,154

C3/Sucopangepok 100,14 257,08 232,63 98,125 1,35

C4/Sucopangepok 100,88 271,07 242,56 98,125 1,44

Tabel 4.18 Berat Jenis Partikel / Particle Density (BJP)

Kelompok/Sampel a (gr) b (gr) c (gr) d (gr) e (gr) BJP

(g/cm3)

C1/Teknik 19,05 24,33 47,31 44,41 23,84 2,53

C2/Wirowongso 18,34 28,39 51,16 45,31 27,95 2,556

C3/Sucopangepok 17,75 27,77 48,61 42,94 27,32 2,45

C4/Sucopangepok 24,84 34,85 56,60 50,71 34,30 2,65

Tabel 4.19 Ruang Pori Total Tanah (Porositas Total Tanah)

Kelompok/Sampel Porositas

C1/Teknik 52 %

C2/Wirowongso 54,8 %

C3/Sucopangepok 45 %

C4/Sucopangepok 45,7 %

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengambilan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah pada praktikum dilakukan pada 4 lokasi yang

berbeda, yaitu di Fakultas Teknik Universitas Jember, di daerah Wirowongso dan

di dua titik pada daerah Sucopangepok. Keempat lokasi tersebut memiliki struktur

dan tekstur tanah yang berbeda. Contoh tanah yang diambil adalah contoh tanah

utuh, contoh tanah terusik dan agregat utuh. Pengambilan contoh tanah secara

utuh dilakukan dengan menggunakan ring sampel tanpa merusak strukturnya.

Tanah dengan fraksi liat yang lebih tinggi lebih mudah untuk mengambil contoh

Page 26: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

26

tanah secara utuh berbeda dengan tanah dengan fraksi pasir yang tinggi, hal ini

dikarenakan tanah berpasir memiliki daya lekat yang rendah sesuai dengan

pernyataan Advinda (2018) bahwa tanah yang didominasi fraksi pasir akan

membentuk struktur yang mudah lepas. Tanah lempung lebih berbentuk

gumpalan-gumpalan utuh yang menyatu saat diberi air, sehingga pemberian air

pada tanah sangat diperlukan untuk memudahkan pengambilan contoh tanah.

Pengambilan contoh tanah agregat utuh yang didapat dari tanah berpasir

berupa agregat yang rapuh atau mudah hancur. Pengambilan contoh tanah agregat

dilakukan dengan menggunakan sekop atau cangkul dengan mengambil padatan

tanah yang utuh. Tanah yang diambil sebagai sampel agregat harus berupa

bongkahan alami yang tidak mudah pecah. Agregat harus dipertahankan dengan

hati-hati agar tidak rusak saat akan dilakukan pengujian.

Pengambilan tanah terusik dilakukan dengan menggunakan bor tanah.

Tanah yang akan dibor perlu diberi air terlebih dahulu dan dibersihkan dari

seresah atau sisa-sisa tanaman dan sampah yang terdapat pada permukaan tanah.

Tanah yang digunakan sebagai sampel diambil dari tanah yang terdapat pada mata

bor. Tanah yang diambil sebagai sampel harus bersih dari rumput, akar tanaman,

bebatuan atau kerikil dan sampah.

4.2.2 Penetapan Kadar Lengas

Tanah bertekstur lempung berdebu (silty loam) memiliki kemampuan

menahan air lebih tinggi daripada tanah lempung berpasir (sandy loam). Hal ini

sesuai dengan penelitian Achmad dan Putra (2016) bahwa, salah satu faktor yang

berpengaruh pada kemampuan tanah menahan air yaitu tekstur tanah. Setiap kelas

tekstur memiliki kemampuan menahan air yang berbeda. Kemampuan menahan

air lebih tinggi didapatkan pada tanah yang bertekstur lempung liat (clay loam)

dan lempung berdebu (silty loam) sedangkan terendah yaitu pada tanah pasir

(sand). Pengelolaan kelengasan tanah bertujuan untuk meningatkan kemampuan

tanah menahan air. Kedalaman tanah dan kondisi lahan berpengaruh terhadap

kadar lengas tanah pada musim kemarau dan hujan. Kadar lengas tanah pada

setiap kedalaman pada musim kemarau dapat dipertahankan dengan perlakuan

Page 27: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

27

efektif yaitu perlakuan rorak. Perlakuan rorak mampu memberikan lebih besar

dalam peningkatan kadar lengas tanah dari vegetasi. Bahan organik merupakan

salah satu faktor yang dapat mempertahankan kadar lengas tanah.

Kadar lengas pada tanah bertekstur lempung berdebu (silty loam) lebih

besar daripada kadar air tanah bertekstur lempung berpasir (sandy loam) sehingga

derajat kejenuhan meningkat dan mengakibatkan perubahan kohesi pada tanah

tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Prayogo dan Saptowati (2016)

yang menunjukkan bahwa semakin besar kadar lengas pada tanah akan

mengakibatkan derajat kejenuhan semakin meningkat, berat volume kering

menurun, pori akan membesar, dan tegangan air pada pori akan mengecil. Kadar

air juga dapat mengakibatkan perubahan pada kekuatan tanah lempung atau

kohesi tanah. Penambahan kadar lengas akan menurunkan nilai kohesi tanah

sedangkan pengurangan kadar lengas akan meningkatkan nilai kohesi tanah.

Jumlah kadar lengas tanah pada berbagai lokasi berbeda-beda karena

setiap lokasi memiliki tingkat ketinggian dan kelerengan lahan yang berbeda-

berbeda. Menurut Nita dkk.,(2014), lengas yang tersedia akan meningkat seiring

dengan kenaikan ketinggian dan kelerengan (topografi). Ketinggian tempat

menjadi faktor yang memberikan pengaruh positif yaitu setiap kenaikan

ketinggian tempat, maka persentase lengas tersedia akan meningkat. Persentase

lengas tersedia akan menurun ketika kemiringan lahan bertambah.

Lokasi yang sama memiliki kadar lengas yang berbeda-berbeda meskipun

penggunaan lahan sama yaitu ditanami tanaman tahunan atau hutan (jati dan

sengon). Menurut Ayu dkk., (2013) bahwa, perubahan kadar air tanah yang terjadi

berbeda pada penggunaan lahan dapat berbeda. Sifat-sifat fisika tanah menjadi

faktor yang menyebabkan perubahan tersebut. Sifat-sifat fisika tanah dipengaruhi

oleh penggunaan lahan. Penggunaan lahan yang berbeda mempunyai sistem

perakaran, sisa serasah, dan penutupan kanopi yang akan menentukan sifat-sifat

fisika tanah di bawahnya. Hal tersebut berpengaruh terhadap sifat retensi dan

pergerakan air dalam tanah.

Kadar lengas berhubungan dengan porositas tanah. Kemampuan tanah

dalam menyerap air tidak bergantung pada total ruang pori namun dipengaruhi

Page 28: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

28

oleh persentase sebaran ukuran pori. Tegakan hutan tidak berpengaruh nyata

karena ruang pori setiap tegakan tergolong banyak dan jumlah pori makro mikro

seimbang. Ruang pori seperti itu membuat udara dan air dapat bermobilisasi di

dalam tanah (Lubis dkk., 2016).

4.2.3 Energi Potensial (pF)

Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di

bawah permukaan tanah. Kapasitas tanah tidak hanya menahan air namun juga

menahan air udara alat yang digunakan berbeda beda yaitu sand box untuk pF 0-

1,8 , kaolin box untuk 0-2,5 , pF meter untuk pF 0-3,5 dan pF meter untuk 0-4,2.

Penetapan pada praktikum mendapatkan hasil pF 0 dan pF 1 menunjukkan hasil

yang berbeda disetiap tempat. Nilai pF 0 pada sampel di wilayah teknik sebesar

44% dan untuk pf 1 sebesar 31,6%. Nilai pF 0 pada sampel wilayah wirowongso

sebesar 62,91% dan untuk pF 1 sebesar 47,49%. Nilai pF pada wilayah sampel

sucopangepok ada 2 dengan tempat yang berbeda. Kelompok 3 Sucopangepok

memiliki nilai pF 0 sebesar 45,9% dan untuk pF 1 sebesar 40,5%. Kelompok 4

Sucopangepok memiliki nilai pF 0 48,93% dan pF 1 40,57%.

Nilai pF berbeda beda yang disebabkan oleh pengambilan sampel yang

berbeda beda. Nilai pF juga berkaitan dan saling berhubungan dengan tekstur

tanah karena tekstur tanah berpengaruh dalam perananan menangkap air. jika

tanah dijenuhkan kandungan air yang mengisi pori tanah air akan semakin lebih

besar. Distribusi ukuran pori berhubungan erat dengan dengan pengikatan air.

Susunan dari pori terkecil yaitu clay, debu dan pasir. Susunan terkecil (clay) dapat

mengikat air lebih banyak dari pada susunan debu dan susunan pasir.

4.2.4 Tekstur Tanah

Berdasarkan tabel hasil pengamatan pada tekstur tanah bahwa pada sampel

C1 didapat % pasir sebesar 14,49%, % debu sebesar 76,54% dan persen liat

sebesar 8,96. Sampel C2 diperoleh % pasir sebesar 59,64%, % debu sebesar

25,33%, dan % liat sebesar 15,03%. Sampel C3 diperoleh % pasir sebesar

24,49%, % debu sebesar 43,68%, dan % liat sebesar 3.827%., sedangkan pada

Page 29: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

29

Sampel C4 diperoleh % pasir sebesar 33.60% debu sebesar 29.10%, dan % liat

sebesar 37.30%. Hasil tersebut menunjukkan tekstur pada Sampel C1 bertekstur

lempung berdebu (silty loam), sampel 3 bertekstur lempung berpasir (sandy loam),

sedangkan sampel C3 dan C4 bertekstur lempung liat (clay loam).

Sampel C1 memiliki persentase fraksi debu lebih besar daripada

persentase fraksi pasir dan lempung, karena sampel tanah ini komposisi tanahnya

disebabkan oleh beberapa hal yaitu bahan organik yang disebabkan oleh

banyaknya sisa-sisa tumbuhan dan sisa pembuangan lainnya. Sampel C2 memiliki

fraksi Tanah lempung berpasir didominasi oleh partikel pasir. Tanah yang

didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro, tanah yang didominasi

debu akan mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan didominasi liat akan

banyak mempunyai pori-pori mikro. Hal ini berbanding terbalik dengan luas

permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan luas situs yang dapat

bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga makin dominan fraksi

pasir akan makin kecil daya tahannya untuk menahan tanah (Hakim, 1986).

Sampel C3 dan C4 memiliki fraksi yang sama yaitu lempung liat (clay loam)

karena pengambilan sampel tanah di desa atau daerah yang sama. Lempung

berliat akan terasa agak kasar, dapat membentuk bola agak teguh bila kering dan

membentuk gumpalan bila dipilin tetapi pilinan mudah hancur dan daya lekatnya

sedang.

4.2.5 Konduktivitas Hidraulik (Ks)

Berdasarkan data di atas terdapat 4 sampel tanah yang digunakan untuk

penetapan Ks. Keempat sampel tersebut memiliki nilai permeabilitas yang

berbeda-beda, diantaranya yaitu tanah yang berasal dari depan Fakultas Teknik

Universitas Jember dengan nilai Ks sebesar 0.00014 cm/s, Wirowongso senilai

0,0000852 cm/s, Sucopangepok 1 senilai 0.000098071 cm/s, dan Sucopangepok 2

dengan Ks sebesar 0.000270 cm/s. Hasil pengamatan pada masing-masing data

sampel yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel tanah dengan Ks paling tinggi

adalah yang berasal dari Sucopangepok 2 dan yang memiliki nilai Ks terrendah

adalah sampel tanah yang berasal dari Wirowongso.

Page 30: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

30

Apabila dilihat dari data pengamatan tekstur, sampel tanah yang

seharusnya memiliki nilai Ks tertinggi adalah yang berasal dari Wirowongso

dengan tekstur sandy loam, sedangkan untuk sampel yang berasal dari daerah

Sucopangepok 2 bertekstur clay loam yang seharusnya memiliki nilai Ks yang

rendah. Semakin besar ukuran fraksi yang terdapat dalam tanah maka akan

semakin banyak pori makro yang dimiliki tanah tersebut, begitu pula sebaliknya.

Apabila tanah memiliki pori makro yang banyak maka akan semakin besar pula

kemampuan tanah tersebut mengalirkan air.

Kusuma dan Yulfiah (2017) juga menyatakan bahwa tekstur merupakan

perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu, dan liat pada tanah. Tekstur sangat

mempengaruhi permeabilitas tanah. Hal ini dikarenakan peristiwa permeabilitas

yang terjadi melewati tekstur tanah. Air akan lebih mudah melewati tanah yang

bertekstur pasir daripada tanah yang bertekstur lempung. Hal ini terkait dengan

pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori, dan luas

permukaan adsorbtive, dimana semakin halus ukuran partikelnya akan semakin

besar juga kapasitas simpan airnya, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya

peningkatan kadar air tanah dan juga ketersediaan air tanah.

Tingginya nilai Ks pada sampel tanah Sucopangepok 2 dengan tekstur clay

loam bisa disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor yang membuat

ketidaksesuaian antara nilai Ks dan tekstur tanah ini salah satunya yaitu sampel

tanah yang berasal dari wilayah sucopangepok 2 ini memiliki kemantapan agregat

yang tinggi sehingga dapat memiliki nilai Ks yang tinggi meskipun teksturnya

berupa clay loam. Jika dilihat kembali pada tabel hasil pengamatan stabilitas

agregat dapat dilihat bahwa sampel yang memiliki nilai indeks stabilitas tertinggi

terdapat pada sampel Sucopangepok 1 dan yang nilai indeks stabilitas agregatnya

paling rendah adalah sampel dari daerah Wirowongso. Hal ini didukung oleh

adanya pernyataan dari Agus dan Suganda (2006) dalam Maharani, dkk. (2015)

yaitu, permeabilitas tanah dapat dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah.

Tanah yang teksturnya didominasi oleh pasir akan mempunyai permeabilitas yang

tinggi, sedangkan tanah dengan tekstur lempung akan mempunyai permeabilitas

yang rendah, namun bila tanah bertekstur lempung mempunyai agregasi butir

Page 31: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

31

tunggal yang mantap maka akan mempunyai permeabilitas tanah yang tinggi.

Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh penjelasan dari Islami dan Utomo (1995)

dalam Rosyidah dan Ruslan (2013) bahwa perakaran tanaman sangat membantu

adanya pembentukan dan kemantapan agregat serta pori makro pada tanah dengan

melalui retakan-retakan yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas akar. Tanah-tanah

yang mempunyai agregat mantap menjamin lalu lintas air tetap lancar tanpa

terganggu oleh hancuran massa tanah ketika kandungan air tanah meningkat.

Berdasarkan data di atas terdapat 4 sampel tanah yang digunakan untuk

penetapan Ks. Keempat sampel tersebut memiliki nilai permeabilitas yang

berbeda-beda, diantaranya yaitu tanah yang berasal dari depan Fakultas Teknik

Universitas Jember dengan nilai Ks sebesar 0.00014 cm/s, Wirowongso senilai

0,0000852 cm/s, Sucopangepok 1 senilai 0.000098071 cm/s, dan Sucopangepok 2

dengan Ks sebesar 0.000270 cm/s. Hasil pengamatan pada masing-masing data

sampel yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel tanah dengan Ks paling tinggi

adalah yang berasal dari Sucopangepok 2, namun jika dilihat dari data tekstur,

sampel tanah yang seharusnya memiliki nilai Ks tertinggi adalah yang berasal dari

Wirowongso dengan tekstur sandy loam, sedangkan untuk sampel yang berasal

dari daerah Sucopangepok 2 bertekstur clay loam yang seharusnya memiliki nilai

Ks yang rendah.

Tingginya nilai Ks pada sampel tanah Sucopangepok 2 dengan tekstur clay

loam bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama yang membuat

ketidakcocokan antara nilai Ks dan tekstur tanah ini yaitu sampel tanah yang

berasal dari wilayah sucopangepok 2 ini memiliki kemantapan agregat yang tinggi

sehingga dapat memiliki nilai Ks yang tinggi meskipun teksturnya berupa clay

loam, hal ini didukung oleh adanya pernyataan dari Agus dan Suganda (2006)

dalam Maharani, dkk. (2015) yaitu, permeabilitas tanah dapat dipengaruhi oleh

tekstur dan struktur tanah. Tanah yang teksturnya didominasi oleh pasir akan

mempunyai permeabilitas yang tinggi, sedangkan tanah dengan tekstur lempung

akan mempunyai permeabilitas yang rendah, namun bila tanah bertekstur lempung

mempunyai agregasi butir tunggal yang mantap maka akan mempunyai

permeabilitas tanah yang tinggi. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh

Page 32: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

32

penjelasan dari Islami dan Utomo (1995) dalam Rosyidah dan Ruslan (2013)

bahwa perakaran tanaman sangat membantu adanya pembentukan dan

kemantapan agregat serta pori makro pada tanah dengan melalui retakan-retakan

yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas akar. Tanah-tanah yang mempunyai

agregat mantap menjamin lalu lintas air tetap lancar tanpa terganggu oleh

hancuran massa tanah ketika kandungan air tanah meningkat, namun

ketidaksesuaian antara nilai Ks dan tekstur tanah ini dapat pula disebabkan faktor

yang kedua, yaitu mungkin saja terjadi human error saat dilakukannya penetapan

Ks.

4.2.6 Stabilitas Agregat

Stabilitas agregat merupakan kemampuan tanah untuk bertahan dari suatu

proses flokulasi dan fregmentasi. Flokulasi terjadi jika partikel tanah yang pada

awalnya dalam keadaan terdispersi, kemudian bergabung membentuk agregat.

Sedangkan fragmentasi terjadi jika tanah dalam keadaan masif, kemudian

terpecah-pecah membentuk agregat yang lebih kecil . Stabilitas agregat memiliki

tingkatan yang penting bagi suatu tanaman karena tingkat agregat mempengaruhi

perakaran tanaman. Menurut Hafif (2014), Stabilitas agregat menentukan kualitas

tanah dan polisakarida adalah agen agregasi utama partikel tanah.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh data indeks

stabilitas berbeda beda dari setiap sampel tanah. Sampel tanah Sucopangepok

menunjukan kelas indeks stabilitas kurang stabil hingga stabil dengan indeks

stabilitas sebesar 40,10 %. Sampel tanah Teknik menunjukan kelas indeks

stabilitas yang tidak stabil dengan indeks stabilitas sebesar 29,45 % sedangkan

sampel tanah Wirowongso menunjukan kelas indeks stabilitas yang berbeda dari

sampel sebelumnya. Sampel tanah sucopangepok menujukan kelas indeks

stabilitas yang kurang stabil dengan indeks stabilitas sebesar 40,10 %. Sampel

tanah sucopangepok merupakan sampel tanah yang memliki indeks stabilitas yang

paling tertinggi sedangkan sampel tanah teknik merupakan sampel tanah yang

memiliki indeks stabilitas yang paling rendah.

Page 33: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

33

Semakin tinggi tingkat stabilitas agregat yang dimiliki oleh sampel tanah

tersebut maka semakin baik tanah tersebut dalam bidang pertanian. Sampel tanah

yang memiliki tingkat stabilitas yang tinggi akan mempengaruhi struktur tanah

yang daerah pengambilan sampel tanah tersebut. Struktur tanah yang baik

mempengaruhi pertumbuhan tanaman dikarenakan semakin besar stabilitas

agregat pada suatu daerah maka kandungan bahan organik. Bahan organic

merupakan bahan yang mempengaruhi kerekatan pada tanah karena mengandung

koloid.

4.2.7 Penetapan Angka-angka Attenburg

Konsistensi tanah adalah suatu sifat tanah yang menunjukkan derajat kohesi

dan adhesi antara partikel-partikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap

perubahan bentuk disebabkan oleh tekanan. Daya adhesi adalah gaya tarik

menarik antar molekul yang tidak sejenis. Angka atterberg merupakan angka yang

menunjukkan kadar air pada berbagai batas konsistensj yakni penetapan batas

batas konsistensi dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan

air tanah.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diketahui bahwa batas cair (BC)

pada sampel berbeda karena diambil dari berbagai tempat yaitu di Fakultas Teknik,

di daerah Wirowongso, dan di daerah Sucopangepok sebanyak 2 tempat yang

berbeda. Batas cair (BC) menggunakan contoh tanah terusik dan menggunakan

alat cassagrande. Tanah dibuat menjadi pasta saat melakukan penetapan batas cair

menggunakan alat cassagrande dengan ketukan 2 kali per detik. Banyaknya

ketukan dihitung hingga tanah yang terbelah pada alat cassagrande menyatu

kembali sepanjang 3 cm. Jumlah ketukan yang dihasilkan harus sesuai dengan

ketentuan, jika jumlah ketukan kurang dari kisaran yang ditentukan berarti pasta

tersebut terlalu banyak air sehingga perlu menambahkan tanah, sebaliknya jika

jumlah ketukan melebihi ketentuan, maka pasta tersebut memerlukan tambahan

air. Besarnya batas cair tanah atau BC yang terdapat di wilayah Sucopangepok

termasuk dalam kategori sedang yaitu 36,44% dan 37,39%. BC pada desa

Wirowongso sebesar 33,87% dan juga tergolong sedang. Besarnya nilai BC pada

Page 34: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

34

contoh tanah di Fakultas Teknik Universitas Jember sebesar 85,59% dan termasuk

dalam kategori sangat tinggi. Tanah di fakultas pertanian tergolong tinggi karena

tanahnya banyak mengandung liat yang dapat mengikat air dengan baik.

Batas Gulung (BG) tanah adalah kemampuan tanah yang memungkinkan

tanah dapat digulung-gulung menjadi batang atau benang kecil. Batas gulung

(BG) dilakukan dengan membuat pasta dan dan digulung diatas lempeng kaca

dengan membentuk menjadi batang atau benang kecil. Batas gulung (BG)

tertinggi yaitu pada tanah Fakultas Teknik.

Batas Lekat (BL) tanah adalah kemampuan tanah untuk melekat yang

berkaitan dengan kandungan air. Batas lekat (BL) tanah dibuat dengan sisa dari

BC dengan membentuk bola. Batas lekat (BL) tanah pada contoh tanah di

Sucopangepok memiliki nilai sebesar 32,299% yang didapat dari menusuk bola

tanah yang telah dibuat, dan kemudian dilakukan perhitungan tinggi bekas tanah

yang terdapat pada alat.

Batas berubah warna (BBW) dilakukan dengan membentuk tanah yang

dipipihkan pada lempengan kayu dengan daerah samping pada lempengan sangat

tipis dan didiamkan sampai daerah terluar dari tanah tersebut berubah warna dan

lempengan kayu tersebut harus tanpa terkena pancaran sinar matahari langsung.

Batas berubah warna pada daerah Sucopangepok memiliki nilai 27,319%. Batas

berubah warna yang memiliki nilai paling sedikit yaitu pada contoh tanah di

daerah Wirowongso, hal ini disebabkan kareana kadar lengas cukup rendah.

Jenis tanah juga berpengaruh terhadap batas berubah warna karena pada

setiap tanah memiliki penyerapan air yang berbeda. Tanah yang memiliki

kandungan fraksi lempung yang tinggi lebih bersifat elastis dan tidak mudah

pecah ketika diberi tekanan, berbeda dengan tanah yang memiliki fraksi pasir

yang tinggi akan sulit untuk digulung atau dibentuk menjadi bola karena tingkat

elastisitasnya rendah.

4.2.8 Kepadatan Tanah

Pada praktikum Fisika Tanah yang dilakukan dibeberapa penetapan titik

lokasi, yang terbagi menjadi 3 titik diantaranya adalah di Fakultas Teknik, di

Page 35: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

35

daerah Wirowongso, dan di daerah Sucopangepok. Dilakukannya praktikum pada

kali ini yaitu untuk mengetahui atau mengukur kepadatan tanah yang ada pada

titik lokasi yang telah ditentukan tersebut. alat yang digunakan dalam mengetahui

atau mengukur kepadatan tanah adalah “Hand Peneterometer”.

Berdasarkan hasil praktikum lapang yang dilakukan dibeberapa titik lokasi

sampel mendapatkan data yang berbeda yaitu sebagai beikut : Besarnya nilai

kepadatan tanah di Fakultas Teknik sebesar 2,5 kg/cm2 sedangkan dua lokasi

lainnya yang berbeda yaitu Wirowongso dan Sucopangepok mendapatkan data

yang sama yaitu sebesar 3,5 kg/cm2. Hasil perolehan data tersebut dapat diketahui

bahwa kepadatan tanah pada suatu wilayah berbeda dengan satu wilayah yang

lainnya. Kepadatan tanah yang memiliki nilai tertinggi yaitu pada sampel tanah di

daerah Wirowongso dan Sucopangepok yang memiliki nilai sebesar 3,5 kg/cm2 ,

sedangkan kepadatan tanah yang terendah yaitu pada sampel tanah di Fakultas

Teknik yaitu sebesar 2,5 kg/cm2.

Tanah dapat didefinisikan sebagai mineral yang terdiri dari agregat atau

butiran mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu

sama lain dan dari bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan

gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel pada tersebut.

Kepadatan tanah pada suatu wilayah memiliki keanekaragaman yang berbeda-

beda, perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu jenis tanah, kadar

air, curah hujan dan topografi. Pengaruh jenis tanah terhadap kepadatan suatu

jenis tanah, seperti distribusi ukuran butiran, bentuk butiran, berat jenis dan

macam mineral lempung yang terdapat didalam tanah sangat memiliki pengaruh

pada berat jenis volume maksimum dan kadar air optimumnya. Kondisi tanah

pada kadar air yang rendah, tekanan kapiler dalam tanah yang berada didalam

rongga pori menghalangi kecenderungan partikel tanah untuk bergerak sehingga

butiran cenderung merapat (padat). Batas kadar air tanah yang mengakibatkan

perubahan kondisi dan bentuk tanah dikenal sebagai batas-batas konsistensi atau

batas-batas “atterberg”. Kadar air yang tergantung dalam tanah berbeda-beda

pada setiap kondisi tersebut yang mana bergantung pada interaksi antara partikel

mineral lempung. Kandungan air yang berkurang menyebabkan ketebalan lapisan

Page 36: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

36

kation akan berkurang, sehingga gaya tarik antar partikel bertambah. Kondisi

tanah yang sebaliknya saat kadar air snagat tinggi, campuran tanah dan air akan

menjadi sangat lembek seperti cairan dan ruang pori rendah sehingga

menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase.

Menurut Muhdi (2016), pemadatan tanah menyebabkan peningkatan pori

pengikat air dan resistensi tanah, namun permeabilitas akan menurun seiring

dengan peningkatan kepadata tanah. Pemadatan merupakan masalah yang

kompleks dan mempunyai hubungan yang nyata dengan sifat fisik, kimia dan

biologi tanah. Pemadatan tanah akan memiliki efek terhadap pertumbuhan

tanaman yaitu pada pertumbuhan tanaman akan terhambat. Pemadatan tanah akan

memberikan tahanan mekanik bagi pertumbuhan tanman sehingga dapat

mengurangi perkecambahan, mencegah sistem perakaran, dan akibatnya dapat

mengurangi produktivitas tanaman.

4.2.9 Pengukuran Infiltrasi

Berdasarkan hasil pengamatan dari 3 lokasi diperoleh hasil bahwa tanah

dengan laju infiltrasi paling tinggi adalah yang berada di depan Fakultas Teknik,

kemudian yang kedua adalah daerah Wirowongso, dan yang terakhir adalah

Sucopangepok. Daerah Depan Fakultas Teknik memerlukan waktu 10 menit

untuk air setinggi 10 cm masuk ke dalam tanah, sedangkan di Wirowongso air

setinggi 10 cm memerlukan waktu 25 menit untuk masuk ke dalam tanah hingga

benar-benar habis. Tanah pada wilayah Sucopangepok memerlukan waktu yang

lebih lama lagi yaitu 1 jam untuk proses masuknya air ke dalam tanah.

Tekstur tanah berpengaruh terhadap laju infiltrasi pada lahan tersebut. Hal

ini dikarenakan tekstur tanah berkaitan erat dengan pori tanah. Laju infiltrasi

utamanya dipengaruhi oleh pori yang ukurannya besar. Semakin banyak terdapat

pori yang berukuran besar, semakin tinggi pula laju dan kapasitas infiltrasinya,

begitu pula sebaliknya. Tanah yang bertekstur liat sangat kaya akan pori yang

halus dan sedikit sekali terdapat pori besar, sedangkan tanah bertekstur pasir

memiliki banyak pori besar dan miskin pori halus, sehingga kapasitas dan laju

Page 37: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

37

infiltrasi pada tanah bertekstur pasir memiliki nilai yang lebih besar daripada

tanah dengan tekstur liat (Achmad, 2011 dalam Irawan dan Slamet, 2016).

Hasil pengamatan infiltrasi ini kurang sesuai dengan hasil pengamatan

yang diperoleh pada acara tekstur. Tanah di daerah depan Fakultas Teknik

memiliki tekstur silty loam, pada wilayah Wirowongso memiliki tekstur sandy

loam, dan pada daerah Sucopangepok memiliki tekstur clay loam. Berdasarkan

data tersebut seharusnya yang memiliki laju infiltrasi tertinggi adalah tanah di

Wirowongso dan tanah di depan fakultas Teknik seharusnya berada pada urutan

ke 2. Kurang sesuainya hasil pengamatan ini bisa dikarenakan banyaknya seresah

yang terdapat di permukaan tanah Wirowongso sehingga menyebabkan laju

infiltrasi tidak optimal meskipun tanahnya bertekstur sandy loam. Laju infiltrasi

Tanah di depan Fakultas Teknik lebih tinggi daripada Wirowongso bisa

disebabkan oleh seresah yang ada di depan Fakuktas Teknik tidak sebanyak di

Wirowongso sehingga laju infiltrasinya dapat optimal meskipun tekstur tanahnya

silty loam. Tanah di wilayah Sucopangepok memiliki laju infiltrasi yang rendah

karena teksturnya adalah clay loam. Tanah dengan tekstur clay loam memiliki

pori yang sangat banyak namun berukuran mikro sehingga air sulit masuk ke

dalam tanah.

4.2.10 Suhu Tanah

Berdasarkan tabel diatas pengukuran sampel suhu tanah yang didapat dari

hasil pratikum yaitu berbeda-beda dari ketiga lokasi. Kelompok C1yang

mengukur di Fakultas Teknik memperoleh suhu 15°C, sedangkan kelompok C2

yang mengukur di Wirowongso memperoleh suhu 16,67°C dan kelompok C3 dan

C4 yang mengukur di Sucopangepok memperoleh suhu 15,57°C. Diketahui dari

hasil tabel diatas bahwa suhu tertinggi adalah di desa Wirowongso.

Perbedaan ketiga suhu tersebut dikarenakan tempat pengukuran sampel

suhu ditempat yang berbeda. Teknik mempunyai suhu yang paling rendah

dibandingkan dengan di Wirowongso dan di Sucopangepok dikarenakan tekstur

tanah yang ada di teknik adalah lempung berdebu (silt loam) terasa agak licin dan

berbentuk debu dan dapat membentuk bola yang agak teguh dan dapat melekat.

Page 38: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

38

Tanah jenis ini tergolong tanah yang bertekstur halus memiliki kapasitas dalam

proses penyerapan unsur-unsur hara yang lebih besar dibandingkan dengan tanah

yang bertekstur kasar, namun pada tanah bertekstur lembut ini umumnya lebih

subur dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar. Karena banyak mengandung

unsure hara dan bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman serta mudah dalam

menyerap unsur hara.

Wirowongso mempunyai suhu yang paling tinggi dibanding suhu di teknik

dan sucopangepok. Suhu tanah yang tinggi diantara suhu tanah yang lain ini

dikarenakan tekstur tanah yang ada di wirowongso yakni lempung berpasir,

dimana rasa kasar pada tanah lempung berpasir akan terasa agak jelas dan juga

akan membentuk bola yang agak keras tetapi akan mudah hancur. Tanah lempung

berpasir didominasi oleh partikel pasir , tetapi cukup mengandung tanah liat dan

sedimen untuk menyediakan beberapa struktur dan kesuburan. Suhu di

wirowongso masih cocok untuk ditanami seperti tanaman cabe, terung, kakoi dan

lain-lain. Suhu tanah di daerah sucopangepok 15,57°C bertekstur clay loam

dimana didaerah ini termasuk daerah dataran tinggi. Clay loam tekstur tanah yang

terdiri dari 27-40% liat dan 20 –45% pasir. Tanaman yang cocok ditanam yaitu

tanaman sengon, tembakau, ubi jalar dan lain-lain.

4.2.11 Penetapan Pori Total Tanah

Porositas merupakan proporsi ruang pori total yang terdapat dalam satuan

volume tanah yang dapat diisi oleh air dan udara. Semakin besar pori yang

terdapat dalam tanah tersebut, maka semakin cepat pula permeabilitas yang terjadi

pada tanah tersebut. Struktur adalah kenampakan bentuk atau susunan partikel-

partikel primer tanah hingga partikel-partikel sekundernya. Semakin banyak ruang

yang terdapat antar struktur, maka semakin cepat juga permeabilitas di dalam

tanah tersebut. Contohnya air akan lebih sulit menembus tanah yang strukturnya

lempeng daripada tanah yang strukturnya remah.

Tanah bertekstur lempung berliat (clay loam) memiliki berat jenis volume

lebih besar daripada yang lainnya. Menurut Sudomo dan Handayani (2013), berat

volume tanah ,menggambarkan tingkat kepadata suatu tanah yang mempengaruhi

Page 39: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

39

pertumbuhan tanaman diatasnya. Tanah yang semakin padat akan mengganggu

pertumbuhan tanaman. Kandungan lempung pada tanah mudah mengalami

pemadatan akibat pengolahan tanah yang kurang tepat dan kandungan debu yang

tinggi menyebabkan tanah mudah tererosi. Faktor-faktor silvikultur seperti

pengolahan tanah dapat merubah kepadatan tanah. Pengelolaan tanah dapat

memperbaiki porositas tanah untuk memudahkan akar tanaman menyerap unsur

hara.

Berat volume tanah pada lahan yang ditanami sengon lebih tinggi

dibandingkan lahan yang ditanami jati. Menurut Rahmayuni dan Rosneti (2017)

bahwa, tanah yang memiliki kandungan bahan organik lebih tinggi dapat

memperbaiki sifat fisika tanah yang berdampak terhadap penurunan berat volume

tanah tersebut. Tingginya total ruang pori disebabkan oleh sumbangan bahan

organik yang lebih banyak yang berasal dari guguran daun dan jaringan tanaman

yang telah mati. Fauna kecil yang terdapat di lahan juga dapat menjadi penyebab

tingginya total pori tanah. Lahan yang tanahnya diolah menyebabkan tanah

menjadi lebih padat karena kehilangan bahan organik sehingga dapat merusak

tanah yang dapat dilihat dari jumlah total ruang pori tanah. Keadaan terbuka

ketika tanah diolah, bahan organiknya akan cepat terdekomposisi akibat suhu

yang tinggi.

Berat volume pada tanah bertekstur lempung berliat (clay loam) lebih

besar, namun ruang pori total tanah tersebut rendah. Berat volume akan

mempengaruhi ruang pori total tanah. Nilai berat volume semakin rendah, ruang

pori total tanah akan semakin tinggi. Porositas pada penggunaan lahan

monokultur lebih besar dibandingkan pda penggunaan lahan tumpangsari. Ruang

pori merupakan bagian yang diisi oleh air dan udara. Jumlah ruang pori sebagian

besar ditentukan oleh susunan butir-butir padat. Susunan butir-butir relatif lebih

renggang pada lahan monokultur karena kandungan pasirnya lebih sedikit

sehingga porositasnya lebih besar. Semakin besar nilai porositasnya menyebabkan

daya simpan air secara maksimum akan besar pula (Juarti, 2016).

Pengaruh kandungan pasir pada berat jenis partikel lebih besar pada tanah

lempung berpasir (sandy loam) daripada lempung berliat (clay loam). Tanah

Page 40: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

40

lempung cenderung memiliki berat jenis partikel lebih rendah dan porositasnya

lebih tinggi daripada tanah pasir. Berat jenis partikel secara tidak langsung

menentukan ukuran porositas tanah. Porositas tanah adalah perbandingan volume

pori-pori tanah dengan total volume tanah sehingga berat jenis partikel berbanding

terbalik dengan porositas. Kerapatan bahan organik tergantung pada makronutrien

dan mikonutrien yang tersedia di dalam tanah. kerapatan tersebut dapat

menyebabkan kandungan total makronutrien akan menurun atau kandungan

mikronutrien total dalam tanah meningkat (Chaudhari et al., 2013).

Page 41: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

41

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan 3 cara, yaitu pengambilan

contoh tanah utuh menggunakan ring sampel, pengambilan contoh tanah

terusik menggunakan bor tanah dan pengambilan contoh tanah agregat

utuh menggunakan cangkul dan sekop.

2. Kemampuan menahan air lebih tinggi didapatkan pada tanah yang

bertekstur lempung liat (clay loam) dan lempung berdebu (silty loam)

sedangkan terendah yaitu pada tanah pasir (sand). Kadar lengas pada tanah

bertekstur lempung berdebu (silty loam) lebih besar daripada kadar air

tanah bertekstur lempung berpasir (sandy loam) sehingga derajat

kejenuhan meningkat dan mengakibatkan perubahan kohesi pada tanah

tersebut.

3. Nilai pF yang berbeda disebabkan oleh pengambilan sampel yang berbeda.

Nilai pF berkaitan dan saling berhubungan dengan tekstur tanah karena

tekstur tanah berpengaruh dalam perananan menangkap air, jika tanah

dijenuhkan kandungan air yang mengisi pori tanah air akan semakin lebih

besar. Distribusi ukuran pori berhubungan erat dengan dengan pengikatan

air. Susunan dari pori terkecil yaitu clay, debu dan pasir. Susunan terkecil

(clay) dapat mengikat air lebih banyak dari pada susunan debu dan

susunan pasir. Nilai pF di Wirawongso paling besar, karena memiliki

tekstur yang berpasir, yaitu sandy loam yang berpori besar.

4. Sampel C1 memiliki persentase fraksi debu lebih besar daripada

persentase fraksi pasir dan lempung, karena sampel tanah ini komposisi

tanahnya disebabkan oleh beberapa hal yaitu bahan organik yang

disebabkan oleh banyaknya sisa-sisa tumbuhan dan sisa pembuangan

lainnya. Sampel C2 memiliki fraksi tanah lempung berpasir didominasi

oleh partikel pasir, dan mempunyai pori-pori makro. Tanah yang

didominasi debu akan mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan

didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro. Sampel C3 dan

Page 42: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

42

C4 memiliki fraksi yang sama yaitu lempung liat (clay loam) karena

pengambilan sampel tanah di desa atau daerah yang sama. Lempung

berliat akan terasa agak kasar, dapat membentuk bola agak teguh bila

kering dan membentuk gumpalan bila dipilin tetapi pilinan mudah hancur

dan daya lekatnya sedang.

5. Sampel tanah yang seharusnya memiliki nilai Ks tertinggi adalah tanah

dari Wirowongso dengan tekstur sandy loam, sedangkan untuk sampel

yang berasal dari daerah Sucopangepok 2 bertekstur clay loam yang

seharusnya memiliki nilai Ks yang rendah. Semakin besar ukuran fraksi

yang terdapat dalam tanah maka akan semakin banyak pori makro yang

dimiliki tanah tersebut. Tingginya nilai Ks pada sampel tanah

Sucopangepok 2 dengan tekstur clay loam bisa disebabkan oleh beberapa

faktor. Faktor pertama yang membuat ketidakcocokan antara nilai Ks dan

tekstur tanah ini yaitu sampel tanah yang berasal dari wilayah

Sucopangepok 2 ini memiliki kemantapan agregat yang tinggi sehingga

dapat memiliki nilai Ks yang tinggi meskipun teksturnya berupa clay loam.

Ketidaksesuaian antara nilai Ks dan tekstur tanah ini dapat pula

disebabkan faktor yang kedua, yaitu kemungkinan terjadi human error saat

dilakukannya penetapan Ks.

6. Sampel tanah Sucopangepok menunjukan kelas indeks stabilitas kurang

stabil hingga stabil dengan indeks stabilitas sebesar 40,10 %. Sampel tanah

Teknik menunjukan kelas indeks stabilitas yang tidak stabil dengan indeks

stabilitas sebesar 29,45 % sedangkan sampel tanah Wirowongso

menunjukan kelas indeks stabilitas yang berbeda dari sampel sebelumnya.

Sampel tanah sucopangepok menujukan kelas indeks stabilitas yang

kurang stabil dengan indeks stabilitas sebesar 40,10 %. Sampel tanah

Sucopangepok merupakan sampel tanah yang memliki indeks stabilitas

yang paling tertinggi sedangkan sampel tanah teknik merupakan sampel

tanah yang memiliki indeks stabilitas yang paling rendah.

7. Besarnya batas cair tanah atau BC yang terdapat di wilayah Sucopangepok

termasuk dalam kategori sedang yaitu 36,44% dan 37,39%. BC pada desa

Page 43: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

43

Wirowongso sebesar 33,87% dan juga tergolong sedang. Besarnya nilai

BC pada contoh tanah di Fakultas Teknik Universitas Jember sebesar

85,59% dan termasuk dalam kategori sangat tinggi. Batas gulung (BG)

tertinggi yaitu pada tanah Fakultas Teknik. Batas lekat (BL) tanah pada

contoh tanah di Sucopangepok memiliki nilai sebesar 32,299%. Batas

berubah warna pada daerah Sucopangepok memiliki nilai 27,319%. Batas

berubah warna yang memiliki nilai paling sedikit yaitu pada contoh tanah

di daerah Wirowongso, hal ini disebabkan kareana kadar lengas cukup

rendah. Tanah yang memiliki kandungan fraksi lempung yang tinggi lebih

bersifat elastis dan tidak mudah pecah ketika diberi tekanan, berbeda

dengan tanah yang memiliki fraksi pasir yang tinggi akan sulit untuk

digulung atau dibentuk menjadi bola karena tingkat elastisitasnya rendah.

8. Perbedaan kepadatan tanah disebabkan oleh beberapa faktor yaitu jenis

tanah, kadar air, curah hujan dan topografi. Pengaruh jenis tanah terhadap

kepadatan suatu jenis tanah, seperti distribusi ukuran butiran, bentuk

butiran, berat jenis dan macam mineral lempung yang terdapat didalam

tanah sangat memiliki pengaruh pada berat jenis volume maksimum dan

kadar air optimumnya. Kadar air yang tergantung dalam tanah berbeda-

beda pada setiap kondisi tersebut dan bergantung pada interaksi antara

partikel mineral lempung, sehingga tanah dengan kandungan fraksi

lempung yang tinggi memiliki kepadatan tanah yang tinggi karena mineral

lempung memiliki pori mikro yang tidak mampu meloloskan air.

9. Tanah yang bertekstur liat memiliki banyak pori halus dan sedikit sekali

terdapat pori besar, sedangkan tanah bertekstur pasir memiliki banyak pori

besar dan miskin pori halus, sehingga kapasitas dan laju infiltrasi pada

tanah bertekstur pasir memiliki nilai yang lebih besar daripada tanah

dengan tekstur liat. Tanah di Fakultas Teknik memiliki tekstur silty loam,

pada wilayah Wirowongso memiliki tekstur sandy loam, dan pada daerah

Sucopangepok memiliki tekstur clay loam. Banyaknya seresah yang

terdapat di permukaan tanah Wirowongso sehingga menyebabkan laju

infiltrasi tidak optimal meskipun tanahnya bertekstur sandy loam,

Page 44: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

44

sehingga laju infiltrasi tidak sebanyak di Wirowongso yang bertekstur silty

loam. Tanah di wilayah Sucopangepok memiliki laju infiltrasi yang rendah

karena teksturnya adalah clay loam. Tanah dengan tekstur clay loam

memiliki pori yang sangat banyak namun berukuran mikro sehingga air

sulit masuk ke dalam tanah.

10. Tanah di Fakultas Teknik mempunyai suhu yang paling rendah

dibandingkan dengan di Wirowongso dan di Sucopangepok dikarenakan

tekstur tanah yang ada di teknik adalah lempung berdebu (silt loam) terasa

agak licin dan berbentuk debu dan dapat membentuk bola yang agak teguh

dan dapat melekat. Tanah di daerah Wirowongso mempunyai suhu yang

paling tinggi karena banyak mengandung unsure hara dan bahan organik

yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanah lempung berpasir didominasi oleh

partikel pasir, tetapi cukup mengandung tanah liat dan sedimen untuk

menyediakan beberapa struktur dan kesuburan. Suhu tanah di daerah

sucopangepok 15,57°C bertekstur clay loam dan berada di daerah dataran

tinggi.

11. Berat volume pada tanah bertekstur lempung berliat (clay loam) lebih

besar, namun ruang pori total tanah tersebut rendah. Berat volume akan

mempengaruhi ruang pori total tanah. Nilai berat volume semakin rendah,

ruang pori total tanah akan semakin tinggi. Pengaruh kandungan pasir

pada berat jenis partikel lebih besar pada tanah lempung berpasir (sandy

loam) daripada lempung berliat (clay loam). Tanah lempung cenderung

memiliki berat jenis partikel lebih rendah dan porositasnya lebih tinggi

daripada tanah pasir.

5.2 Saran

Praktikan disarankan untuk lebih disiplin lagi dan melaksanakan

praktikum sesuai dengan ketentuan untuk menghindari terjadi human error.

Page 45: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

45

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S. R. dan R. C. Putra. 2016. Pengelolaan Lengas Tanah dan Laju

Pertumbuhan Tanaman Karet Belum Menghasilkan pada Musim Kemarau

dan Penghujan. Warta Perkaretan, 35(1) : 1-10.

Adrinta, M. A., Ihsan, M., Syahputra, A., Ghani, R. I., Siddiq, R. F., Ramadhani,

R. S., & Sitompul, D. (2017). Alat Ukur Suhu Udara Digital Berbasis

Atmega 32. Universitas Sumatera Utara, 1.

Agus, Cahyono. 2015. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan. Fakultas

Kehutanan. Yogyakarta.

Ayu, I. W., S. Prijono, dan Soemarno. 2013. Evaluasi Ketersediaan Air Tanah

Lahan Kering di Kecamatan Unter Iwes, Sumbawa Besar. J-PAL, 4(1) : 18-

25.

Ayu, S.P.C. 2013. Kapasitas Maksimum Kepadatan Tanah pada Berbagai

Distribusi Ukuran Partikel dan Kadar Bahan Organik Tanah dalam Kondisi

Kering Udara dan Kapasitas Lapang. Skripsi. “Tidak diterbitkan”. Fakultas

Pertanian Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan. IPB: Bandung.

Budianto, P. T. H., Ruslan W., dan Bambang S. 2014. Perbedaan Laju Infiltrasi

Pada Lahan Hutan Tanaman Industri Pinus, Jati Dan Mahoni. Jurnal

Sumberdaya Alam Dan Lingkungan. 1(1): 15-24.

Chaudhari, P. R., D.V. Ahire, V. D. Ahire, M. Chkravarty, and S. Maity. 2013.

Soil Bulk Density as related to Soil Texture, Organic Matter Content and

available total Nutrients of Coimbatore Soil. Scientific and Research

Publications, 3(2) : 1-8.

Evarnaz, N., B. Toknok dan S. Ramlah. Sifat Fisik Tanah di Bawah Tegakan

Eboni pada Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga Kabupaten Parigi

Moutong. Warta Rimba, 2(2): 100-108.

Gama D. P., B Prasetya, and Soemarno. 2018. Application Of Organic Matter On

Entisol-Soil Affected Soil Moisture Capacity and Growth Of Maize (Zea

Mays L.). Granthaalayah Science, 6(1): 187-202.

Khalimi, F. Dan Zaenal K. 2018. Analisis Ketersediaan Air pada Pertanian Lahan

Kering di Gunungkidul Yogyakarta. Tanah dan Sumberdaya Lahan. 5(1):

721-725.

Page 46: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

46

Hakim, N. M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. Ghani, Nugroho, M. R. Soul, M. A.

Diha, G. B. Hong, N. H. Balley. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.

Universitas Lampung. Lampung.

Hanafiah,2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Jakarta : Rajawali Press

Handayani, T. dan Dwiria W. 2016. Pengaruh Sifat Fisik Tanah Terhadap

Konduktivitas Hidrolik Jenuh pada Lahan Pertanian Produktif di Desa

Arang Limbung Kalimantan Barat. Prisma Fisika. IV(1): 28 – 35.

Haridjaja O., Y. Hidayat, dan L.S. Maryamah. 2010. Pengaruh Bobot Isi Tanah

Terhadap Sifat Fisik Tanah dan Perkecambahan Benih Kacang Tanah dan

Kedelai. Ilmu Pertanian Indonesia, 15(3): 147-152.

Harisuryo, R. Sumardi, dan B., Setiyono. 2015. Sistem Pengukuran Data Suhu,

Kelembaban, dan Tekanan Udara Dengan Telemetri Berbasis Frekuensi

Radio. Transient. 4(3) : 1-10.

Hasibuan, A. S. Z. 2015. Pemanfaatan Bahan Organik dalam Perbaikan Beberapa

Sifat Tanah Pasir Pantai Selatan Kulon Progo. Planta Tropika Journal of

Agro Science, 3(1) : 31-40.

Holilullah., Afandi, dan H. Novpriansyah. 2015. Karakteristik Sifat Fisik Tanah

pada Lahan Produksi Rendah dan Tinggi di PT Great Giant Pineapple.

Agrotek Tropika, 3(2) : 278-282.

Irawan, T. dan Slamet B. Y. 2016. Infiltrasi Pada Berbagai Tegakan Hutan Di

Arboretum Universitas Lampung. Sylva Lestari. 4(3): 21-34.

Isnaini, R., Sumono., dan Ainun R. 2013. Kajian Laju Infiltrasi Tanah Pada

Berbagai Penggunaan Lahan Di Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi

Kabupaten Karo. Rekayasa Pangan Dan Pert. 1(2): 51-55.

Juarti. 2016. Analisis Indeks Kualitas Tanah Andisol Pada Berbagai Penggunaan

Lahan Di Desa Sumber Brantas Kota Batu. Pendidikan Geografi, 21(2) : 58-

71.

Junedi,H. dan N.M.E. Fathia. 2015. Peningkatan Kemantapan Agregat Tanah

Pada Ultisol Melalui Aplikasi Ara Sungsang (Asystasia gangetica (L.) T.

Anders.). Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal, 1-7.

Khirunnisa, N., Zaid A. W., dan Siti A. S. 2015. Pengaruh Lubang Resapan

Biopori Terhadap Laju Infiltrasi Dan Kelimpahan Mikroorganisme Tanah.

Universty Research Coloquium 2014. Hal: 1-8.

Kusuma, M. N. dan Yulfiah. 2017. Penentuan Nilai Konduktivitas Hidrolik Tanah

Pada T 50 Untuk Penejernihan Air Pada Aplikasi Infiltration Gallery Di

Page 47: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

47

Surabaya. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan V 2017 Institut

Teknologi Adhi Tama Surabaya. A25-A30.

Lubis, V. N., A. Rauf, dan Bintang. 2016. Karakteristik Fisika Tanah Pada

Beberapa Tegakan di Subdas Petani Kabupaten Deli Serdang Sumatera

Utara. Agroekoteknologi, 4(3) : 2048-2054.

Maharani, P. H., Bambang H. S. dan Eko H. 2015. Penggunaan Fungsi

Pedotransfer untuk Memperkirakan Permeabilitas Tanah di Sumatera

Selatan dan Riau. Ilmu Pertanian. 18(1): 37-43.

Marwan, Yusran dan H. Umar. 2015. Sifat Fisik di Bawah Tegakan Eboni di Desa

Kasimbar Barat Kecamatan kasimbar Kabupaten Parigi Moutong. Warta

Rimba, 3(2): 111-117.

Mustoyo, B.H. Simanjuntak dan Suprihati. 2013. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang

Terhadap Stabilitas Agregat Tanah Pada Sistem Pertanian Organik. Agric,

25(1): 51-57.

Nanda, A. R. dan Nurnawaty. 2015. Kapasitas Infiltrasi Tanah Timbunan Dengan

Tutupan Paving Blok (Uji Model Laboratorium). Prosiding Sntt Fgdt 2015.

Hal: 1-6.

Nita, C. E., Bambang S. dan Wani H. U. 2015. Pengaruh Pengolahan Tanah dan

Pemberian Bahan Organik (Blotong dan Abu Ketel) terhadap Porositas

Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Tebu pada Ultisol. Tanah dan

Sumberdaya Lahan. 2(1): 119-127.

Nita, I., E. Listyarini, dan Z. Kusuma. 2014. Kajian Lengas Tersedia Pada

Toposekuen Lereng Utara G. Kawi Kabupaten Malang Jawa Timur. Tanah

dan Sumberdaya Lahan, 1(2) : 53-62.

Prayogo K., dan H. Saptowati. 2016. Penyelidikan Struktur dan Karakteristik

Tanah Untuk Desain Pondasi Iradiator Gamma Kapasitas 2 MCi. 2016.

Perangkat Nuklir, 1(1): 30-39.

Prijono, S. dan Moh. Teguh S. L. 2016. Studi Laju Transpirasi Peltophorum

dassyrachis dan Gliricidia sepium Pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar

Serta Pengaruhnya Terhadap Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh. J-PAL.

7(1): 15-24.

Pudyawardhana, C., dan A. Sismiani. 2016. Penentuan Kepadatan Tanah di

Lapangan Menggunakan Borland Delphi 6. Techno, 17(2): 101-103.

Page 48: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

48

Pujawan,M.,Afandi.,H.Novpriansyah dan K.E.S,Manik.2016.Kemantapan

Agregat Tanah Pada Lahan Produksi Rendah Dan Tinggi Di PT Great

Giant Pineapple.Agrotek Tropika, 4(1): 111-115.

Putra. A. E., Sumono, Nazif I., dan Edi S. 2013. Kajian Laju Infiltrasi Tanah Pada

Berbagai Penggunaan Lahan Di Desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat

Kabupaten Karo. Rekayasa Pangan Dan Pert.1(2): 38-44.

Putra, H., Ahmad R., dan Joko S. 2015. Pengaruh Infiltrasi terhadap Parameter

Tanah Jenuh Sebagian dalam Analisis Stabilitas Lereng. - . Hal: 1-10.

Rahmayuni, E. dan H. Rosneti. 2017. Kajian Beberapa Sifat Fisika Tanah Pada

Tiga Penggunaan Lahan di Bukit Batabuh. Agrosains dan Teknologi, 2(1) :

1-11.

Rinaldi, A., Reza A. F. dan Lilik E. W. 2017. Karakterisasi Derajat Kejenuhan

Tanah Berdasarkana Pendekatan Logaritma Potensial Kapiler (pF). Semnas-

IPTEKS. Hal: 1-11.

Rosyidah, E. dan Ruslan W. 2013. Pengaruh Sifat Fisik Tanah Pada

Konduktivitas Hidrolik Jenuh Di 5 Penggunaan Lahan (Studi Kasus Di

Kelurahan Sumbersari Malang). Agritech. 33(3): 340-345.

Sihombing, E. P., Abdul R., Rahmawaty dan Erwin N. A. 2017. Evaluasi Sifat

Fisika Tanah Typic Hapludults pada Empat Generasi Tanam Kelapa Sawit

PT Socfin Indonesia di Kebun Aek Loba Kabupaten Asahan. Pertanian

Tropik. 4(2): 106-113.

Siregar, S. R., Zuraida, dan Zuyasna. 2017. Pengaruh Kadar Air Kapasitas Lapang

Terhadap Pertumbuhan Beberapa Genotipe M3 Kedelai (Glycine max L.

Merr). Floratek, 12(1) : 10-20.

Sudomo, A. dan W. Handayani. 2013. Karakteristik Tanah Pada Empat Jenis

Tegakan Penyusun Agroforestry Berbasis Kapulaga. Penelitian

Agroforestry, 1(1) : 1-11.

Sumini, 2013. Pengukuran Suhu Tanah Menggunakan Termometer Digital dan

Termometer Biasa. Tanah dan Iklim, 3(27) : 8-9.

Susandi., Oksana, dan A. T. Arminudin. 2015. Analisis Sifat Fisika Tanah

Gambut pada Hutan Gambut di Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar

Provinsi Riau. Agroteknologi, 5(2) : 23-28.

Sutanto, R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius.

Page 49: BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · pengambilan tanah terusik dan pengambilan contoh agregat utuh yang dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah yang akan diteliti. Menurut Prayogo

49

Utomo,B.S.,Y.Nuraini dan Widianto. 2015. Kajian Kemantapan Agregat Tanah

Pada Pemberian Beberapa Jenis Bahan Organik Di Perkebunan Kopi

Robusta. Tanah dan Sumberdaya Lahan. 2(1):11-117.

Yudistira, Y., S. Permana dan I. Farida. 2015. Analisa Kepadatan Tanah pada

Timbunan di Saluran Irigasi dengan Metode Pengujian Proctor dan Sand

Cone. Kontruksi Sekolah Tinggi Garut, 13(1): 1-18.