bab 1 pendahuluanrepository.poltekparmedan.ac.id/file/atch...wisata mice masuk kedalam golongan...
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak 2007, bisnis MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition)
terus berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan pariwisata di
seantero dunia. Munculnya beberapa kawasan industri pariiwisata, terkhusus
kawasan khusus ekonomi, menimbulkan minat investor untuk menanamkan
sahamnya untuk mendukung sector yang memiliki keunggulan tersendiri ini.
Kabupaten Simalungun yang memilik luas sekitar 2000 Ha, dimana
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) terletak di daerah Sei Mangke Kecamatan
Bosar Maligas, dan wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berbatasan dengan
salah satu desa yaitu desa Keramat Kubah disebelah utara, PTPN IV Mayang
disebelah selatan, PTPN IV Gunung Bayu disebelah timur, dan disebelah barat
teradapat Sungai Bah Bolon. Kawasan Ekonomi Khusus ini telah disahkan atau
ditetapkan melalui PP No. 29 tahun 2012 pada tanggal 27 Februari 2012.
Perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei semakin
pesat, hal ini terbukti telah banyak investor menanam modal di kawasan KEK ini.
Berdasar data per tanggal 27 Nopember 2017, pemerintah menyatakan bahwa
investasi telah menembus Rp. 10,7 triliun dari target 15 – 18 triliun pada tahun
2019.
Wisata MICE masuk kedalam golongan industri pariwisata dan juga
termasuk dalam wisata berbasis konvensi, perjalanan intensif, dengan
mendiskusikan masalah-masalah dan kepentingan bersama merupakan usaha
dengan memberikan suatu jasa pelayanan dari pertemuan dan pameran.
Kegiatan konvensi sangat erat kaitannya dengan jenis usaha lain seperti
transportasi, akomodasi, hiburan, perjalanan pra- dan pasca-konferensi (pre-and
post-conference tours). Indonesia telah mulai diperhitungkan oleh pasar wisata
MICE sebagai salah satu tempat diselenggarakannya kegiatan MICE. Hal ini dapat
dilihat dari sejumlah kegiatan besar bertaraf internasional yang mulai
diselenggarakan di Indonesia sebagai bentuk kepercayaan masyarakat dunia
terhadap Indonesia. Karena pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik, dan
keamanan yang kian membaik dan kondusif memungkinkan usaha ini semakin
pesat berkembang pada masa mendatang. Situasi yang kondusif ini mempengaruhi
ketertarikan dalam meningkatnya investor lokal maupun asing untuk
berpartisipasi sebagai peserta dalam suatu kegiatan MICE.
Suksenya penyelenggaraan konfrensi APCE 2013 di Bali pada bulan
Oktober, hal ini merupakan kebanggan Indonesia atas keberhasilan acara tersebut.
Hal ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial
sehingga memicu dan memacu para investor untuk membangun hotel dan banyak
perusahaan pameran internasional membuat pameran di Indonesia.
Direktur Promosi Konvensi, Insentif, Event dan Minat Khusus
Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif Rizki Handayani menyatakan bahwa
industri MICE sangat berkontribusi sebesar 3,3 persen untuk kemajuan industri
pariwisata. Meski terbilang kecil, namun kontribusi aktivitas MICE
terhadap revenue perhotelan berkisar di angka 40-60 persen dan hal ini sangatlah
signifikan.
Dalam meningkatkan kinerja kepariwisataan, Indonesia berupaya secara
terus menerus untuk mengkatkan kepariwisataan dengan mencanangkan program
Visit Indonesia Year yang terakhir ini dilaksanakan pada tahun 2009 dengan tema
“Marine & MICE”. Penyelenggaraan MICE diharapkan dapat meningkatkan
jumlah kunjungan wisatawan nusantara, domestik, maupun mancanegara ke
Indonesia untuk mengejar target jumlah kunjungan yang telah ditetapkan.
Dalam rangka mendukung program MICE, Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata telah menetapkan 13 destinasi unggulan, yaitu Jakarta, Yogyakarta,
Surabaya, Bali, Balikpapan, Medan, Batam-Bintan, Padang-Bukittinggi,
Makassar, Manado, Palembang, Mataram, dan Bandung. telah mendorong
diselenggarakannya ratusan event nasional maupun internasional di Indonesia
setiap tahunnya. Pada tahun 2008, di Indonesia telah diselenggarakan 400 event
nasional dan 225 event internasional terhitung sejak April 2009 angka pencapaian
164 event nasional dan 181 event internasional.
Atraksi wisata yang berdekatan dengan industri MICE, memungkinkan
usaha ini semakin menggairahkan dan memiliki prospek yang sanga baik di masa
mendatang. Akomodasi yang ada di sekitar industri MICE juga memiliki potensi
yang sangat besar. Infrastruktur yang menghubungkan dengan objek wisata juga
semakin membaik. Ketiga faktor ini merupakan faktor yang memiliki peran yang
sangat penting. Artinya semakin banyak event yang dilakukan maka semakin
banyak pula investasi yang terus mengalir. Dengan demikian, pemerintah akan
memperoleh devisa dari jenis industri demi kesejahteraan rakyat Indonesia.
Pertumbuhan industri MICE saat ini tidak hanya terpusat di ibukota
Jakarta saja tetapi kini telah merambah ke kota-kota besar di Indonesia seperti
Medan, Surabaya, Makassar, dan Bandung. Pertumbuhan industry ini diiringi
dengan bebarapa faktor yang mempengaruhinya seperti Atraksi, Akomodasi, dan
infrakstruktur.
Secara global, pada tahun 2007, pertumbuhan industri MICE di Negara-
negara seperti asia, eropa dan benua Amerika merasakan pertumbuhan dua digit
sehingga memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan
pendapatan penduduk Indonesia.
Kawasan Industri Sei Mangjkei yang terletak tidak jauh dari kawasan-
kawasan objek wisata memungkinkan dan berpotensi yang sangat besar untuk
dapat dijadikan sebagai sumber industry MICE di masa mendatang. Jarak yag
tidak begitu jauh dari ibukota kabupaten dan hanya dua jam perjalanan ke objek
wisata Danau Toba yang didukung oleh infrastrur dan akomodasi yang baik
membuat kawasan ini semakin memiliki daya Tarik tersendiri untuk
dikembangkan.
Perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei yang sangat pesat
dari tahun ke tahun merupakan suatu peluang bisnis untuk mengembangkan
pariwisata. Potensi yang luar biasa tersebut harus dapat dimanfanfaatkan demi
kesejahteraan rakyat khususnya masyarakat sekitar dan sekaligus meningkatkat
pendapatan per kapita.
1.2 Rumusan Masalah
1. Potensi Perkembangan industri MICE di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
yang terletak di desa Sei Mangkei Kabupaten Simalungun, mengingat investor
menanam modalnya yang sangat besar di KEK Sei Mangkei maka yang akan
menjadi pertanyaan adalah apakah dengan adanya KEK tersebuat akan
memberikan potensi peluang bisnis MICE di masa yang akan dating atau tidak?
2. Kesiapan menjadi kota tujuan industri MICE; Bagaimana dengan sarana
prasarana pendukung lainnya seperti penginapan, infrastruktur dan lainnya
mendukung terhadap potensi industri MICE atau tidak?
Dalam hal ini, penulis membatasi penelitian pada kajian potensi industri
MICE terhadap perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis dan menggambarkan tentang pengembangan potensi MICE
pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei.
2. Kesiapan menjadi tujuan industri MICE.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat
dan pemerintah mengenai potensi industri MICE dengan memanfaatkan sarana
dan prasarana yang ada sehingga menjadi daya tarik wisatawan,
Penelitian ini bermanfaat:
1. Bagi ilmu pengetahuan, khususnya, pengembangan potensi MICE di
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei.
2. Bagi pemerintah, khususnya Akademi Pariwisata Medan, hasil penelitian
ini dapat menjadi bahan diskusi maupun bahan tambahan dalam penerapan
pengembangan potensi MICE di masa mendatang
BAB II
KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep adalah suatu pola untuk mempermudah jalan alur
penelitian ilmiah. Dalam penelitian ini, menjelaskan alur penelitian, batasan-
batasan penelitian, rumusan masalah dalam penelitian, metodologi, dan tujuan
penelitian.
2.1 Potensi MICE
Menurut Alwi dkk. (2005), Potensi ialah suatu kapabiliti yang mungkin
dapat dikembangkan meliputi kesanggupan, kekuatan dan daya, kekuatan dan
daya. Sedangkan menurut Pendit (1999), potensi wisata merupakan berbagai
sumber daya di sebuah daerah tertentu dan dapat dikembangkan menjadi atraksi
wisata.
Berdasarkan temuan dari suatu hasil penelitian Ekasari (2014) dan
Indrajaya (2015) bahwa Padang dan Tangerang Selatan berpotensi menjadi
daerah industri MICE mengingat bahwa sarana prasaran di daerah tersebut sangat
mendukung. Sementara itu, Kesrul (2004:3), mengemukakan MICE merupakan
suatu aktifitas kepariwisataan memadukan antara leisure dan bisnis dengan
melibatkan banyak orang atau kelompok-kelompok. Paket-paket wisata yang siap
dijual kepada asosiai, organisasi, badan, lembaga, korporasi,perusahaan besar dan
sebagainya baik dalam skala daera, regional, nasional dan internasional. MICE
merupakan suatu rangkaian kegiatan, dimana para pengusaha pada suatu tempat
yang terkondisikan oleh suatu permasalahan, pembahasan, atau kepentingan yang
sama (Oka A Yoeti, 2000:13).
Hal ini merupakan suatu peluang yang sangat besar khususnya bagi para
profesioanl dan para pengusaha UMKM mempromosikan usahanya. Dimana ini
terdapat pada PERMENBUDPAR Nomor 18/UM.001/MKP/2009.
2.2 Apa Bisnis MICE?
Potensi jasa bisnis MICE sangat besar mengingat Sumber Daya yang
dimiliki oleh bangsa ini. Bidang jasa kepariwisataan ini meliputi Pertemuan yang
berhubungan dengan MICE itu sendiri. Ada empat jenis usaha jasa bidang
kepariwisataan ini.
Pertama, meeting meliputi kegiatan rapat yang berkelompok orang dalam
sebuah asosiasi, yang memiliki kepentingan dan minat yang sama dan untuk
membahasa permasalahan yang sama.
Kedua, incentive meliputi agenda perjalanan dilakukan pihak industri yang
melibatkan pegawai, rekan bisnis sebagai suatu tanda terima kasih dari pencapaian
yang sudah didapat. Ketiga, convention adalah suatu kegiatan pertemuan
sekelompok orang tertentu untuk mambahas masalah yang berkaitan dengan
kepentingan bersama dengan jumlah yang besar.
Keempat, exhibition yang memperkenalkan memperagai, prmosi, dan
mengenalkan ke pihak luar yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan juga
memberikan informasi hasil yang diproduksi untuk memperluas dan mencari
kerjasama dalam perdagangan.
Wisata MICE, sebenarnya bukan suatu jenis usaha baru namun di negara-
negara berkembang usaha bisnis semakin menarik dan dapat memberikan
pendapatan dan kesejahteraan. Semua stakeholders mendapatkan keuntuangan
besar dengan adanya jasa wisata ini terutama hotel, catering, dan biro perjalanan.
Dan yang terpenting manfaat langsung dirasakan masyarakat.
2.3 Potensi Perkembangan Bisnis MICE
Sebagai sebuah Negara terbesar dan terpadat di Asia Tenggaraa, Indonesia
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan industri MICE.
Potensi peluang industri MICE, semakin sangat penting mengingat pertumbuhan
ekonomi Indonesia semakin baik dan suasana keamana sangat kondusif.
Tumbuhnya pusat-pusat industry ditopang dengan Sumber Daya Manusi yang
baik membuat kesempatan ini semakin terbuka lebar. Dampak ekonom,i bisnis ini
berpengaruh positif dalam meningkat perekonomian rakyat. Pada tahun, 2018
Indonesia menjadi Negara yang ke tujuh belas peringkatnya, di atas Thailand,
seperti yang dirilis oleh kajian Oxford Economic. Dari hasil kajian ini, bisnis
MICE dapat memberdayakan masyarakat atau menyerap tenaga kerja untuk
dipekerjakan di bidang industri ini
Pada tahun 2007, industri MICE mengalami pertumbuhan dua digit di
beberapa negara. Kondisi ini memiliki suatu pengaruh yang sangat baik di
Indonesia terhadap perkembangan industri MICE. Pada intinya, globalisasi bisnis
saat ini sangat mempengaruhi perkembangan bisnis MICE di kawasan ini.
Walaupun di negara-negara industri maju bidang pariwisata ini sudah jauh lebih
berkembang sebelumnya. Siring semakin terbukanya perdagangan internasional,
tanpa batas, dan diiringi perkembangan teknologi informasi maka keberadaan
industry MICE semakin dibutuhkan. Beberapa kota besara di Indonesia telah
memberikan kontribusi besar terhadap keberhasilan industri MICE.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Untuk metodologi penelitian yang dilakukan ini menggunakan penelitian
kualitatif deskriptif Maman (2002;3) berpendapat bahwa gejala sosial yang terjadi
di lapangan dapat menggambarkan suatu penelitian yang deskriptif. Maksud dan
tujuan penelitian ini menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada
saat penelitian dilakukan. Husein Umar, 1999: 81 juga menerangkan Metode
kualitatif adalah penelitian yang dapat memberikan suatu informasi yang
bermanfaat untuk perkembnagan ilmu pengetahuan dan pengetahuan lainnya dan
dapat juga dalam menerapkan pada berbagai masalah. Dan lain hal dengan
penelitian ini juga memberikan titik focus pada suatu studi kasus yang menjadi
penelitian terinci untuk suatu objek tertentu dalam kurung waktu yang sudah
ditentukan secara menyeluruh dan cukup mendalam.
Untuk pengertian studi kasus yaitu suatu pendekatan untuk bertahan dalam
kedaan utuh dari suatu objek, yang artinya data yang telah terkumpul dalam
rangka studi kasus menjadi suatu keseluruh yang dapat terintegrasi. Dan tujuannya
yaitu dapat mengembangkan pengetahuan lebih dalam tentang objek yang
bersangkutan. Dan untuk hal tersebut studi kasus di sifatkan sebagai suatu
penelitian yang eksploratif dan deskriptif . (Vredenbregt (1987: 38)).
3.2 Ruang Lingkup
Waktu, penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan 24 April s/d 30 April
2018. Masalah yang diteliti adalah menyangkut pengembangan potensi MICE di
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei. Lokasi dibatasi pada Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei. Masalah dibatasi pada konsep
pengembangan dan potensi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei dan
kesiapan atas pengembangan potensi KEK.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang digunakan adalah:
1. Data Primer, merupakan data yang ditemukan dari sumber informan pertama
yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti. Data primer ini berupa antara lain, catatan hasil observasi ke
lapangan secara langsung dalam bentuk catatan tentang situasi dan kejadian
dan data-data lainnya.
2. Data Sekunder, merupakan data dukung untuk dapat diolah lebih lanjut dan
bersumber dari pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-
diagram. Data sekunder digunakan untuk memperkuat data primer yang
berasal dari dokumen, maupun dari observasi langsung ke lapangan (Umar,
1999:99-100).
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Menurut chaedar 2002 Kedua metode/teknik tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pengamatan.
2. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam adalah merupakan suatu teknik pengumpulan data
berdasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan tertentu.
Wawancara dilakukan untuk mendapat berbagai informasi menyangkut masalah
yang diajukan dalam penelitian.
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Berdasarkan pendapat (Miles dan Huberman, 1992: 18) mengatakan bahwa
dalam melakukan analisis jenis dibutuhkan langkah-langkah berikut.
1. Pengumpulan informasi, melalui wawancara, kuisioner maupun observasi
langsung.
2. Reduksi. Langkah ini adalah untuk memilih informasi mana yang sesuai
dan tidak sesuai dengan masalah penelitian.
3. Penyajian. Setelah informasi dipilih maka disajikan bisa dalam bentuk
tabel, ataupun uraian penjelasan.
4. Tahap akhir, adalah menarik kesimpulan. Kuisioner yang diajukan kepada
informan semata-mata sebagai bahan kajian yang mendasar untuk
membuat kesimpulan. Bagaimanapun pendapat banyak orang merupakan
hal yang penting meskipun tidak dijamin validitasnya. Semakin banyak
informasi, maka diharapkan akan menghasilkan data yang sudah tersaring
dengan ketat dan lebih akurat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Potensi Industri MICE di Desa Sei Mangkei
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Desa Sei Mangkei merupakan suatu
kawasan khusus yang berada di Kabupaten Simalungun. Pendekatan
pengembangan bisnis dalam bentuk kawasan khusus yang berbasis kelapa sawit
dan karet. Kawsan Ekonomi Khusus desa Sei Mangkei adalah kawssan yang
berada di sentra berbahan baku berbasis agro, yang tidak dimiliki kawasan
industri lainnya di Indonesia. Dengan keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Sei Mangkei memicu pengembangan potensi industi MICE demi
mewujudkan kesejahteran masyarakat di kawasan ini.
MICE adalah merupakan suatu bisnis jasa bidang pariwisata yang
meliputi, meeting, insentive, convension, exhibition. Biasanya direncanakan
dengan matang dengan maksud tujuan tertentu. Industri ini tidak dapat berdiri
sendiri tetapi memerlukan suatu kerjasama atau berkolaborasi dengan berbagai
pemangku kepentingan karena membutuhkan komponen dan pelayanan dari
berbagai pihak.
MICE merupakan sebuah acara atau event kepariwisataan dimana
aktifitasnya merupakan kombinasi leasure dan bisnis, dan melibatkan
sekelompok orang secara bersama-sama (Kesrul (2004:3). Dan ada juga MICE
adalah merupakan rangkaian kegiatan para pengusaha ataupun profesional
berkumpul pada suatu tempat yang terkondisikan oleh suatu permasalahan,
pembahasan, atau kepentingan yang sama (Oka (2000:13).
Meeting, insentive, convension, exhibition sudah merupakan suatu sarana
atau hasil dari suatu kehalian yang bisa digunakan dalam suatu kemasaan yang
siap dijual. Industri MICE memiliki potensi perkembangan positif seiring dengan
membaiknya pertumbuhan ekonomi. Karena industri MICE memiliki multiple
effect yang sangat besar. Beberapa sektor yang langsung berhubungan pada
industri MICE ini seperti industri hotel, kerajinan, perjalanan wisata, kuliner,
penerjemah, lain sebagainya.
Dengan adanya kegiatan MICE ini sungguh dapat dirasakan oleh banyak
pihak sehingga ini merupakan alasan yang kuat mengapa pengusaha
penyelenggara MICE bermunculan dan dianggap sebagai suatu bisnis yang
menggiurkan pada saat ini. Menurut Kesrul (2004, 7-18) mengemukakan bahwa
segementasi penyelenggaraan MICE. (a) Company/corporate meetings, yaitu
pertemuan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan bisnis semisal pertemuan
manajemen, national meeting, training seminar, technical meeting dan lain
sebagainya, (b) Association/Organization Convention, Congress, and Conference
yakni suatu pertemuan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau asosiasi
seperti professional association meeting, fraternal association meeting, education
association meeting dan lain sebagainya, merupakan kegiatan penyelenggaraan
MICE yang terbagi dua.
Perjalanan wisata lainnya harus dipahamin karakteristiknya guna bisa
memberikan pelayanan yang maksimal dimana penanganan yang berbeda akan
mempengaruhi komplain yang berbeda pula (Kesrul (2004:9). Adapun
karakteristik MICE sebagai berikut.
a. Pada umumnya pameran MICE akan dihadiri dengan jumlah peserta yang
sangat besar,
b. Kalangan menengah keatas sebagai pesertanya,
c. Jumlah biaya kegiatan yang sangat fantastis,
d. Lowongan kerja dengan peluang yang terbuka,
f. Media promosi yang efektif nasional maupun internasional,
g. Pelaksanaan dilakukan pada saat low season,
h. Bersponsor.
Dalam hal ini, untuk mendukung bisnis MICE dibutuhkan sarana
prasarana dalam penyelenggaraan MICE membutuhkan enam sarana penunjang
yakni.
1. Akomodasi,
2. Food and Beverage service,
3. Entertainment,
4. Shopping,
5. Transportation,
6. Tourist attractions
4.2 Pengembangan potensi MICE di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei
Bisnis MICE sangat potensial dikembangkan di Indonesia khususnya di
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei sebagai salah satu Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) sebagai tujuan yang menarik. Untuk itu, dalam rangka
penyelenggaraan MICE.
Pengembangan potensi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei terus
berpacu. Gambaran umum pengembangan potensi KEK Sei Mangkei dapat dilihat
pada tabel 4.1
Tabel 4.1KEK Sei Mangkei
Penetapan PP No.29 tahun 2012
Lokasi Kab. Simalungun, Sumatera Utara
Luas 1933,8 Ha (Status Hak Pengelolaan/HPL
Pengelola PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III)
Zona Industri, Logistik, dan Pariwisata
Administrator KEK Badan Pelayanan Perijinan terpadu dan Penanaman
Modal Kab. Simalungun
Nilai Investasi Infrastruktur Kawasan: Rp. 5,14 Triliun
Diperkirakan menarik investasi Rp 71,9 Triliun hingga 2025
Tenaga Kerja 83.304 orang (proyeksi hingga 2025)
Infrastruktur dalam Kawasan Jalan, Listrik, Instalasi pengolahan air bersih dan air
limbah, pusat inovasi kelapa sawit, penyedian gas
Infrastruktur Regional Jalan tol, Listrik, pipa gas, gas jalur KA, pelabuhan Kuala
Tanjung, Bandara Kuala Namu (KNIA)
Sumber: Manajemen KEK Sei Mangkei, 2018
Dalam perkembangannya sekarang, harus diakui bahwa Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei banyak menghadapi tantangan dan
kendala dalam pengembangan bisnis MICE. Demi terciptanya penyelenggaran
yang baik dan professional maka diperlukan banyak upaya yang harus dilakukan
seperti kelengkapan sarana dan prasarana yang baik.
Adanya ikatan kerjasama dalam bidang,kuliner, perjalanan, dan beberapa
usaha yang memiliki atrasksi wisata yang ada hubungannya dengan MICE.
Kerjasama promosi semisal restoran, transportasi, obyek dan atraksi wisata yang
terkait dengan bisnis MICE cenderung tidak diikutsertakan menjadi satu
informasi, terkesan jalan sendiri. Gambaran ini menunjukkan kuatnya persaingan
dalam usaha MICE secara global nasional dan internasional.
4.3 Kesiapan MICE
Dalam perkembangannya Kawasan Ekonomi Khusus di Desa Sei Mangkei
terus berpacu untuk mengebangkan kawasan ini. Kawasan Ekonomi Khusus Sei
Mangkei meliputi 3 zona seperti tabel 4.2
Tabel 4.2 Pembagian Zona di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei
INDUSTRI LOGISTIK PARIWISATA
Hilirisasi kelapa sawit
(Oleokimia, Fatty Acid,
Fatty Alcohol, Surfactant,
Refenery, Bio diesel)
Dry Port Hotel
Hilirisasi Karet Tank Farm Golf Course
Sarana Pendukung Produksi
(Pupuk,NPK)
Pergudangan Pusat Kebugaran
Aneka Industri (Elektronik, Listrik)
Pengepakan MICE
Instalasi penolahan air
bersih
Pusat Perbelanjaan
Instalasi Pegolahan air limbah
Sumber: Manajemen KEK Sei Mangkei, 2018
Pendapatan besar dari sektor bisnis MICE ini dapat dihasilkan diantaranya,
usaha perhotelan, guesthouse, audio visual, kuliner usaha jasa boga dan restoran.
Semua usaha ini bisa dikelola oleh UMKM atau setidaknya melibatkan banyak
sektor lainnya.
Perlu penanganan serius secara terintegrasi dan mengikat dari berbagai
kalangan yang bergerak di bidang wisata konvensi dengan penyediaan sarana
infomrasi dalam bentuk mendasar yaitu promosi sehinggga dapat meraih
keberhasilan merata.
Kesinergian sangat berpengaruh bagi pelaku usaha di bidang seperti ini
yaitu MICE yang ingin bersaing dalam bidang pariwisata. Negara dengan
persaingan MICE terbesara adala negara Singapore. Didorong dengan sumber
daya manusia yang sangat handal yang dapat bersaing di level internasional.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Industri jasa MICE memiliki peluang yang baik karena dapat (a) menciptakan
tempat pekerjaan, (b) peningkatan devisa negara dan daerah, (c) pemberian
keuntungan bagi semua pihak yang terlibat sepertiperhotelan, biro perjalanan
wisata, kuliner, pengrajin, suvenir, jasa pengangkutan, dan kegiatan
organisasi.
2. MICE merupakan industri jasa kepariwisataan yang bergerak diseputar MICE
adalah suatu jenis pariwisata yang mana suatu kelompok besar yang
direncanakan dengan baik dan berkolaborasi bersama stakeholder.
3. Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei mengingat terdapat berbagai potensi
bisnisdan MICE layak untuk dikembangkan di kawasan seluas 2000 Ha ini
sehingga memungkinkan untuk mendapat keuntungan demi kemaslahatan
masyarakat dan perolehan devisa negara.
5.2 Saran
1. Pemahaman dan persepsi yang mengarah pada satu tujuan yaitu pengembangan
MICE yang salaing keterkaitan.
2. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei memiliki potensi dalam
pengembangan industri bisnis MICE sehingga dibutuhkan penataan
infrastruktur, atraksi, kuliner, dan transportasi.
3. Promosi dan penegenalan pengembangan berpotensinya MICE sehingga akan
membantu terselenggaranya industri bisnis MICE sesuai dengan harapan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa bisnis usaha
MICE sangat layak dikembangkan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei
Mangkei karena kawasan ini memiliki berbagai keunggulan dan letak geografis
yang sangat strategis karena dekat dengan kota terbesar nomor dua di Sumatera
Utara yaitu kota Pematang Siantar yang memiiliki fasilitas perhotelan, gedung
pertemuan, sarana dan prasarana transportasi, jaringan telekomunikasi dan
ketersediaan berbagai jenis wisata termasuk kuliner dan kerajinan. Rasa aman
tinggal di kawasan ini cenderung membuat banyak wisatawan tinggal lebih lama,
yang pada gilirannya akan menimbulkan efek yang berlipat ganda dari bisnis
wisata MICE.
Kawasan Ekonmi Khusus Sei Mangkei memiliki potensi yang dapat
dikembangkan menjadi kawasan tujuan wisata MICE dengan cakupan fasilitas
yang lebih luas dan berkualitas. Untuk itu, sinergi di antara para bisnis MICE
dalam kegiatan promosi dan pemasaran serta kemitraan antara pemerintah dan
swasta dalam pengembangan dan penyelenggaraan acara MICE, terutama untuk
tingkat nasional, regional dan internasional untuk membangun daya saing dan
keunggulan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi Hasan, dkk. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Departeme Pendidikan
Nasional Balai Pustaka. Jakarta
Kesrul, M. (2000). Meeting, Incetives, Converence and Exebition.Graha
Ilmu.Yogyakarta.
Maman, Kh. U. (2002). Menggabungkan Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif , IPB, Bogor.
McCabe, Nivienne. Poole, Barry. Weeks, Paul. Leiper, Neile. (2000). The
Business and Management of Convention. Brisbane. John Welly & Sons
Australia Ltd.
Oka A. Yoeti. (2000). Manajemen Wisata Konvensi. Pertja. Jakarta.
Pendit, Nyoman. (1999). Ilmu Pariwisata. Akademi Pariwisata Trisakti. Jakarta.
Umar, Husein (1999) Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, Gramedia,
Jakarta.
Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan